318-622-1-SM
Click here to load reader
-
Upload
nila-sari-al-matseh -
Category
Documents
-
view
69 -
download
1
Transcript of 318-622-1-SM
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK MANAJEMEN DATA PWS – KIA (INDIKATOR KESEHATAN IBU)
OLEH BIDAN DI DESA DI KABUPATEN LAMONGAN
Lysminiar Avil Norista
1, Atik Mawarni
2, Cahya Tri Purnami
2
1.
Mahasiswa Peminatan Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro 2.
Staf Pengajar Peminatan Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
ABSTRACT
In addition to providing Maternal Child Health (MCH), village’s midwife also has a role in administrative activities of the
MCH program in his village. Through Monitoring Local Area of MCH, village midwives in the MCH program can monitor
continuously the village. In fact the village’s midwife in Lamongan not perform data management Monitoring Local Area
of MCH well, especially on maternal health indicators. The purpose of this study was to analyze the relationship factors in
data management practices Monitoring Local Area of MCH (Maternal Health Indicators) by a village’s midwife in
Lamongan. This study is an analytical survey research (explanatory survey) with a cross sectional study approach.
Population is the entire village’s midwives in Lamongan. Samples are 67 respondents. Sampling methods are proportional
random sampling with criteria based on the working area of data centers that have a history of Monitoring Local Area of
MCH which complete and incompleted for determine the number of samples in each strata / regions and simple random
sampling to determine the samples taken each chosen region. From the results showed that more respondents had good
knowledge (70.1%), good attitude (92.5%), good data management capabilities (91.0%), availability of appropriate
facilities (85.1%), peer support either midwives (91.0%), support the leadership of both (88.1%), and good data
management practices (79.1%). Based on the results of Chi Square test found that the variables in connection with the data
management practices Monitoring Local Area of MCH (Maternal Health Indicators) is the knowledge (p = 0.0001), data
management abilities (p = 0.018), peer support midwives (p = 0.047) , and support leaders (p = 0.021). While the variable
has no relation to data management practices Monitoring Local Area of MCH (Maternal Health Indicators) is an attitude
(p = 0.603) and the availability of support facilities (p = 0.729).
Keywords : Monitoring Local Area of MCH, Data Management, Village’s Midwife
PENDAHULUAN
Program Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) merupakan salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia.
Program KIA yang dimaksud meliputi
pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga
berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir
dengan komplikasi, bayi dan balita.
Pengelolaan program KIA bertujuan untuk
meningkatan derajat kesehatan ibu, bayi dan
anak beserta keluarganya secara optimal
melalui pemantapan dan meningkatkan mutu
pelayanan KIA secara efektif dan efisien.
Peningkatan mutu program KIA yang
diharapkan menjadi prioritas di tingkat
kabupaten/kota juga dapat dinilai dari
besarnya cakupan program di masing-masing
wilayah kerja. Untuk memantau cakupan
pelayanan KIA tersebut dikembangkan
Sistem Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu dan Anak (PWS–KIA). PWS–
KIA adalah alat manajemen untuk
melakukan pemantauan program KIA di
suatu wilayah kerja secara terus menerus,
agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat
dan tepat. Kegiatan PWS–KIA terdiri dari
pengumpulan, pengolahan, analisa, dan
interpretasi data serta penyebarluasan
informasi ke penyelenggara program dan
pihak/instansi terkait untuk tindak lanjut(1)
.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-x
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Manajemen data merupakan bagian
dari mamajemen sumber daya informasi serta
memastikan bahwa sumber daya data
mencerminkan secara akurat.sumber daya
yang dimaksud adalah sumber daya data
yang dapat disimpan dalam bentuk berkas/
arsip dokumen ataupun dalam bentuk
elektronik. Kegiatan manajemen dilakukan
dalam sebuah sistem informasi yang berguna
untuk proses pengambilan keputusan(2)
.
Kegiatan manajemen data KIA di suatu
wilayah kerja dilakukan oleh Bidan yang
bekerja baik di wilayah kecamatan yaitu
bidan koordinator Puskesmas maupun di
kelurahan/desa yaitu bidan di desa. Dalam
kegiatan PWS–KIA di tingkat desa, Bidan di
Desa selaku petugas pelayanan kesehatan
masyarakat di desa secara aktif
mengumpulkan data sasaran dan data
pelayanan di suatu desa, melakukan
pengolahan data dan analisis serta
penelusuran data kohort dan membuat
rencana tindak lanjut(1)
.
Pengumpulan data di tingkat desa
dilaksanakan oleh bidan di desa dengan
mencatat data sasaran dan data pelayanan.
Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah
sasaran yang dihitung berdasarkan rumus
yang sesuai dengan buku pedoman PWS –
KIA sedangkan data pelayanan pada
umumnya berasal dari register kohort ibu,
kohort bayi, kohort anak balita, kohort KB.
