Skenario 3 Blok Urin yarsi

15
Cintya Ristimawarni (1102013064) LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Prostat LO.1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Prostat Prostat yang normal adalah organ yang padat, dan elastis yang berlokasi tepat dibawah kandung kemih dan terdapat dibagian superior diafragma urogenital dimana ia terfiksasi dengan baik disana. Prostat dewasa normal berukuran panjang sekitar 4 cm dan lebar 4 hingga 5 cm. Dibagian panjangnya ia dilewati oleh uretra dan duktus ejakulatorius yang masuk pada bagian basal dan berakhir dibagian uretra prostatika posterior. Terdiri dari basis prostat dan apex prostat yang terletak diatas sphincter uretra eksterna VU, fasies anterior, fasies posterior, dan fasies inferolaterales. Prostat termasuk organ ekstraperitoneal ( tidak dibungkus peritoneum ). Berfungsi mengeluarkan semen untuk membawa sperma Prostat memiliki kapsul yang kuat dan terdiri dari jaringan fibrosa dan elemen muskuler yang seluruhnya membungkus prostat dan terikat secara padat disana. Kapsula ini sebenarnya merupakan jaringan prostat yang tidak mengandung kelenjar dan terhubungkan dengan acini dan ia tidak dapat dipisahkan dari parenkima. Bagian ini terbungkus oleh fascia periprostatica. Prostat memiliki lapisan pembungkus yang di sebut dengan kapsul. Kapsul ini terdiri dari 2 lapisan yaitu : 1. True capsule : lapisan fibrosa tipis pada bagian luar prostat 2. False capsule : lapisan ekstraperitoneal yang saling bersambung, menyelimuti bladder atau kandung kemih. Sedangkan Fascia Denonvilliers berada pada bagian belakang. Prostat terdiri dari 4 lobus : 1. Lobus anterior Terletak didepan uretra par prostatica, unsur kelenjar tidak berkembang. 2. Lobus lateral dextra dan sinistra paling berkembang menjadi BPH. 1

description

nnmnm

Transcript of Skenario 3 Blok Urin yarsi

Page 1: Skenario 3 Blok Urin yarsi

Cintya Ristimawarni (1102013064)

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Prostat

LO.1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Prostat

Prostat yang normal adalah organ yang padat, dan elastis yang berlokasi tepat dibawah

kandung kemih dan terdapat dibagian superior diafragma urogenital dimana ia terfiksasi

dengan baik disana. Prostat dewasa normal berukuran panjang sekitar 4 cm dan lebar 4

hingga 5 cm. Dibagian panjangnya ia dilewati oleh uretra dan duktus ejakulatorius yang

masuk pada bagian basal dan berakhir dibagian uretra prostatika posterior. Terdiri dari

basis prostat dan apex prostat yang terletak diatas sphincter uretra eksterna VU, fasies

anterior, fasies posterior, dan fasies inferolaterales. Prostat termasuk organ ekstraperitoneal

( tidak dibungkus peritoneum ). Berfungsi mengeluarkan semen untuk membawa sperma

Prostat memiliki kapsul yang kuat dan terdiri dari jaringan fibrosa dan elemen muskuler

yang seluruhnya membungkus prostat dan terikat secara padat disana. Kapsula ini

sebenarnya merupakan jaringan prostat yang tidak mengandung kelenjar dan terhubungkan

dengan acini dan ia tidak dapat dipisahkan dari parenkima. Bagian ini terbungkus oleh

fascia periprostatica.

Prostat memiliki lapisan pembungkus yang di sebut dengan kapsul. Kapsul ini terdiri dari 2

lapisan yaitu :

1. True capsule : lapisan fibrosa tipis pada bagian luar prostat

2. False capsule : lapisan ekstraperitoneal yang saling bersambung, menyelimuti bladder

atau kandung kemih. Sedangkan Fascia Denonvilliers berada pada bagian belakang.

Prostat terdiri dari 4 lobus :

1. Lobus anterior

Terletak didepan uretra par prostatica, unsur kelenjar tidak berkembang.

2. Lobus lateral dextra dan sinistra paling berkembang menjadi BPH.

Terletak sebelah lateral dari uretra pars prostatica

3. Lobus posterior bila membesar terjadi karsinoma prostat

Bagian prostat yang berhadapan dengan rectum, berkembang dari dinding dorsal

uretra. Terletak dibawah ductus ejakulatorius.

4. Lobus media sering terjadi BPH

Berkembang dari dinding posterior uretra pars prostatica. Terletak diatas ductus

ejakulatorius.

Bagian cranialnya disebut basis prostate, dinding prostatnya merupakan lanjutan dari

dinding collum vesicae tanpa batas yang jelas. Bagian ventral prostat difiksasi oleh Lig.

