4 Template Poliploidisasi
-
Upload
sunyiirahastii -
Category
Documents
-
view
22 -
download
2
description
Transcript of 4 Template Poliploidisasi
ACARA IVPOLIPLOIDISASI
A. Hasil PengamatanHasil Pengamatan Metafase pada Akar Bawang Merah (Allium cepa)
Penambahan Colchicine (C-metafase)
Tanpa Pemberian Colchicine
Jumlah Kromosom : 32
Jumlah Kromosom : 16
B. Pembahasan
Poliploid adalah mahluk hidup dimana sel somatisnya memiliki lebih dari dua set
kromosom haploid (lebih dari dua genom). Poliploid banyak di jumpai pada tumbuhan,
sedangkan pada hewan atau manusia sangat jarang dijumpai karena poliploid dapat
menyebakan kelainan atau kematian/letal. Tanaman poliploid dibedakan menjadi dua
yaitu: (1) Tanaman Autopoliploid yaitu apabila genom yang sama mengalami kelipatan.
(2)Allopoliploid yaitu apabila genom-genom berbeda berkumpul melalui hibridisasi
(Sudarka, 2015).
Poliploidi merupakan pemilihan secara kolektif sejumlah kromosom. Variasi timbul
pada sejumlah kromosom set (genom) dalam kromosom individu, dalam sebuah genom
dan beberapa segmen kromosom. Poliploidi ini banyak dijumpai pada tumbuhan.
Poliploidi mempunyai peranan penting dalam proses evolusi dan perkembangbiakkan
tanaman. Evolusi pada tanaman sering terjadi dengan meningkatnya jumlah kromosom
yang mengiringi poliploid. Poliploid baru diciptakan oleh ahli genetika yang
menginginkan produk pertanian (Brewbaker, 1964).
Penggandaan kromosom pada tanaman dapat terjadi secara alami maupun secara
buatan. Tanaman yang mengalami penggandaan kromosom karena proses alam seperti
suhu ekstrim, banjir, petir, dsb disebut sebagai tanaman yang bersifat autopolyploid.
Terdapat pula tanaman yang bersifat allopolyploid, yaitu tanaman yang mengalami
penggandaan jumlah kromosom karena persilangan dengan spesies yang berbeda.
Poliploid terjadi di alam selama proses mitosis dan kemudian berkembang menjadi
dua sel anakan dengan kromosom yang terbelah atau terbagi. Jika pembelahan mitosis
berjalan normal setelah sel terbentuk dan sel terbagi lagi sampai menjadi organisme yang
sempurna, maka organisme ini akan mempunyai jumlah kromosom dua kali lipat pada
semua selnya. Keadaan semacam inilah yang disebut poliploid (Stern, 1991). Usaha-
usaha yang dilakukan oleh seorang pemulia untuk menghasilkan oranisme poliploid
disebut dengan poliploidisasi. Poliploidisasi merupakan salah satu metode penggandaan
kromosom yang dilakukan oleh para pemulia tanaman untuk mendapatkan varietas baru
yang lebih unggul.
Poliploidi pada tumbuhan dapat terjadi secara alami atau buatan. Poliploidi yang
sengaja dibuat menggunakan zat–zat kimia tertentu, salah satunya adalah kolkisin.
kolkisin dengan rumus (C22H25O6N) merupakan suatu alkaloid yang dihasilkan oleh
tanaman Autumn crocus (Cochicum autonale) famili Liliaceae. Kolkisin merupakan racun
kuat, diperoleh dari biji dan umbi tanaman tersebut. Apabila diaplikasikan pada bagian
tumbuahan tertentu, kolkisin pada konsentrasi tertentu mencegah terbentuknya benang
spindel selama pembelahan sel, sehingga fase anafase tidak dapat berlangsung dan
kromosom-kromosom tetap berserakan di dalam sitoplasma, sehingga inti sel yang
terbentu kromosomnya berlipat (Fajrina et al., 2012).
Kolkisin dapat dilarutkan dalam air (tidak air panas), gliserol, dapat dicampur
dengan agar atau lanolin. Larutan kolkhisin bekerja efektif pada konsentrasi 0,01 –1,0 %,
lama perendaman berkisar antara 3-24 jam tergantung jenis tanaman. Konsentrasi larutan
kolkhisin yang sering dipakai untuk kebanyakan tanaman adalah 0,2 %. Berbagai macam
tanaman yang telah diinduksi menjadi poliploidi dengan cara pemberian kolkisin biasanya
memiliki sifat ukuran lebih besar dan cepat tumbuh. (Sudarka, 2015).
Dalam beberapa spesies, ada peningkatan dalam jumlah kromosom (ploidi) yaitu
peningkatan jumlah sel kromosom homolog yang dapat timbul dengan cara kegagalan
mitosis selama megasporogenesis, kegagalan pemisahan kromosom pada anaphase
sehingga gamet fungsional menerima dua set kromosom, serta mutasi somatik dan
penggunaan larutan colchicine. Mutasi somatik antara lain adalah penggandaan jumlah
kromosom yang diikuti pembelahan mitosis dan pembentukan jaringan poliploid yang
dapat berkembang menjadi batang atau cabang poliploid. Penggunaan colchicine pada
titik tumbuh tanaman akan mencegah pembentukan serabut gelendong dan pemisahan
kromosom pada anaphase dari mitosis menyebabkan penggandaan kromosom tanpa
pembentukan dinding sel (Crowder, 1997).
