260110140137 Lapak Analisis parasetamol

download 260110140137 Lapak Analisis parasetamol

of 9

Transcript of 260110140137 Lapak Analisis parasetamol

  • 8/19/2019 260110140137 Lapak Analisis parasetamol

    1/9

    ANALISIS KUALITATIF BAHAN BAKU PARASETAMOL METODE

    KONVENSIONAL

    Ellena Maggyvin

    Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, Indonesia

    ABSTRAK

    Telah dilakukan uji kualitatif terhadap sampel bahan baku parasetamol dengan metode

    konvensional, meliputi uji organoleptis, uji kelarutan, uji reaksi warna, dan uji titik leleh.

    Parasetamol merupakan golongan obat analgesic non-opioid yang dijual secara bebas.

    Parasetamol digunakan sebagai pereda nyeri, umumnya digunakan untuk pengobatan sakit

    kepala, nyeri oto, dan demam. Uji kualitatif dilakukan sebagai sarana penentu atau memastikanidentitas suatu senyawa. Uji organoleptis didasarkan dengan panca indra, dan didapatkan hasil

     berupa serbuk putih hablur, tidak berbau dan rasanya pahit. Uji kelarutan dilakukan dengan

    melarutkan zat dengan pelarut-pelarut sesuai literature, dan diamati kelarutannya. Selanjutnya uji

    reaksi warna dilakukan dengan variasi pereaksi yaitu pereaksi besi (III) klorida, pereaksi

    liebermann, dan pereaksi kalium dikromat. Pada pereaksi besi (III) klorida didapatkan hasil

    larutan kuning, hasil coklat didapatkan dari pereaksi Liebermann dan warna kuning terbentuk

     pada saat penambahan dengan pereaksi kalium dikromat. Hasil tersebut tidak sesuai dengan

    literature dimana hasil perubahan warna yang diharapkan dari ketiga pereaksi tersebut adalah

    warna ungu. Uji titik leleh dengan alat  Melting Point Apparatus, didapatkan hasil titik leleh

    sampel pada 162,5oC; tidak sesuai dengan literature dimana titik leleh parasetamol pada range

    169oC-172

    oC. Ketidaksesuaian hasil dengan literature menunjukkan bahwa sampel parasetamol

    yang diuji tidak murni dan tidak memenuhi kriteria.

    Kata Kunci : Parasetamol, Kelarutan, Titik Leleh, Kualitatif, Organoleptis, Reaksi

    Warna

    ABSTRACT

    Qualitative tests were conducted on samples of the raw material of paracetamol withconventional methods, including organoleptic test, solubility test, color reaction test, and test the

    melting point. Paracetamol is the drug class of non-opioid analgesic that is sold freely.

    Paracetamol used as a pain reliever, is commonly used for the treatment of headache, bibs, and

    fever. Qualitative test conducted as a means of deciding or confirm the identity of a compound.

    Organoleptic test based on the senses, and the obtained results in the form of white crystalline

     powder, odorless and bitter taste. Solubility test conducted by dissolving substances with

  • 8/19/2019 260110140137 Lapak Analisis parasetamol

    2/9

    solvents appropriate literature, and observed solubility. Further testing was done by varying the

    color reaction using these reagent, which are iron (III) chloride, Liebermann reagents and

     potassium dichromate reagent. In the reagent of iron (III) chloride yellow solution is obtained,

    the results obtained from the reagent Liebermann brown and yellow color formed when the

    addition of the reagent potassium dichromate. These results are not in accordance with the

    literature where the color change results expected from the third reagent is purple. Test with a

    melting point apparatus Melting Point Apparatus, showed the melting point of the sample at

    162,5oC; not in accordance with the literature in which the melting point of paracetamol in the

    range of 169oC-172

    oC. Non-compliance with the results of the literature indicates that the sample

    tested was not pure paracetamol and did not meet the criteria. 

