4. BAB III. METODE PENELITIAN.pdf

9
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Percobaan Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu perlakuan yaitu pakan. Terdapat 5 (lima) pakan yang akan diujikan, yaitu: P 1 = Ikan rucah P 2 = Udang P 3 = Udang+Rumput laut (9 : 1) P 4 = Asosiasi alga P 5 = Udang+Rumput laut (7 : 3) Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 20 buah unit percobaan. Tata letak unit percobaan dapat dilihat pada Gambar 3.1.: s Gambar 3.1. Tata letak bak unit percobaan Keterangan: P = perlakuan dan U = ulangan P 2 U 2 P 5 U 1 P 2 U 4 P 5 U 3 P 1 U 4 P 1 U 3 P 3 U 4 P 3 U 1 P 3 U 3 P 2 U 3 P 5 U 4 P 4 U 4 P 1 U 2 P 4 U 3 P 5 U 2 P 2 U 1 P 4 U 2 P 1 U 1 P 3 U 2 P 4 U 1

Transcript of 4. BAB III. METODE PENELITIAN.pdf

Page 1: 4. BAB III. METODE PENELITIAN.pdf

14

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Percobaan

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental menggunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu perlakuan yaitu pakan. Terdapat 5

(lima) pakan yang akan diujikan, yaitu:

P1 = Ikan rucah

P2 = Udang

P3 = Udang+Rumput laut (9 : 1)

P4 = Asosiasi alga

P5 = Udang+Rumput laut (7 : 3)

Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 20

buah unit percobaan. Tata letak unit percobaan dapat dilihat pada Gambar 3.1.:

s

Gambar 3.1. Tata letak bak unit percobaanKeterangan: P = perlakuan dan U = ulangan

P2U2 P5U1

P2U4 P5U3

P1U4 P1U3P3U4

P3U1P3U3P2U3

P5U4 P4U4 P1U2 P4U3 P5U2

P2U1P4U2 P1U1 P3U2 P4U1

Page 2: 4. BAB III. METODE PENELITIAN.pdf

15

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari sampai dengan September

2013. Pemeliharaan tukik penyu sisik dan pengambilan data dilakukan selama 56

hari (20 Februari 2013 sampai dengan 16 April 2013) di Gili Meno, Desa Gili

Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. Pengukuran kualitas air

(pH dan salinitas) dilakukan di Labolatorium Budidaya perairan di minggu ke

1,2,5,6 dan 8. Pengukuran suhu dan pH air juga dilakukan setiap hari di lokasi

penangkaran selama pemeliharaan tukik.

3.3. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak plastik bervolume 35

liter, timbangan digital dengan ketelitian 0,1 g; jangka sorong dengan ketelitian

0,05 mm; spidol, thermometer, refraktometer, kertas lakmus, selang, pompa air,

kapas saring, saingan tepung, sikat dan lemari pembeku.

Bahan yang digunakan adalah tukik Penyu Sisik (Eretmochelys

imbricata), ikan rucah (Engraulis sp.), udang air tawar (Macrobrachium sp.),

rumput laut (Eucheuma sp.), dan asosiasi alga (Gambar 3.2.).

Ikan rucah (Engraulis sp.) Udang air tawar (Macrobrachium sp.)

Rumput laut (Eucheuma sp.) Asosiasi alga

Gambar 3.2. Jenis pakan (perlakuan)

Page 3: 4. BAB III. METODE PENELITIAN.pdf

16

3.4. Prosedur Penelitian

3.4.1. Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan

Bak plastik yang digunakan sebagai wadah pemeliharaan adalah bak

berbentuk bulat dengan volume 35 liter. Sebelum digunakan bak dibersihkan

terlebih dahulu menggunakan detergen dan dibilas hingga bersih kemudian

dijemur di bawah sinar matahari selama kurang lebih 3 jam. Bak-bak yang telah

dibersihkan disusun seperti pada Gambar 3.1. dan diisi air laut setinggi 7 cm

dengan tujuan untuk mempermudah tukik penyu menyelam mengambil pakan

yang tersebar di dasar bak. Sirkulasi air didesain sedemikian rupa agar ketinggian

air tetap dengan rata-rata 7 cm dalam keadaan sirkulasi pergantian air terus

berjalan (Gambar 3.3.).

