28-51-1-SM

15
JURNAL ILMIAH PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA MASYARAKAT TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH PT. CAHAYA ENERGI MANDIRI (CEM) DI PEMUKIMAN WARGA RT. 03 KELURAHAN PULAU ATAS KECAMATAN SAMBUTAN KOTA SAMARINDA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum Diajukan oleh : YAUMUL ARHAM NIM 0710015213 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2012

Transcript of 28-51-1-SM

Page 1: 28-51-1-SM

JURNAL ILMIAH

PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA MASYARAKAT TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH PT. CAHAYA ENERGI MANDIRI (CEM) DI PEMUKIMAN WARGA RT. 03 KELURAHAN PULAU ATAS

KECAMATAN SAMBUTAN KOTA SAMARINDA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh

Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum

Diajukan oleh :

YAUMUL ARHAM NIM 0710015213

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA 2012

Page 2: 28-51-1-SM

PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA MASYARAKAT TERHADAP

PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH PT. CAHAYA ENERGI MANDIRI

(CEM) DI PEMUKIMAN WARGA RT. 03 KELURAHAN PULAU ATAS

KECAMATAN SAMBUTAN KOTA SAMARINDA

ABSTRAKSI

Yaumul Arham. 2012. Perlindungan Hukum Kepada Masyarakat Terhadap Warga RT. 03 Kelurahan Pulau Atas Kecamatan Sambutan Kota Samarinda. Program Studi Ilmu Hukum Konsentrasi Lingkungan Fakultas Hukum Universitas Mulawarman. Pembimbing Utama La Sina, Pembimbing Pendamping Siti Kotijah. Latar Belakang : lingkungan hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak lepas dari kehidupan manusia, masalah lingkungan semakinlama semakin besar, dan serius. Pada mulanya masalah lingkungan hidup merupakan masalah alami, yakni peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari proses natural. Tujuan Penelitian : (1) untuk mengetahui dan menganalisa perlindungan hukum kepada masyarakat terhadap pencemaran lingkungan di pemukiman warga RT. 03 Kelurahan Pulau Atas Kecamatan Sambutan Kota Samarinda. (2) untuk mengetahui dan menganalisa upaya dan kendala yang dilakukan oleh PT. Cahaya Energi Mandiri terhadap pencemaran lingkungan di pemukiman warga RT. 03 Kelurahan Pulau Atas Kecamatan Sambutan Kota Samarinda. Metode atau jenis penelitian : penelitian ini menggunakan penelitian yuridis empiris. Penelitian yuridis empiris adalah penelitian hukum positif tidak tertulis mengenai perilaku anggota masyarakat dalam hubungan hidup masyarakat. Hasil penelitian : (1) harus adanya perlindungan hukum mengenai dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan pertambangan bagi masyarakat terhadap pencemaran lingkungan oleh PT. Cahaya Energi Mandiri (CEM) di pemukiman warga RT. 03 Kelurahan Pulau Atas Kecamatan Sambutan Kota Samarinda (2) pemerintah daerah yang terkait yaitu badan lingkungan hidup daerah mengenai permasalahan pencemaran lingkungan berupa udara telah melaksanakan kegiatan verifikasi pengaduan untuk memeriksa kebenaran pengaduan warga RT. 03 Kelurahan Pulau Atas mengenai pencemran lingkungan, melaksanakan sesuai kewenangan, tugas dan fungsi pokoknya dan melaporkan beberapa hasil yang telah di sepakati antara kedua belah pihak. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji lebih dalam tentang kasus pencemaran lingkungan berupa udara antara PT. Cahaya Energi Mandiri dengan warga RT. 03 Kelurahan Pulau Atas Kecamatan Sambutan Kota Samarinda. Ada beberapa upaya perlindungan hukum yang diberikan Pemerintah Daerah yang terkait berupa Badan Lingkungan Hidup daerah kepada masyarakat RT. 03 Kelurahan Pulau Atas, mempunyai tugas dan fungsinya dalam membantu menyelesaikan kasus antara perusahaan dan warga yang di rugikan, mengenai permasalahan pencemaran lingkungan berupa udara telah melaksanakan kegiatan verifikasi pengaduan untuk memeriksa kebenaran pengaduan warga, melaksanakan tugas sesuai kewenangan, tugas dan fungsi pokoknya dan melaporkan beberapa hasil yang telah di sepakati antara kedua belah pihak yang bersengketa. Keyword : Perlindungan Hukum, Pencemaran, Kesepakatan

