37 · merupakan metode eksperimen murni di mana tidak mengunakan sepenuhnya teknik replikasi,...

15
37 PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012

Transcript of 37 · merupakan metode eksperimen murni di mana tidak mengunakan sepenuhnya teknik replikasi,...

37

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012

38

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012 PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES

INTERVENSI PERAWATAN SPIRITUAL DAN TINGKAT STRES PASIEN

GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RUMAH SAKIT PROF. R.D.KANDOU

MANADO

I Gede Purnawinadi

Universitas Klabat

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini menganalisa hubungan intervensi perawatan spiritual dan tingkat

stres pasien gagal jantung kongestif dan menggunakan desain Quasi-

Experimental Pre–Test – Post-Test dan purposive sampling techniques dengan

jumlah responden 152 pasien yang memenuhi kriteria penelitian. Analisis

tingkat stres menggunakan metode rata-rata (mean), dan analisis hubungan

antara variabel independen dan dependen menggunakan Pearson Correlation.

Untuk menganalisa hubungan antara variabel ketika dipengaruhi variabel

moderator yang lebih dari dua kelompok data digunakan ANOVA (Analysis of

Variance). Yang terdiri dari dua kelompok data menggunakan uji T-test

Indenpeden. Penelitian ini menemukan bahwa pasien dengan diagnosa gagal

jantung kongestif tidak stres. Penelitian ini juga menemukan adanya hubungan

yang signifikan antara intervensi perawatan spiritual terhadap tingkat stres

pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif, baik secara fisiologis maupun

psikologis (nilai signifikansi p = 0.000).

Kata Kunci: intervensi perawatan spiritual, tingkat stres, variabel moderator

Abstract

This study analyzed the relationship of spiritual care intervention and the stress

level of congestive heart failure patients as well as used Quasi-Experimental

Pre-Test – Post-Test and purposive sampling techniques with a total

respondents of 152 patients who met the criteria of the study. The analysis of

stress level used the average method, and the analysis of the correlation among

independent and dependent variables used the Pearson Correlation. To analyze

the correlation between variables when affected by the moderator variable of

more than two data groups, the ANOVA (Analysis of Variance) was used.

Data made up of two groups used the Independent T-test. This study found

that patients with diagnosed congestive heart failure did not have stress. This

study also found that there was significant correlation between spiritual care

intervention and the stress level of patients with congestive heart failure, both

physiologically and psychologically (significant value of p = 0.000).

Keywords: spiritual care intervention, level of stress, moderator variable

37

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012

Latar Belakang Masalah

Kesehatan mencakup suatu keadaan yang seimbang antara fisik, mental, sosial,

dan spiritual yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Jika terjadi gangguan

pada salah satu fungsi kesehatan, itu akan mempengaruhi keseluruhan. Setiap organ

memiliki tugas masing-masing dan melakukan fungsi penting dalam tubuh (Leahy,

2006). Menurut World Health Organization (2007), diperkirakan bahwa pada tahun

2020, penyebab utama beban penyakit di dunia akan mengalami perubahan; gagal

jantung tidak hanya menyerang orang-orang di negara maju saja, tetapi orang di seluruh

negara di dunia. Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian di Indonesia.

Berdasarkan data tahun 2007, penyakit jantung adalah penyebab kematian yang paling

umum di rumah sakit dalam klasifikasi non penyakit menular (Depkes, 2008).

Pada tahun 2008, Sulawesi Utara khususnya di RSUP. Prof. DR. R. D. Kandou

Manado menunjukkan data penderita gagal jantung kongestif yang cukup tinggi.

Sekitar 1922 pasien CHF (Congestive Heart Failure) merupakan 38% dari semua

jumlah pasien penyakit jantung yang dirawat di bagian POLI jantung; sekitar 212

pasien CHF merupakan 67% dari semua pasien penyakit jantung yang dirawat di

bagian IRINA F Jantung, dan 96 pasien yang merupakan 52% dari semua jumlah

pasien penyakit jantung yang dirawat di bagian CVCU (cardiovascular care unit).

Kondisi gagal jantung kongestif (CHF) atau gagal jantung yang sering juga disebut

dekompensasi kordis adalah kondisi di mana jantung tidak dapat memompa cukup

darah ke organ tubuh lainnya untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen

dan nutrien. Gangguan fisiologi gagal jantung adalah kompleks, tetapi pada semua

gagal jantung, terdapat gangguan pada kemampuan jantung sebagai pompa dan

tergantung pada bermacam-macam faktor yang saling terkait (Joewono, 2003).

Serangan jantung merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa; jika terlambat

ditangani, kemungkinan besar pasien akan mengalami kematian.

