29-Fluid Management & Transfusion2
-
Upload
rahman-al-kahfi-ardiansyah -
Category
Documents
-
view
230 -
download
0
description
Transcript of 29-Fluid Management & Transfusion2
TERAPI CAIRAN DAN TRANSFUSIKONSEP UTAMA
1. Walaupun waktu-paruh cairan kristaloid didalam intravascular adalah
20-30 menit, kebanyakan cairan koloid mempunyai waktu paruh
antara 3-6 jam.
2. Pasien dengan hematocrit normal bisanya ditransfusi hanya setelah
kehilangan darah lebih dari 10-20% dari volume darahnya. Ini
berdasarkan kondisi medis pasien dan prosedur pembedahan.
3. Reaksi transfusi yang paling berat yaitu yang berhubungan dengan
inkompatibilitas ABO, antibody yang didapat secara alami dapat
bereaksi melawan antigen dalam transfusi (asing), mengaktifkan
komplemen,dan mengakibatkan hemolysis intravascular.
4. Pada pasien yang dianestesi, manifestasi dari reaksi hemolytic akut
adalah kenaikan temperatur, tachycardia yang tak dapat
dijelaskan,hypotensi, hemoglobinuria dan oozing difus dari lapangan
operasi
5. Transfusi leukocit termasuk produk darah dapat menjadi
immunosuppressive.
6. Pasien immunosupresi dan Immunocompromised (misalnya,bayi
premature dan penerima transplantasi organ ) terutama peka terhadap
infeksi cytomegalovirus (CMV) yang berat melalui/sampai transfusi.
Seperti pasien yang hanya menerima CMV-NEGATIVE unit.
7. Penyebab tersering pendarahan dari transfusi darah yang massif adalah
dilutional thrombocytopenia.
8. Secara klinis hypocalcemia, menyebabkan depresi jantung, tidak
terjadi pada pasien normal kecuali jika transfusi melebihi 1 U tiap 5
menit
9. Ketidakseimbangan asam basa yang paling sering setelah transfusi
darah masif adalah alkalosis metabolic post operative
Semua pasien kecuali mereka yang mengalami prosedur pembedahan minor
sebaiknya dipasang infus dan terapi cairan intravena.. Beberapa pasien dapat
1
memerlukan transfusi darah atau komponen darah. Pemeliharaan volume
intravascular normal adalah sangat penting pada perioperative. Anesthesiologis
harus bisa menilai volume cairan intravascular dengan akurat dan menggantikan
deficit cairan dan elektrolit ,.Kesalahan di dalam penggantian cairan atau transfusi
dapat mengakibatkan kematian.
►PENILAIAN VOLUME CAIRAN INTRAVASSCULAR
Penilaian dan evaluasi klinis volume intravascular biasanya dapat
dipercaya, sebab pengukuran volume cairan kompartemen belum ada. Volume
cairan intravascular dapat ditaksir dengan menggunakan pemeriksaan fisik atau
laboratorium atau dengan bantuan monitoring hemodynamic yang canggih.
Dengan mengabaikan metoda yang ada, evaluasi serial diperlukan untuk
mengkonfirmasikan kesan awal dan panduan terapi cairan. Lebih dari itu, perlu
melengkapi satu sama lain, sebab semua parameter tidak langsung, pengukuran
volume nonspecific; kepercayaan pada tiap parameter mungkin salah dan oleh
karena itu penuh resiko.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik preoperative adalah yang paling dapat
dipercaya .Tanda- tanda hypovolemia ( Tabel 29-1) meliputi turgor kulit, hidrasi
selaput lendir, denyut nadi yang kuat, denyut jantung dan tekanan darah dan
orthostatic berubah dari yang terlentang ke duduk atau posisi berdiri, dan
mengukur pengeluaran urin. Banyak obat yang pakai selama pembiusan, seperti
halnya efek fisiologis dari stress pembedahan, mengubah tanda-tanda ini dan
memandang tak dapat dipercaya periode sesudah operasi. Selama operasi, denyut
nadi yang kuat (radial atau dorsalis pedis), pengeluaran urin, dan tanda tidak
langsung, seperti respon tekanan darah ke tekanan ventilasi yang positive dan
vasodilatasi atau efek inotropic negative dari anestesi, adalah yang paling sering
digunakan.
2
Pitting edema-presacral pada pasien yang tidur atau pada pretibial pada
pasien yang dapat berjalan- peningkatan pengeluaran urin adalah tanda
hypervolemia pada pasien dengan dengan jantung, hepar, dan fungsi ginjal yang
normal. Gejala lanjut dari hypervolemia yaitu tachycardia, pulmonary crackles,
wheezing, cyanosis, dan frothy pulmonary secretion.
Table29-1. Tanda-tanda kehilangan cairan (hypovolemia).
Tanda-tanda 5% 10% 15%
Membran mukosa kering sangat kering Parched
Sensorium Normal Lethargic Obtunded
Perubahan ortostatik ada Marked
In heart rate >15x/m↑
In blood pressure >10mmHgl↓
Produksi Urin sedikit berkurang kurang sangat kurang
Nadi Normal/meningkat meningkat>100x/m meningkat>120 x/m
Tekanan darah Normal sedikit menurun menurun
* bpm, beats per minute
EVALUASI LABORATORIUM
Beberapa pengukuran laboratorium digunakan untuk menilai volume
intravascular dan ketercukupan perfusi.jaringan Pengukuran ini meliputi serial
hematocrits, seperti pH darah arteri, berat jenis atau osmolalitas urin, konsentrasi
klorida atau natrium dalam urin, Natrium dalam darah, dan creatinin serum, ratio
blood urea nitrogen (perbandingan BUN). Ini hanya pengukuran volume
intravascular secara tidak langsung dan sering tidak bisa dipercaya selama
operasi sebab dipengaruhi oleh beberapa variabel dan hasilnya sering terlambat.
Tanda-tanda laboratorium dari dehidrasi yaitu peningkatan hematocrit progresif
acidosis metabolic yang progresif, berat jenis urin >1.010, Natrium dalam urin
<10 mEq/L, osmolalitas >450 mOsm/kg, hypernatremia, dan ratio BUN- -
3
kreatinin >10:1. Tanda-tanda pada foto roentgen adalah meningkatnya
vaskularisasi paru dan interstitiel yang ditandai dengan ( Kerly " B") atau
infiltrasi difus pada alveolar adalah tanda-tanda dari overload cairan
PENGUKURAN HEMODYNAMIC
Monitoring hemodynamik telah dibahas dalam Bab 6. Monitoring CVP
diindikasikan pada pasien dengan jantung dan fungsi paru yang normal jika status
volume sukar untuk dinilai dengan alat lain atau jika diharapkan adanya
perubahan yang cepat. Pembacaan CVP harus diinterpretasikan nilai yang
rendah(< 5 mm Hg) mungkin normal kecuali jika ada tanda-tanda hypovolemia.
Lebih dari itu, respon dari bolus cairan ( 250 mL) yang ditandai dengan: sedikit
peningkatan ( 1-2 mm Hg) merupakan indikasi penambahan cairan, sedangkan
suatu peningkatan yang besar (> 5 mm Hg) kebutuhan cairan cukup dan evaluasi
kembali status volume cairan.. CVP yang terbaca >12 mmHg dipertimbangkan.
hypervolemia dalam disfungsi ventricular kanan, meningkatnya tekanan
intrathorakal, atau penyakit pericardial restriktif.
Monitoring tekanan arteri Pulmonary dimungkinkan jika CVP tidak
berkorelasi dengan gejala klinis atau jika pasien mempunyai kelainan primer atau
sekunder dari fungsi ventrikel kanan, kelainan fungsi tubuh; yang juga
berhubungan dengan paru-paru atau penyakit pada ventrikel kiri. Pulmonary
Artery Occlusion Pressure (PAOP) <8 mmHg menunjukkan adanya
hypovolemia ,dikonfirmasi dengan gejala klinis; bagaimanapun, nilai <15 Mm Hg
berhubungan dengan pasien yang hipovolemia relative dengan compliance
ventrikel lemah. Pengukuran PAOP >18 mmHg dan biasanya menandakan beban
volume ventrikel kiri yang berlebih. Adanya penyakit katup Mitral (stenosis),
stenosis aorta yang berat, atau myxoma atrium kiri atau thrombus mengubah
hubungan yang normal antara PAOP dan volume diastolic akhir ventrikel kiri
( lihat Bab 6, 19, 20, dan 21). Peningkatan tekanan pada thorak dan tekanan pada
jalan nafas paru terlihat adanya kesalahan; sebagai konsekwensi, semua
pengukuran tekanan selalu diperoleh pada waktu akhir expirasi .
4
Teknik terbaru mengukur volume ventrikel dengan transesophageal
echocardiography atau oleh radioisotop dan lebih akurat tetapi belum banyak
tersedia.
► CAIRAN INTRAVENA
Terapi cairan intravena terdiri dari cairan kristaloid, koloid, atau suatu
kombinasi kedua-duanya. Solusi cairan kristaloid adalah larutan mengandung ion
dengan berat molekul rendah (garam) dengan atau tanpa glukosa, sedangkan
cairan koloid berisi ion dengan berat molekul tinggi seperti protein atau glukosa.
Cairan koloid menjaga tekanan oncotic koloid plasma ( lihat Bab 28) dan
sebagian besar ada di intravascular, sedangkan cairan kristaloid dengan cepat
didistribusikan keseluruh ruang cairan extracellular.
Ada kontroversi mengenai penggunaan cairan koloid dan kristaloid untuk
pasien dg pembedahan. Para ahli mengatakan bahwa koloid dapat menjaga
plasma tekanan oncotic plasma, koloid lebih efektif dalam mengembalikan
volume intravascular dan curah jantung.Ahli yang lain mengatakan bahwa
pemberian cairan kristaloid efektif bila diberikan dalam jumlah yang cukup.
Pendapat yang mengatakan bahwa koloid dapat menimbulkan edema pulmoner
pada pasien dengan peningkatan permeabilitas kapiler paru adalah tak benar,
sebab tekanan onkotik interstitial paru-paru sama dengan plasma ( lihat Bab 22).
Beberapa pernyataan dibawah ini yang mendukung :
1. Kristaloid, jika diberikan dalam jumlah cukup sama efektifnya
dengan koloid dalam mengembalikan volume intravascular.
2. Mengembalikan deficit volume intravascular dengan kristaloid
biasanya memerlukan 3-4 kali dari jumlah cairan jika
menggunakan koloid.
3. Kebanyakan pasien yang mengalami pembedahan mengalami
deficit cairan extracellular melebihi deficit cairan intravascular..
