3. urin

30
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Glukosa merupakan karbohidrat terpenting. Dalam bentuk glukosalah massa karbohidrat makanan diserap dalam aliran darah atau dalam bentuk glukosalah karbohidrat dikonversi di dalam hati, serta dari glukosalah semua bentuk karbohidrat lain di dalam tubuh dibentuk. Glukosa merupakan bahan-bahan utama bagi jaringan mamalia (kecuali hewan pemamah biak) dan bahan universal bagi janin. Di dalam urin terdapat kandungan zat padat sebagai komposisi penyusun urin. Selain beberapa zat padat, di dalam urin terdapat glukosa, vitamin, protein dan senyawa lain jika pada keadaan abnormal. Glukosaria berarti kelebihan gula dalam urin yang terjadi karena ginjal nilai ambang ginjal terlampau (kadar glukosa darah melebihi 160-180 mg/dL atau 8,9-10 mmol/L). Terdapatnya glukosa dalam urin dapat ditentukan berdasarkan sifat glukosa yang dapat mereduksi ion- ion logam tertentu dalam larutan alkalis. Uji tersebut tidak spesifik terhadap glukosa. Gula lain yang mempunyai sifat mereduksi dapat juga memberi 41

Transcript of 3. urin

BAB 1

BAB 1

PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

Glukosa merupakan karbohidrat terpenting. Dalam bentuk glukosalah massa karbohidrat makanan diserap dalam aliran darah atau dalam bentuk glukosalah karbohidrat dikonversi di dalam hati, serta dari glukosalah semua bentuk karbohidrat lain di dalam tubuh dibentuk. Glukosa merupakan bahan-bahan utama bagi jaringan mamalia (kecuali hewan pemamah biak) dan bahan universal bagi janin.

Di dalam urin terdapat kandungan zat padat sebagai komposisi penyusun urin. Selain beberapa zat padat, di dalam urin terdapat glukosa, vitamin, protein dan senyawa lain jika pada keadaan abnormal. Glukosaria berarti kelebihan gula dalam urin yang terjadi karena ginjal nilai ambang ginjal terlampau (kadar glukosa darah melebihi 160-180 mg/dL atau 8,9-10 mmol/L).Terdapatnya glukosa dalam urin dapat ditentukan berdasarkan sifat glukosa yang dapat mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkalis. Uji tersebut tidak spesifik terhadap glukosa. Gula lain yang mempunyai sifat mereduksi dapat juga memberi hasil positif. Di dalam uji-uji tersebut dikenal suatu uji indikan (obermeyer), uji pigmen empedu dan uji koagulasi. Indikan berasal dari proses pembusukan asam amino triptofan dalam usus, bukan berasal dari proses pembusukan asam amino triptofan dalam usus, bukan berasal dari katabolisme protein dalam tubuh. Makanan tinggi protein akan meningkatkan eksresi indikan dalam urin. Lain halnya dengan uji pigmen empedu dan uji koagulasi. Terdapat pula uji benedict.Pada percobaan glukosa dalam urin ini dapat ditentukan dengan empat uji dengan perlakuan masing-masing, seperti uji indikan dengan pereaksi obermeyer dan kloroform, uji koagulasi dengan pemanasan dan penambahan asam asetat, uji pigmen empedu dengan suatu asam nitrat pekat serta uji benedict dengan pereaksi benedict. Dari hal tersebut dapat dibedakan antara urin yang normal dan urin diabetes mellitus serta dapat diketahui ada tidaknya glukosa pada sample urin dari perubahan warna, pembentukan cincin hingga pembentukan endapannya. Untuk lebih memahami hal tersebut, maka dari itu dilakukanlah percobaan ini. 1.2. Tujuan Percobaan

Mengetahui hasil yang diperoleh dari uji benedict semikuantitatif pada urin normal dan urin diabetes.

Mengetahui hasil yang diperoleh dari uji pigmen empedu pada urin normal dan urin diabetes.

Mengetahui hasil yang diperoleh dari uji koagulasi pada urin normal dan urin diabetes.

