4 PEMBUATAN MODEL Pembuatan · Pengiriman notifikasi dan jadwal safety K3 proyek kepada pihak...
Transcript of 4 PEMBUATAN MODEL Pembuatan · Pengiriman notifikasi dan jadwal safety K3 proyek kepada pihak...
34 Universitas Kristen Petra
4 PEMBUATAN MODEL
Pembuatan assessment ini dituangkan dalam bentuk sebuah tabel isian
yang dibuat secara sederhana sehingga mudah untuk diisi dan dipahami oleh
pengguna untuk mengetahui pentahapan yang sedang terjadi di proyeknya.
Bentuk tabel yang diusulkan adalah berupa pembagian sub kriteria
pemborosan pada sumbu X dan pentahapan kedewasaan pada sumbu Y. Tabel ini
diisi dengan menggunakan tanda centang (√) pada setiap kolom yang tersedia, lalu
setelah kesemuanya diisi maka hasil isian tersebut dijumlahkan ke bawah sesuai
dengan kategori pemborosan yang bersangkutan. Dari hasil isian ini, akan
dibuatkan suatu diagram radar / diagram laba-laba untuk membantu pengamatan
secara visual tentang di mana dan bagaimana kondisi proyek saat penilaian ini
dilakukan.
4.1 Sub kriteria pemborosan
Dari sumber-sumber referensi mengenai pemborosan dan non value-added
activity didapat beberapa manifestasi atau bentuk-bentuk nyata dari pemborosan
yang terjadi di dunia konstruksi. Penelitian-penelitian sebelumnya membedakan
bentuk-bentuk pemborosan yang terjadi sesuai dengan tujuan penelitian mereka
masing-masing. Dalam penelitian ini, bentuk-bentuk pemborosan tersebut ditulis
ulang dan dikelompokkan sesuai dengan kategori dalam pemborosan “eight waste”
35 Universitas Kristen Petra
Pemborosan transportasi
Tabel 4.1 Sub kriteria pemborosan transportasi
Transportasi
Nama sub kriteria Referensi
Transportasi yang tidak perlu dari peralatan dan perkakas kerja
Domingo (2003)
Transportasi yang tidak perlu dari material
Domingo (2003)
Abilla (2010)
Transportasi dokumen dan informasi yang tidak perlu
Rashid and Heravi (2012)
Transportasi yang tidak perlu dari peralatan dan perkakas kerja dianggap
sebagai pemborosan karena diperlukan waktu, biaya dan tenaga untuk
memindahkan peralatan dan perkakas kerja dari satu lokasi ke lokasi lainnya namun
tidak memberi nilai tambah / value. Contohnya:
Mesin molen yang harus dipindah ke ruangan lain karena keberadaaannya
mengganggu lalu lintas pekerja
Penggunaan rute memutar untuk mengirimkan beton readymix karena terkena
jam kota
Transportasi yang tidak perlu dari material dianggap sebagai pemborosan
karena diperlukan waktu, biaya dan tenaga untuk memindahkan material dari satu
lokasi ke lokasi lainnya namun tidak memberi nilai tambah / value dan rawan
terjadinya kerusakan / kehilangan material. Contohnya:
Pasir yang datang tidak diturunkan di dalam area kerja, namun ditaruh didepan
proyek sehingga mengganggu lalu-lintas. Berikutnya para pekerja harus
melangsir lagi pasir tersebut kedalam proyek supaya tidak mengganggu lalu-
lintas.
Tumpukan bata di dalam area proyek yang harus dipindah karena mengganggu
akses jalan tukang
36 Universitas Kristen Petra
Tranportasi dokumen dan informasi yang tidak perlu adalah suatu pemborosan
karena distribusi dokumen dan informasi ini memerlukan usaha dan waktu,
sementara pengiriman kepada pihak yang salah tidak akan menambah nilai bagi
proyek. Contohnya:
Pengiriman notifikasi dan jadwal safety K3 proyek kepada pihak pemilik
Pengiriman dokumen hasil pencapaian mingguan dan bulanan kepada pihak
subkontraktor
Pemborosan inventaris
Tabel 4.2 Sub kriteria pemborosan inventaris
Inventaris Nama sub kriteria Referensi
Material yang sudah tidak diperlukan di lokasi proyek
Khanh and Kim (2015)
Alwi et al. (2002b)
Inventaris barang mentah dan supply yang berlebihan
Domingo (2003)
Penempatan peralatan dan perkakas yang berlebihan atau tidak perlu
Khanh and Kim (2015)
Material yang sudah tidak diperlukan di lokasi proyek dianggap sebagai
pemborosan karena keberadaan material tersebut tidak memberi nilai tambah
hingga akhir proyek namun malah menghabiskan tempat untuk kerja dan
menyimpan material lainnya. Contohnya:
Kelebihan dan sisa-sisa material bekisting seperti papan dan balok yang ditaruh
di lokasi site
Kelebihan dan sisa-sisa potongan WF dan plat baja yang tidak segera
dikeluarkan dari site
Inventaris barang mentah dan supply yang berlebihan dianggap sebagai
pemborosan karena kelebihan material tersebut tidak memberi nilai tambah hingga
akhir proyek namun malah menghabiskan tempat untuk kerja dan menyimpan
material lainnya. Contohnya:
37 Universitas Kristen Petra
Stock pasir di lapangan yang menggunung hingga menyulitkan akses lalu-
lalang pekerja
Stock kayu balok untuk kuda-kuda dan bekisting yang menumpuk sehingga
menyulitkan penerimaan barang lain
Penempatan peralatan dan perkakas yang berlebihan atau tidak perlu
dianggap sebagai pemborosan karena kelebihan peralatan tersebut tidak memberi
nilai tambah hingga akhir proyek namun malah menghabiskan tempat untuk kerja
dan menyimpan material lainnya. Contohnya:
Mesin Bar cutter dan bar bender yang masih disimpan di proyek meski
pekerjaan besi sudah selesai
Mesin gerinda tangan yang didatangkan lebih banyak dari kebutuhan, malah
rawan mengakibatkan pencurian dan kehilangan di proyek
Pemborosan pergerakan
Tabel 4.3 Sub kriteria pemborosan pergerakan
Pergerakan Nama sub kriteria Referensi
Mencari solusi dan jawaban dari beragam alat komunikasi seperti telpon, SMS, email, website, dsb.
Lafever (2010)
Pergerakan dari pekerja yang tidak perlu.
Domingo (2003)
Abilla (2010)
Terbatasnya tempat kerja Rashid and Heravi (2012)
Mencari solusi dan jawaban dari beragam alat komunikasi seperti telpon,
SMS, email, website, dsb hubungannya adalah dengan sistem kearsipan dan
administrasi. Aktivitas ini apabila berlebihan akan dianggap sebagai pemborosan
karena menghabiskan waktu yang tidak sedikit untuk memperoleh dan
mengolahnya. Contohnya:
Mencari instruksi kerja lapangan yang telah dikirimkan oleh pihak wakil
pemilik karena tidak terarsip dengan baik
38 Universitas Kristen Petra
Mencari dokumen pendukung untuk pengajuan pekerjaan tambah yang tidak
diarsipkan sebelumnya
Pergerakan atau perpindahan dari pekerja yang tidak perlu dianggap
sebagai pemborosan karena pergerakan ini menghabiskan waktu dan tenaga
sementara tidak memberi nilai tambah. Contohnya:
Pekerja yang mondar-mandir mencari alat & perkakas
Pekerja yang diundang ke proyek namun terpaksa dipulangkan dari lokasi
proyek karena lokasi site yang belum siap dikerjakan, entah karena keputusan
belum turun ataupun material dan alat kerja belum tiba di lokasi proyek
Terbatasnya tempat kerja dianggap sebagai pemborosan karena dengan
tempat kerja yang lebih sedikit dari yang diperlukan, banyak pekerja yang harus
mondar-mandir mencari, menggunakan dan mengorganisir alat kerja dan material.
