4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Data Line Takt Time · time bulan Oktober selama 244 jam atau...
Transcript of 4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Data Line Takt Time · time bulan Oktober selama 244 jam atau...
Universitas Kristen Petra
22
4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
4.1. Data Line Takt Time
Data line takt time assembly line perlu diambil karena merupakan acuan
untuk melakukan kaizen dalam mencapai tujuan penelitian. Untuk mendapatkan
data line takt time diperlukan data Purchase Order (PO) dan data jumlah waktu
kerja murni.
Data PO yang digunakan adalah data PO yang jumlahnya terbesar di
antara record PO bulan September 2009 hingga Februari 2010 (6 bulan terakhir),
yaitu data PO bulan Oktober sejumlah 116020 pieces. Data working time
disesuaikan dengan data PO, sehingga data yang digunakan adalah data working
time bulan Oktober selama 244 jam atau 878400 detik. Dengan menggunakan
rumus line takt time, dihasilkan data line takt time sebesar 7,57110843 detik, yang
dibulatkan menjadi 7,57 detik.
4.2. Data Kondisi Awal Proses Assembly D16D
Data cycle time tiap proses assembly line perlu diambil karena
merupakan dasar dari tujuan penelitian untuk melakukan kaizen proses assembly.
Cycle time yang digunakan adalah cycle time yang merupakan modus terkecil,
sesuai dengan aturan penentuan cycle time pada LPW. Contoh penentuan cycle
time proses sub assy base dalam LPW dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Universitas Kristen Petra
23
Tabel 4.1. Lembar Pengamatan Waktu Proses Sub Assy Base (Operator 1)
Sumber: Dokumen Hasil Genba Assembly Line Maret 2010 (Kondisi Awal)
Tabel tersebut menunjukkan waktu dari setiap elemen kerja dan elemen
gerak operator 1 yang mengerjakan proses sub assy base. Time study dilakukan
minimal sebanyak lima kali, dan dihasilkan lima data cycle time sebesar 10,50
detik, 10,30 detik, 10,24 detik, 10,36 detik, dan 10,31 detik. Elemen-elemen kerja
yang dilakukan oleh operator 1 dicari nilai modus terkecil dan terbesarnya,
kemudian dijumlahkan sehingga terdapat masing-masing satu nilai yang mewakili
modus terkecil dan modus terbesar. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan
kelima data cycle time tadi, kemudian dipilih dua nilai yang paling mendekati
modus-modus tersebut. Nilai yang paling mendekati modus terkecil digunakan
sebagai cycle time proses sub assy base, sedangkan nilai yang paling mendekati
modus terbesar digunakan sebagai acuan dalam menghitung baratsuki. Dalam hal
Universitas Kristen Petra
24
ini, cycle time dari proses sub assy base adalah 10,24 detik. Demikian seterusnya
aturan ini digunakan pada operator 2, operator 3, sampai pada operator 10
sehingga ditemukan cycle time tiap operator yang dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Baratsuki dapat dihitung berdasarkan Tabel 4.1. dengan cara
mengurangkan nilai yang paling mendekati modus terbesar dengan nilai yang
paling mendekati modus terkecil. Sehingga dapat ditemukan nilai baratsuki untuk
masing-masing proses yang dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Data Cycle Time dan Baratsuki Proses Assembly D16D Kondisi Awal
Operator Nama Proses Cycle Time
(detik)
Baratsuki
(detik)
1 Sub Assy Base 10,24 0,26
2 Jig Stamping Solder 9,44 4,25
3 Sub Assy Knob 6,11 2,29
4 Sub Assy Base Knob 7,07 1,84
5 Sub Assy Stay 9,11 3,82
6 Sub Assy Holder 7,02 2,99
7 Sub Assy Screw 6,05 2,78
8 Sub Assy Mirror 4,92 1,25
9 Sub Assy Bulb dan Inspection 5,23 1,90
10 Packing 4,91 1,12
Sumber: Dokumen Hasil Genba Assembly Line Maret 2010 (Kondisi Awal)
Data cycle time dan baratsuki tersebut menunjukkan bahwa kondisi
assembly line masih belum memenuhi target, yaitu cycle time tiap proses dibawah
atau minimal sama dengan line takt time yang besarnya 7,57 detik dan baratsuki
tiap proses maksimum sebesar 1 detik. Tabel tersebut dapat disimpulkan dalam
Gambar 4.1.
Universitas Kristen Petra
25
Gambar 4.1. Yamazumi Chart Proses Assembly D16D
Sumber: Dokumen Hasil Genba Assembly Line Maret 2010 (Kondisi Awal)
Data elemen kerja dan elemen gerak proses assembly D16D dibutuhkan
untuk dapat menjabarkan permasalahan yang terjadi, yaitu hal-hal yang
menghambat operator assembly line dalam meraih angka cycle time dibawah atau
sama dengan line takt time dan angka baratsuki maksimal 1 detik. Data elemen
kerja dan elemen gerak tiap proses assembly D16D diperoleh dengan melakukan
pengamatan langsung dan dicatat pada LPW.