Pubo Prostatica Mediale. Permukaan dorsal disentuh oleh Vasa deferentia dan vesicular

seminalis dan terpisah dari membrane prostaticopertitoneale ( Denonvillier ) dan fascia

rectalis.

VASKULARISASI

Aliran darah prostat merupakan percabangan dari Arteri pudenda interna, Arteri vesikalis

inferior dan Arteri rektalis media. Pembuluh ini bercabang-cabang dalam kapsula dan

stroma, dan berakhir sebagai jala-jala kapiler yang berkembang baik dalam lamina propria.

Perdarahan utama berasal dari A. Vesicalis inferior cabang dari A. Iliaca interna. Plexus

1

Page 2: Skenario 3 Blok Urin yarsi

venosa prostatica menerima darah dari V. Dorsalis penis dan mengalirkannya ke V. Iliaca

interna.

PERSARAFAN

Persarafan prostat berasal dari Pleksus hipogastrikus inferior dan membentuk Pleksus

prostatikus. Prostat mendapat persarafan terutama dari serabut saraf tidak bermielin.

Beberapa serat ini berasal dari sel ganglion otonom yang terletak di kapsula dan di stroma.

LO.1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Prostat

Prostat merupakan suatu kumpulan kelanjar yang terdiri dari 30 - 50 kelenjar

tubuloalveolar, dibentuk dari epitel bertingkat silindris atau kuboid yang bercabang.

Duktusnya bermuara ke dalam uretra pars prostatika, menembus prostat. Secara histologi,

prostat memiliki 4 zona yang berbeda yaitu :

1. Zona Anterior/Ventral :

Sesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri atas stroma fibromuskular.

Zonaini meliputi sepertiga kelenjar prostat.

2. Zona sentral

Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulatorius, sesuai dengan lobus tengah meliputi

25%massa glandular prostat. Zona ini resisten terhadap inflamasi.

3. Zona perifer

Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar prostat. Zona

ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan tempat asal karsinoma terbanyak.

4. Zona transisional

Zona ini bersama

sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai kelenjar  preprostatik. 

Merupakan bagian terkecil dari prostat, yaitu kurang lebih 5% tetapi dapat

melebar bersama jaringan stroma fibromuskular anterior menjadi benign prostatichype

rpiasia (BPH).

LI 2. Memahami dan Menjelaskan fisiologi prostat

Fungsi Prostat adalah menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang berguna untuk menlindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang terapat pada uretra dan vagina. Di bawah kelenjar ini terdapat Kelenjar Bulbo Uretralis yang memilki panjang 2-5 cm. Fungsi hampir sama dengan kelenjar prostat. Kelenjar ini menghasilkan sekresi yang penyalurannya dari testis secara kimiawi dan fisiologis sesuai kebutuhan spermatozoa.

Sewaktu perangsangan seksual, prostat mengeluarkan cairan encer seperti susu yang mengandung berbagai enzim dan ion ke dalam duktus ejakulatorius. Cairan ini menambah volume cairan vesikula seminalis dan sperma. Cairan prostat bersifat basa (alkalis). Sewaktu mengendap di cairan vagina wanita, bersama dengan ejakulat yang lain, cairan ini dibutuhkan karena motilitas sperma akan berkurang dalam lingkungan dengan pH rendah.

LI 3. Memahami dan Menjelaskan Benigna Prostat Hiperplasia

LO.3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Benigna Prostat Hiperplasia

Hiperplasia prostat adalah hiperplasia kelenjar periuretral yang mendesak jaringan prostat

yang arah ke perifer dan menjadi simpai bedah. Merupakan proliferasi elemen epitel dan

stroma, yang menyebabkan kelenjar membesar dan pada sebagian kasar, obstruksi

aliran kemih.

LO.3.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Benigna Prostat Hiperplasia

Kelenjar periurethal dapat mengalami hiperplasi, pada umumnya dikemukan beberapa

teori:

2

Page 3: Skenario 3 Blok Urin yarsi

1. Hipotesis stem sel ( Isaac 1984,1987 )

Berdasarkan teori ini pada keadaan normal kelenjar peiurethal dalam keadaan

keseimbangan antara yang tumbuh dengan yang mati (stedystate). Sel baru biasanya

tumbuh dari sel stem. Oleh karena suatu sebab seperti faktor usia, gangguan

keseimbangan hormonal, atau faktor pencetus yang lain, maka sel stem tersebut dapat

berprolifeasi lebih cepat, sehingga terjadi hiperplasi kelenjar periurethal.

2. Hipotesis kebangkitan kembali

Teori kedua ialah teori Reawakening dari jaringan kembali seperti perkembangan pada

tingkat embriologik, sehingga jaringan peiurethal dapat tumbuh lebih cepat daripada

jaingan yang lain sekitarnya. Teori ini dikemukakan oleh Mc Neal (1978), yang juga

membagi prostat manjadi bagian zona sentral, zona periferal dan zona peralihan.