Selanjutnya setiap bulan Bidan di Desa
mengolah data yang tercantum dalam buku
kohort dan dijadikan sebagai bahan laporan
bulanan KIA. Langkah pengolahan data
meliputi pembersihan data, validasi dan
pengelompokan. Analisis yang dilakukan
oleh Bidan di Desa dengan menilai cakupan
indikator PWS–KIA di desanya untuk
menilai kemajuan desanya. Bidan di Desa
dapat membuat grafik cakupan indikator
PWS–KIA yang dapat digunakan untuk
mengikuti perkembangan dan
menindaklanjutinya. Penelusuran data kohort
dengan mengidentifikasi kasus / masalah
secara individu selama masa hamil,
melahirkan, nifas, neonatus, bayi dan balita
serta membangun perencanaan berdasarkan
masalah spesifik. Selanjutnya perencanaan
berdasar hasil analisa tersebut akan
didiskusikan pada acara minilokakarya setiap
bulan(1)
.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
ditemukan adanya beberapa kendala dalam
manajemen data PWS–KIA yang dilakukan
oleh bidan di desa, diantaranya yaitu bidan di
desa tidak melakukan pencatatan secara
lengkap dan benar pada formulir di kohort
ibu, tidak memperhatikan apakah pengisian
data lengkap atau tidak, anggapan bahwa
pada indikator kesehatan ibu lebih rumit
pencatatannya dan membutuhkan perhatian
lebih karena sering dibahas di pertemuan
mini lokakarya di puskesmas, melakukan
pengubahan data (manipulasi). Selain itu
bidan di desa hanya melakukan pengolahan
data berupa rekapitulasi data pada register
dan kohort ibu, tidak melakukan analisa data,
tidak melakukan penelusuran data kohort dan
pembuatan rencana tindak lanjut, serta tidak
melakukan pelaporan data secara tepat waktu
ke Puskesmas.
Praktik manajemen data PWS-KIA
merupakan salah satu bentuk perilaku bidan
di desa dalam kegiatan administratif yang
berhubungan dengan data KIA di desanya.
Pada dasarnya praktik yang dilakukan secara
berulang-ulang dan terus menerus inilah yang
dinamakan perilaku(3)
. Menurut teori perilaku
Precede oleh Lawrence Green menyatakan
bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya
perilaku antara lain faktor predisposisi
(predisposing factor), faktor pemungkin
(enabling factor), dan faktor pendukung
(reinforcing factor)(3)
. Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan praktik
manajemen data PWS-KIA (indikator
kesehatan ibu oleh bidan di desa di
Kabupaten Lamongan.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
survei analitik dengan tipe eksplanatory
research dengan pendekatan cross sectional
study bertujuan untuk menjelaskan hubungan
variabel bebas yaitu pengetahuan, sikap,
kemampuan dalam manajemen data,
ketersediaan fasilitas penunjang, dukungan
sesama bidan, dukungan pimpinan dengan
variabel terikat yaitu praktik manajemen data
PWS-KIA (Indikator Kesehatan Ibu) di
Kabupaten Lamongan melalui pengujian
hipotesis. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh bidan di desa di Kabupaten
Lamongan yang berjumlah 515 orang dan
jumlah sampel yang digunakan adalah 67
responden. Teknik pengambilan sampel
adalah proporsional random sampling
dengan kriteria berdasarkan puskesmas yang
memiliki riwayat laporan PWS-KIA yang
lengkap dan tidak lengkap untuk menentukan
jumlah sampel di setiap strata/wilayah dan
simple random sampling untuk menentukan
sampel pada setiap wilayah yang terpilih.
Perhitungan jumlah sampel ditentukan
dengan menggunakan rumus sampel minimal
proporsi binominal (binominal proporsion)
dengan jumlah sampel populasi (N) yang
diketahui(4)
.
𝑛 = 𝑍𝛼 ².𝑝. 𝑞. 𝑁
𝑑2 . 𝑁 − 1 + 𝑍𝛼 ².𝑝. 𝑞
Keterangan :
N = besar populasi
n = besar sampel
Zα = Nilai Z pada derajat kemaknaan
p = proporsi suatu kasus tertentu terhadap
populasi, dalam penelitian ini proporsi
ditetapkan dari segi ketidaklengkapan data
PWS – KIA bersumber dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Lamongan, yaitu sebesar 0,73
q = 1 –p
d = derajat penyimpangan terhadap
populasi yang diinginkan: dalam penelitian
ini digunakan derajat penyimpangan sebesar
10% (0,01).
