26 - Beranda - DJPb
Transcript of 26 - Beranda - DJPb
Pembangunan Provinsi Sumut di tahun 2020 diarahkan pada peningkatan
produktivitas dan daya saing. Peningkatan produktivitas diprioritaskan pada
pembangunan infrastruktur dan peningkatan penyediaan layanan kesehatan.
Sedangkan peningkatan daya saing diprioritaskan pada peningkatan kesempatan kerja,
peningkatan akses pendidikan dan peningkatan daya saing sektor agraris dan
pariwisata. Pembangunan di Sumut menghadapi tantangan antara lain iklim invetasi
yang kondusif dan kondisi ketenagakerjaan. Disisi lain, alam Sumut juga mempunyai
pegunungan Bukit Barisan yang mempunyai banyak manfaat dan juga potensi bencana.
Dengan keragaman penduduknya, dapat menjadi penggerak pembanguna bila
dimanfaatkan secara maksimal. Namun sejak triwulan I hingga akhir tahun 2020, dunia
dilanda pandemi Covid-19 tidak terkecuali Sumut. Dampak dari pandemi Covid-19
sangat mempengaruhi sektor pariwisata dikarenakan turunnya kunjungan wisatawan
dan beberapa event kalender internasional yang dibatalkan.
Perekonomian Sumut di tahun 2020 mengalami perkembangan yang tidak
menggembirakan. Pendapatan Regional Domestik Bruto (PDRB) mengalami kontraksi
1,07 persen dibandingkan tahun 2019. Tingkat inflasi yang landai sepanjang 2020 yaitu
sebesar 1,96 persen (y-on-y), dikarenakan mengalami demand shocks dan supply
shocks. Pada indikator kesejahteraan, hampir semua indkator dalam posisi yang tidak
menggembirakan kecuali Indeks Pembangunan Manusia dan Nilai Tukar Petani yang
mengalami perbaikan dari tahun sebelumnya. Tingkat Pengangguran Terbuka, Gini
Ratio dan Tingkat Kemiskinan, mengalami penurunan menjadi 6,91 persen, 0,315 dan
10,19 persen. Sedangkan Indeks Pembangunan Manusi dan Nlai Tukar Petani
mengalami perbaikan menjadi 71,77 dan 109,83. Perkembangan ini merupakan dampak
dari perekonomian global dan nasional yang mengalami turbulensi dikarenkan pandemi
Covid-19. Analisa mengenai preyeksi tingkat inflasi tahun 2021 adalah berkisar 3,3
persen – 3,9 persen.
Pelaksanaan APBN di Provinsi Sumut didorong untuk menggerakkan
perekonomian. Pendapatan APBN tercatat sebesar Rp19 triliun, turun 12,03 persen dari
2019 dan belanja APBN terealisasi sebesar Rp60,9 triliun, turun 6,06 persen dari 2019.
Walaupun dalam keadaan yang diluar kenormalan, kinerja APBN di Provinsi Sumut tetap
terjaga. Persetase realisasi pendapatan dan belanja dibanding pagu adalah sebesar
79,31 persen dan 93,35 persen. Belanja Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)
mengalami penurunan sebesar 6,71 persen menjadi sebesar Rp62,9 triliun diakibatkan
realokasi dan refocusing APBN. Namun, belanja TKDD menunjukkan pengaruh positif
kepada peningkatan PDRB di Sumut, khususnya DAU dan DAK Fisik memiliki pengaruh
signifikan dan positif terhadap PDRB di Sumut. Disisi lain, tingkat kemandirian daerah
belum menggembirakan, Sumut masih ditopang dengan TKDD yang mencapai 75
persen, dimana PAD nya hanya mampu berkontribusi 18 persen untuk membiayai
Belanja APBD Sumut.Untuk kredit program, total penyaluran KUR di Sumut sebesar
Rp8,13 triliun. Jumlah penyaluran tersebut meningkat sebanyak 41,54 persen dari
periode tahun 2019.
Pelaksanaan APBD di Sumut masih tergantung pada pendapatan transfer dari
pemerintah pusat, mencapai 74,44 persen atau sebesar Rp36,47 triliun. Realisasi
belanja APBD mengalami penurunan pagu dan realisasi. Pagu belanja menurun sebesar
Rp5,72 triliun. Ruang fiskal di Provinsi Sumut, masih terdapat kesenjangan. Pada empat
Kabupaten/Kota mempunyai ruang fiskal jauh lebih tinggi. dibandingkan Kabupaten/Kota
lainnya. Pagu belanja APBD lingkup Provinsi Sumut sebesar Rp58,9 triliun,
direalisasikan sebesar 80,78 persen atau sebesar Rp47,5 triliun. Terdapat pos belanja
yang mengalami penurunan dibandingkan dengan 2019 yaitu belanja pegawai, belanja
barang dan jasa, belanja bantuan sosial dan belanja modal. Hal tersebut disebabkan
adanya realokasi dan refocusing APBD.
Sebaran BLUD di Provinsi Sumut masih didominasi oleh sektor kesehatan dan
belum menyeluruh ke semua pemda. Di lingkup Provinsi Sumut, setiap peningkatan
DAU, menyebabkan peningkatan belanja yang lebih besar bila dibandingkan dengan
peningkatan pendapatan daerah dari PAD
Total pendapatan konsolidasian Provinsi Sumatera Utara tahun 2020 mencapai
Rp66,5 triliun. Sedangkan total belanja konsolidasian mencapai Rp107 triliun.
dikarenakan penurunan pendapatan yang lebih besar dibandingkan penurunan belanja
mengakibatkan kenaikan defisit anggaran dibandingkan dengan tingkat defisit
konsolidasian 2019 sebesar 6% atau minus Rp40,4 triliun.
Tantangan fiskal pada 2020 adalah mengadakan suatu kebijakan countercyclical
untuk menahan efek pelemahan perekonomian yang diakibatkan oleh pandemi Covid-
19. Berdasarkan analisis tipologi Klassen, 44 persen Kabupaten/Kota relatif tertinggal
dan hanya 6 persen Kabupaten/Kota yang maju dan berkembang pesat. Senada oleh
Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil, menegaskan terdapat kesenjangan antara
Kabupaten/Kota. Dengan analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share, sektor
basis adalah sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor real estat. Dan sektor
yang maju dan tumbuh pesat adalah industri pengolahan, konstruksi perdagangan dan
real estat. Tantangan fiskal regional di Sumut adalah bagaimana merevitalisasi sektor
perkebunan yang mempunyai potensi tinggi namun menghadapi banyak kendala.
Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, tidak hanya dilakukan
dengan beban APBN namun juga dengan APBD. Maka dengan Instruksi Presiden
Presiden Nomor 4 Tahun 2020 dan menindaklanjuti Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 20 Tahun 2020 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 117/KMK.07/2020
tentang Percepatan Penyesuaian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
2020 Dalam Rangka Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), Serta
Pengamanan Daya Beli Masyarakat dan Perekonomian Nasional, Pemerintah Sumut
melakukan perubahan alokasi anggaran kegiatan tertentu (refocusing) APBD 2020
untuk percepatan penanganan Covid-19 dengan jumlah lebih kurang sebesar Rp1,5
triliun. Dari realokasi dan refocusing APBD Sumut, telah dapat dialokasikan dana
sebesar Rp1.244.100.000.000 dan telah direalisasikan sebesar Rp1.161.094.447.380
atau telah direalisasikan sebesar 92,7 persen. Output dari realokasi dan refocusing
APBD Sumut bila dibaurkan dengan alokasi PC-PEN dari APBN tercermin dari
pencapaian indikator perekonomian dan indikator kesejahteraan yang menunjukkan ke
arah-arah perbaikan, walaupun belum maksimal.
1
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Tujuan dan Sasaran RPJMD 2019-2023 Prov. Sumut 2 Tabel I.2 Prioritas dan Sasaran Pembangunan Prov. Sumut Tahun 2020 3 Tabel I.3 Permasalahan/Tantangan Ekonomi Sumut Tahun 2020 4
Tabel I.4 Karakteristik Wilayah dan Data Penduduk serta Luas 6 Tabel II.1
PDRB Menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2020 Tahun 2018-2020 (Miliar Rupiah)
10
Tabel II.2 Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran 2018-2020 (Persen 11 Tabel II.3
PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2018 – 2020 (Miliar Rupiah)
11
Tabel II.4 Laju Pertumbuhan dan Distribusi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2018 – 2020 (Miliar Rupiah
12
Tabel II.5 Perkembangan Status Ketenagakerjaan Sumut 2018-2020 (ribu orang) 18
Tabel II.6 Pencapaian RKPD dengan Indikator Ekonomi dan Indikator Kesejahteraaan Tahun 2020
20
Tabel III.1 Pagu dan Realisasi APBN Sumut Tahun 2018 s.d. 2020 (Miliar Rupiah) 22 Tabel III.2 Target dan Realisasi Pajak Sumut Tahun 2019 s.d. 2020 (Miliar Rupiah) 23 Tabel III.3 Insetif Perpajakan Kanwil DJP Sumut Tahun 2020 25 Tabel III.4 Fasilitas Bea Masuk Sumut Tahun 2020 27 Tabel III.5 Perkembangan Realisasi PNBP Fungsional Tahun 2019 dan 2020 Sumut. 28 Tabel III.6 Pagu 10 Kementerian/Lembaga Tertinggi Tahun 2020 di Sumut 30 Tabel III.7 Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi Tahun 2020 Sumut 31 Tabel III.8 Perkembangan Belanja Sumut Berdasarkan Jenis Belanja (Miliar Rupiah 32 Tabel III.9 Perkembangan Pagu dan Realisasi TKDD Sumut (Miliar Rupiah 33 Tabel III.10 Rasio PAD dan Rasio Transfer Tahun 2020 Sumut 34 Tabel III.11 Perkembangan Pagu dan Realisasi DAU Sumut 35 Tabel III.12 Perkembangan Pagu dan Realisasi DBH Sumut 36 Tabel III.13 Perkembangan DAK Fisik Sumut 37 Tabel III.14 Perkembangan Penyaluran DAK Non Fisik Sumut 38 Tabel III.15 Perkembangan Penyaluran Dana Desa Sumut 39 Tabel III.16 Realisasi Dana Desa Tahun 2020 Per Tahapan 40 Tabel III.17 Perkembangan Penyaluran DID Sumut 41 Tabel III.18 Perbandingan Alokasi Pagu DID Tahun 2019 dan Tahun 2020 42 Tabel III.19 Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Pusat di Sumut 45 Tabel III.20 Nilai Aset dan Rasio Kemandirian Satker PNBP (Miliar Rupiah 46 Tabel III.21 Penerusan Pinjaman di Sumut per 31 Desember 2020 47 Tabel III.22 Penyaluran KUR Berdasarkan Skema 49 Tabel III.23 Output Strategi Belanja Sektor Pendidikan 52 Tabel III.24 Output Strategi Belanja Sektor Kesehatan 52 Tabel III.25 Output Strategi Belanja Sektor Infrastruktur 53 Tabel III.26 Hasil Analisis 53
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Profil APBD Agregat Prov. Sumut (Miliar Rupiah) 56 Tabel IV.2
Analisis Komparatif Alokasi Dana Transfer 59
Tabel IV.3 Profil APBD berdasarkan Klasifikasi Urusan di Sumut (Miliar Rupiah) 63 Tabel IV.4 Profil, Aset, dan Pagu BLUD 2019-2020 di Sumut 65 Tabel IV.5 Analisis Horizontal Pemerintah Daerah di Sumatera Utara TA 2020 71 Tabel IV.6 Analisis Horizontal Pemprov Sumut Tahun 2018-2020 72 Tabel IV.7 Perkembangan Kapasitas Fiskal Sumatera Utara (miliar Rp) 73 Tabel IV.8 Sebaran Indeks Kapasitas Fiskal Kabupaten/Kota di Sumatera Utara 74 Tabel V.1 Tabel Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi
Sumut Triwulan IV Tahun 2020 (dalam Miliar rupiah 79
Tabel V.2 Rasio Pajak Terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018 dan Tahun 2019
82
Tabel V.3 Laporan Operasional Statistik Keuangan Pemerintah (GFS) Tahun 2018, 2019, 2020
87
Tabel VI.1 Hasil Analisis Location Quotient dan Shift Share terhadap PDRB Provinsi Sumut Tahun 2017-2020
93
Tabel VI.2 Pengelompokan Basis Sektor Ekonomi
96
Tabel VII.1 Alokasi Anggaran Untuk Pencegahan dan/atau Penanganan Covid-19 Per
Tahap di Sumut 108
Tabel VII.2 Alokasi Anggaran dan Realisasi Untuk Kegiatan Medis Pencegahan dan/atau Penanganan Covid-19 di Sumut
109
Tabel VII.3 Alokasi Anggaran dan Realisasi Untuk Kegiatan Penunjang Kesehatan/Non Medis
110
Tabel VI.4 Alokasi Anggaran dan Realisasi Untuk Kegiatan Bantuan Ekonomi di Sumut 111 Tabel VII.5 Alokasi Anggaran dan Realisasi Untuk Kegiatan Bantuan Sosial di Sumut 111 Tabel VII.6 Alokasi dan Realisasi Anggaran Untuk Pencegahan dan/atau Penanganan
Covid-19 di Sumut 112
DAFTAR GRAFIK
Grafik II.1
Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Sumut dan Nasional Tahun 2018-2020 (persen)
9
Grafik II.2 Pertumbuhan dan Distribusi PDRB Beberapa Lapangan Usaha Tahun 2020 (persen)
9
Grafik II.3 Sumber Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha 2018-2020 (persen) 9
Grafik II.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumut Triwulanan Y-on-Y (persen) 9
Grafik II.5 Suku Bunga Kredit 2019-2020 (persen) 13
Grafik II.6 Grafik II.6. Tingkat Inflasi Prov. Sumut dan Nasional Tahun 2018-2020 (persen)
14
Grafik II.7 Komponen Pembentuk Inflasi Kota Medan 2020 (persen, m-to-m 14
Grafik II.8 Indeks Harga Konsumen per Kelompok Pengeluaran Prov. Sumut 2020 15
Grafik II.9 Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar AS 2019-2020 (Rupiah 15
Grafik II.10 Perkembangan IPM Sumut 2017-2020 16
Grafik II.11 Perkembangan Indikator IPM Sumut 2017-2020 17
Grafik II.12 Jumlah Penduduk misksin dan Persentase Penduduk Miskin 2018-2020 17
Grafik II.13 Perkembangan Gini Ratio Sumut 2017-2020 18
Grafik II.14 Indeks Nilai Tukar Petani 2018-2020 19
Grafik II.15 Indeks Nilai Tukar Petani per Sub Sektor Tahun 2020 19
Grafik III.1 Perkembangan Tax Ratio Sumut 24
Grafik III.2 Besaran Insentif Pajak Berdasarkan Sektor 26
Grafik III.3 Insentif Bea Masuk dan PDRI atas Impor Barang Lingkup Sumut 27
Grafik III.4 Perkembangan Realisasi PNBP Sumut 28
Grafik III.5 Perkembangan Belanja APBN Sumut 29
Grafik III.6 Perkembangan dan Pertumbuhan TKDD Sumut 33
Grafik III.7 Pagu dan Realisasi TKDD TA 2020 per Kab/Kota di Sumut 34
Grafik III.8
Tren Penyaluran Bulanan DAU Sumut 35
Grafik III.9 Tren Penyaluran Bulanan DBH Sumut 36
Grafik III.10 Tren Penyaluran Bulanan DAK Fisik Sumut 37
Grafik III.11 Tren Penyaluran Bulanan DAK Non Fisik Sumut 39
DAFTAR GRAFIK
Grafik III.12 Tren Penyaluran Bulanan Dana Desa Sumut 40
Grafik III.13 Perkembangan Penyaluran DID Sumut 42
Grafik III.14 Perkembangan Cash Flow APBN di Sumut 43
Grafik III.15 Perkembangan Arus Kas Masuk APBN di Sumut 43
Grafik III.16 Perkembangan Arus Kas Masuk APBN di Sumut 44
Grafik III.17 Perkembangan Surplus/Defisit APBN di Sumut 44
Grafik III.18 Perkembangan Aset, PNBP dan RM BLU 45
Grafik III.19 Rasio Kemandirian BLU 2018-2020 (persen) 46
Grafik III.20 Penyaluran KUR Sumut 47
Grafik III.21 Pelunasan KUR Bulanan 48
Grafik III.22 Perkembangan Jumlah Penyaluran dan Jumlah Debitur 49
Grafik III.24 Perkembangan Penyaluran dan Debitur per Bulan Tahun 2020 49
Grafik III.25 Rata-rata Penyaluran per Debitur 50
Grafik IV.1
Analisis Ruang Fiskal Pemda Se-Sumut Tahun 2020 (Miliar Rupiah 58
Grafik IV.2
Analisis Kemandirian Daerah Pemda Se-Sumut Tahun 2020
58
Grafik IV.3 Komposisi Realisasi Pendapatan Daerah di Sumut Tahun 2020 60
Grafik IV.4 Komposisi PAD 64
Grafik IV.5
Rasio PAD terhadap Belanja Pemerintah Daerah per Kab./Kota Tahun 2019-2020
61
Grafik III.12 Tren Penyaluran Bulanan Dana Desa Sumut 40
Grafik III.13 Perkembangan Penyaluran DID Sumut 42
Grafik III.14 Perkembangan Cash Flow APBN di Sumut 43
Grafik IV.6
Lain-lain Pendapatan daerah Yang Sah Sumut Tahun 2018-2020 (Miliar Rupiah
61
Grafik IV.7
Persentase PNBP BLU terhadap Total Belanja APBD
66
DAFTAR GRAFIK Grafik IV.8
Persentase Pagu RM BLU terhadap Jumlah Pagu
66
Grafik IV.9
Rasio Surplus/Defisit Terhadap Agregat Pendapatan 34 Pemda di Sumut 2019-2020
67
Grafik IV.10 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Total Realisasi Dana Transfer 34 Pemda di Sumut
68
Grafik IV.11 Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB Sumut 2018-2020 69
Grafik IV.12 Rasio SILPA terhadap Total Belanja 2019-2020 74
Grafik IV.13 Alokasi Pagu Sektor Pendidikan dan Kesehatan di Sumatera Utara tahun 2018-2020
78
Grafik IV.14 Perbandingan Rasio belanja Sektor Pendidikan terhadap Harapan Lama Sekolah dan IPM
74
Grafik IV.15 Perbandingan rasio belanja Sektor Kesehatan terhadap Harapan Hidup dan IPM
75
Grafik IV.16 Belanja Infrastruktur terhadap Dana Transfer aumum Daerah Sumatera Utara 2018-2020
75
Grafik V.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian s.d. Triwulan IV Tahun 2020, 2019, 2018
80
Grafik V.2 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di Provinsi Sumut s.d.triwulan IV Daerah dan Pusat
80
Grafik V.3 Perbandingan Pendapatan Perpajakan Pempus dan Pemda s.d. Triwulan IV Tahun 2020
81
Grafik V.4 Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Konsolidasian di Provinsi Sumut s.d. triwulan IV Tahun 2020
83
Grafik V.5 Perbandingan Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Sumut 83
Grafik V.6 Perkembangan PDRB per kapita Provinsi Sumut dan Indeks Williamson Tahun 2015-2019
84
Grafik V.7 Scatter Plot Hubungan Belanja Konsolidasian dengan Indeks Williamson Tahun 2015-2019
84
Grafik V.8 Perbandingan Surplus/Defisit pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut... 86
Grafik V.4
Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Konsolidasian di Provinsi Sumut s.d. triwulan IV Tahun 2020
83
Grafik V.5
Perbandingan Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Sumut
84
Grafik V.6
Perkembangan PDRB per kapita Provinsi Sumut dan Indeks Williamson Tahun 2015-2019
84
Grafik V.7
Scatter Plot Hubungan Belanja Konsolidasian dengan Indeks Williamson Tahun 2015-2019
85
DAFTAR GRAFIK
Grafik V.8
Perbandingan Surplus/Defisit pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut
86
Grafik VI.1
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi Sumut Tahun 2015-2020
89
Grafik VI.2
Analisis Kuadran Kab/Kota di Provinsi Sumut
91
Grafik VI.3
Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil Provinsi Sumut Tahun 2015-2019
92
Grafik VI.4
Tipologi Klassen Sektor Perekonomian Sumut
95
Grafik VI.5
Perbandingan NTP dan NTUP Sumut dan Nasional 2020
97
Grafik VI.6
Produksi Tanaman Perkebunan PTPN II, III, dan IV menurut Jenis Tanaman (ton) Tahun 2015-2019
98
Grafik VI.7
Perkembangan Harga CPO Tahun 2020 (Rupiah
99
Grafik VI.8
Perubahan Perilaku Pembelian Daring Selama Pandemi Covid-19 (persen
101
Grafik VI.9
Kontribusi LU Pertanian, Kehutanan dan Perikanan terhadap PDRB Sumut ADHB 2014-2020 (persen
102
Grafik VI.10
Luas Areal Perkebunan Di Sumut Tahun 2018-2019 (Hektar
103
Grafik VII.1 Tren Akumulasi Covid-19 di Sumut (21 Maret 2020-31 Desember 2020) 107
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Sebaran Covid-19 di Sumut 7
Gambar II.1 Peranan Provinsi Sumatera Utaara dalam Pembentukan PDRB Pulau Sumatera Tahun 2020
8
Gambar III.1 Sebaran KUR di Sumut 48
Gambar III.2 Plot Persebaran Pembiayaan UMi di Sumut Tahun 2020 50
Gambar IV.1 Analisis Vertikal Sumut 72
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
1
1.1. PENDAHULUAN
Tujuan dari kebijakan fiskal baik yang dijalankan oleh Pemerintah Pusat maupun
oleh Pemerintah Daerah adalah untuk mengarahkan jalannya perekonomian menuju
keadaan yang diinginkan atau ke arah yang lebih baik. Tujuan lainnya adalah untuk
mencapai pertumbuhan perekonomian yang tinggi, memperluas kesempatan kerja dan
mengurangi pengangguran serta untuk menstabilkan harga barang secara umum dalam
rangka menjaga inflasi. Dengan kebijakan fiskal, pemerintah mengendalikan arah,
tujuan, sasaran dan prioritas pembangunan serta pertumbuhan perekonomian dengan
cara mengubah atau memperbaharui penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Dengan kebijakan fiskal yang pruden dan akuntabel, pemerintah akan menjaga
lingkungan perekonomian yang sesuai dengan sasaran pembangunan yang akan dituju.
Fungsi kebijakan fiskal sebagai alat alokasi, distribusi dan stabilisasi, diarahkan untuk
mendorong investasi dan daya saing dalam rangka mewujudkan pertumbuhan yang
berkualitas yang diwujudkan melalui peningkatan kesempatan kerja, pengurangan
kemiskinan dan kesenjangan. Fokus kebijakan fiskal adalah : (1) mendorong
penyehatan fiskal yang ditempuh dengan mendorong penggunaan anggaran negara
lebih produktif, efisien, berdaya tahan dan berkelanjutan serta (2) mendorong iklim
investasi dan ekspor.
Untuk dapat mencapai sasaran pembangunan yang telah ditetapkan, rencana
kerja pemerintah, baik dalam kebijakan fiskal maupun dalam program pembangunan
harus menyesuaikan dengan potensi dan tantangan yang ada. Potensi dan tantangan
tersebut dapat berupa aspek ekonomi, sosial-kependudukan dan kewilayahan. Dengan
mengenali potensi dan tantangan yang ada, baik kebijakan fiskal maupun program
pembangunan dapat berjalan lebih produktif, efektif dan efisien.
1.2. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
1.2.1. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera
Utara (Sumut) pada tahun 2020 menggunakan RPJMD 2019-2023 yang memiliki visi
pembangunan jangka menengah yaitu “Sumatera Utara yang Maju dan Bermartabat”.
BAB I : SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
2
Tabel I.1. Tujuan dan Sasaran RPJMD 2019-2023 Provinsi Sumut
“Sumatera Utara yang Maju, Aman, dan Bermartabat”
Misi Tujuan Sasaran
Mewujudkan masyarakat Sumut
yang bermartabat dalam
kehidupan karena memiliki iman
dan taqwa, tersedianya sandang
pangan yang cukup, rumah yang
layak, kesehatan yang prima, mata
pencaharian yang menyenangkan,
serta harga-harga yang
terjangkau;
1. Meningkatnya derajat kualitas hidup sosial masyarakat
Meningkatnya kerukunan umat beragama
2. Meningkatkan kehidupan yang layak bagi masyarakat
Meningkatnya derajat kualitas hidup sosial masyarakat
Terpenuhinya kecukupan gizi dan terpenuhinya bobot kelompok pangan
Meningkatnya kesejahteraan petani
Meningkatnya kualitas hunian kawasan Permukiman
Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat
Terkendalinya pertumbuhan
penduduk
3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi
Terkendalinya inflasi
Menurunnya angka kemiskinan
Menurunnya tingkat ketimpangan pendapatan
Meningkatnya infrastruktur dasar
Menurunnya tingkat pengangguran
Mewujudkan Sumut yang bermartabat dalam politik dengan adanya pemerintahan yang bersih dan dicintai, tata kelola
pemerintah yang baik, adil dan
terpercaya, politik yang beretika,
masyarakat yang berwawasan
kebangsaan dan memiliki kohesi
sosial yang kuat serta harmonis;
Meningkatkan tata kelola
pemerintahan yang baik
Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang berintegritas
Meningkatnya budaya kepatuhan
hukum masyarakat
Mewujudkan Sumut yang
bermartabat dalam pendidikan
karena masyarakatnya yang
terpelajar, berkarakter, cerdas,
kolaboratif, berdaya saing dan
mandiri;
Meningkatkan kualitas
pendidikan masyarakat
dalam mewujudkan
masyarakat yang terpelajar,
berkarakter, cerdas,
kolaboratif, berdaya saing
dan mandiri
Meningkatnya kualitas dan
jangkauan layanan pendidikan
Mewujudkan Sumut yang
bermartabat dalam pergaulan
karena terbebas dari judi, narkoba,
prostitusi dan penyelundupan,
sehingga menjadi teladan di Asia
Tenggara dan Dunia;
Meningkatkan keamanan
dan ketertiban masyarakat
dalam mewujudkan
masyarakat yang terbebas
dari judi, narkoba, prostitusi
dan penyelundupan
Meningkatnya kepatuhan
masyarakat terhadap hukum dengan
menurunnya kasus judi, narkoba,
prostitusi dan penyelundupan
Meningkatnya implementasi
Pengarusutamaan Gender dalam
pembangunan
Mewujudkan Sumut yang
bermartabat dalam lingkungan
karena ekologinya yang terjaga,
alamnya yang bersih dan indah,
penduduknya yang ramah,
berbudaya, berperikemanusiaan
dan beradab
1. Meningkatkan pengelolaan
ekologi lingkungan hidup
yang berkualitas
Meningkatnya kualitas lingkungan hidup
Meningkatnya aksesibilitas dan
kualitas penanganan bencana
2. Meningkatkan
pembangunan pariwisata
yang berkelanjutan
Terciptanya masyarakat yang
berbudaya sesuai dengan norma
adat istiadat dalam meningkatkan
daya saing sektor pariwisata
Sumber : RPJMD Prov. Sumut Tahun 2019-2023
Dalam rangka pencapaian visi pembangunan telah ditetapkan 5 (lima) misi
pembangunan jangka menengah Provinsi Sumut tahun 2019-2023 yaitu : “mewujudkan
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
3
masyarakat Sumut yang bermartabat dalam kehidupan, mewujudkan Sumut yang
bermartabat dalam politik, mewujudkan Sumut yang bermartabat dalam pendidikan,
mewujudkan Sumut yang bermartabat dalam pergaulan, dan mewujudkan Sumut yang
bermartabat dalam lingkungan”.
1.2.2. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Pemerintah Daerah Provinsi Sumut
tahun 2020 merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, dengan mengacu kepada Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) pada tahun berkenaan. Pemerintah Daerah Provinsi Sumut
telah menetapkan RKPD Provinsi Sumut melalui Peraturan Gubernur Nomor 33 Tahun
2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Sumut Tahun 2020 yang telah
diubah dengan Peraturan Gubernur Nomor 42 Tahun 2020 tentang Perubahan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Sumut Tahun 2020. Tema RKPD Provinsi Sumut
pada tahun 2020 adalah : “Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing Pembangunan
Sumut yang Bermartabat”. Prioritas dan sasaran pembangunan Provinsi Sumuttara
Tahun 2020 antara lain sebagai berikut :
Tabel I.2. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Prov. Sumut Tahun 2020
Prioritas Pembangunan Sasaran Pembangunan
Peningkatan dan pemenuhan akses pendidikan
Rata-rata lama sekolah 9,62 tahun
Penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas
Usia harapan hidup 68,72 tahun
Peningkatan kesempatan kerja dan berusaha
Penurunan tingkat pengangguran terbuka menjadi 5,4 persen
Pembangunan infrastruktur yang baik dan berwawasan lingkungan
a. Tingkat kemantapan jalan 84,52 persen; b. Rasio elektrifikasi 100 persen; c. Indeks kualitas lingkungan hidup 67,6
Peningkatan daya saing sektor agraris dan pariwisata
a. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) 92,3; b. Nilai Tukar Petani 100,10; c. Jumlah kunjungan wisata 300.000 orang.
Sumber RKPD Provinsi Sumut Tahun 2020
Berdasarkan RKPD awal TA 2020, target pembangunan Provinsi Sumut tahun
2020 yang ingin dicapai antara lain : pertumbuhan ekonomi berkisar 5,1-5,4 persen;
sasaran tingkat kemiskinan pada kisaran 8,43 persen; IPM meningkat menjadi 71,67 ;
gini rasio pada kisaran 0,320; harapan usia hidup rata-rata 68,72 tahun; dan tingkat
pengangguran terbuka 5,4 persen.
1.3. TANTANGAN DAERAH
Dalam perencanaan program pembangunan, diarahkan untuk mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Dalam mencapai sasaran-sasaran tersebut,
harus diperhitungkan tantangan-tantangan yang ada, untuk sebagai bahan pengambilan
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
4
kebijakan atau keputusan. Tantangan yang ada sedapat mungkin diolah dari berupa
rintangan menjadi hal yang dapat dimanfaatkan.
1.3.1. Tantangan Ekonomi Daerah
Sumut merupakan pusat ekonomi terbesar di Sumatera dan merupakan
penyumbang pertumbuhan ekonomi di pulau Sumatera. Sampai dengan akhir TA 2020
tingkat pertumbuhan ekonomi Sumut mencapai -1,07 persen. Hal ini lebih tinggi
dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional pada akhir TA 2020 sebesar
-2,19 persen. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama di TA 2019, angka ini
jauh menurun, dimana untuk akhir TA 2019 mencapai 5,07 persen. Hal ini perlu
ditingkatkan dan menjadi perhatian bersama, mengingat pertumbuhan ekonomi di
Sumut memiliki peran yang sangat signifikan dibandingkan dengan provinsi lain dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi di pulau Sumatera. Terdapat beberapa
permasalahan/tantangan dalam upaya peningkatan ekonomi Sumut yang dihadapi pada
Tahun 2020, antara lain:
Tabel I.3. Permasalahan/Tantangan Ekonomi Sumut Tahun 2020
Tema Permasalahan/Tantangan
Pengelolaan sumber daya alam a. masih banyaknya kegiatan Pertambangan Tanpa
Ijin (PETI),
b. perlunya upaya konservasi pemanfaatan air
tanah, dan
c. terbatasnya pasokan energi terutama listrik dan
gas
Iklim dan potensi investasi yang kondusif a. belum optimalnya efisiensi investasi dan
pembiayaan investasi
b. lemahnya daya saing usaha
Birokrasi dan pelayanan perizinan a. belum maksimalnya pelaksanaan SAKIP
b. rendahnya kualitas pelayanan publik
Dukungan permodalan, infrastruktur
ekonomi
a. belum optimalnya operasional pemeliharaan dan
rehabilitasi terhadap sarana dan prasarana
sumber daya air berupa irigasi dan rawa
b. adanya kondisi rawan bencana pada beberapa
daerah
c. masih terbatasnya konektivitras sehingga menjadi
hambatan dalam pengembangan Kawasan
strategis
d. minimnya layanan komunikasi dan informatika di
wilayah tertinggal, pulau terluar dan terdepan
Kondisi ketenagakerjaan a. kurangnya skill/kompetensi tenaga kerja dalam
memenuhi tuntutan dunia usaha dan persaingan
ekonomi global
b. masih banyaknya tenaga kerja dengan tingkat
pendidikan yang rendah
c. masih tingginya tingkat pengangguaran terbuka Sumber RKPD Prov. Sumut Tahun 2020
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
5
1.3.2. Tantangan Sosial Kependudukan
Sumut merupakan Provinsi keempat dengan jumlah penduduk terbesar di
Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Berdasarkan data
Provinsi Sumut Dalam Angka Tahun 2020, pada Tahun 2020 penduduk Sumut
berjumlah 14.799.361 jiwa yang terdiri dari 7.422.046 jiwa penduduk laki-laki dan
7.377.315 jiwa perempuan atau dengan ratio jenis kelamin/sex ratio sebesar 101.
Jumlah penduduk usia produktif mencapai 69,79 persen dari total penduduk Sumut
dengan angka ketergantungan (dependency ratio) sebesar 30,21 persen, artinya setiap
100 penduduk produktif memiliki beban 30 penduduk usia nonproduktif .
Peningkatan kualitas dan partisipasi sekolah tentunya harus diimbangi dengan
penyediaan sarana fisik Pendidikan maupun tenaga pengajar yang memadai. Rasio
murid SD/sederajat terhadap sekolah di Sumut secara rata-rata pada tahun 2019/2020
sebesar 173. Pada tingkat pendidikan SMP/sederajat, rasio murid terhadap sekolah
adalah sebesar 237 murid per sekolah. Sementara itu rasio murid SMA/sederajat
terhadap sekolah sebesar 303 murid per sekolah. Perguruan Tinggi (Negeri dan Swasta)
di bawah Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi pada tahun 2019
sebanyak 243, yang terdiri dari 3 perguruan tinggi negeri dan 240 perguruan tinggi
swasta.
1.3.3. Tantangan Geografis Wilayah
Provinsi Sumut memiliki luas total sebesar kurang lebih 182.414,25 km² yang
terdiri dari luas daratan sebesar kurang lebih 72.981,23 km² dan luas lautan sebesar
kurang lebih 109.433,02 km². berdasarkan luas wilayah menurut kabupaten/kota di
Sumut, luas wilayah terbesar adalah Kabupaten Langkat dengan luas 6.262,00 km² ,
sedangkan luas wilayah terkecil adalah Kota Tebing Tinggi dengan luas kurang lebih
31,00 km².
Topografi wilayah Provinsi Sumut terdiri dari wilayah pantai, dataran rendah dan
dataran tinggi, serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur di tengah-tengah dari
utara ke selatan. Berdasarkan karakteristik tersebut dapat dibagi menjadi daerah
wilayah pantai timur, wilayah pantai barat, wilayah dataran tinggi dan wilayah kepulauan
Nias.
Dari karakteristik di atas, wilayah pantai timur memiliki kepadatan penduduk yang
paling tinggi dibandingkan wilayah lainnya. Wilayah pantai timur merupakan wilayah
dengan konsentrasi industri dikarenakan mempunyai topografi yang datar dan terletak
dengan jalur perdagangan dunia yaitu Selat Malaka. Sehingga wilayah pantai timur
merupakan pusat pertumbuhan di Sumut. Wilayah pantai barat dan wilayah pegunungan
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
6
Tabel I.4 Karakteristik Wilayah dan Data Penduduk serta Luas
merupakan sentra perkebunan dan tanaman holtikultura dikarenakan kondisi iklim yang
sesuai, dan wilayah kepulauan Nias merupakan sentra perikanan.
Wilayah
Persentase
Jumlah
Penduduk
Persentase
Luas
Wilayah
Pantai Timur 62,38% 34%
Dataran Tinggi 18,47% 28%
Pantai Barat 13,45% 30%
Kepulauan Nias 5,70% 8%
Tantangan dalam perkembangan wilayah tersebut adalah aspek konektivitas,
dikarenakan bentang alam Sumut yang luas dan terdapat hambatan alam berupa
pegunungan Bukit Barisan bila hendak menghubungkan antara wilayah pantai barat dan
dataran tinggi ke wilayah pantai timur melalui jalur darat. Wilayah kepulauan Nias
mempunyai kekhasan sendiri dengan konektivitas melalui jalur perairan.
1.3.4. Tantangan Daerah Sebagai Dampak Covid-19
Memasuki awal tahun 2020, Pemerintah dan masyarakat global harus
menghadapi tantangan baru berupa adanya pandemi Covid-19 yang meluas hingga ke
tanah air dan seluruh pelosok daerah. Penyebaran Covid-19 yang sangat cepat dan luas
menyebabkan sebagian besar daerah harus melakukan Pembatasan Sosial Berskala
Besar/Mikro (PSBB/M). Dampak pandemi Covid-19 tidak saja membahayakan
kesehatan namun juga berpotensi membahayakan kondisi sosial masyarakat,
perekonomian nasional dan daerah, dan stabilitas sistem keuangan. Terjadinya
pelemahan di berbagai sektor perekonomian karena adanya PSBB/M akan berdampak
terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat, menjadikan hal ini sebagai kondisi yang
extraordinary sehingga memerlukan penanganan dan langkah kebijakan yang
extraordinary namun tetap akuntabel.
Sumber : Bappeda Prov. Sumut
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
7
Kasus positif Covid-19 di Sumut pertama kali terdeteksi pada tanggal 15 Maret
2020 di kota Medan, sebanyak 3 orang 1. Sebagai salah satu pintu masuk internasional
di Sumut, kota Medan menjadi
epicentrum penyebaran Covid-
19 di wilayah Sumut. Di
pertengahan Juni 2020, sebaran
Covid mencangkup hampir
seluruh kabupaten/kota di
Sumut. Dari 33 kabupaten/kota,
10 kabupaten/kota masuk
kategori zona merah (lebih dari
5 kasus konfirmasi positif Covid-
19 harian), 12 kabupaten/kota
mendapat kategori zona kuning (kurang dari 5 kasus konfirmasi positif Covid-19 harian),
sedangkan 11 kabupaten/kota dikategorikan zona hijau (tidak terdapat kasus Covid-19)2.
Ekonomi Sumut TA 2020 dibanding TA 2019 mengalami kontraksi sebesar 1,07
persen (yoy). Tingkat pengangguran terbuka dan tingkat kemiskinan, menurun menjadi
6,91 persen dan 10,19 persen, karena terdampak oleh kontraksi perekonomian.
Pandemi Covid-19 memberikan dampak sangat besar bagi penurunan sektor
pariwisata Sumut. Sejak bulan April hingga bulan Desember 2020 kunjungan wisatawan
mancanegara (wisman) ke Sumut masih sangat terbatas. Secara keseluruhan pada
tahun 2020, jumlah wisman yang berkunjung ke Sumut hanya mencapai 44.285 orang
atau turun 82,89% dari tahun 2019. Wisman terbesar berasal dari Malaysia (45,74%),
Singapura (5,68%) dan Australia (1,33%)3. Selain itu beberapa kegiatan event yang
menjadi kalender internasional terpaksa dibatalkan.
1 https://Sumatera Utara.idntimes.com/news/Sumatera Utara/arifin-alamudi/lini-masa-perkembangan-terkini-wabah-virus-corona-di-sumatera-utara/13 2 https://Covid19.Sumatera Utaraprov.go.id 3 https://Sumatera Utara.bps.go.id
Gambar I.1 Sebaran Covid-19 Sumut
Sumber : Covid19.Sumatera
Utaraprov.go.id
15 Juni 2020 31 Desember 2020
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
8
2. 1. INDIKATOR EKONOMI MAKRO
2.1.1. Produk Domestik Regional Daerah
PDRB adalah jumlah keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan
dari semua kegiatan perekonomian diseluruh wilayah dalam periode satu tahun
tertentu. PDRB Sumut (Sumut) memiliki peran yang penting dalam struktur ekonomi
di Pulau Sumatera. Struktur ekonomi di Pulau Sumatera secara spasial tahun 2020
didominasi oleh Provinsi Sumut dan Provinsi Riau. Provinsi Sumut memberikan
kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto di Pulau Sumatera, yakni sebesar
24,06 persen, diikuti oleh Provinsi Riau sebesar 21,62 persen dan Provinsi Sumatera
Selatan sebesar 13,60 persen.
a. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Sumut tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar 1,07
persen. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan secara
nasional yang juga terkontraksi sebesar 2,07 persen. Kontraksi terjadi pada beberapa
lapangan usaha, kontraksi tertinggi dialami oleh Transportasi dan Pergudangan
sebesar 12,77 persen, diikuti oleh Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar
BAB II : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
Gambar II.1. Peranan Provinsi Sumatera Utaara dalam Pembentukan PDRB Pulau Sumatera Tahun 2020
Sumber : BPS Prov. Sumut
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
9
9,26 persen dan Jasa Perusahaan sebesar 4,71 persen. Berdasarkan sumber
pertumbuhan ekonomi Sumut tahun 2020, sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari
Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 0,48 persen, diikuti
Informasi dan Komunikasi
sebesar 0,18 persen; Real
Estate sebesar 0,07 persen
dan Jasa Keuangan sebesar
0,04 persen. Sementara
sumber pertumbuhan
ekonomi Sumut dari
lapangan usaha lainnya
mengalami kontraksi sebesar
1,84 persen.
Grafik II.2. Pertumbuhan dan Distribusi PDRB Beberapa Lapangan Usaha Tahun 2020 (persen)
Grafik II.3 Sumber Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha 2018-2020 (persen)
Sumber : BPS Prov. Sumut Sumber : BPS Prov. Sumut
Pertumbuhan ekonomi Sumut triwulan IV-2020 dibanding triwulan IV-2019 (y-
on-y) mengalami kontraksi sebesar 2,94 persen. Kontraksi tertinggi dialami oleh
Lapangan Usaha Transportasi dan
Pergudangan sebesar 16,93
persen; diikuti oleh Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum
sebesar 14,83 persen; dan Jasa
Perusahaan sebesar 7,84 persen.
-12.77
-9.26
-4.71
4.48
2.181.07
Transportasi &Pergudangan
PenyediaanAkomodasi &
Makan Minum
JasaPerusahaan
Pertumbuhan Distribusi
0.06 0.60.40.23
0.21 0.070.22 0.261.81.21 1.27
0.48
3.46 3.42
-1.84
5.18 5.22
-1.07-1.75
-0.75
0.25
1.25
2.25
3.25
4.25
5.25
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
2018 2019 2020
Lainnya
Pertanian
Infokom
Real Estate
JasaKeuangan
Grafik II.4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumut Triwulanan Y-on-Y (persen)
Sumber : BPS Provinsi Sumut
4.5
5.1
5.2
5.5
4.7
5.2
5.3
5.3
5.3
5.2
5.1
5.2
4.2
-2.77
-2.60
-2.94-5.00-3.00-1.001.003.005.007.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2017 2018 2019 2020
Sumber : BPS Provinsi Sumut
Grafik II.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumut dan Nasional Tahun 2018-2020 (persen)
2017 2018 2019 2020
LPE Nasional 5.07 5.17 5.02 -2.07
LPE Sumut 5.12 5.18 5.22 -1.07
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
10
b. Nominal PDRB
Nilai nominal PDRB dapat dilihat dari pengeluaran maupun lapangan usaha.