3. Hipotesis keseimbangan estrogen dan testoteron

Testoteron sebagaian besar dihasilkan oleh kedua testis, sehingga timbulnya

pembesaran prostat memerlukan adanya testis normal (Huggins 1947, Moore 1947).

Testoteron dihasilkan oleh sel leydig atas pengauh hormon Luteinizing hormon (LH),

yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis ini menghasilkan hormon

LH atas rangsangan Luteinising Hormon Releasing Hormon (LHRH). Disamping

testis kelenjar anak ginjal juga menghasilkan testoteron atas pengaruh ACTH yang

juga dihasilkan oleh hipofisis. Jumlah testoteron yang dihasilkan oleh testis kira – kira

90% dari seluruh produksi testoteron, sedang yang 10 % dihasilkan kelenjar adrenal.

Sebagaian besar testoteron dalam tubuh dalam keadaan terikat dengan protein dalam

bentuk Serum Binding Hormon (SBH). Dengan bertambahnya usia akan terjadi

peubahan imbangan estrerogen dan testoteron , hal ini disebabkan oleh bekurangnya

produksi testoteron dan juga terjadi konvesi testoteron menjadi menjadi estrogen pada

jaringan adipose di daerah perifer dengan pertolongan enzim aromatase. Estrogen

inilah yang menyebabkan terjadinya hiperplasi stroma, sehingga timbul dugaan bahwa

testoteron diperlukan untuk inisiasi terjadinya proliferasi tetapi kemudian estrogenlah

yang berperan dalam perkembangan stroma. Kemungkinan lain adalah perubahan

konsetrasi relatif testoteron dan estrogen akan menyebabkan produksi dan pontensiasi

faktor pertumbuhan yang lain yang dapat menyebabkan pembesaran prostat.

Berdasarkan otopsi diluar negeri perubahan mikroskopik pada prostat sudah dapat

diidentifikasi pada pria usia 30 – 40 tahun. Perubahan mikroskopik ini bila terus

berkembang akan berkembang menjadi patologik anatomik, yang pada pria usia 50

tahun pada otopsi ternyata angka kejadiannya sekitar 50% dan pada usia 80 tahun

angka tersebut mencapai sekitar 80%. Sekitar angka 50 % dari angka tersebut diatas

akan berkembang menjadi penderita pembesaran prostat manifes.

4. Hipotesis Dihidrotestoteron (DHT)

Hanya 10% testoteron dalam keadaan bebas dan testoteron inilah yang memegang

perananan dalam inisiasi dalam pembesaran prostat. Testoteron bebas ini dengan

petolongan enzim 5 alfa reduktase akan dihidrolase menjadi Dihidrotestoteron (DHT).

Dalam bentuk DHT inilah akan yang akan diikat oleh reseptor yang ada dalam

sitoplasma sel prostat sehingga membentuk DHT-Reseptor kompleks ini akan akan

masuk kedalam inti sel dan akan mempengaruhi Asam Ribo Nukleat (ARN) untuk

menyebabkan sintesis protein sehingga dapat terjadi proliferasi sel.

5. Hipotesis Growth faktor (faktor interaksi stroma dan epitel)

Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic Fibroblast Growth Faktor (b-

FGF) dapat menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi lebih besar

pada pasien dengan pembesaran prostat jinak. b – FGF dapat dicetuskan oleh

mikrotrauma karena miksi, ejakulasi atau infeksi.

LO.3.3 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Benigna Prostat Hiperplasia

3

Page 4: Skenario 3 Blok Urin yarsi

Di dunia, diperkirakan bilangan penderita BPH adalah seramai 30 juta, bilangan ini hanya

pada kaum pria kerana wanita tidak mempunyai kalenjar prostat, maka oleh sebab itu, BPH

terjadi hanya pada kaum pria (emedicine, 2009). Jika dilihat secara epidemiologinya, di

dunia, dan kita jaraskan menurut usia, maka dapat di lihat kadar insidensi BPH, pada usia

40-an, kemungkinan seseorang itu menderita penyakit ini adalah sebesar 40%, dan setelah

meningkatnya usia, yakni dalam rentang usia 60 hingga 70 tahun, persentasenya meningkat

menjadi 50% dan diatas 70 tahun, persen untuk mendapatkannya bisa sehingga 90% (A.K.

Abbas, 2005). Akan tetapi, jika di lihat secara histologi penyakit BPH, secara umum

membabitkan 20% pria pada usia 40-an, dan meningkat secara dramatis pada pria berusia

60-an, dan 90% pada usia 70 .