Sehingga besar sampel dalam penelitian ini
adalah :
𝑛 = 𝑍𝛼 ².𝑝. 𝑞. 𝑁
𝑑2 . 𝑁 − 1 + 𝑍𝛼 ². 𝑝. 𝑞
𝑛 = 1,96 ² 𝑥 0.73 0.27 𝑥515
0.102 𝑥 515 − 1 + 1,96 ²𝑥 0.73 027
𝑛 =389,947
5,897
𝑛 = 66,12~ 67 responden
Selanjutnya untuk menentukan jumlah
sampel masing-masing sub populasi dalam
wilayah tertentu dapat digunakan rumus
besar sampel proporsional random sampling
, yaitu :
ni = 𝑁𝑖
𝑁𝑥 𝑛
Keterangan :
ni = besar sampel yang diambil pada suatu
sub populasi
Ni = total sub populasi
N = total populasi
n = besar sampel
Pengumpulan data dilakukan dengan
melakukan wawancara langsung pada
responden yang berpedoman pada kuesionar
penelitian yang telah dilakukan uji validitas
dan reliabilitasnya. Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan bantuan
aplikasi SPSS 11,5 for windows dengan
tahapan editing, koding, entry, dan
tabulating. Analisa data yang digunakan
adalah analisa univariat dengan distribusi
frekuensi dan analisa bivariat dengan tabel
silang (crosstab) maupun uji statistik
menggunakan uji Chi-Square.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Univariat
Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa lebih banyak responden
(70,1%) memiliki pengetahuan baik
mengenai manajemen data PWS - KIA
(Indikator Kesehatan Ibu). Hal ini didukung
oleh pendapat Notoatmodjo (2007) bahwa
pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan
ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek
tertentu(3)
. Bidan di desa mengetahui tata cara
dan prosedur dalam manajemen data PWS-
KIA setelah mengamati bidan koordinator
dalam melakukan manajemen data maupun
setelah membaca dan memahami buku
pedoman PWS-KIA.
Secara keseluruhan pengetahuan
responden mengenai definisi PWS-KIA,
pengumpulan data, pengolahan data,
penyajian data, analisa data, penelusuran data
kohort, dan pembuatan rencana tindak lanjut
tergolong baik. Namun demikian masih ada
beberapa responden yang masih memiliki
pengetahuan kurang baik dalam praktik
manajemen data yang dapat diketahui dari
beberapa item pertanyaan pada variabel
pengetahuan.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Responden Tentang Manajemen Data PWS–
KIA di Puskesmas Wilayah Kabupaten
Lamongan
No Pengetahuan
Responden f %
1. Kurang Baik 20 29,9
2. Baik 47 70,1
Total 67 100,0
Sikap
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa lebih banyak jumlah
responden memiliki sikap baik (92,5%)
mengenai manajemen data PWS KIA
(Indikator Kesehatan Ibu). Hal ini didukung
sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007)
bahwa sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap
objek(3)
. Pengetahuan dan pengalaman bidan
di desa sehari-hari dalam kegiatan
manajemen data PWS KIA menyebabkan
timbulnya sikap yang baik pada diri bidan di
desa. Selain itu karena kegiatan tersebut telah
dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi
hal yang biasa bagi bidan di desa. Secara
keseluruhan sikap responden mengenai
pengumpulan data, penyajian data, analisa
data, penelusuran data kohort, dan
pembuatan rencana tindak lanjut tergolong
baik. Namun demikian masih ada beberapa
responden yang masih memiliki sikap yang
kurang baik dalam praktik manajemen data
yang dapat diketahui dari beberapa item
pertanyaan pada variabel sikap.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sikap
Responden Tentang Manajemen Data PWS–
KIA di Puskesmas Wilayah Kabupaten
Lamongan
No Sikap
Responden f %
1. Kurang Baik 5 7,5
2. Baik 62 92,5
Total 67 100,0
Kemampuan Manajemen Data
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa lebih banyak responden
memiliki kemampuan baik (91,0%) dalam
manajemen data PWS KIA (Indikator
Kesehatan Ibu). Hasil penelitian ini sesuai
dengan pendapat Siagian (1992) bahwa
kemampuan menyesuaikan diri merupakan
suatu modal penting yang terdapat dalam diri
manusia yang oleh karenanya harus dipupuk
dan dikembangkan terus menerus(5)
.
Kemampuan manajemen data PWS KIA
timbul dari adanya pengetahuan dan
pengalaman yang didapatkan oleh bidan di
desa. Masa kerja yang lama berarti juga
bertambahnya pengalaman bidan di desa
dalam melakukan tugas-tugasnya, termasuk
dalam hal manajemen data PWS KIA.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
bahwa sebesar 82,1% responden memiliki
masa kerja > 5 tahun sebagai bidan di desa.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden memiliki pengalaman yang cukup
dalam berprofesi menjadi seorang bidan di
desa tersebut. Hal ini didukung oleh
penelitian Yani (2008) yang menyebutkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara lama kerja dengan kinerja bidan dalam
upaya pencapaian program KIA karena
semakin lama bidan bekerja maka
pengalaman yang didapatkan juga semakin
banyak(6)
. Menurut Siagian (2004)
pengalaman seseorang dalam melakukan
tugas tertentu secara terus menerus dalam
waktu yang cukup lama dapat meningkatkan
kedewasaan teknisnya(7)
. Secara keseluruhan
kemampuan responden mengenai
pengumpulan data, penyajian data, analisa
data, penelusuran data kohort, dan
pembuatan rencana tindak lanjut tergolong
baik. Namun demikian masih ada beberapa
responden yang masih memiliki kemampuan
yang kurang baik dalam praktik manajemen
data yang dapat diketahui dari beberapa item
pertanyaan pada variabel kemampuan
manajemen data.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kemampuan
Responden Tentang Manajemen Data PWS–
KIA di Puskesmas Wilayah Kabupaten
Lamongan
No Kemampuan
Responden f %
1. Kurang Baik 6 9,0
2. Baik 61 91,0
Total 67 100,0
Ketersediaan Fasilitas Penunjang
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa lebih banyak responden
(85,1%) memiliki ketersediaan fasilitas
penunjang yang sesuai dalam manajemen
data PWS KIA (Indikator Kesehatan Ibu).
