270110130023 Supriyadi KelaZCascasc Tugas4geologibatubara 2013
description
Transcript of 270110130023 Supriyadi KelaZCascasc Tugas4geologibatubara 2013
-
TUGAS MATA KULIAH GEOLOGI BATUBARA
Nama : Supriyadi
NPM : 270110130023
Kelas : Geologi C
Tugas 4
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJDJARAN
JATINANGOR
2015
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batubara adalah bahan bakar hydro-karbon yang terbentuk dari tetumbuhan dalam
lingkungan bebas oksigen dan terkena pengaruh panas serta tekanan yang berlangsung lama
sekali. Secara garis besar batubara terdiri dari zat organik, air dan bahan mineral. Petrologi
batubara memberikan dasar untuk pemahaman genesa , sifat-sifat dan arti penting unsur organik
di dalam batubara. Material organik berasal dari berbagai macam tumbuhan dan sebagian
bercampur dengan sedimen anorganik selama tahap pembentukan gambut. Pada tahap
pembentukan batubara merupakan tahap pembentukan dari gambut menjadi batubara yang
lebih tinggi derajatnya (coal rank) yaitu mulai dari lignit, subbituminous, bituminous dan
antrasit, yang merupakan akibat dari kenaikan temperatur yang berlangsung pada waktu dan
tekanan tertentu (Cook, 1982). Cook (1982), juga menjelaskan bahwa tahap pembatubaraan
terdiri dari derajat dan pematangan bahan organik pada fase metamorfosa tingkat rendah,
dimana material organik lebih peka terhadap metamorfosa tingkat rendah dari pada mineral
anorganik.
Adapun makalah ini adalah sutu pembahasan dari suatu bahan yang penulis terima dari
Dosen yang bersangkutan (Sumber tidak tercantum) kemudian penulis menganalisis
materi yang dimuat dalam paper tersebut, adapun penambahan materi penulis
cantumkan untuk memperjelas materi agar mamahami secara konsep dari paper
tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana Genesa Batubara dan factor pembentukan batubara?
b. Bagaimana maseral batubara dan petrografi barubara?
c. Bagaimana penentu peringkat (Rank) batubara?
c. Bagaimana peran petrografi batubara dalam eksplorasi?
1.3 Tujuan Penulisan
Memahami konsep yang tersirat dalam paper yang diberikan kepada penulis dari dosen yang
bersangkutan dalam aspek petrografi batubara.
-
BAB II. PEMBAHASAN
Dalam pembahasan isi dari paper tersebut mencangkup:
2.1. Genesa Batubara
Menurut Badan Standarisasi Nasional dalam SNI (1997), batubara adalah endapan
yang mengandung hasil akumulasi material organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang
telah melalui proses lithifikasi untuk membentuk lapisan batubara, material tersebut telah
mengalami kompaksi, ubahan kimia dan proses metamorfosis oleh peningkatan panas dan
tekanan selama periode geologi. Bahan-bahan organik yang terkandung dalam lapisan
batubara mempunyai berat > 50% volume bahan organik.
Batubara berasal dari tumbuh-tumbuhan yang mengalami proses pembentukan batubara yang
terdiri dari dua tahap, yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia
(pembatubaraan). Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa
tumbuhan yang terakumulasi tersimpan dalam kondisi reduksi (gambut) di daerah rawa
dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 10 m.
Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2,
H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah
menjadi gambut (Stach et al, 1982 ). Gambut merupakan tahap paling awal dari proses
pembentukkan batubara. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukkan gambut
2.2 Faktor Pembentuk Batubara
Menurut Bambang Kuncoro, 1996 ada 10 faktor yang mempengaruhi pembentukan batubara,
faktor-faktor tersebut adalah:
a. Posisi Geoteknik
Yaitu suatu keadaan batubara yang keberadaannya dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik dengan
adanya pengaruh dari gaya-gaya tersebut akan mempengaruhi iklim lokal dan morfologi
cekungan lingkungan pengendapan batubara maupun kecepatan penurunannya.
b. Topografi
Topografi dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat penting karena menentukan
penyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut terbentuk. Topografi mungkin mempunyai
efek yang terbatas terhadap iklim dan keberadaanya bergantung pada posisi geoteknik. Bentuk
-
muka bumi yamg berupa cekungan akan sangat berpengaruh dan dapat menentukan arah
penyebaran batubara.
c. Iklim
Keberadaan memegang peranan penting dalam pembentukan batubara dan merupakan faktor
pengontrol pertumbuhan flora dan kondisis yang sesuai. Iklim tergantung pada posisi geografi
dan lebih luas lagi dipengaruhi oleh posisi geoteknik. Temperatur yang lembab pada iklim tropi
sdan subtropis pada umumnya sesuai untuk pertumbuhan flora dibandingkan wilayah yang
lebih dingin. Pada iklim tropis atau subtropis umumnya akan membentuk batubara yang
mengkilap, sedangkan pada daerah yang lebih dingin batubara terbentuk lebih kusam.
d. Tumbuhan (Flora)
Flora merupakan unsur utama pembentuk batubara yang tumbuh pada masa Karbon dan Tersier
terdiri berbagai jenis tumbuhan. Pertumbuhan dari flora terakumulasi pada suatu lingkungan
dan zona fisiografi dengan iklim dan topografi tertentu.
e. Dekomposisi
Dekomposisi flora merupakan transformasi biokimia dari organik yang merupakan titik awal
untuk seluruh altersi, bila tumbuhan tertutup air dengan capat maka pembusukan tidak akan
terjadi tetapi akan di integrasiatau penguraian hewan mikrobiologi, bila tumbuhan yang mati
berada di udara terbuka maka kecepatan pembentukan gambut akan berkurang sehingga bagian
keras saja yang tertinggal.
f. Penurunan Cekungan
Penurunan cekungan batubara dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik, jika penurunan dan
pengendapan gambut seimbang maka akan menghasilkan lapisan batubara yang tebal.
