4. Proposal Bab II

13
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 JALAN Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. 2.2 JALAN UMUM Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006, jalan umum adalah jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum. Jalan umum dikelompokan dalam sistem jaringan jalan, fungsi jalan, status jalan, dan kelas jalan. 2.2.1 Sistem jaringan Jalan Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan primer, dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarki. Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada rencana tata ruang wilayah 5

description

Bab II evaluasi kinerja ruas jalan

Transcript of 4. Proposal Bab II

10

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 JALANBerdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

2.2 JALAN UMUMSesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006, jalan umum adalah jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum. Jalan umum dikelompokan dalam sistem jaringan jalan, fungsi jalan, status jalan, dan kelas jalan.2.2.1 Sistem jaringan JalanSistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan primer, dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarki. Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada rencana tata ruang wilayah dan dengan memperhatikan keterhubungan antar kawasan dan/atau dalam kawasan perkotaan, dan kawasan pedesaan.1. Sistem Jaringan Jalan PrimerSistem jaringan jalan primer disusun untuk menghubungkan secara menerus semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal, sampai ke pusat kegiatan lingkungan, dan menghubungkan antar pusat kegiatan nasional sebagai pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional.2. Sistem Jaringan Jalan SekunderSistem jaringan jalan sekunder disusun untuk menghubungkan secara menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke persil sebagai pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.2.2.2 Fungsi jalanBerdasarkan UU Nomor 38 Tahun 2004 dan PP Nomor 34 Tahun 2006 dapat disimpulkan bahwa menurut fungsinya jalan umum dikelompokan sebagai berikut.1. Jalan arteri Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. Jalan arteri meliputi jalan arteri primer dan arteri sekunder. Jalan arteri primer menghubungkan antar pusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Sedangkan jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, antar kawasan sekunder kesatu, antara kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.2. Jalan kolektor Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan kolektor meliputi jalan kolektor primer dan kolektor sekunder. Jalan kolektor primer menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah, antar pusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal, sedangkan jalan kolektor sekunder menghubungkan antara kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.3. Jalan lokal Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal meliputi jalan lokal primer dan jalan lokal sekunder. Jalan lokal primer menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antar pusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antar pusat kegiatan lingkungan. Jalan lokal sekunder menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan4. Jalan lingkungan Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah. Jalan lingkungan meliputi jalan lingkungan primer dengan jalan lingkungan sekunder. Jalan lingkungan primer menghubungkan antar pusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan. Jalan lingkungan sekunder menghubungkan antar persil dalam kawasan perkotaan.2.2.3 Status JalanSedangkan, Menurut statusnya jalan umum dikelompokan menjadi sebagai berikut.1. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibu kota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.2. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibu kota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.3. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibu kota kabupaten/kota dengan ibu kota kecamatan, antara ibu kota kecamatan, ibu kota jabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.4. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar pusat pemukiman yang berada di dalam kota.5. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar pemukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

2.3 JALAN PERKOTAANBerdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir jalan, minimum pada satu sisi jalan. Jalan berada di atau dekat dengan pusat perkotaan dengan jumlah penduduk lebih dari 100.000 jiwa atau berada di daerah perkotaan dengan jumlah penduduk kurang dari 100.000 jiwa tetapi mempunyai perkembangan jalan yang permanen dan menerus. Karakteristik arus lalu lintas puncak pada pagi dan sore hari secara umum lebih tinggi dan terdapat perubahan komposisi lalu lintas yang mana mempunyai persentase kendaraan pribadi dan dan sepeda motor lebih tinggi dan persentase truk berat lebih rendah.Sesuai dengan Manual kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, tipe jalan perkotaan terdiri dari1. Jalan dua lajur dua arah (2/2 UD)2. Jalan empat lajur dua arah a. Tak terbagi (4/2 UD)b. Terbagi (4/2 D)3. Jalan enam lajur 2 arah terbagi (6/2 D)4. Jalan satu arah (1-3/1)