Gambar 3.3. Desain sirkulasi air

Pipa saluranair masuk

Bak pemeliharaanLokasi penyaringan danpenampungan air

Selang pengeluaranair

Pengatur ketinggian airdi dalam bakpemeliharaan

Saluran air menuju kepenyaringan

Saringan air Bak penampunganair

Pompa air

16

3.4. Prosedur Penelitian

3.4.1. Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan

Bak plastik yang digunakan sebagai wadah pemeliharaan adalah bak

berbentuk bulat dengan volume 35 liter. Sebelum digunakan bak dibersihkan

terlebih dahulu menggunakan detergen dan dibilas hingga bersih kemudian

dijemur di bawah sinar matahari selama kurang lebih 3 jam. Bak-bak yang telah

dibersihkan disusun seperti pada Gambar 3.1. dan diisi air laut setinggi 7 cm

dengan tujuan untuk mempermudah tukik penyu menyelam mengambil pakan

yang tersebar di dasar bak. Sirkulasi air didesain sedemikian rupa agar ketinggian

air tetap dengan rata-rata 7 cm dalam keadaan sirkulasi pergantian air terus

berjalan (Gambar 3.3.).

Gambar 3.3. Desain sirkulasi air

Pipa saluranair masuk

Bak pemeliharaanLokasi penyaringan danpenampungan air

Selang pengeluaranair

Pengatur ketinggian airdi dalam bakpemeliharaan

Saluran air menuju kepenyaringan

Saringan air Bak penampunganair

Pompa air

16

3.4. Prosedur Penelitian

3.4.1. Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan

Bak plastik yang digunakan sebagai wadah pemeliharaan adalah bak

berbentuk bulat dengan volume 35 liter. Sebelum digunakan bak dibersihkan

terlebih dahulu menggunakan detergen dan dibilas hingga bersih kemudian

dijemur di bawah sinar matahari selama kurang lebih 3 jam. Bak-bak yang telah

dibersihkan disusun seperti pada Gambar 3.1. dan diisi air laut setinggi 7 cm

dengan tujuan untuk mempermudah tukik penyu menyelam mengambil pakan

yang tersebar di dasar bak. Sirkulasi air didesain sedemikian rupa agar ketinggian

air tetap dengan rata-rata 7 cm dalam keadaan sirkulasi pergantian air terus

berjalan (Gambar 3.3.).

Gambar 3.3. Desain sirkulasi air

Pipa saluranair masuk

Bak pemeliharaanLokasi penyaringan danpenampungan air

Selang pengeluaranair

Pengatur ketinggian airdi dalam bakpemeliharaan

Saluran air menuju kepenyaringan

Saringan air Bak penampunganair

Pompa air

Page 4: 4. BAB III. METODE PENELITIAN.pdf

17

3.4.2. Persiapan pakan

Pakan yang diberikan untuk tukik penyu sisik selama pemeliharaan

didapatkan dari tempat yang berbeda. Ikan rucah (Engraulis sp.) didapatkan

dengan cara memesan dari nelayan-nelayan di desa Gili Indah. Udang air tawar

(Macrobrachium sp.) diperoleh dengan memesan dari pengepul di daerah

Jempong-Kota Mataram. Rumput laut (Eucheuma sp.) diperoleh dari petani

rumput laut di dusun Gerupuk-Lombok Tengah. Sedangkan asosiasi alga diambil

dari perairan dangkal di sekitar lokasi pemeliharaan tukik. Persediaan ikan rucah

dan udang air tawar di simpan di dalam lemari pembeku, sedangkan persediaan

rumput laut di simpan di kolam yang berdekatan dengan lokasi pemeliharaan

tukik Penyu Sisik (E. imbricata) (Lampiran 10). Setiap pagi dan siang hari, pakan

yang akan diberikan untuk tukik ditimbang dengan berat 5% dari rata-rata berat

tukik di dalam setiap bak unit percobaan.

