[Supriyadi-Eks B 26A] Final Paper Etika Bisnis.docx

download [Supriyadi-Eks B 26A] Final Paper Etika Bisnis.docx

of 15

Transcript of [Supriyadi-Eks B 26A] Final Paper Etika Bisnis.docx

Layanan Konten Premium dan Dampaknya Terhadap Masyarakat Dilihat dari Sudut Pandang Etika Bisnis

Layanan Konten Premium dan Dampaknya Terhadap Masyarakat Dilihat dari Sudut Pandang Etika Bisnis

Disusun oleh: Supriyadi

Mata Kuliah: Business EthicsKelas: Eksekutif B Angkatan 26ANIM: 13/358117/PEK/18422

Program Magister Management - Universitas Gadjah Mada

2014

ContentsPendahuluan3Kasus Sedot Pulsa4Bentuk Layanan Konten Pencuri Pulsa5Penanganan Masalah Pencurian Pulsa (Pembentukan Panja Sedot Pulsa)8Pencurian Pulsa di tinjau dari Aspek Hukum8Teori Etika Bisnis10Teori Deontology10Etika Markets dan Consumer Protection10Teori Due Care11Kasus Pencurian Pulsa dilihat dari sudut pandang Etika Bisnis12Kesimpulan dan Saran14Kesimpulan14Saran14Referensi15

PendahuluanPada Oktober 2011, masyarakat Indonesia di resahkan oleh ramainya kasus sedot pulsa. kasus ini terjadi pada pelanggan layanan telekomunikasi selular yang baik secara sadar maupun tidak sadar telah membeli layanan konten seperti ring back tone, game dan SMS konten dari content provider (penyedia layanan konten). Bentuk-bentuk layanan konten yang menjadi modus pencurian pulsa adalah: (1) SMS berisi pengumuman pemenang dengan hadiah tertentu; (2) berlangganan konten atau SMS dengan tarif premium, seperti kuis, horoskop, dimana para penyedia konten mengirimkan sms terus menerus yang menghabiskan pulsa pelanggan; (3) pembelian pulsa prabayar yang dibundling dalam satu paket dengan layanan lainnya seperti ring back tone, game, wallpaper; (4) melalui layanan pop screen yang ada di internet; (5) ataupun pesan melalui voice mailbox.Layanan konten adalah salah satu produk dari industri kreatif, dimana produk yang mereka hasilkan berupa konten intelektual yang disajikan dalam beragam bentuk seperti teks, suara, gambar, video maupun permainan. Tingginya minat masyarakat akan informasi membuat layanan konten mudah sekali diserap oleh masyarakat, namun minimnya informasi dan pengetahuan masyarakat akan aplikasi dan fitur yang ada pada perangkat selular mereka ditambah minimnya informasi mengenai hak dan kewajiban yang ada pada sebuah layanan konten menjadikan masyarakat sebuah target empuk bagi para perusahaan nakal yang berniat mengeruk pulsa pelanggan.Di operator, layanan konten masuk kedalam lini bisnis VAS (value added service), dimana kontribusi pendapatan dari sektor ini cukup besar yaitu sekitar 7% dari total pendapatan industri telko di tahun 2011 yaitu sebesar IDR 100 triliun. Sebagai contoh, XL Axiata saja pada Q3 2011 mencatat pendapatan sebesar IDR 325 miliar. Layanan konten premium biasanya dijalankan secara kolaboratif antara Operator dan Penyedia konten (Content Provider: CP). CP bertugas untuk memproduksi materi konten, mengemas dan memasarkan kepada pelanggan operator. Dari setiap transaksi konten yang dibeli oleh pelanggan, pendapatan yang dihasilkan kemudian dibagi berdasarkan prosentasi tertentu antara operator dan CP. ATSI (Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia) mencatat setidaknya ada 400 CP dengan 74.000 jenis layanan yang terdaftar di tahun 2011. Berkembangnya layanan konten di Indonesia, memberikan banyak implikasi salah satunya meningkatnya kreatifitas CP dalam memasarkan produk dan layanan. Menguasai bagaimana perilaku dan memahami psikologi pelanggan membantu mereka untuk menciptakan komunikasi pemasaran yang sangat menarik. Akan tetapi dibalik menariknya komunikasi pemasaran yang mereka jalankan terdapat intrik-intrik negatif, yang banyak merugikan pelanggan. Kasus ini mencuat setelah seorang pengguna mengajukan gugatan terhadap Telkomsel, kasus ini semakin ramai setelah media masa secara masif memberitakan. Puncaknya adalah keluarnya moratorium SMS konten yang dirilis oleh BRTI yang untuk kemudian merubah paradigma dan perilaku stakeholder layanan konten di Indonesia.