2.4 KINERJA RUAS JALANUntuk dapat menyelesaikan permasalahan lalu lintas yang terjadi di suatu ruas jalan, diperlukan evaluasi kinerja yang dapat memberikan gambaran kondisi yang terjadi pada saat ini di ruas jalan tersebut. Evaluasi kinerja ruas jalan perkotaan dapat dinilai dengan menggunakan parameter - parameter lalu lintas. Selanjutnya, dapat diperoleh solusi yang tepat guna memperbaiki masalah yang terjadi di ruas jalan tersebut. Variabel variabel yang dapat digunakan sebagai parameter lalu lintas terdiri dari1. Arus lalu lintas2. Kapasitas3. Derajat kejenuhan4. Kecepatan tempuh2.4.1 Arus Lalu Lintas (Q)Arus lalu lintas adalah jumlah kendaraan bermotor yang melalui titik pada jalan per satuan waktu. Dalam aplikasinya, arus berbagai tipe kendaraan harus diubah dalam satuan mobil penumpang (smp). Ekivalen mobil penumpang (emp) digunakan sebagai faktor yang menunjukan berbagai tipe kendaraan dibandingkan kendaraan ringan sehubungan dengan pengaruhnya terhadap kecepatan kapasitas kendaraan ringan dalam arus lalu lintas (Direktorat Jendral Bina Marga, 1997).Ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk masing masing tipe kendaraan tergantung pada tipe jalan dan arus lalu lintas total yang dapat dinyatakan dalam kendaraan/jam. Nilai emp dikelompokan berdasarkan jenis kendaraan sebagai berikut.1. Kendaraan ringan (LV), termasuk mobil penumpang, minibus, pick up, truk kecil, dan jeep).2. Kendaraan berat (HV), termasuk truk dan bus.3. Sepeda motor (MC)2.4.2 Kecepatan Arus BebasKecepatan arus bebas (FV) didefinisikan sebagai kecepatan pada tingkat arus nol. Yaitu kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai kendaraan bermotor tanpa dipengaruhi oleh kendaraan bermotor lain di jalan (Direktorat Jendral Bina Marga, 1997).2.4.3 KapasitasKapasitas (C) didefinisikan sebagai arus maksimum melalui suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu. Untuk jalan dua lajur dua arah ditentukan untuk arus dua arah (kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan per arah dan kapasitas ditentukan per lajur (Direktorat Jendral Bina Marga, 1997). 2.4.4 Derajat KejenuhanDerajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas, digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan segmen jalan. Nilai derajat kejenuhan (DS) menunjukan apakah segmen jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas atau tidak (Direktorat Jendral Bina Marga, 1997).2.4.5 Kecepatan TempuhKecepatan tempuh didefinisikan sebagai kecepatan rata rata ruang dari kendaraan ringan sepanjang segmen jalan. Dalam evaluasi kinerja ruas jalan, kecepatan tempuh digunakan sebagai ukuran kinerja ruas jalan, dikarenakan mudah dimengerti dan diukur, dan merupakan masukan yang penting untuk biaya pemakai jalan dalam analisa ekonomi (Direktorat Jendral Bina Marga, 1997).

2.5 PERTUMBUHAN LALU LINTASUntuk menghitung pertumbuhan arus lalu lintas yang terjadi pada 5 tahun mendatanng, digunakan regresi linier yang menggunakan daya masukan berupa data jumlah penduduk dan data jumlah kepemilikan kendaraan bermotor. Analisis pertumbuhan lalu lintas ini digunakan sebagai pedoman pengarahan karena prediksi ini bukanlah suatu ramalan yang mutlak tepat (Ardhiarini, 2008).Analisis regresi linier dengan data masukan berupa data jumlah penduduk dan data jumlah kepemilikan kendaraan bermotor akan menghasilkan angka pertumbuhan tiap tahunnya. Selanjutnya dapat digunakan untuk memprediksi arus lalu lintas pada tahun berikutnya.

2.6 MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTASBerdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, manajemen dan rekayasa lalu lintas adalah serangkaian usaha dan kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan dalam rangka mewujudkan, mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas.