Mengetahui hasil yang diperoleh pada uji indikan.1.3. Prinsip Percobaan

1.3.1. Uji Benedict

Prinsip percobaan ini didasarkan pada penentuan kadar gula pada urin secara semikuantitatif dimana gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan mampu mereduksi ion kupri dalam suasan alkalis (basa) sehingga terbentuklah suatu kuprooksida yang tidak terlarut dan endapan Cu2O yang berwarna merah bata.

1.3.2. Uji Indikan (Uji Obermeyer)

Prinsip percobaan ini didasarkan pada ada tidaknya suatu indikan di dalam urin, dimana gugus indoksil akan dioksidasi oleh pereaksi obermeyer yang mengandung FeCl3 dalam HCl pekat sehingga terbentuklah warna biru indigo yang dapat larut dalam suatu kloroform.1.3.3. Uji Pigmen Empedu

Prinsip percobaan ini didasarkan pada ada tidaknya pigmen empedu dalam urin, dimana pigmen empedu sendiri merupakan salah satu protein dalam urin akan terdenaturasi oleh HNO3 pekat dan uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya cincin putih keunguan.

1.3.4. Uji Koagulasi

Prinsip percobaan ini didasarkan pada ada tidaknya suatu protein dalam urin. Protein akan mengalami koagulasi jika dididihkan akibat pengaruh suhu. Endapan yang terbentuk merupakan protein dan fosfat dan setelah penambahan asam asetat 2% jika endapan tetap ada menandakan bahwa terdapat protein di dalamnya sebab fosfat akan larut dalam suasana asam.BAB 2

TINJAUAN PUSTAKAUrin dibentuk oleh ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat khusus dengan 2 fungsi utama yaitu mengeliminasi sisa-sisa metabolisme dalam bentuk larutan serta mempertahankan homeostasis cairan tubuh.

Dalam keadaan normal pada orang dewasa akan dibentuk 1200-1500 ml urin dalam satu hari. Secara fisiologis maupun patologis volume urin dapat bervariasi. Pembentukan urin dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi protein akan meningkatkan pembentukan urin sebab urea yang terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek diuretic. Pada suhu lingkungan tinggi, volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan untuk mengeksresi produk metabolisme tubuh adalah 500 ml. Oligouria (volume urin berkurang) ditemukan pada keadaan demam, nefritis akut glomerulonefritis kronis, gangguan hati akut, diare dan gagal jantung. Anuri (tidak terbentuk urin) pada suatu periode tertentu dapat terjadi pada keadaan syok, nefritis akut, keracunan air raksa atau batu ginjal.

Rasio antara urin siang hari (pukul 08.00-20.00) dan urin malam hari (pukul 20.00-08.00) adalah 2:1, kadang-kadang 3:1. Pada kelainan ginjal rasio ini dapat berubah atau bahkan terbalik.Pada keadaan normal, urin yang dibentuk berwarna kuning muda dan jernih dengan bau khas dan juga turut dipengaruhi oleh jenis makanan. Berat jenis urin 24 jam adalah 1,003-1,030, pH bersifat asam (pH 6,0) dan sangat bervariasi antara 4,9 sampai 8,0.Kandungan zat padat dalam urin 24 jam adalah sebagai berikut:

Klorida sebagai NaCl: 10 g.

Ca++,Mg++ dan Iodium:sedikit.

Urea: 20-30 g.

Kreatinin :1,5 g.

Amonia :0,7 g.

Asam amino :0,7 g.

Selain itu juga ditemukan sulfat, fosfat, oksalat, asam amino, vitamin, hormon dan enzim (Soewoto, Hafiz,dkk. 20010).Insulin disintesis oleh sel-sel B atau pada pankreas dalam bentuk prekursor yang tidak aktif. Prekursor insulin langsung disebut proinsulin yang merupakan polipeptida berantai tunggal dengan 78-86 residu, tergantung pada spesiesnya. Proinsulin dari pankreas lembu mempunyai 81 residu dan dua jembatan disulfida. Proinsulin dari pankreas ini disimpan dalam granula sel-sel B dari jaringan pulau-pulau sampai datangnya isyarat untuk sekresi. Pada saat itu proinsulin darah diubah menjadi insulin aktif oleh kegiatan peptida-peptida spesifik, yang menguraikan dua ikatan peptida dalam rantai proinsulin, memindahkan bagian tengahnya. Dua residu asam amino kemudian digeser dari ujung segmen tengah oleh kegiatan peptidase untuk menghasilkan C-peptida. Dua segmen ujung dari rantai asal proinsulin menjadi rantai A dan B insulin yang disatukan oleh dua jembatan disulfida.

