3. Ospek Ini Yang Gue Demen

download 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

of 65

Transcript of 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    1/65

    3

    Tentang Coki..

    Karakter ini udah melayang-melayang dibenak sejak tahun 2000. Jenuh

    dikejar deadline menulis feature, berita en sebangsanya, membuat gue rindu

    untuk kembali bisa tertawa . Menertawakan segala hal..,

    Segala persoalan..,

    Segala yang tak berujung pangkal, segala yang sengaja dibiarkan....,

    Segala yang dipetieskan...,

    Segala macam kebodohan-kebodohan yang dilakukan demi melestarikan

    sebuah kesombongan..

    Segala.....

    Berbekal semangat itu, diciptakanlah karakter Coki .

    Konsep cerita yang dibangun sederhana saja. Setiap orang tentu punya

     persoalan. Yang jadi perbedaan bagaimana tiap individu menyikapinya, Serius,

    santai, atau Sersan (Serius tapi Santai). Atau mungkin dengan cara yang lain.

    Karakter Coki di bangun tak jauh dari persoalan itu.

    Penulisan novel ini sempat mandek untuk beberapa lama.

    Belakangan..., sejak tahun 2006 gue mencoba meremake kembali novel

    ini. Dengan susah payah tentunya. Karena kemampuan menulis gue gak sebagus

    dulu.

    Sayangnya rancangan awal novel ini tidak ada lagi, termasuk arsip

    artikel, feature, berita sebagai bahan riset tak tahu lagi kemana rimbanya,

    sehingga terpaksa memulai lagi penulisan dari nol.

    Observasi yang lama ditambah mood menulis yang naik turun, yang

    membuat novel ini baru selesai sekarang.

    Karakterisasi atas tokoh utama direkonstruksi ulang kembali, dengan

    style yang lebih fresh lagi.

    Kalau dulu Coki dibangun dengan pendekatan dan setting cerita yang

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    2/65

    4

    sesuai pada zaman itu.

    Sekarang Coki dihadapkan pada dunia yang bukan hanya mempunyai

    siklus kecepatan bergerak sekelas Pentium II, tapi lebih dari itu. Media

     berekspresi Coki tidak lagi sebatas SMS, E-mail, Friendster, tapi berkembang

    menjadi Facebook, Twitter, Flickr, Kaskus dan sebagainya.

    Ya, semua sesuai zamannya. Mau tak mau meremake suatu cerita agar

    dapat diterima oleh zaman sekarang, perlu penyesuaian disana-sini.

    Oke, kita sedikit oprek-oprek karakter Coki ini.

    Coki adalah mahasiswa di sebuah universitas, katakanlah namanya

    Universitas Harapan, dikota antah berantah yang namanya katakanlah Muara

    Enim. Mau nama yang lain juga, apa peduli elo, kan gue yang bikin cerita, jadi

    suka-suka pake nama apa aja.

    Sesuai dengan namanya, institusi pendidikan ini diimpikan dapat

    menjadi harapan yang positif dalam segala hal. Ya, dalam hal melahirkan alumni

     berkualitas ilmu mumpuni, sebagai problem solver terhadap persoalan yang ada

    dimasyarakat, etc, etc.

    Kenyataan yang ada, laiknya sebuah judul telenovela, tempat menuntut

    ilmu ini pantasnya dinamakan Universitas Harapan Nan Sirna. Coki malah

    menamakan kampusnya sebagai kandang kambing, dimana dia terjebak

    didalamnya, dan lama-lama bisa ketularan jadi kambing. Kambing ya kambing,

    yang tak tahu apa arti pengembalaannya, asalkan bisa mengembik tanpa arti

     jelas(Emha Ainun Najib, red)

    Degradasi moral melanda universitas ini, menambah catatan-catatan hitam

    dalam sejarah perjalanan perguruan ini.

    Disini Coki mengalami dilema, apakah melawan arus, atau ikut-ikutan

    mengikuti arus....

    Sebagai menu pembuka, gue hadirkan Coki dan kisah cintanya dengan

    seorang mahasiswi baru ( cerita standar dan klise sih dalam setiap novel ), berikut

    konflik yang menyertainya dalam trilogi, yaitu,”Ospek Ini Yang Gue Demen”,

    “Setangkai Mawar Merah Di Tepi Jalan”, serta “Senja Muram Di Danau Ranau.

    Enjoy bro!

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    3/65

    5

    BAGIAN

    SATU 

    Musim Penerimaan Mahasiswa Baru ( Pesmaba ) gini, pasti rame tuh

    sekretariat kampus Universitas Harapan. Selain oleh para calon mahasiswa baru

    yang mau mendaftar, sudah pasti ada para mahasiswa yang udah jadi penghuni

    lama kampus ini.

    Pada ngapain?

    Ya.., apalagi kalo bukan pada mau observasi terhadap para Calon

    Mahasiswa Baru ( CAMABA )yang ngedaftar. Kepentingannya macam-macam.

    Bagi para “Pencari Bakat” dari kalangan aktivitis, buat memonitor siapa-siapa aja

    yang potensial buat dijadikan kader di organisasi pergerakan masing-masing.

    Layaknya sales marketing, para pencari bakat itu punya kemampuan

     penciuman yang tajam, buat mengendus mana-mana CAMABA yang layak

    untuk diprospek.

    Jangan heran, yang jadi target sasaran bakal dipenuhi berbagai macam

     presentasi, slogan-slogan gombal, bertumpuk brosur dan formulir pendaftaran

    anggota.

    Itu juga masih ditambah bonus dengan pesan sponsor layaknya lagu

    Krisdayanti:

    Jangan kau salah pilih yang lain, yang lain belum tentu setia......

    Jadi pilihlah......

    Tapi mayoritas penghuni lama kampus ini, punya tujuan..., Ya..., apalagi

    kalau bukan untuk mantengin CAMABA baik cewek maupun cowok yang

    cakep-cakep.

    Coki termasuk diantara para mayoritas tersebut. Walau dia termasuk

    anggota didalam Badan Eksekutif Mahasiswa(BEM) dikampusnya, tapi saat ini

    dia tidak dalam posisi diberi mandat oleh organisasi yang menaunginya, buat

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    4/65

    6

     berburu “bibit-bibit unggul”. Sampai kapanpun tidak bakalan diberi peluang

    dalam hal apapun, selama yang “alergi” dengan Coki masih bercokol di BEM.

    Tapi Coki tak mau ambil pusing. Lagian siapa juga yang mau melakukan

    itu, sementara tuh didepan mata, ada sekelompok “makhluk Tuhan” yang bening-

     bening, gan!

    Sangat menantang untuk digoda! Sangat sayang untuk dilewatkan!

    Lebih berat dimana, menjalankan tugas organisasi atau misi pribadi?

    Bagaimana dengan doktrin, meletakkan kepentingan organisasi di atas

    kepentingan pribadi?

    Aduh, mendadak amnesia nih!

    Melihat keadaan sekeliling, melahirkan dua kemungkinan. Kemungkinan

     pertama, akan menjadikan diri kita apatis dan cuek bebek, atau kemungkinan

    kedua, bertekad untuk melakukan sesuatu untuk perubahan, minimal untuk diri

    sendiri.

    Melihat yang bening-bening begini, Coki bertekad untuk menggaet salah

    satu diantaranya....

    Suatu keinginan yang positif...,

    Walaupun selalu berakhir negatif...,

    Udah dua kali puasa , dua kali lebaran (lho apa hubungannya?), dua kali

    OSPEK, segala upaya yang dilancarkan buat menggaet cewek yang jadi inceran

     berakhir dengan penolakan. Mulai dengan bahasa yang halus, sampe dengan

     bahasa penolakan yang rada kejam banget.

    Tidak Ada Lowongan...,

    Full Capacity....,

    Tidak Ada Cinta Buatmu....,

    Orang Nerd Dilarang Masuk Kehatiku,...,

     Not Available and Incompatible For Your

    Type....,

     Nerd.., nerd.., nerd...,

    Kata-kata itu yang selalu jadi alasan, dan jadi poin untuk di bold......

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    5/65

    7

    Sebel!

    Apa bener gitu, gue ini nerd?

    Emang sih, Coki merasa dia itu lain dari yang lain. Rada-rada antik gitu!

    Tapi nerd?

    Sekarang memang berkembang trend pencitraan. Semuanya serba dipoles.

    Mau penampilan, karakter, apapun pokoknya buat mencitrakan hal positif bagi

    lawan bicaranya. Suntik botox, operasi plastik, sedot lemak, kursus kepribadian,

    etc..,etc..,

    Sayang memang, orang-orang senang dengan apa-apa yang serba dipoles.

    Tidak tahu atau mungkin tidak peduli apakah yang dipoles itu kebenaran sejati

    atau kepalsuan sejati. Bener juga kata-kata yang pernah dia baca pada sebuah

    novel , “Sekarang orang lebih suka bungkusnya, daripada isinya. Atau orang

    hanya punya bungkusnya dari pada isinya?”

    Sementara Coki? Berpenampilan semau gue, dan cenderung urakan.

    Sempat tergoda untuk ikut-ikutan trend. Tapi cepat insyaf.

    Kalau boleh mengutip dari quote Cak Nun, apakah kita akan jadi orang

    yang berkarakter, atau sebaliknya jadi orang yang “wajahnya tidak berwajah”?

    Coki memilih untuk menjadi orang berkarakter, berani mengambil sikap yang

     berseberangan dengan yang sudah ada....

    Berani untuk dianggap orang nerd..

    Coki percaya, mendung tak selamanya menyertai perjalanan cintanya.

    Ada masanya, cerah dan indah akan datang menghampirinya.

    Kebetulan saat Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus(OSPEK), Coki

     jadi panitia.

    Kesempatan neh…

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    6/65

    8

    BAGIAN

    DUA 

    Berdasarkan data yang data, CAMA yang ngedaftar di universitasnya,

     berasal dari berbagai kalangan dan profesi. Mulai yang fresh graduate, ada yang

    sudah bekerja, ada yang sudah berkeluarga, ada juga yang belum menikah.

    Diantara mereka, ada CAMA cewek yang kelihatan menonjol. Orangnya

    tinggi, seksi, pake kacamata lagi. Bikin penampilannya tambah oke. Mungkin

    dulunya dia mantan mayoret waktu di SMU kali ya?

     Namanya Ulfa. Lengkapnya seperti yang tertulis diformulir pendaftaran,

    Farida Ulfa.

    Widihhh!! Baru mendaftar saja, sudah mencuri perhatian para kaum adam

    dikampus ini. Bagaimana nanti..?

    Siapa sih yang tidak terpikat oleh pesona kecantikannya? Orang abnormal

    kalee..!!

    Anaknya emang asyik. Langsung bisa akrab sama siapa aja. Coki

    mengakui, begitu bertemu pertama kali dirinya langsung terjangkit sindrom

    Hitome Bore Datta No Yo(Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama). Untuk

    mendapatkan tempat dihatinya, kayaknya harus berjuang ekstra kerja keras,

     bahkan (mungkin) rada ekstrim nih, gan! Soalnya banyak saingan, cing!

    Puluhan cowok keren di kampus ini pasti rela menunggu giliran kayak

    ngantre BBM demi meraih sekeping cintanya.

    Melihat peta kompetisi yang ada dan memperhitungkan propabilitas buat

    memenangkan persaingan ini, Coki merasa perlu tahu diri. Kayaknya gua bukan

    masuk hitungan cowok yang bakal ditaksirnya, pikir cowok satu ini. Daripada

    konyol nantinya, mending cari inceran lain.

    Rencananya OSPEK dilaksanakan selama seminggu. Mulainya hari Senin.

    Pada hari Sabtunya, diadakan Technical Meeting seputar persiapan yang kudu

    dilakukan peserta, pengumuman skedul kegiatan, sampai pemberian nama julukan

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    7/65

    9

    yang diberikan kepada masing-masing peserta.

    Virus, Toge, Kentang Gosong, Buaya Darat, Monyet Nangkring, dan

    nama julukan yang nggak enak didengar lainnya, diberikan untuk peserta.

    Julukan itu harus ditulis gede-gede dikertas karton lalu dikalungin dileher. Cuma

    Farida Ulfa yang dapat nama julukan yang normal dibanding peserta lain.

    ANGEL....

    Wuiih, bidadari!! Emang julukan yang pantes, sih. Rada ga tega gitu kalo

    ngasih julukan..., tempe bongkrek misalnya, ...

    Apa kata dunia persilatan?

    Masih ada lagi.

