3 sistempemeriksaanhkacpid

7
SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB 1 Sistem Pemeriksaan Dalam Hukum Acara Pidana Penyelenggaraan peradilan pidana merupakan mekanisme bekerjanya aparat penegak hukum pidana mulai dari proses penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di sidang pengadilan serta pelaksanaan keputusan pengadilan. Di berbagai negara mempunyai tujuan tertentu yang pada intinya usaha pencegahan kejahatan (prevention of crime) telah dikenal beberapa model penyelenggaraan peradilan pidana yaitu : Sistem inquisitoir (memeriksa): sistem peradilan pidana sudah sejak abad ke 13 dimulai di Eropa sampai dengan awal pertengahan abad ke 19. Proses penyelenggaraan peradilan pidana dalam rangka penyelesaian perkara pidana berdasarkan sistem ini dimulai dengan adanya inisiatif dari penyidik atas kehendak sendiri untuk menyelidiki kejahatan. Cara penyelidikan dan pemeriksaan yang demikian ini ditempuh secara rahasia. Tahap pertama yang dilakukan oleh penyidik ialah meneliti apakah suatu kejahatan telah terjadi, dan

Transcript of 3 sistempemeriksaanhkacpid

Page 1: 3 sistempemeriksaanhkacpid

SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB 1

Sistem Pemeriksaan Dalam Hukum Acara Pidana

Penyelenggaraan peradilan pidana merupakan mekanisme bekerjanya

aparat penegak hukum pidana mulai dari proses penyidikan, penuntutan,

pemeriksaan di sidang pengadilan serta pelaksanaan keputusan

pengadilan. Di berbagai negara mempunyai tujuan tertentu yang pada intinya

usaha pencegahan kejahatan (prevention of crime) telah dikenal beberapa

model penyelenggaraan peradilan pidana yaitu :

Sistem inquisitoir (memeriksa) :

sistem peradilan pidana sudah sejak abad ke 13 dimulai di Eropa sampai dengan

awal pertengahan abad ke 19. Proses penyelenggaraan peradilan pidana dalam

rangka penyelesaian perkara pidana berdasarkan sistem ini dimulai dengan

adanya inisiatif dari penyidik atas kehendak sendiri untuk menyelidiki kejahatan.

Cara penyelidikan dan pemeriksaan yang demikian ini ditempuh secara

rahasia. Tahap pertama yang dilakukan oleh penyidik ialah meneliti apakah

suatu kejahatan telah terjadi, dan

Page 2: 3 sistempemeriksaanhkacpid

kemudian mengadakan indetifikasi terhadap pelaku atau para pelakunya. Apabila

orang diduga melakukan kejahatan itu telah diketahui dan ditangkap.

Tahap kedua dilakukan pemeriksaan terhadap pelaku kejahatan tersebut.

Pada tahap ini si pelaku ditempatkan terasing dan tidak diperkenankan

berkomunikasi dengan pihak lain atau keluarganya, dimana pemeriksaan

terhadap dirinya maupun terhadap saksi atau saksi saksi dilakukan secara terpisah.

Perbuatan apa yang dituduhkan terhadap si pelaku tidak diberitahukan kepadanya.

Satu satunya tujuan pemeriksaan waktu itu adalah usaha untuk memperoleh

pengakuan (confession) dari si pelaku. Apabila kejahatan yang dituduhkan terhadap

secara sukarela tidak mau mengakui perbuatan yang dituduhkan dan ternyata

setelah bukti berhasil dikumpulkan menimbulkan dugaan yang kuat akan

kesalahannya, maka petugas pemeriksa akan memperpanjang penderitaan si

pelaku kejahatan melalui cara penyiksaan (torture) sampai diperoleh pengakuan.

Setelah petugas pemeriksa selesai dengan tugasnya, maka ia menyerahkan hasil

pemeriksaannya kepada pengadilan, yang selanjutnya pengadilan dalam

memeriksa perkara tersangka yang diajukan itu hanya atas dasar hasil

pemeriksaan sebagaimana yang tercantum di dalam berkas.

2SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB

Page 3: 3 sistempemeriksaanhkacpid

Penuntut umum pada waktu itu tidak memiliki peranan yang berarti dalam proses

penyelesaian perkara, khususnya dalam pengajuan, pengembangan lebih lanjut,

atau dalam penundaan perkara yang bersangkutan. Selama berlangsung

pemeriksaan, terdakwa tidak dihadapkan ke muka persidangan dan

dilakukan secara tertutup. Pada waktu itu tidak ada kemungkinan terdakwa

didampingi oleh seorang pembela. Demikianlah gambaran proses peradilan

pidana yang terjadi pada abad ke 13 sampai awal abad pertengahan ke 19.

