4. BAB II

13
BAB II KEGIATAN EKSPLORASI INDONESIA Eksplorasi atau pencarian minyak bumi merupakan suatu kajian panjang yang melibatkan beberapa bidang kajian kebumia dan merupakan kegiatan penting dalam industri energi pada umumnya dan khususnya industri minyak dan gas bumi. Beberapa teori dari permulaan teori antiklin, perangkap statigrafi, dan konsep mengenai hidrodinamika menunjukan bahwa pemikiran kita terus menerus berkembang dan menghasilkan konsep baru tentang tempat terdapatnya dan keadaan geologi minyak bumi. Contohnya, pencarian minyak dan gas bumi di Amerika Serikat sudah berlangsung puluhan tahun dan dilakukan oleh puluhan ribu ahli geologi dengan modal yang sangat besar serta dengan menggunakan metoda yang paling modern, tetapi ternyata sampai kini masih tetap dapat ditemukan cadangan baru di dalam daerah yang sudah dieksplorasi walaupun makin lama cadangannya makin kecil dan makin sulit untuk ditemukan. 7

description

diktat geologi migas

Transcript of 4. BAB II

Page 1: 4. BAB II

BAB II

KEGIATAN EKSPLORASI INDONESIA

Eksplorasi atau pencarian minyak bumi merupakan suatu kajian panjang yang

melibatkan beberapa bidang kajian kebumia dan merupakan kegiatan penting dalam

industri energi pada umumnya dan khususnya industri minyak dan gas bumi.

Beberapa teori dari permulaan teori antiklin, perangkap statigrafi, dan konsep

mengenai hidrodinamika menunjukan bahwa pemikiran kita terus menerus

berkembang dan menghasilkan konsep baru tentang tempat terdapatnya dan keadaan

geologi minyak bumi. Contohnya, pencarian minyak dan gas bumi di Amerika

Serikat sudah berlangsung puluhan tahun dan dilakukan oleh puluhan ribu ahli

geologi dengan modal yang sangat besar serta dengan menggunakan metoda yang

paling modern, tetapi ternyata sampai kini masih tetap dapat ditemukan cadangan

baru di dalam daerah yang sudah dieksplorasi walaupun makin lama cadangannya

makin kecil dan makin sulit untuk ditemukan.

2.1 Oil & Gas Exploration in Indonesia (Status and Potency)

Cadangan minyak terbukti yang dimiliki Indonesia saat ini hanya mencapai 4

miliar barel, jika produksi minyak saat ini rata-rata 800.000 barel per hari, maka

cadangan terbukti tersebut habis 10 tahun lagi. Namun Indonesia masih punya potensi

cadangan baru yang mencapai 43,7 miliar barel namun masih harus butuh

pembuktian dengan eksplorasi. Resources (cadangan belum tereksplorasi) Indonesia

masih punya potensi cadangan baru yang mencapai 43,7 Milliar barrel namun masih

membutuhkan pembuktian eksplorasi

7

Page 2: 4. BAB II

8

Sumber energi di Indonesia berasal dari komponen berikut.

Petroleum 36%

Natural Gas 17%

Biomass 27%

Coal 20%

Penurunan cadangan migas di Indonesia disebabkan faktor berikut.

Rendahnya investasi dan aktivitas eksplorasi di wilayah kerja eksploitasi

Rendahnya realisasi komitmen kontrak wilayah kerja eksplorasi

2.2 Subsurface Mapping (Well Analysis and Seismic Interpretation)

Well analysis merupakan pengukuran beberapa sifat fisis batuan dalam sumur

guna mendapatkan informasi yang diperlukan dari suatu sumur geologi yang dapat

memberi masukan mengenai komersial atau tidaknya sumur yang telah dibor. Data

yang didapatkan berguna untuk mengevaluasi secara kuantitas banyaknya

hidrokarbon di lapisan pada situasi dan kondisi sesungguhnya,.

