28

25
PENDAHULUAN Gangguan pendengaran akibat bising ( noise induced hearing loss / nihl ) adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Tuli akibat bising merupakan jenis ketulian sensorineural yang paling sering dijumpai setelah presbikusis. 1 Secara umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Bising yang intensitasnya 85 desibel ( db ) atau lebih dapat menyebabkan kerusakan reseptor pendengaran corti pada telinga dalam. Sifat ketuliannya adalah tuli saraf koklea dan biasanya terjadi pada kedua telinga. 1 Banyak hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising antara lain intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekwensi tinggi, lebih lama terpapar bising, kepekaan individu dan faktor lain yang dapat menimbulkan ketulian. 1 Bising industri sudah lama merupakan masalah yang sampai sekarang belum bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi pendengaran para pekerja, karena dapat menyebabkan kehilangan pendengaran yang sifatnya permanen. Sedangkan bagi pihak industri, bising dapat menyebabkan kerugian ekonomi karena biaya ganti rugi. 1 Oleh karena itu untuk mencegahnya diperlukan pengawasan terhadap pabrik dan pemeriksaan terhadap pendengaran para pekerja secara berkala. 1 DIAGNOSIS KLINIS Anamnesis : 1

description

blok 28 nihl

Transcript of 28

Page 1: 28

PENDAHULUAN

Gangguan pendengaran akibat bising ( noise induced hearing loss / nihl ) adalah tuli akibat

terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya

diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Tuli akibat bising merupakan jenis ketulian

sensorineural yang paling sering dijumpai setelah presbikusis.1

Secara umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Bising yang intensitasnya 85

desibel ( db ) atau lebih dapat menyebabkan kerusakan reseptor pendengaran corti pada

telinga dalam. Sifat ketuliannya adalah tuli saraf koklea dan biasanya terjadi pada kedua

telinga.1

Banyak hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising antara lain

intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekwensi tinggi, lebih lama terpapar bising, kepekaan

individu dan faktor lain yang dapat menimbulkan ketulian.1

Bising industri sudah lama merupakan masalah yang sampai sekarang belum bisa

ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi pendengaran para

pekerja, karena dapat menyebabkan kehilangan pendengaran yang sifatnya permanen.

Sedangkan bagi pihak industri, bising dapat menyebabkan kerugian ekonomi karena biaya

ganti rugi.1

Oleh karena itu untuk mencegahnya diperlukan pengawasan terhadap pabrik dan pemeriksaan

terhadap pendengaran para pekerja secara berkala.1

DIAGNOSIS KLINIS

Anamnesis :

Identitas pribadi seperti nama, umur, alamat, dan pekerjaan.

Riwayat penyakit sekarang: keluhan utama, sejak kapan. Tanyakan kepada pasien apa ia

memiliki penyakit saat ini, jika tidak merasa ada berarti ia hanya tahu mengenai masalah

keluhan sakitnya, misalnya merasakan kedua telinganya berdenging setelah habis bekerja.

Riwayat penyakit dahulu: apakah ada riwayat keluhan yang sama atau mengakibatkan

penyakitnya yang saat ini.

Riwayat pengobatan: harus menentukan apakah pegawai pernah menderita sakit telinga

sebelumnya dan apakah dia pernah makan obat ototoksik, misalnya streptomycin. 1,2

Riwayat pekerjaan: Riwayat pekerjaan harus meliputi informasi pekerjaan sekarang dan

semua pekerjaan sebelumnya (khususnya yang berhubungan dengan pajanan terhadap bising,

termasuk pekerjaan paruh waktu). Beberapa pertanyaan yang menyangkut riwayat

pekerjaannya, seperti berikut ini :

1

Page 2: 28

- Sudah berapa lama bekerja hingga sekarang ini

- Bagaimana riwayat pekerjaan sebelumnya

- Alat kerja, bahan kerja dan proses kerja yang digunakan

- Barang yang diproduksi/dihasilkan

- Waktu bekerja dalam sehari berapa lama dan waktu kerja dalam seminggu berapa kali

- Ada kemungkinan pajanan apa saja yang dialami

- APD yang dipakai apa saja

- Hubungan antara gejala dan waktu kerja

- Pekerja lainnya ada yang mengalami hal yang sama

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Umum: keadaan umum, tanda-tanda vital, dan pemeriksaan fisik menyeluruh.

Pada pasien di skenario ini tidak disebutkan pemeriksaan umumnya, jadi kemungkinan

keadaan umumnya baik dan pemeriksaan fisik menmyeluruh juga bisa baik. Sering penyakit

akibat kerja efeknya berpengaruh terhadap tanda-tanda vital. Misalnya adanya kenaikan

tekanan darah ataupun detak jantung dikarenakan stres kerja akibat dari kebisingan di tempat

kerjanya.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan kualitatif dengan tes penala rutin (tes Rinne, Weber dan Schwabach) mungkin

didapatkan hasil Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik

dan Schwabach memendek, sesuai dengan ketulian jenis sensorineural.2

Pemeriksaan audiometri nada murni dapat mengukur ambang batas pendengaran.