3.4.3. Pemeliharaan Tukik

Sebelum memulai perlakuan, dilakukan penyesuaian pakan tukik Penyu

Sisik (E. imbricata). Proses penyesuaian dilakukan dengan merubah sedikit demi

sedikit jenis pakan yang diberikan agar sesuai dengan perlakuan. Proses

penyesuaian pakan dilakukan selama 7 hari. Selama proses penyesuaian pakan

tukik dibagi menjadi 5 kelompok yang diletakkan pada masing-masing wadah

yang berbeda. Masing-masing kelompok terdiri dari 16 ekor tukik. Setiap

kelompok diberi perlakuan pakan berbeda sehingga sesuai dengan perlakuan yang

akan diujikan.

Setelah proses penyesuaian pakan selesai, tukik dipuasakan selama 2 hari

dengan tujuan untuk memperoleh berat nyata tukik dalam keadaan usus yang

diasumsikan kosong. Selain itu, tukik yang dipuasakan diharapkan dapat langsung

merespon pakan yang akan diberikan saat perlakuan berlangsung. Setelah tahap

pemuasaan selesai, selanjutnya tukik Penyu Sisik di tiap-tiap kelompok

penyesuaian pakan diseleksi berdasarkan berat dan ukuran. Tukik dibagi menjadi

4 kelompok kecil yang terdiri dari 4 ekor tukik. Dengan pembagian seperti ini

maka diperoleh 20 kelompok kecil yang dijadikan unit-unit percobaan. Empat

Page 5: 4. BAB III. METODE PENELITIAN.pdf

18

ekor tukik yang telah di seleksi diberi kode sesuai perlakuan dan dimasukkan ke

dalam bak bervolume 35 liter yang telah diisi air laut. Bak-bak unit percobaan

yang telah terisi tukik diberi kode sesuai dengan perlakuan yang diberikan dan

diletakkan sesuai dengan posisi yang telah ditetapkan secara acak (Gambar 3.1.).

Selama proses pemeliharaan tukik diberi pakan 2 kali dalam sehari yaitu

pada jam 08.00 dan 13.00. Jumlah pakan yang diberikan pada setiap pemberian

pakan adalah 5% dari bobot tubuh rata-rata tukik pada masing-masing unit

percobaan. Pergantian air laut dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu 3 jam

setelah pemberian pakan pada pagi hari dan 3 jam setelah pemberian pakan pada

siang hari. Banyaknya volume air yang diganti setiap pergantian air adalah 50%

sehingga total pergantian air selama 1 hari menjadi 100%. Selain itu dilakukan

sistem resirkulasi selama 24 jam pada air media pemeliharaan. Air yang

dimasukkan ke dalam wadah pemeliharaan terlebih dahulu disaring. Karapas tukik

dibersihkan dari parasit atau biota yang menempel setiap 7 hari sekali.

Pembersihan bertujuan untuk meminimalisasi gangguan yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan tukik selain dari pakan yang diujikan.

3.4.5. Pengukuran Pertumbuhan

Pengukuran pertumbuhan dilakukan setiap 7 hari sekali selama 56 hari

masa pemeliharaan. Setiap individu tukik di dalam unit percobaan diukur

pertambahan berat tubuh, panjang karapas dan lebar karapasnya. Tingkat

kelangsungan hidup (SR) juga diamati yaitu dengan menghitung jumlah tukik

penyu sisik yang mati selama atau sampai akhir masa pemeliharaan. Pengamatan

pertumbuhan dilakukan sekaligus dengan penghitungan jumlah pakan yang akan

diberikan. Pengukuran panjang dan lebar karapas dilakukan berdasarkan garis

lurus karapas (straight carapace length) seperti terlihat pada Gambar 3.4. (Hirth,

1971 cit. Naulita, 1990). Selama pemeliharaan berlangsung jika terjadi kehilangan

tukik yang diberi perlakuan, maka data dari tukik tersebut akan dinyatakan hilang.