    Keywords: Paracetamol, solubility, melting point, qualitative, organoleptic, Color Reaction 

    PENDAHULUAN

    Parasetamol (Acetamenopen) adalah

    turunan dari senyawa sintetis dari p-

    aminofenol yang merupakan metabolit aktif

    dari fenasetin, namun tidak memiliki sifat

    karsinogenik (menyebabkan kanker) seperti

    halnya fenasetin dan telah digunakan sejak

    tahun 1893 Parasetamol, mempunyai daya

    kerja analgetik dan antipiretik sama dengan

    asetosal, meskipun secara kimia tidak

     berkaitan. Tidak seperti Asetosal,

    Parasetamol tidak mempunyai daya kerja

    antiradang, dan tidak menimbulkan iritasi

    dan pendarahan lambung. Sebagai obat

    antipiretika, dapat digunakan baik Asetosal,

    Salsilamid maupun Parasetamol (Wilmana,

    1995).

    Parasetamol memiliki sebuah cincin

     benzena, tersubstitusi oleh satu gugus

    hidroksil dan atom nitrogen dari gugus

    amida pada posisi para. Senyawa ini dapat

    disintesis dari senyawa asal fenol yang

    dinitrasikan menggunakan asam sulfat dan

    natrium nitrat. Parasetamol dapat pula

    terbentuk apabila senyawa 4-aminofenol

    direaksikan dengan senyawa asetat anhidrat

    (Hardman, 2001).

    Struktur acetaminophen (Ditjen POM, 1995)

    Mekanisme kerja yang sebenarnya

    dari parasetamol masih menjadi bahan

     perdebatan. Parasetamol menghambat

     produksi prostaglandin (senyawa penyebab

  • 8/19/2019 260110140137 Lapak Analisis parasetamol

    3/9

    inflamasi), namun parasetamol hanya sedikit

    memiliki khasiat anti inflamasi. Telah

    dibuktikan bahwa parasetamol mampu

    mengurangi bentuk teroksidasi enzim

    siklooksigenase (COX), sehingga

    menghambatnya untuk membentuk senyawa

     penyebab inflamasi. Sebagaimana diketahui

     bahwa enzim siklooksigenase ini berperan

     pada metabolisme asam arakidonat menjadi

     prostaglandin H2, suatu molekul yang tidak

    stabil, yang dapat berubah menjadi berbagai

    senyawa pro-inflamasi (Sartono,1993;

    Darmapatni, 2014)

    Analisis kualitatif merupakan suatu

     proses dalam mendeteksi keberadaan suatu

    unsur kimia dalam cuplikan yang tidak di

    ketahui. Analisis kualitatif merupakan suatu

    cara yang paling efektif untuk mempelajari

    kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya

    dalamlarutan.Dalam metode analisis

    kualitatif,kita menggunakan beberapa

     pereaksi,di antaranya pereaksi golongan dan

     pereaksi spesifik. Analisis kualitatatif dapat

    digunakan untuk menganalisis reaksi-reaksi

    khusus senyawa yang mengandung

    C,H,N,O. ( Miessler,1991 ).

    Setiap obat dan produk farmasi yang

    digunakan dan diedarkan untuk dijual harus

    memenuhi syarat : khasiat, keamanan dan

    kualitasnya (UU 36/2009, pasal 98 ayat 1).

    Maka dari itu pengujian bahan baku obat

    harus dilakukan termasuk penetapan

    kesesuaian dengan persyaratan bahan baku

    obat meliputi identitas, atribut mutu,

    kemurnian dan kadar .

    Syarat identitas atau identitas baku

    adalah pernyataan kualitatif yang harus

    dipenuhi untuk membuktikan kebenaran,

    kesesuaian dan keotentikan senyawa aktif

    seperti yang tertera pada etiketnya sehingga

    dapat dibedakan dengan senyawa/bahan

    lain. Identifikasi adalah cara mengungkap

    identitas dan membuktikan bahwa bahan

    yang diperiksa sesuai dengan etiketnya

    (BPOM RI, 2014).

    Pemilihan metode analisis mengacu

     pada monografi-monografi yang ada pada

    kompedia resmi seperti Farmakope

    Indonesia (FI). Selain mengikuti metode

    analisis yang ada dalam kompedia, industri

    farmasi dapat mengembangkan metode

    analisis sendiri sesuai dengan kebutuhannya

    sebagai metode alternatif, asalkan dapat

    dibuktikan bahwa metode alternatif tersebut

    valid sesuai persyaratan yang telah

    ditetapkan (Mahdiyar dkk, 2015).