Sekresi insulin diatur terutama oleh glukosa darah. Insulin disekresi oleh sel-sel B pada pulau-pulau ke dalam darah melalui suatu proses yang rumit, proses itu membutuhkan Ca2+ dan tahap akhirnya adalah pelepasan isi granula-granula sekresi tempat insulin dan C-peptida dibentuk. Laju sekresi insulin terutama ditentukan oleh konsentrasi glukosa dalam darah. Ketika kadar gula darah naik, laju sekresi meningkat. Peningkatan kadar mempercepat masuknya glukosa dari darah ke dalam hati dan otot, dimana glukosa tersebut sebagian besar diubah menjadi glikogen. Hal ini menyebabkan konsentrasi glukosa darah menurun ke tingkat normalnya. Dengan demikian ada hubungan pengaturan timbal balik antara laju sekresi insulin dan konsentrasi glukosa darah (Lehninger, Albert L, 1982).

Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang terletak dilekukan usus dua belas jari sangat penting untuk menjaga kesetimbangan kadar glukosa darah, yaitu untuk orang normal: (non diabetes) waktu puasa antara 60-120 mg/dL dan dua jam sesudah makan maupun kualitas, keseimbangan tersebut akan terganggu sehingga kadar glukosa darah cenderung naik.Seseorang sudah dapat dikatakan menderita diabetes melitus jika menderita dua dari tiga gejala di bawah ini:

1. Keluhan TRIAS:

a. Banyak minum

b. Banyak kencing, dan

c. Penurunan berat badan yang tak jelas sebabnya.

2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa 126 mg/dL.

3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan 200 mg/dL.

Karena kadar glukosa darah pada waktu puasa meningkat, kelebihan glukosa tersebut akan dikeluarkan melalui urine, sehingga terjadilah glukosaria, yaitu adanya glukosa di dalam urine. Pada orang normal tidak terjadi glukosaria.Adanya glukosaria ini dapat diketahui dengan beberapa cara antara lain:

1. Urine penderita tersebut segera dikerumuni semut karena mengandung glukosa.2. Rasanya manis di urine (Dr.Thomas Willis dari inggris yang pertama kali mencoba menjilat urinenya).

3. Timbulnya rasa gatal di daerah kemaluan pada bekas kencing, dan,

4. Yang paling tepat adalah pemeriksaan terhadap adanya glukosa di dalam urin dengan cara:

Reaksi fehling (reaksi rebus urine),

Kertas strip yang disebut BM test, glukotest, diastrix.

Reaksi dengan tablet, yaitu dengan clinitest.

Salah satu atau beberapa dari cara diatas biasanya telah diketahui diabetisi (Tjokroprawiro, Askandar, 2006).

Pengetahuan tentang struktur dan sifat karbohidrat yang memiliki makna fisiologis sangat penting untuk memahami peran zat tersebut dalam pengorganisasian (pengaturan) organisme mamalia. Gula glukosa merupakan karbohidrat terpenting. Dalam bentuk glukosalah massa karbohidrat makanan diserap dalam aliran darah atau dalam bentuk glukosalah karbohidrat dikonversi didalam hati, serta dari glukosalah semua bentuk karbohidrat lain di dalam tubuh dibentuk. Glukosa merupakan bahan bakar utama bagi jaringan mamalia (kecuali hewan pemamah biak) dan bahan universal bagi janin. Unsur ini diubah menjadi jenis karbohidrat lain yang mempunyai fungsi sangat spesifik, misal: glikogen untuk simpanan; ribosa dalam asam nukleat; galaktosa dalam laktosa susu, dalam senyawa lipid kompleks tertentu dan dalam bentuk gabungan dengan protein yaitu dalam glikoprotein serta proteoglikan. Penyakit yang berhubungan dengan karbohidrat mencakup diabetes melitus, galaktosemia, penyakit penyimpanan glikogen, serta intoleransi laktosa.Sekresi insulin diatur dengan tepat, pankreas manusia menyekresikan 40-50 unit insulin per hari, yang mewakili sekitar 15-20% dari hormon yang disimpan didalam kelenjar. Sekresi insulin merupakan proses yang memerlukan energi dengan melibatkan sistem mikrotubulus mikrofilamen dalam sel B pada pulau Langerhans. Sejumlah intermediat turut terlibat dalam pelepasan insulin.Peningkatan konsentrasi glukosa di dalam plasma merupakan faktor fisiologik pengatur sekresi insulin yang paling penting. Konsentrasi ambang bagi sekresi tersebut adalah kadar glukosa puasa plasma (80-100 mg/dL), dan respons maksimal diperoleh pada kadar glukosa yang berkisar dari 300 hingga 500 mg/dL.

