4. Buku Praktikum

200
BUKU PRAKTIKUM BLOK 1 HUMANIORA DAN MASALAH KESEHATAN PENYUSUN: dr. Irawan Fajar Kusuma, M.Sc. dr. Cholis Abrori, M.Kes., M.Pd.Ked.

description

buku modul praktikum

Transcript of 4. Buku Praktikum

Page 1: 4. Buku Praktikum

BUKU PRAKTIKUM

BLOK 1

HUMANIORA DAN MASALAH KESEHATAN

PENYUSUN:

dr. Irawan Fajar Kusuma, M.Sc.

dr. Cholis Abrori, M.Kes., M.Pd.Ked.

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: 4. Buku Praktikum

PENGANTAR

Segala puji kami ucapkan kepada Allah Subhana wa Ta’ala yang telah

melimpahkan rahmatnya, sehingga buku praktikum Blok Humaniora dan Masalah

Kesehatan ini dapat terwujud. Blok ini merupakan blok pertama dari keseluruhan blok

belajar dalam Kurikulum Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas

Jember. Pada blok ini peserta didik belajar menyiapkan diri sebagai seorang

mahasiswa kedokteran dan calon dokter, bagaimana beradaptasi dengan

keanekaragaman masyarakat dengan memanfaatkan kemampuan komunikasi,

teknologi informasi untuk menunjang karirnya di masa depan, pengenalan kepada

masalah kesehatan di Indonesia, konsep sehat sakit dan pengenalan pada sistem

pelayanan kesehatan.

Dalam buku praktikum ini terdapat 10 sesi praktikum yang diselenggarakan di

dalam kelas laboratorium dan juga diselenggarakan di lapangan baik Puskesmas,

Klinik, atau pun komunitas. Materi dari praktikum ini sebagian besar merupakan

materi pengenalan bagi mahasiswa baru Fakultas Kedoktera Universitas Jember.

Dalam buku ini ada materi mengenai kompetensi dokter di Indonesia yang wajib

diketahui dan dipahami serta dipraktikkan oleh setiap mahasiswa kedokteran

sehingga dalam belajarnya, mereka mengacu pada standar tersebut. Selain itu,

mahasiswa akan berpraktik bagaimana memanfaatkan teknologi informasi untuk

menunjang belajarnya. Dalam kegiatan di lapangan, mahasiswa akan “terpapar”

dengan suasana klinik yaitu pengenalan struktur organisasi Puskesmas maupun

program kerjanya. Di tingkat komunitas, mahasiswa akan mulai berinteraksi dengan

masyarakat melalui topik perilaku hidup bersih dan sehat serta kesehatan masyarakat

agroindustri.

Terima kasih kami ucapan kepada narasumber, sejawat, dan seluruh pihak yang

terlibat dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini dapat dilaksanakan sesuai

tujuan yang diharapkan. Kritik dan saran untuk perbaikan sangat diharapkan demi

kesempurnaan buku ini.

Jember, Agustus 2013

Tim Penyusun

1

Page 3: 4. Buku Praktikum

DAFTAR ISI

Judul Halaman

Kata Pengantar 1

Daftar Isi 2

Pendahuluan 3

Metode Belajar 13

Jadwal Kegiatan 16

Praktikum 1: Telaah Kompetensi Dokter 19

Praktikum 2: Pemanfaatan TI dalam kedokteran 23

Praktikum 3: Visitasi Puskesmas Pengenalan Puskesmas 30

Praktikum 4: Telaah artikel ilmiah 34

Praktikum 5: Visitasi Puskesmas Program kerja Puskemas 43

Praktikum 6: Telaah kasus etika 52

Praktikum 7: Visitasi Komunitas PHBS 55

Praktikum 8: Pengenalan alat mikrobiolgi dan mikrobiologi air 80

Praktikum 9: Visitasi Komunitas: Masalah Kesehatan agroindustri 97

Praktikum 10: Visitasi Komunitas: Masalah Kesehatan Kerja 129

2

Page 4: 4. Buku Praktikum

PENDAHULUAN

1. Gambaran Umum Blok

Blok ini berisi tentang strategi belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Jember,

humaniora, etika, hukum, komunikasi, teknologi informasi, pengantar epidemiologi

dan pelayanan kesehatan di Indonesia yang memberikan keterampilan generik

sebagai mahasiswa maupun sebagai dokter.

2. Tujuan Umum Blok

Blok ini bertujuan membekali peserta didik untuk dapat belajar dengan efektif dan

efisien dengan beradaptasi pada lingkungan belajar, masyarakat, peraturan-

peraturan, serta membekali landasan etik, hukum, moral, memiliki kemampuan

komunikasi, teknologi informasi untuk menunjang karir sebagai dokter,

pengenalan berbagai masalah kesehatan di Indonesia, konsep sehat-sakit dan

pengenalan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia

3. Keterkaitan dengan blok lain

Blok ini merupakan blok pertama yang menjadi dasar bagi seluruh blok

berikutnya.

4. Hasil Belajar Blok

1) Menunjukkan sikap yang sesuai dengan Kode Etik Kedokteran Indonesia

(Kodeki)

2) Menjaga rasa percaya diri, kebenaran, dan integritas

3) Menegakkan kebenaran dan menunjukkan rasa hormat dalam hubungan

dokter-pasien

4) Menunjukkan pendekatan empati dan holistik

5) Memiliki kekuatan personal dan membatasi diri berkaitan dengan prakteknya

sebagai dokter

6) Menghormati semua orang apapun statusnya

7) Berperilaku dengan cara yang dapat diterima oleh setiap orang, apapun

statusnya, membuat kontribusi yang berharga pada ketentuan pelayanan, dan

memiliki tugas yang unik

3

Page 5: 4. Buku Praktikum

8) Mengidentifikasi dan berusaha memecahkan konflik yang muncul

9) Mempertimbangkan gagasan dari orang lain sebagai umpan balik

10) Menghargai keragaman sosial dan budaya di masyarakat

11) Menunjukkan sikap menghormati penderitaan seseorang, gaya hidup, serta

budaya pasien dan kolega

12) Memahami sumber prasangka dan diskriminasi berkenaan dengan usia,

gender, orientasi seksual, kebangsaan, kekurangan (cacat), dan status sosial

ekonomi

13) Menunjukkan pemahaman dan menerima tanggungjawab hukum, dengan

menghormati hak azasi manusia, peresepan obat, penyalahgunaan fisik dan

seksual, Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki), persoalan kesehatan, sakit,

atau surat kematian, dan pengadilan

14) Menunjukkan pemahaman dan tunduk pada Undang-undang Praktik

Kedokteran No. 29/2004

15) Menunjukkan pemahaman peran Konsil Kedokteran Indonesia sebagai badan

yang mengatur praktek dokter

16) Menunjukkan sikap hormat kepada pasien/klien

17) Membangun empati dan kebenaran

18) Mendapatkan keluhan dan harapan pasien

19) Mendapatkan informasi perorangan atau yang sensitif

20) Mendengarkan penuh perhatian dan menyediakan waktu yang cukup kepada

pasien untuk menyampaikan isi hatinya

21) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menggunakan keyakinan,

kepentingan, dan harapannya terhadap sumber, alam, dan pegelolaan

sakitnya

22) Menggunakan bahasa yang tepat (sesuai usia, bahasa ibu, dan tingkat

pendidikan dari pasien) yang nantinya digunakan ketika bertanya,

merangkum informasi, menerangkan diagnosis, serta pilihan pegelolaan

pasien

23) Menunjukkan pemahaman komunikasi nonverbal dari pasien

24) Melindungi dan mengembangkan martabat, kerahasiaan dan rasa percaya diri

pasien/klien setiap saat

25) Mengelola komputerisasi

4

Page 6: 4. Buku Praktikum

26) Membangun cara sendiri untuk menjaga perkembangan lanjut dalam

pengetahuan

27) Berpartisipasi aktif dalam program pendidikan/pelatihan dan pengalaman

belajar yang lain

28) Memelihara sikap keraguan yang sehat dan ingin mengetahui bukti secara

ilmiah

29) Memanfaatkan pelayanan pencarian literatur menggunakan database

elektronik

30) Melakukan telaah kritis literatur kedokteran dan kaitan dengan pasien

31) Mereview kinerja profesionalnya dan mengidentifikasi kebutuhan belajarnya

32) Mengidentifikasi karakteristik masyarakat agroindustri

33) Menunjukkan pemahaman faktor-faktor sosiobudaya berperan dalam

masyarakat agroindustri

34) Mampu menetapkan masalah-masalah kesehatan dalam lingkup populasi

tertentu.

35) Menentukan urutan prioritas masalah.

36) Menjelaskan konsep sehat dan sakit.

37) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan seseorang.

38) Menjelaskan interaksi antarfaktor yang menentukan derajat kesehatan.

39) Menjelaskan indikator kesehatan masyarakat.

40) Menetapkan dan mengukur faktor risiko.

41) Menjelaskan sumber-sumber data yang dapat digunakan untuk menentukan

masalah kesehatan

42) Menjelaskan masalah kesehatan di Indonesia (triple burden disease).

43) Menjelaskan perbedaan masalah kesehatan negara berkembang dan negara

maju.

44) Mengidentifikasi jenis pelayanan kesehatan di Indonesia secara umum.

45) Menjelaskan pengertian pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier.

46) Menjelaskan tipe-tipe pelayanan Rumah Sakit.

47) Menguraikan bentuk pelayanan kesehatan pribadi.

48) Mengidentifikasi struktur organisasi pelayanan kesehatan masyarakat primer

/ Puskesmas.

49) Menguraikan fungsi dan kedudukan Puskesmas.

5

Page 7: 4. Buku Praktikum

50) Menguraikan tata kerja/bentuk-bentuk kerja sama Puskesmas dengan

instansi pelayanan kesehatan lain atau Pemerintah.

51) Menguraikan asas penyelenggaraan Puskesmas.

52) Menjelaskan upaya/program-program kesehatan yang ada di Puskesmas.

53) Menjelaskan peranan Posyandu dalam system pelayanan kesehatan

Indonesia.

54) Menguraikan masalah dalam pelayanan kesehatan di Indonesia.

55) Menjelaskan pengertian dokter keluarga.

56) Menguraikan sejarah perkembangan dokter keluarga.

57) Menjelaskan pengertian keluarga, fungsi keluarga dan komposisi keluarga.

58) Menjelaskan alasan keluaraga sebagai objek pelayanan.

59) Menguraikan tujuan pelayanan dokter keluarga.

60) Menguraikan ciri-ciri pelayanan dokter keluarga.

61) Menjelaskan praktik pelayanan dokter keluarga.

62) Menjelaskan manfaat pelayanan dokter keluarga.

63) Menjelaskan masalah dalam pelayanan dokter keluarga di Indonesia saat ini.

64) Membandingkan pelayanan dokter keluarga di beberapa negara.

65) Menyadari bahwa pasien merupakan kesatuan bio-psiko-sosio-kultural.

66) Mengidentifikasi pertimbangan etika dalam hubungan profesional dengan

pasien.

67) Menjelaskan model hubungan dokter pasien.

68) Menjelaskan status profesi dokter saat ini.

69) Menguraikan ciri profesionalitas dokter.

70) Menguraikan standar etika kedokteran.

71) Menjelaskan pendekatan-pendekatan masalah etika.

72) Menguraikan kesamaan kedudukan dokter pasien.

73) Menentukan masalah-masalah kesehatan lingkungan agroindustri secara

umum.

74) Menjelaskan pengaruh faktor sosial budaya dalam masalah kesehatan

masyarakat agroindustri.

75) Menguraikan masalah pestisida pada masyarakat agroindusti dan

dampaknya.

76) Menguraikan masalah kesehatan kerja pada masyarakat agroindustri.

77) Menguraikan masalah air pada masyarakat agroindustri dan pengelolaannya.

6

Page 8: 4. Buku Praktikum

78) Menguraikan masalah makanan dan pengelolaanya.

79) Menguraikan masalah limbah dan pengelolaannya.

80) Menjelaskan masalah penyebaran vektor terutama nyamuk dan tikus pada

masyarakat agroindustri.

5. Dasar Pengetahuan

Untuk dapat menguasai kompetensi blok ini, peserta didik memerlukan dasar

pengetahuan:

1. Strategi Belajar

2. Filsafat ilmu

3. Etika dan hukum kedokteran

4. Standar Kompetensi Dokter Indonesia

5. Sejarah Perkembangan Ilmu Kedokteran

6. Pengantar evidence-based medicine

7. Pemanfaatan teknologi informasi

8. Ilmu Komunikasi

9. Bahasa sebagai alat komunikasi

10. Ilmu sosial dan budaya dasar

11. Sosiologi kedokteran

12. Sosiologi masyarakat agroindustri

13. Masalah kesehatan di Indonesia.

14. Masalah dalam etika kedokteran.

15. Pengantar epidemiologi dan biostatistik.

16. Pelayanan kesehatan di Indonesia.

17. Konsep pelayanan kedokteran keluarga.

18. Pelayanan kesehatan primer (Puskesmas).

19. Masalah kesehatan agroindustri.

20. Kesehatan lingkungan di area agroindustri

21. Kesehatan dan keselamatan kerja di daerah agroindustri

6. Praktikum Penunjang

7

Page 9: 4. Buku Praktikum

a. Telaah Kompetensi Dokter

b. Pemanfaatan TI untuk Kedokteran

c. Visitasi Puskesmas: Pengenalan Puskesmas

d. Telaah artikel ilmiah

e. Visitasi Puskesmas: Program kerja Puskemas

f. Telaah kasus etika

g. Visitasi Komunitas: PHBS

h. Pengenalan alat mikrobiolgi dan mikrobiologi air

i. Visitasi Komunitas: Masalah kesehatan agroindustri

j. Analisis Masalah Agromedis

7. Keterampilan Medik

a. Komunikasi efektif

b. Komunikasi dengan masyarakat

c. Teknik presentasi

d. Teknik wawancara

e. Anamnesis identitas

8. Bagian Yang terlibat

1. MEU

2. MKU

3. Teknologi informasi

4. Ilmu Kesehatan Masyarakat

8

Page 10: 4. Buku Praktikum

9. Pohon Topik HUMANIORA DAN MASALAH KESEHATAN

Strategi BelajarKomunikasiAdult learningPBLKBKSKDITeknologi

Informasi

Masalah Kesehatan Komunitas

Pengantar EpidemiologiDemografiMorbiditasMortalitasFaktor risikoMasalah kesehatan

prioritas

Sistem Pelayanan KesehatanPelayanan primer sekunder

dan tersierStruktur organisasi

puskesmasSistem rujukanSistem pembiayaan

kesehatanKedokteran keluargaMasalah pelayanan

kesehatan

Aspek Sosial BudayaKonsep sehat sakitEtika dan hukumUUPK dan sumpah dokterHubungan dokter pasien

Malpraktik

Pengenalaan AgromedikPengertian agromedikRuang lingkup

agromedikKesehatan lingkunganKesehatan kerjaPHBS

9

Page 11: 4. Buku Praktikum

9. Prasyarat Blok

Sebelum mengikuti blok ini peserta didik harus sudah lulus SMA dengan

kemampuan IPA dan memiliki kemampuan membaca referensi dalam Bahasa

Inggris.

10. Referensi Utama

- Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, Balai Pustaka, Jakarta

- Setiadi, Elly M., 2005. Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

- Sumarsono, et. al., 2001. Pendidikan Kewarganegaraan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

- James A. Marcum. 2008. An Introductory Philosophy of Medicine: Humanizing Modern Medicine. Baylor University. Texas, USA.

- Fred Gifford. 2011. Philosophy of Medicine. North Holland, Netherland.- The Liang Gie, 2004. Filsafat Ilmu, Penerbit Liberty, Yogyakarta- Norcini, 2002. ABC Teaching and Learning in Medicine: Problem-Based Learning.

BMJ- Dent, J.A., Harden, R. M. (2006). A Practical Guide for Medical Teachers. London:

Elsevier.- Dunphy, B.C., & Williamson, S.L. (2004). In pursuit of expertise. Advances in

Health Science Education, vol. 9, pp.107 -127. - Gagne, R. M. (1970). The Condition of Learning. (2nd Ed). New York: Holt,

Rinehart, and Winston.- Kember, D. (1991). Instructional design for meaningful learning. Instructional

Science, 20, 289 – 310.- Ormrod, J.E. (2007) Human Learning, (5th ed). Upper Saddle River, New Jersey:

Pearson Education.- Yulyanti. (2010). Peran Teknologi Informasi dalam Bidang Kesehatan. Jakarta- Arif, M. A (2011). Peran Teknologi Informasi bagi Dunia Kesehatan. Yogyakarta:

AMIKOM- Fuad, A. (2005). Peran teknologi Informasi untuk Mendukung Manajemen

Informasi Rumah Sakit.http://anisfuad.blog.ugm.ac.id/2005/09/13/peran-teknologi-informasi-untuk-mendukung-manajemen-informasi-kesehatan-di-rumah-sakit/

- Abrahamson J.H. 1984. Metode Survei dalam Kedokteran Komunitas.edisi ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

- Soekidjo, N. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi 2 , Rineka Cipta , Jakarta.

- Azwar, Azrul. 1997. Pengantar Epidemiologi. Jakarta Binarupa Aksara.- Budiarto, Eko. 2002. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC.- Entjang, Indan. 2004. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Citra Aditya.- Dainur. 2004. Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.- Notoatmodjo, S. 2004. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.- Candra, Budiman. 2000. Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta: EGC.

10

Page 12: 4. Buku Praktikum

- Friedman. Harold.H.. 1985. Diagnosis Medis Berorientasikan Masalah. Boston, Massachussets: Little, Brown and Company.

- Depkes RI. 2003. Kebijakan Dasar Puskesmas.- Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: EGC- Azwar, A. 1996. Menuju Pelayanan Kesehatan yang Lebih Bermutu. Jakarta. - Direktorat Kesehatan Komunitas. Manajemen Puskesmas. Ditjen Bina Kesehatan

Masyarakat.- Azwar, A. 2004. Reformasi Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC- Azwar, A. 2004. Standardisasi Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC- Riarto, S & Trisnantoro, L (2011). Kebijakan Pembiayaan Kesehatan.

http://pmmc.or.id/news/health-news/72-kebijakan-pembiayaan-kesehatan-.html

- Azwar, A. 2002. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat. Jakarta- Azwar, A. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta: EGC- Lee Gan,G., Azwar.A,Wonodirekso.S 2004. A Primer on Family Medicine Practice.

Singapore: Singapore International Foundation. - Blum HL. 1972. Planning for Health; Development Application of Social Change

Theory. New York: Human Science Press.- Departemen Kesehatan RI. 1998. Paradigma Sehat, Pola Hidup Sehat, dan Kaidah

Sehat. Jakarta: Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat..- Hanafiah, Y., & Amir, A., 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, EGC,

Jakarta- Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)- Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 - Undang-Undang Praktik Kedokteran No. 29 tahun 2006- Sagiran. 2006. Panduan Etika Medis. Yogyakarta: PSKI FK UMY. - Azwar, A. 1991. Profesi Kedokteran, Tantangan dan Harapan. Jakarta- Sampurna, B. 2007. Praktik Kedokteran sebagai Hak Istimewa. Jakarta: FK

Universitas Indonesia- Vardiansyah, Dani, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi, Ghalia Indonesia, Jakarta- Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya - Warsito, 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia.- Haryanto, H. (2012). Problematika Sosial Budaya Masyarakat Kehutanan dan

Pertanian. Universitas Tanjungpura- Kurnia, A. (2011). Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Pertanian. Jakarta.- Hartomo & Aziz, A., 1990. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.- Muzaham, Fauzi., 1995. Memperkenalkan sosiologi Kesehatan. Jakarta: UI-Press.- Hagen, D et al. 2007. Agromedicine Programme. University of Kansas Medical

Center- Azwar, A. (1979). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC- Mukono. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga

University Press.- Slamet, Juli Soemirat. 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.- Widyastuti, Palupi. 2000. Bahaya Bahan kimia pada Kesehatan Manusia dan

Lingkungan. Jakarta: EGC.

11

Page 13: 4. Buku Praktikum

- Frederick, Gunther. 2000. Environmental Epidemiology. New York: Lewis Publisher.

- ________. 2002. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. RS Persahabatan. UIP - Sumakmur. 2004. Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC- Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008). Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan- Azwar, A. 1983. Pengantar Pendidikan Kesehatan. Jakarta: EGC

12

Page 14: 4. Buku Praktikum

II. METODE BELAJAR

Kurikulum berbasis kompetensi ini dilaksanakan dengan strategi belajar

berdasarkan paradigma baru pendidikan dokter yang dikenal dengan SPICES, dengan

strategi utama belajar berdasarkan masalah atau problem-based learning (PBL).

Kegiatan belajar dilaksanakan berdasarkan modul yang berisi skenario masalah yang

menjadi trigger atau pemicu dalam belajar dengan melalui diskusi tutorial. Informasi

diperoleh melalui belajar mandiri, kuliah, konsultasi pakar, dan praktikum. Informasi

yang telah diperoleh didiskusikan dalam kelompok sesuai jadwal dengan seorang

fasilitator. Untuk melatih ketrampilan medik peserta didik diberikan latihan dalam

skills lab, praktek lapangan, serta praktek kerja klinik.

a. Diskusi Tutorial

Diskusi tutorial dalam kelompok beranggotakan 10-12 mahasiswa dan dipandu

oleh tutor yang bertugas sebagai fasilitator. Dalam berdiskusi mahasiswa akan

dihadapkan pada masalah dalam bentuk skenario modul sebagai triger dalam diskusi.

Satu skenario modul diselesaikan dalam dua kali pertemuan dengan selang waktu 3-4

hari. Diskusi dilakukan dengan metode seven jumps (tujuh langkah) yang terdiri dari:

(1) mengklarifikasi istilah/konsep

(2) menetapkan permasalahan

(3) menganalisis masalah

(4) menarik kesimpulan langkah (3)

(5) menentukan tujuan belajar

(6) belajar mandiri

(7) menarik kesimpulan dari seluruh informasi yang telah ada.

Langkah (1) sampai dengan (5) dilaksanakan pada pertemuan pertama, langkah (6)

dilaksanakan di luar kelompok, sedangkan (7) dilaksanakan pada pertemuan kedua.

b. Kuliah

Kuliah dilaksanakan untuk memperjelas konsep atau teori yang sulit atau khusus

sehingga membutuhkan pakar untuk meningkatkan pemahaman, Kuliah dilaksanakan

dalam bentuk konsultasi interaktif berdasarkan masalah. Kuliah dapat diselenggarakan

secara terjadwal, maupun atas permintaan mahasiswa bila diperlukan.

13

Page 15: 4. Buku Praktikum

c. Praktikum

Praktikum bertujuan meningkatkan atau memperjelas pemahaman suatu materi

serta menambah ketrampilan bekerja di laboratorium. Beberapa materi akan lebih

mudah dipahami dengan melakukan praktikum laboratorium maupun lapangan baik di

Puskesmas maupun komunitas sehingga konsep atau teori menjadi lebih mudah.

d. Pelatihan Keterampilan Medik

Pelatihan ketrampilan medik bertujuan melatih ketrampilan medik mahasiswa

dengan menggunakan model pembelajaran yang ada seperti manekin, phantom, pasien

simulasi dan lainnya. Selain itu, pelatihan juga menggunakan prinsip role model dimana

antarmahasiswa berperan sebagai dokter dan pasien. Materi pelatihan berupa

komunikasi dasar, penyuluhan, komunikasi dokter pasien, komunikasi dengan tokoh

masyarakat dan lainnya.

e. Konsultasi Pakar

Konsultasi pakar dilaksanakan secara terjadwal atau atas permintaan mahasiswa

apabila menemui kesulitan dalam memahami konsep atau teori ketika diskusi

kelompok maupun belajar mandiri. Konsultasi pakar bisa dilaksanakan dalam

kelompok kecil maupun besar tergantung kebutuhan.

f. Belajar Mandiri

Belajar mandiri dilaksanakan dalam rangka menggali informasi yang lebih luas

atau lebih dalam tentang suatu materi yang terkait dengan masalah yang sedang

dipelajari sehingga dapat memahami kasus secara interdisiplin ilmu.

g. Evaluasi

Evaluasi Blok dilaksanakan pada minggu keenam dengan mempertimbangkan

proses selama mengikuti kegiatan belajar-mengajar, etika, dan penguasaan

pengetahuan. Komponen penilaian terdiri atas kegiatan ujian teori dan praktikum

(70%) dan tutorial (30%). Dengan ketentuan pencapaian masing-masing komponen

nilai tidak boleh kurang dari 60 untuk dapat lulus blok. Bobot masing-masing

komponen nilai ditetapkan oleh tim blok.

14

Page 16: 4. Buku Praktikum

Nilai akhir blok berupa angka 0-100 dengan penjenjangan seperti matriks berikut.

ANGKA HURUF NILAI KETERANGAN

80,00 - 100 A 4 Sangat baik

70,00 - 79,99 B 3 Baik

60,00 - 69,99 C 2 Cukup

50,00 - 59,99 D 1 Kurang

0 - 49,99 E 0 Sangat kurang

15

Page 17: 4. Buku Praktikum

III. JADWAL KEGIATAN BELAJAR

BLOK 1: HUMANIORA DAN MASALAH KESEHATAN

MINGGU JAM SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT

I

07.00-08.00 - - -08.00-10.00 Overview TUTORIAL

SKILLS LABKULIAH 3 TUTORIAL

10.00 – 11.00 PRAKTIKUM 2

Dasar-dasar TI11.00-12.00 KULIAH 1

12.00-14.00PRAKTIKUM 1

Telaah Kompetensi Dokter

KULIAH 2

II

07.00-08.00PRAKTIKUM 3

Visitasi : Pengenalan Puskesmas

-

08.00-10.00 TUTORIAL SKILLS LABPRAKTIKUM 4

Telaah JurnalTUTORIAL

10.00-11.00KULIAH 4

11.00-12.00 Kuliah 5 KULIAH 6

12.00-14.00

III

07.00-08.00

PRAKTIKUM 5Visitasi:

Program kerja Puskemas

-08.00-10.00 TUTORIAL

SKILLS LABKULIAH 9 TUTORIAL

10.00 – 11.00

KULIAH 7

11.00-12.00PRAKTIKUM 6

Telaah kasus Etika

12.00-14.00 KULIAH 8 -

IV

07.00-08.00

PRAKTIKUM 7Visitasi

Komunitas: PHBS

-08.00-10.00 TUTORIAL

SKILLS LAB

KULIAH 13 TUTORIAL

10.00-11.00 KULIAH 10

PRAKTIKUM 8Pengenalan alat mikrobiolgi dan mikrobiologi air

11.00-12.0012.00 – 14.00

KULIAH 11 KULIAH 12 -

V

07.00-08.00PRAKTIKUM 9

Visitasi Komunitas:

Masalah kesehatan

agroindustri

- - -08.00-10.00 TUTORIAL

SKILLS LABKULIAH 17 TUTORIAL

10.00-11.00KULIAH 14

PRAKTIKUM 10Analisis Masalah

AgromedisKuliah 18

11.00 – 12.00

12.00-14.00 KULIAH 15 KULIAH 16

VI 09.00-11.00 UJIAN BLOKVII 09.00-11.00 UJIAN REMEDIASI

16

Page 18: 4. Buku Praktikum

TOPIK KULIAH :

1. Kuliah 1 : Filsafat Ilmu

2. Kuliah 2 : KBK model SPICES

3. Kuliah 3 : Peran teknologi informasi dalam belajar

4. Kuliah 4 : Pengantar Epidemiologi

5. Kuliah 5 : Indikator Kesehatan Masyarakat

6. Kuliah 6 : Evidence Based Medicine

7. Kuliah 7 : Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia

8. Kuliah 8 : Sistem asuransi kesehatan

9. Kuliah 9 : Kedokteran keluarga

10. Kuliah 10 : Konsep Sehat Sakit

11. Kuliah 11 : Etika dan Hukum Kesehatan

12. Kuliah 12 : Sumpah Dokter dan Praktik UUPK

13. Kuliah 13 : Komunikasi efektif

14. Kuliah 14 : Aspek Sosiobudaya

15. Kuliah 15 : Ruang lingkup agromedis

16. Kuliah 16 : Kesehatan lingkungan di area agroindustri

17. Kuliah 17 : Kesehatan kerja di area agroindustri

18. Kuliah 18 : Ilmu Perilaku (PHBS)

17

Page 19: 4. Buku Praktikum

TOPIK PRAKTIKUM :

1. Praktikum 1: Telaah Kompetensi Dokter

2. Praktikum 2: Dasar-dasar TI

3. Praktikum 3: Visitasi Puskesmas Pengenalan Puskesmas (Struktur dan Organisasi)

4. Praktikum 4: Telaah artikel ilmiah

5. Praktikum 5: Visitasi Puskesmas Program kerja Puskemas

6. Praktikum 6: Telaah kasus etika

7. Praktikum 7: Visitasi Komunitas PHBS

8. Praktikum 8: Pengenalan alat mikrobiolgi dan mikrobiologi air

9. Praktikum 9: Visitasi Komunitas: Masalah kesehatan agroindustri

10. Praktikum 10: Analisis Masalah Agromedis

TOPIK KETERAMPILAN MEDIK :

1. Keterampilan Medik 1: Pengantar Komunikasi

2. Keterampilan Medik 2: Komunikasi Massa

3. Keterampilan Medik 3: Wawancara

4. Keterampilan Medik 4: Teknik Presentasi

5. Keterampilan Medik 4: Komunikasi dokter dalam tim dan pemuka masyarakat

18

Page 20: 4. Buku Praktikum

PRAKTIKUM I

TELAAH KOMPETENSI DOKTER

Judul Blok : Blok 1 Humaniora dan Masalah Kesehatan

Kode Blok : PDU 1758

SKS : 1 SKS

Metode Belajar : Praktikum

Waktu Pertemuan : 1 x 180 menit

Pertemuan ke : 1 (Telaah kompetensi dokter)

Laboratorium : Lab. Pendidikan Kedokteran

a. Tujuan Belajar :

1) Mahasiswa memiliki kemampuan mengidentifikasi kompetensi yang harus

dikuasai profesi dokter

2) Mahasiswa memiliki kemampuan untuk membedakan berbagai tingkat

kompetensi

3) Mahasiswa memiliki kemampuan mengambil keputusan yang tepat dalam sesuai

dengan tingkat kompetensi.

4) Mahasiswa mampu melakukan refleksi diri sejauhmana mahasiswa mampu

menguasai kompetensinya.

b. Pengantar

Seorang dokter dalam bekerja dalam profesinya dituntut untuk professional.