Contohnya:
Tempat fabrikasi besi yang terlalu kecil, sehingga lebih banyak mondar-mandir
memindah besi daripada bekerjanya
Tempat pemotongan keramik yang hanya diluar site saja sehingga pekerja harus
mondar-mandir naik turun tangga untuk memotong dan memasang keramik
Pemborosan menunggu
Tabel 4.4 Sub kriteria pemborosan menunggu
Menunggu Nama sub kriteria Referensi
Menunggu Material Alwi et al. (2002b)
Menunggu kedatangan peralatan dan perkakas
Alwi et al. (2002b)
Domingo (2003)
Khanh and Kim (2015)
Menunggu perbaikan alat kerja Alwi et al. (2002b)
Menunggu pekerja tiba Alwi et al. (2002b)
Domingo (2003)
Khanh and Kim (2015)
Menunggu informasi dan keputusan
Abilla (2010)
Alwi et al. (2002b)
39 Universitas Kristen Petra
Menunggu Material dianggap sebagai pemborosan karena pada jeda waktu
menunggu tersebut, tukang, pekerja, staff dan peralatan sewa akan menganggur dan
menghabiskan biaya. Contohnya:
Pekerjaan plesteran tidak dapat dilanjutkan karena material semen habis dan
masih belum datang
Pekerjaan bekisting tidak dapat dilanjutkan karena scaffolding untuk perancah
masih belum datang
Menunggu kedatangan peralatan dan perkakas dianggap sebagai
pemborosan karena sebelum peralatan kerja dan perkakas tiba, tukang, pekerja,
staff dan material akan menganggur dan menghabiskan biaya. Contohnya:
Pekerjaan pembongkaran tidak dapat dilanjutkan karena alat drill beton masih
belum datang
Pekerjaan pemasangan rangka plafond tidak dapat dimulai karena ramset untuk
menembak rangka belum tiba di lapangan
Menunggu perbaikan alat kerja dianggap sebagai pemborosan karena
sebelum peralatan kerja dan perkakas dapat digunakan, tukang, pekerja, staff dan
material akan menganggur dan menghabiskan biaya. Contohnya:
Pekerjaan galian yang terpaksa berhenti karena mesin excavator mengalami
masalah mesin
Pekerjaan pengecoran yang terpaksa dihentikan karena mesin concrete pump
mengalami masalah
Menunggu pekerja tiba dianggap sebagai pemborosan karena pada jeda
waktu menunggu tersebut, material, peralatan kerja, dan staff akan menganggur dan
menghabiskan biaya. Contohnya:
Karena sebagian pekerja belum tiba dari desa, maka kemajuan di lapangan
terlambat sehingga staff pengawas menanggur
Pekerjaan plafond mundur dari jadwal karena team pemasangan rangka plafond
masih belum tiba dari proyek lain di luar pulau
40 Universitas Kristen Petra
Menunggu informasi dan keputusan dianggap sebagai pemborosan karena
pada jeda waktu menunggu tersebut, material, peralatan kerja, tukang dan staff akan
menganggur dan menghabiskan biaya. Contohnya:
Pekerjaan pemasangan keramik yang tidak dapat dimulai karena masih belum
ada keputusan pola keramik dari pihak pemilik
Pekerjaan pemasangan pintu & jendela yang tertunda karena masih menunggu
keputusan jenis aksesoris pintu & jendela yang akan dipakai
Pemborosan produksi berlebih
Tabel 4.5 Sub kriteria pemborosan produksi berlebih
Produksi berlebih Nama sub kriteria Referensi
Memproduksi lebih banyak dari yang dibutuhkan
Domingo (2003)
Memproduksi lebih cepat dari yang dijadwalkan
Domingo (2003)
Kekerapan perubahan desain Rashid and Heravi (2012)
Memproduksi lebih banyak dari yang dibutuhkan dianggap sebagai
pemborosan karena sampai akhir proyek tetap tidak memberikan suatu nilai
tambah, melainkan malah menghabiskan waktu, biaya dan tenaga untuk
memproduksinya. Contohnya:
Produksi list plafond lebih banyak dari kebutuhan sehingga list plafond tersebut
tidak terpakai, menumpuk dan rusak
Produksi pengelasan dan pemotongan keramik untuk ujung-ujung lebih banyak
dari kebutuhan sehingga tidak bisa dipakai dan harus dibuang
Memproduksi lebih cepat dari yang dijadwalkan dianggap sebagai
pemborosan karena penggunaan waktu, tenaga dan biaya dapat dialokasikan ke
pengerjaan yang lebih tepat sasaran dan efektif. Contohnya:
Membuat gambar pelaksanaan (workshop drawing) untuk seluruh pekerjaan
struktur dan arsitektur diawal, yang mana semuanya akan sia-sia jika ada sedikit
perubahan di lapangan
41 Universitas Kristen Petra
Membuat kusen kayu, daun pintu dan daun jendela di awal proyek, yang mana
akan menghabiskan tempat penyimpanan dan rawan terbentur sehingga
hasilnya cacat.
Kekerapan perubahan desain dianggap sebagai pemborosan karena
menyebabkan desain, material dan proyek yang sudah dikerjakan menjadi tidak
dapat digunakan seperti tujuan awalnya. Contohnya:
Keputusan untuk menambah jumlah ruangan setelah pekerjaan struktur selesai
Keputusan untuk merubah letak pintu dan jendela setelah pekerjaan dinding selesai.
Pemborosan pengolahan berlebih
Tabel 4.6 Sub kriteria pemborosan pengolahan berlebih
Pengolahan Berlebih Nama sub kriteria Referensi
Alat kerja yang tidak sesuai Alwi et al. (2002b)
Peralatan sering rusak Alwi et al. (2002b)
Pemeriksaan dan pemantauan yang berlebihan
Rashid and Heravi (2012)
Prosedur kerja dan protokol yang tidak perlu
Khanh and Kim (2015)
Alat kerja yang tidak sesuai dianggap sebagai pemborosan karena pekerjaan
yang dilakukan dengan peralatan yang tidak memadai akan memakan waktu lebih
lama dan menghabiskan tenaga yang lebih banyak Contohnya:
Memindahkan material pasir dan bata menggunakan tangan, pemborosan waktu
jika dibandingkan dengan menggunakan gerobak dorong
Pemotongan keramik menggunakan gerinda bukannya alat khusus potong
keramik sehingga hasil yang diperoleh lebih kasar dan waktunya lebih lama.
Peralatan sering rusak dianggap sebagai pemborosan karena penggunaan
peralatan yang tidak andal akan memakan waktu lebih lama dan menghabiskan
tenaga yang lebih banyak. Contohnya:
42 Universitas Kristen Petra
Penggunaan tower crane yang sering macet, waktu rusaknya tidak dapat diduga
sebelumnya sehingga apabila rusak, pekerjaan yang membutuhkan bantuan
tower crane jadi tertunda
Penggunaan mesin gerinda dan mesin bor yang mudah rusak, memakan lebih
banyak waktu untuk pemeliharaan dibandingkan dengan mesin bor yang tahan
lama
Pemeriksaan dan pemantauan yang berlebihan dianggap sebagai
pemborosan karena akan menghabiskan tenaga lebih banyak dan memakan waktu
lebih banyak. Contohnya:
Pemeriksaan batas-batas lahan dan as bangunan yang dilakukan setiap pagi dan
sore.
Pemantauan dan pemeriksaan pengerjaan pasangan keramik setiap selesai
pengerjaan satu baris.
Prosedur kerja dan protokol yang tidak perlu dianggap sebagai pemborosan
karena menambah daftar proses pekerjaan yang harus dilakukan. Contohnya:
Keharusan untuk melaporkan jadwal pelaksanaan harian dan jadwal pencapaian
harian serta meminta persetujuan ke pihak pemilik sebelum memulai pekerjaan
hari berikutnya.