Tabel 4.1. menunjukkan elemen kerja dan elemen gerak dari proses sub
assy base. Elemen kerja pertama adalah ambil base yang dapat di-breakdown
menjadi tiga elemen gerak, yaitu julurkan tangan kanan, pegang part, dan angkat
part dan pindahkan ke tangan kiri. Elemen kerja kedua adalah ambil terminal B
yang dapat di-breakdown menjadi tiga elemen gerak, yaitu julurkan tangan kanan,
pegang part, dan angkat part. Elemen kerja ketiga adalah masukkan terminal B
pada base. Elemen kerja ketiga tidak di-breakdown karena pergerakannya terlalu
rumit untuk dibagi. Elemen kerja keempat adalah ambil terminal A yang dapat di-
breakdown menjadi tiga elemen gerak, yaitu julurkan tangan kanan, pegang part,
Universitas Kristen Petra
26
dan angkat part. Elemen kerja kelima adalah masukkan terminal A pada base,
yang juga tidak di-breakdown karena pergerakannya terlalu rumit untuk dibagi.
Elemen kerja keenam adalah ambil plate B yang dapat di-breakdown menjadi tiga
elemen gerak, yaitu julurkan tangan kanan, pegang part, dan angkat part. Elemen
kerja ketujuh adalah masukkan plate B pada base. Elemen kerja kedelapan adalah
letakkan part. Demikian seterusnya aturan ini digunakan dalam penentuan elemen
kerja dan elemen gerak seluruh proses assembly D16D yang dikerjakan operator 2
sampai dengan operator 10.
4.3. Data Kondisi Awal Layout Formasi 3 Assembly Line
Data layout Formasi 3 assembly line dibutuhkan untuk dapat mengetahui
posisi tiap operator, tools, mesin, dan material dalam pengerjaan proses-proses
assembly D16D. Layout Formasi 3 dapat dilihat pada Gambar 4.2.
4.4. Data Kondisi Awal Standar Kerja Assembly D16D
Beberapa permasalahan mengenai standar kerja di assembly line untuk
produk D16D antara lain tidak adanya standar kerja berupa Tabel Standar Kerja
Kombinasi dan Tabel Standar Kerja untuk masing-masing proses.
4.5. Analisis Proses Assembly D16D
Analisis dari tiap-tiap proses assembly D16D, yang mencakup deskripsi
proses, elemen kerja proses, dan masalah yang terjadi secara keseluruhan dapat
dilihat pada Tabel 4.3.
Universitas Kristen Petra
27
Gambar 4.2. Kondisi Awal Layout Formasi 3 Assembly Line
Sumber: Dokumen Hasil Genba Assembly Line Maret 2010 (Kondisi Awal)
Keterangan: 1a = Base 3a = Coil Spring 4d = Jig 6b = Jig Stamp 9a = WIP Sub Assy Mirror
1b = Terminal B 3b = Grease 5a = WIP Sub Assy Base Knob 6c = Holder 9b = Jig Electric
1c = Terminal A 3c = Knob 5b = Screw M6 7a = WIP Sub Assy Holder 9c = Bulb
1d = Plate B 3d = WIP Sub Assy Knob 5c = Screw Driver 7b = Nut Hex M3 10a= WIP Assy Mirror D16D
2a = WIP Sub Assy Base 4a = WIP S/A Stamped Base 5d = Clip Spring 7c = Screw M3 10b= Finished Goods Box
2b = Plate A 4b = Screw 4 MM 5e = Stay 7d = Screw Driver
2c = Jig Stamp Solder 4c = Steel Ball 6a = WIP Sub Assy Stay 8a = Mirror
LAYOUT FORMASI 3
Operator 1Operator 2
Operator 3
Operator 4
Operator 5 Operator 6 Operator 7Operator 8
Operator 101a
1b1c1d2a
2b
2c
4d
4b 4c3a
4a
3b3c 3d
5a5b
5c5d
5e6a 6b
6c
7a 7b 7c
7d
CONVEYORCONVEYOR OVEN FLOW PROCESS
8a
9a
9b
Operator 9
9c
10a
10b
Universitas Kristen Petra
28
Tabel 4.3. Analisis Proses Assembly D16D
Operator Nama Proses Deskripsi Proses Elemen Kerja Analisis Sebab Akibat
1 Sub Assy Base Operator merakit Base dengan
Terminal A, Terminal B, dan Plate
B dengan cara memasangkan
Terminal dan Plate ke Base.
Hasil dari proses ini dinamakan
Sub Assy Base.