Page 3: 28-51-1-SM

PENDAHULUAN

Hak dasar warga Negara untuk memperoleh lingkungan yang memadai

maupun jaminan konstitusi untuk hidup dan memperoleh lingkungan hidup yang baik

pula, dalam hal ini misalnya kebersihan lingkungan, kesehatan lingkungan dan

perlindungan lingkungan secara implisit tanggung jawab pemerintah dan pemerintah

daerah, berkaitan dengan pencemaran lingkungan.

Lingkungan hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan manusia.

Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak lepas dari kehidupan manusia. Masalah

lingkungan semakin lama semakin besar, meluas dan serius. Pada mulanya masalah

lingkungan hidup merupakan masalah alami, yakni peristiwa-peristiwa yang terjadi

sebagai bagian dari proses natural.

Dalam pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara menyebutkan pencemaran udara ialah masuknya zat

atau dimasukannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh

kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai tingkat tertentu hingga

menyebabkan udara ambient tidak dapat memenuhi fungsinya Pencemaran udara,

yang salah satunya dari kegiatan penambangan, pada tahun-tahun terakhir ini muncul

ketengah-tengah masyarakat dengan sangat efektif terlihat dari pemberitaan media

masa maupun laporan-laporan masyarakat kepada lembaga-lembaga pemerintah.

Bahkan diantaranya disertai tuntutan ganti rugi terhadap pengusaha pertambangan

yang diduga telah mencemarkan lingkungan.

Kota Samarinda sebagai Ibu Kota Propinsi Kalimantan Timur, merupakan kota

yang sangat kaya akan sumber daya alam, namun eksplorasi sumber daya alam itu

menimbulkan permasalahan klasik khususnya dibidang pencemaran lingkungan salah

satunya di akibatkan karena pertambangan Kota Samarinda.

Kota Samarinda pada tahun 2008 hingga 2011, ada 76 ijin kuasa pertambangan

dan 5 Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu bara (PKP2B), konsesinya

meliputi 71 persen atau 50.742.76 hektar dari luas kota Samarinda. Sekitar 25% atau

16,294 hektar dari luas Kota Samarinda, merupakan daerah rawa yang cocok untuk

resapan air yang sekarang berubah fungsi, mautnya batubara dalam laporan hasil

studi Jatam dan Walhi.

Mengenai masalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh

pertambangan ini banyak terjadi di Kota Samarinda, khususnya warga RT. 03

Kelurahan Pulau Atas Kecamatan Sambutan yang mengalami dampak lingkungan

berupa penyebaran debu batubara akibat kegiatan, penyimpanan dan pemuatan

batubara ke kapal ponton. Selain itu juga dampak getaran dan kebisingan akibat

operasional kendaraan pengangkutan batubara oleh PT. Cahaya Energi Mandiri

(CEM). Kegiatan penambangan PT. Cahaya Energi Mandiri (CEM) tersebut

Page 4: 28-51-1-SM

menggunakan sistem ijin Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara

(PKP2B), dan fakta dan hasil temuan verifikasi yaitu pemukiman warga RT. 03

Kelurahan Pulau Atas berdekatan dengan jalan hauling dan jarak dari jalan hauling

tersebut kurang lebih 50-100 m dari pemukiman warga RT. 03 Kelurahan Pulau Atas.

PERUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana perlindungan hukum Pemerintah Kota Samarinda terhadap masyarakat

atas pencemaran lingkungan di pemukiman warga RT. 03 Kelurahan Pulau Atas

Kecamatan Sambutan Kota Samarinda ?