Hal ini didukung oleh pendapat Notoatmodjo
(2007) bahwa untuk mewujudkan sikap
menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas(3)
.
Dengan tersedianya fasilitas yang sesuai
maka akan menunjang bidan di desa dalam
melakukan kegiatan manajemen data PWS
KIA dengan baik. Pada item pertanyaan
mengenai ketersediaan fasilitas penunjang,
lebih banyak responden yang memiliki
fasilitas berupa buku pedoman PWS-KIA
maupun register kohort ibu, namun demikian
masih ada cukup banyak responden yang
mengaku tidak memiliki buku pedoman
PWS-KIA maupun register kohort ibu
tersebut. Dalam buku pedoman PWS-KIA
dijelaskan bahwa Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten memberikan fasilitas kepada
setiap bidan di desa antara lain adalah buku
pedoman PWS-KIA dan register kohort ibu
yang meliputi lembar kohort antenatalcare,
kohort persalinan, kohort nifas, formulir
deteksi risiko /komplikasi oleh masyarakat,
maupun formulir untuk penanganan
komplikasi oleh nakes(1).
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Ketersediaan
Fasilitas Penunjang Dalam Manajemen Data
PWS–KIA di Puskesmas Wilayah Kabupaten
Lamongan
No Ketersediaan
Fasilitas
Penunjang f %
1. Kurang Sesuai 10 14,9
2. Sesuai 57 85,1
Total 67 100,0
Dukungan Sesama Bidan
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa lebih banyak responden
(91,0%) yang mendapatkan dukungan
sesama bidan yang baik dalam manajemen
data PWS KIA (Indikator Kesehatan Ibu).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
mengenai hubungan kerja. Menurut Mello
(2002), hubungan kerja yang terbentuk
sangat mempengaruhi psikologis pekerja.
Komunikasi yang baik merupakan kunci
untuk membangun hubungan kerja(8)
.
Dukungan teman sesama bidan di desa yang
memiliki tugas yang sama dalam kegiatan
manajemen data PWS–KIA dapat menjadi
faktor penguat dalam praktik manajemen
data PWS–KIA.
Secara keseluruhan dukungan sesama
bidan dalam pengumpulan data, pengolahan
daya, penyajian data, analisa data,
penelusuran data kohort, dan pembuatan
rencana tindak lanjut tergolong baik. Namun
demikian masih ada beberapa responden
yang masih memiliki dukungan sesama bidan
yang kurang baik dalam praktik manajemen
data yang dapat diketahui dari beberapa item
pertanyaan pada variabel dukungan sesama
bidan.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Dukungan
Sesama Bidan Dalam Manajemen Data
PWS–KIA di Puskesmas Wilayah Kabupaten
Lamongan
No Dukungan
Sesama
Bidan f %
1. Kurang Baik 6 9,0
2. Baik 61 91,0
Total 67 100,0
Dukungan Pimpinan
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa lebih dari tiga per empat
jumlah responden mendapatkan dukungan
pimpinan yang baik (88,1%) dalam
manajemen data PWS KIA (Indikator
Kesehatan Ibu). Dalam hal ini peran bidan
koordinator maupun kepala puskesmas serta
Dinas Kesehatan dalam mendukung bidan di
desa untuk melakukan kegiatan manajemen
data dapat menjadi faktor yang memperkuat
praktik bidan di desa dalam manajemen data
PWS–KIA dengan baik. Hasil penelitian ini
didukung oleh pendapat Istijanto (2005)
bahwa dukungan sosial memiliki pengaruh
cukup besar dalam mendukung aspek
psikologis karyawan, sehingga karyawan
mampu bekerja dengan tenang, dapat
berkonsentrasi mengerjakan pekerjaan,
menjadi loyal, temotivasi kerja, dsb(9)
. Secara
keseluruhan dukungan pimpinan dalam
praktik manajemen dat PWS-KIA tergolong
baik, namun demikian masih ada beberapa
responden yang masih mendapatkan
dukungan pimpinan yang kurang baik dalam
praktik manajemen data yang dapat diketahui
dari beberapa item pertanyaan pada variabel
dukungan pimpinan.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Dukungan
Pimpinan Dalam Manajemen Data PWS–
KIA di Puskesmas Wilayah Kabupaten
Lamongan
No Dukungan
Pimpinan f %
1. Kurang Baik 8 11,9
2. Baik 59 88,1
Total 67 100,0
Praktik Manajemen Data PWS-KIA
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa lebih banyak responden
(79,1%) melakukan praktik yang sesuai
dalam manajemen data PWS KIA (Indikator
Kesehatan Ibu). Menurut Notoatmodo (2007)
bahwa praktik adalah perwujudan dari sikap
dalam tindakan atau perbuatan nyata yang
diperlukan faktor-faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara
lain fasilitas dan dukungan (support) dari
pihak lain(3)
. Bidan di desa dalam melakukan
praktik manajemen data ini disebabkan
adanya pengetahuan dan kemampuan serta
didukung adanya fasilitas maupun dukungan
sosial dalam lingkungan kerjanya. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Oktarina dan
Indah (2007) bahwa dalam praktik pengisian
kartu ibu pada pelayanan antenatalcare oleh
bidan di desa dipegaruhi oleh pengetahuan,
sikap, dan motivasi dari bidan di desa itu
sendiri(10)
.