Well logging merupakan perekaman karakteristik dari suatu formasi batuan yang

diperoleh melalui pengukuran pada sumur bor (Ellis & Singer,2008). Data yang

dihasilkan disebut sebagai well log. Berdasarkan proses kerjanya, logging dibagi

menjadi dua jenis yaitu wireline logging dan logging while drilling bor (Ellis &

Singer,2008). Wireline logging dilakukan ketika pemboran telah berhenti dan kabel

digunakan sebagai alat untuk mentransmisikan data. Pada logging while drilling,

logging dapat dilakukan bersamaan dengan pemboran. Logging jenis ini tidak

menggunakan kabel untuk mentransmisikan data. Saat ini logging while drilling lebih

banyak digunakan karena lebih praktis sehingga waktu yang diperlukan lebih efisien

walaupun masih memiliki kekurangan berupa transmisi data yang tidak secepat

wireline logging.

Page 3: 4. BAB II

9

Tujuan dari evaluasi formasi menurut Ellis & Singer (2008) adalah sebagai

berikut.

Menentukan ada tidaknya hidrokarbon

Menentukan dimana tepatnya hidrokarbon tersebut berada

Menentukan berapa banyak kandungan hidrokarbon tersebut di dalam

formasi

Menentukan apakah hidrokarbon tersebut potensial untuk diproduksi atau

tidak

Evaluasi formasi dilakukan dengan mengkorelasikan data – data yang berasal dari

sumur bor. Evaluasi formasi menyediakan nilai porositas dan saturasi hidrokarbon

sebagai fungsi kedalaman dengan menggunakan informasi geologi lokal dan sifat

fluida yang terakumulasi di dalam reservoar bor (Ellis & Singer,2008). Variasi

formasi batuan bawah permukaan yang sangat luas menyebabkan berbagai peralatan

logging harus digunakan untuk memperoleh hasil yang ideal bor (Ellis &

Singer,2008).

Metode seismik merupakan cabang geofisika yang dapat digunakan untuk

memperoleh informasi tentang sifat fisik batuan yang membentuk kulit bumi sampai

pada analisa struktur dan keadaan stratigrafi bawah permukaan. Tahapan dalam

interpretasi seismik adalah sebagai berikut:

Kalibrasi Time Depth

Data seismik post stack pada umumnya masih dalam domain TWT (two way

time) dan data sumur dalam MD (measured depth). Data sumur biasanya

dikonversi dulu ke dalam TVD (true vertical depth) karena MD adalah

kedalaman yang terukur dari Kelly Bushing bukan dari datum yang standar,

yaitu MSL (muka air laut).

Well To Seismic Tie

Page 4: 4. BAB II

10

Dalam tahapan yaitu pengikatan sumur ke data seismik, mencocokkan di

kedalaman pada sumur dengan waktu tertentu pada seismik. ini diperlukan

untuk nantinya kita bisa melakukan yang namanya picking horison.

pengikatan data sumur ke seismik ini menjadi begitu penting karena kalau saja

pengikatan ini tidak pas, maka kesalahan tersebut akan diwariskan pada

tahapan interpretasi selanjutnya.

Picking Horison

Data seismik dalam bentuk post stack time migrated sebagai deretan

gelombang yang bervariasi terhadap waktu (ms) dan juga offset (m)

sedangkan perlapisan batuan itu sendiri memiliki pola/ pattern yang mengikuti

pola strata atau pengendapan. Biasanya singkapan pola pengendapan itu kita

bisa lihat di outcrop di lapangan geologi, dari sana kita bisa mengenal yang

namanya pola sikuen. ada yang namanya hummocky, onlap, toplap, downlap,

dan lain sebagainya. untuk itulah kita lakukan pemilahan "umur" berdasarkan

marker strata.