    Perlengkapan Yang Harus Dipenuhi Oleh Calon Mahasiswa/I ( Cama – Cami )

    Dalam Rangka Orientasi Pengenalan Kampus ( OSPEK ) Tahun Bla Bla

    Universitas Harapan

    Setiap Cama/cami diwajibkan :

    1. Menyediakan buku Catatan OSPEK dengan rincian sebagai berikut :

    Buku berisi 100 lembar, disampul dgn kalender bekas warna putih dan

    dilapisin dengan plastik kaca. Cover atau bagian depan sampul diisi

    dengan tulisan :

    ORIENTASI PENGENALAN KAMPUS

    Disusun oleh :………….

    Universitas Harapan Tahun bla bla bla

    Halaman I : berisi tentang Lembar pengesahan yang di Tandatangani oleh

    Ketua Harian dan Ketua Umum Panitia OSPEK

    Halaman II : Kata Pengantar,

    Halaman III : Daftar Isi,

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    8/65

    10

    Halaman IV : Tri Darma Perguruan tinggi,

    Halaman V : Sumpah Mahaswa,

    Halaman VI : Mars Universitas Harapan,

    Halaman VII : Biodata Pemilik Buku,

    Halaman VIII :Foto Close Up (Ukuran jumbo),

    Halaman IX : Biodata

    Makalah yg berisi tentang:

    Darimana cama/i mengenal Universitas Harapan

    Maksud & tujuan kuliah di Universitas Harapan

    2. Mengenakan baju kaos berwarna putih polos lengan pendek ( bagi yang

    mengenakan jilbab harus memakai manset berwarna hitam ) dan celana

    keper panjang berwarna hitam ( tidak diperkenankan memakai celana

     jeans)

    3. Memakai sepatu kain berwarna hitam dengan Kaos Kaki berlainan Warna

    ( MERAH & PUTIH )

    4. Toga Segi Lima dari karton berwarna merah dengan sisi 20 Cm dihiasi

    dengan tali toga yang terbuat dari Sumbu Kompor ukuran 25 Cm

    5. Papan nama ukuran 10 x 20 cm ( digantungkan di dada depan )

    6. Tas dari goni plastik ukuran 10 Kg dengan Tulisan “ ORIENTASI

    PENGENALAN Universitas Harapan

    7. Kalung yang terbuat dari permen 7 merk berlainan dan jengkol 7 buah

    dibelah dengan liontin

    8. Petai sebagai dasi bermata 10

    9. Gelang tangan yang terbuat dari bawang putih ( 3 tungkul ) kanan dan

    kiri

    10.Tali pinggang dari tali plastik ( hula-hula)

    11.Khusus untuk Cami, Rambut dikepang lima dengan tali pita berwarna

    merah putih sedangkan untuk Cama, bawa teh botol dua, ekstra joss

    dua bungkus, mie instant 2 bungkus. Semuanya digantungin dileher.

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    9/65

    11

    Itu bawaan wajib tiap harinya. Ada lagi bawaan tidak resmi yang disebut

     parsel damai. Coki malah menamainya jatah preman. Ini dibawa atas

     permintaan panitia perorangan.

    Biasanya buat sogokan untuk kompensasi atas keringanan hukuman yang

    diberikan.

    Soal parselnya apa, ya suka-sukanya panitia. Dalam kondisi divonis bersalah ini

     peserta diperas habis-habisan.

    ****

    Universitas Harapan Muara Enim, tempat penyelenggaraan OSPEK

     berlangsung. Dijuluki Kampus Biru, tapi tak ada hubungannya dengan warna

    gedung kampus. Hanya jas almamater mahasiswanya memang berwarna biru.

    Warna cat gedungnya mengikuti warna bendera partai dimana bupati sekarang

    yang berkuasa. Bisa dikatakan universitas ini adalah patron client penguasa.

    Sekarang ini bupati yang menjabat bendera partainya kuning. So,

    terjadilah kuningisasi dalam segala bidang.

    Tanya kenapa?? Hal ini tak lepas dari peran kepala daerah sebagai donatur

     bagi kelangsungan hidup institusi pendidikan ini. Kalau bupatinya dari partai anu,

    maka berdampak pada Universitas Harapan yang ikut-ikutan anu juga.

    Kenapa harus begitu? Harusnya universitas bebas dari pengaruh politik

    manapun. Para pengambil keputusan dilembaga ilmu ini menganalogikan dengan

     perusahaan rokok menyumbang dana buat pembuatan lapangan basket. Rasanya

    wajar kalau perusahaan tersebut mencetak gede-gede gambar merk rokoknya

    dilapangan basket tersebut, sebagai tanda peran serta mensponsori dalam

     pembangunannya. Hal tersebut bisa saja berlaku juga buat hal yang ini.

    Sempat terjadi protes dan resistensi,karena hal tersebut akan merusak

    independensi kampus. Kedaulatan universitas yang netral dari pengaruh politik

    manapun jadi terancam. Efeknya tidak menguntungkan bagi pergerakan

    mahasiswa disana. Sering kali gerakan-gerakan dari sana dalam menyuarakan

    kebenaran dicibir sebagai gerakan yang sarat dengan kepentingan politik pihak-

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    10/65

    12

     pihak tertentu saja.

    Kadangkala......, sambil memandangi gedung kampusnya yang dengan

    congkaknya seperti menendang langit, ingin.., rasanya Coki meruntuhkan menara

    gading bernama Universitas Harapan ini. Kesombongannya..,krisis

    moralnya..,kebobrokannya...

    Entah kapan itu bisa terlaksana. Nungggu ubanan kali...

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    11/65

    13

    BAGIAN

    TIGA

    Entah apa yang ada dipikiran para pengambil keputusan dikampus ini,

    sehingga masih ngadain Ospek yag jelas-jelas banyak mudharatnya daripada

    manfaatnya. Padahal, udah sering dimuat di media cetak dan elektronik ada

    korban jiwa yang timbul berbarengan dengan even ini. Sehingga beberapa

    universitas meniadakan Ospek, dan menggantinya dengan program lain.

    Berbekal awal tujuan mulia buat ngenalin calon mahasiswa baru terhadap

    kampusnya, mulai dari lingkungannya, mahasiswanya, fakultasnya, dosennya,

    dsb.. dsb, Ospek ditafsirkan secara sepihak oleh pelaksananya sebagai ajang

     perploncoan bagi pesertanya.., digojlok.., dan menanggung segala macam bentuk

     praktek kekerasan yang dilakukan senior terhadap juniornya, mengatas namakan

     penempaan fisik dan mental serta pembentukan jati diri.

    Kadang gak abis pikir, apakah penempaan dan pembentukan jati diri kudu

    dilalui dengan berguling-guling ditanah? Emang kita trenggiling? Dibentak-

     bentak, dikenai hukuman atas kesalahan yang tidak rasional dan dicari-cari?

    Bagaimana bisa, sebuah institusi yang didirikan buat melahirkan para

    insan akademis, pencipta dan pengabdi, secara tidak langsung merestui sebuah

     pembodohan terstruktur yang dilakukan segelintir oknum mahasiswa yang merasa

    dirinya senior, dengan tetap mengizinkan diselenggarakannya Ospek tanpa adanya

    evaluasi dan koreksi secara menyeluruh terhadap penyelenggaraan serupa

    sebelumnya. Mana yang masih dipertahankan, mana yang kudu ditiadakan?

    Yang perlu digaris bawahi, adalah praktek perploncoan yang sebetulnya

    lebih mengarah pada upaya balas dendam senior terhadap juniornya atas

     perlakuan serupa yang dialaminya saat menjalani Ospek sebelumnya.

    Ironisnya...., hampir seluruh isi Ospek ini isinya perploncoan semua. Sementara

    materi yang merupakan ruh dari Ospek itu sendiri, tidak ditangani serius dan

    terkesan asal jadi.

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    12/65

    14

    Mungkin, melihat orang disiksa dan menderita merupakan suatu hiburan

    dan kesenangan tersendiri daripada mengupayakan untuk mencerahkan orang

    lain. Jadi, kalau ditanya apakah Ospek masih relevan dimasa sekarang, tergantung

    dari sudut mana memandang.

    Kalau kembali pada khittah awal Ospek, mungkin kita bisa sepakat

    kegiatan itu sangat bermanfaat bagi camaba buat memperoleh gambaran

    mengenai kondisi kampusnya, sebagai modal awal untuk beradaptasi didalamnya.

    Tapi kalau Ospek ini cuma jadi ajang praktek kekerasan, rasanya perlu

    dipertimbangkan alternatif program kegiatan lain yang lebih memberikan ouput

     positif daripada mempertahankan sebuah even yang akhirnya memberikan citra

    negatif yang merugikan bagi semua.

    Korban jiwa karena Ospek sudah banyak yang berjatuhan. Apakah

    korban jiwa tersebut harus muncul dari kampus ini, baru bisa menggerakkan

    nurani kita. Rasa kemanusiaan kita. Sudah cukup itu semua dan hentikan semua

    kebodohan-kebodohan itu.

    Mari buat segalanya lebih baik, dengan berusaha bersama-sama

    melakukan upaya konstruktif demi terciptanya tatanan yang lebih baik,

    diantaranya dengan tidak menjadikan Ospek sebagai arena kekerasan yang malah

    menjadikan orang-orang didalamnya bermental preman, tapi menjadi orang yang

    lebih mengutamakan intelektualnya serta kehalusan akal budi.

    Inilah sebagian kutipan artikel yang ditulis Coki pada buletin mahasiswa

    Universitas Harapan dua tahun lalu. Tepatnya sebulan setelah resmi Coki

    menyandang status mahasiswa ditempat dia menuntut ilmu itu. Tulisan yang

    cukup memerahkan telinga para aktor pelaku yang terlibat dalam penyelenggaraan

    kegiatan tersebut.

    Sejak saat itu......, para oknum tersebut menjadikan kawan kita ini target

    yang kudu dijegal setiap langkahnya, agar tidak mempersulit upaya-upaya buat

    mendapatkan keuntungan pribadi.

    Ruang geraknya dipersempit di Badan Eksekutif Mahasiswa, menjadi

    hanya sekedar anggota Divisi Perlengkapan. Posisi yang tidak punya daya tawar

    tinggi, dan bukan posisi yang penting dalam pengambilan keputusan. Termasuk

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    13/65

    15

    saat Coki mengusulkan agar Ospek ditiadakan saja. Oknum- oknum tersebut

    menggalang dukungan agar usulan itu ditentang.

     Namun pernyataan sikap itu meluntur seiring berjalannya waktu. Apalagi

     beberapa diantara dari mereka termasuk Coki, ikut dalam kepanitiaan.

    Tuntutan peniadaan OSPEK jadi melempem, karena para penuntutnya

    tampak menikmati sekali ikut ambil bagian dalam acara ini bahkan ikut tertawa

    terbahak-bahak, menonton penyiksaan yang dialami peserta. Tujuan semula jadi

    terlupakan.

    ****

    Dongkol!

    Itulah yang dirasakan oleh Coki dan kawan-kawannya di Seksi

    Perlengkapan. Dana yang diperlukan buat penyediaan logistik kegiatan

    mengucur tersendat-sendat. So, menjelang hari H, banyak barang-barang

     perlengkapan Ospek yang belum tersedia. Ada beberapa item barang yang sangat

    urgen, sayangnya tidak bisa kas bon dulu sama toko, mengingat masih langka

    dan belum umum dipakai di Muara Enim. Sehingga hanya sebagian kecil toko

    yang menyediakan, itupun dengan jumlah terbatas.

    Coki udah berkali-kali menyampaikan agar pencairan dana segera

    direalisasikan. Sampai dower mulutnya ngomong. Tapi ya…

    “Belum begitu urgen. Pos-pos lain lebih perlu perhatian”, kilah Taufik

    Hidayat, Ketua Panitia.

    “Kalau bisa jangan ditunda. Lebih bagus dipesan sekarang, jadi pas sudah

     jadi bisa langsung segera dipasang.”

    “Nanti-nantilah!’

    Coki malas berdebat lagi.

    Pas H-2, mulai deh Taufik senewen karena banyak item-item yang belum

    tersedia. Jadi lucu karena yang kena semprot Seksi Perlengkapan, bagian yang

    sedari awal mengusulkan pengadaan barang. Taufik lupa atau pura-pura lupa

    kalau dia sendiri yang mengabaikan permintaan dari Coki selaku Koordinator

    Perlengkapan

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    14/65

    16

    “Gimana sih kalian? Kok belum dipesan? Kapan mau dipasang? Lambat

    sekali kerja kalian!”