Sejak tahun 1982, pendidikan dokter di Indonesia mengacu pada Kurikulum Inti

Pendidikan Dokter Indonesia (KIPDI) I yang menitik beratkan pada penguasaan

disiplin ilmu. Sesuai dengan percepatan ilmu kedokteran dan kesehatan, disepakati

bahwa KIPDI I akan diperbaiki dan diperbarui setiap 10 tahun. Pada tahun 1994,

KIPDI II diterbitkan dan masih menitikberatkan pada penguasaan disiplin ilmu

sehingga gambaran dokter yang dihasilkan belum terinci secara eksplisit.

Standar Kompetensi Dokter disusun untuk memperbaiki KIPDI II tahun 2004 yang

sudah saatnya diganti. Menurut SK Mendiknas no 045 / U/ 2002, kompetensi adalah

19

Page 21: 4. Buku Praktikum

seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang

sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-

tugas di bidang tertentu. Elemen-elemen kompetensi terdiri dari:

a. Landasan kepribadian

b. Penguasaan ilmu dan ketrampilan

c. Kemampuan berkarya

d. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasar ilmu

dan keterampilan yang dikuasai

e. Pemahaman kaidah berkehidupan masyarakat sesuai dengan keahlian dan

keterampilannya.

Berikut beberapa manfaat dari standar kompetensi dokter di Indonesia:

1. Standar kompetensi dokter merupakan acuan utama bagi institusi pendidikan

kedokteran dalam mengembangkan kurikulumnya masing masing sehingga

walaupun kurikulum berbeda, tetapi dokter yang dihasilkan dari berbagai

institusi diharapkan memiliki kesetaraan dalam hal penguasaan kompetensi.

2. Standar kompetensi dokter dijadikan sebagai acuan utama bagi Departemen

Kesehatan maupun Dinas Kesehatan dalam pengembangan sumber daya

manusia kesehatan, dalam hal ini dokter, agar dapat memberikan pelayanan

kesehatan yang baik.

Beberapa area kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang dokter adalah:

1. Komunikasi efektif

2. Keterampilan klinis

3. Landasan ilmiah ilmu kedokteran

4. Pengelolaan masalah kesehatan

5. Pengelolaan informasi

6. Mawas diri dan pengembangan diri

7. Etika, moral, medikolegal, dan profesionalisme, serta keselamatan pasien.

Kompetensi dokter layanan kedokteran primer termuat dalam dokumen Konsil

Kedokteran Indonesia (KKI) tahun 2012 berjudul “STANDAR KOMPETENSI DOKTER”

yang menjabarkan dalam 7 area kompetensi :

20

Page 22: 4. Buku Praktikum

1. AREA KOMUNIKASI EFEKTIF; mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal

dan nonverbal dengan

pasien semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi lain.

2. AREA KETERAMPILAN KLINIS; melakukan prosedur klinis dalam menghadapi

masalah kedokteran sesuai dengan kebutuhan pasien dan kewenangannya.

3. AREA LANDASAN ILMIAH ILMU KEDOKTERAN; mengidentifikasi, menjelaskan, dan

merancang penyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah menurut ilmu kedokteran-

kesehatan mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum.

4. AREA PENGELOLAAN MASALAH KESEHATAN : mengelola masalah kesehatan

individu, keluarga, maupun masyarakat secara komprehensif, holistik, bersinambung,

koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan primer.

5. AREA PENGELOLAAN INFORMASI : mengakses, mengelola, menilai secara kritis

kesahihan dan kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan

masalah, atau mengambil keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di

tingkat primer.

6. AREA MAWAS DIRI DAN PENGEMBANGAN DIRI : melakukan praktik kedokteran

dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan keterbatasannya; mengatasi masalah

emosional, personal, kesehatan, dan kesejahteraan yang dapat mempengaruhi

kemampuan profesinya; belajar sepanjang hayat; merencanakan, menerapkan, dan

memantau perkembangan profesi secara sinambung.

7. AREA ETIKA, MORAL, MEDIKOLEGAL DAN PROFESIONALISME SERTA

KESELAMATAN PASIEN : berprilaku profesional dalam praktik kedokteran serta

mendukung kebijakan kesehatan; bermoral dan beretika serta memahami isu etik

maupun aspek medikolegal dalam praktik kedokteran; menerapkan program

keselamatan pasien.

c. Alat dan Bahan

1) Laptop/PC yang terhubung jaringan internet

2) Standar Kompetensi Dokter Indonesia 2012

d. Tugas

1) Tetapkan pemimpin kelompok sebelum memulai bekerja

2) Pemimpin kelompok membagikan tugas dalam kelompok

21

Page 23: 4. Buku Praktikum

3) Dalam setiap kelompok, carilah sebuah kasus terkait dengan kompetensi dokter

dari internet atau sumber yang lain misalnya dokter yang melayani penyakit

tertentu kemudian dilakukan analisis berdasarkan Standar Kompetensi dokter

Indonesia tahun 2012.

4) Mintalah persetujuan kasus tersebut kepada pembimbing praktikum

5) Diskusikan kasus tersebut dalam kelompok menggunakan standar kompetensi

dokter sebagai instrumen bekerja

6) Catatlah dengan baik hasil diskusi kelompok

7) Konsultasikan dengan pembimbing bila menemukan kesulitan

8) Mempresentasikan hasil analisis masing-masing kelompok dan

mendiskusikannya

9) Laporkan hasil diskusi kelompok dengan sistematika sebagai berikut

a. Judul

b. Pendahuluan

c. Ringkasan kasus

d. Hasil telaah kasus

e. Kesimpulan dan Saran

f. Kepustakaan

g. Lampiran (print out kasus)

e. Referensi

1. Standar Kompetensi Dokter Indonesia Tahun 2012

2. Dent, H & Harden, R. (2006). Practical Guide for Medical Teachers. New York:

Elsevier.

22

Page 24: 4. Buku Praktikum

PRAKTIKUM 2

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM KEDOKTERAN

Judul Blok : Blok 1 Humaniora dan Masalah Kesehatan

Kode Blok : PDU 1758

SKS : 1 SKS

Metode Belajar : Praktikum

Waktu Pertemuan : 1 x 180 menit

Pertemuan ke : 1 (Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Kedokteran)

Laboratorium : Laboratorium Pendidikan Kedokteran

a. Tujuan Belajar :

1) Mahasiswa memiliki kemampuan mengenal berbagai sumber informasi dalam

kedokteran

2) Mahasiswa mampu mencari sumber informasi yang digunakan untuk menunjang

belajarnya.

3) Mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengelola informasi yang didapatkan

melalui berbagai sumber informasi yang

4) Mahasiswa memiliki kemampuan mengambil keputusan yang tepat sesuai

dengan informasi yang didapatkan melalui berbagai sumber informasi

b. Pengantar

Mahasiswa kedokteran diharuskan untuk dapat mengakses, mengelola, menilai

secara kritis kesahihan dan kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan

menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan dalam kaitan pelayanan

kesehatan di tingkat primer.

Untuk itu, seorang lulusan dokter harus mampu menggunakan teknologi informasi

dan komunikasi untuk membantu penegakan diagnosis, pemberian terapi, tindakan

pencegahan dan promosi kesehatan serta penjagaan dan pemantauan status

kesehatan pasien.

Mahasiswa kedokteran dituntut untuk:

1. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik (internet)

23

Page 25: 4. Buku Praktikum

2. Menggunakan data dan bukti pengkajian ilmiah untuk menilai relevansi dan

validitasnya.

3. Menetapkan metode riset dan statistik untuk menilai kesahihan sebuah

informasi

4. Menerapkan keterampilan dasar pengelolaan informasi, untuk menghimpun data

relevan menjadi arsip pribadi

5. Menerapkan keterampilan dasar dalam menilai data untuk melakukan validasi

informasi ilmiah secara sistematik.

6. Meningkatkan kemampuan secara terus menerus, dalam merangkum dan

menyimpan arsip.

Mahasiswa juga harus mampu untuk memahami manfaat dan keterbatasan

teknologi informasi. Mahasiswa harus menerapkan prinsip teori teknologi

informasi dan komunikasi untuk membantu penggunaannya dengan

memperhatikan secara khusus potensi untuk berkembang dan keterbatasannya.

Dalam hal ini, mahasiswa harus mampu memanfaatkan informasi kesehatan yaitu:

1. Memasukkan data dan menemukan kembali database dalam praktik kedokteran

secara efisien.

2. Menjawab pertanyaan yang terkait dengan praktik kedokteran dengan

menganalisis arsipnya.

3. Membuat dan menggunakan rekam medis untuk meningkatkan mutu dan

pelayanan kesehatan.

Informatika kedokteran adalah disiplin yang berkaitan erat dengan

pemanfaatan komputer dan teknologi komunikasi di bidang kedokteran. Edward H.

Shortliffe mendefinisikan informatika kedokteran sebagai berikut: "Disiplin ilmu

yang berkembang dengan cepat yang berurusan dengan penyimpanan, penarikan

dan penggunaan data, informasi, serta pengetahuan biomedik secara optimal untuk

tujuan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan”. Pakar informatika

kedokteran lainnya, Haux mengatakan dengan istilah "systematic processing of

information in medicine".

Informatika kedokteran berhubungan dengan semua ilmu dasar dan terapan

dalam kedokteran dan terkait sangat erat dengan teknologi informasi modern, yaitu

komputer dan komunikasi. Posisinya di kedokteran berada di persilangan antara

berbagai disiplin ilmu dasar dan terapan di kedokteran serta disiplin di luar

24

Page 26: 4. Buku Praktikum

kedokteran, seperti ilmu informasi, komputer, statistika, dan psikologi. Secara

terapan, aplikasi informatika kedokteran meliputi rekam medis elektronik, sistem

pendukung keputusan medis, sistem penarikan informasi kedokteran, hingga

pemanfaatan internet dan intranet untuk sektor kesehatan, termasuk

pengembangan sistem informasi klinis. Informatika kedokteran sebagai disiplin

baru berkembang terutama karena kesadaran bahwa pengetahuan kedokteran

tidak akan mampu terkelola (unmanageable) oleh metode berbasis kertas (paper-

based methods).

Menurut Shortliffe, subdomain dalam informatika kedokteran (atau kesehatan)

adalah sebagai berikut:

a. Bioinformatika bekerja pada proses molekuler dan seluler. Riset dan aplikasi

bioinformatika memfasilitasi upaya-upaya rekayasa genetik, penemuan

vaksin, hingga ke riset besar tentang human genome project.

b. Medical imaging (informatika pencitraan) mengkaji aspek pengolahan data

dan informasi digital pada level jaringan dan organ. Kemajuan pada sistem

informasi radiologis, PACS (picture archiving communication systems),

sistem pendeteksi biosignal adalah beberapa contoh terapannya.

c. Informatika klinis, yang menerapkan pada level individu (pasien), mengkaji

mengenai berbagai inovasi teknologi informasi untuk mendukung pelayanan

pasien, komunikasi dokter pasien, serta mempermudah dokter dalam

mengumpulkan hingga mengolah data individu.

d. Informatika kesehatan masyarakat yang berfokus kepada populasi untuk

mendukung pelayanan, pendidikan dan pembelajaran kesehatan

masyarakat.

Para ahli informatika kedokteran memiliki organisasi yang menghimpun tokoh,

peneliti, organisasi (baik akademik, pendidikan, penelitian maupun pelayanan)

serta industri yang memiliki aktivitas dalam informatika kedokteran yaitu

International Medical Informatics Association (IMIA). Organisasi ini memiliki

beberapa workgroup maupun special interest group yang masing-masing memiliki

bidang kajian informatika kedokteran yang berbeda-beda seperti aspek pendidikan,

standar, informatika kedokteran untuk negara berkembang dan lain sebagainya.

Organisasi ini juga memiliki organisasi berdasarkan region, misalnya untuk Asia

Pasifik terdapat Asia Pacific Medical Informatics Association (APAMI). Setiap tiga

25

Page 27: 4. Buku Praktikum

tahun sekali, IMIA mengadakan pertemuan kongres yang dikenal dengan tajuk

MEDINFO. Pada tahun 2007 MEDINFO akan dilaksanakan di Brisbane.

Informatika Kesehatan merupakan ilmu yang mengkaji penggunaan Teknologi

Informatika dalam menyelesaikan masalah kesehatan. pendekatan Kesehatan

merupakan pendekatan yang sangat berbeda dengan kedokteran. Kita kenal dalam

kesehatan beberapa pendekatan, antara lain :

a. Promotif

b. preventif,

c. Kuratif dan

d. Rehabilitatif.

Kesehatan merupakan pendekatan preventif dan promotif. Oleh karenanya

dalam kajian ilmu terjadi pemisahan dari kedokteran. Berkembang kemudian

Kesehatan masyarakat. Pada Informatika Kesehatan terdapat hal yang prinsip yang

sangat berbeda dengan Informatika Kedokteran. Pada Informatika Kesehatan

beberapa penelusuran masalah akan berawal dari eviden base. Karena itu cakupan

informatika kesehatan merupakan cakupan massal bukan individu. Indikator-

indikator kesehatan tidak terbentuk secara individu tetapi merupakan komulatif

dari massa/public. pada informatika kesehatan tidak dilakukan intervensi secara

personal tetapi secara public. Pada informatika Kesehatan tidak berbasis kuratif

dan rehabilitatif tetapi menekankan pendekatan promotif dan preventif. Teknologi

pada Informatika Kesehatan digunakan untuk melakukan intervensi secara publik

dengan cakupan yang luas.

Banyak rumah sakit menggunakan sistem informasi untuk menangani

transaksi yang berhubungan dengan karyawan, juru medis, dan pasien. Sistem

informasi terkadang diperluas, tidak hanya pada pemakaian internal, melainkan

juga pemakaian eksternal ( pengunjung ) agar memudahkan mencari data pasien

yang sedang menginap di rumah sakit. Teknologi informasi juga diterapkan pada

peralatan - peralatan medis, misalnya pada CT scan ( Computer Tomography ). CT

scan adalah peralatan medis yang mampu memotret bagian dalam dari seseorang

tanpa dilakukan pembedahan, yakni dengan menggunakan teknologi sinar X.

Dalam hal ini Teknologi Informasi di Bidang Kesehatan sangat memiliki

peran yang sangat signifikan untuk menolong jiwa manusia serta riset-riset di

bidang kedokteran. Teknologi Informasi digunakan untuk menganalisis organ

26

Page 28: 4. Buku Praktikum

tubuh manusia bagian dalam yang sulit dilihat, untuk mendiagnosa penyakit,

menemukan obat yang tepat untuk mengobati penyakit, dan masih banyak lagi.

Dengan adanya Teknologi Informasi saat ini dapat mempermudah Dokter dan

Perawat dalam memonitor kesehatan pasien monitor detak jantung pasien lewat

monitor komputer, aliran darah, memeriksa organ dalam pasien dengan sinar X.

Sebagai contoh saat perawatan Almarhum Mantan Presiden Soeharto di Rumah

Sakit Pertamina Jakarta, tahun 2008. Dengan teknologi modern bisa memonitor,

bahkan menggantikan fungsi organ dalam seperti Jantung, Paru-paru dan Ginjal. Itu

merupakan teknologi kesehatan yang digabungkan dengan teknologi Informasi dan

Komputer sebagai pemanfaatan telematika juga berperan penting didalamnya.

Teknologi informasi  berupa Sistem  Computerized Axial Tomography (CAT)

digunakan  untuk menggambar struktur bagian otak dan mengambil gambar

seluruh organ tubuh yang tidak bergerak dengan menggunakan sinar-X. Sedangkan

untuk yang bergerak menggunakan sistem Dynamic Spatial Reconstructor (DSR)

yang dapat digunakan untuk melihat gambar dari berbagai sudut organ tubuh.

Single Photon Emission Computer Tomography (SPECT) merupakan sistem

komputer yang mempergunakan gas radioaktif untuk mendeteksi partikel-partikel

tubuh yang ditampilkan dalam bentuk gambar. Bentuk lain adalah Position

Emission Tomography (PET) juga merupakan sistem komputer yang dapat

menampilkan gambar yang menggunakan isotop radioaktif. Selain itu Nuclear

Magnetic Resonancemerupakan teknik mendiagnosis dengan cara

memagnetikkan nucleus (pusat atom) dari atom hidrogen.

Saat ini telah ada temuan baru yaitu komputer DNA, yang mampu

mendiagnosis penyakit sekaligus memberi obat. Ehud Shapiro beserta timnya dari

institut Sains Weizmann, Rehovot, Israel, telah membuat komputer DNA ultrakecil

yang mempu mendiagnosis dan mengobati kanker tertentu. Komponen penyusun

komputer DNA adalah materi genetik yang diketahui urutan basanya. Seperti

diketahui bahwa urutan gen secara intrinsik mempunyai kemampuan inheren

untuk mengolah informasi layaknya komputer. Oleh karena itu trilyunan mesin

biomolekul yang bekerja dengan ketepatan lebih dari 99,8% itu, dapat dikemas

dalam setetes larutan. Komputer DNA menggunakan untai nukleotida sebagai

masukan data, dan molekul biologi aktif sebagai larutan data dapat menghasilkan

27

Page 29: 4. Buku Praktikum

sistem kendali logis dari proses-proses biologi. Mesin ini bahkan mampu

mengerjakan soal-soal matematik.

c.

Alat dan Bahan

1) Laptop yang terhubung jaringan internet

2) Referensi tentang Teknologi Informasi

d. Tugas

1) Tetapkan pemimpin kelompok sebelum memulai bekerja

2) Pemimpin kelompok membagikan tugas dalam kelompok

3) Dalam setiap kelompok, carilah sebuah kasus yang terkait dengan pemanfaatan

teknologi informasi dalam bidang kedokteran

4) Mintalah persetujuan kasus tersebut kepada pembimbing praktikum

5) Diskusikan kasus tersebut dalam kelompok menggunakan prinsip-prinsip

pemanfaatan teknologi informasi sebagai instrumen bekerja dari sisi promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Analisis dilakukan mengenai: manfaat teknologi informasi, keuntungan teknologi

informasi dalam bidang kedokteran, kerugiannya serta dampak yang positif dan

negatif dari teknologi tersebut.

6) Catatlah dengan baik hasil diskusi kelompok

28

Page 30: 4. Buku Praktikum

7) Konsultasikan dengan pembimbing bila menemukan kesulitan

8) Mempresentasikan hasil analisis masing-masing kelompok dan

mendiskusikannya.

9) Laporkan hasil diskusi kelompok dengan sistematika sebagai berikut:

a) Judul

b) Pendahuluan

c) Ringkasan kasus

d) Hasil telaah kasus

e) Kesimpulan dan Saran

f) Kepustakaan

g) Lampiran

e. Referensi

1. Yulyanti. (2010). Peran Teknologi Informasi dalam Bidang Kesehatan. Jakarta2. Arif, M. A (2011). Peran Teknologi Informasi bagi Dunia Kesehatan.

Yogyakarta: AMIKOM3. Fuad, A. (2005). Peran teknologi Informasi untuk Mendukung Manajemen

Informasi Rumah Sakit

PRAKTIKUM 3

29

Page 31: 4. Buku Praktikum

VISITASI PUSKESMAS: PENGENALAN PUSKESMAS

Judul Blok : Blok 1 Humaniora dan Masalah Kesehatan

Kode Blok : PDU 1758

SKS : 1 SKS

Metode Belajar : Praktikum

Waktu Pertemuan : 1 x 180 menit

Pertemuan ke : 3 (Visitasi Puskesmas: Pengenalan Puskesmas)

Laboratorium : Laboratorium Pendidikan Kedokteran

A. Tujuan Belajar :

1) Mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis-jenis pelayanan primer yang ada di

Indonesia.

2) Mahasiswa memiliki kemampuan mengenali berbagai struktur organisasi yang

ada di Puskesmas

3) Mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengkaji fungsi dari masing-masing

struktur yang ada di Puskesmas.

4) Mahasiswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan hubungan antar bagian di

dalam struktur organisasi tersebut.

5) Mahasiswa memiliki kemampuan untuk menguraikan hubungan antara

Puskesmas dengan institusi lain baik yang setara maupun di atasnya.

B. Pengantar

Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran

serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan

terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan.

Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan keadaan

infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah

kerja puskesmas.

30

Page 32: 4. Buku Praktikum

Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000.

penduduk. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu

ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yaitu Puskesmas

Pembantu dan Puskesmas Keliling.Pelayanan kesehatan yang diberikan di

Puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan pengobatan

(kuratif), upaya pencegahan (preventif), peningkatan kesehatan (promotif) dan

pemullihan kesehatan (rehabilitatif) yang ditujukan kepada semua penduduk dan

tidak dibedakan jenis kelamin dan golongn umur, sejak pembuahan dalam

kandungan sampai tutup usia

Struktur organisasi Puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas

masing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi Puskesmas di satu

kabupaten/kota dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan

penetapannya dilakukan dengan Peraturan Daerah.

Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi Puskesmas sebagai

berikut :

a. Kepala Puskesmas

b. Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu Kepala Puskesmas dalam

pengelolaan :

1. Data dan Informasi

2. Perencanaan dan Penilaian

3. Keuangan

4. Umum dan Kepegawaian

c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas :

1. Upaya Kesehatan Masyarakat termasuk pembinaan terhadap UKBM

2. Upaya Kesehatan Perorangan

d. Jaringan Pelayanan Puskesmas :

1. Unit Puskesmas Pembantu

2. Unit Puskesmas Keliling

3. Unit Bidan di Desa/Komunitas

1. Kriteria Personalia

Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi Puskesmas disesuaikan dengan

tugas dan tanggung jawab masing-masing unit Puskesmas. Khusus untuk Kepala

31

Page 33: 4. Buku Praktikum

Puskesmas, kriteria tersebut dipersyaratkan harus seorang sarjana di bidang

kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat.

2. Eselon Kepala Puskesmas

Kepala Puskesmas adalah penanggung jawab pembangunan kesehatan di tingkat

kecamatan. Sesuai dengan tanggung jawabnya tersebut dan besarnya peran Kepala

Puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan

maka jabatan Kepala Puskesmas setingkat dengan eselon II-B

Dalam keadaan tidak tersedia tenaga yang memenuhi syarat untuk menjabat jabatan

eselon II-B, ditunjuk pejabat sementara yang sesuai dengan kriteria Kepala

Puskesmas yakni seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum

pendidikannya mencakup bidang kesehatan masyarakat, dengan kewenangan yang

setara dengan pejabat tetap.

Berikut ini adalah contoh struktur organisasi di Puskesmas

C.Alat dan Bahan

1) Peralatan tulis

32

Page 34: 4. Buku Praktikum

2) Kamera dokumentasi

3) Transportasi

4) Komputer / laptop

D.Tugas

1. Mahasiswa mendatangi Puskesmas yang telah ditentukan

2. Mahasiswa meminta izin kepada Kepala Puskesmas

3. Mahasiswa mendengarkan penjelasan (sambutan) yang akan disampaikan oleh

Kepala Puskesmas atau yang mewakili

4. Mahasiswa berdiskusi dan bertanya mengenai topik-topik yang telah ditentukan

5. Mahasiswa mengamati beberapa data (grafik, gambar atau laporan) yang ada di

Puskesmas dengan dipandu oleh Kepala Puskesmas atau yang mewakili.

6. Pada akhir sesi, Kepala Puskesmas menutup sesi praktikum

7. Mahasiswa pamit kepada Kepala Puskesmas

8. Mahasiswa membuat laporan yang akan diberikan kepada koordinator blok.

9. Laporkan hasil diskusi kelompok dengan sistematika sebagai berikut

a) Judul

b) Pendahuluan

c) Ringkasan kasus

d) Hasil telaah kasus

e) Kesimpulan dan Saran

f) Kepustakaan

g) Lampiran

E. Referensi

1. Azwar, A. 1999. Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia. Jakarta: EGC2. Depkes RI. 2003. Kebijakan Dasar Puskesmas.3. Direktorat Kesehatan Komunitas. Manajemen Puskesmas. Ditjen Bina

Kesehatan Masyarakat.

33

Page 35: 4. Buku Praktikum

PRAKTIKUM 4

TELAAH ARTIKEL ILMIAH

Judul Blok : Blok 1 Humaniora dan Masalah Kesehatan

Kode Blok : PDU 1758

SKS : 1 SKS

Metode Belajar : Praktikum

Waktu Pertemuan : 1 x 180 menit

Pertemuan ke : 4 (Telaah Artikel Ilmiah)

Laboratorium : Laboratorium Pendidikan Kedokteran

A. Tujuan Belajar :

1) Mahasiswa memiliki kemampuan membedakan berbagai jenis artikel, jurnal,

makalah yang memiliki content ilmiah.

2) Mahasiswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan struktur artikel jurnal yang

diterbitkan dalam jurnal

3) Mahasiswa mampu menjelaskan dengan baik isi dari setiap struktur yang ada

dalam jurnal

4) Mahasiswa memiliki kemampuan mengambil keputusan yang tepat yang

berdasarkan isi artikel dalam jurnal.

B. Pengantar

Artikel ilmiah merupakan salah satu bentuk tulisan yang berisi hasil dari sebuah

penelitian ilmiah. Penulisan Jurnal harus mengikuti aturan yang sudah ditentukan

oleh penerbit Jurnal yang sudah terakreditasi. Secara umum, sebuah artikel dalam

jurnal terdiri dari:

1.  Judul

Judul Jurnal harus informatif mengenai penelitian yang dilakukan. Judul dibuat

dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Judul artikel yang baik bersifat ringkas,

informatif dan deskriptif, terdiri dari sejumlah kata yang seminimal mungkin, tepat

menggambarkan isi tulisan yang mengandung konsep atau hubungan antar konsep;

34

Page 36: 4. Buku Praktikum

tepat dalam memilih dan menentukan urutan kata. Judul disusun tidak terlalu

spesifik. Penggunaan singkatan atau formula kimia sebaiknya dihindari. Judul ditulis

dengan huruf besar (kapital), istilah bahasa asing ditulis dengan huruf miring

(italic).

2. Nama dan Alamat Penulis

Nama diri penulis ditulis tanpa mencantumkan gelar dan penulisan nama dari satu

artikel ke artikel lainnya harus tetap/konsisten, hal ini penting untuk pengindeksan

nama pengarang. Keterangan tentang program yang ditempuh, alamat penulis

dan/atau e-mail yang dicantumkan harus jelas, dan diletakkan pada catatan kaki

(foot note) di halaman judul dengan ukuran huruf (font) yang lebih kecil dari ukuran

huruf pada isi teks.

Contoh:

Pengaruh Pemberian Ekstrak Mengkudu terhadap Tekanan Darah

Irawan Fajar Kusuma

Universitas Jember

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

e-mail:[email protected]

3. Abstrak

Abstrak merupakan miniatur dari isi Jurnal secara keseluruhan. Pada umumnya

hanya terdiri dari satu paragraf dengan satu spasi dan tidak lebih dari 200 kata.

Informasi yang perlu ditulis dalam abstrak meliputi tinjauan singkat permasalahan

penelitian, tujuan penelitian, metodologi penelitian serta temuan penelitian. Jangan

lupa menambahkan kata kunci pada bagian akhir dari Abstrak. Abstrak ditulis

dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Abstrak merupakan sari tulisan yang

meliputi latar belakang penelitian secara ringkas, tujuan, teori, bahan dan metode

yang digunakan, hasil temuan serta simpulan. Rincian perlakuan tidak perlu

dicantumkan, kecuali jika memang merupakan tujuan utama penelitian. Abstrak

bersifat konsisten dengan isi artikel dan self explanatory, artinya mengandung

35

Page 37: 4. Buku Praktikum

alasan mengapa penelitian dilakukan (rasionalisasi & justifikasi), dan tidak merujuk

kepada grafik, tabel atau acuan pustaka. Abstrak ditulis dilengkapi dengan 3 – 5

kata kunci, yaitu istilah-istilah yang mewakili ide-ide atau konsep-konsep dasar

yang dibahas dalam artikel.

4. Pendahuluan

Bagian Pendahuluan pada umumnya berisi latar belakang penelitian,

permasalahan, pemecahan masalah, serta tujuan penelitian. Dalam menguraikan

permasalahan dan pemecahan masalah juga dijelaskan landasan teori secara

singkat yang mendasari pemikiran penulis. Landasan teori yang digunakan harus

berasal dari hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan permasalahan dan

telah diterbitkan dalam jurnal terakreditasi.

Dalam pendahuluan dikemukakan suatu permasalahan/konsep/hasil penelitian

sebelumnya secara jelas dan ringkas sebagai dasar dilakukannya penelitian yang

akan ditulis sebagai artikel ilmiah. Pustaka yang dirujuk hanya yang benar-benar

penting dan relevan dengan permasalahan untuk men”justifikasi” dilakukannya

penelitian, atau untuk mendasari hipotesis. Pendahuluan juga harus menjelaskan

mengapa topik penelitian dipilih dan dianggap penting, dan diakhiri dengan

menyatakan tujuan penelitian tersebut.

5. Metode Penelitian

Bagian Metode Penelitian menguraikan secara singkat mengenai rancangan

penelitian (model penelitian), populasi, teknik sampling, instrumen penelitian serta

pengolah data yang akan dilakukan. Jangan lupa untuk mencantumkan sumber

rujukan yang digunakan pada setiap metode yang digunakan.

Alur pelaksanaan penelitian harus ditulis dengan rinci dan jelas sehingga peneliti

lain dapat melakukan penelitian yang sama (repeatable and reproduceable).

Spesifikasi bahan-bahan harus rinci agar orang lain mendapat informasi tentang

cara memperoleh bahan tersebut. Jika metode yang digunakan telah diketahui

sebelumnya, maka acuan pustakanya harus dicantumkan. Jika penelitian terdiri dari

beberapa eksperimen, maka metode untuk masing-masing eksperimen harus

dijelaskan.

36

Page 38: 4. Buku Praktikum

6. Pembahasan

Bagian Pembahasan berisi uraian mengenai hasil pengolahan data serta temuan

yang didapatkan baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Biasanya hasil

pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Temuan penelitian harus

menjawab tujuan penelitian yang nantinya akan dijadikan sebagai dasar dalam

membuat simpulan dan saran

Hasil penelitian dalam bentuk data merupakan bagian yang disajikan untuk

menginformasikan hasil temuan dari penelitian yang telah dilakukan. Ilustrasi hasil

penelitian dapat menggunakan grafik/tabel/gambar. Tabel dan grafik harus dapat

dipahami dan diberi keterangan secukupnya. Hasil yang dikemukakan hanyalah

temuan yang bermakna dan relevan dengan tujuan penelitian.

Temuan di luar dugaan yang tidak sesuai dengan tujuan penelitian harus mendapat

tempat untuk dibahas. Jika artikel melaporkan lebih dari satu eksperimen, maka

tujuan setiap penelitian harus dinyatakan secara tegas dalam teks, dan hasilnya

harus dikaitkan satu sama lain.  

