4. BAB II
-
Upload
guntara-denovan -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
description
Transcript of 4. BAB II
BAB II
KEGIATAN EKSPLORASI INDONESIA
Eksplorasi atau pencarian minyak bumi merupakan suatu kajian panjang yang
melibatkan beberapa bidang kajian kebumia dan merupakan kegiatan penting dalam
industri energi pada umumnya dan khususnya industri minyak dan gas bumi.
Beberapa teori dari permulaan teori antiklin, perangkap statigrafi, dan konsep
mengenai hidrodinamika menunjukan bahwa pemikiran kita terus menerus
berkembang dan menghasilkan konsep baru tentang tempat terdapatnya dan keadaan
geologi minyak bumi. Contohnya, pencarian minyak dan gas bumi di Amerika
Serikat sudah berlangsung puluhan tahun dan dilakukan oleh puluhan ribu ahli
geologi dengan modal yang sangat besar serta dengan menggunakan metoda yang
paling modern, tetapi ternyata sampai kini masih tetap dapat ditemukan cadangan
baru di dalam daerah yang sudah dieksplorasi walaupun makin lama cadangannya
makin kecil dan makin sulit untuk ditemukan.
2.1 Oil & Gas Exploration in Indonesia (Status and Potency)
Cadangan minyak terbukti yang dimiliki Indonesia saat ini hanya mencapai 4
miliar barel, jika produksi minyak saat ini rata-rata 800.000 barel per hari, maka
cadangan terbukti tersebut habis 10 tahun lagi. Namun Indonesia masih punya potensi
cadangan baru yang mencapai 43,7 miliar barel namun masih harus butuh
pembuktian dengan eksplorasi. Resources (cadangan belum tereksplorasi) Indonesia
masih punya potensi cadangan baru yang mencapai 43,7 Milliar barrel namun masih
membutuhkan pembuktian eksplorasi
7
8
Sumber energi di Indonesia berasal dari komponen berikut.
Petroleum 36%
Natural Gas 17%
Biomass 27%
Coal 20%
Penurunan cadangan migas di Indonesia disebabkan faktor berikut.
Rendahnya investasi dan aktivitas eksplorasi di wilayah kerja eksploitasi
Rendahnya realisasi komitmen kontrak wilayah kerja eksplorasi
2.2 Subsurface Mapping (Well Analysis and Seismic Interpretation)
Well analysis merupakan pengukuran beberapa sifat fisis batuan dalam sumur
guna mendapatkan informasi yang diperlukan dari suatu sumur geologi yang dapat
memberi masukan mengenai komersial atau tidaknya sumur yang telah dibor. Data
yang didapatkan berguna untuk mengevaluasi secara kuantitas banyaknya
hidrokarbon di lapisan pada situasi dan kondisi sesungguhnya,.
Well logging merupakan perekaman karakteristik dari suatu formasi batuan yang
diperoleh melalui pengukuran pada sumur bor (Ellis & Singer,2008). Data yang
dihasilkan disebut sebagai well log. Berdasarkan proses kerjanya, logging dibagi
menjadi dua jenis yaitu wireline logging dan logging while drilling bor (Ellis &
Singer,2008). Wireline logging dilakukan ketika pemboran telah berhenti dan kabel
digunakan sebagai alat untuk mentransmisikan data. Pada logging while drilling,
logging dapat dilakukan bersamaan dengan pemboran. Logging jenis ini tidak
menggunakan kabel untuk mentransmisikan data. Saat ini logging while drilling lebih
banyak digunakan karena lebih praktis sehingga waktu yang diperlukan lebih efisien
walaupun masih memiliki kekurangan berupa transmisi data yang tidak secepat
wireline logging.
9
Tujuan dari evaluasi formasi menurut Ellis & Singer (2008) adalah sebagai
berikut.
Menentukan ada tidaknya hidrokarbon
Menentukan dimana tepatnya hidrokarbon tersebut berada
Menentukan berapa banyak kandungan hidrokarbon tersebut di dalam
formasi
Menentukan apakah hidrokarbon tersebut potensial untuk diproduksi atau
tidak
Evaluasi formasi dilakukan dengan mengkorelasikan data – data yang berasal dari
sumur bor. Evaluasi formasi menyediakan nilai porositas dan saturasi hidrokarbon
sebagai fungsi kedalaman dengan menggunakan informasi geologi lokal dan sifat
fluida yang terakumulasi di dalam reservoar bor (Ellis & Singer,2008). Variasi
formasi batuan bawah permukaan yang sangat luas menyebabkan berbagai peralatan
logging harus digunakan untuk memperoleh hasil yang ideal bor (Ellis &
Singer,2008).