    Holmes, anggota perlengkapan, tersulut emosinya dengar omongan

    Taufik yang rada nyolot. Hampir kejadian, kalo ga ditahan oleh kawan kita.

    Lewat isyarat matanya, Coki meminta Holmes menahan emosinya.

    “Kampret nih orang. Enak aja nyalahin orang. Nggak nyadar apa

    omongan bacotnya tempo hari? Gua tonjok bonyok dia!’

    Coki: ”Sabar bro. sabar”

    Holmes: “Kok elo bisa-bisanya santai digituin sama tuh orang?”

    “Semua ada waktunya. Sekarang kita kelarin yang belum selesai.

    Tunjukkin kalo kinerja kita nggak seperti apa yang dikira orang”

    Karena keterlambatan dalam pencairan dana, ditambah minimnya

    anggaran yang disetujui, Coki dan kawan-kawan terpaksa lembur ngerjain sendiri

     bikin spanduk empat biji.

    Pekerjaan terakhir berhasil dirampungkan dengan segala keterbatasan.

    Ya, keterbatasan kadang membuat kita kesulitan dalam menentukan

     pilihan. Baik atau buruk. Kadang pilihan yang tidak kita ingini, terpaksa dipilih

    karena keadaan yang memaksa demikian.

    Hasilnya? Jangan ditanya. Karena mereka bukan tukang sablon

     professional.

    Tapi bukan berarti asal-asalan.

    Lumayanlah gak malu-maluin.

    O ya, selain Coki dan Holmes Frans Aritonang, diseksi perlengkapan ada

    Edi Sadiman, Medi Asla, Kgs. Ali Akbar, dan Joe Marthin.

    Semuanya dipersatukan dan jadi sahabat karena kesamaan nasib. Sama-

    sama termasuk peserta yang kenyang dibantai saat Ospek. Sama-sama dibunuh

    karakternya dengan menjuluki mereka para looser, hanya karena pikiran mereka

     berseberangan dengan yang sudah mapan dan nggak umum.

    Sama-sama dikebiri kreativitasnya.

    Sama-sama…..

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    15/65

    17

    BAGIAN

    EMPAT

    Walaupun udah ada yang bela-belain datang kekampus jam 5 pagi, tetap

    aja masih kalah cepet sama panitia. Begitu nyampe dipintu gerbang kampus,

     peserta udah dihadang oleh sekawanan panitia penyambutan yang udah menanti

    dipos jaga. Jadi subuh-subuh buta gini, habis deh peserta dibantai dengan

    hukuman, ya., semau-maunya panitia.

    “Tapi kak, kami kan udah datang tepat waktu? Lihat nih masih jam 5.

    Harusnya kan kami nggak kena hukum?”, protes Utut, yang dijuluki Buaya

    Darat.

    “Tapi jam kami menunjukkan udah jam 5.15 WIB”, Ardiansyah, si

     panitia, nunjukkin arlojinya yang emang nunjukkin waktu seperti yang dia

    katakan. Tentu saja waktu versi panitia. “Berarti kalian telat 15 menit. Jadi

    semuanya pada scout jump 15 kali, sementara kamu yang protes tadi lari sampe

     pintu gerbang sono 5 kali bolak-balik, sambil niruin ayam berkokok”

    Ho.,ho.., seharusnya dalam kondisi seperti ini mau debat kusir percuma

    saja . Bisa berabe jadinya. Logika yang dipakai sebagai dasar argumentasi, ya

    tentu aja pake logika panitia. Mau logika yang dipake juga kadang-kadang nggak

    masuk logika, tetep aja dipaksa-paksain supaya nyerempet logika. Di ubun-ubun

     panitia emang udah bercokol niat buat nyari-nyari kesalahan sebagai dalil

     pembenar membantai peserta.

    Logika panitia :

    Pasal satu; panitia nggak pernah salah

    Pasal dua; kalau ada kesalahan, lihat pasal satu

    Jadi ujung-ujungnya panitia lah yang merasa paling benar.

    Gondok nggak tuh jadinya?

    Sudah selesai?

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    16/65

    18

    Belum, bro.

    Kesengsaraan belum berakhir.

     Nafsu untuk menyiksa belum habis.

    Heri Mahroni (Kadang diplesetin jadi Heri Mahoni), Koordinator Apel

    dan Penegak Disiplin, muncul dengan menenteng megaphone. Dalam

     pelaksanaan OSPEK tahun lalu, dia digelari Panitia Tersadis, karena lagunya

    dalam menghukum peserta kadang melewati batas. Saat pembentukan panitia

    tempo hari, sempat ada usulan untuk tidak memasukkan dia dalam daftar

    kepanitiaan. Tapi usul tersebut tidak sepenuhnya disetujui, karena orang seperti

    Heri sangat dibutuhkan untuk menegakkan wibawa panitia,

    “Para peserta, dalam hitungan ke sepuluh, semuanya sudah harus kumpul

    dilapangan. Satu.., dua…, cepattt! Jangan lelett!! Tiga…”

    Semuanya pada tergopoh-gopoh berhamburan kelapangan. Bunyi

     perlengkapan peserta, terutama tuh sepasang teh botol yang dikalungkan dileher

    saling berbenturan, menimbulkan bunyi kerontangan saat lari-lari. Mirip banget

    kayak pencari barang bekas.

    Prang! Gedomprang! Gedomprang!

    “Sweeping Perlengkapan!!!”

    Para anggota penegak disiplin langsung turun kelapangan, mengecek

     perlengkapan peserta.

    Mulai banyak yang berkeringat dingin. Soalnya banyak yang gak komplit

    atributnya.

    “Bagi yang atributnya tidak lengkap, yang cowok push up 15 kali, yang

    cewek scout jump 15 kali!”

    Ya.., kena lagi….

    ****

    Jam 7,

    sebuah Opel blazer berhenti didepan pintu gerbang. Panitia di pos jaga

     pada menengok keluar, pingin tahu siapa gerangan. Tapi begitu mendengar suara

     botol beradu gedombrangan, panitia disitu mulai tersenyum aneh.

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    17/65

    19

    Peserta neh?!

    Gila! Ada juga peserta yang berani mati datang telat jam segini? Apakah

    nggak nyadar kalo bakal dibantai mentah-mentah?

    Makanan empuk nih!

    “Maaf kak, saya terlambat”, terdengar suara lirih bernada memelas,

    memohon pengertian panitia untuk memaklumi dan mengesampingkan kesalahan

    yang telah dia diperbuat.

    Suara cewek….

    Panita penyambutan (cowok) yang semula udah pasang tampang serem..,

     begitu melihat siapa yang telat mendadak berubah menjadi wajah dengan seribu

    senyuman. Ternyata yang terlambat itu Farida Ulfa!

    Si Angel…

    “Oh, nggak papa…”, suara para cowok-cowok senior ini terdengar koor.

    Mulai deh tidak konsistennya. Secara spontan mereka berjejer rapi disepanjang

     jalan menuju lokasi bertingkah takzim kayak panitia kondangan mau menyambut

    undangan. Tidak ada lagi tampang sangar. Yang ada wajah dipaksa-paksain

    terlihat seimut mungkin. Penampilan yang ingin dilihat sekeren mungkin.

    Senyum yang semanis mungkin, walau masih ada sisa cabe nyelip digigi. Kuning

    lagi. Mending gigi emas. Maklum, cari perhatian, bro!

    Yuni Astrida, Wakil Koordinator Seksi Penegak Disiplin dan Apel,

    dengan pandangan mata setajam silet, eh.. maksudnya setajam teropong, melihat

    dari kejauhan kejanggalan-kejanggalan itu, langsung mengontak Heri yang

    kebetulan ada di Sekretariat Ospek, 8 meter jaraknya dari posisi Ulfa saat ini,

    yang melenggang bebas tanpa sensor.

    Heri yang jengkel mendengar laporan Yuni, langsung menyongsong,

    menghadang langkah Ulfa.

    “SIAPAA ITUU…Yang ter…lam..bat…”

    Yaahh, jadi sama deh lagunya kayak yang jaga di pintu gerbang..

    Wajah yang semula dibikin sadis, spontan bermimikri menjadi….

    “Permisi kak.............”

    Bagaikan rhapsody ….

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    18/65

    20

    Mendesah..

    Agak-agak basah..

    Tapi nggak serak lho..

    Mata beloknya..

    Aih, mak, sungguh mempesona..

    Dan lihatlah......

    Saat angin bertiup sepoi-sepoi....

    Rambut panjangnya jadi bergerai...,

    Tampak bercahaya....

    Menaburkan wangi diudara..

    Mampu menghipnotis...

    Waktu seakan berhenti berdetak...

    .......................................................

    Satu, dua, tiga..

    Blink, blink, blink..

    Splash...!!!

    Untuk beberapa saat, Heri konsisten dengan bengongnya…

    Konsisten dengan keterpanaannya....

    Konsisten dengan....

    Mulut menganganya!

    Filter keduapun jebol. Ulfa sukses membuat para cowok-cowok panitia

    itu jadi macan yang mengeong semua.Jalan yang dilaluinya mulus tanpa

    hambatan. Semulus jalan tol.

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    19/65

    21

    BAGIAN

    LIMA

    Semua peserta pada sirik sama Angel. Ada diskriminasi disini.

    Sementara yang lain bergelimang hukuman(mending kalo bergelimang harta), ini

    cewek dieman-eman banget sama panitia cowok. Diistimewakan bener dibanding

    yang lain. Setiap kesalahannya otomatis termaafkan. Sementara yang lain

    dijemur kayak ikan asin, eh si Ulfa enak banget santai-santai duduk di aula,

    dirubungi panitia yang tentu saja cowok semua. Semua maunya dituruti.

    Pokoknya benar-benar tidak adil deh!

    “Gak adil banget. Sementara kita panas-panasan, eh dia malah santai

    didalam”, omel Fairuz saat lagi jam istirahat di bawah pohon jengkol.

     Nongkrong bersamanya ada Eti Eryanti, Santi, Desma Kumalasari, Fitri yanti,

    dan Yudi Putrado.

    Lho?

    Jangan kaget. Nih cowok masuk kategori cowok melambai, bahkan

    cenderung “keriting”, jadi ngerumpi ama ngegosipnya lebih enak sama kaum

    hawa, karena sama-sama satu visi.

    “Kita kudu protes sama panitia”, Yudi ikut-ikutan nimbrung ngomong.

    “Emang kamu berani gitu, protes sama panitia? Kemaren aja dibentak-

     bentak sama si Yuni, sampe ngompol gitu dicelana” celetuk Desma.

    “Aih, itu mah nggak usah di omongin lagi. Tengsin tau!”

    Semua cewek disitu tertawa.

    Itu cuma sekedar rumpian. Tapi ada sekelompok peserta yang tak ingin

    menjadikan rasa kedongkolannya jadi sekedar rumpian saja.

    Justino Leo Mendoca, Efni Kusbari, Nuraini, Ahmad Dani, Linda

    Damayanti, Tamrulah, Almuhadi, Utut, dan Leogistara Romanova, Gilbert

    Simanjuntak berembuk untuk berbuat sesuatu.

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    20/65

    22

    “Hari gini kita kok masih juga menjalani program yang gak relevan lagi

    dengan perkembangan zaman. Itu kan zaman dulu. Masa pola lama masih

    diterapkan buat sekarang?”

    Justino: “Kita tak peduli, mau namanya Ospek kek atau nama lain kek.

    Yang aku kurang sreg itu sistemnya. Sudah sangat jadul sekali.Tidak membawa

    semangat kemajuan. Itu yang kita kritisi. Kita tuh inginnya program orientasi

    semacam ini lebih menekankan pada pendekatan yang lebih manusiawi, cerdas

    dan bergizi. Pola milterisme sebaiknya dijauhi, karena kita kan disini bukan

    dibentuk buat jadi generasi preman, tapi menjadi orang yang mampu

    memecahkan persoalan dengan pendekatan ilmiah.”

    “Jadi?”

    “Coba kita adakan pendekatan pada peserta lain. Kita komunikasikan ide

    kita dengan kawan-kawan yang satu pandangan dengan kita. Kita yakinkan,

     bahwa aksi ini mutlak kita lakukan dan harus segera. “

    “Bagaimana kalo panitia gak mau nurutin tuntutan kita?”