    METODE PENELITIAN Alat

  • 8/19/2019 260110140137 Lapak Analisis parasetamol

    4/9

    Beaker glass, cawan porselen,neraca

    analitik, oven, penangas air, pipet tetes, plat

    tetes, rak tabung reaksi dan tabung reaksi

    Bahan

    Aseton, aquadest, etanol, fecl3, gliserol,

    larutan asam klorida, larutan kalium

    dikromat, larutan natrium hidroksida, reagen

    Liebermann, reagen nessler, parasetamol,

    dan propilenglikol.

    Metode

    Uji Organoleptis

    Bahan baku sampel parasetamol diambil

    secukupnya, kemudian diamati warna,

    wujud, bau dan rasa dari sampel

     parasetamol. Kemudian bandingkan dengan

    literature dan bahan baku parasetamol

    standar

    Uji Titik Leleh

    Bahan baku sampel parasetamol diambil

    secukupnya dan diletakkan diatas kaca

    arloji. Pipa kapiler ditutup salah satu

    ujungnya dengan cara dibakar. Setelah salah

    satu sisi tertutup, lakukan tapping pada

    serbuk parasetamol dengan mengetuk-

    ketukkan pipa kapiler pada serbuk hingga

    serbuk terisi kurang lebih 0,5 cm dalam pipa

    kapiler. Setelah itu, nyalakan melting point

    apparatus dan masukkan pipa kapiler. Amati

    dan catat pada suhu berapa parasetamol

    melebur.

    Uji Kelarutan

    Sebanyak 0,5 gram sampel parasetamol

    yang akan diuji ditimbang dan dimasukkan

     pada masing-masing 6 tabung reaksi.

    Kemudian tiap tabung reaksi diberikan

     perlakuan yang berbeda. Tabung 1

    ditambahkan dengan aquadest sebanyak 35

    mL, tabung 2 diisi dengan 3,5 mL etanol;

    tabung 3 diisi dengan 6,5 mL aseton ;

    tabung 4 diisi dengan 30 mL glilserol;

    tabung 5 diisi dengan 4,5 mL propilenglikol

    dan terakhir tabung 6 diisi dengan 5 mL

     NaOH. Amati kelarutan parasetamol pada

    terhadap variasi pelarut tersebut.

    Uji dengan Pereaksi Besi (III) Klorida

    Sebanyak 100 mg sampel parasetamol

    dilarutkan dalam 10 mL aquadest, kemudian

    ditambahkan dengan pereaksi FeCl3

    sebanyak 0,05 mL dan diamati perubahan

    warna yang terjadi.

    Uji dengan Pereaksi Liebermann

    Sebanyak 100 mg sampel parasetamol

    dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian

    ditambahkan 2-3 tetes pereaksi Liebermann

    dalam tabung reaksi, dan amati perubahan

    warna yang terjadi

  • 8/19/2019 260110140137 Lapak Analisis parasetamol

    5/9

    Uji dengan Pereaksi Kalium Dikromat

    Sebanyak 100 mg sampel parasetamol

    dimasikkan dalam tabung reaksi, kemudian

    ditambahkan dengan 1 mL larutan asam

    klorida ke dalam tabung reaksi. Tabung

    reaksi yang berisi sampel dan asam klorida

    kemudian dipanaskan diatas penangas air

    selama kurang lebih 3 menit, setelah itu

    tambahkan 10 mL aquadest dan dinginkan

    sejenak. Setelah itu tambahkan pereaksi

    kalium dikromat 0,02M sebanyak 0,05 mL

    kedalam tabung reaksi dan amati perubahan

    warna yang terjadi.

    HASIL

    Uji Organoleptis

    Uji organoleptis meliputi uji terhadap

    wujud, bau, dan rasa. Pada sampel

    didapatkan hasil bahwa sampel berupa

    serbuk putih hablur halus, tidak berbau dan

     pahit. Hasil tersebut sesuai dengan literature.

    Uji Kelarutan

    Pada uji kelarutan, dilakukan percobaan

    kelarutan sampel terhadap variasi pelarut

    yang berbeda, meliputi aquadest, etanol,

    aseton, dan larutan natrium hidroksida.