Metabolisme glukosa, yang diawali oleh enzim glukokinase dan mengubah glukosa menjadi glukosa-6-fosfat, berhubungan erat dengan sekresi insulin. Tidak jelas apakah metabolit intrasel ataukah laju aliran metabolik melalui lintasan seperti pirau pentosa fosfat, siklus asam sitrat atau lintasan glikolitik yang terlibat. Umumnya diakui bahwa peningkatan rasio ATP/ADP mengakibatkan inhibisi saluran aliran keluar K+ yang sensitif ATP. Keadaan ini menyebabkan depolarisasi sel B dan aktivasi saluran Ca2+ akan mengakibatkan sekresi insulin (Murray, Robert K, dkk,2003).Beberapa uji karbohidrat antara lain:

1. Uji Molisch

Karbohidrat oleh asam anorganik pekat akan dihidrolisis menjadi monosakarida. Dehidrasi monosakarida jenis pentosa oleh asam pekat menjadi furfural dan golongan heksosa menghasilkan hidroksi-metilfurfural. Pereaksi molisch yang terdiri atas naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural membentuk senyawa kompleks berwarna ungu.

2. Uji Iodium Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks adsorpsi berwarna yang spesifik. Amilum atau pati dengan iodium menghasilkan warna biru, dekstrin menghasilkan warna merah anggur, sedangkan glikogen dan sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi dengan iodium membentuk warna merah coklat.3. Uji Benedict

Gula yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis menjadi Cu2+, yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata.

Reaksi positif ditandai dengan timbulnya endapan warna biru kehijauan, kuning, atau merah bata, tergantung pada kadar gula pereduksi yang ada. Uji benedict dapat pula digunakan untuk menentukan kadar gula dalam urin secara semikuantitatif.

4. Uji Barfoed

Ion Cu2+ (dari pereaksi barfoed) dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan endapan CuO berwarna merah bata.5. Uji BialDehidrasi pentosa oleh HCl pekat menghasilkan furfural dan dengan penambahan orsinol (3,5-dihidrosi toluene) akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna biru (Yazid, Estien,2006). BAB 3METODOLOGI PERCOBAAN3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat-alat:

Rak tabung reaksi

Tabung reaksi

Pipet tetes

Pipet volume

Balp

Beaker glass

Gelas ukur

Water bath

3.1.2. Bahan-bahan:

Urin normal

Urin diabetes

Glukosa 0,3%

Glukosa 0,75%

Glukosa 1,5%

Glukosa 5%

Pereaksi benedict

Pereaksi obermeyer

Kloroform

HNO3(p)

Asam asetat 2%

Aquadest Tissue

Kertas label

3.2. Prosedur percobaan

3.2.1. Uji Benedict

Dimasukkan 1 ml urin diabetes ke dalam tabung reaksi.

Ditambahkan 10 tetes benedict ke dalam tabung reaksi.

Dipanaskan selama 5 menit.

Diamati. Dilakukan langkah yang sama untuk 1 ml urin normal; 10 tetes urin normal + glukosa 0,3% 10 tetes 10 tetes; 10 tetes urin normal + glukosa 0,75% 10 tetes; 10 tetes urin normal +glukosa 1,5% 10 tetes dan 10 tetes urin normal + glukosa 5% 10 tetes.

