4 BAB II case EEP

12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Krisis Hipertensi Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi (tekanan darah sistolik 180 mmHg dan/ atau diastolik 120 mmHg) yang membutuhkan penanganan segera. 1,5 2.2 Klasifikasi Krisis Hipertensi a. Hipertensi darurat/emergensi (Emergency hypertension) Kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik 180 mmHg dan atau diastolik 110 mmHg) dengan kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera dalam kurun waktu menit sampai jam. 5,13 b. Hipertensi mendesak/urgensi (Urgency hypertension) Kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik 180 mmHg dan atau diastolik 120 mmHg) tanpa kerusakan organ target yang progresif atau minimal. Sehingga penurunan tekanan darah bisa dilaksanakan lebih lambat dalam kurun waktu 24-48 jam. 5,13 Menurut The Seventh Report of The Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluaion, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2. (Tabel 2.1) 2 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 2 Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) Normal <120 dan <80 Prehipertensi 120-139 atau 80-89 Hipertensi Derajat I 140-159 atau 90-99 Hipertensi Derajat II 160 atau 100

description

gghgh

Transcript of 4 BAB II case EEP

  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Krisis Hipertensi Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah

    yang sangat tinggi (tekanan darah sistolik 180 mmHg dan/ atau diastolik 120

    mmHg) yang membutuhkan penanganan segera.1,5

    2.2 Klasifikasi Krisis Hipertensi a. Hipertensi darurat/emergensi (Emergency hypertension)

    Kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik 180 mmHg dan atau

    diastolik 110 mmHg) dengan kerusakan organ target yang bersifat

    progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera dalam kurun

    waktu menit sampai jam.5,13

    b. Hipertensi mendesak/urgensi (Urgency hypertension)

    Kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik 180 mmHg dan atau

    diastolik 120 mmHg) tanpa kerusakan organ target yang progresif atau

    minimal. Sehingga penurunan tekanan darah bisa dilaksanakan lebih

    lambat dalam kurun waktu 24-48 jam.5,13

    Menurut The Seventh Report of The Joint National Committe on

    Prevention, Detection, Evaluaion, and Treatment of High Blood Pressure

    (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi

    kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2. (Tabel

    2.1)2

    Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 72

    Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

    Normal

  • 2.3 Epidemiologi Insiden hipertensi tergantung komposisi ras populasi yang diteliti dan kriteria

    yang digunakan untuk menjelaskan kondisi. Pada populasi kulit putih di daerah

    pinggiran kota seperti pada penelitian Framingham, hampir seperlima populasi

    mempunyai tekanan darah lebih besar dari 160/95, sementara hampir setengah

    populsi mempunyai tekanan lebih besar dari 140/90. Prevalensi yang lebih tinggi

    ditemukan pada populasi bukan kulit putih.6

    Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya

    populasi lanjut usia, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar

    juga akan bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi

    hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang

    berusia di atas 65 tahun.2

    Hasil penelitian Oktora (2007) mengenai gambaran penderita hipertensi yang

    dirawat inap di bagian penyakit dalam RSUD ArifinAchmad Pekanbaru tahun

    2005 didapatkan penderita hipertesi meningkat secara nyata pada kelompok umur

    45-54 tahun yaitu sebesar 24,07% dan mencapai puncaknya pada kelompok umur

    65 tahun yaitu sebesar 31,48% Jika dibandingkan antara pria dan wanita

    didapatkan wanita lebih banyak menderita hipertensi yaitu sebesar 58,02% dan

    pria sebesar 41,98%.

    2.4 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi Faktor faktor yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut

    adalah:2

    1. Faktor resiko, seperti diet, asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok,

    dan genetik.

    2. Sistem saraf simpatis (tonus simpatis dan variasi diurnal).

    3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi.

    4. Pengaruh sistem otokrim setempat yang berperan pada sistem renin,

    angiotensin, dan aldosteron.

    Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian

    tekanan darah yang mempengaruhi rumus dasar:2

    Tekanan darah = Curah jantung x Tahanan perifer

  • 2.5 Patofisiologi Banyak faktor yang dapat menyebabkan hipertensi menjadi krisis hipertensi.