Keharusan untuk melaporkan dan meminta persetujuan kepada wakil direksi
untuk setiap keputusan yang dibuat oleh supervisor lapangan
Pemborosan cacat produksi
Tabel 4.7 Sub kriteria pemborosan cacat produksi
Cacat produksi Nama sub kriteria Referensi
Kerusakan pada pekerjaan yang telah selesai
Domingo, R. T. (2003).
Koreksi dan pengerjaan ulang dalam konstruksi karena ketidaksesuaian dengan desain.
Rashid and Heravi (2012)
Material rusak/menurun kualitasnya pada waktu pengerjaan konstruksi
Khanh and Kim (2015)
43 Universitas Kristen Petra
Kerusakan pada pekerjaan yang telah selesai dianggap sebagai pemborosan
karena pekerjaan yang telah selesai tersebut harus diulangi lagi sehingga menambah
biaya, waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang yang sama.
Contohnya:
Kesalahan pemasangan keramik yang tidak sesuai dengan denah pola lantai
Kesalahan pemasangan lebar drop ceiling dan ketinggian drop ceiling plafond
yang tidak sesuai dengan gambar detail rencana plafond
Koreksi dan pengerjaan ulang dalam konstruksi karena ketidaksesuaian
dengan desain adalah suatu pemborosan karena pekerjaan tersebut akan harus
diulangi lagi yang pada akhirnya akan menambah biaya, waktu dan tenaga.
Contohnya:
Pembuatan shaft / lubang lift yang kurang diawasi sehingga dimensinya tidak
sesuai dengan desain, mengakibatkan perlu adanya pengerjaan ulang untuk
menyesuaikan mesin lift dengan lubangnya.
Pelaksanaan pekerjaan pembuatan anak tangga yang tidak sesuai desain,
akibatnya dimensi dan jumlahnya berbeda dari desain rencana sehingga harus
diulang
Material rusak/menurun kualitasnya pada waktu pengerjaan konstruksi
dianggap sebagai pemborosan karena dibutuhkan pembelian atau pengadaan ulang
material untuk memperoleh material yang sama. Contohnya:
Penyimpanan semen yang asal-asalan sehingga pada waktu mau dikerjakan,
semen sudah membatu dan tidak bisa dipakai lagi
Penyimpanan pipa air panas Poly Propylene yang tidak semestinya sehingga
pada waktu mau dikerjakan, pipanya sudah tidak lentur lagi.
44 Universitas Kristen Petra
Pemborosan ketidak sesuaian keahlian
Tabel 4.8 Sub kriteria pemborosan ketidak sesuaian keahlian
Ketidak sesuaian keahlian
Nama sub kriteria Referensi
Kurangnya / rendahnya keterlibatan pekerja selama proses konstruksi
Lafever (2010)
Kurangnya / rendahnya pelatihan untuk pekerja
Lafever (2010)
Pekerja yang lambat atau tidak efektif
(Alwi et al. (2002b))
Kurangnya / rendahnya keterlibatan pekerja selama proses konstruksi
dianggap sebagai pemborosan karena banyak potensi dari pekerja yang tidak
dimanfaatkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Contohnya:
Tidak berjalannya rapat koordinasi mingguan sehingga proses komunikasi
hanya berjalan satu arah saja
Pendapat pekerja dan supervisor yang tidak didengarkan sehingga adanya
permasalahan di lapangan tidak dapat diketahui lebih awal
Kurangnya / rendahnya pelatihan untuk pekerja dianggap sebagai
pemborosan karena memperkerjakan tenaga yang kurang mandapat pelatihan akan
mengakibatkan lebih banyak biaya, waktu dan tenaga yang terbuang untuk
mendapatkan hasil yang sama. Contohnya:
Pekerja tidak mendapatkan briefing di awal proyek maupun sebelum pengerjaan
sehingga pengerjaannya tidak seragam antara pekerja yang satu dengan pekerja
yang lain
Supervisor tidak mendapat pelatihan sehingga fungsi pengawasan tidak berjalan
dengan baik
Pekerja yang lambat atau tidak efektif dianggap sebagai pemborosan
karena memperkerjakan tenaga yang lambat akan mengakibatkan lebih banyak
biaya, waktu dan tenaga yang terbuang untuk mendapatkan hasil yang sama.
Contohnya:
45 Universitas Kristen Petra
Supervisor yang lambat dalam memberi instruksi kepada pekerja, sehingga
pekerja banyak nganggurnya.
Pekerja yang kurang bersemangat dan aktif dalam bekerja sehingga hasilnya
lebih sedikit dari pekerja lainnya
4.2 Sub pentahapan maturity model
Pada tabel assessment ini, sub pentahapan maturity model diletakkan pada
sumbu Y, mulai dari persyaratan pentahapan paling sederhana disisi kiri hingga
persyaratan pentahapan yang paling dewasa di sisi kanan. Dalam assessment ini,
yang ditulis adalah persyaratan untuk naik ke tahapan berikutnya. Sub pentahapan
yang diusulkan dalam thesis ini mengacu pada penelitian sebelumnya Secara lebih
lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut
46 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.9 Klasifikasi pentahapan
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
CMMI & Six Sigma
Prosedur telah terdokumen-tasi
Prosedur telah terstandar-isasi
Kendali proses
Perbaikan berkelanjutan
OPM3 1. Definisi Kebutuhan Bisnis
1. Definisi Kebutuhan Bisnis
1. Definisi Kebutuhan Bisnis
1. Definisi Kebutuhan Bisnis
2. Definisi kebutuhan teknikal
2. Definisi kebutuhan teknikal
2. Definisi kebutuhan teknikal
2. Definisi kebutuhan teknikal
3. Identifikasi kemajuan pekerjaan
3. Identifikasi kemajuan pekerjaan
3. Identifikasi kemajuan pekerjaan
3. Identifikasi kemajuan pekerjaan
4. Definisi lingkup pekerjaan
4. Definisi lingkup pekerjaan
4. Definisi lingkup pekerjaan
4. Definisi lingkup pekerjaan
5. Struktur rincian kerja
5. Struktur rincian kerja
5. Struktur rincian kerja
5. Struktur rincian kerja
6. Pengendalian perubahan lingkup pekerjaan
6. Pengendalian perubahan lingkup pekerjaan
6. Pengendalian perubahan lingkup pekerjaan
6. Pengendalian perubahan lingkup pekerjaan
CMMI Assessment
Manajemen proyek sederhana
Standarisasi proses
Pengukuran dan pengawasan proses
Perbaikan proses yang berkelanjutan
Usulan Pentahapan
ini
Prosedur yang Situasional
Prosedur telah terdokumen-tasi
Prosedur telah terstandar-isasi
Pengukuran dan
pengawasan proses
Proses perbaikan
yang berkelan-
jutan
Secara lebih jelas dapat ditulis bahwa prosedur telah terdokumentasi adalah
persyaratan untuk naik ke level 2, . Prosedur telah terdokumentasi yang dimaksud
di sini adalah penggunaan prosedur secara tertulis, yang diurutkan, ditata dan
didokumentasikan secara rapi. Prosedur telah terstandarisasi untuk naik ke level 3,
prosedur telah terstandarisasi yang dimaksud di sini adalah penggunaan prosedur
yang diurutkan, ditata dan didokumentasikan secara rapi, berdasarkan standar-
standar yang berlaku umum seperti ISO, ANSI, ASTM serta pengawasan dari
pelaksanaan standar tersebut di lapangan, pengukuran dan pengawasan prosedur
secara kuantitatif untuk naik ke level 4, . Pengukuran dan pengawasan prosedur
secara kuantitatif yang dimaksud di sini adalah pengawasan keseluruhan prosedur
47 Universitas Kristen Petra
yang berjalan di level 3 secara rapi dan tercatat, selalu dibandingkan terhadap data-
data historis sebelumnya dan data-data pelengkap lainnya serta penggunaan data-
data tersebut sebagai dasar pengambilan keputusan berikutnya. Proses perbaikan
yang berkelanjutan untuk naik ke level 5, peningkatan kemampuan di sini adalah
pelaksanaan keseluruhan proses di level 4 dan adanya usaha untuk mencari cara
atau proses yang lebih baik lagi. Secara lebih jelas, definisi tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4.10 berikut
Tabel 4.10 Definisi persyaratan pentahapan
No. Pentahapan Definisi 5 Proses perbaikan yang
berkelanjutan Pelaksanaan keseluruhan proses di level 4 dan adanya usaha untuk mencari cara atau proses yang lebih baik lagi.