    “Kita mogok mengikuti kegiatan. Kalau yang ini agak susah

    menyakinkan kawan kita, agar tetap kompak dan seiya sekata. Pasti banyak dari

    kita terpecah, antara tetap mengikuti Ospek atau melakukan boikot. Ada

     bagusnya sih kita mengamati dulu beberapa problem yang dialami oleh rekan-

    rekan senasib, yang mungkin bisa kita usung dalam aksi kita, agar mereka

    merasa nasib yang dialami ikut diperjuangkan, sehingga tidak setengah-setengah

    dalam mendukung aksi yang kita gagas ini. Gue lihat juga, tampaknya panitia

    ada yang tidak kompak dalam menjalankan Ospek ini. Ada kesenjangan dan

    gap-gap diantara mereka. Sederhananya mereka kita pecah bagi tiga. Blok Elit,

    Blok Netral dan Blok Kroco Mumet. Blok Elit, ya itu anggotanya si Taufik ama

     beberapa orang yang punya fungsi level puncak dalam pengambilan keputusan di

    kepanitiaan. Blok Netral yang fungsinya level medium. Artian bukan level

     pengambil keputusan, juga bukan pula seksi-seksi yang mempunyai fungsi amat

    vital. Nah, Blok Kroco Mumet ini merupakan seksi yang punya tugas sangat

    vital, karena mereka kebanyakan eksekutor lapangan yang mengurusi hajat hidup

    orang banyak. Kita cermati apa masalahnya dan lakukan pendekatan kepada

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    21/65

    23

    mana-mana kelompok diantara panitia yang bisa kita manfaatkan untuk

    keberhasilan aksi kita.”

    Kelompok ini mulai secara bergerilya mempengaruhi peserta lain untuk

    mendukung rencana mereka.

    Seperti yang diduga sebelumnya, yang lain mendukung karena isu-isu

    yang diangkat benar-benar sesuai dengan kenyataan yang dialami mereka. Pada

    hari ketiga, para peserta OSPEK mulai berani mengajukan protes, menuntut

     perlakuan yang adil dari panitia tanpa ada yang diistimewakan satu sama lain.

    Tuntutan lainnya, mengurangi praktek perploncoan dalam beberapa sesi acara

    dan menggantinya dengan kegiatan yang lebih mendidik. Kalaupun ada

     perploncoan, lebih diarahkan untuk hiburan, pemecah kebekuan dan

    semacamnya, daripada menjurus ke arah kekerasan.

    Mereka mengancam, jika tuntutan mereka tidak dipenuhi, mereka

    melakukan aksi mogok mengikuti kegiatan.

    “Kalian tidak berhak mengatur panitia. Kami diberi otoritas penuh dari

     pihak kampus untuk mengatur pelaksanaan acara ini, tanpa ada intervensi

    siapapun. Jadi.., kami berhak melakukan apa yang kami mau”, tegas Taufik

    Hidayat, sang Ketua Pelaksana.

    “Berarti panitia otoriter!”

    “Terserah pandangan kalian. Yang jelas.., kalian ikuti aturan kami. Kalau

    tidak, siap-siap menerima hukuman dari kami!”, ancam Heri.

    Mulai terpecah nih kekompakan peserta ngedenger gertakan panitia.

    Retak jadi jadi 2 kubu. Kelompok Kontra, dan Kelompok Pro. Kelompok Kontra

    (mereka menamakan dirinya dengan Aksi Sepuluh), ya tentu saja Justino cs

    ditambah sepuluh orang lagi yang bergabung, tetap ingin meneruskan pressure,

    kalau perlu tidak mengikuti kegiatan sampai tuntutan mereka dipenuhi. Sisanya

    yang merupakan mayoritas adalah Kelompok Pro, ikuti aturan panitia yang sudah

     pasti harus rela dibantai. Kebanyakan sih mereka adalah karyawan atau pegawai

     pemerintah, yang tak mau ribet dengan segala macam protes. Sudah banyak

    urusan yang mereka hadapi. Paling kalo menghadapi perkara yang membuat

    mereka harus berurusan dengan panitia, jurus tahu sama tahu yang dipakai.

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    22/65

    24

    Yang mengherankan, Efni tidak masuk dalam Kelompok Kontra. Dia

    masuk dalam Kelompok Pro. Jadi pengkhianat nih? Apa karena melihat yang

    mau mereka perjuangkan gak bakalan sukses, jadi berubah haluan?

    Ekspresi Justino datar-datar saja, apakah bersikap biasa saja atau geram

    melihat pembelotan Efni.

    “Kita damai aja deh. Jangan cari persoalan. Bisa-bisa nanti kita

    dipersulit.”

    “Ho, oh. Mending kita ikuti aja deh maunya panitia”, kata Sita keder.

    “Eh, ta. Kalau kita tidak dobrak, tuh panitia bakalan makin sewenang-

    wenang sama kita. Nggak boleh kalah gertak. Kita harus keras memperjuangkan

    aspirasi kita. Jangan baru mulai, udah lembek kena pressure mereka”, kata

    Justino.

    “Iya. Situasi ini bakalan terus berlarut-larut sampe Ospek selanjutnya kalo

    kita tidak mempersoalkannya. Apa mau adik kita yang ingin kuliah disini

    diperlakukan serupa kayak kita sekarang? Nggak kan? Kita harus fight, bila perlu

    ngotot untuk menggolkan apa yang menjadi aspirasi kita. Sampai panitia sadar

    dan menerapkan system pelaksanaan Ospek yang adil,” ujar Leogistara.

    “Tapi.., segala sesuatu itu harus pake perhitungan. Kalo ga sama aja

    konyol jadinya....”

    Justino menatap tajam kepada siapa yang bicara tadi.

    Si Pembelot. Entah ada rasa jengah atau tidak enak ditatap dengan

     pandangan yang dingin menusuk itu.

    “Setiap perjuangan tentu menghadapi segala resiko. Itu kita sudah

     pikirkan masak-masak. Berani gak kita hadapi segala kemungkinan itu?"

    Apa mau dikata. Walaupun sudah di upayakan Justino, tapi yang retak itu

    susah direkatkan lagi. Satu suara tidak ada lagi. Setiap orang berjalan pada jalur

    masing-masing.

    Walaupun begitu, Kelompok Kontra tetap komit dengan pendiriannya.

    Tanpa Efni, 19 orang anggota tetap pada keputusan awal untuk mogok mengikuti

    Ospek, sampai apa yang dituntut terpenuhi. Tentu saja dengan konsekuensi yang

    harus ditanggung mereka atas segala sikap yang berseberangan dengan kebijakan

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    23/65

    25

     panitia yang arogan dan anti perubahan.

    Coki melihat.., bahwa kegiatan orientasi pada hari ketiga ini, terasa tidak

    dinamis lagi karena sepi dari suara protes Justino cs yang selalu menyemarakkan

    suasana.

    Sangat kritis, cerdas, dan sistematis sehingga kerap merepotkan untuk

    mencounternya. Rasanya baru Ospek ini setelah even serupa yang pernah

    dijalaninya ketika jadi peserta, Coki merasakan atmosfer sebenarnya dari sebuah

    dinamika forum mahasiswa. Tapi kali ini memang benar-benar lain rasanya.

    Justino, memiliki kharisma sebagai pemimpin, bargaining position yang

    kuat, tahu kapan timing yang tepat untuk bertindak, mempunyai kehandalan

    dalam menentukan pola strategi yang tepat, akurat, terukur untuk kesuksesan

    suatu gerakan, dan berani berspekulasi atas sebuah keputusan yang beresiko

    tinggi. Kalau dia diberi peluang untuk menangani sebuah organisasi, kawan kita

    yakin nih orang bakal membawa perubahan kearah yang positif.

    Orang-orang dibelakang Justino juga bukan sembarangan. Andai Efni

    tidak menyeberang ke kelompok Pro. Bukan berarti tanpa dirinya, kelompok ini

    tidak jadi tim yang solid. Dengan sembilan orang saja mereka sudah cukup

     punya taring.

    Almuhadi, seorang konseptor. Dia yang akan merumuskan apa yang

    menjadi dasar-dasar pergerakan untuk kemudian dikembangkan dalam rencana

    aksi-rencana aksi yang harus dilakukan secara detail.

    Leogistara Romanova, bisa dikatakan sebagai humasnya kelompok ini.

    Dia yang jadi juru bicara saat mengkomunikasikan segala hal yang berkaitan

    dengan gerakan Aksi 10 kepada peserta yang lain.

    Ahmad Dani, urusan duit. Beliau yang bisa diandalkan dalam urusan

     pendanaan, karena dia tuh di bagian Community Development tempat dia

     bekerja. Jadi tahu mana sumber-sumber duit yang bisa dipakai buat mendanai

     pergerakan.

    Linda Damayanti, cocok kalau dibidang penelitian dan pengembangan.

    Tugasnya mengindentifikasi persoalan, mencari data-data yang relevan untuk

    digunakan sebagai dasar kebijakan gerakan dan perumusan strategi. Bisa dibilang

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    24/65

    26

    dia ini adalah bank data.

    Tamrulah, ahli dalam hal mengkoordinir aksi, pengerahan massa dan

     perekrutan anggota.

     Nuraini, bisa juga dibilang dia adalah sales marketingnya Aksi 10. Lewat

    slogan-slogan, idiom-idiom yang dilontarkan, dan yel-yel yang mengiringi setiap

    aksi, membuat gerakan yang mereka lakukan jadi serasa lebih hidup. Nuraini

     juga yang mengurus masalah pencitraan organisasi.

    Utut Adianto, perumus strategi terhadap aksi yang mereka lakukan. Mulai

    strategi penggiringan isu, strategi komunikasi dan pengerahan massa, strategi

    mengorganisir aksi, strategi menyerang dan strategi bertahan.

    Gilbert Simanjuntak.., kalo nih orang belum ketahuan kemampuannya

    apa. Tapi yang jelas dia punya bakat tersembunyi.

    Kalo gak, ngapain juga dipercaya oleh Justino. Nggak mungkin kan

     perannya cuma sekedar numpang lewat?

    Jika ditambah Efni Kusbari , yang sangat piawai dalam hal inflintrasi,

    agitasi dan provokasi massa. Urusan perang urat syaraf, serahkan padanya. Tapi

    Coki kurang respek dengan nama terakhir ini. Karena sepertinya Efni lebih

    cenderung jadi kutu loncat, mendaratkan kakinya pada posisi yang

    menguntungkan dirinya. Contoh paling anyar, ya mengenai pembelotan itu tadi.

    Jika grup ini masuk ke panggung Badan Eksekutif Mahasiswa....., wah

     bakalan bisa menggusur eksistensi pengurus lama yang sudah mapan.

    Dominasi Gank Mafia Serasan, istilah sarkastik yang dipakai oleh oleh

    Mahasiswa Harapan terhadap 6 pucuk pimpinan BEM punya posisi penting di

    kepengurusan, bakal terancam.

    Mereka itu adalah Safrudin, Delia Puspita, Yasidal Bustomi, Gangga

    Jaladara, Rendra Gunawan, Dodi Yuliansyah Putra Agung. Sudah terlalu lama

     berkuasa tapi tidak membawa perubahan yang signifikan bagi pergerakan

    mahasiswa.

    Realita yang ada malah terjalin keakraban yang intim sekali tanpa sekat

    dengan status quo. Alhasil, BEM saat ini tidak bisa terlalu diandalkan buat

    mengkritisi penguasa, terkecuali 6 orang ini nih segera didongkel.

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    25/65

    27

    Mereka ini adalah arsiteknya. Yang lain? Mereka cuma boneka porselen.

    Dipajang untuk memperindah tampilan. Yang jadi boneka juga tak sadar kalau

    dipermainkan. Yang penting asal masih berkuasa hal lain tak jadi soal.

    Untuk beberapa saat lamanya, Coki hanya mendengar nada tunggu hape

     pada nomor kontak yang ditujunya, sebelum akhirnya tersambung. Komunikasi

    yang berlangsung cukup lama, dengan penekanan-penekanan kata pada

     pembicaraan tertentu, sebelum akhirnya komunikasi diputus sehingga kesunyian

    menyelimuti…..

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    26/65

    28

    BAGIAN

    ENAM

    Samroni Bulungan  3 Juli pukul 22:46

    OSPEK bertujuan untuk saling kenal satu sama lain,melatih mental,dan

     belajar menghargai yang lebih tua dari kita. lu sendiri pasti kesel apa bila orang

    yang lebih muda dari lu gak ngehormati lu?

    Imam Junaedy Kemarin pukul 6:12

    itu mah cuma ospek doang gan...paling semingguan...abis itu terserah lo

    mo ikut nongkrong, mo kagak, mo jungkir balik kek..itu terserah lo...kalo lo pikir

    masa depan cuma ditentukan sama ospek yang cuma semingguan itu...berarti

    otak lo masih cetek....