    Hipertensi kronis jarang menyebabkan terjadinya krisis hipertensi karena adaptasi

    pembuluh darah sehingga kerusakan organ target dapat dicegah. Krisis hipertensi

    terjadi karena peningkatan tahanan vaskuler sistemik. Endotel memiliki peranan

    penting dalam mengatur homeostasis tekanan darah dengan mensekresikan

    beberapa substansi seperti nitrit oxide (NO) dan prostasiklin. Peningkatan

    vasoreaktif dapat dipresipitasi oleh pelepasan substansi vasokonstriksi seperti

    angiotensin II, norepinefrin atau keadaan yang menyebabkan suatu kondisi

    hipovolemia. Aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS) berperan

    penting pada proses hipertensi berat. Angiotensin II menyebabkan cedera pada

    pembuluh darah sehingga terjadi aktivasi gen proinflamatori seperti interleukin 6

    dan NF-k. Selama terjadi peningkatan tekanan darah, endotel mengkompensasi

    dengan melepaskan vasodilator seperti NO. Saat endotel tidak lagi mampu

    mengkompensasi maka akan terjadi peningkatan tekanan darah dan kerusakan

    endotel.1,2

    Kegagalan mekanisme tubuh dalam mengkompensasi menyebabkan

    peningkatan resistensi pembuluh darah dan kerusakan endotel. Mekanisme pasti

    kerusakan endotel belum diketahui secarapasti. Hali ini mungkin berhubungan

    dengan respon imun sehingga terjadi pelepasan sitokin, vasokonstriktor endotelin

    dan peningkatan ekspresi endothelial adhesion molecules. Peningkatan ekspresi

    cell adhesion molecules seerti P-selectin, atau intracellular adhesion molecule 1

    oleh sel endotel menyebabkan terjadinya inflamasi yang menyebabkan

    bertambahnya kerusakan fungsi sel endotel, peningkatan permeabilitas endotel,

    menghambat aktivitas fibrinolitik endotel dan aktivasi kaskade koagulasi.

    Agregasi trombosit dan degranulasi pada endotel yang mengalami kerusakan akan

    memicu terjadinya inflamasi lebih lanjut, thrombosis dan vasokonstriksi.1,2

  • Gambar 2.1 Perubahan pada vaskular selama krisis hipertensi

    2.6 Kerusakan Organ Target Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung

    maupun tidak langsung. Kerusakan organ organ target yang umum ditemui pada

    pasien hipertensi adalah :2

    1. Jantung

    a. Hipertrofi ventrikel kiri

    b. Angina atau infark miokardium

    c. Gagal jantung

    2. Otak (stroke atau transient ischemic attack)

    3. Penyakit ginjal kronis

    4. Penyakit arteri perifer

    5. Retinopati

    Beberapa peneliti menemukan bahwa penyebab kerusakan organ organ

    tersebut dapat diakibatkan langsung dari kenaikan tekanan darah, atau karena efek

    tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor AT1 angitensin

    II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase, dan lain

    lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas

    terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya

  • kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth

    factor- (TGF-).2

    Adanya kerusakan organ target terutaa pada jantung dan pembuluh darah

    akan memperburuk prognosis pasien hipertensi. Tingginya morbiditas dan

    mortalitas pasien hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit

    kardiovaskular. Faktor resiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi

    antara lain adalah:2

    a. Merokok

    b. Obesitas

    c. Kurangnya aktivitas fisik

    d. Dislipidemia

    e. Diabetes melitus

    f. Mikroalbuminuria atau perhitungan LFG 55 tahun, perempuan >65 tahun)

    h. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular prematur

    (laki laki < 55 tahun, perempuan 140 mmHg merupakan faktor risiko yang lebih penting untuk

    terjadinya penyakit kardiovaskular dari pada tekanan darah diastolik:2

    a. Risiko penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75

    mmHg, meningkat dua kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg.

    b. Risiko penyakit kardiovaskular bersifat kontinyu, konsisten, dan

    independen dari faktor risiko lainnya.

    c. Individu berumur 55 tahun memiliki 90% risiko untuk mengalami

    hipertensi.

