3-ARTIKEL BIJAKNYA NARASI PANCASILA - bungkomar.id · Bung Komar - Komarudin Watubun Komarudin...

4
Bung Komar - Komarudin Watubun Komarudin Watubun www.bungkomar.id bungkomar BIJAKNYA NARASI

Transcript of 3-ARTIKEL BIJAKNYA NARASI PANCASILA - bungkomar.id · Bung Komar - Komarudin Watubun Komarudin...

Page 1: 3-ARTIKEL BIJAKNYA NARASI PANCASILA - bungkomar.id · Bung Komar - Komarudin Watubun  Komarudin Watubun bungkomar BIJAKNYA NARASI

Bung Komar - Komarudin Watubun

Komarudin Watubunwww.bungkomar.id

bungkomar

BIJAKNYA NARASI

Page 2: 3-ARTIKEL BIJAKNYA NARASI PANCASILA - bungkomar.id · Bung Komar - Komarudin Watubun  Komarudin Watubun bungkomar BIJAKNYA NARASI

Bung Komar - Komarudin WatubunKomarudin Watubunwww.bungkomar.id bungkomar

Sebelumnya telah kita membahas bagaimana indahnya, cerdasnya, bijaknya para pendiri kita dalam merumuskan kalimat sila pertama yang terkandung dalam Pancasila.

Sekarang, mari kita kupas sila yang lain. Pada sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Para pendiri bangsa ini dengan sadar menghayati bahwa setelah kita ber-Tuhan, kita juga harus beradab. Binatang saja beradab, apalagi manusia. Dan selanjutnya sebagai manusia harus memiliki dua sifat, harus adil dan harus beradab.

Page 3: 3-ARTIKEL BIJAKNYA NARASI PANCASILA - bungkomar.id · Bung Komar - Komarudin Watubun  Komarudin Watubun bungkomar BIJAKNYA NARASI

Bung Komar - Komarudin WatubunKomarudin Watubunwww.bungkomar.id bungkomar

Pada sila ketiga, Persatuan Indonesia. Negara ini terdiri dari ribuan pulau dan etnis sehingga perlu adanya persatuan. Tanpa persatuan tidak mungkin negara ini bisa membangun. Karena adanya perbedaan itu, para pendiri bangsa ini kemudian merumuskan bahwa sistemnya harus berasaskan musyawarah dan mufakat. Itulah sila keempat yang seharusnya menjadi asas demokrasi kita, yakni Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan. Apa artinya? Supaya di situ kita yang kelompok minoritas juga tahu diri. Namun pada saat yang sama, yang mayoritas juga menghargai minoritas.

Sering saya katakan bahwa subtansi demokrasi kita adalah musyawarah dan mufakat, budaya voting sesungguhnya bertentangan dengan semangat kebhinnekaan kita karena kecenderungan kemenangan pasti di tangan mayoritas. Sebab ketika pengambilan keputusan itu diambil melalui voting sudah pasti akan mengenyampingkan kepentingan-kepentingan dari kelompok minoritas karena kelompok tersebut kalah dukungan padahal yang mayoritas belum tentu benar dan juga yang minoritas belum tentu salah.

Page 4: 3-ARTIKEL BIJAKNYA NARASI PANCASILA - bungkomar.id · Bung Komar - Komarudin Watubun  Komarudin Watubun bungkomar BIJAKNYA NARASI

Bung Komar - Komarudin WatubunKomarudin Watubunwww.bungkomar.id bungkomar

Pada kenyataannya kita kemudian memilih melakukan demokrasi dengan pemilihan langsung. Seakan-akan semua orang bisa menjadi Presiden, termasuk mereka yang berasal dari kalangan minoritas. Yang bukan Jawa pun bisa menjadi Presiden. Ini tentu suatu konsep yang ideal. Tetapi harus juga diingat bahwa demokrasi itu ada dua jenis, yakni demokrasi prosedural dan demokrasi substantif. Secara prosedural, demokrasi itu bisa saja berjalan ditandai oleh prosedurnya yang sudah dijalankan dan semua orang datang ke tempat pemilihan suara. Tetapi perlu dipertanyakan, apakah secara substantif demokrasi itu telah bermakna? Apakah ia menjadi pendorong tercapainya tujuan berdemokrasi yakni menyejahterakan rakyat?

Dalam kaitan ini saya berpendapat – yang mungkin dinilai orang aneh - , bahwa bisa saja orang non-Jawa yang menjadi Presiden tetapi kalau rakyat sudah memenuhi pendidikan yang cukup, perut sudah kenyang, tingkat pendidikan sudah menandai untuk mendorongnya berfikir rasional dalam memilih di bilik suara. Ketika itulah tidak ada orang yang suaranya dapat dibeli dengan satu kilogram beras atau dengan iming-iming mendapatkan pengobatan gratis.

Saya kira itu jua lah pertimbangan kenapa pendahulu kita merumuskan dasar negara Pancasila dan sistem keterwakilan sebagai landasan berdemokrasi guna mencapai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. ***