    PERLAKUAN HASIL

    10 mg Keruh,

    Parasetamol + 0,7

    mL aquadest

    terdapat

    endapan pada

    dasar tabung

    10 mg

    Parasetamol +

    0,07 mL etanol

    Larut

    sempurna

    10 mg

    Parasetamol +

    0,13 mL aseton

    Larut

    sempurna

    10 mg

    Parasetamol + 0,5

    mL NaOH

    Larut

    sempurnaa

    Uji Titik Leleh

    Hasil uji titik leleh pada sampel parasetamol

    didapatkan sampel melebur pada suhu

    162,2oC. Hasil yang didapatkan tidak sesuai

    dengan literature dimana disebutkan titikleleh pada baku parasetamol adalah 169

    oC-

    172oC.

    Uji Reaksi Warna

    Uji reaksi warna yang dilakukan terhadap

    sampel bahan baku parasetamol dengan

    variasi reagensia, termasuk didalamnya

     pereaksi besi (III) klorida, pereaksi

    Liebermann, dan pereaksi kalium dikromat.

    Pada penambahan sampel dengan pereaksi

    FeCl3 didapatkan perubahan warna dari

    campuran sampel dan reagen menjadi warna

  • 8/19/2019 260110140137 Lapak Analisis parasetamol

    6/9

    kuning. Warna berbeda didapatkan dari

     penambahan pereaksi Liebermann dengan

    sampel, yaitu warna coklat pekat. Dan

    terakhir pada penambahan sampel dengan

    larutan kalium dikromat didapatkan hasil

     perubahan warna menjadi kuning.

    PEMBAHASAN

    Dilakukan uji kualitatif pada sampel

     bahan baku parasetamol dengan 4 metode,

    meliputi uji organoleptis, uji titik leleh, uji

    kelarutan, dan uji reaksi warna. Percobaan

    yang pertama kali dilakukan adalah uji

    organoleptis. Uji organoleptis atau uji

    sensorik merupakan cara pengujian paling

    sederhana dan paling primitive. Penilaian

    dengan indra/organoleptic telah menjadi

     bidang ilmu setelah prosedur penilaian

    dibakukan, dirasionalkan , dan dihubungkan

    dengan penilaian dengan obyektid, analisa

    data menjadi lebih sistematis, demikian pula

    dalam penilaian organoleptic banyak

    digunakan untuk menilai mutu dalam

    industry farmasi dan industry-industsri

    lainnya. Uji organoleptic dapat digunakan

    untuk menilai mutu produk, untuk

    menganalisa mutu produk dari suatu waktu

    ke waktu lain apakah masih sama atau telah

    mengalami perubahan atau kemunduran

    mutunya. Maka dari itu, uji organoleptic

    dianggap penting dan umumnya dilakukan

    untuk pengujian bahan baku sampel dan

    dibandingkan pada baku. Didapatkan sampel

    yang diuji wujud, warna, rasa dan baunya

    adalah sampel berbentuk serbuk hablur

    halus, berwarna putih dengan rasa pahit dan

    tidak berbau. Hasil ini sesuai dengan

    literature parasetamol menurut Farmakope

    Indonesia.

    Pada uji kedua, analisis kualitatif

    terhadap sampel parasetamol yang akan

    diuji adalah dengan uji kelarutan. Kelarutan

    adalah konsentrasi zat terlarut dalam larutan

     jenuh pada temperature tertentu atau

    interaksi spontan dari dua atauh lebih zar

    untuk membentuk disperse molekuler

    homogen. Kelarutan parasetamol menurut

    literature, serbuk akan larut dalam air

    mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N,

    mudah larut pula dalam etanol dan aseton.

    Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa

     parasetamol larut dalam aquadest panas,

    namun saat dingin terbentuk endapan putih

     pada dasar tabung. Hal tersebut dapat terjadi

    karena bahan baku parasetamol yang sudah

    melewati batas masa pemakaian atau

    expired . Pada pencampuran sampel denganaseton, etanol, dan larutan Natrium

    Hidroksida didapatkan hasil larutan

    homogen sempurna. Hal tersebut

    menunjukkan kesesuaian dengan kelarutan

     pada literature (Farmakope Indonesia).

  • 8/19/2019 260110140137 Lapak Analisis parasetamol

    7/9

    Uji selanjutnya yaitu uji titik leleh.