Pemeriksaan ini penting sekali untuk memastikan NIHL baik untuk penyaringan (konduksi

udara) dan diagnosis (konduksi tulang dan udara). Selama pemeriksaan audiometri nada

murni, nada murni disampaikan menuju telinga melalui earphone yang sesuai. Ketulian

timbul secara bertahap dalam jangka waktu bertahun-tahun, yang biasanya terjadi dalam 8-10

tahun pertama paparan. Pemeriksaan audiometri nada murni didapatkan tuli sensorineural

pada frekuensi tinggi (umumnya 3-6 kHz) dan pada frekuensi 4 kHz sering terdapat takik

(notch) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini. Terdapat ambang batas intensitas nada

murni yaitu nada di atas ambang tersebut akan terdengar dan sebaliknya, nada di bawah

ambang tersebut tidak akan terdengar. Namun hasil pemeriksaan dapat berbeda pada waktu

2

Page 3: 28

pemeriksaan yang berbeda dipengaruhi keterampilan operator alat, motivasi pekerja, dan

adanya bising di sekitar tempat pemeriksaan. 3

Tes audiometri nada murni di tempat kerja digunakan untuk mencatat kondisi pendengaran

para pegawai, guna menemukan individu yang rentan terhadap bising (bisa untuk

penyaringan pekerja baru yang mau masuk), memonitor keadaan pendengaran berkurang

selama bekerja sebagai pegawai, dan mengatur program perlindungan pendengaran.

Pentingnya mengetahui tingkat pendengaran awal para pekerja dengan melakukan

pemeriksaan audiometri nada murni sebelum bekerja adalah bila audiogram sebelum bekerja

baik, lalu setelah bekerja menunjukkan ada ketulian, maka dapat diperkirakan berkurangnya

pendengaran tersebut akibat kebisingan di tempat kerja. Data dasar audiometri ini bisa

dilakukan saat pertama kali masuk ke tempat kerja (paling mudah bila pemeriksaan ini

dimasukkan ke dalam bagian pemeriksaan kesehatan sebelum diterima bekerja) dan nanti

bisa sebagai rujukan perbandingan hasil tes audiometri di kemudian hari. 3

Audiometri dilakukan berkala (tiap tahun atau tiap dua tahun sekali) untuk memonitor adanya

pendengaran yang berkurang di antara pekerja yang bekerja di tempat tersebut dan untuk

mengkaji jumlah pekerja yang telah kehilangan pendengaran (bila ada) yang terjadi selama ia

bekerja sebagai pegawai di tempat tersebut. Pegawai harus terhindar pajanan bising yang

tinggi setidaknya 16 jam sebelum pemeriksaan audiometri berkala. Audiometer yang dipakai

untuk audiometri nada murni harus sesuai dengan standar nasional atau internasional.

Petunjuk kalibrasi harus diikuti secara ketat. Bising pada latar belakang harus kecil dan

memenuhi standar yang ditentukan. Tes audiometri dilakukan oleh petugas yang telah terlatih

dan diawasi dokter. 3

Pemeriksaan Tempat Kerja, berguna untuk menemukan pajanan apa saja yang bisa dialami

oleh pasien. Terdapat beberapa faktor pajanan yang bisa menyebabkan penyakit akibat kerja,

yakni pajanan fisik, kimia, biologis, ergonomi, dan psikososial. Faktor ini menjadi penyebab

pokok dan menentukan terjadinya penyakit.

Sound Level Meter (SLM) adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat

kebisingan, yang terdiri dari mikrofon, amplifier, sirkuit “attenuator” dan beberapa alat

lainnya. Alat ini mengukur kebisingan antara 30 – 130 dB dan dari frekwensi 20 – 20.000 Hz.

SLM dibuat berdasarkan standar ANSI ( American National Standard Institute ) tahun 1977

dan dilengkapi dengan alat pengukur 3 macam frekwensi yaitu A, B dan C yang menentukan

secara kasar frekwensi bising tersebut. Jaringan frekwensi A mendekati frekwensi

karakteristik respon telinga untuk suara rendah yang kira-kira dibawah 55 dB . Jaringan

frekwensi B dimaksudkan mendekati reaksi telinga untuk batas antara 55 – 85 dB. Sedangkan

3

Page 4: 28

jaringan frekwensi C berhubungan dengan reaksi telinga untuk batas diatas 85 dB. Pasien di

skenario ini bekerja di bagian perakitan mobil yang bisa menimbulkan kebisingan yang jika

diukur hasilnya >85dB.

Working diagnosis

Noise induced hearing loss/ gangguan pendengaran akibat bising adalah tuli akibat

terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya

diakibatkan oleh bising lingkungan kerja.

