2.ElvisPurba.doc

download 2.ElvisPurba.doc

of 11

Transcript of 2.ElvisPurba.doc

TIPOLOGI PERTUMBUHAN DAN SPESIALISASI REGIONAL

VISI (2007) 15 (3) 226 - 235

TIPOLOGI PERTUMBUHAN DAN SPESIALISASI REGIONAL

KABUPATEN-KABUPATEN DI PANTAI TIMUR

SUMATERA UTARA

Elvis F. Purba

ABSTRACT

Tulisan ini akan menunjukkan bagaimana tipologi pertumbuhan dan spesialisasi regional tujuh kabupaten yang ada di Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara tahun 2001-2005. Hasil analisis menunjukkan bahwa dilihat dari tipologi pertumbuhannya, terdapat dua kabupaten yang mempunyai satu tipologi, yakni Kabupaten Simalungun (relatif tertinggal) dan Kabupaten Serdang Bedagai (sedang bertumbuh). Empat kabupaten mempunyai dua tipologi yaitu Kabupaten Labuhan Batu (maju dan bertumbuh cepat dengan maju tetapi tertekan), Asahan (maju dan bertumbuh cepat dengan maju tetapi tertekan), Karo (maju dan bertumbuh cepat dengan maju tetapi tertekan), dan Langkat (sedang bertumbuh dengan relatif tertinggal). Satu kabupaten lainnya yaitu Kabupaten Deli Serdang mempunyai tiga tipologi (sedang bertumbuh, maju tetapi tertekan dan relatif tertinggal). Selanjutnya dilihat dari indeks spesialisasi regionalnya ternyata hanya antara Kabupaten Karo dengan Kabupaten Deli Serdang yang mempunyai spesialisasi dari antara kabupaten yang ada di Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara.

-----------------------------------------------------

Keywords: growth tipology, specialization index

1. PENDAHULUAN

Pembangunan daerah adalah bagian integral dari pembangunan nasional. Oleh karena itu keberhasilan pembangunan daerah akan menggambarkan keberhasilan pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan daerah dapat dilihat dari aspek ekonomi dengan sejumlah indikator, antara lain dari produk domestik regional bruto (PDRB) dan PDRB perkapita serta laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai daerah bersangkutan. Secara umum, semakin meningkat PDRB, PDRB perkapita dan laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah maka semakin meningkat kinerja pembangunan (ekonomi) daerah bersangkutan dan dianggap semakin baik. Demikian juga sebaliknya, semakin menurun PDRB dan PDRB perkapita maka semakin menurun kinerja pembangunan (ekonomi) daerah yang bersangkutan.

Pembangunan ekonomi menurut Meier (dalam Siahaan dan Purba, 2002) mempunyai tiga sifat penting. Ketiga-tiga sifat penting tersebut adalah : (1) proses terjadinya perubahan secara terus-menerus, (2) adanya usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita masyarakat, dan (3) kenaikan pendapatan masyarakat yang terjadi dalam jangka. Pandangan tersebut hampir senada dengan pandangan ahli yang lain, seperti pandangan Profesor Seers (dalam Todaro, 2002) mengenai periode pembangunan. Menurut beliau bahwa suatu periode barulah disebut sebagai periode pembangunan apabila berhasil mengurangi atau menghapuskan tiga masalah pokok dalam pembangunan, yaitu kemiskinan, ketimpangan dalam distribusi pendapatan, dan pengangguran.

Seiring dengan berlangsungnya pembangunan dan berlalunya waktu diharapkan akan terjadi perubahan struktural ekonomi daerah yang semula didominasi oleh sektor pertanian dan lama-kelamaan akan didominasi oleh sektor industri dan jasa-jasa. Sejalan dengan itu kontribusi masing-masing sektor ekonomi terhadap PDRB dan lapangan kerja pun akan bergeser. Atau dengan katakata lain, berlangsungnya pembangunan akan memungkinkan sektor-sektor ekonomi daerah bertumbuh sedemikian rupa sehingga akan memberikan kontribusi yang signifikan, bukan hanya bagi pembentukan pendapatan regional (PDRB), tetapi juga bagi penciptaan lapangan kerja. Pergeseran tersebut akan menentukan tipologi pertumbuhan dan akan menentukan apakah suatu daerah berbeda (mempunyai spesialisasi) dari daerah lain.