3.2.2. Uji indikan

Dimasukkan 8 ml urin normal ke dalam tabung reaksi.

Ditambahkan 8 ml pereaksi obermeyer.

Didiamkan selama 5 menit.

Diamati.

Ditambahkan 2 ml kloroform. Diamati.3.2.3. Uji Pigmen Empedu

Dimasukkan 1 ml HNO3(p) ke dalam tabung reaksi.

Ditambahkan 1 ml urin normal.

Diamati.

Dilakukan hal yang sama pada urin diabetes.

3.2.4. Uji Koagulasi

Dimasukkan 5 ml urin normal ke dalam tabung reaksi. Dididihkan tabung tersebut selama 10 menit.

Ditambahkan 5 tetes asam asetat 2%.

Diamati.

Dilakukan hal yang sama pada sampel urin diabetes.BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

4.1.1. Uji Benedict

Larutan123456

Urin diabetes(sampel)1 ml

Urin normal1 ml10 tetes10 tetes10 tetes10 tetes

Glukosa 0,3%10 tetes

Glukosa 0,75%10 tetes

Glukosa 1.5%10 tetes

Glukosa 5%10 tetes

Benedict10 tetes10 tetes10 tetes10 tetes10 tetes10 tetes

Dipanaskan selama 5 menit, diamati.

Pengama-tanLarutan warna merahLarutan ber-warna biruTerdapat endapan merah bataBanyak endapan merah bataSedikit endapan merah bataLarutan berwar-na jingga

4.1.2. Uji Indikan PerlakuanPengamatan

8 ml urin normal + 8 ml pereaksi obermeyer

Didiamkan 5 menit dan diamati.

Ditambahkan kloroform sebanyak 3 ml dan diamatiLarutan berwarna kuning-kecoklatanHasil negatif indikan

4.1.3. Uji pigmen EmpeduNo.PerlakuanPengamatan

1 1 ml HNO3(p) + 1 ml urin normal. Diamati. Terdapat cincin putih keunguan.

2 1 ml HNO3(p) + 1 ml urin diabetes.

Diamati.Terdapat cincin putih keunguan.

4.1.4. Uji Koagulasi Pada UrinNo.PerlakuanPengamatan

1. 5 ml urin normal.

Dididihkan selama 10 menit.

Ditambahkan 5 tetes asam asetat 2%.

Diamati.Tidak terdapat endapan

2. 5 ml urin diabetes. Dididihkan selama 10 menit.

Ditambahkan 5 tetes asam asetat 2%.

Diamati.

Tidak terdapat protein dan fosfat.

4.2. Reaksi-reaksi`- Glukosa + Benedict

4.3. Grafik

4.4. Pembahasan

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang dieksresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari alam tubuh melalui proses urinasi. Eksresi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Didalam urin terdapat kandungan zat padat sebagai komposisi penyusun urin, glukosa, vitamin, protein dan senyawa lain jika pada keadaan abnormal.

Dalam percobaan kali ini dilakukan penentuan kadar glukosa pada urin dengan menggunakan urin normal dan urin diabetes yang ditentukan melalui beberapa uji yaitu uji benedict, uji indikan, uji pigmen empedu dan uji koagulasi.