    “Bagaimana ini..? Sepertinya..., perkembangan pergerakan kita enam

     jam terakhir ini tidak terlalu menggembirakan. Coba perhatikan grafiknya,

    sepertinya mereka yang memberikan komentar dukungan tidak terlalu signifikan.

    Dalam artian...., komentar.. ya komentar.., tapi tidak cukup mendongkrak

    keberhasilan pergerakan kita.”

    Linda Damayanti mengeluh......., semua anggota Aksi 10 hanya bisa

    menghela napas panjang. Sepertinya apa yang mereka perjuangkan bakal

    menemui banyak sekali tantangan.

    Justino Cs telah mengerahkan segala resourcesnya untuk mengelar perang

    urat syaraf. Penggiringan opini dilakukan dengan memposting feature, juga

     polling seputar Ospek di Universitas Harapan, melalui media sosial seperti

    Kaskus.., Facebook..., dan Twitter. Website kampus pun tak luput jadi korban

     propaganda mereka. Situsnya di retas, tampilannya di deface dengan animasi

    kepala kerbau memakai headset ditelinganya, disertai running text bertuliskan

    “Peka terhadap zaman atau peka’(tuli) terhadap zaman. Hentikan segala macam

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    27/65

    29

     pembodohan terstruktur dengan menghilangkan praktek perploncoan dalam

    Ospek! Kembalikan fungsi Ospek pada khittahnya!”

    Ini nih kerjaannya Gilbert Simanjuntak. Sekarang tahukan fungsi dari

    orang satu ini? Yup, dia menangani bagian IT. Urusan peretasan, serahkan saja

     padanya.

    Rupanya hasil koar-koar mereka di dunia maya belum menampakkan

    sesuatu yang menggembirakan. Seperti yang dipaparkan oleh Linda, dengan limit

    waktu yang terbatas, dengan pengoptimalan segala sumber daya tidak

    menjadikan isue yang mereka angkat menarik perhatian. Indikatornya ya

    komentar-komentar dari yang baca itu sendiri.Dari situ.., bisa dilihat kapabilitas

    dari pembaca apakah cuma sekedar ngejunk gak jelas, atau kasih komentar

     berbobot sehingga memancing kicauan-kicauan berbobot yang lain. Hal tersebut

    yang mampu mendongkrak popularitas, dan topik yang di angkat menjadi head

    trending. Ini yang perlu digaris bawahi.

    Fakta dilapangan sungguh tidak menggembirakan....

    Justino mencoba mencerna pelan-pelan beberapa data yang dipaparkan

    urusan litbang. Menganalisa dalam waktu terbatas kadang menghasilkan

    keputusan yang tidak tepat. Tapi situasi seperti ini perlu disikapi dengan cepat,

    tentu saja dengan decision yang tepat.

    Dariyanto – 10 Juli 11:04

    Kalo saya sih setuju gak setuju karena bisa mengakrabkan antara

    mahasiswa baru dan bisa dapet teman baru yang lebih banyak,dan juga nambah

     pengalaman, secara saya udah pernah ikut ospek dan jadi panitia ospek

    Doni Putra  10 Juli 11:20

    kalau saya jujur gak setuju. jadi teringat masa baru masuk kampus

    waktu saya saya angkot mau ke kampus dgn baju serba ala ospek, ampe-ampe

    ada ibu2 nanya ke saya " mau kemana dek?" saya jawab "mau ke kampus bu, lagi

    ospek" terus si ibunya bilang "ih mau ke kampus , masa kudu harus beginian"

    saran saya, mending Ospek diganti dengan masa dimana calon mahasiswa

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    28/65

    30

    diperkenalkan dengan lingkungan kampus, bagaimana suasana perkuliahan yang

     berbeda dgn smasa SMA, kiat-kiat sukses selama perkuliahan dan lain-lain.

    Intinya ngasih energi positif kepada calon mahasiswa. Bukan dgn cara

    ngebentak2/ngegembleng saya yakin bakal ada kemajuan

    “Apa kita menyerah saja?”, Nada suara Tamrullah terdengar pasrah.

    ”Data-data ini......, seperti mengisyaratkan......., kita kalah......”

    “Oke! oke..!! Begini kawan-kawan! Rasanya kita jangan terlalu pesimis

    melihat progress yang kurang menggembirakan ini. Tapi ini fluktuatif sifatnya.

    Bisa naik bisa saja malah lebih buruk. Ini belum kesimpulan akhir. Keep

    fokus....”, Justino menengahi, mencoba meredam kegalauan teman-temannya.

    Kemarin dia gagal mempertahankan kekompakan semua peserta untuk tetap

    dalam satu haluan. Kini dia akan berusaha agar para anggota Aksi 10 tetap

     berjalan pada tracknya.

    ****

    Seperti biasa.., tiap sore pas kegiatan berakhir ada rapat untuk

    mengevaluasi pelaksanaan Ospek hari itu.

    Sore ini, apalagi yang dibahas kalau tidak mengenai perkembangan aksi

     boikot Ospek oleh Aksi 10.

    “Membajak website universitas? Gue gak tahu kalo situs kampus kita di

    retas, kalo gak ada info dari “orang kita” dalam kelompok mereka. Secara kita,

     bahkan mungkin semua civitas akademika di Universitas Harapan jarang

     browsing ke situs sampah itu, kecuali kalo perlu. Gue pikir-pikir, walaupun ide

     peretasan itu sungguh di akui sangat tidak terduga..., tapi juga sangat

    menggelikan. Itu menunjukkan kalau mereka sudah dalam taraf frustasi. Mereka

    failed.”

    Taufik menatap gadget touchscreen yang ada digenggamannya, melihat-

    lihat situs kampus yang telah dihack. ”Cuma begini doang? Nggak bisa lebih

    keren atau gimana..., bikin terguncang semua orang gitu? Ini nih kayak kerjaan

    orang yang baru belajar a, b, c, d hacking. Amatiran sekali.”

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    29/65

    31

    “Sudahlah. Nggak penting banget ngebahas itu. Udah jelas gerakan

    mereka gak dapat dukungan mayoritas. Apalagi yang mau dikhawatirkan?”

    “Sebenarnya ini gak bakalan kejadian, kalau dari awal kita menjalankan

     pedoman pelaksanaan yang telah kita sepakati. Minimalkan perploncoan , karena

    akhir-akhir ini isu tersebut menjadi head trending topic. Tak enak rasanya jika

    kita jadi sorotan gara-gara ini.”

    Coki mengangkat tangannya. Muak rasanya ia lama-lama disini. Saatnya

    mengakhiri semua ini.

    “Gue mengundurkan diri!”

    Keras. Tapi tidak cukup keras didengar oleh orang-orang yang sedang

     berdebat.

    “Ketua!! mohon bicara!!”, Coki diam sejenak sebelum meneriakkan

     permintaan yang sama.

    “Ketua! Ketua? Mohon Bicara, Ketua!!! “

    Suasana yang kayak pasar sekejap jadi sunyi.

    “Ketua, mumpung lagi di forum.., saya nyatakan buat mengundurkan diri

    dari kepanitiaan!!”

    “Lho,lho, Cok? Ada apa ini? Kenapa gak ada ujung pangkal..., tau-tau

     pingin mengundurkan diri?”

     Nggak ada ujung pangkal? Kamprett....!

    Belum sempet Coki memberikan alasannya, dari belakang terdengar suara

    Edi Sadiman.

    “Saya juga mau ngundurin diri!”

    “Kami juga mengundurkan diri, semua anggota dari seksi perlengkapan

    mau mengundurkan diri”

    “Kami juga mengundurkan diri”

    Saat Holmes, Medi, Agustrianto, Erwin, Prakoso, semuanya anggota

    Seksi Perlengkapan, beramai-ramai menyatakan mundur, secara mengejutkan

    seluruh Seksi Penyambutan ikut-ikutan mundur juga.

    “Tenang rekan-rekan semua! Harap tenang dulu! Semua masih bisa

    dibicarakan. Jangan ….”

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    30/65

    32

    Coki cs mempelopori dengan walk out dari rapat. Disusul dari Seksi

    Penyambutan.

    “Rasanya tidak perlu dibahas lagi. Buang-buang waktu saja. Sudah jelas

    kami nggak bakalan didengar. Kerjaan kami ini cuma dipandang sebelah mata.

    Kami capek tahu dipingpong kesana kemari untuk minta kebutuhan yang

    sebenarnya nggak perlulah kudu laporan dulu. Silakan aja kalau ada yang mau

    gantiin kami”

    Maya dari Seksi Konsumsi ikut-ikutan sambil berseloroh

    “Aku juga mau keluar. Aku stress, kerjaan gak ada yang nolong. Pada

    sibuk ngurusin si Ulfa semua. Dikit-dikit Ulfa, dikit-dikit Ulfa! Emangnya ga ada

    hal lain dipikiran kalian selain Ulfa, Ulfa, Ulfa!! Emang semua orang udah

     berubah fungsi jadi Seksi Urusan Ulfa? Ulfa??? Nggak banget lagi!“, Maya

    keluar ruangan rapat sambil membanting pintu.

    Keras sekali...

    “Ya, udah mundur sana!!” Teriak Heri Mahroni.

    “Kalian!! Mau ikut mundur juga? Silakan kalo mau cabut!! Gak bakalan

    ngefek deh! Masih banyak kok yang mau gantiin kalian!!”

    Kearoganan Heri membuat beberapa panitia yang semula pingin bertahan,

     jadi tersinggung. Satu persatu mereka walk out dari rapat

    “Ya udah, bubar sana semuanya!!!”

    ........................

    .........................

    Sunyi......

    Sepi........

    “Apa sikap kita sama mereka ga berlebihan, ya? Apa ga malah jadi

     blunder?,” tanya Yuni Astrida memecah kesunyian.

    Ada nada khawatir.......

    “Udahlah, Yun. Jangan terlalu khawatir. Mereka itu cuma gertak saja.

    Besok mereka pasti balik lagi, kok. Kita perlu keras dan tegas, biar mereka tidak

    menginjak kewibawaan kita..”

    “Aku kok khawatir....”

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    31/65

    33

    Tak terkirakan, bagaimana mendapati kenyataan esok harinya....

    Semuanya berantakan disana sini tanpa ada yang mengurus.

    Sampah-sampah...

    Peralatan kegiatan...

    Pos-pos kosong tidak ada yang menjaga...

    Segelas kopi dan sepiring gorengan yang biasanya hadir setiap pagi…

    Semuanya yang berhubungan dengan kegiatan belum dipersiapkan...

    ……

    Kini …

    Baru disadari betapa vitalnya seksi-seksi yang menangani itu semua...

    Selama ini kicauan mereka selalu di abaikan...

    Kini, setelah semuanya pada hengkang..

    Tentu panitia yang tertinggal jadi kelabakan...

    Ya...

    Selama ini, Taufik Hidayat, Heri Mahroni, Yuni Astrida, dan semuanya

    yang termasuk Blok Elit, selalu menganggap diri mereka begitu hebat. Tapi, bisa

    apa mereka sekarang jika tidak di dukung oleh sekelompok orang yang mereka

    sering ejek dibelakang dengan dengan sebutan yang sarkastik banget, kroco

    mumet.

    Kesombongan mereka runtuh!

    Tambah pusing lagi, melihat jumlah peserta yang datang. Cuma dua

     puluh orang!

    Lho?

    Seharusnya yang mogok ikut Ospek cuma sembilan belas orang. Kenapa

     jadi berlipat-lipat jumlahnya yang nggak hadir?

    Sekali lagi kejituan justino waktu memilih momen yang tepat buat

     beraksi. Tentu saja dengan didukung data-data yang akurat buat pertimbangan

    dalam pengambilan keputusan.

    Hari keempat bertepatan waktunya dengan tanggal 24. Sebagian besar

     peserta statusnya sudah bekerja, baik dipemerintahan maupun diperusahaan. Hari

    ini adalah jadwal apel bulanan bagi yang bekerja di institusi pemerintahan, dan

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    32/65

    34

    itu wajib hukumnya tak boleh bolos. Sementara yang kerja diperusahaan, hanya

    diberikan izin 3 hari tidak masuk kerja.

    Hasilnya? Kosong melompong tuh aula Universitas Harapan.

    Tentu kejadian hari ini, memberi kesan seolah-olah ada aksi mogok

     besar-besaran dan itu sangat telak merupakan suatu pukulan bagi panitia(Grup

    Elit).