    Titik leleh suatu zat padat merupakan

    temperature dimana terjadi kesetimbangan

    antara fasa padat dan fasa cair pada tekanan

    satu atm. Zat padat meleleh dikarenakan

    ikatan antar molekul terputus. Semakin kuat

    ikatannya, semakin tinggi pula temepratur

    yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan.

    Semakin banyak zat pengotor dalam suatu

    zat, ikatan yang terputus akan semakin

     banyak pula menyebabkan penurunan titik

    leleh dari nilai aslinya. Angka titik leleh

    tergantung pada kecepatan pemanasan,

    keakuratan thermometer yang digunakan

    sehingga didapatkan rentang lelehan yang

    ditetapkan untuk memastikan identitas dan

    kemurnian. Pengujian titik leleh dilakukan

    dengan alat  Melting Point Apparatus,

    dimana perlu ditekankan bahwa suhu saat

    memulai harus dari suhu yang rendah, agar

    sampel tidak langsung meleleh dan lebih

    mudah diamati saat sampel mulai meleleh.

    Menurut literature, titik leleh paraetamol ada

     pada suhu 169oC-172

    oC. sedangkan hasil

    yang didapatkan dari melting point

    apparatus adalah sampel telah meleleh pada

    suhu 162,3oC. Hal ini menunjukkan sampel

    yang diuji tidak murni atau telah

    terkontaminasi dengan pengotor-pengotor

    lain yang menyebabkan penurunan titik

    leleh.

    Uji terakhir yang dilakukan adalah

    uji reaksi warna. Uji reaksi warna dimulai

    dengan pereaksi besi (III) klorida. FeCl3 

    merupakan pereaksi yang umum digunakan

    untuk mengidentifikasi zat yang memiliki

    senyawa fenol. Saat FeCl3 ditambahkan

    didalam larutan parasetamol, FeCl3 akan

    memutuskan ikatan  – OH pada gugus dan

    mengganti dengan Fe dan mengikat 3

     parasetamol untuk membentuk senyawa

    kompleks. Kompleks tersebut yang

    kemudian akan menghasilkan warna

    ungu/violet bila positif terkandung fenol

    didalamnya. Pada uji parasetamol, hasil

    yang didapatkan adalah perubahan warna

    menjadi kuning. Hal tersebut tidak sesuai

    dengan literature dimana seharusnya terjadi

    kompleks warna ungu karena terdapat

    senyawa fenol didalamnya. Warna kuning

    kemungkinan besar didapatkan dari warna

     pereaksi FeCl3 sendiri. Padatan besi(III)

    klorida berwarna kuning kecoklatan, dan

    ketika dilarutkan dalam air, besi (III) klorida

    akan mengalami hidrolisis yang merupakan

    reaksi eksotermis menghasilkan larutan

    kuning kecoklatan, asam dan bersifat

    korosif. Ketidaksesuain yang terjadi dapat

    terjadi karena bahan baku sampel yang

    mengandung terlalu banyak pengotor

    (dibuktikan dengan titik leleh yang rendah),

    ataupun sampel yang telah rusak atau

  • 8/19/2019 260110140137 Lapak Analisis parasetamol

    8/9

    kadaluarsa. Alas an lain seperti kurang

    tingginya konsentrasi dalam pereaksi yang

    dibuat sehingga FeCl3 tidak memutuskan

    rantai OH dengan sempurna hingga

    kompleks warna yang terbentuk tidak

    sempurna.

    Selanjutnya uji dengan pereaksi

    Liebermann. Pereaksi Liebermann terdiri

    atas NaNO2 dalam larutan H2SO4 pekat.

    Warna dari pereaksi Liebermann adalah

     bening. Reagen Liebermann akan bereaksi

    dengan senyawa cincin benzene tersubstitusi

    tunggal yang tidak tergabung dengan gugus

    karbonil, amida atau C=N-O menghasilkan

    warna jingga. Sedangkan warna coklat

    diberikan oleh beberapa senyawa yang

    mengandung dua cincin benzene

    tersubstitusi mono yang tergabung dengan

    satu atom karbon atau atom karbon

     berdampingan. Hasil yang diharapkan dalam

    uji dengan pereaksi Liebermann adalah

    warna biru-violet karena Liebermann akan

     bereaksi dengan  p-aminophenol . Menurut

    hasil pengamatan yang didapatkan larutan

     berubah warna menjadi warna coklat setelah

     penambahan Liebermann. Hal ini jelas tidaksesuai dengan literature, ketidaksesuaian

    disebabkan oleh bahan baku sampel uji yang

    memang telah terkontaminasi atau rusak

    sehingga tidak memenuhi persyaratan

    kualitas uji kualitatif yang sesuai.