Efek bising terhadap pendengaran mungkin terjadi sementara atau menetap. Efek ini

merupakan perubahan ambang batas pendengaran, bila hanya tuli sementara dan reversible

setelah penghentian pajanan bising disebut Noise induced temporary threshold shift (NITTS)

dan bila tulinya irreversible disebut Noise induced permanent threshold shift (NIPTS) atau

NIHL. 4

Pergeseran ambang batas sementara (TTS) merupakan mekanisme perlindungan diri akibat

bising berintensitas tinggi yang dapat pulih setelah pajanan bising dihentikan. Waktu yang

dibutuhkan untuk kembali pulih dari TTS bervariasi. TTS timbul hanya dalam waktu 2 menit

setelah terjadi gejala TTS. Nilai TTS maksimum sekitar setengah oktaf lebih tinggi daripada

frekuensi kebisingan. TTS muncul pada 70-75 dB masing-masing pada frekuensi rendah dan

frekuensi tinggi. Pemulihan TTS dimulai segera setelah pajanan dihentikan dan hampir

seluruh proses pemulihan terjadi dalam 16 jam. Pada beberapa kasus, dari audiologi tampak

pulih sempurna setelah 30 hari. Diduga bahwa TTS merupakan kondisi yang mendahului

terjadinya tuli secara permanen namun hal ini belum dapat dibuktikan. Dikatakan bahwa

untuk merubah NITTS menjadi NIPTS diperlukan waktu bekerja dilingkungan bising selama

10-15 tahun, tetapi hal ini bergantung juga kepada tingkat bising dan kepekaan seseorang

terhadap bising. 4

NIHL merupakan tuli permanen sensorineural yang biasanya bilateral dan tidak ada

penyembuhan pendengaran walaupun pajanan dihentikan. NIPTS biasanya mulai terjadi

disekitar frekuensi 4 kHz dan perlahan-lahan meningkat dan menyebar ke frekuensi

sekitarnya. NIPTS mula-mula tanpa keluhan, tetapi apabila sudah menyebar sampai ke

frekuensi yang lebih rendah (2-3 kHz) keluhan akan timbul. Pada mulanya seseorang akan

mengalami kesulitan untuk mengadakan pembicaraan di tempat yang ramai, tetapi bila sudah

menyebar ke frekuensi yang lebih rendah maka akan timbul kesulitan untuk mendengar suara

yang sangat lemah. Takik bermula pada frekuensi 3-6 kHz, dan setelah beberapa waktu

gambaran audiogram menjadi datar pada frekuensi yang lebih tinggi. Kehilangan

4

Page 5: 28

pendengaran pada frekuensi 4 kHz akan terus bertambah dan menetap setelah 10 tahun

kemudian perkembangannya menjadi lebih lambat.5

Differential Diagnosis

NIHL harus bisa dibedakan dengan tipe tuli sensorineural lainnya seperti presbycusis ataupun

tuli tipe konduktif. Pastinya untuk membedakan tipe tuli ini harus berdasarkan dari

pemeriksaan penunjangnya seperti tes penala dan audiometri. Namun anamnesis juga

diperlukan untuk mengetahui faktor resiko apa saja yang ada dan riwayat sakitnya. Untuk

diagnosa banding yang mendekati NIHL adalah presbikusis. Presbikusis ini dipengaruhi oleh

faktor usia. Sekitar usia 55-60 tahun seseorang mulai mengalami gangguan pendengaran

namun ada juga presbikusis dini yang bisa terjadi pada umur 40 tahun. Presbikusis ini

termasuk dalam tipe tuli sensorineural. Patofisiologinya dikarenakan adanya devaskularisasi

pada koklea sehingga terjadi pengurangan fungsi dari sel rambut. Hal ini akan terjadi dengan

semakin bertambahnya usia.

Diagnosa banding yang keduanya adalah penyakit meniere. Penyakit ini mengenai telinga

bagian dalam dengan karekteristiknya terdapat episode vertigo selama beberapa menit hingga

hitungan jam, ada fluktuasi antara kehilangan/pengurangan pendengaran dan tinnitus. Dan

sering juga pasien merasakan adanya tekanan yang penuh di telinganya selama terjadi

serangan. Biasanya ini terjadi pada satu telinga saja. Penyakit meniere ini termasuk tuli

sensorineural. Patofisiologinya dikarenakan adanya distensi pada membran telinga dalam

oleh karena adanya kelebihan cairan atau inadekuatnya drainase cairan. Akibat distensi,

membran menjadi rupture sehingga terjadi percampuran antara endolimfe (inner) dan

perilimfe (outer) yang menyebabkan disturbansi yang memicu dizziness. Setelah membran

kolaps akan mengalami pemulihan, namun bisa terjadi eksaserbasi dan remisi.

Tabel 2. Berbagai Macam Kelainanan Tuli.

CONDUCTIVE HEARING LOSS SENSORINEURAL HEARING LOSS

1. Otitis Eksternal (akut dan kronik) 1. Occupational or noise induced hearing loss (NIHL)

2. Wax/lilin 2. Presbycusis

3. Eksostosis/osteoma 3. Penyakit Menière

4. Otitis media akut (OMA) 4. Sudden sensoriagnosneural loss (biasanya pada

5

Page 6: 28

1 telinga saja)

5. Otitis media dengan efusi 5. Cochlear otosclerosis

6. Perforasi membrane timpani 6. Trauma (fraktur os temporal)

7. Otitis media supuratif kronik (OMSK)

    a. Kena pada mukosa

    b. Ada Cholesteatoma

7. Acoustic neuromas (vestibular schwannomas)

8. Otosclerosis8. Ototoksisitas (Obat sistemik dan topikal) seperti obat

aminoglikosia, klorokuin, cisplatinum)

PAJANAN YANG DIALAMI

Potensi bahaya kesehatan yang biasa di tempat kerja berasal dari lingkungan kerja antara lain

faktor kimia, faktor fisik, faktor biologi, faktor ergonomis dan faktor psikologi.

