2bab II Rpjmd 8 September 2013
-
Upload
cv-sudais-pratama-sejahtera -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
description
Transcript of 2bab II Rpjmd 8 September 2013
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 1
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1. Aspek Geografi dan Demografi
2.1.1. Kondisi Geografis Daerah
Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5˚50’ - 7˚50’ Lintang
Selatan dan 104 ˚48’ - 108˚ 48’ Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah:
Sebelah Utara, dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta ;
Sebelah Timur, dengan Provinsi Jawa Tengah ;
Sebelah Selatan, dengan Samudra Indonesia ;
Sebelah Barat, dengan Provinsi Banten.
Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan struktur geologi kompleks
yang terbagi atas wilayah pegunungan (bagian tengah dan selatan) dan wilayah
dataran rendah (bagian utara); memiliki beberapa taman nasional, cagar alam,
kawasan hutan lindung dan hutan produksi yang proporsinya mencapai 21% dari
luas Jawa Barat.; curah hujan berkisar antara 2000-4000 mm/th dengan tingkat
intensitas hujan tinggi.; memiliki 40 Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan debit air
permukaan 81 milyar m3/tahun dan air tanah 150 juta m3/th.
Secara administratif pemerintahan, wilayah Jawa Barat terbagi kedalam 27
kabupaten/kota, meliputi 18 kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten
Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten
Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Kuningan,
Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten
Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang,
Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung Barat dan 9 kota yaitu Kota Bogor, Kota
Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Cimahi,
Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar serta terdiri dari 625 kecamatan, 638 kelurahan,
dan 5.316 desa.
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 2
2.1.2. Demografi
Jumlah penduduk Jawa Barat menurut BPS Provinsi Jawa Barat Tahun 2012
mencapai 44.548.431 jiwa atau 18,24% penduduk Indonesia, terdiri dari laki-laki
sebanyak 22.609.621 jiwa dan perempuan sebanyak 21.938.810 jiwa (ditambah
spasi) (Pusdalisbang Provinsi Jawa Barat, 2013). Laju Pertumbuhan Penduduk
(LPP) Jawa Barat pada periode 2007-2012 berfluktuasi dan lebih tinggi dari LPP
Nasional sebagaimana pada Gambar 2.1. Fluktuasi pertumbuhan penduduk
tersebut, diakibatkan kontribusi dari pertumbuhan migrasi penduduk (1,1%)
sementara pertumbuhan berdasarkan kelahiran (0,8%) menurut data Tahun 2011,
hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang terbuka
untuk keluar masuknya arus migrasi dari atau ke Provinsi lain.
Sumber: BPS Jawa Barat, 2007-2012
Gambar 2.1 Perkembangan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Jawa Barat
Tahun 2007-2012
Secara demografis, komposisi penduduk Jawa Barat berdasarkan kelompok
umur menurut Sensus Penduduk (SP) Tahun 2010 adalah kelompok umur 0-14
tahun sebesar 29,27%, kelompok umur 15 – 59 tahun (usia produktif) sebesar
63,69% , dan kelompok umur 60 tahun keatas (kelompok masyarakat lanjut usia
berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia) sebesar 7,04% (Gambar 2.2).
1,831,71
1,90 1,89 1,90
1,66
1,291,44
1,35
1,58
1,2 1,19
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2007 2008 2009 2010 2011 2012Jawa Barat Indonesia
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 3
Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010 (diolah)
Gambar 2.2 Piramida Penduduk Provinsi Jawa Barat
Tahun 2010
Berdasarkan sebaran penduduk kabupaten/kota menurut Sensus Penduduk
2010 jumlah penduduk tertinggi berada di Kabupaten Bogor sebesar 4.771.932 jiwa,
disusul oleh Kabupaten Bandung sebesar 3.178.543 jiwa dan Kabupaten Bekasi
sebesar 2.630.401 jiwa. Sedangkan Jumlah jumlah penduduk terendah berada di
Kota Banjar sebesar 175.157 jiwa. Uraian jumlah penduduk tiap kabupaten/kota
dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Distribusi Penduduk Jawa Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota Tahun 2010
No Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Total 1 Kabupaten Bogor 2,452,562 2,319,370 4,771,932
2 Kabupaten Bandung 1,620,274 1,558,269 3,178,543
3 Kabupaten Bekasi 1,347,223 1,283,178 2,630,401
4 Kabupaten Garut 1,217,768 1,186,353 2,404,121
5 Kabupaten Sukabumi 1,193,342 1,148,067 2,341,409
6 Kabupaten Cianjur 1,123,091 1,048,190 2,171,281
7 Kabupaten Karawang 1,096,892 1,030,899 2,127,791
8 Kabupaten Cirebon 1,059,463 1,007,733 2,067,196
9 Kabupaten Tasikmalaya 834,996 840,679 1,675,675
10 Kabupaten Indramayu 856,640 807,097 1,663,737
11 Kabupaten Ciamis 758,889 773,615 1,532,504
12 Kabupaten Bandung Barat 770,702 739,582 1,510,284
13 Kabupaten Subang 739,925 725,232 1,465,157
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 4
No Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Total
14 Kabupaten Majalengka 582,892 583,581 1,166,473
15 Kabupaten Sumedang 547,797 545,805 1,093,602
16 Kabupaten Kuningan 520,632 514,957 1,035,589
17 Kabupaten Purwakarta 436,082 416,439 852,521
18 Kota Bandung 1,215,348 1,179,525 2,394,873
19 Kota Bekasi 1,183,620 1,151,251 2,334,871
20 Kota Depok 880,816 857,754 1,738,570
21 Kota Bogor 484,791 465,543 950,334
22 Kota Tasikmalaya 321,460 314,004 635,464
23 Kota Cimahi 274,124 267,053 541,177
24 Kota Sukabumi 152,080 146,601 298,681
25 Kota Cirebon 148,600 147,789 296,389
26 Kota Banjar 87,031 88,126 175,157
Total 21,907,040 21,146,692 43,053,732 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat , Survey Penduduk 2010. Catatan: Kabupaten Pangandaran masih masuk ke Kabupaten Ciamis
Secara kewilayahan penduduk Jawa Barat terkonsentrasi pada daerah-daerah
industri yaitu Metropolitan Bodebek-Karpur (Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Bekasi) serta Metropolitan Bandung Raya (Kabupaten Bandung). Hal ini
menunjukkan bahwa daerah industri masih memiliki daya tarik bagi penduduk dari
desa untuk mencari pekerjaan.