  • 2.7 Gambaran Klinis Krisis Hipertensi Sebagian besar penderita dengan hipertensi tidak mempunyai gejala spesifik

    yang menunjukkan kenaikan tekanan darahnya dan hanya diidentifikasi dari

    pemeriksaan fisik, sehingga peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan

    satu satunya tanda pada hipertensi. Gejala yang ditimbulkan berbeda beda

    tergantung tingginya tekanan darah. Kadang kadang hipertensi esensial berjalan

    tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target

    seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Gejala seperti sakit kepala, epistaksis

    dan migren dapat ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi esensial meskipun

    tidak jarang yang tanpa gejala. Pada hasil observasi mengenai hipertensi di Paris,

    dari 1771 pasien hipertensi yang tidak dapat diobati, gejala sakit kepala

    menduduki urutan pertama, diikuti oleh palpitasi, nokturia, pusing dan tinnitus.

    Pada observasi tersebut tidak didapatkan korelasi antara tingginya tekanan darah

    dan gejala yang timbul.7

    Pada survey hipertensi di Indonesia tercatat sebagai keluhan yang

    dihubungkan dengan hipertensi. Pada penelitian A. Gani, dkk. Gejala klinis

    seperti pusing, cepat marah dan telinga berdenging merupakan gejala yang sering

    dijumpai, selain gejala lain seperti mimisan, sukar tidur dan sesak nafas.

    Penelitian ini tidak berbeda dengan Harmaji, dkk yang melaporkan mendapatkan

    keluhan pusing, rasa berat di tengkuk dan sukar tidur adalah gejala yang paling

    sering dijumpai pada pasien hipertensi, rasa mudah lelah dan cepat marah juga

    banyak dijumpai, sedangkan mimisan jarang ditemukan.8

    2.8 Diagnosis Diagnosis krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil

    terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Pada pemeriksaan yang

    menyeluruh kita sudah dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.

    1. Anamnesis meliputi:2

    a. Lamanya menderita hipertensi dan derajat tekanan darah

    b. Indikasi adanya hipertensi sekunder

    - Keluarga dengan penyakit ginjal (ginjal polikistik).

  • - Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakaian

    obat obat analgesik dan obat/ bahan lain.

    - Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi

    (feokromositoma).

    - Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme).

    c. Faktor faktor risiko

    - Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga.

    - Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarga.

    - Riwayat diabetes melitus pada pasien atau keluarga.

    - Kebiasaan merokok.

    - Pola makan.

    - Kegemukan, intesnitas olah raga

    - Kepribadian.

    d. Gejala kerusakan organ

    - Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan,

    transient ischemic attacks, defisit sensoris atau motoris.

    - Jantung: palpitasi, nyeri dada, sesak napas, bengkak di kaki.

    - Ginjal: haus, poliuri, nokturia, dan hematuria.

    - Arteri perifer: ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten.

    e. Pengobatan antihipertensi sebelumnya

    f. Faktor faktor pribadi, keluarga dan lingkungan

    2. Pemeriksaan Fisik

    Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah di kedua

    lengan, mencari kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi,

    payah jantung kongestif, diseksi aorta). Palpasi denyut nadi di keempat

    ekstremitas. Auskultasi untuk mendengar ada atau tidaknya bruit

    pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru. Selain itu harus juga

    dicari berbagai komplikasi krisis hipertensi lainnya dengan kegawatan

    neurologi ataupun payah jantung kongestif dan udema paru. Perlu dicari

    penyakit penyerta lain seperti penyakit jantung koroner.1,9

  • Pengukuran tekanan darah:2

    a. Pengukuran rutin di kamar periksa

    Pengukuran di kamar periksa dilakukan pada posisi duduk di kursi setelah

    pasien istirahat selama 5 menit, kaki di lantai dan lengan pada posisi

    setinggi jantung. Ukuran dan peletakan manset (panjang 12-13 cm, lebar

    35 cm untuk standar orang dewasa) dan stetoskop harus benar (gunakan

    suara Korotkoff fase I dan V untuk penentuan sistolik dan diastolik).