Metode seismik merupakan cabang geofisika yang dapat digunakan untuk
memperoleh informasi tentang sifat fisik batuan yang membentuk kulit bumi sampai
pada analisa struktur dan keadaan stratigrafi bawah permukaan. Tahapan dalam
interpretasi seismik adalah sebagai berikut:
Kalibrasi Time Depth
Data seismik post stack pada umumnya masih dalam domain TWT (two way
time) dan data sumur dalam MD (measured depth). Data sumur biasanya
dikonversi dulu ke dalam TVD (true vertical depth) karena MD adalah
kedalaman yang terukur dari Kelly Bushing bukan dari datum yang standar,
yaitu MSL (muka air laut).
Well To Seismic Tie
10
Dalam tahapan yaitu pengikatan sumur ke data seismik, mencocokkan di
kedalaman pada sumur dengan waktu tertentu pada seismik. ini diperlukan
untuk nantinya kita bisa melakukan yang namanya picking horison.
pengikatan data sumur ke seismik ini menjadi begitu penting karena kalau saja
pengikatan ini tidak pas, maka kesalahan tersebut akan diwariskan pada
tahapan interpretasi selanjutnya.
Picking Horison
Data seismik dalam bentuk post stack time migrated sebagai deretan
gelombang yang bervariasi terhadap waktu (ms) dan juga offset (m)
sedangkan perlapisan batuan itu sendiri memiliki pola/ pattern yang mengikuti
pola strata atau pengendapan. Biasanya singkapan pola pengendapan itu kita
bisa lihat di outcrop di lapangan geologi, dari sana kita bisa mengenal yang
namanya pola sikuen. ada yang namanya hummocky, onlap, toplap, downlap,
dan lain sebagainya. untuk itulah kita lakukan pemilahan "umur" berdasarkan
marker strata.
Pembuatan Model Konseptual
Setelah melakukan penarikan horison berdasarkan pola yang kita inginkan,
maka selanjutnya adalah membuat model konseptual yang merupakan hasil
dari asumsi awal tentang bagaimana kondisi bawah permukaan. Model
konseptual juga bisa disebut dengan model frekuensi rendah karena model ini
dihasilkan dari korelasi log dan juga penarikan horison seismik. Data seismik
memiliki cakupan gelombang yang besar, sedangkan sumur memiliki cakupan
gelombang yang kecil.
2.3 Geochemical Modelling
Petroleum mengandung karbon dan hydrogen yang berasal dari material organic
dalam batuan sedimen. Produsen primer dari karbon organik yaitu bakteri, tanaman
berkayu, fitoplankton dan zooplankton.
11
Material organik yang terdapat dalam batuan sedimen akan tergantung dari faktor
berikut.
Produktivitas primer dari material organik
Stratifikasi air
Sediment rate
Siklus Hidrokarbon
Petroleum adalah semua material di bawah permukaan bumi yang ketika dibawa
ke permukaan akan menghasilkan minyak dan gas mentah. Petroleum dapat berupa
minyak, gas, dan kondensat. Minyak adalah material yang berupa cairan pada suhu
dan tekanan permukaan. Terdiri dari senyawa yang mengandung 6 atau lebih atom
karbon. Gas adalah material yang hadir sebagai uap air pada permukaan.
Mengandung lima atau kurang atom karbon dan sejumlah gas seperti nitrogen,
korbon dioksida, dan hydrogen sulfide. Kondensat adalah hadir sebagai uap air pada
kondisi bawah permukaan, namun pada kondisi permukaan berwujud cair.
12
Source rock hidrokarbon merupakan sedimen berukuran butir halus (fine
grain) yang secara alami sudah menghasilkan, sedang menghasilkan, atau akan
menghasilkan cukup hidrokarbon membentuk suatu akumulasi minyak dan gas bumi
(Brooks et al. 1987).
Source rock merupakan batuan yang mengandung material organic yang tidak
teroksidasi dan dapat membentuk petroleum. Batuan yang berpotensi sebagai source
rock (kaya material organic) adalah batubara, serpih karbonat, mudstone, dan
batugamping kaya material organik.
Shale dan Coal memiliki kandungan organik yang tinggi dan menjadi hal
yang menarik secara ekonomi. Sebaliknya, source rock hidrokarbon mengeluarkan
hanya sedikit minyak dan gas bumi per unit volume batuan yang terakumulasi dalam
batuan reservoar. Pengawetan material organik tersebut merupakan suatu fungsi
kandungan oksigen, tingkat sedimentasi, dan intensitas kehidupan bentonik.
Menurunnya tingkat oksigenasi dan aktifitas bentonik menyebabkan meningkatnya
tingkat fermentasi metana oleh bakteri. Akibatnya ada banyak atau sedikit material
organik yang tersimpan di dalam sedimen.
