26 - Beranda - DJPb

147

Transcript of 26 - Beranda - DJPb

Page 1: 26 - Beranda - DJPb
Page 2: 26 - Beranda - DJPb
azalea
Typewriter
26
Page 3: 26 - Beranda - DJPb
Page 4: 26 - Beranda - DJPb
azalea
Typewriter
(milyar Rp)
azalea
Typewriter
(milyar Rp)
azalea
Typewriter
(milyar Rp)
azalea
Typewriter
(milyar Rp)
azalea
Typewriter
Page 5: 26 - Beranda - DJPb

Pembangunan Provinsi Sumut di tahun 2020 diarahkan pada peningkatan

produktivitas dan daya saing. Peningkatan produktivitas diprioritaskan pada

pembangunan infrastruktur dan peningkatan penyediaan layanan kesehatan.

Sedangkan peningkatan daya saing diprioritaskan pada peningkatan kesempatan kerja,

peningkatan akses pendidikan dan peningkatan daya saing sektor agraris dan

pariwisata. Pembangunan di Sumut menghadapi tantangan antara lain iklim invetasi

yang kondusif dan kondisi ketenagakerjaan. Disisi lain, alam Sumut juga mempunyai

pegunungan Bukit Barisan yang mempunyai banyak manfaat dan juga potensi bencana.

Dengan keragaman penduduknya, dapat menjadi penggerak pembanguna bila

dimanfaatkan secara maksimal. Namun sejak triwulan I hingga akhir tahun 2020, dunia

dilanda pandemi Covid-19 tidak terkecuali Sumut. Dampak dari pandemi Covid-19

sangat mempengaruhi sektor pariwisata dikarenakan turunnya kunjungan wisatawan

dan beberapa event kalender internasional yang dibatalkan.

Perekonomian Sumut di tahun 2020 mengalami perkembangan yang tidak

menggembirakan. Pendapatan Regional Domestik Bruto (PDRB) mengalami kontraksi

1,07 persen dibandingkan tahun 2019. Tingkat inflasi yang landai sepanjang 2020 yaitu

sebesar 1,96 persen (y-on-y), dikarenakan mengalami demand shocks dan supply

shocks. Pada indikator kesejahteraan, hampir semua indkator dalam posisi yang tidak

menggembirakan kecuali Indeks Pembangunan Manusia dan Nilai Tukar Petani yang

mengalami perbaikan dari tahun sebelumnya. Tingkat Pengangguran Terbuka, Gini

Ratio dan Tingkat Kemiskinan, mengalami penurunan menjadi 6,91 persen, 0,315 dan

10,19 persen. Sedangkan Indeks Pembangunan Manusi dan Nlai Tukar Petani

mengalami perbaikan menjadi 71,77 dan 109,83. Perkembangan ini merupakan dampak

dari perekonomian global dan nasional yang mengalami turbulensi dikarenkan pandemi

Covid-19. Analisa mengenai preyeksi tingkat inflasi tahun 2021 adalah berkisar 3,3

persen – 3,9 persen.

Pelaksanaan APBN di Provinsi Sumut didorong untuk menggerakkan

perekonomian. Pendapatan APBN tercatat sebesar Rp19 triliun, turun 12,03 persen dari

2019 dan belanja APBN terealisasi sebesar Rp60,9 triliun, turun 6,06 persen dari 2019.

Walaupun dalam keadaan yang diluar kenormalan, kinerja APBN di Provinsi Sumut tetap

terjaga. Persetase realisasi pendapatan dan belanja dibanding pagu adalah sebesar

79,31 persen dan 93,35 persen. Belanja Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)

Page 6: 26 - Beranda - DJPb

mengalami penurunan sebesar 6,71 persen menjadi sebesar Rp62,9 triliun diakibatkan

realokasi dan refocusing APBN. Namun, belanja TKDD menunjukkan pengaruh positif

kepada peningkatan PDRB di Sumut, khususnya DAU dan DAK Fisik memiliki pengaruh

signifikan dan positif terhadap PDRB di Sumut. Disisi lain, tingkat kemandirian daerah

belum menggembirakan, Sumut masih ditopang dengan TKDD yang mencapai 75

persen, dimana PAD nya hanya mampu berkontribusi 18 persen untuk membiayai

Belanja APBD Sumut.Untuk kredit program, total penyaluran KUR di Sumut sebesar

Rp8,13 triliun. Jumlah penyaluran tersebut meningkat sebanyak 41,54 persen dari

periode tahun 2019.

Pelaksanaan APBD di Sumut masih tergantung pada pendapatan transfer dari

pemerintah pusat, mencapai 74,44 persen atau sebesar Rp36,47 triliun. Realisasi

belanja APBD mengalami penurunan pagu dan realisasi. Pagu belanja menurun sebesar

Rp5,72 triliun. Ruang fiskal di Provinsi Sumut, masih terdapat kesenjangan. Pada empat

Kabupaten/Kota mempunyai ruang fiskal jauh lebih tinggi. dibandingkan Kabupaten/Kota

lainnya. Pagu belanja APBD lingkup Provinsi Sumut sebesar Rp58,9 triliun,

direalisasikan sebesar 80,78 persen atau sebesar Rp47,5 triliun. Terdapat pos belanja

yang mengalami penurunan dibandingkan dengan 2019 yaitu belanja pegawai, belanja

barang dan jasa, belanja bantuan sosial dan belanja modal. Hal tersebut disebabkan

adanya realokasi dan refocusing APBD.

Sebaran BLUD di Provinsi Sumut masih didominasi oleh sektor kesehatan dan

belum menyeluruh ke semua pemda. Di lingkup Provinsi Sumut, setiap peningkatan

DAU, menyebabkan peningkatan belanja yang lebih besar bila dibandingkan dengan

peningkatan pendapatan daerah dari PAD

Total pendapatan konsolidasian Provinsi Sumatera Utara tahun 2020 mencapai

Rp66,5 triliun. Sedangkan total belanja konsolidasian mencapai Rp107 triliun.

dikarenakan penurunan pendapatan yang lebih besar dibandingkan penurunan belanja

mengakibatkan kenaikan defisit anggaran dibandingkan dengan tingkat defisit

konsolidasian 2019 sebesar 6% atau minus Rp40,4 triliun.

Tantangan fiskal pada 2020 adalah mengadakan suatu kebijakan countercyclical

untuk menahan efek pelemahan perekonomian yang diakibatkan oleh pandemi Covid-

19. Berdasarkan analisis tipologi Klassen, 44 persen Kabupaten/Kota relatif tertinggal

dan hanya 6 persen Kabupaten/Kota yang maju dan berkembang pesat. Senada oleh

Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil, menegaskan terdapat kesenjangan antara

Kabupaten/Kota. Dengan analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share, sektor

Page 7: 26 - Beranda - DJPb

basis adalah sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor real estat. Dan sektor

yang maju dan tumbuh pesat adalah industri pengolahan, konstruksi perdagangan dan

real estat. Tantangan fiskal regional di Sumut adalah bagaimana merevitalisasi sektor

perkebunan yang mempunyai potensi tinggi namun menghadapi banyak kendala.

Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, tidak hanya dilakukan

dengan beban APBN namun juga dengan APBD. Maka dengan Instruksi Presiden

Presiden Nomor 4 Tahun 2020 dan menindaklanjuti Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 20 Tahun 2020 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 117/KMK.07/2020

tentang Percepatan Penyesuaian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun

2020 Dalam Rangka Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), Serta

Pengamanan Daya Beli Masyarakat dan Perekonomian Nasional, Pemerintah Sumut

melakukan perubahan alokasi anggaran kegiatan tertentu (refocusing) APBD 2020

untuk percepatan penanganan Covid-19 dengan jumlah lebih kurang sebesar Rp1,5

triliun. Dari realokasi dan refocusing APBD Sumut, telah dapat dialokasikan dana

sebesar Rp1.244.100.000.000 dan telah direalisasikan sebesar Rp1.161.094.447.380

atau telah direalisasikan sebesar 92,7 persen. Output dari realokasi dan refocusing

APBD Sumut bila dibaurkan dengan alokasi PC-PEN dari APBN tercermin dari

pencapaian indikator perekonomian dan indikator kesejahteraan yang menunjukkan ke

arah-arah perbaikan, walaupun belum maksimal.

Page 8: 26 - Beranda - DJPb

1

Page 9: 26 - Beranda - DJPb
User
Typewritten text
3
User
Typewritten text
23
User
Typewritten text
22
User
Typewritten text
29
User
Typewritten text
43
User
Typewritten text
44
User
Typewritten text
46
User
Typewritten text
51
User
Typewritten text
56
User
Typewritten text
57
User
Typewritten text
62
User
Typewritten text
64
User
Typewritten text
67
User
Typewritten text
71
User
Typewritten text
71
User
Typewritten text
75
Page 10: 26 - Beranda - DJPb
User
Typewritten text
79
User
Typewritten text
80
User
Typewritten text
82
User
Typewritten text
85
User
Typewritten text
87
User
Typewritten text
96
User
Typewritten text
100
User
Typewritten text
102
User
Typewritten text
108
User
Typewritten text
109
User
Typewritten text
110
User
Typewritten text
111
User
Typewritten text
113
User
Typewritten text
116
Page 11: 26 - Beranda - DJPb

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Tujuan dan Sasaran RPJMD 2019-2023 Prov. Sumut 2 Tabel I.2 Prioritas dan Sasaran Pembangunan Prov. Sumut Tahun 2020 3 Tabel I.3 Permasalahan/Tantangan Ekonomi Sumut Tahun 2020 4

Tabel I.4 Karakteristik Wilayah dan Data Penduduk serta Luas 6 Tabel II.1

PDRB Menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2020 Tahun 2018-2020 (Miliar Rupiah)

10

Tabel II.2 Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran 2018-2020 (Persen 11 Tabel II.3

PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2018 – 2020 (Miliar Rupiah)

11

Tabel II.4 Laju Pertumbuhan dan Distribusi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2018 – 2020 (Miliar Rupiah

12

Tabel II.5 Perkembangan Status Ketenagakerjaan Sumut 2018-2020 (ribu orang) 18

Tabel II.6 Pencapaian RKPD dengan Indikator Ekonomi dan Indikator Kesejahteraaan Tahun 2020

20

Tabel III.1 Pagu dan Realisasi APBN Sumut Tahun 2018 s.d. 2020 (Miliar Rupiah) 22 Tabel III.2 Target dan Realisasi Pajak Sumut Tahun 2019 s.d. 2020 (Miliar Rupiah) 23 Tabel III.3 Insetif Perpajakan Kanwil DJP Sumut Tahun 2020 25 Tabel III.4 Fasilitas Bea Masuk Sumut Tahun 2020 27 Tabel III.5 Perkembangan Realisasi PNBP Fungsional Tahun 2019 dan 2020 Sumut. 28 Tabel III.6 Pagu 10 Kementerian/Lembaga Tertinggi Tahun 2020 di Sumut 30 Tabel III.7 Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi Tahun 2020 Sumut 31 Tabel III.8 Perkembangan Belanja Sumut Berdasarkan Jenis Belanja (Miliar Rupiah 32 Tabel III.9 Perkembangan Pagu dan Realisasi TKDD Sumut (Miliar Rupiah 33 Tabel III.10 Rasio PAD dan Rasio Transfer Tahun 2020 Sumut 34 Tabel III.11 Perkembangan Pagu dan Realisasi DAU Sumut 35 Tabel III.12 Perkembangan Pagu dan Realisasi DBH Sumut 36 Tabel III.13 Perkembangan DAK Fisik Sumut 37 Tabel III.14 Perkembangan Penyaluran DAK Non Fisik Sumut 38 Tabel III.15 Perkembangan Penyaluran Dana Desa Sumut 39 Tabel III.16 Realisasi Dana Desa Tahun 2020 Per Tahapan 40 Tabel III.17 Perkembangan Penyaluran DID Sumut 41 Tabel III.18 Perbandingan Alokasi Pagu DID Tahun 2019 dan Tahun 2020 42 Tabel III.19 Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Pusat di Sumut 45 Tabel III.20 Nilai Aset dan Rasio Kemandirian Satker PNBP (Miliar Rupiah 46 Tabel III.21 Penerusan Pinjaman di Sumut per 31 Desember 2020 47 Tabel III.22 Penyaluran KUR Berdasarkan Skema 49 Tabel III.23 Output Strategi Belanja Sektor Pendidikan 52 Tabel III.24 Output Strategi Belanja Sektor Kesehatan 52 Tabel III.25 Output Strategi Belanja Sektor Infrastruktur 53 Tabel III.26 Hasil Analisis 53

Page 12: 26 - Beranda - DJPb

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Profil APBD Agregat Prov. Sumut (Miliar Rupiah) 56 Tabel IV.2

Analisis Komparatif Alokasi Dana Transfer 59

Tabel IV.3 Profil APBD berdasarkan Klasifikasi Urusan di Sumut (Miliar Rupiah) 63 Tabel IV.4 Profil, Aset, dan Pagu BLUD 2019-2020 di Sumut 65 Tabel IV.5 Analisis Horizontal Pemerintah Daerah di Sumatera Utara TA 2020 71 Tabel IV.6 Analisis Horizontal Pemprov Sumut Tahun 2018-2020 72 Tabel IV.7 Perkembangan Kapasitas Fiskal Sumatera Utara (miliar Rp) 73 Tabel IV.8 Sebaran Indeks Kapasitas Fiskal Kabupaten/Kota di Sumatera Utara 74 Tabel V.1 Tabel Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi

Sumut Triwulan IV Tahun 2020 (dalam Miliar rupiah 79

Tabel V.2 Rasio Pajak Terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018 dan Tahun 2019

82

Tabel V.3 Laporan Operasional Statistik Keuangan Pemerintah (GFS) Tahun 2018, 2019, 2020

87

Tabel VI.1 Hasil Analisis Location Quotient dan Shift Share terhadap PDRB Provinsi Sumut Tahun 2017-2020

93

Tabel VI.2 Pengelompokan Basis Sektor Ekonomi

96

Tabel VII.1 Alokasi Anggaran Untuk Pencegahan dan/atau Penanganan Covid-19 Per

Tahap di Sumut 108

Tabel VII.2 Alokasi Anggaran dan Realisasi Untuk Kegiatan Medis Pencegahan dan/atau Penanganan Covid-19 di Sumut

109

Tabel VII.3 Alokasi Anggaran dan Realisasi Untuk Kegiatan Penunjang Kesehatan/Non Medis

110

Tabel VI.4 Alokasi Anggaran dan Realisasi Untuk Kegiatan Bantuan Ekonomi di Sumut 111 Tabel VII.5 Alokasi Anggaran dan Realisasi Untuk Kegiatan Bantuan Sosial di Sumut 111 Tabel VII.6 Alokasi dan Realisasi Anggaran Untuk Pencegahan dan/atau Penanganan

Covid-19 di Sumut 112

Page 13: 26 - Beranda - DJPb

DAFTAR GRAFIK

Grafik II.1

Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Sumut dan Nasional Tahun 2018-2020 (persen)

9

Grafik II.2 Pertumbuhan dan Distribusi PDRB Beberapa Lapangan Usaha Tahun 2020 (persen)

9

Grafik II.3 Sumber Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha 2018-2020 (persen) 9

Grafik II.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumut Triwulanan Y-on-Y (persen) 9

Grafik II.5 Suku Bunga Kredit 2019-2020 (persen) 13

Grafik II.6 Grafik II.6. Tingkat Inflasi Prov. Sumut dan Nasional Tahun 2018-2020 (persen)

14

Grafik II.7 Komponen Pembentuk Inflasi Kota Medan 2020 (persen, m-to-m 14

Grafik II.8 Indeks Harga Konsumen per Kelompok Pengeluaran Prov. Sumut 2020 15

Grafik II.9 Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar AS 2019-2020 (Rupiah 15

Grafik II.10 Perkembangan IPM Sumut 2017-2020 16

Grafik II.11 Perkembangan Indikator IPM Sumut 2017-2020 17

Grafik II.12 Jumlah Penduduk misksin dan Persentase Penduduk Miskin 2018-2020 17

Grafik II.13 Perkembangan Gini Ratio Sumut 2017-2020 18

Grafik II.14 Indeks Nilai Tukar Petani 2018-2020 19

Grafik II.15 Indeks Nilai Tukar Petani per Sub Sektor Tahun 2020 19

Grafik III.1 Perkembangan Tax Ratio Sumut 24

Grafik III.2 Besaran Insentif Pajak Berdasarkan Sektor 26

Grafik III.3 Insentif Bea Masuk dan PDRI atas Impor Barang Lingkup Sumut 27

Grafik III.4 Perkembangan Realisasi PNBP Sumut 28

Grafik III.5 Perkembangan Belanja APBN Sumut 29

Grafik III.6 Perkembangan dan Pertumbuhan TKDD Sumut 33

Grafik III.7 Pagu dan Realisasi TKDD TA 2020 per Kab/Kota di Sumut 34

Grafik III.8

Tren Penyaluran Bulanan DAU Sumut 35

Grafik III.9 Tren Penyaluran Bulanan DBH Sumut 36

Grafik III.10 Tren Penyaluran Bulanan DAK Fisik Sumut 37

Grafik III.11 Tren Penyaluran Bulanan DAK Non Fisik Sumut 39

Page 14: 26 - Beranda - DJPb

DAFTAR GRAFIK

Grafik III.12 Tren Penyaluran Bulanan Dana Desa Sumut 40

Grafik III.13 Perkembangan Penyaluran DID Sumut 42

Grafik III.14 Perkembangan Cash Flow APBN di Sumut 43

Grafik III.15 Perkembangan Arus Kas Masuk APBN di Sumut 43

Grafik III.16 Perkembangan Arus Kas Masuk APBN di Sumut 44

Grafik III.17 Perkembangan Surplus/Defisit APBN di Sumut 44

Grafik III.18 Perkembangan Aset, PNBP dan RM BLU 45

Grafik III.19 Rasio Kemandirian BLU 2018-2020 (persen) 46

Grafik III.20 Penyaluran KUR Sumut 47

Grafik III.21 Pelunasan KUR Bulanan 48

Grafik III.22 Perkembangan Jumlah Penyaluran dan Jumlah Debitur 49

Grafik III.24 Perkembangan Penyaluran dan Debitur per Bulan Tahun 2020 49

Grafik III.25 Rata-rata Penyaluran per Debitur 50

Grafik IV.1

Analisis Ruang Fiskal Pemda Se-Sumut Tahun 2020 (Miliar Rupiah 58

Grafik IV.2

Analisis Kemandirian Daerah Pemda Se-Sumut Tahun 2020

58

Grafik IV.3 Komposisi Realisasi Pendapatan Daerah di Sumut Tahun 2020 60

Grafik IV.4 Komposisi PAD 64

Grafik IV.5

Rasio PAD terhadap Belanja Pemerintah Daerah per Kab./Kota Tahun 2019-2020

61

Grafik III.12 Tren Penyaluran Bulanan Dana Desa Sumut 40

Grafik III.13 Perkembangan Penyaluran DID Sumut 42

Grafik III.14 Perkembangan Cash Flow APBN di Sumut 43

Grafik IV.6

Lain-lain Pendapatan daerah Yang Sah Sumut Tahun 2018-2020 (Miliar Rupiah

61

Grafik IV.7

Persentase PNBP BLU terhadap Total Belanja APBD

66

Page 15: 26 - Beranda - DJPb

DAFTAR GRAFIK Grafik IV.8

Persentase Pagu RM BLU terhadap Jumlah Pagu

66

Grafik IV.9

Rasio Surplus/Defisit Terhadap Agregat Pendapatan 34 Pemda di Sumut 2019-2020

67

Grafik IV.10 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Total Realisasi Dana Transfer 34 Pemda di Sumut

68

Grafik IV.11 Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB Sumut 2018-2020 69

Grafik IV.12 Rasio SILPA terhadap Total Belanja 2019-2020 74

Grafik IV.13 Alokasi Pagu Sektor Pendidikan dan Kesehatan di Sumatera Utara tahun 2018-2020

78

Grafik IV.14 Perbandingan Rasio belanja Sektor Pendidikan terhadap Harapan Lama Sekolah dan IPM

74

Grafik IV.15 Perbandingan rasio belanja Sektor Kesehatan terhadap Harapan Hidup dan IPM

75

Grafik IV.16 Belanja Infrastruktur terhadap Dana Transfer aumum Daerah Sumatera Utara 2018-2020

75

Grafik V.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian s.d. Triwulan IV Tahun 2020, 2019, 2018

80

Grafik V.2 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di Provinsi Sumut s.d.triwulan IV Daerah dan Pusat

80

Grafik V.3 Perbandingan Pendapatan Perpajakan Pempus dan Pemda s.d. Triwulan IV Tahun 2020

81

Grafik V.4 Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Konsolidasian di Provinsi Sumut s.d. triwulan IV Tahun 2020

83

Grafik V.5 Perbandingan Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Sumut 83

Grafik V.6 Perkembangan PDRB per kapita Provinsi Sumut dan Indeks Williamson Tahun 2015-2019

84

Grafik V.7 Scatter Plot Hubungan Belanja Konsolidasian dengan Indeks Williamson Tahun 2015-2019

84

Grafik V.8 Perbandingan Surplus/Defisit pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut... 86

Grafik V.4

Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Konsolidasian di Provinsi Sumut s.d. triwulan IV Tahun 2020

83

Grafik V.5

Perbandingan Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Sumut

84

Grafik V.6

Perkembangan PDRB per kapita Provinsi Sumut dan Indeks Williamson Tahun 2015-2019

84

Grafik V.7

Scatter Plot Hubungan Belanja Konsolidasian dengan Indeks Williamson Tahun 2015-2019

85

Page 16: 26 - Beranda - DJPb

DAFTAR GRAFIK

Grafik V.8

Perbandingan Surplus/Defisit pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut

86

Grafik VI.1

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi Sumut Tahun 2015-2020

89

Grafik VI.2

Analisis Kuadran Kab/Kota di Provinsi Sumut

91

Grafik VI.3

Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil Provinsi Sumut Tahun 2015-2019

92

Grafik VI.4

Tipologi Klassen Sektor Perekonomian Sumut

95

Grafik VI.5

Perbandingan NTP dan NTUP Sumut dan Nasional 2020

97

Grafik VI.6

Produksi Tanaman Perkebunan PTPN II, III, dan IV menurut Jenis Tanaman (ton) Tahun 2015-2019

98

Grafik VI.7

Perkembangan Harga CPO Tahun 2020 (Rupiah

99

Grafik VI.8

Perubahan Perilaku Pembelian Daring Selama Pandemi Covid-19 (persen

101

Grafik VI.9

Kontribusi LU Pertanian, Kehutanan dan Perikanan terhadap PDRB Sumut ADHB 2014-2020 (persen

102

Grafik VI.10

Luas Areal Perkebunan Di Sumut Tahun 2018-2019 (Hektar

103

Grafik VII.1 Tren Akumulasi Covid-19 di Sumut (21 Maret 2020-31 Desember 2020) 107

Page 17: 26 - Beranda - DJPb

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Sebaran Covid-19 di Sumut 7

Gambar II.1 Peranan Provinsi Sumatera Utaara dalam Pembentukan PDRB Pulau Sumatera Tahun 2020

8

Gambar III.1 Sebaran KUR di Sumut 48

Gambar III.2 Plot Persebaran Pembiayaan UMi di Sumut Tahun 2020 50

Gambar IV.1 Analisis Vertikal Sumut 72

Page 18: 26 - Beranda - DJPb
Page 19: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

1

1.1. PENDAHULUAN

Tujuan dari kebijakan fiskal baik yang dijalankan oleh Pemerintah Pusat maupun

oleh Pemerintah Daerah adalah untuk mengarahkan jalannya perekonomian menuju

keadaan yang diinginkan atau ke arah yang lebih baik. Tujuan lainnya adalah untuk

mencapai pertumbuhan perekonomian yang tinggi, memperluas kesempatan kerja dan

mengurangi pengangguran serta untuk menstabilkan harga barang secara umum dalam

rangka menjaga inflasi. Dengan kebijakan fiskal, pemerintah mengendalikan arah,

tujuan, sasaran dan prioritas pembangunan serta pertumbuhan perekonomian dengan

cara mengubah atau memperbaharui penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

Dengan kebijakan fiskal yang pruden dan akuntabel, pemerintah akan menjaga

lingkungan perekonomian yang sesuai dengan sasaran pembangunan yang akan dituju.

Fungsi kebijakan fiskal sebagai alat alokasi, distribusi dan stabilisasi, diarahkan untuk

mendorong investasi dan daya saing dalam rangka mewujudkan pertumbuhan yang

berkualitas yang diwujudkan melalui peningkatan kesempatan kerja, pengurangan

kemiskinan dan kesenjangan. Fokus kebijakan fiskal adalah : (1) mendorong

penyehatan fiskal yang ditempuh dengan mendorong penggunaan anggaran negara

lebih produktif, efisien, berdaya tahan dan berkelanjutan serta (2) mendorong iklim

investasi dan ekspor.

Untuk dapat mencapai sasaran pembangunan yang telah ditetapkan, rencana

kerja pemerintah, baik dalam kebijakan fiskal maupun dalam program pembangunan

harus menyesuaikan dengan potensi dan tantangan yang ada. Potensi dan tantangan

tersebut dapat berupa aspek ekonomi, sosial-kependudukan dan kewilayahan. Dengan

mengenali potensi dan tantangan yang ada, baik kebijakan fiskal maupun program

pembangunan dapat berjalan lebih produktif, efektif dan efisien.

1.2. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

1.2.1. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera

Utara (Sumut) pada tahun 2020 menggunakan RPJMD 2019-2023 yang memiliki visi

pembangunan jangka menengah yaitu “Sumatera Utara yang Maju dan Bermartabat”.

BAB I : SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH

Page 20: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

2

Tabel I.1. Tujuan dan Sasaran RPJMD 2019-2023 Provinsi Sumut

“Sumatera Utara yang Maju, Aman, dan Bermartabat”

Misi Tujuan Sasaran

Mewujudkan masyarakat Sumut

yang bermartabat dalam

kehidupan karena memiliki iman

dan taqwa, tersedianya sandang

pangan yang cukup, rumah yang

layak, kesehatan yang prima, mata

pencaharian yang menyenangkan,

serta harga-harga yang

terjangkau;

1. Meningkatnya derajat kualitas hidup sosial masyarakat

Meningkatnya kerukunan umat beragama

2. Meningkatkan kehidupan yang layak bagi masyarakat

Meningkatnya derajat kualitas hidup sosial masyarakat

Terpenuhinya kecukupan gizi dan terpenuhinya bobot kelompok pangan

Meningkatnya kesejahteraan petani

Meningkatnya kualitas hunian kawasan Permukiman

Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat

Terkendalinya pertumbuhan

penduduk

3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi

Terkendalinya inflasi

Menurunnya angka kemiskinan

Menurunnya tingkat ketimpangan pendapatan

Meningkatnya infrastruktur dasar

Menurunnya tingkat pengangguran

Mewujudkan Sumut yang bermartabat dalam politik dengan adanya pemerintahan yang bersih dan dicintai, tata kelola

pemerintah yang baik, adil dan

terpercaya, politik yang beretika,

masyarakat yang berwawasan

kebangsaan dan memiliki kohesi

sosial yang kuat serta harmonis;

Meningkatkan tata kelola

pemerintahan yang baik

Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang berintegritas

Meningkatnya budaya kepatuhan

hukum masyarakat

Mewujudkan Sumut yang

bermartabat dalam pendidikan

karena masyarakatnya yang

terpelajar, berkarakter, cerdas,

kolaboratif, berdaya saing dan

mandiri;

Meningkatkan kualitas

pendidikan masyarakat

dalam mewujudkan

masyarakat yang terpelajar,

berkarakter, cerdas,

kolaboratif, berdaya saing

dan mandiri

Meningkatnya kualitas dan

jangkauan layanan pendidikan

Mewujudkan Sumut yang

bermartabat dalam pergaulan

karena terbebas dari judi, narkoba,

prostitusi dan penyelundupan,

sehingga menjadi teladan di Asia

Tenggara dan Dunia;

Meningkatkan keamanan

dan ketertiban masyarakat

dalam mewujudkan

masyarakat yang terbebas

dari judi, narkoba, prostitusi

dan penyelundupan

Meningkatnya kepatuhan

masyarakat terhadap hukum dengan

menurunnya kasus judi, narkoba,

prostitusi dan penyelundupan

Meningkatnya implementasi

Pengarusutamaan Gender dalam

pembangunan

Mewujudkan Sumut yang

bermartabat dalam lingkungan

karena ekologinya yang terjaga,

alamnya yang bersih dan indah,

penduduknya yang ramah,

berbudaya, berperikemanusiaan

dan beradab

1. Meningkatkan pengelolaan

ekologi lingkungan hidup

yang berkualitas

Meningkatnya kualitas lingkungan hidup

Meningkatnya aksesibilitas dan

kualitas penanganan bencana

2. Meningkatkan

pembangunan pariwisata

yang berkelanjutan

Terciptanya masyarakat yang

berbudaya sesuai dengan norma

adat istiadat dalam meningkatkan

daya saing sektor pariwisata

Sumber : RPJMD Prov. Sumut Tahun 2019-2023

Dalam rangka pencapaian visi pembangunan telah ditetapkan 5 (lima) misi

pembangunan jangka menengah Provinsi Sumut tahun 2019-2023 yaitu : “mewujudkan

Page 21: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

3

masyarakat Sumut yang bermartabat dalam kehidupan, mewujudkan Sumut yang

bermartabat dalam politik, mewujudkan Sumut yang bermartabat dalam pendidikan,

mewujudkan Sumut yang bermartabat dalam pergaulan, dan mewujudkan Sumut yang

bermartabat dalam lingkungan”.