Faktor kimia : Risiko kesehatan timbul dari pajanan berbagai bahan kimia. Banyak bahan

kimia yang memiliki sifat beracun dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan kerusakan

pada sistem tubuh dan organ lainnya. Bahan kimia berbahaya dapat berbentuk padat, cairan,

uap, gas, debu, asap atau kabut dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama

antara lain: inhalasi, pencernaan dan penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif. Guna

mengantisipasi dampak negatif yang mungkin terjadi di lingkungan kerja akibat bahaya

faktor kimia maka perlu dilakukan pengendalian lingkungan kerja secara teknis sehingga

kadar bahan-bahan kimia di udara lingkungan kerja tidak melampaui nilai ambang batas

(NAB).6

Faktor fisik: Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara lain

kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan sinar ultraungu. Faktor-

faktor ini mungkin bagian tertentu yang dihasilkan dari proses produksi atau produk samping

yang tidak diinginkan. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu

dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Suara keras, berlebihan atau berkepanjangan

dapat merusak jaringan saraf sensitif di telinga, menyebabkan kehilangan pendengaran

sementara atau permanen. Hal ini sering diabaikan sebagai masalah kesehatan, tapi itu adalah

salah satu bahaya fisik utama. Batasan pajanan terhadap kebisingan ditetapkan nilai ambang

batas sebesar 85 dB selama 8 jam sehari.6

6

Page 7: 28

Faktor biologi: Faktor biologi penyakit akibat kerja sangat beragam jenisnya. Seperti pekerja

dipertanian, perkebunan dan kehutanan termasuk di dalam perkantoran yaitu indoor air

quality, banyak menghadapi berbagai penyakit yang disebabkan virus, bakteri atau hasil dari

pertanian, misalnya tabakosis pada pekerja yang mengerjakan tembakau, bagasosis pada

pekerja - pekerja yang menghirup debu-debu organic misalnya pada pekerja gandum

(aspergillus) dan di pabrik gula,. Penyakit paru oleh jamur sering terjadi pada pekerja yang

menghirup debu organik, misalnya pernah dilaporkan dalam kepustakaan tentang aspergilus

paru pada pekerja gandum. Demikian juga “grain asma” sporotrichosis adalah salah satu

contoh penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh jamur. Penyakit jamur kuku sering

diderita para pekerja yang tempat kerjanya lembab dan basah atau bila mereka terlalu banyak

merendam tangan atau kaki di air seperti pencuci. Agak berbeda dari faktor-faktor penyebab

penyakit akibat kerja lainnya, faktor biologis dapat menular dari seorang pekerja ke pekerja

lainnya. Usaha yang lain harus pula ditempuh cara pencegahan penyakit menular, antara lain

imunisasi dengan pemberian vaksinasi atau suntikan, mutlak dilakukan untuk pekerja-pekerja

di Indonesia sebagai usaha kesehatan biasa. Imunisasi tersebut berupa imunisasi dengan

vaksin cacar terhadap variola, dan dengan suntikan terhadap kolera, tipus dan para tipus

perut. Bila memungkinkan diadakan pula imunisasi terhadap TBC dengan BCG yang

diberikan kepada pekerja-pekerja dan keluarganya yang reaksinya terhadap uji Mantaoux

negatif, imunisasi terhadap difteri, tetanus, batuk rejan dari keluarga-keluarga pekerja sesuai

dengan usaha kesehatan anak-anak dan keluarganya, sedangkan di Negara yang maju

diberikan pula imunisasi dengan virus influenza.6

Faktor ergonomi : Industri barang dan jasa telah mengembangkan kualitas dan produktivitas.

Restrukturisasi proses produksi barang dan jasa terbukti meningkatkan produktivitas dan

kualitas produk secara langsung berhubungan dgn disain kondisi kerja Pengaturan cara kerja

dapat memiliki dampak besar pada seberapa baik pekerjaan dilakukan dan kesehatan mereka

yang melakukannya. Semuanya dari posisi mesin pengolahan sampai penyimpanan alat-alat

dapat menciptakan hambatan dan risiko. Penyusunan tempat kerja dan tempat duduk yang

sesuai harus diatur sedemikian sehingga tidak ada pengaruh yang berbahaya bagi kesehatan.

Tempat – tempat duduk yang cukup dan sesuai harus disediakan untuk pekerja-pekerja dan

pekerjapekerja harus diberi kesempatan yang cukup untuk menggunakannya.6

Faktor psikologi: bahaya psikologi yang berkaitan dengan hubungannya dengan kerja dapat

menyebabkan stres dan berpotensi mengakibatkan kerugian/ menganggu kesehatan. Sumber

gangguan psikologis antara lain tidak adanya dukungan sosial, tidak adanya kesempatan

berpartisipasi dalam pembuatan keputusan di kantor, pelecehan seksual, kondisi lingkungan

7

Page 8: 28

kerja, menajemen yang tidak sehat, tipe kepribadian orang yang cenderung bertolak belakang

dari orang tersebut, dan peristiwa/ pengalaman pribadi.