2.1.3. Potensi pengembangan wilayah
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 –
2029, wilayah Provinsi Jawa Barat terbagi ke dalam 6 (enam) Wilayah
Pengembangan (WP), yaitu WP Bodebekpunjur, WP Purwasuka, WP
Ciayumajakuning, WP Priangan Timur dan Pangandaran, WP Sukabumi dan
sekitarnya, serta WP Kawasan Khusus (KK) Cekungan Bandung, dengan potensi
masing-masing wilayah adalah :
1. WP Bodebekpunjur, yang mencakup wilayah Kabupaten Bogor, Kabupaten
Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bogor dan sebagian Kabupaten Cianjur
(Kecamatan Cugenang, Kecamatan Pacet, Kecamatan Sukaresmi dan
Kecamatan Cipanas). Wilayah ini memiliki potensi untuk dikembangkan dalam
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 5
sektor pariwisata, industri manufaktur, perikanan, perdagangan, jasa,
pertambangan, agribisnis dan agrowisata;
2. WP Purwasuka, yang meliputi daerah Kabupaten Subang, Kabupaten
Purwakarta dan Kabupaten Karawang. Wilayah ini memiliki potensi
pengembangan pada sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan,
perikanan, bisnis kelautan, industri pengolahan, pariwisata, dan pertambangan;
3. WP Ciayumajakuning, yang mencakup Kabupaten Kuningan, Kabupaten
Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu dan Kota Cirebon.
Wilayah ini merupakan wilayah yang potensial untuk dikembangkan dalam sektor
agribisnis, agroindustri, perikanan, pertambangan, dan pariwisata;
4. WP Priatim – Pangandaran, yang mencakup Kabupaten Garut, Kabupaten
Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kota Tasikmalaya, Kota Banjar dan Kabupaten
Pangandaran. Wilayah ini memiliki potensi pengembangan dalam sektor
pertanian, perkebunan, perikanan tangkap, pariwisata, industri pengolahan, dan
pertambangan mineral;
5. WP Sukabumi, wilayahnya mencakup Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi
dan Kabupaten Cianjur. Wilayah ini memiliki potensi untuk dikembangkan dalam
sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan tangkap, pariwisata,
industri pengolahan, bisnis kelautan, dan pertambangan mineral.
6. WP Kawasan Khusus Cekungan Bandung, yang meliputi Kabupaten Bandung,
Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kota Bandung dan sebagian
Kabupaten Sumedang (Kecamatan Jatinangor, Kecamatan Tanjungsari,
Kecamatan Cimanggung, Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Pamulihan).
Wilayah ini memiliki potensi pengembangan pada sektor pertanian hortikultura,
industri non-polutif, industri kreatif, perdagangan dan jasa, pariwisata, dan
perkebunan.
Setiap kabupaten/kota di masing-masing wilayah pengembangan (WP)
memiliki industri unggulan spesifik sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.3.
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 6
Kab.Bekasi :1.Pakaian jadi2.Boneka3.Komponen
Kota Bekasi :1. Pakaian jadi.2. Keraj.Kayu3. Perhiasan
Kab.Karawang :1 .Mesin & Komponen2. Pakaian jadi.3. Mak. OlahanKota Depok :
1. Pakaian jadi.2. Ind. Telematika3. Mak. Olahan
Kab.Bogor :1. Tekstil & Produk Tekstil2. Ind. Tas3. Alas Kaki 4. Mak. Olahan
Kab.Sukabumi :1. Batu Aji.2. Keraj. Kayu.3. Komponen & MEsin4. Bola Sepak5. Mak. Olahan
Kota Bogor :1. Pakaian jadi.2. Bordir3.Ind. Tas4. Keramik 5. Mak. Olahan
Kab. Cianjur :1. Furniture kayu2. Kerajinan logam3. Komponen Logam4. Sutera.5. Mak. Olahan
Kota Bandung :1. Tekstil & Produk Tekstil2. Alas kaki.3. Elektronika4. Rajut5. Ind. Telematika6. Komponen 7. Mak. Olahan
Kota Sukabumi :1. Keraj. Kayu. 2. Mak. Olahan
Kab.Subang :1. Keraj.Kayu2. Komponen
Kab.Purwakarta:1. Keramik2. Mak. Olahan
Kota Tasikmalaya :1. Bordir.2.Keraj.Pandan& Mendong3. Kelom geulis4. Batik5. Mak. Olahan
Kab.Tasikmalaya :1. Bordir.2. Keraj.Pandan &
Mendong3. Kelom Geulis.4. Mak. Olahan
Kab.Ciamis :1. Ijuk.2. Furniture Kayu Kelapa3. Mak. Olahan4. Batik
Kab.Majalengka :1. Bola Sepak2. Bata,Genteng3. Kerajinan Rotan4. Batu Alam
Kab.Kuningan :1. Kerjajinan Rotan2. Minyak Atsiri.3. Mak. Olahan
Kab.Indramayu:1.Batik 2.Kerajinan Rotan3. Mak. Olahan
Kab.Cirebon :1. Furniture Rotan2. Batik3. Batu Alam4. Mak. Olahan
Kota Cirebon :1. Furniture Rotan2. Kaca Patri3. Kerajinan Rotan
Kota Cimahi :1. Pakaian jadi2. Ind. Telematika.3. Mak. Olahan
Kab. Garut :1. Kulit & Produk Kulit2. Batik.3. Sutera.4. Minyak Atsiri5. Mak. Olahan
Kab.Bandung :1. Tekstil & Produk
Tekstil 2. Alaskaki3. Komponen.4. Boneka5. Mak. Olahan
Kota Banjar :1. Meubel Akar Kayu
Kab.Sumedang :1. Kerajinan Kayu2. Furniture Kayu3. Mak. Olahan
Sumber : Disperindag Provinsi Jawa Barat, 2012
Gambar 2.3
Peta Industri Unggulan Kabupaten/Kotadi Jawa Barat
2.1.4. Wilayah Rawan Bencana
Sesuai dengan karakteristik Jawa Barat, beberapa daerah merupakan daerah
rawan banjir, tanah longsor, gempa bumi dan lain-lain adalah :
a) Gempa Bumi dan Tsunami
Tatanan geologi dan tektonik di Jawa Barat membentuk jalur gempa
dengan ribuan titik pusat gempa yang berpotensi menjadi ancaman.