    Uji reaksi warna terakhir adalah

    dengan pereaksi kalium dikromat. Kalium

    dikromat merupakan pereaksi dengan warna

    orange, tidak berbau, dan merupakan

    oksidator kuat yang bersifat iritan.

    Penambahan dengan reagen kalium

    dikromat, dimana kemudian reagen akan

     bereaksi memutus ikatan N-H membentuk

     NH pada struktur parasetamol. Hasil

     berdasarkan literature adalah terbentuk

    kompleks warna ungu. Namun pada saat

     percobaan, dihasilkan warna kuning.

    Ketidaksesuaian dapat terjadi akibat tidak

    sempurnanya pemutusan ikatan saat

    membentuk rangkap N pada struktur akhir

     parasetomol, selain itu, warna kuning dapat

    dihasilkan dari warna awal pereaksi sendiri.

    SIMPULAN

    Bahan baku parasetamol yang digunakan

    tidak sesuai dan tidak memenuhi standar

    dari ketetapan yang ada. Hasil negative

    ditemukan hampir pada setiap uji yang

    dilakukan termasuk uji reaksi besi (III)

    klorida, Liebermann, kalium dikromat dan

    titik leleh.

    DAFTAR PUSTAKA

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

    36 tahun 2009 Tentang

    Kesehatan

  • 8/19/2019 260110140137 Lapak Analisis parasetamol

    9/9

    Darmapatni, K. A. G. 2014. Analisis

    Parasetamol (Asetaminophen)

     pada Urin dan Rambut secara

    Kualitatif dengan Menggunakan

    Kromatografi Gas. Jurnal Kimia

    8 (2), Juli 2014: 257-262. 

    Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia

    Ed. IV. Jakarta : Depkes RI.

    Hardman, J.G., Limbrid L.E., dan Gilman,

    A.G. 2001. Analgesic-

    Antipyretic and Antiinflamatory

    agents and drugs employed in

    treatment of gout. In : Roberts,

    L.J. and Morrow, J.D. eds.

    Goodman and Gillman’s The 

     Pharmacological Basis of

    Therapeutics. 10th edition. New

    York : Mc Graw Hill

    Companies. p: 687-691, 706

    Miessler, G.L., dan Tarr, D.A. 1991.

    Inorganic Chemistry. London:

    Prentice-Hall Inc.

    Mahdiyar, D , Taufiq, A, dan Farida

     Nuraeni. 2015. Analisis Secara

    Simultan Parasetamol danIbuprofen dengan Kromatografi

    Cair Kinerja Tinggi. Available

    Online at :

    http://dokumen.tips/documents/j

    urnal-dewangga-mahdiyar.html 

    [diakses 11 Maret 2016]

    Sartono., 1993.  Pengaruh Pemberian Dosis

    Tunggal Parasetamol Terhadap

     Komposisi Metabolit

     Parasetamol Dalam Urin Tikus

     Jantan Malnutrisi. Dalam:

    Darsono, I., 2002.  Diagnosis

    dan Terapi Intoksikasi Salisilat

    dan Parasetamol. Available

    From: http://cls.maranatha.edu.

    [diakses 11 Maret 2016]

    Wilmana, P.F., dan Gan, S.G., 2007.

     Analgesik-Antipiretik Analgesik

     Anti- Inflamasi Nonsteroid dan

    Obat Gangguan Sendi Lainnya.

    Dalam: Gan, S.G., Editor.

    Farmakologi dan Terapi. Edisi

    5. Jakarta: Gaya Baru, 230- 240.

    http://dokumen.tips/documents/jurnal-dewangga-mahdiyar.htmlhttp://dokumen.tips/documents/jurnal-dewangga-mahdiyar.htmlhttp://dokumen.tips/documents/jurnal-dewangga-mahdiyar.htmlhttp://dokumen.tips/documents/jurnal-dewangga-mahdiyar.htmlhttp://dokumen.tips/documents/jurnal-dewangga-mahdiyar.html