Salah satu masalah yang terkait dengan penyakit jantung adalah masalah stres.

Pasien yang mengalami stres merasa penyakit yang dideritanya memerlukan proses

penyembuhan yang lama bahkan takut akan ancaman kematian. Dengan adanya hal ini,

pasien yang sering mengalami stres dapat memperberat kondisi penyakitnya. Stres

termasuk label yang digunakan untuk gejala psikologis yang mendahului penyakit,

reaksi kecemasan, ketidaknyamanan, dan banyak kondisi lain (Niven, 2000). Stres

dapat meningkatkan tekanan darah, menekan sistem kekebalan, dan meningkatkan

resiko serangan jantung. Stres jangka panjang bahkan dapat menggangu otak sehingga

seseorang lebih rentan terhadap kecemasan dan depresi. Kecemasan dapat

menghasilkan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik yang menyebabkan

peningkatan beban kerja jantung (Taylor et al., 2002). Di Indonesia, khususnya di

propinsi Sulawesi Utara, belum ada penelitian yang dilakukan mengenai pemberian

intervensi perawatan spiritual untuk mengatasi stres dan mempertahankan kondisi

PENDAHULUAN

38

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012 PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES

normal tanda-tanda vital pasien yang mengalami penyakit jantung. Sehubungan

dengan hal-hal yang disebutkan sebelumnya, penelitian perlu dilakukan dengan judul

Intervensi Perawatan Spiritual Terhadap Tingkat Stres dan Tanda-tanda Vital Pasien

dengan Diagnosa Gagal Jantung Kongestif di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang uraian di atas, maka perumusan masalah yang

diambil oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Sejauh manakah tingkat stres fisiologis dan psikologis pasien dengan

diagnosa gagal jantung kongestif di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou

Manado?

2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara intervensi perawatan spiritual

dan tingkat stres fisiologis pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif?

3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara intervensi perawatan spiritual

dan tingkat stres psikologis pasien dengan diagnosa gagal jantung

kongestif?

4. Apakah ada perbedaan yang signifikan pada tingkat stres pasien dengan

diagnosa gagal jantung kongestif berdasarkan faktor-faktor yang

mempengaruhi seperti usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi, dan latar

belakang pendidikan?

Tujuan

Ada beberapa tujuan sehingga penelitian ini tercetus. Tujuan pertama adalah

untuk mengetahui sejauh mana tingkat stres fisiologis maupun psikologis pasien

dengan diagnosa gagal jantung kongestif di RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado.

Kedua, penelitian ini bertujuan mengidentifikasi adanya hubungan yang signifikan

antara intervensi perawatan spiritual dan tingkat stres fisiologis maupun psikologis

pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif. Ketiga, penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh data jika ada perbedaan yang signifikan pada tingkat stres pasien

berdasarkan faktor usia, jenis klemain, tingkat ekonomi, dan latar belakang pendidikan.

Hipotesis Null

Peneliti berasumsi bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara intervensi

perawatan spiritual dan tingkat stres fisiologis pada pasien dengan diagnosa gagal

jantung kongestif; juga, tidak ada hubungan yang signifikan antara intervensi

perawatan spiritual dan tingkat stres psikologi pada pasien dengan diagnosa gagal

jantung kongestif. Selanjutnya, tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat stres

pasien berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi seperti umur, jenis kelamin,

tingkat ekonomi, dan tingkat pendidikan pada pasien dengan diagnosa gagal jantung

kongestif.

37

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012

Perawatan pasien secara holistik merupakan bagian yang mencakup seluruh

aspek dan saling berhubungan satu sama lain untuk mencapai kondisi kesehatan yang

baik. Kata spiritual berasal dari bahasa Latin spiritus, yang berarti 'meniup' atau

'bernapas' dan dapat berarti memberikan kehidupan atau intisari jiwa (Blais, Hayes,

Kozier, & Erb, 2006 & Kozier, Erb, Snyder, & Berman, 2000). Spiritualitas mencakup

dimensi hubungan dengan kekuatan yang lebih tinggi, daya kreatif, Ilahi, sumber energi

yang tidak terbatas, inspirasi, penghormatan, makna, dan tujuan hidup (Cravent, 2003).