1. Ambil Base
2. Ambil Terminal B
3. Masukkan Terminal B pada Base
4. Ambil Terminal A
5. Masukkan Terminal A pada Base
6. Ambil Plate B
7. Masukkan Plate B pada Base
8. Letakkan part
1. Kedua tangan belum
dimanfaatkan dengan
maksimal.
2. Operator kesulitan
mengambil part per 1 piece.
3. Terdapat jarak yang cukup
jauh antara part dengan
operator.
2 Jig Stamping
Solder
Operator merakit Sub Assy Base
dengan Plate A, kemudian
melakukan stamping dengan mesin
heater untuk mengunci posisi
Terminal dan Plate yang telah
dipasang.
Hasil dari proses ini dinamakan
Sub Assy Stamped Base.
1. Ambil Sub Assy Base
2. Ambil Plate A
3. Pasang Plate A ke S/A Base
4. Letakkan Base pada jig
5. Tekan tombol power
6. Ambil part dari jig
7. Cek visual
8. Letakkan part pada meja
1. Kedua tangan belum
dimanfaatkan dengan
maksimal.
2. Terdapat waktu idle.
3 Sub Assy Knob Operator merakit Knob dengan
Coil Spring yang terlebih dahulu
diberi grease.
Hasil dari proses ini dinamakan
Sub Assy Knob
1. Ambil Coil Spring
2. Greasing Coil Spring
3. Pasang Coil Spring pada Knob
4. Pasang Screw 4 MM
5. Letakkan S/A Knob pada box
1. Operator kesulitan
mengambil part per 1
piece.
Universitas Kristen Petra
29
Tabel 4.3. Analisis Proses Assembly D16D (sambungan)
4 Sub Assy Base
Knob
Operator merakit Sub Assy
Stamped Base dengan Sub Assy
Knob, dengan memasang Steel
Ball terlebih dahulu, kemudian
mengunci posisi Sub Assy Knob
dengan Screw 4 MM.
Hasil dari proses ini dinamakan
Sub Assy Base Knob.
1. Ambil S/A Stamped Base
2. Ambil Steel Ball dan S/A Knob
3. Ambil Screw 4 MM
4. Pasang Screw 4 MM
5. Letakkan S/A Base Knob pada
telusuran
1. Kedua tangan belum
dimanfaatkan dengan
maksimal.
2. Operator kesulitan
mengambil part per 1 pcs.
5 Sub Assy Stay Operator merakit Sub Assy Base
Knob dengan Stay, kemudian
mengunci posisi Stay dengan
menggunakan Clip Spring dan
Screw M6.
Hasil dari proses ini dinamakan
Sub Assy Stay.
1. Ambil Stay dan S/A Base Knob
2. Ambil Clip Spring dan Screw M6
3. Marking
4. Letakkan part di meja
1. Operator kesulitan
mengambil part per 1 pcs.
2. Terdapat jarak yang cukup
jauh antara tools dengan
operator.
3. Peletakkan tools ke tempat
semula sulit.
6 Sub Assy Holder Operator merakit Sub Assy Stay
dengan Holder dengan
menggunakan mesin stamping.
Hasil dari proses ini dinamakan
Sub Assy Holder.
1. Pasang Holder dan Sub Assy Stay
pada jig
2. Proses Jig Stamping
3. Marking
4. Letakkan Sub Assy Stay Holder
pada meja
1. Ada gerakan yang tidak
diperlukan.
2. Peletakkan tools ke tempat
semula sulit.
7 Sub Assy Screw Operator merakit Sub Assy Holder
dengan Nut Hex M3 dan Screw
M3 untuk mengencangkan Sub
Assy Holder. Hasil proses ini
dinamakan Sub Assy Screw.
1. Ambil Sub Assy Holder
2. Ambil dan pasang Nut Hex M3
3. Ambil dan pasang Screw M3
4. Mengencangkan Screw
5. Cek visual dan letakkan Sub Assy
pada conveyor
1. Operator kesulitan
mengambil part per 1 pcs.
2. Terdapat jarak yang cukup
jauh antara tools dengan
part.
Universitas Kristen Petra
30
Tabel 4.3. Analisis Proses Assembly D16D (sambungan)
8 Sub Assy Mirror Operator merakit Sub Assy Screw
dengan Mirror. Hasil proses ini
dinamakan Sub Assy Mirror.
1. Ambil Sub Assy Screw
2. Cek visual
3. Ambil dan pasang Mirror
4. Cek visual
5. Letakkan part
1. Ada gerakan yang tidak
diperlukan.
9 Sub Assy Bulb
dan Inspection
Operator merakit Sub Assy Mirror
dengan Bulb, kemudian
menginspeksinya dengan alat uji
listrik.
Hasil dari proses ini dinamakan
Assy Mirror D16D.