Sejumlah kajian ekonomi regional dengan menggunakan tipologi pertumbuhan untuk daerah Sumatera Utara antara lain adalah penelitian Joni (2002) tentang analisis pertumbuhan ekonomi kota Medan tahun 1993-2000, penelitian Purba dan Tobing (2005) tentang analisis pertumbuhan ekonomi dan transformasi struktur ekonomi kota Medan tahun 1993-2002, penelitian Sianturi (2005) tentang ketimpangan pembangunan regional di daerah Sumatera Utara, dan lain-lain. Selanjutnya penelitian spesialisasi regional antara lain adalah penelitian Kuncoro tentang spesialisi regional di daerah Kalimantan Selatan. Tulisan ini terfokus pada tipologi pertumbuhan dan spesialisasi regional kabupaten-kabupaten yang ada di Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara. Tipologi pertumbuhan dan spesialisasi regional relatif mudah diaplikasikan, terutama karena formulanya sederhana dan menggunakan data sekunder.

2. Sumber Data dan Alat Analisis

Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder yang terbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara. Kurun waktu kajian adalah tahun 2001 hingga 2005.

Untuk mengetahui tipologi pertumbuhan digunakan tipologi pertumbuhan (ekonomi) yang telah diperkenalkan oleh seorang ahli ekonomi berkebangsaan Belanda bernama Leo Klaassen (Friedman and Weaver, 1979) lebih dari empat dasawarsa yang lalu. Tipologi tersebut telah diadopsi di Indonesia, antara lain oleh Sjafrizal (1997) yang membedakan empat karakteristik pertumbuhan daerah. Pertama, daerah maju dan bertumbuh cepat (rapid growth region) yaitu daerah dengan laju pertumbuhan PDRB pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita yang lebih tinggi dari laju pertumbuhan PDRB dan PDRB perkapita daerah referensinya (daerah yang lebih luas). Kedua, daerah maju tetapi tertekan (retarded region) yaitu daerah yang mempunyai PDRB perkapita yang lebih tinggi dari daerah referensinya tetapi laju pertumbuhan PDRBnya lebih rendah dibandingkan dengan daerah referensinya. Ketiga, daerah sedang bertumbuh (growing region), yaitu daerah yang mempunyai PDRB perkapita yang lebih rendah dari daerah referensinya tetapi mempunyai laju pertumbuhan PDRB yang lebih tinggi dari daerah referensinya. Keempat, daerah relatif tertinggal (stagnant region), yaitu daerah dimana PDRB dan laju pertumbuhan PDRBnya lebih rendah dari daerah referensinya.

Selanjutnya spesialisasi regional menggambarkan apakah dua daerah yang dikaji (secara berpasangan) mempunyai spesialisasi atau tidak berspesialisasi.Untuk mengetahui ada tidaknya spesialisasi antar dua daerah yang dikaji digunakan indeks spesialisasi yang telah diperkenalkan Profesor Krugman. Indeks spesialisasi tersebut mempunyai nilai antara nol hingga dua. Apabila indeks tersebut lebih besar dari satu maka dua daerah yang dikaji dikatakan mempunyai spesialiasi. Sebaliknya apabila indeks tersebut lebih kecil dari satu maka kedua daerah yang dikaji tidak mempunyai spesialisasi (Kuncoro, 2004).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. PDRB, Pertumbuhan Ekonomi, dan PDRB Perkapita

Produk domestik regional bruto (PDRB) merupakan salah satu besaran yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah perekonomian suatu daerah dikatakan mengalami kemajuan atau tidak. PDRB menyatakan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan daerah itu dalam satu tahun tertentu. Pertambahan PDRB dari satu tahun ke tahun lainnya menggambarkan adanya kemajuan dalam pembangunan daerah yang bersangkutan. Peningkatan tersebut dapat disajikan atas dasar harga semasa (harga berlaku) atau atas dasar harga konstan, baik dengan memperhitungkan atau tanpa memperhitungkan minyak dan gas bumi (migas). Sejalan dengan itu, laju pertumbuhan ekonomi dapat dihitung berdasarkan data tahunan PDRB atas dasar harga berlaku atau atas dasar harga konstan dengan (atau tanpa) memasukkan data minyak dan gas bumi (migas). Selanjutnya laju pertumbuhan ekonomi kabupaten-kabupaten yang berada di Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara yang didasarkan atas PDRB harga konstan disajikan dalam Tabel 1.