Informasi perkembangan PDRB pengeluaran bermanfaat untuk mengetahui peran
atau kontribusi pengeluaran pemerintah (APBN dan APBD) pada pertumbuhan
ekonomi regional. Sementara informasi PDRB menurut lapangan usaha bermanfaat
untuk mengetahui peran atau kontribusi sektor-sektor tertentu yang menjadi unggulan
sebagai pendorong ekonomi regional.
1) PDRB Berdasarkan Pengeluaran
Dari sisi pengeluaran, Nominal PDRB Sumut tahun 2020 menurut pengeluaran
Atas Dasar Harga Bruto (ADHB) sebesar Rp811,28 triliun dan menurut pengeluaran
Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) sebesar Rp533,74 triliun, dengan rincian sebagai
berikut :
Tabel II.1 PDRB Menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2020 Tahun 2018-2020 (Miliar Rupiah)
No Komponen Harga Berlaku Harga Konstan 2010
2018 2019 2020 2018 2019 2020
1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
397.422,81 430.766,36 424.494,99 263.925,55 275.666,72 267.464,08
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT
6.948,33 7.669,43 7.503,89 5.386,84 5.922,97 5.684,63
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
56.298,77 57.417,18 56.258,27 34.729,08 34.942,09 34.638,83
4 Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto
233.019,08 246.657,70 248.510,59 150.803,37 163.244,13 161.327,64
5 Perubahan Inventori 11.112,53 11.488,68 15.387,32 8.271,62 8.558,28 11.079,93 6 Ekspor Barang dan Jasa 278.953,29 266.523,23 268.487,49 222.718,56 217.882,13 195.305,12
7 Dikurangai Impor Barang dan Jasa
242.407,38 220.913,62 209.359,72 173.072,38 166.702,47 141.753,86
PDRB 741.347,43 799.608,95 811.282,84 512.762,63 539.513,85 533.746,36
Kontraksi terjadi hampir pada semua komponen, yaitu Komponen Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT), Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang
melayani Rumah Tangga (PKLNPRT), Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P), dan
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), Komponen Ekspor Barang dan Jasa. Untuk
Impor Barang dan Jasa juga mengalami kontraksi, namun komponen Impor Barang
dan Jasa merupakan faktor pengurang. Komponen Ekspor Barang dan Jasa
merupakan komponen yang mengalami kontraksi tertinggi sebesar 10,36 persen;
diikuti Komponen LNPRT sebesar 4,02 persen; dan Komponen PK-RT sebesar 2,98
persen. Berdasarkan sumber pertumbuhan ekonomi Sumut tahun 2020, sumber
kontraksi tertinggi dari Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar -4,18 persen; yang
diikuti oleh Komponen PK-RT sebesar -1,52 persen, dan PMTB -0,36 persen.
Sumber : BPS Provinsi Sumut
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
11
Sementara sumber pertumbuhan ekonomi Sumut dari komponen lainnya sebesar 4,99
persen.
2) PDRB per Sektor Lapangan Usaha
Berdasarkan sektor lapangan usaha, Nominal PDRB Sumut tahun 2020 menurut
pengeluaran Atas Dasar Harga Bruto (ADHB) sebesar Rp811,28 triliun dan menurut
pengeluaran Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) sebesar Rp533,74 triliun, dengan
rincian sebagai berikut :
Lapangan Usaha Harga Berlaku Harga Konstan 2010
2018 2019 2020 2018 2019 2020
A Pertanian,Kehutanan & Perikanan 155.077,17 164.152,75 173.083,47 127.202,65 133.726,02 136.332,43
B Pertambangan dan Penggalian 9.552,00 10.160,53 10.373,47 6.792,01 7.099,79 6.936,06
C Industri Pengolahan 148.430,31 152.246,63 156.503,61 96.174,60 97.362,10 96.548,31
D Pengadaan Listrik dan Gas 840,59 908,22 932,38 694,58 728,79 751,85
E Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang 754,75 796,70 831,19 489,61 516,23 535,77
F Konstruksi 102.921,37 113.764,69 110.280,64 64.507,11 69.212,03 66.843,31
G Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 134.161,14 150.445,28 153.138,15 90.652,71 96.936,19 95.052,14
H Transportasi dan Pergudangan 37.043,61 40.566,53 36.382,80 24.372,51 25.786,50 22.492,59
I Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum 17.636,58 19.379,42 17.692,13 12.131,74 13.209,12 11.985,59
J Informasi dan Komunikasi 15.154,95 17.139,67 18.467,11 14.024,32 15.375,56 16.323,91
K Jasa Keuangan dan Asuransi 22.643,29 23.344,41 23.529,58 14.854,35 15.138,89 15.334,76
L Real Estat 37.338,81 40.942,91 42.721,95 21.740,03 22.792,55 23.149,98
M,N Jasa Perusahaan 7.649,07 8.667,23 8.710,09 4.678,85 4.950,74 4.717,73
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
27.127,84 29.505,60 30.254,29 16.406,84 17.736,89 17.866,22
P Jasa Pendidikan 13.527,65 14.767,59 15.423,49 10.418,75 10.924,95 11.091,33
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 7.273,25 8.155,28 8.366,12 4.977,05 5.207,26 5.079,18
R,S,T,U Jasa Lainnya 4.215,04 4.665,51 4.592,38 2.644,92 2.810,24 2.705,20
PDRB 741.347,43 799.608,95 811.282,84 512.762,63 539.513,85 533.746,36
No Komponen 2018 2019 2020 Sumber
Pertumbuhan 2020 (Y-on-Y)
1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,87 4,45 -2,98 -1,52 2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 11,38 9,95 -4,02 -0,04 3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 6,16 0,61 -0,87 -0,06 4 Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto 6,19 8,25 -1,17 -0,36
5 Perubahan Inventori 0,00 0,00 0,00 0,00
6 Ekspor Barang dan Jasa 6,72 -2,17 -10,36 -4,18 7 Dikurangai Impor Barang dan Jasa 10,30 -3,68 -14,97 -4,62
PDRB 5,18 5,22 -1,07 -1,07
Tabel II.2. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran 2018-2020 (Persen)
Tabel II.3 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2018 – 2020 (Miliar Rupiah)
Sumber : BPS Provinsi Sumut
Sumber : BPS Provinsi Sumut
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
12
Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan memiliki porsi yang terbesar dalam
PDRB Sumut dengan besar 21,33 persen, disusul sektor perdagangan besar dan
eceran, reparasi mobil dan sepeda motor. Dari sisi laju pertumbuhan, sektor
transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi yang terdalam dibandingkan
sektor lain sebesar negatif 12,77 persen, sebagai akibat dari terjadi pandemi covid-19.
Sektor yang tumbuh tertinggi meskipun dimasa pandemi ini terjadi pada sektor
Informasi dan komunikasi, hal ini dapat dimaklumi karena kegiatan belajar-mengajar
maupun pertemuan-pertemuan dilakukan secara daring.
Lapangan Usaha
Laju Pertumbuhan Distribusi
ADHK 2010 ADHB
2018 2019 2020 2018 2019 2020
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
4,87 5,13 1,95 20,92 20,53 21,33
B. Pertambangan dan Penggalian 5,46 4,53 (2,31) 1,29 1,27 1,28
C. Industri Pengelolahan 3,66 1,23 (0,84) 20,02 19,04 19,29
D. Pengadaan Listrik dan Gas 2,58 4,92 3,16 0,11 0,11 0,11
E. Pengadaan, Air, Pengelolaan, Sampah, Limbah, dan Daur Ulang
2,90 5,44 3,79 0,10 0,10 0,10
F. Konstruksi 5,45 7,29 (3,42) 13,88 14,23 13,59
G. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
6,11 6,93 (1,94) 18,10 18,81 18,88
H. Transportasi dan Pergudangan 6,14 5,80 (12,77) 5,00 5,07 4,48
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
7,53 8,88 (9,26) 2,38 2,42 2,18
J. Informasi dan Komunikasi 8,43 9,63 6,17 2,04 2,14 2,28
K. Jasa Keuangan 1,73 1,92 1,29 3,05 2,92 2,90
L. Real Estat 5,34 4,84 1,57 5,04 5,12 5,27
M.N Jasa Perusahaan 7,10 5,81 (4,71) 1,03 1,08 1,07
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
6,10 8,11 0,73 3,66 3,69 3,73
P. Jasa Pendidikan 6,29 4,86 1,52 1,82 1,85 1,90
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
5,90 4,63 (2,46) 0,98 1,02 1,03
R.S.T.U Jasa Lainnya 5,96 6,25 (3,74) 0,57 0,58 0,57
PDRB 5,18 5,22 (1,07) 100,00 100,00 100,00
2.1.2. Suku Bunga
Untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian pasar keuangan
global sebagai akibat dari pandemi Covid-19, diupayakan untuk menjaga tingkat bunga
untuk tetap rendah. Hal ini diperlukan untuk mengurangi tekanan di pasar uang dan
perbankan, juga dimaksudkan untuk mendorong biaya kredit yang lebih murah guna
menopang kinerja sektor riil selama masa pandemi.
Tabel II.4 Laju Pertumbuhan dan Distribusi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2018 – 2020 (Miliar Rupiah)
Sumber : BPS Provinsi Sumut
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
13
Penurunan terjadi pada suku bunga kredit investasi dan modal kerja yang
sangat terkait dengan kegiatan produksi dan aktivitas ekonomi sektor riil. Penurunan
terbesar pada suku bunga kredit investasi yang turun 102 basis poin atau menjadi 8,88
persen pada Desember 2020, dibandingkan dengan suku bunga Desember 2019.
Sementara suku bunga kredit modal kerja turun 94 basis poin atau menjadi 9,15 persen
dan suku bunga kredit konsumsi turun 65 basis poin menjadi 10,97 persen. Penurunan
kredit sangat berpengaruh di Sumut dalam mendorong konsumsi rumah tangga dan
investasi.
2.1.3. Inflasi
Tingkat inflasi Sumut pada tahun 2020 lebih rendah dibandingkan dengan tahun
sebelumnya sebagai akibat dari supply shock dan demand shock. Tingkat inflasi Sumut
adalah sebesar 1,96 persen lebih rendah dari tahun 2019 yang sebesar 2,33 persen
dan lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional yang sebesar 1,68 persen.
Secara historis, tekanan inflasi di Sumut dipengaruhi oleh event Natal dan
Tahun Baru, event Lebaran dan bencana alam terutama banjir. Event Natal dan Tahun
Baru pada bulan Desember dan Januari tahun berikutnya, berkontribusi atas naiknya
permintaan, demikian juga dengan event lebaran. Pada peristiwa banjir,
mengakibatkan terganggunya jalur logistik akibat terganggunya jalan raya karena
banjir, juga mengakibatkan terganggunya produksi tanaman pangan. Berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya, inflasi di Sumut lebih landai. Hal ini dikarenakan karena
lemahnya permintaan dari masyarakat (demand shock) dikarenakan adanya
Grafik II.5. Suku Bunga Kredit 2019-2020 (persen)
Sumber : BPS Provinsi Sumut
11.43 11.20 10.97
9.87
9.30 8.88
10.13
9.48
9.15
11.72 11.57 11.62
10.38
10.24
9.90
10.56 10.42
10.09
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Kredit Konsumsi-20 Kredit Investasi-20 Kredit Modal Kerja-20
Kredit Konsumsi-19 Kredit Investasi-19 Kredit Modal Kerja-19
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
14
pembatasan aktivitas, penurunan harga pangan dan seiring dengan turunnya
permintaan masyarakat dan pembatasan kegiatan produksi karena pembatasan
aktivitas mengakibatkan kenaikan biaya produksi secara terus menerus (supply shock).
Komponen volatile food merupakan pendorong utama dalam membentuk inflasi
maupun deflasi di Sumut. Secara historis, komponen volatile food menimbulkan
tekanan pada triwulan IV dikarenakan menipisnya pasokan disebabkan musim
penghujan dan bencana banjir yang biasa terjadi pada bulan tersebut serta kenaikan
permintaan dalam rangka Natal dan tahun Baru. Pada triwulan I, menimbulan deflasi
karena kenaikan pasokan disebabkan oleh panen raya dan menurunnya permintaan.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, tekanan inflasi di tahun 2020 dipengaruhi
oleh kebutuhan pangan, sedangkan kelompok non pangan masih melambat. Sebagian
besar pada kelompok hiburan, juga dalam keadaaan melambat, kecuali perawatan
pribadi dan jasa lainnya, yang menekan inflasi. Pada kelompok pengeluaran
tranportasi dan komunikasi juga dalam tren melambat.
Grafik II.7. Komponen Pembentuk Inflasi Kota Medan 2020 (persen, m-to-m)
Sumber BPS Prov Sumut, data diolah
Grafik II.6. Tingkat Inflasi Provinsi Sumut dan Nasional Tahun 2018-2020 (persen)
1.961.68
0.75-1
0
1
2
3
4
5
6
Inflasi (
%)
Sumut (kum) Nasional (kum) Sumut (m-to-m)
Sumber : BPS Provinsi Sumut
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Infl
asi (
%)
Inflasi Inti Volatile Food Administrated Price Inflasi Kota Medan
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
15
2.1.4. Nilai Tukar
Pergerakan rupiah terhadap dolar AS di tahun 2020 teletak pada rentang yang
lebih lebar dibandingkan pada rentang pergerakan di tahun 2019. Pergerakan rupaiah
tersebut tentu saja tidak lepas dari dinamika keuangan global dan isu domestik. Pada
awal tahun 2020, rupiah dibuka pada level Rp13.862 per dollar AS, dan mengalami
tekanan di awal pandemi Covid-
19. Pada bulan Maret, mampu
mengalami perbaikan dan
berlanjut hingga ke bulan Juni.
Hal terserbut sejalan dengan
pelonggaran aktivitas ekonomi
dan respon positif terhadap
penanganan Covid-19 melalui
program PEN. Namun pada
akhir Juli mengalami pelemahan
dari Juli hingga September. Pada Juli nilai tukar berada di level Rp14.635 per dollar
AS, dikarenakan sentimen pasar terhadap data pertumbuhan ekonomi yang
terkontraksi dan kenaikan kasus Covid-19. Dipengaruhi juga oleh faktor eksternal
seperti naiknya tensi perdagangan antara China dan Amerika Serikat. Memasuki
triwulan III, nilai tukar rupiah mulai membaik yang merupakan respon positif dari pasar
Grafik II.8. Indeks Harga Konsumen per Kelompok Pengeluaran Prov Sumut 2020
Sumber BPS Prov Sumut, data diolah
Jan Mar Mei Jul Sep Nov
Pangan & Non Pangan
MAKANAN, MINUMAN DANTEMBAKAU
PAKAIAN DAN ALAS KAKI
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, DANBAHAN BAKAR RUMAH TANGGA
PERLENGKAPAN, PERALATANDAN PEMELIHARAAN RUTINRUMAH TANGGA
Jan Mar Mei Jul Sep Nov
Leisure
KESEHATAN
REKREASI, OLAHRAGA, DANBUDAYA
PENDIDIKAN
PERAWATAN PRIBADI DANJASA LAINNYA
Jan Mar Mei Jul Sep Nov
Transportasi dan Komunikasi
TRANSPORTASI
INFORMASI, KOMUNIKASI,DAN JASA KEUANGAN
Grafik II.9. Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar AS 2019-2020 (rupiah)
13,500
14,500
15,500
16,500
Jan
Feb
Mar
Ap
r
May Jun
Jul
Au
g
Sep
Oct
No
v
Dec
Kurs USD 2020 Kurs USD 2019
Sumber Bank Indonesia, data diolah
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
16
terhadap pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja, dengan harapan dapat
memperbaiki iklim investasi di Indonesia. Dengan adanya perkembangan positif
terhadap pandemi Covid-19, dengan adanya vaksin, meningkatkan optimisme pasar
dan didukung dengan surplus pembayaran sehingga pada Desember 2020, Rupiah
ditutup pada Rp14.069 per dollar AS.
2. 2. INDIKATOR KESEJAHTERAAN
2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Pencapaian pembangunan manusia di Sumut ditandai dengan meningkatnya
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi 71,77, yang sebelumnya pada tahun
2019 adalah sebesar 71,74.
Dengan capaian tersebut,
IPM Sumut dalam status
tinggi, yaitu pada level IPM
diantara 80 dan 70. Pada
tahun 2020, IPM Sumut
mengalami pertumbuhan
yang tidak sebesar dari
tahun sebelumnya. Hal ini
dikarenakan oleh dampak
dari pandemi Covid-19 yang mempengaruh kesejahteraan masyarakat.
Angka IPM dihitung dari agregrasi 3 (tiga) dimensi, yaitu umur panjang serta
hidup sehat, pengetahuan dan standar hidup layak. Umur harapan hidup (UHH) saat
lahir di Sumut mencapai 69,1. Hal tersebut menunjukkan rata-rata bayi yang lahir pada
tahun 2020 dapat bertahan hidup hingga usia 69,1 tahun. Pada sisi pendidikan, secara
rata-rata penduduk berumur 25 tahun keatas telah menempuh pendidikan (Harapan
Lama Sekolah, HLS) hingga 13,23 tahun, atau setara dengan pendidikan SMP. Pada
hal lain, anak usia 7 tahun yang masuk dunia pendidikan diharapkan mampu
bersekolah (Rata-rata Lama Sekolah, RLS) hingga 13,23 tahun atau setara dengan
Diploma I. Pada sisi ekonomi, rata-rata pengeluaran adalah sebesar Rp10.420, yang
mencerminkan kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uangnya dalam
bentuk barang dan jasa.
Grafik II.10. Perkembangan IPM Sumut 2017-2020
Sumber BPS, data diolah
70.57
71.18
71.74
71.77
70.81
71.39
71.92 71.940.81 0.86
0.79
0.04
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
70.5
71
71.5
72
2017 2018 2019 2020
Sumut Nasional Pertumbuhan IPM Sumut
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
17
Secara umum, indikator-indikator agregasi IPM mengalami peningkatan,
kecuali pada pengeluaran perkapita yang penurunan yang disebabkan oleh landainya
tingkat inflasi pada tahun
2020. Dari dimensi umur
panjang dan hidup sehat,
mengalami peningkatan
yang konsisten dan
signifikan, yaitu pada
Umur Harapan Hidup
(UHH), yang rata-rata
pertumbuhannya 0,35
persen. Pada dimensi
pengetahuan, Harapan
Lama Sekolah (HLS) meningkat rata-rata 0,33 persen dan Rata-rata Lama Sekolah
(RLS) meningkat rata-rata 1,03 persen. Peningkatan pada RLS menunjukkan bahwa
di Sumut, tingkat pendidikan yang diselesaikan makin tinggi.
2.2.2. Tingkat Kemiskinan
Tingkat kemiskinan di Sumut berdasarkan hasil terakhir pada September 2020
adalah sebesar 10,19 persen. Tingkat tersebut meningkat dari September 2019 yaitu
sebesar 9,22 persen.
Garis kemiskinan pada
September 2020
Sumut sebesar
Rp458.947 per kapita
per bulan, naik dari
September 2019 yaitu
sebesar Rp440.538
per kapita per bulan.
Faktor yang
mempengaruhi
kenaikan tingkat kemiskinan adalah terganggunya aktivitas masyarakat dan
perekonomian akibat dari pandemi Covid-19. Peningkatan penduduk miskin pada
September 2020 merupakan yang tertinggi selama tiga tahun terakhir.
Grafik II.11. Perkembangan Indikator IPM Sumut 2017-2020
Sumber BPS Provinsi Sumut, data diolah
Grafik II.12. Jumlah Penduduk misksin dan Persentase Penduduk Miskin 2018-2020
Sumber BPS Provinsi Sumut, data diolah
68.37
68.6168.95
69.113.1 13.14 13.15
13.23
9.25 9.34 9.45 9.54
10.316 10.39110.649 10.42
8.8
9.3
9.8
10.3
10.8
11.3
11.8
12.3
12.8
13.3
13.8
68
68.2
68.4
68.6
68.8
69
69.2
2017 2018 2019 2020
Tah
un
/Rib
u R
up
iah
Tah
un
UHH HLS RLS Pengeluaran per kapita
8.3
8.4
8.5
8.6
8.7
8.8
8.9
9
9.1
9.2
1,200
1,220
1,240
1,260
1,280
1,300
1,320
1,340
1,360
1,380
Sep 18 Mar 18 Sep 19 Mar 20 Sep 20
Penduduk miskin (ribu) Persentase penduduk miskin (%)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
18
2.2.3. Tingkat Ketimpangan
Tingkat ketimpangan di Sumut sebagaimana pada September 2020 mengalami
peningkatan menjadi 0,314, lebih baik dibandingkan pada September 2019 sebesar
0,315. Tingkat ketimpangan pada daerah perkotaan dan pedesaan makin membaik.
Pada perdesaan menjadi
0,258 sebelumnya pada
September 2019 sebesar
0,262. Pada perkotaan
menjadi 0,336 sebelumnya
pada September 2019
sebesar 0,337. Tingkat
ketimpangan pada Sumut
lebih baik dibandingkan
tingkat nasional yang sebesar 0,385. Perkembangan Gini Ratio di Sumut di dua tahun
terakhir masih stabil, namun menunjukkan perbaikan walau tidak signifikan.
2.2.4. Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sumut mengalami tren negatif dengan
kenaikan menjadi 6,91 persen pada Agustus 2020 yang semula pada Agustus 2020
sebesar 5,39 persen, atau mengalami kenaikan 28 persen. Seusai dengan
pertumbuhan penduduk,
maka jumlah penduduk usia
kerja juga meningkat.
Namun tingkat
pengangguran terbuka juga
meningkat, terutama di
perkotaan yang meningkat
30 persen, walaupun di
perdesaan juga meningkat
23 persen. Menandakan
bahwa di perdesaan tingkat
pengangguran masih lebih
baik dibandingkan di perkotaan. Terdapat pengurangan pekerja formal sejumlah 393
ribu orang dan pekerja informal bertambah sejumlah 223 ribu orang. Hal ini
membuktikan bahwa sektor informal merupakan alternatif exit strategy dalam masa
pandemi Covid-19.
Grafik II.13. Perkembangan Gini Ratio Sumut 2017-2020
Sumber BPS Provinsi Sumut, data diolah
Status Ketenagakerjaan Agu-
18 Agu-
19 Agu-
20
Penduduk Usia Kerja 10.356 10.532 10.703 Angkatan Kerja 7.453 7.411 7.350 Bekerja 7.039 7.012 6.842 Formal 3.057 3.156 2.763 Informal 3.982 3.856 4.079 Pengguran 414 399 508 Bukan Angkatan Kerja 2.903 3.121 3.353 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) (%)
5,55 5,39 6,91
Perkotaan (%) 7,02 6,85 8,90 Perdesaan (%) 3,91 3,69 4,55
0.342
0.365
0.335 0.330.338 0.337 0.338 0.336
0.2560.264
0.2720.257 0.264 0.262 0.255 0.258
0.315
0.3350.318 0.311 0.317 0.315 0.316 0.314
Mar 17 Sep 17 Mar 18 Sep 18 Mar 18 Sep 19 Mar 20 Sep 20
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
Tabel II.5. Perkembangan Status Ketenagakerjaan Sumut 2018-2020 (ribu orang)
Sumber BPS Provinsi Sumut, data diolah
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
19
2.2.5. Nilai Tukar Petani (NTP)
Nilai tukar petani (NTP) di Sumut mengalami tren positif. Rata-rata di tahun
2020 adalah sebesar 109.83, naik 12 persen dari tahun 2019 yang sebesar 98,08. NTP
di Sumut pada tahun 2020, jauh lebih meningkat dibandingkan NTP di tahun 2019 dan
2018. Pada tahun 2020, NTP
diatas angka indeks 100,
yang berarti tingkat
kemampuan atau daya beli
petani semakin kuat, bila
dibandingkan dengan pada
tahun 2019 dan 2018 yang
berada dibawah indeks 100.
Hal ini dipengaruhi oleh
membaiknya nilai jual produk-produk pertanian, seperti harga Crude Palm Oil yang
meningkat tajam.
Berdasarkan sub sektor, perkebunan rakyat dan usaha pertanian merupakan
sub sektor yang berada di atas indeks 100. Untuk selebihnya berada diantara indeks
100 dan 95. Kedua sub
sektor tersebut, perkebunan
rakyat dan usaha pertanian,
merupakan sub sektor yang
mapan, karena merupakan
sub sektor yang sudah
matang dan berdiri lama
dan sudah menjadi industri
di Sumut. Sub sektor
selebihnya merupakan sub sektor yang proses pengerjaannya masih tradisional dan
belum atau sedikit tersentuh oleh industri.
Grafik II.14 Indeks Nilai Tukar Petani 2018-2020
Sumber: BPS Provinsi Sumut, 2020 (diolah)
Grafik II.15. Indeks Nilai Tukar Petani per Sub Sektor Tahun 2020
Sumber: BPS Provinsi Sumut, 2020 (diolah)
113.69
111.71
109.41
106.41
104.5
105.13
106.84
108.53
110.44
112.01
114
115.21
95
100
105
110
115
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2020 2019 2018
90
Jan Mar Jun Sep Des
Tan Pangan Hortikultura
Perkebunan Rakyat Peternakan
Perikanan Usaha Pertanian
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
20
2. 3. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN
REGIONAL
Pemerintah Daerah Sumut telah menetapkan Peraturan Gubernur Sumut
Nomor 33 Tahun 2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Sumut
Tahun 2020 yang kemudian diubah dengan Peraturan Gubernur Sumut Nomor 42
Tahun 2020. Pada Peraturan Gubernur (Pergub) tersebut ditetapkan tema Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2019 adalah (i) peningkatan kualitas
infrastruktur, (ii) peningkatan SDM, (iii) penciptaan kesempatan kerja dan berusaha
dan (iv) agraris dan pariwisata.
Dalam Pergub tersebut diatas ditetapkan target pembangunan daerah Provinsi
Sumut tahun 2020 yaitu :
a. Pertumbuhan ekonomi berkisar 5,4 persen;
b. Inflasi berkisar antara 2,9 persen.
c. Sasaran tingkat kemiskinan pada kisaran 8,43 persen;
d. IPM meningkat menjadi 71,67;
e. Gini Rasio pada kisaran 0,32; dan
f. tingkat pengangguran terbuka 5,45 persen.
Sehingga bila disandingkan dengan parameter ekonomi makro dan parameter
pembangunan manusia, didapatkan hasil sebagai berikut :
Patut diapresiasi pencapaian Pemerintah Provinsi Sumut dalam menjaga
beberapa indikator kesejahteraan, IPM dan Gini Ratio, yang menunjukkan hasil lebih
baik dari target. Pada indikator lainnya, pasti akan terpengaruh oleh dinamika
internasional dan nasional yang masih terdampak oleh pandemi Covid-19.
Uraian RKPD 2020 Data BPS Keterangan
Indikator Ekonomi Fundamental
Pertumbuhan Ekonomi 5,40% -1,07% Tidak sesuai target
Tingkat Inflasi 2,90% 1,96% Tidak sesuai target
Indikator Kesejahteraan
Tingkat Kemiskinan 8,43% 8,75% Tidak sesuai target
IPM 71,67 71,77 Melebihi Target
Gini Ratio 0,32 0,316 Melebihi Target
TPT 5,45%. 6,91% Tidak sesuai target
Tabel II.6. Pencapaian RKPD dengan Indikator Ekonomi dan Indikator Kesejahteraaan Tahun 2020
Sumber BPS Provinsi Sumut, 2020 (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
21
Proyeksi Inflasi Provinsi Sumut Menggunakan Peramalan Autoregressive
Integrated Moving Average (ARIMA)
Number of observations: 48
Residual Sums of Squares
DF SS MS
42 11.4146 0.271776
Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square
Statistic
Lag 12 24 36 48
Chi-Square 9.67 21.39 32.24 *
DF 6 18 30 *
P-Value 0.139 0.260 0.357 *
Peramalan (forecasting) diatas digunakan untuk memprediksi besar inflasi pada
tahun 2021. Forecasting ini menggunakan metode Autoregressive Integrated Moving
Average (ARIMA) yang merupakan gabungan antara metode Autoregressive dengan
metode Moving Average yang penggunaannya menggunakan nilai masa lalu dan
sekarang dari variabel dependen untuk menghasilkan peramalan jangka pendek yang
akurat.
Atas data historis Inflasi Sumut bulanan mulai tahun 2017 s.d. tahun 2020,
didapatkan hasil proyeksi kumulatif inflasi tahun 2021 mencapai 3,6 persen ± 0,3
persen. Dengan proyeksi tingkat inflasi tersebut, diharapkan terdapat insentif kepada
pengusaha untuk memproduksi barang/jasa. Diharapkan dengan ketersediaan
barang/jasa yang meningkat, masyarakat dapat mempertahankan tingkat
konsumsinya, sehingga perekonomian dapat berjalan. Selain itu, diharapkan peran
serta pemerintah dan masyarakat dalam menjaga protokol kesehatan dalam pandemi
Covid-19, sehingga tidak terjadi guncangan (shock) dalam iklim perekonomian.
95% Limits
Period Forecast Lower Upper
49 0,36700 3,3638 3,976176
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
22
3. 1. APBN TINGKAT PROVINSI
Tahun 2020 merupakan tahun yang extraordinary, di luar kewajaran. Dampak
pandemi Covid-19 begitu masif dirasakan di seluruh dunia tanpa terkecuali, termasuk
provinsi Sumut (Sumut). Dalam rangka pemenuhan kebutuhan penanganan pandemi
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau menghadapi ancaman yang
membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan,
Pemerintah melakukan penyesuaian terhadap Postur dan Rincian APBN TA 2020 yang
dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2020, yang mengakibatkan
perubahan: (a) Anggaran Pendapatan Negara; (b) Anggaran Belanja Negara; (c)
Surplus/Defisit Anggaran; dan (d) Pembiayaan Anggaran.
Pada tabel di atas terlihat, Penerimaan Negara mengalami penurunan target
penerimaan perpajakan. Hal ini sejalan dengan realisasi penenerimaan perpajakan
Sumut mulai bulan april 2020 menunjukkan perlambatan dan sampai dengan akhir
tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 12,82 persen jika dibandingkan dengan
tahun 2019. Penerimaan PNBP juga mengalami penurunan sebesar 3,91 peren jika
dibandingankan dengan tahun 2019, dimana hal ini sejalan dengan penurunan harga
komoditas dan terbatasnya aktivitas masyarakat. Dari sisi Belanja Negara, Belanja
Uraian 2018 2019 2020
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %
3.2.1. Pendapatan Negara
27.131,46 22.060,17 81,31 28.081,29 21.670,85 77,17 23.063,18 19.062,11 82,65
I. Penerimaan Perpajakan 26.027,88 20.231,95 77,73 26.835,10 19.758,76 73,63 21.717,88 17.224,79 79,31
II. Penerimaan PNBP 1.103,58 1.828,22 165,66 1.246,18 1.912,09 153,44 1.345,30 1.837,31 136,5
7
III. Penerimaan Hibah 0,00 0,00 0,00 - - 0,00 0,00 - 0,00
B. Belanja Negara 65.297,75 62.589,01 95,85 67.485,72 64.922,87 96,20 62.956,39 60.982,22 96,86
I. Belanja Pemerintah Pusat
24.055,83 22.356,91 92,94 24.102,20 22.867,20 94,88 22.857,50 21.338,60 93,35
1. Belanja Pegawai 8.663,66 8.317,35 96,00 9.086,68 8.913,02 98,09 9.279,26 9.061,15 97,65
2. Belanja Barang 9.118,82 8.351,27 91,58 8.984,39 8.353,47 92,98 8.337,37 7.485,86 89,79
3. Belanja Modal 6.251,69 5.666,83 90,64 6.002,01 5.572,01 92,84 5.210,39 4.761,21 91,38
4. Bantuan Sosial 21,66 21,46 99,08 29,11 28,70 98,60 30,48 30,38 99,67
II. Transfer ke Daerah & Dana Desa
41.241,92 40.232,10 97,55 43.383,52 42.055,66 96,94 40.098,89 39.643,63 98,86
1. Dana Perimbangan 37.043,95 36.416,18 98,31 38.931,47 37.669,60 96,76 35.603,30 35.156,00 98,74
a. DAU 24.095,78 24.095,78 100,00 25.258,00 25.203,11 99,78 23.134,20 22.937,58 99,15
b. DBH 1.971,36 1.849,46 93,82 1.882,63 1.554,39 82,56 1.572,06 1.567,66 99,72
c. DAK FISIK 3.230,39 3.029,77 93,79 3.613,22 3.327,69 92,10 2.418,35 2.276,41 94,13
d. DAK Non Fisik 7.617,42 7.312,17 95,99 8.041,00 7.447,79 92,62 7.840,20 7.735,85 98,67
e. DID 129,00 129,00 100,00 136,62 136,62 100 638,50 638,50 100,0
0
2. Dana Desa 4.197,97 3.815,92 90,90 4.452,05 4.386,06 98,52 4.495,59 4.487,62 99,82
Surplus/Defisit -38.166,30 -40.528,84 -39.404,43 -43.252,01 -39.893,22 -41.920,12
BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL
Tabel III.1 Pagu dan Realisasi APBN Sumut Tahun 2018 s.d. 2020 (Miliar Rupiah)
Sumber: Aplikasi OMSPAN, Monev PA, Simtrada & Kanwil DJP/DJBC (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
23
Pemerintah Pusat dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa juga mengalami perubahan
pagu atau refocusing belanja. Hal ini dilakukan oleh Pemerintah untuk penanganan
pandemi Covid-19, dukungan anggaran perlindungan sosial kepada masyarakat serta
percepatan pemulihan ekonomi nasional. Sehingga jika dibandingkan dengan tahun
2019, Belanja Negara baik Belanja Pemerintah Pusat maupun Belanja Transfer ke
Daerah dan Dana Desa tahun 2020 di Sumut mengalami penurunan baik secara pagu
maupun realisasi.
3. 2. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL
3.2.1. Pendapatan Perpajakan
Sampai dengan akhir tahun 2020, penerimaan perpajakan Sumut sebesar
Rp17,22 triliun yang terdiri dari pajak dalam negeri sebesar Rp16,41 triliun (95,29
persen) dan pajak perdagangan internasional sebesar Rp810,67 miliar (4,71 persen).
Capaian penerimaan pajak ini mengalami pertumbuhan negatif sebesar 12,82 persen
yang berarti mengalami penurunan jika dibandingkan pada tahun 2019. Hal ini
disebabkan dampak pandemi Covid-19 serta pemberian insentif perpajakan
memberikan tekanan yang cukup signifikan terhadap penerimaan pajak tahun 2020.
Pajak Dalam negeri mengalami pertumbuhan negatif sebesar 13,43 persen jika
dibandingkan dengan tahun 2019. Hampir seluruh jenis pajak dalam negeri mengalami
pertumbuhan negatif kecuali penerimaan PBB dan Cukai. PPh Non Migas yang
merupakan sumber penerimaan pajak terbesar mengalami pertumbuhan negatif
sebesar 19,91 persen jika dibandingkan dengan tahun 2019. Pertumbuhan negatif PPh
pasal 21 sebagai dampak terganggunya pasar tenaga kerja akibat pandemi Covid-19.
Terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan PPh Badan terkontraksi. Pertama,
melambatnya profitabilitas badan usaha pada tahun 2019, yang merupakan dasar
Jenis Pajak Target 2020 Realisasi % CAP
2020 aaa
%Δ
2020 aa
2019 2020
Pajak Dalam Negeri 22.543,46 18.960,96 16.414,12 72,81 -13,43
PPh 11.633,34 12.004,66 9.581,06 82,36 -20,19
Migas 0,00 9,36 -25,88 0,00 -376,38
Non Migas 11.633,34 11.995,30 9.606,94 82,58 -19,91
PPN dan PPnBM 9.415,77 5.757,51 5.064,90 53,79 -12,03
PBB P3 453,95 486,39 608,72 134,10 25,15
Cukai 825,60 495,53 957,73 116,00 93,27
Pajak Lainnya 214,80 216,86 201,71 93,91 -6,99
Pajak Perdagangan Internasional 708,00 797,80 810,67 114,50 1,61
Bea Masuk 682,90 777,14 747,54 109,47 -3,81
Bea Keluar 25,10 20,65 63,13 251,51 205,65
Tabel III.2 Target dan Realisasi Pajak Sumut Tahun 2019 s.d. 2020 (Miliar Rupiah)
Sumber: Aplikasi OMSPAN & Kanwil DJPBC/DJP Sumut (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
24
perhitungan pajak tahun 2020. Kedua, pemberian insentif perpajakan berupa potongan
angsuran sebesar 30 persen, yang selanjutnya ditingkatkan menjadi 50 persen.
Ketiga, penurunan tarif PPh Badan dari 25 persen menjadi 22 persen sebagaimana
diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu)
Nomor 1 Tahun 2020. PPh Impor juga mengalami kontraksi, tekanan ini diakibatkan
salah satunya karena pemanfaatan insentif perpajakan berupa pembebasan PPh
Pasal 22 Impor oleh wajib pajak.
Penerimaan cukai yang terdiri atas cukai Hasil Tembakau (HT), Minuman
Mengandung Etil Alkohol (MMEA), dan Etil Alkohol (EA) mengalami pertumbuhan
positif sebesar 93,27 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. Penerimaan cukai
merupakan kontributor terbesar penerimaan kepabeanan dan cukai, dan
pertumbuhannya menjadi yang tertinggi kedua setelah pertumbuhan penerimaan Bea
Keluar. Hal ini dikarenakan salah satunya penerimaan cukai EA yang tumbuh signifikan
ini didorong oleh peningkatan permintaan bahan dasar pembuatan produk disinfektan
yang terjadi sejak pertengahan April 2020. Untuk pajak perdagangan internasional,
mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,61 persen jika dibandingkan dengan tahun
lalu. Hai ini dikarenakan Bea Keluar mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar
205,65 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. Peningkatan harga komoditas
ekspor, terutama tembaga dan hasil kelapa sawit, menjadi pendorong utama kinerja
Bea Keluar. Sedangkan penerimaan Mea Masuk mengalami pertumbuhan negatif
sebesar 3,81 persen. Penerimaan Bea Masuk telah mengalami tekanan sejak awal
tahun, terdampak oleh aktivitas impor nasional yang melambat.
3.2.1.1 Analisis Penerimaan Perpajakan
a. Analisis Tax Ratio
Untuk menilai tingkat kepatuhan pembayaran pajak oleh masyarakat dalam
suatu daerah digunakan tax ratio, yang dihitung berdasarkan perbandingan antara
jumlah penerimaan pajak
dengan PDRB. Tax ratio
Sumut dari tahun 2017 s.d.
2020 trennya mengalami
penurunan. Secara ideal
kenaikan PDRB diiringi
dengan kenaikan pajak,
tetapi hal tersebut tidak
terjadi di Sumut. Tahun
2017 2018 2019 2020
PDRB 684,634.43 741,347.43 799,608.95 811,282.84
Realisasi Pajak 23,200.73 20,231.95 19,758.76 17,224.79
Tax Ratio 3.39 2.73 2.47 2.12
-
1.00
2.00
3.00
4.00
0.00
200,0 00.00
400,0 00.00
600,0 00.00
800,0 00.00
dalam persen
Mili
aran
ru
pia
h
Grafik III.1 Perkembangan Tax Ratio Sumut
Sumber: LKPP UAPPAW, BPS Provinsi Sumut (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
25
2020 tax ratio menurun sebesar 35 basis jika dibandingkan dengan tahun 2019. Selain
akibat bayang-bayang perang dagang, konflik geopolitik, serta pelemahan
perdagangan internasional pada tahun 2019, penerimaan perpajakan tahun 2020
diperlambat dengan pandemi Covid-19.
b. Insentif Perpajakan
Pemerintah telah menyesuaikan target penerimaan pajak sebanyak dua kali,
pertama dengan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54/2020 pada 3 April
2020, yang merevisi target penerimaan pajak menjadi sebesar Rp1.254,11 triliun.
Besaran target ini kembali direvisi melalui Perpres Nomor 72/2020 pada 24 Juni 2020,
dengan menyesuaikan target penerimaan pajak menjadi sebesar Rp1.198,82 triliun.
Penyesuaian ini tidak hanya mempertimbangkan tekanan atas perekonomian yang
mengakibatkan menyusutnya basis pemajakan, namun juga merefleksikan peran yang
akan dijalankan oleh administrasi perpajakan dalam turut menjaga stabilitas ekonomi
Indonesia dan mengawal Pemulihan Ekonomi Nasional, terutama dalam bentuk
pemberian insentif perpajakan.
Tercatat sampai dengan 31 Desember 2020, Kanwil DJP Sumut I dan II telah
memberikan insentif perpajakan sebesar Rp,1,29 triliun dengan porsi terbesar
pengurangan PPh Pasal 25. Tetapi perlu diketahui, pengurangan angsuran PPh Pasal
25, adalah bersifat penundaan pembayaran kewajiban pajak karena pada saat
berakhirnya periode tahun pajak, wajib pajak akan diwajibkan membayar kewajiban
pajaknya sesuai dengan ketentuan UU PPh. Di akhir tahun besarnya PPh terutang
akan sama saja. Perbedaanya hanya terletak pada arus kas. Jika angsuran PPh Pasal
25 yang dibayar lebih besar, PPh kurang bayar di akhir tahun menjadi lebih kecil.
Begitupun sebaliknya, jika angsuran PPh Pasal 25 yang dibayar lebih kecil, PPh kurang
bayar di akhir tahun menjadi lebih besar.
Jenis Pajak
Kriteria Total Insentif Per
Jenis Pajak DTP Dibebaskan Pengurangan Restitusi
Dipercepat
PPh Pasal 21 88.841.861.965 526.878.415 - - 89.368.740.380
PPh Final PP 23 52.116.249.862 - - - 52.116.249.862
PPh Pasal 22 DN - 4.037.563.791 - - 4.037.563.791
PPh Pasal 22 Impor
2.926.043.047 290.473.731.537
- - 293.399.774.584
PPh Pasal 23 - 669.352.646 - - 669.352.646
PPh Pasal 25 - - 431.839.315.832 106.016.402.273 537.855.718.105
PPN dan PPnBM 17.821.826.364 - - 303.520.006.946 321.341.833.310
Jumlah 161.705.981.238 295.707.526.389 431.839.315.832 409.536.409.219 1.298.789.232.678
Tabel III.3 Insetif Perpajakan Kanwil DJP Sumut Tahun 2020
Sumber: Kanwil DJP Sumut I dan II (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
26
Berdasarkan sektor, Industri pengolahan merupakan sektor terbesar yang
mendapatkan insentif pajak dengan total insentif sebesar Rp824,24 miliar atau sebesar
63,46 persen dari total insentif pajak yang telah diberikan oleh KPP lingkup Kanwil DJP
Sumut. Sektor
Perdagangan
merupakan sektor
insentif perpajakan
terbesar kedua
dengan nilai sebesar
Rp350,27 miliar
dimana dengan
insentif perpajakan
ini diharapkan UMKM
dapat bertahan dan kembali tumbuh dimasa pandemi Covid-19.