Dalam Pembahasan dikemukakan keterkaitan antar hasil penelitian dengan teori,

perbandingan hasil penelitian dengan hasil penelitian lain yang sudah

dipublikasikan. Pemnbahasan menjelaskan pula implikasi temuan yang diperoleh

bagi ilmu pengetahuan dan pemanfaatannya.

7. Simpulan

Simpulan merupakan jawaban singkat dari masalah penelitian. Saran dibuat

berdasarkan simpulan dan sebaiknya mengacu pada tindakan praktis atau berupa

usulan untuk pengembangan penelitian selanjutnya. Simpulan merupakan

penegasan penulis mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Saran hendaknya

didasari oleh hasil temuan penelitian, berimplikasi praktis, pengembangan teori

baru (khusus untuk program doktor), dan atau penelitian lanjutan.

8. Daftar Pustaka

Daftar Pustaka berisi semua rujukan atau referensi yang digunakan penulis pada

seluruh isi jurnal. Cara menuliskan Daftar Pustaka biasanya mengikuti aturan dari

penerbit jurnal. Tidak diperkenankan menggunakan rujukan atau referensi yang

tidak dapat menjamin otoritas keilmuannya.

37

Page 39: 4. Buku Praktikum

Bahan rujukan (referensi) yang dimasukkan dalam daftar pustaka hanya yang

benar-benar disebutkan dalam naskah artikel. Penulisan daftar rujukan secara

lengkap dilakukan pada halaman baru. Agar penulisan daftar pustaka lengkap,

maka daftar dibuat sebagai tahap penulisan paling akhir. Naskah dibaca dari awal

sampai akhir, lalu ditulis dalam daftar semua referensi yang ada dalam naskah dan

daftar tersebut digunakan untuk menyusun daftar pustaka.

Gaya penulisan pada setiap jumal tidak sama, sehingga harus dipelajari dengan

seksama bagaimana gaya/style dari jumal yang akan dikirimi naskah artikel.

Konteks rujukan yang dicantumkan hanya yang benar-benar ada kaitannya dengan

isi penelitian. Perlu diminimalkan pencantuman referensi dari skripsi, tesis,

disertasi, abstrak, in press. Bahan rujukan berbahasa asing ditulis sesuai dengan

aslinya. Penggunaan et at, dalam bahan rujukan hanya digunakan jika jumlah

penulis terdiri lebih dari 6 orang.

Penulisan daftar pustaka masing-masing bidang ilmu mengikuti pedoman yang

dikeluarkan oleh organisasi intemasional yang menerbitkan publikasi berkala (lihat

lampiran). Dalam sistem penulisan nama dipergunakan sistem penulisan nama

penulis secara intemasional (yaitu, nama keluarga sebagai entry). Apabila nama

keluarga penulis tidak jelas, maka dituliskan nama penulis secara lengkap.

9. Lain-Lain

Catatan kaki (footnotes): ditulis di bagian bawah dan biasa digunakan sebagai

informasi program studi dan alamat penulis. Dalam bidang ilmu sosial, catatan kaki

merupakan keterangan atau penjelasan atas teks tulisan yang dicatat pada bagian

bawah halaman teks tulisan yang bersangkutan dan diberi tanda tertentu.

Penulisan catatan kaki sebaiknya dibatasi dan biasanya menggunakan ukuran huruf

yang lebih kecil daripada huruf dalam teks.

CONTOH TEKNIK PENULISAN NASKAH ARTIKEL

Petunjuk bagi Calon Penulis

1.)    Artikel yang akan diterbitkan dalam Jurnal Terakreditasi

2.)   Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan huruf Times

38

Page 40: 4. Buku Praktikum

New Romans (font 12), disusun sistematik dengan urutan sebagai berikut: a) Judul

dengan huruf kapital (singkat dan jelas), b) Nama penulis ditulis di bawah judul

(tanpa gelar) diikuti nama institusi, Universitas Padjadjaran. c) Abstrak dalam

bahasa Inggris dan Indonesia (maksimum 150 kata), d) Kata kunci (keywords) 3-5

kata. Sebagai catatan kaki (footnote) dituliskan Program Studi dan Bidang Kajian

Utama, serta alamat korespondensi penulis, e) Pendahuluan, f) Metode, g) Hasil dan

Pembahasan, h) Kesimpulan dan Saran, i) Ucapan terima kasih (bila ada) dan,j)

Daftar Pustaka. .Abstrak ditulis dengan jarak 1 spasi. Isi naskah ditulis dengan spasi

rangkap, jumlah halaman naskah keseluruhan tidak melebihi 15 halaman dengan ,

format atas dan kiri berjarak 4 cm, kanan dan bawah 3 cm dari tepi kertas kuarto.

3.)    Naskah artikel diserahkan dalam bentuk soft-copy dan file elektroniknya

(disket atau CD) bersamaan, dengan berkas pendaftaran ujian tesis atau disertasi ke

Sub Bagian Akademik.

4.)    Ilustrasi dalam bentuk foto, gambar, grafik/tabel harus utuh, jelas terbaca.

Penulisan judul tabel letaknya di bagian atas, nama gambar termasuk grafik

letaknya di bagian bawah, dengan nomor urut angka Arab. Foto (hitam putih)

besamya antara ¼  halaman sampai ½  halaman. ludul foto ditulis di bagian bawah

foto. Untuk ilmu eksakta, penulisan satuan ukuran menggunakan sistem IU

(Intemational Unit System).

5.)    Daftar Pustaka / rujukan dalam isi naskah disusun berdasarkan bidang ilmu

masing-masing mengikuti pedoman yang dikeluarkan oleh organisasi intemasional

yang menerbitkan publikasi berkala

6.)    Naskah yang masuk akan diseleksi, diberi catatan dan dikirimkan kepada

redaktur ahli (penyunting ahli) untuk dikoreksi dan diberi catatan. Selanjutnya

penulis melakukan pembetulan naskah dan mengirimkan kembali naskah yang

telah dibetulkan dalam suatu CD.

7.)    Penulis yang naskahnya dimuat dalam jumal akan menerima terbitan satu

eksemplar.

Proses Penulisan Naskah

Terdapat banyak sekali jumal ilmiah untuk setiap bidang ilmu karena hampir di

setiap negara maju, organisasi profesi ilmiahnya menerbitkan jumal yang bertaraf

intemasional. Diantara jumal-jumal ilmiah tersebut tentu saja masing-masing

39

Page 41: 4. Buku Praktikum

memiliki inhouse style yang berbeda-beda.

Di lain fihak, kualitas suatu jumal ilmiah sangat ditentukan antara lain oleh kualitas

kerjasama antara pengelola jumal (dewan redaksi), penyunting ahli dan penulis

artikel ilmiah. Bagi seorang peneliti, adalah suatu prestasi yang membanggakan

apabila artikel ilmiah yang ditulis dari penelitian yang telah di lakukannya dapat

dipublikasikan dalam salah satu jumal ilmiah. Oleh karena itu langkah pertama

yang harus dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan cara mengikuti

gaya selingkung dari jumal yang diharapkan akan mempublikasikan tulisan yang

dibuat. Secara singkat tahapan yang harus dilalui adalah :

a)      Dapatkan dan cermati petunjuk bagi calon penulis yang biasanya dicantumkan

pada setiap penerbitan jumal.

b)      Tulislah naskah sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan (format, jenis

dan ukuran kertas, marjin (batas) kiri, atas, kanan, bawah dan lain-lain). Prinsip

utamanya adalah mengerti dan memahami dengan benar pengertian tentang

komponen-komponen penyusun (batang tubuh) suatu artikel.

c)      Diamkan naskah yang sudah ditulis untuk sementara waktu, kemudian bacalah

kembali, biasanya akan banyak ditemukan kesalahan dalam naskah yang telah

dibuat.

d)      Setelah penulis anggap sempuma, mintalah teman atau kolega untuk membaca

dan berdiskusi serta memberikan komentamya. Pertimbangkan komentar mereka

dalam memperbaiki naskah kita.

Pengiriman Naskah

Sebelum dikirimkan kepada dewan redaksi (penyunting ahli), naskah artikel yang

telah disusun diberikan kepada tim pembimbing / promotor untuk ditelaah dan

dikoreksi. Setelah naskah selesai diperbaiki sesuai dengan saran tim pembimbing /

promotor, naskah artikel dilampirkan dalam berkas pengajuan UT/UD, disertai 1

lembar surat pemyataan bahwa naskah telah diperiksa, dikoreksi dan disetujui tim

pembimbing / promotor. Setelah lulus UT/UD dan telah melakukan revisi, naskah

artikel ilmiah (yang telah direvisi) dikirimkan ke perpustakaan sebagai prasyarat

wisuda, dengan mengikuti cara pengiriman naskah kepada dewan redaksi seperti

yang telah ditetapkan sebagai berikut : lembar surat permohonan pemuatan artikel,

eksemplar naskah artikel dalam bentuk print out, CD berisi file naskah dengan

40

Page 42: 4. Buku Praktikum

menyebutkan word processor yang digunakan. Perpustakaan akan melanjutkan

pengiriman naskah artikel tersebut kepada Dewan Redaksi.

Daftar Pustaka / Rujukan

Penulisan daftar pustaka masing-masing bidang ilmu disusun mengikuti pedoman

yang dikeluarkan oleh organisasi intemasional yang menerbitkan publikasi berkala.

Cantumkan nama semua penulis bila tidak lebih dari 6 orang, dan bila lebih dari 6

orang penulis, tuliskan nama 6 penulis pertama dan selanjutnya et al. Jumlah

rujukan sebaiknya dibatasi sampai 25 buah dan secara umum merujuk pada tulisan

yang terbit dalam satu dekade terakhir.

Perlu dihindari penggunaan abstrak sebagai rujukan. Materi yang telah dikirim

untuk publikasi tetapi belum diterbitkan harus dirujuk dengan menyebutkannya

sebagai pengamatan yang belum dipublikasi (unpublished observation) seizin nara

sumber. Makalah yang telah diterima untuk publikasi tetapi belum terbit dapat

digunakan sebagai rujukan dengan perkataan “in press” .

Hendaknya juga dihindari rujukan berupa komunikasi pribadi (personal

communication), kecuali untuk informasi yang tidak mungkin diperoleh dari

sumber umum. Sebutkan nama sumber dan tanggal komunikasi, dapatkan izin

tertulis dan konfirmasi ketepatan dari sumber komunikasi.

C. Alat dan Bahan

1) Laptop yang terhubung jaringan internet

2) Referensi Penulisan Artikel dalam jurnal

D. Tugas

1) Tetapkan pemimpin kelompok sebelum memulai bekerja

2) Pemimpin kelompok membagikan tugas dalam kelompok

3) Dalam setiap kelompok, carilah sebuah artikel jurnal dari internet

4) Mintalah persetujuan artikel tersebut kepada pembimbing praktikum

5) Diskusikan kasus tersebut dalam kelompok dengan memperhatikan langkah-

langkah penulisan artikel ilmiah.

6) Catatlah dengan baik hasil diskusi kelompok

7) Konsultasikan dengan pembimbing bila menemukan kesulitan.

41

Page 43: 4. Buku Praktikum

8) Laporkan hasil diskusi kelompok dengan sistematika sebagai berikut

a) Judul

b) Pendahuluan

c) Ringkasan

d) Hasil telaah

e) Kesimpulan dan Saran

f) Kepustakaan

g) Lampiran (print out jurnal

E. Referensi

Mufida, E. (2012). Kerangka Penulisan Karya Ilmiah dalam bentuk jurnal. Jakarta.

42

Page 44: 4. Buku Praktikum

PRAKTIKUM 5

VISITASI PUSKESMAS: PROGRAM KERJA PUSKESMAS

Judul Blok : Blok 1 Humaniora dan Masalah Kesehatan

Kode Blok : PDU 1758

SKS : 1 SKS

Metode Belajar : Praktikum

Waktu Pertemuan : 1 x 180 menit

Pertemuan ke : 5 (Visitasi Puskesmas: Program Kerja)

Laboratorium : Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat

A. Tujuan Belajar :

1) Mahasiswa mampu mengidentifcikasi berbagai kerjasama antar bagian dan

profesi di Puskemas

2) Mahasiswa memiliki kemampuan mengenali kerjasama berbagai struktur

organisasi yang ada di Puskesmas

3) Mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengkaji fungsi dari masing-masing

struktur yang ada di Puskesmas kaitannya dengan fungsi dari bagian lain.

4) Mahasiswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan hubungan antar bagian

di dalam struktur organisasi tersebut.

5) Mahasiswa memiliki kemampuan untuk menguraikan hubungan antara

Puskesmas dengan institusi lain baik yang setara maupun di atasnya.

B. Pengantar

Upaya Dan Asas Penyelenggaraan Puskesmas

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas yakni terwujudnya

Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, Puskesmas bertanggung jawab

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat,

yang keduanya jika ditinjau dari system kesehatan nasional merupakan pelayanan

43

Page 45: 4. Buku Praktikum

kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua,

yakni :

1. Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan

komitmen nasional, regional, dan global, serta yang mempunyai daya ungkit tinggi

untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus

diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya

kesehatan wajib tersebut adalah :

a. Upaya Promosi Kesehatan

b. Upaya Kesehatan Lingkungan

c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

f. Upaya Pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan permasalahan keehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang

disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan

dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada yakni :

a. Upaya Kesehatan Sekolah

b. Upaya Kesehatan Olah Raga

c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

d. Upaya Kesehatan Kerja

e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

f. Upaya Kesehatan Jiwa

g. Upaya Kesehatan Mata

h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut

i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

Upaya laboratoriom medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya

pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini merupakan

pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan Puskesmas.

44

Page 46: 4. Buku Praktikum

Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan penunjang baik upaya

kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Apabila perawatan

kesehatan masyarakat menjadi permasalahan spesifik di daerah tersebut, maka

dapat dijadikan sebagai salah satu upaya kesehatan pengembangan.

Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi,

yakni upaya lain diluar upaya Puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan

kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka

mempercepat tercapainya visi Puskesmas.

Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh Puskesmas

bersama Dinas Kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan

dari BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib

Puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan serta

peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan

pengembangan pilihan Puskesmas ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan

kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan

Puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kesehatan

kabupaten/kota.

Apabila Puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan

pengembangan padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas

kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya.

Untuk itu dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit

fungsional lainnya.

Dalam keadaan tertentu, masyarakat membutuhkan pula pelayanan rawat inap.

Untuk ini di Puskesmas dapat dikembangkan pelayanan rawat inap tersebut yang

dalam pelaksanaannya harus memperhatikan berbagai persyaratan tenaga, sarana,

dan prasarana sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Lebih lanjut di beberapa daerah tertentu telah muncul pula kebutuhan

masyarakat terhadapt pelayanan medik spesailistik. Dalam hal ini, apabila ada

kemampuan, di Puskesmas dapat dikembangkan pelayanan medik spesialistik

tersebut, baik dalam bentuk rawat jalan maupun rawat inap. Keberadaan pelayanan

medik spesialistik di Puskesmas hanya dalam rangka mendekatkan pelayanan

rujukan kepada masyarakat yang membutuhkan. Status dokter dan atau tenaga

spesialis yang bekerja di Puskesmas dapat sebagai tenaga konsulen atau tenaga

45

Page 47: 4. Buku Praktikum

tetap fungsional Puskesmas yang diatu oleh dinas kesehatan kabupaten/kota

setempat.

Perlu diingat meskipun Puskesmas menyelenggarakan pelayanan medik

spesialistik dan memiliki tenaga spesialis, kedudukan dan fungsi Puskesmas tetap

sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggungjawab

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya.

Asas Penyelenggaraan Puskesmas

Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan harus

menerapkan asas penyelenggaraan Puskesmas secara terpadu. Asas penyelenggaraan

Puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi Puskesmas. Dasar pemikirannya

adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi Puskesmas dalam

menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya

kesehatan pengembangan. Asas penyelenggaraan Puskesmas yang dimaksud adalah :

1. Asas Pertanggungjawaban Wilayah

Asas penyelenggaraan Puskesmas yang pertama adalah pertanggungjawaban

wilayah. Dalam arti Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas harus

melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut :

a. Menggerakkan pembangunan berbagai sector tingkat kecamatan sehingga

berwawasan kesehatan.

b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya

c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh

masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya

d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertam (primer) secara merata dan

terjangkau di wilayah kerjanya

Diselenggarakan upaya kesehatan strata pertama oleh Puskesmas Pembantu.,

Puskesmas Keliling, Bidan di Desa serta berbagai upaya kesehatan di luar gedung

Puskesmas lainnya (outreach activities) pada dasarnya merupakan realisasi dari

pelaksanaan asas pertanggungjawaban wilayah.

46

Page 48: 4. Buku Praktikum

2. Asas Pemberdayaan Masyarakat

Asas penyelenggaraan Puskesmas yang kedua adalah pemberdayaan masyarakat.

Dalam arti Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga, dan

masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya

Puskesmas.Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui

pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus

dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain :

a. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)

b. Upaya Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)

c. Upaya Perbaikan Gizi : Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi

(Kadarzi)

d. Upaya Kesehatan Sekolah : dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali

murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)

e. Upaya Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa

Percontohan kesehatan Lingkungan (DPKL)

f. Upaya Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda

g. Upaya Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)

h. Upaya Kesehatan Jiwa : Posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat

(TPKJM)

i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional : Taman Obat Keluarga (TOGA),

Pengobatan Pengobatan Tradisional (Battra)

j. Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (inovatif) : dana sehat, Tabungan Ibu

Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana keagamaan

3. Asas Keterpaduan

Asas penyelenggaraan Puskesmas yang ketiga adalah keterpaduan. Untuk mengatasi

keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan

setiap upaya Puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak

dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan,

yakni :

a. Keterpaduan Lintas Program

47

Page 49: 4. Buku Praktikum

Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan

berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab Puskesmas. Contoh

keterpaduan lintas program antara lain :

1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : keterpaduan KIA dengan P2M,

Gizi, Promosi Kesehatan, Pengobatan

2) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) : keterpaduan kesehatan lingkungan dengan

promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi

remaja, dan kesehatan jiwa

3) Puskesmas Keliling : keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi

kesehatan, kesehatan gigi

4) Posyandu : Keterpaduan KIA dengan KB, Gizi, P2M, kesehatan jiwa, promosi

kesehatan

b. Keterpaduan Lintas Sektor

Keterpaduan lintas sector adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya

Puskesmas (wajib, pengembangan, dan inovasi) dengan berbagai program dari

sector terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatandan dunia

usaha. Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain :

1) Upaya Kesehatan Sekolah : keterpaduan sector kesehatan dengan camat,

lurah/kepala desa, pendidikan, agama

2) Upaya Promosi Kesehatan : keterpaduan sector kesehatan dengan camat,

lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian

3) Upaya Kesahatan Ibu dan Anak : keterpaduan sector kesehatan dengan camat,

lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB

4) Upaya Perbaikan Gizi : keterpaduan sector kesehatan dengan camat,

lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan,, agama, koperasi, dunia usaha, PKK,

PLKB

5) Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan ; keterpaduan sector kesehatan

dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha,

organisasi kemasyarakatan

6) Upaya Kesehatan Kerja : keterpaduan sector kesehatan dengan camat,

lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha

48

Page 50: 4. Buku Praktikum

4. Asas Rujukan

Asas penyelenggaraan Puskesmas yang keempat adalah rujukan. Sebagai sarana

pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh Puskesmas

terbatas. Padahal Puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan

berbagai permasalahan kesehatannya. Untuk membantu Puskesmas menyelesaikan

berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka

penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas (wajib, pengembangan, dan inovasi) harus

ditopang oleh asas rujukan.

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit

atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal

adalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan

kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan

kesehatan yang sama.

Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas ada

dua macam rujukan yang dikenal yakni :

a. Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan

Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit. Apabila

suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka

Puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih

mampu (baik horizontal maupun vertikal. Sebaliknya pasien paska rawat inap yang

hanya memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke Puskesmas.

Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam :

1) Rujukan kasusu untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik

(misalnya operasi) dan lain-lain.

2) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium

yang lebih lengkap

3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih

kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga Puskesmas dan atau pun

menyelenggarakan pelayanan medik di Puskesmas

b. Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat

Cakupan rujukan pelayanan kesehatanadalah masalah kesehatan masyarakat,

misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan, dan bencana.

49

Page 51: 4. Buku Praktikum

Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu Puskesmas

tidak mampu menyelenggarakan supaya kesehatan masyarakat wajib dan

pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi

kebutuhan masyarakat. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi

masalah kesehatan masyarakat dan atau tidak mampu menyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat, maka Puskesmas merujuknya ke dinas kesehatan

kabupaten/kota.

Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :

1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging,

peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual,

bantuan obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai, dan bahan makanan.

2) Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan kejadian

luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, penanggulangan

gangguan kesehatan karena bencana alam.

3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan

tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau

penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (antara lain Usaha Kesehatan

Sekolah, Usaha Kesehatan Kerja, Usaha Kesehatan Jiwa, pemeriksaan contoh

air bersih) kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. Rujukan operasional

diselenggarakan apabila Puskesmas tidak mampu.

C. Alat dan Bahan

1) Peralatan tulis

2) Kamera dokumentasi

3) Transportasi

4) Komputer / laptop

D. Tugas

- Mahasiswa mendatangi Puskesmas yang telah ditentukan

- Mahasiswa meminta izin kepada Kepala Puskesmas

- Mahasiswa mendengarkan penjelasan (sambutan) yang akan disampaikan oleh

Kepala Puskesmas atau yang mewakili

- Mahasiswa berdiskusi dan bertanya mengenai topik-topik yang telah ditentukan

50

Page 52: 4. Buku Praktikum

- Mahasiswa mewawancarai petugas kesehatan yang ada di Puskesmas dengan

dipandu oleh Kepala Puskesmas atau yang mewakili.

- Mahasiswa melakukan observasi terhadap dokumen program-program yang ada

di Puskesmas

- Pada akhir sesi, Kepala Puskesmas menutup sesi praktikum

- Mahasiswa pamit kepada Kepala Puskesmas

- Mahasiswa membuat laporan yang akan diberikan kepada koordinator blok I

- Laporkan hasil diskusi kelompok dengan sistematika sebagai berikut

a) Judul

b) Pendahuluan

c) Ringkasan kasus

d) Hasil telaah kasus

e) Kesimpulan dan Saran

f) Kepustakaan

g) Lampiran (Dokumentasi dan lainnya)

E. Referensi

Azwar, A. 1999. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: EGCDepkes RI. 2003. Kebijakan Dasar Puskesmas.Direktorat Kesehatan Komunitas. Manajemen Puskesmas. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat.

51

Page 53: 4. Buku Praktikum

PRAKTIKUM 6

TELAAH KASUS ETIKA

Judul Blok : Blok 1 Humaniora dan Masalah Kesehatan

Kode Blok : PDU 1758

SKS : 1 SKS

Metode Belajar : Praktikum

Waktu Pertemuan : 1 x 180 menit

Pertemuan ke : 6 (Telaah Kasus Etika)

Laboratorium : Laboratorium Pendidikan Kedokteran

A. Tujuan Belajar:

1) Mahasiswa memiliki kemampuan membedakan masalah etik dan hukum

profesi dokter

2) Mahasiswa memiliki kemampuan untuk menetapkan, mengkaji,

manganalisis masalah etik dan hukum profesi dokter

3) Mahasiswa memiliki kemampuan mengambil keputusan yang tepat dalam

masalah etik dan hukum profesi dokter

B. Pengantar

Dalam menjalankan profesinya seorang dokter seringkali menghadapi

berbagai persoalan yang menyangkut etik dan hukum. Untuk dapat

menyelesaikan masalah etik, seorang calon dokter harus mempelajari secara

langsung atau dengan mengkaji kasus-kasus yang sering terjadi di masyarakat.

Calon dokter juga perlu belajar dari pengalaman dokter lain bagaimana

mengambil keputusan yang tepat terhadap berbagai permasalahan terkait

dengan profesinya. Pada paktikum ini mahasiswa berlatih bagaimana

menyelesaikan kasus terkait dengan profesinya kelak.

Salah cara menyelesaikan permasalahan etik dan hukum dalam profesi

dokter adalah menggunakan kerangka berfikir “CoRE-Value” sebagai instrumen

52

Page 54: 4. Buku Praktikum

dalam mengambil keputusan. CoRE-Value merupakan kepanjangan dari Codes of

professional conduct, Regulation, Ethical principle, dan Value.

1) Codes of professional conduct merupakan aturan dan kesepakatan terkait

dengan profesi dokter, yaitu Sumpah Dokter, Kode Etik Kedokteran

Indonesia.

2) Regulation, merupakan peraturan perundang-undangan terkait dengan

profesi dokter, antara lain Undang-undang Praktik Kedokteran, Undang-

undang Kesehatan.

3) Ethical principle, yaitu prinsip dasar etik yang terdiri atas beneficence,

nonmaleficence, justice, dan autonomy

4) Value, yaitu nilai-nilai yang berlaku dan diyakini oleh pasien, klinisi, dan

yang lain (keluarga pasien, institusi, pegawai), nilai-nilai ini dipengaruhi

oleh faktor sosial-budaya dan agama di masyarakat.

Gambar “CoRE-Value framework”

C. Alat dan Bahan

1) Laptop yang terhubung jaringan internet

2) Referensi Etik dan Hukum di bidang kedokteran

53

Codes of professional conduct

Regulation

Ethical Principles

Value

Page 55: 4. Buku Praktikum

D. Tugas

1) Tetapkan pemimpin kelompok sebelum memulai bekerja

2) Pemimpin kelompok membagikan tugas dalam kelompok

3) Dalam setiap kelompok, carilah sebuah kasus profesi dokter terkait dengan

etik dan hukum dari internet

4) Mintalah persetujuan kasus tersebut kepada pembimbing praktikum

5) Diskusikan kasus tersebut dalam kelompok menggunakan CoRE-Value

framework sebagai instrumen bekerja

6) Catatlah dengan baik hasil diskusi kelompok

7) Konsultasikan dengan pembimbing bila menemukan kesulitan

8) Laporkan hasil diskusi kelompok dengan sistematika sebagai berikut

a) Judul

b) Pendahuluan

c) Ringkasan kasus

d) Hasil telaah kasus

e) Kesimpulan dan Saran

f) Kepustakaan

g) Lampiran (print out kasus)

E. Referensi

Manson, Helen M., 2012. The development of the CoRE-Values frameworks

as an aid to ethical decision-making, Medical Teacher 34:e258-e268

54

Page 56: 4. Buku Praktikum

PRAKTIKUM 7

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

Judul Blok : Blok 1 Humaniora dan Masalah Kesehatan

Kode Blok : PDU 1758

SKS : 1 SKS

Metode Belajar : Praktikum

Waktu Pertemuan : 1 x 180 menit

Pertemuan ke : 7 (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

Laboratorium : Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat

A. Tujuan Belajar :

1) Mahasiswa memiliki kemampuan menguraikan pengertian PHBS

2) Mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengurai berbagai tujuan PHBS

3) Mahasiswa memiliki kemampuan mengambil ke

B. Pengantar

PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota

keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan

berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat. serta

mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya

setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berupaya memberikan pengalaman belajar bagi

perorangan, keluarga, kelompok masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,

member informasi dan melakukan edukasi, guna menigkatkan pengetahuan, sikap

dan perilaku, melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social support) dan

gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup

sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan menigkatkan kesehatan masyarakat.

(Depkes RI,2002)

55

Page 57: 4. Buku Praktikum

PHBS itu ragamnya sangat banyak. Misalnya mengenai gizi: makan beranekaragam

makanan, minum tablet tambah darah, mengonsumsi garam beryodium,

memberi bayi dan balitya kapsul vitamin A. Tentang kesehatan lingkungan seperti

membuang sampah pada tempatnya, membersihkan lingkungan. Setiap rumah

tangga dianjurkanuntuk melasanakan semua perilaku kesehatan.

Tujuan PHBS:

1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan

masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani,

2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya

kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan,

3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan,

4. Mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lainnya

5. Menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, dalam

rangka meningkatkan derajat kesehatan

6. Memanfaatkan pelayanan kesehatan

7. Mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber

daya masyarakat

Promosi kesehatan dan PHBS di Kabupaten/Kota dikoordinasikan melalui

tiga sentra, yaitu Puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Puskesmas merupakan pusat kegiatan promosi kesehatan dan PHBS di tingkat

kecamatan dengan sasaran baik individu yang datang ke Puskesmas maupun

keluarga dan masyarakat di wilayah Puskesmas. Rumah Sakit bertugas

melaksanakan promosi kesehatan dan PHBS kepada individu dan keluarga yang

datang ke Rumah Sakit. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaksanakan promosi

kesehatan untuk mendukung promosi kesehatan dan PHBS yang dilaksanakan oleh

Puskesmas dan Rumah Sakit serta sarana pelayanan kesehatan lainnya yang ada di

Kabupaten/Kota. Penanggung jawab dari semua kegiatan promosi kesehatan dan

PHBS di daerah adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota harus dapat mengkoordinasikan dan menyusun kegiatan promosi

kesehatan dan PHBS di wilayahnya dengan melibatkan sarana-sarana kesehatan

yang ada di Kabupaten/Kota tersebut. Program PHBS secara operasional

dilaksanakan di Puskesmas oleh petugas promosi kesehatan Puskesmas dengan

56

Page 58: 4. Buku Praktikum

melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait dengan sasaran semua keluarga

yang ada di wilayah Puskesmas.

Manajemen PHBS di Puskesmas dilaksanakan melalui penerapan fungsi-

fungsi manajemen secara sederhana untuk memudahkan petugas promosi

kesehatan atau petugas lintas program di Puskesmas dalam pelaksanaan program

PHBS di Puskesmas. Manajemen PHBS di Puskesmas dilaksanakan melalui empat

fungsi tahapan Manajemen sesuai kerangka konsep sebagai berikut :

1. Pengkajian dilakukan terhadap masalah kesehatan, masalah perilaku

(PHBS) dan sumber daya. Luaran pengkajian adalah pemetaan masalah

PHBS yang dilanjutkan dengan rumusan masalah.

2. Perencanaan berbasis data akan menghasilkan rumusan tujuan, rumusan

intervensi dan jadwal kegiatan

3. Penggerakan pelaksanaan, merupakan inplementasi dari intervensi

masalah terpilih, yang penggerakannya dilakukan oleh petugas promosi

kesehatan, sedangkan pelaksanaannya bisa oleh petugas promosi

kesehatan atau lintas program dan lintas sektor terkait.

4. Pemantauan dilakukan secara berkala dengan menggunakan format

pertemuan bulanan, sedangkan penilaian dilakukan pada enam bulan

pertama atau akhir tahun berjalan.