2. Apa Kendala dan upaya yang dilakukan oleh PT. Cahaya Energi Mandiri (CEM)

untuk mengatasi pencemaran lingkungan di pemukiman`warga RT. 03 Kelurahan

Pulau Atas Kecamatan Sambutan Kota Samarinda ?

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan pada penelitian ini dengan menggunakan jenis

penelitian yuridis empiris. Penelitian yuridis empiris adalah penelitian hukum positif

tidak tertulis mengenai perilaku (behavior) anggota masyarakat dalam hubungan

hidup masyarakat. Penelitian yang lebih banyak berinteraksi dengan kondisi

dilapangan yang berhubungan dengan Perlindungan hukum terhadap pencemaran

lingkungan.

WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 12 Desember 2011 dan berakhir tanggal 24 Juni

2012 dengan mengambil lokasi di kantor Badan Lingkungan Hidup (BLHD) Kota

Samarinda.

Sumber Data:

1. Data primer, adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan berupa:

Pemerintah Kota Samarinda Badan Lingkungan Hidup, Masyarakat RT.03

Kelurahan Pulau Atas Kecamatan Sambutan Kota Samarinda dan PT. Cahaya

Energi Mandiri (CEM) di daerah Kelurahan Pulau Atas Kecamatan Kota

Samarinda.

2. Data skunder adalah sumber yang peneliti butuhkan diperoleh dari buku buku,

majalah, literatur, hasil penelitian, terdiri dari buku-buku, majalah, literatur dan

jurnal yang terkait dengan masalah yang di teliti.

Metode Pengambilan Data:

1. Data primer diperoleh melalui penelitian lapangan dengan metode : observasi,

wawancara, kuisoner.

2. Data sekunder, diperoleh melalui : Studi Kepustakaan, Studi Dokumentasi

Page 5: 28-51-1-SM

Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data

1. Pengelolahan Data

Teknik dalam pengumpulan data yang penulis gunakan dalam beberapa cara

untuk memperoleh data serta penyelesaianya, antara lain :

a. Metode wawancara dengan sumber data utama yaitu :

(1) Masyarakat RT 03 Kelurahan Pulau Atas Kecamatan Sambutan

Samarinda;

(2) Pemerintah Daerah Kota Samarinda yaitu Badan Lingkungan Hidup

Daerah; dan

(3) PT. Cahaya Energi Mandiri (CEM) di daerah Kelurahan Pulau Atas

Kecamatan Samarinda.

b. Metode observasi atau pengamatan langsung pada lokasi yaitu pertambangan

di RT 03 Kelurahan Pulau atas Kecamatan Sambutan.

c. Kepustakaan yaitu cara pengumpulan bahan masukan literatur dan peraturan

perundang-undangan yang erat kaitannya dengan apa yang dibahas dalam

penulisan ini.

d. Studi dokumen yaitu mengkaji dokumen berupa peraturan perundang-

undangan.

2. ANALISIS DATA

Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif, artinya penelitian yang

bermaksud untuk membuat (deskripsi) mengenai situasi-situasi akan kejadian-

kejadian, selanjutnya dipisahkan berdasarkan meteri bab per bab sehingga

memudahkan penyusunan. Selanjutnya dianalisis dan dijadikan dasar dalam

membuat suatu kesimpulan terhadap Perlindungan Hukum tentang Pencemaran

Lingkungan Oleh PT. Cahaya Energi Mandiri (CEM) di Pemukiman Warga RT.

03 Kelurahan Pulau Atas Kecamatan Sambutan Kota Samarinda.

PEMBAHASAN

1. Perlindungan hukum Pemerintah Kota Samarinda terhadap masyarakat atas

pencemaran lingkungan

Perlindungan hukum adalah tempat berlindung bagi setiap orang yang

membutuhkan, dan perlindungan adalah suatu proses cara perbuatan untuk

melindungi seseorang. Hukum adalah peraturan secara resmi dan dianggap

mengikat, yang di kukuhkan oleh pemerintah, dan berkaitan dengan undang-

undang peraturan untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat serta berpatokan

pada kaidah-kaidah ketentuan mengenai peristiwa yang tertentu, dan

keputusan/pertimbangan yang di tetapkan oleh hakim di pengadilan.