Di indonesia, penyakit pembesaran prostat jinak menjadi urutan kedua setelah penyakit

batu saluran kemih, dan jika dilihat secara umumnya, diperkirakan hampir 50 persen pria

Indonesia yang berusia di atas 50 tahun, dengan kini usia harapan hidup mencapai 65 tahun

ditemukan menderita penyakit PPJ atau BPH ini. Selanjutnya, 5 persen pria Indonesia

sudah masuk ke dalam lingkungan usia di atas 60 tahun. Oleh itu, jika dilihat, dari 200 juta

lebih bilangan rakyat indonesia, maka dapat diperkirakan 100 juta adalah pria, dan yang

berusia 60 tahun dan ke atas adalah kira-kira seramai 5 juta, maka dapat secara umumnya

dinyatakan bahwa kira-kira 2.5 juta pria Indonesia menderita penyakit BPH atau PPJ ini.

LO.3.4 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Benigna Prostat Hiperplasia Umumnya gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan hormonal.

Bagian paling dalam prostat membesar dengan terbentuknya adenoma yang tersebar.

Pembesaran adenoma progresif menekan atau mendesak jaringan prostat yang normal ke

kapsula sejati yang menghasilkan kapsula bedah. Kapsula bedah ini menahan perluasannya

dan adenoma cenderung tumbuh ke dalam menuju lumennya, yang membatasi pengeluaran

urin. Akhirnya diperlukan peningkatan penekanan untuk mengosongkan kandung kemih.

Serat-serat muskulus destrusor berespon hipertropi, yang menghasilkan trabekulasi di

dalam kandung kemih.

Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar terlalu hebat, terjadi dekompensasi kandung

kemih menjadi struktur yang flasid, berdilatasi dan sanggup berkontraksi secara efektif.

Karena terdapat sisi urin, maka terdapat peningkatan infeksi dan batu kandung kemih.

Peningkatan tekanan balik dapat menyebabkan hidronefrosis. Retensi progresif bagi air,

natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat. Edema ini berespon cepat dengan

4

Page 5: Skenario 3 Blok Urin yarsi

drainage kateter. Diuresis paska operasi dapat terjadi pada pasien dengan edema hebat dan

hidronefrosis setelah dihilangkan obstruksinya. Pada awalnya air, elekrolit, urin dan beban

solutlainya meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan yang progresif bisa

merusakkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan serta menahan air dan natrium

akibat kehilangan cairan dan elekrolit yang berlebihan bisa menyebabkan hipovelemia. 

LO.3.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Benigna Prostat Hiperplasia

Biasanya gejala- gejala prostat jinak, dikenal sebagai Lower Urinary Track Symtoms

( LUTS ) dibedskan menjadi gejala iritatif dan obstruktif

a. Gejala iritatif:

1. Sering miksi

2. Terbangun untuk miksi pada malam hari ( Nokturia )

3. Persaan ingin miksi yang sangat mendesak ( Urgensi )

4. Nyeri pada miksi ( Disuria)

b. Gejala Obstruktif

1. Pancaran urin melemah

2. Rasa tidak puas sehabis miksi

3. Ketika mau miksi harus menunggu lama (Hesitancy)

4. Harus mengedan ketika miksi (straining)

5. Kencing terputus- putus (intermittency)

6. Waktu miksi memenjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen

karena overflow

Gejala-gejala tersebut di atas sering disebut sindroma prostatismus. Secara klinis derajat

berat gejala prostatismus itu dibagi menjadi :

1. Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing <>

2. Grade II : Gejala prostatismus + sisa kencing > 50 ml

3. Grade III : Retensi urin dengan sudah ada gangguan saluran kemih bagian atas +

sisa urin > 150 ml

LO.3.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding

A. Anamnesis :

Kumpulan  gejala  pada  BPH  dikenal  dengan  LUTS  (Lower  Urinary  Tract  Symptoms) 

Antara lain:  hesitansi,  pancaran  urin  lemah,  intermittensi,  terminal  dribbling,  terasa 

ada  sisa  setelah miksi  disebut  gejala  obstruksi  dan  gejala  iritatif  dapat  berupa 

urgensi,  frekuensi  serta  disuria.

B. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus spingter

ani, reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti benjolan di

dalam rektum dan tentu saja teraba prostat. Pada perabaan prostat harus diperhatikan :

1. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)

2. Adakah asimetris

3. Adakah nodul pada prostate

4. Apakah batas atas dapat diraba

5. Sulcus medianus prostate

6. Adakah krepitasi

Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan prostat teraba membesar, konsistensi

prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan rata, lobus kanan dan kiri simetris,

tidak didapatkan nodul, dan menonjol ke dalam rektum. Semakin berat derajat hiperplasia

prostat, batas atas semakin sulit untuk diraba. Sedangkan pada kanker prostat, konsistensi

prostat keras dan atau teraba nodul dan di antara lobus prostat tidak simetris. Sedangkan

pada batu prostat akan teraba krepitasi. Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan

pada traktus urinaria bagian atas kadang-kadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah

terjadi pielonefritis akan disertai sakit pinggang dannyeri ketok pada pinggang.