Kasus Sedot Pulsa Berawal dari gugatan seorang pelanggan bernama David Tobing yang meminta Telkomsel mengembalikan kerugian IDR 100.000,- menginspirasi masyarakat lain ikut melapor pencurian ini. Feri kuntoro juga melaporkan secara pidana kasus tersebut. Menurut YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia), diperkirakan perputaran uang dari penyedotan pulsa melebihi IDR 100 Miliar perbulan. Dalam per tahun, nilai bisnis layanan konten mencapai IDR 100 Triliun. Padahal belanja modal yang dikeluarkan operator selular di tahun tersebut hanya sekitar IDR 18 Triliun.

David Tobing adalah pelanggan layanan Blackberry dari Telkomsel, dia mendapatkan penawaran layanan Opera Mini dari operator tersebut. Kendati David mengacuhkan penawaran layanan itu, namun Telkomsel tetap mengaktifkan paket Opera Mini tanpa persetujuan David dengan biaya IDR 90.000,- per bulan. David yang merasa tidak pernah melakukan registrasi dan mengkonfirmasi layanan tersebut kemudian mengajukan komplain keras kepada Telkomsel. David yang saat itu pengguna Blackberry aktif sudah memiliki akses internet dan aplikasi browser yang tersedia satu paket bersama layanan blackberrynya. Dan merasa tidak memerlukan layanan opera mini, sehingga apa yang Telkomsel lakukan tidak berdasar dan semata-mata hanya ingin mengambil pulsa dari pelanggannya.Merasa tidak mendapatkan tanggapan yang baik dari pihak operator, David melaporkan kasus ini kepada kepolisian yang kemudian ditindaklanjuti dan diikuti oleh rentetan laporan lainnya dari pelanggan yang merasa dicuri pulsa nya oleh operator, baik Telkomsel, maupun operator lainnya di tanah air.Bentuk Layanan Konten Pencuri PulsaContoh layanan konten yang terindikasi memiliki modus pencurian pulsa adalah sebagai berikut:SMS berisi pengumuman pemenang dengan hadiah tertentu, pelanggan yang tergoda untuk mendapatkan hadiah tersebut diarahkan untuk mengakses shortcode tertentu sebagai contoh *123*9790*1#.

Pelanggan secara tidak sadar sebenarnya diarahkan untuk mendaftar layanan konten tertentu, dan tanpa konfirmasi pulsa pelanggan akan dipotong dengan tarif premium sebesar IDR 2.000, pemotongan pulsa ini dilakukan bersamaan dengan diterimanya SMS yang berisi tautan konten, biasanya berasal dari pengirim dengan nomor 4 digit seperti 9xxx , 8xxx, 7xxx atau 5xxx.

Berlangganan konten SMS dengan tarif premium, berawal dari ketertarikan pelanggan akan informasi, pelanggan secara tidak sadar telah mendaftar layanan informasi dengan topik tertentu. SMS konten ini kemudian dikirim secara terus menerus dengan jeda waktu tertentu, misalkan per hari. Gambar disamping adalah contoh SMS premium yang dikirim oleh CP, pelanggan dikenakan tariff premium sebesar IDR 2.000 untuk setiap kali konten yang diterima.

Bundling paket layanan, bertujuan untuk memberikan paket yang lebih menarik, operator dan CP menawarkan paket layanan dasar seperti voice dan sms yang dibundling dengan layanan konten. Bagi sebagian pengguna layanan ini mungkin menarik, namun tidak sedikit pelanggan yang merasa kecewa karena layanan tersebut ternyata tidak bisa digunakan oleh mereka dikarenakan, handset yang mereka pakai tidak mendukung penggunaan layanan tambahan tersebut.

Bombardir iklan melalui fitur pop screen, Operator plat merah ini lebih agresif lagi dalam menawarkan iklannya, dengan memanfaatkan teknologi popscreen, mereka memborbardir pelanggan dengan iklan yang muncul tiba-tiba di handset pelanggan. Merasa terganggu pelanggan biasanya dengan cepat mengklik pesan tersebut, dan tanpa disadari ternyata mereka telah mengaktifkan paket berlangganan yang harganya sangat mahal.