Berdasarkan data Tabel 1 diketahui bahwa kabupaten-kabupaten di Pantai Timur menunjukkan pertumbuhan yang berfluktuasi. Kabupaten yang laju pertumbuhan ekonominya secara rata-rata paling rendah adalah Kabupaten Simalungun sedangkan yang tertinggi adalah Kabupaten Serdang Bedagai. Apabila dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara, ternyata bahwa Kabupaten Labuhan Batu unggul tahun 2001, Asahan untuk tahun 2003, Karo tahun 2001 dan 2003, Deli Serdang untuk tahun 2002 dan 2003, Langkat tahun 2001 dan Serdang Bedagai tahun 2004 dan 2005.

Tabel 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten di Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2005*) (dalam %) Kabu-

puten

TahunLab. BatuAsa-hanSima-lungunKaroDeli SerdangLang-katSerdang BedagaiSumatera

Utara

20014,793,243,905,124,076,31-4,33

20024,372,512,483,345,693,70-4,63

20034,687,252,6210,485,094,55-4,94

20043,804,942,723,314,034,436,056,00

20054,143,003,114,694,874,135,915,52

Rata-

Rata4,364,192,975,394,754,625,985,084

*) Tanpa migas dan atas dasar harga konstan 2000.

Sumber : Badan Pusat Statistik, PDRB Sumatera Utara Menurut Kabupaten/ Kota (dihitung kembali).

Fluktuasi laju pertumbuhan ekonomi sejumlah kabupaten tergambar juga dalam laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara. Laju pertumbuhannya tahun 2002 menunjukkan kenaikan sebesar 0,30% yaitu dari 4,33% menjadi 4,63%, tahun 2003 mengalami kenaikan sebesar 0,31%, tahun 2004 naik sebesar 1,06% sedangkan tahun 2005 menunjukkan penurunan sebesar 0,48% dari tahun sebelumnya. Jika dilihat dari siklus laju pertumbuhan ekonominya untuk lima tahun pengamatan (2001-2005) ternyata laju pertumbuhan tahun 2004 merupakan yang tertinggi dan yang terendah adalah tahun 2001. Pertumbuhan tahun 2004 merupakan klimaksnya karena tahun 2005 mulai menunjukkan penurunan kembali.

Selanjutnya, berdasarkan sumber data yang sama diketahui bahwa PDRB perkapita yaitu nisbah atau rasio antara PDRB dalam tahun tertentu dengan jumlah penduduk pertengahan tahun untuk masing-masing kabupaten yang dikaji, juga menunjukkan fluktuasi. Tabel 2 menyajikan PDRB perkapita kabupaten yang ada di Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara tahun 2001 hingga 2005.

Tabel 2. PDRB Perkapita Kabupaten di Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2005*)

Kabupa-tenPDRB Perkapita (Rupiah)

20012002200320042005Rata-rata

Labuhan Batu6.875.3926.834.2037.123.0447.208.7107.365.9887.081.467

Asahan

8.709.3118.535.4879.126.8059.391.4629.535.7419.059.761

Simalu-ngun4.541.4244.990.4935.107.0595.177.5035.292.4475.021.785

Karo7.296.7107.106.1047.814.4067.932.9948.072.7707.644.597

Deli Serdang5.758.8446.026.7216.291.6406.868.0306.993.3246.387.712

Langkat4.779.7784.877.2215.079.2835.222.5645.353.7485.062.519

Serdang Bedagai---5.472.8165.746.1925.609.504

SUMUT6.100.8486.311.9666.541.3386.819.4997.077.3566.570.201

*) Tanpa migas dan atas dasar harga konstan 2000

Sumber : Badan Pusat Statistik, PDRB Sumatera Utara Menurut Kabupaten/ Kota.