HUBUNGAN PAJANAN DENGAN PENYAKIT

Perubahan ambang dengar akibat paparan bising tergantung pada frekuensi bunyi, intensitas

dan lama waktu paparan, dapat berupa :

Adaptasi, bila telinga terpapar oleh kebisingan mula-mula telinga akan merasa terganggu oleh

kebisingan tersebut, tetapi lama-kelamaan telinga tidak merasa terganggu lagi karena suara

terasa tidak begitu keras seperti pada awal pemaparan.

Peningkatan ambang dengar sementara, terjadi kenaikan ambang pendengaran sementara

yang secara perlahan-lahan akan kembali seperti semula. Keadaan ini berlangsung beberapa

menit sampai beberapa jam bahkan sampai beberapa minggu setelah pemaparan. Kenaikan

ambang pendengaran sementara ini mula-mula terjadi pada frekuensi 4000 Hz, tetapi bila

pemeparan berlangsung lama maka kenaikan nilai ambang pendengaran sementara akan

menyebar pada frekuensi sekitarnya. Makin tinggi intensitas dan lama waktu pemaparan

makin besar perubahan nilai ambang pendengarannya. Respon tiap individu terhadap

kebisingan tidak sama tergantung dari sensitivitas masing-masing individu.1

Peningkatan ambang dengar menetap, kenaikan terjadi setelah seseorang cukup lama terpapar

kebisingan, terutama terjadi pada frekuensi 4000 Hz. Gangguan ini paling banyak ditemukan

dan bersifat permanen, tidak dapat disembuhkan. Kenaikan ambang pendengaran yang

menetap dapat terjadi setelah 3,5 sampai 20 tahun terjadi pemaparan, ada yang mengatakan

baru setelah 10-15 tahun setelah terjadi pemaparan. Penderita mungkin tidak menyadari

bahwa pendengarannya telah berkurang dan baru diketahui setelah dilakukan pemeriksaan

audiogram.1

Hilangnya pendengaran sementara akibat pemaparan bising biasanya sembuh setelah istirahat

beberapa jam ( 1 – 2 jam ). Bising dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama

( 10 – 15 tahun ) akan menyebabkan robeknya sel-sel rambut organ Corti sampai terjadi

destruksi total organ Corti. Proses ini belum jelas terjadinya, tetapi mungkin karena

rangsangan bunyi yang berlebihan dalam waktu lama dapat mengakibatkan perubahan

metabolisme dan vaskuler sehingga terjadi kerusakan degeneratif pada struktur sel-sel rambut

organ Corti. Akibatnya terjadi kehilangan pendengaran yang permanen. Umumnya frekuensi

pendengaran yang mengalami penurunan intensitas adalah antara 3000 –6000 Hz dan

kerusakan alat Corti untuk reseptor bunyi yang terberat terjadi pada frekwensi 4000 Hz (4 K

notch). Ini merupakan proses yang lambat dan tersembunyi, sehingga pada tahap awal tidak

8

Page 9: 28

disadari oleh para pekerja. Hal ini hanya dapat dibuktikan dengan pemeriksaan audiometri.

Apabila bising dengan intensitas tinggi tersebut terus berlangsung dalam waktu yang cukup

lama, akhirnya pengaruh penurunan pendengaran akan menyebar ke frekuensi percakapan

( 500 – 2000 Hz ). Pada saat itu pekerja mulai merasakan ketulian karena tidak dapat

mendengar pembicaraan sekitarnya.1

Bising berpengaruh terhadap tenaga kerja, sehingga dapat menimbulkan berbagai gangguan

kesehatan secara umum, antara lain gangguan pendengaran, fisiologi lain serta gangguan

psikologi.

Gangguan fisiologi dapat berupa peningkatan tekanan darah, percepatan denyut nadi,

peningkatan metabolisme basal, vasokonstriksi pembuluh darah, penurunan peristaltik usus

serta peningkatan ketegangan otot. Efek fisiologi tersebut disebabkan oleh peningkatan

rangsang sistem saraf otonom. Keadaan itu sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan

tubuh terhadap keadaan bahaya yang terjadi secara spontan.

Gangguan psikologi dapat berupa stres tambahan apabila bunyi tersebut tidak diinginkan dan

mengganggu, sehingga menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan melelahkan. Hal

tersebut dapat menimbulkan gangguan sulit tidur, emosional, gangguan komunikasi dan

gangguan konsentrasi yang secara tidak langsung dapat memba-hayakan keselamatan tenaga

kerja.