1.2.2. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Pemerintah Daerah Provinsi Sumut

tahun 2020 merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, dengan mengacu kepada Rencana

Kerja Pemerintah (RKP) pada tahun berkenaan. Pemerintah Daerah Provinsi Sumut

telah menetapkan RKPD Provinsi Sumut melalui Peraturan Gubernur Nomor 33 Tahun

2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Sumut Tahun 2020 yang telah

diubah dengan Peraturan Gubernur Nomor 42 Tahun 2020 tentang Perubahan Rencana

Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Sumut Tahun 2020. Tema RKPD Provinsi Sumut

pada tahun 2020 adalah : “Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing Pembangunan

Sumut yang Bermartabat”. Prioritas dan sasaran pembangunan Provinsi Sumuttara

Tahun 2020 antara lain sebagai berikut :

Tabel I.2. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Prov. Sumut Tahun 2020

Prioritas Pembangunan Sasaran Pembangunan

Peningkatan dan pemenuhan akses pendidikan

Rata-rata lama sekolah 9,62 tahun

Penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas

Usia harapan hidup 68,72 tahun

Peningkatan kesempatan kerja dan berusaha

Penurunan tingkat pengangguran terbuka menjadi 5,4 persen

Pembangunan infrastruktur yang baik dan berwawasan lingkungan

a. Tingkat kemantapan jalan 84,52 persen; b. Rasio elektrifikasi 100 persen; c. Indeks kualitas lingkungan hidup 67,6

Peningkatan daya saing sektor agraris dan pariwisata

a. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) 92,3; b. Nilai Tukar Petani 100,10; c. Jumlah kunjungan wisata 300.000 orang.

Sumber RKPD Provinsi Sumut Tahun 2020

Berdasarkan RKPD awal TA 2020, target pembangunan Provinsi Sumut tahun

2020 yang ingin dicapai antara lain : pertumbuhan ekonomi berkisar 5,1-5,4 persen;

sasaran tingkat kemiskinan pada kisaran 8,43 persen; IPM meningkat menjadi 71,67 ;

gini rasio pada kisaran 0,320; harapan usia hidup rata-rata 68,72 tahun; dan tingkat

pengangguran terbuka 5,4 persen.

1.3. TANTANGAN DAERAH

Dalam perencanaan program pembangunan, diarahkan untuk mencapai

sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Dalam mencapai sasaran-sasaran tersebut,

harus diperhitungkan tantangan-tantangan yang ada, untuk sebagai bahan pengambilan

Page 22: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

4

kebijakan atau keputusan. Tantangan yang ada sedapat mungkin diolah dari berupa

rintangan menjadi hal yang dapat dimanfaatkan.

1.3.1. Tantangan Ekonomi Daerah

Sumut merupakan pusat ekonomi terbesar di Sumatera dan merupakan

penyumbang pertumbuhan ekonomi di pulau Sumatera. Sampai dengan akhir TA 2020

tingkat pertumbuhan ekonomi Sumut mencapai -1,07 persen. Hal ini lebih tinggi

dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional pada akhir TA 2020 sebesar

-2,19 persen. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama di TA 2019, angka ini

jauh menurun, dimana untuk akhir TA 2019 mencapai 5,07 persen. Hal ini perlu

ditingkatkan dan menjadi perhatian bersama, mengingat pertumbuhan ekonomi di

Sumut memiliki peran yang sangat signifikan dibandingkan dengan provinsi lain dalam

mendorong pertumbuhan ekonomi di pulau Sumatera. Terdapat beberapa

permasalahan/tantangan dalam upaya peningkatan ekonomi Sumut yang dihadapi pada

Tahun 2020, antara lain:

Tabel I.3. Permasalahan/Tantangan Ekonomi Sumut Tahun 2020

Tema Permasalahan/Tantangan

Pengelolaan sumber daya alam a. masih banyaknya kegiatan Pertambangan Tanpa

Ijin (PETI),

b. perlunya upaya konservasi pemanfaatan air

tanah, dan

c. terbatasnya pasokan energi terutama listrik dan

gas

Iklim dan potensi investasi yang kondusif a. belum optimalnya efisiensi investasi dan

pembiayaan investasi

b. lemahnya daya saing usaha

Birokrasi dan pelayanan perizinan a. belum maksimalnya pelaksanaan SAKIP

b. rendahnya kualitas pelayanan publik

Dukungan permodalan, infrastruktur

ekonomi

a. belum optimalnya operasional pemeliharaan dan

rehabilitasi terhadap sarana dan prasarana

sumber daya air berupa irigasi dan rawa

b. adanya kondisi rawan bencana pada beberapa

daerah

c. masih terbatasnya konektivitras sehingga menjadi

hambatan dalam pengembangan Kawasan

strategis

d. minimnya layanan komunikasi dan informatika di

wilayah tertinggal, pulau terluar dan terdepan

Kondisi ketenagakerjaan a. kurangnya skill/kompetensi tenaga kerja dalam

memenuhi tuntutan dunia usaha dan persaingan

ekonomi global

b. masih banyaknya tenaga kerja dengan tingkat

pendidikan yang rendah

c. masih tingginya tingkat pengangguaran terbuka Sumber RKPD Prov. Sumut Tahun 2020

Page 23: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

5

1.3.2. Tantangan Sosial Kependudukan

Sumut merupakan Provinsi keempat dengan jumlah penduduk terbesar di

Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Berdasarkan data

Provinsi Sumut Dalam Angka Tahun 2020, pada Tahun 2020 penduduk Sumut

berjumlah 14.799.361 jiwa yang terdiri dari 7.422.046 jiwa penduduk laki-laki dan

7.377.315 jiwa perempuan atau dengan ratio jenis kelamin/sex ratio sebesar 101.

Jumlah penduduk usia produktif mencapai 69,79 persen dari total penduduk Sumut

dengan angka ketergantungan (dependency ratio) sebesar 30,21 persen, artinya setiap

100 penduduk produktif memiliki beban 30 penduduk usia nonproduktif .

Peningkatan kualitas dan partisipasi sekolah tentunya harus diimbangi dengan

penyediaan sarana fisik Pendidikan maupun tenaga pengajar yang memadai. Rasio

murid SD/sederajat terhadap sekolah di Sumut secara rata-rata pada tahun 2019/2020

sebesar 173. Pada tingkat pendidikan SMP/sederajat, rasio murid terhadap sekolah

adalah sebesar 237 murid per sekolah. Sementara itu rasio murid SMA/sederajat

terhadap sekolah sebesar 303 murid per sekolah. Perguruan Tinggi (Negeri dan Swasta)

di bawah Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi pada tahun 2019

sebanyak 243, yang terdiri dari 3 perguruan tinggi negeri dan 240 perguruan tinggi

swasta.

1.3.3. Tantangan Geografis Wilayah

Provinsi Sumut memiliki luas total sebesar kurang lebih 182.414,25 km² yang

terdiri dari luas daratan sebesar kurang lebih 72.981,23 km² dan luas lautan sebesar

kurang lebih 109.433,02 km². berdasarkan luas wilayah menurut kabupaten/kota di

Sumut, luas wilayah terbesar adalah Kabupaten Langkat dengan luas 6.262,00 km² ,

sedangkan luas wilayah terkecil adalah Kota Tebing Tinggi dengan luas kurang lebih

31,00 km².

Topografi wilayah Provinsi Sumut terdiri dari wilayah pantai, dataran rendah dan

dataran tinggi, serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur di tengah-tengah dari

utara ke selatan. Berdasarkan karakteristik tersebut dapat dibagi menjadi daerah

wilayah pantai timur, wilayah pantai barat, wilayah dataran tinggi dan wilayah kepulauan

Nias.

Dari karakteristik di atas, wilayah pantai timur memiliki kepadatan penduduk yang

paling tinggi dibandingkan wilayah lainnya. Wilayah pantai timur merupakan wilayah

dengan konsentrasi industri dikarenakan mempunyai topografi yang datar dan terletak

dengan jalur perdagangan dunia yaitu Selat Malaka. Sehingga wilayah pantai timur

merupakan pusat pertumbuhan di Sumut. Wilayah pantai barat dan wilayah pegunungan

Page 24: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

6

Tabel I.4 Karakteristik Wilayah dan Data Penduduk serta Luas

merupakan sentra perkebunan dan tanaman holtikultura dikarenakan kondisi iklim yang

sesuai, dan wilayah kepulauan Nias merupakan sentra perikanan.

Wilayah

Persentase

Jumlah

Penduduk

Persentase

Luas

Wilayah

Pantai Timur 62,38% 34%

Dataran Tinggi 18,47% 28%

Pantai Barat 13,45% 30%

Kepulauan Nias 5,70% 8%

Tantangan dalam perkembangan wilayah tersebut adalah aspek konektivitas,

dikarenakan bentang alam Sumut yang luas dan terdapat hambatan alam berupa

pegunungan Bukit Barisan bila hendak menghubungkan antara wilayah pantai barat dan

dataran tinggi ke wilayah pantai timur melalui jalur darat. Wilayah kepulauan Nias

mempunyai kekhasan sendiri dengan konektivitas melalui jalur perairan.

1.3.4. Tantangan Daerah Sebagai Dampak Covid-19

Memasuki awal tahun 2020, Pemerintah dan masyarakat global harus

menghadapi tantangan baru berupa adanya pandemi Covid-19 yang meluas hingga ke

tanah air dan seluruh pelosok daerah. Penyebaran Covid-19 yang sangat cepat dan luas

menyebabkan sebagian besar daerah harus melakukan Pembatasan Sosial Berskala

Besar/Mikro (PSBB/M). Dampak pandemi Covid-19 tidak saja membahayakan

kesehatan namun juga berpotensi membahayakan kondisi sosial masyarakat,

perekonomian nasional dan daerah, dan stabilitas sistem keuangan. Terjadinya

pelemahan di berbagai sektor perekonomian karena adanya PSBB/M akan berdampak

terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat, menjadikan hal ini sebagai kondisi yang

extraordinary sehingga memerlukan penanganan dan langkah kebijakan yang

extraordinary namun tetap akuntabel.

Sumber : Bappeda Prov. Sumut

Page 25: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

7

Kasus positif Covid-19 di Sumut pertama kali terdeteksi pada tanggal 15 Maret

2020 di kota Medan, sebanyak 3 orang 1. Sebagai salah satu pintu masuk internasional

di Sumut, kota Medan menjadi

epicentrum penyebaran Covid-

19 di wilayah Sumut. Di

pertengahan Juni 2020, sebaran

Covid mencangkup hampir

seluruh kabupaten/kota di

Sumut. Dari 33 kabupaten/kota,

10 kabupaten/kota masuk

kategori zona merah (lebih dari

5 kasus konfirmasi positif Covid-

19 harian), 12 kabupaten/kota

mendapat kategori zona kuning (kurang dari 5 kasus konfirmasi positif Covid-19 harian),

sedangkan 11 kabupaten/kota dikategorikan zona hijau (tidak terdapat kasus Covid-19)2.

Ekonomi Sumut TA 2020 dibanding TA 2019 mengalami kontraksi sebesar 1,07

persen (yoy). Tingkat pengangguran terbuka dan tingkat kemiskinan, menurun menjadi

6,91 persen dan 10,19 persen, karena terdampak oleh kontraksi perekonomian.

Pandemi Covid-19 memberikan dampak sangat besar bagi penurunan sektor

pariwisata Sumut. Sejak bulan April hingga bulan Desember 2020 kunjungan wisatawan

mancanegara (wisman) ke Sumut masih sangat terbatas. Secara keseluruhan pada

tahun 2020, jumlah wisman yang berkunjung ke Sumut hanya mencapai 44.285 orang

atau turun 82,89% dari tahun 2019. Wisman terbesar berasal dari Malaysia (45,74%),

Singapura (5,68%) dan Australia (1,33%)3. Selain itu beberapa kegiatan event yang

menjadi kalender internasional terpaksa dibatalkan.

1 https://Sumatera Utara.idntimes.com/news/Sumatera Utara/arifin-alamudi/lini-masa-perkembangan-terkini-wabah-virus-corona-di-sumatera-utara/13 2 https://Covid19.Sumatera Utaraprov.go.id 3 https://Sumatera Utara.bps.go.id

Gambar I.1 Sebaran Covid-19 Sumut

Sumber : Covid19.Sumatera

Utaraprov.go.id

15 Juni 2020 31 Desember 2020

Page 26: 26 - Beranda - DJPb
Page 27: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

8

2. 1. INDIKATOR EKONOMI MAKRO

2.1.1. Produk Domestik Regional Daerah

PDRB adalah jumlah keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan

dari semua kegiatan perekonomian diseluruh wilayah dalam periode satu tahun

tertentu. PDRB Sumut (Sumut) memiliki peran yang penting dalam struktur ekonomi

di Pulau Sumatera. Struktur ekonomi di Pulau Sumatera secara spasial tahun 2020

didominasi oleh Provinsi Sumut dan Provinsi Riau. Provinsi Sumut memberikan

kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto di Pulau Sumatera, yakni sebesar

24,06 persen, diikuti oleh Provinsi Riau sebesar 21,62 persen dan Provinsi Sumatera

Selatan sebesar 13,60 persen.

a. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Sumut tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar 1,07

persen. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan secara

nasional yang juga terkontraksi sebesar 2,07 persen. Kontraksi terjadi pada beberapa

lapangan usaha, kontraksi tertinggi dialami oleh Transportasi dan Pergudangan

sebesar 12,77 persen, diikuti oleh Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar

BAB II : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

Gambar II.1. Peranan Provinsi Sumatera Utaara dalam Pembentukan PDRB Pulau Sumatera Tahun 2020

Sumber : BPS Prov. Sumut

Page 28: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

9

9,26 persen dan Jasa Perusahaan sebesar 4,71 persen. Berdasarkan sumber

pertumbuhan ekonomi Sumut tahun 2020, sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari

Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 0,48 persen, diikuti

Informasi dan Komunikasi

sebesar 0,18 persen; Real

Estate sebesar 0,07 persen

dan Jasa Keuangan sebesar

0,04 persen. Sementara

sumber pertumbuhan

ekonomi Sumut dari

lapangan usaha lainnya

mengalami kontraksi sebesar

1,84 persen.

Grafik II.2. Pertumbuhan dan Distribusi PDRB Beberapa Lapangan Usaha Tahun 2020 (persen)

Grafik II.3 Sumber Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha 2018-2020 (persen)

Sumber : BPS Prov. Sumut Sumber : BPS Prov. Sumut

Pertumbuhan ekonomi Sumut triwulan IV-2020 dibanding triwulan IV-2019 (y-

on-y) mengalami kontraksi sebesar 2,94 persen. Kontraksi tertinggi dialami oleh

Lapangan Usaha Transportasi dan

Pergudangan sebesar 16,93

persen; diikuti oleh Penyediaan

Akomodasi dan Makan Minum

sebesar 14,83 persen; dan Jasa

Perusahaan sebesar 7,84 persen.

-12.77

-9.26

-4.71

4.48

2.181.07

Transportasi &Pergudangan

PenyediaanAkomodasi &

Makan Minum

JasaPerusahaan

Pertumbuhan Distribusi

0.06 0.60.40.23

0.21 0.070.22 0.261.81.21 1.27

0.48

3.46 3.42

-1.84

5.18 5.22

-1.07-1.75

-0.75

0.25

1.25

2.25

3.25

4.25

5.25

-0.6

-0.4

-0.2

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

2018 2019 2020

Lainnya

Pertanian

Infokom

Real Estate

JasaKeuangan

Grafik II.4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumut Triwulanan Y-on-Y (persen)

Sumber : BPS Provinsi Sumut

4.5

5.1

5.2

5.5

4.7

5.2

5.3

5.3

5.3

5.2

5.1

5.2

4.2

-2.77

-2.60

-2.94-5.00-3.00-1.001.003.005.007.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2017 2018 2019 2020

Sumber : BPS Provinsi Sumut

Grafik II.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumut dan Nasional Tahun 2018-2020 (persen)

2017 2018 2019 2020

LPE Nasional 5.07 5.17 5.02 -2.07

LPE Sumut 5.12 5.18 5.22 -1.07

Page 29: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

10

b. Nominal PDRB

Nilai nominal PDRB dapat dilihat dari pengeluaran maupun lapangan usaha.

Informasi perkembangan PDRB pengeluaran bermanfaat untuk mengetahui peran

atau kontribusi pengeluaran pemerintah (APBN dan APBD) pada pertumbuhan

ekonomi regional. Sementara informasi PDRB menurut lapangan usaha bermanfaat

untuk mengetahui peran atau kontribusi sektor-sektor tertentu yang menjadi unggulan

sebagai pendorong ekonomi regional.

1) PDRB Berdasarkan Pengeluaran

Dari sisi pengeluaran, Nominal PDRB Sumut tahun 2020 menurut pengeluaran

Atas Dasar Harga Bruto (ADHB) sebesar Rp811,28 triliun dan menurut pengeluaran

Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) sebesar Rp533,74 triliun, dengan rincian sebagai

berikut :

Tabel II.1 PDRB Menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2020 Tahun 2018-2020 (Miliar Rupiah)

No Komponen Harga Berlaku Harga Konstan 2010

2018 2019 2020 2018 2019 2020

1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

397.422,81 430.766,36 424.494,99 263.925,55 275.666,72 267.464,08

2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT

6.948,33 7.669,43 7.503,89 5.386,84 5.922,97 5.684,63

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

56.298,77 57.417,18 56.258,27 34.729,08 34.942,09 34.638,83

4 Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto

233.019,08 246.657,70 248.510,59 150.803,37 163.244,13 161.327,64

5 Perubahan Inventori 11.112,53 11.488,68 15.387,32 8.271,62 8.558,28 11.079,93 6 Ekspor Barang dan Jasa 278.953,29 266.523,23 268.487,49 222.718,56 217.882,13 195.305,12

7 Dikurangai Impor Barang dan Jasa

242.407,38 220.913,62 209.359,72 173.072,38 166.702,47 141.753,86

PDRB 741.347,43 799.608,95 811.282,84 512.762,63 539.513,85 533.746,36

Kontraksi terjadi hampir pada semua komponen, yaitu Komponen Pengeluaran

Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT), Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang

melayani Rumah Tangga (PKLNPRT), Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P), dan

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), Komponen Ekspor Barang dan Jasa. Untuk

Impor Barang dan Jasa juga mengalami kontraksi, namun komponen Impor Barang

dan Jasa merupakan faktor pengurang. Komponen Ekspor Barang dan Jasa

merupakan komponen yang mengalami kontraksi tertinggi sebesar 10,36 persen;

diikuti Komponen LNPRT sebesar 4,02 persen; dan Komponen PK-RT sebesar 2,98

persen. Berdasarkan sumber pertumbuhan ekonomi Sumut tahun 2020, sumber

kontraksi tertinggi dari Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar -4,18 persen; yang

diikuti oleh Komponen PK-RT sebesar -1,52 persen, dan PMTB -0,36 persen.

Sumber : BPS Provinsi Sumut

Page 30: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

11

Sementara sumber pertumbuhan ekonomi Sumut dari komponen lainnya sebesar 4,99

persen.

2) PDRB per Sektor Lapangan Usaha

Berdasarkan sektor lapangan usaha, Nominal PDRB Sumut tahun 2020 menurut

pengeluaran Atas Dasar Harga Bruto (ADHB) sebesar Rp811,28 triliun dan menurut

pengeluaran Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) sebesar Rp533,74 triliun, dengan

rincian sebagai berikut :

Lapangan Usaha Harga Berlaku Harga Konstan 2010

2018 2019 2020 2018 2019 2020

A Pertanian,Kehutanan & Perikanan 155.077,17 164.152,75 173.083,47 127.202,65 133.726,02 136.332,43

B Pertambangan dan Penggalian 9.552,00 10.160,53 10.373,47 6.792,01 7.099,79 6.936,06

C Industri Pengolahan 148.430,31 152.246,63 156.503,61 96.174,60 97.362,10 96.548,31

D Pengadaan Listrik dan Gas 840,59 908,22 932,38 694,58 728,79 751,85

E Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang 754,75 796,70 831,19 489,61 516,23 535,77

F Konstruksi 102.921,37 113.764,69 110.280,64 64.507,11 69.212,03 66.843,31

G Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 134.161,14 150.445,28 153.138,15 90.652,71 96.936,19 95.052,14

H Transportasi dan Pergudangan 37.043,61 40.566,53 36.382,80 24.372,51 25.786,50 22.492,59

I Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 17.636,58 19.379,42 17.692,13 12.131,74 13.209,12 11.985,59

J Informasi dan Komunikasi 15.154,95 17.139,67 18.467,11 14.024,32 15.375,56 16.323,91

K Jasa Keuangan dan Asuransi 22.643,29 23.344,41 23.529,58 14.854,35 15.138,89 15.334,76

L Real Estat 37.338,81 40.942,91 42.721,95 21.740,03 22.792,55 23.149,98

M,N Jasa Perusahaan 7.649,07 8.667,23 8.710,09 4.678,85 4.950,74 4.717,73

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

27.127,84 29.505,60 30.254,29 16.406,84 17.736,89 17.866,22

P Jasa Pendidikan 13.527,65 14.767,59 15.423,49 10.418,75 10.924,95 11.091,33

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 7.273,25 8.155,28 8.366,12 4.977,05 5.207,26 5.079,18

R,S,T,U Jasa Lainnya 4.215,04 4.665,51 4.592,38 2.644,92 2.810,24 2.705,20

PDRB 741.347,43 799.608,95 811.282,84 512.762,63 539.513,85 533.746,36

No Komponen 2018 2019 2020 Sumber

Pertumbuhan 2020 (Y-on-Y)

1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,87 4,45 -2,98 -1,52 2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 11,38 9,95 -4,02 -0,04 3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 6,16 0,61 -0,87 -0,06 4 Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto 6,19 8,25 -1,17 -0,36

5 Perubahan Inventori 0,00 0,00 0,00 0,00

6 Ekspor Barang dan Jasa 6,72 -2,17 -10,36 -4,18 7 Dikurangai Impor Barang dan Jasa 10,30 -3,68 -14,97 -4,62

PDRB 5,18 5,22 -1,07 -1,07

Tabel II.2. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran 2018-2020 (Persen)

Tabel II.3 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2018 – 2020 (Miliar Rupiah)

Sumber : BPS Provinsi Sumut

Sumber : BPS Provinsi Sumut

Page 31: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

12

Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan memiliki porsi yang terbesar dalam

PDRB Sumut dengan besar 21,33 persen, disusul sektor perdagangan besar dan

eceran, reparasi mobil dan sepeda motor. Dari sisi laju pertumbuhan, sektor

transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi yang terdalam dibandingkan

sektor lain sebesar negatif 12,77 persen, sebagai akibat dari terjadi pandemi covid-19.

Sektor yang tumbuh tertinggi meskipun dimasa pandemi ini terjadi pada sektor

Informasi dan komunikasi, hal ini dapat dimaklumi karena kegiatan belajar-mengajar

maupun pertemuan-pertemuan dilakukan secara daring.

Lapangan Usaha

Laju Pertumbuhan Distribusi

ADHK 2010 ADHB

2018 2019 2020 2018 2019 2020

A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

4,87 5,13 1,95 20,92 20,53 21,33

B. Pertambangan dan Penggalian 5,46 4,53 (2,31) 1,29 1,27 1,28

C. Industri Pengelolahan 3,66 1,23 (0,84) 20,02 19,04 19,29

D. Pengadaan Listrik dan Gas 2,58 4,92 3,16 0,11 0,11 0,11

E. Pengadaan, Air, Pengelolaan, Sampah, Limbah, dan Daur Ulang

2,90 5,44 3,79 0,10 0,10 0,10

F. Konstruksi 5,45 7,29 (3,42) 13,88 14,23 13,59

G. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

6,11 6,93 (1,94) 18,10 18,81 18,88

H. Transportasi dan Pergudangan 6,14 5,80 (12,77) 5,00 5,07 4,48

I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

7,53 8,88 (9,26) 2,38 2,42 2,18

J. Informasi dan Komunikasi 8,43 9,63 6,17 2,04 2,14 2,28

K. Jasa Keuangan 1,73 1,92 1,29 3,05 2,92 2,90

L. Real Estat 5,34 4,84 1,57 5,04 5,12 5,27

M.N Jasa Perusahaan 7,10 5,81 (4,71) 1,03 1,08 1,07

O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

6,10 8,11 0,73 3,66 3,69 3,73

P. Jasa Pendidikan 6,29 4,86 1,52 1,82 1,85 1,90

Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

5,90 4,63 (2,46) 0,98 1,02 1,03

R.S.T.U Jasa Lainnya 5,96 6,25 (3,74) 0,57 0,58 0,57

PDRB 5,18 5,22 (1,07) 100,00 100,00 100,00

2.1.2. Suku Bunga

Untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian pasar keuangan

global sebagai akibat dari pandemi Covid-19, diupayakan untuk menjaga tingkat bunga

untuk tetap rendah. Hal ini diperlukan untuk mengurangi tekanan di pasar uang dan

perbankan, juga dimaksudkan untuk mendorong biaya kredit yang lebih murah guna

menopang kinerja sektor riil selama masa pandemi.

Tabel II.4 Laju Pertumbuhan dan Distribusi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2018 – 2020 (Miliar Rupiah)

Sumber : BPS Provinsi Sumut

Page 32: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

13

Penurunan terjadi pada suku bunga kredit investasi dan modal kerja yang

sangat terkait dengan kegiatan produksi dan aktivitas ekonomi sektor riil. Penurunan

terbesar pada suku bunga kredit investasi yang turun 102 basis poin atau menjadi 8,88

persen pada Desember 2020, dibandingkan dengan suku bunga Desember 2019.

Sementara suku bunga kredit modal kerja turun 94 basis poin atau menjadi 9,15 persen

dan suku bunga kredit konsumsi turun 65 basis poin menjadi 10,97 persen. Penurunan

kredit sangat berpengaruh di Sumut dalam mendorong konsumsi rumah tangga dan

investasi.

2.1.3. Inflasi

Tingkat inflasi Sumut pada tahun 2020 lebih rendah dibandingkan dengan tahun

sebelumnya sebagai akibat dari supply shock dan demand shock. Tingkat inflasi Sumut

adalah sebesar 1,96 persen lebih rendah dari tahun 2019 yang sebesar 2,33 persen

dan lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional yang sebesar 1,68 persen.

Secara historis, tekanan inflasi di Sumut dipengaruhi oleh event Natal dan

Tahun Baru, event Lebaran dan bencana alam terutama banjir. Event Natal dan Tahun

Baru pada bulan Desember dan Januari tahun berikutnya, berkontribusi atas naiknya

permintaan, demikian juga dengan event lebaran. Pada peristiwa banjir,

mengakibatkan terganggunya jalur logistik akibat terganggunya jalan raya karena

banjir, juga mengakibatkan terganggunya produksi tanaman pangan. Berbeda dengan

tahun-tahun sebelumnya, inflasi di Sumut lebih landai. Hal ini dikarenakan karena

lemahnya permintaan dari masyarakat (demand shock) dikarenakan adanya

Grafik II.5. Suku Bunga Kredit 2019-2020 (persen)

Sumber : BPS Provinsi Sumut

11.43 11.20 10.97

9.87

9.30 8.88

10.13

9.48

9.15

11.72 11.57 11.62

10.38

10.24

9.90

10.56 10.42

10.09

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Kredit Konsumsi-20 Kredit Investasi-20 Kredit Modal Kerja-20

Kredit Konsumsi-19 Kredit Investasi-19 Kredit Modal Kerja-19

Page 33: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

14

pembatasan aktivitas, penurunan harga pangan dan seiring dengan turunnya

permintaan masyarakat dan pembatasan kegiatan produksi karena pembatasan

aktivitas mengakibatkan kenaikan biaya produksi secara terus menerus (supply shock).