4 Pengukuran dan pengawasan secara kuantitatif
Pengawasan keseluruhan prosedur yang berjalan di level 3 secara rapi dan tercatat, selalu dibandingkan terhadap data-data historis sebelumnya dan data-data pelengkap lainnya serta penggunaan data-data tersebut sebagai dasar pengambilan keputusan berikutnya
3 Prosedur telah terstandarisasi
Penggunaan prosedur yang didokumentasikan diurutkan, dan ditata secara rapi, berdasarkan standar-standar yang berlaku umum seperti ISO, ANSI, ASTM serta pengawasan dari pelaksanaan standar tersebut di lapangan
2 Prosedur telah terdokumentasi
Penggunaan prosedur secara tertulis, yang diurutkan, ditata dan didokumentasikan secara rapi
1 Prosedur yang situasional
Prosedur dibuat oleh masing-masing pengawas atau pimpinan di lapangan saja, tanpa berdasarkan pengarahan atau aturan dari kantor pusat
4.3 Tabel assessment
Setelah sub kriteria pemborosan dan klasifikasi pentahapan didefinisikan,
berikutnya adalah merumuskan dua variabel tersebut kedalam satu tabel. Tabel ini
dibuat secara terpisah untuk masing-masing pemborosan yang terjadi. Tujuannya
adalah agar pengguna dapat berfokus pada satu pemborosan yang hendak dikurangi.
Cara pengisian tabel ini dengan menggunakan tanda centang pada masing-masing
pentahapan, lalu tanda centang tersebut diambil nilai terrendahnya untuk
mengetahui berada pada pentahapan manakah hasil isian pengguna tersebut.
48 U
niv
ers
itas
Kris
ten
Pe
tra
Tabel 4.11 Model penilaian pemborosan transportasi
Pemborosan transportasi Prosedur yang
situasional Prosedur telah terdokumentasi
Prosedur telah terstandarisasi
Pengukuran dan
pengawasan proses
Proses perbaikan yang berkelanjutan
1 2 3 4 5
Transportasi yang tidak perlu dari peralatan dan perkakas kerja
Transportasi yang tidak perlu dari material
Transportasi dokumen dan informasi yang tidak perlu
Tabel 4.12 Model penilaian pemborosan inventaris
Pemborosan inventaris Prosedur yang
situasional Prosedur telah terdokumentasi
Prosedur telah terstandarisasi
Pengukuran dan
pengawasan proses
Proses perbaikan yang berkelanjutan
1 2 3 4 5
Material tidak diperlukan di lokasi proyek
Inventaris barang mentah dan supply yang berlebihan
Penempatan peralatan dan perkakas yang berlebihan atau tidak perlu
49 U
niv
ers
itas
Kris
ten
Pe
tra
Tabel 4.13 Model penilaian pemborosan pergerakan
Pemborosan pergerakan Prosedur yang
situasional Prosedur telah terdokumentasi
Prosedur telah terstandarisasi
Pengukuran dan
pengawasan proses
Proses perbaikan yang berkelanjutan
1 2 3 4 5
Mencari solusi dan jawaban dari beragam alat komunikasi seperti telpon, SMS, email, website, dsb.
Pergerakan dari pekerja yang tidak perlu.
Terbatasnya tempat kerja
Tabel 4.14 Model penilaian pemborosan menunggu
Pemborosan menunggu Prosedur yang
situasional Prosedur telah terdokumentasi
Prosedur telah terstandarisasi
Pengukuran dan
pengawasan proses
Proses perbaikan yang berkelanjutan
1 2 3 4 5
Menunggu Material
Menunggu kedatangan peralatan dan perkakas
Menunggu perbaikan alat kerja
Menunggu pekerja tiba
Menunggu informasi dan keputusan
50 U
niv
ers
itas
Kris
ten
Pe
tra
Tabel 4.15 Model penilaian pemborosan produksi berlebihan
Pemborosan produksi berlebihan Prosedur yang
situasional Prosedur telah terdokumentasi
Prosedur telah terstandarisasi
Pengukuran dan
pengawasan proses
Proses perbaikan yang berkelanjutan
1 2 3 4 5
Memproduksi lebih banyak dari yang dibutuhkan
Memproduksi lebih cepat dari yang dijadwalkan
Kekerapan perubahan desain
Tabel 4.16 Model penilaian pemborosan pengolahan berlebihan
Pemborosan pengolahan berlebihan
Prosedur yang situasional
Prosedur telah terdokumentasi
Prosedur telah terstandarisasi
Pengukuran dan
pengawasan proses
Proses perbaikan yang berkelanjutan
1 2 3 4 5
Alat kerja yang tidak sesuai
Peralatan sering rusak
Pemeriksaan dan pemantauan yang berlebihan
Prosedur kerja dan protokol yang tidak perlu
51 U
niv
ers
itas
Kris
ten
Pe
tra
Tabel 4.17 Model penilaian pemborosan cacat produksi
Pemborosan cacat produksi Prosedur yang
situasional Prosedur telah terdokumentasi
Prosedur telah terstandarisasi
Pengukuran dan
pengawasan proses
Proses perbaikan yang berkelanjutan
1 2 3 4 5
Kerusakan pada pekerjaan yang telah selesai
Koreksi dan pengerjaan ulang dalam konstruksi karena ketidaksesuaian dengan desain.
Material rusak/menurun kualitasnya pada waktu pengerjaan konstruksi
Tabel 4.18 Model penilaian pemborosan ketidak sesuaian keahlian
Pemborosan ketidak sesuaian keahlian
Prosedur yang situasional
Prosedur telah terdokumentasi
Prosedur telah terstandarisasi
Pengukuran dan
pengawasan proses
Proses perbaikan yang berkelanjutan
1 2 3 4 5
Kurangnya / rendahnya keterlibatan pekerja selama proses konstruksi
Kurangnya / rendahnya pelatihan untuk pekerja
Pekerja yang lambat atau tidak efektif
52 Universitas Kristen Petra
4.4 Diagram laba-laba (radar chart)
Diagram laba-laba atau radar chart adalah suatu diagram yang bentuknya
menyerupai jaring laba-laba, dengan tiap sudut-sudutnya merepresentasikan sebuah
variabel. Panjang dari jaring laba-laba ini menunjukkan skala dari nilai variabel
tersebut. Dengan bentuknya yang berupa lingkaran ini, maka penggunaan diagram
laba-laba dapat menunjukkan perbandingan antara nilai satu variabel dengan
variabel lainnya.
Hasil dari pengisian tabel tersebut akan diambil batas bawahnya lalu
diterjemahkan dalam bentuk diagram radar seperti di bawah ini.
Gambar 4.1 Diagram laba-laba
4.5 Prosedur implementasi model
Prosedur implementasi model adalah dengan menyesuaikan kondisi yang
dialami perusahaan dengan kondisi yang tertulis di tabel assessment / penilaian.
Ada dua sumbu dalam tabel assessment / penilaian ini yaitu sumbu X yang berupa
pentahapan dan sumbu Y yang berupa sub kriteria pemborosan. Pentahapan pada
sumbu X memiliki tingkatan yang sama untuk semua tabel, sedangkan sub kriteria
pemborosan memiliki isi yang berbeda-beda sesuai dengan kategori
pemborosannya.