Terdapat 5 (lima) sesar aktif di 8 (delapan) kabupaten/kota yang rawan
gempa bumi dan tsunami yaitu Kabupaten Garut, Kabupaten
Tasikmalaya, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Ciamis, Kabupaten
Pangandaran, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bandung, dan Kota
Sukabumi.
b) Gunung Berapi
Terdapat 7 (tujuh) gunung berapi aktif dan berpotensi menjadi ancaman
bencana, yaitu: 1) Kawasan bahaya letusan Gunung Tangkuban Perahu
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 7
terketak di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Subang, 2) Kawasan
bahaya letusan Gunung Papandayan terletak di Kabupaten Garut dan
Kabupaten Bandung, 3) Kawasan bahaya letusan Gunung Ciremai
terletak di Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon dan Majalengka, 4)
Kawasan bahaya letusan Gunung Gede Pangrango terletak di Kabupaten
Bogor, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Sukabumi, 5) Kawasan bahaya
letusan Gunung Guntur, terletak di Kabupaten Garut, 6) Kawasan bahaya
letusan Gunung Salak terletak di di Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Sukabumi, dan 7) Kawasan bahaya letusan Gunung Salak terletak di di
Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Sukabumi.
c) Angin Topan dan Badai
Terdapat 6 Kabupaten/Kota yang rawan angin topan dan badai, yaitu
Kabupaten Indramayu, Kota Cirebon, Kabupaten Bandung, Kabupaten
Tasikmalaya, Kabupaten Sukabumi, dan Kota Bogor.
d) Banjir
Terdapat 10 kabupaten/kota yang merupakan daerah rawan banjir yaitu
Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Subang,
Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten
Karawang, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, dan Kota Depok.
e) Longsor
Terdapat 13 kabupaten/kota yang merupakan daerah rawan longsor, yaitu
Kabupaten Bandung, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Sumedang,
Kabupaten Majalengka, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kabupaten
Sukabumi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Kuningan, Kabupaten
Bogor, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Depok.
f) Kekeringan
Terdapat 3 kabupaten/kota yang merupakan daerah rawan kekeringan,
yaitu Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, dan Kabupaten
Karawang yang merupakan lumbung pangan nasional.
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 8
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.2.1 Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Berdasarkan publikasi BPS selama kurun waktu Tahun 2007-2012,
perekonomian Jawa Barat tumbuh rata-rata 5,86% dengan capaian tertinggi pada
Tahun 2011 sebesar 6,48%. Rata-rata inflasi selama periode tersebut sebesar
5,45% dengan capaian terendahnya adalah 3,09% pada Tahun 2009 dan inflasi
tertinggi adalah 11,11% pada Tahun 2008. Terkendalinya inflasi yang mencapai
angka di bawah dua digit, kecuali Tahun 2008 tidak lepas dari peran kolaborasi
otoritas moneter dengan pemerintah daerah melalui forum pengendalian inflasi
daerah. Data Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi dari Tahun 2008 – 2012
dapat dilihat pada Tabel 2-2.
Tabel 2-2.
LPE dan Inflasi Jawa Barat Tahun 2008-2011
Uraian Tahun
2007 Baseline
2008 2009 2010 2011 2012
Laju Pertumbuhan Ekonomi
6,48 6,21 4,29 6,09 6,48 6,21
Inflasi 5,10 11,11 3,09 6,46 3,10 3,86
Sumber: BPS Jawa Barat 2012; Keterangan: *) angka perkiraan BPS Provinsi Jawa Barat
Berdasarkkan sisi produksi, kapasitas sektor non-tradable (sektor jasa dan
perdagangan) semakin besar terkait dengan keunggulan Jawa Barat sebagai pusat
kuliner dan fashion yang menarik bagi turis domestik maupun asing untuk
mengunjungi Jawa Barat terutama Kota Bandung dan sekitarnya. Sektor
Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) tumbuh tinggi menembus dua digit selama
dua tahun berturut-turut, yakni 10,12% pada Tahun 2009 dan 11,77% pada Tahun
2010, sedangkan pada Tahun 2011 sektor ini tumbuh melambat yakni 8,11%
mendekati pertumbuhan pada Tahun 2007 mencapai 8,03%, kemudian melonjak lagi
pada Tahun 2012 mencapai 11,55%. Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh
diatas dua digit untuk tiga tahun terakhir, yakni 16,23%Tahun 2010, 14,93% Tahun
2011dan 12% Tahun 2012.
Sementara itu, pertumbuhan sektor tradable (pertanian dan industri)
cenderung lebih rendah dari rata-rata LPE Jawa Barat. Sektor industri pengolahan
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 9
yang merupakan sektor dominan PDRB Jawa Barat tumbuh 6,21% Tahun 2011
setelah mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2009 sebesar 1,74%. Namun
Tahun 2012 melambat menjadi 3,94% seiring dengan melambatnya pertumbuhan
ekspor Jawa Barat menjadi 5,52% dibandingkan Tahun 2011 yang mencapai 6,51%.
Krisis ekonomi yang masih terjadi di sejumlah negara tujuan ekspor Indonesia
mengakibatkan turunnya permintaan terhadap ekspor Jawa Barat. Pertumbuhan
sektor pertanian menurun di Tahun 2010 dan negatif di Tahun 2011 (-0,09%) dan
2012(-0,7%), tetapi berpotensi tumbuh kembali karena besarnya peluang
pengembangan agribisnis di Jawa Barat.
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang didominasi oleh pertumbuhan pada
sektor non-tradable (sektor perdagangan dan jasa) perlu mendapat perhatian karena
dapat berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja dan pemanfaatan sumber daya
yang rendah, sebagaimana terlihat pada Gambar 2.4. Dengan demikian,
pertumbuhan sektor tradable (pertanian & industri) perlu menjadi prioritas
pembangunan ekonomi Jawa Barat.
Sumber : Data diolah, Bappeda Jabar, 2012
Gambar: 2.4. Pertumbuhan Sektor Tradable dan Nontradable Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga masih tetap
mendominasi PDRB Jawa Barat, yakni sebesar 58,64% Tahun 2012 (Tabel 2.3).