Komponen volatile food merupakan pendorong utama dalam membentuk inflasi

maupun deflasi di Sumut. Secara historis, komponen volatile food menimbulkan

tekanan pada triwulan IV dikarenakan menipisnya pasokan disebabkan musim

penghujan dan bencana banjir yang biasa terjadi pada bulan tersebut serta kenaikan

permintaan dalam rangka Natal dan tahun Baru. Pada triwulan I, menimbulan deflasi

karena kenaikan pasokan disebabkan oleh panen raya dan menurunnya permintaan.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, tekanan inflasi di tahun 2020 dipengaruhi

oleh kebutuhan pangan, sedangkan kelompok non pangan masih melambat. Sebagian

besar pada kelompok hiburan, juga dalam keadaaan melambat, kecuali perawatan

pribadi dan jasa lainnya, yang menekan inflasi. Pada kelompok pengeluaran

tranportasi dan komunikasi juga dalam tren melambat.

Grafik II.7. Komponen Pembentuk Inflasi Kota Medan 2020 (persen, m-to-m)

Sumber BPS Prov Sumut, data diolah

Grafik II.6. Tingkat Inflasi Provinsi Sumut dan Nasional Tahun 2018-2020 (persen)

1.961.68

0.75-1

0

1

2

3

4

5

6

Inflasi (

%)

Sumut (kum) Nasional (kum) Sumut (m-to-m)

Sumber : BPS Provinsi Sumut

-0.4

-0.2

0

0.2

0.4

0.6

0.8

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Infl

asi (

%)

Inflasi Inti Volatile Food Administrated Price Inflasi Kota Medan

Page 34: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

15

2.1.4. Nilai Tukar

Pergerakan rupiah terhadap dolar AS di tahun 2020 teletak pada rentang yang

lebih lebar dibandingkan pada rentang pergerakan di tahun 2019. Pergerakan rupaiah

tersebut tentu saja tidak lepas dari dinamika keuangan global dan isu domestik. Pada

awal tahun 2020, rupiah dibuka pada level Rp13.862 per dollar AS, dan mengalami

tekanan di awal pandemi Covid-

19. Pada bulan Maret, mampu

mengalami perbaikan dan

berlanjut hingga ke bulan Juni.

Hal terserbut sejalan dengan

pelonggaran aktivitas ekonomi

dan respon positif terhadap

penanganan Covid-19 melalui

program PEN. Namun pada

akhir Juli mengalami pelemahan

dari Juli hingga September. Pada Juli nilai tukar berada di level Rp14.635 per dollar

AS, dikarenakan sentimen pasar terhadap data pertumbuhan ekonomi yang

terkontraksi dan kenaikan kasus Covid-19. Dipengaruhi juga oleh faktor eksternal

seperti naiknya tensi perdagangan antara China dan Amerika Serikat. Memasuki

triwulan III, nilai tukar rupiah mulai membaik yang merupakan respon positif dari pasar

Grafik II.8. Indeks Harga Konsumen per Kelompok Pengeluaran Prov Sumut 2020

Sumber BPS Prov Sumut, data diolah

Jan Mar Mei Jul Sep Nov

Pangan & Non Pangan

MAKANAN, MINUMAN DANTEMBAKAU

PAKAIAN DAN ALAS KAKI

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, DANBAHAN BAKAR RUMAH TANGGA

PERLENGKAPAN, PERALATANDAN PEMELIHARAAN RUTINRUMAH TANGGA

Jan Mar Mei Jul Sep Nov

Leisure

KESEHATAN

REKREASI, OLAHRAGA, DANBUDAYA

PENDIDIKAN

PERAWATAN PRIBADI DANJASA LAINNYA

Jan Mar Mei Jul Sep Nov

Transportasi dan Komunikasi

TRANSPORTASI

INFORMASI, KOMUNIKASI,DAN JASA KEUANGAN

Grafik II.9. Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar AS 2019-2020 (rupiah)

13,500

14,500

15,500

16,500

Jan

Feb

Mar

Ap

r

May Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

Dec

Kurs USD 2020 Kurs USD 2019

Sumber Bank Indonesia, data diolah

Page 35: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

16

terhadap pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja, dengan harapan dapat

memperbaiki iklim investasi di Indonesia. Dengan adanya perkembangan positif

terhadap pandemi Covid-19, dengan adanya vaksin, meningkatkan optimisme pasar

dan didukung dengan surplus pembayaran sehingga pada Desember 2020, Rupiah

ditutup pada Rp14.069 per dollar AS.

2. 2. INDIKATOR KESEJAHTERAAN

2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Pencapaian pembangunan manusia di Sumut ditandai dengan meningkatnya

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi 71,77, yang sebelumnya pada tahun

2019 adalah sebesar 71,74.

Dengan capaian tersebut,

IPM Sumut dalam status

tinggi, yaitu pada level IPM

diantara 80 dan 70. Pada

tahun 2020, IPM Sumut

mengalami pertumbuhan

yang tidak sebesar dari

tahun sebelumnya. Hal ini

dikarenakan oleh dampak

dari pandemi Covid-19 yang mempengaruh kesejahteraan masyarakat.

Angka IPM dihitung dari agregrasi 3 (tiga) dimensi, yaitu umur panjang serta

hidup sehat, pengetahuan dan standar hidup layak. Umur harapan hidup (UHH) saat

lahir di Sumut mencapai 69,1. Hal tersebut menunjukkan rata-rata bayi yang lahir pada

tahun 2020 dapat bertahan hidup hingga usia 69,1 tahun. Pada sisi pendidikan, secara

rata-rata penduduk berumur 25 tahun keatas telah menempuh pendidikan (Harapan

Lama Sekolah, HLS) hingga 13,23 tahun, atau setara dengan pendidikan SMP. Pada

hal lain, anak usia 7 tahun yang masuk dunia pendidikan diharapkan mampu

bersekolah (Rata-rata Lama Sekolah, RLS) hingga 13,23 tahun atau setara dengan

Diploma I. Pada sisi ekonomi, rata-rata pengeluaran adalah sebesar Rp10.420, yang

mencerminkan kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uangnya dalam

bentuk barang dan jasa.

Grafik II.10. Perkembangan IPM Sumut 2017-2020

Sumber BPS, data diolah

70.57

71.18

71.74

71.77

70.81

71.39

71.92 71.940.81 0.86

0.79

0.04

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

70.5

71

71.5

72

2017 2018 2019 2020

Sumut Nasional Pertumbuhan IPM Sumut

Page 36: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

17

Secara umum, indikator-indikator agregasi IPM mengalami peningkatan,

kecuali pada pengeluaran perkapita yang penurunan yang disebabkan oleh landainya

tingkat inflasi pada tahun

2020. Dari dimensi umur

panjang dan hidup sehat,

mengalami peningkatan

yang konsisten dan

signifikan, yaitu pada

Umur Harapan Hidup

(UHH), yang rata-rata

pertumbuhannya 0,35

persen. Pada dimensi

pengetahuan, Harapan

Lama Sekolah (HLS) meningkat rata-rata 0,33 persen dan Rata-rata Lama Sekolah

(RLS) meningkat rata-rata 1,03 persen. Peningkatan pada RLS menunjukkan bahwa

di Sumut, tingkat pendidikan yang diselesaikan makin tinggi.

2.2.2. Tingkat Kemiskinan

Tingkat kemiskinan di Sumut berdasarkan hasil terakhir pada September 2020

adalah sebesar 10,19 persen. Tingkat tersebut meningkat dari September 2019 yaitu

sebesar 9,22 persen.

Garis kemiskinan pada

September 2020

Sumut sebesar

Rp458.947 per kapita

per bulan, naik dari

September 2019 yaitu

sebesar Rp440.538

per kapita per bulan.

Faktor yang

mempengaruhi

kenaikan tingkat kemiskinan adalah terganggunya aktivitas masyarakat dan

perekonomian akibat dari pandemi Covid-19. Peningkatan penduduk miskin pada

September 2020 merupakan yang tertinggi selama tiga tahun terakhir.

Grafik II.11. Perkembangan Indikator IPM Sumut 2017-2020

Sumber BPS Provinsi Sumut, data diolah

Grafik II.12. Jumlah Penduduk misksin dan Persentase Penduduk Miskin 2018-2020

Sumber BPS Provinsi Sumut, data diolah

68.37

68.6168.95

69.113.1 13.14 13.15

13.23

9.25 9.34 9.45 9.54

10.316 10.39110.649 10.42

8.8

9.3

9.8

10.3

10.8

11.3

11.8

12.3

12.8

13.3

13.8

68

68.2

68.4

68.6

68.8

69

69.2

2017 2018 2019 2020

Tah

un

/Rib

u R

up

iah

Tah

un

UHH HLS RLS Pengeluaran per kapita

8.3

8.4

8.5

8.6

8.7

8.8

8.9

9

9.1

9.2

1,200

1,220

1,240

1,260

1,280

1,300

1,320

1,340

1,360

1,380

Sep 18 Mar 18 Sep 19 Mar 20 Sep 20

Penduduk miskin (ribu) Persentase penduduk miskin (%)

Page 37: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

18

2.2.3. Tingkat Ketimpangan

Tingkat ketimpangan di Sumut sebagaimana pada September 2020 mengalami

peningkatan menjadi 0,314, lebih baik dibandingkan pada September 2019 sebesar

0,315. Tingkat ketimpangan pada daerah perkotaan dan pedesaan makin membaik.

Pada perdesaan menjadi

0,258 sebelumnya pada

September 2019 sebesar

0,262. Pada perkotaan

menjadi 0,336 sebelumnya

pada September 2019

sebesar 0,337. Tingkat

ketimpangan pada Sumut

lebih baik dibandingkan

tingkat nasional yang sebesar 0,385. Perkembangan Gini Ratio di Sumut di dua tahun

terakhir masih stabil, namun menunjukkan perbaikan walau tidak signifikan.

2.2.4. Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sumut mengalami tren negatif dengan

kenaikan menjadi 6,91 persen pada Agustus 2020 yang semula pada Agustus 2020

sebesar 5,39 persen, atau mengalami kenaikan 28 persen. Seusai dengan

pertumbuhan penduduk,

maka jumlah penduduk usia

kerja juga meningkat.

Namun tingkat

pengangguran terbuka juga

meningkat, terutama di

perkotaan yang meningkat

30 persen, walaupun di

perdesaan juga meningkat

23 persen. Menandakan

bahwa di perdesaan tingkat

pengangguran masih lebih

baik dibandingkan di perkotaan. Terdapat pengurangan pekerja formal sejumlah 393

ribu orang dan pekerja informal bertambah sejumlah 223 ribu orang. Hal ini

membuktikan bahwa sektor informal merupakan alternatif exit strategy dalam masa

pandemi Covid-19.

Grafik II.13. Perkembangan Gini Ratio Sumut 2017-2020

Sumber BPS Provinsi Sumut, data diolah

Status Ketenagakerjaan Agu-

18 Agu-

19 Agu-

20

Penduduk Usia Kerja 10.356 10.532 10.703 Angkatan Kerja 7.453 7.411 7.350 Bekerja 7.039 7.012 6.842 Formal 3.057 3.156 2.763 Informal 3.982 3.856 4.079 Pengguran 414 399 508 Bukan Angkatan Kerja 2.903 3.121 3.353 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) (%)

5,55 5,39 6,91

Perkotaan (%) 7,02 6,85 8,90 Perdesaan (%) 3,91 3,69 4,55

0.342

0.365

0.335 0.330.338 0.337 0.338 0.336

0.2560.264

0.2720.257 0.264 0.262 0.255 0.258

0.315

0.3350.318 0.311 0.317 0.315 0.316 0.314

Mar 17 Sep 17 Mar 18 Sep 18 Mar 18 Sep 19 Mar 20 Sep 20

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Tabel II.5. Perkembangan Status Ketenagakerjaan Sumut 2018-2020 (ribu orang)

Sumber BPS Provinsi Sumut, data diolah

Page 38: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

19

2.2.5. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai tukar petani (NTP) di Sumut mengalami tren positif. Rata-rata di tahun

2020 adalah sebesar 109.83, naik 12 persen dari tahun 2019 yang sebesar 98,08. NTP

di Sumut pada tahun 2020, jauh lebih meningkat dibandingkan NTP di tahun 2019 dan

2018. Pada tahun 2020, NTP

diatas angka indeks 100,

yang berarti tingkat

kemampuan atau daya beli

petani semakin kuat, bila

dibandingkan dengan pada

tahun 2019 dan 2018 yang

berada dibawah indeks 100.

Hal ini dipengaruhi oleh

membaiknya nilai jual produk-produk pertanian, seperti harga Crude Palm Oil yang

meningkat tajam.

Berdasarkan sub sektor, perkebunan rakyat dan usaha pertanian merupakan

sub sektor yang berada di atas indeks 100. Untuk selebihnya berada diantara indeks

100 dan 95. Kedua sub

sektor tersebut, perkebunan

rakyat dan usaha pertanian,

merupakan sub sektor yang

mapan, karena merupakan

sub sektor yang sudah

matang dan berdiri lama

dan sudah menjadi industri

di Sumut. Sub sektor

selebihnya merupakan sub sektor yang proses pengerjaannya masih tradisional dan

belum atau sedikit tersentuh oleh industri.

Grafik II.14 Indeks Nilai Tukar Petani 2018-2020

Sumber: BPS Provinsi Sumut, 2020 (diolah)

Grafik II.15. Indeks Nilai Tukar Petani per Sub Sektor Tahun 2020

Sumber: BPS Provinsi Sumut, 2020 (diolah)

113.69

111.71

109.41

106.41

104.5

105.13

106.84

108.53

110.44

112.01

114

115.21

95

100

105

110

115

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

2020 2019 2018

90

Jan Mar Jun Sep Des

Tan Pangan Hortikultura

Perkebunan Rakyat Peternakan

Perikanan Usaha Pertanian

Page 39: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

20

2. 3. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN

REGIONAL

Pemerintah Daerah Sumut telah menetapkan Peraturan Gubernur Sumut

Nomor 33 Tahun 2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Sumut

Tahun 2020 yang kemudian diubah dengan Peraturan Gubernur Sumut Nomor 42

Tahun 2020. Pada Peraturan Gubernur (Pergub) tersebut ditetapkan tema Rencana

Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2019 adalah (i) peningkatan kualitas

infrastruktur, (ii) peningkatan SDM, (iii) penciptaan kesempatan kerja dan berusaha

dan (iv) agraris dan pariwisata.

Dalam Pergub tersebut diatas ditetapkan target pembangunan daerah Provinsi

Sumut tahun 2020 yaitu :

a. Pertumbuhan ekonomi berkisar 5,4 persen;

b. Inflasi berkisar antara 2,9 persen.

c. Sasaran tingkat kemiskinan pada kisaran 8,43 persen;

d. IPM meningkat menjadi 71,67;

e. Gini Rasio pada kisaran 0,32; dan

f. tingkat pengangguran terbuka 5,45 persen.

Sehingga bila disandingkan dengan parameter ekonomi makro dan parameter

pembangunan manusia, didapatkan hasil sebagai berikut :

Patut diapresiasi pencapaian Pemerintah Provinsi Sumut dalam menjaga

beberapa indikator kesejahteraan, IPM dan Gini Ratio, yang menunjukkan hasil lebih

baik dari target. Pada indikator lainnya, pasti akan terpengaruh oleh dinamika

internasional dan nasional yang masih terdampak oleh pandemi Covid-19.

Uraian RKPD 2020 Data BPS Keterangan

Indikator Ekonomi Fundamental

Pertumbuhan Ekonomi 5,40% -1,07% Tidak sesuai target

Tingkat Inflasi 2,90% 1,96% Tidak sesuai target

Indikator Kesejahteraan

Tingkat Kemiskinan 8,43% 8,75% Tidak sesuai target

IPM 71,67 71,77 Melebihi Target

Gini Ratio 0,32 0,316 Melebihi Target

TPT 5,45%. 6,91% Tidak sesuai target

Tabel II.6. Pencapaian RKPD dengan Indikator Ekonomi dan Indikator Kesejahteraaan Tahun 2020

Sumber BPS Provinsi Sumut, 2020 (diolah)

Page 40: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

21

Proyeksi Inflasi Provinsi Sumut Menggunakan Peramalan Autoregressive

Integrated Moving Average (ARIMA)

Number of observations: 48

Residual Sums of Squares

DF SS MS

42 11.4146 0.271776

Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square

Statistic

Lag 12 24 36 48

Chi-Square 9.67 21.39 32.24 *

DF 6 18 30 *

P-Value 0.139 0.260 0.357 *

Peramalan (forecasting) diatas digunakan untuk memprediksi besar inflasi pada

tahun 2021. Forecasting ini menggunakan metode Autoregressive Integrated Moving

Average (ARIMA) yang merupakan gabungan antara metode Autoregressive dengan

metode Moving Average yang penggunaannya menggunakan nilai masa lalu dan

sekarang dari variabel dependen untuk menghasilkan peramalan jangka pendek yang

akurat.

Atas data historis Inflasi Sumut bulanan mulai tahun 2017 s.d. tahun 2020,

didapatkan hasil proyeksi kumulatif inflasi tahun 2021 mencapai 3,6 persen ± 0,3

persen. Dengan proyeksi tingkat inflasi tersebut, diharapkan terdapat insentif kepada

pengusaha untuk memproduksi barang/jasa. Diharapkan dengan ketersediaan

barang/jasa yang meningkat, masyarakat dapat mempertahankan tingkat

konsumsinya, sehingga perekonomian dapat berjalan. Selain itu, diharapkan peran

serta pemerintah dan masyarakat dalam menjaga protokol kesehatan dalam pandemi

Covid-19, sehingga tidak terjadi guncangan (shock) dalam iklim perekonomian.

95% Limits

Period Forecast Lower Upper

49 0,36700 3,3638 3,976176

Page 41: 26 - Beranda - DJPb
Page 42: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

22

3. 1. APBN TINGKAT PROVINSI

Tahun 2020 merupakan tahun yang extraordinary, di luar kewajaran. Dampak

pandemi Covid-19 begitu masif dirasakan di seluruh dunia tanpa terkecuali, termasuk

provinsi Sumut (Sumut). Dalam rangka pemenuhan kebutuhan penanganan pandemi

Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau menghadapi ancaman yang

membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan,

Pemerintah melakukan penyesuaian terhadap Postur dan Rincian APBN TA 2020 yang

dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2020, yang mengakibatkan

perubahan: (a) Anggaran Pendapatan Negara; (b) Anggaran Belanja Negara; (c)

Surplus/Defisit Anggaran; dan (d) Pembiayaan Anggaran.

Pada tabel di atas terlihat, Penerimaan Negara mengalami penurunan target

penerimaan perpajakan. Hal ini sejalan dengan realisasi penenerimaan perpajakan

Sumut mulai bulan april 2020 menunjukkan perlambatan dan sampai dengan akhir

tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 12,82 persen jika dibandingkan dengan

tahun 2019. Penerimaan PNBP juga mengalami penurunan sebesar 3,91 peren jika

dibandingankan dengan tahun 2019, dimana hal ini sejalan dengan penurunan harga

komoditas dan terbatasnya aktivitas masyarakat. Dari sisi Belanja Negara, Belanja

Uraian 2018 2019 2020

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

3.2.1. Pendapatan Negara

27.131,46 22.060,17 81,31 28.081,29 21.670,85 77,17 23.063,18 19.062,11 82,65

I. Penerimaan Perpajakan 26.027,88 20.231,95 77,73 26.835,10 19.758,76 73,63 21.717,88 17.224,79 79,31

II. Penerimaan PNBP 1.103,58 1.828,22 165,66 1.246,18 1.912,09 153,44 1.345,30 1.837,31 136,5

7

III. Penerimaan Hibah 0,00 0,00 0,00 - - 0,00 0,00 - 0,00

B. Belanja Negara 65.297,75 62.589,01 95,85 67.485,72 64.922,87 96,20 62.956,39 60.982,22 96,86

I. Belanja Pemerintah Pusat

24.055,83 22.356,91 92,94 24.102,20 22.867,20 94,88 22.857,50 21.338,60 93,35

1. Belanja Pegawai 8.663,66 8.317,35 96,00 9.086,68 8.913,02 98,09 9.279,26 9.061,15 97,65

2. Belanja Barang 9.118,82 8.351,27 91,58 8.984,39 8.353,47 92,98 8.337,37 7.485,86 89,79

3. Belanja Modal 6.251,69 5.666,83 90,64 6.002,01 5.572,01 92,84 5.210,39 4.761,21 91,38

4. Bantuan Sosial 21,66 21,46 99,08 29,11 28,70 98,60 30,48 30,38 99,67

II. Transfer ke Daerah & Dana Desa

41.241,92 40.232,10 97,55 43.383,52 42.055,66 96,94 40.098,89 39.643,63 98,86

1. Dana Perimbangan 37.043,95 36.416,18 98,31 38.931,47 37.669,60 96,76 35.603,30 35.156,00 98,74

a. DAU 24.095,78 24.095,78 100,00 25.258,00 25.203,11 99,78 23.134,20 22.937,58 99,15

b. DBH 1.971,36 1.849,46 93,82 1.882,63 1.554,39 82,56 1.572,06 1.567,66 99,72

c. DAK FISIK 3.230,39 3.029,77 93,79 3.613,22 3.327,69 92,10 2.418,35 2.276,41 94,13

d. DAK Non Fisik 7.617,42 7.312,17 95,99 8.041,00 7.447,79 92,62 7.840,20 7.735,85 98,67

e. DID 129,00 129,00 100,00 136,62 136,62 100 638,50 638,50 100,0

0

2. Dana Desa 4.197,97 3.815,92 90,90 4.452,05 4.386,06 98,52 4.495,59 4.487,62 99,82

Surplus/Defisit -38.166,30 -40.528,84 -39.404,43 -43.252,01 -39.893,22 -41.920,12

BAB III : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL

Tabel III.1 Pagu dan Realisasi APBN Sumut Tahun 2018 s.d. 2020 (Miliar Rupiah)

Sumber: Aplikasi OMSPAN, Monev PA, Simtrada & Kanwil DJP/DJBC (diolah)

Page 43: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

23

Pemerintah Pusat dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa juga mengalami perubahan

pagu atau refocusing belanja. Hal ini dilakukan oleh Pemerintah untuk penanganan

pandemi Covid-19, dukungan anggaran perlindungan sosial kepada masyarakat serta

percepatan pemulihan ekonomi nasional. Sehingga jika dibandingkan dengan tahun

2019, Belanja Negara baik Belanja Pemerintah Pusat maupun Belanja Transfer ke

Daerah dan Dana Desa tahun 2020 di Sumut mengalami penurunan baik secara pagu

maupun realisasi.

3. 2. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

3.2.1. Pendapatan Perpajakan

Sampai dengan akhir tahun 2020, penerimaan perpajakan Sumut sebesar

Rp17,22 triliun yang terdiri dari pajak dalam negeri sebesar Rp16,41 triliun (95,29

persen) dan pajak perdagangan internasional sebesar Rp810,67 miliar (4,71 persen).

Capaian penerimaan pajak ini mengalami pertumbuhan negatif sebesar 12,82 persen

yang berarti mengalami penurunan jika dibandingkan pada tahun 2019. Hal ini

disebabkan dampak pandemi Covid-19 serta pemberian insentif perpajakan

memberikan tekanan yang cukup signifikan terhadap penerimaan pajak tahun 2020.

Pajak Dalam negeri mengalami pertumbuhan negatif sebesar 13,43 persen jika

dibandingkan dengan tahun 2019. Hampir seluruh jenis pajak dalam negeri mengalami

pertumbuhan negatif kecuali penerimaan PBB dan Cukai. PPh Non Migas yang

merupakan sumber penerimaan pajak terbesar mengalami pertumbuhan negatif

sebesar 19,91 persen jika dibandingkan dengan tahun 2019. Pertumbuhan negatif PPh

pasal 21 sebagai dampak terganggunya pasar tenaga kerja akibat pandemi Covid-19.

Terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan PPh Badan terkontraksi. Pertama,

melambatnya profitabilitas badan usaha pada tahun 2019, yang merupakan dasar

Jenis Pajak Target 2020 Realisasi % CAP

2020 aaa

2020 aa

2019 2020

Pajak Dalam Negeri 22.543,46 18.960,96 16.414,12 72,81 -13,43

PPh 11.633,34 12.004,66 9.581,06 82,36 -20,19

Migas 0,00 9,36 -25,88 0,00 -376,38

Non Migas 11.633,34 11.995,30 9.606,94 82,58 -19,91

PPN dan PPnBM 9.415,77 5.757,51 5.064,90 53,79 -12,03

PBB P3 453,95 486,39 608,72 134,10 25,15

Cukai 825,60 495,53 957,73 116,00 93,27

Pajak Lainnya 214,80 216,86 201,71 93,91 -6,99

Pajak Perdagangan Internasional 708,00 797,80 810,67 114,50 1,61

Bea Masuk 682,90 777,14 747,54 109,47 -3,81

Bea Keluar 25,10 20,65 63,13 251,51 205,65

Tabel III.2 Target dan Realisasi Pajak Sumut Tahun 2019 s.d. 2020 (Miliar Rupiah)

Sumber: Aplikasi OMSPAN & Kanwil DJPBC/DJP Sumut (diolah)

Page 44: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

24

perhitungan pajak tahun 2020. Kedua, pemberian insentif perpajakan berupa potongan

angsuran sebesar 30 persen, yang selanjutnya ditingkatkan menjadi 50 persen.

Ketiga, penurunan tarif PPh Badan dari 25 persen menjadi 22 persen sebagaimana

diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu)

Nomor 1 Tahun 2020. PPh Impor juga mengalami kontraksi, tekanan ini diakibatkan

salah satunya karena pemanfaatan insentif perpajakan berupa pembebasan PPh

Pasal 22 Impor oleh wajib pajak.

Penerimaan cukai yang terdiri atas cukai Hasil Tembakau (HT), Minuman

Mengandung Etil Alkohol (MMEA), dan Etil Alkohol (EA) mengalami pertumbuhan

positif sebesar 93,27 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. Penerimaan cukai

merupakan kontributor terbesar penerimaan kepabeanan dan cukai, dan

pertumbuhannya menjadi yang tertinggi kedua setelah pertumbuhan penerimaan Bea

Keluar. Hal ini dikarenakan salah satunya penerimaan cukai EA yang tumbuh signifikan

ini didorong oleh peningkatan permintaan bahan dasar pembuatan produk disinfektan

yang terjadi sejak pertengahan April 2020. Untuk pajak perdagangan internasional,

mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,61 persen jika dibandingkan dengan tahun

lalu. Hai ini dikarenakan Bea Keluar mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar

205,65 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. Peningkatan harga komoditas

ekspor, terutama tembaga dan hasil kelapa sawit, menjadi pendorong utama kinerja

Bea Keluar. Sedangkan penerimaan Mea Masuk mengalami pertumbuhan negatif

sebesar 3,81 persen. Penerimaan Bea Masuk telah mengalami tekanan sejak awal

tahun, terdampak oleh aktivitas impor nasional yang melambat.

3.2.1.1 Analisis Penerimaan Perpajakan

a. Analisis Tax Ratio

Untuk menilai tingkat kepatuhan pembayaran pajak oleh masyarakat dalam

suatu daerah digunakan tax ratio, yang dihitung berdasarkan perbandingan antara

jumlah penerimaan pajak

dengan PDRB. Tax ratio

Sumut dari tahun 2017 s.d.