Percobaan yang pertama yaitu uji benedict, pada prinsipnya percobaan ini didasarkan pada penentuan kadar gula pada urin secara semikuantitatif dimana gula yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas akan mampu mereduksi ion kupri dalam suasana alkalis (basa) sehingga terbentuklah suatu kuprooksida yang tidak terlarut dan endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Pada tabung 1 urin diabetes + benedict larutan berwarna merah, pada tabung 2 urin normal + benedict menghasilkan laarutan berwarna biru yang menandakan bahwa urin tersebut tidak mengandung glukosa. Pada tabung 3,4,5 dan 6 yang ditambahkan dengan konsentrasi glukosa yang berbeda-beda dihasilkan endapan merah bata yang semakin banyak. Hal ini menunjukkan bahwa hanya pada urin normal saja tidak terdapat glukosa. Terbentuknya endapan merah bata yang sedikit pada larutan glukosa yang mereduksi kuprisulfat dan kemudian tertutup warnanya dengan reagen benedict yang berwarna biru. Uji benedict ini dilakukan untuk mengetahui kandungan glukosa pada urin.Percobaan yang kedua yaitu uji indikan (uji obermeyer), pada prinsipnya didasarkan ada tidaknya suatu indikan didalam urin, dimana gugus indoksil akan dioksidasi oleh pereaksi obermeyer yang mengandung FeCl3 dalam HCl pekat sehingga terbentuklah warna biru indigo yang dapat larut dalam suatu kloroform. Namun, dalam percobaan ini, larutan yang dihasilkan berwarna kuning kecoklatan, yang menunjukkan bahwa uji negatif untuk uji indikan.Percobaan selanjutnya yang ketiga yaitu uji pigmen empedu, yang pada prinsipnya didasarkan pada ada tidaknya pigmen empedu dalam urin, dimana pigmen empedu sendiri merupakan salah satu protein sehingga protein dalam urin akan terdenaturasi oleh dengan terbentuknya cincin putih keunguan. Dalam percobaan uji pigmen empedu pada percobaan ini, yang mana asam nitrat pekat setelah ditambahkan dengan urin normal maupun urin diabetes, diperoleh hasil yaitu terdapat cincin putih keunguan yang menunjukkan bahwa uji positif terhadap uji pigmen empedu.Dan percobaan yang terakhir yaitu uji koagulasi, pada prinsipnya didasarkan pada ada tidaknya suatu protein dalam urin. Protein akan mengalami koagulasi jika dididihkan akibat pengaruh suhu. Endapan yang terbentuk merupakan protein dan fosfat dan setelah penambahan asam asetat 2% jika endapan tetap ada menandakan bahwa terdapat protein didalamnya sebab fosfat akan larut dalam suasana asam. Dalam percobaan uji koagulasi ini baik pada urin normal maupun urin diabetes setelah dididihkan selama 10 menit tidak dihasilkan endapan, yang berarti bahwa tidak ada protein dan fosfat pada kedua urin tersebut, sehingga hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa uji negatif terhadap uji koagulasi.

Pada keadaan normal, urin yang dibentuk berwarna kuning muda dan jernih dengan bau khas dan juga turut dipengaruhi oleh jenis makanan. Berat jenis urin 24 jam adalah 1,003-1,030. pH bersifat asam (pH 6,0) dan sangat bervariasi antara 4,9 sampai 8,0. Kandungan zat padat dalam urin 24 jam adalah sebagai berikut:

Klorida sebagai NaCl: 10 g.

Ca++, Mg2+ dan iodium: sedikit

Urea : 20-30 g.

Kreatinin: 1,5 g

Amonia: 0,7 g

Asam urat:0,7 g

Selain itu juga ditemukan sulfat, fosfat, oksalat, asam amino, vitamin, hormon dan enzim.

Pada keadaan abnormal dapat ditemukan glukosa, benda keton, protein dan berbagai senyawa lain, seperti pigmen empedu, darah dan porfirin yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit tertentu.

Ada beberapa uji identifikasi karbohidrat yaitu antara lain:1. Uji umum untuk karbohidrat adalah uji molisch. Bila larutan karbohidrat diberi beberapa tetes larutan alfa-naftrol, kemudian H2SO4 pekat secukupnya sehingga terbentuk 2 lapisan cairan, pada bidang batas kedua lapisan itu terbentuk cincin ungu.

2. Tes fermentasi, karbohidrat difermentasikan dengan ragi dalam waktu singkat, tetapi biasanya memerlukan 2-3 jam untuk memperoleh hasil maksimal. Hasil dari inkubasi yang lebih lama memungkinkan aktifitas bakteri.