Sedangkan menurut Gorman, Raines, dan Sultan (2002), spiritualitas adalah

kepercayaan dari setiap individu untuk menyerap semua bidang kehidupan mereka dan

mempengaruhi sikap, kepercayaan, nilai, dan kesehatan. Perawatan spiritual mencakup

jangkauan seseorang dalam sentuhan Ilahi melalui merasakan kehadiran-Nya, berdoa,

membaca bacaan rohani, memberikan sebuah kesaksian dan dorongan, atau

berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan. Jenis-jenis intervensi spiritual yang dapat

berupa doa khusus bagi orang yang mengalami nyeri atau stres, kunjungan rohaniawan,

meditasi, terapi musik, perawatan spiritual pribadi, pelayanan tempat ibadah,

pembacaan bahan keagamaan berupa Alkitab, buletin, dan jenis-jenis bacaan dapat

meningkatkan produktivitas dan kemampuan berdaptasi terhadap stres (Potter & Perry,

2005). Teori Neuman menyarankan bahwa menyediakan perawatan rohani klien dapat

memperkuat pertahanan terhadap stres (Taylor, 2002).

Doa adalah berkomunikasi dengan Tuhan yang Mahatinggi, Allah, Jehovah,

atau yang lainnya di dalam pikiran (Blais et al., 2006). Klien memerlukan waktu tenang

tanpa gangguan untuk melaksanakan doa dan memiliki buku doa, rosario, tasbih, atau

simbol-simbol keagamaan agar tersedia bagi mereka (Blais et al, 2006). Kuasa doa

dapat menyembuhkan orang sakit dan membuka jalan bagi mereka yang mengalami

kebuntuan. Membaca Kitab Suci merupakan salah satu bagian dari intervensi spiritual

yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit-penyakit yang kronis. Belajar Alkitab

dalam berbagai fasilitas perawatan sangat penting karena dapat menyediakan interaksi

dan pembelajaran lebih lanjut mengenai iman seseorang, dapat menyediakan interaksi

sosial dan dukungan, dan dapat mendatangkan kenyamanan. Bacaan Kitab Suci dapat

menjadi sebuah sumber kenyamanan dan kekuatan untuk orang-orang percaya (Shelly

& Miller, 2006).

Musik adalah kombinasi dari irama, harmoni, melodi, dan nada. Respons musik

individu dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berbeda. Terapi musik sebagai

penggunaan musik dalam pencapaian tujuan terapeutik dan peningkatan kesehatan

mental dan fisik. Musik yang dipilih yang diberikan secara signifikan meningkatkan

toleransi dan kemampuan mengendalikan stimulus yang menyakitkan dan untuk

mengurangi kecemasan. Respon terhadap stres bervariasi, tergantung pada persepsi

masing-masing peristiwa. Tanda dan gejala stres fisiologis akibat pengaktifan

neuroendokrin simpatik dan sistem tubuh dapat mempengaruhi semua bagian tubuh.

TINJAUAN PUSTAKA

38

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012 PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES

Stres sebagai pengalaman emosional fisiologis terdiri dari 3 tahapan (Copstead &

Banasik, 2005). Pertama adalah tahap alarm di mana terjadi proses melawan atau lari

dalam waktu jangka pendek dan total respon sistem saraf simpatik ketika secara sadar

orang merasakan adanya stres dan merasa tak berdaya. Kedua adalah tahap perlawanan

yang merupakan cara tubuh beradaptasi melalui tanggapan terhadap adrenocortical

disekuilibrium. Ketika zat kimia seperti sekresi glukokortikoid kembali normal dengan

aktivitas dan norephinephrin simpatik, tanggapan akhirnya kembali normal bila tekanan

berkurang atau ketika orang telah menemukan mekanisme adaptif yang memenuhi

kebutuhan emosional dan fisik. Paparan stres kronis yang berkepanjangan terhadap

sistem saraf simpatik dapat meningkatkan resiko gejala umum yang terkait, tekanan

darah tinggi, serangan jantung, penghambatan sistem kekebalan, atau penurunan

antibodi yang telah dimanifestasikan oleh tahap perlawanan. Ketiga adalah tahap

kelelahan yang merupakan fase perpanjangan stres yang belum dapat tertanggulangi

pada fase sebelumnya. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti

sakit kepala, gangguan mental, dan penyakit arteri koroner. Bila usaha melawan tidak

dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.

Stres psikologis yang berkaitan dengan perubahan dalam penampilan suatu

fungsi tubuh adalah perubahan dalam konsep diri (Miller, 2000). Dimensi psikologis

mencakup persepsi tentang suasana hati, pikiran, motivasi, kekuatan dan kelemahan

pribadi, nilai-nilai dan kepercayaan, dan spiritualitas (Black & Hawks, 2005). Stres

psikologis dapat menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap penyakit dengan

menekan respon kekebalan tubuh dan suasana hati yang negatif, seperti kecemasan dan

depresi yang berhubungan dengan tekanan (Harkreader, 2000). Pada tekanan

psikologis, peristiwa kehidupan individu ini diwujudkan sebagai emosi dan perubahan