Layanan konten melalui voice mail, operator dan CP juga bekerjasama dalam menciptakan konten dalam bentuk suara, mengerti perilaku pelanggan yang sangat fanatik dengan idola, mereka memanfaatkan kesempatan tersebut dengan membuat konten bicara dengan artis idola, yang sebenarnya isi usara tersebut adalah rekaman dan isi dari konten jauh dengan apa yang mereka janjikan.

Bentuk-bentuk konten premium di atas hanyalah beberapa contoh yang sebenarnya masih banyak lagi jenis konten yang tidak kalah menarik dan cendrung memanfaatkan ketidaktahuan pelanggan akan hak-hak mereka. Antara lain : a. Pelanggan berhak menerima konfirmasi apa jenis layanan yang akan mereka daftarkan.b. Operator seharusnya memberikan layanan konten yang dapat dijalankan di perangkat komunikasi pelanggan.c. Pelanggan berhak mengetahui berapa besar biaya yang harus mereka bayar, termasuk biaya-biaya tambahan seperti Pajak.d. Jika layanan tersebut bersifat bulanan, pelanggan berhak menerima konfirmasi perpanjangan dan dapat berhenti dari layanan tersebut kapanpun mereka mau.

Contoh kasus Pencurian PulsaOperator Contoh Kasus Keterangan

Telkomsel Bonus 9599 Pemilik no. HP dgn 4 digit belakang 1265 SEGERA cek hp Anda di *600*25#. Kesempatan dapat Uang Pulsa TOTAL 101 Juta. 2rb/sms.3rb/nsp cs 02158908230 Setelah cek/tekan *600*25#: Tidak mendapatkan Uang Pulsa, malah mendapatkan sms konten yang tidak diinginkan dan nsp yang tidak diinginkan dan disedot pulsanya untuk sms konten dan nsp yang tidak diinginkan.

Indosat INDOSAT RAIH total 10 JT & kamu juga bisa dapat Jadwal Sholat, Imsyakiah & jadwal berbuka puasa + FREE RINGTONE Adzan dgn cara hubungi *700*5*9#. CS: 0217371800 Setelah cek/tekan *700*5*9#: Tidak mendapatkan hadiah Rp. 10jt, malah mendapatkan sms konten yang TIDAK FREE seperti yang dijanjikan dan disedot pulsanya.

XL XL Konten No. HP Anda SEDANG UNTUNG hari ini, SEGERA LIHAT *567*77# utk LANGSUNG DAPAT 2 JUTA dari ZONA DISKON. 1 kupon Diskon/mg/2rb. CS:0212524819 (sms ini Rp.0) Setelah cek/tekan *567*77#: Tidak LANGSUNG mendapatkan Rp. 2 juta, malah mendapatkan sms konten yang tidak diinginkan dan disedot pulsanya untuk sms konten yang tidak diinginkan.

Telkom Flexi TELKOMFLEXI Nikmati Kesempatan liburan 4 hr 3 mlm & Belanja GRATIS bareng Gading Marten di Bangkok! Hub *300*20# (2rb/sms. CS.0213158993) Setelah cek/tekan *300*20#: Tidak menimati kesempatan liburan yang dijanjikan, malah mendapatkan sms konten yang tidak diinginkannya dan disedot pulsanya.

Esia 8969 Esia Retention&Loyalty progam: Free 7 hari, Setelah itu Rp. 2000/minggu dapatkan produk AHA seharga Rp. 1,- Berhenti, ketik Unreg Flucu ke 8969 CS:02127109482 Tanpa diminta pelanggan didaftarkan secara otomatis oleh Esia dan diberikan konten gratis selama 7 hari. Jika pelanggan tidak sadar/tidak membaca/langsung menghapus sms tersebut maka dipastikan pelanggan tidak akan mengetik UNREG FLUCU ke 8969 dan secara otomatis akan terus menerus tersedot pulsanya.

3 (Three) 1212 Terima kasih telah berlangganan RBT Emang Gw Pikirin senilai 0. RBT akan diperpanjang secara otomatis setelah 7 hari. Untuk membeli lagu lain, hubungi 1212 atau *100*2# Penyesuaian tarif utk pengguna Pulsa Dobel, hub: 200 Tanpa diminta pelanggan didaftarkan secara otomatis oleh 3 (Three) dan diberikan RBT gratis selama 7 hari. Jika pelanggan tidak sadar/tidak membaca/langsung menghapus sms tersebut maka dipastikan pelanggan akan mendapatkan RBT yang mungkin tidak disukainya secara otomatis akan terus menerus tersedot pulsanya karena tidak diberitahu cara menghentikannya.