Secara keseluruhan praktik responden
mengenai pengumpulan data, pengolahan
data, penyajian data, analisa data,
penelusuran data kohort, dan pembuatan
rencana tindak lanjut tergolong baik. Namun
demikian masih ada beberapa responden
yang masih memiliki praktik kurang baik
dalam praktik manajemen data yang dapat
diketahui dari beberapa item pertanyaan pada
variabel praktik.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Praktik
Responden Dalam Manajemen Data PWS–
KIA di Puskesmas Wilayah Kabupaten
Lamongan
No Praktik
Manajemen Data f %
1. Kurang Sesuai 14 20,9
2. Sesuai 53 79,1
Total 67 100,0
Analisis Bivariat
Kaitan pengetahuan dengan praktik
manajemen data PWS-KIA (indikator
kesehatan ibu)
Berdasarkan hasil analisis statistik
dengan uji Chi Square dengan
memperhatikan koreksi Yates pada variabel
pengetahuan, diperoleh nilai X2
= 17,229 dan
p value = 0,0001 (p < 0,05), sehingga secara
statistik menunjukkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara pengetahuan dengan
praktik manajemen data PWS KIA (Indikator
Kesehatan Ibu). Hasil penelitian ini sesuai
dengan teori yang dikembangkan L. Green
yang menyatakan bahwa pengetahuan
merupakan faktor predisposisi (predisposing
factor) yang menentukan perilaku
seseorang(3)
. Hal ini juga sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Roger dalam
Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan(3)
.
Pengetahuan yang baik dari bidan di
desa dalam manajemen data PWS – KIA
menjadi salah satu faktor yang
mempermudah praktik dalam manajemen
data PWS – KIA di masing-masing wilayah
kerjanya. Di Kabupaten Lamongan, bidan di
desa mendapatkan pengetahuan mengenai
manajemen data PWS-KIA melalui hasil
pemahaman membaca buku pedoman PWS-
KIA maupun melalui pembinaan dari Bidan
Koordinator / Dinas Kesehatan.
Kaitan antara sikap dengan praktik
manajemen data PWS-KIA (indikator
kesehatan ibu)
Berdasarkan hasil analisis statistik
dengan uji Chi Square dengan
memperhatikan koreksi Yates pada variabel
sikap, diperoleh nilai X2
= 0,271 dan p value
= 0,603 (p > 0,05), sehingga secara statistik
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara sikap dengan praktik
manajemen data PWS KIA (Indikator
Kesehatan Ibu). Menurut Kirscht dalam
Lidyawati (2010) menyebutkan bahwa sikap
didefinisikan sebagai perasaan yang lebih
tetap ditujukan terhadap suatu objek baik itu
seseorang, suatu tindakan, atau gagasan dan
melekat ke dalam struktur sikap atau
merupakan evaluasi dalam dimensi baik-
buruk(11)
. Pendapat tersebut diperkuat dengan
postulat konsistensi tergantung (postulate of
contingent consistency) yang dikemukakan
oleh Warner dan De Fleur dalam Azwar
(2007) yang mengatakan bahwa hubungan
antara sikap dengan perilaku (praktik) sangat
ditentukan oleh faktor-faktor situasional
tertentu(12)
. Menurut Mahmudi (2005), faktor
kontekstual (situasional) yang mempengaruhi
kinerja seseorang meliputi tekanan dan
perubahan lingkungan. Namun tidak semua
bentuk sikap ditentukan oleh situasi
lingkungan dan pengalaman pribadi
seseorang, kadang-kadang, suatu bentuk
sikap merupakan pernyataan yang didasari
oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego(13)
. Sikap bidan di
desa di Kabupaten Lamongan mengenai
manajemen data PWS KIA ini timbul dari
adanya pengetahuan dan pengalaman bidan
di desa sehari-hari dalam kegiatan
manajemen data PWS KIA tersebut. Selain
itu karena kegiatan tersebut telah dilakukan
secara rutin dan berulang-ulang sehingga
menjadi hal yang biasa bagi bidan di desa.