Page 6: 28-51-1-SM

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap

subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif

maupun yang bersifat refresif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan

kata lain perlindungan hukum sebagai suatu konsep hukum dapat memberikan

suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian. Dalam hal ini

perlindungan hukum terhadap masyarakat tentang pencemaran udara akibat

pertambangan merupakan suatu upaya yang harus dilaksanakan demi terciptanya

konsep hukum yang dimana hukum tersebut memberikan suatu keadilan,

ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian yang dimana konsep tersebut

harus berjalan demi memberikan perlindungan hukum khususnya akibat

pencemaran lingkungan hidup agar tetap terjaga.

Pasal 3 Undang-Undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa, tujuan perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai berikut:

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan:

a. Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

b. Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;

c. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan

kelestarian ekosistem;

d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidupp;

e. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan

lingkungan hidup;

f. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan

generasi masa depan;

g. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas

lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia;

mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara

bijaksana;

h. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan

i. Mengentisipasi isu lingkungan global.

Pasal 4 Undang-Undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan ruang lingkup perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai berikut;

Page 7: 28-51-1-SM

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi;

a. Perencanaan

b. Pemanfaatan;

c. Pengendalian;

d. Pemeliharaan;

e. Pengawasan; dan

f. Penegakan hukum.

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia, secara

mendasar diatur di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup. Tujuan dan sasaran utama dari

ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam Undang-undang dimaksud adalah

pengelolaan secara terpadu dalam pemanfaatan, pemulihan, dan pengembangan

lingkungan hidup. Tujuan dan sasaran utama tersebut, sedikit banyak

dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa, telah terjadi eksplorasi dan

eksploitasi tidak mengenal batas oleh manusia terhadap sumber daya alam yang

mengakibatkan rusak dan tercemarnya lingkungan hidup.

Kerusakan lingkungan hidup yang terjadi dalam skala nasional setidaknya

dapat dilihat pada angka deforestasi yang mencapai 2,84 juta hektar per tahun.

Akibat deforestasi, hutan di Indonesia sekarang diperkirakan hanya tinggal sekitar

55 (limapuluh lima) juta hektar. Dalam skala lokal, salah satunya adalah

pencemaran udara Balangan di Propinsi Kalimantan Selatan. Pencemaran udara

tersebut merupakan dampak dari aktivitas pertambangan batubara PT ADARO

Indonesia yang terjadi tidak lama setelah Kementerian Lingkungan Hidup RI

memberikan penghargaan kepada PT. ADARO Indonesia dalam Program

Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

Tahun 2009 dengan peringkat hijau.

Kasus di atas hanyalah sedikit gambaran kerusakan dan pencemaran

lingkungan hidup yang terjadi di Indonesia. Jadi, sudah seyogyanya ditelaah

kembali ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang penegakan hukum

lingkungan hidup, khususnya penegakan hukum lingkungan hidup dengan

menggunakan sarana hukum pidana.

Mediasi penal pada hakikatnya adalah sebuah mekanisme penyelesaian

perkara tindak pidana melalui forum perundingan antara pelaku dan korban tindak

pidana dengan dibantu seorang mediator penal, untuk membuat kesepakatan yang

bersifat win-win solution.

Page 8: 28-51-1-SM

Metode yuridis dalam arti luas merupakan penelaahan hukum dengan

tidak hanya melihat hubungannya di dalam perangkat norma belaka, tetapi lebih

melihat kepada pentingnya manfaat sosial dari pembentukan norma-norma

(hukum). Sebagaimana yang dikemukakan Sudarto bahwa, metode yuridis dalam

arti sempit (yuridis tradisional) yang bekerja dengan sistem pengertian yang

dogmatis dan asumsi-asumsi yang formil belaka, sulit sekali untuk dapat

memecahkan persoalan dan mengatur masyarakat.