Adapun kendala yang dihadapi Kanwil DJP Sumut dalam pemberian insentif
pajak yaitu berdasarkan data belum semua Wajib Pajak yang melaporkan ke KPP.
untuk melihat manfaat dan kendala insentif perpajakan secara umum perlu
membandingkan pendapat dari sisi Kementerian Keuangan selaku pemberi insentif
perpajakan dan pelaku usaha yang langsung merasakan manfaat insentif perpajakan.
824.24
350.2743.99 15.16 295.70
63.46
26.97
3.391.17
22.77
0
20
40
60
80
0.00
300.00
600.00
900.00
IndustriPengolahan
PerdaganganBesar dan
Eceran;Reparasi dan
PerawatanMobil dan
Sepeda Motor
Pertanian,Kehutanan dan
Perikanan
Transportasidan
Pergudangan
Sektor Lainnya
da
lam
pe
rse
n
da
lam
mil
iar
rup
iah
Besaran IS %
Grafik III.2 Besaran Insentif Pajak Berdasarkan Sektor
Sumber: Kanwil DJP Sumut I dan II (diolah)
Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
Kementerian Keuangan Hestu Yoga Saksama mengatakan, besarnya insentif pajak sudah
mencakup hampir keseluruhan sektor, termasuk UMKM bahkan karyawan perusahaan, dan
sudah mengurangi beban pajak para pengusaha secara cukup signifikan. Yoga
mengungkapkan, tidak memungkinkan kita memberikan insentif (tax cut) secara besar-besaran.
Sedangkan di sisi lain, penerimaan pajak masih menjadi andalan penerimaan negara saat ini.
“Disamping itu juga mesti dilihat bahwa insentif pajak ini hanya sebagian (kecil) dari berbagai
stimulus fiskal yang diberikan oleh Pemerintah, seperti relaksasi kredit usaha, penjaminan
modal kerja, bansos, dan lain-lain. Selain juga adanya berbagai stimulus moneter yang juga
diluncurkan untuk menggerakkan perekonomian nasional di tengah pandemi Covid-19,”
(Sumber: https://www.pajakonline.com/hipmi-minta-insentif-pajak-tepat-sasaran/).
“Hanya sebagian usaha yang untung saja yang mengajukan. Kebanyakan dengan keuangan
negatif otomatis tidak mengajukan keringanan,” kata Hariyadi Ketua Umum Asosiasi
Pengusaha Indonesia (Apindo) . Untuk pembebasan PPh 21 tidak terlalu efektif karena banyak
usaha yang memang mengurangi gaji pekerja. Sementara untuk diskon PPh Pasal 25 tidak
dirasakan karena banyak perusahaan yang justru merugi,” kata dia. Permasalahan yang
dihadapi dunia usaha tidak terbatas pada arus kas , tantangan terbesar adalah konsumsi
masyarakat yang belum pulih. Selama pandemi pilihan hanya dua, lanjut beroperasi dengan
keuangan yang ketat atau berhenti sementara,” lanjutnya. Pulihnya konsumsi sendiri menurut
Hariyadi hanya bisa dicapai jika aktivitas ekonomi dapat berjalan normal tanpa ada
kekhawatiran penyebaran virus,
Sumber: https://ekonomi.bisnis.com/read/20210204/12/1352175/apindo-pemanfaatan-
insentif-pajak-tetap-terbatas?utm_source=dable
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
27
c. Insentif Bea Masuk Kepabeanan dan Cukai
Dari 3 skema Insentif Bea Masuk dan PDRI atas Impor Barang, 2 skema
terdapat realisasi, sedangkan 1 skema belum ada realisasi. Sampai dengan 31
Desember 2020, Kanwil DJBC Sumut telah memberikan fasilitas insentif Bea Masuk
dan PDRI sebesar Rp27,09 miliar yang terdiri dari skema sesuai PMK
171/PMK.04/2020 sebesar Rp21,73 miliiar dan skema sesuai PMK
No.83/PMK.04/2020 jo PMK 34/PMK.04/2020 sebesar Rp5,35 miliar.
Dari total fasilitas yang diberikan oleh Kanwil DJBC Sumut, penerima fasilitas
terdiri dari 8 (delapan) penerima fasilitas. Tercatat pengguna fasilitas di masa pandemi
meningkat sebesar 14,74 persen, dari 95 pengguna fasilitas di tahun 2019 menjadi 104
pengguna fasilitas di tahun 2020.
Tahun KITE Pusat
Logistik
Berikat
Toko Bebas
Bea
Gudang
Berikat
Kawasan
Berikat
Tempat Penimbunan
Sementara
Kawasan
Pabean
KITE
IKM Jumlah
2018 6 3 0 4 47 6 7 1 74
2019 6 8 2 5 51 11 11 1 95
2020 7 5 2 3 52 19 19 2 104
3.2.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
a. Perkembangan PNBP Menurut Jenis
Selain optimalisasi sektor pajak, salah satu langkah kebijakan fiskal di bidang
pendapatan negara adalah optimalisasi PNBP. PNBP di Sumut terbagi menjadi dua
jenis penerimaan, yaitu Pendapatan BLU, dan PNBP Lainnya.
Realisasi PNBP Provinsi Sumut selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami tren
peningkatan, kecuali tahun 2020 menurun 3,91 persen jika dibandingkan dengan tahun
2019. Penurunan ini disumbang dari penerimaan PNBP lainnya maupun penerimaan
Grafik III.3 Insentif Bea Masuk dan PDRI atas Impor
Barang Lingkup Sumut
5,351,480,000, 20%
21,737,850,941, 80%
0, 0%PMK 83 jo 34 PMK 171 PMK 70
Sumber: Kanwil DJBC Sumut (diolah)
Keterangan :
1. Skema PMK 83/PMK.04/2020 jo PMK 34/PMK.04/2020 merupakan Pemberian Fasilitas Khusus alkes untuk Covid-19).
2. Skema PMK 171/PMK.04/2020 terkait Pemberian fasilitas untuk Pempus, Pemda atau BLU
3. Skema PMK 70/PMK.04/2020 terkait Pemberian fasilitas untuk Yayasan/Lembaga Non Profit.
Tabel III.4 Fasilitas Bea Masuk Sumut Tahun 2020
Sumber: Kanwil DJBC Sumut (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
28
BLU dengan masing-masing sebesar 3,25 persen dan 4,51 persen jika dibandingkan
dengan tahun 2019. Terbatasnya aktivitas masyarakat akibat pandemi Covid-19
menjadi salah satu penyebab turunnya penerimaan PNBP tahun 2020 di Sumut.
Penurunanan terbesar PNBP lainnya secara nilai nominal disumbang oleh penurunan
Pendapatan Administrasi dan Penegakan Hukum sebagai kontribusi terbesar PNBP
lainnya tahun 2020. Tercatat terjadi penurunan sebesar 20,86 persen jika
dibandingkan dengan tahun 2019. Penerimaan PNBP yang berasal dari pengelolaan
Sumber Daya Alam (SDA) tidak terlihat pada grafik dikarenakan pendapatan dari
retribusi pengelolaan SDA langsung disetorkan ke kantor pusat
Kementerian/Lembaga.
b. Perkembangan PNBP Fungsional
PNBP Fungsional berasal dari hasil pungutan Kementerian Negara/Lembaga
atas jasa yang diberikan sehubungan dengan tugas pokok dan fungsinya dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Perkembangan realisasi PNBP
Fungsional beberapa Satker di Sumut dapat disajikan dalam tabel berikut:
Jenis PNBP Lainnya Realisasi 2019 Realisasi
2020 % ∆ % Porsi
Pendapatan dari Penjualan, Pengelolaan BMN & Iuran Badan Usaha
24.318.851.310 36.213.103.426 48,91 3,77
Pendapatan Administrasi dan Penegakan
Hukum 428.286.593.574 338.926.616.509 -20,86 35,30
Pendapatan Kesehatan, Perlindungan Sosial
& Keagamaan 263.298.636.394 252.258.267.985 -4,19 26,27
Pendapatan Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi
82.273.142.096 82.758.122.652 0,59 8,62
Pendapatan Jasa Transportasi, Komunikasi dan Informatika
119.082.622.691 116.211.120.486 -2,41 12,10
Pendapatan Jasa Lainnya 11.897.389.504 9.762.113.632 -17,95 1,02
Pendapatan Bunga, Pengelolaan Rekening Perbankan dan Pengelolaan Keuangan
29.339.309.762 22.588.987.329 -23,01 2,35
Pendapatan Denda 3.913.486.642 9.159.494.188 134,05 0,95
Pendapatan Lain-Lain 43.240.522.892 92.358.787.063 113,59 9,62
Jumlah 1.005.650.554.865 960.236.613.270 -4,52 100,00
Grafik III.4 Perkembangan Realisasi PNBP Sumut
2016 2017 2018 2019 2020
BLU 459,287,268,227 637,500,600,817 728,773,923,507 906,438,477,108 877,022,175,481
PNBP Lainnya 670,229,046,683 1,175,047,132,88 1,099,121,423,51 1,005,650,554,86 960,291,463,270
Total 1,129,516,314,91 1,812,547,733,70 1,827,895,347,02 1,912,089,031,97 1,837,313,638,75
Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)
Tabel III.5 Perkembangan Realisasi PNBP Fungsional Tahun 2019 dan 2020 Sumut
Sumber: LK UAPPAW (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
29
PNBP Fungsional di dominasi oleh pendapatan Administrasi dan Penegakan
Hukum dengan kontribusi sebesar 35,30 persen. Sedangkan posisi kedua ditempati
oleh Pendapatan Kesehatan, Perlindungan Sosial dan Keagamaan. Jika dibandingkan
dengan tahun 2019, PNBP Fungsional mengalami penurunan sebesar 4,52 persen.
Hal ini tidak lepas dari terbatasnya aktifitas masyarakat akibat pandemi Covid-19.
Penurunan terjadi di sebagian besar jenis PNBP lainnya. Pendapatan Administrasi dan
Penegakan Hukum masih didominasi oleh pendapatan pelayanan polisi 1 yaitu
penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), pendapatan Buku Pemilik
Kendaraan Bermotor (BPKB), penerbitan Surat Izin Mengemudi (SIM) serta
pendapatan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB). Hal tersebut menunjukkan
bahwa kebutuhan untuk kendaraan baik roda 2 dan 4 atau lebih sangat tinggi di Sumut.
3. 3. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI
Alokasi belanja pemerintah pusat tingkat Sumut tahun 2020 sebesar Rp22,43
triliun dengan realisasi sebesar Rp21,33 triliun atau 93,35 persen dari target yang
ditetapkan. Dalam 3 tahun terakhir alokasi belanja pemerintah pusat fluktuatif,
meningkat pada tahun 2019 tetapi turun di tahun 2020. Hal ini dikarenakan pemerintah
melakukan 3 langkah kebijakan dalam menjalankan APBN 2020. Pertama adalah
Refocusing Anggaran K/L dan pemerintah daerah (Pemda). Kedua, Realokasi
Cadangan Belanja. Ketiga, penghematan belanja K/L dan meningkatkan efisiensi
belanja. Ketiga langkah ini bertujuan untuk mempercepat penanganan Covid-19.
3.3.1. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian
Anggaran/Kementerian/Lembaga
Alokasi Belanja Pemerintah Pusat tahun 2020 di Sumut dialokasikan pada 43
Kementerian/Lembaga. Berikut disajikan 10 (sepuluh) Kementerian/Lembaga yang
mendapat alokasi terbesar yang mewakili 82,80 persen dari total pagu Belanja
Pemerintah Pusat tahun 2020 maka tingkat realisasi anggaran pada satker tersebut
24,055.83 24,102.20 22,857.4922,356.91 22,867.20
21,338.60
92.94 94.88 93.35
12.98 1.94-5.16
-20.00
10.00
40.00
70.00
100.00
18,000.00
21,000.00
24,000.00
27,000.00
2018 2019 2020
dal
am p
ers
en
dala
m m
ilia
r ru
pia
h
Pagu Realisasi % Real % ∆ Pagu
Grafik III.5 Perkembangan Belanja APBN Sumut
Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
30
sangat signifikan berkontribusi terhadap total tingkat realisasi anggaran di Provinsi
Sumut secara agregat. Berdasarkan Tabel III.6, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat mendapatkan alokasi pagu belanja terbesar pada tahun 2020
tetapi mengalami penurunan sebesar 19,81 persen jika dibandingkan dengan tahun
2019. Penurunan alokasi belanja ini, dialami juga oleh sebagian besar
Kementerian/Lembaga. Kebijakan Refocusing menjadi salah satu penyebab turunnya
pagu Belanja Kementerian/Lembaga. Dana hasil refocusing kemudian akan
direalokasikan untuk program penanggulangan Covid-19. Dari hasil realokasi tersebut,
anggaran akan ditujukan untuk beberapa K/L terkait teknis penanggulangan Covid-19,
seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Pertahanan, Kepolisian Republik Indonesia, Kementerian Luar Negeri,
dan K/L Lainnya.
N
o Kementerian/Lembaga Pagu Realisasi
% Real
% Porsi Pagu
Sisa Pagu
Blokir
1 Kementerian PUPR 3.467,63 3.234,04 93,26 15,17 233,59 4,55
2 Kementerian Pertahanan 3.436,72 3.233,21 94,08 15,04 203,51 0
3 Kementerian Agama 3.171,42 3.203,53 101,01
13,87 -32,11 14
4 Kepolisian Negara RI 2.557,42 2.497,02 97,64 11,19 60,40 0
5 Kementerian Perhubungan 2.243,51 2.112,53 94,16 9,82 130,98 0
6 Kemendikbud 1.067,30 990,89 92,84 4,67 76,41 0
7 Komisi Pemilihan Umum 1.006,50 688,59 68,41 4,40 317,91 0
8 Kementerian Kesehatan 982,56 775,79 78,96 4,30 206,77 0
9 Kemenkumham RI 577,04 554,2 96,04 2,52 22,84 0
10 Kementerian Keuangan 416,14 401,08 96,38 1,82 15,06 0
11 33 K/L Lainnya 3.931,25 3.647,72 103,84
17,20 283,53 0,1
Total 22.857,49 21.338,60 93,35 100 1.518,89 18,65
Bagi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) realokasi anggaran diperuntukkan
untuk pengadaan/distribusi obat buffer stock, alat/bahan pengendalian Covid-19,
pengadaan APD ke Rumah Sakit yg menangani Covid-19, pengadaan tes cepat Covid-
19, sosialisasi/edukasi, pemeriksaan laboratorium specimen Covid-19. Untuk
Kemendikbud, realokasi digunakan untuk kegiatan terkait Covid-19 pada RS
Perguruan Tinggi Negeri (PTN), sedangkan Polri, menambah anggaran keperluan
satgas Covid-19 di Polri. Sementara untuk K/L lainnya, digunakan untuk membeli
peralatan dan bahan, seperti tenda disinfektan, thermo scanner, sanitizer, masker,
sarung tangan, dan rapid test.
Dari sisi realisasi, Kementerian Agama merupakan Kementerian dengan
Tabel III.6 Pagu 10 Kementerian/Lembaga Tertinggi Tahun 2020 di Sumut
Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
31
prosentase realisasi terbesar yaitu 101,0 persen. Hal ini dikarenakan belanja pegawai
melampaui pagu dan belum dilakukan revisi pagu minus, saat ini telah diajukan ke
tingkat eselon I. Sedangkan realisasi belanja terendah ditempati oleh Komisi Pemilihan
Umum dengan realisasi belanja sebesar 64,41 persen. Hal ini disebabkan penggunaan
hibah dari tahun lalu yang tidak maksimal penggunaanya di tahun 2020.
3.3.2. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi
Belanja Pemerintah Pusat yang dialokasikan dalam APBN terbagi ke dalam 11
fungsi yang mengacu pada standar OECD tentang Classification of The Functions of
Government (COFOG). Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan fungsi dapat
disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Fungsi 2018 2019 2020
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %
Pelayanan Umum 3.082,21 2.770,23 89,88 2.534,50 2.065,65 81,50 2.144,51 1.734,98 80,90
Pertahanan 2.696,79 2.632,24 97,61 3.289,40 3.173,22 96,47 3.436,72 3.257,70 94,79
Ketertiban dan
Keamanan 3.514,14 3.555,68 101,18 3.481,80 3.751,04 107,73 3.877,93 3.766,94 97,14
Ekonomi 7.535,58 6.822,23 90,53 6.609,45 6.198,00 93,77 5.537,47 5.327,45 96,21
Lingkungan Hidup
559,41 499,022786 89,21 799,85 746,63 93,35 594,39 542,87 91,33
Perumahan dan Fasilitas Umum
673,61 653,8509873 97,07 908,07 858,08 94,49 914,47 862,05 94,27
Kesehatan 1.170,03 969,8777457 82,89 1.214,62 1.031,27 84,90 1.133,96 918,16 80,97
Pariwisata dan
Budaya 76,05 45,80965702 60,24 202,56 39,22 19,36 98,61 79,11 80,23
Agama 376,07 374,3650366 99,55 473,08 455,23 96,23 407,37 393,55 96,61
Pendidikan 4.327,43 3.990,21 92,21 4.543,17 4.504,12 99,14 4.678,63 4.424,50 94,57
Perlindungan Sosial
44,51 43,38840306 97,48 45,71 44,74 97,88 33,43 31,3 93,63
Jumlah 24.055,83 22.356,91 92,94 24.102,20 22.867,20 94,88 22.857,49 21.338,60 93,35
Fungsi Ekonomi mendapatkan alokasi pagu belanja tahun 2020 tertinggi
sebesar Rp5,53 triliun atau 24,23 persen dari total pagu belanja pemerintah pusat
selain TKDD. Besarnya anggaran pada fungsi ekonomi dimaksudkan untuk terciptanya
pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkesinambungan di Sumut khususnya dan
Nasional umumnya. Di posisi kedua ditempati oleh fungsi pendidikan dengan porsi
sebesar 20,47 persen dan ketiga fungsi Ketertiban dan Keamanan dengan porsi
sebesar 16,97 persen. Sedangkan fungsi Perlindungan Sosisal memiliki pagu terendah
dengan porsi sebesar 0,15 persen. Jika dibandingan dengan tahun 2019, sebagian
besar pagu per fungsi tahun 2020 mengalami penurunan. Fungsi yang mengalami
kenaikan alokasi pagu yaitu fungsi Ketertiban dan Keamanan, Pertahanan, Pendidikan,
Tabel III.7 Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi Tahun 2020 Sumut
Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
32
dan Perumahan dan Fasilitas Umum dengan masing-masing kenaikan sebesar, 11,38
persen, 4,48 persen, 2,98 persen dan 0,70 persen.
Dari sisi realisasi, realisasi tertinggi ditempati oleh fungsi pendidikan,
sedangkan realisasi terendah ditempati oleh fungsi Pariwisata dan Kebudayaan
dengan realisasi sebesar 80,23 persen. Rendahnya serapan fungsi Pariwisata dan
Kebudayaan ini juga dikarenakan efek pandemi Covid-19 yang membuat lesu dunia
pariwisata lokal maupun nasional.
3.3.3. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja
Pagu belanja tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 5,16 persen jika
dibandingkan dengan tahun 2019. Penurunan ini terjadi pada Belanja Barang dan
Belanja Modal dengan masing-masing penurunan sebesar 7,20 persen dan 13,19
persen. Penurunan belanja barang dan modal tidak lepas dari recofusing yang
dilakukan oleh pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19. Belanja Barang dan
Modal difokuskan penggunaannya untuk penanggulangan Covid-19, sedangkan
belanja yang tidak terkait dengan penanggulangan Covid-19 ditunda
penggunaannya. Belanja modal ditunda untuk dikerjakan multi year, kegiatan proyek
yang sudah dikontrakkan untuk dinegoisasikan lagi kepada pihak ketiganya untuk bisa
ditunda pengerjaannya. Untuk belanja Pegawai dan Belanja Bantuan Sosial mengalami
peningkatan pagu sebesar 2,12 persen dan 4,71 persen jika dibandingkan tahun 2019.
Jenis Belanja 2018 2019 2020
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %
Belanja Pegawai 8.663,66 8.317,35 96,00 9.086,68 8.913,02 98,09 9.279,26 9.061,15 97,65
Belanja Barang 9.118,82 8.351,27 91,58 8.984,39 8.353,47 92,98 8.337,37 7.485,86 89,79
Belanja Modal 6.251,69 5.666,83 90,64 6.002,01 5.572,01 92,84 5.210,39 4.761,21 91,38
Belanja Bansos 21,66 21,46 99,08 29,11 28,70 98,60 30,48 30,38 99,67
Jumlah 24.055,83 22.356,91 92,94 24.102,20 22.867,20 94,88 22.857,50 21.338,60 93,35
Pada sisi realisasi, semua jenis belanja memiliki tingkat realisasi yang baik,
belanja barang memiliki tingkat realisasi yang paling rendah dibandingkan jenis belanja
lainya. Hal ini disebabkan realisasi belanja barang 14 dari 43 Kementerian/Lembaga,
kurang dari 90 persen. Untuk realisasi Belanja Pegawai, walaupun secara umum tidak
melebihi kebutuhan (masih di bawah 100 persen) tetapi jika ditelusuri sampai bagian
anggaran, belanja pegawai pada Kementerian Agama lebih dari pagu yang ditetapkan,
sehingga memerlukan revisi pagu. Revisi pagu tersebut akan diselesaikan yang akan
diselesaikan pada tingkat eselon I Kementerian Agama.
Tabel III.8 Perkembangan Sumut Berdasarkan Jenis Belanja (Miliar Rupiah)
Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
33
3. 4. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA (TKDD)
Dalam periode 2016-2019, anggaran TKDD pada Sumut cenderung meningkat
setiap tahunnya, tetapi di tahun 2020 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
bahkan merupakan alokasi terendah dalam 5 tahun terakhir. Penurunan alokasi pagu
ini tidak terlepas dari penyesuaian postur APBN melalui Perpres 54/2020 dan 72/2020.
Dari sisi realisasi, realisasi tahun 2020 merupakan realisasi tertinggi dalam 5 tahun
terakhir. Hal ini disebabkan oleh kebijakan relaksasi percepatan penyaluran TKDD
dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi di daerah.
DBH, DAU, DAK Fisik, dan DAK Non Fisik mengalami penurunan pagu dari
tahun 2019 dengan penurunan masing-masing sebesar 16,50 persen, 8,41 persen,
33,07 persen dan 2,50 persen.
Sedangkan DID dan Dana
Desa, pagu tahun 2020
mengalami peningkatan dari
tahun 2019 dengan masing-
masing sebesar 367,35 persen
dan 0,98 persen. Untuk
peningkatan DID dikarenakan
Pemerintah mengalokasikan
pagu tambahan kepada Pemerintah Daerah dalam 3 periode untuk membantu
meningkatkan kapasitas pemerintah daerah, menangani pandemi Covid-19 serta
dalam rangka pemulihan ekonomi di daerah. Dan untuk Dana Desa walupun
berdasarkan Perpres 54/2020 telah dilakukan penyesuaian pagu, tetapi masih lebih
tinggi dari alokasi pagu tahun 2019.
Jenis Belanja 2018 2019 2020
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %
DBH 1.971,36 1.849,58 93.82 1.882,63 1.554,39 82.56 1.572,06 1.567,66 99.72
DAU 24.095,78 24.095,78 100 25.258,00 25.203,11 99.78 23.134,20 22.937,58 99.15
DAK Fisik 3.230,39 3.029,77 93,79 3.613,22 3.327,69 92.1 2.418,35 2.276,41 94.13
DAK Non Fisik 7.617,42 7.312,17 95.99 8.041,00 7.447,79 92.62 7.840,20 7.736,06 98.67
DID 129,00 129,00 100 136,62 136,62 100 638,50 638,50 100
Dana Desa 4.197,97 3.815,92
90.9 4.452,05 4.386,06 98.52 4.495,59 4.487,62 99.82
Jumlah 41.241,92 40.232,10 97,55 43.383,52 42.055,66 96,94 40.098,89 39.643,83 98,87
Dari Rp40,09 triliun pagu dana TKDD tahun 2020, sebesar Rp7,50 triliun atau
sekitar 18,72 persen merupakan bagian pemerintah Provinsi Sumut, sisanya Rp32,59
41.49 42.85
41.24 43.38
40.10
38.31 40.29 40.23 42,06 39.64
92.3594.02
97.55
96.94
98.86
-
30.00
60.00
90.00
120.00
38.00
40.00
42.00
44.00
2016 2017 2018 2019 2020
Anggaran Realisasi %
Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)
Grafik III.6 Perkembangan dan Pertumbuhan TKDD
Sumut
Tabel III.9 Perkembangan Pagu dan Realisasi TKDD Sumut (Miliar Rupiah)
Sumber : Aplikasi Simtrada (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
34
triliun atau sekitar 81,28 persen disalurkan kepada 33 kabupaten/kota di wilayah
Sumut. Kabupaten/kota yang menerima dana transfer terbesar yaitu Kabupaten Deli
Serdang sebesar Rp2,21 triliun dan yang menerima dana dengan alokasi terkecil ialah
Kabupaten Papak Bharat sebesar Rp454 miliar. Sebagaimana terlihat pada tabel
Perbandingan distribusi Dana Transfer pada 2020 untuk kabupaten/kota terlihat pada
Grafik berikut.
Untuk menilai tingkat kemandirian daerah terhadap alokasi dana transfer
dilakukan dengan cara membandingkan rasio PAD dengan rasio dana transfer.
Jika rasio PAD lebih besar daripada rasio dana transfer menunjukkan kemandirian
daerah yang tinggi sebaliknya jika rasio dana transfer lebih besar berarti tingkat
ketergantungan daerah terhadap dana transfer tinggi. Untuk menghitung rasio PAD
dan rasio dana transfer menggunakan cara sebagai berikut:
Rasio PAD = PAD
Rasio Dana Transfer = Total Dana Tansfer
Total Pendapatan APBD Total Pendapatan APBD
Rasio PAD dan rasio dana transfer Provinsi Sumut tahun 2020 sebagai berikut :
Rasio PAD PAD 9.680.306.765.759
18,56 Total Pendapatan APBD 52.166.701.216.677
Rasio Transfer Total Dana Transfer 39.643.833.975.385
75,99 Total Pendapatan APBD 52.166.701.216.677
Rasio PAD Sumut tahun 2020 sebesar 18,56 yang berarti tingkat
ketergantungan terhadap dana transfer masih sangat tinggi yaitu sekitar 75,99 persen,
Hal ini mengindikasikan Pemda Sumut agar lebih menggali sumber PAD-nya.
Grafik III.7 Pagu dan Realisasi TKDD TA 2020 per Kab/Kota di Sumut
Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)
94.64 96.84
92.8696.28
95.79
94.10
96.66
95.12
95.91
96.78
95.00
98.05
96.76
97.53 97.…
95.21
93.33
97.50
96.99
96.10
96.64
97.99
92.57
96.95
96.60
97.96
98.10
97.30
96.26
97.67
97.29
96.63
95.57
96.…
85.00
90.00
95.00
100.0 0
0.00
3.00
6.00
9.00
Pro
vin
si S
um
ate
ra U
tara
Del
i Se
rdan
g
Med
an
Sim
alu
ngu
n
Lan
gkat
Nia
s Se
lata
n
Ma
nd
aili
ng
Nat
al
Asa
ha
n
Se
rdan
g B
ed
aga
i
Kar
o
Ta
pa
nu
li Se
lata
n
Ta
pa
nu
li U
tara
Ta
pa
nu
li Te
nga
h
Pa
dan
g La
was
Uta
ra
Pa
dan
g La
was
Ba
tub
ara
Lab
uh
an B
atu
Dai
ri
To
bas
a
Lab
uh
anb
atu
Uta
ra
Hu
mb
an
g H
an
sud
uta
n
Nia
s
Lab
uh
an S
ela
tan
Pe
ma
tan
g Si
anta
r
Bin
jai
Nia
s U
tara
Sa
mo
sir
Pa
dan
g Si
de
mp
uan
Gu
nu
ng
Sito
li
Nia
s B
arat
Te
bin
g T
ingg
i
Sib
olg
a
Ta
nju
ng
Bal
ai
Pa
kpak
Bh
ara
tD
ALA
M P
ERSE
N
DA
LAM
TR
ILIU
N R
UP
IAH
Pagu Realisasi %
Tabel III.10 Rasio PAD dan Rasio Transfer Tahun 2020 Sumut
Sumber: LRA Pemda (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
35
3.4.1. Dana Transfer Umum
a. Dana Alokasi Umum
Seperti yang diketahui DAU memiliki porsi yang terbesar dibandingkan dengan
komponen transfer yang lain. Namun demikian, DAU akan terbagi habis untuk mengisi
kebutuhan gaji pegawai di sebagian besar pemeritah daerah dan mengisi celah fiskal
yang timbul akibat rendahnya kapasitas fiskal daerah. DAU yang merupakan
komponen TKDD terbesar ini mengalami penurunan pagu di tahun 2020 dan bahkan
menjadi pagu terendah dalam 5 tahun terakhir. Penurunan ini disebabkan oleh
perubahan alokasi DAU Formula TA 2020 dalam Perpres 72/2020 atau turun sebesar
8,94 persen dari
alokasi DAU Formula
TA 2019. Tercatat
penurunan pagu
sebesar 8,41 persen
dibandingkan dengan
tahun 2019. Dengan
penurunan pagu DAU ini, Pemda menyikapi dengan melakukan: (1) Optimalisasi PAD;
(2) Efisiensi, pergeseran, realokasi, dan refocusing belanja daerah, namun dengan
tetap memperhatikan belanja wajib dan prioritas daerah; (3) Penyesuaian sistem
kontrak yang fleksibel sehingga dapat dilakukan perubahan/addendum; dan (4)
Efisiensi terhadap belanja yang tidak prioritas seperti belanja perjalanan dinas, rapat-
rapat, dan belanja operasional lain.
Dari sisi realisasi, realisasi tahun 2020 mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan tahun 2019. Hal ini disebabkan belum terserapnya DAU Tambahan dengan
maksimal karena pemerintah daerah tidak memenuhi persyaratan penyaluran sesuai
PMK Nomor 8/ PMK.07/2020 tentang Tata Cara Penyaluran DAU Tambahan TA 2020.
Jika dilihat tren penyaluran bulanan, terlihat bahwa dalam 2 tahun terakhir
memiliki pola yang sama baik secara jumlah nominal maupun distribusinya secara
bulanan. Penyaluran
tertinggi ada di awal tahun
(Januari) yakni mencapai
Rp 3 triliun lebih, dan
selanjutnya terdistribusi
merata setiap bulan sampai
dengan November dengan
Tahun Pagu Realisasi %
Real. % Δ Pagu
2016 23.349.546.513.000 23.349.546.513.000 100 11,49
2017 24.048.909.046.000 24.048.909.046.000 100 3,00
2018 24.095.779.124.000 24.095.779.124.000 100 0,19
2019 25.258.004.077.000 25.203.106.648.000 99,78 4,82
2020 23.134.196.946.000 22.937.576.589.000 99,15 -8,41
Tabel III.11 Perkembangan Pagu dan Realisasi DAU Sumut
Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)
Grafik III.8 Tren Penyaluran Bulanan DAU Sumut Utara
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2019 4.14 2.07 2.07 2.09 2.18 2.07 1.98 2.11 2.09 2.14 2.24 0.01
2020 2.99 2.25 2.30 1.82 1.39 2.45 2.34 1.87 1.87 1.79 1.87 0.00
0.00
1.50
3.00
4.50
dal
am t
riliu
n
rup
iah
Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
36
rata-rata terealisasi sebesar Rp 1,8 triliun dan mencapai nilai terendah pada akhir
tahun. Bulan Mei merupakan realisasi terkecil setelah bulan Desember 2020, hal ini
dikarenakan Pemerintah melaukan penundaan sebagian penyaluran DAU bagi
beberapa daerah termasuk di Sumut yang belum melakukan realokasi dan refocusing
anggaran belanja APBD tahun 2020 untuk penanganan pandemi serta dampak Covid-
19. Sehingga di bulan Juni dan Juli realisasi mengalami peningkatan setelah Pemda
menyampaikan laporan penyesuaian APBD.
b. Dana Bagi Hasil (DBH)
Pembagian DBH dilakukan berdasarkan prinsip by origin dan penyaluran
dilakukan berdasarkan prinsip Based on Actual Revenue atau penyaluran DBH
berdasarkan realisasi penerimaan tahun anggaran berjalan. Terdiri dari DBH Pajak
Penghasilan, DBH PBB, DBH Cukai Hasil Tembakau, dan DBH SDA. Pagu DBH tahun
2020 mengalami penurunan sebesar 16,50 persen jika dibandingkan tahun 2019.
Alokasi pagu DBH tahun
2020 merupakan pagu
terendah dalam 45
tahun terakhir.
Penurunan pagu DBH
menyesuaikan dengan
turunnya proyeksi
penerimaan sesuai Pepres 54/2020. Hal ini disebabkan adanya penyesuaian dengan
penurunan Pendapatan Dalam Negeri Neto dalam APBN TA 2020.
Dari sisi realisasi, realisasi DBH tahun 2020 merupakan realisasi tertinggi dalam
5 tahun terakhir dengan capaian sebesar 99,72 persen. Secara tren penyaluran
bulanan, penyaluran bulanan DBH tahun 2020 berbeda dengan tahun 2019, jika dilihat
pada Grafik III.9,
penyaluran DBH
dilaksanakan per
quartal, tetapi di
tahun 2020,
penyaluran DBH
tertinggi disalurkan
di bulan Juli, hal ini
dikarenakan penyaluran DBH telah direlaksasi dengan PMK No. 101/PMK.07/2020 dan
di bulan Juli juga dibayarkan kembali DBH kuartal I sampai kuartal II tahun 2020 yang
Tahun Pagu Realisasi %
Real. % Δ Pagu
2016 2.437.985.937.060 1.949.004.539.310 79,94 -28,56
2017 3.421.440.501.224 1.825.499.740.374 53,35 40,34
2018 1.971.361.334.000 1.849.575.912.823 93,82 -42,38
2019 1.882.630.156.538 1.554.386.161.254 82,56 -4,50
2020 1.572.055.329.891 1.567.660.742.939 99,72 -16,50
Tabel III.12 Perkembangan Pagu dan Realisasi DBH Sumut
Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)
Grafik III.9 Tren Penyaluran Bulanan DBH Sumut
Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2019 62.7 3.62 223. 99.8 4.73 223. 104. 389. 107. 0.00 0.82 334.
2020 19.8 1.94 6.35 58.3 121. 261. 450. 315. 7.84 322. 1.72 0.00
0
200
400
600
mili
ar r
up
iah
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
37
tertunda. Penyaluran DBH di semester II tahun 2020 tidak lagi mempersyaratkan
pemda untuk menyampaikan laporan pencegahan atau penanganan Covid-19.
Kebijakan ini bertujuan agar daerah segera melakukan belanja sesuai dengan program
yang direncanakan, dengan harapan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi
di daerah dan secara aggregat berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional.
3.4.2. Dana Transfer Khusus
a. Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik
Sumut di awal TA 2020 berdasarkan PMK nomor 130/PMK.07/2019, mendapat
alokasi DAK Fisik sebesar Rp3,6 triliun. Alokasi pagu ini berubah pada saat Indonesia
dilanda pandemi Covid-19 sesuai dengan Perpres 54/2020 dan Perpres 72/2020 dak
juknis PMK nomor 35/PMK.07/2020 menjadi Rp2,4 triliun, atau menurun sebesar 33,50
persen dari pagu awal tahun 2020. Pagu ini juga mengalami penurunan jika
dibandingkan tahun 2019 dan menjadi pagu terendah dalam 5 tahun terakhir. Tercatat
pagu DAK Fisik mengalami penurunan sebesar 33,07 persen jika dibandingkan dengan
tahun 2019.
Dari sisi realisasi, realisasi penyaluran DAK Fisik Tahun 2020 Sumut sebesar
Rp2,2 triliun atau 94,13%
dari pagu DAK Fisik
2020. Realisasi ini lebih
besar jika dibandingkan
dengan tahun-tahun
sebelumnya. Sama
dengan TKDD lainnya,
penyaluran DAK Fisik juga mengalami relaksasi berdasarkan PMK No.
101/PMK.07/2020.
Secara tren penyaluran, DAK Fisik tahun 2020 mengalami perbedaan dari
tahun 2019. Penyaluran tahun 2019 dalam 3 tahapan yaitu tahap I paling lambat di
bulan Juli, tahap II
paling lambat di
bulan Oktober dan,
tahap III paling
lambat di bulan
Desember. Berbeda
dengan penyaluran DAK Fisik tahun 2020, berdasarkan PMK 101/PMK.07/2020 terkait
relaksasi penyaluran TKDD, pengajuan dokumen penyaluran DAK Fisik paling lambat
Tahun Pagu Realisasi %
Real. % Δ Pagu
2016 4.374.704.176.206 3.558.430.247.773 81,34 0,00
2017 3.824.607.201.000 3.469.534.408.635 90,72 -12,57
2018 3.230.387.454.000 3.029.767.178.334 93,79 -15,54
2019 3.613.215.270.000 3.327.692.240.449 92,10 11,85
2020 2.418.350.256.000 2.276.412.593.981 94,13 -33,07
Tabel III.13 Perkembangan Pagu dan Realisasi DAK Fisik Sumut
Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)
Grafik III.10 Tren Penyaluran Bulanan DAK Fisik Sumut
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2019 0.00 0.00 0.00 0.00 0.08 0.03 0.77 0.03 0.19 1.37 0.01 0.85
2020 0.00 0.00 0.00 0.04 0.02 0.14 0.16 0.87 1.03 0.03 0.00 0.00
0.000.501.001.50
trili
un
ru
pia
h
Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
38
pada tanggal 31 Agustus dan Cadangan DAK Fisik paling lambat pada tanggal 30
September 2020. Terlihat pada grafik di atas, penyaluran DAK Fisik tahun 2020
tertinggi di bulan Agustus dan September 2020. Dibulan Oktober masih terdapat
penyaluran (minggu 1), hal ini merupakan sisa penyaluran oleh KPPN karena KPPN
dapat menyalurkan maksimal 7 hari kerja sejak dokumen persyaratan DAK Fisik oleh
Pemda diterima oleh KPPN.
b. Dana Alokasi Khusus (DAK) Nonfisik
DAK Nonfisik ditujukan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap
layanan publik yang berkualitas dengan harga yang semakin terjangkau. Dalam
perkembangannya, DAK Nonfisik telah mengalami berbagai perubahan kebijakan, baik
cakupan, besaran unit cost, maupun target sasarannya. Cakupan DAK Nonfisik antara
lain, belanja operasional pendidikan dan kesehatan, tunjangan guru Pegawai Negeri
Sipil Daerah (PNSD), peningkatan kapasitas koperasi, usaha kecil dan menengah, dan
bantuan pelayanan administrasi kependudukan. Tahun 2019 terdapat penambahan
jenis DAK Nonfisik jenis baru yaitu BOP Kesetaraan, BOP Museum dan Taman
Budaya, Dana Pelayanan Kepariwisataan, dan Dana Bantuan Biaya Layanan
Pengolahan Sampah (BLPS). Jika dilihat trennya alokasi pagu DAK Non Fisik di
Sumatera meningkat mulai tahun 2017, tetapi mengalami penurunan sebesar 2,50
persen di tahun 2020 dari tahun sebelumnya.
Dari sisi realisasi, realisasi DAK Non Fisik mengalami realisasi tertinggi dalam
5 tahun terakhir dengan capaian realisasi sebesar 98,67 persen. Peningkatan tersebut
utamanya disebabkan
oleh tingkat kepatuhan
Pemerintah Daerah yang
semakin baik dalam
menyampaikan laporan
sebagai syarat
penyaluran melalui
aplikasi DAK Nonfisik.
Dari alokasi Rp7,8 triliun DAK Non Fisik Sumut, Rp3,6 triliun merupakan Dana
BOS yang penyalurannya melalui KPPN Medan I. Proses penyaluran Dana BOS oleh
KPPN berdasarkan rekomendasi dari Kantor Pusat Kementerian Keuangan
Berdasarkan ketentuan Pasal 21 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
9/PMK.07/2020 tentang Perubahanatas PMK Nomor48/PMK.07/2019 tentang
Pengelolaan DAK Nonfisik, penyaluran Dana BOS Reguler dilaksanakan setelah
Tahun Pagu Realisasi %
Real. % Δ Pagu
2016 7.730.252.370.250 5.948.078.309.053 76,95 1,93
2017 7.208.926.555.000 6.681.699.958.579 92,69 -6,74
2018 7.617.419.496.392 7.312.173.282.673 95,99 5,67
2019 8.040.998.993.920 7.447.794.768.570 92,62 5,56
2020 7.840.200.570.774 7.735.853.380.024 98,67 -2,50
Tabel III.14. Perkembangan Penyaluran DAK Non Fisik Sumut
Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
39
Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menerima
rekomendasi penyaluran dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Gambar di
bawah berikut menampilkan pagu, realisasi serta output Dana BOS tahun 2020
berdasarkan jenis BOS.
Jika dilihat trennya, penyaluran DAK Non Fisik tertinggi di bulan Maret, Juni dan
Oktober. Sampai dengan bulan Maret DAK Non Fisik telah disalurkan sebesar 23,33
persen. Dana BOS pada
bulan Februari mulai
disalurkan oleh KPPN
Medan I dengan realisasi
sebesar 3,3 persen. Untuk
kuartal II (April-Juni)
realisasi DAK Non Fisik
telah terealisasi sebesar
34,04 persen dan puncaknya di bulan Juni yang realisasinya sebesar 20,84 persen.
Penyaluran tertinggi berikutnya di kuartal IV dengan realisasi sebesar 27, 31 persen.
3.4.3. Dana Desa
Alokasi Dana Desa Tahun 2020 mengalami perubahan/revisi berdasarkan PMK
Nomor 35 Tahun 2020 akibat dari terbitnya Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2020
tentang Perubahan Postur dan Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2020 dikarenakan pandemi Covid-19. Berdasarkan Perpres 54/2020
Dana Desa Provinsi
Sumut menjadi Rp4,49
triliun. Jika dibandingkan
dengan tahun 2019 yang
sebesar Rp4,45 triliun,
alokasi Dana Desa tahun
2020 mengalami
peningkatan sebesar
0,01 persen. Dan jika dibandingkan dengan 5 tahun terakhir, alokasi Dana Desa 2020
merupakan alokasi pagu tertinggi, begitu juga dengan realisasinya merupakan realisasi
tertinggi dalam kurun 5 tahun terakhir.