Seperti halnya perekonomian nasional, perekonomian Jawa Barat bercirikan
P e rt um buh a n S e kt o r T ra d a b le da n N on t ra d a b le J ab a r
1 ,81
3,5 4 3,5 3 3 ,39
5,9 5
5,8 9 5, 74
7, 68
1,5 9
2 ,36
4 ,32
2,5 1
5 ,45
4,1 2
6 ,53
6, 96
5,0 7
6,2 1
7 ,61
3, 98
8 ,26
11 ,56
9 ,41
1 0,9 6
3,1 6 3,7 6
4,6 7 4,7 75, 60
6,0 2
6, 48
6, 21
4, 19
6, 09
6 ,4 86, 21
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
1 0,0
1 2,0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
T ra da ble N o n T r ad ab le P D R B
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 10
domestic-demand led growth, dimana dominasi utama berasal dari konsumsi rumah
tangga. Permintaan domestik menjadi kekuatan ekonomi Jawa Barat untuk tumbuh
dan membentuk resistensi terhadap gejolak eksternal. Konsumsi rumah tangga yang
tinggi akan menjadi sumber ketahanan ekonomi yang penting apabila dapat
dimanfaatkan sebagai pasar hasil produksi.
Tabel 2.3 Distribusi PDRB Provinsi Jawa Barat
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan Tahun 2011-2012
No Komponen Penggunaan 2011 2012 Laju
Pertumbuhan 1. Konsumsi Rumah Tangga 59,28% 58,24% -1,04%2. Konsumsi Pemerintah 8,89% 8,78% -0,11%3. Pembentukan Modal Tetap Bruto 18,16% 18,50% 0,34%4. a. Perubahan Inventori 4,58% 5,12% 0,54% b. Diskrepansi Statistik 2,51% 1,63% -0,88%
5. Ekspor 35,40% 35,94% 0,54%6. Dikurangi: Impor 29,40% 28,62% -0,78%
Sumber : Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Jawa Barat, 2013
PDRB per kapita berdasarkan harga konstan mengalami peningkatan dari
sekitar Rp 7,01 juta pada Tahun 2008 menjadi Rp 8,18 juta juta pada Tahun 2012
atau meningkat rata-rata sebesar 3,95% per tahun. Sementara itu, Indeks Gini
selama periode 2008-2012 cenderung mengalami peningkatan, yaitu dari 0,28
menjadi 0,41 (Pusdalisbang, Bappeda Provinsi Jawa Barat, 2013). Kedua hal ini
mengindikasikan bahwa peningkatan pendapatan penduduk Jawa Barat cenderung
semakin terdistribusi secara tidak merata sehingga ketimpangan pendapatan yang
terjadi semakin lebar.
2.2.2 Kesejahteraan Sosial
Pembangunan daerah bidang kesejahteraan sosial berkaitan dengan kualitas
manusia dan masyarakat Jawa Barat. yang tercermin pada pendidikan, kesehatan,
tingkat kemiskinan, kepemilikan tanah, kesempatan kerja, dan tingkat kriminalitas.
Capaian Bidang Pendidikan untuk indikator Angka Melek Huruf (AMH) pada Tahun
2012 sebesar 96,97%, pada Tahun 2008 sebesar 95,53% (LKPJ 2008), sedangkan
Tahun 2007 sebagai tahun dasar perhitungan/baseline adalah sebesar 95,32%
(LKPJ 2007). Dengan demikian terjadi peningkatan capaian AMH Tahun 2012
terhadap Tahun 2007 sebesar 1,65%. Capaian Rata-rata Lama Sekolah (RLS) pada
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 11
Tahun 2012 sebesar 8,15 tahun (angka perkiraan BPS Jawa Barat, 6 Maret 2013),
Tahun 2008 sebesar 7,50 tahun (LKPJ 2008), sedangkan capaian RLS Tahun 2007
sebesar 7,50 tahun (LKPJ 2007). Dengan demikian capaian RLS Tahun 2012
terhadap Tahun 2007 terjadi peningkatan sebesar 0,65 tahun.
Indikator AHH Pada Tahun 2012 sebesar 68,60 tahun, pada Tahun 2008
sebesar 67,8 tahun (LKPJ 2008), sedangkan capaian Tahun 2007 sebagai tahun
dasar perhitungan/baseline adalah sebesar 67,60 tahun (LKPJ 2007).
Tabel 2.4
Capaian IPM Jawa Barat tahun 2007-2012
Uraian Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012
IPM 70,71 71,12 71,64 72,08 72,82 73,19*)
a) Indeks Pendidikan 80,21 80,35 81,14 81,67 82,55 82,75*)
- RLS (Tahun) 7,50 7,50 7,72 7,95 8,20 8,15*)
- Angka Melek Huruf (%) 95,32 95,53 95,98 96,00 96,48 96,97*)
b) Indeks Kesehatan 71,00 71,33 71,67 72,00 72,34 72,67*)
- Angka Harapan Hidup 67,60 67,80 68,00 68,20 68,40 68,60*)
c) Indeks Daya beli 60,93 61,66 62,10 62,57 63,57 64,17*)
- Purchasing Power
Parity/PPP (Rp.000) 623,64 626,81 628,71 630,77 635,10 637,67*)
Sumber: Bappeda Jabar 2013
Dari Tabel 2.4 menunjukan bahwa capaian IPM terus meningkat dari tahun ke
tahun namun demikian disparitas IPM antara kabupaten/kota masih cukup tinggi
sebagaimana digambarkan pada grafik dibawah ini (Gambar 2.5).
Beberapa kabupaten kota capaian IPM berada diatas rata-rata capaian IPM
Jawa Barat yaitu Kota Depok, Kota Bekasi, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota
Tasikmalaya, Kota Cirebon, Kota Sukabumi, Kota Bogor, Kabupaten Bandung Barat,
Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Bandung. Sedangkan kabupaten kota lainya
berada dibawah rata-rata IPM Jawa Barat dengan capaian terendah berada di
WKPP III dan WKPP IV yaitu Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon Dan
Kabupten Cianjur (Gambar 2.5).
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 12
Sumber: Pusdalisbang Bappeda Provinsi Jawa Barat (diolah)
Gambar 2.5 Data IPM Jawa Barat per Kabupaten/Kota
Peningkatan IPM jawa Barat selama kurun waktu 6 tahun dipengaruhi bukan
oleh salah satu komponen aja melainkan dari ketiga komponen penyusun IPM yaitu
pendidikan kesehatan dan daya beli.