2020 trennya mengalami

penurunan. Secara ideal

kenaikan PDRB diiringi

dengan kenaikan pajak,

tetapi hal tersebut tidak

terjadi di Sumut. Tahun

2017 2018 2019 2020

PDRB 684,634.43 741,347.43 799,608.95 811,282.84

Realisasi Pajak 23,200.73 20,231.95 19,758.76 17,224.79

Tax Ratio 3.39 2.73 2.47 2.12

-

1.00

2.00

3.00

4.00

0.00

200,0 00.00

400,0 00.00

600,0 00.00

800,0 00.00

dalam persen

Mili

aran

ru

pia

h

Grafik III.1 Perkembangan Tax Ratio Sumut

Sumber: LKPP UAPPAW, BPS Provinsi Sumut (diolah)

Page 45: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

25

2020 tax ratio menurun sebesar 35 basis jika dibandingkan dengan tahun 2019. Selain

akibat bayang-bayang perang dagang, konflik geopolitik, serta pelemahan

perdagangan internasional pada tahun 2019, penerimaan perpajakan tahun 2020

diperlambat dengan pandemi Covid-19.

b. Insentif Perpajakan

Pemerintah telah menyesuaikan target penerimaan pajak sebanyak dua kali,

pertama dengan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54/2020 pada 3 April

2020, yang merevisi target penerimaan pajak menjadi sebesar Rp1.254,11 triliun.

Besaran target ini kembali direvisi melalui Perpres Nomor 72/2020 pada 24 Juni 2020,

dengan menyesuaikan target penerimaan pajak menjadi sebesar Rp1.198,82 triliun.

Penyesuaian ini tidak hanya mempertimbangkan tekanan atas perekonomian yang

mengakibatkan menyusutnya basis pemajakan, namun juga merefleksikan peran yang

akan dijalankan oleh administrasi perpajakan dalam turut menjaga stabilitas ekonomi

Indonesia dan mengawal Pemulihan Ekonomi Nasional, terutama dalam bentuk

pemberian insentif perpajakan.

Tercatat sampai dengan 31 Desember 2020, Kanwil DJP Sumut I dan II telah

memberikan insentif perpajakan sebesar Rp,1,29 triliun dengan porsi terbesar

pengurangan PPh Pasal 25. Tetapi perlu diketahui, pengurangan angsuran PPh Pasal

25, adalah bersifat penundaan pembayaran kewajiban pajak karena pada saat

berakhirnya periode tahun pajak, wajib pajak akan diwajibkan membayar kewajiban

pajaknya sesuai dengan ketentuan UU PPh. Di akhir tahun besarnya PPh terutang

akan sama saja. Perbedaanya hanya terletak pada arus kas. Jika angsuran PPh Pasal

25 yang dibayar lebih besar, PPh kurang bayar di akhir tahun menjadi lebih kecil.

Begitupun sebaliknya, jika angsuran PPh Pasal 25 yang dibayar lebih kecil, PPh kurang

bayar di akhir tahun menjadi lebih besar.

Jenis Pajak

Kriteria Total Insentif Per

Jenis Pajak DTP Dibebaskan Pengurangan Restitusi

Dipercepat

PPh Pasal 21 88.841.861.965 526.878.415 - - 89.368.740.380

PPh Final PP 23 52.116.249.862 - - - 52.116.249.862

PPh Pasal 22 DN - 4.037.563.791 - - 4.037.563.791

PPh Pasal 22 Impor

2.926.043.047 290.473.731.537

- - 293.399.774.584

PPh Pasal 23 - 669.352.646 - - 669.352.646

PPh Pasal 25 - - 431.839.315.832 106.016.402.273 537.855.718.105

PPN dan PPnBM 17.821.826.364 - - 303.520.006.946 321.341.833.310

Jumlah 161.705.981.238 295.707.526.389 431.839.315.832 409.536.409.219 1.298.789.232.678

Tabel III.3 Insetif Perpajakan Kanwil DJP Sumut Tahun 2020

Sumber: Kanwil DJP Sumut I dan II (diolah)

Page 46: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

26

Berdasarkan sektor, Industri pengolahan merupakan sektor terbesar yang

mendapatkan insentif pajak dengan total insentif sebesar Rp824,24 miliar atau sebesar

63,46 persen dari total insentif pajak yang telah diberikan oleh KPP lingkup Kanwil DJP

Sumut. Sektor

Perdagangan

merupakan sektor

insentif perpajakan

terbesar kedua

dengan nilai sebesar

Rp350,27 miliar

dimana dengan

insentif perpajakan

ini diharapkan UMKM

dapat bertahan dan kembali tumbuh dimasa pandemi Covid-19.

Adapun kendala yang dihadapi Kanwil DJP Sumut dalam pemberian insentif

pajak yaitu berdasarkan data belum semua Wajib Pajak yang melaporkan ke KPP.

untuk melihat manfaat dan kendala insentif perpajakan secara umum perlu

membandingkan pendapat dari sisi Kementerian Keuangan selaku pemberi insentif

perpajakan dan pelaku usaha yang langsung merasakan manfaat insentif perpajakan.

824.24

350.2743.99 15.16 295.70

63.46

26.97

3.391.17

22.77

0

20

40

60

80

0.00

300.00

600.00

900.00

IndustriPengolahan

PerdaganganBesar dan

Eceran;Reparasi dan

PerawatanMobil dan

Sepeda Motor

Pertanian,Kehutanan dan

Perikanan

Transportasidan

Pergudangan

Sektor Lainnya

da

lam

pe

rse

n

da

lam

mil

iar

rup

iah

Besaran IS %

Grafik III.2 Besaran Insentif Pajak Berdasarkan Sektor

Sumber: Kanwil DJP Sumut I dan II (diolah)

Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

Kementerian Keuangan Hestu Yoga Saksama mengatakan, besarnya insentif pajak sudah

mencakup hampir keseluruhan sektor, termasuk UMKM bahkan karyawan perusahaan, dan

sudah mengurangi beban pajak para pengusaha secara cukup signifikan. Yoga

mengungkapkan, tidak memungkinkan kita memberikan insentif (tax cut) secara besar-besaran.

Sedangkan di sisi lain, penerimaan pajak masih menjadi andalan penerimaan negara saat ini.

“Disamping itu juga mesti dilihat bahwa insentif pajak ini hanya sebagian (kecil) dari berbagai

stimulus fiskal yang diberikan oleh Pemerintah, seperti relaksasi kredit usaha, penjaminan

modal kerja, bansos, dan lain-lain. Selain juga adanya berbagai stimulus moneter yang juga

diluncurkan untuk menggerakkan perekonomian nasional di tengah pandemi Covid-19,”

(Sumber: https://www.pajakonline.com/hipmi-minta-insentif-pajak-tepat-sasaran/).

“Hanya sebagian usaha yang untung saja yang mengajukan. Kebanyakan dengan keuangan

negatif otomatis tidak mengajukan keringanan,” kata Hariyadi Ketua Umum Asosiasi

Pengusaha Indonesia (Apindo) . Untuk pembebasan PPh 21 tidak terlalu efektif karena banyak

usaha yang memang mengurangi gaji pekerja. Sementara untuk diskon PPh Pasal 25 tidak

dirasakan karena banyak perusahaan yang justru merugi,” kata dia. Permasalahan yang

dihadapi dunia usaha tidak terbatas pada arus kas , tantangan terbesar adalah konsumsi

masyarakat yang belum pulih. Selama pandemi pilihan hanya dua, lanjut beroperasi dengan

keuangan yang ketat atau berhenti sementara,” lanjutnya. Pulihnya konsumsi sendiri menurut

Hariyadi hanya bisa dicapai jika aktivitas ekonomi dapat berjalan normal tanpa ada

kekhawatiran penyebaran virus,

Sumber: https://ekonomi.bisnis.com/read/20210204/12/1352175/apindo-pemanfaatan-

insentif-pajak-tetap-terbatas?utm_source=dable

Page 47: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

27

c. Insentif Bea Masuk Kepabeanan dan Cukai

Dari 3 skema Insentif Bea Masuk dan PDRI atas Impor Barang, 2 skema

terdapat realisasi, sedangkan 1 skema belum ada realisasi. Sampai dengan 31

Desember 2020, Kanwil DJBC Sumut telah memberikan fasilitas insentif Bea Masuk

dan PDRI sebesar Rp27,09 miliar yang terdiri dari skema sesuai PMK

171/PMK.04/2020 sebesar Rp21,73 miliiar dan skema sesuai PMK

No.83/PMK.04/2020 jo PMK 34/PMK.04/2020 sebesar Rp5,35 miliar.

Dari total fasilitas yang diberikan oleh Kanwil DJBC Sumut, penerima fasilitas

terdiri dari 8 (delapan) penerima fasilitas. Tercatat pengguna fasilitas di masa pandemi

meningkat sebesar 14,74 persen, dari 95 pengguna fasilitas di tahun 2019 menjadi 104

pengguna fasilitas di tahun 2020.

Tahun KITE Pusat

Logistik

Berikat

Toko Bebas

Bea

Gudang

Berikat

Kawasan

Berikat

Tempat Penimbunan

Sementara

Kawasan

Pabean

KITE

IKM Jumlah

2018 6 3 0 4 47 6 7 1 74

2019 6 8 2 5 51 11 11 1 95

2020 7 5 2 3 52 19 19 2 104

3.2.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

a. Perkembangan PNBP Menurut Jenis

Selain optimalisasi sektor pajak, salah satu langkah kebijakan fiskal di bidang

pendapatan negara adalah optimalisasi PNBP. PNBP di Sumut terbagi menjadi dua

jenis penerimaan, yaitu Pendapatan BLU, dan PNBP Lainnya.

Realisasi PNBP Provinsi Sumut selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami tren

peningkatan, kecuali tahun 2020 menurun 3,91 persen jika dibandingkan dengan tahun

2019. Penurunan ini disumbang dari penerimaan PNBP lainnya maupun penerimaan

Grafik III.3 Insentif Bea Masuk dan PDRI atas Impor

Barang Lingkup Sumut

5,351,480,000, 20%

21,737,850,941, 80%

0, 0%PMK 83 jo 34 PMK 171 PMK 70

Sumber: Kanwil DJBC Sumut (diolah)

Keterangan :

1. Skema PMK 83/PMK.04/2020 jo PMK 34/PMK.04/2020 merupakan Pemberian Fasilitas Khusus alkes untuk Covid-19).

2. Skema PMK 171/PMK.04/2020 terkait Pemberian fasilitas untuk Pempus, Pemda atau BLU

3. Skema PMK 70/PMK.04/2020 terkait Pemberian fasilitas untuk Yayasan/Lembaga Non Profit.

Tabel III.4 Fasilitas Bea Masuk Sumut Tahun 2020

Sumber: Kanwil DJBC Sumut (diolah)

Page 48: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

28

BLU dengan masing-masing sebesar 3,25 persen dan 4,51 persen jika dibandingkan

dengan tahun 2019. Terbatasnya aktivitas masyarakat akibat pandemi Covid-19

menjadi salah satu penyebab turunnya penerimaan PNBP tahun 2020 di Sumut.

Penurunanan terbesar PNBP lainnya secara nilai nominal disumbang oleh penurunan

Pendapatan Administrasi dan Penegakan Hukum sebagai kontribusi terbesar PNBP

lainnya tahun 2020. Tercatat terjadi penurunan sebesar 20,86 persen jika

dibandingkan dengan tahun 2019. Penerimaan PNBP yang berasal dari pengelolaan

Sumber Daya Alam (SDA) tidak terlihat pada grafik dikarenakan pendapatan dari

retribusi pengelolaan SDA langsung disetorkan ke kantor pusat

Kementerian/Lembaga.

b. Perkembangan PNBP Fungsional

PNBP Fungsional berasal dari hasil pungutan Kementerian Negara/Lembaga

atas jasa yang diberikan sehubungan dengan tugas pokok dan fungsinya dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat. Perkembangan realisasi PNBP

Fungsional beberapa Satker di Sumut dapat disajikan dalam tabel berikut:

Jenis PNBP Lainnya Realisasi 2019 Realisasi

2020 % ∆ % Porsi

Pendapatan dari Penjualan, Pengelolaan BMN & Iuran Badan Usaha

24.318.851.310 36.213.103.426 48,91 3,77

Pendapatan Administrasi dan Penegakan

Hukum 428.286.593.574 338.926.616.509 -20,86 35,30

Pendapatan Kesehatan, Perlindungan Sosial

& Keagamaan 263.298.636.394 252.258.267.985 -4,19 26,27

Pendapatan Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi

82.273.142.096 82.758.122.652 0,59 8,62

Pendapatan Jasa Transportasi, Komunikasi dan Informatika

119.082.622.691 116.211.120.486 -2,41 12,10

Pendapatan Jasa Lainnya 11.897.389.504 9.762.113.632 -17,95 1,02

Pendapatan Bunga, Pengelolaan Rekening Perbankan dan Pengelolaan Keuangan

29.339.309.762 22.588.987.329 -23,01 2,35

Pendapatan Denda 3.913.486.642 9.159.494.188 134,05 0,95

Pendapatan Lain-Lain 43.240.522.892 92.358.787.063 113,59 9,62

Jumlah 1.005.650.554.865 960.236.613.270 -4,52 100,00

Grafik III.4 Perkembangan Realisasi PNBP Sumut

2016 2017 2018 2019 2020

BLU 459,287,268,227 637,500,600,817 728,773,923,507 906,438,477,108 877,022,175,481

PNBP Lainnya 670,229,046,683 1,175,047,132,88 1,099,121,423,51 1,005,650,554,86 960,291,463,270

Total 1,129,516,314,91 1,812,547,733,70 1,827,895,347,02 1,912,089,031,97 1,837,313,638,75

Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)

Tabel III.5 Perkembangan Realisasi PNBP Fungsional Tahun 2019 dan 2020 Sumut

Sumber: LK UAPPAW (diolah)

Page 49: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

29

PNBP Fungsional di dominasi oleh pendapatan Administrasi dan Penegakan

Hukum dengan kontribusi sebesar 35,30 persen. Sedangkan posisi kedua ditempati

oleh Pendapatan Kesehatan, Perlindungan Sosial dan Keagamaan. Jika dibandingkan

dengan tahun 2019, PNBP Fungsional mengalami penurunan sebesar 4,52 persen.

Hal ini tidak lepas dari terbatasnya aktifitas masyarakat akibat pandemi Covid-19.

Penurunan terjadi di sebagian besar jenis PNBP lainnya. Pendapatan Administrasi dan

Penegakan Hukum masih didominasi oleh pendapatan pelayanan polisi 1 yaitu

penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), pendapatan Buku Pemilik

Kendaraan Bermotor (BPKB), penerbitan Surat Izin Mengemudi (SIM) serta

pendapatan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB). Hal tersebut menunjukkan

bahwa kebutuhan untuk kendaraan baik roda 2 dan 4 atau lebih sangat tinggi di Sumut.

3. 3. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI

Alokasi belanja pemerintah pusat tingkat Sumut tahun 2020 sebesar Rp22,43

triliun dengan realisasi sebesar Rp21,33 triliun atau 93,35 persen dari target yang

ditetapkan. Dalam 3 tahun terakhir alokasi belanja pemerintah pusat fluktuatif,

meningkat pada tahun 2019 tetapi turun di tahun 2020. Hal ini dikarenakan pemerintah

melakukan 3 langkah kebijakan dalam menjalankan APBN 2020. Pertama adalah

Refocusing Anggaran K/L dan pemerintah daerah (Pemda). Kedua, Realokasi

Cadangan Belanja. Ketiga, penghematan belanja K/L dan meningkatkan efisiensi

belanja. Ketiga langkah ini bertujuan untuk mempercepat penanganan Covid-19.

3.3.1. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian

Anggaran/Kementerian/Lembaga

Alokasi Belanja Pemerintah Pusat tahun 2020 di Sumut dialokasikan pada 43

Kementerian/Lembaga. Berikut disajikan 10 (sepuluh) Kementerian/Lembaga yang

mendapat alokasi terbesar yang mewakili 82,80 persen dari total pagu Belanja

Pemerintah Pusat tahun 2020 maka tingkat realisasi anggaran pada satker tersebut

24,055.83 24,102.20 22,857.4922,356.91 22,867.20

21,338.60

92.94 94.88 93.35

12.98 1.94-5.16

-20.00

10.00

40.00

70.00

100.00

18,000.00

21,000.00

24,000.00

27,000.00

2018 2019 2020

dal

am p

ers

en

dala

m m

ilia

r ru

pia

h

Pagu Realisasi % Real % ∆ Pagu

Grafik III.5 Perkembangan Belanja APBN Sumut

Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)

Page 50: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

30

sangat signifikan berkontribusi terhadap total tingkat realisasi anggaran di Provinsi

Sumut secara agregat. Berdasarkan Tabel III.6, Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat mendapatkan alokasi pagu belanja terbesar pada tahun 2020

tetapi mengalami penurunan sebesar 19,81 persen jika dibandingkan dengan tahun

2019. Penurunan alokasi belanja ini, dialami juga oleh sebagian besar

Kementerian/Lembaga. Kebijakan Refocusing menjadi salah satu penyebab turunnya

pagu Belanja Kementerian/Lembaga. Dana hasil refocusing kemudian akan

direalokasikan untuk program penanggulangan Covid-19. Dari hasil realokasi tersebut,

anggaran akan ditujukan untuk beberapa K/L terkait teknis penanggulangan Covid-19,

seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

Kementerian Pertahanan, Kepolisian Republik Indonesia, Kementerian Luar Negeri,

dan K/L Lainnya.

N

o Kementerian/Lembaga Pagu Realisasi

% Real

% Porsi Pagu

Sisa Pagu

Blokir

1 Kementerian PUPR 3.467,63 3.234,04 93,26 15,17 233,59 4,55

2 Kementerian Pertahanan 3.436,72 3.233,21 94,08 15,04 203,51 0

3 Kementerian Agama 3.171,42 3.203,53 101,01

13,87 -32,11 14

4 Kepolisian Negara RI 2.557,42 2.497,02 97,64 11,19 60,40 0

5 Kementerian Perhubungan 2.243,51 2.112,53 94,16 9,82 130,98 0

6 Kemendikbud 1.067,30 990,89 92,84 4,67 76,41 0

7 Komisi Pemilihan Umum 1.006,50 688,59 68,41 4,40 317,91 0

8 Kementerian Kesehatan 982,56 775,79 78,96 4,30 206,77 0

9 Kemenkumham RI 577,04 554,2 96,04 2,52 22,84 0

10 Kementerian Keuangan 416,14 401,08 96,38 1,82 15,06 0

11 33 K/L Lainnya 3.931,25 3.647,72 103,84

17,20 283,53 0,1

Total 22.857,49 21.338,60 93,35 100 1.518,89 18,65

Bagi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) realokasi anggaran diperuntukkan

untuk pengadaan/distribusi obat buffer stock, alat/bahan pengendalian Covid-19,

pengadaan APD ke Rumah Sakit yg menangani Covid-19, pengadaan tes cepat Covid-

19, sosialisasi/edukasi, pemeriksaan laboratorium specimen Covid-19. Untuk

Kemendikbud, realokasi digunakan untuk kegiatan terkait Covid-19 pada RS

Perguruan Tinggi Negeri (PTN), sedangkan Polri, menambah anggaran keperluan

satgas Covid-19 di Polri. Sementara untuk K/L lainnya, digunakan untuk membeli

peralatan dan bahan, seperti tenda disinfektan, thermo scanner, sanitizer, masker,

sarung tangan, dan rapid test.

Dari sisi realisasi, Kementerian Agama merupakan Kementerian dengan

Tabel III.6 Pagu 10 Kementerian/Lembaga Tertinggi Tahun 2020 di Sumut

Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)

Page 51: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

31

prosentase realisasi terbesar yaitu 101,0 persen. Hal ini dikarenakan belanja pegawai

melampaui pagu dan belum dilakukan revisi pagu minus, saat ini telah diajukan ke

tingkat eselon I. Sedangkan realisasi belanja terendah ditempati oleh Komisi Pemilihan

Umum dengan realisasi belanja sebesar 64,41 persen. Hal ini disebabkan penggunaan

hibah dari tahun lalu yang tidak maksimal penggunaanya di tahun 2020.

3.3.2. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi

Belanja Pemerintah Pusat yang dialokasikan dalam APBN terbagi ke dalam 11

fungsi yang mengacu pada standar OECD tentang Classification of The Functions of

Government (COFOG). Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan fungsi dapat

disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Fungsi 2018 2019 2020

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

Pelayanan Umum 3.082,21 2.770,23 89,88 2.534,50 2.065,65 81,50 2.144,51 1.734,98 80,90

Pertahanan 2.696,79 2.632,24 97,61 3.289,40 3.173,22 96,47 3.436,72 3.257,70 94,79

Ketertiban dan

Keamanan 3.514,14 3.555,68 101,18 3.481,80 3.751,04 107,73 3.877,93 3.766,94 97,14

Ekonomi 7.535,58 6.822,23 90,53 6.609,45 6.198,00 93,77 5.537,47 5.327,45 96,21

Lingkungan Hidup

559,41 499,022786 89,21 799,85 746,63 93,35 594,39 542,87 91,33

Perumahan dan Fasilitas Umum

673,61 653,8509873 97,07 908,07 858,08 94,49 914,47 862,05 94,27

Kesehatan 1.170,03 969,8777457 82,89 1.214,62 1.031,27 84,90 1.133,96 918,16 80,97

Pariwisata dan

Budaya 76,05 45,80965702 60,24 202,56 39,22 19,36 98,61 79,11 80,23

Agama 376,07 374,3650366 99,55 473,08 455,23 96,23 407,37 393,55 96,61

Pendidikan 4.327,43 3.990,21 92,21 4.543,17 4.504,12 99,14 4.678,63 4.424,50 94,57

Perlindungan Sosial

44,51 43,38840306 97,48 45,71 44,74 97,88 33,43 31,3 93,63

Jumlah 24.055,83 22.356,91 92,94 24.102,20 22.867,20 94,88 22.857,49 21.338,60 93,35

Fungsi Ekonomi mendapatkan alokasi pagu belanja tahun 2020 tertinggi

sebesar Rp5,53 triliun atau 24,23 persen dari total pagu belanja pemerintah pusat

selain TKDD. Besarnya anggaran pada fungsi ekonomi dimaksudkan untuk terciptanya

pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkesinambungan di Sumut khususnya dan

Nasional umumnya. Di posisi kedua ditempati oleh fungsi pendidikan dengan porsi

sebesar 20,47 persen dan ketiga fungsi Ketertiban dan Keamanan dengan porsi

sebesar 16,97 persen. Sedangkan fungsi Perlindungan Sosisal memiliki pagu terendah

dengan porsi sebesar 0,15 persen. Jika dibandingan dengan tahun 2019, sebagian

besar pagu per fungsi tahun 2020 mengalami penurunan. Fungsi yang mengalami

kenaikan alokasi pagu yaitu fungsi Ketertiban dan Keamanan, Pertahanan, Pendidikan,

Tabel III.7 Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi Tahun 2020 Sumut

Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)

Page 52: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

32

dan Perumahan dan Fasilitas Umum dengan masing-masing kenaikan sebesar, 11,38

persen, 4,48 persen, 2,98 persen dan 0,70 persen.

Dari sisi realisasi, realisasi tertinggi ditempati oleh fungsi pendidikan,

sedangkan realisasi terendah ditempati oleh fungsi Pariwisata dan Kebudayaan

dengan realisasi sebesar 80,23 persen. Rendahnya serapan fungsi Pariwisata dan

Kebudayaan ini juga dikarenakan efek pandemi Covid-19 yang membuat lesu dunia

pariwisata lokal maupun nasional.

3.3.3. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja

Pagu belanja tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 5,16 persen jika

dibandingkan dengan tahun 2019. Penurunan ini terjadi pada Belanja Barang dan

Belanja Modal dengan masing-masing penurunan sebesar 7,20 persen dan 13,19

persen. Penurunan belanja barang dan modal tidak lepas dari recofusing yang

dilakukan oleh pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19. Belanja Barang dan

Modal difokuskan penggunaannya untuk penanggulangan Covid-19, sedangkan

belanja yang tidak terkait dengan penanggulangan Covid-19 ditunda

penggunaannya. Belanja modal ditunda untuk dikerjakan multi year, kegiatan proyek

yang sudah dikontrakkan untuk dinegoisasikan lagi kepada pihak ketiganya untuk bisa

ditunda pengerjaannya. Untuk belanja Pegawai dan Belanja Bantuan Sosial mengalami

peningkatan pagu sebesar 2,12 persen dan 4,71 persen jika dibandingkan tahun 2019.

Jenis Belanja 2018 2019 2020

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

Belanja Pegawai 8.663,66 8.317,35 96,00 9.086,68 8.913,02 98,09 9.279,26 9.061,15 97,65

Belanja Barang 9.118,82 8.351,27 91,58 8.984,39 8.353,47 92,98 8.337,37 7.485,86 89,79

Belanja Modal 6.251,69 5.666,83 90,64 6.002,01 5.572,01 92,84 5.210,39 4.761,21 91,38

Belanja Bansos 21,66 21,46 99,08 29,11 28,70 98,60 30,48 30,38 99,67

Jumlah 24.055,83 22.356,91 92,94 24.102,20 22.867,20 94,88 22.857,50 21.338,60 93,35

Pada sisi realisasi, semua jenis belanja memiliki tingkat realisasi yang baik,

belanja barang memiliki tingkat realisasi yang paling rendah dibandingkan jenis belanja

lainya. Hal ini disebabkan realisasi belanja barang 14 dari 43 Kementerian/Lembaga,

kurang dari 90 persen. Untuk realisasi Belanja Pegawai, walaupun secara umum tidak

melebihi kebutuhan (masih di bawah 100 persen) tetapi jika ditelusuri sampai bagian

anggaran, belanja pegawai pada Kementerian Agama lebih dari pagu yang ditetapkan,

sehingga memerlukan revisi pagu. Revisi pagu tersebut akan diselesaikan yang akan

diselesaikan pada tingkat eselon I Kementerian Agama.

Tabel III.8 Perkembangan Sumut Berdasarkan Jenis Belanja (Miliar Rupiah)

Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)

Page 53: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

33

3. 4. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA (TKDD)

Dalam periode 2016-2019, anggaran TKDD pada Sumut cenderung meningkat

setiap tahunnya, tetapi di tahun 2020 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya

bahkan merupakan alokasi terendah dalam 5 tahun terakhir. Penurunan alokasi pagu

ini tidak terlepas dari penyesuaian postur APBN melalui Perpres 54/2020 dan 72/2020.

Dari sisi realisasi, realisasi tahun 2020 merupakan realisasi tertinggi dalam 5 tahun

terakhir. Hal ini disebabkan oleh kebijakan relaksasi percepatan penyaluran TKDD

dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi di daerah.

DBH, DAU, DAK Fisik, dan DAK Non Fisik mengalami penurunan pagu dari

tahun 2019 dengan penurunan masing-masing sebesar 16,50 persen, 8,41 persen,

33,07 persen dan 2,50 persen.

Sedangkan DID dan Dana

Desa, pagu tahun 2020

mengalami peningkatan dari

tahun 2019 dengan masing-

masing sebesar 367,35 persen

dan 0,98 persen. Untuk

peningkatan DID dikarenakan

Pemerintah mengalokasikan

pagu tambahan kepada Pemerintah Daerah dalam 3 periode untuk membantu

meningkatkan kapasitas pemerintah daerah, menangani pandemi Covid-19 serta

dalam rangka pemulihan ekonomi di daerah. Dan untuk Dana Desa walupun

berdasarkan Perpres 54/2020 telah dilakukan penyesuaian pagu, tetapi masih lebih

tinggi dari alokasi pagu tahun 2019.

Jenis Belanja 2018 2019 2020

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

DBH 1.971,36 1.849,58 93.82 1.882,63 1.554,39 82.56 1.572,06 1.567,66 99.72

DAU 24.095,78 24.095,78 100 25.258,00 25.203,11 99.78 23.134,20 22.937,58 99.15

DAK Fisik 3.230,39 3.029,77 93,79 3.613,22 3.327,69 92.1 2.418,35 2.276,41 94.13

DAK Non Fisik 7.617,42 7.312,17 95.99 8.041,00 7.447,79 92.62 7.840,20 7.736,06 98.67

DID 129,00 129,00 100 136,62 136,62 100 638,50 638,50 100

Dana Desa 4.197,97 3.815,92

90.9 4.452,05 4.386,06 98.52 4.495,59 4.487,62 99.82

Jumlah 41.241,92 40.232,10 97,55 43.383,52 42.055,66 96,94 40.098,89 39.643,83 98,87

Dari Rp40,09 triliun pagu dana TKDD tahun 2020, sebesar Rp7,50 triliun atau

sekitar 18,72 persen merupakan bagian pemerintah Provinsi Sumut, sisanya Rp32,59

41.49 42.85

41.24 43.38

40.10

38.31 40.29 40.23 42,06 39.64

92.3594.02

97.55

96.94

98.86

-

30.00

60.00

90.00

120.00

38.00

40.00

42.00

44.00

2016 2017 2018 2019 2020

Anggaran Realisasi %

Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)

Grafik III.6 Perkembangan dan Pertumbuhan TKDD

Sumut

Tabel III.9 Perkembangan Pagu dan Realisasi TKDD Sumut (Miliar Rupiah)

Sumber : Aplikasi Simtrada (diolah)

Page 54: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

34

triliun atau sekitar 81,28 persen disalurkan kepada 33 kabupaten/kota di wilayah

Sumut. Kabupaten/kota yang menerima dana transfer terbesar yaitu Kabupaten Deli

Serdang sebesar Rp2,21 triliun dan yang menerima dana dengan alokasi terkecil ialah

Kabupaten Papak Bharat sebesar Rp454 miliar. Sebagaimana terlihat pada tabel

Perbandingan distribusi Dana Transfer pada 2020 untuk kabupaten/kota terlihat pada

Grafik berikut.