Pembuatan Model Konseptual

Setelah melakukan penarikan horison berdasarkan pola yang kita inginkan,

maka selanjutnya adalah membuat model konseptual yang merupakan hasil

dari asumsi awal tentang bagaimana kondisi bawah permukaan. Model

konseptual juga bisa disebut dengan model frekuensi rendah karena model ini

dihasilkan dari korelasi log dan juga penarikan horison seismik. Data seismik

memiliki cakupan gelombang yang besar, sedangkan sumur memiliki cakupan

gelombang yang kecil.

2.3 Geochemical Modelling

Petroleum mengandung karbon dan hydrogen yang berasal dari material organic

dalam batuan sedimen. Produsen primer dari karbon organik yaitu bakteri, tanaman

berkayu, fitoplankton dan zooplankton.

Page 5: 4. BAB II

11

Material organik yang terdapat dalam batuan sedimen akan tergantung dari faktor

berikut.

Produktivitas primer dari material organik

Stratifikasi air

Sediment rate

Siklus Hidrokarbon

Petroleum adalah semua material di bawah permukaan bumi yang ketika dibawa

ke permukaan akan menghasilkan minyak dan gas mentah. Petroleum dapat berupa

minyak, gas, dan kondensat. Minyak adalah material yang berupa cairan pada suhu

dan tekanan permukaan. Terdiri dari senyawa yang mengandung 6 atau lebih atom

karbon. Gas adalah material yang hadir sebagai uap air pada permukaan.

Mengandung lima atau kurang atom karbon dan sejumlah gas seperti nitrogen,

korbon dioksida, dan hydrogen sulfide. Kondensat adalah hadir sebagai uap air pada

kondisi bawah permukaan, namun pada kondisi permukaan berwujud cair.

Page 6: 4. BAB II

12

Source rock hidrokarbon merupakan sedimen berukuran butir halus (fine

grain) yang secara alami sudah menghasilkan, sedang menghasilkan, atau akan

menghasilkan cukup hidrokarbon membentuk suatu akumulasi minyak dan gas bumi

(Brooks et al. 1987).

Source rock merupakan batuan yang mengandung material organic yang tidak

teroksidasi dan dapat membentuk petroleum. Batuan yang berpotensi sebagai source

rock (kaya material organic) adalah batubara, serpih karbonat, mudstone, dan

batugamping kaya material organik.

Shale dan Coal memiliki kandungan organik yang tinggi dan menjadi hal

yang menarik secara ekonomi. Sebaliknya, source rock hidrokarbon mengeluarkan

hanya sedikit minyak dan gas bumi per unit volume batuan yang terakumulasi dalam

batuan reservoar. Pengawetan material organik tersebut merupakan suatu fungsi

kandungan oksigen, tingkat sedimentasi, dan intensitas kehidupan bentonik.

Menurunnya tingkat oksigenasi dan aktifitas bentonik menyebabkan meningkatnya

tingkat fermentasi metana oleh bakteri. Akibatnya ada banyak atau sedikit material

organik yang tersimpan di dalam sedimen.

Kerogen adalah bagian dari komposisi organik didalam batuan yang larut

dalam common organic solvents. Tipe-tipe kerogen adalah sebagai berikut.

Kerogen Tipe I (Liptinite) berasal dari lipid alga setelah mengalami degradasi

oleh bakteri, alterasi oleh proses dekomposisi, kondensasi dan polimerisasi.

Endapan yang kaya liptinite dicirikan oleh warna gelap, laminasi, dan kaya

akan TOC. Liptinite ini terbentuk di danau dan lagoon, tetapi liptinite juga

banyak dalam lingkungan laut

Kerogen Tipe II (Exinite) berasal dari membran tumbuhan seperti spora,

pollen, kutikula daun, dsb. Tumbuhan tersebut bukan hanya bukan hanya

hidup di darat, swamp yang nantinya akan menghasilkan coal, akan tetapi bisa

juga hidup di danau maupun di laut

Page 7: 4. BAB II

13

Kerogen tipe III (Vitrinite), berasal dari kayu tumbuhan (woody plant) yang

terdegradasi. Vitrinite memiliki kandungan H atau H/C yang rendah, akan

tetapi memiliki O/C yang tinggi. Kerogen ini merupakan komponen utama

dari batubara (coal). Vitrinite ini bisa juga terjadi di laut dan di danau.