Sampai dengan tanggal 30 Desember 2020 penyaluran Dana Desa TA. 2020
Lingkup Provininsi Sumut telah terealisasi sebesar Rp4.487.621.473.691- dari pagu
sebesar Rp4.495.586.560.000- atau tercapai sebesar 99,82 persen. Sebanyak 13
Tahun Pagu Realisasi %
Real. % Δ Pagu
2016 3.293.282.206.000 3.207.021.800.897 97,38 0,00
2017 4.197.972.490.000 4.140.665.019.721 98,63 27,47
2018 4.197.972.490.000 3.815.917.896.029 90,90 0,00
2019 4.452.049.366.000 4.386.060.901.224 98,52 6,05
2020 4.495.586.560.000 4.487.621.473.691 99,82 0,98
Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)
Grafik III.11 Tren Penyaluran Bulanan DAK Non Fisik Sumut
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2019 0.00 0.00 1.39 1.79 0.17 0.75 0.40 0.07 1.34 0.24 1.18 0.11
2020 0.00 0.13 1.70 0.45 0.58 1.63 0.07 0.30 0.73 1.07 0.69 0.38
0.000.501.001.502.00
trili
un
ru
pia
h
Tabel III.15. Perkembangan Penyaluran Dana Desa Sumut
Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
40
Kabupaten/Kota telah salur 100 persen dan sisanya sebanyak 14 Kabupaten/Kota
tidak tersalur 100 persen. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun
2019, capaian tahun 2020 lebih baik dibandingkan dengan tahun 2019 yang
capaiannya sebesar 98,52 persen. Di tengah pandemi Covid-19 dan perubahan aturan
penyaluran Dana Desa yang mempermudah (relaksasi) penyaluran dalam rangka
Pemulihan Ekonomi Nasional menyebabkan capaian penyaluran Dana Desa dapat
dikatakan sangat baik di Provinsi Sumut.
Secara tahapan realisasi Dana Desa di Sumut tahun 2020 dapat diuraikan
sebagai berikut. Pada tahap I realisasi Dana Desa terdiri dari realisasi reguler dan
realisasi BLT. Realisasi regular masih berpedoman pada PMK No. 205/PMK.07/2019
dengan realisasi sebesar Rp850.275.104.000 sebanyak 2.593 desa. Kemudian setelah
PMK-50/PMK.07/2020 terbit mekanisme penyaluran Dana Desa berubah menjadi
mekanisme penyaluran BLT Dana Desa. Dan sebagian tahap II dan tahap III
penyaluran Dana
Desa berpedoman
pada PMK Nomor
101/PMK.07/2020
terkait relaksasi
penyaluran TKDD.
Tercatat 8
(delapan) Pemda
yang realisasi tahap I Dana Desa berpedoman pada PMK-205/PMK.07/2019 (realisasi
regular) selebihnya 19 Pemda langsung berpedoman pada PMK-50/PMK.07/2020
untuk realisasi tahap I dengan mekanisme BLT.
Jika berdasarkan periodik, bulan Januari belum terdapat penyaluran karena
masih proses penyusunan Perdes APBDes dan Perkada. Untuk penyaluran Dana
Desa tahun 2020 terbesar
terjadi pada bulan April
dengan realisasi sebesar
Rp739.991.882.000- atau
sebesar 16,49 persen. Hal
ini disebabkan penyaluran
tahap II sudah bisa
dilakukan yaitu paling cepat bulan Maret dan Sebagian besar Pemda memulai
penyaluran tahap II pada bulan April. Sedangkan pada bulan Desember terjadi sedikit
Tahapan
Realisasi
Reguler Jumlah Desa
BLT Jumlah Desa
Tahap I 850.275.104.000 2.593 959.766.212.801 2.824
Tahap II - - 1.796.487.801.471 5.411
Tahap III - - 881.092.355.419 5.392
Jumlah 850.275.104.000 3.637.346.369.691
Tabel III.16 Realisasi Dana Desa Tahun 2020 Per Tahapan
Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2019 0.00 0.23 0.34 0.49 0.29 1.25 0.00 0.00 0.19 0.13 0.93 0.54
2020 0.00 0.06 0.04 0.74 0.46 0.64 0.55 0.35 0.45 0.29 0.30 0.62
0.000.501.001.50
trili
un
ru
pia
h
Grafik III.12 Tren Penyaluran Bulanan Dana Desa Sumut
Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
41
penumpukan penyaluran padahal penyaluran tahap III telah dilakukan relaksasi
dengan penyederhanaan syarat salur tahap III tetapi beberapa Pemda masih memiliki
kendala dalam pemenuhan persyaratan tersebut diantaranya Kepala Daerah yang
terjerat hukum dan masih menunggu PLT Kepala Daerah serta beberapa desa kepala
desa nya terjerat masalah hukum.
3.4.4. Dana Insentif Daerah, Otonomi Khusus, dan Keistimewaan
DID dialokasikan untuk memberikan insentif/penghargaan kepada daerah atas
kinerja pemerintah daerah dalam perbaikan/pencapaian kinerja di bidang tata kelola
keuangan daerah, pelayanan umum pemerintahan, pelayanan dasar publik, dan
kesejahteraan masyarakat.
Alokasi DID tahun 2020 naik
sebesar 367,34 persen jika
dibandingkan dengan tahun
2020 dan bahkan menjadi
alokasi tertinggi dalam 5
tahun terakhir. Alokasi pagu
tahun 2020 sebesar
Rp638,50 miliar bukanlah
murni DID reguler, tetapi termasuk DID tambahan yang diberikan oleh Pemerintah
kepada Pemda dalam rangka pemulihan ekonomi nasional, yang diberikan kepada
daerah tertentu berdasarkan indikator tertentu melalui pemberian insentif bagi
Pemerintah Daerah yang berkinerja baik dalam penanganan pandemi Covid-19.
Penggunaan DID Tambahan diprioritaskan untuk mendorong pemulihan ekonomi di
daerah, termasuk mendukung industri kecil, usaha mikro kecil dan menengah,
koperasi, dan pasar tradisional serta penanganan Covid-19 bidang kesehatan dan
bantuan sosial. DID Tambahan dialokasikan dalam 3 periode, yaitu bulan Juli,
September dan Oktober. Setiap periodenya Pemda akan dinilai berdasarkan kriteria
tertentu, yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan, sehingga tidak semua
Pemda mendapat alokasi DID Tambahan setiap periodenya.
Berdasarkan data, terdapat 16 Pemda di Sumut mendapatkan DID Tambahan
dengan alokasi pagu sebesar Rp226,23 miliar. Sedangkan alokasi DID reguler tahun
2020 sebesar Rp412,36 miliar. Jika dibandingkan dengan tahun 2019, penerima DID
tahun 2020 meningkat tajam di tahun 2020, tercatat 16 Pemda mendapatkan DID
reguler. Sedangkan untuk DID Tambahan sebanyak 16 Pemda di Sumut mendapatkan
DID Tambahan baik periode I, II, dan III.
Tahun Pagu Realisasi %
Real. % Δ
Pagu
2016 302.885.390.000 302.885.390.000 100,00 0,00
2017 154.205.471.000 154.205.471.000 100,00 -49,09
2018 129.000.000.000 129.000.000.000 100,00 -16,35
2019 136.623.285.000 136.623.285.000 100,00 5,91
2020 638.501.437.000 638.501.437.000 100,00 367,34
Tabel III.17 Perkembangan Penyaluran DID Sumut
Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
42
Jika berdasarkan tren, penyaluran DID tahun 2020 dimulai pada bulan April
sampai dengan bulan Desember. Penyaluran tertinggi tercatat pada bulan Agustus,
Juni dan September. Jika dibandingkan dengan tahun 2019, penyaluran DID dilakukan
di bulan Februari s.d. Maret dan September-Oktober. Penyaluran DID tahun 2020,
selain DID reguler,
penyaluran DID
Tambahan juga
memiliki jadwal
penyaluran, yaitu
periode I paling
lambat disalurkan
bulan Juli, periode II paling lambat disalurkan bulan September dan periode III paling
lambat disalurkan bulan Oktober 2020.
PEMDA
ALOKASI PAGU
2019 2020
DID Reguler DID Tambahan Total DID
Provinsi Sumut 0 9.872.679.000 0 9.872.679.000
Asahan 10.939.377.000 36.519.800.000 21.045.140.000 57.564.940.000
Batubara 0 33.977.871.000 29.048.429.000 63.026.300.000
Binjai 0 28.947.058.000 11.924.596.000 40.871.654.000
Dairi 21.323.941.000 16.262.194.000 9.072.192.000 25.334.386.000
Deli Serdang 0 31.920.571.000 25.326.166.000 57.246.737.000
Gunung Sitoli 0 0 14.065.588.000 14.065.588.000
Humbahas 12.815.324.000 19.689.111.000 0 19.689.111.000
Karo 0 0 14.905.745.000 14.905.745.000
Labuhan Batu Selatan 0 10.079.243.000 0 10.079.243.000
Labuhan Batu Utara 0 0 13.415.171.000 13.415.171.000
Langkat 0 0 12.506.607.000 12.506.607.000
Medan 0 0 8.538.533.000 8.538.533.000
Nias 0 0 4.000.000.000 4.000.000.000
Padang Lawas 0 0 8.538.533.000 8.538.533.000
Padang Lawas Utara 14.168.597.000 6.845.138.000 0 6.845.138.000
Pakpak Bharat 10.929.686.000 0 0 0
Pematang Siantar 22.438.314.000 0 14.919.829.000 14.919.829.000
Samosir 10.482.264.000 31.299.175.000 0 31.299.175.000
Serdang Bedagai 0 29.079.769.000 0 29.079.769.000
Sibolga 0 42.995.348.000 0 42.995.348.000
Tanjung Balai 0 0 13.415.171.000 13.415.171.000
Tapanuli Selatan 23.132.664.000 52.025.950.000 0 52.025.950.000
Tapanuli Tengah 0 0 11.924.596.000 11.924.596.000
Tapanuli Utara 0 18.772.421.000 13.589.569.000 32.361.990.000
Tebing Tinggi 0 6.845.138.000 0 6.845.138.000
Toba Samosir 10.393.118.000 37.134.106.000 0 37.134.106.000
Jumlah 136.623.285.000 412.265.572.000 226.235.865.000 638.501.437.000
Tabel III.18 Perbandingan Alokasi Pagu DID Tahun 2019 dan Tahun 2020
Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)
Grafik III.13 Perkembangan Penyaluran DID Sumut
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2019 0.00 24.7 43.6 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 44.7 23.5 0.00 0.00
2020 0.00 0.00 0.00 32.7 67.3 136. 14.5 182. 114. 20.0 56.4 14.1
0
100
200
mili
ar r
up
iah
Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
43
3. 5. ANALISIS CASH FLOW PEMERINTAH PUSAT
Arus kas Pemerintah Pusat di Sumut dalam tiga tahun terakhir selalu defisit,
yang artinya arus kas keluar selalu lebih besar dibandingkan arus kas masuk. Angka
defisit tersebut juga terus
mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya. Pada
tahun 2020 tercatat bahwa
defisit APBN di Provinsi
Sumut sebesar
Rp41,92triliun, menurun
dibandingkan dengan tahun
2019 yang tercatat sebesar
Rp43,25 triliun. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa
Sumut menerima subsidi silang dari daerah lain di Indonesia dalam rangka membiayai
sebagian besar kebutuhan fiskalnya.
3.5.1. Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara)
Arus kas masuk APBN di Sumut, dalam tiga tahun terakhir selalu menurun,
untuk tahun 2020 arus kas tumbuh negatif 12,04 persen, lebih rendah dibandingkan
tahun 2019 yang tumbuh negatif 1,76
persen. Hal ini dikarenakan
pertumbuhan penerimaan perpajakan
dan PNBP yang juga tumbuh negatif
sebesar -12,82 persen dan -3,91
persen. Dampak pandemi Covid-19
serta pemberian insentif perpajakan
memberikan tekanan yang cukup
signifikan terhadap penerimaan pajak
dan PNBP di tahun 2020.
3.5.2. Arus Kas Keluar (Belanja dan TKDD)
Arus kas keluar APBN di Sumut dalam tiga tahun terakhir fluktuatif, meningkat
di tahun 2019 bila dibandingkan tahun 2018, tetapi menurun di tahun 2020
dibandingkan tahun sebelumnya. Senada dengan arus kas masuk, pertumbuhan
negatif juga terjadi pada arus kas keluar tahun 2020 sebesar negatif 6,07 persen.
22,0
60.1
7
21,6
70.8
5
19,0
62.1
1
62,5
89.0
1
64,9
22.8
7
60,9
82.2
2
(40,
528.
84)
(43,
252.
02)
(41,
920.
11)
(50,000)
(30,000)
(10,000)
10,000
30,000
50,000
70,000
2018 2019 2020
Arus Kas Masuk Arus Kas Keluar Surplus/Defisit
Grafik III.14 Perkembangan Cash Flow APBN di Sumut
Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)
Grafik III.15 Perkembangan Arus Kas Masuk APBN di Sumut
-2.34%
-12.82%
4.59%
-3.91%
2019 2020 2019 2020
Pajak PNBP
Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
44
Berdasarkan jenis belanja, belanja pegawai tumbuhn 1,66 persen, belanja modal
tumbuh 0,02 persen dan belanja bansos tumbuh 5,85 persen. Pertumbuhan positif
pada jenis-jenis belanja tersebut
tidak menutupi pertumbuhan arus
kas keluar dikarenakan
pertumbuhan belanja barang dan
TKDD mengalami kontraksi yang
dalam sebesar -10,39 persen dan
-5,74 persen. Penurunan arus kas
keluar tersebut merupakan
dampak dari kebijakan pemerintah
yang melakukan refocusing
anggaran untuk keperluan
program penanggulangan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional .
3.5.3. Surplus/Defisit
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, dalam tiga tahun terakhir APBN di
Sumut mengalami defisit. Untuk tahun 2020 Defisit APBN di Sumut sebesar Rp41,92
triliun. Jumlah defisit ini lebih baik dari
tahun 2019 yang juga mengalami defisit
sebesar Rp43,25 triliun atau dengan
kata lain defisit tahun 2020 semakin
menurun 3,08 persen dibandingkan
tahun 2019. Kondisi Defisit APBN ini
menunjukkan Belanja APBN di Sumut
masih ditopang oleh daerah lain yang
mengalami surplus APBN.
3. 6. PENGELOLAAN BADAN LAYANAN UMUM (BLU) PUSAT
3.6.1. Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Pusat
BLU Pusat yang terdapat di Sumut berjumlah 9 (sembilan) satker BLU, terbagi
dalam tiga rumpun yaitu 4 (empat) BLU Pendidikan, 4 (empat) BLU Kesehatan dan 1
(satu) BLU Pengelola wilayah/kawasan. Jumlah aset BLU tahun 2020 sebesar 4,84
triliun, dengan total pagu sebesar Rp1,93 triliun yang ter terdiri dari pagu PNBP sebesar
Rp1,00 triliun dan pagu rupiah murni sebesar Rp925,05 miliar.
Grafik III.16 Perkembangan Arus Kas Keluar APBN Sumut
Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)
7.16%
1.66% 0.03%
-10.39%
-1.67%
0.02%
33.74%
5.85% 4.53%
-5.74%
2019 2020 2019 2020 2019 2020 2019 2020 2019 2020
B. Pegawai B. Barang B. Modal B. Bansos TKDD
Grafik III.17 Perkembangan Surplus/Defisit APBN di Sumut
Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)
-6.72%
3.08%
2019 2020
Surplus
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
45
No
Jenis Layanan
Satker BLU Nilai Aset
PNBP Rupiah Murni
Pagu Real. % Pagu Real. %
1 Kesehatan Rumkit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB 87.57 79.41 51.38 64.70 42.83 39.89 93.13
2 Kesehatan RSU H. Adam Malik Medan 921.36 514.20 362.47 70.49 297.93 269.83 90.57
3 Kesehatan Rumkit Bhayangkara Medan 144.84 26.72 24.89 93.18 14.30 14.27 99.82
4 Kesehatan Rumkit Bhayangkara Tebing Tinggi 61.68 49.27 47.32 96.04 4.42 4.41 99.89
5 Pendidikan UIN Sumut Medan 1,241.09 140.00 97.06 69.33 167.56 161.37 96.31
6 Pendidikan Politeknik Penerbangan Medan 263.98 16.06 15.67 97.58 44.91 43.67 97.24
7 Pendidikan Politeknik Kesehatan Medan 402.31 34.66 23.95 69.11 62.31 57.98 93.05
8 Pendidikan Universitas Negeri Medan 1,713.95 146.17 125.58 85.92 192.38 180.35 93.75
9 Kawasan Badan Pelaksana Otorita Danau Toba 12.64 0.00 0.00 0.00 98.42 78.91 80.18
Jumlah 4,849.42 1,006.49 748.34 74.35 925.05 850.69 91.96
3.6.2. Perkembangan Pengelolaan Aset, PNBP dan RM BLU Pusat
Aset BLU Pusat periode tahun 2018-2020 meningkat 36,54 persen, dimana
jumlah aset BLU tahun 2018 sebesar Rp3,55 triliun menjadi Rp4,85 triliun pada tahun
2020. Sedangkan realisasi belanja
BLU yang bersumber dari PNBP
fluktuatif bila dibandingkan tahun
sebelumnya, meningkat 2,89 persen di
tahun 2019 tetapi menurun -9,96
persen di tahun 2020. Keadaan ini juga
terjadi pada realisasi belanja yang
dibiayai rupiah murni, meningkat
11,58 persen di tahun 2019, kemudian menurun -1,00 persen di tahun 2020.
3.6.3. Kemandirian BLU
Tingkat kemandirian BLU di Sumut dalam kurun waktu 3 tahun terakhir
menunjukkan, 3 (tiga) BLU memiliki rasio kemandirian yang meningkat setiap tahunnya
yaitu Rumkit Bhayangkara Medan, Rumkit Bhayangkara Tebing Tinggi dan Politeknik
Penerbangan Medan, sedangkan sisanya fluktuatif naik dan turun. Pada tahun 2020
rasio kemandirian tertinggi dimiliki Rumkit Bhayangkara Tebing Tinggi sebesar 91,47
persen, sedangkan terendah Politeknik Penerbangan Medan sebesar 16,11 persen.
Untuk BLU yang tingkat kemandirian masih rendah atau semakin menurun,
diperlukan langkah terobosan antara lain dalam bentuk diversifikasi usaha tanpa
merubah core bisnis seperti pemanfaatan aset-aset atau kerjasama operasional
dengan pihak ketiga dalam rangka meningkatkan penerimaan PNBP dan mengurangi
3,5
51
.53
4,4
48
.81
4,8
49
.42
80
7.8
2
83
1.1
5
74
8.3
4
77
0.0
6
85
9.2
5
85
0.6
9
2018 2019 2020 2018 2019 2020 2018 2019 2020
Aset PNBP RM
Grafik III.18 Perkembangan Aset, PNBP dan RM BLU
Sumber : E-rekon dan OMSPAN (diolah)
Tabel III.19 Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Pusat di Sumut
Sumber : E-rekon dan OMSPAN (diunduh tgl. 03-02-2021)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
46
ketergantungan terhadap rupiah murni sehingga diharapkan tingkat kemandirian BLU
semakin baik.
3.6.4. Potensi Satker PNBP menjadi Satker BLU
Dari 5 (lima) satker PNBP yang memiliki penerimaan diatas Rp3,00 miliar,
terdapat 2 (dua) satker berpotensial untuk menjadi satker BLU. Satker tersebut adalah
IAIN Padangsidempuan dan Politeknik Negeri Medan, kedua satker tersebut memiliki
rasio kemandirian tertinggi dibandingkan satker PNBP lainnya di Sumut.Rasio
kemandirian adalah rasio penerimaan PNBP berbanding total belanja.
3. 7. PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT
Investasi pemerintah di lingkup Provinsi Sumut yang ditatausahakan oleh Ditjen
Perbendaharaan meliputi penerusan pinjaman dan kredit.
3.7.1. Penerusan Pinjaman
Dari data aplikasi SLIM, hanya terdapat 2 (dua) pinjaman, yaitu Pemerintah
Kabupaten Labuhanbatu dan PUSKUD terdapat nilai tagih pemerintahnya, sedangkan
No Jenis
Layanan Satker PNBP
Nilai Rasio Kemandirian
Aset 2018 2019 2020
1 Pendidikan IAIN Padangsidempuan 260.70 30.12 26.24 37.67
2 Pendidikan Politeknik Negeri Medan 253.49 34.77 35.78 34.49
3 Pendidikan STAIN Mandailing Natal 30.47 0.00 6.44 17.64
4 Pendidikan Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan 83.09 22.74 13.74 15.29
5 Pendidikan Institut Agama Kristen Negeri Tarutung 197.05 6.99 11.10 13.38
Grafik III-19. Rasio Kemandirian BLU 2018-2020 (Persentase)
Sumber : OMSPAN & E-rekon (diolah)
58.8
3 73.1
5
60.3
1
87.2
2
37.4
3
16.1
1 28.8
9 43.4
2
43.7
5 60.0
0
60.7
2
89.6
4
42.0
2
18.2
2 34.5
1 47.1
0
56.2
9
57.3
3
63.5
6
91.4
7
37.5
6
26.4
1
29.2
3
41.0
5
Rumkit Tk.IIPutri Hijau
Kesdam I/BB
RSU H. AdamMalik Medan
RumkitBhayangkara
Medan
RumkitBhayangkaraTebing Tinggi
UIN SumateraUtara Medan
PoliteknikPenerbangan
Medan
PoliteknikKesehatan
Medan
UniversitasNegeriMedan
2018 2019 2020
Tabel III.20 Nilai Aset dan Rasio Kemandirian Satker PNBP (Miliar Rupiah)
Sumber : SPAN, Aplikasi Monev Dit PA
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
47
8 (delapan) pinjaman lainnya telah lunas tetapi statusnya masih aktif dikarenakan
belum dilakukan penutupan.
3.7.2. Kredit Program
Pemerintah meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada tahun 2007 yang
disalurkan melalui perbankan. Selain KUR, pemerintah meluncurkan program lain yaitu
Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) yang menyasar usaha mikro yang berada di lapisan
terbawah, yang belum bisa difasilitasi perbankan melalui program Kredit Usaha Rakyat
(KUR). UMi memberikan fasilitas pembiayaan maksimal Rp10 juta per nasabah dan
disalurkan oleh Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB).
3.7.2.1 Penyaluran KUR
Sampai dengan 30 Desember 2020, total penyaluran KUR di Sumut sebesar
Rp8,13 triliun. Jumlah penyaluran tersebut meningkat sebanyak 41,54 persen dari
periode tahun 2019. Rata-rata outstanding KUR pada 2020 sebesar Rp491,076 miliar,
meningkat 111,05% dibandingkat tahun 2019 yang sebesar Rp232,68 miliar.
Penyaluran KUR selama tahun 2020 menunjukkan pola yang sama dengan
gejolak perekonomian Indonesia selama masa pandemi Covid-19, dimana mulai
menurun pada mulai diberlakukan
PSBB, pada sekitar April dan Mei.
Seiring dengan pemberlakuan relaksasi
dan kebutuhan akan permodalan yang
murah dalam menghadapi masa
pandemi, penyaluran KUR mulai
meningkat mulai dari bulan Juni.
No. Debitur No. Pinjaman Sumber
Dana Status
Hak Tagih Pemerintah
1 PDAM Tirta Kualo SLA995/DP3/1997 SLA Active 0,00
2 PDAM Tirta Kualo SLA585/DDI/1991 SLA Active 0,00
3 PDAM Tirta Kualo AMA-401/SLA995/DSMI SLA Active 0,00
4 PDAM Tirta Kualo AMA-400/SLA585/DSMI SLA Active 0,00
5 PDAM Kota Sibolga SLA615/DDI/1991 SLA Active 0,00
6 Pemkab Labuhan Batu SLA973/DP3/1997 SLA Active 0,00
7 Pemkab. Tana Karo SLA597/DDI/1991 SLA Active 0,00
8 Pemkot P. Siantar SLA1006/DP3/1997 SLA Active 0,00
9 Pemkab Labuhan Batu AMA-175/RPD335/Eks. RPD Active 7.152.177.124,03
10 Puskud Harapan Sumut RDI131/DDI/1986 RDI Active 1.212.674.503,74
Tabel III.21 Penerusan Pinjaman di Sumut per 31 Desember 2020
Sumber : Aplikasi SLIM diakses 18 Februari 2020 (diolah)
Grafik III-20 Penyaluran KUR Sumut
Sumber : Aplikasi SIKP (diolah)
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Mili
ar R
up
iah
BulanPenyaluran 2020 Penyaluran 2019
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
48
Melihat pola outstanding KUR di tahun 2020, terdapat lonjakan pelunasan pada
bulan Maret, ditengarai para pengusaha mulai untuk mengurangi overhead dalam
menghadapi masa pandemi. Bulan Mei
dan Juni, terdapat pengurangan
pelunasan yang signifikan, seiiring
jumlah penyaluran KUR yang
mengalami penurunan. Laju pelunasan
mulai meningkat seiring dengan
perbaikan keadaan perekomian di
Sumut. Puncak laju pelunasan ada
pada bulan Oktober, ditengarai untuk
mengambil topup baru, karena bulan November merupakan puncak penyaluran KUR
di Sumut.
Keseluruhan daerah Kabupaten/ Kota di Sumut terdapat penyaluran KUR.
Namun penyebaran penyaluran KUR tidak merata, sekitar 79% dari total penyaluran
berada di 14 Kabupaten/Kota pantai timur dan pegunungan Bukit Barisan, dari total 33
Kabaputen/Kota di Sumut.
Grafik III.21 Pelunasan KUR Bulanan
-
300
600
900
1,200
1,500
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Mili
ar
BulanPelunasan 2020
Sumber : Aplikasi SIKP (diolah)
Gambar III.1 Sebaran KUR di Sumut
Sumber : Aplikasi SIKP (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
49
Penyaluran KUR berdasarkan skema, KUR Mikro mempunyai jumlah debitur
dan penyaluran yang terbesar. Hal ini menunjukkan bahwa skema KUR Mikro
merupakan skema KUR yang paling diminati di Sumut.
3.7.2.2 Penyaluran UMi
Perkembangan penyaluran pembiayaan Ultra Mikro di Sumut mengalami tren
positif sampai Tahun 2020, namun pada periode Tahun 2020, tren tersebut mendekati
stagnan, dengan peningkatan
penyaluran sebesar 3,65 persen,
dibandingkan dengan periode 2018-2019
yang meningkat 82,43 persen. Untuk
jumlah debitur terdapat tren positif pada
2018-2019, namun sedikit menurun pada
Tahun 2020. Hal ini merupakan dampak
Corona Virus yang telah menyebar
hampir di seluruh dunia sejak akhir tahun 2019, yang kemudian mulai masuk ke
Indonesia pada Maret 2020.
Berdasarkan data pada aplikasi SIKP-UMi, dari Tahun 2018 sampai dengan
Tahun 2020, Pembiayaan Umi Sumut telah tersalurkan sebesar Rp345.287.209.800
untuk 87.079 debitur. Khusus pada tahun 2020 telah disalurkan dana pembiayaan UMi
sebesar Rp138.463.159.600 untuk 31.160 debitur.
Skema 2019 2020
Penyaluran Debitur Penyaluran Debitur
Kecil 2.848.319.011.388 17.517 2.611.792.500.641 12.935
Mikro 2.878.864.163.354 143.869 5.256.440.390.595 172.881
Super Mikro 263.502.500.000 29.152
TKI 20.668.411.306 2.950 3.627.651.397 583
Total 5.747.851.586.048 164.336 8.135.363.042.633 215.551
22,000
27,000
32,000
37,000
50
100
150
2018 2019 2020
Mili
ar
Penyaluran Debitur
Sumber: Aplikasi UMi (diolah), 21 Januari
Grafik III.22 Perkembangan Jumlah
Penyaluran dan Jumlah Debitur
-
2,00 0
4,00 0
6,00 0
8,00 0
10,0 00
12,0 00
-
20
40
60
JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DECdal
am m
iliar
ru
pia
h
Penyaluran Debitur
Grafik III.23 Perkembangan Penyaluran dan Debitur per Bulan Tahun 2020
Sumber: Aplikasi UMi (diolah), 21 Januari 2021
Tabel III.22. Penyaluran KUR Berdasarkan Skema
Sumber : Aplikasi SIKP diakses 13 Februari 2019 (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
50
Jika dilihat secara periodik, pada Semester I, jumlah debitur mengalami
penurunan jumlah debitur pada bulan Maret dengan posisi terbawah pada bulan Mei,
namun kemudian mengalami kenaikan yang sangat signifikan pada bulan Juni. Hal ini
disebabkan karena pada Maret sampai Mei merupakan 3 bulan pertama munculnya
pandemi Covid-19 di Indonesia yang disertai dengan kebijakan PSBB maupun
Lockdown untuk beberapa wilayah di Indonesia. Kemudian pada saat diterapkannya
kembali New Normal, jumlah
debitur meningkat secara sangat
signifikan pada bulan Juni. Pada
semester II, peningkatan yang
drastis terjadi pada paruh pertama
dengan puncaknya pada bulan
September, meningkat 472 persen
dibandingkan dengan bulan
Agustus. Porsi pada bulan September sendiri merupakan 35 persen dari seluruh
Spenyaluran di Tahun 2020. Setelah bulan September, penyaluran banyak mengalami
penurunan. Sampai Desember 2020, rata-rata penurunannya adalah 41,4 persen.
Ditengarai penurunan tersebut diakibatkan oleh program baru dari KUR yaitu kredit
Super mikro. Hal yang menggembirakan adalah rata-rata penyaluran debitur selalu
meningkat dari tahun ke tahun, ini menunjukkan bahwa penyalur UMi di Sumut
meningkatkan kepercayaannya pada debitur sehingga meningkatkan plafon
penyaluran. Rata-rata peningkatan
penyaluran per debitur adalah sebesar
18,28 persen.
Program Pembiayaan UMi telah
menjangkau seluruh daerah di Sumut.
Pada Tahun 2020, telah disalurkan
pembiayaan UMi dengan total nilai
sebesar Rp138,46 miliar untuk 31.160
debitur. Penyaluran terbanyak pada
Tahun 2020 berada pada Kabupaten
Langkat yaitu sebesar 21,6 persen dari
total penyaluran Pembiayaan UMi yang
ada di Sumut. Selanjutnya adalah Kota
Medan dan Kab Deli Serdang dengan
Sumber: Aplikasi UMi (diolah), 21 Januari 2021
2018 2019 2020
Rata-rata perdebitur
3,193,095 4,050,132 4,443,619
3,000,000
3,400,000
3,800,000
4,200,000
4,600,000
Grafik III.24 Rata-rata Penyaluran per Debitur
Sumber: Aplikasi UMi (diolah),
Gambar III.2 Plot Persebaran Pembiayaan UMi di Sumut Tahun 2020
Sumber: Aplikasi UMi (diolah), 21 Januari) 2021
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
51
masing-masing porsi penyaluran sebesar 17,6 persen dan 13,5 persen. Untuk
Kab/Kota selanjutnya, porsi penyalurannya dibawah 10 persen. Pada plot sebaran
penyaluran UMi tahun 2020, terlihat penyaluran UMi masih belum merata. Sebagian
besar masih terpusat pada wilayah pantai timur khususnya Kota Medan dan sekitarnya.
yaitu daerah Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang.
3. 8. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDARTORY
SPENDING) DAN BELANJA INFRASTRUKTUR PUSAT DI DAERAH
3.8.1. Belanja Wajib (Mandatory Spending) di Daerah
Alokasi anggaran yang disediakan dalam DIPA merupakan acuan kerja
pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan. Presiden Jokowi kerap menyampaikan
bahwa setiap rupiah yang keluar dari APBN harus dipastikan memiliki manfaat
ekonomi, memberikan manfaat untuk rakyat, dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Belanja negara bukan sekedar spending more namun harus spending
better. Dalam kerangka penganggaran berbasis kinerja, belanja negara digunakan
untuk menunjukkan kejelasan hubungan antara alokasi anggaran dengan output.
Salah satu upaya untuk menilai belanja negara yang ekonomis, efisien dan
efektif adalah dengan mengukur capaian output. Analisis aspek khusus difokuskan
pada pencapaian dan kendala yang dihadapi satker-satker pengampu dalam
pencapaian output strategis terutama di masa pandemi Covid-19. Output strategis
digunakan untuk mengukur dan mendorong mewujudkan program prioritas nasional.
Pada APBN 2020, terdapat 4.970 output DIPA berdasarkan nomenklatur/penamaan
output pada DIPA K/L dan sekitar 808 output strategis yang satuan dan volumenya
sesuai dengan Pketentuan yang ada pada Kementerian/Lembaga. Pada Kanwil DJPb
Provinsi Sumut, output strategis dilaksanakan oleh 29 K/L pengampu dengan pagu dan
kinerja penyerapan anggaran sebagaimana terlampir.
a. Belanja Sektor Pendidikan
Output strategis pada cluster Pendidikan hanya terdapat pada Kementerian
Agama dengan 41 output strategis dengan di cluster menjadi 9 output. Satker
pelaksana meliputi kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi, Kementerian Agama
Kab/Kota, MTsN, MAN dan Universitas berbasis keagamaan dengan jumlah pagu
sebesar Rp947,34 miliar. Berikut rincian pada Tabel III.24 (untuk output lengkap
disajikan dalam lampiran).
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
52
b. Belanja Sektor Kesehatan
Output strategis pada cluster Kesehatan terdapat di tiga K/L yaitu Kementerian
Kesehatan (8 OS) pada lima satker pengampu, Badan Pengawas Obat dan Makanan
(6 OS) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (4 OS) masing-
masing satu satker dengan rincian sebagai berikut:
Kementerian Output Strategis Anggaran Output
Pagu Realisasi
% Real
Target CO %CO
Kesehatan
Layanan Intensifikasi Eliminasi Malaria
131.390.000 109.564.800 83,39 18 3 16,67
Layanan Pengendalian Penyakit TBC
167.303.000 161.533.000 96,55 8 8 100,00
Nakes yg Belum Diploma III yg Mendapatkan Bantuan Biaya
Pendidikan Pada Program Percepatan Pendidikan Nakes
984.000.000 885.465.736 89,99 328 317 96,65
Penguatan Intervensi Suplementasi Gizi
3.439.000 3.439.000 100,00 33 33 100,00
Alat Kesehatan 112.287.198.000 84.824.528.672 75,54 335 191 57,01
Obat-Obatan dan Bahan Medis Habis Pakai
175.779.922.000 148.190.917.342 84,30 4 4 100,00
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
19.000.000 17.350.000 91,32 4 4 100,00
Pembinaan Pelaks. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) termasuk pembinaan kab/kota STOP BABS
114.347.000 113.863.000 99,58 33 33 100,00
BPPOM
Sampel Makanan yang Diperiksa
597.587.000 592.287.511 99,11 843 843 100,00
Sampel Obat, Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen Kesehatan yang Diperiksa
892.277.000 888.607.945 99,59 2.108 2.110 100,09
Sekolah yang Diintervensi
keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah
239.000.000 230.663.427 96,51 16 16 100,00
Keputusan/Sertifikasi Layanan Publik yang Diselesaikan
461.550.000 395.877.651 85,77 9 11 122,22
BKKBN
Desa Pangan Aman 679.000.000 661.682.189 97,45 5 5 100,00
Pasar yang Diintervensi Menjadi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya
300.000.000 287.956.246 95,99 5 5 100,00
Kementerian Output Strategis
Anggaran Output
Pagu Realisasi % Real Targe
t Capaian %CO
Kementerian
Agama
BOS 503.908.300.000 501.194.779.611 99,46 500.5
30 470.121 93,92
Dosen dan Guru Non PNS Penerima Tunjangan
343.260.500.000 333.723.212.137 97,22 22.79
3 22.111 97,01
Penyuluh Agama Non PNS Penerima Tunjangan
46.877.637.000 44.628.599.999 95,20 4.717 4.629 98,13
Sarana dan Prasarana madrasah
Madrasah yang Diadakan (SBSN) 25.207.188.000 25.063.930.097 99,43 3 3 98,81
KUA yang Memenuhi Standar Pelayanan Minimal
15.431.960.000 13.643.568.250 88,41 293 267 88,14
PIP 9.811.200.000 9.717.850.000 99,05 5.693 5.640 99,07
BOP 1.255.000.000 1.254.916.000 99,99 112 112 100,00
Bimbingan Perkawinan Pra Nikah 1.215.814.000 1.180.734.000 97,11 3.792 3.728 100,00
Keluarga Sakinah yang Terbina 373.618.000 343.886.307 92,04 16 15 98,33
Jumlah 947.341.217.000 930.751.476.401 98,25 537.949 506.626 98,81
Tabel III.23. Output Strategi Belanja Sektor Pendidikan
Sumber: Aplikasi MEBE (diolah)
Tabel III.24. Output Strategi Belanja Sektor Kesehatan
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
53
Kementerian Output Strategis Anggaran Output
Pagu Realisasi
% Real
Target CO %CO
Pemenuhan Ketersediaan
Alokon di Faskes 786.621.000 781.172.500 99,31 1.157 1.157 100,00
Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK
1.320.000.000 1.295.536.900 98,15 215.182 133.000 61,81
Peningkatan Pelayanan Ramah Lansia Melalui 7 Dimensi Lansia Tangguh dan Pendampingan Perawatan Jangka Panjang Bagi Lansia
207.500.000 201.749.475 97,23 711 704 99,02
Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi Kespro dan Gizi bagi Remaja putri sebagai calon ibu
2.676.572.000 2.630.996.900 98,30 1.734 1.705 98,33
Jumlah 297.646.706.000 242.273.192.294 81,40 222.533 140.149
3.8.2. Belanja Infrastruktur
Output strategis pada cluster Infrastruktur terdapat pada Kementerian
Perhubungan dan Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pada K/L Perhubungan
terdapat 10 output strategis dengan 7 satker pelaksana, besaran pagu Rp1.798,05
miliar atau 39,08 % dari pagu keseluruhan cluster Infrastruktur. K/L PUPR
mendominasi dengan 36 output strategis, 17 satker pelaksana dengan besaran pagu
Rp2.802,66 miliar atau 60,91 %. Rincian output-output strategis cluster Infrastruktur
untuk 3 output terbesar dari Kementerian Perhubungan dan PUPR (output lengkap
terlampir) sebagaimana tabel di bawah ini.
Kementerian Output Strategis
Anggaran Output
Pagu Realisasi % Real
Target Capaian %CO
Perhubungan
Prasarana Perkeretaapian (PN)
1.297.069.053.000 1.190.241.866.822 91,76 1 1 100,00
Layanan Pengelolaan Transportasi Sungai, Danau, dan Penyeberangan
318.543.373.000 317.205.997.737 99,58 16 16 100,00
Kapasitas Bandar Udara Pendukung
44.279.242.000 43.932.583.000 99,22 1 1 100,00
PUPR
Preservasi Rekonstruksi, Rehabilitasi Jalan
296.437.804.000 284.151.991.063 95,86 332 389 117,17
Bendungan dalam tahap pelaksanaan (on-going)
256.121.939.000 255.281.668.266 99,67 1 1 100,00
Pelebaran Jalan Menuju Standar
252.669.160.000 239.543.278.800 94,81 49 47 95,92
Sumber: Aplikasi MEBE (diolah)
Tabel III.25. Output Strategi Belanja Sektor Infrastruktur
Sumber: Aplikasi MEBE (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
54
Analisis Pengaruh DAU, DBH, DAK
terhadap Perkembangan PDRB Sumut
Salah satu indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan
ekonomi disuatu wilayah adalah pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah akan meningkatkan penerimaan
pemerintah daerah dan keputusan pengeluaran yang benar akan mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Oleh karena itu, dilakukan
analisis untuk melihat bagaimana pengaruh dana transfer tersebut seperti DAU, DBH,
dan DAK terhadap perekonomian di Provinsi Sumut menggunakan analisis regresi
berganda. Data yang digunakan adalah data DAU, DBH, DAK, dan PDRB Provinsi
Sumut secara triwulan dari tahun 2016-2020. Berdasarkan hasil olah data
menggunakan Minitab didapatkan hasil sebagai berikut.
Setelah seluruh uji asumsi klasik terpenuhi, antara lain data berdistribusi
normal, tidak terdapat heteroskedastisitas dan multikolineritas, serta tidak terdapat
outlier, maka berdasarkan hasil uji ANOVA pada table 3.27. diketahui bahwa dengan
nilai P-value Regression sebesar 0,000 lebih kecil dibanding tingkat kesalahan (alpha)
sebesar 5%, maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh variable DAU, DBH, dan DAK
secara bersama-sama terhadap PDRB di provinsi Sumut. Besar pengaruh ketiga
variable tersebut terhadap PDRB adalah sebesar 97,01%, yang berarti besar pengaruh
tersebut termasuk sangat kuat atau sangat baik, sedangkan sisanya dipengaruhi
variable lain. Sehingga didapatkan persamaan model sebagai berikut:
Selanjutnya dilakukan uji parsial atas masing-masing variable sehingga
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
PDRB = 2.120.893.146.145 + 15.98 DAU - 25.2 DBH + 39.01 DAK
Hasil Analisis
Sumber: Aplikasi Minitab (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
55
1. Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh signifikan dan positif terhadap PDRB, hal
ini mengindikasikan bahwa dengan meningkatnya DAU seharusnya PDRB akan
meningkat sebesar 15,98 miliar. Pengaruh tersebut diperkuat dengan besar
korelasi pearson tersebut sebesar 0,947, yang berarti korelasi antar kedua variable
tersebut sangat besar. Hasil ini menjelaskan bahwa provinsi yang mendapatkan
DAU yang besar akan cenderung memiliki PDRB yang tinggi. Hal ini terjadi karena
DAU digunakan untuk membiayai belanja seperti belanja pegawai, belanja barang
dan jasa dan belanja lainnya.
2. Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh negatif terhadap PDRB, namun tidak
berpengaruh signifikan, yang mengindikasikan bahwa dengan meningkatnya DBH
akan menurunkan besarnya PDRB sebesar 25,2 miliar. Besarnya korelasi pearson
adalah 0,868, artinya korelasi antar kedua variable ini sangat kuat. DBH yang
bersumber dari pajak dan sumber daya alam menunjukkan bahwa pendapatan
pajak dan sumber daya alam Sumut masih lemah sehingga kurang meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain struktur ekonomi Sumut masih kurang
tertata sehingga kurang dalam hal menggali potensi pajak daerah.
3. Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh signifikan dan positif terhadap PDRB,
yang menunjukkan bahwa meningkatnya DAK akan meningkatkan PDRB sebesar
39,01 miliar di Sumut. Hasil ini menjelaskan bahwa provinsi yang mendapatkan
DAK yang besar akan cenderung memiliki proporsi PDRB yang besar pula. Besar
korelasi antar kedua variable ini sebesar 0,947 yang menandakan bahwa
hubungan antar variable ini sangat kuat.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Pemerintah Daerah Sumut perlu
menjamin kelangsungan transfer fiskal ke daerah yang terbukti telah mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Serta pemerintah daerah perlu
memaksimalkan penggunaan transfer ini dengan melihat skala prioritas pembangunan
sehingga tujuan untuk mempercepat pembangunan ekonomi daerah dapat terwujud.
Selain itu, peningkatan kepatuhan pajak akan meningkatkan DBH, sehingga upaya
meningkatkan kepatuhan tersebut tidak hanya oleh apparat pemerintah pusat, namun
juga oleh pemerintah daerah. Untuk DAK, perencanaan kegiatan yang didanai oleh
DAK dapat diperbaiki dan terukur, sehingga dapat peningkatkan perekonomian daerah
setempat.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
56
4. 1. APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA)
Wilayah Sumut (Sumut) terbagi atas 34 pemerintah daerah yang terdiri dari 1
Pemerintah Provinsi, 8 Pemerintah Kota, dan 25 Pemerintah Kabupaten. Kompilasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pemerintah daerah di Sumut tahun
2018-2020 sebagaimana Tabel IV.1 berikut:
Berdasarkan klasifikasi ekonomi (I-Account), arah kebijakan fiskal yang
diterapkan di Sumut belum menuju kepada kemandirian fiskal. Ditandai dengan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sempat sedikit naik sebesar 4,74 persen di tahun
2019 namun kembali turun di tahun 2020 sebesar 14,43 persen. Hal ini menunjukkan
ketergantungan Sumut terhadap pemerintah pusat melalui Pendapatan Transfer masih
I-Account (dalam Miliar Rp)
2018 2019 2020
PAGU REAL. %
REAL PAGU REAL.
% REAL.
PAGU REAL. %
REAL.
PENDAPATAN 57,037.50 54,333.99 95.26 61,587.03 58,427.75 94.87 55,762.72 49,002.14 87.88
Pendapatan Asli
Daerah 12,442.95 10,800.05 86.80 12,846.36 11,312.41 88.06 11,435.94 9,680.31 84.65
Pendapatan Transfer 41,989.14 40,793.75 97.15 44,615.44 42,911.13 96.18 39,609.23 36,479.28 92.10
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
2,605.41 2,740.19 105.17 4,125.23 4,204.21 101.91 4,717.55 2,842.56 60.26
BELANJA 60,993.46 54,150.32 88.78 64,639.11 58,136.20 89.94 58,913.99 47,588.49 80.78
Belanja Pegawai 21,581.00 20,221.10 93.70 22,467.57 20,712.62 92.19 21,285.99 19,448.07 91.37
Belanja Barang dan Jasa
14,867.35 12,508.73 84.14 16,313.73 14,219.96 87.17 13,193.27 9,732.70 73.77
Belanja Bunga 14.94 2.94 19.69 13.25 11.34 85.55 14.96 7.81 52.22
Belanja Subsidi 4.26 3.86 90.60 1.26 0.86 68.35 1.26 1.26 99.59
Belanja Hibah 4,482.00 3,874.40 86.44 4,102.16 3,745.89 91.32 4,443.84 4,058.84 91.34
Belanja Bantuan
Sosial 622.17 591.31 95.04 223.65 182.23 81.48 163.14 123.55 75.73
Belanja Modal 11,806.12 9,626.08 81.53 11,493.50 9,546.50 83.06 8,349.48 5,983.80 71.67
Belanja Tidak Terduga
168.47 108.32 64.30 187.06 115.08 61.52 3,187.82 1,956.64 61.38
TRANSFER 7,447.15 7,213.58 96.86 9,836.93 9,601.72 97.61 8,274.24 6,275.81 75.85
SURPLUS/(DEFISIT) -3,955.96 183.67 -3,052.08 291.55 -3,151.28 1,413.66
PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan
3,961.88 3,447.99 87.03 3,665.94 3,444.33 93.95 3,608.93 2,662.10 73.76
Pengeluaran
Pembiayaan 193.70 171.86 88.72 533.75 508.83 95.33 286.50 230.09 80.31
Pembiayaan Netto 3,768.18 3,276.14 86.94 3,132.19 2,935.50 93.72 3,322.43 2,432.01 73.20
SILPA -187.78 3,459.81 80.11 3,227.05 171.16 3,845.67
BAB IV : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD
Tabel IV.1 Profil APBD Agregat Provinsi Sumut (dalam Miliar Rupiah)
Sumber: LKPD Prov/Kab/Kota (2018-2020), diolah
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
57
sangat besar. Jumlah realisasi Pendapatan Transfer naik pada tahun 2019 sebesar 5,19
persen dan kembali turun di tahun 2020 sebesar 14,99 persen.
Pendapatan Transfer yang bersumber dari transfer pemerintah pusat tahun 2020
mendominasi sumber Pendapatan di Sumut dengan total realisasi sebesar Rp36,47
triliun atau mencapai 74,44 persen. Namun realisasi pendapatan transfer tahun 2020 ini
turun sebesar 14,99 persen dibandingkan dengan tahun 2019 yang mencapai Rp42,91
triliun. Keadaan ini tidak serta merta menggambarkan kemandirian Sumut yang semakin
baik di tahun 2020 karena PAD dan Lain-lain Pendapatan yang Sah juga mengalami
penurunan.
Sejalan dengan Pendapatan, Belanja juga mengalami penurunan dari sisi pagu
maupun realisasi. Pagu Belanja menurun sebesar Rp5,72 triliun dibandingkan tahun
2019 sebagai dampak kebijakan refocussing belanja negara untuk menangani Pandemi
Covid-19. Di tengah wabah ini tentu saja belanja APBD yang berkualitas diharapkan
dapat menjadi injeksi bagi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
4. 2. PENDAPATAN DAERAH
Pendapatan terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Transfer, dan Lain-
lain Pendapatan Daerah yang Sah.
4.2.1. DANA TRANSFER/PERIMBANGAN
Kebijakan penyerahan kewenangan/urusan pemerintah pusat kepada daerah
sesuai prinsip money follow function membuat Pemerintah Pusat mengalokasikan
anggaran kepada pemerintah daerah melalui Dana Transfer/Perimbangan yang
bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan daerah.
Berikut disajikan analisis untuk melihat ruang fiskal, kemandirian daerah serta
Trend Alokasi Dana Transfer Dengan Indikator Fiskal Regional masing-masing pemda
di Sumut:
a. Analisis Ruang Fiskal dan Kemandirian Daerah
1) Ruang Fiskal, dapat dihitung dengan rumus:
Ruang Fiskal = (Total Pendapatan − DAK) − Belanja Pegawai Tidak Langsung − Belanja Bunga
sehingga untuk 34 pemerintah daerah di Sumut diperoleh ruang fiskal masing-masing
pemerintah daerah sebagai berikut:
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
58
Hasil analisis menunjukkan bahwa ruang fiskal tertinggi untuk pemerintah daerah
di Sumut tahun 2020 adalah Pemprov Sumut dengan ruang fiskal sebesar Rp5,01 triliun.
Hal ini disebabkan oleh besarnya penerimaan Pemprov Sumut terutama yang diperoleh
dari dana transfer. Oleh karena itu, Pemprov Sumut mempunyai ruang yang cukup luas
dalam memenuhi kebutuhan daerahnya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi. Sedangkan Pemda dengan ruang fiskal terendah di Sumut adalah Pemda
Nias Barat dengan ruang fiskal sebesar Rp160,69 miliar. Dengan demikian, Pemda Nias
Barat harus pandai memilih belanja yang tepat dalam memanfaatkan ruang fiskal yang
ada untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
2) Rasio Kemandirian Daerah, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Berdasarkan Grafik IV.2 semua pemerintah daerah di Sumut memiliki rasio dana
transfer yang lebih besar dibandingkan dengan rasio PAD-nya dimana Pemprov Sumut
memiliki rasio PAD lebih baik dibandingkan 33 Pemda lainnya. Hal ini menandakan
bahwa mayoritas Pemda di Sumut memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap
transfer dana pusat untuk menutupi belanja.
Rasio PAD = PAD
Total Pendapatan APBD
Rasio Dana Transfer
= Dana Transfer
Total Pendapatan APBD
Grafik IV.1 Analisis Ruang Fiskal Pemda Se-Sumut Tahun 2020 (dalam Miliar Rupiah)
Sumber: LKPD Prov/Kab/Kota (2020), diolah
5.014,69
2.003,42
1.586,36
767,30
681,46160,69
Pe
mp
rov.
Sum
ut
Med
an
Del
i Se
rdan
g
Asa
han
Tap
anu
li Se
lata
n
Nia
s Se
lata
n
Pad
ang
Law
as U
tara
Lan
gkat
Serd
ang
Bed
agai
Bat
ub
ara
Tap
anu
li U
tara
Hu
mb
ang
Has
un
du
tan
Sim
alu
ngu
n
Pad
ang
Law
as
Tap
anu
li Te
nga
h
Dai
ri
Lab
ura
Nia
s
Bin
jai
Lab
use
l
Kar
o
Sam
osi
r
Nia
s U
tara
Sib
olg
a
Lab
uh
an B
atu
Teb
ing
Tin
ggi
Mad
ina
P.S
ian
tar
Tob
asa
Pak
ph
ak B
arat
Tan
jun
g B
alai
Gu
nu
ng
Sito
li
P.S
ide
mp
uan
Nia
s B
arat
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
59
b. Analisis Komparatif antara Trend Alokasi Dana Transfer year-on-year (yoy)
terhadap Indikator Fiskal Regional
Alokasi dana transfer yang meningkat menjadi Rp44,61 triliun pada tahun 2019
berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Sumut yang naik menjadi 5,22 persen,
diikuti PDRB yang juga
meningkat dan berdampak
mengurangi tingkat
pengangguran dan
kemiskinan. Untuk tahun 2020,
alokasi dana transfer turun
dikarenakan refocusing dan
realokasi dana dan dengan
dilatarbelakangi wabah pandemi Covid-19 menyebabkan pertumbuhan ekonomi Sumut
defisit 1,07 persen disertai tingkat pengangguran dan kemiskinan yg meningkat pada
tahun 2020.
4.2.2. PENDAPATAN ASLI DAERAH
Berikut disajikan analisis untuk mengetahui kemandirian Sumut dalam rangka
membiayai belanja daerah:
Tabel IV.2 Analisis Komparatif Alokasi Dana Transfer
Indikator 2018 2019 2020
Alokasi Dana Transfer 41,98 T 44,61 T 39,61 T
Pertumbuhan Ekonomi 5,18 5,22 % -1,07 %
PDRB (ADHB) 741,34 T 799,60 T 811,28 T
Tingkat Pengangguran 5,55% 5,39 % 6,91%
Tingkat Kemiskinan 9,66 % 9,22 % 10,19%
Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, BPS Prov. Sumut
Grafik IV.2 Analisis Kemandirian Daerah Pemda Se-Sumut Tahun 2020
Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota (2020), diolah
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
60
4.2.2.1. Analisis komposisi pendapatan daerah dan perbandingan PAD dengan
Dana Transfer atas Total Pendapatan Daerah
Berdasarkan Grafik IV.3 dapat dilihat bahwa proporsi PAD terhadap total realisasi
Pendapatan di Sumut pada tahun 2020 hanya sebesar 19,75 persen atau secara
agregat mencapai Rp9,68
triliun. Besarnya
ketergantungan atas dana
transfer dari Pemerintah Pusat
ini, seluruh daerah di Sumut
sebaiknya juga harus mulai
melakukan perhitungan risiko
fiskal yang harus ditanggung.
Porsi belanja pegawai yang
cukup tinggi menyebabkan
berkurangnya alternatif
efisiensi belanja daerah,
sehingga daerah harus mulai lebih inovatif dan kreatif untuk meningkatkan PAD-nya
dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak daerah serta retribusi daerah agar alternatif
pendanaan untuk menutup defisit tidak semata tergantung pada SiLPA dan pinjaman
daerah.
Berdasarkan komposisi PAD, Pajak Daerah mendominasi PAD sebesar 74,50
persen. Peningkatan pajak daerah harus terus dilakukan mengingat masih banyak
potensi-potensi pajak daerah yang
masih bisa digali oleh pemda.
Salah satunya seperti pajak
restoran/rumah makan yang
sampai sekarang belum memiliki
satu sistem basis pajak yang
cukup kuat. Selain itu, Sumut
memiliki banyak sekali objek
wisata yang sudah ada maupun
yang sedang dikembangkan diantaranya adalah obyek wisata Danau Toba, Berastagi,
Air Terjun Sipiso-piso, Pantai Sorake, dan Istana Maimun. Dengan potensi ini
seharusnya Pajak Daerah dapat terus ditingkatkan dengan penetapan regulasi,
kebijakan serta langkah-langkah strategis yang tepat guna mengoptimalkan PAD.
Grafik IV.3. Komposisi Realisasi Pendapatan Daerah di Sumut Tahun 2020
19,75%
74,44%
5,80%
PAD Pendapatan Transfer Lain-lain Pendapatan daerah Yang Sah
Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota (2020), diolah
Grafik IV.4 Komposisi PAD
Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota (2020), diolah
74,50%
3,84%
5,45%16,22%
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil PengelolaanKDYD
Lain-lain PAD yangSah
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
61
4.2.2.2. Analisis perbandingan PAD dengan belanja daerah
Analisis ini untuk mengetahui besar penggunaan PAD pada total pendapatan
untuk memenuhi belanja daerah. Grafik IV.5 menunjukkan bahwa pada tahun 2019-
2020 tingkat kemandirian tertinggi diperoleh Pemprov Sumut dengan rasio PAD
terhadap belanja daerah tahun 2020 sebesar 60,40 persen. Angka tersebut lebih tinggi
dibanding Pemkot Medan yang berada di peringkat kedua dengan rasio sebesar 39,64
persen. Kabupaten Nias Selatan menjadi daerah dengan kemandirian terendah dengan
rasio PAD terhadap belanja APBD hanya sebesar 1,73 persen di tahun 2020. Jika dilihat
dari tahun sebelumnya, hampir semua rasio PAD terhadap belanja pemda di Sumut
tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan, bahkan mayorias mengalami penurunan
artinya kemampuan PAD untuk menutupi belanja daerah masih jauh dari optimal
sehingga pemerintah daerah masih memiliki pekerjaan rumah yang besar untuk
mendongkrak PAD.
4.2.2.3. LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
Sebagai pendorong utama akselerasi pendapatan adalah pertumbuhan yang
sangat signifikan dari Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Grafik IV.6 menunjukkan
bahwa pertumbuhan jenis pendapatan
Lain-lain Pendapatan Daerah yang
Sah di Sumut tahun 2019 sempat
mengalami pertumbuhan positif
sebesar 47,90 persen. Hal ini didukung
naiknya Hibah dan Lain-lain
Pendapatan seperti Bagi Hasil dari
Pajak Kendaraan Bermotor, Bagi Hasil dari Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor,
Grafik IV.5 Rasio PAD terhadap Belanja Pemerintah Daerah per Kab./Kota Tahun 2019-2020
Lab
ura
Lab
uh
an B
atu
Lab
use
l
Nia
s U
tara
Sam
osi
r
Tob
asa
Hu
mb
an
g H
asu
nd
uta
n
Tap
an
uli
Uta
ra
Tap
an
uli
Ten
gah
Sib
olg
a
Ba
tub
ara
Asa
ha
n
Tan
jun
g B
alai
P.S
ide
mp
uan
Mad
ina
Pad
ang
Law
as
Pad
ang
Law
as U
tara
Sim
alu
ngu
n
P.S
ian
tar
Kar
o
Da
iri
Pak
ph
ak
Bar
at
De
li Se
rdan
g
Serd
ang
Be
dag
ai
Teb
ing
Tin
ggi
Bin
jai
Tap
an
uli
Se
lata
n
Nia
s Se
lata
n
Nia
s
Gu
nu
ng
Sito
li
Nia
s B
ara
t
Lan
gka
t
Med
an
Pem
pro
v.Su
mu
t
1.73%
39.64%
60.40%
Rasio PAD Terhadap Belanja2019
Rasio PAD Terhadap Belanja2020
Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, (2020), diolah
Grafik IV.6 Lain-lain Pendapatan daerah Yang Sah Sumut Tahun 2018-2020 (dalam Miliar Rupiah)
2,740.19
4,204.21
2,842.56
2018
2019
2020
Lain-lain Pendapatan daerah yang Sah
Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, (2020), diolah
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
62
dan Bagi Hasil dari Pajak Rokok. Namun pada tahun 2020 pendapatan ini mengalami
penurunan sebesar 34,82 persen dibanding tahun sebelumnya yang mayoritas
disebabkan menurunnya realisasi Hibah. Hibah di Sumut berasal dari Pendapatan Hibah
dari Pemerintah, Pendapatan Hibah dari Badan Lembaga Organisasi Swasta Dalam
Negeri maupun Pendapatan Hibah dari kelompok Masyarakat Perorangan.
4. 3. BELANJA DAERAH
Berdasarkan Undang-Undang No.33 Tahun 2004, belanja daerah adalah semua
kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode
tahun yang bersangkutan. Realisasi Belanja Daerah tahun 2020 mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2019 menjadi Rp47,58 triliun (turun 18,14 persen). Komponen
belanja yang mengalami penurunan diantaranya Belanja Pegawai, Belanja Barang dan
Jasa, Belanja Bunga, Belanja Bantuan Sosial, serta Belanja Modal.
Sementara komponen Belanja yang mengalami kenaikan signifikan adalah
realisasi Belanja Tidak Terduga dari Rp115,08 miliar pada tahun 2019 menjadi Rp1,95
triliun pada tahun 2020. Dengan telah ditetapkannya status keadaan darurat bencana
Covid-19 sesuai Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, maka meningkat juga penggunaan mata anggaran Belanja Tak terduga yang
terdapat dalam APBD untuk menanggulangi dan menangani wabah pandemi Covid-19.
Analisis Belanja Daerah dapat dilakukan berdasarkan klasifikasi belanja daerah
berdasarkan Urusan dan Jenis Belanja.
4.3.1. RINCIAN BELANJA DAERAH BERDASARKAN KLASIFIKASI URUSAN
Titik berat pelaksanaan desentralisasi fiskal terletak pada desentralisasi di sisi
pengeluaran (expenditure assignment) yang ditandai dengan adanya pembagian
urusan pada berbagai tingkat pemerintahan. Urusan pemerintahan wajib adalah
urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah yang
terkait dengan pelayanan dasar (basic services) bagi masyarakat, seperti Pendidikan,
Kesehatan, Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, dan sebagainya. Sementara
Urusan Pilihan adalah urusan pemerintahan yang diprioritaskan oleh pemerintahan
daerah untuk diselenggarakan yang terkait dengan upaya mengembangkan potensi
unggulan (core competence) yang menjadi kekhasan daerah seperti Kelautan dan
Perikanan, Pariwisata, Pertanian, dan sebagainya.
Pada struktur APBD Sumut, urusan pemerintahan diklasifikasikan menjadi 32
urusan daerah, yang terdiri dari 25 urusan wajib dan 7 urusan pilihan yang ditetapkan
dengan ketentuan perundang-undangan.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
63
Penurunan realisasi terjadi pada semua jenis urusan wajib maupun pilihan
kecuali Urusan Kesehatan yang mengalami pertumbuhan positif mencapai 10,44
persen. Belanja pendidikan
memiliki realisasi belanja
tertinggi sebesar Rp11,76 triliun
pada tahun 2020 dengan
proporsi 38,78 persen dari total
realisasi belanja berdasarkan
urusan wajib. Realiasi kedua
terbesar Sumut adalah urusan
Kesehatan dengan realisasi
sebesar Rp6,15 triliun. Dari
realisasi belanja tersebut,
terlihat bahwa pemerintah
daerah Provinsi Sumut
menitikberatkan pada
pembangunan sumber daya
manusia melalui pendidikan dan
kesehatan guna penanganan
Covid-19.
Untuk Urusan Pilihan, realisasi
belanja tertinggi masih ditempati
oleh urusan Pertanian mencapai
Rp586,44 miliar pada tahun
2020. Urusan Pariwisata
menempati posisi kedua yaitu
Rp163,97 miliar, dan belanja
urusan Kelautan dan Perikanan
pada posisi ketiga dengan total
belanja Rp143,52 miliar. Dari
realisasi belanja tersebut, terlihat bahwa pemerintah daerah di Sumut telah
memprioritaskan dan mendukung program nasional pemerintah pusat yaitu mewujudkan
kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik
dimana sumber pertumbuhan ekonomi terbesar Sumut adalah kategori Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan.
APBD BERDASARKAN URUSAN REALISASI
2019 REALISASI
2020 GROWTH
URAIAN URUSAN WAJIB
Pendidikan 12.443,47 11.763,56 -5,46%
Kesehatan 5.576,15 6.158,43 10,44%
Pekerjaan Umum & Penataan Ruang 5.988,29 3.553,09 -40,67%
Perumahan Rakyat & Kawasan Permukiman 1.352,49 870,56 -35,63%
Ketentraman & Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat 819,16 812,85 -0,77%
Sosial 299,40 290,05 -3,12%
Tenaga Kerja 199,39 134,21 -32,69%
Pangan 285,40 205,42 -28,02%
Pertanahan 7,43 31,02 317,46%
Lingkungan Hidup 1.056,74 939,08 -11,13%
Administrasi Dukcapil 239,69 204,26 -14,78%
Pemberdayaan Masyarakat Desa 186,47 142,60 -23,53%
Pengendalian Penduduk & Keluarga Berencana 280,14 276,81 -1,19%
Perhubungan 397,52 325,30 -18,17%
Komunikasi & Informatika 267,42 241,42 -9,72%
Koperasi & UKM 202,87 122,53 -39,60%
Penanaman Modal 173,42 137,51 -20,71%
Kepemudaan & Olah Raga 278,80 303,58 8,89%
Statistik 0,31 1,56 401,08%
Kebudayaan 119,41 62,27 -47,85%
Perpustakaan 133,51 95,59 -28,40%
Kearsipan 16,02 10,57 -34,00%
Administrasi Pemerintahan
- 3.582,21 N/A
Pem.Perempuan & Perlindungan Anak 102,84 64,01 -37,76%
Persandian - 0,01 N/A
Jumlah Urusan Wajib 30.426,34 30.328,48 -0,32%
URUSAN PILIHAN
Kelautan & Perikanan 201,79 143,52 -28,88%
Pariwisata 228,78 163,97 -28,33%
Pertanian 799,41 586,44 -26,64%
Perdagangan 176,54 130,32 -26,18%
Perindustrian 114,61 74,33 -35,14%
Energi & SDM 55,13 41,86 -24,07%
Kehutanan 143,80 93,56 -34,94%
Jumlah Urusan Pilihan 1.720,07 1.234,01 -28,26%
Jumlah Total 32.146,41 31.562,49 -1,82%
Tabel IV.3 Profil APBD berdasarkan Klasifikasi Urusan di Sumut (dalam Miliar Rupiah)
Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, (2020), diolah
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
64
4.3.2. RINCIAN BELANJA DAERAH BERDASARKAN JENIS BELANJA (SIFAT
EKONOMI)
Komposisi jenis belanja pada APBD lingkup Sumut secara agregat dapat dilihat
pada Tabel IV.1. Dalam 3 tahun terakhir (tahun 2018-2020), Belanja Pegawai masih
menempati porsi terbesar dalam APBD dengan realisasi mencapai Rp19,44 triliun pada
tahun 2020 atau 40,87 persen dari total belanja daerah. Jumlah ini mengalami
penurunan jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sebagai dampak pandemi.
Tingginya rasio belanja pegawai terhadap total belanja daerah menunjukkan bahwa
fleksibilitas fiskal daerah relatif masih terbatas karena hampir setengah dari total belanja
masih untuk membiayai belanja pegawai.
Sebagaimana Belanja Pegawai, Belanja Modal juga mengalami penurunan dari
sisi pagu dan realisasi pada tahun 2020 dibandingkan tahun sebelumnya dengan
realisasi tahun 2019 sebesar Rp9,54 triliun menjadi Rp5,98 triliun pada tahun 2020.
Menurunnya Belanja Modal tahun 2020 di antaranya disebabkan adanya sejumlah
proyek atau kegiatan yang tidak dilaksanakan sebagai akibat wabah pandemi Covid-19
serta sebagai imbas perubahan postur APBN nasional 2020 guna menampung biaya
penanganan Covid-19.
4. 4. PERKEMBANGAN BLU DAERAH
Badan Layanan Umum (BLU) dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktifitas. Sebagai tindak lanjut atas Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Menteri Dalam Negeri
mengeluarkan Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah yang menjadi dasar dalam
penerapan pengelolaan keuangan bagi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
4.4.1. PROFIL DAN JENIS LAYANAN SATKER BLU DAERAH
Untuk penyusunan KFR Provinsi Sumut tahun 2020, diperoleh data 25 BLUD
dari 34 pemerintah daerah. Berdasarkan jenis layanannya, 24 BLUD bergerak di
bidang Kesehatan, serta 1 BLUD bergerak di bidang Pengelola Dana Bergulir. Profil
25 Satker BLUD sebagaimana Tabel IV.4 berikut:
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
65
Tabel IV.4 Profil, Aset, dan Pagu BLUD 2019-2020 di Sumut
No Satker BLUD Jenis
Layanan
2019 (dalam miliar Rp) 2020 (dalam miliar Rp)
Nilai Aset
Pagu PNBP
Pagu RM
Jumlah Pagu
Nilai Aset
Pagu PNBP
Pagu RM
Jumlah Pagu
1 Rumah Sakit Haji Medan Kesehatan 87.23 57.60 66.75 124.35 76.82 49.52 57.60 107.12
2 RSUD Pringadi Medan Kesehatan 232.52 0.00 206.88 206.88 266.18 206.88 34.16 241.04
3 RSUD Dr.RM. Djoelham Binjai
Kesehatan 1.20 0.00 0.03 0.03 3.00 33.80 0.00 33.80
4 RSUD Tanjung Pura Kesehatan 111.71 28.63 17.80 46.43 0.00 19.22 0.00 19.22
5 UPT RSUD Deli Serdang Kesehatan 0.48 0.00 0.00 0.00 4.67 0.00 0.00 0.00
6 RSUD Tuan Rondahaim Pamatang Raya
Kesehatan 0.00 4.90 6.04 10.94 0.00 6.00 5.57 11.57
7 RSUD Parapat Kesehatan 0.00 0.00 0.00 0.00 24.78 0.00 2.00 2.00
8 RSUD Rantauprapat Kesehatan 0.00 98.64 85.00 183.64 0.00 90.00 53.75 143.75
9 RSUD H Abdul Manan Simatupang
Kesehatan 3.66 0.00 52.99 52.99 5.93 52.68 52.68 105.35
10 RSU Kabanjahe Kesehatan 122.54 0.00 46.77 46.77 23.16 22.92 0.00 22.92
11 RSUD Sidikalang Dairi Kesehatan 0.00 28.56 33.82 62.38 118.30 65.91 0.00 65.91
12 RSUD TARUTUNG (Taput) Kesehatan 74.53 28.66 0.00 28.66 76.74 0.00 26.13 26.13
13 RSUD DR HADRIANUS SINAGA (Samosir)
Kesehatan 61.23 27.87 0.00 27.87 103.35 0.00 21.00 21.00
14 RSUD DOLOKSANGGUL (Humbahas)
Kesehatan 97.66 29.66 0.00 29.66 34.18 0.00 39.75 39.75
15 RSUD FL. Tobing Kesehatan 149.30 0.00 40.00 40.00 0.00 34.00 0.00 34.00
16 RSUD PANDAN Kesehatan 95.62 26.63 25.25 51.88 10.15 30.51 62.01 92.52
17 RSUD Penyabungan Kesehatan 3.51 0.00 0.00 0.00 2.36 35.37 5.07 40.44
18 RSUD Kota Padang Sidempuan
Kesehatan 94.53 102.34 39.48 141.81 0.00 18.91 22.33 41.23
19 RSUD Gunungsitoli Kesehatan 232.89 94.53 63.18 157.71 279.31 67.96 77.19 145.15
20 RSUD Perdagangan Kesehatan 59.68 0.00 8.50 8.50 64.07 0.00 10.00 10.00
21 RSUD Kumpulan Pane Kesehatan 191.03 38.27 41.10 79.37 0.00 31.15 31.13 62.28
22 RSUD Djasaman Saragih Kesehatan 343.64 29.48 0.00 29.48 0.00 0.00 0.00 0.00
23
UPTD Pengelola Dana Bergulir pada Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Gunungsitoli
Pengelola Dana Bergulir
2.02 0.04 2.00 2.04 3.01 0.04 1.00 1.04
24 RSUD Kotapinang Kesehatan 0.00 13.67 18.13 31.80
25 RSUD Aek Kanopan Kesehatan 0.00 0.00 0.00 0.00
TOTAL 1.965,00 595,82 735,58 1.331,40 1.096,01 778,54 519,49 1.298,03
Sumber: Pemerintah Daerah di Sumut
Berdasarkan aspek legal, penyusunan peraturan daerah tentang pelayanan
kesehatan BLUD mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007
tanggal 7 November 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD, dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005
jo. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan BLU.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
66
Terdapat beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh kepala daerah
(Gubernur/walikota/Bupati) di Sumut, seperti SK Walikota Medan Nomor 900/1847.K,
Perda Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 07 Tahun 2014, Peraturan Bupati Samosir
Nomor 152 Tahun 2015, Keputusan Walikota Sibolga No. 445, dan lain sebagainya.
Peraturan-peraturan ini telah sesuai dengan peraturan induk pengelolaan BLU baik dari
sisi analisis kelembagaan, tata kelola, SDM, dan pengendalian. Dalam aspek
kelembagaan, penetapan dengan Perda setelah memenuhi persyaratan substantif,
teknis, dan administratif. Analisis tata kelola meninjau fleksibilitas dalam pengeluaran
biaya dengan mempertimbangkan volume pelayanan. Dalam analisis SDM, pengelola
BLUD terdiri dari pemimpin BLUD, pejabat keuangan, dan pejabat teknis. Dalam aspek
pengendalian, diperlukan adanya evaluasi dan penilaian kinerja oleh kepala
daerah/badan pengawas. Berdasarkan penetapan BLUD di Provinsi Sumut oleh masing-
masing Kepala Daerah sebagaimana terlampir pada KFR ini telah memenuhi aspek
legal.
Total PNBP BLU terhadap total Belanja APBD Agregat
Peran PNBP BLU terhadap total
belanja APBD pada tahun 2019
sebesar 1,02 persen dari total
belanja APBD sebesar Rp58,13
triliun. Sedangkan pada tahun
2020, persentase PNBP BLU
terhadap total belanja APBD naik
menjadi 1,64 persen dari total pagu
belanja sebesar Rp47,58 triliun.
Total pagu RM BLUD terhadap Total Pagu BLUD
Persentase pagu Rupiah Murni (RM) terhadap pagu pada tahun 2019 sebesar 55,25
persen dari total pagu sebesar Rp1,33 triliun.
Persentase ini menurun pada tahun 2020
menjadi 40,02 persen. Dapat disimpulkan
bahwa ketergantungan BLUD terhadap
dana APBD masih cukup besar. Semakin
besar hasil persentase pagu RM terhadap
total pagu yang diperoleh, maka semakin
besar ketergantungan BLUD terhadap
APBD. Meski pendirian BLU bukan dimaksudkan untuk mencari keuntungan, namun
1,02% 1,64%
Rp58,13 T
Rp47,58 T
2019 2020
PNBP BLU Total Belanja APBD
Grafik IV.7 Persentase PNBP BLU terhadap Total Belanja APBD
Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota
55,25% 40,02%
Rp1,33 TRp1,29 T
2019 2020
Pagu RM Total Pagu
Grafik IV.8 Persentase Pagu RM BLU terhadap Jumlah Pagu
Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
67
efisiensi dalam pelayanannya dapat memberi nilai tambah BLUD. Dengan kreativitas,
inovasi, optimalisasi pelayanan, dan peningkatan kualitas SDM tentu dapat bersaing
secara global yang akan meningkatkan PNBP BLUD.
4. 5. SURPLUS/DEFISIT APBD
4.5.1. Rasio Surplus/Defisit Terhadap Agregat Pendapatan
Indikator ini untuk mengetahui proporsi adanya surplus/defisit anggaran
terhadap pendapatan yang menunjukkan performa fiskal pemerintah daerah dalam
menghimpun pendapatan untuk menutup belanja, atau penghematan belanja dengan
kondisi pendapatan tertentu.
𝐑𝐚𝐬𝐢𝐨 𝐒𝐮𝐫𝐩𝐥𝐮𝐬/𝐃𝐞𝐟𝐢𝐬𝐢𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐡𝐚𝐝𝐚𝐩 𝐏𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 =𝐒𝐮𝐫𝐩𝐥𝐮𝐬/𝐃𝐞𝐟𝐢𝐬𝐢𝐭
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐏𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧
Berdasarkan rumus tersebut, perkembangan rasio surplus/defisit terhadap
pendapatan untuk 34 Pemda di Sumut disajikan sebagai berikut:
Grafik IV.9 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Agregat Pendapatan 34 Pemda di Sumut 2019-2020
Rasio Surplus/Defisit Terhadap Agregat Pendapatan Tahun 2020
Rasio Surplus/Defisit Terhadap Agregat Pendapatan Tahun 2019
Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota
Pada tahun 2019 terdapat 9 pemda yang mengalami defisit dan tahun 2020
meningkat menjadi 16 pemda. Pemda yang mengalami defisit paling dalam pada
1.4%-1.3%
2.8%-3.5%
0.3%-21.1%
-0.1%-16.5%
-6.4%8.2%
-2.1%1.7%1.6%
12.3%-4.1%
0.4%4.8%
2.8%0.8%
21.6%-0.4%-1.3%
1.9%-0.9%
0.8%1.2%
-3.6%-8.0%
-4.2%-3.7%
-0.3%5.2%
4.0%14.5% Pemprov.Sumut
MedanLangkatNias BaratGunung SitoliNiasNias SelatanTapanuli SelatanBinjaiTebing TinggiSerdang BedagaiDeli SerdangPakphak BaratDairiKaroP.SiantarSimalungunPadang Lawas UtaraPadang LawasMadinaP.SidempuanTanjung BalaiAsahanBatubaraSibolgaTapanuli TengahTapanuli UtaraHumbang HasundutanTobasaSamosirNias UtaraLabuselLabuhan BatuLabura
1.4%-1.3%
2.8%-3.5%
0.3%-21.1%
-0.1%-16.5%
-6.4%8.2%
-2.1%1.7%1.6%
12.3%-4.1%
0.4%4.8%
2.8%0.8%
21.6%-0.4%
-1.3%1.9%
-0.9%0.8%1.2%
-3.6%-8.0%
-4.2%-3.7%
-0.3%5.2%
4.0%14.5%
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
68
tahun 2020 adalah Pemkab Toba Samosir dengan rasio defisit 21,1 persen. Semakin
besar nilai minus rasio berarti semakin besar belanja yang tidak dapat ditutup dari
pendapatan daerah, sehingga daerah harus mencari penerimaan lain yang berasal
dari pembiayaan. Sementara pemda dengan rasio surplus tertinggi dimiliki oleh
Pemkab karo sebesar 21,6 persen dan Pemprov Sumut dengan rasio mencapai 14,5
persen.
4.5.2 Rasio Surplus/Defisit terhadap Realisasi Dana Tranfer
Rasio ini untuk mengetahui proporsi adanya surplus/defisit anggaran terhadap salah
satu sumber pendapatan APBD, yaitu realisasi pencairan dana transfer.
Rasio Surplus/Defisit terhadap Dana Transfer =Surplus/Defisit
Total Realisasi Dana Transfer
Berdasarkan rumus tersebut, perkembangan rasio surplus/defisit terhadap realisasi
dana transfer 34 Pemda di Sumut disajikan sebagai berikut:
Grafik IV.10 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Total Realisasi Dana Transfer 34 Pemda di Sumut 2019-2020
Rasio Surplus/Defisit Terhadap Total Realisasi Dana Transfer Tahun 2020
Rasio Surplus/Defisit Terhadap Total Realisasi Dana Transfer Tahun 2019
Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, 2020 (diolah)
Berdasarkan Grafik IV.10 dapat diketahui bahwa terdapat 9 pemda yang mengalami
defisit di tahun 2019 dan pada tahun 2020 meningkat menjadi 16 pemda. Pemda yang
1.55%-1.38%
2.94%-4.52%
0.38%-22.51%
-0.13%-18.37%
-7.35%9.42%
-2.41%2.11%1.89%
13.37%-4.50%
0.52%7.22%
3.11%0.92%
25.00%-0.44%-1.54%
3.10%-1.26%
0.92%1.43%
-5.13%-8.17%-6.17%-4.00%
-0.31%6.39%6.41%
25.96% Pemprov.SumutMedanLangkatNias BaratGunung SitoliNiasNias SelatanTapanuli SelatanBinjaiTebing TinggiSerdang BedagaiDeli SerdangPakphak BaratDairiKaroP.SiantarSimalungunPadang Lawas UtaraPadang LawasMadinaP.SidempuanTanjung BalaiAsahanBatubaraSibolgaTapanuli TengahTapanuli UtaraHumbang HasundutanTobasaSamosirNias UtaraLabuselLabuhan BatuLabura
-4.92%-4.64%
2.24%10.99%
4.29%1.45%1.83%2.31%
14.60%5.63%
19.85%-3.50%
17.84%5.62%
29.52%-1.69%
23.30%2.10%
7.99%-11.52%
2.62%1.36%
-1.31%-0.01%
3.66%0.35%0.17%
-0.39%6.78%
-2.28%5.32%
6.87%13.46%
-6.18%
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
69
mengalami defisit paling dalam pada tahun 2020 adalah Pemkab Toba Samosir
dengan rasio defisit 22,5 persen. Ini berarti walaupun Pemda Toba Samosir sudah
mendapatkan dana transfer, namun tidak dapat menutupi defisit anggarannya.
Sementara pemda dengan rasio positif tertinggi dimiliki oleh Pemprov Sumut dengan
rasio mencapai 26 persen. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat lebih dari 26 persen
dari dana transfer tidak terpakai karena terjadi surplus yang cukup tinggi sehingga
terdapat kelebihan kas.
4.5.3 Rasio Surplus/ Defisit terhadap PDRB
Rasio surplus/defisit terhadap PDRB merupakan indikator yang menggambarkan
kesehatan ekonomi regional, dimana semakin kecil rasio surplus/defisit terhadap PDRB
artinya daerah tersebut mampu memproduksi barang dan jasa yang cukup baik untuk
membiayai hutang akibat defisit anggaran pemerintah daerah.
Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB =Surplus/Defisit
PDRB
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh Rasio surplus/defisit terhadap PDRB secara
agregat Sumut tahun 2018-2020 terlihat di Grafik IV.11.
Rasio surplus/defisit terhadap
PDRB tahun 2020 sebesar 0,17
persen yang artinya Sumut
mampu memproduksi barang dan
jasa cukup baik untuk membiayai
roda pemerintahan. Dilihat dari
perkembangan secara year-on-
year, rasio ini mengalami
kenaikan terus menerus yang menggambarkan kinerja pemerintah daerah yang
kurang baik dalam memproduksi barang dan jasa.
4.5.4 Rasio SILPA terhadap Alokasi Belanja
Rasio ini untuk mengetahui proporsi belanja atau kegiatan yang tidak digunakan
dengan efektif oleh pemerintah. Kondisi perkembangan rasio ini untuk 34 pemda di
wilayah Sumut dapat dilihat pada Grafik IV.12.
Rasio SILPA terhadap Alokasi Belanja =Jumlah SILPA
Total Belanja APBD
0.02%0.04%
0.17%
0.00%
0.02%
0.04%
0.06%
0.08%
0.10%
0.12%
0.14%
0.16%
0.18%
0.20%
0
10000 0
20000 0
30000 0
40000 0
50000 0
60000 0
70000 0
80000 0
90000 0
2018 2019 2020
Grafik IV.11Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB Sumut 2018-2020
Surplus/Defisit PDRB Rasio
Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
70
Grafik IV.12 Rasio SILPA terhadap Total Belanja Tahun 2019-2020 Rasio SILPA terhadap Total Belanja
Tahun 2020
Rasio SILPA terhadap Total Belanja
Tahun 2019
Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, diolah
Berdasarkan Grafik IV.12, Pemda Karo pada tahun 2020 memiliki rasio SILPA terhadap
alokasi belanja tertinggi dibandingkan dengan daerah lainnya yaitu sebesar 29,2 persen.
Hal ini berarti masih ada dana dari penerimaan pembiayaan yang belum dimanfaatkan
untuk membiayai Belanja Derah dan/atau Pengeluaran Pembiayaan Daerah.
Sedangkan rasio SILPA terendah ada di Pemda Toba Samosir yaitu sebesar -16,1
persen. Artinya pada Pemda Toba Samosir, pembiayaan netto belum dapat menutup
defisit anggaran yang terjadi. Untuk itu perlu perlu dicari jalan keluarnya misalnya
dengan mengusahakan sumber-sumber penerimaan pembiayaan yang lain seperti
utang atau dengan mengurangi Belanja dan/atau pengeluaran pembiayaan sehingga
angka SILPA sama dengan nol.
4. 6. PEMBIAYAAN PEMBIAYAAN
4.6.1 RASIO PINJAMAN DAERAH TERHADAP TOTAL PEMBIAYAAN
13.96%2.14%
14.04%3.94%
7.77%-16.09%
17.87%-9.54%-6.18%
15.71%10.54%
3.40%1.22%
19.64%6.92%7.18%
11.27%9.20%
0.43%29.23%
13.14%10.75%
5.15%3.66%5.26%
1.02%3.58%2.87%
5.27%2.87%
-0.52%5.43%
3.88%22.79% Pemprov.Sumut
MedanLangkatNias BaratGunung SitoliNiasNias SelatanTapanuli SelatanBinjaiTebing TinggiSerdang BedagaiDeli SerdangPakphak BaratDairiKaroP.SiantarSimalungunPadang Lawas UtaraPadang LawasMadinaP.SidempuanTanjung BalaiAsahanBatubaraSibolgaTapanuli TengahTapanuli UtaraHumbang HasundutanTobasaSamosirNias UtaraLabuselLabuhan BatuLabura
-3.18%3.05%
8.89%11.21%
7.31%6.49%
11.48%5.43%
24.62%7.42%
26.24%1.30%
15.59%4.58%
31.67%4.91%
33.03%4.85%
13.26%19.99%
12.50%10.22%
2.65%4.51%4.63%
0.02%8.48%
11.51%18.12%
25.17%9.13%
12.37%10.02%
2.40%
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
71
Rasio ini untuk mengetahui proporsi pencairan pinjaman yang dilakukan daerah
atau penerbitan obligasi daerah untuk membiayai defisit APBD.