Evaluasi keberhasilan pembinaan PHBS dilakukan dengan melihat indikator

PHBS ditatanan rumah tangga. Namun demikian, karena tatanan rumah tangga

saling berkait dengan tatanan-tatanan lain, maka pembinaan PHBS dilaksanakan

tidak hanya di tatanan rumah tangga, Sasaran dari program PHBS tersebut

mencakup lima tatanan:

1. Tatanan rumah tangga

2. Institusi pendidikan

3. Tempat kerja

4. Tempat umum

5. Sarana kesehatan

Indikator PHBS di tatanan rumah tangga:

1. persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

2. memberi bayi ASI eksklusif

3. menimbang balita setiap bulan

57

Page 59: 4. Buku Praktikum

4. ketersediaan air bersih (mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,

pengelolaan air minum dan makan di rumah tangga)

5. ketersediaan jamban sehat

6. kesesuaian luas lamtai dengan jumlah penghuni

7. lantai rumah bukan tanah

8. tidak merokok dalam rumah

9. melakukan aktifitas fisik setiap hari

10. makan buah dan sayur setiap hari,

Pedoman tentang Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat tertuang dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:

2269/MENKES/PER/XI/2011 sebagai berikut:

1. Persalinan Di Tolong Oleh Tenaga Kesehatan

Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para

medis lainnya). Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu

persalinan, sehingga keselamatan ibid an bayi lebih terjamin. Apabila terdapat kelainan

dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit.

Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan perlatan yang

aman,bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan

lainnya.

Tanda persalinan

1. Ibu mengalami mulas-mulas yang timbulnya semakin sering dan semakin kuat.

2. Rahim terasa kencang bila diraba, terutama pada saat mulas.

3. Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir.

4. Keluar cairan ketuban yang berwarna jernih kekuningan dari jalan lahir.

5. Merasa seperti mau buang air besar

Bila ada salah satu tanda persalinan tersebut, yang harus dilakukan adalah:

1. Segera hubungi tenaga kesehatan (bidan/dokter)

2. Tetap tenang dan tidak bingung

3. Ketika merasa mulas bernapas panjang, mengambil napas melalui hidung dan

mengeluarkan melalui mulut untuk mengurangi rasa sakit.

58

Page 60: 4. Buku Praktikum

Bahaya persalinan

1. Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas.

2. Keluar darah dari jalan lahir sebelum melahirkan.

3. Tali pusat atau tangan/kaki nayi terlihat pada jalan lahir.

4. Tidak kuat mengejen.

5. Mengalami kejang-kejang.

6. Air ketuban keluar dari jalan lahir sebelum terasa mulas.

7. Air ketuban keruh dan berbau.

8. Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar.

9. Gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat.

10. Keluar darah banyak setelah bayi lahir Bila ada tanda bahaya, ibu harus segera

dibawa kebidan/dokter.

Peran kader

1. Melakukan pendataan jumlah seluruh ibu hamil di wilayah kerjanya dengan

memberi tanda seperti menempelkan stiker.

2. Menganjurkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya di bidang/ dokter.

3. Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan

penyuluhan tentang pentingnya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di

fasilitas kesehatan, misalnya melalui penyuluhan kelompok di posyandu, arisan,

pengajian, dan kunjungan rumah.

4. Bersama tokoh masyarakat setempat berupaya untuk menggerakan masyarakat

dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung keselamatan ibu dan bayi seperti

dana sosial bersalin, tabungan ibu bersalin, ambulans desa, calondonor darah,

warga dan suami siap Antar jaga, dan sebagainya.

5. Menganjurkan ibu dan bayinya untuk memeriksakan kesehatan ke bidan/dokter

selama masa nifas (40 hari setelah melahirkan) sedikitnya tiga kali pada hari

minggu pertama, ketiga, dam keenam setelah melahirkan.

6. Menganjurkan ibu ikut keluarga berencana setelah melahirkan.

7. Menganjurkan ibu memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sampai bayi berumur 6

bulan (ASI Eksklusif).

59

Page 61: 4. Buku Praktikum

2. Memberi Bayi Asi Ekslusif

Adalah bayi usia 0-6 hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau

minuman lain. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang

cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan

baik. Air Susu ibu pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan (kolostrum),

sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit.

Keunggulan ASI

1. Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan

perkembangan fisik serta kecerdasan.

2. Mengandung zat kekebalan.

3. Melindungi bayi dari alergi.

4. Aman dan terjamin kebersihan, karena langsung disusukan kepada bayi dalam

keadaan segar.

5. Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan kapan

saja dan di mana saja.

6. Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernapasan bayi.

Sebelum menyusui ibu harus yakin mampu menyusui bayinya dan mendapat

dukungan dari keluarga. Bayi segera dieteki/disusui sesegera mungkin paling lambat 30

menit setelah melahirkan untuk memasang agar ASI cepat keluar dan menghentikan

pendarahan. Teteki/susui bayi sesering mungkin sampai ASI keluar, setelah itu berikan

ASI sesuai kebutuhan bayi, waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi, dan berikan

ASI dari kedua payudara secara bergantian. Berikan hanya ASI saja hingga bayi berusia

6 bulan. Setelah bayi berusia 6 bulan, selain ASI diberikan pula Makanan Pendamping

ASI (MP-ASI) dalam bentuk makanan lumat dan jumlah yang sesuai dengan

perkembangan umur bayi. Pemberian ASI tetap dilanjutkam hingga berusia 2 tahun.

Cara menyusui

Sebelum menyusui bayi, terlebih dahulu ibu mencuci kesua tangannya dengan

menggunakan air bersih dan sabun sampai bersih. Lalu bersihkan kedua putting susu

dengan kapas yang telah di rendam terlebih dahulu demngan air hangat. Waktu

menyusui bayi, sebaiknya ibu duduk atau berbaring dengan santai, pikiran ibu harus

dalam keadaan tenang (tidak tegang).

60

Page 62: 4. Buku Praktikum

Pegang bayi pada belakang bahunya. Tidak pada dasar kepala. Upayakan badan bayi

menghadap rada badan ibu,rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah

payudara ibu. Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu. Jauhkan hidung bayi dari

payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam. Bayi di

susui dengan cara bergantian dari susu sebelah kiri, lalu kesebelah Kanan sampaibayi

merasa kenyang. Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi di bersihkan

dengan kapas yang telah di rendam air hangat. Sebelum di tidurkan, bayi harus di

sendawakan dulu supaya udara yang terhisap bias keluar dengan cara meletekkan bayi

tegak lurus pada ibu dan perlahan-lahan di usap belakangnya sampai bersendawa.

Udara akan keluar dengan sendirinya.

Manfaat memberikan ASI

Bagi ibu:

1. Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi.

2. Mengurangi pendarahan setelah persalinan.

3. Mampercepat pemulihan kesehatan ibu.

4. Menunda kehamilan berikutnya.

5. Mengurangi resiko terkena kanker payudara.

6. Lebih praktis krena ASI lebih mudah di berikan pada saat bayi membutuhkan.

Bagi bayi:

1. Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng.

2. Bayi tidak sering sakit.

Bagi keluarga:

1. Praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan

perlengkapannya.

2. Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula misalnya

merebus air dan perlengkapannya.

Menjaga mutu dan jumlah produksi ASI

1. Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, banyak makan. Sayuran dan buah-

buahan. Makan lebih banyak dari biasanya.

2. Banyak minum air putih paling sedikit 8 gelas sehari.

3. Cukup istirahat dengan tidur siang/berbaring selama 1-2 jam dan menjaga

ketenangan pikiran.

61

Page 63: 4. Buku Praktikum

4. Susui bayi sesering mungkin dari kedua parudara kiri dan kanan secara

bergantian hingga bayi tenang dan puas.

Dukungan suami, orang tua, ibu mertua, dan keluarga lainnya sangat diperlukan agar

upaya pemberian ASI Eklusif selama enam bulan bias berhasil. Ibu yang bekerja tetap

bias nemberikan ASI Eklusif pada bayi caranya:

1. Berikan ASI sebelum berangkat kerja.

2. Selama bekerja, bayi tetap nisa diberi ASI dengan cara memerah ASI sebelum

berangkat kerja dan ditampung digelas yang bersih dan tertutup untuk diberikan

kepada bayi dirumah.

3. Setelah pulang bekerja, bayi disusui kembali seperti biasa.

 

Cara menyimpan ASI di rumah

1. ASI yang disimpan di rumah di tempat yang sejuk akan tahan 6-8 jam.

2. ASI yang disimpan di dalam termos berisi es batu akan tahan 24 jam.

3. ASI yang disimpan di lemari es akan tahan 3 kali 24 jam.

4. ASI yang disimpan di freezer akan tahan selama 2 minggu.

Cara memberikan ASI yang disimpan.

1. Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air bersih.

2. Apabila ASI diletakan diruangan yang sejuk, segera berikan sebelum masa

simpan berakhir (8 jam).

3. Apabila ASI disimpan dalam termos atau lemari es, ASI yang disimpan dalan

gelas bersih tertutup dihangatkan dengan cara direndam dalam mangkok berisi

air hangat, kemudian ditunggu sampai ASI terasa hangat (tidak dingin).

4. ASI diberikan dengan sendok yang bersih, jangan pakai botol atau dot, karena

botol dan dot lebih sulit dibersihkan dan menghindari terjadinya bingung puting

susu pada bayi.

5. Apa peran kader untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI Eklusif?

6. Mendata jumlah seluruh ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi baru lahir yang ada di

wilayah kerjanya.

7. Menberikan penyuluhan kepada ibu hamil, dan ibu menyusui diposyandu.

Tentang pentingnya memberikan ASI Eklusif.

62

Page 64: 4. Buku Praktikum

8. Melakukan kunjungan ruma kepada ibu nifas yang tidak dating ke posyandu dan

menganjurkan agar ritin memeriksakan kesehatan bayinya serta

mempersiapkan diri untuk memberikan ASI Eklusif.

3. Menimbang Balita Setiap Bulan

Penimbangan balita di maksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan.

Penimbangan balita di lakukan setiap bulan mulai dari umur 1 tahun sampai 5 tahun

diposyandu. Setelah balita ditimbang di buku KIA (kesehatan ibu dan anak)

atau kartu menuju sehat (KMS) maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak naik

(lihat perkembangannya)

Naik, bila:

1. Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna pada KMS.

2. Garis pertumbuhannya pindah ke pita warna di atasnya.

Tidak naik, bila:

1. Garis pertumbuhannya menurun.

2. Garis pertumbuhannya mendatar.

3. Garis pertumbuhannya naik tetapi warna yang lebih muda.

Tanda balita gizi kurang

1. Berat badan tidak naik selama 3 bulan berturut-turut, badannya kurus.

2. Mudah sakit.

3. Tampak lesu dan lemah.

4. Mudah menangis dan rewel.

5. Ada berapa macam gizi pada balita?

6. Gizi buruk pada balita ada 3 macam, yaitu:

7. Kwashiorkor

8. Marasmus

9. Marasmus-kwashiorkor.

Tanda-tanda balita gizi buruk

Tanda-tanda gizi buruk pada kwashiorkor:

1. Edema seluruh tubuh (terutama pada punggung kaki)

2. Wajah bulat dan sembab.

3. Cengeng dan/rewel/apatis.

63

Page 65: 4. Buku Praktikum

4. Perut buncit.

5. Rambut kusam dan mudah di cabut.

6. Bercak kulit yang luas dan kehitaman/bintik kemerahan.

Tanda-tanda gizi buruk pada marasmus:

1. Tampak sangat kurus.

2. Wajah seperti orang tua.

3. Cengeng/rewel/apatis.

4. Iga gambang, perut cekung.

5. Otot pantat mengendor.

6. Pengeriputanotot lengan dan tungkai.

Manfaat penimbangan balita setiap bulan di posyandu

1. Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat.

2. Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita.

3. Untuk mengetahui balita yang sakit, (demam/batuk/diare).

4. Berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya

BGM (Bawah Garis Merah) dan dicurigai Gizi buruk sehingga dapat segera di

rujuk ke puskesmas.

5. Untuk mengetahui kelengkapan Imunisasi.

6. Untuk mendapatkan penyuluhan gizi.

 

Peran kader

1. Mendata jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerjanya.

2. Memantau jumlah kunjungan ibu yang dating balitanya diposyandu.

3. Memanfaatkan setiap kesempatan didesa/kelurahan untuk memberikan

penyuluhan tentang pentingnya penimbangan balita, misalnya penyuluhan

kelompok diposyandu, arisan, pengajian, kunjungan rumah dan penyuluhan

massa (pengeras suara di mesjid, pengumuman kelurahan, poster, slebaran dll)

4. Melakukan kunjungan rumah kepada ibu yang tidak dating keposyandu

membawa balitanya dan menganjurkan agar rutin menimbang balitanya di

poyandu.

5. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian dan mendorong

masyarakat sepeti: lomba balita sehat, lomba memasak makanan balita sehat,

kegiatan makan bersama untuk balita dan sebagainya.

64

Page 66: 4. Buku Praktikum

4. Menggunakan Air Bersih

Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak,

mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan

sebagainya, Agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar sakit. Air bersih secara fisik

dapat dibedakan melalui indra kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan

diraba):

1. Air tidak berwarna harus bening/jernih.

2. Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran

lainnya.

3. Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau, dan tidak

pahit harus bebas dari bahan kimia beracun.

4. Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau belerang.

Manfaat menggunakan air bersih

1. Terhindar dari gangguan penyakit seperti Diare, Kolera, Disentri, Thypus,

Kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan.

2. Setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya.

Sumber air bersih

1. Mata air

2. Air sumur atau air sumur pompa

3. Air ledeng atau perusahaan air minum

4. Air hujan

5. Air dalam kemasan

Menjaga kebersihan sumber air bersih

1. Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling

sedikit 10 meter.

2. Sumber mata air harus dilindungi dari pencemaran.

3. Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya

atidak rusak seperti lantai sumur tidak boleh retak, bibir sumur harus diplester

dan sumur sebaiknya diberi penutup.

4. Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada bercak-bercak kotoran, tidak

berlumut pada lantai/lantai dinding sumur. Ember/gayung pengambil air harus

65

Page 67: 4. Buku Praktikum

tetap bersih dan diletakan di lantai (ember/gayung digantung di tiang sumur).

Meski terlihat bersih, air belum tentu bebas kuman penyakit. kuman penyakit

dalam air mati pada suhu 100 derajat C  (saat mendidih).

Peran Kader

1. Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki

ketersediaan air bersih dirumahnya.

2. Melakukan pendataan rumah tangga yang sulit mendapatkan air bersih.

3. Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah tangga

yang sulit untuk mendapatkan air bersih.

4. Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya

untuk memberi kemudahan kepada masyarakat untuk mendapatkan air bersih

di lingkungan tempat tinggalnya.

5. Mengadakan arisan warga untuk membangun sumur gali atau sumur pompa

secara bergilir.

6. Membentuk kelompok pemakai air pompa (POKMAIR) untuk memelihara

sumber air bersih yang dipakai secara bersama, bagi daerah sulit air.

7. Menggalang dunia usaha setempat untuk member bantuan dalam penyediaan air

bersih.

8. Memanfaatkan setiap kesempatan didesa/kelurahan untuk memberkan

penyuluhan tentang pentingnya menggunakan air bersih, misalnya melalui

penyuluhan kelompok diposyandu, prtemuan Dasa Wisma, arisan, pengajian,

pertemuan desa/kelurahan, kunjungan rumah dan lain-lain.

5. Mencuci Tangan Dengan Air Brsih Dan Sabun

Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila

digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk

ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran

dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di

tangan.

Waktu mencuci tangan memakai sabun

66

Page 68: 4. Buku Praktikum

a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah; memegang uang, memegang binatang,

berkebun, dll).

b. Setelah buang air besar

c. Setelah menceboki bayi atau anak

d. Sebelum makan dan menyuapi anak

e. Sebelum memegang makanan

f. Sebelum menyusui bayi

Manfaat mencuci tangan

a. Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan

b. Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Kolera Disentri, Typus, kecacingan,

penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Flu burung atau Severe

Acute Respiratory Syndrome (SARS).

c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.

Cara mencuci tangan yang benar

a. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun.

b. Bersihkan telapak, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan.

c. Setelah itu keringkan dengan lap bersih.

Peran kader

a. Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan

penyuluhan tentang pentingnya perilaku cuci  tangan, misalnya penyuluhan

kelompok diposyandu, arisan, pengajian, pertemuan kelompok Dasa Wisma, dan

kunjungan rumah.

b. Mengadakan kegiatan gerakan cuci tangan bersama untuk menarik perhatian

masyarakat, misalnya pada peringaan hari-hari besar kesehatan atau ulang

tahun kemerdekaan.

6. Menggunakan Jamban Sehat

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia

yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa (cemplung)

yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkanya.

67

Page 69: 4. Buku Praktikum

Jenis jamban yang digunakan

1. Jamban cemplung

Adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan

kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran kedasar lubang. Untuk

jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau.

2. Jamban tangki septik/leher angsa

Adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik

kedap air yang befungsi sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran

manusia yang dilengkapi dengan resapan.

Memilih jenis jamban

Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air.

Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk:

a. Daerah yang cukup air

b. Daerah yang padat penduduk, karena dapat menggunakan “multiple

latrine” yaitu satu lubang penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh

beberapa jamban (satu lubang dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban)

c. Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya

ditinggikan kurang lebih 60 cm dari permukaan air pasang.

Setiap anggota rumah tangga harus menggunakan jamban untuk buang air besar/buang

air kecil.

Manfaat menggunakan jamban

a. Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau.

b. Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya.

c. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular

penyakit Diare, Kolera Disentri,Typus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan,

penyakit kulit, dan keracunan.

Syarat jamban sehat

a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan

lubang penampungan minimal 10 meter)

b. Tidak berbau.

68

Page 70: 4. Buku Praktikum

c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.

d. Tidak mencemari tanah sekitarnya.

e. mudah dibersihkan dan aman digunakan.

f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.

g. Penerangan dan ventilasi yang cukup.

h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.

i. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.

Cara memelihara jamban sehat

a. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air.

b. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih.

c. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat.

d. Tidak ada serangga,(kecoa,lalat,) dan tikus yang berkeliaran.

e. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih).

f. Bila ada kerusakan, segera perbaiki.

Peran kader dalam membina masyarakat

a. Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki serta

menggunakan jamban dirumahnnya.

b. Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah rumah

tangga yang belum memiliki jamban sehat.

c. Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya

untuk menggerakan masyarakat untuk memiliki jamban.

d. Mengadakan arisan warga untuk membangun jamban sehat secara bergilir.

e. Menggalang dunia usaha setempat untuk member bantuan dalam penyediaan

jamban sehat.

f. Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberi

penyuluhan tentang pentingnya memiliki dan menggunakan jamban sehat,

misalnya melalui penyuluhan kelompok di posyandu, pertemuan kelompok Dasa

Wisma, arisan, pengajian, pertemuan desa/kelurahan, kumjungan rumah dan

lain-lain.

69

Page 71: 4. Buku Praktikum

g. Meminta bantuan petugas Puskesmas setempat untuk memberikan bimbingan

teknis tentang cara-cara membuat jamban sehat yang sesuai dengan situasi dan

kodisi daerah setempat.

7. Memberantas Jentik Di Rumah Sekali Seminggu

Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik

secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk. PJB adalah pemeriksaan tempat-tempat

perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan air) yang ada didalam

rumah seperti bak mandi/WC, vas bunga, tatakan kulkas, dll dan diluar rumah seperti

talang air, alas pot kembang, ketiak daun, lubang pohon, pagar bambu, dll yang

dilakukan secara teratur sekali dalam seminggu.

Pemeriksa PJB

a. Anggota rumah tangga

b. Kader

c. Juru pemantau jentik (Jumatik)

d. Tenga pemeriksa jentik lainnya.

Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus (Menguras,

Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk). PSN merupakan kegiatan

memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular berbagai penyakit seperti

Demam Berdarah Dengue, Chikungunya, Malaria, Filariasis (kaki gajah) di tempat-

tempat perkembangannya.

3 M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu:

a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi,

tatakan kulkas, tatakan pot kembang dan tempat air minum burung.

b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak control,

lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan.

c. Mengubur ataumenyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air

seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang dibuang sembarangan

(bekas botol/gelas akua, plastik kresek, dll).

Plus Menghindari gigitan nyamuk, yaitu:

a. Menggunakan kelambu ketika tidur.

70

Page 72: 4. Buku Praktikum

b. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya obat nyamuk ;

bakar, semprot, oles/usap ke kulit, dll.

c. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian didalam kamar.

d. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai

e. Memperbaiki saluran talang air yang rusak

f. Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempat-tempat yang sulit

dikuras misalnya di talang air atau di daerah sulit air.

g. Memilihara ikan pemakan jentik di kolam/bak penampung air, misalnya ikan

cupang, ikan nila, dll.

h. Menanam tumbuhan pengusir nyamuk misalnya, Zodia,Lavender,Rosemerry, dll.

Manfaat Rumah Bebas Jentik

a. Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan

perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi.

b. Kemungkinan terhindar dari berbagai penyakit semakin besar seperti Demam

Berdarah Dengue (DBD), Malaria, Cikungunya atau kaki gajah.

c. Lingkungan rumah menjadi bersih dan sehat.

Cara Pemeriksaan Jentik Berkala

a. Mengunjungi setiap rumah tangga yang ada di wilayah kerja untuk memeriksa

tempat yang sering menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk/tempat

penampungan air  di dalam dan di luar rumah serta memberikan penyuluhan

tentang PSN kepada anggota rumah tangga.

b. Menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik.

c. Jika ditemukan jentik, anggota rumah tangga diminta untuk ikut.

Menyaksikan/melihat jentik, kemudian langsung dilanjutkan dengan PSN kepada

anggota rumah tangga

d. Mencatat hasil pemeriksaan jentik pada Kartu Jentik Rumah (kartu yang

ditinggalkan di rumah) dan pada formulir pelaporan ke puskesmas.

71

Page 73: 4. Buku Praktikum

Peran kader

a. Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan

penyuluhan tentang PSN dan PJB, misalnya melalui penyuluhan kelompok

diposyandu, pertemuan kelompok Dasa Wisma, arisan, pengajian, pertemuan

desa/kelurahan, kunjungan rumah dan melalui media cetak (poster, slebaran,

spanduk).

b. Bersama pemerintah desa/kelurahan tokoh masyarakat setempat menggerakan

masyarakat untuk melakukan PSN dan PJB.

c. Melakukan pemeriksaan jentik berkala secara teratur setiap minggu dan

mencatat angka jentik yang ditemukan pada Kartu Jentik Rumah.

d. Mengumpulkan data angka bebas jentik dari setiap rumah tangga yang ada di

wilayah kerja dan melaporkan secara rutin kepada puskesmas terdekat untuk

mendapat tindak lanjut penanganan bila terjadi masalah/kasus.

e. Menginformasikan angka jentik yang ditemukan kepada setiap rumah tangga

yang dikunjungi sekaligus memberikan penyuluhan agar tetap melaksanakan

pemberantasan sarang nyamuk secara rutin dan menegur secara baik apabila

masih terdapat jentik nyamuk.

8. Makan Buah Dan Sayur Setiap Hari

Setiap anggota rumah tangga mengkonsunsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi

sayuran atau sebaliknya setiap hari. Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting,

karena:

a. Mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur pertumbuhan dan

pemeliharaan tubuh.

b. Mengandung serat yang tinggi.

Manfaat vitamin yang ada di dalam sayur dan buah

a. Vitamin A untuk pemeliharaan kesehatan mata

b. Vitamin D untuk kesehatan tulang

c. Vitamin E untuk kesuburan dan awet muda

d. Vitamin K untuk pembekuan darah

e. Vitamin C meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi

f. Vitamin B mencegah penyakit beri-beri

72

Page 74: 4. Buku Praktikum

g. Vitamin B12 meningkatkan nafsu makan.

Serat adalah makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang sangat berfungsi

untuk memelihara usus. Serata tidak dapat dicerna oleh pencernaan sehingga serat

tidak menghasilkan tenaga dan dibuang melalui tinja. Serat tidak untuk mengenyangkan

tetapi dapat menunda pengosongan lambung sehingga orang menjadi tidak cepat lapar.

Manfaat makanan berserat, yaitu:

a. Mencegah diabetes .

b. Melancarkan buang air besar.

c. Menurunkan berat badan.

d. Membantu proses pembersihan racun (detoksifikasi)

e. Membuat awet muda.

f. Mencegah kanker

g. Memperindah kulit, rambut dan kuku.

h. Membantu mengatasi Anemia (kurang darah)

i. Membantu perkembangan bakteri yang baiok dalam usus.

Sayur harus dimakan 2 porsi setiap hari, dengan ukuran satu porsi sama dengan satu

mangkuk sayuran segar atau setengah mangkuk sayuran matang. Sebaiknya sayuran

dimakan segar atau dikukus, karena jika direbus cenderung melarutkan vitamin dan

mineral. Buah-buahan harus dimakan 2-3 kali sehari. Contohnya, setiap kali makan

setengah mangkuk buah yang diiris, satu gelas jus atau satu buah jeruk, apel, jambu biji

atau pisang. Makanlah berbagai macam buah karena akan memperkaya variasi zat gizi

yang terkandung dalam buah. Semua sayur bagus dimakn, terutama sayuran yang

berwarna (hijau tua, kuning, dan oranye) seperti bayam, kangkung, daun katuk, wortel,

selada hijau atau daun singkong. Semua buah bagus untuk dimakan, terutama yang

berwarna (merah, kuning) seperti mangga, papaya, jeruk, jambu biji atau apel lebih

banyak kandungan vitamin dan mineral serta seratnya. Pilihan buah dan sayur yang

bebas pestisida dan zat berbahaya lainnya. Biasanya ciri-ciri sayur dan buah yang baik

ada sedikit lubang bekas dimakan ulat dan tetap segar.

Mengolah sayur dan buah

Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak kandungan gizinya adalah dengan

memakannya dalam keadaan mentah atau dikukus. Direbus dengan air akan

73

Page 75: 4. Buku Praktikum

melarutkan beberapa vitamin dan mineral yang terkandung dalam sayur dan buah

tersebut. Pemanasan tinggi akan menguraikan beberapa vitamin seperti vitamin C.

Peran keluarga

a. Memanfaatkan pekarangan dengan menanam sayur dan buah.

b. Menyediakan sayur dan buah setiap hari di rumah dengan harga terjangkau.

c. Perkenalan sejak dini kepada anak kebiasaan makan sayur dan buah pagi, siang,

dan malem

d. Memanfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang

pentingnya makan sayur dan buah.

9. Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari

Setiap anggota keluarga melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap hari. Aktivitas

fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran

tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan

mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.

Jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan

a. Bisa berupa kegiatan sehari-hari, yaitu: berjalan kaki, berkebun, kerja tana,

mencuci pakaian, mencuci mobil, mengepel lantai, naik turun tangga, membawa

belanjaan.

b. Bisa berupa olah raga, yaitu: push up, lari ringan, bermain bola, berenang, senam,

bermain tenis, yoga, fitness, angkat beban/berat.

Durasi

Aktivitas fisik dilakukan secara teratur paling sedikit 30menit dalam sehari,

sehingga dapat menyehatkanjantung, paru-paruserta alat tubuh lainnya. Jika lebih

banyak waktu yang di gunakan untuk beraktivitas fisik maka manfaat yang di peroleh

juga lebih banyak. Jika kegiatan ini di lakukan setiap hari secara teratur maka dalam

waktu 3 bulan kedepan akan terasa hasilnya.

Cara melakukan aktifitas yang benar

a. Lakukan secara bertahap hingga mencapai 30 menit.jika belum terbiasa dapat di

mulai dengan beberapa menit setiap hari dan di tingkatkan secara bertahap.

74

Page 76: 4. Buku Praktikum

b. Lakukan aktivitas fisik sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.

c. Awali aktivitas fisik dengan pemanasan dan peregangan.

d. Lakukan gerakan ringan dan perlahan ditingkatkan sampai sedang.

e. Jika sudah terbiasa melakukan aktivitas tersebut, lakukan secara rutin paling

sedikit 30 menit setiap hari.

Keuntungan aktivitas fisik teratur

a. Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah

tinggi, kencing manis, dll.

b. Berat badan terkendali

c. Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat

d. Bentuk tubuh menjadi bagus

e. Lebih percaya diri

f. Lebih bertenaga dan bugar

g. Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik

Tips dalam beraktivitas fisik :

Jalan cepat : perlu sepatu yang lebih enak di pakai agar kaki nyaman dan sehat, apalagi

untuk berjalan ke ke kantor atau naik tangga. Cara lain yaitu dengan berenang, lakukan

renang secepat mungkin dengan nafas yang dalam.

Peran keluarga dan kader

a. Manfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang

pentingnya melakukan akytivitas fisik.

b. Bersama anggota keluarga sering melakukan kegiatan fisik secara bersama,

misalnya kalan pagi bersama, membersihkan rumah secara bersama-sama, dll.

c. Ada pembagian tugas untuk membersihkan rumah atau melaksanakan pekerjaan

di rumah.

d. Kader mendorong lingkungan tempat tinggal untuk menyediakan fasilitas

olahraga dan tempat bermain untuk anak.

e. Kader memberikan penyuluhan tentang pentingnya melakukan aktivitas fisik.

 

75

Page 77: 4. Buku Praktikum

10.Tidak Merokok Di Dalam Rumah

Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah. Rokok ibarat pabrik

bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang di hisap akan di keluarkan sekitar 4.000

bahan kimia berbahaya, diantanya yang paling berbahaya adalah Nikotin, Tar, dan

Carbon monoksida (CO). Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan

aliran darah. Tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker. CO menyebabkan

berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati.

Perokok aktif dan perokok pasif

Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin dengan sekecil

apapun walaupun itu Cuma 1 batang dalam sehari. Atau orang yang menghisap rokok

walau walau tidak rutin sekalipun atau hanya sekedar coba-coba dan cara menghisap

rokok Cuma sekedar menghembuskan asap walau tidak diisap masuk ke dalam paru-

paru.

Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok orang lain

atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang yang sedang

merokok.

Rumah adalah tempat berlindung, termasuk dari asap rokok. Perokok pasif harus

berani menyuarakan haknya tidak menghirup asap rokok.

Bahaya perokok aktif dan perokok pasif

a. Menyebabkan kerontokan rambut

b. Gangguan pada mata, seperti katarak.

c. Kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok.

d. Menyebabkan paru-paru kronis.

e. Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap.

f. Menyebabkan stroke dan serangan jantung.

g. Tulang lebih mudah patah.

h. Menyebabkan kanker kulit.

i. Menyebabkan kemandulan dan impotensi.

j. Menyebabkan kanker rahim dan keguguran.