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa PDRB per kapita Kabupaten Labuhan Batu, Asahan dan Karo menunjukkan penurunan tahun 2002 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kabupaten yang lain menunjukkan kecenderungan menaik untuk tahun 2001-2005. Dilihat dari rata-ratanya, PDRB perkapita tertinggi adalah Kabupaten Asahan yang diikuti Kabupaten Karo dan Kabupaten Labuhan Batu. PDRB perkapita ketiga kabupaten tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan PDRB perkapita Provinsi Sumatera Utara. Sebaliknya PDRB perkapita terendah adalah Kabupaten Simalungun, Kabupaten Langkat dan Kabupaten Serdang Bedagai yang angkanya di bawah rata-rata Provinsi Sumatera Utara.3.2. Tipologi Pertumbuhan

Berdasarkan angka-angka dalam Tabel 1 dan Tabel 2 di atas disajikan tipologi pertumbuhan kabupaten di Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 3.Data tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Labuhan Batu pada tahun 2001 termasuk dalam kategori daerah maju dan bertumbuh cepat dan pada tahun 2002-2005 berada pada kategori daerah maju tetapi tertekan. Kabupaten Asahan pada tahun 2001-2002 dan tahun 2004-2005 termasuk dalam kategori daerah maju tetapi tertekan dan pada tahun 2003 berada pada kategori daerah maju dan bertumbuh cepat. Selanjutnya Kabupaten Simalungun dari tahun 2001 hingga tahun 2005 selalu berada dalam kategori daerah relatif tertinggal. Kabupaten Karo tahun 2001 dan 2003 termasuk dalam kategori daerah maju dan bertumbuh cepat tetapi untuk tiga tahun lainnya, yaitu tahun 2002, 2004, dan 2005 termasuk dalam kategori daerah maju tetapi tertekan.Tabel 3. Tipologi Pertumbuhan Kabupaten di Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2005*)

Tahun

Kabupaten20012002200320042005

Labuhan BatuMaju dan bertumbuh cepatMaju tetapi tertekanMaju tetapi tertekan Maju tetapi tertekanMaju tetapi tertekan

AsahanMaju tetapi tertekanMaju tetapi tertekanMaju dan bertumbuh cepatMaju tetapi tertekanMaju tetapi tertekan

SimalungunRelatif tertinggalRelatif tertinggalRelatif tertinggalRelatif tertinggalRelatif tertinggal

KaroMaju dan bertumbuh cepatMaju tetapi tertekanMaju dan bertumbuh cepatMaju tetapi tertekanMaju tetapi tertekan

Deli SerdangRelatif tertinggalSedang bertumbuhSedang bertumbuhMaju tetapi tertekanRelatif tertinggal

LangkatSedang bertumbuhRelatif tertinggalRelatif tertinggalRelatif tertinggalRelatif tertinggal

Serdang Bedagai---Sedang bertumbuhSedang bertumbuh

*) Tanpa migas dan atas dasar harga konstan 2000

Sumber : Tabel 1 dan Tabel 2 (Data diolah)

Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2001 dan 2005 termasuk dalam kategori daerah relatif tertinggal sedangkan pada tahun 2002-2003 berada pada kategori daerah sedang bertumbuh dan tahun 2004 termasuk dalam kategori daerah maju tetapi tertekan. Selanjutnya Kabupaten Langkat pada tahun 2001 termasuk kategori daerah sedang bertumbuh sedangkan tahun 2002 hingga 2005 berada pada kategori daerah relatif tertinggal. Kabupaten yang relatif baru, yaitu Serdang Bedagai untuk tahun 2004-2005 termasuk dalam kategori daerah sedang bertumbuh.

Data tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Simalungun mempunyai satu tipologi pertumbuhan, yakni relatif tertinggal. Kabupaten Langkat mempunyai dua tipologi pertumbuhan, yaitu sedang bertumbuh (tahun 2001) dan relatif tertinggal untuk tahun 2002-2005. Kabupaten Asahan juga dengan dua tipologi pertumbuhan, yaitu maju dan bertumbuh cepat (tahun 2003) dan maju tetapi tertekan untuk tahun 2001-2002 dan tahun 2004-2005. Kabupaten Karo pun mempunyai dua tipologi pertumbuhan yakni maju dan bertumbuh cepat (tahun 2001 dan 2003) dan maju tetapi tertekan untuk tahun 2002, 2004-2005. Sebaliknya Kabupaten Deli Serdang mempunyai tiga tipologi pertumbuhan, yakni sedang bertumbuh (tahun 2002-2003), maju tetapi tertekan (tahun 2004) serta relatif tertinggal tahun 2001 dan 2005. Kabupaten yang relatif baru, yakni Serdang Bedagai hanya mempunyai satu tipologi pertumbuhan, yaitu sedang bertumbuh.