Vesica urinaria dapat teraba apabila sudah terjadi retensi total, daerah inguinal harus mulai

diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia. Genitalia eksterna harus pula diperiksa

untuk melihat adanya kemungkinan sebab yang lain yang dapat menyebabkan gangguan

miksi seperti batu di Fossa navikularis atau uretra anterior, fibrosis daerah uretra, fimosis,

condilomadi daerah meatus.Pada pemeriksaan abdomen ditemukan kandung kencing yang

terisi penuh dan teraba masakistus di daerah supra simfisis akibat retensi urin dan kadang

terdapat nyeri tekan supra simfisis.

5

Page 6: Skenario 3 Blok Urin yarsi

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berperan dalam menentukan ada tidaknya komplikasi.

A. Darah : - Ureum dan Kreatinin

1. Elektrolit

2. Blood urea nitrogen

3. Prostate Specific Antigen (PSA)

4. Gula darah

B. Urin : - Kultur urin + sensitifitas test

1. Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik

2. Sedimen

Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi

pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang

menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa

antimikroba yang diujikan.Faal ginjal diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya

penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas. Sedangkan gula darah dimaksudkan

untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetes mellitus yang dapat menimbulkan

kelainan persarafan pada vesica urinaria.

C. Foto polos abdomen (BNO)

BNO berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya

batu/kalkulosa prostat dan kadang kala dapat menunjukkan bayangan vesica urinaria

yang penuh terisi urin, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine. Selain itu juga

bisa menunjukkan adanya hidronefrosis, divertikel kandung kemih atau adanya

metastasis ke tulang dari carsinoma prostat.

D. Pielografi Intravena (IVP)

Pemeriksaan IVP dapat menerangkan kemungkinan adanya:

1. kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis2

2. memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan oleh adanya

indentasi prostat(pendesakan vesica urinaria oleh kelenjar prostat) atau ureter di

sebelah distal yang berbentuk seperti mata kail atau hooked fish.

3. penyulit yang terjadi pada vesica urinaria yaitu adanya trabekulasi, divertikel,

atausakulasi vesica urinaria4.

4. foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin

E. Sistogram retrograd

Apabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin, maka sistogram

retrograddapat pula memberi gambaran indentasi.

F. USG secara transrektal (Transrectal Ultrasonography = TURS)

Untuk mengetahui besar atau volume kelenjar prostat, adanya kemungkinan

pembesaran prostatmaligna, sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat,

menentukan volume vesicaurinaria dan jumlah residual urine, serta mencari kelainan

lain yang mungkin ada di dalam vesica urinaria seperti batu, tumor, dan divertikel.

G. Pemeriksaan Sistografi

Dilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria atau pada pemeriksaan urine

ditemukanmikrohematuria. Sistografi dapat memberikan gambaran kemungkinan

tumor di dalam vesic aurinaria atau sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari

muara ureter, atau batu radiolusen di dalam vesica. Selain itu juga memberi

keterangan mengenai basar prostat dengan mengukur panjang uretra pars prostatika

dan melihat penonjolan prostat ke dalam uretra.

H. MRI atau CT jarang dilakukan

Digunakan untuk melihat pembesaran prostat dan dengan bermacam ± macam

potongan.

I. Uroflowmetri

Untuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin ditentukan oleh :

1. daya kontraksi otot detrusor

2. tekanan intravesica

6

Page 7: Skenario 3 Blok Urin yarsi

3. resistensi uretra

Angka normal laju pancaran urin ialah 10-12 ml/detik dengan puncak laju

pancaranmendekati 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, laju pancaran melemah menjadi 6 ±

8 ml/detik dengan puncaknya sekitar 11 ± 15 ml/detik. Semakin berat derajat obstruksi

semakin lemah pancaran urin yang dihasilkan.

J. Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow Studies)

Pancaran urin melemah yang diperoleh atas dasar pemeriksaan uroflowmetri tidak

dapatmembedakan apakah penyebabnya adalah obstruksi atau daya kontraksi otot

detrusor yangmelemah. Untuk membedakan kedua hal tersebut dilakukan pemeriksaan

tekanan pancarandengan menggunakan Abrams-Griffiths Nomogram. Dengan cara ini

maka sekaligus tekanan intravesica dan laju pancaran urin dapat diukur.