76

Page 78: 4. Buku Praktikum

Cara berhenti merokok

Ada 3 cara untuk berhenti merokok, yaitu Berhenti Seketika, Menunda, dan Mengurang. 

Hal yang paling utama adalah niat dan tekad yang bulat untuk melaksanakan cara

tersebut:

1. Seketika

Cara ini merupakan upaya yang paling berhasil. Bagi perokok berat, mungkin perlu

bantuan tenaga kesehatan untuk mengatasi efek ketagihan karena rokok mengandung

zat Adiktif.

2. Menunda

Perokok dapat menunda menghisap rokok pertama 2 jam setiap hari sebelumnya dan

selama 7 hari berturut-turut.

Sebagai contoh : seorang perokok biasanya merokok setiap hari pada pukul 07.00 pagi,

maka pada:

Hari 1 : pukul 09.00

Hari 2 : pukul 11.00

Hari 3 : pukul 13.00

Hari 4 : pukul 15.00

Hari 5 : pukul 17.00

Hari 6 : pukul 19.00

Hari 7 : pukul 21.00

3. Mengurangi

Jomlah rokok yang diisap setiap hari dikurangi secara berangsur-angsur dengan jumlah

yang sama sampa 0 batang pada hari ke 7 atau yang ditetapkan.

Misalnya dalam sehari-hari  seorang perokok menghabiskan 28 batang rokok maka Si

perokok dapat merencanakan pengurangan jumlah rokok selama 7 hari dengan jumlah

pengurangan sebanyak 4 batang sehari.

Sebagai contoh:

Hari 1 : 24 btang

Hari 2 : 20 batang

Hari 3 : 16 batang

Hari 4 : 12 batang

Hari 5 : 8 batang

Hari 6 : 4 batang

77

Page 79: 4. Buku Praktikum

Hari 7 : 0 batang

Peran keluarga dan kader untuk menciptakan Rumah Tanpa Asap Rokok

a. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku tidak merokok kepada

seluruh anggota keluarga.

b. Menggalang kesepakatan keluarga umtuk mwnciptakan Rumah Tanpa Asap

Rokok.

c. Menegur anggoata rumah tangga yang merokok di dalam rumah.

d. Tidak memberi dukungan kepada orang yang merokok dalam bentuk apapun,

antara lain dengan tidak memberikan uang untuk membeli rokok,tidak

memberikan kesempatan siapa pun untuk merokok di dalam rumah, tidak

menyediakan asbak.

e. Tidak menyuruh anaknya membelikan rokok untuknya.

f. Orang tua bisa menjadi panutan dalam perilaku tidak merokok.

g. Melarang anak tidak merokok bukan karena alasan ekonomi, tetapi justru karena

alas an kesehatan.

Mencegah penyakit dengan Berhenti Merokok

Kisah perokok yang terkena srtroke dan kanker paru-paru.

Contoh kasus:

Pak Sukro berusia 45 tahun, menderita stroke sejak 2 tahun terakhir sebagai akibat

perilakunya menjadi perokok berat sejak usia 15 tahun. Saat ini pak sukro sudah tidak

dapat lagi berbicara dengan jelas, berdiri dengan tegak dan berjalan dengan sempurna

sehingga tidak dapat menikmati masa tuanya dengan kekayaan yang telah

dikumpulkannya semasa produktif dulunya. Sebagian besar hartanya telah terkuras

dalam proses pengobatan atau perawatan penyakit yang dideritanya.

Pak Purnama berusia 54 tahun, divonis oleh dokter menderita kanker paru-paru dan

dirawat  selama 2 bulan di rumah sakit. Dia berpesan kepada sanak sodaranya dan

handai taulannya untuk tidak mengikuti pola hidupnya sebagai perokok yang dapat

mengakibatkan berbagai penyakit seperti kanker paru yang sakit luar biasa

dirasakannya

78

Page 80: 4. Buku Praktikum

C. Alat dan Bahan

1) Alat tulis

2) Kuesioner PHBS

3) Referensi PHBS

D. Tugas

1) Tetapkan pemimpin kelompok sebelum memulai survey

2) Pemimpin kelompok membagikan tugas dalam kelompok

3) Dalam setiap kelompok, menentukan tempat yang akan menjadi target kuesioner

mengenai PHBS (survey dan wawancara)

4) Mintalah persetujuan kepada pembimbing praktikum

5) Lakukan wawancara pada penduduk target mengenai PHBS dan lakukan

observasi pada di lingkungan penduduk

6) Diskusikan kasus tersebut dalam kelompok menggunakan indikator PHBS

7) Catatlah dengan baik hasil diskusi kelompok

8) Konsultasikan dengan pembimbing bila menemukan kesulitan

9) Laporkan hasil diskusi kelompok dengan sistematika sebagai berikut

a) Judul

b) Pendahuluan

c) Ringkasan Observasi

d) Hasil Observasi dan wawancara

e) Kesimpulan dan Saran

f) Kepustakaan

g) Lampiran (Dokumentasi)

E. Referensi

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan

2. Azwar, A. 1983. Pengantar Pendidikan Kesehatan. Jakarta: EGC3. Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu perilaku. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran

79

Page 81: 4. Buku Praktikum

PRAKTIKUM 8

PENGENALAN ALAT MIKROBIOLOGIS DAN PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS AIR

Judul Blok : Blok 1 Humaniora dan Masalah Kesehatan

Kode Blok : PDU 1758

SKS : 1 SKS

Metode Belajar : Praktikum

Waktu Pertemuan : 1 x 180 menit

Pertemuan ke : 8 (Mikrobiologi Dasar)

Laboratorium : Laboratorium Mikrobiologi

A. Tujuan :

1. mengenalkan mahasiswa alat-alat yang digunakan pada pratikum mikrobiologi

2. memeriksa kualitas air secara mikrobiologis

3. menentukan kualitas air secara mikrobiologis

B. Pengantar

Pemeriksaan Bakteriologis Air

Kualitas air minum ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia, sesuai Permenkes 492/Menkes/Per/IV/2010, tentang Persyaratan Kualitas

Air Minum, yang mencantumkan parameter sebagai standar penetapan kualitas air

minum, meliputi parameter fisik, bakteriologis, kimia, dan radioaktif. Parameter

bakteriologis dan kimia (anorganik) merupakan parameter yang terkait langsung

dengan kesehatan, sedangkan parameter fisik dan kimia lainnya merupakan parameter

yang tidak berhubungan langsung dengan kesehatan. Parameter bakteriologis air pada

dasarnya terdiri dari beberapa jenis bakteri (jenis patogen) yang merupakan bagian

dari mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit, seperti penyakit saluran

pencemaan. Agent ini dapat hidup di dalam berbagai media, hewan, dan manusia secara

berantai serta menjalani siklus hidupnya sehingga merupakan mekanisme untuk

mempertahankan hidupnya .Penyakit yang berhubungan dengan air terbagi menjadi

80

Page 82: 4. Buku Praktikum

empat kelompok, salah satunya, penyakit disebabkan bakteri dalam air setelah air ini

diminum seseorang, kemudian orang tersebut sakit .

Pemeriksaan bakteriologis air minum memerlukan organisme indikator

sebagaimana analisis air mengacu pada kehadiran mikroorganisme dalam air minum

membuktikan air tersebut tercemar bahan tinja dari manusia/hewan berdarah panas

atau hasil pembusukan materi organik. Hal ini berpeluang bagi mikroorganisme

patogen, secara berkala terdapat dalam saluran pencernaan, untuk masuk dalam air

minum. Organisme indikator memenuhi syarat, antara lain.

1. Terdapat dalam air tercemar dan tidak ada dalam air tidak tercemar,

2. Terdapat dalam air bila ada mikroorganisme patogen,

3. Jumlahnya berkorelasi dengan kadar polusi,

4. Mempunyai kemampuan bertahan hidup lebih besar daripada patogen,

5. Mempunyai sifat yang seragam dan mantap,

6. Tidak berbahaya bagi manusia dan hewan,

7. Jumlahnya lebih banyak daripada organisme patogen (hal ini menyebabkan lebih

mudah terdeteksi), dan

8. Mudah dideteksi dengan teknik-teknik laboratorium yang sederhana.

Beberapa bakteri atau kelompoknya dievaluasi sebagai organisme indikator, di

antaranya, E. coli dan coliform lainnya, memenuhi hampir semua syarat indikator ideal.

Bakteri tersebut dianggap indikator pencemaran bakteriologis air minum. Coliform

merupakan grup bakteri yang digunakan sebagai indicator adanya polusi kotoran dan

kondisi sanitasiyang tidak baik terhadap makanan, air dan susu. Ciri ciri coliform yaitu

bentuk batang merupakan bakteri Gram negative, tidak membentuk spora, aerobic atau

anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas

dalam waktu 24-48 jam dan suhu 35oC. Adanya bakteri coliform di dalam makanan atau

minuman menunjukkan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik yang berbahaya

bagi kesehatan. Bakteri coliform dapat dibedakan dua kelompok yaitu coliform fecal ,

misalnya Escherichia coli dan coliform nonfecal , misalnya Enterobacter aerogenes.

Pemeriksaan bakteriologis air bersih penting dilakukan sebagai sebuah tindakan

kewaspadaan dini dan analisa faktor resiko air bersih sebagai sumber penularan

penyakit dan masalah kesehatan.

81

Page 83: 4. Buku Praktikum

Berikut daftar alat-alat mikrobiologi yang perlu dikenal:

Alat-alat elektrik

1. Mikroskop cahaya

2. Autoklaf elektrik

3. Incubator

4. Hot plate & stirrer

5. Colony counter

6. Biological Safety Cabinet (BSC)

7. Mikropipet

Alat-alat gelas dan keramik

1. Cawan Petri

2. Pipet ukur

3. Pipet tetes

4. Tabung reaksi

5. Labu Erlenmeyer

6. Glass beads

7. Mortar & pestle

8. Beaker glass

9. Buncen burner

10. Gelas ukur

11. Batang L / Drugalsky

12. Tabung durham

Alat-alat non gelas

1. Jarum inokulum / ose

2. Pinset

3. Rubber bulb

82

Page 84: 4. Buku Praktikum

C. Alat dan Bahan

1. Mikroskop Cahaya (Brightfield Microscope)

Salah satu alat untuk melihat sel mikroorganisme adalah mikroskop cahaya.

Dengan mikroskop kita dapat mengamati sel bakteri yang tidak dapat dilihat

denganmata telanjang. Pada umumnya mata tidak mampu membedakan benda dengan

diameter lebih kecil dari 0,1 mm. berikut merupakan uraian tentang cara penggunaan

bagian-bagiandan spesifikasi mikroskop cahaya.

Bagian-bagian Mikroskop:1. Eyepiece / oculars (lensa okuler)

Untuk memperbesar bayangan yang dibentuk lensa objektif

2. Revolving nosepiece (pemutar lensa objektif)

Untuk memutar objektif sehingga mengubah perbesaran

83

Page 85: 4. Buku Praktikum

3. Observation tube (tabung pengamatan / tabung okuler)

4. Stage (meja benda), Spesimen diletakkan di sini

5. Condenser (condenser)

Untuk mengumpulkan cahaya supaya tertuju ke lensa objektif

6. Objective lense (lensa objektif)

Memperbesar spesimen

7. Brightness adjustment knob (pengatur kekuatan lampu)

Untuk memperbesar dan memperkecil cahaya lampu

8. Main switch (tombol on-off)

9. Diopter adjustmet ring (cincin pengatur diopter)

Untuk menyamakan focus antara mata kanan dan kiri

10. Interpupillar distance adjustment knob (pengatur jarak interpupillar)

11. Specimen holder (penjepit spesimen)

12. Illuminator (sumber cahaya)

13. Vertical feed knob (sekrup pengatur vertikal)

Untuk menaikkan atau menurunkan object glass

14. Horizontal feed knob (sekrup pengatur horizontal)

Untuk menggeser ke kanan / kiri objek glas

15. Coarse focus knob (sekrup fokus kasar)

Menaik turunkan meja benda (untuk mencari fokus) secara kasar dan cepat

16. Fine focus knob (sekrup fokus halus)

Menaik turunkan meja benda secara halus dan lambat

17. Observation tube securing knob (sekrup pengencang tabung okuler)

18. Condenser adjustment knob (sekrup pengatur kondenser)

Untuk menaik-turunkan kondenser

Prosedur Operasi

1. Menyalakan lampu

a. tekan tombol on (8)

b. atur kekuatan lampu dengan memutar bagian (7)

2. Menempatkan spesimen pada meja benda

a. Letakan objek glas diatas meja benda (4) kemudian jepit dengan (11). Jika

meja benda belum turun, diturunkan dengan sekrup kasar (15)

84

Page 86: 4. Buku Praktikum

b. Cari bagian dari objek glas yang terdapat preparat ulas (dicari dan

diperkirakan memiliki gambar yang jelas) dengan memutar sekrup vertikal

dan horizontal (13) dan (14)

3. Memfokuskan

a. Putar Revolving nosepiece (2) pada perbesaran objektif 4x lalu putar sekrup

kasar (15) sehingga meja benda bergerak ke atas untuk mencari fokus

b. Setelah fokus perbesaran 4 x 10 didapatkan, maka putar (2) pada perbesaran

selanjutnya yaitu perbesaran objektif 10x. kemudian putar sekrup halus (16)

untuk mendapatkan fokusnya

c. Lakukan hal yang sama jika menggunakan perbesaran yang lebih tinggi

4. Tambahan

a. Jika perlu interpupillar distance adjustment knob (10) dapat digeser, hal ini

akan mengubah dua bayangan yang akan diterima oleh 2 mata menjadi

gambar yang tunggal sehingga sangat membantu dalam mengatasi kelelahan

mata

b. Jika perlu diopter adjustment knob (9) dapat diatur untuk memperoleh

bayangan focus yang seimbang antara mata kanan dan kiri

c. Pengaturan condenser (5) akan memperjelas bayangan yang tampak dengan

mensetting pada posisi tertinggi (cahaya penuh)

Perbesaran total

Ukuran specimen yang diamati dapat diperoleh dengan mengalikan perbesaran lensa

okuler dengan lensa objektif. Misal = Okuler (10x) x Objektif (40x) = 400x

Penggunaan minyak imersi

Semakin kecil nilai daya pisah, akan semakin kuat kemampuan lensa untuk

memisahkan dua titikyang berdekatan pada preparat sehingga struktur benda terlihat

lebih jelas. Daya pisah dapat diperkuat dengan memperbesarkan indeks bias atau

menggunakan cahaya yang memiliki panjang gelombang ( ) pendek. λ Biasanya dapat

digunakan minyak imersi untuk meningkatkan indeks bias pada perbesaran 10 x 100

a. Jika fokus pada perbesaran 10 x 40 telah didapatkan maka putar ke

perbesaran objektif 100x

85

Page 87: 4. Buku Praktikum

b. tetesi minyak imersi 1 – 2 tetes dari sisi lensa

c. Jika telah selesai menggunakan mikroskop, bersihkan lensa objektif 100x

dengan kertas lensa yang dibasahi xylol

Autoklaf (Autoclave)

Diagram autoklaf vertical

1. Tombol pengatur waktu mundur (timer)

2. Katup pengeluaran uap

3. pengukur tekanan

4. kelep pengaman

5. Tombol on-off

6. Termometer

7. Lempeng sumber panas

8. Aquades (dH2O)

9. Sekrup pengaman

10. batas penambahan air

Autoclave adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang

digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang

digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121oC (250oF).

Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15

86

Page 88: 4. Buku Praktikum

Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit

untuk 121oC.

Cara Penggunaan :

1. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika air

kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut.

Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat.

2. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol beretutup ulir, maka tutup

harus dikendorkan.

3. Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap yang

keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih dahulu.

4. Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC.

5. Tunggu samapai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf

terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup

(dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15’ dimulai sejak

tekanan mencapai 2 atm.

6. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen turun

hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure gauge

menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan keluarkan isi

autoklaf dengan hati-hati.

Inkubator (Incubator)

87

Page 89: 4. Buku Praktikum

Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau

memeram mikroba pada suhu yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur

suhu dan pengatur waktu. Kisaran suhu untuk inkubator produksi Heraeus B5042

misalnya adalah 10-70oC.

Hot plate stirrer dan Stirre bar

Hot plate stirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer) berfungsi untuk menghomogenkan

suatu larutan denganpengadukan. Pelat (plate) yang terdapat dalam alat inidapat

dipanaskan sehingga mampu mempercepat proses homogenisasi. Pengadukan dengan

bantuan batang magnetHot plate dan magnetic stirrer seri SBS-100 dari SBS®misalnya

mampu menghomogenkan sampai 10 L, dengan kecepatan sangat lambat sampai 1600

rpm dan dapat dipanaskan sampai 425oC.

Colony counter

88

Page 90: 4. Buku Praktikum

Alat ini berguna untuk mempermudah perhitungan koloni yang tumbuh setelah

diinkubasi di dalam cawan karenaadanya kaca pembesar. Selain itu alat tersebut

dilengkapi dengan skala/ kuadran yang sangat berguna untuk pengamatan

pertumbuhan koloni sangat banyak. Jumlah

koloni pada cawan Petri dapat ditandai dan dihitung otomatis yang dapat di-reset.

Mikropipet (Micropippete) dan Tip

Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil,

biasanya kurang dari 1000 l. Banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet,μ misalnya

mikropipet yang dapat diatur volume pengambilannya (adjustable volume pipette)

antara 1 l sampai 20 l, atau mikropipet yang tidak biμ μ sa diatur volumenya, hanya

tersedia satu pilihan volume (fixed volume pipette) misalnya mikropipet 5 l.μ dalam

penggunaannya, mukropipet memerlukan tip

Cara Penggunaan :

1. Sebelum digunakan Thumb Knob sebaiknya ditekan berkali-kali untuk memastikan

lancarnya mikropipet.

2. Masukkan Tip bersih ke dalam Nozzle / ujung mikropipet.

3. Tekan Thumb Knob sampai hambatan pertama / first stop, jangan ditekan lebih ke

dalam lagi.

89

Page 91: 4. Buku Praktikum

4. Masukkan tip ke dalam cairan sedalam 3-4 mm.

5. Tahan pipet dalam posisi vertikal kemudian lepaskan tekanan dari Thumb Knob maka

cairan akan masuk ke tip.

6. Pindahkan ujung tip ke tempat penampung yang diinginkan.

7. Tekan Thumb Knob sampai hambatan kedua / second stop atau tekan semaksimal

mungkin maka semua cairan akan keluar dari ujung tip.

8. Jika ingin melepas tip putar Thumb Knob searah jarum jam dan ditekan maka tip akan

terdorong keluar dengan sendirinya, atau menggunakan alat tambahan yang

berfungsi mendorong tip keluar.

Cawan Petri (Petri Dish)

Cawan petri berfungsi untuk membiakkan (kultivasi) mikroorganisme. Medium dapat

dituang ke cawan bagian bawah dan cawan bagian atas sebagai penutup. Cawan petri

tersedia dalam berbagai macam ukuran, diameter cawan yang biasa berdiameter 15 cm

dapat menampung media sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-

kira cukup diisi media sebanyak 10 ml.

Pipet Ukur (Measuring Pippete)

90

Page 92: 4. Buku Praktikum

Pipet ukur merupakan alat untuk memindahkan larutan dengan volume yang diketahui.

Tersedia berbagai macam ukuran kapasitas pipet ukur, diantaranya pipet berukuran 1

ml, 5 ml dan 10 ml. Cara penggunaanya adalah cairan disedot dengan pipet ukur dengan

bantuan filler sampai dengan volume yang diingini. Volume yang dipindahkan

dikeluarkan menikuti

skala yang tersedia (dilihat bahwa skala harustepat sejajar dengan mensikus cekung

cairan) dengan cara menyamakan tekanan filler dengan udara sekitar.

Pipet tetes (Pasteur Pippete)

Fungsinya sama dengan pipet ukur, namun volume yang dipindahkan tidak diketahui.

Salah satu penerapannya adalah dalam menambahkan HCl / NaOH saat mengatur pH

media, penambahan reagen ada uji biokimia, dll.

Tabung reaksi (Reaction Tube / Test Tube)

Di dalam mikrobiologi, tabung reaksi digunakan untuk uji-uji biokimiawi dan

menumbuhkan mikroba. Tabung reaksi dapat diisi media padat maupun cair. Tutup

tabung reaksi dapat berupa kapas, tutup metal, tutup plastik atau aluminium foil. Media

padat yang dimasukkan ke tabung reaksi dapat diatur menjadi 2 bentuk menurut

fungsinya, yaitu media agar tegak (deep tubeagar) dan agar miring (slants agar). Untuk

membuat agar miring, perlu diperhatikan tentang kemiringan media yaitu luas

permukaan yang kontak dengan udara tidak terlalu sempit atau tidak terlalu lebar dan

hindari jarak media yang terlalu dekat dengan mulut tabung karena memperbesar

resiko kontaminasi. Untuk alas an efisiensi, media yang ditambahkan berkisar 10-12 ml

tiap tabung.

91

Page 93: 4. Buku Praktikum

Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer Flask)

Berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan yang. Labu Erlenmeyer dapat

digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan komposisi media,

menampung akuades, kultivasi mikroba dalam kultur cair, dll. Terdapat beberapa

pilihan berdasarkan volume cairan yang dapat ditampungnya yaitu 25 ml, 50 ml, 100

ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml, dsb.

Gelas ukur (Graduated Cylinder)

Berguna untuk mengukur volume suatu cairan, seperti labu erlenmeyer, gelas ukur

memiliki beberapa pilihan berdasarkan skala volumenya. Pada saat mengukur volume

larutan, sebaiknya volume tersebut ditentukan berdasarkan meniskus cekung larutan.

92

Page 94: 4. Buku Praktikum

Batang L (L Rod)

Batang L bermanfaat untuk menyebarkan cairan di permukaan agar supaya bakteri

yang tersuspensi dalam cairan tersebut tersebar merata. Alat ini juga disebut spreader.

Mortar dan Pestle

Mortar dan penumbuk (pastle) digunakan untuk menumbuk atau menghancurkan

materi cuplikan, misal daging, roti atau tanah sebelum diproses lebih lanjut.

Beaker Glass

Beaker glass merupakan alat yang memiliki banyak fungsi. Di dalam mikrobiologi, dapat

digunakan untuk preparasi media media, menampung akuades dll.

Pembakar Bunsen (Bunsen Burner)

Salah satu alat yang berfungsi untuk menciptakan kondisi yang steril adalah pembakar

bunsen. Api yang menyala dapat membuat aliran udara karena oksigen dikonsumsi dari

bawah dan diharapkan kontaminan ikut terbakar dalam pola aliran udara tersebut.

Untuk sterilisasi jarum ose atau yang lain, bagian api yang paling cocok untuk

memijarkannya adalah bagian api yang berwarna biru (paling panas). Perubahan

bunsen dapat menggunakan bahan bakar gas atau metanol.

93

Page 95: 4. Buku Praktikum

Glass Beads

Glass Beads adalah manik-manik gelas kecil yang digunakan untuk meratakan suspensi

biakan dengan menyebarkan beberapa butir di atas permukaan agar dan digoyang

merata. Glass beads digunakan pada teknik spread plate yang fungsinya sama dengan

batang L atau Spreader.

Tabung Durham

Tabung durham berbentuk mirip dengan tabung reaksi namun ukurannya lebih kecil

dan berfungsi untuk menampung/menjebak gas yang terbentuk akibat metabolisme

pada bakteri yang diujikan. Penempatannya terbalik dalam tabung reaksi dan harus

terendam sempurna dalam media (jangan sampai ada sisa udara).

Jarum Inokulum

Jarum inokulum berfungsi untuk memindahkan biakan untuk ditanam/ditumbuhkan ke

media baru. Jarum inoculum biasanya terbuat dari kawat nichrome atau platinum

sehingga dapat berpijar jika terkena panas. Bentuk ujung jarum dapat berbentuk

lingkaran (loop) dan disebut ose atau inoculating loop/transfer loop, dan yang

berbentuk lurus disebut inoculating needle/Transfer needle. Inoculating loop cocok

untuk melakukan streak di permukaan agar, sedangkan inoculating needle cocok

digunakan untuk inokulasi secara tusukan pada agar tegak (stab inoculating). Jarum

inokulum ini akan sangat bermanfaat saat membelah agar untuk preprasi Heinrich’s

Slide Culture.

Pinset

Pinset memiliki banyak fungsi diantaranya adalah untuk mengambil benda dengan

menjepit misalnya saat memindahkan cakram antibiotik.

94

Page 96: 4. Buku Praktikum

Pipet Filler / Rubber Bulb

Filler adalah alat untuk menyedot larutan yang dapat dipasang pada pangkal pipet ukur.

Karet sebagaibahan filler merupakan karet yang resisten bahan kimia. Filler memiliki 3

saluran yang masing-masing saluran memiliki katup. Katup yang bersimbol A (aspirate)

berguna untuk mengeluarkan udara dari gelembung. S (suction) merupakan katup yang

jika ditekan maka cairan dari ujung pipet akan tersedot ke atas. Kemudian katup E

(exhaust) berfungsi untuk mengeluarkan cairan dari pipet ukur.

D. Cara Kerja

Analisis dilakukan dengan mengambil contoh air sebanyak tiga kali, masing-masing 100

ml dan ditempatkan dalam botol erlenmeyer steril. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan

bakteriologis metode MPN dengan prosedur sebagai berikut :

1.. Pemeriksaan Kualitiatif

Pemeriksaan ini mempunyai langkah-langkah sebagai berikut yaitu:

1. 1 Uji Presumtif ( Presumtitive Coliform Count),

Uji untuk mengetahui angka terkaan tertinggi ( Most Probable Number) kuman

coliform tiap 100 ml contoh air, ada 2 metode , yaitu metode 155, digunakan bila

contoh air yang akan diperiksa tampak cukup jernih dan metode 333, digunakan bila

contoh air yang kana diperiksa tampak cukup keruh.Pada uji presumsif metode 333,

terdapat tiga kelompok tabung reaksi yang berisi medium cair laktosa dan tabung

durham . Kelompok pertama terdiri dari 3 tabung reaksi dan ke dalam masing-masing

tabung reaksi berisi 10 ml medium ditambah 10 ml sampel air. Kelompok kedua terdiri

95

Page 97: 4. Buku Praktikum

dari 3 tabung reaksi dan ke dalam masing –masing tabung berisi 5 ml medium dan 1

ml sample air. Kelompok ketiga terdiri dari 3 tabung reaksi berisi 5 ml medium dan 0.1

ml sample air. Semua tabung reaksi tersebut diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.

Bila tidak terdapat cukup gas (<10%) pada tabung durham dinyatakan presumtif

negative, diinkubasi 24 jam lagi. Bila ternyata cukup gas ( 10% atau lebih) pada tabung

durham, dinyatakan presumtif positif. Kemudian dicatat banyaknya tabung reaksi yang

presumtif positif pada masing-masing kelompok. Menggunakan tabel Mc Crady untuk

mengetahui Most Probable Number ( MPN) kuman Coliform tiap 100 ml sample air.

2. Uji Penguat ( Confirmed test)

Uji penguat dilakukan dengan menginokulasi satu ose biakan dari tabung yang

memberikan hasil uji positif ke media agar EMB ( Eosin Methylene Blue). Selanjutya

cawan petri diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam, kemudian diamati koloni bakteri

yang tumbuh. Koloni bakteri yang berwarna hijau metalik menunjukkan koloni bakteri

koliform. Selain itu, uji penguat juga dilakukan dengan menginokulasi 1mL biakan dari

tabung yang memberiksan hasil uji positif, pada uji penduga ke media BGLB( Briliat

green bile lactose ). Tabung berisi media dan biakan diinkubasi pada suhu 37oC selama

24 jam, kemudian diamati perubahan warna yang terjadi dan gas yang terbentuk

3. Uji Pelengkap ( Complete test)

Uji pelengkap dilakukan apabila terdapat hasil positif dari uji penguat, yaitu terdapat

koloni bakteri yang berwarna hijau metalik pada media EMB. Koloni tersebut

selanjutnya dilakukan pewarnaan Gram.

E. Referensi

Benson, 2001. Microbiological Applications Lab Manual . Eighth Edition.The McGraw−Hill Companie

96

Page 98: 4. Buku Praktikum

PRAKTIKUM 9

VISITASI KOMUNITAS: PENGENALAN KESEHATAN LINGKUNGAN AGROINDUSTRI

Judul Blok : Blok 1 Humaniora dan Masalah Kesehatan

Kode Blok : PDU 1758

SKS : 1 SKS

Metode Belajar : Praktikum

Waktu Pertemuan : 1 x 180 menit

Pertemuan ke : 9 (Kesehatan Lingkungan Agroindustri)

Laboratorium : Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat

A. Tujuan Belajar :

1)Mahasiswa memiliki kemampuan menguraikan ruang lingkup kesehatan

agroindustri

2)Mahasiswa memiliki kemampuan untuk melakukan survey terhadap masalah

kesehatan lingkungan di area agroindustri

3)Mahasiswa mampu memberikan saran yang strategis dalam rangka

meningkatkan kesehatan lingkungan area agroindustri

4)Mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengurai berbagai perbedaan

lingkungan social agroindustri dan lingkungan urban

5)Mahasiswa memiliki kemampuan mengambil keputusan yang tepat

B. Pengantar

Masalah-masalah kesehatan di berbagai lingkungan memiliki masalah yang

hampir sama, walaupun pada bagian tertentu mempunyai karakteristik yang

berbeda-beda. Bisa jadi masalah-masalah kesehatan tersebut mempunyai jenis/

macam yang sama akan tetapi mepunyai frekuensi kejadian kejadian yang berbeda

atau mempunyai faktor-faktor lain yang berbeda pula. Misalnya masalah sanitasi

pada masyarakat industri terutama dampak yang ditimbulkan oleh limbah pabrik

pabrik baik di tanah, air (sungai, laut) dan udara berupa asap pabrik sedangkan

97

Page 99: 4. Buku Praktikum

pada lingkungan pertanian tentu saja masalah kesehatan berkisar pada penggunaan

penggunaan pestisida yang tidak terkendali atau banyaknya vektor penyakit seperti

nyamuk, cacing dan lainnya walaupun di lingkungan industri juga ada vektor-vektor

tersebut. Penyakit jantung koroner pada kedua lingkungan tersebut juga akan

didapati namun frekuensi kejadiannya antara keduanya mungkin berbeda. Demikian

seterusnya untuk masalah-masalah lainnya akan mengalami perkembangan sesuai

dinamika di lingkungan masing-masing. Suatu kejadian penyakit yang pada tahun

ini mungkin menjadi masalah besar, bisa jadi di tahun berikutnya bukan merupakan

penyakit. Pada bab ini hanya akan dibacarakan masalah-masalah kesehatan yang

secara umum dijumpai pada lingkungan agroindustri dan masalah-masalah lainnya

mengikuti perkembangan yang ada. Ada kemungkinan yang sebelumnya menjadi

masalah lingkungan industri (misalnya polusi udara) akan “menular” pada

lingkungan pertanian yaitu pada waktu kegiatan bertani / berkebun tidak lagi

menerapkan sistem yang tradisional tetapi sistem mekanik dengan didirikannya

pabrik-pabrik pengolah hasil pertanian.