3.3. Spesialisasi Regional Kabupaten

Dalam tulisan ini dihitung indeks spesialisasi regional untuk dua tahun titik pengamatan, yakni tahun 2000 dan tahun 2005. Hasil perhitungan indeks spesialisasi tahun 2000 disajikan dalam Tabel 4 sedangkan untuk tahun 2005 disajikan dalam Tabel 5. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa indeks spesialisasi enam kabupaten (belum termasuk Kabupaten Serdang Bedagai karena belum dimekarkan dari Kabupaten Deli Serdang) bervariasi dengan nilai lebih kecil dari satu. Hanya satu dari indeks tersebut dengan nilai lebih besar dari satu, yaitu indeks spesialisasi Kabupaten Karo dengan Deli Serdang. Angka ini menunjukkan bahwa kedua daerah mempunyai spesialisasi. Sebaliknya kedua daerah itu dengan daerah-daerah lainnya tidak mempunyai spesialisasi.

Tabel 4. Indeks Spesialisasi Regional Kabupaten di Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000*)

KabupatenLab. BatuAsahanSima-lungunKaroDeli

SerdangLangkatSerdang

BedagaiRata-rata

Lab. Batu0,2200,6540,9970,1570,686-0,543

Asahan0,6480,9670,1690,674-0,536

Simalu-ngun0,3630,7290,194-0,518

Karo1,0520,315-0,739

Deli

Serdang0,751-0,572

Langkat-0,524

Serdang

Bedagai-

Rata-rata0,572

*) Tanpa migas dan atas dasar harga konstan 2000

Sumber : Badan Pusat Statistik, PDRB Sumatera Utara Menurut Kabupaten/ Kota (data diolah)

Sama seperti tahun 2000, bahwa indeks spesialisasi ketujuh kabupaten di Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara bervariasi antara satu kabupaten dengan kabupaten lainnya yang sebagian besar nilainya tetap lebih kecil dari satu. Walaupun terdapat kecenderungan menurun, hanya satu dari indeks tersebut dengan nilai lebih besar dari satu, yaitu indeks spesialisasi Kabupaten Karo dengan Deli Serdang. Angka ini menunjukkan bahwa, baik tahun 2000 maupun tahun 2005, kedua daerah mempunyai spesialisasi. Sebaliknya kedua daerah tersebut dengan daerah-daerah lainnya tidak mempunyai spesialisasi karena indeks spesialisasinya lebih kecil dari satu (Tabel 5).

Tabel 5. Indeks Spesialisasi Regional Kabupaten Di Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005*)

KabupatenLab. BatuAsahanSima-

lungunKaroDeli

SerdangLangkatSerdang

BedagaiRata-rata

Lab. Batu0,1740,7580,9520,2370,7260,5610,568

Asahan0,7760,9780,1970,7420,5690,573

Simalu-ngun0,3360,8190,2120,3790,547

Karo1,0110,3220,6690,711

Deli

Serdang0,8410,6160,620

Langkat0,3710,536

Serdang

Bedagai0,528

Rata-rata0,583

*) Tanpa migas dan atas dasar harga konstan 2000

Sumber : Badan Pusat Statistik, PDRB Sumatera Utara Menurut Kabupaten/ Kota (data diolah)

Data Tabel 4 dapat diperbandingkan dengan data Tabel 5 untuk mengetahui apakah indeks spesialisasi antar kabupaten untuk dua titik waktu pengamatan menunjukkan penurunan atau peningkatan. Kabupaten Labuhan Batu menunjukkan indeks spesialisasi yang makin menurun terhadap Kabupaten Asahan dan Kabupaten Karo. Sebaliknya, menunjukkan peningkatan dengan Kabupaten Simalungun, Deli Serdang dan Langkat. Kemudian nilai indeks spesialisasi Kabupaten Asahan meningkat terhadap empat kabupaten yaitu Kabupaten Simalungun, Kabupaten Karo, Deli Serdang, dan Kabupaten Langkat. Selanjutnya, Kabupaten Simalungun menunjukkan adanya kenaikan indeks spesialisasi terhadap Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat dan menurun dengan Kabupaten Karo. Demikian juga halnya dengan indeks spesialisasi Kabupaten Deli Serdang dengan Kabupaten Langkat menunjukkan peningkatan. Kecuali Kabupaten Karo dengan Kabupaten Deli Serdang yang menunjukkan adanya spesialisasi, maka kabupaten-kabupaten lainnya tidak menunjukkan spesialisasi.