Pergantian transgresi dan regresi akan mempengaruhi pertumbuhan flora dan pengendapannya
yang menyebabkan adanya infiltrasi material dan mineralnya, hal ini mempengaruhi kualitas
batubara yang terbentuk.
g. Umur geologi
Merupakan umur formasi pembawa lapisan batubara. Proses geologi menentukan
berkembangnya evoluasi kehidupan berbagai macam tumbuhan, berpengaruh pada sejarah
pengendapan batubara dan metamorfosa organik. Dimana makin tua umur pembawa lapisan
batubara maka akan semakin tinggi nilai kalorinya.
h. Sejarah Setelah Pengendapan
Sejarah cekungan batubara secara luas bergantung pada posisi geoteknik yang mempengaruhi
perkembangan batubara dan cekungan batubara. Secara singkat terjadi proses biokimia dan
metamorfosa organik sesudah pengendapan gambut, secara geologi intrusi menyebabkan
terbentuknya struktur cekungan batubara berupa perlipatan, sesar, intrusi. Terbentuknya
batubara pada cekungan batubara umumnya mengalami defornasi oleh gaya tektonik, yang akan
menghasilkan lapisan batubara dengan bentuk-bentuk tertentu. Disamping itu adanya erosi
yang intensif menyebabkan bentuk lapisan batubara tidak menerus.
i. Metamorfosa organik
Pada tingkat penimbunan oleh sedimen baru, proses degradasi biokimia tidak berperan lagi
tidak di dominasi oleh proses dinamokimia yang menyebabkan perubahan gambut menjadi
-
batubara dan menjadi berbagai macam. Selama Prosesini terjadi pengurangan air lembab,
oksigen, zat terbang, serta bertambahnya prosentase karbon padat, belerang dan kandungan abu.
2.3 Klasifikasi Maseral
Maseral pada batubara analog dengan mineral pada batuan. Maseral merupakan bagian
terkecil dari batubara yang bisa teramati dengan mikroskop. Maseral dikelompokan
berdasarkan tumbuhan atau bagian tumbuhan menjadi tiga grup, yaitu :
1. Vitrinit
Vitrinit adalah hasil dari proses pembatubaraan materi humic yang berasal dari selulosa
(C6H10O5) dan lignin dinding sel tumbuhan yang mengandung serat kayu (woody tissue) seperti
batang, akar, daun. Vitrinit adalah bahan utama penyusun batubara di indonesia (>80 %).
Dibawah mikroskop, kelompok maseral ini memperlihatkan warna pantul yang lebih terang
dari pada kelompok liptinit, namun lebih gelap dari kelompok inertinit, berwarna mulai dari
abu-abu tua hinggga abu-abu terang. Kenampakan dibawah mikroskop tergantung dari tingkat
pembantubaraanya (rank), semakin tinggi tingkat pembatubaraan maka warna akan semakin
terang. Kelompok vitrinit mengandung unsur hidrogen dan zat terbang yang presentasinya
berada diantara inertinit dan liptinit. Mempunyai berat jenis 1,3 1,8 dan kandungan oksigen
yang tinggi serta kandunganvolatille matter sekitar 35,75 %.
Grup vitrinit berasal dari tumbuh-tumbuhan yang mengandung serat kayu (woody tissue)
seperti batang kayu, akar, dahan dan serat daun. Vitrinite umumnya merupakan bahan penyusun
utama batubara (>50%). Melalui pengamatan mikroskop refraksi, grup vitrinit memperlihatkan
warna coklat kemerahan sampai gelap, tergantung dari tingkat ubahan batubara, semakin tinggi
peringkat batubara semakin gelap warna maseralnya, demikian pula sebaliknya. Melalui
pengamatan miskroskop refleksi, grup vitrinit memperlihatkan warna pantul lebih terang, mulai
dari abu-abu tua sampai abu-abu terang tergantung dari peringkat batubara, semakin tinggi
peringkat batubara semakin terang warna pantul yang dihasilkan. Berdasarkan morfologinya
grup vitrinit dibagi menjadi 3 sub grup maseral
2. Liptinit (Exinit)
Liptinit tidak berasal dari materi yang dapat terhumifikasikan melainkan berasal dari sisa
tumbuhan atau dari jenis tanaman tingkat rendah seperti spora, gangang (algae), kutikula, getah
tanaman (resin) dan serbuk sari (pollen). Berdasarkan morfologi dan bahan asalnya, kelompok
liptinit dibedakan menjadi sporinite (spora dan butiran pollen), cuttinite (kutikula), resinite
(resin/damar), exudatinite (maseral sekunder yang berasal dari getah maseral liptinit lainya
yang keluar dari proses pembantubaraan), suberinite (kulit kayu/serat gabus), flourinite
(degradasi dari resinit), liptoderinit (detritus dari maseral liptinite lainya), alganitie (gangang)
dan bituminite (degradasi dari material algae).