    Pengukuran dilakukan dua kali, dengan sela antara 1 sampai 5 menit,

    pengukuran tambahan dilakukan jika hasil kedua pengukuran sebelumnya

    sangat berbeda. Konfirmasi pengukuran pada lengan kontralateral

    dilakukan pada kunjungan pertama dan jika didapatkan kenaikan tekanan

    darah. Pengukuran denyut jantung dengan menghitung nadi (30 detik)

    dilakukan saat duduk segera sesudah pengukuran tekanan darah. Untuk

    orang usia lanjut, diabetes dan kondisi lain dimana diperkirakan ada

    hipotensi ortostatik, perlu dilakukan juga pengukuran tekanan darah pada

    posisi berdiri.2

    b. Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-ABPM)2

    Beberapa indikasi penggunaan ABPM antara lain:

    - Hipertensi yang borderline atau yang bersifat episodik

    - Adanya disfungsi saraf otonom

    - Hipertensi sekunder

    - Sebagai pedoman dalam pemilihan obat antihipertensi

    - Tekanan darah yang resisten terhadap pengobatan antihipertensi

    - Gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan

    antihipertensi.

    c. Pengukuran sendiri oleh pasien

    Pengukuran sendiri di rumah memiliki kelebihan dan kekurangan.

    Kekurangannya adalah masalah ketepatan pengukuran, sedang

    kelebihannya antara lain dapat memberikan banyak hasil pengukuran.

    Beberapa peneliti bahwa pengukuran di rumah lebih mewakili kondisi

    tekanan darah sehari hari. Pengukuran tekanan darah di rumah juga

  • diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan menigkatkan

    keberhasilan pengendalian tekanan darah serta menurunkan biaya.2

    3. Pemeriksaan Penunjang 1,9

    - Pemeriksaan laboratorium awal : Urinalisis, darah lengkap dan elektrolit

    - Pemeriksaan penunjang : Elektrokardiografi dan foto thoraks

    - Pemeriksaan penunjang lainnya bila memungkinkan : CT Scan Kepala,

    Echocardiografi

    2.9 Penatalaksanaan Krisis Hipertensi

    Tujuan penatalaksanaan krisis hipertensi adalah menurunkan tekanan darah

    sesegera mungkin. Setelah itu dapat dilakukan pengobatan terdiri dari terapi non

    farmakologis dan farmakologis. Terapi non farmakologis harus dilaksanakan oleh

    semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan

    mengendalikan faktor faktor resiko serta penyakit penyerta lainnya.1,9,10

    a. Non farmakologi

    Terapi non farmakologis terdiri dari: 1,9,10

    - Menurunkan berat badan (5-20 mmHg/10 kg)

    - Menghentikan rokok

    - Menurunkan berat badan berlebih

    - Menurunkan konsumsi alkohol yang berlebihan (2-4 mmHg)

    - Latihan fisik 30 menit/hari (4-9 mmHg)

    - Menurunan asupan garam 2,4 gram-6 gram (2-8 mmHg)

    - Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan

    lemak.

    b. Farmakologi1,9,10

    Penatalaksanaan hipertensi emergensi:

    1. Harus dilakukan di RS dengan fasilitas pemantauan yang memadai.

    2. Pengobatan parenteral diberikan secara bolus atau infus sesegera

    mungkin.

    3. Tekanan darah harus diturunkan dalam hitungan menit sampai jam

    dengan langkah sebagai berikut:

  • - 5 - 120 menit pertama tekanan darah rata rata (mean arterial blood)

    diturunkan 20-25%.

    - 2- 6 jam kemudian diturunkan sampai 160/100 mmHg.

    - 6-24 jam berikutnya diturunkan sampai 20% dari awal, dosis diberikan 30

    mg/jam sampai target tercapai.

    - Diteruskan dengan dosis maintanance 5-10 mg/jam dengan

    observasi 4 jam kemudiandiganti dengan tablet oral.

    3. Nicardipin (Perdipin) IV 12 mg dan 10 mg/ampul

    - Nicardipin diberikan 10-30 mcg/kgBB bolus

    - Bila tekanan darah stabil diteruskan dengan 0,5-6 mcg/kgBB/menit

    sampai target tercapai.

    4. Labetalol (Normodyne) IV

    Diberikan 20-80 mg IV bolus setiap 10 meit atau dapat diberikan

    dalam cairan infus dengan dosis 2 mg/menit.