Nilai indeks spesialisasi yang semakin menurun menggambarkan semakin terdiversifikasinya subsektor lapangan usaha antar kabupaten tersebut. Sebaliknya semakin menaik nilai indeks spesialisasi menunjukkan bahwa semakin mengarah terspesialisasinya subsektor lapangan usaha antar kabupaten tersebut. Dan apabila nilai angka indeks itu semakin mendekati angka dua maka terspesialisasilah subsektor lapangan usaha antar kabupaten tersebut. Meskipun kabupaten lainnya di kawasan Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara menunjukkan kenaikan nilai indeks spesialisasi, akan tetapi angka-angka tersebut masih sangat kecil sehingga masing-masing daerah belum menunjukkan adanya spesialisasi.

Dilihat dari nilai rata-rata indeks spesialisasi, pada tahun 2000 hanya terdapat satu kabupaten yang memiliki nilai lebih tinggi dari nilai rata-rata indeks spesialisasi seluruh kabupaten yang ada di kawasan Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten Karo. Sedangkan pada tahun 2005 terdapat dua kabupaten yang memiliki nilai lebih tinggi dari nilai rata-rata indeks spesialisasi seluruh kabupaten yang ada dikawasan Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang.

Dari hasil perhitungan indeks spesialisasi menunjukkan adanya kenaikan nilai rata-rata indeks spesialisasi antar kabupaten di Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,011 yaitu peningkatan dari nilai 0,572 pada tahun 2000 menjadi 0,583 pada tahun 2005. Kenaikan nilai rata-rata indeks spesialisasi tersebut didorong oleh kenaikan nilai rata-rata indeks spesialisasi pada masing-masing kabupaten kecuali Kabupaten Karo. Kenaikan rata-rata indeks spesialisasi ini menunjukkan bahwa perkembangan tingkat spesialisasi antar kabupaten di kawasan Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara masih sangat rendah.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa dilihat dari tipologi pertumbuhannya, hanya Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Serdang Bedagai yang mempunyai satu tipologi pertumbuhan, yakni masing-masing dalam golongan relatif tertinggal dan sedang bertumbuh. Empat kabupaten yaitu Kabupaten Labuhan Batu, Asahan, Karo, dan Langkat mempunyai dua tipologi. Sedangkan Kabupaten Deli Serdang mempunyai tiga tipologi. Selanjutnya dilihat dari indeks spesialisasi regionalnya ternyata hanya Kabupaten Karo dengan Kabupaten Deli Serdang yang mempunyai spesialisasi di Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara sedangkan kabupaten-kabupaten lainnya tidak belum mempunyai spesialisasi.

DAFTAR PUSTAKAFriedmann, John and Waever, Clyde, 1979, Territory and Function: The Evolution of Regional Planning. London: Edward Arnold Ltd.

Joni, Hermes, 2002, Analisis Pertumbuhan dan Proses Transformasi Struktur Ekonomi Regional Kota Medan. Medan: Program Pascasarjana USU. Tesis Magister (tidak diterbitkan).

Kuncoro, Mudrajad, 2004, Otonomi & Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Jakarta: Erlangga.

Purba, Elvis F., dan Tobing, Maju P.L., 2005, Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Perubahan Struktural Ekonomi Kota Medan, 1993 2002. Medan : Lembaga Penelitian Universitas HKBP Nommensen, Laporan Hasil Penelitian.

Sjafrizal, 1997, Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat. PRISMA No. 3.

Siahaan, Santi R. dan Purba, Elvis F., 2002, Pengantar Ekonomi Pembangunan, Medan : Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen.

Sianturi, Sopar, 2005, Analisis Ketimpangan Pembangunan Antar Kota di Provinsi Sumatera Utara. Medan : Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen. Skripsi (tidak diterbitkan).

Todaro, Michael P., 2002, Ekonomi Pembangunan di Dunia Ketiga, Edisi Ketujuh, Jakarta: Erlangga

PAGE 236_____________

ISSN 0853 - 0203