Sikap bidan di desa dalam manajemen data
PWS – KIA yang tidak berhubungan dengan
praktik manajemen data PWS – KIA
dimungkinkan karena adanya beberapa hal
tersebut.
Kaitan antara kemampuan manajemen
data dengan praktik manajemen data
PWS-KIA (indikator kesehatan ibu)
Berdasarkan hasil analisis statistik
dengan uji Chi Square dengan
memperhatikan koreksi Yates pada variabel
kemampuan manajemen data, diperoleh nilai
X2
= 5,588 dan p value = 0,018 (p < 0,05),
sehingga secara statistik menunjukkan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara
kemampuan manajemen data dengan praktik
manajemen data PWS KIA (Indikator
Kesehatan Ibu). Hasil penelitian ini sesuai
dengan teori yang dikembangkan L. Green
yang menyatakan bahwa kemampuan
merupakan salah satu faktor yang
memungkinkan untuk terjadinya perilaku
tertentu(14)
. Hal ini sejalan dengan pendapat
Simamora dalam Fiblia, bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang
adalah faktor individual yang meliputi
kemampuan dan keahlian(15)
. Kemampuan
seorang bidan di desa dalam melakukan
manajemen data PWS – KIA dapat menjadi
pendorong atau pemungkin dalam melakukan
kegiatan manajemen data tersebut.
Kemampuan atau keterampilan ini
didapatkan dari pengetahuan seseorang
terhadap apa yang dipelajarinya. Menurut
Newstrom dan Keith (2003), keterampilan
teknis (technical skills) mengacu pada
pengetahuan dan keterampilan seseorang
dalam salah satu jenis proses atau teknis
tersebut(16)
. Kemampuan bidan di desa di
Kabupaten Lamongan dalam manajemen
data PWS – KIA timbul dari adanya
pengetahuan dan pengalaman yang
didapatkan. Bidan di desa yang memiliki
masa kerja yang lama juga akan pengalaman
yang baik dalam melaksanakan tugas-
tugasnya, termasuk dalam hal manajemen
data PWS-KIA.
Kaitan antara ketersediaan fasilitas
penunjang dengan praktik manajemen
data PWS-KIA (indikator kesehatan ibu)
Berdasarkan hasil analisis statistik
dengan uji Chi Square dengan
memperhatikan koreksi Yates pada variabel
ketersediaan fasilitas penunjang, diperoleh
nilai X2
= 0,120 dan p value = 0,729 (p >
0,05), sehingga secara statistik menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara ketersediaan fasilitas penunjang
dengan praktik manajemen data PWS KIA
(Indikator Kesehatan Ibu). Hasil penelitian
ini tidak sesuai dengan teori yang
dikembangkan L. Green yang menyatakan
bahwa ketersediaan fasilitas merupakan salah
satu faktor yang memungkinkan untuk
terjadinya perilaku tertentu(14)
. Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan
nyata diperlukan faktor pendukung, atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara
lain adalah fasilitas. Faktor ini terwujud
dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak
tersedianya fasilitas – fasilitas atau sarana
yang merupakan sumber daya untuk
menunjang perilaku(3)
. Menurut Wijono
(1999), fasilitas merupakan sarana atau
peralatan yang dipergunakan dalam
melaksanakan pelayanan maupun pekerjaan.
Untuk meningkatkan kepatuhan terhadap
standar sehingga pelayanan yang bermutu
dapat tercapai, maka fasilitas harus sesuai
baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya,
karena keberhasilan suatu pekerjaan juga
didukung oleh fasilitas yang memadai(17)
.
Formulir pencatatan PWS – KIA dari
Dinas Kesehatan dikirim ke setiap puskesmas
dan selanjutnya didistribusikan kepada setiap
desa. Terlambatnya distribusi formulir
pencatatan PWS – KIA maupun formulir
yang tidak selalu tersedia menjadi salah satu
kendala dalam kegiatan manajemen data
PWS KIA di Kabupaten Lamongan. Oleh
karena itu kebijakan setiap puskesmas dalam
mencukupi ketersediaan fasilitas berupa
formulir PWS KIA tersebut adalah dengan
menghimbau bidan koordinator untuk
membuat form sementara sendiri yang
disesuaikan dengan format baku pada buku
pedoman PWS – KIA. Lembar registrasi
untuk setiap jenis data pelayanan disediakan
oleh masing-masing bidan di desa dengan
format dan ketentuan pada buku pedoman
PWS – KIA. Namun dengan
diberlakukannya pembuatan form sendiri
inilah yang dapat menjadikan bertambahnya
beban kerja bidan di desa, yaitu bidan di desa
harus menyalin kembali data-data dari
formulir sementara ke formulir dalam kohort
ibu yang telah tersedia. Fasilitas yang
menunjang bidan di desa dalam manajemen
data PWS – KIA khususnya Indikator
Kesehatan Ibu diantaranya adalah buku
pedoman PWS–KIA, lembar / buku register,
kartu ibu, kohort antenatal care, kohort
persalinan ibu, kohort pemeriksaan ibu nifas,
dan alat bantu elektronik kalkulator(1)
.