-
Relatif kaya dengan ikatan alifatik sehingga kaya akan hidrogen atau bisa juga sekunder, terjadi
selama proses pembatubaraan dari bitumen. Sifat optis : refletivitas rendah dan flourosense
tinggi dari liptinit mulai gambut dan batubara pada tangk rendah sampai tinggi pada batubara
sub bituminus relatif stabil (Taylor 1998) dibawah mikroskop, kelompok liptinite menunjukan
warna kuning muda hingga kuning tua di bawah sinar flouresence, sedangkan dibawah sinar
biasa kelompok ini terlihat berwarna abu-abu sampai gelap. Liptinite mempunyai berat jenis
1,0 1,3 dan kandungan hidrogen yang paling tinggi dibanding dengan maseral lain, sedangkan
kandungan volatile matter sekitar 66 %.
3. Inertinit
Inertinit disusun dari materi yang sama dengang vitrinite dan liptinite tetapi dengan proses dasar
yang berbeda. Kelompok inertinite diduga berasal dari tumbuhan yang sudah terbakar dan
sebagian berasal dari hasil proses oksidasi maseral lainya atau proses decarboxylation yang
disebabkan oleh jamur dan bakteri. Kelompok ini mengandung unsur hidrogen paling rendah
dan karakteristik utamanya adalah reflektansi yang tinggi diantara kelompok lainya.
Pemanasan pada awal penggambutan menyebabkan inertinit kaya akan karbon. Sifat khas
inertinit adalah reflektinitas tinggi, sedikit atau tanpa flouresnse, kandungan hidrogen, aromatis
kuat karena beberapa penyebab, seperti pembakaran (charring),mouldering dan pengancuran
oleh jamur, gelifikasi biokimia dan oksidasi serat tumbuhan. Sebagian besar inertinit sudah
pada bagian awal proses pembatubaraan. Inertinite mempunyai berat jenis 1,5 2,0 dan
kandungan karbon yang paling tinggi dibanding maseral lain serta kandungan volattile
matter sekitar 22,9 %.
Grup inertinit diperkirakan berasal dari tumbuhan yang sudah terbakar (charcoal) dan
sebagian lagi diperkirakan akibat proses oksidasi dari maseral lainnya atau proses
decarboxylation yang disebabkan oleh jamur atau bakteri (proses biokimia) atau hasil ubahan
(biokimia) dari kayu dan serat-serat kayu selama penggambutan. Dengan adanya proses
tersebut kelompok inertinit memiliki kandungan oksigen relatif tinggi, kandungan hidrogen
rendah, dan ratio O/C lebih tinggi dari pada grup vitrinit dan liptinit. Grup inertinit memiliki
nilai reflektensi tertinggi diantara grup maseral lainnya. Dibawah miskroskop refleksi , inertinit
memperlihatkan warna abu-abu hingga abu-abu kehijauan, tetapi pada sinar ultra violet tidak
menunjukan flouresens. Berdasarkan struktur dalam, tingkat pengawetan dan intensitas
pembakaran, grup inertinit dibedakan menjadi beberapa maseral, yaitu fusinit, semifusinit,
sclerotinit, icrinit, inertodetrinit dan macrinit
Untuk pengelompokan maseral yang digunakan adalah mengacu pada pengelompokan
maseral berdasarkan Standart Australia (AS 2856-1986) untuk hasil pengamatan klasifikasi
maseral dalam presentase volume (%vol).
-
Tabel Klasifikasi group maseral berdasarkan Standar Australia
Group maseral Sub group maseral Type maseral
Vitrinite Tellovitrinite Textinite
Texto-ulminite
Eu ulminite
Telocolinite
Detrovitrinite Atrinite
Desinite
Desmocolinite
Gelovitrinite Corpogelinite
Porigelinite
Eugelinite
Liptinite Sporinite
Cutinite
Resinit
Suberinite
Fluorinite
Liptodetrinite
Exudatinite
Alganite
Bituminite
Inertinite Teloinertinite Fusinite
Semifusinite
Scelorotinite
Detroinertinite Inertodetrinite
Micrinite
Geloinertinite macrinite
Maseral menghasilkan materi yang mudah menguap (volattile matter). Materi ini
banyak dihasilkan oleh liptinite yaitu sekitar 66 % sedangkan vitrinite menghasilkan 35,75 %
dan inertinite menghasilkan 22,9 %Di bawah mikroskop mempunyai karakteristik optik
tersendiri di bawah mikroskop, yaitu berdasarkan morfologinya. Selanjutnya juga dapat dibagi
berdasarkan sifat kimia, sifat optis, dan morfologinya
MASERAL
SIFAT-
SIFAT
VITRINITE
LIPTINITE
INERTINITE
Bahan asal Tumbuhan yang
mengandung serat
Ganggang, alga,
spora, dinding sel,
kulit luar daun,
Kayu dan serat kayu
-
kayu, batang, dahan,
akar, serat daun
getah, serbik sari,
lemak, parafin
Densitas 1,2-1,8 gm/ml 1,18-1,28 gm/ml Bervariasi antara
vitrinite sampai agak
berakar sedikit
Sifat
pengkokasan
Bereaksi selama
proses karbonisasi
menjadi bagian
terbesar dari kokas
Menguap menjadi
gas dan tar
(kandungan gas dan
tar >>>), sebagai
masa dasar kokas
Sangat lamban
bereaksi
Kimiawi Kandungan C sedang
Kekasaran
setelah dipoles
Relatif negatif Relatif positif, gores-
gores kasar
Relief positif, kasar
Reflektan
(sinar pantul)
Abu-abu tua sampai
abu-abu terang
Di bawah sinar
langsung
Fluorencence
Keterdapatan
Lain-lain
2.4 Litotipe dan Mikrolitotipe
Asosiasi masing-masing maseral dibedakan sebagai litotipe dan mikrolitotipe.