1. Ambil Sub Assy Mirror dan Bulb
2. Pasang Bulb
3. Pengecekan lighting
4. Letakkan Assy Mirror pada meja
1. Terdapat jarak yang cukup
jauh antara operator
dengan part.
10 Packing Operator melakukan marking pada
Assy Mirror D16D, kemudian
meletakkan pada box packing.
1. Ambil Assy Mirror D16D
2. Cek visual dan marking pada
soket
3. Masukkan Assy Mirror D16D ke
dalam box
1. Tidak ada masalah
Universitas Kristen Petra
31
4.6. Kaizen Proses Assembly D16D Trial I
Cycle time pada Tabel 4.2. diturunkan melalui kaizen pada elemen-
elemen kerja dan elemen-elemen gerak yang dilakukan untuk menyelesaikan tiap-
tiap proses agar mencapai waktu minimal yang terbaik. Improvement pertama
(Trial I) dilakukan pada bulan April. Trial I merupakan hasil dari serangkaian
trial yang telah dilakukan sebelum pengumpulan Mid Evaluation Report ke
perusahaan. Secara umum, kaizen yang dilakukan antara lain melakukan relayout
dan memanfaatkan telusuran (sliding board) sebagai alat bantu salur. Pada salah
satu tahap Trial I, perusahaan memindahkan proses sub assy knob dari assembly
line ke gudang komponen untuk meminimumkan biaya. Adapun hasil kaizen yang
telah dicapai hingga Trial I selesai dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Data Cycle Time dan Baratsuki Proses Assembly D16D Trial I
Operator Nama Proses Cycle Time
(detik)
Baratsuki
(detik)
1 Sub Assy Base 8,6 2,44
2 Jig Stamping Solder 5,51 1,43
3 Sub Assy Knob Gudang Komponen
4 Sub Assy Base Knob 9,83 1,23
5 Sub Assy Stay 10,20 3,55
6 Sub Assy Holder 7,66 2,3
7 Sub Assy Screw 7,6 1,9
8 Sub Assy Mirror 7,05 3,12
9 Sub Assy Bulb dan Inspection 7,10 3
10 Packing 4,91 1,12
4.7. Kaizen Proses Assembly D16D Trial II
Setelah keseluruhan proses Trial I selesai, dilakukan analisis terhadap
hasilnya. Hasil Trial I masih belum memenuhi target yang telah ditetapkan bagi
sebagian besar proses assembly D16D, sehingga diadakan improvement kedua
(Trial II). Hasil analisis Trial I digunakan sebagai acuan untuk melakukan kaizen
pada Trial II yang dilakukan pada bulan Mei. Trial II sendiri merupakan
serangkaian trial yang dilakukan secara bertahap pada tiap-tiap proses assembly
D16D setelah pengumpulan Mid Evaluation Report sampai sebelum Final Report.
Secara umum, kaizen yang dilakukan pada Trial II antara lain melakukan
relayout, memanfaatkan telusuran (sliding board) sebagai alat bantu salur,
Universitas Kristen Petra
32
modifikasi proses dan tools, dan memanfaatkan tools untuk memudahkan operator
dalam mengambil part dan memperpendek jarak. Contoh hasil kaizen berupa
pemanfaatan telusuran (sliding board) dan modifikasi tools dapat dilihat pada
Gambar 4.3. dan Gambar 4.4. Perbandingan cycle time dan baratsuki antara
kondisi awal (Before) dengan kondisi Trial II dari tiap-tiap proses assembly D16D
dapat dilihat pada Tabel 4.5. hingga Tabel 4.13.
Gambar 4.3. Contoh Telusuran (Sliding Board)
Gambar 4.4. Contoh Modifikasi Tools
Kondisi Before Kondisi Trial II
Proses Sub Assy Base
Universitas Kristen Petra
33
Tabel 4.5. Perbandingan Kondisi Before dan Trial II Proses Sub Assy Base
Nama
Proses Elemen Kerja Before Elemen Kerja Trial II
Problem dan Action (Kaizen)
Problem (Kondisi Before) Action (Kondisi Trial II)
Sub Assy
Base
(Operator
1)
Ambil Base Ambil Base dan
Terminal B
1. Tangan kiri menunggu ketika
tangan kanan mengambil part.
2. Operator kesulitan
mengambil part per 1 piece.
3. Posisi polybox Base
lurus/sejajar dengan
permukaan tanah.
1. Tangan kiri mengambil Base
bersamaan dengan tangan kanan
yang mengambil Terminal B.
2. Tempat part Terminal B
diperlebar dan dimiringkan 10o.
3. Posisi polybox Base
dimiringkan sebesar 15o.
Ambil Terminal B
Masukkan Terminal B
pada Base
Masukkan Terminal B
pada Base Tidak ada masalah
Ambil Terminal A Ambil Terminal A
4. Operator kesulitan mengambil
part per 1 piece.