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai proses terjadinya penyakit

bahwa penyakit terjadi akibat interaksi yang terjadi antara faktor inang (host),

agent, dan lingkungan (model ekologi). Ilmu kedokteran klinik sebagian besar

bertumpu pada faktor inang (imunitas, penyakit sebelumnya) dan agent (bakteri,

virus, parasit) sedangkan faktor lingkungan diperlajari pada ilmu kesehatan dengan

objek komunitas. Mengubah keadaan / kualitas lingkungan tidak dapat dikerjakan

secara sendiri-sendiri namun harus melibatkan orang banyak.Tidak mungkin untuk

memberantas vektor penyakit demam Dengue hanya dikerjakan oleh satu orang

atau satu keluarga saja. Misalnya di suatu kampung terdapat lima rumah yang positif

mengandung jentik nyamuk Aedes sp, dan yang menguras bak mandinya hanya satu

rumah A saja, maka tindakan kesehatan satu rumah A yang mempunyai sedikit

“kesadaran” tersebut akan sia-sia. Mengapa? Bisa jadi nyamuk yang membawa virus

Dengue berasal dari dari empat rumah lainnya, sehingga kegiatan pemberantasan

jentik nyamuk harus dilakukan secara bersama-sama dan satu waktu oleh

masyarakat. Itulah uniknya kesehatan lingkungan. Lain halnya jika seseorang

mengidap hiperkolesterolemia. Kadar kolesterolnya hanya ditentukan oleh perilaku

makan orang itu. Tidak mungkin orang lain makan makanan tinggi kolesterol dan

orang yang hiperkolesterolemia tadi jadi naik kolesterolnya.

98

Page 100: 4. Buku Praktikum

Lingkungan pun mempunyai beberapa komponen yang tidak hanya terdiri

dari lingkungan fisik saja tetapi bisa berupa lingkungan sosial ekonomi, lingkungan

biologis seperti yang diterangkan sebagai model roda pada bab sebelumnya. Pada

tulisan yang singkat ini hanya akan dipaparkan masalah kesehatan fisik.

Beberapa masalah kesehatan lingkungan pada masyarakat agroindustri adalah

masalah air, masalah makanan, masalah limbah, masalah sampah dan masalah

penyebaran vektor penyakit.

Masalah Air

Syarat Air Minum

Mengingat bahwa pada dasarnya tidak ada air yang seratus persen murni dalam

arti sesuai benar dengan syarat air yang patut untuk kesehatan, maka biar

bagaimanapun harus diusahakan air yang ada sehingga syarat yang dibutuhkan

tersebut harus terpenuhi, atau paling tidak mendekati syarat-syarat yang dikehendaki.

Dengan demikian bagaimana syarat-syarat air yang baik, haruslah diketahui oleh setiap

petugas kesehatan termasuk dokter. Pada saat ini telah tersusun syarat-syarat air yang

dipandang baik, yang secara umum dibedakan atas tiga hal, yaitu :

1. Syarat fisika

Air yang sebaiknya dipergunakan untuk minum ialah air yang tidak berwarna, tidak

berasa, tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya dibawah suhu udara sehingga

menimbulkan rasa nyaman.

Syarat fisik ini adalah syarat yang sederhana sekali, karena dalam praktek sehari-

hari sering ditemui air yang memenuhi semua syarat di atas, tetapi jika ditinjau dari

segi kesehatan tidak memenuhi syarat karena mengandung bibit penyakit misalnya.

Dari sudut ini dimengerti bahwa jika salah satu dari syarat fisik ini tidak terpenuhi,

maka besar kemungkinan air itu tidak sehat (karena beberapa zat kimia, mineral,

ataupun zat organis / biologis yang terdapat dalam air dapat mengubah warna, bau,

rasa, dan kejernihan). Tetapi jika semua syarat di atas terpenuhi, belum tentu air

tersebut baik untuk diminum, karena mungkin mengandung zat ataupun bibit penyakit

yang membahayakan kesehatan.

2. Syarat bakteriologis

Secara teoritis semua air minum hendaknya dapat terhindar dari kemungkinan

terkontaminasi dengan bakteri, terutama yang bersifat patogen. Namun dalam

99

Page 101: 4. Buku Praktikum

kehidupan sehari-hari, amat sukar untuk menentukan apakah air tersebut benar-benar

sucihama atau tidak. Karena itulah, untuk mengukur apakah air minum bebas dari

bakteri atau tidak, pegangan yang dipakai adalah E. coli. Tergantung dari cara

pemeriksaan yang dilakukan, maka jumlah E. coli yang masih dibenarkan terdapat

dalam sumber air minum bermacam-macam. Pada pemeriksaan air minum dengan

memakai prosedur Membrane Filter Technique, maka 90% dari contoh air yang

diperiksa selama 1 bulan, harus bebas dari E. coli. Selanjutnya dari yang mengandung E.

coli, jumlah kuman ini tidak boleh lebih dari 3 untuk setiap 50 cc air, tidak boleh lebih

dari 4 untuk setiap 100 cc air, tidak boleh lebih dari 7 untuk setiap 200 cc air, serta

tidak boleh lebih dari 13 untuk setiap 500 cc air.

Bila terjadi penyimpangan dari ketentuan-ketentuan di atas, maka air tesebut

dianggap tidak memenuhi syarat dan oleh karena itu perlu diselidiki lebih lanjut.

Dipakainya E. coli sebagai patokan utama untuk menentukan apakah air minum

memenuhi syarat bakteriologis atau tidak ialah karena pada umumnya bibit penyakit

ini ditemui pada kotoran manusia serta secara relatif lebih sukar dimatikan dengan

pemanasan air.

3. Syarat kimia

Air minum yang baik ialah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat

kimia ataupun mineral, terutama yang berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya

diharapkan pula zat ataupun bahan kimia yang terdapat didalam air minum , tidak

sampai menimbulkan kerusakan pada tempat penyimpanan air; sebaliknya zat ataupun

bahan kimia dan atau mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, hendaknya harus terdapat

dalam kadar yang sewajarnya dalam sumber air minum tersebut.

Pengelolaan Air untuk Minum

Air yang tidak memenuhi syarat untuk langsung diminum perlu diolah terlebih

dahulu sehingga memenuhi syarat kesehatan. Pekerjaan ini disebut “treatment of water”

yang dengan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi banyak cara melakukannya.

Ditinjau dari perlu atau tidaknya pengelolaan, dapat dibedakan beberapa macam

air, yaitu:

1. Air yang sama sekali tidak membutuhkan pengelolaan; jadi air tersebut dapat

langsung diminum, biasanya berupa air tanah yang tidak terkontaminasi.

2. Air yang hanya membutuhkan pekerjaan desinfeksi saja; umumnya berupa air

dalam tanah ataupun air permukaan yang diperkirakan hampir tidak

100

Page 102: 4. Buku Praktikum

terkontaminasi, mempunyai warna yang jernih dan mengandung E. coli pada

pemeriksaan bulanan tidak lebih dari 50 untuk setiap 100 ml air.

3. Air yang membutuhkan penyaringan pasir cepat yang lengkap atau alat pengolahan

air lainnya yang sejenis dengan ini, yang dilanjutkan dengan chlorination secara

tetap. Biasanya dilakukan pada air yang telah tercemar atau yang mengandung E.

coli lebih dari 5000 pada setiap 100 ml air yang berasal dari 20% sampel yang

diperiksa setiap bulan.

4. Air yang membutuhkan pengolahan tambahan setelah sebelumnya dilakukan proses

pengolahan dengan saringan pasir cepat dan chlorination. Pengolahan tambahan

yang dilakukan misalnya pre-sedimentation ataupun penyimpanannya selama 30

hari atau lebih yang sebelumnya telah ditambahkan pula zat chlor. Biasanya

dilakukan pada air yang mengandung E. coli pada 20% sampel air yang diperiksa

setiap 2 bulan sekali lebih dari 5000 MPN pada setiap 100 ml, tapi jumlah ini tidak

lebih dari 20.000 pada setiap 100 ml air pada 5% dari sampel yang diperiksa.

5. Air yang membutuhkan pengolahan air secara istimewa yang biasanya dilakukan

pada air yang sama sekali tidak sehat, tetapi karena keadaan memaksa terpaksa

diipergunakan. Air macam ini ditandai dengan ditemukannya E. coli sebanyak lebih

dari 250.000 MPN pada setiap 100 ml air pada tiap kali pemeriksaan

Untuk mengelola lima macam air yang terdapat di alam ini, kini berbagai cara telah

dikenal, yang secara umum dapat dibedakan atas :

1. Pengelolaan secara alamiah

Biasanya dilakukan dalam bentuk penyimpanan (storage) ataupun pengendapan

(sedimentation). Proses ini dapat berlangsung di alam (kali, danau) ataupun sumber

air yang terdapat di rumah tangga ataupun sumber air untuk penduduk kota. Air

dibiarkan pada tempatnya, dan kemudian terjadilah koagulasi dari zat-zat yang

terdapat di dalam air. Adanya koagulasi yang membentuk endapan ini akan

menjernihkan air, karena partikel-partikel yang ada dalam air akan ikut mengendap.

2. Pengelolaan air dengan menyaring

Dikenal 2 macam saringan yaitu saringan pasir lambat (slow sand filter) yang

diperkenalkan di London pada tahun 1829, serta saringan pasir cepat (rapid sand

filter) yang diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1893. Pada saringan pasir

lambat aliran air berdasarkan gaya gravitasi, sedangkan pada saringan pasir cepat

dipergunakan tekanan. Untuk saringan pasir cepat perlu dilakukan pengolahan air

101

Page 103: 4. Buku Praktikum

sebelumnya, misalnya dengan menambahkan zat koagulan ataupun dengan

melakukan proses sedimentasi.

3. Pengelolaan air dengan menambahkan zat kimia

Zat kimia yang ditambahkan ada 2 macam, yaitu :

a. yang bertujuan untuk mempercepat terjadinya proses koagulasi, jadi zat yang

ditambahkan adalah zat koagulan;

b. yang bertujuan untuk mensucihamakan atau membunuh bibit penyakit yang ada

di dalam air.

Zat kimia yang biasa ditambahkan adalah chlor dan ini disebut chlorination

4. Pengelolaan air dengan mengalirkan udara

Proses ini disebut aeration yang tujuannya ialah untuk menghilangkan rasa serta

bau yang tidak enak,menghilangkan gas-gas yang tidak dibutuhkan (CO2, metan,

hydrogen sulfide), menaikkan derajat keasaman air (karena kadar CO2 dihilangkan),

menambah gas-gas yang diperlukan ataupun untuk mendinginkan air.

5. Pengelolaan air dengan memanaskannya hingga mendidih

Pengelolaan air jenis ini ditujukan terutama untuk membunuh kuman-kuman yang

terdapat di dalam air.

Chlorination atau pemberian zat chlor dalam rangka membersihkan air minum

dari kuman-kuman penyakit adalah hal yang paling sering dilakukan. Jumlah chlor yang

diperlukan untuk membunuh kuman , amat dipengaruhi oleh keadaan air itu sendiri;

jika air lebih keruh tentu saja dibutuhkan chlor yang lebih banyak. Namun demikian

kadar chlor dalam air tidak boleh berlebihan, karena meskipun bibit penyakit dapat

dibunuh, tetapi jika kadar chlor sisa dalam air minum tinggi, tentu saja tidak baik untuk

kesehatan. Untuk air minum, kadar chlor yang dipandang sesuai dengan kesehatan ialah

antara 0,1-0,2 ppm.

Hasil chlorination yaitu kemampuan membunuh kuman yang terdapat di dalam

air, kecuali dipengaruhi oleh jumlah chlor yang dipakai , juga dipengaruhi oleh berbagai

faktor lainnya, yaitu lamanya air bereaksi dengan chlor, suhu air (makin tinggi suhu

makin baik hasilnya), keasaman air (makin rendah pH, makin baik hasilnya) serta

jumlah aktif chlor yang terdapat (makin tinggi prosentasenya, maka makin sedikit

pemakaiannya.

Sebenarnya daya membunuh yang dimiliki oleh chlor tergantung dari chlor aktif

yang terdapat. Makin rendah zat persenyawaan chlor mengandung aktif chlor, maka

102

Page 104: 4. Buku Praktikum

makin banyak zat tersebut dibutuhkan. Kekuatan chlor larut dalam air disebut chlor

aktif. Sedangkan aktif chlor yang terdapat pada berbagai senyawaan chlor berbeda-

beda. Gas chlor (Cl2) misalnya, mengandung 100% chlor aktif, kaporit (CaOCl)

mempunyai 60%-70% chlor aktif, sedangkan hipoklorit (Ca (OCl)2) mengandung 15%-

30% chlor aktif.

Pengolahan Air Minum untuk Umum

Pada umumnya air minum untuk kepentingan umum (ledeng misalnya)

diperoleh dari air permukaan tanah yang telah terkontaminasi (misalnya air kali). Oleh

karena itulah pengolahan air minum untuk kepentingan umum ini dilakukan lebih

kompleks. Pada suatu instalasi air minum, biasanya tersedia beberapa fasilitas yang

terdiri atas :

1. Pipa yang mengalirkan air ke instalasi air minum (supply line)

2. Bak penampung untuk pengendapan pertama (pre-sedimantation-tank)

3. Bak pemberi obat-obat kimia (chemical feeder)

4. Bak pencampur (mixing device)

5. Bak penampung untuk pengendapan kedua (Dortmund tank/accelerator)

6. Saringan pasir cepat (rapid sand filter)

7. Bak pemberi chlor (chlorinator)

8. Bak penampung air bersih yang siap dialirkan ke konsumen (clear wastage storage

kelder)

Proses pengolahan air untuk kepentingan umum adalah sebagai berikut :

1. Air sungai dialirkan atau dipompa. Tempat pengambilan air disebut intake. Air

diendapkan pada parit-parit lebar dan panjang

2. Setelah diendapkan beberapa waktu, kemudian air dialirkan ke instalasi

penyaringan (melalui pengukuran debit air)

3. Air diendapkan di bak pertama

4. Kemudian air dialirkan melalui tempat pembubuhan obat kimia berupa zat

koagulan, biasanya merupakan aluminium sulfat (tawas) Al2(SO4)3 dan larutan kapur

CaCO3 yang tujuannya untuk membentuk endapan

5. Agar zat koagulan ini dapat bercampur dengan sempurna, maka ada dua cara yang

ditempuh, yaitu :

a. menerjunkan air;

103

Page 105: 4. Buku Praktikum

b. mengalirkan air melalui parit yang berbelok-belok, yang disebut mixing device

6. Bila air telah bercampur dengan baik, maka timbul kepingan yang lebih besar.

Selanjutnya untuk memberikan kesempatan pengendapan, air dialirkan ke dalam

bak pengendapan kedua yang disebut Dortmund tank atau accelerator. Dalam bak ini

terjadi pemisahan antara kotoran dengan air yang sudah bersih

7. Air yang sudah nampak bersih ini dialirkan melalui saringan pasir yang disebut

rapid sand filter. Meskipun air ini sudah tampak bersih tetapi masih terdapat

kemungkinan mengandung bakteri

8. Untuk membunuh bakteri tersebut, air kemudian dialirkan ke sebuah chlorinator;

disini dibubuhi zat chlor dengan syarat sisa chlor ialah 0,1-0,2 ppm

9. Air yang sudah bersih ini, selanjutnya ditampung dalam bak penampung air bersih

untuk kemudian siap didstribusikan kepada para konsumen

Masalah Sampah

Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan (refuse) sebenarnya hanya sebagian

dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi,

atau harus dibuang, sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup. Dalam

ilmu kesehatan, keseluruhan dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan,

tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang tersebut, disebut benda-benda sisa

atau benda-benda bekas (waste). Kecuali sampah (refuse), kotoran manusia (human

waste), air limbah dan atau air bekas (sewage), serta sisa-sisa industri (industrial waste)

termasuk pula ke dalamnya.

Sumber dan Macam Sampah

Tergantung dari tingkat kemajuan hidup masyarakat, sumber dan macam

sampah berbeda-beda. Secara umum dapat disimpulkan bahwa makin maju tingkat

kebudayaan masyarakat, makin kompleks pula sumber dan macam sampah yang

ditemui.

Dalam kehidupan sehari-hari, dikenal beberapa sumber sampah misalnya :

1. dari rumah tangga;

2. dari daerah pemukiman;

3. dari daerah perdagangan;

4. dari daerah industri;

104

Page 106: 4. Buku Praktikum

5. dari daerah peternakan;

6. dari daerah pertanian;

7. dari daerah pertambangan;

8. dari jalan dan lain sebagainya.

Tergantung dari sumber ini, maka macam dan komposisi sampah beraneka ragam.

Demikian pula jumlah yang dihasilkan, karena jumlah sampah pada umumnya

ditentukan oleh :

1. kebiasaan hidup masyarakat;

2. musim atau waktu;

3. standart hidup;

4. macam masyarakat; dan

5. cara pengelolaan sampah.

Sedangkan macam sampah, dikenal beberapa cara pembagian. Ada yang

membaginya atas dasar zat pembentuk, yaitu :

1. sampah organik; dan

2. sampah in organik.

Ada pula yang membaginya atas dasar sifat, yaitu :

1. sampah yang mudah membusuk;

2. sampah yang tidak mudah membusuk;

3. sampah yang mudah terbakar;

4. sampah yang tidak mudah terbakar.

Pengelolaan Sampah

Sebagai sesuatu yang tidak dipergunakan lagi, yang tidak dapat dipakai lagi, yang

tidak disenangi dan yang harus dibuang, maka sampah tentu saja harus dikelola dengan

sebaik-baiknya, sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi.

Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika

sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta tidak

menjadi medium perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus

terpenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air atau tanah, tidak

menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya.

Pengelolaan sampah meliputi 3 hal pokok, yaitu :

1. Penyimpanan sampah (refuse storage)

105

Page 107: 4. Buku Praktikum

Yang dimaksud adalah tempat sampah sementara sebelum sampah tersebut

dikumpulkan, diangkut, kemudian dibuang / dimusnahkan. Sampah basah

dikumpulkan bersama sampah basah. Demikian juga sampah kering, sampah yang

mudah terbakar dan yang tidak mudah terbakar hendaknya ditempatkan secara

terpisah. Maksud dari pemisahan ini adalah untuk memudahkan pemusnahannya.

2. Pengumpulan sampah (refuse collection)

Sampah yang telah disimpan sementara kemudian dikumpulkan untuk kemudian

dibuang atau dimusnahkan. Karena jumlah sampah yang dikumpulkan cukup besar,

maka perlu dibangun rumah sampah. Lazimnya penanganan masalah ini

dilaksanakan oleh pemerintah atau oleh masyarakat secara gotong-royong. Jika

sampah tidak terlalu banyak, dapat dibangun suatu kontainer yang ditempatkan di

daerah yang mudah dicapai penduduk serta mudah juga dicapai kendaraan

pengangkut sampah.

Sama halnya dengan penyimpanan sampah, maka dalam pengumpulan sampah ini

sebaiknya juga dilakukan pemisahan. Dikenal 2 macam cara :

a. Sistem duet, artinya disediakan 2 tempat sampah, masing-masing untuk

sampah basah dan sampah kering.

b. Sistem trio, yaitu disediakan 3 bak sampah, masing-masing untuk sampah

basah, sampah kering yang mudah dibakar, dan sampah kering yang mudak

terbakar (sepeti kaca, kaleng, dan sebagainya)

3. Pembuangan sampah (refuse dispossal), termasuk pengangkutan

dan pemusnahan sampah

Pembuangan atau pemusnahan ini adalah tahap terakhir yang harus dilakukan

dalam pengelolaan sampah. Pembuangan sampah biasanya dilakukan di daerah

tertentu sehingga tidak mengganggu kesehatan manusia. Syarat-syarat yang harus

dipenuhi dalam membangun tempat pembuangan sampah adalah :

a. dibangun tidak dekat dengan sumber air minum atau sumber air lainnya yang

dipergunakan oleh manusia (mencuci, mandi, dan sebagainya)

b. tidak pada tempat yang sering terkena banjir

c. ditempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia

Jarak yang sering dipakai sebagai pedoman adalah sekitar 2 km dari perumahan

penduduk, sekitar 15 km dari laut, dan sekitar 200 m dari sumber air. Sebelum

sampai ke tempat ini, sampah perlu diangkut dari tempat-tempat pengumpulan

106

Page 108: 4. Buku Praktikum

dengan menggunakan armada pengangkut sampah; berupa kendaraan yang

mempunyai tutup untuk mencegah berseraknya sampah dan melindungi dari bau.

Masalah Air Limbah

Yang dimaksudkan dengan air limbah atau air kotor atau air bekas adalah air

yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan

kehidupan manusia dan atau hewan, dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan

manusia (termasuk industrialisasi).

Sumber dan Macam Air Limbah

Sama halnya dengan sampah, maka sumber serta macam air limbah sangat

dipengaruhi oleh tingkat kehidupan masyarakat. Makin tinggi tingkat kebudayaan

masyarakat, makin kompleks pula sumber serta macam air limbah yang ditemui.

Dalam kehidupan sehari-hari, sumber air limbah yang lazim dikenal ialah :

1. yang berasal dari rumah tangga (domestic sewage), misalnya air dari kamar mandi

dan dapur;

2. yang berasal dari perusahaan (commercial wastes), misalnya dari hotel, restoran,

dan kolam renang;

3. yang berasal dari industri (industrial wastes), seperti dari pabrik baja, pabrik tinta,

dan pabrik cat;

4. yang berasal dari sumber lainnya, seperti air hujan yang bercampur dengan air

comberan, dan lain sebagainya.

Tergantung dari sumbernya ini, maka macam serta komposisi air limbah beraneka

ragam. Pada umumnya susunan air kotor terdiri dari 3 komponen yang utama, yaitu :

1. bahan padat;

2. bahan cair; dan

3. bahan gas.

Kesemua bahan-bahan ini berada dalam air limbah dalam bentuk :

a. bahan yang mengapung (floating material);

b. bahan yang larut (dissolved solids);

c. bahan koloidal (colloids);

d. bahan mengendap (sediment); serta

e. bahan melayang (dispersed solids).

107

Page 109: 4. Buku Praktikum

Pengotoran Air

Pengotoran air timbul karena berbagai macam sebab, tergantung sumber serta macam

air limbah itu sendiri. Untuk menentukan derajat pengotoran air limbah ada beberapa

cara, yaitu :

1. mengukur adanya E. coli dalam air. Ukuran yang dipakai biasanya jumlah E. coli

untuk setiap ml air limbah.

2. mengukur suspended solid yang biasanya dinyatakan dalam ppm

3. mengukur zat-zat yang mengendap dalam air limbah, dinyatakan dalam ppm

4. mengukur kadar oksigen yang larut, dinyatakan dalam ppm. Pengukuran kadar

oksigen yang larut ini sangat penting, karena dengan diketahuinya kadar oksigen,

dapat ditentukan apakah air tersebut dapat dipakai untuk kehidupan. Ada beberapa

cara yang dikenal untuk mengukur kadar oksigen dalam air limbah, yaitu :

a. Chemical Oxygen Demand (COD), ialah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk

mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air secara

sempurna.

b. Biochemical Oxygen Demand (BOD), yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan

untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air secara

sempurna dengan memakai ukuran proses biokimia yang terjadi di dalam

larutan air limbah tersebut.

c. Demand of Oxygen (DO)

Untuk mendapatkan gambaran selengkapnya tentang keadaan air limbah ini, maka

berikut ini adalah perbandingan dengan air minum :

Hal yang diukur Air limbah (rata-rata) Air minum (rata-rata)

1. E. Coli 10-10 Kurang dari 2

2. Suspended solids (benda

melayang)

300-400 ppm 0-3 ppm

3. Zat yang mengendap 3-12 ppm 0 ppm

4. Oksigen yang larut 0-2 ppm 5-9 ppm

5. BOD (oksigen yang 300 ppm 0-3 ppm

108

Page 110: 4. Buku Praktikum

dibentuk proses biokimia)

Pengolahan Air Limbah

Pengolahan air limbah pada dasarnya bertujuan untuk :

1. melindungi kesehatan anggota masyarakat dari ancaman terjangkitnya penyakit. Hal

ini mudah dipahami karena air limbah sering dipakai sebagai tempat

berkembangbiaknya berbagai macam bibit penyakit;

2. melindungi timbulnya kerusakan tanaman, terutama jika air limbah tersebut

mengandung zat organis yang mengganggu kelangsungan hidup;

3. menyediakan air bersih yang dapat dipakai untuk keperluan hidup sehari-hari,

terutama jika sulit ditemukan air yang bersih.

Dalam kehidupan sehari-hari , pengolahan air limbah dilakukan dalam 2 bentuk, yaitu

1. menyalurkan air limbah tersebut jauh dari daerah tempat tinggal, tanpa diolah

sebelumnya

2. menyalurkan air limbah tersebut setelah diolah sebelumnya, dan kemudian dibuang

ke alam

Jika air limbah tersebut dibuang begitu saja tanpa diolah sebelumnya, maka ada

beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu :

1. tidak sampai mengotori sumber air minum

2. tidak menjadi tempat berkembangbiaknya berbagai bibit penyakit dan vektor

3. tidak mengganggu kesenangan hidup, misalnya dari segi pemandangan dan bau

4. tidak mencemarkan alam sekitarnya, misalnya merusak tempat rekreasi, berenang,

dan sebagainya.

Air yang dibuang tanpa diolah sebelumnya ini biasanya dilakukan oleh rumah tangga.

Ada 2 cara yang sering ditempuh :

1. Sistem riol

Yaitu suatu jaringan pembuangan air limbah yang dimulai dari daerah perumahan,

masuk ke daerah pemukiman, dan kemudian dialirkan ke tempat pembuangan air

air limbah yang biasanya merupakan sungai atau laut.

2. Septic tank

Adalah suatu unit penampungan dan penyaluran air limbah (dan juga kotoran

manusia) di dalam tanah yang dibuat permanen. Prinsip septic tank :

109

Page 111: 4. Buku Praktikum

a. tersedianya bak penampung untuk memisahkan bahan padat dari air limbah,

dimana bahan padat ini akan mengalami proses pembusukan oleh bakteri

anaerobik.

b. ruang rembesan, ialah lubang atau sumur yang diisi lapisan pasir kasar atau

kerikil, pasir halus, tanah liat campur pasir, ijuk, dan ditengahnya dialirkan

saluran pipa. Disini terjadi penguraian bahan yang tersisa oleh bakteri aerobik.

Air yang tidak diolah, jika didiamkan dalam suatu tempat yang terbuka (misalnya

danau) , ternyata dapat menjernihkan diri sendiri (self purification) yang terdiri dari

beberapa proses, yaitu :

1. Degradation, ialah wujud awal dari air limbah dimana tampak air kotor

2. Decomposition, ialah proses penguraian zat-zat yang terdapat dalam air limbah atas

bantuan sinar matahari dan udara, terbentuklah gas serta bahan-bahan endapan

3. Recovery, ialah lanjutan tahap kedua dimana air telah tampak jernih dan telah

tampak tanda kehidupan, misalnya tumbuhnya plankton

4. Cleaner water, ialah air sudah tampak bersih dan jernih, air bisa hidup didalamnya.

Setelah tahap ini, air telah stabil namun belum cukup baik untuk diminum

Untuk berhasilnya suatu proses self purification, diperlukan beberapa syarat,yaitu :

1. Faktor fisis, berupa cahaya matahari yang membunuh bakteri, gelombang air yang

menambah pengudaraan dan pengenceran, sedimentasi berupa pengendapan

bahan-bahan berat serta suhu.

2. Faktor kimia, seperti adanya bahan-bahan racun dalam air limbah yang akan

mempersulit penjernihan, adanya zat koagulan yang akan mempercepat

pengendapan, adanya oksigen yang akan mempermudah proses oksidasi.

3. Faktor biologi, berupa bakteri yang ada dalam air limbah yang dapat saling

memakan, ataupun plankton yang memetabolisme zat-zat yang mengapung atau

melayang dalam air

Air limbah yang langsung dibuang tanpa diolah sebelumnya selalu menimbulkan

masalah bagi kesehatan, karena itu perlu diolah terlebih dahulu. Tujuan pengolahan air

limbah hanya memisahkan benda-benda padat dari air limbah, atau untuk sekedar

menetralkan air tesebut dan kemudian disalurkan ke alam sehingga tidak sampai

membahayakan kehidupan. Pengolahan air kotor pada dasarnya mengenal beberapa

cara, yaitu :

110

Page 112: 4. Buku Praktikum

1. pemisahan secara mekanis;

2. pemisahan secara hidrolis;

3. pemisahan secara koagulasi kimiawi;

4. pemisahan secara reaksi fisik dan kimia;

5. pemisahan secara reaksi biologik; dan

6. desinfeksi.

Masalah Pengawasan Arthropoda Dan Rodentia

Telah sejak lama diketahui bahwa beberapa macam arthropoda (binatang

dengan tubuh bersegmen, mempunyai rangka luar serta anggota gerak yang berbuku-

buku) serta rodentia (binatang menyusui yang mengerat) dapat mendatangkan

gangguan kesehatan bagi manusia. Karena itu diusahakan berbagai cara untuk

membunuh atau paling tidak menjauhkan arthropoda dan rodentia dari lingkungan

hidup manusia, sehingga gangguan kesehatan yang ditimbulkannya dapat dihindarkan.

Pada saat ini dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak cara

untuk mengawasi arthropoda dan rodentia. Hal ini perlu diketahui oleh petugas

kesehatan. Beberapa jenis arthropoda perlu diawasi karena binatang ini dapat terkena

infeksi. Jika kebetulan binatang tersebut menggigit manusia, maka bibt penyakit yang

dikandungnya akan masuk ke tubuh manusia sehingga timbullah penyakit. Sedangkan

pengawasan terhadap rodentia perlu diadakan kecuali karena mungkin kena penyakit

akibat gigitan binatang tersebut yang kebetulan terinfeksi, juga karena pada tubuh

rodentia dapat hidup beberapa jenis arthropoda, yang jika sempat menggigit manusia

dapat pula menimbulkan penyakit. Pengawasan terhadap arthropoda makin bertambah

penting, jika diketahui pula bahwa beberapa jenis binatang ini senang hidup di tempat

kotor. Jika arthropoda tersebut telah hinggap pada kotoran manusia kemudian hinggap

pula pada makanan, maka kuman penyakit yang menempel pada tubuh, kaki, atau bulu-

bulu kaki binatang ini akan mencemari makanan, sehingga menimbulkan penyakit bagi

yang memakannya.