Indeks pendidikan di Jawa Barat mengalami peningkatan, kondisi tersebut
sama dengan kondisi di kabupaten/kota (Gambar 2.6). Indeks pendidikan yang
tertinggi terjadi pada Tahun 2011 yang dicapai oleh Kota Cimahi yaitu sebesar 89,95,
kemudian berturut-turut Kota Bandung sebesar 89,93, dan kota Bekasi sebesar
89,33. Indeks pendidikan terendah berada pada Kabupaten Depok dengan nilai
67,49, Kabupaten Indramayu sebesar 70,03, dan Kabupaten Bandung sebesar
73,49.
58,00
60,00
62,00
64,00
66,00
68,00
70,00
72,00
74,00
76,00
78,00
80,00
2007
2011
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 13
Sumber: Pusdalisbang Bappeda Provinsi Jawa Barat (diolah)
Gambar 2.6 Data Indeks Pendidikan Jawa Barat per Kabupaten/ Kota
Indeks Kesehatan tiap kabupaten/kota sejak tahun 2008 sampai dengan 2011
mengalami peningkatan walaupun relatif kecil. Indek kesehatan di Kabupaten
Bandung pada tahun 2011 terjadi peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar
11,54 selama 4 tahun dari tahun 2008 sebesar 73,10 menjadi 84,64. Selain
Kabupaten Bandung peningkatan indeks kesehatan yang tertinggi adalah Kota
Depok sebesar 80,36 dan Kota Tasikmalaya sebesar 75,05. Indeks Kesehatan
terendah pada tahun 2011 terjadi di Kabupaten Cirebon sebesar 67,37, Kabupaten
Garut sebesar 68,34, dan Kabupaten Cianjur sebesar 68,91 (Gambar 2.7).
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 14
Sumber: Pusdalisbang Bappeda Provinsi Jawa Barat (diolah)
Gambar 2.7 Data Indeks Kesehatan Jawa Barat per Kabupaten/ Kota
Indeks daya beli Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2011 sebesar 63,74, dari 27 (dua
puluh tujuh) kabupaten/kota di Jawa Barat, yang mencapai indeks daya beli tertinggi adalah
Kota Cirebon dan Kota Depok sebesar 67,36, dan Kota Bogor sebesar 67,31. Sedangkan
indeks daya beli terendah berada pada Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, dan
Kabupaten Bogor yaitu masing-masing sebesar 59,53; 62,33; dan 62,78 (Gambar 2.8).
Sumber: Pusdalisbang Bappeda Provinsi Jawa Barat (diolah)
Gambar 2.8 Data Indeks Daya Beli Jawa Barat per Kabupaten/Kota
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
63,03
79,7584,64
67,37
2008
2011
Jawa Barat 2011: 72,34
Jawa Barat 2008: 71,33
Jawa Barat 2011 : 63,74
Jawa Barat 2007 : 60,93
59,53
67,36 67,36
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 15
Persentase jumlah penduduk miskin Jawa Barat terus mengalami penurunan
dari tahun 2007 (13,55%) hingga tahun 2012 (9,89%) dan selalu berada jauh di
bawah rata-rata tingkat kemiskinan nasional, tetapi disparitas kemiskinan kota desa
masih tinggi seperti terlihat pada Gambar 2.9. Disparitas kemiskinan antara desa dan
kota dari tahun 2007 – 2012 rata-rata 4,45% (desa lebih tinggi daripada kota), hal ini
menunjukan bahwa aktivitas ekonomi diperdesaan perlu mendapat perhatian khusus
untuk terus ditingkatkan.
Sumber : Badan Pusat Statistik RI
Gambar 2.9 Perkembangan Kemiskinan Jawa Barat Tahun 2007 - 2012
LPE tinggi berdampak positif pada tingkat pengangguran terbuka yang
semakin menurun. Pada Agustus 2012 tingkat pengangguran terbuka di Jawa Barat
sebesar 9,08%, lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, namun masih
lebih tinggi dibandingkan nasional yang mencapai 6,14%. Fakta tingkat
pengangguran yang masih lebih tinggi dari nasional dan daya beli yang masih
rendah menyangkut kondisi kinerja perekonomian yang begitu kompleks. Fakta
demikian tidak mungkin diselesaikan hanya mengandalkan instrumen kebijakan fiskal
daerah, namun juga tergantung pada instrumen kebijakan moneter yang lebih
memadai, kondisi kinerja dunia usaha dan perekonomian nasional serta global.
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 16
Tabel 2.5 menunjukan proporsi penganggur lulusan SLTA keatas lebih banyak
daripada pengangguran lulusan SLTP dan SD.
Tabel 2.5 Jumlah Pengangguran Berdasarkan Pendidikan yang Ditamatkan
2.2.3. Seni Budaya dan Olah Raga
Perkembangan seni dan budaya di Jawa Barat sudah mengalami kemajuan
yang ditandai dengan meningkatnya pemahaman terhadap nilai budaya. Namun
demikan, upaya peningkatan jati diri masyarakat Jawa Barat seperti halnya
solidaritas sosial, kekeluargaan, penghargaan terhadap nilai budaya dan bahasa
masih perlu terus ditingkatkan. Budaya berperilaku positif seperti kerja keras, gotong
royong, kebersamaan dan kemandirian dirasakan makin memudar. Hal ini
menunjukkan perlunya mengembalikan dan menggali kearifan lokal dalam kehidupan
masyarakat.
2.3 Aspek Pelayanan Umum
Pada aspek pendidikan, khususnya Sekolah Dasar (SD/MI)
penyelengaraannya didominasi oleh pemerintah, sedangkan pada tingkat SMP/MTS
dan SMA/MA/SMK didominasi oleh swasta. kondisi ini menunjukan pentingnya
perhatian pemerintah dalam penyelenggaraan SLTP dan SLTA untuk mencapai
wajar dikdas 12 tahun pada Tahun 2018. Pendidikan anak usia dini (TK/RA/PAUD)
sbesar 99,02% dilaksanakan oleh swasta, hal ini perlu perhatian pihak pemerintah
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 17
mengingat pendidikan usia dini merupakan awal pertumbuhan dan perkembangan
anak (golden age) (Tabel 2.6).