Penanganan Masalah Pencurian Pulsa (Pembentukan Panja Sedot Pulsa)Banyaknya jumlah pelanggan yang mengajukan laporan, akhirnya mendapakan perhatian serius dari kepolisian, badan perlindung konsumen, regulator dan dewan. Guna mencari solusi, Komisi I DPR RI telah melakukan Rapat Kerja (Raker) dengan Menteri Komunikasi dan Informatika, Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) dan Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Penyelenggara Jasa Telekomunikasi pada 10 Oktober 2011. Dari pertemuan tersebut terbentuk Panja Pencurian Pulsa dengan tujuan menata ulang regulasi tata kelola telekomunikasi seluler dan melakukan fungsi pengawasan dengan menindaklanjuti temuan-temuan pencurian pulsa berikut bukti dan fakta ke proses hukum selanjutnya.

Panja Pencurian Pulsa dalam RDP telah menghadirkan perwakilan dari Indonesian Mobile and Online Content Provider Association (IMOCA), Indonesian Mobile Multimedia Association (IMMA), Asosiasi Kreatif Digital Indonesia (AKDI), Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (Asiri), dan Gabungan Perusahaan Rekaman Indonesia (Gaperindo). Menurut Chairman IMMA, content provider dan operator sama-sama harus bertanggung jawab. Bagaimanapun, kedua pihak ini yang menjalankan bisnis tersebut. Sedang menurut Ketua IMOCA, pihak Content Provider merupakan aktor utama yang dinilai bersalah. Operator dinilai sebagai pelaku pelengkap yang bersalah. Content provider dianggap pelaku utama karena menyediakan konten sekaligus cara registrasinya, sedangkan operator yang memotong pulsa pengguna. Menurut Ketua AKDI, content provider dan operator harus bertanggung jawab dalam kasus tersebut. Dia menganggap kedua pihak ini telah melakukan koordinasi untuk memotong pulsa pengguna. Namun, pendapat berbeda dilontarkan oleh Sekjen IMOCA, menurutnya, untuk memvonis pihak Content Provider atau operator bersalah adalah pihak kepolisian dan kejaksaan.

Beberapa anggota Panja menyarankan agar moratorium SMS premium diperpanjang sampai ada regulasi baru yang memberikan kepastian dan jaminan hukum serta perlindungan publik secara optimal, karena BRTI telah gagal menyakinkan Panja Pencurian Pulsa. Kasus pencurian pulsa merupakan masalah serius, sehingga para pelaku harus ditindak tegas tanpa pandang bulu agar tidak melakukan perbuatan itu lagi. Pihak operator telekomunikasi pun harus mengembalikan pulsa kepada pelanggannya.Pencurian Pulsa di tinjau dari Aspek HukumDari aspek hukum, kasus pencurian pulsa potensial melanggar UU No. 1 Tahun 1946 tentang KUHP, UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dan Permen Komunikasi dan Informatika No. 1 Tahun 2009 tentang Pelayanan Jasa Pesan Premium. Pendekatan yuridis kasus pencurian pulsa dapat dilihat dalam KUHP. Pasal-pasal yang berhubungan dengan pencurian pulsa yaitu pasal pencurian dan penipuan. Dalam KUHP, pencurian diatur dalam Pasal 362 KUHP, yaitu Barang siapa mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak sembilan ratus rupiah.

Dalam masalah ini, pencurian pulsa juga termasuk dalam tindak kejahatan penipuan, dan dapat dikenakan Pasal 378 KUHP. Pasal 378 KUHP merumuskan sebagai berikut: Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 tahun.

Secara teknis operasional, ada 2 (dua) metode yang lazim digunakan penyedia konten nakal dalam menyedot pulsa pelanggannya. Metode pertama ialah melalui layanan pesan pendek tidak berlangganan (SMS pull) dan metode kedua ialah layanan pesan pendek berlangganan dengan cara pengguna ponsel mendaftar terlebih dahulu (SMS push). Apabila dicermati, kedua metode tersebut melibatkan interaksi aktif antara penyedia konten dan operator telekomunikasi, karena pada dasarnya tiap penyedia konten berkewajiban memberikan deskripsi produk layanannya dan diharuskan melalui tahapan user acceptance test (UAT) sebelum suatu layanan disetujui dan diluncurkan operator.