3. Tes benedict, yang biasa digunakan sebagai uji aldehid. Tes ini dapat juga digunakan untuk membedakan karbohidrat yang mengandung gugus reduksi dari yang tidak mengandung gugus reduksi. Reagen ini mengandung CuSO4. Natrium sitrat dan natrium karbonat dan didalam alkalin, larutan tersebut tidak mengkatalisis reagen benedict menunjukkan tes positif.4. Tes barfoed, reagen ini mengandung tembaga (II) asetat dalam larutan asam laktat. Asam tidak cukup kuat untuk menghidrolisis karbohidrat. Tingkat reaksi yang ditunjukkan dengan perubahan warna dan terjadinya pengendapan adalah berbeda untuk gugus karbohidrat yang berbeda. Dengan demikian, tes ini juga merupakan klasifikasi umum. 5. Reaksi seliwanoff (khusus menunjukkan adanya fruktosa). Pereaksi seliwanoff terdiri dari serbuk resorsinol + HCl encer. Bila fruktosa diberi pereaksi seliwanoff dan dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit akan terjadi perubahan warna menjadi lebih tua.

6. Tes iodin, yang akan memberikan perubahan warna bila bereaksi dengan beberapa polisakarida. Pati memberikan warna biru gelap, dextrin memberikan warna merah, glikogen memberikan warna coklat kemerahan. Selulosa, disakarida dan monosakarida tidak memberikan warna dengan iodin.

7. Tes asam galaktarat, oksidasi karbohidrat dengan HNO3, menghasilkan asam dikarboksilat. Asam dikarboksilat ini berbeda dalam hal kelarutan dan yang dihasilkan oleh galaktosa adalah tidak larut. Sifat ini membedakan dari karbohidrat lain.

Ciri-ciri warna dari air seni yang tidak sehat yaitu:

1. Merah muda, merah atau kecoklatan. Hal ini karena terdapat darah dalam air seni yang diakibatkan infeksi, peradangan atau suatu pertumbuhan pada saluran kemih, serta bahan pewarna makanan juga bisa menyebabkan warna air seni lebih pekat dari biasanya.2. Kuning gelap atau orange, hal ini disebabkan jika kekurangan cairan karena diare, muntah atau banyak keringat.

3. Coklat bening dan gelap, hal ini terjadi karena penyakit kuning akibat gangguan pada hati atau empedu (hepatitis).

4. Hijau atau biru, disebabkan sebagian besar akibat bahan pewarna makanan atau obat yang dikonsumsi, tetapi jika konsumsi terhadap makanan atau obat tersebut dikurangi, maka warna urin bisa kembali normal.Adapun faktor-faktor kesalahan dalam percobaan ini yang dapat terjadi yaitu:

Kurang bersihnya alat-alat yang digunakan pada percobaan ini.

Kurang ketelitian pada saat penambahan HNO3(p) melalui dinding tabung reaksi.BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pada tabung 1 larutan berwarna merah, pada tabung 2 larutan berwarna biru menandakan bahwa urin tersebut tidak mengandung glukosa. Pada tabung 3,4,5 dan 6 dihasilkan endapan merah bata yang semakin banyak, yang menunjukkan bahwa uji positif terhadap benedict.

Hasil yang diperoleh pada uji pigmen empedu baik pada urin normal maupun urin diabetes yang telah ditambahkan dengan asam nitrat pekat yaitu terbentuknya cincin putih keunguan yang menunjukkan bahwa uji positif terhadap uji pigmen empedu.

Hasil yang diperoleh pada uji koagulasi baik pada urin normal maupun urin diabetes setelah dididihkan tidak terbentuk endapan berarti tidak ada protein dan fosfat yang menunjukkan bahwa uji negatif terhadap uji koagulasi.

Hasil yang diperoleh pada uji indikan yaitu larutan yang dihasilkan berwarna kuning kecoklatan, yang menunjukkan bahwa uji negatif untuk uji indikan.

5.2. Saran

Sebaiknya digunakan pula urin diabetes untuk uji indikan agar dapat membandingkan hasil yang diperoleh pada urin diabetes dengan urin normal.

DAFTAR PUSTAKA

Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-Dasar biokimia. Jakarta: Erlangga.Murray, Robert K,dkk. 2003. Biokimia Harper. Jakarta: EGC.

Soewoto, Hafiz, dkk. 2001. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta: UI-Press.

Tjokroprawiro, Askandar. 2006. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Melitus. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Yazid, Estien. 2006. Penuntun praktikum Biokimia Untuk Mahasiswa Analis. Yogyakarata: Andi Yogyakarta.

41

_1337877166.cdx

_1337879242.cdx