Untuk menilai tingkat kemandirian daerah terhadap alokasi dana transfer

dilakukan dengan cara membandingkan rasio PAD dengan rasio dana transfer.

Jika rasio PAD lebih besar daripada rasio dana transfer menunjukkan kemandirian

daerah yang tinggi sebaliknya jika rasio dana transfer lebih besar berarti tingkat

ketergantungan daerah terhadap dana transfer tinggi. Untuk menghitung rasio PAD

dan rasio dana transfer menggunakan cara sebagai berikut:

Rasio PAD = PAD

Rasio Dana Transfer = Total Dana Tansfer

Total Pendapatan APBD Total Pendapatan APBD

Rasio PAD dan rasio dana transfer Provinsi Sumut tahun 2020 sebagai berikut :

Rasio PAD PAD 9.680.306.765.759

18,56 Total Pendapatan APBD 52.166.701.216.677

Rasio Transfer Total Dana Transfer 39.643.833.975.385

75,99 Total Pendapatan APBD 52.166.701.216.677

Rasio PAD Sumut tahun 2020 sebesar 18,56 yang berarti tingkat

ketergantungan terhadap dana transfer masih sangat tinggi yaitu sekitar 75,99 persen,

Hal ini mengindikasikan Pemda Sumut agar lebih menggali sumber PAD-nya.

Grafik III.7 Pagu dan Realisasi TKDD TA 2020 per Kab/Kota di Sumut

Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)

94.64 96.84

92.8696.28

95.79

94.10

96.66

95.12

95.91

96.78

95.00

98.05

96.76

97.53 97.…

95.21

93.33

97.50

96.99

96.10

96.64

97.99

92.57

96.95

96.60

97.96

98.10

97.30

96.26

97.67

97.29

96.63

95.57

96.…

85.00

90.00

95.00

100.0 0

0.00

3.00

6.00

9.00

Pro

vin

si S

um

ate

ra U

tara

Del

i Se

rdan

g

Med

an

Sim

alu

ngu

n

Lan

gkat

Nia

s Se

lata

n

Ma

nd

aili

ng

Nat

al

Asa

ha

n

Se

rdan

g B

ed

aga

i

Kar

o

Ta

pa

nu

li Se

lata

n

Ta

pa

nu

li U

tara

Ta

pa

nu

li Te

nga

h

Pa

dan

g La

was

Uta

ra

Pa

dan

g La

was

Ba

tub

ara

Lab

uh

an B

atu

Dai

ri

To

bas

a

Lab

uh

anb

atu

Uta

ra

Hu

mb

an

g H

an

sud

uta

n

Nia

s

Lab

uh

an S

ela

tan

Pe

ma

tan

g Si

anta

r

Bin

jai

Nia

s U

tara

Sa

mo

sir

Pa

dan

g Si

de

mp

uan

Gu

nu

ng

Sito

li

Nia

s B

arat

Te

bin

g T

ingg

i

Sib

olg

a

Ta

nju

ng

Bal

ai

Pa

kpak

Bh

ara

tD

ALA

M P

ERSE

N

DA

LAM

TR

ILIU

N R

UP

IAH

Pagu Realisasi %

Tabel III.10 Rasio PAD dan Rasio Transfer Tahun 2020 Sumut

Sumber: LRA Pemda (diolah)

Page 55: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

35

3.4.1. Dana Transfer Umum

a. Dana Alokasi Umum

Seperti yang diketahui DAU memiliki porsi yang terbesar dibandingkan dengan

komponen transfer yang lain. Namun demikian, DAU akan terbagi habis untuk mengisi

kebutuhan gaji pegawai di sebagian besar pemeritah daerah dan mengisi celah fiskal

yang timbul akibat rendahnya kapasitas fiskal daerah. DAU yang merupakan

komponen TKDD terbesar ini mengalami penurunan pagu di tahun 2020 dan bahkan

menjadi pagu terendah dalam 5 tahun terakhir. Penurunan ini disebabkan oleh

perubahan alokasi DAU Formula TA 2020 dalam Perpres 72/2020 atau turun sebesar

8,94 persen dari

alokasi DAU Formula

TA 2019. Tercatat

penurunan pagu

sebesar 8,41 persen

dibandingkan dengan

tahun 2019. Dengan

penurunan pagu DAU ini, Pemda menyikapi dengan melakukan: (1) Optimalisasi PAD;

(2) Efisiensi, pergeseran, realokasi, dan refocusing belanja daerah, namun dengan

tetap memperhatikan belanja wajib dan prioritas daerah; (3) Penyesuaian sistem

kontrak yang fleksibel sehingga dapat dilakukan perubahan/addendum; dan (4)

Efisiensi terhadap belanja yang tidak prioritas seperti belanja perjalanan dinas, rapat-

rapat, dan belanja operasional lain.

Dari sisi realisasi, realisasi tahun 2020 mengalami penurunan jika dibandingkan

dengan tahun 2019. Hal ini disebabkan belum terserapnya DAU Tambahan dengan

maksimal karena pemerintah daerah tidak memenuhi persyaratan penyaluran sesuai

PMK Nomor 8/ PMK.07/2020 tentang Tata Cara Penyaluran DAU Tambahan TA 2020.

Jika dilihat tren penyaluran bulanan, terlihat bahwa dalam 2 tahun terakhir

memiliki pola yang sama baik secara jumlah nominal maupun distribusinya secara

bulanan. Penyaluran

tertinggi ada di awal tahun

(Januari) yakni mencapai

Rp 3 triliun lebih, dan

selanjutnya terdistribusi

merata setiap bulan sampai

dengan November dengan

Tahun Pagu Realisasi %

Real. % Δ Pagu

2016 23.349.546.513.000 23.349.546.513.000 100 11,49

2017 24.048.909.046.000 24.048.909.046.000 100 3,00

2018 24.095.779.124.000 24.095.779.124.000 100 0,19

2019 25.258.004.077.000 25.203.106.648.000 99,78 4,82

2020 23.134.196.946.000 22.937.576.589.000 99,15 -8,41

Tabel III.11 Perkembangan Pagu dan Realisasi DAU Sumut

Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)

Grafik III.8 Tren Penyaluran Bulanan DAU Sumut Utara

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

2019 4.14 2.07 2.07 2.09 2.18 2.07 1.98 2.11 2.09 2.14 2.24 0.01

2020 2.99 2.25 2.30 1.82 1.39 2.45 2.34 1.87 1.87 1.79 1.87 0.00

0.00

1.50

3.00

4.50

dal

am t

riliu

n

rup

iah

Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)

Page 56: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

36

rata-rata terealisasi sebesar Rp 1,8 triliun dan mencapai nilai terendah pada akhir

tahun. Bulan Mei merupakan realisasi terkecil setelah bulan Desember 2020, hal ini

dikarenakan Pemerintah melaukan penundaan sebagian penyaluran DAU bagi

beberapa daerah termasuk di Sumut yang belum melakukan realokasi dan refocusing

anggaran belanja APBD tahun 2020 untuk penanganan pandemi serta dampak Covid-

19. Sehingga di bulan Juni dan Juli realisasi mengalami peningkatan setelah Pemda

menyampaikan laporan penyesuaian APBD.

b. Dana Bagi Hasil (DBH)

Pembagian DBH dilakukan berdasarkan prinsip by origin dan penyaluran

dilakukan berdasarkan prinsip Based on Actual Revenue atau penyaluran DBH

berdasarkan realisasi penerimaan tahun anggaran berjalan. Terdiri dari DBH Pajak

Penghasilan, DBH PBB, DBH Cukai Hasil Tembakau, dan DBH SDA. Pagu DBH tahun

2020 mengalami penurunan sebesar 16,50 persen jika dibandingkan tahun 2019.

Alokasi pagu DBH tahun

2020 merupakan pagu

terendah dalam 45

tahun terakhir.

Penurunan pagu DBH

menyesuaikan dengan

turunnya proyeksi

penerimaan sesuai Pepres 54/2020. Hal ini disebabkan adanya penyesuaian dengan

penurunan Pendapatan Dalam Negeri Neto dalam APBN TA 2020.

Dari sisi realisasi, realisasi DBH tahun 2020 merupakan realisasi tertinggi dalam

5 tahun terakhir dengan capaian sebesar 99,72 persen. Secara tren penyaluran

bulanan, penyaluran bulanan DBH tahun 2020 berbeda dengan tahun 2019, jika dilihat

pada Grafik III.9,

penyaluran DBH

dilaksanakan per

quartal, tetapi di

tahun 2020,

penyaluran DBH

tertinggi disalurkan

di bulan Juli, hal ini

dikarenakan penyaluran DBH telah direlaksasi dengan PMK No. 101/PMK.07/2020 dan

di bulan Juli juga dibayarkan kembali DBH kuartal I sampai kuartal II tahun 2020 yang

Tahun Pagu Realisasi %

Real. % Δ Pagu

2016 2.437.985.937.060 1.949.004.539.310 79,94 -28,56

2017 3.421.440.501.224 1.825.499.740.374 53,35 40,34

2018 1.971.361.334.000 1.849.575.912.823 93,82 -42,38

2019 1.882.630.156.538 1.554.386.161.254 82,56 -4,50

2020 1.572.055.329.891 1.567.660.742.939 99,72 -16,50

Tabel III.12 Perkembangan Pagu dan Realisasi DBH Sumut

Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)

Grafik III.9 Tren Penyaluran Bulanan DBH Sumut

Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

2019 62.7 3.62 223. 99.8 4.73 223. 104. 389. 107. 0.00 0.82 334.

2020 19.8 1.94 6.35 58.3 121. 261. 450. 315. 7.84 322. 1.72 0.00

0

200

400

600

mili

ar r

up

iah

Page 57: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

37

tertunda. Penyaluran DBH di semester II tahun 2020 tidak lagi mempersyaratkan

pemda untuk menyampaikan laporan pencegahan atau penanganan Covid-19.

Kebijakan ini bertujuan agar daerah segera melakukan belanja sesuai dengan program

yang direncanakan, dengan harapan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi

di daerah dan secara aggregat berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional.

3.4.2. Dana Transfer Khusus

a. Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik

Sumut di awal TA 2020 berdasarkan PMK nomor 130/PMK.07/2019, mendapat

alokasi DAK Fisik sebesar Rp3,6 triliun. Alokasi pagu ini berubah pada saat Indonesia

dilanda pandemi Covid-19 sesuai dengan Perpres 54/2020 dan Perpres 72/2020 dak

juknis PMK nomor 35/PMK.07/2020 menjadi Rp2,4 triliun, atau menurun sebesar 33,50

persen dari pagu awal tahun 2020. Pagu ini juga mengalami penurunan jika

dibandingkan tahun 2019 dan menjadi pagu terendah dalam 5 tahun terakhir. Tercatat

pagu DAK Fisik mengalami penurunan sebesar 33,07 persen jika dibandingkan dengan

tahun 2019.

Dari sisi realisasi, realisasi penyaluran DAK Fisik Tahun 2020 Sumut sebesar

Rp2,2 triliun atau 94,13%

dari pagu DAK Fisik

2020. Realisasi ini lebih

besar jika dibandingkan

dengan tahun-tahun

sebelumnya. Sama

dengan TKDD lainnya,

penyaluran DAK Fisik juga mengalami relaksasi berdasarkan PMK No.

101/PMK.07/2020.

Secara tren penyaluran, DAK Fisik tahun 2020 mengalami perbedaan dari

tahun 2019. Penyaluran tahun 2019 dalam 3 tahapan yaitu tahap I paling lambat di

bulan Juli, tahap II

paling lambat di

bulan Oktober dan,

tahap III paling

lambat di bulan

Desember. Berbeda

dengan penyaluran DAK Fisik tahun 2020, berdasarkan PMK 101/PMK.07/2020 terkait

relaksasi penyaluran TKDD, pengajuan dokumen penyaluran DAK Fisik paling lambat

Tahun Pagu Realisasi %

Real. % Δ Pagu

2016 4.374.704.176.206 3.558.430.247.773 81,34 0,00

2017 3.824.607.201.000 3.469.534.408.635 90,72 -12,57

2018 3.230.387.454.000 3.029.767.178.334 93,79 -15,54

2019 3.613.215.270.000 3.327.692.240.449 92,10 11,85

2020 2.418.350.256.000 2.276.412.593.981 94,13 -33,07

Tabel III.13 Perkembangan Pagu dan Realisasi DAK Fisik Sumut

Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)

Grafik III.10 Tren Penyaluran Bulanan DAK Fisik Sumut

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

2019 0.00 0.00 0.00 0.00 0.08 0.03 0.77 0.03 0.19 1.37 0.01 0.85

2020 0.00 0.00 0.00 0.04 0.02 0.14 0.16 0.87 1.03 0.03 0.00 0.00

0.000.501.001.50

trili

un

ru

pia

h

Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)

Page 58: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

38

pada tanggal 31 Agustus dan Cadangan DAK Fisik paling lambat pada tanggal 30

September 2020. Terlihat pada grafik di atas, penyaluran DAK Fisik tahun 2020

tertinggi di bulan Agustus dan September 2020. Dibulan Oktober masih terdapat

penyaluran (minggu 1), hal ini merupakan sisa penyaluran oleh KPPN karena KPPN

dapat menyalurkan maksimal 7 hari kerja sejak dokumen persyaratan DAK Fisik oleh

Pemda diterima oleh KPPN.

b. Dana Alokasi Khusus (DAK) Nonfisik

DAK Nonfisik ditujukan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap

layanan publik yang berkualitas dengan harga yang semakin terjangkau. Dalam

perkembangannya, DAK Nonfisik telah mengalami berbagai perubahan kebijakan, baik

cakupan, besaran unit cost, maupun target sasarannya. Cakupan DAK Nonfisik antara

lain, belanja operasional pendidikan dan kesehatan, tunjangan guru Pegawai Negeri

Sipil Daerah (PNSD), peningkatan kapasitas koperasi, usaha kecil dan menengah, dan

bantuan pelayanan administrasi kependudukan. Tahun 2019 terdapat penambahan

jenis DAK Nonfisik jenis baru yaitu BOP Kesetaraan, BOP Museum dan Taman

Budaya, Dana Pelayanan Kepariwisataan, dan Dana Bantuan Biaya Layanan

Pengolahan Sampah (BLPS). Jika dilihat trennya alokasi pagu DAK Non Fisik di

Sumatera meningkat mulai tahun 2017, tetapi mengalami penurunan sebesar 2,50

persen di tahun 2020 dari tahun sebelumnya.

Dari sisi realisasi, realisasi DAK Non Fisik mengalami realisasi tertinggi dalam

5 tahun terakhir dengan capaian realisasi sebesar 98,67 persen. Peningkatan tersebut

utamanya disebabkan

oleh tingkat kepatuhan

Pemerintah Daerah yang

semakin baik dalam

menyampaikan laporan

sebagai syarat

penyaluran melalui

aplikasi DAK Nonfisik.

Dari alokasi Rp7,8 triliun DAK Non Fisik Sumut, Rp3,6 triliun merupakan Dana

BOS yang penyalurannya melalui KPPN Medan I. Proses penyaluran Dana BOS oleh

KPPN berdasarkan rekomendasi dari Kantor Pusat Kementerian Keuangan

Berdasarkan ketentuan Pasal 21 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor

9/PMK.07/2020 tentang Perubahanatas PMK Nomor48/PMK.07/2019 tentang

Pengelolaan DAK Nonfisik, penyaluran Dana BOS Reguler dilaksanakan setelah

Tahun Pagu Realisasi %

Real. % Δ Pagu

2016 7.730.252.370.250 5.948.078.309.053 76,95 1,93

2017 7.208.926.555.000 6.681.699.958.579 92,69 -6,74

2018 7.617.419.496.392 7.312.173.282.673 95,99 5,67

2019 8.040.998.993.920 7.447.794.768.570 92,62 5,56

2020 7.840.200.570.774 7.735.853.380.024 98,67 -2,50

Tabel III.14. Perkembangan Penyaluran DAK Non Fisik Sumut

Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)

Page 59: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

39

Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menerima

rekomendasi penyaluran dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Gambar di

bawah berikut menampilkan pagu, realisasi serta output Dana BOS tahun 2020

berdasarkan jenis BOS.

Jika dilihat trennya, penyaluran DAK Non Fisik tertinggi di bulan Maret, Juni dan

Oktober. Sampai dengan bulan Maret DAK Non Fisik telah disalurkan sebesar 23,33

persen. Dana BOS pada

bulan Februari mulai

disalurkan oleh KPPN

Medan I dengan realisasi

sebesar 3,3 persen. Untuk

kuartal II (April-Juni)

realisasi DAK Non Fisik

telah terealisasi sebesar

34,04 persen dan puncaknya di bulan Juni yang realisasinya sebesar 20,84 persen.

Penyaluran tertinggi berikutnya di kuartal IV dengan realisasi sebesar 27, 31 persen.

3.4.3. Dana Desa

Alokasi Dana Desa Tahun 2020 mengalami perubahan/revisi berdasarkan PMK

Nomor 35 Tahun 2020 akibat dari terbitnya Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2020

tentang Perubahan Postur dan Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Tahun Anggaran 2020 dikarenakan pandemi Covid-19. Berdasarkan Perpres 54/2020

Dana Desa Provinsi

Sumut menjadi Rp4,49

triliun. Jika dibandingkan

dengan tahun 2019 yang

sebesar Rp4,45 triliun,

alokasi Dana Desa tahun

2020 mengalami

peningkatan sebesar

0,01 persen. Dan jika dibandingkan dengan 5 tahun terakhir, alokasi Dana Desa 2020

merupakan alokasi pagu tertinggi, begitu juga dengan realisasinya merupakan realisasi

tertinggi dalam kurun 5 tahun terakhir.

Sampai dengan tanggal 30 Desember 2020 penyaluran Dana Desa TA. 2020

Lingkup Provininsi Sumut telah terealisasi sebesar Rp4.487.621.473.691- dari pagu

sebesar Rp4.495.586.560.000- atau tercapai sebesar 99,82 persen. Sebanyak 13

Tahun Pagu Realisasi %

Real. % Δ Pagu

2016 3.293.282.206.000 3.207.021.800.897 97,38 0,00

2017 4.197.972.490.000 4.140.665.019.721 98,63 27,47

2018 4.197.972.490.000 3.815.917.896.029 90,90 0,00

2019 4.452.049.366.000 4.386.060.901.224 98,52 6,05

2020 4.495.586.560.000 4.487.621.473.691 99,82 0,98

Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)

Grafik III.11 Tren Penyaluran Bulanan DAK Non Fisik Sumut

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

2019 0.00 0.00 1.39 1.79 0.17 0.75 0.40 0.07 1.34 0.24 1.18 0.11

2020 0.00 0.13 1.70 0.45 0.58 1.63 0.07 0.30 0.73 1.07 0.69 0.38

0.000.501.001.502.00

trili

un

ru

pia

h

Tabel III.15. Perkembangan Penyaluran Dana Desa Sumut

Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)

Page 60: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

40

Kabupaten/Kota telah salur 100 persen dan sisanya sebanyak 14 Kabupaten/Kota

tidak tersalur 100 persen. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun

2019, capaian tahun 2020 lebih baik dibandingkan dengan tahun 2019 yang

capaiannya sebesar 98,52 persen. Di tengah pandemi Covid-19 dan perubahan aturan

penyaluran Dana Desa yang mempermudah (relaksasi) penyaluran dalam rangka

Pemulihan Ekonomi Nasional menyebabkan capaian penyaluran Dana Desa dapat

dikatakan sangat baik di Provinsi Sumut.

Secara tahapan realisasi Dana Desa di Sumut tahun 2020 dapat diuraikan

sebagai berikut. Pada tahap I realisasi Dana Desa terdiri dari realisasi reguler dan

realisasi BLT. Realisasi regular masih berpedoman pada PMK No. 205/PMK.07/2019

dengan realisasi sebesar Rp850.275.104.000 sebanyak 2.593 desa. Kemudian setelah

PMK-50/PMK.07/2020 terbit mekanisme penyaluran Dana Desa berubah menjadi

mekanisme penyaluran BLT Dana Desa. Dan sebagian tahap II dan tahap III

penyaluran Dana

Desa berpedoman

pada PMK Nomor

101/PMK.07/2020

terkait relaksasi

penyaluran TKDD.

Tercatat 8

(delapan) Pemda

yang realisasi tahap I Dana Desa berpedoman pada PMK-205/PMK.07/2019 (realisasi

regular) selebihnya 19 Pemda langsung berpedoman pada PMK-50/PMK.07/2020

untuk realisasi tahap I dengan mekanisme BLT.

Jika berdasarkan periodik, bulan Januari belum terdapat penyaluran karena

masih proses penyusunan Perdes APBDes dan Perkada. Untuk penyaluran Dana

Desa tahun 2020 terbesar

terjadi pada bulan April

dengan realisasi sebesar

Rp739.991.882.000- atau

sebesar 16,49 persen. Hal

ini disebabkan penyaluran

tahap II sudah bisa

dilakukan yaitu paling cepat bulan Maret dan Sebagian besar Pemda memulai

penyaluran tahap II pada bulan April. Sedangkan pada bulan Desember terjadi sedikit

Tahapan

Realisasi

Reguler Jumlah Desa

BLT Jumlah Desa

Tahap I 850.275.104.000 2.593 959.766.212.801 2.824

Tahap II - - 1.796.487.801.471 5.411

Tahap III - - 881.092.355.419 5.392

Jumlah 850.275.104.000 3.637.346.369.691

Tabel III.16 Realisasi Dana Desa Tahun 2020 Per Tahapan

Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

2019 0.00 0.23 0.34 0.49 0.29 1.25 0.00 0.00 0.19 0.13 0.93 0.54

2020 0.00 0.06 0.04 0.74 0.46 0.64 0.55 0.35 0.45 0.29 0.30 0.62

0.000.501.001.50

trili

un

ru

pia

h

Grafik III.12 Tren Penyaluran Bulanan Dana Desa Sumut

Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)

Page 61: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

41

penumpukan penyaluran padahal penyaluran tahap III telah dilakukan relaksasi

dengan penyederhanaan syarat salur tahap III tetapi beberapa Pemda masih memiliki

kendala dalam pemenuhan persyaratan tersebut diantaranya Kepala Daerah yang

terjerat hukum dan masih menunggu PLT Kepala Daerah serta beberapa desa kepala

desa nya terjerat masalah hukum.

3.4.4. Dana Insentif Daerah, Otonomi Khusus, dan Keistimewaan

DID dialokasikan untuk memberikan insentif/penghargaan kepada daerah atas

kinerja pemerintah daerah dalam perbaikan/pencapaian kinerja di bidang tata kelola

keuangan daerah, pelayanan umum pemerintahan, pelayanan dasar publik, dan

kesejahteraan masyarakat.

Alokasi DID tahun 2020 naik

sebesar 367,34 persen jika

dibandingkan dengan tahun

2020 dan bahkan menjadi

alokasi tertinggi dalam 5

tahun terakhir. Alokasi pagu

tahun 2020 sebesar

Rp638,50 miliar bukanlah

murni DID reguler, tetapi termasuk DID tambahan yang diberikan oleh Pemerintah

kepada Pemda dalam rangka pemulihan ekonomi nasional, yang diberikan kepada

daerah tertentu berdasarkan indikator tertentu melalui pemberian insentif bagi

Pemerintah Daerah yang berkinerja baik dalam penanganan pandemi Covid-19.

Penggunaan DID Tambahan diprioritaskan untuk mendorong pemulihan ekonomi di

daerah, termasuk mendukung industri kecil, usaha mikro kecil dan menengah,

koperasi, dan pasar tradisional serta penanganan Covid-19 bidang kesehatan dan

bantuan sosial. DID Tambahan dialokasikan dalam 3 periode, yaitu bulan Juli,

September dan Oktober. Setiap periodenya Pemda akan dinilai berdasarkan kriteria

tertentu, yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan, sehingga tidak semua

Pemda mendapat alokasi DID Tambahan setiap periodenya.

Berdasarkan data, terdapat 16 Pemda di Sumut mendapatkan DID Tambahan

dengan alokasi pagu sebesar Rp226,23 miliar. Sedangkan alokasi DID reguler tahun

2020 sebesar Rp412,36 miliar. Jika dibandingkan dengan tahun 2019, penerima DID

tahun 2020 meningkat tajam di tahun 2020, tercatat 16 Pemda mendapatkan DID

reguler. Sedangkan untuk DID Tambahan sebanyak 16 Pemda di Sumut mendapatkan

DID Tambahan baik periode I, II, dan III.

Tahun Pagu Realisasi %

Real. % Δ

Pagu

2016 302.885.390.000 302.885.390.000 100,00 0,00

2017 154.205.471.000 154.205.471.000 100,00 -49,09

2018 129.000.000.000 129.000.000.000 100,00 -16,35

2019 136.623.285.000 136.623.285.000 100,00 5,91

2020 638.501.437.000 638.501.437.000 100,00 367,34

Tabel III.17 Perkembangan Penyaluran DID Sumut

Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)

Page 62: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

42

Jika berdasarkan tren, penyaluran DID tahun 2020 dimulai pada bulan April

sampai dengan bulan Desember. Penyaluran tertinggi tercatat pada bulan Agustus,

Juni dan September. Jika dibandingkan dengan tahun 2019, penyaluran DID dilakukan

di bulan Februari s.d. Maret dan September-Oktober. Penyaluran DID tahun 2020,

selain DID reguler,

penyaluran DID

Tambahan juga

memiliki jadwal

penyaluran, yaitu

periode I paling

lambat disalurkan

bulan Juli, periode II paling lambat disalurkan bulan September dan periode III paling

lambat disalurkan bulan Oktober 2020.

PEMDA

ALOKASI PAGU

2019 2020

DID Reguler DID Tambahan Total DID

Provinsi Sumut 0 9.872.679.000 0 9.872.679.000

Asahan 10.939.377.000 36.519.800.000 21.045.140.000 57.564.940.000

Batubara 0 33.977.871.000 29.048.429.000 63.026.300.000

Binjai 0 28.947.058.000 11.924.596.000 40.871.654.000

Dairi 21.323.941.000 16.262.194.000 9.072.192.000 25.334.386.000

Deli Serdang 0 31.920.571.000 25.326.166.000 57.246.737.000

Gunung Sitoli 0 0 14.065.588.000 14.065.588.000

Humbahas 12.815.324.000 19.689.111.000 0 19.689.111.000

Karo 0 0 14.905.745.000 14.905.745.000

Labuhan Batu Selatan 0 10.079.243.000 0 10.079.243.000

Labuhan Batu Utara 0 0 13.415.171.000 13.415.171.000

Langkat 0 0 12.506.607.000 12.506.607.000

Medan 0 0 8.538.533.000 8.538.533.000

Nias 0 0 4.000.000.000 4.000.000.000

Padang Lawas 0 0 8.538.533.000 8.538.533.000

Padang Lawas Utara 14.168.597.000 6.845.138.000 0 6.845.138.000

Pakpak Bharat 10.929.686.000 0 0 0

Pematang Siantar 22.438.314.000 0 14.919.829.000 14.919.829.000

Samosir 10.482.264.000 31.299.175.000 0 31.299.175.000

Serdang Bedagai 0 29.079.769.000 0 29.079.769.000

Sibolga 0 42.995.348.000 0 42.995.348.000

Tanjung Balai 0 0 13.415.171.000 13.415.171.000

Tapanuli Selatan 23.132.664.000 52.025.950.000 0 52.025.950.000

Tapanuli Tengah 0 0 11.924.596.000 11.924.596.000

Tapanuli Utara 0 18.772.421.000 13.589.569.000 32.361.990.000

Tebing Tinggi 0 6.845.138.000 0 6.845.138.000

Toba Samosir 10.393.118.000 37.134.106.000 0 37.134.106.000

Jumlah 136.623.285.000 412.265.572.000 226.235.865.000 638.501.437.000

Tabel III.18 Perbandingan Alokasi Pagu DID Tahun 2019 dan Tahun 2020

Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)

Grafik III.13 Perkembangan Penyaluran DID Sumut

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

2019 0.00 24.7 43.6 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 44.7 23.5 0.00 0.00

2020 0.00 0.00 0.00 32.7 67.3 136. 14.5 182. 114. 20.0 56.4 14.1

0

100

200

mili

ar r

up

iah

Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)

Page 63: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

43

3. 5. ANALISIS CASH FLOW PEMERINTAH PUSAT

Arus kas Pemerintah Pusat di Sumut dalam tiga tahun terakhir selalu defisit,

yang artinya arus kas keluar selalu lebih besar dibandingkan arus kas masuk. Angka

defisit tersebut juga terus

mengalami kenaikan dari

tahun sebelumnya. Pada

tahun 2020 tercatat bahwa

defisit APBN di Provinsi

Sumut sebesar

Rp41,92triliun, menurun

dibandingkan dengan tahun

2019 yang tercatat sebesar

Rp43,25 triliun. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa

Sumut menerima subsidi silang dari daerah lain di Indonesia dalam rangka membiayai

sebagian besar kebutuhan fiskalnya.