1 2
1
223
3
2
0
1
2
3
4
5TRANSPORTASI
INVENTARIS
PERGERAKAN
MENUNGGU
PRODUKSI BERLEBIH
PENGOLAHANBERLEBIH
CACAT PRODUKSI
TALENTA PEKERJA
DIAGRAM PEMBOROSAN
53 Universitas Kristen Petra
Pengisian pentahapan
Kategori pentahapan dibagi menjadi lima tahap yaitu: prosedur yang
situasional, prosedur yang telah terdokumentasi, prosedur yang telah
terstandarisasi, pengukuran dan pengawasan proses dan proses perbaikan yang
berkelanjutan.
Prosedur yang situasional dipilih pada saat perusahaan belum memiliki
prosedur tertulis tentang bagaimana personil menanggapi suatu permasalahan.
Keputusan atau prosedur yang dipilih hanya berdasarkan kemampuan dan
pengalaman masing-masing personil.
Prosedur yang telah terdokumentasi dipilih pada saat perusahaan telah
memiliki serangkaian prosedur dan kebijakan yang sudah dilakukan secara tertulis,
didokumentasikan dan diarsipkan yang rapi. Untuk menjamin prosedur ini berjalan,
maka kebijakan atau prosedur ini harus dilaksanakan dan diterapkan secara disiplin.
Prosedur yang telah terstandarisasi dipilih setelah perusahaan memiliki
serangkaian prosedur dan kebijakan secara tertulis berdasarkan standarisasi yang
disyaratkan oleh badan standarisasi baik nasional maupun internasional. Untuk
menjamin prosedur ini.
Pengukuran dan pengawasan proses dipilih setelah perusahaan
menerapkan serangkaian prosedur yang telah terstandarisasi secara disipilin dan
menerus, dengan tambahan bahwa setiap kebijakan atau prosedur yang diambil
telah direncanakan, dianalisa dan dievaluasi secara kuantitatif. Semua keputusan
yang diambil selalu memiliki dasar argumen yang dapat dipertanggungjawabkan
kepada manajemen secara kuantitatif.
Proses perbaikan yang berkelanjutan dipilih setelah perusahaan
menerapkan prosedur dan manajemen secara kuantitatif, dengan tambahan bahwa
setiap pelajaran dari proyek-proyek sebelumnya dibagikan dan dianalisa, serta
seluruh personil perusahaan mendapatkan pelatihan, baik secara formal berupa
studi lanjut, informal berupa seminar dan workshop, maupun non formal berupa
evaluasi dan pelatihan antar sesama personil.
Pengisian sub kriteria
54 Universitas Kristen Petra
Sub kriteria pada tabel penilaian ini dibedakan sesuai dengan kategori
masing-masing pemborosannya. Pembuatan sub kriteria ini berdasarkan
permasalahan yang terjadi di lingkungan proyek.
Metode untuk mengkategorikan pentahapan hasil isian dari jawaban
responden adalah dengan menggunakan metode nilai terendah. Dasar dari
penggunaan metode ini ialah apabila responden atau kontraktor tidak memenuhi
satu dari beberapa sub kriteria yang ada, maka responden tersebut tidak memenuhi
syarat untuk naik ke tahap berikutnya.
Ilustrasi penerapan model assessment
Pada bagian berikut ini akan dijelaskan bagaimana ilustrasi contoh
pengisian cara menerapkan model assessment di perusahaan XYZ.
Pemborosan di bidang transportasi
Sub kriteria transportasi peralatan dan perkakas
Perusahaan XYZ tidak memiliki kebijakan untuk mengatur mobilitas dan
transportasi peralatan dan perkakas kerjanya baik itu yang berupa peralatan
elektronik ataupun peralatan manual. Semua tergantung kebutuhan dan keperluan
yang mendesak.
Karena perusahaan XYZ masih belum memiliki kebijakan secara tertulis,
maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level 2. Dan masih berada
di level 1
Sub kriteria transportasi material
Perusahaan XYZ memiliki kebijakan yang berupa SOP (standar operasional
prosedur) untuk mengatur transportasi material datang dan keluar di proyeknya.
Peraturan ini dijalankan dan didokumentasikan berupa surat permintaan material,
order pembelian dan surat kedatangan material sesuai dengan standar ISO 9000.
Karena perusahaan XYZ sudah memiliki kebijakan secara tertulis dan
terstandarisasi namun masih belum melakukan aktivitas pengukuran dan
pengawasan proses , maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level
4 dan masih berada di level 3
Sub kriteria transportasi dokumen
55 Universitas Kristen Petra
Perusahaan XYZ memiliki kebijakan yang berupa SOP untuk mengatur
prosedur pengiriman dan penerimaan informasi dan dokumen, baik online maupun
offline. Peraturan ini dibuat tidak berdasarkan panduan standarisasi resmi namun
hanya berdasarkan pengalaman di masa lalu dan di dokumentasikan berupa diagram
alur (flow chart) yang dipasang di dinding ruang kerja staff.
Karena perusahaan XYZ masih belum memiliki kebijakan yang telah
terstandarisasi, maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level 3 dan
masih berada di level 2
Secara keseluruhan, karena pada beberapa subkriteria pemborosan
transportasi perusahaan XYZ masih menempati tahap 1, berarti secara keseluruhan
untuk pemborosan transportasi, perusahaan XYZ menempati tahap 1. Hasil dari
pengisian subkriteria diatas dapat dilihat dengan lebih jelas di tabel 4.19 berikut.
Tabel 4.19 Pengisian model penilaian pemborosan transportasi
Pemborosan transportasi
Prosedur yang
situasional
Prosedur telah terdokumentasi
Prosedur telah terstandarisasi
Pengukuran dan
pengawasan proses
Proses perbaikan
yang berkelanjutan
1 2 3 4 5
Transportasi yang tidak perlu dari peralatan dan perkakas kerja
√
Transportasi yang tidak perlu dari material
√
Transportasi dokumen dan informasi yang tidak perlu
√
Pentahapan pemborosan transportasi
√
56 Universitas Kristen Petra
Pemborosan di bidang inventaris
Sub kriteria material tidak diperlukan di lokasi proyek
Perusahaan XYZ memiliki kebijakan yang berupa dokumen kontrol untuk
mengatur keberadaan material yang sudah tidak diperlukan di proyek. Dokumen
kontrol ini dibuat tidak berdasarkan panduan standarisasi resmi namun hanya
berdasarkan pengalaman di masa lalu dan di dokumentasikan berupa daftar periksa
(checklist) dan tabel keluar masuk material yang dipegang oleh bagian logistik.
Karena perusahaan XYZ masih belum memiliki kebijakan yang telah
terstandarisasi, maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level 3 dan
masih berada di level 2
Sub kriteria inventaris barang mentah dan supply berlebih
Perusahaan XYZ memiliki kebijakan yang berupa dokumen kontrol untuk
mengatur kedatangan, metode penyimpanan untuk masing-masing material dan
keberadaan material di proyek. Dokumen kontrol ini dibuat berdasarkan panduan
standarisasi resmi, penerapannya dilapangan dievaluasi dan diperbarui secara
berkala setiap dua minggu.
Karena perusahaan XYZ sudah memiliki kebijakan secara tertulis dan
terstandardisasi namun masih belum melakukan aktivitas pengukuran dan
pengawasan proses , maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level
4 dan masih berada di level 3
Sub kriteria penempatan peralatan dan perkakas
Penempatan peralatan dan perkakas di proyek diatur dari pusat oleh
perusahaan XYZ dan telah dibuatkan dokumen kontrol untuk mengetahui dan
melacak keberadaan alat dan perkakas. Penerapan di lapangan dilakukan sesuai
dengan kebutuhan lapangan namun hasilnya tetap di dokumentasikan secara
berkala.