4. Defisit cairan intravascular yang berat dapat dikoreksi dengan
cepat dengan menggunakan cairan koloid.
5
5. Pemberian cairan kristaloid dalam jumlah besar (> 4-5 L) dapat
menimbulkan edema jaringan.
Beberapa kasus membuktikan bahwa, adanya edema jaringan
mengganggu transport oksigen, memperlambat penyembuhan luka dan
memperlambat kembalinya fungsi pencernaan setelah pembedahan..
CAIRAN KRISTALOID
Cairan kristaloid merupakan cairan untuk resusitasi awal pada pasien
dengan syok hemoragik dan septic syok seperti pasien luka bakar, pasien dengan
trauma kepala untuk menjaga tekanan perfusi otak, dan pasien dengan
plasmaphersis dan reseksi hepar. Jika 3-4 L cairan kristaloid telah diberikan, dan
respon hemodinamik tidak adekuat, cairan koloid dapat diberikan.
Ada beberapa macam cairan kristaloid yang tersedia ( Tabel 29-2).
Pemilihan cairan tergantung dari derajat dan macam kehilangan cairan. Untuk
kehilangan cairan hanya air, penggantiannya dengan cairan hipotonik dan disebut
juga maintenance type solution. Jika hehilangan cairannya air dan elektrolit,
penggantiannya dengan cairan isotonic dan disebut juga replacement type
solution. Dalam cairan, glukosa berfungsi menjaga tonisitas dari cairan atau
menghindari ketosis dan hipoglikemia dengan cepat. Anak- anak cenderung akan
menjadi hypoglycemia(< 50 mg/dL) 4-8 jam puasa. Wanita mungkin lebih cepat
hypoglycemia jika puasa (> 24 h) disbanding pria.
Kebanyakan jenis kehilangan cairan intraoperative adalah isotonik, maka
yang biasa digunakan adalah replacement type solution, tersering adalah Ringer
Laktat. Walaupun sedikit hypotonic, kira-kira 100 mL air per 1 liter mengandung
Na serum 130 mEq/L, Ringer Laktat mempunyai komposisi yang mirip dengan
cairan extraselular dan paling sering dipakai sebagai larutan fisiologis. Laktat
yang ada didalam larutan ini dikonversi oleh hati sebagai bikarbonat. Jika larutan
salin diberikan dalam jumlah besar, dapat menyebabkan dilutional acidosis
hyperchloremic oleh karena Na dan Cl yang tinggi (154 mEq/L): konsentrasi
bikarbonat plasma menurun dan konsentrasi Clorida meningkat.
6
r
Larutan saline baik untuk alkalosis metabolic hipokloremik dan
mengencerkan Packed Red Cell untuk transfusi. Larutan D5W digunakan untuk
megganti deficit air dan sebagai cairan pemeliharaan pada pasien dengan restriksi
Natrium. Cairan hipertonis 3% digunakan pada terapi hiponatremia simptomatik
yang berat (lihat Bab 28). Cairan 3 – 7,5% disarankan dipakai untuk resusitasi
pada pasien dengan syok hipovolemik. Cairan ini diberikan lambat karena dapat
menyebabkan hemolisis.
CAIRAN KOLOID
Aktifitas osmotic dari molekul dengan berat jenis besar dari cairan
koloid untuk menjaga cairan ini ada di intravascular. Walaupun waktu paruh dari
cairan kristaloid dalam intravascular 20-30 menit, kebanyakan cairan koloid
mempunyai waktu paruh dalam intravascular 3-6 jam. Biasanya indikasi
pemakaian cairan koloid adalah :
1. Resusitasi cairan pada pasien dengan deficit cairan intravascular yang
berat ( misal : syok hemoragik ) sampai ada transfusi darah.
2. Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat atau keadaan dimana
Kehilangan protein dalam jumlah besar seperti luka bakar. Pada pasien
luka bakar, koloid diberikan jika luka bakar >30% dari luas permukaan
tubuh atau jika > 3-4 L larutan kristaloid telah diberikan lebih dari 18-
24 jam setelah trauma.
Beberapa klinisi menggunakan cairan koloid yang dikombinasi dengan kristaloid
bila dibutuhkan cairan pengganti lebih dari 3-4 L untuk transfuse. Harus dicatat
bahwa cairan ini adalah normal saline ( Cl 145 – 154 mEq/L ) dan dapat juga
menyebabkan asidosis metabolic hiperkloremik.
Banyak cairan koloid kini telah tersedia. Semuanya berasal dari protein plasma
atau polimer glukosa sintetik.
7
Koloid yang berasal dari darah termasuk albumin ( 5% dan 25 % ) dan fraksi
plasma protein ( 5% ). Keduanya dipanaskan 60 derajat selama 10 jam untuk
meminimalkan resiko dari hepatitis dan penyakit virus lain. Fraksi plasma protein
berisi alpha dan beta globulin yang ditambahkan pada albumin dan menghasilkan
reaksi hipotensi. Ini adalah reaksi alergi yang alami da melibatkan aktivasi dari
kalikrein.
Koloid sintetik termasuk Dextrose starches dan gelatin. Gelatin berhubungan
dengan histamine mediated- allergic reaction dan tidak tersedia di United
States.Dextran terdiri dari Dextran 70 ( Macrodex ) dan Dextran 40, yang dapat
meningkatkan aliran darah mikrosirkulasi dengan menurunkan viskositas darah.
Pada Dextran juga ada efek antiplatelet. Pemberian melebihi 20 ml/kg/hari dapat
menyebabkan masa perdarahan memanjang (Dextran 40) dan gagal ginjal.
Dextran dapat juga bersifat antigenic dan anafilaktoid ringan dan berat dan ada
reaksi anafilaksis. Dextan 1 ( Promit ) sama dengan Dextran 40 atau dextran 70
untuk mencegah reaksi anafilaxis berat.;bekerja seperti hapten dan mengikat
setiap antibody dextran di sirkulasi.
Hetastarch (hydroxyetil starch) tersedia dalam cairan 6 % dengan berat
molekul berkisar 450.000. Molekul-molekul yang kecil akan dieliminasi oleh
ginjal dan molekul besar dihancurkan pertama kali oleh amylase. Hetastarch
sangat efektif sebagai plasma expander dan lebih murah disbanding albumin..
Lebihjauh, Hetastarch bersifat nonantigenik dan reaksi anafilaxisnya jarang.
Studi masa koagulasi dan masa perdarahan umumnya tidak signifikan dengan
infus 0.5 – 1 L. Pasien transplantasi ginjal yang mendapat hetastarch masih
controversial. Kontroversi ini dihubungkan juga dengan penggunaan hetastarch
pada pasien yang menjalani bypass kardiopulmoner. Pentastarch, cairan starch
dengan berat molekul rendah, sedikit efek tambahannya dan dapat menggantikan
hetastarch.
8
TERAPI CAIRAN PERIOPERATIF
Terapi cairan perioperatif termasuk penggantian deficit cairan, kehilangan cairan
normal dan kehilangan cairan lewat luka operasi termasuk kehilangan darah.
KEBUTUHAN PEMELIHARAAN NORMAL
Pada waktu intake oral tidak ada, deficit cairan dan elektrolit dapat terjadi dengan
cepat karena adanya pembentukan urin yang terus berlangsung,sekresi
gastrointestinal, keringat dan insensible losses dari kulit dan paru. Kebutuhan
pemeliharaan normal dapat diestimasi dari table 29-3
Tabel 29-3. Estimasi kebutuhan cairan pemeliharaan
Berat kebutuhan
10 kg pertama 4 ml/kg/jam
10-20 kg kedua 2 ml/kg/jam
Masing-masing kg > 20 kg 1 ml/kg/jam
Contoh: berapa kebutuhan cairan pemeliharaan untuk anak 25 kg? Jawab: 40+20+5=65 ml/jam
PREEXISTING DEFICIT
Pasien yang akan dioperasi setelah semalam puasa tanpa intake cairan akan
menyebabkan defisit cairan sebanding dengan lamanya puasa. Defisit ini dapat
diperkirakan dengan mengalikan normal maintenance dengan lamanya puasa.
Untuk 70 kg, puasa 8 jam, perhitingannya (40+20+50)ml/jam x 8 jam atau 880
ml. ( Pada kenyataannya, defisit ini dapat kurang sebagai hasil dari konservasi
ginjal)
Kehilangan cairan abnormal sering dihubungkan dengan defisit
preoperative. Perdarahan preoperative, muntah , diuresis dan diare sering
dihubungkan.
9
mengarahkan dan janga waktu prosedur yang berhub. dg pembedahan [itu].
Pembagian kembali fluids-often [yang] internal [disebut/dipanggil] " spacing"-can
ketiga menyebabkan pergeseran cairan raksasa(masive) dan intravascular
penghabisan menjengkelkan. Traumatized, dibuat marah/dikobarkan, atau kena
infeksi/menyebar jaringan/tisu ( [seperti/ketika] terjadi dengan membakar,
pembedahan berhub. dg pembedahan luka-luka/kerugian luas, atau radang selaput
perut) dapat menyita sejumlah [yang] besar mengalir dalam interstitial
[ruang;spasi] nya dan kaleng translocate mengalir ke seberang serosal permukaan
( ascites) atau ke dalam bowel satuan cahaya. Hasil adalah suatu peningkatan
wajib di (dalam) suatu nonfunctional komponen extracellular kompartemen,
[sebagai/ketika/sebab] cairan ini tidak siap berimbang dengan sisa dari
kompartemen [itu]. Pergeseran Cairan ini tidak bisa dicegah dengan restriksi
cairan dan kompartemen cairan intrasel dan extrasel fungsional. Disfungsi s
sebagai hasil dari hypoxia dapat menyebabkan peningkatan volume cairan
intracel, juga lebih jauh kompartemen extrasel yang fungsional. Pada akhirnya,
hilangnya cairan limfe mungkin terjadi selama diseksi retroperitoneal luas.
Penggantian cairan intraoperatif
Terapi cairan intraoperatif meliputi kebutuhan cairan dasar dan
penggantian deficit cairan preoperative seperti halnya kehilangan cairan
intraoperative ( darah, redistribusi dari cairan, dan penguapan). Pemilihan jenis
cairan intravena tergantung dari prosedur pembedahan dan perkiraan kehilangan
darah. Pada kasus kehilangan darah minimal dan adanya pergeseran cairan, maka
maintenance solution dapat digunakan. Untuk semua prosedur yang lain Ringer
Lactate biasa digunakan untuk pemeliharaan cairan. Idealnya, kehilangan darah
harus digantikan dengan cairan kristaloid atau koloid untuk memelihara volume
cairan intravascular ( normovolemia) sampai bahaya anemia berberat lebih
(dibanding) resiko transfusi. Pada kehilangan darah dapat diganti dengan
10
transfuse sel darah merah. Transfusi dapat diberikan pada Hb 7-8 g/dL
(hematocrit 21-24%).