4. Tempat part Terminal A
diperlebar dan dimiringkan
sebesar 10o.
Masukkan Terminal A
pada Base
Masukkan Terminal A
pada Base Tidak ada masalah
Ambil Plate B Ambil Plate B 5. Operator kesulitan mengambil
part per 1 piece.
5. Tempat part Plate B diperlebar
dan dimiringkan sebesar 10o.
Masukkan Plate B pada
Base
Masukkan Plate B pada
Base Tidak ada masalah
Letakkan part Letakkan part
6. Jarak tangan dengan meja saat
meletakkan part sejauh 30 cm.
6. Membuat telusuran sehingga
memperpendek jarak menjadi
sejauh 15 cm.
Universitas Kristen Petra
34
Tabel 4.6. Perbandingan Kondisi Before dan Trial II Proses Jig Stamping Solder
Nama
Proses Elemen Kerja Before Elemen Kerja Trial II
Problem dan Action (Kaizen)
Problem (Kondisi Before) Action (Kondisi Trial II)
Jig
Stamping
Solder
(Operator
2)
Ambil Sub Assy Base
Ambil Sub Assy Base
dan Ambil Plate A
1. Tangan kiri menunggu ketika
tangan kanan mengambil part.
1. Tangan kiri mengambil Sub
Assy Base bersamaan dengan
tangan kanan yang mengambil
Plate A.
2. Sub Assy Base didekatkan
dengan tombol power kiri.
3. Proses dilakukan saat mesin
bekerja.
Ambil Plate A
Pasang Plate A ke Base Pasang Plate A ke Base Tidak ada masalah
Letakkan Base pada jig
Ambil Sub Assy yang
telah di-jig solder,
letakkan Base pada jig
2. Operator idle saat mesin
Stamping Solder bekerja.
4. Setelah menekan tombol power,
operator melanjutkan ke elemen
kerja berikutnya sementara
mesin bekerja. Tekan tombol power,
mesin bekerja
Tekan tombol power,
mesin bekerja
Ambil part dari jig
Cek visual Melakukan marking
3. Proses selanjutnya tidak dapat
memastikan kualitas dari
proses jig stamping solder.
5. Memberi tanda pada part agar
operator selanjutnya dapat
memastikan kualitas.
Letakkan part pada
meja
Letakkan part pada
telusuran
4. Peletakan pada meja
menyulitkan proses berikutnya.
6. Membuat telusuran sehingga
memudahkan convey.
Universitas Kristen Petra
35
Tabel 4.7. Perbandingan Kondisi Before dan Trial II Proses Sub Assy Base Knob
Nama
Proses Elemen Kerja Before Elemen Kerja Trial II
Problem dan Action (Kaizen)
Problem (Kondisi Before) Action (Kondisi Trial II)
Sub Assy
Base
Knob
(Operator
4)
Ambil Base Ambil Base dan Steel
Ball
1. Tangan kiri menunggu ketika
tangan kanan mengambil part.
2. Operator mengalami kesulitan
untuk mengambil Steel Ball.
1. Tangan kiri mengambil Base
bersamaan dengan tangan kanan
yang mengambil Steel Ball.
2. Box Steel Ball ditinggikan
sebanyak 15 cm dan pada alas
box diberi busa untuk
memudahkan dalam
pengambilan part.
Ambil Steel Ball dan
Knob Ambil dan Pasang Knob
dan Screw 4 MM
3. Operator mengalami
kesulitan mengambil Screw 4
MM.
4. Operator mengalami
kesulitan mengambil Knob.
3. Box Screw ditinggikan 15 cm
dan pada alas box diberi busa
untuk memudahkan dalam
pengambilan part.
4. Tempat Knob ditinggikan
sebanyak 20 cm untuk
memudahkan pengambilan.
Ambil Screw 4 MM 5. Tangan kanan menunggu
ketika tangan kiri mengambil
part.
5. Tangan kanan mengambil Knob
bersamaan dengan tangan kiri
yang mengambil Screw 4MM. Pasang Screw 4 MM
Letakkan Sub Assy Base
pada telusuran
Letakkan Sub Assy Base
pada telusuran
Tidak ada masalah
Universitas Kristen Petra
36
Tabel 4.8. Perbandingan Kondisi Before dan Trial II Proses Sub Assy Stay
Nama
Proses Elemen Kerja Before Elemen Kerja Trial II
Problem dan Action (Kaizen)
Problem (Kondisi Before) Action (Kondisi Trial II)
Sub Assy
Stay
(Operator
5)
Ambil Stay dan Sub
Assy Base Knob
Ambil Stay dan Sub
Assy Base Knob
1. Operator kesulitan untuk
mengambil Stay.
1. Membuat alas untuk box Stay
dengan sudut kemiringan
sebesar 45o.