3.5.1. Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara)

Arus kas masuk APBN di Sumut, dalam tiga tahun terakhir selalu menurun,

untuk tahun 2020 arus kas tumbuh negatif 12,04 persen, lebih rendah dibandingkan

tahun 2019 yang tumbuh negatif 1,76

persen. Hal ini dikarenakan

pertumbuhan penerimaan perpajakan

dan PNBP yang juga tumbuh negatif

sebesar -12,82 persen dan -3,91

persen. Dampak pandemi Covid-19

serta pemberian insentif perpajakan

memberikan tekanan yang cukup

signifikan terhadap penerimaan pajak

dan PNBP di tahun 2020.

3.5.2. Arus Kas Keluar (Belanja dan TKDD)

Arus kas keluar APBN di Sumut dalam tiga tahun terakhir fluktuatif, meningkat

di tahun 2019 bila dibandingkan tahun 2018, tetapi menurun di tahun 2020

dibandingkan tahun sebelumnya. Senada dengan arus kas masuk, pertumbuhan

negatif juga terjadi pada arus kas keluar tahun 2020 sebesar negatif 6,07 persen.

22,0

60.1

7

21,6

70.8

5

19,0

62.1

1

62,5

89.0

1

64,9

22.8

7

60,9

82.2

2

(40,

528.

84)

(43,

252.

02)

(41,

920.

11)

(50,000)

(30,000)

(10,000)

10,000

30,000

50,000

70,000

2018 2019 2020

Arus Kas Masuk Arus Kas Keluar Surplus/Defisit

Grafik III.14 Perkembangan Cash Flow APBN di Sumut

Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)

Grafik III.15 Perkembangan Arus Kas Masuk APBN di Sumut

-2.34%

-12.82%

4.59%

-3.91%

2019 2020 2019 2020

Pajak PNBP

Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)

Page 64: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

44

Berdasarkan jenis belanja, belanja pegawai tumbuhn 1,66 persen, belanja modal

tumbuh 0,02 persen dan belanja bansos tumbuh 5,85 persen. Pertumbuhan positif

pada jenis-jenis belanja tersebut

tidak menutupi pertumbuhan arus

kas keluar dikarenakan

pertumbuhan belanja barang dan

TKDD mengalami kontraksi yang

dalam sebesar -10,39 persen dan

-5,74 persen. Penurunan arus kas

keluar tersebut merupakan

dampak dari kebijakan pemerintah

yang melakukan refocusing

anggaran untuk keperluan

program penanggulangan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional .

3.5.3. Surplus/Defisit

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, dalam tiga tahun terakhir APBN di

Sumut mengalami defisit. Untuk tahun 2020 Defisit APBN di Sumut sebesar Rp41,92

triliun. Jumlah defisit ini lebih baik dari

tahun 2019 yang juga mengalami defisit

sebesar Rp43,25 triliun atau dengan

kata lain defisit tahun 2020 semakin

menurun 3,08 persen dibandingkan

tahun 2019. Kondisi Defisit APBN ini

menunjukkan Belanja APBN di Sumut

masih ditopang oleh daerah lain yang

mengalami surplus APBN.

3. 6. PENGELOLAAN BADAN LAYANAN UMUM (BLU) PUSAT

3.6.1. Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Pusat

BLU Pusat yang terdapat di Sumut berjumlah 9 (sembilan) satker BLU, terbagi

dalam tiga rumpun yaitu 4 (empat) BLU Pendidikan, 4 (empat) BLU Kesehatan dan 1

(satu) BLU Pengelola wilayah/kawasan. Jumlah aset BLU tahun 2020 sebesar 4,84

triliun, dengan total pagu sebesar Rp1,93 triliun yang ter terdiri dari pagu PNBP sebesar

Rp1,00 triliun dan pagu rupiah murni sebesar Rp925,05 miliar.

Grafik III.16 Perkembangan Arus Kas Keluar APBN Sumut

Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)

7.16%

1.66% 0.03%

-10.39%

-1.67%

0.02%

33.74%

5.85% 4.53%

-5.74%

2019 2020 2019 2020 2019 2020 2019 2020 2019 2020

B. Pegawai B. Barang B. Modal B. Bansos TKDD

Grafik III.17 Perkembangan Surplus/Defisit APBN di Sumut

Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)

-6.72%

3.08%

2019 2020

Surplus

Page 65: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

45

No

Jenis Layanan

Satker BLU Nilai Aset

PNBP Rupiah Murni

Pagu Real. % Pagu Real. %

1 Kesehatan Rumkit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB 87.57 79.41 51.38 64.70 42.83 39.89 93.13

2 Kesehatan RSU H. Adam Malik Medan 921.36 514.20 362.47 70.49 297.93 269.83 90.57

3 Kesehatan Rumkit Bhayangkara Medan 144.84 26.72 24.89 93.18 14.30 14.27 99.82

4 Kesehatan Rumkit Bhayangkara Tebing Tinggi 61.68 49.27 47.32 96.04 4.42 4.41 99.89

5 Pendidikan UIN Sumut Medan 1,241.09 140.00 97.06 69.33 167.56 161.37 96.31

6 Pendidikan Politeknik Penerbangan Medan 263.98 16.06 15.67 97.58 44.91 43.67 97.24

7 Pendidikan Politeknik Kesehatan Medan 402.31 34.66 23.95 69.11 62.31 57.98 93.05

8 Pendidikan Universitas Negeri Medan 1,713.95 146.17 125.58 85.92 192.38 180.35 93.75

9 Kawasan Badan Pelaksana Otorita Danau Toba 12.64 0.00 0.00 0.00 98.42 78.91 80.18

Jumlah 4,849.42 1,006.49 748.34 74.35 925.05 850.69 91.96

3.6.2. Perkembangan Pengelolaan Aset, PNBP dan RM BLU Pusat

Aset BLU Pusat periode tahun 2018-2020 meningkat 36,54 persen, dimana

jumlah aset BLU tahun 2018 sebesar Rp3,55 triliun menjadi Rp4,85 triliun pada tahun

2020. Sedangkan realisasi belanja

BLU yang bersumber dari PNBP

fluktuatif bila dibandingkan tahun

sebelumnya, meningkat 2,89 persen di

tahun 2019 tetapi menurun -9,96

persen di tahun 2020. Keadaan ini juga

terjadi pada realisasi belanja yang

dibiayai rupiah murni, meningkat

11,58 persen di tahun 2019, kemudian menurun -1,00 persen di tahun 2020.

3.6.3. Kemandirian BLU

Tingkat kemandirian BLU di Sumut dalam kurun waktu 3 tahun terakhir

menunjukkan, 3 (tiga) BLU memiliki rasio kemandirian yang meningkat setiap tahunnya

yaitu Rumkit Bhayangkara Medan, Rumkit Bhayangkara Tebing Tinggi dan Politeknik

Penerbangan Medan, sedangkan sisanya fluktuatif naik dan turun. Pada tahun 2020

rasio kemandirian tertinggi dimiliki Rumkit Bhayangkara Tebing Tinggi sebesar 91,47

persen, sedangkan terendah Politeknik Penerbangan Medan sebesar 16,11 persen.

Untuk BLU yang tingkat kemandirian masih rendah atau semakin menurun,

diperlukan langkah terobosan antara lain dalam bentuk diversifikasi usaha tanpa

merubah core bisnis seperti pemanfaatan aset-aset atau kerjasama operasional

dengan pihak ketiga dalam rangka meningkatkan penerimaan PNBP dan mengurangi

3,5

51

.53

4,4

48

.81

4,8

49

.42

80

7.8

2

83

1.1

5

74

8.3

4

77

0.0

6

85

9.2

5

85

0.6

9

2018 2019 2020 2018 2019 2020 2018 2019 2020

Aset PNBP RM

Grafik III.18 Perkembangan Aset, PNBP dan RM BLU

Sumber : E-rekon dan OMSPAN (diolah)

Tabel III.19 Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Pusat di Sumut

Sumber : E-rekon dan OMSPAN (diunduh tgl. 03-02-2021)

Page 66: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

46

ketergantungan terhadap rupiah murni sehingga diharapkan tingkat kemandirian BLU

semakin baik.

3.6.4. Potensi Satker PNBP menjadi Satker BLU

Dari 5 (lima) satker PNBP yang memiliki penerimaan diatas Rp3,00 miliar,

terdapat 2 (dua) satker berpotensial untuk menjadi satker BLU. Satker tersebut adalah

IAIN Padangsidempuan dan Politeknik Negeri Medan, kedua satker tersebut memiliki

rasio kemandirian tertinggi dibandingkan satker PNBP lainnya di Sumut.Rasio

kemandirian adalah rasio penerimaan PNBP berbanding total belanja.

3. 7. PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT

Investasi pemerintah di lingkup Provinsi Sumut yang ditatausahakan oleh Ditjen

Perbendaharaan meliputi penerusan pinjaman dan kredit.

3.7.1. Penerusan Pinjaman

Dari data aplikasi SLIM, hanya terdapat 2 (dua) pinjaman, yaitu Pemerintah

Kabupaten Labuhanbatu dan PUSKUD terdapat nilai tagih pemerintahnya, sedangkan

No Jenis

Layanan Satker PNBP

Nilai Rasio Kemandirian

Aset 2018 2019 2020

1 Pendidikan IAIN Padangsidempuan 260.70 30.12 26.24 37.67

2 Pendidikan Politeknik Negeri Medan 253.49 34.77 35.78 34.49

3 Pendidikan STAIN Mandailing Natal 30.47 0.00 6.44 17.64

4 Pendidikan Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan 83.09 22.74 13.74 15.29

5 Pendidikan Institut Agama Kristen Negeri Tarutung 197.05 6.99 11.10 13.38

Grafik III-19. Rasio Kemandirian BLU 2018-2020 (Persentase)

Sumber : OMSPAN & E-rekon (diolah)

58.8

3 73.1

5

60.3

1

87.2

2

37.4

3

16.1

1 28.8

9 43.4

2

43.7

5 60.0

0

60.7

2

89.6

4

42.0

2

18.2

2 34.5

1 47.1

0

56.2

9

57.3

3

63.5

6

91.4

7

37.5

6

26.4

1

29.2

3

41.0

5

Rumkit Tk.IIPutri Hijau

Kesdam I/BB

RSU H. AdamMalik Medan

RumkitBhayangkara

Medan

RumkitBhayangkaraTebing Tinggi

UIN SumateraUtara Medan

PoliteknikPenerbangan

Medan

PoliteknikKesehatan

Medan

UniversitasNegeriMedan

2018 2019 2020

Tabel III.20 Nilai Aset dan Rasio Kemandirian Satker PNBP (Miliar Rupiah)

Sumber : SPAN, Aplikasi Monev Dit PA

Page 67: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

47

8 (delapan) pinjaman lainnya telah lunas tetapi statusnya masih aktif dikarenakan

belum dilakukan penutupan.

3.7.2. Kredit Program

Pemerintah meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada tahun 2007 yang

disalurkan melalui perbankan. Selain KUR, pemerintah meluncurkan program lain yaitu

Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) yang menyasar usaha mikro yang berada di lapisan

terbawah, yang belum bisa difasilitasi perbankan melalui program Kredit Usaha Rakyat

(KUR). UMi memberikan fasilitas pembiayaan maksimal Rp10 juta per nasabah dan

disalurkan oleh Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB).

3.7.2.1 Penyaluran KUR

Sampai dengan 30 Desember 2020, total penyaluran KUR di Sumut sebesar

Rp8,13 triliun. Jumlah penyaluran tersebut meningkat sebanyak 41,54 persen dari

periode tahun 2019. Rata-rata outstanding KUR pada 2020 sebesar Rp491,076 miliar,

meningkat 111,05% dibandingkat tahun 2019 yang sebesar Rp232,68 miliar.

Penyaluran KUR selama tahun 2020 menunjukkan pola yang sama dengan

gejolak perekonomian Indonesia selama masa pandemi Covid-19, dimana mulai

menurun pada mulai diberlakukan

PSBB, pada sekitar April dan Mei.

Seiring dengan pemberlakuan relaksasi

dan kebutuhan akan permodalan yang

murah dalam menghadapi masa

pandemi, penyaluran KUR mulai

meningkat mulai dari bulan Juni.

No. Debitur No. Pinjaman Sumber

Dana Status

Hak Tagih Pemerintah

1 PDAM Tirta Kualo SLA995/DP3/1997 SLA Active 0,00

2 PDAM Tirta Kualo SLA585/DDI/1991 SLA Active 0,00

3 PDAM Tirta Kualo AMA-401/SLA995/DSMI SLA Active 0,00

4 PDAM Tirta Kualo AMA-400/SLA585/DSMI SLA Active 0,00

5 PDAM Kota Sibolga SLA615/DDI/1991 SLA Active 0,00

6 Pemkab Labuhan Batu SLA973/DP3/1997 SLA Active 0,00

7 Pemkab. Tana Karo SLA597/DDI/1991 SLA Active 0,00

8 Pemkot P. Siantar SLA1006/DP3/1997 SLA Active 0,00

9 Pemkab Labuhan Batu AMA-175/RPD335/Eks. RPD Active 7.152.177.124,03

10 Puskud Harapan Sumut RDI131/DDI/1986 RDI Active 1.212.674.503,74

Tabel III.21 Penerusan Pinjaman di Sumut per 31 Desember 2020

Sumber : Aplikasi SLIM diakses 18 Februari 2020 (diolah)

Grafik III-20 Penyaluran KUR Sumut

Sumber : Aplikasi SIKP (diolah)

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Mili

ar R

up

iah

BulanPenyaluran 2020 Penyaluran 2019

Page 68: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

48

Melihat pola outstanding KUR di tahun 2020, terdapat lonjakan pelunasan pada

bulan Maret, ditengarai para pengusaha mulai untuk mengurangi overhead dalam

menghadapi masa pandemi. Bulan Mei

dan Juni, terdapat pengurangan

pelunasan yang signifikan, seiiring

jumlah penyaluran KUR yang

mengalami penurunan. Laju pelunasan

mulai meningkat seiring dengan

perbaikan keadaan perekomian di

Sumut. Puncak laju pelunasan ada

pada bulan Oktober, ditengarai untuk

mengambil topup baru, karena bulan November merupakan puncak penyaluran KUR

di Sumut.

Keseluruhan daerah Kabupaten/ Kota di Sumut terdapat penyaluran KUR.

Namun penyebaran penyaluran KUR tidak merata, sekitar 79% dari total penyaluran

berada di 14 Kabupaten/Kota pantai timur dan pegunungan Bukit Barisan, dari total 33

Kabaputen/Kota di Sumut.

Grafik III.21 Pelunasan KUR Bulanan

-

300

600

900

1,200

1,500

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Mili

ar

BulanPelunasan 2020

Sumber : Aplikasi SIKP (diolah)

Gambar III.1 Sebaran KUR di Sumut

Sumber : Aplikasi SIKP (diolah)

Page 69: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

49

Penyaluran KUR berdasarkan skema, KUR Mikro mempunyai jumlah debitur

dan penyaluran yang terbesar. Hal ini menunjukkan bahwa skema KUR Mikro

merupakan skema KUR yang paling diminati di Sumut.

3.7.2.2 Penyaluran UMi

Perkembangan penyaluran pembiayaan Ultra Mikro di Sumut mengalami tren

positif sampai Tahun 2020, namun pada periode Tahun 2020, tren tersebut mendekati

stagnan, dengan peningkatan

penyaluran sebesar 3,65 persen,

dibandingkan dengan periode 2018-2019

yang meningkat 82,43 persen. Untuk

jumlah debitur terdapat tren positif pada

2018-2019, namun sedikit menurun pada

Tahun 2020. Hal ini merupakan dampak

Corona Virus yang telah menyebar

hampir di seluruh dunia sejak akhir tahun 2019, yang kemudian mulai masuk ke

Indonesia pada Maret 2020.

Berdasarkan data pada aplikasi SIKP-UMi, dari Tahun 2018 sampai dengan

Tahun 2020, Pembiayaan Umi Sumut telah tersalurkan sebesar Rp345.287.209.800

untuk 87.079 debitur. Khusus pada tahun 2020 telah disalurkan dana pembiayaan UMi

sebesar Rp138.463.159.600 untuk 31.160 debitur.

Skema 2019 2020

Penyaluran Debitur Penyaluran Debitur

Kecil 2.848.319.011.388 17.517 2.611.792.500.641 12.935

Mikro 2.878.864.163.354 143.869 5.256.440.390.595 172.881

Super Mikro 263.502.500.000 29.152

TKI 20.668.411.306 2.950 3.627.651.397 583

Total 5.747.851.586.048 164.336 8.135.363.042.633 215.551

22,000

27,000

32,000

37,000

50

100

150

2018 2019 2020

Mili

ar

Penyaluran Debitur

Sumber: Aplikasi UMi (diolah), 21 Januari

Grafik III.22 Perkembangan Jumlah

Penyaluran dan Jumlah Debitur

-

2,00 0

4,00 0

6,00 0

8,00 0

10,0 00

12,0 00

-

20

40

60

JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DECdal

am m

iliar

ru

pia

h

Penyaluran Debitur

Grafik III.23 Perkembangan Penyaluran dan Debitur per Bulan Tahun 2020

Sumber: Aplikasi UMi (diolah), 21 Januari 2021

Tabel III.22. Penyaluran KUR Berdasarkan Skema

Sumber : Aplikasi SIKP diakses 13 Februari 2019 (diolah)

Page 70: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

50

Jika dilihat secara periodik, pada Semester I, jumlah debitur mengalami

penurunan jumlah debitur pada bulan Maret dengan posisi terbawah pada bulan Mei,

namun kemudian mengalami kenaikan yang sangat signifikan pada bulan Juni. Hal ini

disebabkan karena pada Maret sampai Mei merupakan 3 bulan pertama munculnya

pandemi Covid-19 di Indonesia yang disertai dengan kebijakan PSBB maupun

Lockdown untuk beberapa wilayah di Indonesia. Kemudian pada saat diterapkannya

kembali New Normal, jumlah

debitur meningkat secara sangat

signifikan pada bulan Juni. Pada

semester II, peningkatan yang

drastis terjadi pada paruh pertama

dengan puncaknya pada bulan

September, meningkat 472 persen

dibandingkan dengan bulan

Agustus. Porsi pada bulan September sendiri merupakan 35 persen dari seluruh

Spenyaluran di Tahun 2020. Setelah bulan September, penyaluran banyak mengalami

penurunan. Sampai Desember 2020, rata-rata penurunannya adalah 41,4 persen.

Ditengarai penurunan tersebut diakibatkan oleh program baru dari KUR yaitu kredit

Super mikro. Hal yang menggembirakan adalah rata-rata penyaluran debitur selalu

meningkat dari tahun ke tahun, ini menunjukkan bahwa penyalur UMi di Sumut

meningkatkan kepercayaannya pada debitur sehingga meningkatkan plafon

penyaluran. Rata-rata peningkatan

penyaluran per debitur adalah sebesar

18,28 persen.

Program Pembiayaan UMi telah

menjangkau seluruh daerah di Sumut.

Pada Tahun 2020, telah disalurkan

pembiayaan UMi dengan total nilai

sebesar Rp138,46 miliar untuk 31.160

debitur. Penyaluran terbanyak pada

Tahun 2020 berada pada Kabupaten

Langkat yaitu sebesar 21,6 persen dari

total penyaluran Pembiayaan UMi yang

ada di Sumut. Selanjutnya adalah Kota

Medan dan Kab Deli Serdang dengan

Sumber: Aplikasi UMi (diolah), 21 Januari 2021

2018 2019 2020

Rata-rata perdebitur

3,193,095 4,050,132 4,443,619

3,000,000

3,400,000

3,800,000

4,200,000

4,600,000

Grafik III.24 Rata-rata Penyaluran per Debitur

Sumber: Aplikasi UMi (diolah),

Gambar III.2 Plot Persebaran Pembiayaan UMi di Sumut Tahun 2020

Sumber: Aplikasi UMi (diolah), 21 Januari) 2021

Page 71: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

51

masing-masing porsi penyaluran sebesar 17,6 persen dan 13,5 persen. Untuk

Kab/Kota selanjutnya, porsi penyalurannya dibawah 10 persen. Pada plot sebaran

penyaluran UMi tahun 2020, terlihat penyaluran UMi masih belum merata. Sebagian

besar masih terpusat pada wilayah pantai timur khususnya Kota Medan dan sekitarnya.

yaitu daerah Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang.

3. 8. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDARTORY

SPENDING) DAN BELANJA INFRASTRUKTUR PUSAT DI DAERAH

3.8.1. Belanja Wajib (Mandatory Spending) di Daerah

Alokasi anggaran yang disediakan dalam DIPA merupakan acuan kerja

pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan. Presiden Jokowi kerap menyampaikan

bahwa setiap rupiah yang keluar dari APBN harus dipastikan memiliki manfaat

ekonomi, memberikan manfaat untuk rakyat, dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Belanja negara bukan sekedar spending more namun harus spending

better. Dalam kerangka penganggaran berbasis kinerja, belanja negara digunakan

untuk menunjukkan kejelasan hubungan antara alokasi anggaran dengan output.

Salah satu upaya untuk menilai belanja negara yang ekonomis, efisien dan

efektif adalah dengan mengukur capaian output. Analisis aspek khusus difokuskan

pada pencapaian dan kendala yang dihadapi satker-satker pengampu dalam

pencapaian output strategis terutama di masa pandemi Covid-19. Output strategis

digunakan untuk mengukur dan mendorong mewujudkan program prioritas nasional.

Pada APBN 2020, terdapat 4.970 output DIPA berdasarkan nomenklatur/penamaan

output pada DIPA K/L dan sekitar 808 output strategis yang satuan dan volumenya

sesuai dengan Pketentuan yang ada pada Kementerian/Lembaga. Pada Kanwil DJPb

Provinsi Sumut, output strategis dilaksanakan oleh 29 K/L pengampu dengan pagu dan

kinerja penyerapan anggaran sebagaimana terlampir.

a. Belanja Sektor Pendidikan

Output strategis pada cluster Pendidikan hanya terdapat pada Kementerian

Agama dengan 41 output strategis dengan di cluster menjadi 9 output. Satker

pelaksana meliputi kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi, Kementerian Agama

Kab/Kota, MTsN, MAN dan Universitas berbasis keagamaan dengan jumlah pagu

sebesar Rp947,34 miliar. Berikut rincian pada Tabel III.24 (untuk output lengkap

disajikan dalam lampiran).

Page 72: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

52

b. Belanja Sektor Kesehatan

Output strategis pada cluster Kesehatan terdapat di tiga K/L yaitu Kementerian

Kesehatan (8 OS) pada lima satker pengampu, Badan Pengawas Obat dan Makanan

(6 OS) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (4 OS) masing-

masing satu satker dengan rincian sebagai berikut:

Kementerian Output Strategis Anggaran Output

Pagu Realisasi

% Real

Target CO %CO

Kesehatan

Layanan Intensifikasi Eliminasi Malaria

131.390.000 109.564.800 83,39 18 3 16,67

Layanan Pengendalian Penyakit TBC

167.303.000 161.533.000 96,55 8 8 100,00

Nakes yg Belum Diploma III yg Mendapatkan Bantuan Biaya

Pendidikan Pada Program Percepatan Pendidikan Nakes

984.000.000 885.465.736 89,99 328 317 96,65

Penguatan Intervensi Suplementasi Gizi

3.439.000 3.439.000 100,00 33 33 100,00

Alat Kesehatan 112.287.198.000 84.824.528.672 75,54 335 191 57,01

Obat-Obatan dan Bahan Medis Habis Pakai

175.779.922.000 148.190.917.342 84,30 4 4 100,00

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir

19.000.000 17.350.000 91,32 4 4 100,00

Pembinaan Pelaks. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) termasuk pembinaan kab/kota STOP BABS

114.347.000 113.863.000 99,58 33 33 100,00

BPPOM

Sampel Makanan yang Diperiksa

597.587.000 592.287.511 99,11 843 843 100,00

Sampel Obat, Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen Kesehatan yang Diperiksa

892.277.000 888.607.945 99,59 2.108 2.110 100,09

Sekolah yang Diintervensi

keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

239.000.000 230.663.427 96,51 16 16 100,00

Keputusan/Sertifikasi Layanan Publik yang Diselesaikan

461.550.000 395.877.651 85,77 9 11 122,22

BKKBN

Desa Pangan Aman 679.000.000 661.682.189 97,45 5 5 100,00

Pasar yang Diintervensi Menjadi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya

300.000.000 287.956.246 95,99 5 5 100,00

Kementerian Output Strategis

Anggaran Output

Pagu Realisasi % Real Targe

t Capaian %CO

Kementerian

Agama

BOS 503.908.300.000 501.194.779.611 99,46 500.5

30 470.121 93,92

Dosen dan Guru Non PNS Penerima Tunjangan

343.260.500.000 333.723.212.137 97,22 22.79

3 22.111 97,01

Penyuluh Agama Non PNS Penerima Tunjangan

46.877.637.000 44.628.599.999 95,20 4.717 4.629 98,13

Sarana dan Prasarana madrasah

Madrasah yang Diadakan (SBSN) 25.207.188.000 25.063.930.097 99,43 3 3 98,81

KUA yang Memenuhi Standar Pelayanan Minimal

15.431.960.000 13.643.568.250 88,41 293 267 88,14

PIP 9.811.200.000 9.717.850.000 99,05 5.693 5.640 99,07

BOP 1.255.000.000 1.254.916.000 99,99 112 112 100,00

Bimbingan Perkawinan Pra Nikah 1.215.814.000 1.180.734.000 97,11 3.792 3.728 100,00

Keluarga Sakinah yang Terbina 373.618.000 343.886.307 92,04 16 15 98,33

Jumlah 947.341.217.000 930.751.476.401 98,25 537.949 506.626 98,81

Tabel III.23. Output Strategi Belanja Sektor Pendidikan

Sumber: Aplikasi MEBE (diolah)

Tabel III.24. Output Strategi Belanja Sektor Kesehatan

Page 73: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

53

Kementerian Output Strategis Anggaran Output

Pagu Realisasi

% Real

Target CO %CO

Pemenuhan Ketersediaan

Alokon di Faskes 786.621.000 781.172.500 99,31 1.157 1.157 100,00

Keluarga yang Memiliki Baduta Terpapar 1000 HPK

1.320.000.000 1.295.536.900 98,15 215.182 133.000 61,81

Peningkatan Pelayanan Ramah Lansia Melalui 7 Dimensi Lansia Tangguh dan Pendampingan Perawatan Jangka Panjang Bagi Lansia

207.500.000 201.749.475 97,23 711 704 99,02

Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi Kespro dan Gizi bagi Remaja putri sebagai calon ibu

2.676.572.000 2.630.996.900 98,30 1.734 1.705 98,33

Jumlah 297.646.706.000 242.273.192.294 81,40 222.533 140.149

3.8.2. Belanja Infrastruktur

Output strategis pada cluster Infrastruktur terdapat pada Kementerian

Perhubungan dan Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pada K/L Perhubungan

terdapat 10 output strategis dengan 7 satker pelaksana, besaran pagu Rp1.798,05

miliar atau 39,08 % dari pagu keseluruhan cluster Infrastruktur. K/L PUPR

mendominasi dengan 36 output strategis, 17 satker pelaksana dengan besaran pagu

Rp2.802,66 miliar atau 60,91 %. Rincian output-output strategis cluster Infrastruktur

untuk 3 output terbesar dari Kementerian Perhubungan dan PUPR (output lengkap

terlampir) sebagaimana tabel di bawah ini.