K. Pemeriksaan Volume Residu Urin

Volume residu urin setelah miksi spontan dapat ditentukan dengan cara sangat

sederhana dengan memasang kateter uretra dan mengukur berapa volume urin yang

masih tinggal atau ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi, dapat

pula dilakukan dengan membuat foto post voiding pada waktu membuat IVP. Pada

orang normal sisa urin biasanya kosong, sedang pada retensi urin total sisa urin dapat

melebihi kapasitas normal vesika. Sisa urin lebih dari 100 cc biasanya dianggap

sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada penderita prostat hipertrofi.

DIAGNOSIS BANDING

Pada pasien dengan keluhan obstruksi saluran kemih di antaranya :

1. Struktur uretra

2. Kontraktur leher vesika

3. Batu buli-buli kecil

4. Kanker prostat

5. Kelemahan detrusor, misalnya pada penderita asma kronik yang menggunakan obat-

obat parasimpatolitik.

Pada pasien dengan keluhan iritatif saluran kemih, dapat disebabkan oleh :

1. Instabilitas detrusor

2. Karsinoma in situ vesika

3. Infeksi saluran kemih

4. Prostatitis

5. Batu ureter distal

6. Batu vesika kecil

LO.3.7 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Benigna Prostat Hiperplasia

Terapi BPH dapat berkisar dari watchful waiting di mana tidak diperlukan teknologi yang

canggih dan dapat dilakukan oleh dokter umum, hingga terapi bedah minimal invasif yang

memerlukan teknologi canggih serta tingkat keterampilan yang tinggi. Berikut ini akan

dibahas penatalaksanaan BPH berupa watchful waiting, medikamentosa, terapi bedah

konvensional, dan terapi minimal invasif.

Watchful Waiting

Watchful waiting dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan

a. Pasien diberi nasihat agar mengurangi minum setelah makan malam

agar mengurangi nokturia.

b. Menghindari obat-obat parasimpatolitik (mis: dekongestan).

LII. Mengurangi kopi.

LIII. Melarang minum minuman alkohol agar tidak terlalu sering buang air kecil.

Penderita dianjurkan untuk kontrol setiap tiga bulan untuk diperiksa:

skoring, uroflowmetri, dan TRUS.

LIV. Bila terjadi kemunduran, segera diambil tindakan.

Terapi Medikamentosa

Pilihan terapi non-bedah adalah pengobatan dengan obat (medikamentosa). Terdapat tiga

macam terapi dengan obat yang sampai saat ini dianggap rasional, yaitu dengan

penghambat adrenergik a-1, penghambat enzim 5a reduktase, dan fitoterapi.

1. Penghambat adrenergik a-1

7

Page 8: Skenario 3 Blok Urin yarsi

Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor a-1 yang banyak ditemukan pada otot

polos ditrigonum, leher buli-buli, prostat, dan kapsul prostat. Dengan demikian, akan

terjadi relaksasi di daerah prostat sehingga tekanan pada uretra pars prostatika

menurun dan mengurangi derajat obstruksi. Obat ini dapat memberikan perbaikan

gejala obstruksi relatif cepat. Efek samping dari obat ini adalah penurunan tekanan

darah yang dapat menimbulkan keluhan pusing (dizziness), lelah, sumbatan hidung,

dan rasa lemah (fatique).

Pengobatan dengan penghambat reseptor a-1 masih menimbulkan beberapa

pertanyaan, seperti berapa lama akan diberikan dan apakah efektivitasnya akan tetap

baik mengingat sumbatan oleh prostat makin lama akan makin berat dengan

tumbuhnya volume prostat. Contoh obat: prazosin, terazosin dosis 1 mg/hari, dan

dapat dinaikkan hingga 2-4 mg/hari. Tamsulosin dengan dosis 0.2-0.4 mg/hari.

2. Penghambat enzim 5a reduktase

Obat ini bekerja dengan menghambat kerja enzim 5a reduktase, sehingga testosteron

tidak diubah menjadi dehidrotestosteron. Dengan demikian, konsentrasi DHT dalam

jaringan prostat menurun, sehingga tidak akan terjadi sintesis protein. Obat ini baru

akan memberikan perbaikan simptom setelah 6 bulan terapi.

Salah satu efek samping obat ini adalah menurunnya libido dan kadar serum PSA2.

Contoh obat : finasteride dosis 5 mg/hari.

3. Kombinasi penghambat adrenergik a- 1 dan penghambat enzim 5a reduktase

Terapi kombinasi penghambat adrenergik a-1 dan penghambat enzim 5a reduktase

pertama kali dilaporkan oleh Lepor dan kawan-kawan pada 1996. Terdapat penurunan

skor dan peningkatan Qmax pada kelompok yang menggunakan penghambat

adrenergik a-1. Namun, masih terdapat keraguan mengingat prostat pada kelompok

tersebut lebih kecil dibandingkan kelompok lain. Penggunaan terapi kombinasi masih

memerlukan penelitian lebih lanjut.