Dengan melihat kondisi penegakan hukum pidana terhadap perbuatan

pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang terlah berlangsung selama

ini, sudah seyogyanya mediasi penal dijadikan alternatif penyelesaian perkara

tindak pidana lingkungan hidup di luar pengadilan.

Menjadikan mediasi penal sebagai alternatif penyelesaian perkara tindak

pidana lingkungan hidup selain bermanfaat bagi lingkungan hidup, sejalan dengan

perkembangan hukum dalam tataran global, sejalan pula dengan hukum yang

hidup dan berkembang dalam tataran lokal, yakni masyarakat adat di Indonesia

yang telah memiliki mekanisme penyelesaian perkara melalui perundingan atau

permusyawarahan untuk mencapai kesepakatan.

Pasal 2 Undang-Undang 32 Tahun 2009 tetang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup” Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

dilaksanakan berdasarkan asas:

a. Tanggung jawab Negara;

b. Kelestarian dan keberlanjutan;

c. Keserasian dan keseimbangan;

d. Keterpaduan;

e. Manfaat;

f. Kehati-hatian;

g. Keadilan;

h. Ekoregion;

i. Keanekaragaman hayati;

j. Pencemar membayar;

k. Partisipatif;

l. Kearipan lokal;

m. Tata kelola pemerintah yang baik; dan

n. Otonomi daerah.

Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat perlu adanya bingkai

yuridis dalam rangka perlindungan hukum bagi masyarakat di bidang lingkungan

hidup. Konsep tersebut sudah termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945, dan

juga ada pada Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(PPLH). Hak ini sebenarnya juga telah ada di beberapa negara, misalnya Amerika

Page 9: 28-51-1-SM

: The Right to decent enviroment, Belanda: het recht op een goed en schoon milleu,

Jepang : a Right to sunshine dan environmental right, Filipina : the right to healthy

environment. Bahwa berdasarkan Konferensi Stockholm, hak ini diformulasikan

sebagai hak asasi.

Masih perlu dijabarkan lebih lanjut tentang masalah tata laksana dan

perlindungan hukum yang dijaminnya. Dalam konteks Indonesia, hak tersebut

tidak lah dituangkan dalam konstitusi juga dituangkan dalam peraturan Per

Undang-Undangan setingkat lebih rendah yaitu Undang-undang. Memang benar

bahwa hak atas lingkungan yang baik dan sehat adalah hak perseorangan namun

tidak merupakan hak asasi pada tingkat Undang-Undang Dasar, tapi hak biasa

pada tingkat Undang-undang. Di dalam Perlindungan dan Penegakan Lingkungan

Hidup (PPLH), hak atas lingkungan yang baik dan sehat diformulasikan sebagai

hak klasik sekaligus sebagai hak asasi sosial. Dari sudut bentuk dan isinya, bersifat

sebagai hak asasi klasik, yang menghendaki penguasa menghindarkan diri dari

campur tangan terhadap kebebasan individu untuk menikmati lingkungan

hidupnya. Sedangkan dari pengelolaan segi bekerjanya termasuk hak asasi sosial,

dalam hal ini diimbangi dengan kewajiban pemerintah untuk menerapkan

kebijakan dan melakukan tindakan untuk mendorong upaya pelestarian lingkungan

hidup. Sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang 32 Tahun

2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya

sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup

dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang

meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan

penegakan hukum.