Secara yuridis, kewajiban tersebut diatur dalam Pasal 3 Permen Komunikasi dan Informatika No. 1 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Jasa Pesan Premium. Ketentuan ini mewajibkan kerja sama operator dengan penyedia konten didasarkan pada perjanjian tertulis yang memuat lingkup kerja sama, hak dan kewajiban tiap pihak, jenis dan layanan yang ditawarkan, nomor akses yang digunakan, besaran tarif dan jangka waktu perjanjian. Oleh karena itu, yang seharusnya bertanggung jawab dan aktif berupaya mengatasi terjadinya pencurian pulsa adalah operator telekomunikasi selaku pengusaha dan mitra langsung para penyedia konten yang berkerja sama berdasarkan perjanjian tertulis antar mereka.

Sementara itu secara eksplisit, kewajiban itu diatur dalam Pasal 7, 8, 9 dan 10 UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pada intinya, keempat pasal itu mewajibkan pengusaha (operator dan penyedia konten) melayani konsumen dengan jujur dan menjamin jasa yang ditawarkannya sesuai dengan standar, serta melarang pengusaha menawarkan jasa secara tidak

Teori Etika BisnisTeori DeontologySudut pandang teori etika yang digunakan untuk membahas kasus ini adalah menggunakan teori Deontology dimana sudut pandang etika yang menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibatnya atau tujuan baik dari tindakan yang dilakukan, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada diri sendiri. Dengan kata lainnya, bahwa tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat dari tindkan itu. Contoh : jika seseorang diberi tugas dan melaksanakanny sesuai dengan tugas maka itu dianggap benar, sedang dikatakan salah jika tidak melaksanakan tugas. Didalam teori deontology ada 2 prinsip yang akan menjadi fokus yaitu right principles dan Justice principles.Right Principles, hak dasar yang dimiliki oleh setiap individu yang memungkinkan untuk memilih dengan bebas apapun kepentingan atau aktivitas mereka dan melindungi pilihan-pilihan mereka. ada 3 tiga jenis moral right yang ada pada right principles ini yaitu;a. Negative rights: berkaitan dengan privasi individu, dimana orang lain berkewajiban untuk tidak ikut campur didalam aktivitas-aktivitas tertentu dari orang yang memiliki hak tersebut.b. Positive rights: hak positif tidak hanya memberikan kewjaiban negatif, namun juga mengimplikasikan bahwa pihak lain memiliki kewajiban positif pada sipemilik hak untuk memberikan apa yang dia perlukan untuk dengna bebas mencari atau mengejar kepentingan-kepentingannya.c. Contractual or special rights: adalah hak terbatas dan kewajiban korelatif yang muncul saat seseorang membuat perjanjian dengna orang lain.Justice Principles, etika ini berkaitan dengan keadilan dan kesamaan, yang diterima oleh individu terhadap individu atau kelompok lainnya. Ada 3 bentuk justice principles yaitu:a. Distributive Justice, yaitu berkaitan dengan keadilan dalam hal pendistribusian keuntungan dan beban yang dirasakan oleh orang-orang tertentu, prinsip dari teori ini adalah bahwa individu-individu yang sederajat dalam segala hal yang berkaitan dengan perlakuan yang dibicarakan haruslah memperoleh keuntungan dan beban serupa, sekalipun mereka tidak sama dalam hal aspek-aspek yang tidak revelan lainnya, dan individu yang tidak sama dalam suatu aspek yang relevan perlua diperlakukan secara tidak sama, sesuai dengan ketidak samaan mereka.b. Retributive Justice, berkaitan dengan keadilan dalam menyalahkan atau menghukum seseorang yang telah melakukan kesalahan c. Compensantory Justice, berkaitan dengan keadilan dalam memperbaiki kerugian yang dialami seseorang akibat perbuatan orang lain.Etika Markets dan Consumer ProtectionTeori etika ini berkaitan dengan pasar dan hak-hak yang perlindungan terhadap pelanggan. Disaat pelanggan telah membayar sebuah produk, maka para penjual memperoleh insentif untuk memenuhi keinginan mereka. Jika penjual tidak menyediakan apa yang diinginkan oleh konsumen, maka konsumen akan dirugikan. Ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh konsumen saat ini yaitu : (a) Produk yang beresiko dan berbahaya, (b) Praktek-praktek penjualan yang menipu, (c) Produk yang dibuat dengan konstruksi yang lemah, (d) Kegagalan untuk menghargai jaminan purna jual, (e) Iklan yang tidak menyenangkan dan bersifat menipu.Dengan merujuk kepada contractual rights pada teori deontology di atas, teori kontraktual menjelaskan mengenai kewajiban perusahaan terhadap konsumen untuk menjamin jika perusahaan telah melaksanakan 4 kewajiban moral utama yaitu: Duty to Comply, yaitu kewajiban moral paling dasar perusahaan terhadap konsumen untuk mematuhi isi perjanjian penjualan, dan kewajiban sekunder untuk memberikan suatu produk dengan karakteristik persis seperti yang dinyatakan perusahaan, yang mendorong konsumen untuk membuat kontrak dengan sukarela dan membentuk pemahaman konsumen tentang apa yang disetujui akan dibelinya. Hal-hal yang diperjanjikan antara lain, (1) reliabilitas atau keandalan produk, (2) masa penggunaan, (3) kemudahan pemeliharaan, dan (4) keamanan.Duty of Diclosure, sebuah perjanjian tidak bisa mengikat kecuali bila pihak-pihak yang terlibat mengetahui apa yang mereka lakukan dan melakukannya dengan sukarela. Hal ini mengimplikasikan bahwa penjual yang akan membuat perjanjian dengan konsumen berkewajiban untuk mengungkapkan dengan tepat apa yang akan dibeli konsumen dan apa saja syarat penjualannya. Duty not to mispresent, yaitu kewajiban untuk tidak memberikan gambaran yang salah, dalam hal ini kesalahan fatal yang dibuat oleh produsen dalam mengungkapkan informasi terhadap produk yang mereka tawarkan. Mispresent bersifat koersif, karena seseorang secara sengaja memberikan penjelasan yang salah pada orang lain agar orang tersebut melakukan sesuatu seperti yang diinginkannya, bukan seperti yang diinginkan orang itu sendiri apabila dia mengetahui yang sebenarnya. Karena pilihan bebas merupakan elemen utama dalam ikatan kontrak, maka memberikan gambaran yang keliru tentang suatu komoditas adalah salah.Duty not to Coerse, yaitu kewajiban untuk tidak memaksa, dimana seringkali jika dalam kondisi tertekan, emosional, takut orang seringkali bertindak irasional, saat penjual mengambil keuntungan dari rasa takut atau tekanan emosional pembeli untuk membeli sesuatu yang akan akan dibelinya jika berpikir secara rasional, maka penjual berarti menggunakaan paksaan atau pengaruh untuk memaksa.Teori Due CareTeori due care mengenai kewajiban perusahaan terhadap konsumen didasarkan kepada gagasan bahwa pembeli dan konsumen tidak saling sejajar dan bahwa kepentingan-kepentingan konsumen sangat rentan terhadap tujuan-tujuan perusahaan dalam hal ini memiliki pengetahuan dan keahlian yang tidak dimiliki oleh konsumen. Karena itu perusahaan wajib untuk menjamin bahwa kepentingan-kepentingan konsumen tidak dirugikan oleh produk yang mereka tawarkan. Sehingga doktrin Caveat Emptor (yaitu let the buyer take care) diganti menjadi Caveat Vendor (yaitu let the seller taker), dimana penjual harus memperhatikan hal-hal tersebut diatas.