perilaku kognitif (Copstead & Banasik, 2005). Indikator perilaku stres psikologi

mencakup ansietas, depresi, kepenatan, peningkatan penggunaan bahan kimia,

perubahan dalam kebiasaan makan, tidur dan pola aktivitas, kelelahan mental, perasaan

tidak ada kuat, kehilangan harga diri, peningkatan kepekaan, kehilangan motivasi,

ledakan emosional dan menangis, penurunan produktivitas dan kualitas kinerja

pekerjaan, kecendrungan untuk membuat kesalahan, mudah lupa dan pikiran buntu,

kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci, preokupasi, ketidakmampuan

berkonsentrasi pada tugas, peningkatan ketidakhadiran dan penyakit, letargi,

kehilangan minat, dan rentan terhadap kecelakaan.

Metode Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi-

Eksperimental Pre–Test – Post-Test, di mana peneliti mengkaji hubungan antar

variabel, memanipulasi variabel independen, dan mengendalikan eksperimen (Demsey,

2002). Pengunaan metode ini untuk menentukan apakah suatu perlakuan akan

METODOLOGI

37

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012

membawa perubahan dan digunakan sebagai tindakan alternatif yang ditunjukan untuk

menguji situasi sebab-akibat yang tidak memungkinkan dilakukan dengan

menggunakan metode eksperimen. Metode ini merupakan jenis penelitian kuantitatif

yang banyak digunakan dalam penelitian kesehatan dengan subjek manusia. Ini bukan

merupakan metode eksperimen murni di mana tidak mengunakan sepenuhnya teknik

replikasi, kontrol, atau randomisasi sebagai persyaratan penentuan eksperimental

murni. Tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah

memberikan intervensi perawatan spiritual: berdoa, membaca Alkitab, dan

mendengarkan instrumen musik rohani sebagai variabel independen serta tingkat stres

sebagai variabel dependen.

Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dilaksanakan dengan langkah-langkah: (1)

merencanakan dan merampungkan materi serta bahan, (2) mengirimkan surat

permohonan ijin dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat kepada Direktur

dari RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado, (3) bertemu dan mengobservasi keadaan

para responden serta menjelaskan tentang penelitian yang akan dilaksanakan hingga

menyajikan informed consent, (4) melakukan pre-test yaitu mengukur tingkat stress dan

tanda-tanda vital pasien sebagai variabel dependen dalam penelitian menggunakan alat

ukur yang telah disediakan, (5) memberikan intervensi perawatan spiritual sebagai

variabel independen dalam penelitian yaitu berdoa bersama pasien, membaca ayat

Alkitab, dan mendengarkan instrumen musik rohani, dan (6) melakukan post-test yaitu

mengukur tingkat stres dan tanda-tanda vital pasien menggunakan alat ukur yang telah

disediakan setelah diberikan intervensi perawatan spiritual.

Untuk mendapatkan hasil yang baik, diadakan uji coba (pilot study) kuesioner

pada 50 orang untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut jelas dan dapat dimengerti

oleh para mahasiswa yang akan menjawabnya. Jika terdapat kerancuan, kata-kata di

dalam kuesioner itu perlu diganti dengan kata-kata yang lebih mudah dimengerti. Pilot

study dapat menunjukkan content validity atau keasahan dari setiap pertanyaan

kuesioner (Fraenkel & Wallen, 2003). Pertanyaan-pertanyan di dalam kuesioner harus

mampu memberikan data yang menyokong untuk semua perumusan masalah tanpa

mengabaikan jumlah minimum pertanyaan yang dibutuhkan untuk setiap perumusan

masalah. Setelah itu, pengisian kuesioner oleh para pasien diadakan. Para pasien yang

sudah masuk dalam uji coba kuesioner (pilot study) tidak masuk lagi dalam pengisian

kuesioner penelitian.

Teknik Penentuan Lokasi, Populasi, dan Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu untuk

mewakili sifat dari populasinya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

pengumpulan data adalah jenis non-probability di mana pengambilan sampel tidak

dilakukan secara acak untuk memilih jenis sampel yang digunakan berdasarkan metode

kemungkinan sampling. Pasien yang diambil adalah yang mengalami penyakit gagal

38

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012 PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES

jantung kongestif di RSUP Prof. DR. R. D Kandou, Malalayang, Manado yang pernah

dirawat paling kurang 1 hari. Sampel yang digunakan adalah adalah purposive

sampling atau judgmental sampling di mana setiap sampel dipilih berdasarkan

ketersediaan atas kriteria khusus yang ditetapkan untuk maksud penelitian. Responden

yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 152 orang dengan berbagai karakteristik

demografi, di mana para responden tersebut ditinjau dari segi usia, jenis kelamin,

tingkat ekonomi, dan latar belakang pendidikan yang dirawat selama periode kurang

lebih 3 bulan yakni bulan Januari-Maret 2010. Diharapkan hasil penelitian akan lebih

akurat karena data yang terfokus dengan melibatkan satu jenis diagnosa pasien.