Tabel 2.6 Jumlah Sekolah dan Siswa Negeri/Swasta Se-Jawa Barat
Tahun Pelajaran 2011/2012
Jenjang Uraian Sekolah
Total Terbanyak
di Negeri % Swasta %
TK/RA/PAUD
Lembaga 180 0,98% 18.160 99,02% 18.340 Kabupaten
Bogor
Siswa 10.584 0,60% 1.753.193 99,40% 1.763.777 Kabupaten
Bandung
SD/MI
Lembaga 19.524 80,73% 4.660 19,27% 24.184 Kabupaten
Bogor
Siswa 4.585.271 86,31% 727.483 13,69% 5.312.754 Kabupaten
Bogor
SMP/MTS
Lembaga 1.795 31,45% 3.913 68,55% 5.708 Kabupaten
Garut
Siswa 1.092.886 56,73% 833.636 43,27% 1.926.522 Kabupaten
Bogor
SMA/MA/SMK
Lembaga 758 20,07% 3.018 79,93% 3.776 Kabupaten
Bogor
Siswa 519.533 35,11 % 960.044 64,89 % 1.479.577 Kabupaten
Garut
Total Lembaga 22.257 42,80% 29.751 57,20% 52.008
Siswa 5.689.260 57,10% 4.274.356 42,90% 9.963.616
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Pada bidang pendidikan angka partipasi sekolah SD dan SMP terus
meningkat. Pada bidang kesehatan jumlah rumah sakit dan dokter belum memadai.
Pada bidang pekerjaan umum kondisi infrastruktur mengalami peningkatan. Pada
bidang Perumahan rasio elektrifikasi terus meningkat. Pada bidang Koperasi dan
usaha kecil menengah kontribusi penyerapan tenaga kerja terus meningkat. Pada
bidang sosial jumlah PMKS cenderung meningkat, sebagaimana tabel dibawah ini.
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 18
Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, 2012
Gambar 2.10
Perkembangan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Tahun 2012
Tabel 2.7 Indikator Aspek Pelayanan Umum Tahun 2008 -2011
No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 2012Pendidikan
1 Angka Partisipasi Sekolah Murni (APS) SD Sederajat
94,17 98,24 98,22 98,29 96,88 96,97
2 Angka Partisipasi Sekolah Murni (APS) SMP Sederajat
67,27 68,16 70,63 71,36 72,04 74,12
3 Rasio Anak Terhadap Jumlah Sekolah (Jenjang SD dan SMP)
n/a 344,53 330,36 342 n/a n/a
4 Rasio Anak Terhadap Jumlah Guru (Jenjang SD dan SMP)
n/a 27,81 26,67 77,53 n/a n/a
Kesehatan 1 Rasio Rumah Sakit terhadap
Penduduk (Satuan : per 100.000 penduduk)
n/a 0,47 0,50 0,57 0,47 n/a
2 Rasio Dokter umum terhadap Penduduk(Satuan : per 100.000 penduduk)
n/a 3,72 4,04 4,19 3,72 n/a
Pekerjaan Umum 1 Rasio Irigasi kondisi baik
terhadap seluruh irigasi n/a 58,69% 60,76% 61,72% 63,67% 64,52%
2 Kemantapan Jalan 87,31% 88,16% 89,5% 92,08% 95,03% 97,05% 3 Cakupan pelayanan Air
Limbah 50%
51% 51% 52% 63,21% 63,21%
4 Cakupan pelayanan 52% 53% 54% 56% 61,8% 63,53%
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 19
No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 2012persampahan
5 Cakupan Pelayanan air bersih perkotaan
28% 29% 30% 35,05% 49,66% 51,76%
Perumahan 1 Rasio Jumlah keluarga
Berumah tidak Layak Huni Terhadap seluruh jumlah Keluarga
n/a 1,12 % 2,41 % n/a n/a n/a
2 Ratio elektrifikasi rumah tangga
60,41% 62,71% 65,21% 69,89% 71,71% 73,55%
3 Ratio elektrifikasi pedesaan 99,59% 99,8% 100% 100% 100% 100% Koperasi dan usaha kecil menengah1 Kontribusi Penyerapan tenaga
kerja Terhadap Jumlah Angkatan Kerja
n/a 65,72% 71,35% 73,92% n/a n/a
Ketahanan pangan
1 Rasio Jumlah Penduduk Terhadap Produksi Padi(orang/ton/Tahun)
n/a 0,24 0,27 0,27 0,25 n/a
Perhubungan 1 Jumlah Angkutan Umum (Bus
Besar, Sedang, Kecil, MPU) 49.445
Unit 49.445
Unit 49.445
Unit 49.445
Unit 49.445
Unit 38.135
Unit Sosial 1 Jumlah PMKS
n/a 250.255
jiwa 211.560
jiwa 309.388
jiwa n/a n/a
2 Jumlah Panti Sosial n/a
725 buah
725 buah
859 buah
n/a n/a
Sumber: Pusat Data Dan Informasi Bappeda Provinsi Jawa Barat, BPS, dan LKPJ Tahun 2011 Diolah
2.4. Aspek Daya Saing Daerah
Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam
mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan
tetap terbuka pada persaingan dengan provinsi dan kabupaten/kota lainnya yang
berdekatan, nasional atau internasional. Daya saing Provinsi Jawa Barat kuat
dengan menempati peringkat ke 6 (enam) dari 33 (tigapuluh tiga) Provinsi (Gambar
2.10).
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 20
Sumber: Badan Pusat Statistik Republik Indonesia Tahun 2010
Gambar 2.11 Daya Saing Provinsi seluruh Indonesia
2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
a. Pendapatan Regional
Pendapatan Dometstik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Barat atas dasar
harga konstan pada Tahun 2012 sebesar Rp 364,41 trilyun atau meningkat sebesar
Rp 21,3 trilyun dibanding Tahun 2011 (Pusdalisbang Provinsi Jawa Barat, 2013).
Sektor industri pengolahan merupakan sektor dengan kontribusi tertinggi terhadap
PDRB Provinsi Jawa Barat selama periode 2008-2012, namun kontribusinya
cenderung mengalami penurunan. Pada Tahun 2012, kontribusi sektor industri
pengolahan sebesar 41,07% (berdasarkan harga konstan) dan 35,79% (berdasarkan
harga berlaku) sedangkan pada Tahun 2008 kontribusinya sebesar 45,93%
(berdasarkan harga konstan) dan 43,70% (berdasarkan harga berlaku).