Kerogen tipe IV (Inertinite), berasal dari tumbuhan yang teralterasi kuat,

rombakan material organik. Karena proses oksidasi dan karbonisasi yang

tinggi, kandungan H atau H/C menjadi sangat rendah. Batuan yang

mengandung Inertinite ini kenyataannya tidak berpotensi untuk menghasilkan

oil maupun gas.

Rock Eval Pyrolisis digunakan untuk mengidentifikasi tipe dan kematangan

material organik serta untuk mendeteksi kandungan minyak/gas dalam batuan

sedimen. REP dilakukan dengan menggunakan Delsi-Nermag Rock Eval II Plus

TOC. Sampel yang dipilih untuk analisis REP yaitu sampel yang sebelumnya

dihancurkan kemudian dikeringkan.

Proses dalam Rock Eval Pyrolysis adalah sebagai berikut.

Sampel batuan dipanaskan dalam beberapa tahap, pertama dengan

temperature 3000C untur beberapa menit, diikuti dengan pemanasan

dengan interval 250C tiap menit hingga puncak termperatur sekitar

8500C.

Selama tahap awal, semua minyak dan gas yang bebas dan terbentuk

sebelumnya dari bitumen didestilasi dan dilepaskan dari batuan.

Selama tahap berikutnya, hidrokarbon dihasilkan melalui thermal

cracking dari kerogen. Seiring dengan kenaikkan temperatur, kerogen

melepaskan CO2 sebagai tambahan selian hidrokarbon.

Program pemanasan ini diilustrasikan oleh sebuah seri puncakan-

puncakan pada pyrogram.

2.4 Petrophysics Analysis

Page 8: 4. BAB II

14

2.4.1 Analisis Kualitatif

Kandungan radioaktif yang terdapat dalam batuan semakin tinggi kandungan

radioaktifnya maka log gamma ray akan menunjukan nilai yang tinggi. Gamma

ray dengan nilai yang tinggi biasanya mencirikan litologi berbutir halus (shaly)

sedangkan gamma ray dengan nilai yang rendah biasanya menunjukan litologi

berupa reservoir, baik itu sandstone maupun limestone , akan tetapi dalam kondisi

lapangan tertentu juga ditemukan high gamma ray sand dimana lapisan sandstone

banyak mengandung mineral feldspar sehingga kurva log gamma ray akan

menunjukan defleksi nilai yang tinggi.

Setelah membagi zona reservoir kemudian kita dapat menentukan jenis

litologi yang ada di lokasi penelitian, penentuan jenis litologi sangat penting

terutama untuk memasukan nilai parameter dalam perhitungan petrofisik

misalnya untuk memasukan faktor sementasi dan konstanta archie karena

perbedaan dalam penafsiran jenis litologi akan mempengaruhi hasil dari

perhitungan.

Untuk mengidentifikasi prospek hidrokarbon, diperlukan analisis terhadap

beberapa log seperti log neutron, log density, log gravity. Log neutron merupakan

log yang dapat membaca Hydrogen Index yang terkandung dalam batuan dengan

cara menembakan neutron kedalam formasi, dimana semakin tinggi hidrogen

indeksnya maka neutron yang dipantulkan kembali kedalam detektor dalam

logging tools akan semakin sedikit (log neutron menunjukan nilai yang rendah),

dan sebaliknya.

2.4.2 Analisis Kuantitatif

Page 9: 4. BAB II

15

Analisis log secara kuantitatif untuk melakukan perhitungan nilai porositas,

tahanan jenis formasi, saturasi, permeabilitas, volume shale dan ketebalan lapisan

produktif.