Kementerian Output Strategis

Anggaran Output

Pagu Realisasi % Real

Target Capaian %CO

Perhubungan

Prasarana Perkeretaapian (PN)

1.297.069.053.000 1.190.241.866.822 91,76 1 1 100,00

Layanan Pengelolaan Transportasi Sungai, Danau, dan Penyeberangan

318.543.373.000 317.205.997.737 99,58 16 16 100,00

Kapasitas Bandar Udara Pendukung

44.279.242.000 43.932.583.000 99,22 1 1 100,00

PUPR

Preservasi Rekonstruksi, Rehabilitasi Jalan

296.437.804.000 284.151.991.063 95,86 332 389 117,17

Bendungan dalam tahap pelaksanaan (on-going)

256.121.939.000 255.281.668.266 99,67 1 1 100,00

Pelebaran Jalan Menuju Standar

252.669.160.000 239.543.278.800 94,81 49 47 95,92

Sumber: Aplikasi MEBE (diolah)

Tabel III.25. Output Strategi Belanja Sektor Infrastruktur

Sumber: Aplikasi MEBE (diolah)

Page 74: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

54

Analisis Pengaruh DAU, DBH, DAK

terhadap Perkembangan PDRB Sumut

Salah satu indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan

ekonomi disuatu wilayah adalah pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dan daerah akan meningkatkan penerimaan

pemerintah daerah dan keputusan pengeluaran yang benar akan mampu

meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Oleh karena itu, dilakukan

analisis untuk melihat bagaimana pengaruh dana transfer tersebut seperti DAU, DBH,

dan DAK terhadap perekonomian di Provinsi Sumut menggunakan analisis regresi

berganda. Data yang digunakan adalah data DAU, DBH, DAK, dan PDRB Provinsi

Sumut secara triwulan dari tahun 2016-2020. Berdasarkan hasil olah data

menggunakan Minitab didapatkan hasil sebagai berikut.

Setelah seluruh uji asumsi klasik terpenuhi, antara lain data berdistribusi

normal, tidak terdapat heteroskedastisitas dan multikolineritas, serta tidak terdapat

outlier, maka berdasarkan hasil uji ANOVA pada table 3.27. diketahui bahwa dengan

nilai P-value Regression sebesar 0,000 lebih kecil dibanding tingkat kesalahan (alpha)

sebesar 5%, maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh variable DAU, DBH, dan DAK

secara bersama-sama terhadap PDRB di provinsi Sumut. Besar pengaruh ketiga

variable tersebut terhadap PDRB adalah sebesar 97,01%, yang berarti besar pengaruh

tersebut termasuk sangat kuat atau sangat baik, sedangkan sisanya dipengaruhi

variable lain. Sehingga didapatkan persamaan model sebagai berikut:

Selanjutnya dilakukan uji parsial atas masing-masing variable sehingga

didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

PDRB = 2.120.893.146.145 + 15.98 DAU - 25.2 DBH + 39.01 DAK

Hasil Analisis

Sumber: Aplikasi Minitab (diolah)

Page 75: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

55

1. Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh signifikan dan positif terhadap PDRB, hal

ini mengindikasikan bahwa dengan meningkatnya DAU seharusnya PDRB akan

meningkat sebesar 15,98 miliar. Pengaruh tersebut diperkuat dengan besar

korelasi pearson tersebut sebesar 0,947, yang berarti korelasi antar kedua variable

tersebut sangat besar. Hasil ini menjelaskan bahwa provinsi yang mendapatkan

DAU yang besar akan cenderung memiliki PDRB yang tinggi. Hal ini terjadi karena

DAU digunakan untuk membiayai belanja seperti belanja pegawai, belanja barang

dan jasa dan belanja lainnya.

2. Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh negatif terhadap PDRB, namun tidak

berpengaruh signifikan, yang mengindikasikan bahwa dengan meningkatnya DBH

akan menurunkan besarnya PDRB sebesar 25,2 miliar. Besarnya korelasi pearson

adalah 0,868, artinya korelasi antar kedua variable ini sangat kuat. DBH yang

bersumber dari pajak dan sumber daya alam menunjukkan bahwa pendapatan

pajak dan sumber daya alam Sumut masih lemah sehingga kurang meningkatkan

pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain struktur ekonomi Sumut masih kurang

tertata sehingga kurang dalam hal menggali potensi pajak daerah.

3. Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh signifikan dan positif terhadap PDRB,

yang menunjukkan bahwa meningkatnya DAK akan meningkatkan PDRB sebesar

39,01 miliar di Sumut. Hasil ini menjelaskan bahwa provinsi yang mendapatkan

DAK yang besar akan cenderung memiliki proporsi PDRB yang besar pula. Besar

korelasi antar kedua variable ini sebesar 0,947 yang menandakan bahwa

hubungan antar variable ini sangat kuat.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Pemerintah Daerah Sumut perlu

menjamin kelangsungan transfer fiskal ke daerah yang terbukti telah mampu

mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Serta pemerintah daerah perlu

memaksimalkan penggunaan transfer ini dengan melihat skala prioritas pembangunan

sehingga tujuan untuk mempercepat pembangunan ekonomi daerah dapat terwujud.

Selain itu, peningkatan kepatuhan pajak akan meningkatkan DBH, sehingga upaya

meningkatkan kepatuhan tersebut tidak hanya oleh apparat pemerintah pusat, namun

juga oleh pemerintah daerah. Untuk DAK, perencanaan kegiatan yang didanai oleh

DAK dapat diperbaiki dan terukur, sehingga dapat peningkatkan perekonomian daerah

setempat.

Page 76: 26 - Beranda - DJPb
Page 77: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

56

4. 1. APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA)

Wilayah Sumut (Sumut) terbagi atas 34 pemerintah daerah yang terdiri dari 1

Pemerintah Provinsi, 8 Pemerintah Kota, dan 25 Pemerintah Kabupaten. Kompilasi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pemerintah daerah di Sumut tahun

2018-2020 sebagaimana Tabel IV.1 berikut:

Berdasarkan klasifikasi ekonomi (I-Account), arah kebijakan fiskal yang

diterapkan di Sumut belum menuju kepada kemandirian fiskal. Ditandai dengan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sempat sedikit naik sebesar 4,74 persen di tahun

2019 namun kembali turun di tahun 2020 sebesar 14,43 persen. Hal ini menunjukkan

ketergantungan Sumut terhadap pemerintah pusat melalui Pendapatan Transfer masih

I-Account (dalam Miliar Rp)

2018 2019 2020

PAGU REAL. %

REAL PAGU REAL.

% REAL.

PAGU REAL. %

REAL.

PENDAPATAN 57,037.50 54,333.99 95.26 61,587.03 58,427.75 94.87 55,762.72 49,002.14 87.88

Pendapatan Asli

Daerah 12,442.95 10,800.05 86.80 12,846.36 11,312.41 88.06 11,435.94 9,680.31 84.65

Pendapatan Transfer 41,989.14 40,793.75 97.15 44,615.44 42,911.13 96.18 39,609.23 36,479.28 92.10

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

2,605.41 2,740.19 105.17 4,125.23 4,204.21 101.91 4,717.55 2,842.56 60.26

BELANJA 60,993.46 54,150.32 88.78 64,639.11 58,136.20 89.94 58,913.99 47,588.49 80.78

Belanja Pegawai 21,581.00 20,221.10 93.70 22,467.57 20,712.62 92.19 21,285.99 19,448.07 91.37

Belanja Barang dan Jasa

14,867.35 12,508.73 84.14 16,313.73 14,219.96 87.17 13,193.27 9,732.70 73.77

Belanja Bunga 14.94 2.94 19.69 13.25 11.34 85.55 14.96 7.81 52.22

Belanja Subsidi 4.26 3.86 90.60 1.26 0.86 68.35 1.26 1.26 99.59

Belanja Hibah 4,482.00 3,874.40 86.44 4,102.16 3,745.89 91.32 4,443.84 4,058.84 91.34

Belanja Bantuan

Sosial 622.17 591.31 95.04 223.65 182.23 81.48 163.14 123.55 75.73

Belanja Modal 11,806.12 9,626.08 81.53 11,493.50 9,546.50 83.06 8,349.48 5,983.80 71.67

Belanja Tidak Terduga

168.47 108.32 64.30 187.06 115.08 61.52 3,187.82 1,956.64 61.38

TRANSFER 7,447.15 7,213.58 96.86 9,836.93 9,601.72 97.61 8,274.24 6,275.81 75.85

SURPLUS/(DEFISIT) -3,955.96 183.67 -3,052.08 291.55 -3,151.28 1,413.66

PEMBIAYAAN

Penerimaan Pembiayaan

3,961.88 3,447.99 87.03 3,665.94 3,444.33 93.95 3,608.93 2,662.10 73.76

Pengeluaran

Pembiayaan 193.70 171.86 88.72 533.75 508.83 95.33 286.50 230.09 80.31

Pembiayaan Netto 3,768.18 3,276.14 86.94 3,132.19 2,935.50 93.72 3,322.43 2,432.01 73.20

SILPA -187.78 3,459.81 80.11 3,227.05 171.16 3,845.67

BAB IV : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

Tabel IV.1 Profil APBD Agregat Provinsi Sumut (dalam Miliar Rupiah)

Sumber: LKPD Prov/Kab/Kota (2018-2020), diolah

Page 78: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

57

sangat besar. Jumlah realisasi Pendapatan Transfer naik pada tahun 2019 sebesar 5,19

persen dan kembali turun di tahun 2020 sebesar 14,99 persen.

Pendapatan Transfer yang bersumber dari transfer pemerintah pusat tahun 2020

mendominasi sumber Pendapatan di Sumut dengan total realisasi sebesar Rp36,47

triliun atau mencapai 74,44 persen. Namun realisasi pendapatan transfer tahun 2020 ini

turun sebesar 14,99 persen dibandingkan dengan tahun 2019 yang mencapai Rp42,91

triliun. Keadaan ini tidak serta merta menggambarkan kemandirian Sumut yang semakin

baik di tahun 2020 karena PAD dan Lain-lain Pendapatan yang Sah juga mengalami

penurunan.

Sejalan dengan Pendapatan, Belanja juga mengalami penurunan dari sisi pagu

maupun realisasi. Pagu Belanja menurun sebesar Rp5,72 triliun dibandingkan tahun

2019 sebagai dampak kebijakan refocussing belanja negara untuk menangani Pandemi

Covid-19. Di tengah wabah ini tentu saja belanja APBD yang berkualitas diharapkan

dapat menjadi injeksi bagi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

4. 2. PENDAPATAN DAERAH

Pendapatan terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Transfer, dan Lain-

lain Pendapatan Daerah yang Sah.

4.2.1. DANA TRANSFER/PERIMBANGAN

Kebijakan penyerahan kewenangan/urusan pemerintah pusat kepada daerah

sesuai prinsip money follow function membuat Pemerintah Pusat mengalokasikan

anggaran kepada pemerintah daerah melalui Dana Transfer/Perimbangan yang

bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan daerah.

Berikut disajikan analisis untuk melihat ruang fiskal, kemandirian daerah serta

Trend Alokasi Dana Transfer Dengan Indikator Fiskal Regional masing-masing pemda

di Sumut:

a. Analisis Ruang Fiskal dan Kemandirian Daerah

1) Ruang Fiskal, dapat dihitung dengan rumus:

Ruang Fiskal = (Total Pendapatan − DAK) − Belanja Pegawai Tidak Langsung − Belanja Bunga

sehingga untuk 34 pemerintah daerah di Sumut diperoleh ruang fiskal masing-masing

pemerintah daerah sebagai berikut:

Page 79: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

58

Hasil analisis menunjukkan bahwa ruang fiskal tertinggi untuk pemerintah daerah

di Sumut tahun 2020 adalah Pemprov Sumut dengan ruang fiskal sebesar Rp5,01 triliun.

Hal ini disebabkan oleh besarnya penerimaan Pemprov Sumut terutama yang diperoleh

dari dana transfer. Oleh karena itu, Pemprov Sumut mempunyai ruang yang cukup luas

dalam memenuhi kebutuhan daerahnya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang

cukup tinggi. Sedangkan Pemda dengan ruang fiskal terendah di Sumut adalah Pemda

Nias Barat dengan ruang fiskal sebesar Rp160,69 miliar. Dengan demikian, Pemda Nias

Barat harus pandai memilih belanja yang tepat dalam memanfaatkan ruang fiskal yang

ada untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

2) Rasio Kemandirian Daerah, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Berdasarkan Grafik IV.2 semua pemerintah daerah di Sumut memiliki rasio dana

transfer yang lebih besar dibandingkan dengan rasio PAD-nya dimana Pemprov Sumut

memiliki rasio PAD lebih baik dibandingkan 33 Pemda lainnya. Hal ini menandakan

bahwa mayoritas Pemda di Sumut memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap

transfer dana pusat untuk menutupi belanja.

Rasio PAD = PAD

Total Pendapatan APBD

Rasio Dana Transfer

= Dana Transfer

Total Pendapatan APBD

Grafik IV.1 Analisis Ruang Fiskal Pemda Se-Sumut Tahun 2020 (dalam Miliar Rupiah)

Sumber: LKPD Prov/Kab/Kota (2020), diolah

5.014,69

2.003,42

1.586,36

767,30

681,46160,69

Pe

mp

rov.

Sum

ut

Med

an

Del

i Se

rdan

g

Asa

han

Tap

anu

li Se

lata

n

Nia

s Se

lata

n

Pad

ang

Law

as U

tara

Lan

gkat

Serd

ang

Bed

agai

Bat

ub

ara

Tap

anu

li U

tara

Hu

mb

ang

Has

un

du

tan

Sim

alu

ngu

n

Pad

ang

Law

as

Tap

anu

li Te

nga

h

Dai

ri

Lab

ura

Nia

s

Bin

jai

Lab

use

l

Kar

o

Sam

osi

r

Nia

s U

tara

Sib

olg

a

Lab

uh

an B

atu

Teb

ing

Tin

ggi

Mad

ina

P.S

ian

tar

Tob

asa

Pak

ph

ak B

arat

Tan

jun

g B

alai

Gu

nu

ng

Sito

li

P.S

ide

mp

uan

Nia

s B

arat

Page 80: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

59

b. Analisis Komparatif antara Trend Alokasi Dana Transfer year-on-year (yoy)

terhadap Indikator Fiskal Regional

Alokasi dana transfer yang meningkat menjadi Rp44,61 triliun pada tahun 2019

berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Sumut yang naik menjadi 5,22 persen,

diikuti PDRB yang juga

meningkat dan berdampak

mengurangi tingkat

pengangguran dan

kemiskinan. Untuk tahun 2020,

alokasi dana transfer turun

dikarenakan refocusing dan

realokasi dana dan dengan

dilatarbelakangi wabah pandemi Covid-19 menyebabkan pertumbuhan ekonomi Sumut

defisit 1,07 persen disertai tingkat pengangguran dan kemiskinan yg meningkat pada

tahun 2020.

4.2.2. PENDAPATAN ASLI DAERAH

Berikut disajikan analisis untuk mengetahui kemandirian Sumut dalam rangka

membiayai belanja daerah:

Tabel IV.2 Analisis Komparatif Alokasi Dana Transfer

Indikator 2018 2019 2020

Alokasi Dana Transfer 41,98 T 44,61 T 39,61 T

Pertumbuhan Ekonomi 5,18 5,22 % -1,07 %

PDRB (ADHB) 741,34 T 799,60 T 811,28 T

Tingkat Pengangguran 5,55% 5,39 % 6,91%

Tingkat Kemiskinan 9,66 % 9,22 % 10,19%

Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, BPS Prov. Sumut

Grafik IV.2 Analisis Kemandirian Daerah Pemda Se-Sumut Tahun 2020

Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota (2020), diolah

Page 81: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

60

4.2.2.1. Analisis komposisi pendapatan daerah dan perbandingan PAD dengan

Dana Transfer atas Total Pendapatan Daerah

Berdasarkan Grafik IV.3 dapat dilihat bahwa proporsi PAD terhadap total realisasi

Pendapatan di Sumut pada tahun 2020 hanya sebesar 19,75 persen atau secara

agregat mencapai Rp9,68

triliun. Besarnya

ketergantungan atas dana

transfer dari Pemerintah Pusat

ini, seluruh daerah di Sumut

sebaiknya juga harus mulai

melakukan perhitungan risiko

fiskal yang harus ditanggung.

Porsi belanja pegawai yang

cukup tinggi menyebabkan

berkurangnya alternatif

efisiensi belanja daerah,

sehingga daerah harus mulai lebih inovatif dan kreatif untuk meningkatkan PAD-nya

dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak daerah serta retribusi daerah agar alternatif

pendanaan untuk menutup defisit tidak semata tergantung pada SiLPA dan pinjaman

daerah.

Berdasarkan komposisi PAD, Pajak Daerah mendominasi PAD sebesar 74,50

persen. Peningkatan pajak daerah harus terus dilakukan mengingat masih banyak

potensi-potensi pajak daerah yang

masih bisa digali oleh pemda.

Salah satunya seperti pajak

restoran/rumah makan yang

sampai sekarang belum memiliki

satu sistem basis pajak yang

cukup kuat. Selain itu, Sumut

memiliki banyak sekali objek

wisata yang sudah ada maupun

yang sedang dikembangkan diantaranya adalah obyek wisata Danau Toba, Berastagi,

Air Terjun Sipiso-piso, Pantai Sorake, dan Istana Maimun. Dengan potensi ini

seharusnya Pajak Daerah dapat terus ditingkatkan dengan penetapan regulasi,

kebijakan serta langkah-langkah strategis yang tepat guna mengoptimalkan PAD.

Grafik IV.3. Komposisi Realisasi Pendapatan Daerah di Sumut Tahun 2020

19,75%

74,44%

5,80%

PAD Pendapatan Transfer Lain-lain Pendapatan daerah Yang Sah

Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota (2020), diolah

Grafik IV.4 Komposisi PAD

Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota (2020), diolah

74,50%

3,84%

5,45%16,22%

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Hasil PengelolaanKDYD

Lain-lain PAD yangSah

Page 82: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

61

4.2.2.2. Analisis perbandingan PAD dengan belanja daerah

Analisis ini untuk mengetahui besar penggunaan PAD pada total pendapatan

untuk memenuhi belanja daerah. Grafik IV.5 menunjukkan bahwa pada tahun 2019-

2020 tingkat kemandirian tertinggi diperoleh Pemprov Sumut dengan rasio PAD

terhadap belanja daerah tahun 2020 sebesar 60,40 persen. Angka tersebut lebih tinggi

dibanding Pemkot Medan yang berada di peringkat kedua dengan rasio sebesar 39,64

persen. Kabupaten Nias Selatan menjadi daerah dengan kemandirian terendah dengan

rasio PAD terhadap belanja APBD hanya sebesar 1,73 persen di tahun 2020. Jika dilihat

dari tahun sebelumnya, hampir semua rasio PAD terhadap belanja pemda di Sumut

tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan, bahkan mayorias mengalami penurunan

artinya kemampuan PAD untuk menutupi belanja daerah masih jauh dari optimal

sehingga pemerintah daerah masih memiliki pekerjaan rumah yang besar untuk

mendongkrak PAD.

4.2.2.3. LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

Sebagai pendorong utama akselerasi pendapatan adalah pertumbuhan yang

sangat signifikan dari Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Grafik IV.6 menunjukkan

bahwa pertumbuhan jenis pendapatan

Lain-lain Pendapatan Daerah yang

Sah di Sumut tahun 2019 sempat

mengalami pertumbuhan positif

sebesar 47,90 persen. Hal ini didukung

naiknya Hibah dan Lain-lain

Pendapatan seperti Bagi Hasil dari

Pajak Kendaraan Bermotor, Bagi Hasil dari Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor,

Grafik IV.5 Rasio PAD terhadap Belanja Pemerintah Daerah per Kab./Kota Tahun 2019-2020

Lab

ura

Lab

uh

an B

atu

Lab

use

l

Nia

s U

tara

Sam

osi

r

Tob

asa

Hu

mb

an

g H

asu

nd

uta

n

Tap

an

uli

Uta

ra

Tap

an

uli

Ten

gah

Sib

olg

a

Ba

tub

ara

Asa

ha

n

Tan

jun

g B

alai

P.S

ide

mp

uan

Mad

ina

Pad

ang

Law

as

Pad

ang

Law

as U

tara

Sim

alu

ngu

n

P.S

ian

tar

Kar

o

Da

iri

Pak

ph

ak

Bar

at

De

li Se

rdan

g

Serd

ang

Be

dag

ai

Teb

ing

Tin

ggi

Bin

jai

Tap

an

uli

Se

lata

n

Nia

s Se

lata

n

Nia

s

Gu

nu

ng

Sito

li

Nia

s B

ara

t

Lan

gka

t

Med

an

Pem

pro

v.Su

mu

t

1.73%

39.64%

60.40%

Rasio PAD Terhadap Belanja2019

Rasio PAD Terhadap Belanja2020

Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, (2020), diolah

Grafik IV.6 Lain-lain Pendapatan daerah Yang Sah Sumut Tahun 2018-2020 (dalam Miliar Rupiah)

2,740.19

4,204.21

2,842.56

2018

2019

2020

Lain-lain Pendapatan daerah yang Sah

Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, (2020), diolah

Page 83: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

62

dan Bagi Hasil dari Pajak Rokok. Namun pada tahun 2020 pendapatan ini mengalami

penurunan sebesar 34,82 persen dibanding tahun sebelumnya yang mayoritas

disebabkan menurunnya realisasi Hibah. Hibah di Sumut berasal dari Pendapatan Hibah

dari Pemerintah, Pendapatan Hibah dari Badan Lembaga Organisasi Swasta Dalam

Negeri maupun Pendapatan Hibah dari kelompok Masyarakat Perorangan.

4. 3. BELANJA DAERAH

Berdasarkan Undang-Undang No.33 Tahun 2004, belanja daerah adalah semua

kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode

tahun yang bersangkutan. Realisasi Belanja Daerah tahun 2020 mengalami penurunan

dibandingkan tahun 2019 menjadi Rp47,58 triliun (turun 18,14 persen). Komponen

belanja yang mengalami penurunan diantaranya Belanja Pegawai, Belanja Barang dan

Jasa, Belanja Bunga, Belanja Bantuan Sosial, serta Belanja Modal.

Sementara komponen Belanja yang mengalami kenaikan signifikan adalah

realisasi Belanja Tidak Terduga dari Rp115,08 miliar pada tahun 2019 menjadi Rp1,95

triliun pada tahun 2020. Dengan telah ditetapkannya status keadaan darurat bencana

Covid-19 sesuai Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana, maka meningkat juga penggunaan mata anggaran Belanja Tak terduga yang

terdapat dalam APBD untuk menanggulangi dan menangani wabah pandemi Covid-19.

Analisis Belanja Daerah dapat dilakukan berdasarkan klasifikasi belanja daerah

berdasarkan Urusan dan Jenis Belanja.

4.3.1. RINCIAN BELANJA DAERAH BERDASARKAN KLASIFIKASI URUSAN

Titik berat pelaksanaan desentralisasi fiskal terletak pada desentralisasi di sisi

pengeluaran (expenditure assignment) yang ditandai dengan adanya pembagian

urusan pada berbagai tingkat pemerintahan. Urusan pemerintahan wajib adalah

urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah yang

terkait dengan pelayanan dasar (basic services) bagi masyarakat, seperti Pendidikan,

Kesehatan, Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, dan sebagainya. Sementara

Urusan Pilihan adalah urusan pemerintahan yang diprioritaskan oleh pemerintahan

daerah untuk diselenggarakan yang terkait dengan upaya mengembangkan potensi

unggulan (core competence) yang menjadi kekhasan daerah seperti Kelautan dan

Perikanan, Pariwisata, Pertanian, dan sebagainya.

Pada struktur APBD Sumut, urusan pemerintahan diklasifikasikan menjadi 32

urusan daerah, yang terdiri dari 25 urusan wajib dan 7 urusan pilihan yang ditetapkan

dengan ketentuan perundang-undangan.

Page 84: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

63

Penurunan realisasi terjadi pada semua jenis urusan wajib maupun pilihan

kecuali Urusan Kesehatan yang mengalami pertumbuhan positif mencapai 10,44

persen. Belanja pendidikan

memiliki realisasi belanja

tertinggi sebesar Rp11,76 triliun

pada tahun 2020 dengan

proporsi 38,78 persen dari total

realisasi belanja berdasarkan

urusan wajib. Realiasi kedua

terbesar Sumut adalah urusan

Kesehatan dengan realisasi

sebesar Rp6,15 triliun. Dari

realisasi belanja tersebut,

terlihat bahwa pemerintah

daerah Provinsi Sumut

menitikberatkan pada

pembangunan sumber daya

manusia melalui pendidikan dan

kesehatan guna penanganan

Covid-19.

Untuk Urusan Pilihan, realisasi

belanja tertinggi masih ditempati

oleh urusan Pertanian mencapai

Rp586,44 miliar pada tahun

2020. Urusan Pariwisata

menempati posisi kedua yaitu

Rp163,97 miliar, dan belanja

urusan Kelautan dan Perikanan

pada posisi ketiga dengan total

belanja Rp143,52 miliar. Dari

realisasi belanja tersebut, terlihat bahwa pemerintah daerah di Sumut telah

memprioritaskan dan mendukung program nasional pemerintah pusat yaitu mewujudkan

kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik

dimana sumber pertumbuhan ekonomi terbesar Sumut adalah kategori Pertanian,

Kehutanan dan Perikanan.

APBD BERDASARKAN URUSAN REALISASI

2019 REALISASI

2020 GROWTH

URAIAN URUSAN WAJIB

Pendidikan 12.443,47 11.763,56 -5,46%

Kesehatan 5.576,15 6.158,43 10,44%

Pekerjaan Umum & Penataan Ruang 5.988,29 3.553,09 -40,67%

Perumahan Rakyat & Kawasan Permukiman 1.352,49 870,56 -35,63%

Ketentraman & Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat 819,16 812,85 -0,77%

Sosial 299,40 290,05 -3,12%

Tenaga Kerja 199,39 134,21 -32,69%

Pangan 285,40 205,42 -28,02%

Pertanahan 7,43 31,02 317,46%

Lingkungan Hidup 1.056,74 939,08 -11,13%

Administrasi Dukcapil 239,69 204,26 -14,78%

Pemberdayaan Masyarakat Desa 186,47 142,60 -23,53%

Pengendalian Penduduk & Keluarga Berencana 280,14 276,81 -1,19%

Perhubungan 397,52 325,30 -18,17%

Komunikasi & Informatika 267,42 241,42 -9,72%

Koperasi & UKM 202,87 122,53 -39,60%

Penanaman Modal 173,42 137,51 -20,71%

Kepemudaan & Olah Raga 278,80 303,58 8,89%

Statistik 0,31 1,56 401,08%

Kebudayaan 119,41 62,27 -47,85%

Perpustakaan 133,51 95,59 -28,40%

Kearsipan 16,02 10,57 -34,00%

Administrasi Pemerintahan

- 3.582,21 N/A

Pem.Perempuan & Perlindungan Anak 102,84 64,01 -37,76%

Persandian - 0,01 N/A

Jumlah Urusan Wajib 30.426,34 30.328,48 -0,32%

URUSAN PILIHAN

Kelautan & Perikanan 201,79 143,52 -28,88%

Pariwisata 228,78 163,97 -28,33%

Pertanian 799,41 586,44 -26,64%

Perdagangan 176,54 130,32 -26,18%

Perindustrian 114,61 74,33 -35,14%

Energi & SDM 55,13 41,86 -24,07%

Kehutanan 143,80 93,56 -34,94%

Jumlah Urusan Pilihan 1.720,07 1.234,01 -28,26%

Jumlah Total 32.146,41 31.562,49 -1,82%

Tabel IV.3 Profil APBD berdasarkan Klasifikasi Urusan di Sumut (dalam Miliar Rupiah)

Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, (2020), diolah

Page 85: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

64

4.3.2. RINCIAN BELANJA DAERAH BERDASARKAN JENIS BELANJA (SIFAT

EKONOMI)

Komposisi jenis belanja pada APBD lingkup Sumut secara agregat dapat dilihat

pada Tabel IV.1. Dalam 3 tahun terakhir (tahun 2018-2020), Belanja Pegawai masih

menempati porsi terbesar dalam APBD dengan realisasi mencapai Rp19,44 triliun pada

tahun 2020 atau 40,87 persen dari total belanja daerah. Jumlah ini mengalami

penurunan jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sebagai dampak pandemi.

