4-TO-10.doc

10
4.Jelaskan keluhan yang diungkapkan oleh pasien yang menandakan tanda dan gejala keganasan pada sistem muskuloskletal yang bisa didapatkan dari hasil wawancara riwayat penyakit maupun keluhan utama. Pasien yang datang dengan gejala (nyeri local, pembengkakan, demam,kurang nafsu makan) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan, dan demam sedang. Pasien dikaji adanya faktor resiko (misal: lansia, diabetes, terapi kostikoroid jangka panjang) dan cedera, infeksi, atau bedah ortopedi sebelumnya. Pasien selalu menghindar dari tekanan di daerah tersebut dan melakukan gerakan perlindungan. Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akaibat reaksi sistemik infeksi. Pemerikasaan fisik memperlihatkan adanya daerah imflamasi, pembengkakan nyata, hangat yang disertai nyeri tekan. Cairan purulen dapat terlihat. Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh. Pada osteomielitis kronik, peningkatan suhu tubuh mingkin minimal, yang terjadi pada sore dan malam hari. Pengkajian : Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien gangguan sistem musculoskeletal karena osteomielitis bergantung pada lokasi dan adanya komplikasi pada tulang. Pengkajian keperawatan osteomielitis meliputi riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial. 1. Anamnesis Anamnesis dilakukan untuk mengetahui:

Transcript of 4-TO-10.doc

Page 1: 4-TO-10.doc

4.Jelaskan keluhan yang diungkapkan oleh pasien yang menandakan tanda dan gejala

keganasan pada sistem muskuloskletal yang bisa didapatkan dari hasil wawancara

riwayat penyakit maupun keluhan utama.

Pasien yang datang dengan gejala (nyeri local, pembengkakan, demam,kurang nafsu

makan) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan, dan demam

sedang. Pasien dikaji adanya faktor resiko (misal: lansia, diabetes, terapi kostikoroid jangka

panjang) dan cedera, infeksi, atau bedah ortopedi sebelumnya. Pasien selalu menghindar dari

tekanan di daerah tersebut dan melakukan gerakan perlindungan. Pada osteomielitis akut,

pasien akan mengalami kelemahan umum akaibat reaksi sistemik infeksi. Pemerikasaan fisik

memperlihatkan adanya daerah imflamasi, pembengkakan nyata, hangat yang disertai nyeri

tekan. Cairan purulen dapat terlihat. Pasien akan mengalami  peningkatan suhu tubuh. Pada

osteomielitis kronik, peningkatan suhu tubuh mingkin minimal, yang terjadi pada sore dan

malam hari. Pengkajian : Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien

gangguan sistem musculoskeletal karena osteomielitis bergantung pada lokasi dan adanya

komplikasi pada tulang. Pengkajian keperawatan osteomielitis meliputi riwayat penyakit,

pemeriksaan fisik,  pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial.

1. Anamnesis

Anamnesis dilakukan untuk mengetahui:

1) Identitas : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomer register, tanggal

masuk rumah sakit, dan agnosis medis. Pada umumnya, keluhan utama pada kasus

osteomielitis adalah nyeri hebat. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang

nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode PQRST:

Provoking Incident

Hal yang menjadi factor presipitasi nyeri adalah proses supurasi pada

bagian tulang. Trauma, hermatoma akibat trauma pada daerah metafisis,

merupakan salah satu factor predis posisi terjadinya osteomielitis

hematogen akut

Quality of pain

Rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan bersifat menusuk.

 Region, Radiation, Relief  

Page 2: 4-TO-10.doc

Nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat, nyeri tidak menjalar

atau menyebar

Severity (Scale) of Pain

Nyeri yang dirasakan klien secara subjek antara 2-3 pada rentang skala

pengukuran 0-4.

Time

Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah bentuk pada

malam hari atau siang hari.

2) Riwayat penyakit sekarang.

Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka (kerusakan pembuluh darah, edema,

hematoma, dan hubungan fraktur dengan dunia luar sehingga pada fraktur terbuka

umumnya terjadi infeksi), riwayat operasi tulang dengan pemasangan fiksasi internal

dan fiksasi eksternal (invasi bakteri disebabkan oleh lingkungan bedah) dan pada

osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah mengalami osteomielitis akut

yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga memungkinkan terjadinya proses

supurasi di tulang.