Penegakan hukum lingkungan dapat dimaknai sebagai penggunaan atau

penerapan instumen-instrumen dan sanksi-sanksi dalam lapangan hukum

administrasi, hukum pidana dan hukum perdata dengan tujuan memaksa subjek

hukum yang menjadi sasaran mematuhi peraturan perundang-undangan

lingkungan hidup. Penggunaan instrumen dan sanksi hukum administrasi

dilakukan oleh instansi pemerintah dan juga oleh warga atau badan hukum

perdata. Gugatan Tata Usaha Negara (TUN) merupakan sarana hukum

administrasi Negara yang dapat digunakn oleh warga atau badan hukum perdata

terhadap instansi atau pejabat pemerintah yang menerbitkan keputusan tata usaha

Negara yang secara formil atau meteril bertentangan peraturan perundang-

undangan lingkungan. Penggunaan sanksi-sanksi hukum pidana hanya dapat

dilakukan oleh instansi-instansi pemerintah, penggunaan insrtumen hukum perdata

yaitu gugatan perdata, dapat dilakukan oleh warga, badan hukum perdata dan juga

instansi pemerintah. Namun, jika dibandingkan diantara ketiga bidang hukum,

sebagian besar norma-norma hukum lingkungan termasuk ke dalam wilayah

hukum administrasi Negara.

Page 10: 28-51-1-SM

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Makroman adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Sambutan Kota

Samarinda Makroman bergabung dengan kota Samarinda sejak pisah dari Kutai

Kertanegara. Kelurahan Makroman adalah tujuan pertama aliran trasmigran dari

pulau Jawa ke Kalimantan Timur. Awalnya ada 11 rombongan, hingga

rombongan terakhir masuk tahun 1974, totalnya 17 rombongan yang menempati

wilayah Makroman. Awalnya, makroman adalah kawasan rawa yag dikelilingi

perbukitan. yang sebenarnya tak cocok untuk bertanam Padi dataran rendah,

seperti biasa dilakukan orang Jawa. Itulah sebabnya, pada awal kedatangannya

setelah menggarap lahan, mereka memutuskan membuka lahan baru ke kawasan

yang lebih kedalam makroman kelurahan pulau atas, yang datarannya lebih tinggi,

bukan kawasan rawa

PT Cahaya Tiara Mandiri didirikan pada tahun 2006 dan bisnisnya yang

memfokuskan pada aktivitas perdagangan investasi dan batubara

Pada awal 2008, PT Cahaya Energi Mandiri didirikan dan menemukan cadangan

ekonomis baru dari sumber daya batubara yang akan ditambang di 1.600 hektar

yang terletak antara Kecamatan Samarindaa Utara dan Kecamatan Samarinda Ilir,

PT. Cahaya Energi Mandiri, luasnya 1680,68 hektar, menambang pada dua block

produksinya sepanjang 2005 dan 2009 sekitar 1,55 juta ton per tahun.

Sebagai wujud tanggung jawab untuk melaksanakan pembangunan yang

berwawasan lingkungan, maka rencana pembangunan batubara yang akan

dilaksanakan oleh PT. Cahaya Energi Mandiri akan berpegang pada peraturan-

peraturan kelestarian lingkungan, baik ditinjau dari aspek teknis, sosial maupun

ekologi.

Untuk mewujudkan hal tersebut hal tersebut, maka disusunlah Analisis

Dampak Lingkungan ( ANDAL) ini. ANDAL ini menjadi pedoman dalam

penyusunan RKL dan RPL penambang batubara PT. Cahaya Energi Mandiri di

wilayah Kuasa Pertambangan (KP). Eksplorasi KW 05. BB010.08 dan KW. 05.

BB013.08 berdasarkan SK Walikota Samarinda No. 545/279/HK-KS/2008 dan

545/278/HK-KS/2008 seluas 1680,68 Ha di wilayah administrasi Kecamatan

Samarinda Utara dan Samarinda Ilir Kota Samarinda Propinsi Kalimantan Timur.

Penyusunan dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)

pertambangan batubara ini mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan dan Penegakan Lingkungan hidup, Peraturan Pemerintah

Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL), Kep-MENLH Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan/atau

Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL, Surat Keputusan Menteri Energi

dan Sumberdaya Mineral Nomor 1453.K/29/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis

Penyelenggaraan Tugas Pemerintah dibidang Pertambangan Umum Lampiran IV.