Karena perusahaan XYZ masih belum memiliki kebijakan yang telah
terstandarisasi, maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level 3 dan
masih berada di level 2
Karena pada beberapa subkriteria pemborosan inventaris perusahaan XYZ
masih menempati tahap 2, berarti secara keseluruhan untuk pemborosan inventaris,
57 Universitas Kristen Petra
perusahaan XYZ menempati tahap 2. Hasil dari pengisian subkriteria diatas dapat
dilihat dengan lebih jelas di tabel 4.20 berikut.
Tabel 4.20 Pengisian model penilaian pemborosan inventaris
Pemborosan inventaris Prosedur yang
situasional
Prosedur telah terdokumentasi
Prosedur telah terstandarisasi
Pengukuran dan
pengawasan proses
Proses perbaikan
yang berkelanjutan
1 2 3 4 5
Material tidak diperlukan di lokasi proyek
√
Inventaris barang mentah dan supply yang berlebihan
√
Penempatan peralatan dan perkakas yang berlebihan atau tidak perlu
√
Pentahapan pemborosan inventaris
√
Pemborosan di bidang pergerakan
Sub kriteria mencari solusi dan jawaban
Sistem kearspian dan administrasi adalah kebutuhan yang primer di sebuah
proyek. Untuk mengatasi pemborosan pergerakan di sini, perusahaan XYZ
berusaha untuk mengembangkan suatu kebijakan atau panduan untuk mempercepat
proses pencarian jawaban dan solusi berupa buku panduan dan database
permasalahan dan solusi atas permasalahan yang terjadi, namun proses ini masih
berupa konsep dan belum bisa diterapkan.
Karena perusahaan XYZ masih belum memiliki kebijakan yang telah
terstandarisasi, maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level 3 dan
masih berada di level 2
Sub kriteria pergerakan dari pekerja yang tidak perlu
Pergerakan dari pekerja yang tidak perlu umumnya karena penataan area
kerja, dan area penyimpanan yang semrawut. Perusahaan XYZ menyikapi
permasalahan ini dengan membuat panduan-panduan yang berlaku umum namun
disesuaikan lagi dengan kondisi yang ada di lapangan sehingga dapat
meminimalisir pergerakan yang tidak perlu.
Karena perusahaan XYZ sudah memiliki kebijakan secara tertulis dan
terstandardisasi namun masih belum melakukan aktivitas pengukuran dan
58 Universitas Kristen Petra
pengawasan proses , maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level
4 dan masih berada di level 3
Sub kriteria terbatasnya tempat kerja
Terbatasnya tempat kerja adalah permasalahan yang umum dialami oleh
proyek karena pemilik ataupun perencana selalu berusaha memanfaatkan lahan
semaksimal mungkin. Perusahaan XYZ menyikapi permasalahan ini dengan
membuat denah yang mengatur letak-letak penyimpanan material, penyimpanan
perkakas, area fabrikasi dan area lalu lalng pekerja sehingga dapat memaksimalkan
tempat kerja yang terbatas. Namun denah ini sering tidak ditaati karena terlalu
banyaknya material yang datang, pekerja yang sulit diajak berkomunikasi dan
kondisi situasional lainnya.
Karena perusahaan XYZ masih belum memiliki kebijakan yang telah
terstandarisasi, maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level 3 dan
masih berada di level 2
Karena pada beberapa subkriteria pemborosan pergerakan perusahaan XYZ
masih menempati tahap 2, berarti secara keseluruhan untuk pemborosan
pergerakan, perusahaan XYZ menempati tahap 2. Hasil dari pengisian subkriteria
diatas dapat dilihat dengan lebih jelas di tabel 4.21 berikut.
Tabel 4.21 Pengisian model penilaian pemborosan pergerakan
Pemborosan pergerakan
Prosedur yang
situasional
Prosedur telah terdokumentasi
Prosedur telah terstandarisasi
Pengukuran dan
pengawasan proses
Proses perbaikan
yang berkelanjutan
1 2 3 4 5
Mencari solusi dan jawaban dari beragam alat komunikasi seperti telpon, SMS, email, website, dsb.
√
Pergerakan dari pekerja yang tidak perlu. √
Terbatasnya tempat kerja √
Pentahapan pemborosan pergerakan
√
59 Universitas Kristen Petra
Pemborosan di bidang menunggu
Sub kriteria menunggu material
Guna mengantisipasi terjadinya keterlambatan (delay) akibat pengiriman
material, maka perusahaan XYZ membuat SOP (standard operational procedures)
tentang pengadaan material berdasarkan standar ISO. SOP ini di dokumentasikan
dalam bentuk rencana kerja harian, perkiraan kebutuhan material kedepan dan surat
permintaan barang. Penerapannya berjalan dengan baik, dievaluasi dan diperbarui
tiap minggu.
Sub kriteria menunggu peralatan dan perkakas
Kebijakan dari perusahaan XYZ terkait dengan permasalahan ini adalah
membuat jadwal rencana kerja harian dan tabel pemakaian alat sehingga kebutuhan
akan alat dapat diperkirakan sebelumnya sesuai dengan koordinasi dari pihak
kantor dan tidak berjalan sendiri-sendiri.
Karena perusahaan XYZ sudah memiliki kebijakan secara tertulis dan
terstandardisasi namun masih belum melakukan aktivitas pengukuran dan
pengawasan proses , maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level
4 dan masih berada di level 3
Sub kriteria menunggu perbaikan alat kerja
Guna mengurangi waktu jeda akibat kerusakan alat (downtime) maka
perusahaan XYZ membuat kebijakan berdasarkan pengalaman yang sebelumnya
tentang Prosedur perbaikan alat kerja. Semua alat kerja harus diperiksa dan
diperbaiki secara rutin sebelum terjadi kerusakan yang lebih parah. Perusahaan
XYZ juga memonitor penggunaan alat dengan menempatkan satu mekanik khusus
untuk menangani pemeliharaan alat dengan dokumen kontrolnya
Karena perusahaan XYZ sudah memiliki kebijakan secara tertulis dan
terstandardisasi namun masih belum melakukan aktivitas pengukuran dan
pengawasan proses , maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level
4 dan masih berada di level 3
Sub kriteria menunggu pekerja tiba
Untuk meminimalkan waktu jeda akibat menunggu pekerja tiba, maka
perusahaan XYZ mewajibkan proyek untuk membuat rencana kerja harian dan
jumlah kebutuhan pekerja. Peratuan ini berjalan dengan baik, namun karena faktor
60 Universitas Kristen Petra
pekerjanya sendiri yang susah diajak kerja sama, hasil dari peraturan ini masih
dirasa kurang
Karena perusahaan XYZ masih belum memiliki kebijakan yang telah
terstandarisasi, maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level 3 dan
masih berada di level 2
Sub kriteria menunggu informasi dan keputusan
Untuk meminimalkan waktu jeda akibat menunggu informasi dan
keputusan, perusahaan XYZ memiliki kebijakan yang berupa SOP untuk mengatur
prosedur komunikasi internal maupun external. Peraturan ini di komunikasikan
secara berkala dan dokumentasikan berupa diagram alur (flow chart) yang dipasang
di dinding ruang kerja staff.
Karena perusahaan XYZ masih belum memiliki kebijakan yang telah
terstandarisasi, maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level 3 dan
masih berada di level 2
Karena pada beberapa subkriteria pemborosan menunggu perusahaan XYZ
masih menempati tahap 2, berarti secara keseluruhan untuk pemborosan menunggu,
perusahaan XYZ menempati tahap 2. Hasil dari pengisian subkriteria diatas dapat
dilihat dengan lebih jelas di tabel 4.22 berikut.