Page 6: 4. BAB III. METODE PENELITIAN.pdf

19

(a) (b)

Gambar 3.4. Pengukuran pertumbuhan tukik penyu berdasarkangaris lurus karapas: a) panjang karapas, b) lebar karapas

3.4.6. Pengukuran Kualitas Air

Pengukuran kualitas air selama penelitian meliputi kadar garam (Salinitas),

derajat keasaman (pH) dan suhu (oC). Salinitas dan pH diukur menggunakan

refraktometer dan pH meter di Labolatorium Budidaya Perairan Universitas

Mataram pada minggu ke-1,2,5,6 dan ke-8. Sampel air diambil menggunakan

botol plastik dari bak penampungan pada pagi hari sebelum pergantian air. pH

juga diukur menggunakan kertas lakmus pada pagi, siang dan malam setiap

harinya. Pengukuran suhu menggunakan thermometer yang diletakkan pada bak

penampungan air sirkulasi dan beberapa pada bak pemeliharaan tukik yang

diletakkan secara acak. Pengukuran suhu dilakukan pada pagi, siang dan malam

hari.

3.5. Parameter Penelitian

Parameter utama dalam penelitian ini adalah pertumbuhan mutlak (berat,

panjang dan lebar karapas), laju pertumbuhan nisbi (berat, panjang dan lebar

karapas), Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate), Rasio Konversi Pakan

(FCR), serta hubungan panjang karapas-berat tubuh. Sedangkan parameter

penunjang adalah laju pertumbuhan nisbi mingguan (berat dan panjang karapas),

19

(a) (b)

Gambar 3.4. Pengukuran pertumbuhan tukik penyu berdasarkangaris lurus karapas: a) panjang karapas, b) lebar karapas

3.4.6. Pengukuran Kualitas Air

Pengukuran kualitas air selama penelitian meliputi kadar garam (Salinitas),

derajat keasaman (pH) dan suhu (oC). Salinitas dan pH diukur menggunakan

refraktometer dan pH meter di Labolatorium Budidaya Perairan Universitas

Mataram pada minggu ke-1,2,5,6 dan ke-8. Sampel air diambil menggunakan

botol plastik dari bak penampungan pada pagi hari sebelum pergantian air. pH

juga diukur menggunakan kertas lakmus pada pagi, siang dan malam setiap

harinya. Pengukuran suhu menggunakan thermometer yang diletakkan pada bak

penampungan air sirkulasi dan beberapa pada bak pemeliharaan tukik yang

diletakkan secara acak. Pengukuran suhu dilakukan pada pagi, siang dan malam

hari.

3.5. Parameter Penelitian

Parameter utama dalam penelitian ini adalah pertumbuhan mutlak (berat,

panjang dan lebar karapas), laju pertumbuhan nisbi (berat, panjang dan lebar

karapas), Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate), Rasio Konversi Pakan

(FCR), serta hubungan panjang karapas-berat tubuh. Sedangkan parameter

penunjang adalah laju pertumbuhan nisbi mingguan (berat dan panjang karapas),

19

(a) (b)

Gambar 3.4. Pengukuran pertumbuhan tukik penyu berdasarkangaris lurus karapas: a) panjang karapas, b) lebar karapas

3.4.6. Pengukuran Kualitas Air

Pengukuran kualitas air selama penelitian meliputi kadar garam (Salinitas),

derajat keasaman (pH) dan suhu (oC). Salinitas dan pH diukur menggunakan

refraktometer dan pH meter di Labolatorium Budidaya Perairan Universitas

Mataram pada minggu ke-1,2,5,6 dan ke-8. Sampel air diambil menggunakan

botol plastik dari bak penampungan pada pagi hari sebelum pergantian air. pH

juga diukur menggunakan kertas lakmus pada pagi, siang dan malam setiap

harinya. Pengukuran suhu menggunakan thermometer yang diletakkan pada bak

penampungan air sirkulasi dan beberapa pada bak pemeliharaan tukik yang

diletakkan secara acak. Pengukuran suhu dilakukan pada pagi, siang dan malam

hari.

3.5. Parameter Penelitian

Parameter utama dalam penelitian ini adalah pertumbuhan mutlak (berat,

panjang dan lebar karapas), laju pertumbuhan nisbi (berat, panjang dan lebar

karapas), Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate), Rasio Konversi Pakan

(FCR), serta hubungan panjang karapas-berat tubuh. Sedangkan parameter

penunjang adalah laju pertumbuhan nisbi mingguan (berat dan panjang karapas),

Page 7: 4. BAB III. METODE PENELITIAN.pdf

20

kandungan gizi pakan, dan kualitas air yang meliputi suhu, salinitas (kadar garam)

dan pH (derajat keasaman).