3) Riwayat penyakit dahulu.

Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daerah vertebra torako-lumbal yang

terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya riwayat

diabetes mellitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan, pengobatan dengan imunosupresif.

4) Riwayat psikososial spiritual

Perawat mengkaji respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan

peran klien dalam kluarganya serta masyarakat, respons atau pengaruhnya dalam

kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Pada kasus

osteomielitis akan timbul ketakutan terjadi kecacatan dan klien harus menjalani

penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulang. Selain itu,

pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang

dapat mengganggu mtabolisme kalsium, konsumsi alcohol yang dapat mengganggu

keseimbangan, dan apakah klien melakukan olahraga. Klien akan kehilangan peran

dalam keluarga dan dalam masyarakat karena klien menjalani rawat inap. Dampak

yang timbul pada klien ostiomielitis yaitu timbul ketakutan akan kecacatan akibat

Page 3: 4-TO-10.doc

prognosis penyakitnya, rasa cemas, rasa tidak mampu melaksanakan aktifitas secara

optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra diri)

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum untuk mendapatkan

gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokal).

1) Keadaan umum meliputi:

Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung

pada keadaan klien).

Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan pada kasus

osteomielitis biasanya akut).

Tanda-tanda vital tidak normal terutama pada osteomielitis dengan komplikasi

septikimia.

2) Pemeriksaan Head to toe:

Kepala : Tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada penonjolan).

Leher : Tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan, reflex menelan ada).

Wajah : Terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau bentuk.

Mata : Tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis (pada klien patah

tulang tertutup karena tidak terjadi perdarahan). Klien osteomielitis yang desrtai

adanya malnutrisi lama biasanya mengalami konjungtiva anemis.

Telinga : Tes bisik atau Weber masih dalam keadaan normal.

Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.

Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,

mukosa mulut pucat.

Status mental : Observasi penampilan dan tingkah laku klien. Biasanya status

mental tidak mengalami perubahan.

Pemeriksaan saraf cranial :

a. Saraf I. Biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman.

b. Saraf II. Tes ketajaman penglihatan normal.

3) Pemeriksaan Fisik

a) Persiapan klien

Page 4: 4-TO-10.doc

Persiapkan ruangan senyaman mungkin. Berikan informasi yang jelas

kepada klien tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, bila perlu

didemonstrasikan terlebih dulu mengenai gerakan yang akan dilakukan. Beberapa

posisi mungkin mengakibatkan ketidaknyamanan pada klien, oleh karena itu

hindarkan aktivitas yang tidak perlu dan berikan periode istirahat pada waktu

pemeriksaan jika diperlukan. Pencahayaan yang baik pada di ruangan

pemeriksaan juga sangat penting.

b) Inspeksi

Observasi kulit dan jaringan terhadap adanya perubahan warna,

pembengkakan, massa, maupun deformitas. Catat ukuran dan bentuk dari

persendian. Pembengkakan yang terjadi dapat dikarenakan adanya cairan yang

berlebih pada persendian, penebalan lapisan sinovial, inflamasi dari jaringan

lunak maupun pembesaran tulang. Deformitas yang terjadi termasuk dislokasi,

subluksasi, kontraktur ataupun ankilosis. Perhatikan juga postur tubuh dan gaya

berjalan klien, misalnya gaya berjalan spastik hemiparese ditemukan pada klien

stroke, tremor pada klien parkinson, dan gaya berjalan pincang. Jika klien berjalan

pincang, maka harus diobservasi apakah hal tersebut terjadi oleh karena kelainan

organik pada tubuh sejak bayi atau oleh karena cedera muskuloskeletal. Untuk

dapat membedakannya dengan melihat bentuk kesimetrisan pinggul, bila tidak

simetris artinya gaya berjalan bukan karena cedera muskuloskeletal.

c) Palpasi

Lakukan palpasi pada setiap sendi termasuk keadaan suhu kulit, otot,

artikulasi dan area pada kapsul sendi. Normalnya sendi tidak teraba lembek pada

saat dipalpasi, demikian juga pada membran sinovial. Dan dalam jumlah yang

sedikit, cairan yang terdapat pada sendi yang normal juga tidak dapat diraba.