Keduanya dibedakan dalam skala ukuran, litotipe dibedakan secara makroskopis, sedangkan
mikrolitotipe dibedakan secara mikroskopis. Litotipe adalah lapisan (pita-pita) tipis (bands) di
dalam batubara yang secara makroskopis bisa dikenali, selanjutnya disebut sebagai vitrain,
clarain, durain, dan fusain
Klasifikasi litotipe batubara.
LITOTIPE KETERANGAN
Vitrain Berbentuk lapisan atau lensa, ketebalan sekitar 3-5 mm, cemerlang,
pecahan berbentuk kubus, secara mikroskopis kaya akan vitrinit.
Clarain Berbentuk lapisan-lapisan tipis, cemerlang dan kusam, ketebalan
beberapa milimeter, secara mikroskopis kaya akan vitrinit dan liptinit.
Fusain Berwarna hitam atau hitam keabu-abuan, mempunyai kilap sutera,
berserabut, mudah diremas, secara mikroskopis kaya akan fisunit.
Durain Berwarna abu-abu sampai hitam kecoklatan, mempunyai kilap berminyak
dan permukaan kasar, secara mikroskopis kaya akan liptinit dan inertinit.
-
Mikrolitotipe dibedakan berdasarkan asosiasi masing-masing maseral dengan tebal ukuran
minimum lapisan (bands) sekitar 50 mikrometer yang diidentifikasi di bawah mikroskop.
Penamaannya sesuai dengan nama asosiasi maseral yang ada, hanya dibedakan akhiran it
untuk mikrolitotipe dan akhiran nite untuk maseral.
MIKROLITOTIPE KOMPOSISI MASERAL
Monomaseral Vitrit
Liptit
Inertit
Bimaseral Klarit
Vitrinertit
Durit
Trimaseral Duroklarit
vitrinertoliptit
2.5 Kegunaan studi maseral
1. Menentukan pemanfaatannya berdasarkan perbedaan kimiawi dan sifat fisik maseral.
Perbedaan sifat kimiawi penting dalam penentuan sifat-sifat pada nilai kalori,
pengkokasan, dan kemampuan pencairan batubara, sedangkan sifat fisdik penting
untuk menentukan faktor grinability dan potensi pengkokasan.
2. Mengetahui posisi lapisan batubara, menurut Cook (1982) sedikitnya kandungan
vitrinit menunjukan lapisan batubara tersebut relatif berada di bagian atas dan
sebaliknya banyaknya kandungan vitrinit menunjukan lapisan batubara erada relatif di
bagian bawah.
3. Menentukan lingkungan pengendapan, pada lingkungan lower delta plain, sedangkan
pada meandering fluvial biasanya vitrinite sedikit.
Menentukan kecepatan penurunan dasar cekungan, bila vitrinit banyak ditafsirkan kecepatan
penurunan cekungan berjalan cepat, artinya muka air tinggi, sedangkan bila kandungan vitrinit
sedikit ditafsirkan kecepatan penurunan berjalan lambat artinya muka air rendah
2.6 Peringkat Batubara (Coal Rank)
Coal rank atau peringkat batubara merupakan suatu urutan dari tingkatan-tingkatan
kematangan material organik pada batubara yang didasarkan pada material vegetasi yang
terubah yang disebut maseral. Rank batubara dapat ditentukan dengan mengetahui jumlah
kandungan kimia batubara antara lain total moisture, ash, volatile matter, fix carbon, calori
value, dan total sulfur.
Material organic yang terubah menjadi batubara melalui tingkatan sikuen. Perubahan fisika dan
kimia dapat diamati. Perubahan fisik dan kimia sejalan dengan meningkatnya tingkat
kematangan yang terlihat pada batuan induk marine kerogen-bearing, dan dapat digunakan
pada penunjuk yang serupa untuk mengevaluasi potensi coalbed methane dari area coal-
bearing. Perubahan tersebut paling sering digunakan sebagai indicator dari kematangan
material organic yaitu nilai kalori, kandungan kelembaban atau kapasitas mempertahankan
-
kelembaban, prosentase zat volatile, vitrinite reflectance, dan kandungan karbon. Beberapa
perubahan kimia mengindikasikan tingkat kematangan lebih sesuai pada tahap-tahap tertentu.