Fitoterapi

Terapi dengan bahan dari tumbuh-tumbuhan poluler diberikan di Eropa dan baru-baru ini di

Amerika. Obat-obatan tersebut mengandung bahan dari tumbuhan sepertiHypoxis rooperis,

Pygeum africanum, Urtica sp, Sabal serulla, Curcubita pepo, Populus temula, Echinacea

purpurea, dan Secale cerelea. Masih diperlukan penelitian untuk mengetahui efektivitas dan

keamanannya.

Terapi Bedah Konvensional

Prostatektomi digolongkan dalam 2 golongan:

Prostatektomi terbuka :

a. Prostatektomi suprapubik transvesikalis (Freyer)

b. Prostatektomi retropubik (Terence Millin)

c. Prostatektomi perinealis (Young)

Prostatektomi tertutup :

a. Reseksi transuretral

b. Bedah beku

1. Open simple prostatectomy

Indikasi untuk melakukan tindakan ini adalah bila ukuran prostat terlalu besar, di atas

100 gram, atau bila disertai divertikulum atau batu buli-buli. Dapat dilakukan dengan

teknik transvesikal atau retropubik. Operasi terbuka memberikan morbiditas dan

mortalitas yang lebih tinggi daripada TUR-P1-2.

2. Transurethral resection of the prostate (TUR-P)

Prinsip TUR-P adalah menghilangkan bagian adenomatosa dari prostat yang

menimbulkan obstruksi dengan menggunakan resektoskop dan elektrokauter. Sampai

saat ini, TUR-P masih merupakan baku emas dalam terapi BPH. Sembilan puluh lima

persen prostatektomi dapat dilakukan dengan endoskopi. Komplikasi jangka pendek

adalah perdarahan, infeksi, hiponatremia (sindrom TUR), dan retensi karena bekuan

darah. Komplikasi jangka panjang adalah struktur uretra, ejakulasi retrograd (75%),

inkontinensia (<1%).

3. Transurethral incision of the prostate (TUIP)

8

Page 9: Skenario 3 Blok Urin yarsi

Dilakukan terhadap penderita dengan gejala sedang sampai berat dan dengan ukuran

prostat kecil, yang sering terdapat hiperplasia komisura posterior (leher kandung

kemih yang tinggi). Teknik ini meliputi insisi pada arah jam 5 dan 7. Penyulit yang

bisa terjadi adalah ejakulasi retrograd.

Terapi laser

Terdapat dua sumber energi yang digunakan, yaitu Nd YAG dan holmium YAG.

Tekniknya antara lain Transurethral laser induced prostatectomy (TULIP) yang dilakukan

dengan bantuan USG, Visual coagulative necrosis, Visual laser ablation of the prostate

(VILAP), dan interstitial laser therapy. Keuntungan terapi laser adalah perdarahan minimal,

jarang terjadinya sindrom TUR, mungkin dilakukan pada pasien yang menjalani terapi

antikoagulan, dan dapat dilakukan tanpa perlu dirawat di rumah sakit. Kerugiannya di

antaranya tidak didapatkan jaringan untuk pemeriksaan histopatologi, diperlukan waktu

pemasangan kateter yang lebih lama, keluhan iritatif yang lebih banyak, dan harga yang

mahal1,2. Efek samping yang pernah dilaporkan di Indonesia adalah perdarahan (2%),

nyeri pasca operasi (3%), retensi (19%), ejakulasi retrograd (3%), dan disfungsi ereksi

(1%)3.

Microwave hyperthermia

Memanaskan jaringan adenoma melalui alat yang dimasukkan melalui uretra atau rektum

sampai suhu 42-45oC sehingga diharapkan terjadi koagulasi.

1. Trans urethral needle ablation (TUNA)

Alat yang dimasukkan melalui uretra yang apabila posisi sudah diatur, dapat

mengeluarkan 2 jarum yang dapat menusuk adenoma dan mengalirkan panas,

sehingga terjadi koagulasi sepanjang jarum yang menancap di jaringan prostat.

2. High intensity focused ultrasound (HIFU)

Melalui probe yang ditempatkan di rektum yang memancarkan

energi ultrasounddengan intensitas tinggi dan terfokus.

3. Intraurethral stent

Adalah alat yang secara endoskopik ditempatkan di fosa prostatika untuk

mempertahankan lumen uretra tetap terbuka. Dilakukan pada pasien dengan harapan

hidup terbatas dan tidak dapat dilakukan anestesi atau pembedahan.

4. Transurethral baloon dilatation

Dilakukan dengan memasukkan kateter yang dapat mendilatasi fosa prostatika dan

leher kandung kemih. Prosedur ini hanya efektif bila ukuran prostat kurang dari 40 g,

sifatnya sementara, dan jarang dilakukan lagi.