Hb <7 g/dL cardiac output meningkat untuk menjaga agar transport
Oksigen tetap normal. Hb 10 g/dL biasanya pada pasien orang tua dan penyakit
yang berhubungan dengan jantung dan paru-paru. Batas lebih tinggi mungkin
digunakan jika diperkirakan ada kehilangan darah yang terus menerus. Dalam
prakteknya, banyak dokter memberi Ringer Laktat kira-kira 3-4 kali dari
banyaknya darah yang hilang, dan cairan koloid dengan perbandingan 1:1 sampai
dicapai Hb yang diharapkan.
Table 29-5. Average blood volumes.
AGE BLOOD VOLUMENEONATES PREMATURE 95 ML/KG FULL-TERM 85 ML/KGINFANTS 80 ML/KGADULTS MEN 75ML/KG WOMAN 65 ML/KG
Pada keadaan ini kehilangan darah dapat diganti dengan Packed red
blood cell.
Banyaknya transfusi dapat ditentukan dari hematocrit preoperatif dan
dengan perkiraan volume darah ( Tabel 29-5). Pasien dengan hematocrit normal
biasanya ditransfusi hanya setelah kehilangan darah >10-20% dari volume darah
mereka. Sebenarnya tergantung daripada kondisi pasien] dan prosedur dari
pembedahan . Perlu diketahui jumlah darah yang hilang untuk penurunan
hematocrit sampai 30%, dapat dihitung sebagai berikut:
Estimasi volume darah dari Tabel 29-5.
11
Estimasi volume sel darah merah ( RBCV) hematocrit preoperative
( RBCVpreop).
Estimasi RBCV pada hematocrit 30% ( RBCV30%), untuk menjaga
volume darah normal .
Memperkirakan volume sel darah merah yang hilang ketika . hematocrit
30%; RBCVlost= RBCVpreop-RBCV30%.
Perkiraan jumlah darah yang hilang = RBCV lost X 3
CONTOH
Seorang perempuan 85 kg mempunyai suatu hematocrit preoperatif 35%.
Berapa banyak jumah darah yang hilang untuk menurunkan hematocritnya sampai
30%?
Volume Darah yang diperkirakan= 65 mL/kg x 85 kg= 5525 ml.
RBCV35%= 5525 x 35%= 1934 mL.
RBCV30%= 5525 x 30%= 1658 mL
Kehilangan sel darah merah pada 30%= 1934- 1658= 276 mL.
Perkiraan jumlah darah yang hilang = 3 x 276 mL= 828 mL.
Oleh karena itu, transfusi harus dipertimbangkan hanya jika pasien
kehilangan darah melebihi 800 ml. Transfusi tidak direkomendasikan sampai
terjadi penurunan hematocrit hingga 24% ( hemoglobin< 8.0 g/dL), tetapi ini
diperlukan untuk menghitung banyaknya darah yang hilang,contoh pada penyakit
jantung dimana diberikan transfusi jika kehilangan darah 800 mL .
Table29-6. Redistribusi dan evaporasi kehilangn cairan saat pembedahan.
DERAJAT DARI TRAUMA JARINGAN PENAMBAHAN CAIRAN
MINIMAL (contoh hernioraphy) 0 – 2 ML/KG
SEDANG ( contoh cholecystectomy) 2 – 4 ML/KG
BERAT (contohreseksi usus) 4 – 8 ML/KG
12
Petunjuk lain yang biasa digunakan sebagai berikut: ( 1) satu unit sel darah
merah sel akan meningkatkan hemoglobin 1 g/dL dan hematocrit 2-3% (pada
orang dewasa); dan ( 2) 10mL/kg transfusi sel darah merah akan meningkatkan
hemoglobin 3g/dL dan hematocrit 10%.
Menggantikan hilangnya cairan redistribusi dan
evaporasi
Sebab kehilangan cairan ini dihubungkan dengan ukuran luka dan tingkat
manipulasi dan pembedahan, dapat digolongkan menurut derajat trauma jaringan.
Kehilangan cairan tambahan ini dapat digantikan menurut Tabel 29-6, berdasar
pada apakah trauma jaringan adalah minimal, moderat, atau berat. Ini hanyalah
petunjuk, dan kebutuhan yang sebenarnya bervariasi pada masing-masing pasien
► TRANSFUSI
GOLONGAN DARAH
Membran sel darah merah berisi sedikitnya 300 faktor penentu antigenic
berbeda. Sedikitnya 20 antigen golongan darah terpisah dapat dikenal; tanda dari
masing-masing adalah di bawah control genetic dari chromosom loci. Kebetulan,
hanya ABO dan Rh Sistem yang penting pada transfusi darah. Setiap orang
biasanya menghasilkan antibody ( alloantibodies). Antibodi bertanggung jawab
untuk reaksi-reaksi dari transfusi. Antibodi dapat menjadi “alami” atau sebagai
respon atas sensitisasi dari suatu kehamilan atau transfusi sebelumnya.
SISTEM ABO Kromosomal untuk sistem ABO ini menghasilkan dua alleles: A dan B. Masing-masing merepresentasikan suatu enzim yang merupakan modifikasi dari suatu permukaan sel glycoprotein, menghasilkan antigen yang berbeda. (Sebenarnya, ada berbagai varian A dan B.) Hampir semua individu tidak mempunyai A atau B " natural" yang menghasilkan antibody [ sebagian besar immu-noglobulin M ( IgM)] melawan antigens ( Tabel 29-7) di dalam tahun pertama kehidupan. Antigen H adalah precursor dari system ABO tetapi
13
diproduksi oleh suatu chromosom tempat berbeda. Tidak adanya antigen H( hh genotype, juga disebut Bombay pheno-type) mencegah munculny gen A atau B; individu dengan kondisi sangat jarang ini akan mempunyai anti-A, anti-B, dan anti-H antibodi.
Sistem Rh
Sistem Rh ditandai oleh dua gen yang menempati chromosome. Ada
sekitar 46 Rh-berhubungan dengan antigens, tetapi secara klinis, ada lima antigen
utama ( D, C, c, E, dan e) dan menyesuaikan dengan antibody .Biasanya, ada atau
tidak allele yang paling immunogenic dan umum, D antigen, dipertimbangkan.
Kira-Kira 80-85% tentang populasi orang kulit putih mempunyai antigen D.
Individu yang kekurangan allele ini disebut Rh-Negative dan biasanya antibodi
akan melawan antigen D hanya setelah terpapar oleh ( Rh-Positive) transfusi
sebelumnya atau kehamilan ( seorang Ibu Rh-Negative melahirkan bayi Rh-
Positive).
Sistem Lain
Sistem lain ini meliputi antigen Lewis, P, li, MNS, Kidd, Kell, Duffy,
Lutheran, Xg, Sid, Cartright, YK, dan Chido Rodgers antigens. Kebetulan,
dengan beberapa perkecualian ( Kell, Kidd, Duffy, Dan), alloantibodi melawan
sistem ini jarang menyebabkan reaksi hemolytic serius.
TES KOMPATIBILITAS
Tujuan tes ini adalah untuk memprediksi dan untuk mencegah reaksi
antigen-antibody sebagai hasil transfusi sel darah merah. Donor dan penerima
donor darah harus di periksa adanya antibody yang tidak baik.
14
Table29-7. Golongan darah ABO
TIPE Adanya antibodi dalam serum Insidensi* A anti– B 45% B anti – A 8% AB - 4% O anti A, anti–B 43%* angka rata-rata pada orang di Eropa
TES ABO-RH
Reaksi Transfusi yang paling berat adalah yang berhubungan dengan
inkompatibilitas ABO; antibody yang didapat secara alami dapat bereaksi
melawan antigen dari transfusi (asing), mengaktifkan komplemen, dan
mengakibatkan hemolisis intravascular. Sel darah merah pasien diuji dengan
serum yang dikenal mempunyai antibody melawan A dan B untuk menentukan
jenis darah. Oleh karena prevalensi secara umum antibodi ABO alami, konfirmasi
jenis darah kemudian dibuat dengan menguji serum pasien melawan sel darah
merah dengan antigen yang dikenal.
Sel darah merah pasien juga diuji dengan antibody anti-D untuk
menentukan Rh. Jika hasilnya adalah Rh-Negative, adanya antibodi anti-D d
dapat diuji dengan mencampur serum pasien dengan sel darah merah Rh
(+).Kemungkinan berkembangnya antibodi anti-D setelah paparan pertama pada
antigen Rh adalah 50-70%.
Crossmatching
Suatu crossmatch transfusi: sel donor dicampur dengan serum penerima.
Crossmatch mempunyai tiga fungsi: ( 1) Konfirmasi jenis ABO dan Rh ( kurang
dari 5 menit), ( 2) mendeteksi antibodi pada golongan darah lain , dan ( 3)
mendeteksi antibody dengan titer rendah atau tidak terjadi aglutinasi mudah.
Yang dua terakhir memerlukan sedikitnya 45 menit.
Screening Antibodi
15
Tujuan test ini adalah untuk mendeteksi dalam serum adanya antibodi
yang biasanya dihubungkan dengan reaksi hemolitik non-ABO. Test ini ( dikenal
juga Coombs Tes tidak langsung) memerlukan 45 menit dan dengan mencampur
serum pasien dengan sel darah merah dari antigen yang dikenal; jika ada antibodi
spesifik, membran sel darah merah dilapisi, dan penambahan dari suatu antibodi
antiglobulin menghasilkan aglutinasi sel daraah. Screening ini rutin dilakukan
pada seluruh donor darah dan dilakukan untuk penerima donor sebagai ganti dari
crossmatch .
Type & Crossmatch versus Type & Screen
Timbulnya suatu reaksi hemolytic yang serius setelah transfusi dari
ABO- dan Rh-Compatible Transfusi dengan screening negatif tetapi tanpa
crossmatch kurang dari 1%. Crossmatching, bagaimanapun, meyakinkan
pentingnya kemanan yang optimal dan mendeteksi adanya antibody yang lain
yang muncul dalam screening. Crossmatch kini dilakukan hanya untuk prosedur
operasi elektif dg kemungkinan transfusi darah. Oleh karena waktunya sekitar 45
menit jika sebelumnya prosedur dua type dan screen telah didokumentasikan,
pada beberapa Center telah memulai crossmatch secara komputer.