Kesemua kelas arthropoda perlu diawasi, hanya saja karena sifatnya yang

khusus, maka pengawasan terhadap insekta lebih diprioritaskan, yang dikenal dengan

sebutan pengawasan serangga atau insect control. Sebagaimana arthropoda,

pengawasan rodent juga mengenal prioritas terutama pada tunneling rodent (hidup

111

Page 113: 4. Buku Praktikum

terutama di terowongan serta mempunyai cakar yang tajam pada kaki depan), karena

jenis ini senang hidup di sekitar tempat tinggal manusia.

Pada saat ini, berkat penemuan-penemuan baru yang berhasil dicapai, diketahui

bahwa serangga dapat menimbulkan penyakit tidak hanya melalui gigitan atau isapan

darah saja, tetapi dapat juga secara mekanis, yaitu dengan menempelnya bibit penyakit

pada tubuh serangga tersebut. Selain itu, golongan lain dari arthropoda yang bukan

serangga serta binatang tidak bertulang belakang lainnya dapat pula mendatangkan

penyakit bagi manusia. Dengan penemuan-penemuan baru ini, pengertian vektor

menjadi lebih luas. Saat ini yang disebut vektor adalah arthropoda atau invertebrata

lainnya yang menimbulkan penyakit infeksi pada manusia dengan jalan memindahkan

bibit panyakit yang dibawanya pada manusia melalui gigitan pada kulit atau selaput

lendir, ataupun meninggalkan bibit penyakit yang dibawa pada bahan makanan atau

bahan-bahan lainnya, sehingga mendatangkan penyakit bagi manusia yang memakan

atau mempergunakan bahan-bahan tersebut.

Dengan demikian, penularan penyakit yang disebabkan oleh vektor tersebut kepada

manusia dapat dibedakan menjadi 2 cara, yaitu :

1. Penyebaran secara mekanik, disebut pula penyebaran pasif, yakni pindahnya bibit

penyakit yang dibawa vektor kepada bahan-bahan yang dipergunakan manusia

(umumnya makanan) dan jika bahan (makanan) tersebut dipergunakan (dimakan)

timbullah penyakit. Contohnya penyakit disentri yang disebabkan tercemarnya

makanan atau minuman oleh kuman disentri yang dibawa lalat., gosokan tangan

yang baru saja dipakai untuk meremuk vektor pinjal pada mata, sehingga bibit

penyakit yang ada di dalam tubuh vektor tersebut masuk melalui selaput lendir ke

dalam tubuh.

2. Penyebaran secara biologi, disebut juga penyebaran aktif. Disini bibit penyakit hidup

serta berkembang biak di dalam tubuh vektor dan jika kebetulan vektor tersebut

menggigit manusia (nyamuk misalnya), maka bibit penyakit masuk ke dalam tubuh

sehingga timbullah penyakit.

Pengawasan

Pengertian luas dari pengawasan vektor ialah melakukan berbagai hal yang dipandang

bermanfaat, sehingga kehidupan arthropoda dan atau rodentia menjadi sulit, tidak

dapat berkembang biak atau dimatikan sehingga tidak menimbulkan penyakit bagi

112

Page 114: 4. Buku Praktikum

manusia. Untuk itu jelas diperlukan pengetahuan lengkap tentang segala hal yang

menyangkut vektor tersebut, setidaknya meliputi :

1. Siklus kehidupan vektor

2. Ekologi vektor, misalnya rodent hidup di air, padang rumput, terowongan ataupun

pohon-pohon. Sedangkan arthropoda tergantung stadiumnya, misalnya telur

nyamuk diletakkan di air.

3. Tingkah laku vektor. Beberapa serangga senang berpindah-pindah tempat,

sedangkan yang lain keluar dari sarangnya terutama pada malam hari.

4. Cara berpindahnya bibit penyakit. Jika berpindah melalui gigitan, usahakan jangan

sampai menggigit manusia, misalnya nyamuk dengan cara memasang kelambu atau

kawat nyamuk.

5. Cara transmisi vektor. Ada vektor yang mempunyai kemampuan terbang beratus-

ratus kilometer dan ada juga yang pindah dengan bantuan pihak ketiga, misalnya

dengan menempel pada kendaraan atau tubuh manusia.

Banyak cara yang dilakukan untuk mpengawasan arthropoda dan rodentia yang secara

umum dibedakan menjadi :

1. Pengawasan mekanik atau fisik

Cara ini adalah yang cara paling tua dan masih dijumpai sampai saat ini, yaitu

dengan pemukulan, menggunakan kawat kassa, kelambu, alat pendingin (ruangan),

alat pemanas (ruangan) ataupun memakai pelindung yang dialiri arus listrik

2. Pengawasan kimiawi

Digunakan zat kimia yang sifatnya dapat untuk mematikan, mengusir ataupun

menimbulkan daya tarik. Zat kimia yang menimbulkan daya tarik, dimaksudkan

untuk mengumpulkan binatang tersebut pada suatu tempat untuk kemudian

dimusnahkan. Zat kimia yang tujuannya mematikan sesuatu yang dapat merusak

atau mengganggu kesehatan disebut pestisida. Jika ditinjau dari sudut ilmu

kesehatan lingkungan, suatu zat kimia hanya dapat dipakai sebagai pestisida jika

memenuhi syarat sebagai berikut :

a. tdak membahayakan kesehatan manusia, baik secara langsung yaitu meracuni

tubuh karena masuk melalui pernafasan atau pun kulit (biological

concentration), ataupun secara tidak langsung seperti misalnya memakan bahan

makanan yang mengandung pestisida (tropic concentration),

113

Page 115: 4. Buku Praktikum

b. hanya membunuh binatang yang ingin dibunuh, jadi tidak sampai mematikan

hewan ataupun tumbuhan lainnya,

c. mempunyai daya bunuh yang tinggi (efektif dengan dosis rendah),

d. mudah dipergunakan. Cara mempergunakan pestisida bermacam-macam, ada

yang menaburkan bubuknya langsung, ada yang dilarutkan dalam air kemudian

disebar dengan semprotan, dan sebagainya, dan

e. harganya murah.

Saat ini sebagai akibat penggunaan pestisida yang kurang bertanggung jawab,

timbul masalah baru dalam hal pengawasan arthropoda dan rodentia yaitu

terjadinya resistensi pada kedua jenis binatang tersebut. Selain itu terganggunya

kelestarian lingkungan juga timbul sebagai akibat sampingan yaitu ikut matinya

binatang atau tumbuhan lain yang terkena.

3. Pengawasan biophysical

Pengawasan cara ini pada dasarnya perpaduan dari dua macam cara, yakni fisik dan

cara biologi. Prinsip yang dipakai disini adalah pertama menangkap binatang

tersebut (biasanya jenis jantan, jadi secara fisik), dan kemudian disterilkan dengan

mempergunakan sinar gamma (jadi secara biologi), untuk kemudian dilepas

kembali ke alam. Karena sterilisasi ini, maka tidak akan terjadi pembuahan sehingga

jumlah binatang dapat dikontrol. Jika cara ini akan dipergunakan, harus

diperhatikan beberapa hal, misalnya harus diketahui bahwa jumlah jenis jantan

tidak begitu banyak, sehingga upaya sterilisasi yang dilakukan tidak sia-sia, tidak

sukar menangkap binatang tersebut. Yang terpenting ialah memperhatikan biaya

yang dibutuhkan; jika biayanya tinggi, tentu saja tidak baik dilakukan.

4. Pengawasan Biologis

Prinsipnya ialah dengan memanfaatkan binatang lainnya yang menjadi musuh dari

arthropoda atau rodentia. Ada dua cara pendekatan yang sering dilakukan yakni :

a. membawa binatang yang menjadi musuh dari daerah lain ke daerah yang ingin

diawasi. Prinsip ini dilakukan, jika diketahui bahwa di daerah yang ingin diawasi

tidak ditemukan binatang yang akan dibawa tersebut.

b. menciptakan keadaan lingkungan sedemikian rupa, sehingga binatang yang

menjadi musuh dan telah berada di daerah tersebut dapat lebih berkembang

biak, dan dengan demikian dapat membunuh atau memusnahkan arthropoda

atau rodentia yang ingin diawasi.

114

Page 116: 4. Buku Praktikum

Macam dari hewan yang diharapkan dapat membunuh arthropoda dan rodentia

tersebut beraneka ragam. Dapat disebut misalnya : laba-laba, burung atau ikan

untuk mengawasi serangga, serta kucing atau anjing untuk mengawasi rodentia.

5. Pengawasan Kultural

Prinsipnya ialah menciptakan keadaan lingkungan sehingga tidak menguntungkan

arthropoda atau rodentia dengan jalan mengubah kebiasaan atau sikap hidup yang

tidak menguntungkan. Misalnya tidak membiarkan tergenangnya air di pekarangan,

membersihkan daerah tempat tinggal dan lain sebagainya. Membiasakan mengganti

jenis tanaman, memilih waktu tanam yang tepat, dan sebagainya, juga termasuk

pengawasan kultural, karena dengan mengganti jenis tanaman serta memilih waktu

tanam yang tepat, dapat dihindari terjangkit hama tanaman. Sebab seperti yang

sudah diketahui kebanyakan serangga memakan satu jenis tanaman saja.; jadi jika

jenis tanaman diganti-ganti, maka serangga tersebut tidak sempat berkembang biak,

karena bahan makanan yang dibutuhkan tidak tersedia. Dengan perkataan lain, jika

dapat ditumbuhkan kebiasaan mengganti-ganti jenis tanaman tersebut artinya

memutus rantai makanan dari serangga yang hendak dikontrol.

6. Pengawasan Terintegrasi

Karena pada dasarnya amat sulit mengharapkan hasil yang maksimal jika hanya

satu macam cara pengawasan saja yang dilakukan, maka pada saat ini di banyak

negara di dunia diterapkan pengawasan secara terintegrasi, artinya dipergunakan

kombinasi dari berbagai cara yang telah disebutkan diatas. Dengan cara integrasi ini

maka kelemahan-kelemahan yang mungkin dimiliki oleh setiap cara dapat saling

dikurangi.

Dalam menerapkan cara terintegrasi ini, biasanya dilakukan studi yang mendalam

tentang macam arthropoda dan rodentia yang akan diawasi yang umumnya

dibedakan menjadi empat macam, yakni :

a. Key pest, ialah arthropoda atau rodentia yang diduga menjadi penyebab utama

munculnya gangguan terhadap kesehatan, jadi yang sebenarnya harus diawasi.

b. Occasional pest, ialah arthropoda atau rodentia yang kadang-kadang terdapat di

tampat yang akan diawasi, dan diduga bukan penyebab utama timbulnya

penyakit.

115

Page 117: 4. Buku Praktikum

c. Potential pest, ialah golongan arthropoda atau rodentia lainnya yang ditemukan

di daerah yang akan diawasi dan diduga pada suatu saat mempunyai potensi

sebagai penyebab munculnya penyakit.

d. Migrant pest, ialah arthropoda atau rodentia yang berasal dari daerah lain, jadi

sebelumnya tidak ditemukan di daerah yang akan diawasi.

Dengan dilakukannya pembagian seperti di atas, maka cara pengawasan yang

dilakukan dapat lebih terarah. Dengan demikian tidak sampai membunuh arthropoda

atau rodentia yang tidak berbahaya atau yang sebenarnya dibutuhkan oleh manusia.

Pembagian seperti ini adalah mutlak jika cara integrasi akan dilakukan, karena jika

sampai arthropoda atau rodentia yang dibutuhkan manusia ikut terbunuh, maka apa

yang disebut pengawasan biologis yakni salah satu yang diintegrasikan tersebut pasti

tidak akan berlangsung.

Agar pengawasan terhadap arthropoda dan rodentia ini berjalan dengan baik dan

memberikan hasil yang diharapkan, maka dibanyak negara di dunia telah dikeluarkan

suatu peraturan khusus yang mengatur pelaksanaannya. WHO sendiri memberikan

perhatian yang cukup serius tentang peraturan tersebut. Oleh WHO telah dikeluarkan

suatu pedoman yang mengatur pemakaian pestisida dalam program kesehatan

masyarakat, yang menetapkan tidak saja pengawasan mutu dari produk yang

dipergunakan (quality control), tetapi juga tata cara penggunaannya di lapangan.

Untuk Indonesia, pengawasan arthropoda dan rodentia memang masih bersifat

sangat sederhana, karena dana dan tenaga yang tersedia belum memadai. Karena itu

harapan sebenarnya lebih banyak dipulangkan kepada usaha masyarakat sendiri.

Sayangnya harapan ini masih sulit terpenuhi karena pengertian masyarakat terhadap

masalah ini masih sangat kurang.

Pada saat ini di beberapa kota besar di Indonesia telah mulai dikenal adanya

perusahaan yang bergerak khusus dalam pest control. Ditanganinya pekerjaan ini oleh

mereka yang lebih profesional memang menggembirakan. Hanya saja dalam

pelaksanaannya masih diperlukan pengaturan yang lebih terarah, karena sebagai suatu

perusahaan mereka tentu lebih memperhitungkan keuntungan. Disinilah nantinya akan

muncul masalah, karena penyemprotan yang dilakukan tidak dengan dosis yang tepat

akan menimbulkan resistensi, suatu masalah yang tidak mudah dicarikan jalan

keluarnya kelak.

116

Page 118: 4. Buku Praktikum

Pengawasan Nyamuk

Nyamuk adalah serangga yang termasuk ordo diptera. Macamnya banyak dan

tersebar hampir merata di seluruh pelosok bumi kecuali di lautan, di kutub ataupun di

padang pasir yang amat kering. Diperkirakan tidak kurang dari 2.500 spesies ditemui di

permukaan bumi. Sekalipun tidak semua spesies mendatangkan penyakit bagi manusia,

namun diantara berbagai jenis serangga maka nyamuk adalah yang paling ditakuti.

Karena babarapa diantaranya dapat mendatangkan penyakit yang membahayakan

kehidupan seperti misalnya Anopheles yang mendatangkan penyakit malaria, Aedes

aegypti yang menimbulkan penyakit demam berdarah, Culex mansonia dan Anopheles

gambiae yang mendatangkan penyakit filariasis serta Culex tarsalis yang mendatangkan

penyakit encephalitis.

Sebagaimana telah diuraikan, maka untuk mendapatkan hasil pengawasan

nyamuk yang sempurna, diperlukan pengetahuan yang cukup tentang siklus kehidupan

nyamuk, etiologinya, sifat-sifat nyamuk, dan cara penularan penyakit yang ditimbulkan

oleh nyamuk. Tentang siklus kehidupan nyamuk telah diketahui bahwa nyamuk salah

satu jenis serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Nyamuk betina yang

dewasa meninggalkan telurnya di dalam atau di dekat air. Sekali bertelur menghasilkan

telur sekitar 50 sampai 200 buah, dan selama masa hidupnya dapat bertelur beberapa

kali. Tergantung dari jenis nyamuk, maka telurnya ada yang sendiri-sendiri mengapung-

apung di atas permukaan air (bentuk float), atau ada yang mengelompok satu dengan

lainnya, dan kelompok ini mengapung-apung di atas permukaan air (bentuk raft). Jika

keadaan tempat sesuai dengan kebutuhannya, maka masa telur ini antara 2 sampai 3

hari. Tetapi jika keadaan tempat bertelur tersebut dingin atau terlalu panas, maka telur

ini dapat dipertahankan lebih lama.

Telur yang telah matang akan menetas membentuk tempayak (larva), yang

tergantung dari jenis nyamuknya mempunyai bentuk serta sifat tersendiri. Pada

nyamuk Anopheles, larvanya rata dengan permukaan air, sedangkan pada nyamuk Culex

membuat sudut dengan permukaan air. Stadium larva ini berlangsung antara 4 sampai

10 hari. Banyak jenis larva dapat berenang aktif di dalam air. Mereka membutuhkan

bahan makanan disamping udara yang didapatnya dari permukaan air.

Bentuk kepompong (pupa) yang kemudian menyusul, berlangsung selama kira-

kira 2 hari. Pupa juga membutuhkan udara segar, tetapi tidak membutuhkan bahan

makanan. Selanjutnya setelah bentuk pupa dilalui, maka muncullah bentuk dewasa,

117

Page 119: 4. Buku Praktikum

yang sebelum pergi meninggalkan tempat “kelahiran” tersebut, mengering dahulu di

atas permukaan air, menunggu sayapnya kering.

Adapun sifat nyamuk dewasa berbeda-beda, karena semuanya tergantung dari jenis

nyamuk tersebut. Sifat umum yang dipunyai adalah :

1. nyamuk betina membutuhkan darah untuk pembentukan telur, sedangkan nyamuk

jantan tidak. Sebab itu nyamuk betina menggigit manusia atau hewan, sedangkan

nyamuk jantan lebih senang tetap tinggal di daerah dimana ia “dilahirkan”.

2. dengan sayap yang dimilikinya, maka nyamuk dapat terbang dari satu tempat ke

tempat lain. Hanya saja jarak yang dapat dicapainya biasanya tidak jauh, kecuali

Anopheles yang dapat terbang antara 1½ sampai 30 km.

3. dalam mencari mangsanya ia memilih waktu-waktu tertentu; ada yang menyenangi

malam hari, tetapi ada pula yang justru menggigit mangsanya pada siang hari.

Jika ditinjau dari tempat hidupnya, nyamuk dibedakan atas beberapa macam, yakni :

1. nyamuk yang senang hidup di air payau (salt marsh type)

2. nyamuk yang memilih tempat hidupnya berupa genangan air yang bersifat

sementara, dibedakan atas :

a. Temporary pool type, ialah nyamuk yang senang mengeram di genangan air yang

sifatnya sementara seperti bekas injakan kerbau, manusia, dan lain sebagainya.

b. Artificial container type, ialah nyamuk yang senang mengeram pada genangan air

yang terdapat dalam kaleng-kaleng bekas yang dibuang sembarangan oleh

manusia.

c. Treehole type, ialah nyamuk yang senang mengeram pada genangan air yang

bersifat sementara yang terdapat pada lubang-lubang pohon. Ditemukan

terutama pada daerah yang sering hujan.

d. Rock pool type, ialah sama halnya dengan treehole type, hanya saja disini yang

dipilih genangan air yang terdapat di lubang-lubang batu karang.

Jika ditinjau dari tempat persembunyiannya, maka nyamuk dapat pula dibedakan atas

dua jenis, yakni :

1. Natural resting stations type, ialah nyamuk yang memilih tempat bersembunyi dalam

lubang-lubang yang ditemui secara alamiah, misalnya pada pohon-pohon, batu

karang, dan lain sebagainya.

2. Artificial resting stations type, ialah nyamuk yang memilih tempat bersembunyi

dalam tempat-tempat yang berbentuk karena hasil pekerjaan manusia, baik yang

118

Page 120: 4. Buku Praktikum

sifatnya sengaja ataupun yang tidak sengaja (karena kecerobohan). Misalnya dalam

rumah, dalam kaleng kosong, dan lain sebagainya.

Dengan mengetahui berbagai sifat nyamuk di atas, maka akan dapat dipilih cara

pengawasan nyamuk yang tepat, artinya yang benar-benar efektif untuk membunuh

atau paling tidak menghindarkan nyamuk dari lingkungan kehidupan manusia. Hanya

saja sebelum usaha ini dilakukan, haruslah ada data yang lengkap terlebih dahulu

tentang segala hal yang menyangkut nyamuk tersebut terutama yang berhubungan

dengan daerah yang dipakai sebagai tempat berkembang biak, jenis dari nyamuk

tersebut, dan lain sebagainya. Karena itulah upaya pengawsan biasanya sering

didahului dengan suatu penelitian atau survey. Dalam melakukan survey nyamuk ada

dua prinsip dasar yang dikerjakan, yakni :

1. melakukan pemetaan daerah, yakni menentukan daerah-daerah yang dicurigai

menjadi tempat bersarangnya nyamuk, misalnya rawa-rawa, seluruh air yang

tergenang, dan lain sebagainya. Pemetaan ini dianggap pokok karena dengan

diketahuinya daerah tersebut dapat dilakukan pengawasan secara intensif, serta

hasil yang diperoleh akan lebih memuaskan. Terutama jika ditinjau dari sudut

ekonomi, karena tidak perlu mengawasi daerah yang terlalu luas.

2. melakukan kunjungan lapangan ke daerah yang dicurigai. Tujuan kunjungan

lapangan ini, kecuali untuk memastikan lokasi daerah yang dicurigai, juga untuk

mengidentifikasi jenis nyamuk apa yang terdapat di daerah tersebut. Pekerjaan

identifikasi ini dianggap penting, karena dengan demikian dapat diketahui apakah

nyamuk yang ditemukan berbahaya atau tidak. Tentu saja pengawasan selanjutnya

hanya ditujukan kepada jenis nyamuk yang berbahaya saja; dengan demikian

penghematan dana dapat pula dilakukan.

3. identifikasi nyamuk ini biasanya dilakukan dengan mengambil contoh air dari

tempat yang diduga sarang nyamuk. Dalam mengambil contoh air ini, dipergunakan

tangguk bertangkai panjang yang dipasang dengan jaring halus. Pengambilan contoh

air harus dilakukan dengan gerakan yang cepat, karena larva nyamuk peka sekali

terhadap gangguan dan segera akan menyelam sehingga tidak dapat diambil. Dari

bentuk larva, pupa serta ciri-ciri yang ditemukan pada nyamuk dapat dibedakan

jenis nyamuk tersebut. Misalnya larva Anopheles mengapung datar di permukaan

air, sedangkan Culex mengapung dengan membentuk sudut dengan permukaan air.

Membedakan nyamuk dapat pula dilakukan dengan melihat sifat-sifat nyamuk

119

Page 121: 4. Buku Praktikum

dewasa, misalnya dari bentuk sayap atau posisi tubuh ketika menggigit mangsanya.

Nyamuk Anopheles berbintik-bintik pada sayap serta posisinya menungging ketika

menggigit mangsanya, sedangkan jenis Culex sayapnya umumnya polos, serta posisi

ketika menggigit sejajar dengan permukaan kulit.

Setelah diketahui jenis nyamuk yang harus diawasi, pekerjaan dilakukan dengan

pengawasan itu sendiri. Secara umum dapat dibedakan atas dua macam, yakni :

1. Pengawasan yang ditujukan pada bentuk muda dari nyamuk (stadium telur, larva,

dan pupa). Ada beberapa cara pengawasan yang dilakukan pada bentuk muda dari

nyamuk ini, yang dibedakan atas :

a. secara fisik atau mekanis, misalnya dengan mengeringkan rawa-rawa,

menimbun air yang tergenang, membuat air selokan mengalir dengan lancer.

b. secara kimia, yakni menyiram permukaan air dengan zat kimia tertentu

(minyak), dengan demikian larva dan pupa tidak dapat mengambil udara segar

yang dibutuhkannya.

c. secara biologis misalnya memelihara beberapa jenis ikan di rawa-rawa, yang

memakan telur, larva, serta pupa nyamuk.

d. secara kultural, misalnya mengubah sikap masyarakat yang tidak baik dan

merugikan kesehatan lingkungan.

2. Pengawasan yang ditujukan pada nyamuk dewasa

Sama halnya dengan pengawasan nyamuk pada usia muda, maka disini cara

pengawasan yang dapat dilakukan dibedakan pula atas beberapa macam, yakni :

a. secara fisik atau mekanis, yakni dengan memasang kawat kassa,

mempergunakan kelambu, atau memukul nyamuk dengan alat pemukul.

b. secara kimia, yakni mempergunakan berbagai macam insektisida dengan sifat-

sifatnya yang ada untuk mematikan nyamuk, mengatur pertumbuhan, membuat

steril, menarik perhatian nyamuk ataupun mengusirnya. Zat kimia yang dipakai

untuk insektisida banyak macamnya, satu dengan lainnya mempunyai kebaikan

ataupun kerugian-kerugian.

c. secara biologis, misalnya dengan membiarkan hidup binatang seperti cecak di

rumah yang akan menangkap nyamuk sebagai mangsanya. Binatang lain yang

merupakan musuh nyamuk, dan karena itu dapat dimanfaatkan sebagai salah

satu cara pengawasan biologis ialah kelelawar, berbagai jenis reptil, serta

unggas.

120

Page 122: 4. Buku Praktikum

d. secara kultural, yakni dengan mengubah kebiasaan manusia yang buruk yang

dipandang menguntungkan kehidupan nyamuk. Misalnya mengeringkan rawa-

rawa, memotong dedaunan yang terlalu lebat, tidak membuang kaleng-kaleng

bekas sembarangan, membuat saluran air yang memenuhi syarat kesehatan, dan

lain sebagainya.

Tentunya cara terbaik yang dilakukan dalam pengawasan nyamuk ini ialah jika

dapat ditujukan terutama ketika nyamuk masih berada dalam stadium muda. Karena

dengan dapat dibunuhnya nyamuk dalam stadium muda ini, dapat dicegah bertambah

banyaknya nyamuk yang mungkin sempat dihasilkan oleh nyamuk betina dewasa. Lebih

dari itu, nyamuk pada stadium muda dipandang lebih menguntungkan kesehatan

manusia. Sarang nyamuk tersebut umumnya tidak berada dalam lingkungan daerah

tempat tinggal, sehingga jika digunakan zat kimia pada sarang tersebut tidak akan

menimbulkan problem keracunan pada manusia. Tidak demikian halnya jika nyamuk

telah dewasa, sebab penggunaan zat insektisida di daerah perumahan, memberikan

kemungkinan yang besar ikut teracuninya manusia, misalnya melalui residu insektisida

yang menempel pada bahan makanan, sebagaimana banyak ditemui di negara-negara

yang sudah berkembang.

Masalah Makanan

Makanan diperlukan untuk kehidupan, karena dari makanan didapatkan energi

(tenaga) yang diperlukan untuk melangsungkan berbagai faal tubuh. Ilmu kedokteran

atau kesehatan telah lama mengetahui bahwa antara makanan dan kesehatan terdapat

hubungan yang erat. Seseorang yang memakan makanan yang tidak mengandung cukup

gizi mudah terserang penyakit kekuarangan gizi. Selanjutnya telah diketahui pula

bahwa bagi orang-orang tertentu ada jenis makanan yang tidak dapat dikonsumsinya,

karena penyakit tersebut akan menyebabkan alergi. Selanjutnya ilmu kedokteran atau

kesehatn memperhaikan pula cara mengelola bahan makanan, karena jika cara

mengelola tersebut salah, misalnya dimasak berlebihan, akan rusaklah beberapa zat

yang terdapat dalam bahan makanan.

Kesemua hal yang menyangkut makanan ini, memang menjadi perhatian ilmu

kedokteran dan kesehatan. Namun jika ditinjau dari ilmu kesehatan lingkungan,

ternyata tidak termasuk bidang perhatiannya. Dari sudut ilmu kesehatan lingkungan

perhatian terutama ditujukan pada higiene dan sanitasi makanan tersebut, yakni

121

Page 123: 4. Buku Praktikum

bagaimana mengusahakan agar makanan tidak sampai tercemar atau tidak

mengandung zat-zat yang dapat membahayakan kehidupan.

Demikianlah dalam membicarakan tentang higiene dan sanitasi makanan (food

sanitation), maka permasalahan yang menyangkut nilai gizi kurang diperhatikan,

demikian pula halnya yang menyangkut komposisi bahan makanan yang sesuai dengan

kebutuhan tubuh. Pembicaraan dalam sanitasi makanan lebih ditekankan pada upaya

membebaskan makanan dari zat-zat yang membahayakan kehidupan, atau mencegah

agar bahan makanan yang mengandung zat-zat yang membahayakan kehidupan tidak

sampai dikonsumsi.

Penyebab

Secara umum jika membicarakan apa yang menyebabkan makanan menjadi

berbahaya bagi kehidupan, maka penyebab tersebut dapat dibedakan menjadi dua

macam, yakni :

1. Makanan tersebut dicemari oleh zat-zat yang membahayakan kehidupan. Jadi

dalam kategori ini, makanan tersebut semula tidak mengandung zat-zat yang

membahayakan tubuh. Tetapi karena satu dan lain hal, akhirnya mengandung

zat yang membahayakan kesehatan.

2. Dalam makanan itu sendiri telah terdapat zat-zat yang membahayakan

kesehatan; karena itu makanan tersebut sebenarnya tidak boleh dimakan.

Namun karena tidak tahu atau karena lalai, atau karena dalam keadaan darurat,

makanan yang mengandung zat yang membahayakan kesehatan ini dikonsumsi

oleh seseorang.

Berbagai hal yang dapat menjadi penyebab (baik yang berasal dari luar

ataupun yang berasal dari makanan itu sendiri), jika ditinjau dari sanitasi makanan,

dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yakni :

1. Golongan parasit

Golongan parasit yang mencemari makanan ialah amoeba dan berbagai jenis

cacing. Amoeba dapat menimbulkan penyakit disentri amoeba, sedangkan cacing

dapat menimbulkan penyakit cacingan. Dalam kehidupan sehari-hari sering

ditemukan penyakit cacing yang disebabkan karena memakan daging atau ikan

yang mengandung telur cacing atau cacing, yang kurang atau tidak dimasak

sebelumnya. Penyakit cacing yang sering ditemukan ialah yang disebabkan oleh

Taenia saginata, Taenia solium, Trichinosis, dan Diphyllobotrium.

122

Page 124: 4. Buku Praktikum

2. Golongan mikroorganisme

Berbagai jenis bakteri yang dapat menimbulkan penyakit melalui makanan ialah

Shigella yang menimbulkan penyakit disentri basiler, Salmonella yang

menimbulkan penyakit tifoid, paratifoid, dan bentuk-bentuk lainnya,

Streptococcus menimbulkan penyakit scarlet fever atau septic sore throat, serta

berbagai macam virus yang menimbulkan penyakit seperti hepatitis, dan lain

sebagainya.

3. Golongan kimia

Pencemaran makanan karena zat kimia, biasanya terjadi karena kecelakaan,

misalnya meletakkan insektisida berdekatan dengan bumbu dapur. Pembungkus

makanan yang terbuat dari logam dapat menyebabkan keracunan makanan

karena zat kimia dalam logam itu. Adapun zat kimia yang sering mencemari

makanan ialah antimoni, arsen, cadmium, tembaga, sianida, fluor, timah hitam,

dan seng.

4. Golongan fisik

Pencemaran makanan yang disebabkan golongan fisik misalnya bahan radioaktif.