Ambil Clip Spring dan
Screw M6
Ambil Clip Spring dan
Screw M6
2. Pada saat pengambilan Clip
Spring, seringkali Clip Spring
saling tersangkut.
2. Tempat Clip Spring diperluas
supaya Clip Spring tidak saling
tersangkut.
Pasang Screw M6 Pasang Screw M6
3. Jarak antara screw driver
dengan jig terlalu jauh.
3. Membuat jig sliding yang tegak
lurus dengan screw driver untuk
memudahkan operator
memasang Screw M6.
Marking Marking
4. Peletakan pensil marker ke
tempatnya terlalu sulit.
4. Pensil marker digantung dengan
tali fleksibel untuk mengurangi
gerakan meletakkan pensil.
Letakkan part di meja Letakkan part di meja Tidak ada masalah
Universitas Kristen Petra
37
Tabel 4.9. Perbandingan Kondisi Before dan Trial II Proses Sub Assy Holder
Nama
Proses Elemen Kerja Before Elemen Kerja Trial II
Problem dan Action (Kaizen)
Problem (Kondisi Before) Action (Kondisi Trial II)
Sub Assy
Holder
(Operator
6)
Pasang Holder dan Sub
Assy Stay pada jig
Pasang Holder dan Sub
Assy Stay pada jig
Tidak ada masalah
Proses jig stamping Proses jig stamping
Marking Marking
1. Tempat marker terlalu jauh
dan ada gerakan meletakkan
marker ke pad marker.
1. Tempat marker ditinggikan dan
diubah menjadi vertikal,
sehingga tidak ada gerakan
meletakkan marker ke pad.
Letakkan Sub Assy
Stay Holder pada meja
Letakkan Sub Assy Stay
Holder pada meja
2. Ada gerakan memutar Stay. 2. Gerakan memutar Stay
dihilangkan.
Universitas Kristen Petra
38
Tabel 4.10. Perbandingan Kondisi Before dan Trial II Proses Sub Assy Screw
Nama
Proses Elemen Kerja Before Elemen Kerja Trial II
Problem dan Action (Kaizen)
Problem (Kondisi Before) Action (Kondisi Trial II)
Sub Assy
Screw
(Operator
7)
Ambil Sub Assy Holder Ambil Sub Assy Holder
Ambil dan Pasang Nut
Hex M3
Ambil dan Pasang Nut
Hex M3
1. Operator mengalami kesulitan
untuk mengambil Nut Hex
M3 dan Screw M3.
1. Pada alas box Nut Hex M3 dan
Screw M3 diberi busa untuk
memudahkan pengambilan part.
Ambil dan Pasang
Screw M3
Ambil dan Pasang Screw
M3
Tidak ada masalah
Mengencangkan Screw
M3
Mengencangkan Screw
M3
2. Jarak antara box Screw M3
dan screw driver terlalu jauh
yaitu 35 cm.
2. Memberi alas setinggi 10 cm
untuk box Screw M3 dan box
Nut Hex M3.
Cek visual dan letakkan
Sub Assy pada
conveyor
Cek visual dan letakkan
Sub Assy pada conveyor
Tidak ada masalah
Universitas Kristen Petra
39
Tabel 4.11. Perbandingan Kondisi Before dan Trial II Proses Sub Assy Mirror
Nama
Proses Elemen Kerja Before Elemen Kerja Trial II
Problem dan Action (Kaizen)
Problem (Kondisi Before) Action (Kondisi Trial II)
Sub Assy
Mirror
(Operator
8)
Ambil Sub Assy Screw Ambil Sub Assy Screw
1. Ada gerakan memindahkan
part dari tangan kanan ke
tangan kiri.
1. Memindah posisi operator
(relayout).
Cek visual 2. Cek visual pada proses Sub Assy
Mirror dipindahkan ke proses
Packing.
Ambil dan Pasang
Mirror Ambil Mirror
Cek Visual Pasang Mirror
Letakkan Part Letakkan Part Tidak ada masalah
Tabel 4.12. Perbandingan Kondisi Before dan Trial II Proses Sub Assy Bulb dan Inspection
Nama
Proses Elemen Kerja Before Elemen Kerja Trial II
Problem dan Action (Kaizen)
Problem (Kondisi Before) Action (Kondisi Trial II)
Sub Assy
Bulb dan
Inspect-
ion
(Operator
9)
Ambil Sub Assy Mirror
dan Bulb
Ambil Sub Assy Mirror
dan Bulb
1. Mengambil Sub Assy Mirror
dari conveyor.
1. Mengambil Sub Assy Mirror
dari meja (hasil relayout
operator 8).