Pengaruh bising pada timbulnya gangguan pendengaran telah banyak diteliti. Untuk

melindungi tenaga kerja terhadap bahaya yang disebabkan oleh faktor bising, perlu dibuat

kriteria risiko dengan tujuan menentukan tingkat bunyi maksimum yang diperkenankan

selama periode waktu tertentu, yang bila tidak dilampaui hanya akan menimbulkan sedikit

perubahan pendengaran pekerja yang terpajan bising pada jangka waktu yang lama. Beberapa

faktor risiko yang berpengaruh pada derajat parahnya ketulian ialah intensitas bising,

frekuensi, lama pajanan perhari, lama masa kerja, kepekaan individu, umur dan faktor lain

yang dapat menimbulkan ketulian. Berdasarkan hal tersebut dapat dimengerti bahwa jumlah

pajanan energi bising yang diterima akan sebanding dengan kerusakan yang didapat.7

PAJANAN YANG DIALAMI CUKUP BESAR

Patofisiologi : Mekanisme yang mendasari NIHL diduga berupa adanya proses mekanis dan

metabolik pada organ sensorik auditorik bersamaan dengan kerusakan sel sensorik atau

bahkan kerusakan total organ Corti di dalam koklea. Kehilangan sel sensorik pada daerah

yang sesuai oleh karena frekuensi yang terlibat dari pajanan merupakan penyebab NIHL yang

paling penting. Kepekaan terhadap stress pada sel rambut luar berada dalam kisaran 0-50 dB,

9

Page 10: 28

sedangkan untuk sel rambut dalam di atas 50 dB. Biasanya bila ada terjadinya TTS

(Temporary Threshold Shift atau tuli sementara) sebelum NIHL, itu berarti sudah ada

kerusakan bermakna pada sel rambut luar telinganya. Frekuensi yang sangat tinggi lebih dari

8 kHz mempengaruhi dasar koklea. 8

Proses mekanis: Berbagai proses mekanis yang dapat menyebabkan kerusakan sel rambut

akibat pajanan terhadap bising meliputi : 8

1. Aliran cairan yang kuat pada sekat koklea dapat menyebabkan robeknya membran

Reissner sehingga cairan endolimfe dan perilimfe bercampur mengakibatkan kerusakan

sel rambut.

2. Gerakan membran basilar yang kuat dapat menyebabkan gangguan organ Corti dengan

pencampuran endolimfe dan kortilimfe yang mengakibatkan kerusakan sel rambut.

3. Aliran cairan yang kuat pada sekat koklea dapat langsung merusak sel rambut dengan

melepaskan organ Corti atau merobek membran basilar.

Proses di atas dikarenakan bising intensitas tinggi dan NIHL bisa terjadi dengan cepat.

Proses metabolik, yang dapat merusak sel rambut akibat pajanan bising meliputi : 8

1. Pembentukan vesikel/vakuol di dalam retikulum endoplasma sel rambut serta

pembengkakan mitokondria dapat berlanjut menjadi robeknya membran sel dan

hilangnya sel rambut.

2. Kehilangan sel rambut mungkin disebabkan oleh kelelahan metabolik akibat gangguan

sistem enzim yang esensial untuk produksi energi, biosintesis protein, dan pengangkutan

ion.

3. Cedera stria vaskularis menyebabkan gangguan kadar Na, K, dan ATP. Hal ini

menyebabkan hambatan proses transpor aktif dan pemakaian energi oleh sel sensorik.

Kerusakan sel sensorik menimbulkan lesi kecil pada membran retikular bersamaan

dengan percampuran cairan endolimfe dan kortilimfe serta perluasan kerusakan sel

sensorik lain.

4. Sel rambut luar lebih mudah terangsang suara dan membutuhkan energi yang lebih besar

sehingga menjadi lebih rentan terhadap cedera akibat iskemia.

5. Mungkin terdapat interaksi sinergis antara bising dengan pengaruh lain yang merusak

telinga.

Daerah organ Corti sekitar 8-10 mm dari ujung basal (sesuai dengan daerah 4 kHz pada

audiogram) dianggap sebagai daerah yang secara khas rentan terhadap kebisingan. Walaupun

penjelasan mengenai cekungan 4 kHz yang paling mungkin adalah adanya ciri resonansi

saluran telinga, penyebab lain juga telah dikemukakan. Hal ini meliputi bahwa daerah 4 kHz

10

Page 11: 28

mungkin lebih rentan karena insufisiensi vaskular akibat bentuk anatomisnya yang tidak

biasa di daerah ini dan amplitudo pemindahan di dalam saluran koklea mulai terbentuk di

daerah 4 kHz ini saat kecepatan perambatan gelombang yang berjalan masih cukuip tinggi

dan struktur anatomi koklea menyebabkan pergeseran cairan pada daerah 4 kHz. 8

Efek Pendengaran Lain Akibat Bising

Tinitus (suara berdenging di dalam telinga) biasanya timbul segera setelah pajanan terhadap

bising dan dapat menjadi permanen bila pajanan bising tersebut terus berlangsung dialami.

Tinitus merupakan akibat pajanan bising bernada tinggi. Selain tinitus, efek lain akibat

kebisingan adalah vertigo. Vertigo hanya timbul setelah mengalami pajanan bising dari suara

mesin jet yang sedang menyala ataupun bisa terjadinya vertigo sementara atau permanen jika

mendapat pajanan bising setelah ledakan senjata api. Namun vertigo tidak terjadi pada

pajanan bising industri biasa seperti yang terjadi pada tinitus. 8

Presbiakusis merupakan gangguan pendengaran akibat usia lanjut yang timbul pada frekuensi

tinggi. Sedangkan “Socioacusis” adalah istilah yang digunakan untuk tuli akibat penyebab

selain usia dan pajanan bising. 8

Bukti epidemiologis: David I Robert melaporkan bahwa bising di tempat kerja merupakan

masalah utama dalam kesehatan kerja di berbagai negara. Diperkirakan sedikitnya 7 juta

orang ( 35% dari total populasi) terpajan dengan bising >85 dBA. Ketulian yang terjadi

dalam industri menduduki urutan pertama dalam daftar penyakit akibat kerja di Amerika

Serikat dan Eropa. Phoon W melaporkan bahwa kelompok tenaga kerja yang terpajan bising

selama kerja memperlihatkan ketulian >20%. Sucipto melaporkan >50% tenaga kerja tekstil

dengan masa kerja antara 1-10 tahun mengalami NIHL pada frekuens 3000 Hz dan 4000 Hz.