Pemesanan darah untuk operasi
Kebanyakan rumah sakit menyusun daftar operasi yang akan dilakukan
dan yang maksimum jumlah unit yang dapat dicrossmatch preoperati. Seperti
pada praktek mencegah berlebihan Crossmatching darah. Daftar pada umumnya
didasarkan pada masing-masing pengalaman institusi. Suatu crossmatch-to-
transfusion perbandingan kurang dari 2.5:1 dipertimbangkan bisa diterima. Hanya
suatu type and screen dilakukan jika timbulnya transfusi untuk suatu prosedur
kurang dari 10%. Jika transfusi diperlukan, dilakukan cross-match . Pinjaman
secara khas dibuat untuk pasien anemic dan mereka yang mempunyai kelainan
pembekuan.
TRANSFUSI DALAM KEADAAN DARURAT
16
Ketika pasien sedang exsanguinating, kebutuhan transfusi terjadi sebelum
penyelesaian suatu crossmatch, penyaringan , atau bahkan identifikasi tipe darah.
Jika jenis darah pasien sudah dikenal, dilakukan crossmatch kurang dari 5menit,
akan mengkonfirmasikan kompatibilitas ABO. Jika jenis darah penerima tidak
dikenal dan transfusi harus dimulai sebelum penentuan, jenis O Rh-Negative
darah mungkin bias digunakan,
BANK DARAH
Darah dari pendonor disaring untuk mengeluarkan zat-zat yang dapat
mempengaruhi kondisi medis yang kurang baik bagi penerima donor. Hematocrit
ditentukan, jika >37% untuk allogeneic atau 32% untuk donor autologous, darah
dikumpulkan, diidentifikasi, disaring untuk antibodi, dan dilakukan pengujian
adanya Hepatitis B, Hepatitis C, sipilis,human T cell leukemia virus ( HTLV)-1
dan HTLV-2, dan Human immunodeficiency virus ( HIV)-1 dan HIV-2.
Kebanyakan pusat penelitian sedang melakukan tes terhadap asam nucleat virus
RNA untuk mendeteksi Hepatitis B dan C dan virus HIV ,dan sedang melakukan
deteksi terhadap West Nile Virus. Ada test yang sangat sensitif, dan mereka perlu
membatasi virus dengan window positif tetapi test negatif.
Pertama, darah dikumpulkan kemudian tambahkan larutan anticoagulant.
Larutan yang paling umum digunakan adalah CPDA-1, yang berisi sitrat sebagai
antikoagulan (berikatan dengan Calcium), fosfat sebagai buffer, dextrose sebagai
sumber energi sel darah merah, dan adenosine sebagai precursor dari sintesa ATP.
Darah dengan CPDA-1- dapat disimpan untuk 35 hari, setelah kelangsungan
hidup sel darah merah dengan cepat berkurang. Sebagai alternatif, penggunaan
AS-1 ( Adsol) atau AS-3 ( Nutrice) meluas umur rata-rata 6 minggu.
Semua unit yang dikumpulkan dipisahkan ke masing-masing komponen,
yang diberi nama, sel darah merah, platelets, dan plasma.
Ketika disentrifuge, 1 unit Whole blood utuh menghasilkan sekitar 250
mL packed red blood cel ( hematocrit 70%); mengikuti penambahan larutan
saline, volume suatu unit packed red cell sering mencapai 350 mL. Sel darah
17
merah secara normal disimpan pada 1-6°C. Sel darah merah dapat dibekukan
dalam larutan glycerol hypertonis sampai 10 tahun. Teknik yang belakangan pada
umumnya disediakan untuk penyimpanan darah dengan phenotypes jarang.
Supernatant disentrifuge untuk menghasilkan platelets dan plasma. 1 Unit
platelets yang diperoleh biasanya berisi 50-70 mL plasma dan dapat disimpan
pada 20- 24°C untuk 5 hari. Sisa plasma supernatant diproses dan dibekukan
untuk menghasilkan Fresh frozen plasma; pembekuan cepat mencegah inaktifasi
faktor pembekuan ( V dan VIII). Pencairan yang lambat dari Fresh frozen plasma
menghasilkan suatu gelatin presipitat ( cryo-precipitate) yang berisi faktor VIII
dan fibrinogen dengan konsentrasi tinggi. Ketika dipisahkan, cryoprecipitate ini
dapat dibekukan kembali untuk disimpan. Satu unit darah menghasilkan sekitar
200 mL plasma, yang mana dapat dibekukan untuk disimpan; sekali ketika, harus
ditransfusi dalam 24 jam. Platelets boleh sebagai alternatif untuk mencapai
plateletpheresis, yang ekuivalen dengan enam unit reguler dari pasien .
TRANSFUSI INTRAOPERATIVE
Packed Red Blood Cells
Transfusi darah sebaiknya diberikan packed red cell, dan dapat
mengoptimalkan penggunaan dan pemanfaatan bank darah. Packed Red Blood
Cell ideal untuk pasien yang memerlukan sel darah merah tetapi tidak
penggantian volume ( misalnya, pasien anemia dengan congestive heart failure).
Pasien yang dioperasi memerlukan cairan seperti halnya sel darah merah;
kristaloid dapat diberikan dengan infuse secara bersama-sama dengan jalur
intravena yang kedua untuk penggantian volume cairan.
Sebelum transfusi, masing-masing unit harus diperiksa secara hati-hati
dicek dengan kartu dari bank darah dan identitas dari penerima donor darah.
Tabung transfusi berisi 170-J.m untuk menyaring gumpalan atau kotoran. Dengan
ukuran sama dan saringan berbeda digunakan untuk mengurangi leukocyte isi
18
untuk mencegah febrile reaksi transfusi febrile pada pasien yang sensitif. Darah
untuk transfusi intraoperative harus dihangatkan sampai 37°C. terutama jika lebih
dari 2-3 unit yang akan ditransfusi; jika tidak akan menyebabkan hypothermia.
Efek tambahan hypothermia dan secara khas 2,3-diphosphoglycerate ( 2,3-DPG)
konsentrasi rendah dalam darah yang disimpan dapat menyebabkan suatu
pergeseran kekiri ditandai hemoglobin-oxygen kurva-disosiasi ( lihat Bab 22) dan,
menyebabkan hipoxia jaringan. Penghangat darah harus bisa menjaga suhu darah
> 30°C bahkan pada aliran rata-rata sampai 150 ml/menit
FRESH FROZEN PLASMA
Fresh Frozen Plasma ( FFP) berisi semua protein plasma, termasuk semua
factor pembekuan. Transfusi FFP ditandai penanganan defisiensi faktor terisolasi,
pembalikan warfarin therapy, dan koreksi coagulopathy berhubungan dengan
penyakit hati. Masing-Masing unit FFP biasanya meningkatkan faktor pembekuan
2-3% pada orang dewasa. Pada umumnya dosis awal 10-15 mL/kg. Tujuannya
adalah untuk mencapai 30% dari konsentrasi faktor pembekuan yang normal.
FFP boleh digunakan pada pasien yang sudah menerima transfusi darah
masive. Pasien dengan defisiensi ANTI-THROMBIN III atau purpura
thrombocyto-penic thrombotic dapat diberikan FFP transfusi.
Masing-Masing unit FFP membawa resiko cepat menyebar yang sama
sebagai unit darah utuh. Sebagai tambahan, pasien dapat menjadi peka terhadap
protein plasma. ABO-COMPATIBLE biasanya diberi tetapi tidak wajib. Seperti
butir-butir darah merah, FFP biasanya dihangatkan 37°C sebelum transfusi.
Platelets.
Transfusi Platelet harus diberikan kepada pasien dengan
thrombocytopenia atau dysfunctional platelets dengan pendarahan. Profilaxis
Transfusi trombosit dapat diberikan pada pasien dengan hitung trombosit 10,000-
20,000 oleh karena resiko perdarahan spontan.
19
Hitung trombosit kurang dari 50,000 x 109/L dihubungkan dengan
peningkatan perdarahan selama pembedahan. Pasien dengan thrombocytopenia
yang mengalami pembedahan atau prosedur invasive harus diberikan profilaxis
transfusi trombosit sebelum operasi, hitung trombosit harus meningkat diatas
100,000 x 109/L. Persalinan pervaginam dan prosedur bedah minor dapat
dilakukan pada pasien dengan hitung trombosit yang agak rendah tapi fungsi
trombosit normal dan hitung trombosit >50,000 x 109/L.
Masing-Masing unit platelets mungkin diharapkan untuk meningkatkan
10,000-20,000 x 109/L dari trombosit. Plateletpheresis unit berisi yang sejenisnya
enam unit donor tunggal. Peningkatan lebih sedikit dapat diharapkan pasien
dengan suatu sejarah platelet transfusi. Disfungsi dapat meningkatkan perdarahan
pada pembedahan bahkan ketika trombosit normal dan dapat didiagnosa
preoperative dengan memeriksa masa perdarahan. . Transfusi. Platelet
diindikasikan pada pasien dengan disfungsi trombosit dan meningkatkan
perdarahan pada pembedahan. ABO-compatible platelet transfusi adalah
diinginkan tetapi tidak perlu. Transfused Platelets biasanya survive hanya 1-7 hari
yang mengikuti transfusi. ABO kompatibel dapat meningkatkan platelet survival.
Rh sensitisasi dapat terjadi di Rh-Negative donor dalam kaitan dengan adanya
beberapa butir-butir darah merah di (dalam) Rh-Positive platelet Unit. Lebih dari
itu, anti-A atau anti-B zat darah penyerang kuman di (dalam) yang 70 mL plasma
pada setiap platelet unit dapat menyebabkan suatu reaksi hemolytic melawan
terhadap butir-butir darah merah penerima ketika sejumlah besar ABO-
incompatible platelet unit diberi. Administrasi Rh immuno-globulin ke Rh-
Negative Individu dapat melindungi dari Rh sensitisasi yang mengikuti Rh-
Positive platelet Transfusi. Pasien yang kembang;kan zat darah penyerang kuman
melawan terhadap HLA antigens lymphocytes di (dalam) platelet berkonsentrasi)
atau platelet spesifik antigens memerlukan HLA-COMPATIBLE atau single-
donor unit. Penggunaan plateletpheresis transfusi boleh ber/kurang kemungkinan
sensitisasi.