Kasus Pencurian Pulsa dilihat dari sudut pandang Etika BisnisMerujuk kepada kasus pencurian pulsa di atas, kita dapat menarik beberapa poin yang menyebabkan kasus pencurian ini dapat terjadi, yaitu: (1) Mispresent, informasi produk yang ditawarkan kepada pelanggan yang menyebabkan terjadi misleading informasi, (2) Kurangnya informasi mengenai layanan yang ditawarkan serta tidak tersedianya akses untuk mendapatkan informasi. Kedua weak poin tersebut menjadi pusat kelemahan layanan konten yang digagas operator dan CP, yang kemudian memicu banyak implikasi negatif dan menciptakan kehebohan dikalangan masyarakat.Terlepas apakah weak poin tersebut ada karena created by designed atau terjadi karena kelalaian penyelenggara untuk membuat layanan yang baik sesuai dengan kaidah yang berlaku, kita dapat mencermati bagaimana posisi masing-masing stakeholder jika dilihat dari sudut pandang etika;a. Content Provider, sebagai pelaku utama, mengacu kepada statement ketua IMOCA, seharusnya lebih teliti dalam mengembangkan produk, mereka seharusnya melakukan evaluasi berkala terhadap produknya dengan berkaca kepada keluhan dan masukan pelanggan. Begitupun dalam konteks pemasaran, mereka seharusnya memberikan informasi yang tidak menyesatkan. Sehingga jika CP melakukan kesalahan seperti yang dituduhkan oleh pelanggan, maka telah terjadi pelanggaran etika antara lain: a. Contractual rights, pelanggaran moral ethique dengan menyalahi kontrak yang telah dibuat dengan pelanggan, yaitu tidak memberikan apa yang diperjanjikan.b. Duty to comply, CP telah melanggar moral ethique karena layanan yang diberikan tidak jelas kapan layanananya berakhir dan bagaimana cara keluar dari berlangganan tersebut.c. Duty to disclosure, CP melanggar moral ethique karena tidak menyampaikan hal-hal yang menjadi hak dan kewajiban pelanggan, seperti mereka akan dipotong pulsanya dengan tariff premium jika mengklik link yang ada pada SMS yang mereka terima.d. Duty to mispresent, CP melanggar moral ethique karena menyampaikan informasi yang salah, sebagai contoh tawaran hadiah yang mereka dapatkan ternyata tidak serta merta akan mereka dapatkan setelah mendaftar layanan tersebut.e. Due Care - caveat vendor, dengan mengacu kepada prinsip penyedia layanan yang bertanggung jawab, seharusnya mereka memberikan informasi yang jelas kepada pelanggan, dan menganggap mereka tidak mengerti mengenai produk dan layanan yang akan mereka nikmati.f. Sedangkan dalam hal justice principle, Compensatory justice telah di lakukan, CP sudah mengembalikan pulsa sesuai dengan besaran yang mereka ambil dari pelanggan. Begitupun untuk Retributive justice, setelah dinyatakan bersalah oleh pihak kepolisian dan pengadilan, CP telah menerima hukuman karena kelalaian yang mereka lakukan.b. Operator, sebagai pelaku pelengkap, dengan kapasitasnya, operator memegang peranan penting dalam bisnis ini, dimana operator seharusnya ikut memeriksa seluruh konten yang ditawarkan kepada pelanggan mereka, bagaimana mereka memasarkan dan ikut memonitor adanya komplain. Operator juga wajib menertibkan jika rekan bisnis mereka (CP) melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan etika bisnis perusahaan. Jika operator ternyata dengan sengaja melakukan kelalaian tersebut, maka operator telah melanggar moral ethique antara lain:a. Justice Principles-distributive justice, operator memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjaga agar pelanggan mendapatkan layanan yang terbaik, layanan konten yang menyebabkan banyaknya komplain sangat jelas jika tidak ada upaya operator untuk bertanggung jawab memberikan layanan yang baik.b. Duty to comply, operator sebagai pemilik customer based, seharusnya menjaga layanan yang mereka sesuai dengan aspek-aspek, relibilitas, handal, jelas masa pakainya. Dengan membiarkan pelanggan mendaftar layanan konten yang tidak sesuai dengan aspek dasar tersebut, maka mereka sudah melanggar etika ini.c. Due-care, caveat vendor, sama dengan halnya CP, operator juga memiliki kewajiban untuk menganggap jika pelanggan tidak mengerti dengan produk yang mereka gunakan, dan memberikan informasi yang jelas, termasuk memberikan edukasi sudah menjadi kewajiban.c. IMOCA (Indonesian Mobile and Online Content Provider Association), sebagai lembaga yang menaungi asosiasi pengusaha konten, turut bertanggung jawab atas kasus yang terjadi. Menyadari jika kasus ini dapat tereskalasi kepada penutupan layanan konten, IMOCA turut memberikan kontribusi kepada pihak kepolisian dan regulator dengan memberikan pandangan dan masukan terhadap bisnis konten.d. BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia), sebagai pihak yang berwenang membuat regulasi telah menerbitkan moratorium SMS Konten, dan menginstruksikan seluruh operator untuk melakukan de-registrasi semua nomor pelanggan dari semua layanan konten yang ada, hal ini memberikan dampak yang signifikan terhadap pendapatan operator dan CP. BRTI juga memberikan hukuman yang tegas bagi CP yang terbukti lalai dengan mencabut ijin shortcode mereka. Dalam hal ini BRTI telah melakukan tindakan Justice Principal Retributive Justice, Compensatory Justice.e. Aparat Kepolisian dan Pengadilan, sebagai pihak yang berwenang dalam penegakan hukum, penyelidikan yang menyeluruh telah dilaksanakan oleh pihak kepolisian seluruh operator, CP dan pelanggan yang melapor telah di periksa, dan diambil kesimpulan siapa yang bersalah. Kasus tersebut juga sudah dilimpahkan ke kejaksaan untuk diambil putusan. Dalam hal ini etika Justice Principal Retributive dan Compensatory Justice juga sudah dilaksanakan.f. Pelanggan, sebagai subject utama dalam kasus ini berada di posisi yang paling lemah, kejadian ini diharapkan dapat memberikan pendidikan kepada pelanggan untuk bisa lebih jeli dan smart dalam memilih layanan dan kritis jika terjadi tindakan yang tidak sesuai dengan apa yang di perjanjikan.