Tabel 4.22 Pengisian model penilaian pemborosan menunggu
Pemborosan menunggu Prosedur yang
situasional
Prosedur telah terdokumentasi
Prosedur telah terstandarisasi
Pengukuran dan
pengawasan proses
Proses perbaikan
yang berkelanjutan
1 2 3 4 5
Menunggu Material √
Menunggu kedatangan peralatan dan perkakas
√
Menunggu perbaikan alat kerja √
Menunggu pekerja tiba √
Menunggu informasi dan keputusan
√
Pentahapan pemborosan menunggu
√
61 Universitas Kristen Petra
Pemborosan di bidang produksi berlebihan
Sub kriteria memproduksi lebih banyak dari yang dibutuhkan
Kebijakan dari perusahaan XYZ terkait dengan permasalahan ini adalah
membuat daftar item yang perlu diproduksi lengkap dengan kebutuhan masing-
masing komponennya. Kebijakan ini diterapkan dengan baik di lapangan dan selalu
dimonitor antara progress kemajuan lapangan dengan progress konsumsi material.
Karena perusahaan XYZ masih belum memiliki kebijakan yang telah
terstandarisasi, maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level 3 dan
masih berada di level 2
Sub kriteria memproduksi lebih cepat dari yang dijadwalkan
Kebijakan dari perusahaan XYZ terkait dengan permasalahan ini adalah
membuat jadwal rencana kerja harian dan tabel pemakaian orang sehingga jumlah
pekerjaan dan jumlah pekerja dapat diratakan supaya seimbang sehingga apa yang
dikerjakan sesuai dengan koordinasi dari pihak kantor dan tidak berjalan sendiri-
sendiri. Sejauh ini peraturan dipatuhi dan diterapkan dengan baik
Karena perusahaan XYZ masih belum memiliki kebijakan yang telah
terstandarisasi, maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level 3 dan
masih berada di level 2
Sub kriteria kekerapan perubahan desain
Perubahan desain adalah hal yang umum terjadi di proyek konstruksi,
meski semua pihak yang terlibat tidak ada yang menghendaki terjadinya perubahan
desain. Kekerapan perubahan desain berada di luar kendali kontraktor maka
kebijakan dari perusahaan XYZ untuk meminimalkan permasalahan ini adalah
dengan meminta instruksi kerja sebelum melakukan suatu paket pekerjaan dan
mengeluarkan berita acara pemeriksaan setelah selesainya suatu paket pekerjaan
Kebijakan ini telah dilakukan secara rutin dan terdokumentasi.
Karena perusahaan XYZ masih belum memiliki kebijakan yang telah
terstandarisasi, maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level 3 dan
masih berada di level 2
Karena pada beberapa semua pemborosan produksi berlebihan perusahaan
XYZ masih menempati tahap 2, berarti secara keseluruhan untuk pemborosan
62 Universitas Kristen Petra
produksi berlebihan, perusahaan XYZ menempati tahap 2. Hasil dari pengisian
subkriteria diatas dapat dilihat dengan lebih jelas di tabel 4.23 berikut.
Tabel 4.23 Pengisian model penilaian pemborosan produksi berlebihan
Pemborosan produksi berlebihan
Prosedur yang situasional
Prosedur telah terdokumentasi
Prosedur telah terstandarisasi
Pengukuran dan
pengawasan proses
Proses perbaikan
yang berkelanjutan
1 2 3 4 5
Memproduksi lebih banyak dari yang dibutuhkan
√
Memproduksi lebih cepat dari yang dijadwalkan
√
Kekerapan perubahan desain √
Pentahapan pemborosan produksi berlebihan
√
Pemborosan di bidang pengolahan berlebihan
Sub kriteria alat kerja yang tidak sesuai
Penggunaan peralatan yang tidak memadai atau tidak sesuai berakibat pada
meningkatnya durasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan paket pekerjaan
tersebut. Perusahaan XYZ menyikapi permasalahan ini dengan mengeluarkan
daftar paket pekerjaan (Work Package Structure) sesuai standar ISO yang telah
dilengkapi dengan standar durasi lama pengerjaan, metode kerja, jenis dan tipe
peralatan yang dibutuhkan. Kebijakan ini diterapkan dengan baik di lapangan dan
dimonitor secara berkala.
Karena perusahaan XYZ sudah memiliki kebijakan secara tertulis dan
terstandardisasi namun masih belum melakukan aktivitas pengukuran dan
pengawasan proses , maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level
4 dan masih berada di level 3
Sub kriteria peralatan sering rusak
Guna mengurangi waktu jeda akibat kerusakan alat (downtime) maka
perusahaan XYZ membuat kebijakan berdasarkan pengalaman yang sebelumnya
tentang Prosedur perbaikan alat kerja. Semua alat kerja harus diperiksa dan
diperbaiki secara rutin sebelum terjadi kerusakan yang lebih parah. Perusahaan
XYZ juga memonitor penggunaan alat dengan menempatkan satu mekanik khusus
untuk menangani pemeliharaan alat dengan dokumen kontrolnya.
63 Universitas Kristen Petra
Karena perusahaan XYZ sudah memiliki kebijakan secara tertulis dan
terstandardisasi namun masih belum melakukan aktivitas pengukuran dan
pengawasan proses , maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level
4 dan masih berada di level 3.
Sub kriteria pemeriksaan dan pemantauan yang berlebihan
Setiap paket pekerjaan harus diawasi, diperiksa dan dipantau untuk
mendapatkan hasil yang konsisten dan dapat diterima. Namun sering terjadi
pemeriksaan dan pemantauan ini dilakukan secara berlebihan dan overlap
dikarenakan tidak adanya kebijakan yang tertulis. Perusahaan XYZ menyikapi
kebijakan ini dengan mengeluarkan standar daftar periksa (checklist) untuk
pemeriksaan paket pekerjaan hanya sebelum pekerjaan tersebut dimulai, selama
pekerjaan tersebut dilakukan dan daftar periksa pekerjaan yang telah dilakukan
sehingga pemeriksaan dan pemantauan tidak dilakukan secara berlebih.
Karena perusahaan XYZ sudah memiliki kebijakan secara tertulis dan
terstandardisasi namun masih belum melakukan aktivitas pengukuran dan
pengawasan proses , maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level
4 dan masih berada di level 3.
Sub kriteria prosedur kerja dan protokol yang tidak perlu
Perusahaan XYZ menyikapi permasalahan ini dengan mengeluarkan daftar
paket pekerjaan (Work Package Structure) sesuai standar ISO yang telah dilengkapi
dengan standar durasi lama pengerjaan, metode kerja, jenis dan tipe peralatan yang
dibutuhkan serta banyaknya material yang harus dikonsumsi untuk menyelesaikan
satu satuan paket pekerjaan tersebut. Kebijakan ini diterapkan dengan baik di
lapangan dan dimonitor secara berkala.
Karena perusahaan XYZ sudah memiliki kebijakan secara tertulis dan
terstandardisasi namun masih belum melakukan aktivitas pengukuran dan
pengawasan proses , maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level
4 dan masih berada di level 3
Karena pada semua subkriteria pemborosan pengolahan berlebihan
perusahaan XYZ masih menempati tahap 3, berarti secara keseluruhan untuk
pemborosan pengolahan berlebihan, perusahaan XYZ menempati tahap 3. Hasil
64 Universitas Kristen Petra
dari pengisian subkriteria diatas dapat dilihat dengan lebih jelas di tabel 4.24
berikut.