Transfusi Granulocit
20
Transfusi Granulosit, yang dibuat dengan leukapheresis, diindikasikan
pada pasien neutropenia dengan infeksi bakteri yang tidak respon dengan
antibiotik. Transfusi granulosit mempunyai masa hidup dalam sirkulasi sangat
pendek, sedemikian sehingga sehari-hari transfusi 1010 granulocytes pada
umumnya diperlukan. Iradiasi dari granulosit menurunkan insiden timbulnya
reaksi graft-versus-host , kerusakan endothelial berhubungan dengan paru-paru,
dan lain permasalahan berhubungan dengan transfusi leukosit ( lihat di bawah),
tetapi mempengaruhi fungsi granulosit. Ketersediaan filgrastim ( granulocyte
colony-stimulating faktor, atau G-CSF) dan sargramostim ( granulocyte-
macrophage colony-stimulating faktor, atau GM-CSF) telah sangat mengurangi
penggunaan transfusi granulosit.
► KOMPLIKASI TRANSFUSI DARAH
Komplikasi imun
Komplikasi imun setelah transfusi darah terutama berkaitan dengan sensitisasi
donor ke sel darah merah, lekosit, trombosit atau protein plasma.
1. Reaksi Hemolytic
Reaksi Hemolytic pada umumnya melibatkan destruksi spesifik dari sel
darah merah yang ditransfusikan oleh antibody resipien. Lebih sedikit biasanya,
hemolysis sel darah merah resipien terjadi sebagai hasil transfusi antibody sel
darah merah.Trombosit konsentrat yang inkompatible, FFP, clotting faktor, atau
cryoprecipitate berisi sejumlah kecil plasma dengan anti-A atau anti-B ( atau
kedua-duanya) alloantibodies. Transfusi dalam jumlah besar . dapat menyebabkan
hemolisis intravascular.
Reaksi Hemolytic biasanya digolongkan akut ( intravascular) atau
delayed ( extravascular).
2. Reaksi Hemolytic Akut
21
Hemolisis Intravascular akut pada umumnya berhubungan dengan
Inkompatibilitas ABO dan frekwensi yang dilaporkan kira-kira 1:38,000 transfusi.
Penyebab yang paling umum adalah misidentifikasi suatu pasien, spesimen darah,
atau unit transfusi. Reaksi ini adalah yang terberat. Resiko suatu reaksi hemolytic
fatal terjadi 1 dalam 100,000 transfusi. Pada pasien yang sadar, gejala meliputi
rasa dingin, demam, nausea, dan sakit dada. Pada pasien yang dianestesi,
manifestasi dari suatu reaksi hemolytic akut adalah suhu meningkat, tachycardia
tak dapat dijelaskan , hypotensi, hemoglobinuria, dan oozing yang difus dari
lapangan operasi. Disseminated Intravascular Coagulation , shock,, dan
penurunan fungsi ginjal dapat berkembang dengan cepat. Beratnya suatu reaksi
seringkali tergantung pada berapa banyak darah yang inkompatibel yang sudah
diberikan. Gejala yang berat dapat terjadi setelah infuse 10 – 15 ml darah yang
ABO inkompatibel.
Manajemen reaksi hemoiytic dapat simpulkan sebagai berikut;
Jika dicurigai suatu reaksi hemolytic, transfusi harus dihentikan dengan
segera.
Darah harus di cek ulang dengan slip darah dan identitas pasien.
Kateter urin dipasang , dan urin harus dicek adanya hemoglobin.
Osmotic diuresis harus diaktipkan dengan mannitol dan cairan kedalam
pembuluh darah.
Jika ada perdarahan akut, indikasi pemberian platelets dan FFP
Reaksi hemolytic lambat
Suatu reaksi hemolytic lambat biasanya disebut hemolysis extravascular
biasanya ringan dan disebabkan oleh antibody non D antigen Sistem Rh atau ke
asing alleles di system lain seperti Kell, Duffy, atau Kidd antigens. Berikut suatu
22
transfusi ABO dan Rh D-compatible,pasien mempunyai 1-1.6% kesempatan
membentuk antibody untuk melawan antigen asing. Pada saat itu
sejumlah antibody ini sudah terbentuk ( beberapa minggu sampai beberapa
bulan), tranfusi sel darah telah dibersihkan dari sirkulasi. Lebih dari itu, titer
antibody menurun dan mungkin tidak terdeteksi. Terpapar kembali dengan
antigen asing yang sama selama transfuse sel darah, dapat mencetuskan respon
antibody melawan antigen asing. Peristiwa ini dilihat jelas dengan Sistem Kidd
antigen. Reaksi hemolytic pada tipe lambat terjadi 2-21 hari setelah transfusi, dan
gejala biasanya ringan, terdiri dari malaise, jaundice, dan demam. Hematocrit
pasien tidak meningkat setelah transfusi dan tidak adanya perdarahan. Serum
bilirubin unconjugated meningkat sebagai hasil pemecahan hemoglobin.
Diagnosa antibody - reaksi hemolytic lambat mungkin difasilitasi oleh
antiglobulin (Coombs) Test. Coombs test mendeteksi adanya antibody di
membrane sel darah. Test ini tidak bisa membedakan antara membrane antibody
resipien pada sel darah merah dengan membrane antibody donor pada sel darah
merah. Jadi, ini memerlukan suatu pemeriksaan ulang yang lebih terperinci
pretransfusi pada kedua spesimen : pasien dan donor.
Penanganan reaksi hemolytic lambat adalah suportif. Frekwensi reaksi
transfusi hemolytic lambat diperkirakan kira-kira 1:12,000 transfusi. Kehamilan
( terpapar sel darah merah janin) dapat juga menyebabkan pembentukan alloan-
tibodies pada seldarah merah.
3. Reaksi Imun Nonhemolytic
Reaksi imun Nonhemolytic adalah dalam kaitan dengan sensitisasi
dari resipien ke donor lekosit, platelets, atau protein plasma.
Febrile Reaksi
Sensitisasi lekosit atau Platelet secara khas manifestasinya adalah reaksi
febrile. Reaksi ini umumnya ( 1-3% tentang episode transfusi) dan ditandai oleh
suatu peningkatan temperatur tanpa adanya hemolysis. Pasien dengan suatu
23
riwayat febrile berulang harus menerima tranfusi lekosit saja. Transfusi sarah
merahh dapat dibuat leukositnya kurang dengan sentrifuge, filtration, atau teknik
freeze-thaw.
Reaksi Urtikaria
Reaksi Urtikaria pada umumnya ditandai oleh erythema, penyakit gatal
bintik merah dan bengkak, dan menimbulkan rasa gatal tanpa demam. Pada
umumnya ( 1% tentang transfusi) dan dipikirkan berkaitan dengan sensitisasi
pasien ke transfusi protein plasma. Reaksi Urticaria dapat diatasi dengan obat
antihistamine ( H, dan mungkin H2 blockers) dan steroids.
Reaksi Anaphylactic
Reaksi Anaphylactic jarang terjadi(kurang lebih 150,000 transfusi). Reaksi
ini berat dan terjadi setelah hanya beberapa mililiter darah ditranfusi, secara khas
pada IgA- Pasien dengan Deficiensi anti-IgA yang menerima tranfusi darah yang
berisi IgA. Prevalensi defisiensi IgA diperkirakan 1:600-800 pada populasi yang
umum. Reaksi ini diatasi dengan pemberian epinephrine, cairan, corticosteroids,
dan H1, dan H2 blockers. Pasien dengan defisiensi IgAperlu menerima Washed
Packed Red Cells, deglycerolized frozen red cells, atau IgA-Free blood Unit .
Edema Pulmonary Noncardiogenic
Sindrom acute lung injury (Transfusion-Related Acute Lung Injury
[ TRALI]) merupakan komplikasi yang jarang terjadi(< 1:10,000). Ini berkaitan
dengan transfusi antileukocytic atau anti-HLA antibodi yang saling berhubungan
dan menyebabkan sel darah putih pasien teragregasi di sirkulasi
pulmoner.Tranfusi sel darah putih dapat berinteraksi dengan leukoaglutinin.
Perawatan Awal TRALI adalah sama dengan Acute Respiratory distress
syndrome ( ARDS) ( lihat Bab 49), tetapi dapat sembuh dalam 12-48 jam dengan
therapy suportif.
24
Graft versus Host Disease
Reaksi jenis ini dapat dilihat pada pasien immune-compromised. Produk
sel darah berisi lymfosit mampu mengaktifkan respon imun. Penggunaan filter
leukosit khusus sendiri tidak dapat dipercaya mencegah penyakit graft-versus-
host; iradiasi ( 1500-3000 cGy) sel darah merah, granulocyte, dan transfusi
platelet secara efektif menginaktifasi lymfosit tanpa mengubahefikasi dari
transfusi.
Purpura Posttranfusi
Thrombocytopenia jarang terjadi setelah transfusi darah dan ini berkaitan
dengan berkembangnya alloantibody trombosit. Karena alasan yang tidak jelas,
antibodi menghancurkan trombosit. Hitung trombosit secara jelas menurun 1
minggu setelah tranfusi. Plasmapheresis dalam hal ini dianjurkan.
Imun Supresi
Transfusi leukosit-merupakan produk darah dapat sebagai
immunosuppressi. Ini adalah terlihat jelas pada penerima cangkok ginjal, di mana
transfusi darah preoperatif nampak untuk meningkatkan survival dari graft.
Beberapa studi menyatakan bahwa rekurensi dari pertumbuhan malignan mungkin
lebih mirip pada pasien yang menerima transfusi darah selamapembedahan. Dari
kejadian yang ada juga menyatakan bahwa tranfusi leukocyte allogenic dapat
mengaktifkan virus laten pada resipien. Pada akhirnya, transfusi darah dapat
meningkatkan timbulnya infeksi yang serius setelah pembedahan atau trauma.
25
KOMPLIKASI INFEKSI
Infeksi virus
A. HEPATITIS
Sampai tes rutin untuk virus hepatitis telah diterapkan, insidensi timbulnya
hepatitis setelah transfusi darah 7-10%. Sedikitnya 90% tentang kasus ini adalah
dalam kaitan dengan hepatitis C virus. Timbulnya hepatitis posttransfusi antarab
1:63,000 dan 1:1,600,000; 75% tentang kasus ini adalah anicteric, dan sedikitnya
50% berkembang;menjadi penyakit hati kronis. Lebih dari itu, tentang kelompok
yang terakhir ini, sedikitnya 10-20% berkembang menjadi cirrhosis.
A. ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SINDROM ( AIDS )
Virus yang bertanggung jawab untuk penyakit ini, HIV-1, ditularkan melalui
transfusi darah. Semua darah dites untuk mengetahui adanya anti-HIV-1 dan - 2
antibodi . Dengan adanya FDA yang menguji asam nukleat memperkecil waktu
kurang dari satu minggu dan menurunkan resiko dari penularan HIV melalui
tranfusi 1:1.900.000 tranfusi.