Kaitan antara dukungan sesama bidan
dengan praktik manajemen data PWS-
KIA (indikator kesehatan ibu)
Berdasarkan hasil analisis statistik
dengan uji Chi Square dengan
memperhatikan koreksi Yates pada variabel
dukungan sesama bidan, diperoleh nilai X2
=
3,189 dan p value = 0,047 (p < 0,05),
sehingga secara statistik menunjukkan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara
dukungan sesama bidan dengan praktik
manajemen data PWS KIA (Indikator
Kesehatan Ibu). Hasil penelitian ini sesuai
dengan pendapat Mello (2002), hubungan
kerja yang terbentuk sangat mempengaruhi
psikologis pekerja(8)
. Pada prinsipnya
hubungan kerja merupakan bagian integral
dari interaksi sosial, yaitu suatu hubungan
antar dua atau lebih individu manusia,
dimana kelakuan individu yang satu
mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki
individu yang lain, khususnya sesama rekan
kerja(33)
. Dukungan sesama bidan dalam satu
wilayah kerja puskesmas di Kabupaten
Lamongan ditunjukkan dengan adanya
anjuran atau ajakan untuk melakukan
kegiatan manajemen data PWS-KIA dengan
baik misalnya untuk melengkapi pencatatan
dan pengumpulan data PWS-KIA maupun
pelaporan PWS-KIA yang tepat pada
waktunya.
Kaitan antara dukungan pimpinan
dengan praktik manajemen data PWS-
KIA (indikator kesehatan ibu)
Berdasarkan hasil analisis statistik
dengan uji Chi Square dengan
memperhatikan koreksi Yates pada variabel
dukungan pimpinan, diperoleh nilai X2
=
5,328 dan p value = 0,021 (p < 0,05),
sehingga secara statistik menunjukkan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara
dukungan pimpinan dengan praktik
manajemen data PWS KIA (Indikator
Kesehatan Ibu). Hasil penelitian ini sesuai
dengan pendapat Istijanto (2005) bahwa
dukungan sosial memiliki pengaruh cukup
besar dalam mendukung aspek psikologis
karyawan, sehingga karyawan mampu
bekerja dengan tenang, dapat berkonsentrasi
mengerjakan pekerjaan, menjadi loyal,
temotivasi kerja, dsb(9)
. Salah satu bentuk
dukungan dari pimpinan yaitu dengan
supervisi. Supervisi yang terarah dan
berkelanjutan merupakan sistem pembinaan
yang efektif bagi pelembagaan PWS –
KIA(1)
. Dalam pelaksanaannya, Di
Kabupaten Lamongan, Bidan koordinator di
setiap puskesmas secara rutin satu bulan
sekali melakukan evaluasi melalui kegiatan
minilokakarya di Puskesmas. Dalam kegiatan
minilokakarya disampaikan hasil laporan
PWS KIA setiap desa dalam wilayah kerja
puskesmas tersebut dan selanjutnya
dilakukan tindak lanjut dari hasil
pembahasan minilokakakrya.
Selain itu di beberapa Puskesmas bidan
koordinator memberikan punishment berupa
ancaman kepada beberapa bidan di desa yang
tidak lengkap pelaporannya maupun selalu
terlambat mengumpulkan laporannya. Dinas
Kesehatan Kabupaten Lamongan melakukan
supervisi ke masing-masing puskesmas
secara insidental bagi Puskesmas yang
memiliki beberapa cakupan indikator yang
semakin menurun atau masih rendah.
Kegiatan manajemen data PWS–KIA bidan
koordinator setiap puskesmas wajib
melakukan pelaporan PWS-KIA ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Lamongan (Sub Dinas
Kesehatan Keluarga) setiap bulan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Secara keseluruhan gambaran
pengetahuan, sikap, kemampuan manajemen
data, ketersediaan fasilitas penunjang,
dukungan sesama bidan, dan dukungan
pimpinan, serta praktik manajemen data
PWS-KIA (Indikator Kesehatan Ibu) di
Kabupaten Lamongan tergolong baik, namun
demikan masih ada beberapa hal kurang baik
ditunjukkan dari jawaban beberapa item
pertanyaan yang salah. Adanya hubungan
antara pengetahuan, kemampuan manajemen
data, dukungan sesama bidan, dan dukungan
pimpinan dengan praktik manajemen data
PWS-KIA (Indikator Kesehatan Ibu) dan
tidak adanya hubungan antara sikap dan
ketersediaan fasilitas penunjang dengan
praktik manajemen data PWS-KIA (Indikator
Kesehatan Ibu).