LO.3.8 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Benigna Prostat Hiperplasia

1. Lokal

Hiperplasi prostat dapat menyebabkan penyempitan lumen ureta posteio yang

menghambat aliran urin dan meningkatkan tekanan intravesikal. Buli – buli kontaksi

lebih kuat untuk melawan tahanan tersebut maka timbul peubahan anatomis yang

dinamakan fase kompensata akan terjadi hipetrofi otot detusor, trabekulasi, sakulasi,

diverkulasi.

Apabila Buli – buli menjadi dekompensasi, akan tejadi retensi urin. Karena produksi

urin terus berlanjut maka pada suatu saat buli – buli tidak mampu lagi menampung

urin sehingga tekanan intravesika meningkat, dapat timbul hidroureter, hidronefrosis,

dan gagal ginjal. Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan pada

buli – buli. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria.

Batu tersebut dapat pula menimbulkan sistitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi

pielonefritis. Ini dinamakan komplikasi lokal dari BPH.

2. General

a. Peritonitis,bila vesica urinaria pecah dan meyebar ke rongga peritonium

b. Anemia

c. Sindroma Uremia

d. Asidosis Metabolik

e. Gagal ginjal

LO.3.9 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Benigna Prostat Hiperplasia

Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat berkembang menjadi kanker prostat. Menurut penelitian, kanker prostat merupakan kanker pembunuh nomer 2 pada pria setelah kanker

9

Page 10: Skenario 3 Blok Urin yarsi

paru-paru5. BPH yang telah diterapi juga menunjukkan berbagai efek samping yang cukup merugikan bagi penderita.

LO.3.10 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Benigna Prostat Hiperplasia

Kini, sudah beredar suplemen makanan yang dapat membantu mengatasi pembesaran

kelenjar prostat. Salah satunya adalah suplemen yang kandungan utamanya saw palmetto.

Berdasarkan hasil penelitian, saw palmetto menghasilkan sejenis minyak, yang bersama-

sama dengan hormon androgen dapat menghambat kerja enzim 5-alpha reduktase, yang

berperan dalam proses pengubahan hormon testosteron menjadi dehidrotestosteron

(penyebab BPH). Hasilnya, kelenjar prostat tidak bertambah besar.

Zat-zat gizi yang juga amat penting untuk menjaga kesehatan prostat di antaranya adalah :

1. Vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan penting dalam mencegah

pertumbuhan sel kanker, karena menurut penelitian, 5-10% kasus BPH dapat

berkembang menjadi kanker prostat.

2. Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan dalam proses metabolisme karbohidrat,

lemak, dan protein, sehingga kerja ginjal dan organ tubuh lain tidak terlalu berat.

3. Copper (gluconate) dan Parsley Leaf, yang dapat membantu melancarkan pengeluaran

air seni dan mendukung fungsi ginjal.

4. L-Glysine, senyawa asam amino yang membantu sistem penghantaran rangsangan ke

susunan syaraf pusat.

5. Zinc, mineral ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan kualitas sperma.

Berikut ini beberapa tips untuk mengurangi risiko masalah prostat, antara lain:

1. Mengurangi makanan kaya lemak hewan

2. Meningkatkan makanan kaya lycopene (dalam tomat), selenium (dalam makanan

laut), vitamin E, isoflavonoid (dalam produk kedelai)

3. Makan sedikitnya 5 porsi buah dan sayuran sehari

4. Berolahraga secara rutin

5. Pertahankan berat badan ideal

LI 4. Memahami Dan Menjelaskan Pemeriksaan Colok Dubur Menurut Islam

Dalam batas-batas tertentu, mayoritas ulama memperbolehkan berobat kepada lawan jenis

jika sekiranya yang sejenis tidak ada, dengan syarat ditunggui oleh mahram atau orang

yang sejenis. Alasannya, karena berobat hukumnya hanya sunnah dan bersikap pasrah

(tawakkal) dinilai sebagai suatu keutamaan (fadlilah). Ulama sepakat bahawa pembolehan

yang diharamkan dalam keadaan darurat, termasuk pembolehan melihat aurat orang

lain,ada batasnya yang secara umum ditegaskan dalam al- qur’an ( Q.S Al-baqarah : 173;

Al-an’am :145 ;An-nahl : 115) dengan menjauhi kezaliman dan lewat batas. Dalam

pengobatan, kebolehan hanya pada bagian tubuh yang sangat diperlukan, karena itu, bagian

tubuh yang lain yang tidak terkait langsung tetap berlaku ketentuan umum tidak boleh

melihatnya. Namun, untuk meminimalisir batasan darurat dalam pemeriksaan oleh lawan

jenis sebagai upaya sadd al-Dzari’at (menutup jalan untuk terlaksananya kejahatan),

disarankan disertai mahram dan prioritas diobati oleh yang sejenis.

10