Lucchini melaporkan dari 41 tenaga kerja pada perusahan baja, ditemukan 45,9% kasus

NIHL pada frekuensi 6000 Hz, dengan pajanan bising terus menerus. Sejumlah penelitian

menunjukan sekitar 31,5-38% tenaga kerja pabrik baja mengalami NIHL pada intensitas 85-

105 dBA.9

Kualitatif, dapat dilihat dalam tabel 1.

Tabel I. Intensitas dan waktu paparan bising yang diperkenankan

Intensitas bising (dB) Waktu paparan (perhari dalam jam)

85 8

87,5 6

90 4

92,5 3

11

Page 12: 28

95 2

100 1

105 ½

110 ¼

Lingkungan Kerja: kerja di bagian perakitan mesin dimana kita tahu bahwa proses perakitan

mesin menimbulkan bising yang cukup besar intensitasnya yaitu 100 dB.

Pemakaian APD : Pasien tidak menggunakan ear plug, ini semakin memperkuat dugaan

bahwa pasien mendapat pajanan bising yang besar karena tidak memakai alat pelindung diri

dari pajanan bising tersebut.

Jumlah pajanan: Untuk jumlah pajanan di perlukan pengukuran langsung besarnya pajanan

di tempat kerja pasien yaitu, 100 dB selama 8 jam kerja.

PERANAN FAKTOR INDIVIDU

Status kesehatan fisik : Usia pasien (45 tahun) merupakan salah satu penyebab rentannya

pasien terhadap bising serta riwayat gangguan pendengaran sebelum bekerja atau sebelum

terpapar bising

Status kesehatan mental : -

Higiene perorangan : -

FAKTOR LAIN DILUAR PEKERJAAN

Hobi : Tidak punya kebiasaan menggunakan earphone untuk mendengar musik

Merokok : -

Pajanan di rumah: -

Pekerjaan sambilan: tidak ada

DIAGNOSIS OKUPASI

Setelah meneliti langkah 1 sampai 6 maka di simpulkan diagnosisnya adalah Noise Induced

Hearing Loss atau Tuli Akibat Kerja, karena gangguan pendengaran yang di alami pasien

disebabkan oleh pajanan bising di tempat kerjanya.

PENATALAKSANAAN

Sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya dipindahkan kerjanya dari lingkungan

bising. Bila tidak mungkin dipindahkan dapat dipergunakan alat pelindung telinga terhadap

12

Page 13: 28

bising, seperti sumbat telinga (ear plug), tutup telinga (ear muff) dan pelindung kepala

(helmet). 7

Oleh karena tuli akibat bising adalah tuli sensorineural koklea yang bersifat menetap

(irreversible), bila gangguan pendengaran sudah mengakibatkan kesulitan berkomunikasi

dengan volume percakapan biasa, dapat dicoba pemasangan alat bantu dengar / ABD

(hearing aid). Apabila pendengarannya telah sedemikian buruk, sehingga dengna memekai

ABD pun tidak dapat berkomunikasi dengan adekuat perli dilakukan psikoterapi agar dapat

menerima keadaanya. Latihan pendengaran (auditory training) agar dapat menggunakan sisa

pendengaran dengan ABD secara efisien dibantu dengan membaca ucapan bibir (lip reading),

mimik dan gerakan anggota badan, serta bahasa isyarat untuk dapat berkomunikasi. Di

samping itu, oleh karena pasien mendengar suaranya sendiri sangat lemah, rehabilitasi suara

juga diperlukan agar dapat mengendalikan volume, tinggi rendah dan irama percakapan. 7

Pada pasien yang telah mengalami tuli total bilateral dapat dipertimbangkan untuk

pemasangan implan koklea (cochlear implant). 7

PENCEGAHAN

Primer:

Penyuluhan, olahraga dan perubahan perilaku

Sekunder:

Peraturan & Administrasi: peraturannya membolehkan pekerja bekerja selama 8 jam dengan

tingkat kebisingan <85 dB/ hari.

Teknis: bising dengan intensitas lebih dari 85 dB dalam waktu tertentu dapat mengakibatkan

ketulian, oleh karena itu bising lingkungan kerja harus diusahakan lebih rendah dari 85dB.