C. INFEKSI VIRUS LAIN
Cytomegalovirus ( CMV) dan Epstein-Barr Virus umumnya menyebabkan
penyakit sistemik ringan atau asimptomatik.Yang kurang menguntungkan, pada
beberapa individu menjadi pembawa infeksi asimptomatik; lekosit dalam darah
dari donor dapat menularkan virus. Pasien immunosupresi dan
Immunocompromise ( misalnya, bayi prematur dan penerima transplantasi organ )
peka terhadap infeksi CMV berat setelah tranfusi. Idealnya, . pasien- pasien
menerima hanya CMV negative. Bagaimanapun, studi terbaru menunjukkan
bahwa resiko transmisi CMV dari transfusi dari darah yang leukositnya berkurang
sama dengan tes darah yang CMV negative. Oleh karena itu, pemberian darah
26
dengan leukosit yang dikurangi secara klinis cocok diberikan pada pasien seperti
itu. Human T sel virus lymphotropic I dan II ( HTLV-1 dan HTLV-2) adalah
leukemia dan lymphoma virus, kedua-duanya telah dilaporkan ditularkan melalui
transfusi darah; leukemia dihubungkan dengan myelopathy. Penularan Parvovirus
telah dilaporkan setelah transfusi faktor pembekuan. dan dapat mengakibatkan
krisis transient aplastic pada pasient immunocompromised. Penggunaan filter
leukosit khusus nampaknya mengurangi tetapi tidak mengeliminasi timbulnya
komplikasi di atas.
Infeksi parasit
Penyakit parasit yang dapat ditularkan melalui transfusi seperti malaria,
toxoplasmosis, dan Penyakit Chagas'. Namun kasus-kasus tersebut jarang terjadi.
Infeksi Bakteri
Kontaminasi bakteri dalam adalah penyebab kedua kematian melalui
transfusi. Prevalensi kultur positif dari kantong darah berkisar dari 1/2000
trombosit sampai 1/7000 untuk pRBC. Prevalensi sepsis oleh karena transfusi
darah berkisar dari 1/25,000 tromobosit sampai 1/250,000 untuk pRBC. Angka-
angka ini secara relatif besar dibandingkan ke resiko HIV atau hepatitis, yang
adalah di sekitar 1/1-2 juta. Baik bakteri gram-positive ( Staphylococus) dan
bakteri gram-negative ( Yersinia dan Citrobacter) jarang mencemari transfusi
darah dan menularkan penyakit. Untuk mencegah kemungkinan kontaminasi dari
bakteri, darah harus berikan dalam waktu kurang dari 4 jam. Penyakit bakteri
yang ditularkan melalui transfusi darah dari donor meliputi sifilis, brucellosis,
salmonellosis, yersiniosis, dan berbagai macam rickettsia.
TRANSFUSI DARAH MASIF
Transfusi darah masif umumnya didefinisikan sebagai kebutuhan
transfusi satu sampai dua kali volume darah pasien. Pada kebanyakan pasien
dewasa, equivalent dengan 10-20 unit.
27
Koagulopati Penyebab utama perdarahan setelah transfusi darah masif adalah
dilutional thrombocytopenia. Secara klinis dilusi dari factor koagulasi tidak biasa
terjadi pada pasien normal. Studi Koagulasi dan hitung trombosit, jika tersedia,
idealnya menjadi acuan transfusi trombosit dan FFP. Analisa Viscoelastic dari
pembekuan darah (thromboelastography dan Sonoclot Analisa) juga bermanfaat.
Keracunan Sitrat
Kalsium berikatan dengan bahan pengawet sitrat secara teoritis
dapat menjadi penting setelah transfusi darah dalam jumlah besar. Secara klinis
hypocalcemia penting, karena menyebabkan depresi jantung, tidak terjadi pada
pasien normal kecuali jika transfusi melebihi 1 U tiap-tiap 5 menit. Sebab
metabolisme sitrat terutama di hepar, pasien dengan penyakit atau disfungsi hepar
( dan kemungkinan pada pasien hipothermi) memerlukan infuse calcium selama
transfusi massif ).
Hypothermia
Transfusi Darah massif adalah merupakan indikasi mutlak untuk semua produk
darah cairan intravena hangat ke temperatur badan normal. Arhitmia Ventricular
dapat menjadi fibrilasi ,sering terjadi pada temperatur sekitar 30°C. Hypothermia
dapat menghambat resusitasi jantung. Penggunaan alat infus cepat dengan
pemindahan panas yang efisien sangat efisien telah sungguh mengurangi
timbulnya insiden hypothermia yang terkait dengan transfusi.
Keseimbangan asam basa
Walaupun darah yang disimpan adalah bersifat asam dalam kaitan dengan
antikoagulan asam sitrat dan akumulasi dari metabolit sel darah merahs
(carbondioxida dan asam laktat), berkenaan dengan metabolisme acidosis
metabolik yang berkaitan dengan transfusi tidaklah umum. Yang terbanyak dari
28
kelainan asam basa setelah tranfusi darah massif adalah alkalosis metabolic
postoperative.Ketika perfusi normal diperbaiki, asidosis metabolic berakhir dan
alkalosis metabolic progresif terjadi, sitrat dan laktat yang ada dalam tranfusi dan
cairan resusitasi diubah menjadi bikarbonat oleh hepar.
Konsentrasi Kalium Serum
Konsentrasi kalium Extracellular dalam darah yang disimpan meningkat
dengan waktu. Jumlah kalium extracellular yang transfusi pada unit masing-
msaing kurang dari 4 mEq perunit. Hyperkalemia dapat berkembang dengan
mengabaikan umur darah ketika transfusi melebihi 100 mL/min. Penanganan
hyperkalemia dibahas Bab 28. Hypokalemia biasanya ditemui sesudah operasi,
terutama sekali dihubungkan dengan alkalosis metabolisme ( lihat Bab 28 dan
30).
Strategi Alternatif Untuk Penanganan Kehilangan Darah Selama Pembedahan Transfusi Autologous
Pasien yang mengalami prosedur pembedahan elektif dengan
suatu kemungkinan tinggi untuk transfusi dapat mendonorkan darah mereka
sendiri untuk digunakan selama operasi. Darah ini dapat dikumpulkan mulai 4-5
minggu sebelum operasi. Pasien diperbolehkan untuk mendonorkan satu kantong
darah sepanjang hematokrit kurang lebih 34% atau hemoglobin sekitar 11 g/dl.
Kebutuhan pemakaian darah minimum 72 jam antara mendonorkan darah dan
membuat volume plasma kembali normal. Dengan suplementasi besi dan terapi
eritropoetin rekombinan ( 400 U perminggu), sedikitnya tiga atau empat unit
pada umumnya dikumpulkan sebelum operasi. Beberapa studi menyatakan bahwa
transfusi darah autologous tidak mempunyai efek tambahan yang mempengaruhi
survival pada pasien yang mengalami operasi untuk kanker. Walaupun transfusi
autologous mungkin mengurangi resiko infeksi dan reaksi transfusi, mereka
tidaklah dengan sepenuhnya bebas dari resiko. Resiko meliputi reaksi immunologi
yang berhubungan dengan n kesalahan pekerjaan karyawan dalam pengumpulan
29
dan label, pencemaran, dan gudang/penyimpanan yang tidak benar. Reaksi alergi
dapat terjadi dalam kaitan dengan allergen ( misalnya, ethylen oksida), dapat
masuk kedalam darah dari tempat pengumpulan dan gudang/penyimpanan.
Pengumpulan darah preoperative autologous dilakukan dengan frekwensi
berkurang.
Penyimpanan Darah dan Pemberian Cairan Melalui Infus Berulang
Teknik ini umumnya digunakan pada bedah jantung, vascular dan bedah
tulang ( lihat Bab 21). Darah di aspirasi intraoperatif bersama-sama dengan suatu
pencegah pembekuan darah ( heparin) ke dalam suatu reservoir. Setelah jumlah
darah cukup dikumpulkan, sel darah yang merah di konsentratkan dan dicuci
untuk dimurnikan dari kotoran dan zat pembeku kemudian di transfusikan
kembali ke dalam pasien. Konsentrat darah tersebut umumnya mempunyai
hematocrits 50-60%. Untuk digunakan secara efektif, teknik ini memerlukan
kehilangan darah lebih besar dari 1000-1500 mL. Kontrainidikasi meliputi
pencemaran dari luka yang busuk dan tumor malignan, meskipun demikian
kekhawatiran tentang kemungkinan reinfusi sel malignan via teknik tills tidak
dibenarkan. Sistem lebih modern dan sederhana memungkinkan rein-fusion darah
tanpa centrifugae.
Normovolemic Hemodilusi
Hemodilution normovolemic akut bergantung pada pendapat bahwa jika
konsentrasi sel darah merah dikurangi, total kehilangan sel darah merah dapat
dikurangi apabila darah dalam jumlah besar ditumpahkan; lebih dari itu, cardiac
output tetap normal sebab volume intravascuiar terkontrol. Darah umumnya
dikeluarkan sebelum operasi melalui kateter intravena yang besar dan digantikan
dengan cairan kristaloid dan koloid, supaya pasien tetap normovolemic tetapi
dengan hematocrit 21-25%. Darah yang dikeluarkan disimpan dalam kantong
CPD pada suhu sampai 6 jam untuk menjaga fungsi dari trombosit; darah di
30
transfusikan kembali ke pasien setelah kehilangan darah atau lebih cepat jika
diperlukan.
Donor - Transfusi Langsung
Pasien dapat meminta donor darah dari anggota keluarga atau teman yang
mengandung ABO kompatibilitas. Kebanyakan bank darah tidak menyarankan
hal ini dan umumnya memerlukan donor kurang lebih 7 hari sebelum operasi
untuk memproses darah dan mengkonfirmasikan kompatibilitas.
Studi yang membandingkan keamanan dari pendonor-langsung dengan donor
secara random tidak ada perbedaan, ataupun bank darah lebih aman.
DISKUSI KASUS: PASIEN DENGAN PENYAKIT SICKLE CELL
Seorang perempuan negro 24 tahun mempunyai riwayat anemia sickle cell
herediter dengan gejala nyeri abdominal dan direncanakan untuk
cholecystectomy. Pasien berpikir dia mungkin punya sickle cell anemia.
Apa arti sickle cell anemia?