Rasio Pinjaman Daerah terhadap Total Pembiayaan =Realisasi Pinjaman Daerah
Total realisasi Pembiayaan
Untuk menutupi defisit anggaran pada tahun 2020, pemda di Sumut tidak melalui
mekanisme Pinjaman Daerah melainkan mengandalkan penggunaan SiLPA.
4.6.2 KESEIMBANGAN PRIMER
Keseimbangan primer digunakan untuk melihat tingkat likuiditas suatu
pemerintah daerah dimana semakin besar keseimbangan primer, maka semakin baik
kemampuan daerah untuk membiayai defisit anggaran. Keseimbangan primer secara
agregat di Sumut dihitung sebagai berikut:
Keseimbangan Primer = Total Pendapatan APBD − (Belanja APBD − Belanja Bunga)
= Rp49.002.144.890.763 − (Rp36.479.277.649.472− Rp7.809.667.392
= Rp1.421.467.403.125,-
5
Dari hasil perhitungan diperoleh keseimbangan primer di Sumut yang positif sebesar
Rp1,42 triliun yang artinya Pendapatan APBD masih mencukupi untuk menutupi belanja
daerah.
4. 7. ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Untuk mengkaji anggaran dan kebijakan fiskal yang diterapkan di Sumut, berikut
disajikan analisis Horizontal dan analisis Vertikal:
Analisis Horizontal, merupakan analisis untuk membandingkan angka-angka dalam
satu laporan realisasi pemda (kabupaten/kota) satu dengan pemda lain dalam satu
wilayah provinsi). Tabel IV.5 menyajikan analisis horizontal yang memuat pemda
dengan PAD tertinggi, terendah, dan median di Sumut.
Tabel IV.5 Analisis Horizontal Pemerintah Daerah di Sumut TA 2020
Uraian Pemprov Medan Batubara Nias Barat Nias Selatan
Pendapatan 11.250.152.166.771 3.988.761.485.152 1.110.557.829.821 509.635.881.653 1.022.346.539.619
PAD 4.951.278.586.716 1.518.369.614.747 153.852.622.063 19.570.439.885 16.598.894.146
Pendapatan Transfer
6.285.617.509.410 2.470.391.870.405 956.705.207.759 490.064.248.568 996.438.253.474
LLPD Yang Sah 13.256.070.645 - - 1.193.200 9.309.392.000
Belanja 8.198.086.312.050 3.830.289.511.009 933.108.846.951 511.139.987.538 961.488.519.712
Belanja Operasi 6.575.844.109.526 3.353.721.242.471 671.059.226.974 399.494.635.619 688.888.311.386
Belanja Modal 784.701.011.174 308.300.212.833 187.844.361.585 111.645.351.919 261.901.131.686
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
72
Belanja Tak Terduga
837.541.191.350 168.268.055.704 74.205.258.392 - 10.699.076.640
Transfer 1.420.326.488.988 - 200.491.253.145 - 142.272.348.442
Surplus/(Defisit) 1.631.739.365.733 158.471.974.143 (23.042.270.274) (1.504.105.885) (81.414.328.534)
Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, diolah
Dari semua pemda di Sumut, Pemprov Sumut menghimpun PAD paling besar
mencapai Rp4,9 triliun atau sebesar 44 persen dari total pendapatan. Sedangkan pada
urutan kedua adalah Kota Medan yang mampu menghimpun PAD sebesar 38 persen
dari total pendapatan. Hal ini karena Kota Medan sebagai ibukota provinsi yang
sekaligus sebagai pusat perekonomian Sumut. Mayoritas sumber PAD diperoleh dari
Pendapatan Pajak Daerah yang dihimpun sesuai dengan UU Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Dan Retribusi Daerah. Sementara untuk PAD terendah dimiliki oleh Kab.
Nias Selatan sebesar Rp16,59 miliar atau hanya 1,62 persen dari total pendapatan.
Untuk melihat perubahan keuangan dalam satu post APBD yang sama, berikut
disajikan realisasi pos APBD pada Pemprov Sumut tahun 2018-2020:
Tabel IV.6 Analisis Horizontal Pemprov Sumut Tahun 2018-2020
Uraian 2018 2019 2020
PENDAPATAN - LRA 12,703,058,587,891 13,083,372,924,271 11,250,152,166,771
PAD 5,638,960,579,479 5,765,044,700,853 4,951,278,586,716
PENDAPATAN TRANSFER 7,055,134,429,266 7,300,647,588,241 6,285,617,509,410
LLPD YANG SAH 8,963,579,146 17,680,635,177 13,256,070,645
BELANJA 10,465,588,397,423 10,257,711,564,974 8,198,086,312,050
BELANJA OPERASI 8,847,529,636,012 9,051,311,548,253 6,575,844,109,526
BELANJA MODAL 1,564,903,232,653 1,185,100,841,010 784,701,011,174
BELANJA TAK TERDUGA 53,155,528,758 21,299,175,711 837,541,191,350
BELANJA TRANSFER 2,097,799,152,242 3,276,806,873,642 1,420,326,488,988
Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, diolah
Kenaikan dan penurunan PAD dari tahun 2018-2020 sebanding dengan
kenaikan dan penurunan post Pendapatan Transfer, LLPD yang Sah bahkan Total
Pendapatan. PAD nampaknya belum mengalami kenaikan yang signifikan dalam 3
tahun terakhir artinya pemda masih perlu menggali potensi-potensi untuk
mengoptimalkan PAD. Untuk realisasi Belanja Modal terhadap total belanja di Pemprov
Sumut nampaknya mengalami penurunan dalam 3 tahun terakhir mulai dari 14.95
persen di tahun 2018, 11.55 persen di tahun 2019 sampai 9,57 persen di tahun 2020.
Penurunan pada tahun 2020 dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi pandemi
Covid-19.
Analisis Vertikal, digunakan untuk membandingkan antara pos yang satu
dengan pos yang lain terhadap totalnya dalam suatu komponen APBD yang sama untuk
mengetahui seberapa besar kontribusi masing-masing pos tersebut.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
73
Gambar IV.1 Analisis Vertikal Sumut
Pendapatan Transfer memberikan kontribusi terbesar untuk pendapatan
mencapai 74,45 persen yang menandakan ketergantungan pemda kepada pemerintah
pusat untuk memenuhi belanja. Sementara Belanja operasi memberikan kontribusi
terbesar untuk belanja mencapai 70,13 persen yang menandakan sebagian besar
belanja daerah masih digunakan untuk belanja operasional sehari-hari pemda/biaya
konsumtif yang memberikan manfaat jangka pendek.
Pemda belum
berorientasi kepada belanja
langsung berupa
pembangunan infrastruktur
yang mendukung
pembangunan daerah. Hal ini
nampak pada realisasi belanja
modal yang hanya mencapai
12,57 persen dari total belanja
daerah.
4.7.1. ANALISIS KAPASITAS FISKAL DAERAH
Kapasitas fiskal daerah adalah kemampuan keuangan masing-masing daerah
yang dicerminkan melalui pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan yang
Uraian Rekap (miliar Rp) %
PENDAPATAN - LRA 49.002,14
PAD 9.680,31 19,75
PENDAPATAN TRANSFER 36.479,28 74,45
LLPD YANG SAH 2.842,56 5,80
BELANJA 47.588,49
BELANJA OPERASI 33.372,23 70,13
BELANJA MODAL 5.983,80 12,57
BELANJA TAK TERDUGA 1.956,64 4,11
BELANJA TRANSFER 6.275,81 13,19
SURPLUS / (DEFISIT) 1.413.66
Tabel IV.7
Perkembangan Kapasitas Fiskal Sumut (Miliar Rupiah) URAIAN 2018 2019 2020 Pendapatan 54.333,99 58.427,75 49.002,14 PAD 10.800,05 11.312,41 9.680,31 Dana Perimbangan 40.793,75 42.911,13 36.479,28 Lain2 Pendapatan Yg Sah 2.740,19 4.204,21 2.842,56 Pendapatan yg Penggunaannya sdh ditentukan 13.138,37
13.022,49
10.022,57
DBH SDA 908,25 272,86 172,50 DAK 9.782,31 10.390,90 8.421,97 Dana Desa 2.236,15 2.280,33 1.116,10 Belanja Tertentu 20.224,04 20.723,96 19.455,88 Belanja Pegawai 20.221,10 20.712,62 19.448,07 Belanja Bunga 2,94 11,34 7,81 Kapasitas Fiskal Daerah 20.971,58 24.681,30 19.523,69 Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) 1.291,99 1.260,50 1.356,72
40.87%20.45%
12.57%
8.53%13.19% 0.02% 0.26%
4.11%
0.00%
Belanja Pegawai Belanja Barang & JasaBelanja Modal Belanja HibahBelanja Transfer Belanja BungaBelanja Bantuan Sosial Belanja Tidak Terduga
Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, diolah
Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, diolah
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
74
penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu. Kapasitas Fiskal Sumut dan
perkembangannya disajikan pada Tabel IV.7 sebelumnya.
Dari perhitungan tersebut, kapasitas fiskal Sumut sempat naik pada tahun 2019
namun kembali turun pada tahun 2020 dengan kapasitas fiskal Rp19,52 triliun.
Kondisi ini sejalan dengan jumlah penduduk miskin yang sempat turun 31,49 ribu jiwa
pada tahun 2019 dan kembali naik 96,22 ribu jiwa pada tahun 2020.
Sesuai dengan PMK Nomor 120/PMK.07/2020 tentang Peta Kapasitas Fiskal
Daerah, Pemprov Sumut termasuk dalam kapasitas fiskal dengan kategori Tinggi
dengan indeks KFD sebesar 1,115. Sedangkan kategori KFD untuk 33 Pemda
Kabupaten/Kota di Sumut sebagai berikut:
Tabel IV.8 Sebaran Indeks Kapasitas Fiskal Kabupaten/Kota di Sumut
Kuadran I (Sangat Rendah)
IKFD < 0,517
Kuadran III (Sedang)
0,747 ≤ IKFD < 1,168
1. Kab. Dairi
2. Kab. Karo
3. Kab. Nias
4. Kab. Toba Samosir
5. Kota Binjai
6. Kota Pematang Siantar
7. Kota Tanjung Balai
8. Kota Padang Sidempuan
9. Kab. Pakpak Bharat
10. Kab. Humbang
Hasundutan
11. Kab. Samosir
12. Kab. Padang Lawas Utara
13. Kab. Nias Utara
14. Kab. Nias Barat
15. Kota Gunung Sitoli
1. Kab. Asahan
2. Kab. Labuhanbatu
3. Kab. Langkat
4. Kab. Tapanuli
Selatan
5. Kab. Padang Lawas
Kuadran II (Rendah)
0,517 ≤ IKFD < 0,747
Kuadran IV (Tinggi)
1,168 ≤ IKFD < 2,145
1. Kab. Mandailing Natal 2. Kab. Tapanuli Tengah 3. Kab. Tapanuli Utara 4. Kota Sibolga 5. Kota Tebing Tinggi
6. Kab. Nias Selatan 7. Kab. Serdang Bedagai 8. Kab. Batubara 9. Kab. Labuhanbatu Selatan 10. Kab. Labuhanbatu Utara
1. Kab. Deli Serdang
2. Kab. Simalungun
Kuadran V (Sangat Tinggi)
IKFD ≥ 2,145
1. Kota Medan
Kota Medan menjadi satu-satunya pemda yang berada pada kuadran V
(kategori Sangat Tinggi) dengan IKFD 3,384, sedangkan Kab. Deli Serdang dan Kab.
Simalungun berada pada kuadran IV dengan kategori Tinggi. Pada kuadaran III
dengan kategori Sedang diduduki oleh 5 kabupaten, kuadran II dengan kategori
Rendah dimiliki oleh 10 kabupaten/kota, dan 15 kabupaten/kota lainnya berada pada
kuadran I dengan kategori Sangat Rendah.
Sumber : PMK Nomor 120/PMK.07/2020
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
75
4. 8. PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH
4.8.1 Belanja Daerah Sektor Pendidikan
Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor prioritas pemerintah yang
mencerminkan upaya pemerintah untuk
memberikan pelayanan kepada
masyarakat dalam bidang pendidikan.
Sesuai amanat konstitusi, alokasi
Sektor Pendidikan sekurang-kurangnya
20 persen dari belanja. Sumut menaruh
concern yang tinggi terhadap amanat
konstitusi seperti terlihat pada alokasi
pagu Sektor Pendidikan tahun 2018-2020
yang memiliki alokasi lebih dari 20 persen dari total belanja daerah. Peningkatan rasio
sektor Pendidikan ternyata
berbanding lurus dengan
Harapan Lama sekolah (HLS)
dan IPM di Sumut. Hal ini
menunjukkan pentingnya
pemda tetap menjaga proporsi
Sektor Pendidikan untuk
menopang IPM yang lebih baik.
4.8.2 Belanja Daerah Sektor Kesehatan
Sebagaimana Undang-
undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, penyediaan
anggaran untuk Sektor
Kesehatan sebesar 10 persen
(tidak termasuk belanja
pegawai). Berdasarkan Grafik
IV.13 sebelumnya bahwa Sumut
memenuhi amanat undang-undang tersebut dalam alokasi belanja Kesehatan dengan
alokasi > 10 persen. Kenaikan belanja Sektor Kesehatan ternyata berbanding lurus
dengan Harapan Hidup dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumut.
13.14 13.15 13.23
71.18 71.74 71.77
0
10
20
30
40
50
60
70
80
24.00%
24.20%
24.40%
24.60%
24.80%
25.00%
25.20%
25.40%
Grafik IV.14Perbandingan Rasio belanja Sektor Pendidikan
terhadap Harapan Lama Sekolah dan IPM
Harapan Lama Sekolah (HLS) IPM
Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, diolah
Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, diolah
25,50% 25,19% 24,73%
11,43% 11,24% 12,90%
2018 2019 2020
Grafik IV.13Alokasi Pagu Sektor Pendidikan dan Kesehatan
di Sumut tahun 2018-2020
Pendidikan Kesehatan
Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, diolah
68
.61
68
.95
69
.10
71.1
8
71.7
4
71.7
7
11.43%
11.24%
12.90%
10.00 %
10.50 %
11.00 %
11.50 %
12.00 %
12.50 %
13.00 %
13.50 %
67.00
67.50
68.00
68.50
69.00
69.50
70.00
70.50
71.00
71.50
72.00
72.50
2018 2019 2020
Harapan Hidup IPM Belanja Sektor kesehatan
Grafik IV.15 Perbandingan rasio belanja Sektor Kesehatan terhadap Harapan Hidup dan IPM
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
76
4.8.3 Belanja Infrastruktur Daerah
Untuk menggalakkan pembangunan infrastruktur di daerah, pemerintah
membuat kebijakan dengan
mengalokasikan Anggaran Infrastruktur
sebesar 25 persen dari Dana Transfer
Umum yang mencakup DAU dan DBH.
Kebijakan ini bertujuan agar belanja
pemerintah daerah tidak hanya untuk
belanja aparatur saja namun lebih
kepada belanja yang ditujukan untuk
pelayanan publik. Berdasarkan Grafik
IV.16 dapat dilihat bahwa sampai tahun
2019, Sumut telah memenuhi mandatory spending untuk pemenuhan anggaran
infrastruktur.
Turunnya porsi Belanja Infrastruktur Daerah dari 36,01 persen pada tahun
2019 menjadi 24,45 persen pada tahun 2020 menyebabkan Sumut belum mampu
memenuhi kewajiban terkait pemeuhan belanja infrastruktur yang disebabkan oleh
salah satunya yaitu kapasitas fiskal daerah yang terbatas. Sebagian besar daerah
masih menggantungkan pada transfer dari pemerintah pusat sehingga sedikit sekali
daerah yang mengandalkan penerimaan dari PAD. Selain itu, begitu pandemi Covid-
19 muncul di kuartal I tahun 2020, pemerintah pusat telah menginstruksikan daerah
untuk merealokasi dan merefocussing APBD-nya untuk penanganan Covid-19. Hal ini
juga berkontribusi mengurangi ruang fiskal untuk anggaran infrastruktur. Hal ini
menjadi tantangan tersendiri bagi daerah bagaimana pemda mampu mencari peluang
untuk meningkatkan ruang fiskal, baik dari sisi pendapatan maupun belanja.
Pemerintah Daerah dapat melakukan berbagai hal untuk meningkatkan pendapatan
seperti menggali potensi pajak dan retribusi daerah, mendorong masuknya investasi
di daerah, mengoptimalkan penerimaan dari pemanfaatan kekayaan daerah atau
optimalisasi penerimaan dividen dari BUMD.
36.53% 36.01%24.45%
2018 2019 2020
Belanja Infrastruktur Daerah
Grafik IV.16 Belanja Infrastruktur terhadap Dana
Transfer Umum Daerah Sumut 2018-2020
Sumber: LKPD Prov/Kab/Kota 2018-2020, diolah
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
77
Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Perilaku Fiskal
Pemerintah Daerah di Provinsi Sumut
Selama sepuluh tahun
terakhir, jumlah transfer ke
daerah di Sumut
meningkat signifikan.
Kenaikan DAU diikuti oleh
kenaikan belanja daerah
serta peningkatan PAD
yang tidak signifikan.
Kenaikan tersebut diharapkan dapat mengurangi beban masyarakat tanpa
mengorbankan kualitas pelayanan. Maka dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah
transfer pemerintah pusat yang bersifat block grant seperti DAU memberikan dampak
terhadap perilaku belanja pemerintah daerah. Penelitian menggunakan data realisasi
belanja, DAU, dan PAD agregat Sumut tahun 2011-2020 dengan metode Pooled Least
Square.
Berikut hasil olah data menggunakan Eviews 10:
Dependent Variable: BELANJA
Method: Least Squares Date: 02/11/21 Time: 16:55 Sample: 2011 2020
Included observations: 10 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. F-Statistic C -1.29E+10 6.22E+09 -2.079733 0.0761 47.69
PAD -0.117984 0.626153 -0.188427 0.8559 34.85 DAU 2.498331 0.423230 5.903014 0.0006 0.04
R-squared 0.931630 Mean dependent var 3.50E+10
Adjusted R-squared 0.912095 S.D. dependent var 8.30E+09 S.E. of regression 2.46E+09 Akaike info criterion 46.32978 Sum squared resid 4.24E+19 Schwarz criterion 46.42055
Log likelihood -228.6489 Hannan-Quinn criter. 46.23020 F-statistic 47.69169 Durbin-Watson stat 1.037754 Prob(F-statistic) 0.000084
Berdasarkan hasil output diatas dapat diketahui bahwa:
1. DAU dan PAD berpengaruh signifikan secara simultan terhadap belanja pemda.
DAU berpengaruh siginifikan terhadap belanja daerah, dengan arah hubungan yang
positif sehingga semakin meningkat DAU, maka akan meningkatkan belanja daerah.
Sedangkan PAD tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah, hubungan
lnBELANJA lnDAU lnPAD lnBELANJA 1 0.965 0.768
lnDAU 0.965 1 0.808 lnPAD 0.768 0.808 1
-
20,000,000,000
40,000,000,000
60,000,000,000
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Perkembangan Realisasi DAU, PAD, dan Belanja Daerah tahun 2011-2020
Realisasi Belanja APBD DAU PAD
Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, BPS Prov. Sumut (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
78
antar variabel ini adalah negatif, peningkatkan PAD akan menurunkan belanja
daerah.
2. Di Sumut, Koefisien DAU lebih besar dibanding PAD, menunjukkan bahwa setiap
peningkatan DAU menyebabkan peningkatan belanja yang lebih besar bila
dibandingkan peningkatan daerah yang disebabkan oleh PAD.
3. Dengan membandingkan t-statistic dengan f-statistic menunjukkan bahwa t DAU
mengalami peningkatan sedangkan PAD mengalami penurunan. Dengan demikian,
hal ini menandakan terdapat adanya pengaruh flypaper effect atas transfer
pemerintah pusat yaitu DAU kepada pemerintah daerah di Provinsi Sumut.
Kontribusi DAU di Sumut relatif tinggi yaitu 54,87% terhadap belanja daerah.
4. Tidak berpengaruhnya PAD terhadap belanja dikarenakan kemungkinan PAD lebih
bersifat independen dalam penggunaannya dibandingkan DAU. Maksudnya, pemda
bebas membelanjakan PAD untuk berbagai kepentingan/kebutuhan daerah.
Sedangkan penggunaan DAU terbatas dan lebih diutamakan untuk belanja pegawai
sehingga hanya sebagian kecil DAU yang dibelanjakan untuk belanja daerah
lainnya.
5. Rekomendasi yang dapat diberikan sebagai berikut:
▪ Untuk pemda:
Agar kemandirian pendanaan pemerintah daerah sebagai tujuan dari
desentralisasi fiskal tercapai, sebaiknya pemda meminimalkan pengaruh
flypapaper effect ketika melakukan prediksi belanja daerah. Salah satunya
terkait kelembagaan politik, desain kelembagaan sistem politik yang good
governance perlu dilakukan untuk meminimalkan dampak tersebut.
▪ Untuk pemerintah pusat:
Guna mengurangi in-efisiensi belanja daerah, perlu dilakukan formulasi ulang
dana transfer. Seperti mengubah dana transfer dari input sources menjadi output
based transfer atau berdasarkan kinerja yang terukur. Kemudian sebaiknya
pemerintah pusat dapat menyusun mekanisme untuk meningkatkan
akuntabilitas pemda dengan melibatkan masyarakat secara langsung dalam
melakukan penganggaran.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
79
5. 1. PEMBIAYAAN
Total pendapatan konsolidasian Provinsi Sumatera Utara (Sumut) Triwulan IV
Tahun 2020 mencapai Rp66,5 triliun. Sedangkan total belanja konsolidasian mencapai
Rp107,032 triliun. Kenaikan pendapatan yang lebih kecil dibandingkan belanja negara
mengakibatkan defisit anggaran sebesar 60,73% atau minus Rp40,442 triliun. Dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya, surplus/defisit mengalami penurunan sebesar
6%. Hal ini disebabkan karena pendapatan mengalami kontraksi 13% yang disebabkan
oleh dampak pandemi Covid-19. Dalam rangka menalangi dan mendorong pemulihan
ekonomi ditengah pandemi, pemerintah mengeluarkan tambahan anggaran sehingga
membuat belanja membengkak.
Uraian
2020 % Kenaikan/ Penurunan
2019 % Kenaikan/ Penurunan
2018
Pusat Daerah Konsolidasi Konsolidasi Konsolidasi
Pendapatan Negara 19,062 47,528 66,590 -13% 76,773 3% 74,824
Pendapatan Perpajakan 17,224.79 7,211.68 24,436 -12.550% 27,943 -0.580% 28,106
Pendapatan Bukan Pajak
1,837.31 4,160.67* 5,998 -15.64% 7,110 6.20% 6,695
Hibah 0 881 881 0% 1,784 0% 1,315
Transfer 0 35,274** 35,274 -12% 39,936 3% 38,708
Belanja Negara 60,982 46,050 107,032 -11% 119,597 4% 114,800
Belanja Pemerintah 21,339 41,387.99 62,727 -12% 71,172 2% 69,978
Transfer 39,644 4,662 44,306 -9% 48,425 8% 44,823
Surplus/
(Defisit) -41,920 1,478 -40,442 -6% -42,823 7% -39,976
Pembiayaan 0 2,433 2,433 -17% 2,938 -10% 3,278
Penerimaan Pembiayaan Daerah
0 2,662 2,662 -24% 3,495 1% 3,448
Pengeluaran Pembiayaan Daerah
0 229 229 -59% 557 228% 170
Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran
-41,920 3,911 -38,009 -5% -39,886 9% -36,698
BAB V : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)
Tabel V.1 Tabel Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV Tahun 2020 (dalam Miliar Rupiah)
Catatan: *) Seluruh pendapatan hibah provinsi dieliminasi dengan penerimaan hibah daerah. **) Seluruh pengeluaran transfer pemerintah pusat dieliminasi dengan penerimaan transfer
pemerintah daerah
Sumber: LKPP Kanwil DJPb Prov. Sumut dan LKPD-K Pemda Sumatera Utara Tahun 2020 (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
80
5. 2. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN
Pendapatan Pemerintah Konsolidasian terdiri dari Penerimaan Perpajakan,
Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP), Transfer ke Daerah dan Hibah.
Analisis Proporsi dan Perbandingan
Pada Triwulan IV tahun 2020, seluruh komponen pendapatan negara mengalami
penurunan. Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Sumut yang berasal
dari Perpajakan mengalami
penurunan sebesar 12,55% dengan
nilai total pendapatan yaitu Rp24,43
triliun. Penerimaan pajak mengalami
tren turun pada tiga tahun terakhir.
Begitupun penerimaan dari
Pendapatan Negara Bukan Pajak,
mengalami penurunan yang cukup
tinggi dibanding penerimaan pajak
dengan total pendapatan Rp5,99
triliun atau turun sebesar 15,64%
dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya. Pendapatan Hibah pun mengalami
penurunan yang sangat signifikan dibanding tahun sebelumnya, mengalami kontraksi
sampai 50,61%. Sedangkan pendapatan transfer mengalami kenaikan sebesar 5%
dengan total pendapatan Rp42,34 triliun.
Total pendapatan pajak konsolidasian Triwulan IV tahun 2020 adalah sebesar
Rp24,436 triliun. Pendapatan Pajak tersebut terdiri atas Pendapatan Pemerintah Pusat
sebesar Rp17,22 triliun dan
Pendapatan Pemerintah Daerah
Rp7,211 triliun. PNBP terdiri atas
Pendapatan Pemerintah Pusat
sebesar Rp1,8 triliun dan
Pendapatan Pemerintah Daerah
Rp4,1 triliun. Sedangkan
pendapatan yang berasal dari
Hibah kepada pemerintah daerah
sebesar Rp881 miliar, dan
pendapatan dari transfer daerah sebesar Rp35,3 triliun.
Pajak PNBP Hibah Transfer
2020 24,436 5,998 881 35,274
2019 27,943 7,110 1,784 39,936
2018 28,106 6,695 1,315 38,708
-5,0 00
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
Gambar V.1Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian s.d. Triwulan IV Tahun
2020,2019 dan 2018 (Miliar Rupiah)
Sumber: LKPP Kanwil DJPb Prov. Sumut dan
LKPD-K Pemda Sumatera Utara 2020 (diolah)
17,224.79
1,837.31
0
0
7,211.68
4,160.67
881
35,274
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Pajak
PNBP
`Hibah
Transfer
Grafik V.2Perbandingan Komposisi Pendapatan
Konsolidasian di Provinsi Sumatera Utara s.d.triwulan IV Daerah dan Pusat (Miliar Rupiah)
Daerah Pusat
Sumber: LKPP Kanwil DJPb Prov. Sumut dan LKPD-K
Pemda Sumatera Utara 2020 (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
81
Diantara empat jenis pendapatan negara konsolidasian, realisasi hibah pada
tahun 2020 memiliki proporsi yang lebih kecil dibanding pendapatan lainnya, yaitu
sebesar 1,32% dari total pendapatan negara konsolidasian Tahun 2020. Angka tersebut
cukup jauh dibandingkan pendapatan perpajakan dengan proporsi sebesar 36,7%.
Pendapatan transfer memiliki proporsi terbesar diantara pendapatan lainnya yaitu
52,97% yang seluruhnya merupakan transfer ke daerah. Hal ini menunjukkan bahwa
sumber pendapatan di Provinsi Sumut belum cukup mampu untuk menutup kebutuhan
pendanaan pemerintah di Sumut, sehingga ketergantungan terhadap dana transfer di
Triwulan IV dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah masih sangat tinggi. Hal ini
terkait dengan anggaran tambahan untuk pemerintah daerah dalam rangka pemulihan
ekonomi akibat pandemi. Dengan jumlah sebesar itu artinya pemerintah pusat telah
menaruh kepercayaan tinggi bagi daerah untuk secara mandiri menjalankan
kewenangan yang dilimpahkan disemua bidang. Namun melihat persentase
ketergantungan terhadap transfer pemerintah pusat, diharapkan kedepannya pemerintah
daerah bisa lebih mandiri dalam pengelolaan fiskalnya dan memaksimalkan pendapatan
daerahnya.
Analisis Perubahan
Berdasarkan pendapatan perpajakan konsolidasian, pemerintah pusat
memberikan kontribusi sebesar 70,49% terhadap penerimaan perpajakan konsolidasian,
sedangkan pendapatan perpajakan daerah memberikan kontribusi sebesar 29,51%.
Pendapatan perpajakan
pemerintah pusat mengalami
tren yang menurun pada tiga
tahun terakhir dengan besar
penurunan rata-rata Rp1,5 triliun
setiap tahunnya. Sedangkan
pendapatan perpajakan
pemerintah daerah mengalami
tren yang fluktuatif di tiga tahun
terakhir, dengan rata-rata
penurunan Rp331,3 miliar setiap tahunnya. Dibanding periode Triwulan IV Tahun 2020,
pendapatan negara konsolidasian mengalami penurunan 13%. Penurunan ini
merupakan akibat dari pelambatan aktivitas ekonomi akibat pandemi Covid-19 disegala
sektor ekonomi. Hal ini pun tidak terlepas dari peran perpajakan, dimana dalam rangka
y = -1503.6x + 22079R² = 0.8646
y = -331.39x + 8419.7R² = 0.4446
-
5,000.0 0
10,000 .00
15,000 .00
20,000 .00
25,000 .00
Tw IV 2018 Tw IV 2019 Tw IV 2020
Pusat Daerah
Sumber: LKPP Kanwil DJPb Prov.Sumut dan LKPD-K
Pemda Sumut 2020 (diolah)
Grafik V.3 Perbandingan Pendapatan Perpajakan Pempus
dan Pemda s.d Trw IV Tahun 2020
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
82
pemulihan ekonomi nasional, pemerintah menganggarkan insentif pajak sebesar
Rp120,61 triliun.
Rasio Pajak (Tax Ratio)
Rasio pajak merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan pajak suatu
daerah terhadap pendapatan suatu output perekonomian atau Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Terkait dengan rasio pajak, PDRB menggambarkan jumlah
pendapatan potensial yang dapat dikenai pajak. PDRB juga menggambarkan kegiatan
ekonomi masyarakat yang jika berkembang dengan baik merupakan potensi yang baik
bagi pengenaan pajak di wilayah tersebut.
Perkembangan rasio pajak terhadap PDRB di wilayah Sumut pada Tahun 2020
mencapai 3,01% jauh lebih rendah dibanding rasio pajak nasional sebesar 10,58%. Tax
Ratio mengalami tren menurun dari tahun ke tahun karena kinerja penerimaan pajak
yang mencatat banyaknya shortfall. Selain itu, pencapaian pajak Tahun 2020 masih
dibayang-bayangi oleh tantangan global serta pandemic Covid-19 yang berdampak ke
setiap sektor ekonomi.
Tabel V.2
Rasio Pajak Terhadap PDRB Provinsi Sumut Tahun 2018 dan Tahun 2019
Uraian 2018 2019 2020
Penerimaan Perpajakan Konsolidasian
30,799.43 30,788.90 24,436.47
PDRB 741,192.69 801,733.34 811,282.84
Rasio Pajak 4.16% 3.84% 3.01%
Sumber: OMSPAN, LKPP Kanwil DJPb Prov. Sumut, dan LKPD-K Pemda Sumut Tahun 2020 (diolah)
Perbedaan ini karena rasio pajak nasional hanya memperhitungkan penerimaan
pajak yang diterima pemerintah pusat. Rasio pajak di wilayah Sumut sedikit turun apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 3,84%. Penurunan rasio ini
menunjukkan bahwa penerimaan pajak di wilayah Sumut lebih rendah dari potensi
perpajakan yang dapat diterima pemerintah. Dengan kondisi tersebut, Pemerintah
hendaknya dapat lebih mengoptimalkan usaha intensifikasi penerimaan perpajakan
sehingga dapat meningkatkan penerimaan perpajakan. Pertumbuhan ekonomi yang
terjadi di Sumut berpengaruh positif terhadap kenaikan pendapatan konsolidasian.
5. 3. BELANJA KONSOLIDASIAN
Analisis Proporsi dan Perbandingan
Berdasarkan klasifikasi ekonomi (jenis belanja), komposisi pengeluaran
pemerintah Triwulan IV tahun 2020 secara umum hampir sama, yaitu realisasi belanja
pegawai yang lebih besar jika dibandingkan dengan belanja yang lainnya. Secara
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
83
proporsi, belanja pegawai pemerintah daerah lebih besar dibandingkan belanja pegawai
pemerintah pusat, masing-masing sebesar 89,88% dan 34,99% dari total konsolidasian
belanja pemerintah. Selain belanja pegawai, terdapat perbedaan yang mencolok antara
Pengeluaran pemerintah pusat dan pengeluaran pemerintah daerah yaitu pada belanja
barang. Hal ini menunjukkan bahwa untuk pengeluaran operasional kantor pemerintah
daerah yang merupakan belanja rutin, masih belum optimal. Maka, perlu adanya
pengendalian belanja pemerintah daerah baik itu belanja pegawai maupun barang.
Porsi terbesar masih didominasi belanja konsumtif yaitu belanja pegawai dan
barang. Yang cukup mendapat perhatian ialah porsi belanja modal berada di bawah
belanja barang melihat banyak pekerjaan fisik jalan yang diperbaiki di wilayah Sumut.
Dapat diasumsikan terdapat efisiensi penerapan anggaran belanja modal. Dengan pagu
yang tidak terlalu jauh dibandingkan belanja barang, realisasi telah dilakukan secara
maksimal.
Dari sisi capaian belanja pemerintah di tahun 2020, yang terendah adalah
belanja barang dengan capaian sebesar 89,79%. Sejak tahun 2017 akhir sampai saat
ini, pemerintah melalui Peraturan Presiden mengharuskan anggaran belanja barang
dilakukan dengan
efisiensi khususnya
belanja barang
operasional sehari-
hari dan perjalanan
dinas. Dapat
diasumsikan dengan
adanya efisiensi
mengakibatkan
maksimalnya
capaian realisasi.
Belanja dengan capaian tertinggi masih disumbang oleh Belanja Pegawai, ini masih
menjadi isu dalam APBN. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan jumlah ASN.
Belanja Pemerintah dan Indeks Williamson
Indeks Williamson digunakan untuk mengetahui ketimpangan pendapatan antar
wilayah di Provinsi Sumut. Dasar perhitungannya adalah menggunakan PDRB per
kapita dalam kaitannya dengan jumlah penduduk per daerah. Data yang digunakan
adalah data sekunder berupa data PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Tahun
9,061
7,486
4,761
30
39,644
19,330.96
9,842.23
5,983.80
207.72
4,662.18
0% 50% 100%
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Bantuan Sosial
Transfer
dala
m m
iliar ru
pia
h
Grafik V.4Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan
Daerah terhadap Konsolidasian di Provinsi SumateraUtara s.d.triwulan IV Tahun 2020
Pusat Daerah
Sumber: LKPP Kanwil DJPb Prov. Sumut dan LKPD-K Pemda
Sumatera Utara 2020 (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
84
2015-2019. Hanya sampai tahun 2019 karena belum rilisnya data untuk PDRB per
Kabupaten/Kota pada Tahun 2020 oleh BPS Provinsi Sumut.
Suatu daerah dapat dikatakan memiliki ketimpangan yang rendah jika indeks
Williamson kurang dari
0,35. Ketimpangan
daerah dengan taraf
sedang ditunjukkan
dengan Indeks
Williamson antara 0,35
hingga 0,5. Sedangkan,
daerah dengan Indeks
Williamson lebih dari 0,5
menunjukkan adanya
ketimpangan
pendapatan yang tinggi.
BelanjaPegawai
BelanjaBarang
BelanjaModal
BelanjaBansos
Transfer
Pagu 9,279 8,337 5,210 30 10,473
Realisasi 9,061 7,486 4,761 30 39,644
% Realisasi 98% 89.79% 91.38% 100% 96%
98%
89.79% 91.38%
100%96%
84%
88%
92%
96%
100%
104%
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
dal
am p
erse
n
dal
am m
iliar
ru
pia
hGrafik V.5
Perbandingan Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Sumatera Utara
Sumber: LKPP Kanwil DJPb Prov. Sumut dan LKPD-K Pemda Sumatera Utara Tahun
2020 (diolah)
41.0 44.6 48.0 51.4 55.2
0.43
0.45 0.45
0.460.46
0.41
0.42
0.43
0.44
0.45
0.46
0.47
-
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
2015 2016 2017 2018 2019
Grafik V.6 Perkembangan PDRB per kapita Provinsi Sumatera
Utara dan Indeks Williamson Tahun 2015-2019
Sumber: LKPP Kanwil DJPb Prov. Sumut dan
LKPD-K Pemda Sumatera Utara Tahun 2020
(diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
85
Perkembangan ketimpangan antar daerah di Sumut dapat dilihat pada Grafik
V.6. Pada lima tahun
terakhir, ketimpangan
antar daerah di Sumut
berada dalam kategori
sedang (0,3-0,5) dan
terlihat mengalami tren
kenaikan. Sedangkan
disisi lain PDRB per kapita
Sumut mengalami
kenaikan yang cukup
stabil. Hal ini menandakan bahwa pemerataan pembangunan di Provinsi Sumut belum
cukup baik sehingga diharapkan terjadi penurunan Indeks Williamson di tahun
berikutnya agar pembangunan di Provinsi Sumut tidak hanya terfokus pada daerah yang
menjadi pusat perekonomian saja, seperti Kota Medan, Kabupaten Batubara, atau
Kabupaten Labuhanbatu Selatan, namun juga daerah-daerah lainnya.
Scatter Plot pada Grafik V.7 menunjukkan bahwa setiap peningkatan belanja
konsolidasian cenderung diikuti dengan penurunan Indeks Ketimpangan di Sumut.
Besarnya pengaruh tingkat ketimpangan terhadap belanja konsolidasian cukup kuat
yaitu sebesar 78%. Hal ini mengindikasikan bahwa belanja pemerintah yang
dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah cenderung
berbanding lurus dengan penurunan ketimpangan antar daerah di Provinsi Sumut.
Pada akhirnya dapat diambil hipotesis bahwa pemerintah sudah cukup baik mampu
memanfaatkan belanja pemerintah yang mengalami kenaikan di empat tahun terakhir,
dengan pelaksanaan pembangunan daerah yang cukup merata di seluruh provinsi
Sumut. Namun, kenaikan tingkat ketimpangan harus menjadi perhatian pemerintah
dengan memanfaatkan belanja pemerintah dengan sangat baik.
5. 4. SURPLUS/DEFISIT
Keseimbangan umum atau surplus/defisit adalah selisih lebih/kurang antara
pendapatan daerah dan belanja daerah dalam tahun anggaran yang sama.
Surplus/defisit dalam LKPK-Tingkat Wilayah merupakan gabungan surplus/defisit APBD
ditambah dengan surplus/defisit LKPP Tingkat Wilayah.
y = 2E+06x - 771813R² = 0.7803
-
20,0 00
40,0 00
60,0 00
80,0 00
100 ,000
120 ,000
140 ,000
0.42 0.43 0.44 0.45 0.46 0.47
Grafik V.7 Scatter Plot Hubungan Belanja Konsolidasian dengan Indeks Williamson Tahun 2015-2018
BelanjaKonsolidasian
Linear (BelanjaKonsolidasian)
Sumber: OMSPAN, LKPP Kanwil DJPb Prov. Sumut dan LKPD-K Pemda Sumatera Utara Tahun 2020 (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
86
Komposisi Surplus/Defisit Konsolidasian dan Rasio
Pada tahun 2020, surplus/defisit Pemerintah Konsolidasian di Provinsi Sumut
mencapai minus Rp40,44 triliun. Sebagian besar defisit tersebut berasal dari Pemerintah
Pusat sebesar 103,65 persen dan sisanya minus 3,65 persen dari Pemerintah Daerah.
Pemerintah Pusat menyumbang defisit sebesar Rp41,9 triliun dan Pemerintah Daerah
menyumbang surplus sebesar Rp1,4 triliun. Sedangkan rasio surplus/defisit
konsolidasian Provinsi Sumut terhadap PDRB mencapai defisit 4,98% yang terdiri dari
pemerintah daerah sebesar 0,18% dan pemerintah pusat sebesar minus 5,17%.
Perbandingan Rasio Surplus/Defisit antar Kabupaten/Kota
Secara keseluruhan apabila dirinci pada masing-masing Kabupaten/Kota,
keseimbangan umum atau surplus/defisit berada pada posisi surplus.
Surplus tertinggi terjadi pada Pemerintah Provinsi Sumut sebesar Rp1,6 triliun dan defisit
terendah terjadi pada Kabupaten Tapanuli Utara sebesar minus Rp198,2 miliar. Secara
keseluruhan, pemerintah daerah provinsi Sumut mengalami surplus, hal ini dikarenakan
adanya kebijakan refocusing kegiatan serta realokasi anggaran sebagai langkah
penanganan dampak pandemi Covid-19, menyebabkan belanja pemerintah daerah
untuk beberapa kegiatan tidak optimal dan tidak terbelanjakan sebagaimana mestinya.
1.4%-1.3%
2.8%-3.5%
0.3%-21.1%
-0.1%-16.5%
-6.4%8.2%
-2.1%1.7%1.6%
12.3%-4.1%
0.4%4.8%
2.8%0.8%
21.6%-0.4%
-1.3%1.9%
-0.9%0.8%1.2%
-3.6%-8.0%
-4.2%-3.7%
-0.3%5.2%
4.0%14.5%
Grafik V.8 Perbandingan Surplus/defisit pada Kab/Kota
Pemprov.Sumut Medan
Langkat Nias Barat
Gunung Sitoli Nias
Nias Selatan Tapanuli Selatan
Binjai Tebing Tinggi
Serdang Bedagai Deli Serdang
Pakphak Barat Dairi
Karo P.Siantar
Simalungun Padang Lawas Utara
Padang Lawas Madina
P.Sidempuan Tanjung Balai
Asahan Batubara
Sibolga Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara Humbang Hasundutan
Tobasa Samosir
Nias Utara Labusel
Labuhan Batu Labura
Sumber: LRA Kab/Kota Provinsi Sumut Tahun 2020 (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
87
Dibandingkan Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat memberikan kontribusi defisit
terbesar karena karena APBN berperan sebagai fungsi distribusi, selain itu karena
adanya tambahan anggaran dalam rangka pemulihan ekonomi nasional.
5. 5. ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT
Nilai output suatu daerah diwujudkan dalam bentuk PDRB. Kontribusi pemerintah
terhadap PDRB dilihat dari sisi belanja, dihitung dengan cara membandingkan nilai
pengeluaran pemerintah terhadap PDRB. Sedangkan jika dilihat dari sisi investasi,
kontribusi pemerintah terhadap PDRB dihitung dengan cara membandingkan nilai PMTB
terhadap PDRB. Analisis untuk melihat kontribusi pemerintah dari PDRB merupakan
salah satu analisis data GFS. Data yang digunakan adalah data pada Laporan
Operasional (Statement of Government Operations) Statistik Keuangan Pemerintah.