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 21
Sementara itu, sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor
dengan kontribusi kedua tertinggi terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat dan
kontribusinya cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2012, kontribusi
sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 23,19% (berdasarkan harga
konstan) dan 23,90% (berdasarkan harga berlaku) sedangkan pada Tahun 2008
kontribusinya sebesar 19,55% (berdasarkan harga konstan) dan 20,51%
(berdasarkan harga berlaku).
b. Nilai tukar petani
Nilai Tukar Petani (NTP) mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan
tukar petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam memproduksi. NTP dapat
dipakai sebagai salah satu indikator dalam menilai tingkat kesejahteraan petani.
Tabel 2.8 menunjukan NTP Jawa Barat dari tahun 2008 hingga tahun 20012
cenderung meningkat
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 22
Tabel 2.8 Perkembangan Rata-rata Indeks Harga diterima, Indeks Harga dibayar, dan
Nilai Tukar Petani Jawa Barat tahun 2008-2012
Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
Indeks Harga diterima Petani 108,97 119,17 129,77 144,18 156,01
Indeks Harga dibayar Petani 112,72 122,58 130,67 137,42 143,20
Nilai Tukar Petani 96,14 97,21 99,29 104,90 108,93
Sumber: BPS Jawa Barat, Statistik Nilai Tukar Petani Jawa Barat Tahun 2008-2013
2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
Fokus fasilitas wilayah/infrastruktur meliputi infrastruktur transportasi, sumber daya
air dan irigasi, permukiman, dan ketenagalistrikan. Jawa Barat memiliki jaringan jalan yang
terbagi ke dalam: (1) Jalan nasional sepanjang 1.351,13 Km; (2) jalan provinsi sepanjang
2.191,29 Km; dan (3) jalan kabupaten/kota sepanjang 32.438,66 Km. Di samping itu terdapat
ruas-ruas jalan yang belum memiliki status yaitu di jalur selatan Jawa Barat sepanjang
210,93 Km mulai dari Tegalbuleud sampai Kalapagenep.
Untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur jalan sebagai sarana pendukung
pengembangan wilayah telah dilakukan upaya-upaya: (1) membuka keterisolasian Jawa
Barat bagian Selatan melalui pembangunan dan peningkatan infrastruktur jalan pada ruas
Bandung-Pangalengan-Cukul-Cisewu-Rancabuaya sepanjang 31,35 km, ruas jalan cikajang-
pameungpeuk sepanjang 24,9 km; (2) mengatasi kemacetan melalui pembangunan jalan
baru dan pelebaran jalan provinsi pada ruas-ruas strategis yaitu: lingkar Sukabumi
sepanjang 6,9 km, Lingkar Nagreg, Lingkar Gentong dan pembangunan Tol Dalam Kota
Bandung (BIUTR), Tol Seroja Tol Cisumdawu dan Tol Cikapali.
Mobilitas pergerakan angkutan penumpang dan barang telah didukung oleh: (1)
jaringan jalan kereta api sepanjang 1.135,442 km yang terdiri dari jaringan lintas raya
sepanjang 931,666 km dan jaringan lintas cabang 203,775 km, namun jaringan lintas cabang
sebagian besar sudah tidak aktif lagi bahkan diantaranya sudah tidak tersambung; (2)
prasarana transportasi laut, meliputi 6 (enam) pelabuhan pengumpan regional, 1 (satu)
pelabuhan pengumpul, dan 4 (empat) pelabuhan pengumpan lokal; (3) prasarana
transportasi udara, meliputi Bandara Husein Sastranegara di Kota Bandung, Bandara
Nusawiru di Kabupaten Pangandaran dan Bandara Penggung/Cakrabuana di Kota Cirebon.
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 23
Untuk memperluas cakupan layanan transportasi sedang dilakukan upaya reaktifasi
dan pembangunan jalur kereta api serta inisiasi pembangunan monorail di Metropolitan
Bandung Raya, pembangunan pelabuhan laut internasional Cilamaya di Kabupaten
Karawang dan optimalisasi pelabuhan laut Cirebon, pembangunan Bandar Udara
Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Kabupaten Majalengka, dan pengembangan
Bandara Nusawiru di Kabupaten Pangandaran.
Pada sektor infrastruktur sumber daya air dan irigasi terdapat kurang lebih 973.976
Ha sawah di Jawa Barat yang telah terlayani oleh infrastruktur irigasi mulai dari irigasi teknis
sampai dengan irigasi sederhana . Dari total areal sawah tersebut, hanya terdapat ± 87.656
Ha (8,99%) tersebar di 91 Daerah Irigasi (DI) yang merupakan kewenangan Provinsi.
Infrastruktur sumber daya air lainnya adalah 58 waduk, 913 situ, 23 embung yang tersebar di
6 Wilayah Sungai di Jawa Barat. Untuk mendukung peningkatan kondisi jaringan irigasi telah
dilakukan pembangunan Bendung Waru di Kabupaten Karawang dan Pembangunan
Bendung Suplesi Leuwikadu di Kabupaten Sukabumi, serta rehabilitasi jaringan irigasi
lainnya. Selain itu, pembangunan Waduk Jatigede sebagai sumber air baku untuk DI
Rentang seluas 90.000 Ha, untuk air bersih Pantura 3.500 L/dtk, dan pengendalian banjir
Pantura seluas 14.000 Ha yang saat ini berada pada fase akhir pembangunan fisik.
Pada sektor permukiman dan perumahan, telah terlayani dengan: (1) infrastruktur air
minum perpipaan melalui pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Pantura,
SPAM Regional di Metropolitan Bandung, SPAM di Ibu Kota Kecamatan (SPAM IKK) untuk
meningkatkan cakupan layanan air minum; (2) infrastruktur pengelolaan limbah melalui
instalasi pengelolaan air limbah skala kota di Metropolitan Bandung Raya dan Cirebon Raya,
skala komunal di beberapa kota, rehabilitasi dan optimalisasi Instalasi Pengolahan Limbah
Terpadu (IPLT) di Kabupaten Subang dan Kota Depok serta pembangunan Sanitasi
Berbasis Masyarakat (SANIMAS) di beberapa kabupaten/kota; (3) infrastruktur
persampahan regional perkotaan melalui pengelolaan TPPAS Regional Sarimukti dan
persiapan pembangunan Tempat Pemrosesan dan Pengolahan Akhir Sampah (TPPAS)
Regional Legok Nangka di Kabupaten Bandung yang melayani Metropolitan Bandung Raya
dan TPPAS Regional Nambo di Kabupaten Bogor yang melayani Metropolitan Bodebek -
Karpur.