Saran
Bagi Puskesmas adalah dengan
meningkatkan kembali pemahaman bidan di
desa mengenai pentingnya kualitas data dan
informasi KIA yang baik yang disampaikan
oleh bidan koordinator maupun kepala
puskesmas pada saat mini lokakarya serta
meningkatkan dukungan dalam manajemen
data PWS KIA melalui penyediaan fasilitas
berupa penyediaan buku register kohort ibu
secara kontinu dan memadai. Bagi Dinas
Kesehatan adalah perlu dilakukan supervisi
yang terjadwal untuk setiap puskesmas guna
memantau perkembangan dalam kegiatan
pengelolaan data program Kesehatan Ibu dan
Anak di masing-masing wilayah melalui
pelaksanaan PWS KIA Bagi Peneliti lain
adalah penelitian dapat dilanjutkan dengan
mencari besarnya pengaruh yang mungkin
ditimbulkan dari variabel yang telah ada
hubungan maupun dengan mengidentifikasi
lebih dalam kegiatan manajemen data PWS
KIA mulai dari kegiatan pengumpulan data
hingga pembuatan rencana tindak lanjut.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih kepada Dra. Atik
Mawarni, M. Kes dan Cahya Tri Purnami,
SKM, M.Kes yang telah membantu memberi
masukan dan bimbingan untuk
penyempurnaan hasil penelitian . Terima
kasih kepada Dinkes Kabupaten lamongan
dan responden atas bantuannya sehingga
penelitian dapat berjalan lancar. Dan terima
kasih pula pada rekan – rekan Bioster 2008
yang telah membantu selama proses
penelitian berjalan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat Jendral Bina Kesehatan
Masyarakat. Pedoman Pemantauan
Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak, Jakarta: Departemen Kesehatan
RI, 2009.
2. Gaspersz, Vincent. ISO 9001:200 And
Continual Quality Improvement, Jakarta
: Gramedia Pustaka Utama, 2006.
3. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta :
Rineka Cipta, 2007.
4. Notoatmojo, Soekidjo. Metodologi
Penelitian Kesehatan, Jakarta : PT.
Rineka Cipta, 2010.
5. Siagian, Sondang P. Organisasi
Kepemimpinan dan Perilaku
Administrasi. Jakarta : CV Haji
Masagung. 1992
6. Yani, Ahmad dkk. Hubungan
Kompensasi dengan Kinerja Bidan
dalam Upaya Pencapaian Program KIA
di Tanjung Pinang. Working Paper
series no. 16 April, 2008, first draft.
Magister Kebijakan dan Manajemen
Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta :
UGM, 2008
7. Siagian, Sondang P. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara,
2004
8. Mello, Jeffrey A. Strategic Human
Resource Management. USA: South-
Western. 2002.
9. Istijanto. Riset Sumber Daya Manusia.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 2005
10. Oktarina dan Indah. Kinerja Bidan di
Desa Dalam Pengisian Kartu Ibu Pada
Pelayanan Antenatal Care di Kabupaten
Probolinggo, Provinsi Jawa Timur.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan –
Vol 10 No.3 Juli 2007. 223-230
11. Lidyawati H. Hubungan Antara
Karakteristik Individu Pengetahuan dan
Sikap Operator Mesin Winding Unit
Spinning VI Dengan Kepatuhan
Terhadap Instruksi Kerja di Perusahaan
Tekstil Semarang. Media Kesehatan
Masyarakat Indonesia 2010; Volume 9
nomor 2 Oktober 2010
12. Azwar, Saifuddin. Sikap, Teori, dan
Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar Offset.2007
13. Mahmudi. Manajemen Kinerja Sektor
Publik, Yogyakarta : MaUPP, Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN. 2005
14. Glanz, Krenz. Health Behavior and
Health Education, California : Jassey
Bass Inc, 2008.
15. Fiblia. Pengaruh Faktor Individu Dan
Psikologis Terhadap Kinerja Petugas
Satuan Pelaksana Penanggulangan
Bencana (SATLAK PB) Pada Fase
Kesiapsiagaan Penanggulangan
Bencana Banjir Di Kota Tanjungbalai.
Tesis diterbitkan online
http://repository.usu.ac.id/handle/123456
789/20784 Medan : Program
Pascasarjana USU, 2010
16. Newstrom, John W dan Keith Davis.
Perilaku Dalam Organisasi Edisi
Ketujuh Jilid 1. Jakarta : Erlanga. 2003
17. Wijono J. Manajemen Mutu Pelayanan
Kesehatan Vol.1. Surabaya : Airlangga
University Press. 1999