Analisa dan Interpretasi

Untuk menjawab pernyataan masalah 1, yaitu untuk mengetahui sejauh mana

tingkat stres responden sebelum dan sesudah diberi intervensi perawatan spiritual,

digunakan metode rata-rata (Mean). Untuk menjawab pernyataan masalah 2 dan 3,

yaitu mengidentifikasi adanya pengaruh yang signifikan antara variabel independen

(intervensi perawatan spiritual) dan variabel dependen (tingkat stres) serta menjawab

hipotesa 1 dan 2, digunakan metode korelasi Pearson Product Moment yaitu metode

statistik untuk menguji hipotesis hubungan antara satu variabel bebas dengan satu

variabel tergantung atau untuk mengetahui ada atau tidak korelasi antara dua interval.

Adapun desain yang digunakan untuk menjawab pernyataan masalah 4 untuk

mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara variabel-variabel berdasarkan

beberapa faktor yang mempengaruhi adalah statistik ANOVA (Analysis of Variance)

yakni sebuah model dan prosedur yang terkait, di mana yang diamati (varians) ini

dibagi menjadi komponen-komponen yang berbeda karena ada variabel penjelas seperti

usia, tingkat ekonomi, dan tingkat pendidikan. Dalam bentuknya yang paling

sederhana, ANOVA memberikan uji statistik apakah berarti sederajat untuk lebih dari

dua kelompok. Untuk menentukan pengaruh adanya perbedaan faktor jenis kelamin

pada variabel antara dua kelompok yang terdiri dari laki-laki dan perempuan serta

menjawab hipotesa 3, peneliti menggunakan statistik uji T-test Indenpeden dengan

sampel bebas.

Uji statistik terhadap hipotesis dilakukan untuk melihat apakah nilai hasil

penelitian secara statistik berada dalam area penolakan atau tidak. Kriteria penentuan

apakah suatu variabel berhubungan dengan variabel yang lain secara statistik adalah

nilai signifikansi α ≤ 0.05 yang berarti hasil nilai penelitian berada pada area

penolakan. Pernyataan responden diukur menggunakan skala Likert. Peneliti

menentukan kriteria untuk mengidentifikasi sikap responden sebagai berikut:

Tidak pernah : 1 Sering : 4

Jarang : 2 Selalu : 5

Kadang-kadang : 3

37

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012

Tabel 1

Standar Interpretasi Nilai Tingkat Stres

Interval Nilai Interpretasi

1 – 1.49 Sangat stres

1.5 – 2.49 Stres

2.5 – 3.49 Stres sedang

3.5 – 4.49 Tidak stres

4.5 – 5 Sangat tidak stres

Tingkat Stres Pasien

Table 2

Deskriptif Hasil Analisis Stres Fisiologis

No. Variabel Pre Post

Mean Std. Int. Mean Std. Int.

1. Otot yang rileks 3.71 1.221 TS 4.57 .733 STS

2. Telapak tangan tidak berkeringat 2.89 1.221 SS 3.81 1.066 TS

3. Tangan dan kali tidak dingin 3.29 1.290 SS 3.90 1.034 TS

4. Tidak kelelahan 2.41 1.124 S 3.24 .997 TS

5. Tidak sakit kepala 2.86 1.213 SS 3.80 1.218 TS

6. Tidak sakit perut 3.56 1.321 TS 4.17 .947 TS

7. Bisa makan dengan baik 4.17 1.060 TS 4.53 .797 STS

8. Berat badan normal 3.65 1.324 TS 3.80 1.170 TS

9. Tidak terjadi kemerahan kulit 4.25 1.158 TS 4.32 .888 TS

10. Tidur dengan nyenyak 3.65 1.246 TS 4.49 .822 TS

11. Bernapas dengan baik 3.84 1.142 TS 4.57 .733 TS

12. Merasa kuat 4.05 1.170 TS 4.34 .798 TS

Total 3.52 1.207 TS 4.12 0.933 TS

Keterangan:

Sig.: Nilai Signifikansi TD: Tidak Stres

Int.: Interpretasi SS: Stres Sedang

Std.: Standar Deviasi S: Stres

STS: Sangat Tidak Stres

Penjelasan mengenai tingkat stres pasien disajikan berdasarkan hasil penelitian.