Sickle cell anemia adalah suatu anemia hemolytic herediter sebagai hasil
pembentukan dari hemoglobin abnormal (Hbs). Struktur Hbs pada Hb dewasa
(HbA) berbeda hanya pada substitusi valine ke asam glutamic di posisi rantai
keenam. Secara fungsional, hemoglobin sickle mempunyai afinitas yang kurang
terhadap oksigen ( P50= 31 mm Hg) mempunyai solubilitas yang kurang. Ketika
deoxygenasi, Hbs ber polymerisasi dan membentuk presipitat dalam sel darah
merah, menyebabkan sickle anemia. Pasien tersebut mempunyai variabel ( 2-
20%) hemoglobin fetal ( HbF). Ada kemungkinan sel dengan HbF dalam jumlah
besar dilindungi dari pembentukan sickle. Pembentukan dan penghancuran sickle
cell yang irreversibel sickled menyebabkan anemia. Hematocrit 18-30%
disebabkan oleh hemolysis extravascular. Umur sel darah merah berkurang 10-
15 hari, bandingkan dengan 120 hari pada individu normal.
31
Apa perbedaan antara sickle cell anemia dan sickle cell trait?
Ketika ada kelainan genetic pada hemoglobin orang dewasa baik dari kromosom
maternal atau paternal (no.11), pasien tersebut adalah homozgous untuk HbS dan
mempunyai sickle cell anemia (HbSS). Apabila hanya satu kromosom mempunyai
gen sickle, pasien adalah heterozygous dan mempunyai sickle cell trait (HbAS).
Pasien dengan sickle cell trait memproduksi sejumlah HbA(55-60%) dan HbS
(35-40%). Tidak sama dengan pasien dengan HbSS, mereka umumnya tidak
anemis, asymptomatic dan mempunyai harapan hidup yang normal. Sickling
terjadi hanya jika ada hypoxemia berat atau dalam keadaan low-flow. Sickling
umumnya terjadi di medula renal; tentunya pasien pasien dengan sickle train
mempunyai ginjal yang tidak dapat diperbaiki. Beberapa pasien dengan HbAS
dilaporkan mempunyai medula renal, splenic dan paru yang infark.
Apa yang merupakan hubungan antara gen sickle cell pada orang Amerika
hitam?
Sickle cell anemia merupakan penyakit utama pada negro keturunan dari
AfrikaTengah. kira-kira 0.2-0.5% Orang Negro Amerika adalah homozygous
untuk gen sickel dan kira-kira 8-10% adalah heterozygous. Sickle cell anemia
jarang ditemukan pada pasien keturunan Mediterania.
Apa pathophysiology dari talasemia
Kondisi yang mendukung pembentukan deoxyhemoglobin-misalnya, hypoxemia,
acidosis, hypertonisitas intracellular atau dehidrasi, peningkatan 2,3-DPG, atau
peningkatan suhu dapat mempercepat sickling pada pasien dengan Hbss.
Hypothermia dapat juga terjadi karena vasoconstriksi (lihat di bawah).
Polymerisasi Hbs Intracellular menyebabkan penyimpangaan sel darah merah,
membuat lebih dan lebih lengket, dan meningkatkan viskositas. Sickling boleh
32
pada awalnya bias reversible tetapi kemudian menjadi irrversibel pada beberapa
sel. Pembentukan agregasi sel darah merah pada kapiler dapat menyebabkan
obstruksi dari jaringan mikro sirkulasi. Suatu siklus yang berbahaya terjadi di
mana sirkulasi statis menyebabkan hypoxia terlokalisir, dimana menyebabkan
pembentukan sickling.
Apa gejala pasien dengan sickle cell anemia pada umumnya?
Pasien dengan Hbss biasanya gejala pertama muncul pada masa kanak-kanak,
dimana HbF menurun secara terus menerus. Penyakit ini ditandai dengan krisis
episode akut dan kronis dan progresif ( Tabel 29-8). Anak-Anak dengan
pertumbuhan retardasi mempunyai infeksi yang berulang. Infark splenic yang
berulang menyebabkan athropy dari splenic dan fungsinya hilang masa remaja.
Pasien tersebut pada umumnya meninggal dari infeksi/peradangan berulang atau
gagal ginjal. Krisis ini dipercepat oleh infeksi/peradangan, udara dingin,
dehidrasi, atau stress. Krisis ini dibagi menjadi tiga tipe:
Vasoocclusivecrises: Tergantung dari pembuluh darah, episode akut ini
dapat mengakibatkan mikro- atau macroinfark. Kejadian paling
menyakitkan berkaitan dengan microinfark pada berbagai jaringan.
Secara klinis, gejalanya abdominal akut, sakit dada,sakit punggung, atau
sakit persendian. Sulit dibedakan sakit abdominal antara yang dioperasi
dan tidak dioperasi. Kebanyakan pasien membentuk batu empedu
pigmented pada usia dewasa, dan pada beberap pasien menyebabkan
cholecystisis akut.
Tabel 29-8. Manifestasi dari sickle cell anemia.
Neurological
33
StrokeSubarachnoid hemorrhageComaSeizures OcularVitreous hemorrhageRetinal infarctsProliferative retinopathyRetinal detachment PulmonaryIncreased intrapulmonary shuntingPleuritisRecurrent pulmonary infectionsPulmonary infarcts CardiovascularCongestive heart failureCor pulmonalePericarditisMyocardial infarction GastrointestinalCholelithiasis (pigmented stones)CholecystitisHepatic infarctsHepatic abscessesHepatic fibrosis HematologicalAnemiaAplastic anemiaRecurrent infectionsSplenic infarctsSplenic sequestrationFunctional asplenia GenitourinaryHematuriaRenal papillary necrosisImpaired renal concentrating ability (isosthenuria)Nephrotic syndromeRenal insufficiencyRenal failurePriapism
SkeletalSynovitis
34
ArthritisAseptic necrosis of femoral headSmall bone infarcts in hand and feet (dactylitis)Biconcave ("fishmouth") vertebraeOsteomyelitis SkinChronic ulcers
exsive gejala di (dalam) kapal lebih besar dapat menghasilkan
thromboses menghasilkan splenic, cerebral, berkenaan dengan paru-
paru, hepatic, berkenaan dengan ginjal, dan, lebih sedikit biasanya,
myocardial infarctions.
Krisis Aplastic: Anemia dalam ( Hb 2-3 g/dL) dapat dengan cepat terjadi
ketika produksi sel darah merah di dalam sumsum tulang ditekan.
Infeksi/Peradangan Dan defisiensi Folate dapat berperan. Beberapa
pasien menjadi leukopenia.
Krisis Splenic: Penyatuan darah [yang] mendadak di (dalam) limpa
dapat terjadi bayi dan anak-anak muda dan dapat menyebabkan life-
threatening hypotension. Mekanisme adalah pikir untuk;menjadi parsial
atau melengkapi;menyudahi keadaan macet [dari;ttgt] pengeringan
pembuluh darah dari limpa.
Bagaimana mendiagnosa anemia sickle sel ?
Sel darah merah dari pasien dengan anemia sickle cell dapat membentuk bulan
sabi setelah penambahan reagen oxygen consuming ( metabisulfite) atau suatu
cairan ionic hipertonik bersifat ion hyper-tonic ( test solubilitas). Konfirmasi
dengan hemoglobin electrophoresis.
Apa yang terbaik dipersiapkan pada pasien dengan sickle cell anemia yang akan dioperasi?
Persiapan preoperative yang optimal adalah yang diinginkan untuk semua pasien
yang mengalami operasi. Pasien harus terhidrasi dengan baik, infeksi harus
dikontrol, dan konsentrasi hemoglobin harus pada level ynag bisa diterima.
35
Terapi transfusi preoperative bersifat individualis pada pasien dan pada
prosedur pembedahan. Transfusi tukar parsial sebelum operasi besar pada
umumnya dianjurkan. Tidak sama dengan transfusi biasa, tranfusi tukar
menurunkan viscositas darah.. Mereka juga meningkatkan oxygen-carrying
capacity dan menurunkan kemungkinan sickling. Tujuan dari transfusi biasanya
untuk mencapai hematocrit 35-40% dengan 40-50% hemoglobin normal
( HbAJ). Walaupun keuntungan-keuntungan transfusi tukar pada pasien
mengalami anesthesia dapat diterangkan, itu membantu pasien melewati krisis.
Apakah ada pertimbangan khusus selama intraoperative?
Keadaan yang mungkin dapat menimbulkan desaturasi hemoglobin atau
keadaan aliran yang rendah harus dihindari. Segala usaha harus dilakukan untuk
menghindari hypothermia dan hyperthermia, acidosis, dan bahkan derajat ringan
dari hypoxemia, hypotension, atau hypovolemia. Informasi-
hidrasi yang banyak dan pemberian tekanan oksigen yang tinggi(>50%) juga dibutuhkan. Mekanisme kompensasi yang utama pada pasien ini adalah peningkatan dari cardiac output yang harus dijaga selama operasi berlangsung. Monitoring terhadap central venous pressure (CVP) atau tekanan pembuluh arteri paru dengan saturasi oksigen pembuluh vena yang tercampur mungkin berguna pada beberapa pasien. Alkalosis ringan dapat membantu menghindari sickling, tetapi meskipun hanya alkalosis respiratorik yang moderate mungkin mempunyai efek samping terhadap aliran darah ke otak. Banyak juga klinisi yang menghindari pemakaian tourniquet. Tidak ada penelitian yang mendukung atau menolak pemakain dari tehnik anesthesia regional atau umum.
Apakah ada pertimbangan khusus selama ostoperatif?
Prinsip yang sama yang digunakan selama masa intraoperatif juga dijadikan pegangan untuk masa postoperative. Kematian pada perioperatif paling sering terjadi pada periode postoperative. Hipoksemia dan komplikasi pada paru menjadi factor resiko yang utama. Pemberian suplemen oksigen, penanganan nyeri yang optimal, fisioterapi untuk paru-paru, dan ambulasi lenih awal sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi tersebut.
Apakah yang manjadi hal yang signifikan dari sickle cell anemia dan
thalassemia pada pasien yang sama?
Kombinasi dari HbS dan Thalassemia, biasanya sickle {S-Thalassemia},
mempunyai suatu variable dan efek dari beratnya penyakit yang tidak dapat
36
diperkirakan. Secara umum, kombinasi ini cenderung menjadi lebih ringan pada
pasien kulit hitam disbanding ras Mediterranian.
Apakah Patofisiologi dari Thalassemia?
Thalassemia adalah kelainan herediter pada produksi satu atau lebih subunit dari
hemoglobin. Pasien dengan thalassemia mungkin dapat membentuk HbA normal
tetapi mengalami penurunan jumlah produksi dari rantai orft. Keparahan dari
kelainan ini tergantung pada subunit yang terganggu dan derajatnya dimana
produksi hemoglobin juga terganggu. Gejala mungkin tidak ada atau bisa berat.