3.5.1. Pertumbuhan Mutlak (Berat, Panjang dan Lebar Karapas)

Pertumbuhan mutlak tukik penyu sisik dihitung menggunakan rumus

menurut Effendie (2002) yaitu:

W = Wt − Wo ………………………………………………...….…(3.1)

Keterangan :

W = Pertumbuhan mutlak (g atau mm)

Wt = Berat atau Panjang cangkang pada akhir pengamatan

(g atau mm)

Wo = Berat atau Panjang cangkang pada awal pengamatan (g atau mm)

3.5.2. Laju Pertumbuhan Nisbi (Berat, Panjang dan Lebar Karapas)

Penghitungan laju pertumbuhan nisbi tukik penyu sisik dihitung

menggunakan rumus menurut Effendie (2002) yaitu:

h = ...........................................................................................(3.2)

Keterangan :

h = Laju pertumbuhan nisbi (%)

Wt = Berat (g) atau Panjang cangkang pada akhir pengamatan (mm)

Wo = Berat (g) atau Panjang cangkang pada awal pengamatan (mm)

3.5.3. Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate)

Persentase tingkat kelangsungan hidup (survival rate) tukik penyu sisik

yang diujicobakan dihitung menggunakan rumus berdasarkan Effendi (2002)

yaitu:

SR = x 100 .................................................................................. (3.3)

Page 8: 4. BAB III. METODE PENELITIAN.pdf

21

Keterangan:

SR = Survival Rate atau persentase kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah biota pada akhir pengamatan (ekor)

No = Jumlah biota pada awal pengamatan (ekor)

3.5.4. Rasio Konversi Pakan

Untuk mengetahui rasio konversi pakan pada percobaan, maka dilakukan

penghitungan konversi pakan dengan rumus menurut NCR (1977) cit. Tahapari

dan Suhenda (2009) yaitu, sebagai berikut :

FCR = ( ) ................................................................................(3.4)

Keterangan :

FCR = Feed Convertion Ratio (g)

F = Jumlah pakan yang dikonsumsi selama pemeliharaan (g)

Wt = Berat pada akhir pengamatan (g)

D = Jumlah yang mati

W0 = Berat pada awal pengamatan (g)

3.5.5. Hubungan Panjang Karapas dan Berat Tubuh

Bentuk rumus umum hubungan panjang dan berat menurut Efendie (2002)

adalah sebagai berikut:

W = cL .............................................................................................. (3.5)

Keterangan: W = Berat

L = Panjang

c dan n = konstanta (c = a dan n = b )

Page 9: 4. BAB III. METODE PENELITIAN.pdf

22

Jika rumus umum tersebut ditrasformasikan ke dalam logaritma, maka

akan didapatkan persamaan: Log W = Log c + n Log L, yaitu persamaan linier

atau persamaan garis lurus.

Nilai b (n) berkisar dari 2,4 – 3,5. Jika b = 3 maka pertambahan panjang

tukik penyu sisik seimbang dengan pertambahan berat tubuhnya (isometrik). Jika

b < 3 menunjukkan pertambahan panjang karapas lebih cepat dari pertambahan

berat tubuh (allometrik negatif) dan jika b > 3 menunjukkan pertambahan panjang

karapas lebih lambat dari pertambahan berat tubuh (allometrik positif) . Untuk

mengetahui keeratan hubungan antara panjang karapas dengan berat tubuh

menggunakan alalisis korelasi (r). Sedangkan untuk menghitung hubungan

panjang karapas-berat tubuh menggunakan analisis regresi (Efendie, 2002). Untuk

menguji apakah persamaan linier panjang dan berat dapat digunakan untuk

menduga berat dari panjang, maka dilakukan uji t pada taraf nyata 5% untuk berat

nyata tukik dan berat hasil persamaan linier. Hipotesis dari hasil uji t adalah jika

p-value lebih besar dari 0,05 (p-value > 0,05) maka persamaan linier dapat

digunakan.

3.6. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis sidik ragam atau

analysis of variance (ANOVA) pada taraf nyata 5%. Jika dari data sidik ragam

diketahui bahwa perlakuan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata

(significant) maka dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji BNJ (Beda

Nyata Jujur).