5. Golongan racun (toxin)

Adanya racun dalam makanan dapat dibedakan atas dua macam, yakni :

a. yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang hidup atau berada dalam

makanan tersebut. Jadi disini yang mendatangkan penyakit bukan

mikroorganismenya, tetapi toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme

tersebut. Misalnya toksin yang dihasilkan oleh Botulisme, Staphylococcus, dan

Clostridium welchii.

b. Bahan makanan itu sendiri telah mengandung racun, yang karena tidak tahu,

lalai, atau dalam keadaan darurat, terpaksa dimakan. Contoh tumbuh-

tumbuhan yang mengandung racun ialah kacang castor, Ergotism, cendawan,

rhubarb (sejenis bayam), solanine (sejenis kentang). Contoh hewan ialah

kerang-kerangan.

Cara Mengelola Bahan Makanan

Tujuan mengelola bahan makanan ialah agar tercipta makanan yang memenuhi

syarat kesehatan, mempunyai citarasa yang “sesuai”, serta mempunyai bentuk yang

merangsang selera makan. Jika tujuan kesehatan yang dibicarakan, khususnya yang ada

123

Page 125: 4. Buku Praktikum

hubungannya dengan kesehatan lingkungan, maka dalam mengelola bahan makanan ini

ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, ialah :

a. masaklah bahan makanan tersebut dengan cukup, sehingga mikroorganisme atau

parasit yang terdapat didalamnya dan merugikan kesehatan musnah, tetapi dalam

memanaskan bahan makanan ini harus dijaga tidak sampai berlebihan karena

mungkin ada zat makanan yang bisa rusak. Telah diketahui adanya hubungan antara

suhu, kuman yang terdapat dalam bahan makanan, dengan waktu memanaskan

yang diperlukan untuk membunuh kuman. Hubungan ini disebut “time-temperature

relationship”. Suhu yang dipakai ialah panas, sedangkan waktu yang dibutuhkan

untuk membunuh kuman tersebut tergantung dari suhu optimum yang dimiliki oleh

masing-masing mikroorganisme yang memang berbeda-beda. Berdasarkan derajat

suhu optimum dalam pertumbuhannya, maka mikroorganisme dibedakan menjadi :

thermophylic (suhu optimum 450-600C), mesophylic (200-450C), dan psychrophylic

(tumbuh cepat dibawah 00C atau lebih rendah dan beberapa jenis mikroorganisme

juga tumbuh dengan baik pada 00-200C).

Jika suhu dinaikkan, maka makin cepat mikroorganisme dimatikan, jadi makin

pendek waktu yang diperlukan. Daya tahan mikroorganisme terhadap suhu panas

dinyatakan dalam jangka waktu kematian terhadap termis (thermal death time)

yaitu jangka waktu yang diperlukan untuk mematikan sejumlah mikroorganisme

tertentu (dalam semua bentuk tingkat kehidupannya) yang berada dalam keadaan

tertentu dengan derajat suhu tertentu pula. Kematian karena termis (thermal death)

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni :

1) konsentrasi mikroorganisme; makin tinggi jumlahnya per ml, makin lama waktu

yang dibutuhkan untuk mematikannya;

2) riwayat hidup mikroorganisme sebelumnya, yang menyangkut suhu ketika

pembiakan, umurnya, fase pertumbuhan, serta komposisi substrat dimana

mikroorganisme tersebut tumbuh, yang ditentukan oleh kandungan air, pH, dan

zat-zat lain.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bigelow dan Esty terhadap 115.000 spora

dari flat sour bacteria per ml corn juice dengan pH 6,1 mendapatkan hubungan

antara suhu dan waktu yang dibutuhkan untuk mematikan spora tersebut sebagai

berikut :

124

Page 126: 4. Buku Praktikum

Suhu (dalam 0C) Waktu membunuh semua spora (dalam

detik)

100 1.200

105 600

110 190

115 70

120 19

125 7

130 3

135 1

Untuk tiap macam mikroorganisme, waktu dan suhu yang dibutuhkan berbeda-

beda. Demikianlah hasil dari berbagai percobaan memberikan angka sebagai berikut

:

Nama bakteri Suhu (C0) Waktu (detik)

Gonococcus 2-3 50

Salmonella thyphosa 4,3 60

Staphylococcus aureus 18,8 60

Eschericia coli 20-30 57,3

Streptococcus

thermophillus

15 70-75

Lactobacillus bulgaricus 30 71

Pengetahuan tentang adanya hubungan suhu dan waktu yang dibutuhkan untuk

membunuh semua jenis mikroorganisme ini, banyak dimanfaatkan dalam sanitasi

makanan, misalnya dalam proses pasteurisasi. Tergantung dari cara melakukannya,

aka pasteurisasi dibedakan menjadi dua macam yakni:

- dengan suhu tinggi waktu pendek (high temperaturere short time), misalnya

pada susu yang dilakukan dengan suhu 71,70 C selama 16 detik;

- dengan suhu rendah waktu panjang (low temperature long time) misalnya pada

susu yang dilakukan dengan suhu 62,80C selama 30 menit

125

Page 127: 4. Buku Praktikum

b. Pada waktu pengelolaan makan tersebut, buanglah bagian dari bahan makanan yang

mengandung zat yang membahayakan tubuh atau telah tidak bermanfaat lagi,

sebaliknya bagian yang mengandung zat yang dibutuhkan tubuh tidak boleh sampai

terbuang.

c. Olahlah bahan makanan tersebut dengan mempergunakan alat yang selalu

terpelihara kebersihannya, demikian pula kebersihan orang yang akan mengelola

bahan makanan, harus pula dijaga.

d. Hindarkan mengelola bahan makanan yang mengandung racun, atau berdekatan

dengan zat racun.

Pengawasan higiene dan sanitasi makanan di Indonesia dilaksanakan dalam rangka:

1. melaksanakan pendidikan kesehatan

2. pengamatan dan pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan makanan

3. pemeriksaan perusahaan-perusahaan makanan

Tanggung jawab pemeriksaan perusahaan dilimpahkan kepada Puskesmas yang

harus melakukan pemeriksaan sekurang-kurangnya sekali dalam 6 bulan.

Pemeriksaan dilakukan dengan mempergunakan formulir yang telah disediakan.

Dalam formulir tersebut terdapat 4 hal yang harus diperiksa, terdiri dari

pemeriksaan terhadap:

a. kebersihan umum dan fasilitas;

b. tempat pengelolaan makanan dan minuman

c. kamar kecil dan tempat suci

d. karyawan

Pada pemeriksaan kebersihan umum dan fasilitas, hal-hal yang harus diperhatikan

meliputi;

a. keadaan dinding, langit-langit, lantai dan ruangan

b. sistem penghawaan

c. perlindungan terhadap lalat, tikus, dan lain-lain serangga

d. sumber persediaan air

e. pembuangan kotoran dan air selokan

Pada pemeriksaan tempat pengelolaan makanan dan minuman, hal-hal yang harus

diperhatikan meliputi:

a. fasilitas pencucuian

b. cara-cara mendesinfeksi;

126

Page 128: 4. Buku Praktikum

c. pengawasan mutu

d. pembuangan kotoran cair

e. pengumpulan dan pembuangan sampah

f. penyimpanan bahan mentah

g. penyimpanan makanan jadi

h. perlindungan terhadap debu, uap, dan gas

Pada pemeriksaan kamar kecil dan tempat cuci, hal-hal yang harus diperhatikan

meliputi:

a. tempat buang air besar dan buang air kecil

b. tempat mencuci dan mandi yang harus dilengkapi dengan sabun

c. prasarana sanitasi

Sedangkan pada pemeriksaan karyawan, hal-hal yang harus diperhatikan meliputi:

a. surat keterangan kesehatan yang masih berlaku

b. kebersihan dan kerapian umum

c. kebiasaan menangani makanan / minuman

d. kesehatan mereka pada waktu pemeriksaan

Jika terdapat hal-hal yang mencurigakan, maka Puskesmas harus membuat

laporan tertulis kepada kantor kesehatan tingkat Kabupaten (Dinkes), jika perlu

disertai contoh makanan dan minuman, guna dilakukan pemeriksaan laboratorium.

Suatu perusahaan makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dapat

diusulkan pencabutan ijin usahanya.

C. Alat dan Bahan

1) Alat tulis

2) Kuesioner

3) Referensi Kesehatan Lingkungan Agroindustri

D. Tugas

1) Tetapkan pemimpin kelompok sebelum memulai survey

2) Pemimpin kelompok membagikan tugas dalam kelompok

3) Dalam setiap kelompok, menentukan tempat yang akan menjadi target

survey kesehatan lingkungan.

4) Mintalah persetujuan kepada pembimbing praktikum

127

Page 129: 4. Buku Praktikum

5) Diskusikan kasus tersebut dalam kelompok menggunakan berbagai

indikator kesehatan lingkungan

6) Catatlah dengan baik hasil diskusi kelompok

7) Konsultasikan dengan pembimbing bila menemukan kesulitan

8) Laporkan hasil diskusi kelompok dengan sistematika sebagai berikut

a) Judul

b) Pendahuluan

c) Ringkasan kasus

d) Hasil telaah kasus

e) Kesimpulan dan Saran

f) Kepustakaan

g) Lampiran (dokumentasi)

E. Referensi

1. Azwar, A. (1979). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC2. Mukono. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga

University Press.3. Slamet, Juli Soemirat. 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.4. Widyastuti, Palupi. 2000. Bahaya Bahan kimia pada Kesehatan Manusia dan

Lingkungan. Jakarta: EGC. 5. Frederick, Gunther. 2000. Environmental Epidemiology. New York: Lewis

Publisher.6. Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu perilaku. Jakarta: EGC Penerbit Buku

Kedokteran

128

Page 130: 4. Buku Praktikum

PRAKTIKUM 10

VISITASI KOMUNITAS: PENGENALAN KESEHATAN KERJA AGROINDUSTRI

Judul Blok : Blok 1 Humaniora dan Masalah Kesehatan

Kode Blok : PDU 1758

SKS : 1 SKS

Metode Belajar : Praktikum

Waktu Pertemuan : 1 x 180 menit

Pertemuan ke : 10 (Kesehatan Kerja Agroindustri)

Laboratorium : Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat

A. Tujuan Belajar :

1)Mahasiswa memiliki kemampuan menguraikan ruang lingkup kesehatan kerja

pada area agroindustri

2)Mahasiswa memiliki kemampuan untuk melakukan survey terhadap masalah

kesehatan kerja di area agroindustri

3)Mahasiswa mampu memberikan saran yang strategis dalam rangka

meningkatkan kesehatan kerja di area agroindustri

4)Mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengurai berbagai perbedaan

lingkungan social agroindustri dan lingkungan urban dalam kesehatan kerja

5)Mahasiswa memiliki kemampuan mengambil keputusan yang tepat

B. Pengantar

Pada daerah agraris, ada banyak penyakit yang terjadi. Penyakit-penyakit ini

merupakan penyakit yang dicetuskan oleh keadaan-keadaan tertentu pada daerah

agraris.

Tabakosis adalah nama penyakit sebagai akibat pengaruh debu tembakau. Debu

tersebut dihirup oleh pekerja-pekerja, ketika daun tembakau dikeringkan. Terutama

daun tembakau yang telah disimpan lama dan lapuk menghasilkan banyak debu.

Gangguan kesehatan pada tabakosis mungkin disebabkan jamur yang tumbuh di daun

tembakau, tapi mungkin pula sebagai akibat nikotin yang dikandungnya. Pengalaman

129

Page 131: 4. Buku Praktikum

menunjukkan, bahwa menghirup udara yang mengandung debu tembakau yang cukup

banyak memudahkan terjadinya radang paru-paru. Sampai saat ini tidaklah banyak

tentang tabakosis dikemukakan dalam kepustakaan, maka dari itu persoalan penyakit

tersebut belum begitu jalas betul. Namun sebagai pegangan sebaiknya segala kelainan

paru-paru pada pekerja-pekerja yang mengolah daun tembakau diobeti seperlunya

antara lain dengan antibiotika dan memindahkannya ke tempat kerja yang kurang atau

tidak berdebu.

Byssinosis selain terdapat di perusahaan pemintalan dan pertenunan ternyata

menghinggapi pula pekerja-pekerja di perkebunan kapas, yang memisahkan biji kapas

dari serat-seratnya. Kadang-kadang pada pekerja yang disebut ”ginning” tersebut

prevalensi sakit oleh debu kapas juga tinggi. Tapi pada umumnya para ahli sependapat

bahwa bahaya penyakit byssinosis pada ginning tidak begitu berbahaya mengingat sifat

pekerjaan yang biasanya sementara, musiman, dikerjakan di tempat kerja terbuka di

luar rumah, dan udara pada pekerjaan demikian relatif tidak berdebu. Di negara

Mesirlah mula-mula dilaporkan tentang adanya byssinosis pada pekerjaan-pekerjaan

ginning.

Bagassosis adalah penyakit paru-paru oleh karena bagasse yaitu ampas tebu

sesudah tebu diperas diambil gulanya. Bagasse yang lama disimpan, kering, rapuh, dan

berjamur yang menyebabkan penyakit tersebut. Tanda-tandanya adalah penyakit

radang alat pernafasan akut, sebabnya diduga jamur yang tumbuh pada bagasse. Gejala-

gejala seperti eneg, muntah, demam tinggi, menggigil, batuk, sianosis, dan lain-lain

terlihat pada bagassosis. Pengobatan ditujukan kepada radang paru-paru dan penderita

diberi istirahat secukupnya. Pencegahan dilakukan dengan usaha-usaha agar bagasse

tidak menimbulkan debu di udara misalnya dibasahi dan diusahakan jangan sampai

terlalu lama disimpan sebelum dipakai atau dibuang.

Penyakit radang alat pernafasan akut juga terjadi pada pekerja-pekerja yang

membuat kasur dari bahan-bahan kapas yang jelek atau kualitas rendah. Radang ini

disebabkan oleh Aerobacter cloacae yang hidup di kapas lembab pada musim

penghujan. Bakteri tersebut biasa terdapat banyak di tanah, mungkin berasal dari

kotoran manusia atau hewan. Terapi adalah dengan antibiotika.

Asma terdapat pada pekerja-pekerja yang mengerjakan biji-bijian atau hasil

lainnya. ”Grain asthma” adalah penyakit asma terhadap butir-butir beras dan gandum.

”Tamarind asthma” adalah akibat alergi alat pernafasan kepada buah tamarind. Asma

130

Page 132: 4. Buku Praktikum

juga terjadi terhadap bahan-bahan halus, seperti tepung, misalnya ”fluor asthma”, yang

disebabkan alergi kepada kutu-kutu tepung atau kepada tepungnya sendiri. Umum

diketahui bahwa banyak peristiwa asma disebabkan oleh karena kepekaan kepada

tepung sari dari berbagai pohon-pohonan yang dibawa angin dan dihirup penderita.

Tanda-tanda asma adalah sesak nafas, terutama sulit pada waktu mengeluarkan nafas.

Terdengar khusus suara-suara pernafasan yang tanpa stetoskop pun bisa terdengar.

Pengobatan adalah dengan obat-obat bronkodilator atau steroid lokal, tetapi yang

terpenting adalah memindahkan pekerja dari pekerjaan yang menyebabkan ia

menghirup alergennya.

Jamur seperti Sporotrichosis hidup di rumpun pepohonan, sehingga pekerja yang

bersentuhan atau luka oleh duri rumpun tersebut mungkin dihinggapi penyakit

tersebut. Dermatosis oleh karena jamur adalah khas sifatnya menahun, ditengah

menyembuh sedangkan dipinggir justru proses aktif, disertai perasaan-perasaan gatal

dan panas. Obatnya baik dalam ataupun luar adalah antijamur. Jamur selain itu sering

tumbuh pada bahan-bahan organik yang membusuk, apabila bahan-bahan tersebut

diangkat atau diangkut, debu yang mengandung jamur terhirup oleh pekerja-pekerja

dan mengakibatkan penyakit jamur pada paru-paru seperti misalnya pernah dilaporkan

tentang peristiwa Aspergillosis paru-paru pekerja yang mengolah gandum. Dalam hal

terakhir ini, masker sangat membantu usaha pencegahan.

Kecelakaan akibat kerja terjadi pada pengambilan hasil-hasil dari pohon tinggi,

seperti pemetikan pala, kelapa, kenari, dan lain-lain. Terutama harus mendapatkan

cukup perhatian ialah kecelakaan-kecelakaan pada pengambilan kayu dari penebangan

hingga pengangkutannya di kehutanan. Cara penebangan harus disertai usaha-usaha

pencegahan kecelakaan. Penimbunan kayu harus dilaksanakan memenuhi cara-cara

yang benar, demikian pula pengangkutannya. Sedangkan pekerja-pekerja diwajibkan

memakai pakaian-pakaian pelindung yang cukup, antara lain topi keselamatan, sepatu

bot, baju kerja, dan lain-lain. Perkakas-perkakas kerja harus aman juga.

Seperti halnya di pertambangan, Ancylostomiasis merupakan penyakit yang sering

dialami pekerja-pekerja pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Untuk itu harus

diusahakan higiene lingkungan dan perorangan yang baik.

Pekerjaan-pekerjaan di pertanian, perkebunan, dan kehutanan di beberapa daerah

menghadapi bahaya-bahaya gigitan kalajengking atau ular. Racun-racun dari hewan

berbisa ini dapat digolongkan menjadi dua :

131

Page 133: 4. Buku Praktikum

1. Hemotoksik, yang meracuni darah dengan menghancurkan butir darah merah

dan pembuluh darah;

2. Neurotoksik, yang merusak saraf

3. Bila terjadi gigitan ular atau kalajengking biasanya susah dibedakan oleh jenis

ular atau kalajengking apa, kecuali jika hewannya tertangkap. Umumnya harus

segera diusahakan agar racun tidak menjalar ke seluruh tubuh dengan mengikat

bagian atas tubuh yang luka, mengeluarkan darah dari luka dengan

melebarkannya memakai pisau bersih atau steril. Ikatan paling lama 30 menit

dan selalu dibuka untuk jangka waktu itu selama 1 menit, bila tidak jaringan

bagian bawah ikatan akan rusak oleh karena terganggu peredaran darahnya. Di

kota-kota besar atau di klinik-klinik khusus sering tersedia antivenom, ialah

bahan untuk menetralisir bisa hewan tersebut. Pakaian pelindung sangat

berguna untuk pencegahan antara lain celana panjang dan sepatu bot.

Kecelakaan Akibat Jenis Pekerjaan

Jenis-jenis pekerjaan mempunyai peranan besar dalam menentukan jumlah dan

macam kecelakaan. Kecelakaan-kecelakaan di perusahaan berlainan dengan

kecelakaan-kecelakaan di perkebunan, kehutanan, pertambangan atau perkapalan.

Demikian pula jumlah dan macam kecelakaan di berbagai kesatuan operasi dalam suatu

proses. Demikian juga pada berbagai pekerjaan yang tergolong kapada suatu kesatuan

operasi. Kecelakaan-kecelakaan di pertambangan merupakan akibat-akibat ledakan,

rubuh dinding dan atap tambang, jatuh ketika menaiki atau menuruni tangga, selipnya

lori, dan lain-lain. Kecelakaan-kecelakaan dalam hubungan industri maritim misalnya

tenggelam, ditelan ikan, luka oleh barang-barang atau binatang-binatang laut berbisa,

dan lain-lain. Kecelakaan di perkebunan atau kehutanan antara lain kejatuhan kayu,

jatuh, luka-luka oleh perkakas tangan, dan lain-lain. Kecelakaan di dek kapal selain

kecelakaan-kecelakaan biasa, juga bahaya jatuh ke laut atau tenggelam. Kecelakaan

yang berhubungan dengan pembangunan rumah-rumah ialah jatuh, kejatuhan bahan

bangunan, luka-luka oleh perkakas, dan lain-lain. Selain itu pada penggunaan perkakas,

karena tangan yang terutama digunakan, umumnya luka-luka terjadi di tangan. Mesin-

mesin yang berputar dapat mengadakan tarikan-tarikan sehingga baju yang longgar

atau rambut yang terurai ditarik oleh bagian-bagian yang bergerak tersebut dan

berbahaya, misalnya menyebabkan lepasnya kulit kepala atau bahkan kematian. ”Punch

132

Page 134: 4. Buku Praktikum

machine” yaitu suatu mesin yang membuat lubang dan lain-lain tidak jarang

menyebabkan putusnya tangan. Atau gergaji listrik untuk pemotongan kayu atau

lempeng aluminium sering pula menyebabkan kecelakaan besar pada tangan. Pekerjaan

yang berhubungan dengan arus listrik terutama bervoltase tinggi kadang-kadang

mendatangkan bahaya terutama bagi mereka yang tidak tahu seluk beluk listrik. Kawat-

kawat listrik harus tertutup oleh isolasinya, bila tidak akan menimbulkan hubungan

pendek, kebakaran, dan berbahaya bagi para pekerja. Arus listrik bertekanan tinggi

hanya boleh diperiksa oleh ahlinya. Lemari sakelar juga hanya boleh dimasuki oleh

ahlinya dan selalu tertutup dan terkunci. Perbaikan-perbaikan arus listrik hanya

dikerjakan apabila arusnya dimatikan. Kecelakaan oleh arus listrik umumnya sangat

tergantung dari lintasan arus dalam tubuh; umumnya arus yang melalui jantung sangat

berbahaya. Memberikan pertolongan kepada korban hanya dilakukan dengan

menggunakan isolator atau sesudah arus dimatikan. Untuk beberapa perusahaan, petir

dapat menimbulkan kebakaran, hal ini terjadi misalnya pada perusahaan tekstil.

Industri-industri kimia yang menggunakan bahan-bahan terbakar menghadapi bahaya

kebakaran. Untuk perusahaan apapun sebaiknya tersedia alat-alat pemadam kebakaran

terutama untuk menyelamatkan dari bahaya api. Jarak pemadam kebakaran harus

dekat, karena dalam peristiwa kebakaran, manusia dan api seolah berlomba-lomba.

Sebagai jalan keluar, untuk tujuan penyelamatan harus ada pintu-pintu darurat yang

cukup banyaknya dan tetap penempatannya.

Alat-alat Pelindung Diri

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat,

peralatan dan lingkungan kerja sangat perlu diutamakan. Namun kadang-kadang

keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan alat-

alat pelindung diri (personal protective devices) dengan syarat-syarat sebagai berikut :

1. Enak dipakai;

2. Tidak mengganggu kerja; dan

3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.

Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya-bahaya

kecelakaan. Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya

berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau punggung, tidak berdasi dan

tidak ada lipatan-lipatan yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya

133

Page 135: 4. Buku Praktikum

memakai celana panjang, jala rambut, baju yang pas, dan tidak memakai perhiasan-

perhiasan. Pakaian kerja sintetis hanya baik terhadap bahan-bahan kimia korosif, tetapi

justru berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahan-bahan dapat meledak oleh aliran

listrik statis.

Alat-alat proteksi diri beraneka ragam macamnya. Jika digolong-golongkan

menurut bagian-bagian tubuh yang dilindunginya, maka jenis alat-alat proteksi diri

dapat dilihat pada daftar sebagai berikut :

1. Kepala : pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai

2. Mata : kacamata dari berbagai gelas

3. Muka : perisai muka

4. Tangan dan jari-jari : sarung tangan

5. Kaki : sepatu

6. Alat pernafasan : respirator/masker khusus

7. Telinga : sumbat telinga, tutup telinga

8. Tubuh : pakaian kerja dari berbagai bahan

Untuk memilih alat-alat pelindung diri menurut keperluannya, dapat dilihat pada daftar

berikut :

ALAT-ALAT PELINDUNG DIRI MENURUT KEPERLUANNYA

Faktor Bahaya Bagian Tubuh yang Perlu Dilindungi Alat-alat Proteksi Diri

Benda berat atau

kekerasan

Kepala, betis, tungkai

Pergelangan kaki, kaki dan jari kaki

Topi logam atau plastik, lapisan

pelindung (deckker) dari kain,

kulit, logam, dsb

Sepatu steelbox toe

Benda sedang

tidak terlalu

berat

Kepala Topi aluminium atau plastik

Benda-benda

besar

beterbangan

Kepala

Mata

Muka

Jari, tangan, lengan

Topi plastik atau logam

Goggles (kacamata yang

menutupi seluruh samping

mata), kacamata yang

134

Page 136: 4. Buku Praktikum

Tubuh

Betis, tungkai, mata kaki

sampingnya tertutup

Tameng plastik

Sarung tangan kulit berlengan

panjang

Jaket atau jas kulit

Pelindung dari kulit, berlapis

logam, dan tahan api

Benda-benda

kecil

beterbangan

Kepala

Mata

TubuhLengan, tangan, jari

Tungkai kaki

Topi, kap khusus

Kacamata

Jaket kulit atau zeildoek

Sarung tangan, pakaian

berlengan panjang

Pelindung-pelindung betis,

tungkai, dan mata kaki

Debu

Mata

Muka

Alat pernafasan

Goggles, kacamata sisi kanan

kiri tertutup

Penutup muka dari plastik

Respirator/masker khusus

Percikan api

atau logam

Kepala

Mata

Muka

Jari, tangan, lengan

Betis, tungkai

Matakaki, kaki

Tubuh

Topi plastik berlapis asbes

Goggles, kacamata

Penutup muka dari plastik

Sarung tangan asbes berlengan

panjang

Pelindung dari asbes

Sepatu kulit

Jaket asbes atau kulit

Gas, asap, atau

fumes

Mata

Muka

Alat pernafasan

Tubuh

Jari, tangan, lengan

Betis, tungkai

Matakaki, kaki

Goggles

Penutup muka khusus

Membahayakan jiwa secara

langsung : gas masker khusus

dengan filter, Tidak

membahayakan jiwa secara

langsung : gas masker

135

Page 137: 4. Buku Praktikum

bermacam-macam

Pakaian karet, plastik, atau

bahan lain yang tahan kimiawi

Sarung tangan plastik, karet,

berlengan panjang dan anggota-

anggota badan itu diolesi

dengan barrier cream

Pelindung dari plastik atau

karet

Sepatu yang konduktif (yang

menyalurkan aliran listrik)

karena mungkin sekali gas itu

eksplosif

Cairan dan

bahan-bahan

kimiawi

Kepala

Mata

Muka

Alat pernafasan

Jari, tangan, lengan

Tubuh

Betis, tungkai

Matakaki, kaki

Topi plastik/karet

Goggles

Penutup dari plastik

Respirator khusus tahan

kimiawi

Sarung plastik/karet

Pakaian plastik/karet

Pelindung khusus dari

plastik/karet

Sepatu karet, plastik, atau kayu

Panas

Kepala

Lain-lain bagian

Kaki

Mata

Topi asbes

Sarung, pakaian, pelindung dari

asbes atau bahan lain yang

tahan panas/api

Sepatu dengan zool kayu atau

bahan lain tahan panas

Goggles dengan lensa tahan

sinar infrared

Basah dan air Kepala

Tangan, lengan, jari

Topi plastik

Sarung tangan plastik, karet

136

Page 138: 4. Buku Praktikum

Tubuh

Kaki, tungkai

berlengan panjang

Pakaian khusus

Sepatu bot karet

Terpeleset, jatuh Kaki Sepatu anti slip, kayu (gabus)

Terpotong,

tergosok

Kepala

Jari, tangan, lengan

Tubuh

Betis, tungkai

Matakaki, kaki

Topi plastik, logam

Sarung tangan kulit, dilapisi

logam, berlengan panjang

Jaket kulit

Celana kulit dengan knie atau

engkel dekker

Sepatu dilapisi baja, zool kayu

Dermatitis atau

radang kulit

Kepala

Muka

Jari, tangan, lengan

Tubuh

Betis, tungkai, matakaki, kaki

Topi plastik, karet, pici (kap)

kapas atau wol

Barrier cream, pelindung plastik

Barrier cream, sarung tangan

karet, plastik

Penutup karet, plastik

Sepatu karet, zool kayu, sandal

kayu (bakiak)

Listrik

Kepala

Jari, tangan, lengan

Tubuh, betis, tungkai, matakaki,

kaki

Topi plastik, karet

Sarung tangan karet tahan

sampai 10.000 volt selama 3

menit

Pelindung yang bahannya dari

karet

Bahan peledak Kaki Sepatu kayu, percikan api

Mesin-mesin

Kepala

Jari, tangan , lengan

Tubuh

Betis, matakaki

Pici, terutama wanita berambut

panjang

Sarung tangan tahan api

Jaket dari karet, plastik, zeildoek

Celana tahan api atau dekker

Sinar silau Mata Goggles, kacamata dengan filter

137

Page 139: 4. Buku Praktikum

khusus atau lensa polaroid

Percikan api dan

sinar silau pada

pengelasan

Mata

Muka

Tubuh

Kaki

Goggles, penutup muka,

kacamata dengan filter khusus

Penutup muka dengan kacamata

filter khusus

Jaket tahan api (asbes) atau

kulit

Sepatu dilapisi baja

Penyinaran

sedang

Kepala

Mata

Muka

Topi khusus

Goggles, kacamata dengan filter

lensa

Pelindung muka khusus

Penyinaran kuatKepala

Mata, muka

Topi khusus

Goggles dengan filter khusus,

dari logam atau plastik

Penyinaran

radioaktif

Jari, tangan, lengan

Tubuh

Sarung tangan karet dilapisi

timah hitam

Jaket karet atau kulit, dilapisi

timah hitam

Gas atau aerosol

radioaktif

Alat pernafasan

Seluruh badan

Respirator khusus

Pakaian khusus

Gaduh suara Telinga

Pelindung khusus : dimasukkan

ke lubang telinga atau penutup

lubang telinga

C. Alat dan Bahan

1) Alat tulis

2) Kuesioner

3) Alat Dokumentasi

4) Referensi Kesehatan Kerja Agroindustri

D. Tugas

1) Tetapkan pemimpin kelompok sebelum memulai survey

138

Page 140: 4. Buku Praktikum

2) Pemimpin kelompok membagikan tugas dalam kelompok

3) Dalam setiap kelompok, menentukan tempat yang akan menjadi target survey

kesehatan kerja.

4) Mintalah persetujuan kepada pembimbing praktikum

5) Diskusikan kasus tersebut dalam kelompok menggunakan berbagai indikator

kesehatan kerja.

6) Catatlah dengan baik hasil diskusi kelompok

7) Konsultasikan dengan pembimbing bila menemukan kesulitan

8) Laporkan hasil diskusi kelompok dengan sistematika sebagai berikut

a) Judul

b) Pendahuluan

c) Ringkasan kasus

d) Hasil telaah kasus

e) Kesimpulan dan Saran

f) Kepustakaan

g) Lampiran (dokumentasi)

E. Referensi

1. ________. 2002. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. RS Persahabatan. UIP 2. Sumakmur. 2004. Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC3. Notoatmodjo, S. 2003. Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC

139