    5. Nitropruside (Nitropress, Nipride) IV

    Diberikan dalam cairan infus dengan dosis 0,25-10 mcg/kg/menit.

  • Tabel 2.2 Obat parenteral yang dipakai di Indonesia10,11

    Obat Dosis Efek Onset Perhatian khusus Klonidin IV 150 ug

    6 amp per 250 cc Glukosa 5% mikrodrip

    30-60 min 24 jam Ensepalopati dengan gangguan koroner

    Nitrogliserin IV

    10-50ug 100ug/cc per 500 cc

    2-5 min 5-10 min Sakit kepala, takikardia, muntah

    Nicardipine IV

    0,5-6 ug/kg/menit 1-5 min 15-30 min

    Takikardi, mual, muntah, sakit kepala, peningkatan tekanan intrakranial

    Diltiazem IV 5-15 ug/kg/menit 1-5 min 15-30 min

    Takikardi, mual, muntah, sakit kepala, peningkatan tekanan intrakranial

    Nitroprusside IV *

    0,25-10 mcg / kg / menit

    Langsung

    2-3 menit Mual, muntah, penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan keracunan tiosianat

    *obat ini belum beredar resmi di Indonesia Penatalaksanaan hipertensi urgensi

    Penatalaksanaan hipertensi urgensi cukup dengan obat oral yang bekerja

    cepat sehingga menurunkan tekanan darah dalam beberapa jam.

    Tabel 2.3 Obat hipertensi oral yang dipakai di Indonesia10,11

    Obat Dosis Efek Lama Kerja Perhatian khusus

    Captopril 12,5 - 25 mg

    ulangi per 30 min

    15-30 min

    6-8 jam Stenosis a.renalis

    Clonidine 75 - 150 ug,

    ulangi per jam

    30-60 min 8-16 jam mengantuk, mulut kering

    Propanolol 10 - 40 mg PO

    ulangi setiap 30 min

    15-30 min 3-6 jam Bronkokonstriksi, blok jantung,

    Nifedipine 5 - 10 mg

    ulangi setiap 15 menit

    5 -15 min 4-6 jam Gangguan koroner

    Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:4

    - Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi

    (diabetes, gagal ginjal, proteinuria < 130/80 mmHg).

    - Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular.

    - Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria.

  • Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau

    kondisi penyerta lainnya seperti diabetes melitus atau dislipidemia juga harus

    dilaksanakan hingga mencapai target terapi masing-masing kondisi.4

    Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang

    dianjurkan oleh JNC 7: 4

    - Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone antagonist (Aldo

    Ant)

    - Beta Blocker (BB)

    - Calcium Channel Blocker atau Calcium antagonist (CCB)

    - Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)

    - Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/blocker

    (ARB).

    Diuretika golongan tiazid bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan

    klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler akibatnya

    terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah. Yang termasuk golongan

    tiazid antara lain:12

    - Hidroklorotiazid (HCT), dosis: 12,5-25 mg, 1 x sehari.

    - Klortalidon, dosis: 12,5-25 mg, 1 x sehari.

    - Indapamid, dosis: 1,25-2,5 mg, 1 x sehari.

    - Bendroflumetiazid, dosis: 2,5-5 mg, 1 x sehari.

    - Metolazon, dosis: 2,5-5, 1 x sehari.

    - Xipamid, dosis: 10-20 mg, 1 x sehari.

    Yang termasuk golongan beta bloker, antara lain:12

    - Kardioselektif: asebutolol, atenolol, bisoprolol, metoprolol.

    - Non selektif: alprenolol, karteolol, nadolol, oksprenolol, pindolol, propranolol,

    timolol, karvedilol, labetalol.

    Beberapa obat yang termasuk dalam golongan antagonis kalsium:

    Nifedipin, verapamil, diltiazem, amilodipin, nikardipin, isradipin, felodipin.12

    Beberapa obat yang tergolong ACEI: Kaptopril, benazepril, enalapril,

    fosinopril, lisinopril, perindopril, quinapril, trandolapril, dan imidapril.12

    Beberapa obat yang tergolong ARB: Losartan, valsartan, irbesartan,

    telmisartan,dan candesartan.