Kesimpulan dan SaranKesimpulana. Kasus pencurian pulsa terjadi akibat kelalaian pihak penyelenggara (content provider dan operator telekomunikasi) dalam membuat dan memasarkan produk dan layanan konten. Melihat besarnya potensi pendapatan dari sektor ini dan banyaknya jumlah kasus yang terjadi, terdapat indikasi jika kasus ini terjadi bukan hanya sebatas kelalaian namun ada unsur kesengajaan.b. Kendati bisnis layanan konten sudah dipayungi oleh aturan hukum, namun aturan tersebut belum menyentuh aspek detail dan operasional, sehingga masih banyak celah yang dapat digunakan oleh CP dan operator nakal untuk mengeruk keuntungan dari kelemahan hukum tersebut.c. CP dan Operator secara jelas telah melanggar etika moral dalam hal ini Right Principle dan Customer Protections.d. Kendati demikian penegakan hukum sudah dijalankan dengan menghukum CP nakal dan oknum operator yang terlibat, sehingga justice principle juga sudah di jalankan.Sarana. Pemerintah dalam hal ini BRTI sebagai pemangku kepentingan dalam pembuatan payung hukum, perlu membuat aturan yang detail mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam bisnis layanan konten, aturan ini harus dibuat mendetail yang mencakup seluruh aspek, dari produk sampai dengan mekanisme pemasaran.b. Operator dan CP sebagai pihak yang penyelenggara harus mematuhi aturan yang berlaku dengan tetap mengindahkan etika moral, kendati aturan hukumnya tidak ada, namun prinsip kebenaran harus tetap diperhatikan, dan harapannya prinsip kebenaran ini bisa dijadikan etika perusahaan.c. Pelanggan sebagai subject pengguna, diharapkan dapat belajar dari pengalaman, lebih hati-hati dan bijaksana dalam menggunakan perangkat telekomunikasinya. d. Pelanggan harus lebih selektif dalam memilih layanan konten dan memperhatikan seluruh closure yang ada.