Tabel 2 menunjukkan data sebelum diberi intervensi perawatan spiritual. Pada pasien-

pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif secara fisioligis, variabel ‘tidak terjadi

kemerahan pada kulit’ dengan poin tertinggi dengan rata-rata 4.25 dan standar deviasi

HASIL PENELITIAN

38

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012 PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES

1.158 menyatakan tidak stres, sedangkan variabel ‘tidak kelelahan’ yang merupakan

poin terendah dengan rata-rata 2.41 dan standar deviasi 1.124 menyatakan stres.

Namun secara keseluruhan, hasil menunjukkan rata-rata 3.52 dengan standar deviasi

1.207 yang menunjukkan bahwa secara fisiologis pasien dinyatakan tidak stres. Tabel

2 juga menunjukkan bahwa setelah dilakukan intervensi perawatan spiritual pada

pasien-pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif secara fisioligis, variabel-

variabel ‘otot yang rileks’ dan ‘merasa kuat’ yang merupakan poin tertinggi yang sama

dengan rata-rata 4.57 dan standar deviasi 0.733 menyatakan sangat tidak stres,

sedangkan variabel ‘tidak kelelahan’ yang merupakan poin terendah dengan rata-rata

3.24 dan standar deviasi 0.997 menyatakan stres sedang. Namun secara keseluruhan,

hasil menunjukkan rata-rata 4.12 dengan standar deviasi 0.933 yang menunjukkan

bahwa secara fisiologis pasien dinyatakan tidak stres.

Tabel 3 Deskriptif Hasil Analisis Stres Psikologi

No. Variabel Pre Post

Mean Std. Int. Mean Std. Int.

1. Merasa tenang 3.91 .965 TS 4.57 .733 STS

2. Tidak tergesa-gesa 3.16 1.122 SS 3.19 1.066 SS

3. Mampu berpikir dengan baik 4.20 .949 TS 4.10 1.034 TS

4. Tidak merasa khawatir 3.08 1.295 SS 3.76 .997 SS

5. Tidak merasa bingung 2.91 1.196 SS 3.53 1.010 TS

6. Tidak mudah tersinggung 3.07 1.256 SS 3.67 1.047 TS

7. Bebas dari beban 4.02 1.076 TS 4.30 .982 TS

8. Mampu mengendalikan emosi

dan suasana hati

3.76 1.139 TS 4.21 .974 TS

9. Konsentrasi dan fokus 3.05 1.167 SS 3.47 1.151 TS

10. Optimis 4.50 .876 STS 4.71 .843 STS

11. Yakin akan pertolongan Tuhan 4.76 .661 STS 4.92 .453 STS

12. Tidak cemas 2.69 1.298 SS 3.58 1.160 TS

Total 3.59 1.083 TS 3.66 0.954 TS Keterangan:

Sig.: Nilai Signifikansi TD: Tidak Stres

Int.: Interpretasi SS: Stres Sedang

Std.: Standar Deviasi S: Stres

STS: Sangat Tidak Stres

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada pasien dengan diagnosa gagal jantung

kongestif sebelum diberi intervensi perawatan spiritual secara psikologis, variabel

‘yakin akan pertolongan Tuhan’ yang merupakan poin tertinggi dengan rata-rata 4.76

dan standar deviasi 0.661 menyatakan sangat tidak stres, sedangkan variabel ‘tidak

cemas’ yang merupakan poin terendah dengan rata-rata 2.69 dan standar deviasi 1.298

menyatakan stres sedang. Namun, hasil secara keseluruhan yang menunjukkan nilai

rata-rata 3.59 dengan standar deviasi 1.083 menunjukkan bahwa secara psikologis para

pasien dinyatakan tidak stres. Setelah dilakukan intervensi perawatan spiritual pada

37

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012

pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif secara psikoligis, variabel ‘yakin akan

pertolongan Tuhan’ yang merupakan poin tertinggi yang sama dengan rata-rata 4.92

dan standar deviasi 0.453 menyatakan sangat tidak stres, sedangkan variabel ‘mampu

berpikir dengan baik’ dengan poin terendah dengan rata-rata 2.10 dan standar deviasi

1.034 menyatakan stres. Namun, hasil secara keseluruhan menunjukkan nilai rata-rata

3.66 dengan standar deviasi 0.954. Ini menyatakan bahwa secara psikologis pasien

dinyatakan tidak stres. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pasien dengan gagal

jantung kongestif di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado secara fisiologis maupun

psikologis tidak stres. Setelah ditelusuri berdasarkan fakta, penyebabnya adalah bahwa

sebelum dilakukan penelitian ini, pihak rumah sakit tempat di mana penelitian ini

dilakukan telah menyediakan pelayanan secara spiritual kepada semua pasien yang

dirawat sehingga hasil rata-ratanya menjadi tidak stres.