Perkembangan selanjutnya timbul gerakan revolusi perancis, maka sistem

inquisitor tidak mendapat pasaran lagi (tidak dikenal) dalam rangka proses

peradilan pidana. Dan muncullah model baru sebagai pengganti bentuk

inquisitor yaitu the mixed type (type campuran) sebagai salah satu dikenal dengan :

Sistem Accussatoir (menuduh/mendakwa),

Dimana tersangka / terdakwa mempunyai kedudukan yang sama dengan pejabat

penegak hukum lainnya. Sistem ini yang belakangan diprakarsai oleh kaum

cendekiawan Eropa. Sebagai berikut :

3SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB

Page 4: 3 sistempemeriksaanhkacpid

1. Crime Control Model dan Due Process Model (herbert packer /amerika

serikat)

Kedua model penyelenggaraan peradilan pidana ini diperkenalkan oleh

Herbert Packer dan diterapkan di Amerika Serikat, kedua model tersebut

dilandasi oleh pemikiran apa yang disebut dengan adversary model (model

permusuhan) yang berintikan sebagai berikut : a. Prosedur peradilan pidana

harus merupakan suatu disputes (sengketa) atau combative proceeding

(sidang pertempuran) antara terdakwa dan penuntut umum dalam kedudukan

yang sama di muka pengadilan. b.. Judge as umpire (hakim sebagai wasit)

Kedudukannya yang demikian ini mengakibatkan bahwa ia tidak ambil bagian

dalam pertempuran (fight) dalam proses pemeriksaan di pengadilan. Ia hanya

berfungsi sebagai wasit yang menjaga agar aturan permainan tidak dilanggar,

baik oleh terdakwa maupun oleh penuntut umum.

c. Rule are very strictly (Ketentuan diperlakukan secara ketat).

d. Sensational cross of examination (pemeriksaan silang / berlawanan yg

dilakukan oleh PU dgn Advokat),

e. Fiction of an always elusive truth (fiksi dari kebenaran selalu sulit dipahami) ,

4SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB

Page 5: 3 sistempemeriksaanhkacpid

The crime control model didasarkan atas anggapan bahwa penyelenggaraan

peradilan pidana adalah semata mata untuk menindas perilaku criminal

(criminal conduct) dan ini merupakan tujuan utama proses peradilan. Sebab

dalam hal ini yang diutamakan adalah ketertiban umum (public order) dan

efisiensi. Disini berlaku apa yang dinamakan “sarana cepat” dalam rangka

pemberantasan kejahatan. Dan pada dasarnya berlakulah apa yang disebut

dengan istilah presumption of guilty. Kelemahan yang menonjol pada model

ini adalah sering terjadi pelanggaran hak hak asasi manusia demi

efisiensi. Oleh karena itu muncullah apa yang dinamakan model kedua yaitu

Due Process Model.

2. Due Process Model

Model ini muncul suatu nilai baru yang sebelumnya kurang diperhatikan, yaitu

konsep perlindungan hak hak individual dan pembatasan kekuasaan dalam

penyelenggaraan peradilan pidana. Jadi di sini proses criminal harus dapat

dikendalikan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan sifat ototriter

dalam rangka mencapai maksimum efisiensi. Di dalam model ini berlakulah

apa yang dinamakan presumption of innocence.

5SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB

Page 6: 3 sistempemeriksaanhkacpid

3. Family Model (Model Kekeluargaan) (John Grifitths : Belanda)

Menurut beliau model yang diperkenalkan Packer yang mendasarkan pada

pemikiran tentang hubungan antara Negara dan individu dalm proses criminal,

dimana seorang pelaku kejahatan dianggap musuh masyarakat (enemy of the

society). Tujuan utama dari penyelenggaraan peradilan pidana adalah segera

mengasingkan pelaku tersebut di dalam masyarakat (exile function of

punishment). Landasan filosofis dari model yang diperkenalkan oleh Packer

adalah oleh Griffitths dinamakan. Battle model (model pertempuran) Pertentangan

antara kepentingan individu dengan Negara yang tidak dapat dipertemukan

kembali (irreconcilable disharmony of interests), sehingga apabila terjadi suatu

kejahatan yang dilakukan oleh seseorang secara sistematis, harus ditempatkan

dalam suatu proses yang menempatkan dia sebagai seorang yang dijadikan objek

di dalam penyelenggaraan peradilan pidana. Model ketiga (famile model)

dikatakan : Masyarakat tidak dapat diperbaiki atau dinetralisasi dari kejahatan

selama kita tidak berfikir di dalam pertimbangan kepentingan / keuntungan

di dalam memahami kejahatan dan penjahat. Untuk itu landasan filosofis

harus dirubah terlebih dahulu yaitu irreconcilable disharmony of interests harus

diganti dengan suatu asumsi bahwa tidak ada pertentangan kepentingan

yang tidak bisa diselaraskan.6SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB

Page 7: 3 sistempemeriksaanhkacpid

Untuk itu filsafat yang mendasari penyelenggaraan peradilan pidana adalah

cinta kasih sesama hidup atas dasar kepentingan yang saling menguntungkan

(mutually supportive and a state of love). Salah satu Negara yang menerapkan

model ketiga ini adalah negeri Belanda.

4. Model Terpadu (Integrated Model) (Hiroshi Ishikawa : Jepang).

Dalam model terpadu, lembaga atau instansi yang ada tersebut (polisi, jaksa,

pengadilan, pengacara) meskipun tugasnya berbeda beda, dan mempunyai tujuan

masing masing, mempunyai tujuan dalam bentuk kecil (t), namun di dalam hal ini

pada dasarnya sekaligus juga menuju kepada tujuan yang besar yang kami

dirumuskan dalam bentuk besar (T), yaitu usaha pencegahan kejahatan senantiasa

harus mengadakan kerja sama dan koordinasi untuk mencapai tujuan (T), yang

sudah barang tentu harus didukung dengan perundang-perundangan yang

memadai. Sebab apabila tidak demikian, bukan mustahil akan terjadi

instansi sentries serta fragmentaris, serta tidak menunjukkan kesatuan sistem

yang terpadu sebagaimana yang dikehendaki oleh suatu sistem. Model terpadu

ini dipakai di Negara Jepang.

7SUJASMIN / HK AC PIDANA / STHB