Sebagai contoh, kelembaban lapisan (ash-free) dan nilai kalori (moist; ash-free) banyak
terdapat pada peat sampai medium-volatile bitumonuos. Perubahan unsur diatas terukur dan
terprediksikan oleh meningkatnya suhu diikuti meningkatnya kedalaman penimbunan.
Petrografi batubara dapat digunakan untuk menentukan peringkat batubara (coal rank), yaitu
menggunakan metode analisis reflektansi dan analisis komposisi maseral dengan melihat
besarnya nilai pemantulan vitrinit atau vitrinite reflectance (Ro) dalam bentuk persen (%).
Penentuan peringkat batubara dengan metode analisis reflektansi maseral (vitrinit) didasarkan
pada konsep bahwa pertambahan tingkat kematangan (peringkat) suatu lapisan batubara akan
diikuti oleh peningkatan reflektansi maseralnya, sehingga analisis reflektansi maseral (vitrinit)
dapat digunakan untuk menentukan peringkat batubara
2.7 Sifat Batubara dan Metode Proximat- Ultimate
Batubara memiliki substansi yang kompleks dan meskipun demikian akan dipelajari mengenai
Fisika dan kimiawi penting tertentu,
Pada umumnya sifat batubara, antara lain:
1. Sifat umum (general properties)
2. Sifat fisika (phisical properties)
3. Sifat kimia (chemical properties)
4. Sifat teknis (technical properties).
-
Analisis Kualitas Batubara
Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi potensi
kegunaannya.Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter penyusunnya, serta
oleh derajat coalification (rank). Kualitas batubara diperlukan untuk menentukan apakah
batubara tersebut menguntungkan untuk ditambang (selain dilihat dari besarnya cadangan
batubara di daerah penelitian). Umumnya untuk menentukanv kualitas batubara dilakukan
analisa kimia pada batubara diantaranya berupa analisis proximate (moisture/air), analisis
ultimate (mineral matter) dan analisis maseral (organik).
A. Analisis proximat,
Analisis proksimat batubara bertujuan untuk menentukan kadar Moisture (air dalam
batubara) kadar moisture ini mengcakup pula nilai free moisture serta total moisture, ash (debu),
volatile matters (zat terbang), dan fixed carbon (karbon tertambat). Moisture ialah kandungan
air yang terdapat dalam batubara sedangkan abu (ash) merupakan kandungan residu non-
combustible yang umumnya terdiri dari senyawa-senyawa silika oksida (SiO2), kalsium oksida
(CaO), karbonat, dan mineral-mineral lainnya,Volatile matters adalah kandungan batubara
yang terbebaskan pada temperatur tinggi tanpa keberadaan oksigen (misalnya CxHy, H2, SOx,
dan sebagainya),
Analisis proximate menunjukan persen berat dari fixed carbon, bahan mudah menguap,
abu, dan kadar air dalam batubara. Jumlah fixed carbon dan bahan yang mudah menguap secara
langsung turut andil terhadap nilai panas batubara. Fixed carbon bertindak sebagai pembangkit
utama panas selama pembakaran. Kandungan bahan yang mudah menguap yang tinggi
menunjukan mudahnya penyalaan bahan bakar. Kadar abu merupakan hal penting dalam
perancangan grate tungku, volum pembakaran, peralatan kendali polusi dan sistim handling
abu pada tungku. Analisis proximate untuk berbagai jenis batubara. Analisis proksimat batubara
bertujuan untuk menentukan kadar Moisture (air dalam batubara) kadar moisture ini
mengcakup pula nilai free moisture serta total moisture, ash (debu), volatile matters (zat
terbang), dan fixed carbon (karbon tertambat). Moisture ialah kandungan air yang terdapat
dalam batubara sedangkan abu (ash) merupakan kandungan residu non-combustible yang
umumnya terdiri dari senyawa-senyawa silika oksida (SiO2), kalsium oksida (CaO), karbonat,
dan mineral-mineral lainnya,Volatile matters adalah kandungan batubara yang terbebaskan
pada temperatur tinggi tanpa keberadaan oksigen (misalnya CxHy, H2, SOx, dan sebagainya),
Fixed carbon:
Fixed carbon merupakan bahan bakar padat yang tertinggal dalam tungku setelah bahan
yang mudah menguap didistilasi. Kandungan utamanya adalah karbon tetapi juga mengandung
hidrogen, oksigen, sulfur dan nitrogen yang tidak terbawa gas. Fixed carbon memberikan
perkiraan kasar terhadap nilai panas batubara.
Bahan yang mudah menguap (volatile matter):
Bahan yang mudah menguap dalam batubara adalah metan, hidrokarbon, hydrogen,
karbon monoksida, dan gas-gas yang tidak mudah terbakar, seperti karbon dioksida dan
nitrogen. Bahan yang mudah menguap merupakan indeks dari kandunagnbahan bakar bentuk
gas didalam batubara. Kandunag bahan yang mudah menguap berkisar antara 20 hingga 35%.