Tabel 4.24 Pengisian model penilaian pemborosan pengolahan berlebihan
Pemborosan pengolahan berlebihan
Prosedur yang situasional
Prosedur telah terdokumentasi
Prosedur telah terstandarisasi
Pengukuran dan
pengawasan proses
Proses perbaikan
yang berkelanjutan
1 2 3 4 5
Alat kerja yang tidak sesuai √
Peralatan sering rusak √
Pemeriksaan dan pemantauan yang berlebihan
√
Prosedur kerja dan protokol yang tidak perlu
√
Pentahapan pemborosan pengolahan berlebihan
√
Pemborosan di bidang cacat produksi
Sub kriteria kerusakan pada pekerjaan yang telah selesai
Guna meminimalkan kerusakan pada pekerjaan yang telah selesai, perusahaan
XYZ mengeluarkan standar daftar periksa (checklist) untuk pemeriksaan paket
pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut dimulai, daftar periksa selama pekerjaan
tersebut dilakukan dan daftar periksa kuantitas & kualitas hasil pekerjaan yang telah
dilakukan sehingga kerusakan hasil pekerjaan dapat diminimalkan. Kebijakan ini
dilakukan untuk semua paket pekerjaan dan dimonitor secara berkala.
Karena perusahaan XYZ sudah memiliki kebijakan secara tertulis dan
terstandardisasi namun masih belum melakukan aktivitas pengukuran dan
pengawasan proses , maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level
4 dan masih berada di level 3.
65 Universitas Kristen Petra
Sub kriteria koreksi dan pengerjaan ulang dalam konstruksi karena
ketidak sesuaian dengan desain.
Perusahaan XYZ menyikapi permasalahan ini dengan melakukan briefing
berkala untuk koordinasi internal, dengan tujuan untuk menyelaraskan pekerjaan
yang akan dilakukan dengan desain yang telah disetujui. Kebijakan ini diterapkan
dengan baik di lapangan dan dimonitor secara berkala.
Karena perusahaan XYZ sudah memiliki kebijakan secara tertulis dan
terstandardisasi namun masih belum melakukan aktivitas pengukuran dan
pengawasan proses , maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level
4 dan masih berada di level 3.
Sub kriteria material rusak / menurun kualitasnya pada waktu pengerjaan
Penurunan kualitas material (deterioration) umumnya terjadi akibat
kesalahan penyimpanan atau kesalahan pemrosesan pada waktu pengerjaan. Untuk
meminimalkan penurunan akibat kesalahan penyimpanan, perusahaan XYZ
memiliki kebijakan yang berupa dokumen kontrol untuk mengatur metode
penyimpanan masing-masing material di proyek. Dokumen kontrol ini dibuat
berdasarkan panduan standarisasi resmi, penerapannya dilapangan dievaluasi dan
diperbarui secara berkala setiap dua minggu.
Karena perusahaan XYZ sudah memiliki kebijakan secara tertulis dan
terstandardisasi namun masih belum melakukan aktivitas pengukuran dan
pengawasan proses , maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level
4 dan masih berada di level 3.
Karena pada semua subkriteria pemborosan cacat produksi perusahaan XYZ
masih menempati tahap 3, berarti secara keseluruhan untuk pemborosan cacat
produksi, perusahaan XYZ menempati tahap 3. Hasil dari pengisian subkriteria
diatas dapat dilihat dengan lebih jelas di tabel 4.25 berikut.
66 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.25Pengisian model penilaian pemborosan cacat produksi
Pemborosan cacat produksi Prosedur yang
situasional
Prosedur telah terdokumentasi
Prosedur telah terstandarisasi
Pengukuran dan
pengawasan proses
Proses perbaikan
yang berkelanjutan
1 2 3 4 5
Kerusakan pada pekerjaan yang telah selesai
√
Koreksi dan pengerjaan ulang dalam konstruksi karena ketidaksesuaian dengan desain.
√
Material rusak/menurun kualitasnya pada waktu pengerjaan konstruksi
√
Pentahapan pemborosan cacat produksi
√
Pemborosan di bidang pemborosan ketidak sesuaian keahlian
Sub kriteria rendahnya keterlibatan pekerja
Rendahnya keterlibatan pekerja akan berakibat pada turunnya motivasi kerja
dan tidak adanya rasa memiliki terhadap pekerjaan tersebut. Perusahaan XYZ
menyikapi permasalahan ini dengan melakukan pertemuan koordinasi mingguan
untuk menjelaskan arahan dan rencana kerja selanjutnya, sambil meminta umpan
balik dari pekerja. Setiap umpan balik dari pekerja akan dicatat, didokumentasikan
dan dimasukkan sebagai daftar perbaikan untuk pekerjaan selanjutnya.
Karena perusahaan XYZ masih belum memiliki kebijakan yang telah
terstandarisasi, maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level 3 dan
masih berada di level 2
Sub kriteria rendahnya pelatihan untuk pekerja
Perusahaan XYZ menyikapi permasalahan ini dengan mengadakan sistem
pendidikan yang berkelanjutan. Staff yang setara tingkat manajer atau lebih akan
dikirim mengikuti pelatihan dan seminar untuk meingkatkan ilmu dan keahliannya,
sementara staff yang baru masuk atau masih tingkat operasional akan dikumpulkan
secara berkala setiap tiga bulan sekali untuk diberi pelatihan internal oleh manajer
masing-masing divisi.
Karena perusahaan XYZ masih belum memiliki kebijakan yang telah
terstandarisasi, maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level 3 dan
masih berada di level 2.
Sub kriteria pekerja yang lambat atau tidak efektif
67 Universitas Kristen Petra
Permasalahan pekerja yang lambat atau tidak efektif umumnya terjadi karena
masalah sikap, entah karena rendahnya motivasi kerja ataupun faktor lain.
Perusahaan XYZ menyikapi permasalahan ini dengan membuat daftar periksa
evaluasi kinerja masing-masing pekerja untuk mengetahui tingkat produktivitas
pekerja. Evaluasi ini dilakukan secara berkala setiap bulan dan didokumentasikan
dalam satu laporan yang lengkap.
Karena perusahaan XYZ masih belum memiliki kebijakan yang telah
terstandarisasi, maka perusahaan XYZ belum memenuhi syarat naik ke level 3 dan
masih berada di level 2.
Karena pada beberapa subkriteria pemborosan ketidak sesuaian keahlian
perusahaan XYZ masih menempati tahap 2, berarti secara keseluruhan untuk
pemborosan ketidak sesuaian keahlian, perusahaan XYZ menempati tahap 2. Hasil
dari pengisian subkriteria diatas dapat dilihat dengan lebih jelas di tabel 4.24
berikut.
Tabel 4.26 Pengisian model penilaian pemborosan ketidak sesuaian keahlian
Pemborosan ketidak sesuaian keahlian
Prosedur yang situasional
Prosedur telah terdokumentasi
Prosedur telah terstandarisasi
Pengukuran dan
pengawasan proses
Proses perbaikan
yang berkelanjutan
1 2 3 4 5
Kurangnya / rendahnya keterlibatan pekerja selama proses konstruksi
√
Kurangnya / rendahnya pelatihan untuk pekerja
√
Pekerja yang lambat atau tidak efektif
√
Pentahapan pemborosan ketidak sesuaian keahlian
√
68 Universitas Kristen Petra
Pengisian diagram laba-laba
Dari hasil pengisian tabel di atas, dicari tahap paling rendah untuk masing-
masing kriteria pemborosan lalu kemudian diperoleh hasil sebagai berikut:
Pemborosan transportasi : 1
Pemborosan inventaris : 2
Pemborosan pergerakan : 1
Pemborosan menunggu : 2
Pemborosan produksi berlebih : 2
Pemborosan pengolahan berlebih : 3
Pemborosan cacat produksi : 3
Pemborosan ketidak sesuaian keahlian : 2
Masing-masing angka ini dimasukkan dalam diagram laba-laba sehingga
diperoleh hasil seperti berikut
Gambar 4.2 Ilustrasi diagram laba-laba di PT XYZ
1 2
1
223
3
2
TRANSPORTASI
INVENTARIS
PERGERAKAN
MENUNGGU
PRODUKSI BERLEBIH
PENGOLAHANBERLEBIH
CACAT PRODUKSI
TALENTA PEKERJA
DIAGRAM PEMBOROSAN PT. XYZ