Referensi

Manuel G. Velasquez, 2012, Business Ethics, Concepts and Cases, Seventh Edition, Pearsonhttp://www.jpnn.com/read/2012/01/13/114115/400-Content-Provider-Beroperasi-di-Indonesia-Telkomsel Kejar Pertumbuhan 69 Juta Pelanggan, http://www.indopos.co.id/ index.php/index-berita-bisnis-dan-investasi/61-business-news/20703-telkomsel-kejar-pertumbuhan-69-juta-pelanggan.html, diakses 3 Februari 2012.

Awas, SMS Penipuan kembali beredar, Media Indonesia, 9 Februari 2012.

Pencurian Pulsa, Salah Siapa? h t t p : / / w w w. t e m p o . c o / r e a d / kolom/2011/11/30/485/Pencurian- Pulsa-Salah-Siapa-, diakses 3 Februari 2012.

Reality Show Drama Satu Babak Pencurian Pulsa, http://www. detiknews.com/read/2012/02/03/092 304/1833095/10/reality-show-drama-satu-babak-pencurian-pulsa, diakses 3 Februari 2012.

Rapat Panja Pencurian Pulsa Diwarnai Aksi Walk-Out, http://www.detikinet. com/read/2012/02/02/194001/18329 53/328/rapat-panja-pencurian-pulsa-diwarnai-aksi-walk-out/?i991101105, diakses 3 Februari 2012.

Penanganan Kasus Pencurian Pulsa Tak Jelas, Gus Choi Bersuara Keras, http://www. komisikepolisianindonesia.com/main. php?page=kriminalitas&id=7253, diakses 3 Februari 2012. Siapa yang Salah, Content Provider atau Operator?, http://tekno.kompas. com/read/2011/12/07/10430690/ Siapa.yang.Salah.Content.Provider. atau.Operator, diakses 9 Februari 201214