Hal ini dapat diusahakan dengan cara meredam sumber bunyi, misalnya yang berasal dari

generator dipisah dengan menempatkannya di suatu ruangan yang dapat meredam bunyi. 7

APD: Memilih pelindung telinga yang tepat

Tabel 3. Pelindung Telinga

Jenis

pelindung

Penjelasan Cara Pemakaian

Sumbat telinga

busa (Foam

earplug)

Sumbat telinga busa sekali pakai dibuat

dari busa yang dapat melar yang lambat

kembali ke bentuk awal. Sumbat ini

Putar pelan-pelan dan tekan

sumbat ke dalam telinga. Ketika

ditekan, masukan sumbat ke

13

Page 14: 28

memberikan kombinasi yang paling

baik antara kenyamanan dan

perlindungan bagi sebagian besar

penggunanya. Sewaktu berada di dalam

telinga, sumbat telinga busa ini akan

melebar sesuai bentuk telinga sehingga

membuat pengguna merasa nyaman dan

aman. Bentuk sumbat ini paling banyak

digunakan.

dalam liang telinga.

Memasukkan akan lebih mudah

jika telinga agak ditarik ke atas

selama memasukkan sumbat.

Sumbat telinga

yang dapat

dipakai ulang

(Premolded

reuseable

earplugs)

Dibuat dari bahan yang fleksibel yang

dibuat untuk cocok dengan telinga.

Meskipun lebih mahal, sumbat ini dapat

dicuci dan digunakan kembali beberapa

kali sebelum harus dibuang.

Raih bagian belakang kepala

dan tarik telinga ke arah luar dan

atas ketika memasukkan sumbat

sampai dirasakan menyumbat.

Pada awalnya mungkin terasa

ketat, khususnya jika belum

pernah memakai sumbat. Putar

dengan hati-hati untuk membuka

sumbat agar dapat terlepas

dengan aman.

Sungkup

telinga

(Earmuff)

Earmuff memiliki sungkup yang kaku

dengan bantalan plastik lunak yang

menyumbat sekitar telinga untuk

menghalangi suara. Bantalan dapat diisi

dengan busa, cairan, atau

kombinasinya. Bentuk sungkupnya juga

bervariasi. Untuk pajanan bising kuat

yang lama, atau jika dirasakan perlunya

perlindungan yang lebih, earmuff dapat

digunakan bersama dengan earplug

untuk tambahan reduksi suara sekitar 5-

10 dB (dual protection).

Sungkup harus sepenuhnya

menutupi telinga dan

melingkupi kepala. Sesuaikan

bagian kepala sehingga bantalan

mendesak bahkan menekan

sekitar telinga untuk

memberikan reduksi suara

terbaik. Tarik rambut ke

belakang agar tidak menutupi

bantalan. Sesuaikan

kedudukannya dengan kacamata

agar tidak mengganggu reduksi

suara.

14

Page 15: 28

Tersier

MCU (Medical Check Up), dilakukan pada pekerja yang baru masuk, untuk mengetahui

status kesehatannya, kemudian diulang 6 bulan kemudian, untuk melihat apakah ada

perubahan pada kesehatanya yang diakibatkan oleh pajanan pekerjaan.

Semua usaha pencegahan akan lebih berhasil bila diterapkan Program Konservatif

Pendengaran (PKP) yang bertujuan untuk mencegah atau mengurangi tenaga kerja dari

kerusakan atau kehilangan pendengaran akibat kebisingan di tempat kerja, tujuan lain adalah

mengetahui status kesehatan pendengaran tenaga kerja yang terpajan bising berdasarkan data-

data. Untuk mencapai keberhasilan program Konservasi pendengaran, diperlukan

pengetahuan tentang seluk beluk pemeriksaan audiometri, kemampuan dan keterampilan

pelaksanaan audiometri, kondisi audiometer dan penilaian hasil audiogram. 7

Aktivitas Program Konservasi Pendengaran antara lain adalah : Melakukan Identifikasi

sumber bising melalui survey kebisingan di tempat kerja (walk through survey), melakukan

analisis kebisingan dengan mengukur kebisingan menggunakan Sound Level Meter (SLM)

atau Oktave Band Analyzer), Melakukan kontrol kebisingan dengna berbagai cara peredaman

bising, Melakukan Tes Audiometri secara berkala pada pekerja yang beresiko, Menerapkan

sistem komunikasi, informasi, dan edukasi, serta menerapkan penggunaan APD (Alat

Pelindung Diri) secara ketat dan melakukan pencatatan dan pelaporan data. 7

PROGNOSIS

Oleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli saraf koklea yang sifatnya

menetap, dan tidak dapat diobati secara medikamentosa maupun pembedahan, maka

prognosisnya kurang baik. Oleh sebab itu yang terpenting adalah pencegahan terjadinya

ketulian.

KESIMPULAN

Bising dengan frekuensi dan intensitas tertentu dapat menyebabkan ketulian yang berupa tuli

saraf dan sifatnya permanen. Pemeriksaan fisik dan pengujian audiometrik mutlak

dibutuhkan untuk setiap pekerja yang dilakukan sebelum mulai bekerja dan secara berkala

selama bekerja dengan tujuan untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran akibat

bising terutama bising industri. Oleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli

15

Page 16: 28

saraf koklea yang sifatnya menetap dan tidak dapat diobati secara medikamentosa ataupun

pembedahan, maka yang terpenting dilakukan adalah pencegahan terjadinya ketulian.

16