Berdasarkan Tabel V.3, pada Laporan Operasional Statistik Keuangan
Pemerintah Umum Tingkat Wilayah pada Tahun 2020, pendapatan mengalami
penurunan sebesar 12,49% atau sebesar Rp13,3 triliun dibanding Tahun 2019. Sama
Sumber: LO GFS Kanwil DJPb Provinsi Sumut, 2020 (diolah)
Tabel V.3 Laporan Operasional Statistik Keuangan Pemerintah (GFS) Tahun 2018, 2019, dan 2020
2018 (Audited) 2019 (Preliminary) 2020 (Preliminary)
TRANSACTIONS AFFECTING NET WORTH:
1 Revenue 98,939,587,300,135 106,321,203,140,240 93,031,809,897,514
11 Taxes 26,005,788,808,452 27,925,484,057,284 24,434,622,402,012
12 Social contributions ... ... ...
13 Grants 2,509,524,673,409 4,504,009,817,673 1,615,128,747,211
14 Other revenue 70,424,273,818,275 73,891,709,265,283 66,982,058,748,291
2 Expense 67,222,562,778,878 69,030,013,218,974 61,746,966,809,340
21 Compensation of employees 21,492,184,372,599 29,685,542,877,139 28,690,700,608,922
22 Use of goods and services 15,320,364,813,204 21,204,355,763,279 15,966,021,876,173
23 Consumption of fixed capital ... ...
24 Interest 5,423,053,628 11,335,902,458 7,809,667,392
25 Subsidies - 863,734,200 1,258,534,200
26 Grants 28,894,786,413,678 15,636,097,300,197 12,788,038,913,778
27 Social benefits 361,206,076,951 1,059,659,079,789 238,094,921,175
28 Other expense 1,148,598,048,818 1,432,158,561,912 4,055,042,287,700
GOB Gross operating balance (1-2+23+NOBz) 31,717,024,521,258 37,291,189,921,266 31,284,843,088,174
NOB Net operating balance (1-2+NOBz) c/ 31,717,024,521,258 37,291,189,921,266 31,284,843,088,174
TRANSACTIONS IN NONFINANCIAL ASSETS:
31 Net Acquisition of Nonfinancial Assets 11,029,058,227,744 14,986,359,934,281 10,745,013,182,280
311 Fixed assets 10,743,090,301,081 14,451,724,826,785 10,289,903,727,515
312 Change in inventories - - -
313 Valuables ... ... ...
314 Nonproduced assets 285,967,926,663 534,635,107,496 455,109,454,764
NLB Net lending / borrowing (1-2+NOBz-31) 20,687,966,293,514 22,304,829,986,985 20,539,829,905,895
TRANSACTIONS IN FINANCIAL ASSETS AND LIABILITIES (FINANCING):
32 Net acquisition of financial assets 20,651,627,796,872 22,285,160,854,849 20,804,551,085,123
321 Domestic 20,651,627,796,872 22,285,160,854,849 20,804,551,085,123
322 Foreign - - -
33 Net incurrence of liabilities (36,338,496,642) (19,669,132,136) 264,721,179,228
331 Domestic (36,338,496,642) (19,669,132,136) 264,721,179,228
332 Foreign - - -
STATEMENT OF GOVERNMENT OPERATIONSJumlah
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
88
halnya dengan pendapatan, beban mengalami penurunan sebesar 10,55% atau sebesar
Rp7,3 triliun.
Kontribusi Pemerintah terhadap PDRB dari Belanja dan Investasi adalah Nilai
belanja Pemerintah dicerminkan/diproxi dari nilai Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
yang berasal dari kompensasi pegawai sebesar Rp28,7 triliun ditambah penggunaan
barang dan jasa sebesar Rp15,96 triliun, konsumsi aset tetap sebesar Rp0, dan
pembelian barang/jasa untuk transfer langsung ke rumah tangga (umumnya manfaat
sosial dalam bentuk barang/jasa) sebesar 238 miliar, dikurangi penjualan barang dan
jasa sebesar Rp9,07 miliar menghasilkan angka sebesar Rp44,9 triliun.
a. Nilai Investasi Pemerintah dicerminkan/ diproxi dari nilai Pembentukan Modal
tetap Bruto (PMTB) yang merupakan nilai akuisisi aset tetap dikurangi
penghentian aset tetap, dalam Laporan Operasional sama dengan nilai Aset
tetap pada Transaksi Aset Non Keuangan Neto sebesar Rp10,3 triliun.
b. Kontribusi Pemerintah terhadap PDRB dari Belanja Pemerintah adalah sebesar
5,64% dan Investasi sebesar 1,27%.
Untuk melihat dampak penambahan investasi terhadap penambahan PDRB
digunakan analisis ICOR (Incremental Capital Output Ratio). Sehingga besar ICOR yang
didapat dari nilai investasi Tahun 2020 sebesar Rp10,3 triliun dan PDRB Tahun 2020
sebesar Rp811,3 triliun yang meningkat dibanding PDRB Tahun 2019 sebesar
Rp801,733 triliun adalah sebesar 1,08 persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk
setiap peningkatan PDRB Sumut sebesar 1 Miliar Rupiah diperlukan penambahan
investasi sebesar Rp1,08 triliun. Sedangkan jika target Laju Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Sumut Tahun 2021 sebesar 5,2%, dengan nilai ICOR tetap, maka penambahan
investasi diperlukan adalah sebesar Rp45,5 triliun. Oleh karena itu, sebaiknya investasi
diprioritaskan untuk memantapkan sandi-sandi pembangunan ekonomi kerakyatan yang
bertumpu pada perekonomian, agriondustri, kepariwisataan,serta sektor unggulan
lainnya melalui pengembangan Kawasan agropolitan maupun agromarinpolitan untuk
merangsang investasi dalam dan luar negeri yang memanfaatkan sumberdaya alam
lokal secara berwawasan lingkungan, hal ini sesuai dengan misi pembangunan jangka
panjang pemerintah provinsi Sumut.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
89
Tahun 2020 merupakan tahun yang berat untuk hampir seluruh negara di dunia
termasuk Indonesia. Pandemi Covid-19 menyebabkan pertumbuhan ekonomi negatif
terjadi hampir di seluruh provinsi. Ekonomi Provinsi Sumatera Utara (Sumut) terkontraksi
2,94 persen pada triwulan IV Tahun 2020 (y-to-y), dengan besaran Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku 2020 mencapai Rp811.282,84 miliar
dan PDRB per kapita mencapai Rp55,18 juta. Namun mengalami kenaikan sebesar 0,05
persen dibanding triwulan III tahun 2020. Meski demikian, Provinsi Sumut termasuk lebih
stabil dibanding provinsi lain di pulau sumatera. Pada tahun ini, sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan memberikan kontribusi terbesar terhadap laju pertumbuhan
ekonomi sebesar 21,33 persen. Sektor Informasi dan Komunikasi mengalami
pertumbuhan tertinggi dibanding sektor lainnya.
Analisis Location Quotient (LQ), Shift-Share, dan Tipologi Klassen
Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB)
Atas Dasar Harga
Berlaku terjadi
peningkatan 6 periode
terakhir. Selain itu, data
dari tahun ke tahun
terhitung dari Tahun
2015 secara
berkelanjutan sampai Tahun 2020 terus mengalami peningkatan dilihat dari nilai
pertumbuhan PDRB Provinsi Sumut tanpa adanya penurunan nilai PDRB tersebut.
Hal ini mengindikasikan bahwa di Provinsi Sumut telah terjadi proses pembangunan
dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumut.
PDRB digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk suatu daerah,
dimana jika semakin besar PDRB Per kapita nya maka bisa diartikan semakin baik
tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Begitu juga sebaliknya apabila PDRB semakin
kecil maka bisa diartikan semakin buruk tingkat kesejahteraan masyarakatnya. PDRB
Per kapita di tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut dapat dilihat pada lampiran 6.1.
Dikarenakan data PDRB Perkapita Kabupaten/Kota tahun 2020 belum rilis oleh BPS,
571,722.01
628,394.16
684,069.49
741,192.69
801,733.34
811,282.84
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Grafik VI.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015-2020
Sumber: BPS, 2020 (Diolah)
BAB VI : KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
90
maka digunakan data tahun 2019. Data menunjukkan bahwa Kota Medan dan Kabupaten
Batubara masih menjadi primadona dalam hal tingkat kesejahteraan di Provinsi Sumut.
Kota medan sebagai pusat kota merupakan salah satu kota terbesar setelah Jakarta dan
Surabaya yang menjadi tempat untuk berkembangnya sektor perdagangan besar dan
eceran, transportasi dan pergudangan, real estat, serta sektor lainnya yang menjadi
penyumbang besar untuk perekonomian Sumut. Kondisi ini menjadikan Kota Medan
secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang
sejajar.
Jika dilihat dari letak geografisnya, daerah-daerah yang memiliki tingkat PDRB
Per Kapita yang tinggi dikelilingi oleh daerah-daerah yang memiliki PDRB Per Kapita
yang rendah walaupun sumber daya alam di daerah-daerah tersebut tidak banyak
berbeda. Seperti halnya Kota Medan yang secara geografis dikelilingi oleh Kabupaten
Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Langkat, serta Kota Tebing
Tinggi yang memiliki tingkat PDRB menengah. Secara tidak langsung, Kota Medan
memberikan efek menetes kebawah (trickle down effect) terhadap daerah sekitarnya.
PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut pada Lampiran 6.1
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup jauh antara PDRB Per Kapita
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut. Hal ini terlihat dari nilai PDRB Per Kapita Tahun 2019
tertinggi diduduki oleh Kota Medan sebesar Rp105,9 juta, sedangkan yang terendah oleh
Nias Barat sebesar Rp21,44 juta. Perbedaan akan sumber daya dan juga infrastruktur
memang sangat mempengaruhi daerah Provinsi Sumut tetapi dilihat dari ketimpangan
PDRB Per Kapita dari yang tertinggi hingga terendah, sangat jauh perbedaannya dan
jauh dari rata-rata Provinsi sebesar Rp55,05 juta. Hal ini menunjukkan masih belum
meratanya distribusi pendapatan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut.
Untuk melihat klasifikasi wilayah berdasarkan laju pertumbuhan ekonomi dan
PDRB Per kapita Provinsi Sumut, dilakukan analisis Tipologi Klassen dengan pendekatan
regional. Analisis tersebut nantinya dapat digunakan oleh Pemerintah Daerah untuk
melakukan pengembangan terhadap wilayahnya. Selain itu, untuk melihat ketimpangan
pendapatan di Provinsi Sumut menggunakan analisis Indeks Williamson dan Indeks
Entropi Theil.
Tipologi Klassen pendekatan regional dilakukan untuk menentukan kebijakan
yang akan diambil dalam pengembangan wilayah serta perekonomian suatu wilayah.
Metode ini digunakan juga untuk mengetahui pola dan struktur pertumbuhan sektoral
daerah dengan membandingkan laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB Per Kapita
Kabupaten/Kota terhadap laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB Per Kapita rata-rata
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
91
Provinsi Sumut Tahun 2017-2019. Hasil analisis Tipologi Klassen dengan pendekatan
regional menghasilkan empat klasifikasi dengan karakteristik yang berbeda yaitu:
1. Daerah yang
maju dan tumbuh
dengan pesat
(Kuadran I). Daerah ini
memiliki laju
pertumbuhan ekonomi
dan pendapatan Per
Kapita yang lebih
tinggi dari rata-rata
Provinsi Sumut.
Daerah yang termasuk
dalam kuadran I
adalah Kabupaten
Labuhanbatu Selatan
dan Kota Medan.
2. Daerah maju tapi
tertekan (Kuadran II). Daerah yang berada pada kuadran ini memiliki daerah yang
memiliki pendapatan Per Kapita yang lebih tinggi dari Provinsi Sumut, tetapi tingkat
pertumbuhan ekonominya lebih rendah dari rata-rata. Daerah yang termasuk dalam
kuadran II adalah Kabupaten Labuhan batu, Batubara, Labuhanbatu Utara, dan
Sibolga.
3. Daerah potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III). Daerah
ini merupakan daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan cepat, tetapi tingkat
pendapatan Per Kapita lebih rendah dari rata-rata. Kabupaten Mandailing Natal,
Tapanuli Selatan, Asahan, Pakpak Bharat, Samosir, Serdang Bedagai, Padang
Lawas Utara, Padang Lawas, Tanjung Balai, Binjai, Kota Padang Sidimpuan, dan
Kota Gunung Sitoli termasuk kedalam daerah potensial atau masih dapat
berkembang dengan pesat dimasa yang akan datang namun sedang menurun.
4. Daerah relatif tertinggal (Kuadran IV). Kuadran ini ditempati oleh daerah yang
memiliki nilai pertumbuhan PDRB yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
PDRB Sumut dan sekaligus memiliki distribusi atau kontribusi tersebut terhadap
PDRB yang lebih kecil dibandingkan nilai distribusi atau kontribusi daerah tersebut
Grafik VI.2 Analisis Kuadran Kab/Kota di Provinsi
Sumatera Utara
Sumber: BPS, 2020 (Diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
92
secara regional. Daerah ini memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan
Per Kapita yang rendah. Daerah yang termasuk dalam kuadran IV adalah Kabupaten
Nias, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba
Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Deli
Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Humbang
Hasundutan, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Pematang
Siantar, Kota Tebing Tinggi. Daerah pada kuadran IV ini perlu mendapat perhatian
khusus agar dimasa yang akan datang menjadi lebih berkembang. Terutama daerah
seperti Tapanuli Tengah, Simalungun, Karo, Pematang Siantar, dan Tebing Tinggi
yang tahun sebelumnya sudah menempati daerah potensial namun pada Tahun
2019 mundur menjadi daerah tertinggal.
Analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa 44% daerah di Provinsi Sumut
berada pada daerah relatif tertinggal, 35% Daerah potensial atau masih dapat
berkembang dengan pesat, 12% lainnya merupakan daerah maju tapi tertekan, dan
hanya 6% yang berada pada daerah maju dan berkembang pesat. Oleh karena itu, Sumut
memiliki isu ketimpangan pendapatan pada setiap daerah.
Untuk melihat seberapa besar ketimpangan atau tingkat disparitas pendapatan
antar daerah di Provinsi Sumut, dilakukan analisis Indeks Williamson dan Indeks Entropi
Theil.
Sumber: BPS Sumut, 2020 (diolah untuk analisa)
Tabel diatas menunjukkan angka ketimpangan PDRB Per Kapita antar
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut selama periode Tahun 2015-2019 yaitu Indeks
Williamson sebesar 0,46071 dan Indeks Entropi Theil sebesar 0,13118. Angka ini
menunjukkan bahwa distribusi pendapatan di Provinsi Sumut relatif kurang merata,
dengan kata lain mengalami ketimpangan/disparitas pendapatan yang sedang.
Ketimpangan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut dari Tahun 2015-2019 ada
2015 2016 2017 2018 2019
Indeks Entropi Theil 0.13105 0.13032 0.13039 0.13045 0.13118
Indeks Williamson 0.43032 0.44679 0.44934 0.45702 0.46071
0.4
0.45
0.5
0.55
0.6
Ind
eks
Grafik VI.3 Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015-2019
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
93
kecenderungan naik, pada Tahun 2015 nilai Indeks Williamson sebesar 0,43032 naik
menjadi 0,46071 pada Tahun 2019.
Selain memakai Indeks Williamson juga dapat memakai Indeks Entropi Theil
untuk mengetahui besarnya ketimpangan, namun dari hasil analisis Indeks Entropi Theil
terjadi kecenderungan turun pada Tahun 2015, namun mengalami trend naik sampai
Tahun 2019. Indeks Entropi Theil menunjukkan bahwa besarnya ketimpangan wilayah
masih tergolong sedang, namun memiliki kecenderungan naik mendekati 1, hal ini
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah, maka tingkat ketimpangan akan semakin besar.
Tingginya ketimpangan wilayah dan pendapatannya menjadi salah satu masalah
pokok karena belum meratanya pembangunan ekonomi di kawasan perkotaan dan
pedesaan terutama pada wilayah pantai timur dan pantai barat. Ketidakmerataan yang
menyebabkan ketimpangan ini merupakan masalah yang harus dicarikan
penyelesaiannya. Masalah yang timbul apabila ketimpangan semakin besar yaitu
menimbulkan terjadinya konflik dan meningkatkan angka kriminalitas, sehingga apabila
hal tersebut dibiarkan terus menerus bisa menyebabkan ketidakstabilan didalam suatu
perekonomian. Oleh karena itu, dilakukan analisis yang mendalam tentang analisis
potensi sektor-sektor perekonomian di Provinsi Sumut yaitu menggunakan Analisis
Location Quotient (LQ) dan Analisis Shift Share untuk mengetahui sektor apa yang bisa
dikembangkan.
Tabel VI.1 Hasil Analisis Location Quotient dan Shift Share terhadap PDRB
Provinsi Sumut Tahun 2017-2020
Sektor Analisis LQ Analisis Shift Share
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Basis Tidak Bersaing
B Pertambangan dan Penggalian Non Berdaya saing
C Industri Pengolahan Basis Berdaya saing
D Pengadaan Listrik dan Gas Non Berdaya saing
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
Basis Tidak Bersaing
F Konstruksi Basis Berdaya saing
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Basis Berdaya saing
H Transportasi dan Pergudangan Non Berdaya saing
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Non Berdaya saing
J Informasi dan Komunikasi Non Tidak Bersaing
K Jasa Keuangan dan Asuransi Non Tidak Bersaing
L Real Estat Basis Berdaya saing
M,N Jasa Perusahaan Non Tidak Bersaing
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Non Berdaya saing
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
94
P Jasa Pendidikan Non Berdaya saing
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Non Tidak Bersaing
R,S,T,U Jasa lainnya Non Tidak Bersaing
Sumber: BPS Sumut, 2020 (diolah untuk dianalisa)
Analisis Location Quotient digunakan untuk mengukur kinerja basis ekonomi suatu
daerah, artinya bahwa analisis ini digunakan untuk melakukan pengujian sektor-sektor
ekonomi yang termasuk dalam kategori sektor unggulan. Analisis LQ dilakukan dengan
membandingkan PDRB suatu daerah dengan PDRB yang menjadi acuan yaitu nasional.
Dengan acuan nilai LQ sebagai berikut:
a. Jika LQ > 1 artinya sektor tersebut merupakan sektor basis atau unggulan, yang
artinya sektor tersebut dapat memenuhi pangsa pasar wilayah tersebut dan pasar
wilayah diluarnya.
b. Jika LQ < 1 artinya sektor tersebut merupakan sektor non basis atau non
unggulan, yang artinya sektor tersebut hanya mampu memenuhi pasar di
wilayahnya sendiri.
c. Jika LQ = 1 artinya sektor tersebut tidak memiliki keunggulan dibanding sektor
lainnya, sektor ini hanya mampu cukup memenuhi kebutuhan di wilayah sendiri
dan tidak mampu untuk memenuhi pasar diwilayah lain.
Berdasarkan hasil analisis Location Quotient pada PDRB Atas dasar Harga Berlaku
Provinsi Sumut Tahun 2017-2020, teridentifikasi bahwa sektor yang menjadi basis dalam
perekenomian Provinsi Sumut yaitu Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Pengadaan
Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Kontruksi; Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; dan Sektor Real Estat. Sedangkan sektor
lainnya merupakan sektor non basis.
Sedangkan Analisis Shift Share menggambarkan kinerja dan produktivitas sektor-
sektor dalam perekonomian suatu wilayah dengan membandingkan dengan kinerja
sektor-sektor secara Nasional. Analisis Shift Share digunakan untuk melihat sektor
potensial di suatu wilayah. Sama halnya dengan Analisis LQ, Analisis Shift Share
menggunakan data PDRB Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Sumut Tahun 2017-2020.
Analisis Shift Share dilihat dari Nilai Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPPW), jika nilai
KPPW > 0 maka sektor tersebut merupakan sektor yang mampu berdaya saing,
sebaliknya jika KPPW < 0 maka sektor tersebut tidak memiliki daya saing dan
pertumbuhan lamban.
Untuk memperkuat hasil analisis Location Quotient dan Shift Share, untuk melihat
klasifikasi sektor-sektor ekonomi Sumut digunakan analisis tipologi klassen sebagai
berikut.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
95
Output analisis tipologi klassen mengklasifikasikan sektor-sektor perekonomian ke
dalam 4 kuadran, yaitu:
a) Kuadran I, merupakan sektor maju dan tumbuh pesat atau (high growth and
high income). Sektor dalam kuadran I memberikan kontribusi yang besar
terhadap perekononian Sumut, yaitu (1) Industri pengolahan, (2) Konstruksi, (3)
Perdagangan besar dan eceran, dan (4) Real estat.
b) Kuadran II, merupakan sektor ekonomi yang berpotensial dan yang masih
dapat dikembangkan atau (high growth but low income). Sektor ini memiliki
kontribusi yang kecil terhadap perekonomian tetapi memiliki perkembangan
yang pesat dibandingkan sektor lainnya. Sektor yang termasuk dalam kuadran
ini yaitu (1) Pertambangan dan penggalian, (2) Pengadaan listrik dan gas, (3)
Transportasi dan pergudangan, (4) Penyediaan akomodasi dan makan minum,
(5) administrasi pemerintah, dan (6) Jasa Pendidikan.
c) Kuadran III, merupakan sektor maju tapi tertekan. Sektor ini memiliki laju
pertumbuhan yang lambat tapi memiliki kontribusi yang besar terhadap
perekonomian atau (low growth but high income). Sektor yang termasuk dalam
kategori ini adalah (1) Pertanian, kehutanan, dan perikanan, dan (2)
Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang.
d) Kuadran IV, merupakan sektor ekonomi tertinggal karya daya saing rendah dan
kontribusi terhadap perekonomian pun rendah atau disebut (low growth and low
income). Sektor dalam kategori ini antara lain (1) Informasi dan komunikasi, (2)
jasa keuangan, (3) Jasa Perusahaan, (4) Jasa Kesehatan, dan (5) Jasa lainnya.
Grafik VI.4 Tipologi Klassen Sektor Perekonomian Sumatera Utara
Sumber: BPS Sumut, 2020 (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
96
6.1. SEKTOR UNGGULAN DAERAH
Berdasarkan hasil Analisis Location Quotient pada tabel IV.3, diketahui bahwa di
Provinsi Sumut terdapat 6 sektor ekonomi yang mempunyai nilai LQ lebih dari 1
dan 11 sektor ekonomi yang mempunyai nilai LQ kurang dari 1. Hal ini juga
diperkuat berdasarkan diagram analisis kuadran pada Grafik VI.4.
Sektor yang dapat di kategorikan menjadi keunggulan atau sektor basis di
Provinsi Sumut yaitu (1) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (2) Industri
Pengolahan, (3) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, (4)
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, (5) Konstruksi,
dan (6) Sektor Real Estat sedangkan 12 sektor lainnya merupakan sektor non basis
yang merupakan sektor yang belum mampu menopang perekonomian di daerah.
Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan masih menjadi penopang PDRB
Provinsi Sumut di Tahun 2020. Namun berdasarkan hasil tipologi klassen pada
Grafik VI.4 diketahui bahwa sektor ini memiliki pertumbuhan yang lambat sehingga
dikategorikan sebagai sektor jenuh (slowing down). Sejalan dengan itu, peningkatan
daya saing melalui sektor agraris menjadi salah satu prioritas pembangunan provinsi
Sumut. Terdapat 24 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut yang menjadikan sektor
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebagai basis dalam menunjang pertumbuhan
ekonomi di daerahnya. Nilai LQ tertinggi disektor Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan adalah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Padang Lawas Utara. Secara
geografis kedua wilayah ini berdekatan, Padang Lawas Utara merupakan
perbatasan pada bagian timur dengan Tapanuli Selatan. Mata pencaharian
masyarakat di wilayah ini memang petani dan berkebun. Hasil pertanian yang
Tabel VI.2 Pengelompokan Basis Sektor Ekonomi
Sektor Basis Sektor Non Basis
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Industri Pengolahan
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Real Estat
Pertambangan dan Penggalian/Mining and Quarrying
Pengadaan Listrik dan Gas
Transportasi dan Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
Informasi dan Komunikasi
Jasa Keuangan dan Asuransi
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Jasa lainnya
Sumber: BPS Sumut, 2020 (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
97
terkenal adalah kopi, padi, salak, karet, kakao, kelapa, kayu manis, kemiri, cabe,
bawang merah, bawang daun, dan sayur-sayuran. Sehingga daerah ini telah mampu
memenuhi kebutuhan akan output dari sektor pertanian dan memiliki surplus
sehingga mampu melakukan ekspor ke daerah lain. Meski ditengah pandemi, pada
panen bulan April tahun 2020, petani di Tapanuli Selatan memanen varietas padi
Inpari 9 sekitar 6,5 ton per hektare atau total sebanyak 13 ton.
Untuk mengetahui besar sumbangan sektor pertanian terhadap tingkat
kesejahteraan pelaku usaha pada sektor ini digunakan pendekatan perbandingan
Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usahan Pertanian (NTUP). Menurut
perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS), petani suatu daerah dianggap sejahtera
jika nilai NTP diatas 100 (>100) yang artinya hasil panen lebih besar dari kebutuhan
konsumsi yng dibelinya. Sedangkan NTUP lebih mencerminkan kemampuan
produksi petani, karena membandingkan produksi dengan biaya produksinya.
Grafik VI.3 menunjukkan bahwa NTP dan NTUP Provinsi Sumut lebih tinggi
dibanding Nasional. Sepanjang Tahun 2020 terlihat bahwa rata-rata NTP Sumut
berada di kisaran 104,5 – 115,21, dengan titik tertinggi yaitu pada bulan Desember
yaitu sebesar 115,21 dan titik terendah yaitu bulan Mei yaitu sebesar 104,5. Hal ini
dikarenakan bulan Mei merupakan awal pandemic Covid-19 tersebar diseluruh
wilayah, kemudian mulai membaik sampai bulan Desember karena terjadi
peningkatkan pada subsektor Hortikultural, Perkebunan Rakyat, dan Peternakan.
Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan petani pada sektor pertanian
relative cukup baik. Hal ini menjelaskan bahwa Sektor Pertanian merupakan leading
sector dalam perekonomian Sumut, terlihat dari penyerapan tenaga kerja terbesar
70
90
110
130
150
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Grafik VI. 5 Perbandingan NTP dan NTUP Sumut dan Nasional 2020
NTP Sumut NTP Nasional NTP Tanaman Pangan
NTP Hortikultura NTP Perkebunan Rakyat NTP Peternakan
NTP Perikanan NTUP Sumut NTUP Nasional
Sumber: BPS, diolah Februari 2020
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
98
berasal dari dari sektor ini yaitu mencapai 35,43% dari total penduduk bekerja
sebesar 6842 ribu orang. Sektor ini masih menjadi sektor yang mendominasi pada
Agustus Tahun 2020, sehingga Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan masih
menjadi tumpuan ekonomi mayoritas masyarakat Provinsi Sumut.
Jika dilihat perkembangan NTP per sub sektor, secara rata-rata terlihat bahwa
subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perikanan memiliki NTP tertinggi
dibanding subsektor lainnya disepanjang Tahun 2020. Sedangkan Tanaman Pangan
merupakan subsektor dengan NTP terendah. Kondisi ini tidak terlepas dari fakta
bahwa Sumut tersohor karena luas perkebunannya, hingga kini perkebunan tetap
menjadi primadona perekonomian provinsi.
Berdasarkan data BPS per tanggal 10 Juni 2020, luas areal tanaman
perkebunan Provinsi Sumut seluas 1070,01 ribu hektar. Komoditi yang dihasilkan
melalui perkebunan di Sumut antara lain kelapa sawit, kelapa, karet, kopi, tebu, teh,
dan tembakau. Perkebunan ini dikelola oleh PTPN II, III, dan IV seluas 670.179,74
hektar pada tahun 2019 yang menghasilkan 6.965.184,48 ton.
Berdasarkan data BPS pada Grafik VI.5, jumlah produksi perkebunan yang
dikelola oleh PTPN II, III, dan IV mengalami peningkatan dari Tahun 2015 - 2019.
Jenis tanaman berupa
karet, kelapa sawit, coklat,
teh, tembakau, kopi, gula,
tebu, dan tetes. Jenis
tanaman dengan produksi
terbesar yaitu kelapa sawit
jenis sawit tandan,
sedangkan produksi
terendah adalah
tembakau.
5,949,435.02
6,117,182.14
6,408,483.52 6,555,253.60
5,600, 000
5,700, 000
5,800, 000
5,900, 000
6,000, 000
6,100, 000
6,200, 000
6,300, 000
6,400, 000
6,500, 000
6,600, 000
6,700, 000
0
50,000
100,00 0
150,00 0
200,00 0
250,00 0
300,00 0
350,00 0
2016 2017 2018 2019
Grafik VI.6 Produksi Tanaman Perkebunan PTPN II, III, dan IV menurut Jenis
Tanaman (ton) Tahun 2015 - 2019
Karet Kelapa Sawit Teh
Tembakau Kopi Tebu
Gula TetesSumber: BPS Sumut, 2020 (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
99
Pada tahun 2019, tanaman dengan produksi tanaman perkebunan
terbanyak adalah kelapa sawit yaitu sebanyak 48,48% dari total produksi atau
6.555.253,6 ton. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang diekspor
karena pangsa pasar yang tinggi. Komoditi ini dan turunannya yaitu minyak sayur
merupakan ekspor utama Indonesia ke Uni Eropa. Secara kumulatif, nilai ekspor
kelapa sawit dan turunannya (minyak kelapa sawit, sabun, margarin, dan minyak
biji kelapa sawit) di Sumut tumbuh meningkat 5,15 persen pada y-o-y yang juga
sejalan dengan kenaikan harga crude palm oil (CPO) sejak awal tahun 2020.
Berikut perkembangan harga CPO sepanjang tahun 2020.
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa terjadi tren naik dari harga CPO
sepanjang tahun 2020. Pada tanggal 29 Desember 2020 mencapai harga
Rp14.428,23 dari sebelumnya sebesar Rp13.570,26. Permintaan kepala sawit
terbanyak dari Tiongkok, India, Mesir, Banglades, dan Amerika Serikat.
Data menunjukkan bahwa pada periode Januari-Desember 2020 dibanding
Januari-Desember 2019, golongan barang yang diekspor yang mengalami
kenaikan terbesar adalah lemak dan minyak nabati sebesar 9,63% atau
US$273,82 juta.
Permintaan terhadap produk olahan kelapa sawit yang masih tinggi,
maupun kebutuhan produksi kelapa sawit dan turunannya selama pandemic
serta meningkatnya harga CPO, menyebabkan luas tanam areal perkebunan
kelapa sawit terus meningkat. Hal ini juga diikuti dengan upaya peningkatan
produksi per satuan lahan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Sumut melalui
program/kegiatan intensifikasi. Selain itu dukungan Program Peremajaan Sawit
Rakyat (PSR) di Sumut adalah upaya yang signifikan dalam rangka peningkatan
produksi melalui kegiatan replanting terhadap tanaman tua yang memerlukan
peremajaan. Oleh karena itu sektor perkebunan kelapa sawit masih menjadi
5,0006,0007,0008,0009,000
10,00011,00012,00013,00014,00015,000
Grafik VI.7 Perkembangan Harga CPO Tahun 2020 (Rupiah)
Sumber: Bank Indonesia, 2020 (diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
100
sektor yang menjanjikan untuk kedepannya. Namun demikian, faktor iklim yang
mempengaruhi produktivitas kelapa sawit dan nilai jual Tandan Sawit (TBS) yang
masih fluktuatif menjadi tantangan tersendiri bagi para stakeholder yang bergerak
di sektor ini. Diharapkan peran pemerintah daerah maupun pelaku usaha di
bidang perkelapasawitan dapat lebih ditingkatkan lagi melalui koordinasi serta
kerjasama yang efektif agar kesejahteraan petani kelapa sawit dapat meningkat.
6.2. SEKTOR POTENSIAL DAERAH
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Berdasarkan hasil pengujian Shift Share pada Tabel IV.3, terdapat beberapa
sektor yang mempunyai daya saing secara nasional (berpotensi) diantaranya (1)
pertambangan dan penggalian, (2) Industri pengolahan, (3) pengadaan listrik, (4)
konstruksi, (5) perdagangan besar dan eceran, (6) transaportasi dan pergudangan,
(7) penyediaan akomodasi dan makan minum, (8) real estat, (9) administrasi
pemerintah, dan (10) jasa pendidikan.
Era pandemic Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi seluruh sektor
ekonomi di Provinsi Sumut. Namun berbeda dengan sektor Perdagangan besar
dan Industri retail atau perdagangan eceran. Berdasarkan data BPS, pada Agustus
2020, jika dibandingkan dengan Agustus 2019, sektor ini mengalami kenaikan
jumlah penduduk bekerja sebanyak 0,86% atau penambahan 29 ribu orang. Pada
triwulan IV tahun 2020, sektor ini memberi kontribusi sebesar 21,33% terhadap
perekonomian provinsi Sumut.
Meski mengalami kontraksi sebesar 0,18% dibanding triwulan IV 2019 karena
pandemi Covid-19, namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya di tahun
2020, sektor ini mengalami kenaikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi
Sumut saat ini, yang menandakan sektor ini semakin membaik dan menjadi
penopang perekonomian Sumut pada tahun 2020.
Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) tentunya berperan besar
terhadap keberlangsungan sektor perdagangan besar dan eceran yang terdampak
Covid-19 di Sumut. Subsidi bunga, penempatan dana pada BPD untuk
restrukturisasi, belanja IJP, penjaminan modal kerja, PPh Final UMKM DTP,
pembiayaan investasi kepada koperasi melalui LPDB KUMKM, dan bantuan bagi
pelaku usaha mikro merupakan program-program yang diberikan pemerintah untuk
membantu UMKM terdampak Covid-19.
Tentunya sektor perdagangan besar dan eceran di Provinsi Sumut bisa
bertahan harus mampu memanfaatkan dua hal yaitu pertama digitalisasi, dan
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
101
kedua yang berhubungan dengan kesehatan sesuai dengan kondisi dunia yang
tengah dilanda pandemi. Sektor yang memanfaatkan digitalisasi adalah sektor
yang bertahan dan berpeluang cerah kedepannya. Digitalisasi menjadi penting
lantaran telah terjadi perubahan pada pola konsumsi layanan digital masyarakat.
Perubahan ini terjadi tentunya karena adanya kebijakan social distancing serta
kebijakan PSBB oleh pemerintah setempat.
Berdasarkan data Google, Temasek, Bain & Company per 10 November
2020, semakin banyak pengguna baru yang mencoba layanan digital untuk
pertama kalinya karena pandemi Covid-19. Para pengguna layanan tentunya
menggunakan layanan internet untuk memesan berbagai kebutuhan primer,
sekunder, maupun tersier sehari-hari. Secara rinci, peningkatan terbesar terjadi
pada pemesanan makanan secara online sebesar 35%, bahan makanan sebesar
33%, serta pendidikan 22%. Adanya Work From Home (WFH) membuat
masyarakat lebih banyak menggunakan internet begitupun dengan adaya belajar
online yang diberlakukan untuk seluruh sekolah di Indonesia. Seperti diketahui
bahwa pemerintah memberikan bantuan berupa paket internet untuk siswa maupun
mahasiswa untuk digunakan dalam belajar secara online melalui platform edukasi
seperti Skill Academy by Ruangguru, Zenius, Quipper School, Sekolahmu, serta
Kelas Pintar.
Oleh karena itu, pemerintah daerah dapat melakukan sosialisasi maupun
pembinaan kepada pelaku sektor perdagangan dan eceran untuk dapat
-13
-13
-1
5
5
12
15
12
22
33
34
-20 -10 0 10 20 30 40
Pariwisata
Transportasi
Elektronik
Pinjaman Pribadi
Pakaian
Kecantikan
Mendengarkan Musik
Menonton Video
Edukasi
Bahan Makanan
Pengiriman Makanan
Grafik VI.8 Perubahan Perilaku Pembelian Daring Selama Pandemi Covid-19 (persen)
persen
Sumber: Google, Temasek, Bain & Company per 10 November 2020
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
102
memanfaatkan layanan digital agar tetap bisa bertahan pada masa krisis
sekarang, dengan pemanfaatan e-commerce (shopee, tokopedia, bukalapak,
lazada, dll), maupun layanan online seperti Grab-mart, dan Go-Shop. Selain itu,
juga turut serta dalam menyebarluaskan informasi terkait program PEN agar para
pelaku usaha terbantu dalam melewati masa krisis. Sehingga dengan bangkitnya
sektor ini, maka daya beli masyarakat pun bisa membaik dan pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Sumut dapat stabil kembali.
6.3 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI
DAERAH
Sektor pertanian merupakan sektor yang masih dominan pada porsi PDRB di
Sumut. Rata-rata porsi sektor pertanian dalam PDRB dalam tujuh tahun terakhir
adalah sebesar 21,56 persen. Porsi terbesar pada tahun 2014 sebesar 23,26
persen dan terkecil pada tahun 2019 sebesar 20,53 persen. Namun porsi dominan
tersebut mulai didekati oleh Lapangan Usaha (LU) Industri pengolahan dan
Perdagangan, dengan porsi berturut-turut sebesar 19,29 persen dan 18,88 persen
pada tahu 2020.
Potensi pertanian di Sumut bukan merupakan hal yang dapat dianggap kecil.
Dengan luasan wilayah sebesar 72.981 Km2 ditunjang dengan 40,45 persen
penduduk yang berusia diatas 15 tahun keatas yang bekerja di LU pertanian,
kehutanan dan perikanan, sangat prospektif untuk komoditas pertanian.
Grafik VI.9 Kontribusi LU Pertanian, Kehutanan dan Perikanan terhadap PDRB
Sumut ADHB 2014-2020 (persen)
Sumber: BPS Prov Sumut, 2020
Salah satu komoditas unggulan yaitu dari perkebunan. Sektor perkebunan di
Sumut telah dibuka semenjak zaman penjajahan Belanda. Komoditas perkebunan
yang paling penting antara lain karet, kelapa sawit, kelapa, kopi dan coklat.
23.26
21.9521.55 21.38
20.9120.53
21.33
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
103
Grafik VI.10 Luas Areal Perkebunan Di Sumut Tahun 2018-2019 (Hektar)
Sumber: BPS Prov Sumut, 2020
Berdasarkan luas areal, sawit merupakan komoditas perkebunan yang paling
luas di Sumut, diikuti oleh karet, kopi dan kakao. Areal penanaman sawit pada 2019
mengalami peningkatan sebesar 6,8 persen dan kopi juga mengalami peningkatan
luas areal sebesar 4,1 persen. Namun pada komoditas karet dan kakao malah
mengalami penurunan luas areal sebesar 1,5 persen dan 4,6 persen.
Sebagai konsekuensi dari mempunyai areal yang paling luas, komoditas
sawit adalah yang dominan. Perkebunan sawit merupakan penyumbang ekspor
yang signifikan, berupa hasil Crude Palm Oil (CPO) dan turunannya. Terkait
dengan CPO, menjaga stabilitas harga merupakan isu yang utama. Harga CPO
berfluktuasi dengan lebar, pada 2020, rentang harga CPO mulai dari 6.421 USD/ton
hingga 14.428 USD/ton. Produktivitas tanaman sawit merupakan isu yang
mengemuka. Dengan makin tuanya umur tanaman sawit, maka produktivitasnya
makin menurun.
Sumut juga dikenal sebagai penghasil karet nomor dua setelah Sumatera
Selatan. Produksi karet di Sumut sebesar 461 ribu ton atau sekitar 12,7 persen dari
total produksi karet nasional. Kendala yang dihadapi oleh komoditas karet Sumut
hampir sama dengan kendala di komoditas sawit yaitu rendahnya produktivitas
karet dan keterbatasan bibit unggul. Kendala lain adalah ketersediaan sarana
produksi pertanian yang masih terbatas.
Hasil komoditas kakao di Sumut merupakan peringkat ke-empat di Indonesia.
Dengan produksi sebesar 51 ribu ton, menjadi porsi sebesar 7,85 persen dari total
produksi kakao di Indonesia. Komoditas kakao di Sumut masih berupa perkebunan
rakyat sehingga kendala yang dihadapi adalah akses permodalan, teknik
pengolahan yang masih sederhana dan kurangnya industri hilir di lingkungan
Sumut yang menampung hasil kakao dari petani.
Kopi merupakan salah satu identitas khas dari Sumut. Beberapa lokasi telah
menjadi telah diakui sebagai single origin dari produk kopi, seperti kopi Sidikalang,
Kelapa Sawit Karet Kakao Kopi
2018 1,551,603 408,257 57,193 93,695
2019 1,657,757 402,077 54,546 97,546
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
104
kopi Sipirok dan kopi Mandailing. Walaupun telah dikenal luas, terdapat tantangan
yang perlu dihadapi oleh perkebunan kopi di Sumut. Sebagaimana pada
komoditas-komoditas diatas, persoalan klasik adalah tanaman yang sudah tua dan
perlu diremajakan, hal ini terkait dengan produktivitas tanaman. Selain itu adalah
kemampuan SDM yang terkait dengan perkebunan kopi, mulai dari petani hingga
pengolah kopi. Sering ditemui kopi yang diolah dari biji kopi yang dibawah standar
mutu. Hal tersebut dikarenakan rendahnya pengetahuan petani kopi dalam hal
proses pemeliharaan, panen dan pasca panen. Hal lain adalah akses pembiayaan
yang kurang dan kurangnya akses pemasaran kopi yang baik oleh petani.
6.3.1. Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat
Sektor pertanian merupakan sektor yang masih banyak diandalkan oleh
banyak provinsi di Indonesia. Karakteristik dari sektor pertanian di Indoensia masih
diusahakan oleh pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Pemerintah pusat
melakukan berbagai upaya untuk membina UKM agar menjadi pondasi yang kuat
dalam mendukung ekonomi Indonesia. Dukungan yang diberikan antara lain dalam
akses permodalan, akses infrastruktur dan transformasi manajemen pertanian.