Bahan yang mudah menguap:
-
-Berbanding lurus dengan peningkatan panjang nyala api, dan membantu dalam
memudahkan penyalaan batubara
-Mengatur batas minimum pada tinggi dan volum tungku
-Mempengaruhi kebutuhan udara sekunder dan aspek-aspek distribusi
-Mempengaruhi kebutuhan minyak bakar sekunder
Kadar abu
Abu merupakan kotoran yang tidak akan terbakar. Kandungannya berkisar antara 5%
hingga 40%. Abu:Mengurangi kapasitas handling dan pembakaran,Meningkatkan biaya
handling,Mempengaruhi efisiensi pembakaran dan efisiensi boiler,Menyebabkan
penggumpalan dan penyumbatan
Kadar Air:
Kandungan air dalam batubara harus diangkut, di-handling dan disimpan bersama-sama
batubara. Kadar air akan menurunkan kandungan panas per kg batubara, dan kandungannya
berkisar antara 0,5 hingga 10%. Kadar air:
-Meningkatkan kehilangan panas, karena penguapan dan pemanasan berlebih dari uap
-Membantu pengikatan partikel halus pada tingkatan tertentu
-Membantu radiasi transfer panas
Kadar Sulfur
Pada umumnya berkisar pada 0,5 hingga 0,8%. Sulfur:
-Mempengaruhi kecenderungan teradinya penggumpalan dan penyumbatan
-Mengakibatkan korosi pada cerobong dan peralatan lain seperti pemanas udara dan
economizers
-Membatasi suhu gas buang yang keluar
B.Analisis Ultimate
Analsis ultimate menentukan berbagai macam kandungan kimia unsur- unsur seperti
karbon, hidrogen, oksigen, sulfur, dll. Analisis ini berguna dalam penentuan jumlah udara yang
diperlukan untuk pemakaran dan volum serta komposisi gas pembakaran. Informasi ini
diperlukan untuk perhitungan suhu nyala dan perancangan saluran gas buang dll. Analisis
ultimate untuk berbagai jenis batubara diberikan dalam tabel dibawah.
Tabel. Analisis ultimate batubara
Parameter Batubara India, % Batubara Indonesia, %
Oksigen 9,89 11,88
Kadar Air 5,98 9,43
Bahan Mineral (1,1 x
Abu)
38,63 13,99
Karbon 41,11 58,96
Hidrogen 2,76 4,16
Nitrogen 1,22 1,02
Sulfur 0,41 0,56
Oksigen 9,89 11,88
Tabel . Hubungan antara analisis ultimate dengan analisis proximate
-
%C = 0,97C+ 0,7(VM - 0,1A) - M(0,6-0,01M)
%H = 0,036C + 0,086 (VM -0,1xA) - 0,0035M
2
(1-0,02M)
%N2 = 2,10 -0,020 VM
Dimana
C = % fixed carbon
A = % abu
VM = % bahan mudah menguap (volatile matter)
M = % kadar air
Tiga elemen-elemen pertama adalah tergantung kepada komposisi maseral dan peringkat
batubara tertentu. Elemen berikut utamanya maceral-independent. Sifat fisika, kimiawi dan,
teknis batubara tergantung kepada tipe batubara demikian halnya terhadap peringkat batubara.
Sifat Umum (General properties) :
Warna, perbedaan warna /shades adalah catatan untuk berbagai macam litotipe (yaitu cerah
untuk vitrain, gelap untuk fusain). Yang lebih penting adalah perubahan makroskopik dari
coklat cerah ke gelap dalam batubara muda dan hitam sempurna dalam batubara tua, tergantung
pada peringkat.
Kilap, juga adalah tergantung pada maceral-independent, tetapi peningkatan secara bertahap
kilap berkaitan dengan pemantulan sinar (light reflectance) yaitu typical daripada peningkatan
peringkat batubara.
Nyala, berkaitan dengan peringkat, daya bakar batubara berbeda memiliki pula nyala yang
berbeda pula, terutama dengan hilangnya zat terbang (yaitu, batubara zat terbang tinggi,
pembakarannya panjang, dan batubara peringkat tinggi rendah zat terbang terbakar dengan
nyalanya pendek). Akan tetapi komposisi maseral juga memegang peranan penting , tergantung
atas jumlah exinites.
Pelapukan, mengurangi kilapan dan mengurangi kontras antar litotypes. pelapukan disertai
oleh oksidasi dan pengrusakan pada tekstur asal dalam batubara. Singkapan yang melapuk
tidak dapat dipakai untuk diskripsi dan sampling (percontoan). Perpanjangan pelapukan
batubara yang ditambang yang terdapat di penampungan mengurangi kwalitas teknis. Derajat
pelapukan kadang-kadang diekspresikan dengan SLACKING INDEX: gumpalan batubara
akan terapung di air dan kering dan jumlah yang terpisah dapat dideterminasi dengan
pengayakan.
Spontaneous combustion, adalah suatu rekasi dimana tergantung kepada derajat oksidasi,
yaitu pelapukan batubara. Hal ini dapat berbahaya selama penambangan jika tiba-tiba kontak
dengan oksigen dari udara, dan terutama sekali kelembaban, udara basah (damp air),
disebabkan pengapian.
Sifat Fisika (Phisical properties):
Ultrafine structure; Batubara dapat diperikan sebagai substansi colloidal yang terdiri dari
partikel-partikel kecil atau micelles yang mempunyai dimeter mikron, Peningkatan
devolatilisasi (devolatilization), menyebabkan pertumbuhan micelles lebih besar dan menjadi
lebih teratur.