Apabila klien mengalami fraktur, kemungkinan krepitasi dapat ditemukan, tetapi

pemeriksaan ini tidak dianjurkan karena dapat memperberat rasa nyeri yang

dirasakan klien.

d) Rentang Gerak ( ROM )

Page 5: 4-TO-10.doc

Buatlah tiap sendi mencapai rentang gerak normal penuh ( seperti pada tabel 2

). Pada kondisi normal sendi harus bebas dari kekakuan, ketidakstabilan,

pembengkakan, atau inflamasi.

Bandingkan sendi yang sama pada kedua sisi tubuh terhadap keselarasan.

Uji kedua rentang gerak aktif dan pasif untuk masing-masing kelompok sendi

otot mayor yang berhubungan.

Jangan paksa sendi bergerak ke posisi yang menyakitkan.

Beri klien cukup ruang untuk menggerakkan masing-masing kelompok otot

sesuai rentang geraknya.

Selama pengkajian terhadap rentang gerak, kekuatan dan tegangan otot ,

inspeksi juga memgenai adanya pembengkakan, deformitas, dan kondisi dari

jaringan sekitar, palpasi atau observasi terjadinya kekakuan, ketidakstabilan,

gerakan sendi yang tidak biasanya, sakit, nyeri, krepitasi dan nodul-nodul.

Bila sendi tampak bengkak dan inflamasi, palpasilah kehangatannya.

Selama pengukuran rentang gerak pasif, minta klien agar rilek dan

memungkinkan pemeriksa menggerakkan sendi secara pasif sampai akhir

rentang gerak terasa. Pemeriksa membandingkan rentang gerak aktif dan pasif

yang harus setara untuk masing-masing sendi dan diantara sendi-sendi

kontralateral. Dalam keadaan normal dapat bergerak bebas tanpa sakit atau

krepitasi.

Bila diduga terjadi penurunan gerakan sendi, gunakan sebuah goniometer

untuk pengukuran yang tepat mengenai derajat gerakan. (Caranya tempatkan

goniometer pada tengah siku dengan lengan melebar disepanjang lengan

bawah dan lengan atas klien. Setelah klien memfleksikan lengan, goniometer

akan mengukur derajat fleksi sendi).

Ukur sudut sendi sebelum rentang gerak sendi secara penuh atau pada posisi

netral dan ukur kembali setelah sendi bergerak penuh. Bandingkan hasilnya

dengan derajat normal gerakan sendi.

Tonus dan kekuatan otot dapat diperiksa selama pengukuran rentang gerak

sendi.

Page 6: 4-TO-10.doc

Tonus dideteksi sebagai tahanan otot saat ekstremitas rilek secara pasif

digerakkan melalui rentang geraknya. Tonus otot normal menyebabkan

tahanan ringan dan data terhadap gerakan pasif selamanya rentang geraknya.

Periksa tiap kelompok otot untuk mengkaji kekuatan otot dan

membandingkan pada kedua sisi tubuh. Caranya minta klien membentuk suatu

posisi stabil. Minta klien untuk memfleksikan otot yang akan diperiksa dan

kemudian menahan tenaga dorong yang dilakukan pemeriksa terhadap

fleksinya . Periksa seluruh kelompok otot mayor. Bandingkan kekuatan secara

bilateral, dalam keadaan normal kekuatan otot secara bilateral simetris

terhadap tahanan tenaga dorong, lengan dominan mungkin sedikit lebih kuat

dari lengan yang tidak dominan.

Bersamaan dengan tiap manuver : minta klien membentuk suatu posisi

kuatnya. Berikan peningkatan tenaga dorong secara bertahap terhadap

kelompok otot.

Klien menahan dorongan dengan usaha untuk menggerakkan sendinya

berlawanan dengan dorongan tersebut.

Klien menjaga tahanan tersebut agar tetap ada sampai diminta untuk

menghentikannya.

Sendi seharusnya bergerak saat pemeriksa memberi variasi kekuatan tenaga

dorong terhadap kelompok otot tersebut.

Bila kelemahan otot terjadi, periksa ukuran otot dengan menempatkan pita

pengukur di sekitar lingkar otot tubuh tersebut dan membandingkannya

dengan sisi yang berlawanan.