Page 11: 28-51-1-SM

Identitas Pemrakarsa :

1. Nama Perusahaan : PT. Cahaya Energi Mandiri

2. Kantor Pusat : JL. P. Antasari II No. 6 Samarinda

Telp. 0541 – 733509

3. Direktur utama : Bachtiar, SE.

Adapun visi dan misi PT. Cahaya Energi Mandiri (CEM)

untuk menjadi bisnis yang terintegrasi lokal terkemuka di bidang energi dan

sumber daya dengan kehadiran pasar yang kuat secara global

Membangun bisnis yang berkelanjutan di sektor pertambangan dan perkebunan

dan nilai yang berkembang untuk semua pemangku kepentingan, Tumbuh rakyat

kita dan menarik sumber daya berbakat, Terus mengembangkan masyarakat lokal

dan kelestarian lingkungan konservasi di setiap lokasi operasional bisnis kami.

Komponen Kegiatan Pertambangan Batubara PT. Cahaya Energi Mandiri

Kegiatan penambangan PT. Cahaya Energi Mandiri (CEM) terdari atas 3

(tiga) tahap yaitu tahap persiapan, tahap operasi penambangan dan tahap pasca

operasi. Kegiatan yang dilaksanakan dalam tiap-tiap tahap di uraikan sebagai

berikut :

1. Tahap Persiapan, terdiri dari :

a. Pembebasan Lahan

Setelah Kuasa Pertambangan (KP) eksploitasi di peroleh kegiatan akan

dilanjutkan dengan pembebasan lahan-lahan yang termasuk dalam wilayah

kuasa pertambangan ekploitasi, baik lahan yang di tambang maupun lahan yang

akan dipergunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana. Ganti rugi akan

dilakukan sesuai dengan kesepakatan dengan pemilik lahan dan sesuai

peraturan yang telah ditetapkan pemerintah.

b. Penerimaan Tenaga Kerja

Untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya, PT. Cahaya Energi Mandiri (CEM)

akan melakukan rekruitmen tenaga kerja, baik tenaga kerja teknis maupun

administratif.

c. Mobilisi Peralatan

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, dalam pelakasanaan kegiatan tambang

batubara, PT Cahaya Energi Mandiri akan menggunakan beberapa peralatan

yang didatangkan dari luar wilayah kuasa pertambangan.

d. Pembersihan lahan

Kegiatan pembersihan lahan dilakukan unutk mempermudah kegiatan pada

tahap operasi, terutama penggalian tanah penutup, over burden dan penggalian

batubara. Pembersih lahan dilakukan dengan memotong pepohonan dan

membersihkan semak belukar yang ada pada lokasi rencana kegiatan.

Page 12: 28-51-1-SM

1. Tahap Operasi, terdiri dari :

a. Pengupasan dan Penumpukan Tanah Pucuk

Untuk dapat menggali batubara, sebelumnya dilakukan pengupasan tanah pucuk

yang relatif subur dan kemudian di tumpuk pada lahan yang telah disiapkan,

untuk mempergunakan kembali pada saat back filing dan reklamasi/rehabilitasi

lahan.

b. Penggalian dan Penumpukan Tanah Penutup

Penggalian tanah penutup/over burden dilakukan untuk membuka lapisan

batubara sehingga mudah di tambang. Tanah penutup ini kemudian ditumpuk di

disposal area, untuk dipergunakan kembali pada saat back filing dan

reklamasi/rehabilitasi lahan.

c. Penambangan Batubara

Setelah tanah penutup terkupas dilanjutkan dengan penambangan atau penggalian

batubara sesuai dengan design pit yang telah ada.