    Serasa kena tinju hook dari depan dan belakang…

    Apalagi saat utusan BEM dari universitas yang lain datang memenuhi

    undangan panitia. Karena sebelumnya tidak bakal terpikir bakalan ada skenario

     pemogokan seperti ini, jadi tidak ada langkah-langkah antisipasi.

    Tak terkatakan bagaimana malunya, saat undangan datang tanpa

     penyambutan yang memadai. Belum persoalan lain yang dihadapi, yang sudah

    cukup bikin pusing untuk diselesaikan. Selama ini mereka sudah terbiasa dalam

     posisi menginstruksikan, bukan melaksanakan.

    Saat mereka dihadapkan pada masalah pada kelabakan, karena yang

    diinstruksikan buat pelaksana penyelesaian masalah sudah kabur. Ya, mereka

    yang dikatakan kroco mumet itu eksekutornya.

    Kini, mereka harus mengakui sangat butuh tenaga para kroco mumet ini.

    Harus ada langkah-langkah kompromi untuk mengatasi masalah ini.

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    33/65

    35

    BAGIAN

    TUJUH

    Delapan belas jam sebelumnya.......

    Siang, istirahat makan siang di sebuah ruang kelas agak terpencil dari

    ruangan lainnya, Efni sedang makan siang bareng dengan Maya Maharani, Seksi

    Konsumsi Ospek.

    Lho?

    Sebenarnya dua orang ini berpacaran. Efni memutuskan kuliah di

    Universitas Harapan atas saran Maya.

    “Sebel, deh. Kerjaan jadi gak beres karena keterusan ngurusin tuh cewek.

    Dikit-dikit ngurusin Ulfa. Kepanasan dikit, mulai tuh cowok-cowok repot

    sendiri. Kita jadi dongkol”

    “Kalian nggak protes gitu sama mereka?”

    “Ah, kami para cewek mana pernah didenger suaranya? Dianggap gak

     penting.”

    Efni mengetuk-ngetuk dahi dengan telunjukknya. Sedang berpikir.

    “Ada gak diantara mereka yang bisa di dekati?”

    “Siapa ya?” Maya berpikir. “Ah, ada tuh. Namanya si Coki. Dari Seksi

    Perlengkapan. Tuh anak emang rada lain. Kayak pingin cari masalah gitu. Pas di

    BEM juga, sering berseberangan dengan pengurus. Mungkin dia bisa di

    andalkan. Tapi, kayaknya dia nggak bakalan dipedulikan. Perannya gak begitu

     penting disini”

    Tapi Efni berpikir lain.

    “Coba lobi dia. Sampaikan pandangan –pandangan kami. Jangan lupa

    uneg-uneg kalian selama ini disampaikan juga.”

    “Yakin berhasil?Secara dia kan cuma Koordinator Seksi Perlengkapan.

    Suaranya nggak bakalan dianggap ditingkat pengambil keputusan.”

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    34/65

    36

    “Eh, jangan salah. Posisinya memang tak terlalu penting, tapi sangat vital.

    Udah, percaya deh sama aku. Kamu dekati dia. Pastikan dia bersuara untuk

    kepentingan kita.”

    “Aku kok pesimis”

    ****

    Lima belas jam sebelumnya....

    Baru sekitar dua puluh lima menit Coki menunggu di warung dekat

    terminal Muara Enim. Belum ada satupun yang dipesan. Tapi serasa sudah ber

     jam- jam lamanya kawan kita menunggu disitu.

    Kampret, kalau dua puluh menit lagi nggak ada kabar berita.....

    “Kopi dua, bu!”

    Suara seseorang yang Coki kenal.........

    “Dari tadi elo disini nggak pesen apa-apa?”, Justino duduk.

    “Karena gue gak tahu, pertemuan ini penting apa nggak?”, balas Coki.

    “Sinis sekali sih nada bicara elo? Jelas penting lah. Gak mungkin toh gue

    mau buang-buang waktu elo, jika apa yang mau di omongin ini nggak ada

    manfaatnya.”

    Kopi pesanan Justino sudah datang. “Ayo, ngopi dulu! Sekalian ini

    gorengannya. Santai aja!”

    Untuk beberapa saat mereka terdiam. Terdengar bunyi kopi diseruput.

    Suasana siang itu masih sepi, karena biasanya Bis jurusan Palembang-Muara

    Enim, baru sampai jam enam sore.

    “So, gimana situasi Ospek terkini di kampus kita? Kondusif?”. Justino

    memecahkan kesunyian.

    “Tergantung darimana kita melihatnya. ”

    “Kok, sinis lagi, sih? Ayolah, seharusnya elo bisa lebih ramah ke gue.

    Sebenarnya sih..., kita bisa bersahabat.”

    “Kenapa orang seperti elo mau bersahabat dengan gue? Secara.., gue

     bukan siapa-siapa. Elo punya kepentingan apa?”

    Justino diam sejenak, lalu tertawa lebar.

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    35/65

    37

    “Gue suka gaya lo! Mak jleb! Langsung to the point” Justino menunjuk

    ke arah Coki.

    “Well, kalau dibilang ada kepentingan...., ya..., tentu aja gue ada

    kepentingan. Kepentingan yang sama-sama menguntungkan tentunya. Ehm..,”

    Justino melirik kearah Coki dengan pandangan penuh arti, diselingi batuk

    sebentar, sambil mengetuk-ngetuk jari-jari tangannya satu sama lain.

    Agak lama, lalu dia mengeluarkan smartphone disakunya. Tampak sibuk

    mengetik sesuatu, menunggu sebentar, lalu mengangsurkannya ke arah Coki.

    Rupanya Ketua Aksi 10 ini sedang membuka situs Universitas Harapan.

    Lama sekali loadingnya. Mungkin sinyal sedang jelek, hingga agak lama situsnya

     baru terbuka.

    ..................

    “Jadi..ini maksudnya apa?”tanya Coki. Kaget juga, melihat keadaan

    website kampus jadi nggak karuan begini rupa.

    “Masa lu ga ngerti? Situs ini diretas!”

    “Iya, gue tahu itu. Gue kadang-kadang suka buka website kampus, dan

    tahu kalo tampilannya gak seperti ini.”

    “Kami yang meretas. Tepatnya Gilbert yang mendeface tampilannya jadi

    seperti ini.”

    Coki diam sejenak.

    “So what gitu lho? Gue mesti terguncang? Mesti shock? Sementara yang

    gue tahu nih, buat mengelola isu tentang Ospek ini aja kalian nggak beres

    menanganinya. Kalian gagal menyakinkan setiap orang buat ngikutin apa mau

    kalian. Eh, disini elo pake pamer segala ke gue, kalo kalian, Aksi 10, punya

     power buat ngebajak situs kampus. Sikap yang kontra produktif dan cenderung

    lebay sekali!” kecam Coki.

    “Cok, elo keliru.....”

    “Eh, emang lo pikir gue tinggal di gua apa, yang gak tahu perkembangan

    diluar? Di Fesbuk, Twitter, di Kaskus, udah santer terlihat kalo kalian coba

    menggiring opini publik buat mengevaluasi pelaksanaan Ospek di Universitas

    Harapan. Tapi mana hasilnya? Sejauh ini ya, sejauh ini..., Ospek tetap berjalan

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    36/65

    38

    walau tanpa kalian. Tentu saja, dengan aturan panitia. Sementara kalian,

    tersingkir dipojokan. Tanpa tahu harus berbuat apa”

    “Cok...”

    “Sori, gue telat. Wah, sudah seru obrolannya?” Efni tiba-tiba muncul dan

    ikut nimbrung. “Bu, kopi segelas ya?”

    Kaget....

     Ngapain si kutu loncat ini kesini? pikir Coki.

    “Baru aja reffrain,” Justino tertawa, walau humor yang yang keluar dari

    mulut Ketua Aksi 10 itu kedengaran garing di telinga Coki. Cuma sekedar buat

    mengurangi ketegangan.....

    “Ya udah, dilanjut obrolannya,” Efni mencomot gorengan diselingi

    dengan seruputan kopi panas.

    “Elo tahu, Cok.” Justino bicara setelah suasananya agak tenang. “Kami..,

    gue.., Efni dan delapan orang yang lain di kelompok Aksi 10, udah sohiban sejak

    masih SMP. Jalan bareng, ngobrol-ngobrol, diskusi hingga membuat kami

    merasa cocok satu sama lain. Saling percaya, saling merasa...., senasib

    sepenanggungan. Sehingga kami berpikir.., kenapa nggak dibikin solid

     persahabatan ini, dengan membuat sebuah geng misalnya. Geng yang bukan

    sekedar geng, tapi lebih dari itu, bisa membuat hal yang berguna. Mungkin bisa

    disebut think tank center, atau apalah, terserah. Yang penting ini bukan

    sembarangan geng. Bukan melakukan hal yang ecek-ecek. Maka didirikanlan

    Geng Sepuluh. Walau sejak tamat SMA, kami berpisah dengan menempuh karier

    masing-masing, bukan berarti kami putus hubungan. Lewat sosial media,

    chatting, forum diskusi, kami tetap berkomunikasi dan bertukar pikiran mengenai

     beberapa persoalan. Sampai akhirnya.., secara fisik kami dipertemukan kembali

    di Universitas Harapan ini. Kini Geng 10bersatu kembali. Beraksi kembali!”

    “Sebagai sebuah bentuk kekuatan yang telah utuh kembali, tentu kami

    membutuhkan sesuatu untuk menyalurkan energi yang meledak-ledak ini. Kami

    ingin melakukan kembali hal yang biasa kami, Geng 10, lakukan dulu. Dan

    dikampus Universitas Harapan, pada situasi Ospek inilah, dimulainya first case

    kami......”

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    37/65

    39

    “Tunggu!,” Coki memotong. “Biarkan gue berpikir dulu”, kawan kita

    memegang kepalanya dengan jari-jarinya.

    “Elo..! maksudnya, kalian...., masih menganggap pembelot ini bagian dari

    geng kalian?” Coki menunjuk kearah Efni.

    Justino tersenyum, begitu juga Efni.

    Samar...

    Penuh misteri...

    “Polos dan naif sekali. Sepertinya elo memandang sesuatu secara hitam

    dan putih. Sadar gak lo, kalo di antara hitam dan putih ada abu-abu. Wilayah

    yang tidak jelas berada disisi mana sebenarnya, karena bisa saja berada disisi

    mana saja, atau berada tetap ditengah-tengah.”

    “Elo sepertinya tidak menyimak omongan gue, kalo Geng 10 itu

    terbentuk karena perasaan cocok satu sama lain, saling percaya, saling

    membutuhkan, saling merasa senasib sepenanggungan. Itu poinnya. Memang

    aksi yang kami lakukan kemarin, telah menarik simpatisan bergabung dengan

    kami. Ingat! Mereka simpatisan dari Aksi 10, bukan merupakan bagian dari

    Geng 10. Aksi 10 hanya sandi dari gerakan kami, jadi bedakan keduanya.“

    “Kami masih meragukan loyalitas para simpatisan ini, karena ada

    kecurigaan satu atau beberapa dari mereka sengaja dikondisikan merapat dalam

     barisan kami oleh panitia, dalam rangka inflintrasi dan sabotase agenda Aksi 10.

    Untuk mengetahui siapa orangnya, tidak ada jalan lain selain menempatkan

    orang juga sebagai “virus” di tengah-tengah mereka. Itu kerjaan si Efni. Untuk

    kelancaran misinya, kami perlu mempersiapkan skenario agar keberadaan Efni

    tidak dicurigai. Tidak ada jalan selain mencitrakan Efni sebagai pembelot. Agak

    sulit memang, karena semua orang sudah melihat Efni identik dengan Aksi 10.

    Rasanya sungguh tak bisa dipercaya ia mampu melakukan semua itu, jika tanpa

    dilandasi alasan yang kuat. Tapi ya itu..., operasi dengan segala kerumitan

    rekayasanya sukses juga. Maka resmilah Efni sebagai pengkhianat dan jadi

    musuh nomor satu Aksi 10, dengan keputusannya yang kontroversial

    menyeberang ke barisan peserta pro panitia. Dari hasil kerjaannya “nguping”

    sana sini, didapat info memang benar ada “virus” yang sengaja ditanamkan

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    38/65

    40

    dalam barisan simpatisan, dengan misi seperti yang di indikasikan semula.