Pasang Bulb Pasang Bulb Tidak ada masalah
Pengecekan lighting Pengecekan lighting 2. Pengecekan hanya sekali 2. Pengecekan dilakukan tiga kali
Letakkan Assy Mirror
pada meja
Letakkan Assy Mirror
pada meja
Tidak ada masalah
Universitas Kristen Petra
40
Tabel 4.13. Perbandingan Kondisi Before dan Trial II Proses Packing
Nama
Proses Elemen Kerja Before Elemen Kerja Trial II
Problem dan Action (Kaizen)
Problem (Kondisi Before) Action (Kondisi Trial II)
Packing
(Op. 10)
Ambil Assy Mirror
D16D
Ambil Assy Mirror
D16D
Tidak ada masalah
Cek visual dan marking
pada soket
Cek visual keseluruhan
dan marking pada lampu,
soket, dan tonjolan
plastik pada Terminal B
1. Marking hanya pada soket. 1. Marking dilakukan pada lampu,
soket, dan tonjolan plastik pada
Terminal B untuk improve
quality assurance.
Masukkan Assy Mirror
D16D ke dalam box
Masukkan Assy Mirror
D16D ke dalam box
Tidak ada masalah
Universitas Kristen Petra
41
4.8. Analisis Hasil Kaizen
Pada sub bab sebelumnya telah disebutkan masalah-masalah pada proses
assembly D16D beserta seluruh kaizen yang telah dilakukan dari awal hingga
selesainya keseluruhan proses Trial II. Dengan kaizen tersebut, cycle time dan
baratsuki tiap pengerjaan proses oleh operator assembly dapat diturunkan. Hasil
kaizen terhadap cycle time dan baratsuki masing-masing proses assembly D16D
dapat dilihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14. Pencapaian Kaizen Assembly D16D
Operator Nama Proses
Before After
Cycle Time
(detik)
Baratsuki
(detik)
Cycle Time
(detik)
Baratsuki
(detik)
1 Sub Assy Base 10,24 0,26 6,07 1,17
2 Jig Stamping
Solder 9,44 4,25 5,51 1,43
3 Sub Assy Knob Gudang Komponen
4 Sub Assy Base
Knob 7,07 1,84 6,54 0,59
5 Sub Assy Stay 9,11 3,82 7,11 0,46
6 Sub Assy Holder 7,02 2,99 7,35 0,24
7 Sub Assy Screw 6,05 2,78 6,69 0,83
8 Sub Assy Mirror 4,92 1,25 4,72 0,86
9 Sub Assy Bulb
dan Inspection 5,23 1,9 6,66 0,84
10 Packing 4,91 1,12 5,52 1,32
Total 63,99 20,21 56,17 7,74
Tabel di atas menunjukkan penurunan cycle time dan baratsuki tiap
proses assembly D16D, dengan penurunan cycle time bottleneck dari 10,24 detik
menjadi 7,35 detik dan penurunan baratsuki maksimum dari 4,25 menjadi 1,43
detik. Penurunan cycle time dan baratsuki tersebut mencakup seluruh proses
assembly D16D kecuali proses sub assy knob yang telah dialihkan ke Gudang
Komponen. Tabel di atas dapat disimpulkan dalam Gambar 4.5.
Universitas Kristen Petra
42
Gambar 4.5. Yamazumi Chart Pencapaian Kaizen Assembly D16D
Universitas Kristen Petra
43
(4.1)
Hasil kaizen yang telah dicapai pada assembly line secara langsung
mempengaruhi produktivitas assembly line. Besarnya peningkatan produktivitas
tersebut diperoleh dengan cara melakukan analisis terhadap input dan output dari
produk D16D antara kondisi Before dan kondisi Trial II. Produktivitas dari
produk D16D dihitung dengan rumus berikut.
Produktivitas = Output
Input
Melalui perhitungan dengan rumus tersebut, output per jam D16D pada
kondisi Before adalah 345 pieces. Output per jam D16D pada kondisi Trial II
adalah 482 pieces. Selisih keduanya adalah sebesar 137 pieces, sehingga
peningkatan produktivitas yang terjadi adalah sebesar 39,71%.
Hasil kaizen yang telah dicapai pada assembly line perlu dipertahankan.
Salah satu cara untuk mempertahankan hasil tersebut adalah dengan alat
standarisasi, yaitu Work Instruction (WI), Tabel Standar Kerja Kombinasi
(TSKK), Tabel Standar Kerja (TSK), Yamazumi Chart, dan Layout yang telah
diperbarui. Berikut ini penjelasan dari penyesuaian tiap-tiap standar kerja
assembly D16D.
4.8.1. Work Instruction (WI)
Tabel 4.15. adalah contoh hasil renewal terhadap WI proses sub assy
base yang telah dilakukan berdasarkan perubahan terhadap elemen kerja dan
elemen gerak dari tiap proses assembly D16D.