-
Densitas (density): densitas berkurang pada batubara muda ( 1.5 gr/cm3) hingga batubara
bituminous pada sekitar DOM 70 (1.25 gr/ cm3), dan kemudian bertambah lagi hingga 1.5 pada
antrasit dengan DOM 95, selanjutnya akan meningkat tajam melalui meta-antrasit hingga grafit
( 2.2).
Porositas (porosity). Sebenarnya ada 2 sistim pori dalam batubara, yaitu: Yang pertama
dibentuk oleh pori-pori lebih besar dengan menembuskan mercury dibawah tekanan, dan pori-
pori ultrafines lainnya dengan memasukkan helium , Dalam batubara peringkat rendah
porositas bisa lebih dari 20% , tetapi cepat berkurang hingga minimum sekitar 2.5% pada DOM
75. bertambah kembali kearah antrasit ( 10%).
Kompaksi (compaction), tergantung terutama kepada makroporositas,
Kapasitas Adsorpsi (adsorption capacity), tergantung atas area permukaan internal batubara
dan secara mendasar dalam mikroporositas. Tergantung pada penyerapan gas pada low-
temperature, Oleh karena itu gas methane , berasal dari proses koalifikasi pada peringkat rendah
, biasanya tidak dilepas tetapi diserap oleh batubara. Bawaan ini berbahaya dengan akumulasi
gas methane apabila bercampur dengan oxygen dari udara dapat memberikan munculnya fire-
dump explosions (ledakan) di tambang batubara.
Moisture holding capacity atau total moisture atau bed moisture, dalam batubara
peringkat rendah tergantung besarnya makroporositas dan kecepatan pengurangan dalam range
batubara muda ( yaitu sesungghnya diklassifikasikan dengan kandungan total moisture),
hingga mencapai kurang dari 5% pada DOM 60, Porositas serupa, mencapai minimum sekitar
1% sekitar DOM 75 dan secara nyata bertambah kembali hingga sekitar 2 3% dalam peringkat
tertinggi.
Nilai kalori (calorific value), sebenarnya takaran nilai kalori, berbeda untuk 3 grup maseral;
tertinggi pada exinite, menengah pda vitrinite dan terrendah pada inertenit. Nilai kalori
daripada vitrinite adalah parameter rank-classification untuk batubara tua berderajat rendah dan
ketinggiannya tergantung kepada kandungan air (moisture content).
Kekuatan (strength), adalah berhubungan dengan kekerasan (hardness) dan kerapuhan
(friability), selanjutnya sifat daripada batubara muda lebih plastis, Standard perkiraan untuk
batubara tua adalah Vickers Hardness Test, Kekerasan batubrara maximum yaitu pada DOM
65, minimum pada DOM 35 90, dengan anthrasit yang memiliki DOM lebih tinggi dari 94
bertindak sebagai material-material klastik. Mikrokekerasan (Microhardness) HV100 dalam
kg/mm2 adalah Vicker microhadness untuk suatu beban 100 g. Kekuatan (the strength) HV1000
dalam kg/mm2 adalah Vickers microhardness untuk beban 1000 g. Konduktifitas kelistrikan,
Konduktifitas panas, Sifat optis: Reflektifitas sinar, Anisotrophy, Diffraksi sinar-x, Resonansi
elektron, Immersion swelling, Thermal expansion.
Keliatan (plastisitas), pada temperature kamar batubara bersifat/bertindak sebagai kompak
britel (brittle solid), Diskusi mengenai deformasi plastis dan plastisitas pada temperature tinggi,
adalah faktor penting dalam pemurnian batubara (coal refining).
Sifat Kimia (Chemical Properties)
Sulphur (Belerang) hadir dalam jumlah sedikit sebagai campuran organic bawaan (inherent)
dalam batubara dan mungkin berasal dari protein dari tanaman asli yang diperkaya oleh bakteri
sulfur. Bubuk sulfur dalam batubara adalah unsur mineral tambahan dan terdapat dalam jumlah
yang bervariasi. Belerang tidak diinginkan sebab bertindak sebagai polutan dalam atmosfer
dalam atmosfer, kontaminasi dalam distalasi gas, dan mengganggu dalam pembuatan kokas ,
-
sulit terhidrilisis dan memiliki sifat efek korosif yang tinggi di dalam oven Sebagian akan hilang
dalam pengkokasan bercampur dengan zat terbang.
Nitrogen berasal dari protein unsur tanaman asli, biasanya dibawah 1% dan pada batubara
peringkat tinggi hadir hanya sebagai trace,
Pelarutan (Solubility); fraksi-fraksi terlarut dapat diekstraksi dari batubara dengan berbagai
macam larutan organic, tetapi perlarutan adalah tidak pernah lengkap kecuali dibantu oleh
temperatur tinggi untuk mengadakan degradasi panas dan reaksi-reaksi dalam larutan.
Aromatik (Aromaticity) , batubara umumnya highly aromatic. Exinite kurang aromatic
sehubungan dengan vitrinites, tetapi dengan mikrinit bertentangan.