Hubungan Antara Intervensi Perawatan Spiritual dan Tingkat Stres Fisiologis

Maupun Psikologis

Tabel 4 menampilkan nilai hasil penelitian secara statistik yang menyatakan

adanya hubungan yang sangat signifikan antara intervensi perawatan spiritual dan

tingkat stres fisiologis dengan nilai signifikansi p = 0.000 dan r = 0.477, sehingga Ho1

yang menyatakan tidak ada hubungan yang sangat signifikan antara intervensi

perawatan spiritual dan tingkat stres fisiologis pada pasien dengan gagal jantung

kongestif di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado tidak dapat diterima atau ditolak.

Table 4

Hasil Analisis Hubungan Intervensi Perawatan Spiritual dan Tingkat Stres Fisiologis

Stres Fisiologis

R P Interpretasi

.477**

.000 Sangat Siginifikan ** hubungan sangat signifikan pada level 0.01

Begitupula ditunjukkan pada Tabel 5, hubungan intervensi perawatan spiritual

dan tingkat stres psikologis yang sangat signifikan menunjukkan nilai signifikansi p =

0.000 dan r = 0.397, sehingga Ho2 yang menyatakan tidak ada hubungan yang

signifikan antara intervensi perawatan spiritual dan stres psikologi pada pasien dengan

gagal jantung kongestif di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado ditolak. Intervensi

perawatan spiritual dapat digunakan untuk menurunkan stres. Hal ini adalah penting

untuk menilai orang-orang yang dirawat di rumah sakit dengan gagal jantung.

Aktivitas spiritual mempunyai efek positif untuk menurunkan stres (Dahl & Zenter

dikutip dalam Potter & Perry, 2005).

38

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012 PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES

Tabel 5

Hasil Analisis Hubungan Intervensi Perawatan Spiritual dan Tingkat Stres Psikologis

**Hubungan sangat signifikan pada level 0.01

Hasil menunjukkan bahwa dimensi spiritual memainkan peran penting dalam

menghadapi stres.

Perbedaan Terhadap Tingkat Stres Pasien Berdasarkan Faktor-faktor yang

Mempengaruhi

Tabel 6 menunjukkan hasil statistik yang menggunakan ANOVA (Analysis of

Variance) untuk menganalisa pernyataan masalah dan hipotesa tersebut. Nilai

signifikansi yang diperoleh dari setiap variabel faktor yaitu lebih besar dari 0.05: (1)

dari segi usia, nilai 0.541 untuk fisiologis dan nilai 0.144 untuk psikologis, (2) dari

faktor tingkat ekonomi, nilai 0.139 untuk fisiologis dan 0.101 untuk psikologis, dan (3)

dari faktor tingkat pendidikan, nilai 0.075 untuk fisiologis dan 0.292 untuk psikologis.

Tabel 6

Hasil Statistik ANOVA Tentang Perbedaan Tingkat Stres Berdasarkan Faktor Usia,

Tingkat Ekonomi, dan Tingkat Pendidikan

Variabel Moderator Nilai Signifikansi Interpretasi

Usia Fisiologis 0.541 Tidak signifikan

Psikologis 0.144 Tidak signifikan

Tingkat ekonomi Fisiologis 0.139 Tidak signifikan

Psikologis 0.101 Tidak signifikan

Tingkat pendidikan Fisiologis 0.075 Tidak signifikan

Psikologis 0.292 Tidak signifikan

Tabel 7 menunjukkan hasil statistik dengan nilai signifikansi yang diperoleh

dari segi faktor jenis kelamin dengan nilai 0.683 untuk fisiologis dan nilai 0.351 untuk

psikologis. Dari data yang ditampilkan pada Tabel 6 dan 7 tersebut, dapat disimpulkan

bahwa Ho3 yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap

intervensi perawatan spiritual dan tingkat stres berdasarkan faktor-faktor yang

mempengaruhi seperti umur, jenis kelamin, tingkat ekonomi dan tingkat pendidikan

pada pasien dengan gagal jantung kongestif di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado

diterima.

Stres Psikologis

R p Interpretasi

.397**

.000 Sangat Siginifikan

37

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012

Tabel 7

Hasil Statistik T-Test Tentang Perbedaan Tingkat Stres Berdasarkan Faktor Jenis

Kelamin

Variabel Moderator Nilai Signifikansi Interpretasi

Jenis kelamin Fisiologis

Psikologis

0.683

0.351

Tidak signifikan

Tidak signifikan

Penelitian ini menyatakan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada tingkat

stres berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat ekonomi

sehingga hasil yang didapatkan bersifat kontradiktif dengan literatur yang telah

disebutkan di atas. Peneliti berasumsi bahwa banyaknya data yang digunakan,

penyebaran data yang tidak merata, dan hasil yang menyatakan pasien tidak stres dapat

mempengaruhi hasil penelitian ini yang tidak menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan dari beberapa faktor yang mempengaruhi yang telah disebutkan sebelumnya.