2. Tahap Pasca Operasi

a. Reklamasi atau Rehabilitasi Lahan

Kegiatan reklamasi/rehabilitasi lahan dilakukan untuk mengembalikan kondisi

lahan setelah penambangan. Kegiatan utamanya adalah pengambilan tanah

penutup dan tanah pucuk (back filling) ke dalam lubang bekas tambang.1

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Harus adanya perlindungan hukum mengenai dampak lingkungan yang

diakibatkan oleh kegiatan pertambangan bagi masyarakat khususnya perlindungan

hukum kepada masyarakat terhadap pencemaran lingkungan oleh PT. Cahaya Energi

Mandiri (CEM) Di Pemukiman Warga RT. 03 Kelurahan Pulau Atas Kecamatan

Sambutan Samarinda

Pemerintah daerah yang terkait yaitu Badan Lingkungan Hidup Daerah

mengenai permasalahan pencemaran lingkungan berupa udara telah melaksanakan

kegiatan verifikasi pengaduan untuk memeriksa kebenaran pengaduan warga RT 03

Kelurahan Pulau Atas mengenai pencemarann lingkungan, melaksanakan sesuai

kewenangan, tugas dan fungsi pokoknya dan melaporkan beberapa hasil yang telah di

sepakati antara kedua belah pihak.

1 Profil PT. Cahaya Energi Mandiri tahun 2008

Page 13: 28-51-1-SM

Saran

Perlu adanya sosialisasi peraturan-peraturan atau Undang-Undang perlindungan

hukum mengenai pencemaran lingkungan agar masyarakat umum dapat memahami

lebih dalam lagi permasahan yang terkait dalam perlindungan hukum lingkungan dan

pengendalian dampak lingkungan hidup Pemerintah Kota Samarinda beserta instansi

yang terkait yang berkompeten dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

Samarinda diharapkan mampu lebih proaktif dan lebih ketat dalam hal pengawasan,

agar dapat meminimalisir terjadinya kerusakan lingkungan, yang berujung pada

pencemaran lingkungan.

Pemerintah Kota beserta instansi terkait dalam ini Badan Lingkungan Hidup

(BLH) Kota Samarinda dapat mengakomodir atas semua tuntutan masyarakat yang

dirugikan atau yang terkena dampak langsung, sebagai akibat yang berdampak

lingkungan yang di timbulkan oleh perusahaan hingga tuntutan terpenuhi semua,

sehingga dapat menyelesaikan permasalahan pencemaran lingkungan secara tepat.

Daftar Pustaka

Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra aditya.

Kanisius, 1992, Polusi Air Dan Udara, Penerbit Kanisius (Anggota

IKAPI), Yogyakarta.

M.L Tobing. 1983, Ikhtisar Hukum Lingkungan Hidup, Penerbit Erlangga,

Jakarta.

Nanang Sudrajat, 2010, Teori dan Praktek Pertambangan Indonesia,

Cetakan Pertama, Jakarta.

Otto Soemarwoto, 2009, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,

Yogyakarta Gadjah Mada.

Peter Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian, Citra Aditya Bakti,

Bandung.

Salim Hs, 2006, Hukum Pertambangan Indonesia, PT. Raja Grafindo

Persada.

Slamet Riyadi, 1982, Pencemaran Udara, Penerbit Usaha Nasional,

Surabaya.

Page 14: 28-51-1-SM

Sukanda Husin, 2009, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Penerbit

Sinar Grafika, Jakarta.

Sumadi Suryabrata, 2003, Metode Penelitian, Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Soejono D, 1983, Pencemaran Hukum Terhadap Pencemaran Lingkungan

Akibat Industri , Penerbit Alumni, Bandung.

Sembiring Sulaiman N, 1999, Kajian Hukum dan Kebijakan Pengelolaan

Kawasan Konservasi di Indonesia.

Takdir Rahmadi, 2011, Hukum Lingkungan Di Indonesia, Raja Grapindo

Persada, Jakarta.

A. Peraturan Peundang-undangan

Republik Indonesia, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

1945.

Republik Indonesia, Undang-undang Negara Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara

Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 140).

Republik Indonesia, Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 4

Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang

Wilayah Pertambangan.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 75 tahun 2001 tentang

Ketentuan Pokok Pertambangan.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09

tahun 2010 Tentang Tata cara Pengaduan Dan Penanganan Pengaduan

Akibat Dugaan Pencemaran Dan/Atau Perusakan Lingkungan Hidup.

Republik Indonesia, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48

Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan

Page 15: 28-51-1-SM