Pada sektor energi dan sumber daya mineral, pengembangan energi
ketenagalistrikan dilakukan melalui upaya peningkatan rasio elektrifikasi Jawa Barat. Pada
tahun 2010 desa-desa yang belum terjangkau oleh jaringan listrik sudah dijangkau oleh
jaringan listrik PLN (rasio elektrifikasi desa 100%). Selain itu, untuk mendukung peningkatan
elektrifikasi rumah tangga terus dikembangkan pemanfaatan energi baru terbarukan
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 24
terutama potensi energi panas bumi, mikrohidro, biofuel, energi angin dan gelombang
(dalam skala terbatas).
1.4.1. Fokus Iklim Berinvestasi
Penanaman Modal yang diukur dari nilai Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) atas dasar harga berlaku selama periode tahun 2008-2012 terjadi
peningkatan rata-rata 13,36% per tahun, yaitu dari Rp 106,11 trilyun pada tahun
2008 menjadi Rp 175,20 trilyun pada Tahun 2012. Namun demikian kontribusi PMTB
perlu ditingkatkan dengan mendorong investasi yang dapat menyerap tenaga kerja
serta menggunakan sumber daya lokal.
Tabel 2.9 Distribusi PMTB terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008-2012
No Komponen Penggunaan
2008 2009 2010 2011 2012
1. Konsumsi Rumah Tangga
61,85 61,99 60,31 59,28 58,64*)
2. Konsumsi Lembaga Nirlaba
0,46 0,73 0,44 0,41
2. Konsumsi Pemerintah 7,34 8,43 8,62 8,89 8,783. Pembentukan Modal
Tetap Bruto 16,75 16,87 17,71 18,16 18,50
4. Perubahan Inventori 7,70 5,02 5,45 7,26 5,125. Ekspor Barang dan Jasa 40,71 35,55 35,79 35,40 35,946. Dikurangi: Impor Barang
dan Jasa 34,81 28,60 28,33 29,40 28,62
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2013. Keterangan: *)termasuk konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga
Realisasi investasi berdasarkan Izin Usaha Tetap (IUT) yang diterbitkan pada
tahun 2011 mengalami peningkatan, baik melalui penanaman modal asing (PMA)
maupun melalui penanaman modal dalam negeri (PMDN). Persebaran investasi
relatif tidak merata antar daerah di Jawa Barat. Pada tahun 2011, jumlah proyek
meningkat sebesar 4,92 % atau menjadi 767 kegiatan tahun 2011 dari 731 kegiatan
pada tahun 2010. Nilai investasi meningkat sebesar 4,61% atau dari 46,6 triliun
pada tahun 2010 menjadi 48,7 triliun pada tahun 2011. Jumlah tenaga kerja
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 25
mengalami peningkatan sebesar 81,78 %, dari 218.239 orang pada tahun 2010
menjadi 398.710 orang tahun 2011.
Tujuan investor untuk wilayah Jawa Barat sebagian besar adalah di daerah
Kabupaten Bekasi, Kota Bandung dan Kabupaten Cirebon dengan investasi masing-
masing sebesar 13,2 trilyun, 9,5 trilyun dan 7 trilyun rupiah. Berdasarkan penyerapan
tenaga kerjanya, investasi yang menyerap tenaga kerja terbanyak adalah di
Kabupaten Bekasi sebanyak 87.029 orang, Kota Bandung 64,177 orang, dan Kota
Depok 58.811 orang. Berdasarkan jenis sektornya, pada tahun 2011 untuk PMDN
tiga sektor utama yang menjadi tujuan investasi adalah sektor perumahan, kawasan
industri, dan perkantoran sebesar 2,1 trilyun atau 29,4%, sektor industri lainnya
sebesar 1,6 trilyun atau 21,93 %, dan sektor industri karet dan plastik sebesar 0,8
trilyun rupiah atau 10,97%. Sementara itu, tiga sektor utama PMA yang diminati
investor adalah sektor Industri Logam, Mesin & Elektronika dengan nilai sebesar 10,3
trilyun atau 24,97 %,, Sektor Listrik, Gas, & Air sebesar 7,1 trilyun atau 17,28 %,, dan
sektor Perdagangan & Reparasi sebesar 6,4 trilyun rupiah atau 15,59 %,.
1.4.2. Fokus Sumber Daya manusia
Angkatan kerja Provinsi Jawa Barat selama periode 2008-2012 meningkat
rata-rata sebesar 1,82% per tahun. Jumlah angkatan kerja pada Tahun 2008
sebesar 18.743.979 orang atau 44,42% penduduk Jawa Barat dan pada Tahun 2012
mencapai 20.150.094 orang atau 45,23% penduduk Jawa Barat (Pusdalisbang
Provinsi Jawa Barat, 2013). Dalam kurun waktu tersebut, penduduk Jawa Barat
paling banyak bekerja di sektor perdagangan yaitu sebesar 2.370.356 orang pada
Tahun 2008 dan meningkat hampir dua kali lipat menjadi 4.595.508 orang pada
Tahun 2012. Sektor pertanian dan industri merupakan sektor kedua dan ketiga
terbesar tempat bekerja penduduk Jawa Barat selama periode tersebut (BPS
Provinsi Jawa Barat, 2009-2013).
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II ‐ 26
Tabel 2.10 Penduduk Usia 15 Tahun Keatas, Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2008-2012
Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012
Pertanian 3.792.677 3.758.892 3.964.243 3.675.713 3.966.550
Industri 695,261 710.007 3.389.287 3.571.915 3.863.392
Perdagangan 2.370.356 2.617.049 4.206.889 4.554.503 4.595.508
Jasa-jasa 543,313 547.835 2.657.172 2.699.014 2.818.642
Lainnya 1.766.475 1.768.341 2.724.853 2.953.636 3.077.016
JUMLAH 9.168.082 9.402.124 16.942.444 17.454.781 18.321.108
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat 2009-2013
Pengangguran terbuka pada Tahun 2012 mencapai 1.828.986 orang atau
menurun 19,20% dari jumlah pengangguran terbuka pada Tahun 2008.
Pengangguran terbuka didominasi oleh lulusan SLTP ke bawah (62,17% dari
penganggur terbuka Jawa Barat pada Tahun 2012), dan penduduk usia muda
(Pusdalisbang Provinsi Jawa Barat, 2013).