Keberpihakan pemerintah dalam mendukung pelaku UKM mengakses
pembiayaan dinyatakan dalam program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dengan
program KUR, UKM pertanian mempunyai akses pembiayaan yang lebih murah
dibandingkan dengan kredit komersil. Dalam penyusunan target penyaluran KUR,
sektor pertanian umumnya dan perkebunan khususnya, merupakan sektor prioritas
dalam penyaluran KUR. Kemudahan terbaru dalam penyaluran KUR di sektor
pertanian adalah penggunaan sistem klaster. Pembiayaan KUR lebih diarahkan ke
kelompok-kelompok tani daripada ke masing-masing individu. Dengan sistem
klaster, penyalur KUR tidak perlu berhadapan dengan masing-masing nasabah,
tapi dengan kelompok. Proses penilaian dan administrasi diselesaikan dalam
kelompok. Demikian juga pengawsan usaha dan ketertiban pembayaran cicilan
dilserahkan kepada kelompok. Tantangan yang dihadapi oleh penyaluran KUR
pada sektor pertanian adalah besarnya faktor eksternal yang mempengaruhi
seperti cuaca dan dinamika permintaan pasar. Tantangan tersebut yang dapat
mengakibatkan kesulitan pembayaran cicilan KUR. Tantangan lain adalah
kompetisi dengan para rentenir yang mempunyai jangkauan yang lebih dalam ke
pedesaan dibandingkan dengan penyalur KUR.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
105
Dalam memasarkan hasil perkebunan dan memperoleh alat-alat pertanian,
dibutuhkan infrastruktur perhubungan dan logistik yang menghubungkan daerah
pemasaran atau penghasil alat pertanian dengan areal perkebunan. Pemerintah
pusat telah meningkatkan infrastruktur strategis berupa sistem jaringan jalan. Yaitu
pada jalan Tol Binjai-Langsa untuk menghubungkan Binjai dengan Langsa, Jalan
Tol Kisaran - Tebing Tinggi menghubungkan Asahan dan Tebing Tinggi, dan Jalan
Tol Dumai-Simpang Sigambal Rantau Prapat menghubungkan Tebing Tinggi-
Serdang Bedagai-Simalungun - Pematang Siantar - Toba Samosir - Tapanuli Utara
- Tapanuli Tengah - Sibolga. Infrastruktur jaringan jalan ini mendukung
pengembangan kawasan perkebunan dalam memasarkan hasilnya. Tantangan
dari pembangunan infrastruktur jalan dalah pelaksanaanya yang tidak dapat serta
merta, harus dalam multi years menyesuaikan kondisi fiskal pemerintah.
Pengolahan perkebunan tidak lagi memgandalkan pola pengelolaan
konvensional. Cara-cara baru harus digunakan untuk menyiasati tantangan berupa
kepemilikan tanah per petani yuang makin mengecil, efisiensi sumber daya
pertanian dan keuangan. Pada kalangan petani sudah dikenalkan konsep
mengenai korporasi petani, yang merupakan kelembagaan
ekonomi petani berbadan hukum berbentuk koperasi, maupun Badan Usaha
Milik Petani (BUMP) berupa PT atau Usaha Dagang (UD) dengan sebagian besar
kepemilikan modal dimiliki oleh petani sehingga mereka mempunyai posisi tawar
atas produk yang dihasilkan. Korporasi petani merupakan upaya untuk menyelesaikan
permasalahan pertanian di Indonesia terutama untuk usaha tani padi dimana petani
rata-rata hanya memiliki lahan yang sempit sekitar 0,25 hektar. Dari segi ekonomi, hal
tersebut tentunya tidak visible untuk diusahakan secara individual. Lahan-lahan sempit
yang dimiliki petani disatukan menjadi satu hamparan lahan pertanian yang lebih luas
didukung dengan penggunaan mesin-mesin pertanian modern: mulai dari pengolahan
tanah, tanam, panen, pengolahan hasil dan pemasaran
6.3.2. Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah sangat berperan dalam pembentukan iklim berusaha
yang kondusif. Berdasarkan data dari doingbusiness.org , kota Medan sebagai
barometer berusaha di Sumut, masih harus berusaha keras bersaing dengan kota-
kota lain di Indonesia. Parameter berusaha di kota Medan, diwakili dengan
parameter starting a business pada peringkat 19, parameter dealing with
construction permits pada peringkat 6 dan parameter registering property pada
peringkat 7. Kendala yang sering terjadi pada iklim investasi di daerah adalah
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
106
bikrokrasi perijinan yang panjang, ketiadaan standar waktu baku dalam
pengurusan perijinan dan banyaknya instansi yang terlibat dalam perijinan.
Kendala tersebut sudah mulai ditangani dengan adanya satuan kerja daerah yang
menangani pelayanan perizinan terpadu pintu. Dengan adanya satuan kerja
tersebut, proses perijinan tidak harus ke berbagai instansi, namun cukup di satu
tempat. Bahkan di beberapa daerah telah diadakan mal pelayanan publik, yang
menampung berbagai instansi baik pusat maupun daerah, terkait dengan perijinan,
dalam satu tempat.
6.3.3. Sinkronisasi Kebijakan Fiskal Pusat-Daerah
Dalam rangka mendukung pembangunan dan pengembangan Sektor
Perkebunan Sumut, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus bekerjasama
dalam membangun infrastruktur yang mendukung. Terutama dalam rangka
pemasaran hasil perkebunan dan untuk layanan logistik perkebunan. Pemerintah
pusat bersama pemerintah daerah mengembangkan jaringan jalan strategis
provinsi dari Jalan Rawasaring (Tanjungmorawa – Saribu Dolok – Tongging),
Jalan Susur Pantai Timur, Jalan Akses Batu Bara – Serdang Bedagai, Jalan
Lingkar Luar Danau Toba, Jalan Bebas Hambatan Medan – Berastagi, Jalan
Lingkar Pada Wilayah Perkotaan, Jalan Alternatif Akses Medan – Kualanamu,
Jalan Panyabungan – Pagur – Sibuhuan, Salak – Hutatinggi – Batas Tapteng,
Sidikalang – Parongil (Batas Aceh) Dan Tanjung Beringin Kec. Sumbul –
Pangiringan Kec. Parbuluan. Pengembangan ini mendukung Kabupaten Asahan
sebagai sentra produksi kelapa sawit dan kelapa, Kabupaten Serdang Bedagai
sebagai sentra industri pengolahan perkebunan.
Sinergi lainnya adalah terkait penyediaan food estate di Sumut. Program
food estate adalah sebuah program jangka panjang pemerintahan , yang berguna
untuk menjaga ketahanan pangan dalam negeri. Program Food Estate ini memiliki
konsep pengembangan pangan yang dilakukan secara terintegrasi
mencakup pertanian, perkebunan, bahkan peternakan dalam suatu kawasan tertentu.
Kabupaten yang akan menjadi lokasi food estate adalah kabupaten Humbang
Hasudutan, kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Kabupaten
Pakpak Bharat, dengan total luas areal sebesar 30 ribu hektar. Pemerintah pusat akan
berfokus pada penyiapan lahan dan pembangunan infrastruktur, sementara pemda
akan berfokus pada penyiapan sumber daya manusia petani.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
107
Kasus Covid-19 di Sumatera Utara (Sumut) terkonfirmasi pertama kali pada tanggal
21 Maret 2020, dari msyarakat yang baru berpergian dari luar negeri. Sampai dengan 31
Desember 2020, terdapat total korban jiwa sebanyak 679 orang, total yang sembuh sebanyak
15.402 orang dan total yang dirawat sebanyak 2.068 orang. Mayoritas kasus positif Covid-19
di Sumut bukan lagi kasus impor, melainkan telah menjadi local transmission antar
lingkungan, hubungan keluarga dan hubungan kerja. Banyak hal yang diduga menjadi
penyebab meningkatnya penularan virus. Terutama pada ketidakdisplinan masyarakat dalam
menerapkan tindakan pencegahan penularan. Seperti pemakaian masker, rutin mencuci
tangan dengan sabun, dan menjaga jarak. Dengan keadaan tersebut Covid-19 ditetapkan
sebagai pandemi dan memerlukan penanganan khusus. Tujuannya adalah agar penularan
yang terjadi tidak semakin meluas dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia.
Memperhatikan arahan dari pemerintah pusat dan mempedomani aturan perundang-
undangan yang berlaku, sejak Maret 2020 Pemerintah Provinsi Sumut telah menetapkan
berbagai rangkaian kebijakan penanganan. Arah kebijakan pembangunan daerah harus
dirubah melalui mekanisme refocusing program, untuk merealokasi anggaran dalam upaya
memenuhi kebutuhan yang ada. Dengan berbagai ketidakpastian yang terjadi, setiap
kebijakan harus diputuskan dan dilaksanakan. Sembari melakukan koreksi untuk perbaikan
di setiap tahapannya.
Sehubungan dengan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2020 dan menindaklanjuti
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2020 dan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 117/KMK.07/2020 tentang Percepatan Penyesuaian Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Tahun 2020 Dalam Rangka Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-
19), Serta Pengamanan Daya Beli Masyarakat dan Perekonomian Nasional, Pemerintah
Grafik VII.1 Tren Akumulasi Covid 19 di Sumut (21 Maret 2020-31 Desember 2020)
Sumber : covid19.go.id
BAB VII : ANALISIS TEMATIK PEMANFAATAN REFOCUSING APBD UNTUK PROGRAM PC-PEN DI DAERAH
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
108
Sumut melakukan perubahan alokasia nggaran kegiatan tertentu (refocusing) APBD 2020
untuk percepatan penanganan Covid-19 dengan jumlah lebih kurang sebesar Rp1,5 triliun.
Pada tahap pertama melalui Pergub No. 7 tahun 2020 tentang Perubahan Pergub
47/2019 tentang penjabaran APBD Provinsi Sumut tahun 2020, yang ditetapkan Gububernur
Sumut pada tanggal 3 April 2020, realokasi anggaran dilakukan dengan efisiensi belanja yang
bersifat rutin, seperti kegiatan rapat, pertemuan-pertemuan, sosialisasi termasuk juga
kegiatan perjalanan dinas. Dalam hal ini terkumpul anggaran yang bisa diposisikan sebesar
Rp502,1 miliar.
Di tahap kedua melalui Pergub No. 16 tahun 2020 tentang perubahan kedua Pergub
47/2019 tentang penjabaran APBD Sumatera Utara tahun 2020, yang ditetapkan Gubernur
Sumut tanggal 14 Mei 2020, Sumut mengalokasikan anggaran percepatan penanganan
Covid-19 sebesar kurang lebih Rp500 miliar. Untuk tahap ketiga juga dialokasi anggaran
sebesar kurang lebih Rp500 miliar.
Pemerintah Sumut mendapat pendampingan hukum yang ditandai dengan Untuk
memastikan anggaran Covid-19 di APBD Sumut dikelola dengan benar, Penandatanganan
Nota Kesepahaman Pendampingan Hukum, Pengawalan dan Pengawasan Keuangan
Percepatan Penanganan Covid-19 Sumut. Nota kesepahaman ditandatangani oleh Gubernur
Sumatera Utara Edy Rahmayadi, Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Martuani Sormin, Kepala
Kejaksaan Tinggi Sumut Amir Yanto, dan Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sumut Yono Andi
Atmoko, pada tanggal 5 Juni 2020.
7.1. BIDANG KESEHATAN/MEDIS
Dalam rangka penanganan Covid-19, yang cepat, penambahan jumlah kasus
infeksi yang terjadi harus direspon dengan ketersediaan fasilitas kesehatan yang
memadai. Langkah yang diambil adalah dengan penyiapan dan penguatan kapasitas
sumber daya kesehatan baik di rumah sakit, laboratorium dan fasilitas kesehatan
Tabel VII.1 Alokasi Anggaran Untuk Pencegahan dan/atau Penanganan Covid-19 Per Tahap di Sumut
Bidang Tahap I Tahap II Tahap III Jumlah
Kesehatan/Medis 140.289.084.409 168.195.365.850 111.000.000.000 419.484.450.259
Pendukung Kesehatan/Non
Medis
51.508.715.591 112.180.307.800 66.490.700.000 230.179.723.391
Bantuan Ekonomi kepada
Masyarakat Terdampak
10.000.000.000 163.299.326.350 61.884.300.000 235.183.626.350
Bansos kepada Masyarakat
Terdampak
300.302.200.000 56.325.000.000 625.000.000 357.252.200.000
Total 502.100.000.000 502.000.000.000 240.000.000.000 1.244.100.000.000
Sumber : Pemprov Sumatera Utara
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
109
lainnya. Juga disiapkan berbagai fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit Rujukan
Covid-19 yaitu :
a. RSUP H Adam Malik
b. RSUD Kabanjahe
c. RSUD Djasemen Saragih
d. RSUD Tarutung
e. RSUD Padangsidimpuan
f. RSUD Gunung Sitoli
g. RS Abdul Manan Simatupang
h. RS Perdagangan.
Disiapkan juga Rumah Sakit Cadangan untuk penanganan Covid-19 dengan jumlah
kamar rawat sebanyak 1.244 kamar.
Tabel VII.2 Alokasi Anggaran dan Realisasi Untuk Kegiatan Medis Pencegahan
dan/atau Penanganan Covid-19 di Sumut
Tahap Kegiatan Pagu Realisasi Persentase Penyerapan
I
Peningkatan Kapasitas SDM 124.440.000,00 124.440.000,00 100%
Penyediaan Bahan dan Peralatan Penanganan Pasien 123.058.261.913,00 123.058.261.913,00 100%
Penggalangan Kerja Sama 217.600.000,00 217.600.000,00 100%
Survailans, Pemeriksaan dan Rujukan Pasien 1.678.782.496,00 1.678.782.496,00 100%
Insentif dan Santunan Kematian Nakes 15.210.000.000,00 15.210.000.000,00 100%
Jumlahl tahap I 140.289.084.409 140.289.084.409 100%
II
Peningkatan Pemeriksaan Spesimen 86.179.033.992 86.179.033.992 100%
Peningkatan Penyelidikan Epidomologi 1.807.469.800 1.807.469.800 100%
Peningkatan Pelayanan Kesehatan Pasien/Suspek 78.566.280.658 78.566.280.658 100%
Dukungan Manajemen Adaptasi Kebiasaan Baru
1.642.581.400 1.642.581.400 100%
Jumlah tahap II 168.195.365.850 168.195.365.850 100%
III
Peningkatan Pemeriksaan Spesimen 37.436.389.866 35.936.389.866 96%
Peningkatan Penyelidikan Epidomologi
1.203.950.000 1.203.950.000 100%
Peningkatan Pelayanan Kesehatan Pasien/Suspek 70.543.568.734 63.884.436.181 91%
Cadangan Manajemen Adaptasi Kebiasaan Baru
1.816.091.400 1.816.091.400 100%
Jumlah tahap III 111.000.000.000 102.840.867.447 93%
Jumlah Tahap I,II dan III 419.484.450.259 411.325.317.706 98%
Sumber : Pemprov Sumatera Utara
7.2. BIDANG PENUNJANG KESEHATAN/NON MEDIS
Kegiatan bidang medis harus didukung dengan tata kelola yang memadai. Tata
kelola tersebut dalam bentuk gugus tugas Covid-19 yang menkoordinasikan tugas dan
kegiatan yang tersebar di berbagai pemangku kepentingan, penanganan logistik,
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
110
kegiatan sosialisasi, edukasi dan mitigasi, keamanan, pendampingan hukum dan
transportasi.
Tabel VII.3 Alokasi Anggaran dan Realisasi Untuk Kegiatan Penunjang Kesehatan/Non
Medis Pencegahan dan/atau Penanganan Covid-19 di Sumut
Tahap Kegiatan Pagu Realisasi Persentase Penyerapan
I
Operasional Gugus Tugas 10.000.000.000 10.000.000.000 100%
Perlengkapan Pasca Wafat 160.450.000 160.450.000 100%
Distribusi Logistik 396.000.000 396.000.000 100%
Manajemen Logistik 13.835.965.000 13.835.965.000 100%
Operasional Gugus Tugas 28.042.670.591 28.042.670.591 100%
Sosialisasi, Edukasi dan Mitigasi 2.715.000.000 2.715.000.000 100%
Komunikasi dan Informasi 1.129.550.000 1.129.550.000 100%
Advokasi dan Pendampingan hukum 500.000.000 500.000.000 100%
Keamanan 2.555.390.000 2.555.390.000 100%
Transportasi 2.173.690.000 2.173.690.000 100%
Jumlah Tahap I 61.508.715.591 61.508.715.591 100%
II
Perlengkapan Pasca Wafat 1.047.829.000 1.047.829.000 100%
Manajemen Logistik 4.790.000.000 4.790.000.000 100%
Operasional Gugus Tugas 14.326.188.800 14.326.188.800 100%
Penanganan Kepulangan TKI 1.000.000.000 1.000.000.000 100%
Sosialisasi, similasi dan edukasi 28.253.000.000 28.253.000.000 100%
Implementasi Adaptasi Kebiasaan baru 11.980.000.000 11.980.000.000 100%
Komunikasi, media dan informasi 4.645.000.000 4.645.000.000 100%
Pembinaan dan Pengawasan 2.994.683.000 2.994.683.000 100%
Advokasi dan Pendampingan hukum 10.130.057.000 10.130.057.000 100%
Transportasi 2.538.550.000 2.538.550.000 100%
Display Data Informasi dan Komunikasi 4.800.000.000 4.800.000.000 100%
Karantina/Isolasi di Nias dan Madina 25.675.000.000 25.675.000.000 100%
Jumlah Tahap II 112.180.307.800 112.180.307.800 100%
III
Sekretariat Satker 3.344.700.000 3.343.553.300 100%
Data dan Informasi 835.000.000 831.159.304 100%
Komunikasi Publik 1.620.000.000 1.618.618.500 100%
Perubahan Perilaku 59.151.000.000 58.347.896.694 99%
Penegakan Hukum dan disiplin 300.000.000 400.000.000 133%
Pembinaan dan Pengawasan 1.240.000.000 1.234.019.000 100%
Jumlah Tahap III 66.490.700.000 65.775.246.798 99%
Jumlah Tahap I,II dan III 240.179.723.391 239.464.270.189 99,7%
Sumber : Pemprov Sumatera Utara
7.3. BANTUAN SOSIAL KEPADA MASYARAKAT TERDAMPAK
Masyarakat yang terdampak akan Covid-19 diberikan bantuan sosial untuk
mempertahankan taraf kehidupannya. Bentuk–bentuk bantuan sosial yang diberikan
oleh Pemerintah Sumut adalah :
a. Bantuan Langsung Tunai/Sembako
b. Pelayanan pendaftaran kartu Pra-kerja
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
111
c. Biaya transportasi distribusi bantuan.
Tabel VII.4 Alokasi Anggaran dan Realiasasi
Untuk Kegiatan Bantuan Ekonomi di Sumut
Tahap Kegiatan Pagu Realisasi Persentase Penyerapan
I Jaring Pengaman Sosial 300.302.200.000 300.302.200.000 100%
II Jaring Pengaman Sosial 56.325.000.000 2.500.000.000 4%
III Jaring Pengaman Sosial 625.000.000 625.000.000 100%
Jumlah 357.252.200.000 303.427.200.000 85%
Sumber : Pemprov Sumatera Utara
7.4. BANTUAN EKONOMI KEPADA MASYARAKAT TERDAMPAK
Tidak hanya dalam bentuk bantuan secara langsung kepada masyarakat,
Pemprov Sumut juga mengadakan program pemberdayaan masyarakat. Program
pemberdayaan masyarakat ditujukan kepada sektor-sektor unggulan dan potensial
dalam menjaga keberlangsungan dunia usaha (supply side). Bantuan tersebut berupa :
a. Pengembangan tanaman hortikultura
b. Pengembangan tanaman pangan
c. Pengembangan tanaman hias
d. Bantuan alat pertanian dan pestisida
e. Bantuan bibit ternak
f. Bantuan bibit ikan
g. Pendataan dan bantuan kepada UMKM
h. Pembuatan aplikasi dan digitalisasi UMKM
i. Pelatihan wirausaha secara online
j. Pengadan sarana/prasarana protokol kesehatan di pasar tradisional
k. Sertifikasi pemandu wisata
l. Sertifikasi SDM perhotelan
m. Bantuan stimulus UMKM
n. Program padat karya
Tabel VII.5 Alokasi Anggaran dan Realisasi
Untuk Kegiatan Bantuan Sosial di Sumut
Tahap Kegiatan Pagu Realisasi Persentase Penyerapan
I Dampak Ekonomi 10.000.000.000 10.000.000.000 100%
Jumlah Tahap I 10.000.000.000 10.000.000.000 100%
II
Penguatan sektor Pertanian 91.040.880.000 63.061.245.850 69%
Penguatan Sektor UMKM 55.750.000.000 55.750.000.000 100%
Penguatan Padat Karya 16.508.446.350 16.508.446.350 100%
Pemberdayaan Pariwisata 661.500.000 661.500.000 100%
Jumlah Tahap II 163.960.826.350 135.981.192.200 83%
III Penguatan sektor Pertanian 24.134.300.000 24.058.246.635 100%
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
112
Penguatan Sektor UMKM 25.400.000.000 25.169.750.750 99%
Penguatan Padat Karya 12.350.000.000 12.329.969.900 100%
Jumlah Tahap III 61.884.300.000 61.557.967.285 99%
Jumlah Tahap I,II dan III 235.845.126.350 207.539.159.485 88%
Sumber : Pemprov Sumatera Utara
Dari realokasi dan refocusing APBD Sumut, telah dapat dialokasikan dana
sebesar Rp1.244.100.000.000,- dan telah direalisasikan sebesar
Rp1.161.094.447.380,- atau telah direalisasikan sebesar 92,7 persen. Dengan detail
sebagai berikut :
Tabel VII.6 Alokasi dan Realisasi Anggaran Untuk Pencegahan dan/atau Penanganan Covid-19 di Sumut
Bidang Pagu Realisasi Persentase Penyerapan
Kesehatan/Medis 419.484.450.259 411.325.317.706 98%
Pendukung Kesehatan/Non Medis
240.179.723.391 239.464.270.189 99,7%
Bantuan Ekonomi kepada Masyarakat Terdampak
357.252.200.000 303.427.200.000 85%
Bansos kepada Masyarakat
Terdampak 235.183.626.350 206.877.659.485 88%
Jumlah 1.252.100.000.000 1.161.094.447.380 93%
Sumber : Pemprov Sumatera Utara
Output dari realokasi dan refocusing APBD Sumut bila dibaurkan dengan alokasi
PC-PEN dari APBN tercermin dari pencapaian indikator perekonomian dan indikator
kesejahteraan yang menunjukkan ke arah-arah perbaikan, walaupun belum maksimal.
Perekonomian Sumut walau sempat terkontraksi dalam di triwulan II, namun menuju
perbaikan di sisa tahun 2020. Demikian juga pada indikator kesejahteraan, walaupun
terdapat kenaikan yang pada jumlah penduduk miskin dan jumlah pengangguran,
namun indikator-indikator yang lain masih dalam posisi yang stabil. Seperti pada Indeks
Pembangunan Manusia dan Nilai Tukar Petani mengalami perbaikan menjadi 71,77 dan
109,83.
Menjadi tugas yang berat bagi Pemerintah Sumut kedepannya, dalam menjaga
tingkat pandemi Covid-19 untuk tidak menjadi guncangan (shocks) dalam
perekonomian Sumut. Guncangan tersebut dapat berupa tingkat penularan Covid-19
yang meningkat tajam sehingga diperlukan tindakan yang ekstrem berupa pembatasan
kegiatan sosial dan kegiatan masyarakat. Bila hal tersebut terjadi akan membawa
dampak yang tidak diinginkan dalam perekonomian Sumut dikarenakan akan terjadi
demand shocks dimana konsumen akan membatasi konsumsi. Dengan penurunan
tingkat konsumsi akan berakibat pada perekonomian Sumut, yang banyak ditopang dari
sisi pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
113
8.1. KESIMPULAN
Dari penjabaran dan pembahasan bab yang ada, dapat disimpulkan Kajian Fiskal
Regional Tahunan Provinsi Sumut Tahun 2020 sebagai berikut :
1. Visi pembangunan Provinsi Sumut adalah “Sumatera Utara yang Maju dan
Bermartabat” yang menjadi dasar tema RKPD Provinsi Sumut yaitu “Peningkatan
Produktivitas dan Daya Saing Pembangunan Sumatera Utara yang
Bermartabat”. Untuk mencapai visi tersebut, terdapat beberapa tantangan yang
dihadapi yaitu pengelolaan sumber daya alam, iklim dan potensi investasi yang
kondusif, birokrasi dan pelayanan perizinan, dukungan permodalan dan kondisi
ketenagakerjaan. Di sisi sosial kependudukan, tantangan yang ada adalah
pengelolaan bonus demografi. Pada sisi geografis, tantangan yang perlu dikelola
adalah pengelolaan sumber daya alam untuk meminimalisasi bencana alam.
Sebagai akibat dari pandemi Covid-19, mempengaruhi perekonomian Sumut
terutama pada sektor pariwisata,menurunkan kualitas tingkat pengangguran dan Gini
Ratio serta tingkat kemiskinan.
2. Perekonomian Sumut di 2020 terkontraksi 1,07 persen dibandingkan dari 2019.
Namun pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan
secara nasional yang juga terkontraksi sebesar 2,07 persen. Tingkat perekonomian
Sumut selalu berkorelasi dengan tingkat perekonomian nasional. Pada empat tahun
terakhir, selisih antara keduanya hanya terkait 0,01 persen hingga 1 persen,
menandakan bahwa terdapat korelasi yang erat. Begitu pula di pertumbuhan per
triwulan, juga terdapat korelasi yang erat pula. Tingkat inflasi Sumut adalah sebesar
1,96 persen lebih rendah dari tahun 2019 yang sebesar 2,33 persen dan lebih tinggi
dari tingkat inflasi nasional yang sebesar 1,68 persen. Tingkat Sumut pada tahun
2020 lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebagai akibat dari
supply shock dan demand shock.
3. Pada tahun 2020, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumut mengalami
pertumbuhan tidak sebesar tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan oleh dampak
dari pandemi Covid-19 yang mempengaruh kesejahteraan masyarakat. Secara
umum, indikator-indikator agregasi IPM mengalami peningkatan, kecuali pada
pengeluaran perkapita yang penurunan yang disebabkan oleh landainya tingkat
inflasi pada tahun 2020. Dari dimensi umur panjang dan hidup sehat, mengalami
BAB VIII : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
114
peningkatan yang konsisten dan signifikan, yaitu pada Umur Harapan Hidup (UHH),
yang rata-rata pertumbuhannya 0,35 persen. Pada dimensi pengetahuan, Harapan
Lama Sekolah (HLS) meningkat rata-rata 0,33 persen dan Rata-rata Lama Sekolah
(RLS) meningkat rata-rata 1,03 persen. Peningkatan pada RLS menunjukkan bahwa
di Sumut, tingkat pendidikan yang diselesaikan makin tinggi.
4. Tingkat kemiskinan di Provinsi Sumut berdasarkan hasil terakhir pada September
2020 adalah sebesar 10,19 persen. Tingkat tersebut meningkat dari September 2020
yaitu sebesar 9,22 persen. Garis kemiskinan pada September 2020 Sumut sebesar
Rp458.947 per kapita per bulan, naik dari September 2019 yaitu sebesar Rp440.538
per kapita per bulan. Faktor yang mempengaruhi kenaikan tingkat kemiskinan adalah
terganggunya aktivitas masyarakat dan perekonomian akibat dari pandemi Covid-19.
Tingkat ketimpangan di Provinsi Sumut sebagaimana pada September 2020
mengalami peningkatan menjadi 0,314, lebih baik dibandingkan pada September
2019 sebesar 0,315. Tingkat ketimpangan pada daerah perkotaan dan pedesaan
makin membaik. Bila dibandingkan secara nasional tingkat ketimpangan pada Sumut
lebih baik dibandingkan tingkat nasional yang sebesar 0,385
5. Dari enam indikator ekonomi fundamental dan indikator kesejahteraan, hanya dua
indikator yang melebihi target yaitu IPM dan Gini Ratio, sisanya tidak mencapai
target. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi perekonomian internasional dan nasional.
6. Hasil proyeksi inflasi di Sumut menunjukkan antara 3,3 persen hingga 3,6 persen.
Hal ini perlu dijaga dengan baik untuk menjadi insentif disisi supply dan sumber-
sumber volatile food perlu dijaga ketersediaannya untuk menjadi shock bagi inflasi.
7. Pendapatan APBN tercatat sebesar Rp19 triliun, turun 12,03 persen dari 2019 dan
belanja APBN terealisasi sebesar Rp60,9 triliun, turun 6,06 persen dari 2019.
Walaupun dalam keadaan yang diluar kenormalan, kinerja APBN di Provinsi Sumut
tetap terjaga. Persetase realisasi pendapatan dan belanja dibanding pagu adalah
sebesar 79,31 persen dan 93,35 persen. Capaian penerimaan pajak ini mengalami
pertumbuhan negatif sebesar 12,82 persen yang berarti mengalami penurunan jika
dibandingkan pada tahun 2019. Hal ini disebabkan dampak pandemi COVID-19 serta
pemberian insentif perpajakan memberikan tekanan yang cukup signifikan terhadap
penerimaan pajak tahun 2020.
8. Dalam 3 tahun terakhir alokasi belanja pemerintah pusat fluktuatif, meningkat pada
tahun 2019 tetapi turun di tahun 2020. Alokasi belanja pemerintah pusat tingkat
Sumut tahun 2020 sebesar Rp22,43 triliun dengan realisasi sebesar Rp21,33 triliun
atau 93,35 persen dari target yang ditetapkan.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
115
9. Belanja Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) mengalami penurunan sebesar
6,71 persen menjadi sebesar Rp62,9 triliun diakibatkan realokasi dan refocusing
APBN.
10. Salah satu indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi
disuatu wilayah adalah pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah akan meningkatkan penerimaan
pemerintah daerah dan keputusan pengeluaran yang benar akan mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. pemerintah perlu menjamin
kelangsungan transfer fiskal ke daerah yang terbukti telah mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah.
11. Arah kebijakan fiskal yang diterapkan di Sumut belum menuju kepada kemandirian
fiskal. Ditandai dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sempat sedikit naik
sebesar 4,74 persen di tahun 2019 namun kembali turun di tahun 2020 sebesar 14,43
persen. Hal ini menunjukkan ketergantungan Sumut terhadap pemerintah pusat
melalui Pendapatan Transfer masih sangat besar. Realisasi belanja APBD
mengalami penurunan pagu dan realisasi. Pagu belanja menurun sebesar Rp5,72
triliun.
12. Jumlah transfer ke daerah di Sumut meningkat signifikan. Namun Kenaikan DAU
diikuti oleh kenaikan belanja daerah serta peningkatan PAD yang tidak signifikan.
DAU dan PAD berpengaruh signifikan secara simultan terhadap belanja pemda. DAU
berpengaruh siginifikan terhadap belanja daerah, dengan arah hubungan yang positif
sehingga semakin meningkat DAU, maka akan meningkatkan belanja daerah.
13. Total pendapatan konsolidasian Provinsi Sumut tahun 2020 mencapai Rp66,5 triliun.
Sedangkan total belanja konsolidasian mencapai Rp107 triliun.
14. Berdasarkan analisis tipologi Klassen, 44 persen Kabupaten/Kota relatif tertinggal
dan hanya 6 persen Kabupaten/Kota yang maju dan berkembang pesat yaitu
Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kota Medan. Senada dengan Indeks
Williamson dan Indeks Entropi Theil, menegaskan terdapat kesenjangan antara
Kabupaten/Kota. Dengan analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share,
sektor basis adalah sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor real estat. Dan
sektor yang maju dan tumbuh pesat adalah industri pengolahan, konstruksi
perdagangan dan real estat. Tantangan fiskal pada 2020 adalah mengadakan suatu
kebijakan countercyclical untuk menahan efek pelemahan perekonomian yang
diakibatkan oleh pandemi Covid-19. Dengan adanya program PC-PEN akan
mengefektifkan upaya countercyclical tersebut.
15. Output dari realokasi dan refocusing APBD Pemprov Sumut bila dibaurkan dengan
alokasi PC-PEN dari APBN tercermin dari pencapaian indikator perekonomian dan
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
116
indikator kesejahteraan yang menunjukkan ke arah-arah perbaikan, walaupun belum
maksimal. Perekonomian Sumut walau sempat terkontraksi dalam di triwulan II,
namun menuju perbaikan di sisa tahun 2020. Demikian juga pada indikator
kesejahteraan, walaupun terdapat kenaikan yang pada jumlah penduduk miskin dan
jumlah pengangguran, namun indikator-indikator yang lain masih dalam posisi yang
stabil.
8.2. REKOMENDASI
Berdasarkan analisis dan kesimpulan yang diambil, dapat diberikan beberapa
rekomendasi, yaitu :
1. Kebijakan Pemerintah Daerah
a. Volatile food merupakan sumber guncangan inflasi di Sumut. Dengan adanya
program food estate dari pemerintah pusat, hendaknya dapat dimanfaatkan
sebagai salah satu upaya dalam menjaga ketersediaan pasokan dari volatile
food. Peran yang dapat diambil oleh pemda adalah membangun kapasitas dan
kompetensi dari para petani setempat agar dapat mengoperasikan peralatan
pertanian modern dan mengapilikasikan manajamen lahan yang lebih maju.
Peran tersebut seyogyanya dapat dimulai lebih awal sehingga pada waktu food
estate mulai diimplementasikan secara penuh, para petani setempat sudah siap.
b. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu andalan dari sektor pertanian di
Sumut. Namun diperlukan peran dari pemerintah daerah untuk merevitalisasi
sub sektor tersebut, terutama pada perkebunan rakyat. Peran tersebut dalam
wujud pelatihan petani, bantuan pemasaran dan penyediaan bibit unggul.
c. Prioritasisasi belanja APBD perlu dipertajam. Belanja pegawai perlu dikurangi
dan dialoakasikan kepada belanja modal. Belanja pemerintah daerah perlu
dilaksanakan secara segera dan pruden. Hal ini diperlukan sebagai insentif
untuk mendorong perekonomian Sumut pulih dari pandemi Covid-19.
2. Kebijakan Pemerintah Pusat
a. Mendorong pembiayaan UMKM agar UMKM dapat bertahan di masa krisis.
Secara historis, UMKM merupakan penyelamat di masa krisis. Dukungan
tersebut dengan ekstensifikasi pembiayaan KUR dan UMi untuk menjangkau
area layanan yang lebih luas. Serta dengan menyiapkan insentif bagi debitur
KUR dan UMi.
b. Infrastruktur transportasi merupakan hal yang penting. Dengan program Tol
Sumatera dan penyiapan infrastruktur kereta api akan memudahkan arus logistik
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020
KANWIL DJPb PROV. SUMUT
117
antar kota dan antar provinsi di Sumatera. Dengan mudahnya arus logistik, akan
menyeimbangkan neraca penawaran dan permintaan di Sumatera.
c. Mendorong pencairan dana satker vertikal di Sumut secara segera dan pruden.
Perekonomian Sumut masih membutuhkan dorongan belanja pemerintah untuk
memulihkan perekonomian akibat pandemi Covid-19.
3. Kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
a. Mendorong para pemangku kepentingan pariwisata di Sumut, terutama di sekitar
Danau Toba sebagai kawasan pariwisata super prioritas. Momentun yang
mengarah pada penurunan tren pandemi Covid-19 harus dimanfaatkan sebaik-
baiknya dengan memperbaiki sarana infrastruktur dan penyiapan masyarakat
agar sadar pariwisata.
b. Penyiapan food estate agar dilaksanakan dengan matang, agar dapat
berkontribusi secara lokal dan nasional. Sumut membutuhkan food estate untuk
menjaga ketersediaan pasokan pertanian dan industri yang disokong oleh food
estate tersebut dapat menyumbang ekspor secara nasional. Sinergi yang
dibuthkan adalah penyiapan lahan, sarana pertanian, infrastruktur perhubungan
dan logistik yang bisa disiapkan bersama-sama antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 3.1
OUTPUT STRATEGIS BIDANG PENDIDIKAN TA. 2021
No. Nama Output Pagu Realisasi PPA
(%) Target
Output
Cap.
Output PCO (%)
1 KUA yang Memenuhi Standar Pelayanan Minimal
15,431,960,000 13,643,568,250 88.41% 293 267 88.14%
2 Keluarga Sakinah yang Terbina 373,618,000 343,886,307 92.04% 16 15 98.33%
3 Bimbingan Perkawinan Pra Nikah 1,215,814,000 1,180,734,000 97.11% 3.792 3.728 100.00%
4 Tunjangan Penyuluh Agama Islam Non-PNS
31,644,000,000 31,389,000,000 99.19% 2.637 2.606 98.82%
5 Guru PAI Non PNS penerima Tunjangan Profesi
22,249,217,000 20,948,070,104 94.15% 965 952 98.65%
6
Santri Pendidikan diniyah formal/ muadalah/PPS Tk. Ula penerima BOS
700,000,000
422,950,000
60.42%
875
717
99.42%
7
Santri Pendidikan diniyah formal/ muadalah/PPS Tk. Wustha penerima BOS
5,394,600,000
5,336,750,000
98.93%
5.185
5.182
99.94%
8
Santri Pendidikan diniyah formal/ muadalah/PPS Tk. Ulya penerima BOS
1,304,500,000
1,258,250,000
96.45%
1.081
1.081
99.76%
9
Madrasah Diniyah Takmiliyah, Pendidikan Al Quran, Pendidikan Pesantren Penerima (BOP)
800,000,000
800,000,000
100.00%
80
80
100.00%
10
Santri Pendidikan diniyah formal/ muadalah/PPS Tk. Ula Penerima bantuan PIP
157,500,000
144,900,000
92.00%
350
335
89.43%
11
Santri Pendidikan diniyah formal/ muadalah/PPS Tk. Wustha penerima bantuan PIP
2,385,000,000
2,337,750,000
98.02%
3.180
3.145
98.90%
12
Santri Pendidikan diniyah formal/ muadalah/PPS Tk. Ulya penerima bantuan PIP
110,000,000
106,000,000
96.36%
110
107
100%
13 Sarana dan Prasarana madrasah Madrasah yang Diadakan (SBSN)
25,207,188,000 25,063,930,097 99.43% 3 3 98.81
14 Siswa MI penerima BOS 142,833,600,000 142,507,768,135 99.77% 178.542 163.459 91.55%
15 Siswa MTs penerima BOS 217,293,000,000 216,423,132,398 99.60% 217.293 208.082 95.76%
16 Siswa MA penerima BOS 134,745,800,000 133,623,529,078 99.17% 96.247 90.282 93.80%
17 Dosen Non PNS Penerima Tunjangan Profesi
6,940,000,000 6,881,270,200 99.15% 248 248 59.68%
18 PIP Kuliah 4,818,000,000 4,818,000,000 100.00% 730 730 100.00%
19 Guru Non - PNS penerima Tunjangan Insentif
32,132,000,000 31,807,500,000 98.99% 10.959 10.363 100.00%
20 Guru Non-Pns penerima Tunjangan Profesi
272,575,369,000 264,961,747,433 97.21% 9.870 9.808 100.00%
21 Guru Non-PNS Penerima Tunjangan Khusus©
1,215,000,000 1,152,900,000 94.89% 80 80 100.00%
22 PIP SMTK/SMAK 736,000,000 706,500,000 95.99% 736 736 100.00%
23 PIP SMPTK 255,750,000 255,750,000 100.00% 341 341 100.00%
24 PIP SDTK 13,950,000 13,950,000 100.00% 31 31 100.00%
25 Siswa SMTK Penerima BOS 1,192,800,000 1,192,800,000 100.00% 852 852 100.00%
26 Siswa SMPTK Penerima BOS 400,000,000 400,000,000 100.00% 400 411 100.00%
27 Siswa SDTK Penerima BOS 44,000,000 29,600,000 67.27% 55 55 100.00%
28 Guru Non PNS Penerima Tunjangan Profesi
5,701,400,000
5,569,639,000
97.69%
286
276
96.50%
29 Guru Non PNS Penerima Insentif 726,000,000 726,000,000 100.00% 242 242 100.00%
30 Penyuluh Agama Kristen Non PNS penerima Tunjangan
9,000,000,000 8,761,600,000 97.35% 1.503 1.503 65,53%
31 Siswa SMAK Penerima Bantuan PIP 15,000,000 15,000,000 100.00% 15 15 100.00%
32 Guru Non PNS Penerima Insentif 111,000,000 111,000,000 100.00% 37 37 100.00%
33 Guru Non PNS Penerima Tunjangan Profesi
1,082,514,000 1,046,510,400 96.67% 70 69 98.57%
34 Penyuluh Agama Katolik Non PNS Penerima Tunjangan
5,405,637,000 3,649,999,999 67.52% 508 451 88.78%
35 Guru Non PNS Penerima Insentif 30,000,000 30,000,000 100.00% 10 10 100.00%
36 Tunjangan Penyuluh/Tenaga Teknis Keagamaan Non PNS
180,000,000 180,000,000 100.00% 15 15 100.00%
37 Penyuluh Agama Buddha Non PNS yang mendapatkan tunjangan
648,000,000
648,000,000
100.00%
54
54
100.00%
38 Guru Agama Non PNS yang menerima Tunjangan Profesi
378,000,000 378,000,000 100.00% 21 21 100.00%
39 Lembaga Pendidikan Keagamaan Buddha yang memperoleh Bantuan Operasional
455,000,000
454,916,000
99.98%
32
32
100.00%
40 Dosen Non PNS yang menerima Tunjangan Profesi
120,000,000 110,575,000 92.15% 5 5 100.00%
41 PIP Kuliah 1,320,000,000 1,320,000,000 100.00% 200 200 100.00%
LAMPIRAN 6.1
PDRB PER KAPITA (JUTA RUPIAH) KABUPATEN/KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA
TAHUN 2019
Kabupaten PDRB Perkapita
01 N i a s 26.68
02 Mandailing Natal 30.28
03 Tapanuli Selatan 49.41
04 Tapanuli Tengah 26.43
05 Tapanuli Utara 26.14
06 Toba Samosir 41.78
07 Labuhanbatu 68.02
08 A s a h a n 51.3
09 Simalungun 43.8
10 D a i r i 32.24
11 K a r o 49.49
12 Deli Serdang 49.79
13 L a n g k a t 40.81
14 Nias Selatan 21.44
15 Humbang Hasundutan 31.29
16 Pakpak Bharat 24.07
17 Samosir 35.14
18 Serdang Bedagai 45.39
19 Batu Bara 81.74
20 Padang Lawas Utara 42.607
21 Padang Lawas 40.43
22 Labuhanbatu Selatan 80.04
23 Labuhanbatu Utara 67
24 Nias Utara 25.48
25 Nias Barat 22.11
26 S i b o l g a 63.12
27 Tanjungbalai 51.08
28 Pematangsiantar 54.57
29 Tebing Tinggi 36.03
30 M e d a n 105.9
31 B i n j a i 42.3
32 Padangsidimpuan 28.73
33 Gunungsitoli 38.74
Sumatera Utara 55.05
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI SUMATERA UTARABIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II
GEDUNG KEUANGAN NEGARAJALAN DIPONEGORO NO.30 A MEDAN 20152
TELP.(061)4553253-4513044 FAX.(061)4538600-4148440
@kanwildjpbsumut @kanwildjpbsumut [email protected] djpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/sumut