Tingkat stres fisiologis dan psikologis pasien dengan diagnosa gagal jantung

kongestif di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado sebelum dan sesudah dilakukan

intervensi perawatan spiritual adalah tidak stres. Selanjutnya, terdapat hubungan yang

signifikan antara intervensi perawatan spiritual dengan tingkat stres fisiologis dan

psikologis. Ketika faktor usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi, dan tingkat pendidikan

diikutsertakan, itu tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada tingkat stres baik

fisiologis maupun psikologis. Peneliti merekomendasikan kepada masyarakat dan

institusi rumah sakit agar dapat mempergunakan intervensi perawatan spiritual sebagai

suatu metode untuk mengatasi stres pada pasien dengan diagnosa gagal jantung

kongesif.

Kepada institusi pendidikan, khususnya Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Klabat, kiranya penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para mahasiswa keperawatan di

mana mereka dapat menggunakan intervensi perawatan spiritual sebagai bentuk

pelayanan kesehatan untuk membantu pasien dalam mengatasi stres akibat penyakit

yang dialami. Dengan demikian, kesehatan pasien dapat dipulihkan secara optimal.

Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi dasar dan bahan untuk

penelitian selanjutnya. Peneliti juga merekomendasikan untuk menggunakan intervensi

keperawatan yang lainnya seperti teknik relaksasi untuk menurunkan tingkat stres.

Terangkat pujian dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan

terlaksananya penelitian ini. Terima kasih kepada Universitas terlebih khusus Fakultas

KESIMPULAN DAN SARAN

PERSANTUNAN

38

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012 PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES

Ilmu Keperawatan yang memprakarsai sarana dan prasarana untuk penelitian ini.

Kepada semua yang terlibat secara langsung maupun tidak, banyak terima kasih.

Khususnya, untuk sumber inspirasi dan dorongan moril keluarga, teman sejawat, dan

para pasien yang mau bekerja sama, tertutur terima kasih.

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2005). Medical surgical nursing: Medical management

for positif outcome (7th ed.). Evolve: Elsevier Saunders.

Blais, K. K., Hayes, J. S., Kozier, B., Erb, G. (2006). Professional nursing practice:

Concepts and perspectives (5th ed.). Pearson: Prentice Hall.

Copstead, L. E & Banasik, J. (2005). Pathophysiology. 3 rd Edition. Philadelphia USA,

Elsevier Sauders: Evolve.

Craven, R. F. (2003). Fundamental of nursing human health and function (4th ed.).

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Departemen Rumah Sakit Penyakit Jantung Nasional Harapan Kita. (2006).

Penatalaksanaan sindrom koroner akut. Diambil dari

http://www.kalbefarma.com/files/cdk/06.pdf/06.Sindromkoronerakut.html

DEPKES RI. (2008). Profil kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Fraenkel, J. R., & Wallen, N. E. (2003). How to design and evaluate research in

education (5th ed.; international ed.). Philippines: McGraw-Hill.

Gorman, L. M., Raines, M. L., & Sultan, F. D. (2002). Psychosocial nursing for

general patient care (2nd ed.) Philadelphia: F.A. Davis.

Harkreader, H. (2000). Fundamental of nursing caring and clinical judgment. USA:

Sauders.

Joewono, B. S. (2003). Ilmu penyakit jantung. Surabaya: Airlangga University Press.

Kozier, B., Erb, G., Snyder, S., & Berman, A. (2009). Fundamental of nursing

concepts, process, and practice (8th ed.) New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Lehay, J. (2006). Foundation of Nursing Practice, a Nursing Process Approach. W. B.

sunders company.

Miller, J. F. (2000). Coping with chronic illness: Overcoming powerlessness (3rd ed.)

Philadelphia: Davis.

REFERENSI

37

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012

Niven, N. (2000). Psikologi kesehatan: Pangantar untuk perawat & profesional

kesehatan (ed. 2). Jakarta: EGC.

Potter, P. A & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan konsep,

proses, dan praktek (ed. 4). Jakarta: ECG.

Smeltzer, S., & Bare, B. (2002). Buku ajar keperawatan medikal-bedah (ed. 8). Jakarta:

EGC.

Taylor, E. J. (2002). Spiritual care: Nursing theory, research, and practice. New

Jersey: Prentice Hall.