Kerogen adalah bagian dari komposisi organik didalam batuan yang larut
dalam common organic solvents. Tipe-tipe kerogen adalah sebagai berikut.
Kerogen Tipe I (Liptinite) berasal dari lipid alga setelah mengalami degradasi
oleh bakteri, alterasi oleh proses dekomposisi, kondensasi dan polimerisasi.
Endapan yang kaya liptinite dicirikan oleh warna gelap, laminasi, dan kaya
akan TOC. Liptinite ini terbentuk di danau dan lagoon, tetapi liptinite juga
banyak dalam lingkungan laut
Kerogen Tipe II (Exinite) berasal dari membran tumbuhan seperti spora,
pollen, kutikula daun, dsb. Tumbuhan tersebut bukan hanya bukan hanya
hidup di darat, swamp yang nantinya akan menghasilkan coal, akan tetapi bisa
juga hidup di danau maupun di laut
13
Kerogen tipe III (Vitrinite), berasal dari kayu tumbuhan (woody plant) yang
terdegradasi. Vitrinite memiliki kandungan H atau H/C yang rendah, akan
tetapi memiliki O/C yang tinggi. Kerogen ini merupakan komponen utama
dari batubara (coal). Vitrinite ini bisa juga terjadi di laut dan di danau.
Kerogen tipe IV (Inertinite), berasal dari tumbuhan yang teralterasi kuat,
rombakan material organik. Karena proses oksidasi dan karbonisasi yang
tinggi, kandungan H atau H/C menjadi sangat rendah. Batuan yang
mengandung Inertinite ini kenyataannya tidak berpotensi untuk menghasilkan
oil maupun gas.
Rock Eval Pyrolisis digunakan untuk mengidentifikasi tipe dan kematangan
material organik serta untuk mendeteksi kandungan minyak/gas dalam batuan
sedimen. REP dilakukan dengan menggunakan Delsi-Nermag Rock Eval II Plus
TOC. Sampel yang dipilih untuk analisis REP yaitu sampel yang sebelumnya
dihancurkan kemudian dikeringkan.
Proses dalam Rock Eval Pyrolysis adalah sebagai berikut.
Sampel batuan dipanaskan dalam beberapa tahap, pertama dengan
temperature 3000C untur beberapa menit, diikuti dengan pemanasan
dengan interval 250C tiap menit hingga puncak termperatur sekitar
8500C.
Selama tahap awal, semua minyak dan gas yang bebas dan terbentuk
sebelumnya dari bitumen didestilasi dan dilepaskan dari batuan.
Selama tahap berikutnya, hidrokarbon dihasilkan melalui thermal
cracking dari kerogen. Seiring dengan kenaikkan temperatur, kerogen
melepaskan CO2 sebagai tambahan selian hidrokarbon.
Program pemanasan ini diilustrasikan oleh sebuah seri puncakan-
puncakan pada pyrogram.
2.4 Petrophysics Analysis
14
2.4.1 Analisis Kualitatif
Kandungan radioaktif yang terdapat dalam batuan semakin tinggi kandungan
radioaktifnya maka log gamma ray akan menunjukan nilai yang tinggi. Gamma
ray dengan nilai yang tinggi biasanya mencirikan litologi berbutir halus (shaly)
sedangkan gamma ray dengan nilai yang rendah biasanya menunjukan litologi
berupa reservoir, baik itu sandstone maupun limestone , akan tetapi dalam kondisi
lapangan tertentu juga ditemukan high gamma ray sand dimana lapisan sandstone
banyak mengandung mineral feldspar sehingga kurva log gamma ray akan
menunjukan defleksi nilai yang tinggi.
Setelah membagi zona reservoir kemudian kita dapat menentukan jenis
litologi yang ada di lokasi penelitian, penentuan jenis litologi sangat penting
terutama untuk memasukan nilai parameter dalam perhitungan petrofisik
misalnya untuk memasukan faktor sementasi dan konstanta archie karena
perbedaan dalam penafsiran jenis litologi akan mempengaruhi hasil dari
perhitungan.
Untuk mengidentifikasi prospek hidrokarbon, diperlukan analisis terhadap
beberapa log seperti log neutron, log density, log gravity. Log neutron merupakan
log yang dapat membaca Hydrogen Index yang terkandung dalam batuan dengan
cara menembakan neutron kedalam formasi, dimana semakin tinggi hidrogen
indeksnya maka neutron yang dipantulkan kembali kedalam detektor dalam
logging tools akan semakin sedikit (log neutron menunjukan nilai yang rendah),
dan sebaliknya.
2.4.2 Analisis Kuantitatif
15
Analisis log secara kuantitatif untuk melakukan perhitungan nilai porositas,
tahanan jenis formasi, saturasi, permeabilitas, volume shale dan ketebalan lapisan
produktif.