Ciri umum tanaman poliploid (dibanding tanaman diploid), antara lain: tanaman
tampak lebih kekar, ukuran organ tanaman lebih besar (akar, batang, daun, bunga dan
buah), ukuran sel dan inti selnya lebih besar, buluh pengangkutan (xylem dan phloem)
lebih besar, stomata juga lebih besar, daun lebih tebal dan warna hijau daun lebih tua,
ukuran bunga lebih besar dan waktu berbunganya lebih lama. Berlipatnya jumlah
kromosom tanaman poliploid dapat menyebabkan kandungan protein, vitamin dam asam
organik lainnya meningkat, tetapi tekanan osmotik sel-sel berkurang, pembelahan sel
terlambat, masa vegetatif lebih panjang, fertilitas berkurang, tanaman kurang tahan
terhadap hama dan penyakit.
Pada praktikum ini dilakukan poliploidisasi buatan yaitu dengan menambahkan
colchicine (C22H25O6N) pada sel tumbuhan. Sel tumbuhan yang digunakan adalah ujung
akar bawang merah (Allium cepa). Allium cepa digunakan karena memiliki jumlah
kromosom yang sederhana (16) dan selnya besar sehingga mudah diamati. Bagian ujung
akar bawang merah memiliki meristem yang aktif membelah sehingga mudah diamati
fase-fase pembelahannya. Dalam praktikum ini dilakukan pengamatan pada pembelahan
mitosis yang terjadi pada sel ujung akar bawang merah tanpa penambahan kolkisin
sebagai kontrol dan sel ujung akar bawang merah dengan penambahan kolkisin.
Pada pengamatan sel ujung akar tanpa penambahan kolkisin pembelahan mitosis
berjalan normal. Pada pembelahan ini terdapat fase pembelahan interfase, profase,
metafase, anafase, dan telofase. Jumlah kromosom bawang merah tetap normal, yaitu 16.
Pada sel yang diberi penambahan kolkisin terjadi pembelahan c-mitosis, sel tidak dapat
membentuk benang-benang gelendong pada saat metafase, peristiwa ini disebut C-
Metafase. Selain itu sel yang diberi tambahan kolkisin juga terlihat lebih besar.
C-Metafase ditandai dengan menggandanya jumlah kromosom menjadi 4n sehingga
berjumlah 32 yang terjadi karena sister kromatid tidak terdistribusi pada sel anakannya
sehingga kromosom mengganda pada frekuensi yang sering atau bahkan terus-menerus
(Crowder, 1997). Pada fase ini tidak terbentuk benang-benang gelendong. Akibatnya
kromosom tetap berada di bidang ekuator, dan tidak tertarik ke kutub. Oleh karena itu,
kromosom-kromosom tetap tinggal berserakan dalam sitoplasma (Suryo, 1995). Selain itu
dinding sel yang terbentuk tidak seperti pada pembelahan mitosis normal. Pembelahan
tidak dapat dilanjutkan menuju fase anafse karena adanya penggandaan kromosom pada
C-Metafase. Pembelahan akan berlangsung normal kembali jika penaruh dari kolkisin
sudah hilang.
Kesimpulan
1. Penggandaan kromosom pada tanaman dapat terjadi secara alami ataupun buatan.
Secara alami karena proses alam dan hibridisasi sedangkan secara buatan dapat
dengan cara fisis, mekanik, dan kimia.
2. Sel tanaman yang diberi kolkisin akan mengalami pembelahan C-Mitosis dimana
benang-benang gelendong tidak terbentuk sehingga pasangan kromosom tidak
berpisah dan kromosom mengalami penggandaan saat metafase sehingga sel gagal
melakukan anafase.
3. Ciri-ciri tanaman poliploid adalah tanaman tampak lebih kekar, ukuran organ tanaman
lebih besar (akar, batang, daun, bunga dan buah), ukuran sel dan inti selnya lebih
besar, buluh pengangkutan (xylem dan phloem) lebih besar, stomata juga lebih besar,
daun lebih tebal dan warna hijau daun lebih tua, ukuran bunga lebih besar dan waktu
berbunganya lebih lama.
Daftar Pustaka
Brewbaker, J.L. 1983. Genetika Pertanian. Seri Lembaga Genetika Modern.
Crowder, L.V. 1997. Plant Genetics. Longman Inc, London.
Fajrina,A., M. Idris, Mansyurdin dan N. W. Surya. 2012. Penggandaan kromosom dan
pertumbuhan somaklonal Andalas (Morus macroura Miq. var macroura) yang
diperlakukan dengan kolkisin. Jurnal Biologi Universitas Andalas 1(1):23-26.
Stern, K. R. 1991. Introductory Plant Biology. W. M. C. Brown Publishers, California.
Sudarka,W. 2015. Pemuliaan Kelainan Genetik dan Sitogenetik pada Tanaman.<
http://www.fp.unud.ac.id/ind/wp.content/uploads/mk_ps_agroekoteknologi/
pemuliaan_tanaman/Pemuliaan_Kelainan_Genetik_dan_Sitogenetik.pdf>. Diakses
tanggal 22 Maret 2015.
Suryo. 1995 . Sitogenetika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Lampiran
Kolkisin : Profase Tanpa : Anafase Tanpa : Profase
Tanpa : Telofase