2.7 PENELITIAN TERDAHULUPenelitian mengenai kinerja ruas jalan telah banyak dilakukan oleh peneliti peneliti lain, tetapi pada tiap tiap penelitian mempunyai objek dan waktu berbeda. Metode yang digunakan pada penelitian terdahulu menggunakan metode berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Berikut ini merupakan abstraksi dari penelitian penelitian terdahulu dengan topik yang sama.Maulana (2012), pada penelitian berjudul Evaluasi Kinerja Ruas Jalan Kaliurang KM 4,5 KM 5,7. Penelitian ini dilakukan evaluasi kinerja ruas jalan dengan objek diteliti ruas Jalan Kaliurang KM 4,5 6,7 , menggunakan metode berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Dari hasil pengamatan dan analisis didapatkan nilai derajat kejenuhan sebesar 1,26 dan 1,85 pada 5 tahun mendatang di ruas jalan tersebut. Untuk meningkatkan kinerja ruas jalan tersebut dilakukan perencanaan manajemen lalu lintas berupa skenario. Pada skenario pertama dilakukan normalisasi lebar ruas jalan. Pada skenario kedua dilakukan pelebaran jalan dengan penambahan median jalan. Selanjutnya, pada skenario ketiga dilakukan manajemen lalu lintas berupa jalan satu arah.Dewi (2012), pada penelitian berjudul Analisis Kinerja Ruas Jalan di Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan evaluasi kinerja ruas jalan dengan objek yang diteliti ruas Jalan C. Simajuntak, dengan menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997). Dari hasil pengamatan dan analisis didapatkan nilai derajat kejenuhan sebesar 0,97. Untuk meningkatkan kinerja ruas jalan dilakukan manajemen lalu lintas yaitu dengan memasang rambu dilarang berhenti dan rambu larangan parkir. Namun hal belum cukup untuk meningkatkan kinerja ruas jalan sehingga dapat sesuai dengan ketentuan. Selanjutnya, pemberlakuan jalan satu arah pada jam 06:00 sampai dengan 18:00.Saputra (2013), pada penelitian berjudul Analisis Kinerja Ruas Jalan Hos Cokroaminoto. Penelitian dini dilakukan berdasarkan metode Manual Kapasitas Jalan (MKJI) 1997 dengan objek yang diteliti ruas Jalan Hos Cokroaminoto. Dari hasil pengamatan dan analisis didapatkan nilai derajat kejenuhan sebesar 0,55 dan kecepatan arus bebas sebesar 46 km/jam. Berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 14 Tahun 2006 tingkat pelayanan pada ruas jalan tersebut adalah B. Prediksi derajat kejenuhan pada tahun 2020 mencapai 0,84. Untuk meningkatkan kinerja ruas jalan tersebut dilakukan pemasangan rambu larangan parkir dan pemasangan median jalan.Penelitian yang dilakukan oleh peneliti peneliti sebelumnya sangat berguna sebagai referensi penelitian yang akan dilakukan dan sebagai perbandingan dengan penelitian yang akan dilakukan. Perbandingan penelitian dengan topik yang sama bisa dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1Perbandingan penelitian dengan topik yang samaNoAspek Maulana (2012)Dewi (2012)Saputra (2013)Penelitian ini

1Judul PenelitianEvaluasi Kinerja Ruas Jalan Kaliurang KM 4,5 KM6,7Analisis Kinerja Ruas Jalan di YogyakartaAnalisis Kinerja Ruas Jalan Hos CokroaminotoEvaluasi Kinerja Ruas Jalan Pramuka (016-11K) Sleman

2Objek PenelitianRuas Jl. Kaliurang KM 4,5 KM 6,7Ruas Jl. C. SimanjuntakRuas Jl. Hos CokroaminotoRuas Jl. Pramuka (016-11K) Sleman

3Metode PenelitianManual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997

4Hasil Penelitian Nilai DS eksisting = 1,26DS 2017 = 1,85Nilai DS eksisting = 0,97Nilai DS eksisting = 0,55DS 2020 = 0,84-

5Skenario manajemen lalu lintas1. Pemasangan rambu larangan berhenti dan larangan parkir2. Pelebaran ruas jalan3. Jalan satu arah1. Pemasangan rambu larangan parkir2. Jalan satu arah1. Pemasangan rambu larangan parkir dan median jalan

Sumber: Perpustakaan Universitasi Islam Indonesia (2015) 5