Sifat Teknis
Nilai praktis daripada suatu batubara adalah ditentukan oleh 3 faktor utama;
1. Kandungan unsur terbang (volatile matter) Kandungan volatile batubara penting dalam
ekstraksi coal tar dan gas. Pyrolysis, dimana batubara yang dipanasi dalam oven dengan
pengeluaran oksigen. Nama alternative adalah dry distillation.
Produksi utama pyrolusis adalah: coal tar, coal gas, gas metan, gas coke ,
2. Kokabilitas (the Cokeability), Proses pengkokasan: semua batubara berupa vitrinite
adalah layak pengkokasan batubara, tetapi lebih pantas pada peringkat range terbatas
hingga medium (sebagian yang rendah), Dalam proses pengkokasan, adalah peleburan
batubara (the coal melt), pengembangan (swells) dan pelepasan zat terbang. Titik yang
penting adalah peleburan dan devolatisasi,
Hasil daripada pengkokasan adalah busa (foamy) peleburan porous residu yang
kaya dengan karbon.
Kokas berkwalitas tinggi diharapkan mengandung kurang dari 7% abu dan
kurang dari 1.3% sulfur (dimana berdampak merugikan terhadap logam).
3. Nilai panas (the heating values).
Ada 3 temperature range dalam pyrolysis :
Low temperature coking (up to 6000C)
Medium temperature coking (up to 8000C)
high temperature coking (up to 10000C).
dimana yang terakhir adalah sangat penting, menghasikan high kokas kwalitas
metalurgi (quality metallurgical coke) dipakai sebagai agen pemisah dalam blast-
furnaces (dapur) . Produk sampingnya (by product) adalah ammonia, benzene, aromatic
tars, dan gas.
C.Analisis Maseral
Pada penggolongan Coal Maseral, unsur moisture dan mineral matter tetap, akan tetapi unsur
organiknya dibagi berdasarkan substansi pembentuk batubara yang terdiri dari 3 golongan atau
grup maseral yaitu vitrinite, exinite atau liptinite, dan inertinite. Ketiga kelompok maseral
tersebut dapat dibedakan dari kenampakan di bawah mikroskop yang meliputi morfologi,
bentuk, ukuran, relief, struktur dalam, komposisi kimia, warna pantul,
intensitas pantul dan tingkat pembatubaraannya, asal kejadian dan sifat-sifat fisik dan kimia
yang dipunyai (Stach dkk, 1982 dan Bustin dkk, 1983; dalam Rudy dan Dian, 2010
-
powerpoint presentasi Maseral vitrinite). Klasifikasi kelompok maseral, sub-maseral dan jenis
maseral dalam petrografi batubara, yang sering dipakai oleh peneliti di Indonesia adalah
Australian Standart
BAB III KESIMPULAN
Adapun intisari dari materi paper yang diterima penulis mengenai materi petrografi
barubara matakuliah geologi barubara yang di berikan dosen yang bersangkutan ini
adalah:
a. Factor pembentukan batubara antara lain,posisi
geoteknik,topografi,iklim,dekomposi,umur geologi dan lain sebagainya.
b. Maseral adalah merupakan bagian terkecil dari batubara yang bisa teramati dengan
mikroskop. Maseral dikelompokan berdasarkan tumbuhan atau bagian tumbuhan
menjadi tiga grup yaitu,vitrinit,liptinit (Exinit), Inertinit.
c. Asosiasi masing-masing maseral dibedakan sebagai litotipe dan mikrolitotipe.
Keduanya dibedakan dalam skala ukuran, litotipe dibedakan secara makroskopis,
sedangkan mikrolitotipe dibedakan secara mikroskopis. Litotipe adalah
lapisan (pita-pita) tipis (bands) di dalam batubara yang secara makroskopis bisa
dikenali, selanjutnya disebut sebagai vitrain, clarain, durain, dan fusain
d. Kegunaan analisis maseral yaitu, Menentukan pemanfaatannya berdasarkan
perbedaan kimiawi dan sifat fisik maseral. Mengetahui posisi lapisan batubara,
Menentukan lingkungan pengendapan
e. Rank batubara dapat ditentukan dengan mengetahui jumlah kandungan kimia
batubara antara lain total moisture, ash, volatile matter, fix carbon, calori value, dan
total sulfur.
f. Kualitas batubara dapat di uji dengan analisis proximate,ultimate dan maseral.
-
DAFTAR PUSTAKA
Nurjihan,Ahmad.2011.Geologi dan Pengaruh Sesar Mendatar Tutupan Terhadap
Perbedaan Peringkat Batubara Seam T120 Berdasarkan Parameter Nilai Reflektan Vitrinit
Daerah Tutupan Selatan Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan
Selatan.Yogyakarta:Prodi Teknik Geologi Teknologi Mineral Universitas Pembangunan
Nasional VeteranYogyakarta
Sukandarrumidi.1995.Batubara Dan Gambut.Gadjah Mada University Press :
YOGYAKARTA.
Koesoemadinata, R.P., dan Hardjono., 1977; Kerangka sedimenter endapan
batubara Tersier Indonesia. Pertemuan Ilmiah Tahunan ke VI, IAGI.
Reineck, H.E., and Sigh. I.B, 1980; Depositional Sedimentary Environments, Springer-
Verlag, Berlin