Pasien dengan thalassemia-a mengalami penurunan jumlah produksi dari sub
unit-a, sedangkan pasien dengan fi-thalassemia menurun jumlah produksinya
pada subunit-f. Pembentukan hemoglobin dengan subunit yang abnormal dapat
mengganggu membrane sel darah merah dan menyebabkan hemolisis dengan
derajat yang bervariasi sama dengan hemopoiesis yang tidak efektif. Hal ini
dapat menyebabkan hipertrofi dari sumsum tulang dan seringkali menyebabkan
tulang yang abnormal. Hipertrofi dari maksila dapat menyebabkan intubasi
trachea menjadi sulit. Thalassemia sering terjadi pada orang-orang Asia
Tenggara, Afrika, ras Mediterranian, dan India.
Apakah yang dimaksud dengan penyakit Hemoglobin C?
Substitusi asam glutamate oleh lisin pada kromosom 6 pada subunit-f menyebabkan terbebntuknya hemoglobin C (HbSC). Sekitar 0,05% orang hitam di amerika memiliki gen untuk HbC. Pasien HbC yang homozigot umumnya hanya mengalami hemolitik ringan dan splenomegali. Keadaan ini sangat jarang menimbulkan komplikasi yang signifikan. Kecenderungan HbC untuk mengkristal pada lingkungan yang hipertonis mungkin bertanggung jawab terhadap terjadinya hemolisis dan memiliki cirri-ciri dengan ditemukannya target sel pada apus darah tepi.
Apa yang merupakan arti genotype Hbsc?
Hampir 0,1% orang hitam amerika merupakan heterozigot untuk HbS dan HbC
(HbSC) secara terus-menerus. Pada pasien ini biasanya mengalami anemia
hemolitik yang moderate. Beberapa pasien kadang-kadang mengalami krisis
nyeri, infark spleen, dan disfungsi hepar. Manifestasi pada mata yang sama
37
dengan lainnya yang berhubungan dengan penyakit HbSS biasanya jarang.
Wanita dengan HbSS mempunyai resiko komplikasi yang tinggi pada trimester
ketiga kehamilan dan saat melahirkan.
Apa yang adalah hemoglobin E?
Hemoglobin E disebabkan oleh substitusi tunggal pada rantai-D dan merupakan
variasi hemoglobin yang terbanyak kedua di dunia. Keadaan ini paling sering
terjadi pada pasien yang berasal dari daerah Asia Tenggara. Meskipun affinitas
oksigen normal, akibat dari terjadinya substitusi akan menyebabkan gangguan
dari produksi rantai-D (sama seperti Thalassemia-fi). Pasien dengan kelainan
homozigot ditandai dengan mikrositosis dan adanya sel target, tetapi tidak selalu
disertai anemia dan jarang terdapat manifestasi yang lain.
Apakah hal yang signifikan dalam pemeriksaan hematologist untuk
defisiensi glucose-6- phosohat dehidrogenasi?
Secara normal sel darah merah akan diproteksi terhadap zat-zat aksidator.
Golongan sulfahidril pada hemoglobin juga dijaga dengan menurunkan
glutation. Hal ini disebabkan oleh NADPH ( penurunan nicotinamide adenine
dinucleotide phosphate) dimana NADPH ini sendiri dibentuk oleh metabolisme
glukosa pada saat pembentukan dari heksosa monofosfat. Glukosa-6-phosphat
dehidrogenase adalah enzim yang penting pada jalur reaksi ini. Kelainan pada
jalur ini menyebabkan jumlah yang tidak adekuat dari gluthation yang, dimana
secara potensial dapat muncul pada saat oksidasi dan presipitasi hemoglobin
pada sel darah merahnya dan hemolisis.
Abnormalitas pada G6PD relative biasa. Lebih dari 400 varian telah ditemukan.
Tergantung fungsi dari enzim yang mengalami abnormalitas, manifestasi klinis
yang timbul cukup bervariasi.
Sel Darah merah sumur secara normal yang melindungi dari mengoksidasi agen.
Sulfhydryl menggolongkan pada [atas] hemoglobin dilindungi oleh glutathione
38
yang dikurangi. Yang belakangan diperbaharui oleh NADPH ( yang dikurangi
nico-tinamide adenine dinudeotide fosfat), yang
Table29-9. Obat/Racun untuk menghindari pasien dengan G6Pd1 Kekurangan.
Obat/Racun yang boleh menyebabkan hemolysis
Sulfonamides Antimalarial Obat/Racun Nitrofurantoin Cuka Nalidixic Probenecid Aminosalicylicacid Phenacetin AcetanilidCuka Ascorbic ( di (dalam) dosis besar) Vitamin K Methylene biru Quinine2 Quinidine3 Chloramphenicol Penicillamine Dimercaprol Lain obat/racun Prilocaine Nitroprusside
' G6Pd, Glucose-6-Phosphate Dehydrogenase2 May jadilah menyelamatkan pasien dengan A" varian3 Should dihindarkan oleh karena potensi mereka untuk menyebabkan
Methemoglobinemia
[dirinya] sendiri diperbaharui oleh metabolisme glukosa di (dalam) hexose
monophosphate melangsir. Glucose-6-Phos-Phate Dehydrogenase ( G6Pd)
adalah suatu enzim kritis di (dalam) jalan kecil ini. Suatu cacat di (dalam) jalan
kecil ini mengakibatkan suatu tidak cukup jumlah glutathione dikurangi, yang
dapat berpotensi mengakibatkan hujan/timbulnya dan oksidasi hemoglobin [itu]
di (dalam) butir-butir darah merah ( yang dilihat seperti Heinz Badan) dan
hemolysis.
Kelainan di (dalam) G6Pd secara relatif umum. (Di) atas 400 varian diuraikan.
Gantung pada arti yang fungsional kelainan enzim, penjelmaan klinis dapat
sunggung variabel. atas [Bagi/Kepada] 15% tentang hitam [Jantan/Pria]
Amerika mempunyai yang umum secara klinis penting A' varian. Suatu varian
detik/second adalah individu umum [dari;ttg] Jalur keluarga Mediterania dari
timur, dan sepertiga di (dalam) individu Jalur keluarga Cina. Sebab tempat untuk
enzim adalah pada [atas] X chromosome, kelainan
adalah Ciri X-linked, dengan [jantan/pria] yang sedang terutama semata
di/terpengaruh. [Sebagai/Ketika/Sebab] [umur/zaman] sel darah merah, G6Pd
39
Aktivitas [yang] secara normal ber/kurang. Sebagai konsekwensi, mengeram
butir-butir darah merah adalah [yang] paling peka ke oksidasi. Kebusukan ini
dengan jelas/dengan nyata a dipercepat pasien dengan Varian Mediterania tetapi
hanya sedang sangat di (dalam) pasien dengan A~ varian. Kebanyakan pasien
secara khas tidak anemic tetapi dapat kembang;kan hemolysis oxidant berikut
menekankan seperti proses pencernaan atau infeksi/peradangan [yang] hasil
bakteri dan karena virus beberapa obat/racun ( Tabel 29-9). Hemolysis dapat juga
dipercepat oleh berkenaan dengan metabolisme acidosis. Peristiwa Hemolytic
dapat menyajikan dengan hemoglobinuria dan hypotension. Mereka biasanya self-
limited sebab hanya populasi sel yang lebih tua dibinasakan. Mediterania Varian
mungkin (adalah) dihubungkan dengan derajat tingkat beberapa [dari;ttg] anemia
hemolytic kronis, dan beberapa pasien secara elok sensitip ke fava kacang.
Perawatan terutama semata pencegahan. Ukuran mengarah pada memelihara
fungsi berkenaan dengan ginjal ( lihat di atas) ditandai pasien [siapa] yang
kembang;kan hemoglobinuria.
PEMBACAAN YANG DIUSULKAN
Boldt J: [Cahaya/ ringan] baru pada [atas] intravascular cara hidup penggantian
volume: apa yang telah kita belajar dari mati yang lampau tiga tahun? Anesth
Analg 2003;97:1595. Metaanalysis 40 studi intraoperative intravascular
penyadaran volume.
Mollison PL, Engelfriet CP, Contreras M: Transfusi Darah di (dalam) Ilmu
Pengobatan Klinik, lOthed. Blackwell Ilmu pengetahuan, 1997.
Pestana C: Cairan Dan Asam aki di (dalam) Pasien Yang berhub. dg
pembedahan, 5Th Ed. Lippincott, Williams& Wilkins, 2000.
Praktek Petunjuk untuk komponen darah therapy: suatu laporan oleh
Masyarakat Amerika Anesthesiologists Gugus Tugas pada [atas] Komponen
Darah Therapy. Punggung bukit/bubungan Taman, IL: Masyarakat Amerika
Anesthesiologists. Anesthesiology 1996;84:732.
Perkongsian/Gabungan Rumah sakit Universitas Pusat Kemajuan Praktek
Klinis: Penilaian Teknologi: Zat putih telur, Nonprotein Koloid, dan solusi
40
kristaloid. Anak sungai Pohon ek, IL, Mei 2000. Petunjuk evidence-based
sempurna yang bermanfaat untuk memandu cairan [yang] kedalam pembuluh
darah dierapy sepanjang perioperative periode.
Van Hilten JA, van tidak Pengairan LMG, van Bockel JH, et al: Efek
transfusi dengan butir-butir darah merah menyaring untuk memindahkan
leucocytes: percobaan/pengadilan dikendalikan randomised di (dalam) pasien
[yang] mengalami perawatan utama. BMJ 2004;328:1281. Tinjauan ulang [yang]
baik efek transfusing leukocyte-poor RBCS.
29.7
JENIS [YANG] SECARA ALAMI TERJADI
41
ZAT DARAH PENYERANG KUMAN DI (DALAM) SERUM MENYINGGUNG/MENGENAKAN* Suatu ANTI- B 45% B ANTI- Suatu 8% AB- 4% O ANTI- A,Anti- B 43% * Tingkat tarip didasarkan pada para orang [dari;ttg] europen barat ancesty
Tanda-tanda 5% 10% 15%
Membran
mukosa
Dry Very dry Parched
Sensorium Normal Lethargic Obtunded
Perubahan
ortostatik
None Pres
ent
Marked
In heart rate >15bpmt'*↑
42
In blood
pressure
>10mmHgl↓
Produksi Urin Mildly
decreased
Decreased Markedly
decreased
Nadi Normal or
increased
Increased >
lOObpm
Markedly
increased > 1 20
bpm
Tekanan darah Normal Mildly
decreased
with
Respiratory
variation
Decreased
* bpm, beats per minute
43