    Kondisi yang berbahaya sekali, jika mereka mengetahui a, b, c, d rencana Aksi

    10 secara detail. Tentu mereka akan menyiapkan “amunisi” yang ampuh untuk

    memblokade langkah kami. Untuk membabat “virus” ini sangat riskan, karena

     belum tentu efektif. Tapi membiarkannya lama-lama bercokol menyadap setiap

    gerakan Aksi 10 juga berbahaya. Situasi ini krusial, perlu segera ada langkah

    antisipasi. Maka..., dengan resiko kemungkinan flop, kami melakukan rekayasa

     pengalihan isu lewat posting opini, artikel dan polling di media sosial, macam

    Fesbuk, Kaskus..”

    “Tunggu...Tunggu!” Coki memotong. “Postingan kalian itu......, Cuma

    rekayasa?”

    “Yup, benar. Cuma pengalihan isu. Dengan asumsi semua kegiatan kami

     bakal terus dimata-matai, kami kemudian merekayasa seolah-olah semua aksi

    kami dimedia sosial tidak mendapat dukungan disana sini. Kami juga merasa

     perlu mengumpulkan semua anggota dalam rapat, menyampaikan data-data yang

    kami manipulasi, agar sandiwara kami lebih meyakinkan. Dan “virus” ini

    termakan pancingan kami. Apa yang dilaporkan sesuai dengan skenario kami.

    Taufik cs merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Gerakan kami hanya

    dianggap riak kecil yang tidak perlu diberi perhatian serius. Mereka merasa

    diatas angin. Mereka jadi lengah. Sistem “keamanan” mereka terbuka. Itulah

    yang kami tunggu-tunggu...”

    Coki memperhatikan cerita Justino dengan hati berdebar. Gila!! Strategi

    mereka ini..., bahkan kawan kita ini sama sekali t idak menyangka......

    “Efni jadi leluasa bergerak melancarkan misi inflintrasi, agitasi dan

     provokasinya. Dalam hitungan 24 jam terakhir ini, sebagian peserta dan sebagian

     panitia sudah terkena “infeksi” sistem pola pikirnya. Secara tidak sadar mereka

    telah menjadi “sel-sel” yang bergerak untuk kepentingan kami. Besok adalah

     penentuan, dimana elo bakal lihat para panitia bertekuk lutut dan mengikuti apa

    yang jadi mau kami. “

    Setelah lama diam, Efni ikutan nimbrung.

    “Ini beberapa fakta yang mendukung kesuksesan aksi kami.”Efni

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    39/65

    41

    memaparkan beberapa hal yang membuat Coki hanya terdiam.

    “Jadi walaupun kami tidak menginfeksi mereka juga, gerakan kami sudah

     positif berhasil. Tapi kami ingin memperkuat daya gedor sehingga membuat

    Taufik cs shock.”

    Sunyi....

    Ketiga-tiganya saling bertatapan....

    Bertemu dalam satu titik....

    Saling mencoba menerka isi pikiran masing-masing lawan bicara.

    “Apa kalian sedang menginfeksi gue?” tanya Coki.

    Justino, juga Efni tidak menjawab pertanyaan Coki.

    Si Coki mengambil smartphone Justino yang masih tergeletak di meja.

    Ditatapnya lagi display yang masih menunjukkan situs Universitas Harapan yang

    telah diretas.

    Lama sekali......

    “Situs ini....., rasanya terlalu berlebihan sekali tindakan kalian melakukan

    ini hanya untuk memaksa Panitia Ospek agar memenuhi tuntutan kalian.

    Kecuali....”

    Paras Coki berubah.

    Tunggu........!!!

    “Tujuan kalian sebenarnya bukan ini, kan? Mengacaukan pelaksanaan

    Ospek itu mengalihkan perhatian semua orang. Elo.. elo... semua ingin

    mengkudeta kepengurusan BEM sekarang?”

    Sunyi..

    Dipecahkan oleh tawa keras Justino dan Efni.

    “Gak salah elo rekomen buat sohiban ama dia. Otaknya encer. Cepet

    nangkepnya“, tukas Justino.

    “Yah benar.., Cok” Jawab Justino disela tawanya. “Seratus persen benar

     jawaban elo. Kalo tujuannya cuma buat ngacak-ngacak Ospek, kami gak

    mungkin ampe bela-belain ngehack website. Tekor itung-itungannya. Kami

    minta lebih.”

    Terdiam sebentar...

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    40/65

    42

    “Kita sama-sama maklum kalo BEM itu wilayah yang sangat menarik

    untuk di eksplore lebih lanjut. Banyak memiliki peluang, banyak tantangan dan

    tentu saja banyak keuntungan yang bakal di keruk. Dalam perkembangan

     beberapa tahun terakhir ini, BEM ini dimonopoli oleh rezim yang sering kalian

     juluki Geng Mafia Serasan. Kue kekuasaan ini berputar-putar dipegang dan di

    nikmati oleh sekelompok orang yang itu-itu saja. Kalian melongo, bengong,

    cuma jadi penonton tanpa dapat kesempatan untuk ikutan mencicipi.”

    “Jujur lo ama gue, elo kepingin masuk kedalam lingkaran kekuasaan

    utama itu kan? Ayo ngaku, jangan munafik! Ngapain coba lu bertahan di BEM,

    kalo cuma pingin dilempar orang di Divisi Perlengkapan, tanpa ngarepin yang

    lebih dari itu. Ngaku nggak Lo!”

    ..................

    “Ya...,” suara Coki tertahan hampir gak kedengaran. “Gue gak pengen di

    BEM, cuma jadi penggembira, tanpa bisa berbuat apa-apa....”

    “Oke, Oke!,” Justino diam sejenak. “Begini...., Gimana kalo kita bikin

    kesepakatan? Elo bantu kami nendang itu rezim Mafia Serasan dari kursinya.

    Dimulai dari Ospek ini. Kita acak-acak, bikin gak berkutik “boneka-bonekanya”

    nggak cuma di kepanitiaan ini saja, tapi juga diberbagai even lain yang penting.

    Sehingga mereka hilang pengaruh dalam pengambilan setiap keputusan. Bikin

    gerakan yang bisa menarik simpatisan sebanyak-banyaknya . Itu berarti lumbung

    suara yang bisa mempermulus langkah kita menuju Pemilihan BEM mendatang.”

    "Sebagai imbalan atas semua bantuan lo, kita berbagi kekuasaan.”

    Coki diam sejenak, tak mengerti.

    “Ya, berbagi kekuasaan!” Justino kembali menunjukkan smartphonenya

    yang menampilkan web site kampus yang diretas. “Ini wilayah lo. Elo diberi

    otoritas buat mengelolanya. Gue lihat situs kita bisa dikembangkan menjadi

    media propaganda untuk corong kepentingan dan bargaining position yang bagus

     bagi kelompok kita. Gue udah baca artikelmu. Itu udah nunjukkin yang nulis

     punya pandangan yang visioner dan transeden. Gue punya feeling, jika elo diberi

    wewenang itu pada saatnya, bakalan dashyat nantinya."

    "Seperti sebuah konspirasi...." ujar Coki tertahan.

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    41/65

    43

    Justino mengangkat kedua tangannya sambil menyeringai.

    "Ya..anggap saja ini sebuah konspirasi. Dunia ini memang penuh

    konspirasi. Nyadar gak kalo sebagian peristiwa sejarah yang ada didunia,

    tercipta karena hasil dari konspirasi."

    "Tanpa konspirasi, hidup jadi gak asyik. Tanpa greget. Gak ada suspense.

    Tidak memacu adrenalin. Itu yang membuat kehidupan jadi memungkinkan dan

    menarik sampai hari ini."

    Justino mengeluarkan dompet, mengeluarkan sejumlah uang, lalu bangkit

    dari tempat duduknya.

    "Gue tahu elo masih ragu, dan kami tidak perduli. Elo punya waktu dua

     jam dari sekarang buat menentukan sikap berada dibarisan mana lo berpihak.

    Ikut kami, pilih mereka, atau cuma duduk dipojokan sambil makan cemilan

    layaknya massa mengambang. Itu terserah lo. Yang jelas ada atau tidak ada lo,

    nggak ngaruh bagi kami. Kami yakin bakal menang perang, dan besok elo bisa

     buktikan."

    Coki masih terdiam, saat Justino dan Efni pergi meninggalkan dirinya.

    Lama.....

    Tanpa kata-kata.......

    ****

    Rapat dadakan digelar. Panitia yang mengundurkan diri dihubungi lagi.

    Beberapa yang mempunyai latar belakang organisasi berbeda diajak berdiskusi

     buat merumuskan kembali konsep kegiatan.

    Saat Coki sampai ditempat rapat, dia tidak menemukan lagi kesan arogan

    dimata Taufik cs. Entah jika tidak ada kejadian seperti ini, masihkah telinga

    mereka mau mendengar? Atau cuma dianggap sekedar angin lalu saja?

    “Kami sudah bermufakat tentang hal ini dan memutuskan untuk

    memperhatikan aspirasi dari kawan-kawan Camaba. Beberapa poin yang yang

    kami sepakati,yaitu:

    Satu, perlakuan yang sama buat semua peserta tanpa ada diskriminasi

    Dua, memperhatikankan kembali konsep kegiatan yang sesuai dengan

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    42/65

    44

     juklak kegiatan

    Ketiga, meminimalkan praktek perploncoan yang mengarah pada

    kekerasan.”

    Rada ngambang sih poin kesepakatannya, bahkan cenderung bisa di

    interprestasikan sesuka hati. Tapi tak apalah. Tak mungkin semuanya bisa

     berubah drastis hanya dalam waktu 2 jam rapat darurat. Anggap saja ini baru

    kemenangan awal. Selanjutnya, mesti berjuang lebih keras buat penyelenggaraan

    Ospek yang lebih baik lagi.

    Dampak positif lain bagi Coki, dan juga semua anggota Seksi

    Perlengkapan, Seksi Penyambutan, serta Seksi Keamanan, melimpahnya logistik

    yang disediakan untuk kebutuhan perut mereka. Bahkan cenderung seperti

     berlebihan. Coki menyebutnya sebagai penyogokan terselubung.

    Susu, kopi, mie instan, minuman suplemen, bejibun. Bahkan bir disiapkan

    satu dus. Dulu mau minta tambahan logistik aja seperti ngemis aja rasanya.

    Akhirnya diputuskan, kelebihan logistik dibagi-bagi kesemua anggota

    ketiga seksi. Maklum,mereka rata-rata anak kos. Lumayanlah pengiritan buat

     pengeluaran bulanan.

    Malam ini semua pada terkapar bergelimpangan, teler berat abis pesta bir.

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    43/65

    45

    BAGIAN

    DELAPAN

    "Kak, ini minumannya.sekalian..,"Shanti, selain memberikan dua botol

    minuman suplemen pada Coki,juga memberikan sebuah bungkusan, ‘ini..,

    kuenya’

    Eh, iya ya..., jadi gak enak ni!” kata Coki .

    "Kak Coki, gitu deh. Biasa aja lagi.."

    Sejenak keduanya terdiam.

    Dari kejauhan tampak kawan Coki dari Seksi Perlengkapan menghampiri

    mereka berdua.

    "Ehm, ya udah, kak. Shanti.., mau ke ruangan dulu ya?”

    "Eh, iya iya.., ini.., makasih ya? Jadi merepotkan..,"Coki tersadar dari

    diamnya

    "Dah..," Shanti melambaikan tangannya

    Dah..

    "Cie..cie.., yang baru dapat sesuatu.., suara Edi Sadiman mengejutkan

    kawan kita ini.

    "Eh, kau, Di! ngagetin aja”

    Coki dirubungi kawan-kawannya.

    Sadiman, hanya geleng-geleng kepala, melihat tingkah cewek tadi

     barusan.

    “Ini cewek.., gayanya menantang banget. Menantang untuk digoda,

    he..he…”, Sadiman terkekeh-kekeh.

    “Kamu ini, Man! Pikiran mu kayak gitu terus bawaannya”, Coki

    menyikut rusuk Sadiman.

    Cowok berkulit hitam(tapi tidak manis!) ini tambah ngakak.

    “Lha, Cok! Wanita itu diciptakan memang untuk digoda,membuat kita

    tergoda, dan akhirnya pun kita menggoda!”, kata Sadiman.

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    44/65

    46

    “Dikasih lagi, Cok?,” tanya Holmes

    Coki mengangguk.

    Udah tiga hari ini, cewek ini selalu kasih jatah preman sama kawan kita.