Universitas Kristen Petra
44
Tabel 4.15. Hasil Renewal Work Instruction Proses Sub Assy Base
Sumber: Dokumen Hasil Improvement Jishuken Mei 2010 (Kondisi Akhir)
4.8.2. Tabel Standar Kerja Kombinasi (TSKK)
Tabel 4.16. adalah contoh hasil standarisasi kerja berupa Tabel Standar
Kerja Kombinasi proses sub assy base yang telah dilakukan berdasarkan waktu
tiap elemen kerja dan elemen gerak dari proses-proses assembly D16D yang telah
di-kaizen.
Universitas Kristen Petra
45
Tabel 4.16. Hasil Standarisasi TSKK Proses Sub Assy Base
Sumber: Dokumen Hasil Improvement Jishuken Mei 2010 (Kondisi Akhir)
4.8.3. Tabel Standar Kerja (TSK)
Tabel 4.17. merupakan contoh hasil standarisasi kerja berupa Tabel
Standar Kerja proses sub assy base yang telah dilakukan berdasarkan elemen
kerja dan posisi operator, mesin, tools, dan material tiap proses-proses assembly
D16D yang telah di-kaizen.
Universitas Kristen Petra
46
Tabel 4.17. Hasil Standarisasi TSK Proses Sub Assy Base
Sumber: Dokumen Hasil Improvement Jishuken Mei 2010 (Kondisi Akhir)
4.8.4. Yamazumi Chart
Gambar 4.6. adalah hasil renewal terhadap standar kerja berupa
Yamazumi Chart yang telah dilakukan berdasarkan penurunan cycle time dan
baratsuki proses-proses assembly D16D yang telah dicapai.
MAN AUTO JALAN
0.75
1.34
0.99
1.06
1.04
0.31
0.58
TOTAL 6.07
Ambil Plate B
6 Masukkan Plate B pada Base
7 Letakkan Part (Tangan Kanan)
3 Ambil Terminal A
4 Masukkan Terminal A pada Base
5
No. PEKERJAAN / Work ItemWAKTU
1 Ambil Base & Terminal B
2 Masukkan Terminal B pada Base
POS :
SHEET
No :
Nama Part : INNER D16D/D40D/D88D
No. Part :
Finish : 7 BAGIAN :
Nama Process :
TABEL STANDAR KERJA (TSK)
No Dokumen : TSK / ENG / 1 / ADM /
LANGKAH
KERJA / Work
Sequence
Start : 1
Standardized Work Chart
SUB ASSY BASE
1 7.57
REVISI KE :
Revision No.
STANDAR STOCK PROCESS
Stock In ProcessCEK KUALITAS
Quality Check
CEK
KESELAMATAN
CYCLE TIME
MAN POWER
TAKT TIME
Takt Time
APPROVED CHECKED PREPARED
MULAI DIPAKAI TGL : 27/05/2010
ASSYA
PLATE B TERMINAL A TERMINAL B
TELUSURAN ->
MAN POWER
4 5
1732
6
Universitas Kristen Petra
47
Gambar 4.6. Kondisi Trial II Yamazumi Chart Proses Assembly D16D
Sumber: Dokumen Hasil Improvement Jishuken Mei 2010 (Kondisi Akhir)
4.8.5. Layout Formasi 3
Gambar 4.7. adalah hasil renewal terhadap standar kerja berupa layout
Formasi 3 yang telah dilakukan berdasarkan perubahan elemen kerja dan elemen
gerak proses-proses assembly D16D yang terjadi selama proses kaizen.
Universitas Kristen Petra
48
Gambar 4.7. Kondisi Trial II Layout Formasi 3 Assembly Line
Sumber: Dokumen Hasil Improvement Jishuken Mei 2010 (Kondisi Akhir)
Keterangan: 1a = Base 2c = Jig Stamp Solder 4a = WIP Sub Assy Base Knob 5b = Jig Stamp 7a = Mirror
1b = Terminal B 3a = WIP S/A Stamped Base 4b = Screw M6 5c = Holder 8a = WIP Sub Assy Mirror
1c = Terminal A 3b = Screw 4 MM 4c = Jig 6a = WIP Sub Assy Holder 8b = Jig Electric
1d = Plate B 3c = Steel Ball 4d = Clip Spring 6b = Nut Hex M3 8c = Bulb
2a = WIP Sub Assy Base 3d = Sub Assy Knob 4e = Stay 6c = Screw M3 9a = WIP Assy Mirror D16D
2b = Plate A 3e = Jig 5a = WIP Sub Assy Stay 6d = Screw Driver 9b = Finished Goods Box
LAYOUT FORMASI 3
OVEN FLOW PROCESS CONVEYORCONVEYOR
1a
1b1c1d
2a2b
3e
2c
3b3a
4a 5a
8b
Operator 1 Operator 2
Operator 4
3c 3d
Operator 5 Operator 6 Operator 7
4b4c
4d4e
5b
5c
6a 6b 6c
6d
Operator 8
Operator 9
Operator 10
7a 8a
8c
9a
9b