    Awalnya sih dari keisengannya ingin memalak peserta Ospek. Shanti,

    fakultashukum, yang mendapat julukan kentang gosong, kebetulan adalah target

    mangsa Coki.

    Saat itu ni cewek termasuk peserta yang di hukum, karena atributnya gak

    komplet. Coki melihat ini sebuah kesempatan dengan memanfaatkan kesalahan

    yang diperbuat Shanti untuk mencari keuntungan bagi dirinya. Maka, terjadilah

    tawar menawar.

    "Jadi, bagaimana?"

    "Bagaimana apanya, kak?"

    "Kok, bagaimana sih? Mau dihukum apa mau damai?"

    "Kalau sama kakak, Shanti dihukum apa aja mau kok, kak!"

    Menantang.....

    Dengan gaya....

    Menantang juga.....

    ......................................

    Maksudnya dengan gaya menggoda gitu....

    Entah apa maksudnya cewek itu berkata seperti itu. Coki langsung to the

     point.

    "Besok bawa dua botol minuman adu banteng. Sekalian bawa roti. Kalo

    lupa hukumannya dobel," kata Coki dengan gaya diserem-seremin.

    "Minuman adu banteng? Minuman apaan itu kak?" Kening Shanti

     berkerut.

    "Ya kamu pikir aja sendiri. Masak nggak ngeh sih minuman merk

     begitu?"

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    45/65

    47

    Ada lampu menyala di pikiran si kentang. Persis kayak di film-film

    kartun gitu.

    "Oke deh, kakak. Sekarang aja kalo mau, Santi beliin. Minta yang lain

     juga boleh.."

    Deg

    Cewek ini...

    Bikin gue jadi....

    Hadeeh...

    Serasa gimana gitu...

    Jadi ngiluu.....

    Tak berhenti sampai disitu saja. Kadang-kadang nih cewek suka bikin

    ulah buat narik perhatian Coki. Waktu apel pagi, pas istirahat, apa lagi ya? Jelas

    aja kawan kita ini jadi bahan ledekan sesama Seksi Perlengkapan.

    “Dehhh, ada yang dicari kentang gosong tuh... !!”

    ..............

    Lama-lama jadi gak enak juga.....

    "Seharusnya cewek ne dikasih nama keripik kentang," celoteh Edi

    Sadiman lagi.

    “Kenapa, bro?”

    "Soalnya krenyes-krenyes sih!"

    “Kriuk-kriuk kalee!”

    Semuanya tertawa.

    Harus diakui, Shanti memang menarik. Penampilan oke, dapat tujuh

    setengahlah nilainya. Cuma satu yang mengganggu. Shanti kurang tinggi. Nggak

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    46/65

    48

     proporsional dengan badannya, sehingga terlihat gemuk. Coba kalo tinggi

     badannya kayak Ulfa.

    Pasti ......

    Lho kok malah ngomongin Ulfa sih?

    “Cok, mending sudah Ospek si Shanti lu jadiin aja. Tuh cewek udah

    ngasih sinyal suka ke elo. Tinggal eksekusi aja. Jangan pake lama-lama, nanti

    keburu diembat orang. Kalo gue yah, gak perlu mikir-mikir. Langsung tembak

    aja”, saran Medi.

    "Ya udah elu aja sendiri yang nembak!"

    "Yeeh, entu mah kalo dia nya mau. Sekarang ini si Shanti kasih hope ke

    elu. Ya udah, tunggu apa lagi? Hajar aja, bro!"

    "Entahlah....., gue belum kepikiran......."

    "Ya elah, Cok! Jarang- jarang elo didemenin ama cewek. Yang ada elo

    nya yang sering dikacangin ama cewek!"

    "Kampret lu! Kayak segitu-gitunya gue nggak lakunya!"

    "Emang gitu..."

    "Eh elo jangan ngomongin orang ya? Elo sendiri gimana? Emangnya

    selama elo kuliah disini udah berapa cewek yang udah elu gandeng? Kambing

    kali yang elu gandeng!"

    Blaa..bla... bla....

    Bla..bla.. bla..

       

    ....................................................................................

    ....................................................................................

    Well, sepertinya acara cela-celaannya bakalan belum selesai....

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    47/65

    49

    BAGIAN

    SEMBILAN

    Jam 11 siang,

    Terik-terik begini, dua puluh lima orang peserta Ospek pada di setrap.

    Dijemur dilapangan. Ada Angel ikut juga..

    ???

    Selesei sesi kuliah umum, Tiara, dari Seksi Acara langsung cuap-cuap

    dipodium.

    “Dalam waktu 30 menit, kalian ditugaskan untuk mengumpulkan tanda

    tangan panitia minimal 43 buah. Sebagai informasi, panitia pelaksana mulai dari

    ketua hingga seksi-seksi berjumlah 100 orang. Mereka semua memakai badge

    kepanitiaan sebagai tanda pengenal. Jika ada yang tanda tangannya kurang dari

    syarat minimal, akan dihukum!”

    Dua puluh menit? Wah!

    Rupanya panitia dari kelompok Elit ingin menegakkan kembali

    wibawanya dimata para peserta, setelah beberapa hari yang lalu luluh lantak

    diacak-acak oleh Aksi 10. Mereka terpaksa mengikuti alur permainan dari

    Justino dan kawan-kawan.

    Dan kini....

    Kelompok Elit ingin kembali menjadi selebriti di “Panggung” yang

    mereka bangun sendiri. Para CAMA dan CAMI rela deh melakukan apa saja,

    termasuk yang aneh-aneh, asalkan…..

    “Kakak, tolong minta tanda tangan dong?”, cewek yang dijuluki

    Virus(Nama aslinya sih Fairuz Roza), mencoba meruntuhkan “keimanan”

    Sadiman.

    “Tapi gak cuma-cuma, lho?”, tukas Edi Sadiman.

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    48/65

    50

    “Aduh kakak! Plisss!!! Waktunya cuma 30 menit. Nanti Fairuz

    dihukum.”

    “Itukan masalah elo. Kalo misalnya, bukunya kakak tahan mau apa

    sekarang? Atau kakak bilang sama yang lain, biar pada gak mau tanda tangan,

    gimana coba?”

    “Ya deh! Kakak mau apa? Fairuz cariin. Tapi jangan yang susah ya?”

    “Nggak susah kok. Cuma kamu cium pipi kakak dulu!”

    Secara spontan, Edi Sadiman punya pikiran nakal tersebut. Cewek

    didepan mata, mumpung daya tawar menguntungkan dirinya, kenapa gak

    dimanfaatin aja.

    “Ya kakak? Minta yang lain aja ya?”

    “Waktu terus berjalan lho?”

    Terpaksa deh....

    Dengan wajah masam, si Virus mencium pipi Sadiman.

    Sialll!! Mimpi apa semalam sampe harus nyium si cemong! Gerutu si

    cewek dalam hati.

    “Pipi satunya lagi!”

    Celaka dua belas!!

    Mesti mandi kembang tengah malam nih buat buang sial...

    SiAngel.....,

    Dia sih tidak menemui kesulitan saat meminta tangan dari panitia cowok.

    Semuanya tanpa syarat dan ketentuan yang berlaku, dengan sukarela

    membubuhkannya di buku Ulfa.

    Tinggal lima belas tanda tangan lagi.

    Pas berurusandengan panitia cewek, ups, ternyata tak semudah

    membalikkan telapak tangan. Si Angel tidak bisa menggunakan pesona

    kecantikannya atau rayuan maut, untuk menaklukkan hati panitia cewek.

    Panitia cewek tuh. pada muak dengan kelakuan caper Ulfa, yang selalu

    tebar pesona sehingga bikin kinerja panitia cowok pada menurun. Saatnya untuk

    memberi pelajaran pada cewek satu ini.

    Angel tak punya pilihan. Dilihatnya beberapa panitia cowok sejumlah

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    49/65

    51

    sisa tanda tangan yang perlu digenapi, sudah penuh dikerubuti peserta lain,

    sehingga tak memungkinkan dirinya menyerobot lebih dahulu. Bisa-bisa yang

    lain pada marah.

    Angel hanya bisa mengeluh dalam hati, saat dipermalukan dihadapan

    semua orang, waktu disuruh goyang itik di atas meja.

    Bayangkan!! Goyang sambil nungging-nungging gitu..., ditonton oleh

    semua orang ...

    Merah padam jadi mukanya....

    “Waktu habis!! Silakan kumpulkan bukunya kesumber suara! Cepat!

    cepat!”

    Akhirnya saudara-saudara, seperti yang dijelaskan dimuka, Justino cs plus

    si Angel termasuk dalam peserta yang dijemur dilapangan, karena gak komplit

    tanda tangan artisnya.

    Udah jam 11 siang gini? Mana panas minta ampun. Karena tak tahan,

    Ulfa tumbang

    Jatuh pingsan......

    “Minggir! Minggir! Biar panitia yang tangani. Kalian tetap ditempat.”

    Serentak, tanpa dikomando semua panitia cowok pada menghambur

    kelapangan, terutama si Heri yang tampaknya sangat bernafsu sekali.

    Para panitia(Cowok) pada berebutan untuk membopong Ulfa ke aula.

    Saling sikut. Saling dorong. Semuanya berusaha terlihat jadi pahlawan disiang

     bolong gini. Padahal yang ditolong lagi pingsan kan? Mana dia tahu siapa yang

    nolong.....

    Para peserta......., entah heran..., mungkin sinis kali.., melihat panitia tiba-

    tiba sigap terhadap kesusahan peserta, dalam tanda kutip “untuk yang satu ini”

     Namun bagi Aksi 10, photo Ulfa pingsan dikerubuti panitia bisa jadi

     bahan yang bagus bikin citra rezim sekarang terjun bebas, saat photonya

    diupload massal diberbagai sosial media dengan judul yang besar- besar, seperti

    ehmmm, “Ospek Universitas Harapan Menelan Korban“ atau apa kek judul-judul

    yang bombastis gitu, dan konten yang juga bombastis serta bernada provokasi

     pula.

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    50/65

    52

    “Mana Sie P3K- nya? Ada orang pingsan ini!?!?” teriak Heri.

    Renata Widya, Seksi Kesehatan kayaknya tidak kelihatan dari tadi. Mau

    Heri teriak ampe ndower, nggak bakalan muncul tuh cewek.

    Lebay banget si Heri. Menjurus agak sotoy mungkin. Melarang yang lain

     buat nolong, sementara ini orang sendiri gak berbuat apa-apa.

    Atau lebih tepatnya gak tau harus ngapain. Padahal nih yang pingsan

    kudu ditolong. Kasih pertolongan pertama gitu, kasih napas buatan kek.....

    .............................

    TIIINGG!!!

    Kenapa gak terpikir dari tadi....

    Setelah memepertimbangkan agak lama, Coki memberanikan diri ke

    tekape. Tidak lupa ambil minyak angin sebagai modus.

    Kalau gak sekarang kapan lagi...

    Baru mau jongkok, udah di cegah Heri.

    “Sudah!! Biar gue yang tanganin. Mana sih sie kesehatannya? Lelet

    amat?!!”

    Coki menepiskan tanggan Heri.

    “Kamu itu .., orang pingsan bukannya ditolong, malah dibiarkan aja.

    Orang mau bantu, malah gak boleh. Kalo ada apa-apa, gimana? Mau tanggung

     jawab?”

    Heri Terdiam.

    Coki mengeluarkan minyak angin, menuangkan isinya, lalu mengoleskan

    dikening, diantara hidung dan bibir, serta bagian lain yang diperlukan.

    Bau aromatik bertebaran....

    Belum ada tanda tanda...

    Jadi gimana ini?

    Kalo gak sekarang kapan lagi?

    “Eh, elo mau apa?”, tanya Heri curiga, melihat Coki mendekatkan

    wajahnya kewajah Ulfa.

    “Kasih napas buatan lah! Mau ngapain lagi? Begitu prosedur nangani

  • 8/16/2019 3. Ospek Ini Yang Gue Demen

    51/65

    53

    orang pingsan.”

    Coki gak menghiraukan Heri. Si doski sih masih coba menghalangi. Tapi

    gerakannya agak lemah. Antara perasaan ragu untuk ...

    Baru mau memonyongkan mulutnya, mata cewek itu terbuka...

    Terdengar erangan halus.

    Yahh, udah keburu sadar ceweknya. Gagal deh....

    “Ulfa kenapa kak?”

    “Tadi kamu pingsan. Tapi jangan khawatir, sebentar lagi kamu juga agak

     baikan,kok”, Coki menoleh kearah Eti, anggota Seksi Konsumsi. “Ti, Eti!