Tingginya rasio belanja pegawai terhadap total belanja daerah menunjukkan bahwa

fleksibilitas fiskal daerah relatif masih terbatas karena hampir setengah dari total belanja

masih untuk membiayai belanja pegawai.

Sebagaimana Belanja Pegawai, Belanja Modal juga mengalami penurunan dari

sisi pagu dan realisasi pada tahun 2020 dibandingkan tahun sebelumnya dengan

realisasi tahun 2019 sebesar Rp9,54 triliun menjadi Rp5,98 triliun pada tahun 2020.

Menurunnya Belanja Modal tahun 2020 di antaranya disebabkan adanya sejumlah

proyek atau kegiatan yang tidak dilaksanakan sebagai akibat wabah pandemi Covid-19

serta sebagai imbas perubahan postur APBN nasional 2020 guna menampung biaya

penanganan Covid-19.

4. 4. PERKEMBANGAN BLU DAERAH

Badan Layanan Umum (BLU) dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa

mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan

pada prinsip efisiensi dan produktifitas. Sebagai tindak lanjut atas Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Menteri Dalam Negeri

mengeluarkan Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah yang menjadi dasar dalam

penerapan pengelolaan keuangan bagi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

4.4.1. PROFIL DAN JENIS LAYANAN SATKER BLU DAERAH

Untuk penyusunan KFR Provinsi Sumut tahun 2020, diperoleh data 25 BLUD

dari 34 pemerintah daerah. Berdasarkan jenis layanannya, 24 BLUD bergerak di

bidang Kesehatan, serta 1 BLUD bergerak di bidang Pengelola Dana Bergulir. Profil

25 Satker BLUD sebagaimana Tabel IV.4 berikut:

Page 86: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

65

Tabel IV.4 Profil, Aset, dan Pagu BLUD 2019-2020 di Sumut

No Satker BLUD Jenis

Layanan

2019 (dalam miliar Rp) 2020 (dalam miliar Rp)

Nilai Aset

Pagu PNBP

Pagu RM

Jumlah Pagu

Nilai Aset

Pagu PNBP

Pagu RM

Jumlah Pagu

1 Rumah Sakit Haji Medan Kesehatan 87.23 57.60 66.75 124.35 76.82 49.52 57.60 107.12

2 RSUD Pringadi Medan Kesehatan 232.52 0.00 206.88 206.88 266.18 206.88 34.16 241.04

3 RSUD Dr.RM. Djoelham Binjai

Kesehatan 1.20 0.00 0.03 0.03 3.00 33.80 0.00 33.80

4 RSUD Tanjung Pura Kesehatan 111.71 28.63 17.80 46.43 0.00 19.22 0.00 19.22

5 UPT RSUD Deli Serdang Kesehatan 0.48 0.00 0.00 0.00 4.67 0.00 0.00 0.00

6 RSUD Tuan Rondahaim Pamatang Raya

Kesehatan 0.00 4.90 6.04 10.94 0.00 6.00 5.57 11.57

7 RSUD Parapat Kesehatan 0.00 0.00 0.00 0.00 24.78 0.00 2.00 2.00

8 RSUD Rantauprapat Kesehatan 0.00 98.64 85.00 183.64 0.00 90.00 53.75 143.75

9 RSUD H Abdul Manan Simatupang

Kesehatan 3.66 0.00 52.99 52.99 5.93 52.68 52.68 105.35

10 RSU Kabanjahe Kesehatan 122.54 0.00 46.77 46.77 23.16 22.92 0.00 22.92

11 RSUD Sidikalang Dairi Kesehatan 0.00 28.56 33.82 62.38 118.30 65.91 0.00 65.91

12 RSUD TARUTUNG (Taput) Kesehatan 74.53 28.66 0.00 28.66 76.74 0.00 26.13 26.13

13 RSUD DR HADRIANUS SINAGA (Samosir)

Kesehatan 61.23 27.87 0.00 27.87 103.35 0.00 21.00 21.00

14 RSUD DOLOKSANGGUL (Humbahas)

Kesehatan 97.66 29.66 0.00 29.66 34.18 0.00 39.75 39.75

15 RSUD FL. Tobing Kesehatan 149.30 0.00 40.00 40.00 0.00 34.00 0.00 34.00

16 RSUD PANDAN Kesehatan 95.62 26.63 25.25 51.88 10.15 30.51 62.01 92.52

17 RSUD Penyabungan Kesehatan 3.51 0.00 0.00 0.00 2.36 35.37 5.07 40.44

18 RSUD Kota Padang Sidempuan

Kesehatan 94.53 102.34 39.48 141.81 0.00 18.91 22.33 41.23

19 RSUD Gunungsitoli Kesehatan 232.89 94.53 63.18 157.71 279.31 67.96 77.19 145.15

20 RSUD Perdagangan Kesehatan 59.68 0.00 8.50 8.50 64.07 0.00 10.00 10.00

21 RSUD Kumpulan Pane Kesehatan 191.03 38.27 41.10 79.37 0.00 31.15 31.13 62.28

22 RSUD Djasaman Saragih Kesehatan 343.64 29.48 0.00 29.48 0.00 0.00 0.00 0.00

23

UPTD Pengelola Dana Bergulir pada Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Gunungsitoli

Pengelola Dana Bergulir

2.02 0.04 2.00 2.04 3.01 0.04 1.00 1.04

24 RSUD Kotapinang Kesehatan 0.00 13.67 18.13 31.80

25 RSUD Aek Kanopan Kesehatan 0.00 0.00 0.00 0.00

TOTAL 1.965,00 595,82 735,58 1.331,40 1.096,01 778,54 519,49 1.298,03

Sumber: Pemerintah Daerah di Sumut

Berdasarkan aspek legal, penyusunan peraturan daerah tentang pelayanan

kesehatan BLUD mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007

tanggal 7 November 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD, dan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005

jo. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2012 tentang

Pengelolaan BLU.

Page 87: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

66

Terdapat beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh kepala daerah

(Gubernur/walikota/Bupati) di Sumut, seperti SK Walikota Medan Nomor 900/1847.K,

Perda Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 07 Tahun 2014, Peraturan Bupati Samosir

Nomor 152 Tahun 2015, Keputusan Walikota Sibolga No. 445, dan lain sebagainya.

Peraturan-peraturan ini telah sesuai dengan peraturan induk pengelolaan BLU baik dari

sisi analisis kelembagaan, tata kelola, SDM, dan pengendalian. Dalam aspek

kelembagaan, penetapan dengan Perda setelah memenuhi persyaratan substantif,

teknis, dan administratif. Analisis tata kelola meninjau fleksibilitas dalam pengeluaran

biaya dengan mempertimbangkan volume pelayanan. Dalam analisis SDM, pengelola

BLUD terdiri dari pemimpin BLUD, pejabat keuangan, dan pejabat teknis. Dalam aspek

pengendalian, diperlukan adanya evaluasi dan penilaian kinerja oleh kepala

daerah/badan pengawas. Berdasarkan penetapan BLUD di Provinsi Sumut oleh masing-

masing Kepala Daerah sebagaimana terlampir pada KFR ini telah memenuhi aspek

legal.

Total PNBP BLU terhadap total Belanja APBD Agregat

Peran PNBP BLU terhadap total

belanja APBD pada tahun 2019

sebesar 1,02 persen dari total

belanja APBD sebesar Rp58,13

triliun. Sedangkan pada tahun

2020, persentase PNBP BLU

terhadap total belanja APBD naik

menjadi 1,64 persen dari total pagu

belanja sebesar Rp47,58 triliun.

Total pagu RM BLUD terhadap Total Pagu BLUD

Persentase pagu Rupiah Murni (RM) terhadap pagu pada tahun 2019 sebesar 55,25

persen dari total pagu sebesar Rp1,33 triliun.

Persentase ini menurun pada tahun 2020

menjadi 40,02 persen. Dapat disimpulkan

bahwa ketergantungan BLUD terhadap

dana APBD masih cukup besar. Semakin

besar hasil persentase pagu RM terhadap

total pagu yang diperoleh, maka semakin

besar ketergantungan BLUD terhadap

APBD. Meski pendirian BLU bukan dimaksudkan untuk mencari keuntungan, namun

1,02% 1,64%

Rp58,13 T

Rp47,58 T

2019 2020

PNBP BLU Total Belanja APBD

Grafik IV.7 Persentase PNBP BLU terhadap Total Belanja APBD

Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota

55,25% 40,02%

Rp1,33 TRp1,29 T

2019 2020

Pagu RM Total Pagu

Grafik IV.8 Persentase Pagu RM BLU terhadap Jumlah Pagu

Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota

Page 88: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

67

efisiensi dalam pelayanannya dapat memberi nilai tambah BLUD. Dengan kreativitas,

inovasi, optimalisasi pelayanan, dan peningkatan kualitas SDM tentu dapat bersaing

secara global yang akan meningkatkan PNBP BLUD.

4. 5. SURPLUS/DEFISIT APBD

4.5.1. Rasio Surplus/Defisit Terhadap Agregat Pendapatan

Indikator ini untuk mengetahui proporsi adanya surplus/defisit anggaran

terhadap pendapatan yang menunjukkan performa fiskal pemerintah daerah dalam

menghimpun pendapatan untuk menutup belanja, atau penghematan belanja dengan

kondisi pendapatan tertentu.

𝐑𝐚𝐬𝐢𝐨 𝐒𝐮𝐫𝐩𝐥𝐮𝐬/𝐃𝐞𝐟𝐢𝐬𝐢𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐡𝐚𝐝𝐚𝐩 𝐏𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 =𝐒𝐮𝐫𝐩𝐥𝐮𝐬/𝐃𝐞𝐟𝐢𝐬𝐢𝐭

𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐏𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧

Berdasarkan rumus tersebut, perkembangan rasio surplus/defisit terhadap

pendapatan untuk 34 Pemda di Sumut disajikan sebagai berikut:

Grafik IV.9 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Agregat Pendapatan 34 Pemda di Sumut 2019-2020

Rasio Surplus/Defisit Terhadap Agregat Pendapatan Tahun 2020

Rasio Surplus/Defisit Terhadap Agregat Pendapatan Tahun 2019

Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota

Pada tahun 2019 terdapat 9 pemda yang mengalami defisit dan tahun 2020

meningkat menjadi 16 pemda. Pemda yang mengalami defisit paling dalam pada

1.4%-1.3%

2.8%-3.5%

0.3%-21.1%

-0.1%-16.5%

-6.4%8.2%

-2.1%1.7%1.6%

12.3%-4.1%

0.4%4.8%

2.8%0.8%

21.6%-0.4%-1.3%

1.9%-0.9%

0.8%1.2%

-3.6%-8.0%

-4.2%-3.7%

-0.3%5.2%

4.0%14.5% Pemprov.Sumut

MedanLangkatNias BaratGunung SitoliNiasNias SelatanTapanuli SelatanBinjaiTebing TinggiSerdang BedagaiDeli SerdangPakphak BaratDairiKaroP.SiantarSimalungunPadang Lawas UtaraPadang LawasMadinaP.SidempuanTanjung BalaiAsahanBatubaraSibolgaTapanuli TengahTapanuli UtaraHumbang HasundutanTobasaSamosirNias UtaraLabuselLabuhan BatuLabura

1.4%-1.3%

2.8%-3.5%

0.3%-21.1%

-0.1%-16.5%

-6.4%8.2%

-2.1%1.7%1.6%

12.3%-4.1%

0.4%4.8%

2.8%0.8%

21.6%-0.4%

-1.3%1.9%

-0.9%0.8%1.2%

-3.6%-8.0%

-4.2%-3.7%

-0.3%5.2%

4.0%14.5%

Page 89: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

68

tahun 2020 adalah Pemkab Toba Samosir dengan rasio defisit 21,1 persen. Semakin

besar nilai minus rasio berarti semakin besar belanja yang tidak dapat ditutup dari

pendapatan daerah, sehingga daerah harus mencari penerimaan lain yang berasal

dari pembiayaan. Sementara pemda dengan rasio surplus tertinggi dimiliki oleh

Pemkab karo sebesar 21,6 persen dan Pemprov Sumut dengan rasio mencapai 14,5

persen.

4.5.2 Rasio Surplus/Defisit terhadap Realisasi Dana Tranfer

Rasio ini untuk mengetahui proporsi adanya surplus/defisit anggaran terhadap salah

satu sumber pendapatan APBD, yaitu realisasi pencairan dana transfer.

Rasio Surplus/Defisit terhadap Dana Transfer =Surplus/Defisit

Total Realisasi Dana Transfer

Berdasarkan rumus tersebut, perkembangan rasio surplus/defisit terhadap realisasi

dana transfer 34 Pemda di Sumut disajikan sebagai berikut:

Grafik IV.10 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Total Realisasi Dana Transfer 34 Pemda di Sumut 2019-2020

Rasio Surplus/Defisit Terhadap Total Realisasi Dana Transfer Tahun 2020

Rasio Surplus/Defisit Terhadap Total Realisasi Dana Transfer Tahun 2019

Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, 2020 (diolah)

Berdasarkan Grafik IV.10 dapat diketahui bahwa terdapat 9 pemda yang mengalami

defisit di tahun 2019 dan pada tahun 2020 meningkat menjadi 16 pemda. Pemda yang

1.55%-1.38%

2.94%-4.52%

0.38%-22.51%

-0.13%-18.37%

-7.35%9.42%

-2.41%2.11%1.89%

13.37%-4.50%

0.52%7.22%

3.11%0.92%

25.00%-0.44%-1.54%

3.10%-1.26%

0.92%1.43%

-5.13%-8.17%-6.17%-4.00%

-0.31%6.39%6.41%

25.96% Pemprov.SumutMedanLangkatNias BaratGunung SitoliNiasNias SelatanTapanuli SelatanBinjaiTebing TinggiSerdang BedagaiDeli SerdangPakphak BaratDairiKaroP.SiantarSimalungunPadang Lawas UtaraPadang LawasMadinaP.SidempuanTanjung BalaiAsahanBatubaraSibolgaTapanuli TengahTapanuli UtaraHumbang HasundutanTobasaSamosirNias UtaraLabuselLabuhan BatuLabura

-4.92%-4.64%

2.24%10.99%

4.29%1.45%1.83%2.31%

14.60%5.63%

19.85%-3.50%

17.84%5.62%

29.52%-1.69%

23.30%2.10%

7.99%-11.52%

2.62%1.36%

-1.31%-0.01%

3.66%0.35%0.17%

-0.39%6.78%

-2.28%5.32%

6.87%13.46%

-6.18%

Page 90: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

69

mengalami defisit paling dalam pada tahun 2020 adalah Pemkab Toba Samosir

dengan rasio defisit 22,5 persen. Ini berarti walaupun Pemda Toba Samosir sudah

mendapatkan dana transfer, namun tidak dapat menutupi defisit anggarannya.

Sementara pemda dengan rasio positif tertinggi dimiliki oleh Pemprov Sumut dengan

rasio mencapai 26 persen. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat lebih dari 26 persen

dari dana transfer tidak terpakai karena terjadi surplus yang cukup tinggi sehingga

terdapat kelebihan kas.

4.5.3 Rasio Surplus/ Defisit terhadap PDRB

Rasio surplus/defisit terhadap PDRB merupakan indikator yang menggambarkan

kesehatan ekonomi regional, dimana semakin kecil rasio surplus/defisit terhadap PDRB

artinya daerah tersebut mampu memproduksi barang dan jasa yang cukup baik untuk

membiayai hutang akibat defisit anggaran pemerintah daerah.

Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB =Surplus/Defisit

PDRB

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh Rasio surplus/defisit terhadap PDRB secara

agregat Sumut tahun 2018-2020 terlihat di Grafik IV.11.

Rasio surplus/defisit terhadap

PDRB tahun 2020 sebesar 0,17

persen yang artinya Sumut

mampu memproduksi barang dan

jasa cukup baik untuk membiayai

roda pemerintahan. Dilihat dari

perkembangan secara year-on-

year, rasio ini mengalami

kenaikan terus menerus yang menggambarkan kinerja pemerintah daerah yang

kurang baik dalam memproduksi barang dan jasa.

4.5.4 Rasio SILPA terhadap Alokasi Belanja

Rasio ini untuk mengetahui proporsi belanja atau kegiatan yang tidak digunakan

dengan efektif oleh pemerintah. Kondisi perkembangan rasio ini untuk 34 pemda di

wilayah Sumut dapat dilihat pada Grafik IV.12.

Rasio SILPA terhadap Alokasi Belanja =Jumlah SILPA

Total Belanja APBD

0.02%0.04%

0.17%

0.00%

0.02%

0.04%

0.06%

0.08%

0.10%

0.12%

0.14%

0.16%

0.18%

0.20%

0

10000 0

20000 0

30000 0

40000 0

50000 0

60000 0

70000 0

80000 0

90000 0

2018 2019 2020

Grafik IV.11Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB Sumut 2018-2020

Surplus/Defisit PDRB Rasio

Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota

Page 91: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

70

Grafik IV.12 Rasio SILPA terhadap Total Belanja Tahun 2019-2020 Rasio SILPA terhadap Total Belanja

Tahun 2020

Rasio SILPA terhadap Total Belanja

Tahun 2019

Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, diolah

Berdasarkan Grafik IV.12, Pemda Karo pada tahun 2020 memiliki rasio SILPA terhadap

alokasi belanja tertinggi dibandingkan dengan daerah lainnya yaitu sebesar 29,2 persen.

Hal ini berarti masih ada dana dari penerimaan pembiayaan yang belum dimanfaatkan

untuk membiayai Belanja Derah dan/atau Pengeluaran Pembiayaan Daerah.

Sedangkan rasio SILPA terendah ada di Pemda Toba Samosir yaitu sebesar -16,1

persen. Artinya pada Pemda Toba Samosir, pembiayaan netto belum dapat menutup

defisit anggaran yang terjadi. Untuk itu perlu perlu dicari jalan keluarnya misalnya

dengan mengusahakan sumber-sumber penerimaan pembiayaan yang lain seperti

utang atau dengan mengurangi Belanja dan/atau pengeluaran pembiayaan sehingga

angka SILPA sama dengan nol.

4. 6. PEMBIAYAAN PEMBIAYAAN

4.6.1 RASIO PINJAMAN DAERAH TERHADAP TOTAL PEMBIAYAAN

13.96%2.14%

14.04%3.94%

7.77%-16.09%

17.87%-9.54%-6.18%

15.71%10.54%

3.40%1.22%

19.64%6.92%7.18%

11.27%9.20%

0.43%29.23%

13.14%10.75%

5.15%3.66%5.26%

1.02%3.58%2.87%

5.27%2.87%

-0.52%5.43%

3.88%22.79% Pemprov.Sumut

MedanLangkatNias BaratGunung SitoliNiasNias SelatanTapanuli SelatanBinjaiTebing TinggiSerdang BedagaiDeli SerdangPakphak BaratDairiKaroP.SiantarSimalungunPadang Lawas UtaraPadang LawasMadinaP.SidempuanTanjung BalaiAsahanBatubaraSibolgaTapanuli TengahTapanuli UtaraHumbang HasundutanTobasaSamosirNias UtaraLabuselLabuhan BatuLabura

-3.18%3.05%

8.89%11.21%

7.31%6.49%

11.48%5.43%

24.62%7.42%

26.24%1.30%

15.59%4.58%

31.67%4.91%

33.03%4.85%

13.26%19.99%

12.50%10.22%

2.65%4.51%4.63%

0.02%8.48%

11.51%18.12%

25.17%9.13%

12.37%10.02%

2.40%

Page 92: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

71

Rasio ini untuk mengetahui proporsi pencairan pinjaman yang dilakukan daerah

atau penerbitan obligasi daerah untuk membiayai defisit APBD.

Rasio Pinjaman Daerah terhadap Total Pembiayaan =Realisasi Pinjaman Daerah

Total realisasi Pembiayaan

Untuk menutupi defisit anggaran pada tahun 2020, pemda di Sumut tidak melalui

mekanisme Pinjaman Daerah melainkan mengandalkan penggunaan SiLPA.

4.6.2 KESEIMBANGAN PRIMER

Keseimbangan primer digunakan untuk melihat tingkat likuiditas suatu

pemerintah daerah dimana semakin besar keseimbangan primer, maka semakin baik

kemampuan daerah untuk membiayai defisit anggaran. Keseimbangan primer secara

agregat di Sumut dihitung sebagai berikut:

Keseimbangan Primer = Total Pendapatan APBD − (Belanja APBD − Belanja Bunga)

= Rp49.002.144.890.763 − (Rp36.479.277.649.472− Rp7.809.667.392

= Rp1.421.467.403.125,-

5

Dari hasil perhitungan diperoleh keseimbangan primer di Sumut yang positif sebesar

Rp1,42 triliun yang artinya Pendapatan APBD masih mencukupi untuk menutupi belanja

daerah.

4. 7. ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Untuk mengkaji anggaran dan kebijakan fiskal yang diterapkan di Sumut, berikut

disajikan analisis Horizontal dan analisis Vertikal:

Analisis Horizontal, merupakan analisis untuk membandingkan angka-angka dalam

satu laporan realisasi pemda (kabupaten/kota) satu dengan pemda lain dalam satu

wilayah provinsi). Tabel IV.5 menyajikan analisis horizontal yang memuat pemda

dengan PAD tertinggi, terendah, dan median di Sumut.

Tabel IV.5 Analisis Horizontal Pemerintah Daerah di Sumut TA 2020

Uraian Pemprov Medan Batubara Nias Barat Nias Selatan

Pendapatan 11.250.152.166.771 3.988.761.485.152 1.110.557.829.821 509.635.881.653 1.022.346.539.619

PAD 4.951.278.586.716 1.518.369.614.747 153.852.622.063 19.570.439.885 16.598.894.146

Pendapatan Transfer

6.285.617.509.410 2.470.391.870.405 956.705.207.759 490.064.248.568 996.438.253.474

LLPD Yang Sah 13.256.070.645 - - 1.193.200 9.309.392.000

Belanja 8.198.086.312.050 3.830.289.511.009 933.108.846.951 511.139.987.538 961.488.519.712

Belanja Operasi 6.575.844.109.526 3.353.721.242.471 671.059.226.974 399.494.635.619 688.888.311.386

Belanja Modal 784.701.011.174 308.300.212.833 187.844.361.585 111.645.351.919 261.901.131.686

Page 93: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

72

Belanja Tak Terduga

837.541.191.350 168.268.055.704 74.205.258.392 - 10.699.076.640

Transfer 1.420.326.488.988 - 200.491.253.145 - 142.272.348.442

Surplus/(Defisit) 1.631.739.365.733 158.471.974.143 (23.042.270.274) (1.504.105.885) (81.414.328.534)

Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, diolah

Dari semua pemda di Sumut, Pemprov Sumut menghimpun PAD paling besar

mencapai Rp4,9 triliun atau sebesar 44 persen dari total pendapatan. Sedangkan pada

urutan kedua adalah Kota Medan yang mampu menghimpun PAD sebesar 38 persen

dari total pendapatan. Hal ini karena Kota Medan sebagai ibukota provinsi yang

sekaligus sebagai pusat perekonomian Sumut. Mayoritas sumber PAD diperoleh dari

Pendapatan Pajak Daerah yang dihimpun sesuai dengan UU Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Dan Retribusi Daerah. Sementara untuk PAD terendah dimiliki oleh Kab.

Nias Selatan sebesar Rp16,59 miliar atau hanya 1,62 persen dari total pendapatan.

Untuk melihat perubahan keuangan dalam satu post APBD yang sama, berikut

disajikan realisasi pos APBD pada Pemprov Sumut tahun 2018-2020:

Tabel IV.6 Analisis Horizontal Pemprov Sumut Tahun 2018-2020

Uraian 2018 2019 2020

PENDAPATAN - LRA 12,703,058,587,891 13,083,372,924,271 11,250,152,166,771

PAD 5,638,960,579,479 5,765,044,700,853 4,951,278,586,716

PENDAPATAN TRANSFER 7,055,134,429,266 7,300,647,588,241 6,285,617,509,410

LLPD YANG SAH 8,963,579,146 17,680,635,177 13,256,070,645

BELANJA 10,465,588,397,423 10,257,711,564,974 8,198,086,312,050

BELANJA OPERASI 8,847,529,636,012 9,051,311,548,253 6,575,844,109,526

BELANJA MODAL 1,564,903,232,653 1,185,100,841,010 784,701,011,174

BELANJA TAK TERDUGA 53,155,528,758 21,299,175,711 837,541,191,350

BELANJA TRANSFER 2,097,799,152,242 3,276,806,873,642 1,420,326,488,988

Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, diolah

Kenaikan dan penurunan PAD dari tahun 2018-2020 sebanding dengan

kenaikan dan penurunan post Pendapatan Transfer, LLPD yang Sah bahkan Total

Pendapatan. PAD nampaknya belum mengalami kenaikan yang signifikan dalam 3

tahun terakhir artinya pemda masih perlu menggali potensi-potensi untuk

mengoptimalkan PAD. Untuk realisasi Belanja Modal terhadap total belanja di Pemprov

Sumut nampaknya mengalami penurunan dalam 3 tahun terakhir mulai dari 14.95

persen di tahun 2018, 11.55 persen di tahun 2019 sampai 9,57 persen di tahun 2020.

Penurunan pada tahun 2020 dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi pandemi

Covid-19.

Analisis Vertikal, digunakan untuk membandingkan antara pos yang satu

dengan pos yang lain terhadap totalnya dalam suatu komponen APBD yang sama untuk

mengetahui seberapa besar kontribusi masing-masing pos tersebut.

Page 94: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

73

Gambar IV.1 Analisis Vertikal Sumut

Pendapatan Transfer memberikan kontribusi terbesar untuk pendapatan

mencapai 74,45 persen yang menandakan ketergantungan pemda kepada pemerintah

pusat untuk memenuhi belanja. Sementara Belanja operasi memberikan kontribusi

terbesar untuk belanja mencapai 70,13 persen yang menandakan sebagian besar

belanja daerah masih digunakan untuk belanja operasional sehari-hari pemda/biaya

konsumtif yang memberikan manfaat jangka pendek.

Pemda belum

berorientasi kepada belanja

langsung berupa

pembangunan infrastruktur

yang mendukung

pembangunan daerah. Hal ini

nampak pada realisasi belanja

modal yang hanya mencapai

12,57 persen dari total belanja

daerah.

4.7.1. ANALISIS KAPASITAS FISKAL DAERAH

Kapasitas fiskal daerah adalah kemampuan keuangan masing-masing daerah

yang dicerminkan melalui pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan yang

Uraian Rekap (miliar Rp) %

PENDAPATAN - LRA 49.002,14

PAD 9.680,31 19,75

PENDAPATAN TRANSFER 36.479,28 74,45

LLPD YANG SAH 2.842,56 5,80

BELANJA 47.588,49

BELANJA OPERASI 33.372,23 70,13

BELANJA MODAL 5.983,80 12,57

BELANJA TAK TERDUGA 1.956,64 4,11

BELANJA TRANSFER 6.275,81 13,19

SURPLUS / (DEFISIT) 1.413.66

Tabel IV.7

Perkembangan Kapasitas Fiskal Sumut (Miliar Rupiah) URAIAN 2018 2019 2020 Pendapatan 54.333,99 58.427,75 49.002,14 PAD 10.800,05 11.312,41 9.680,31 Dana Perimbangan 40.793,75 42.911,13 36.479,28 Lain2 Pendapatan Yg Sah 2.740,19 4.204,21 2.842,56 Pendapatan yg Penggunaannya sdh ditentukan 13.138,37

13.022,49

10.022,57

DBH SDA 908,25 272,86 172,50 DAK 9.782,31 10.390,90 8.421,97 Dana Desa 2.236,15 2.280,33 1.116,10 Belanja Tertentu 20.224,04 20.723,96 19.455,88 Belanja Pegawai 20.221,10 20.712,62 19.448,07 Belanja Bunga 2,94 11,34 7,81 Kapasitas Fiskal Daerah 20.971,58 24.681,30 19.523,69 Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) 1.291,99 1.260,50 1.356,72

40.87%20.45%

12.57%

8.53%13.19% 0.02% 0.26%

4.11%

0.00%

Belanja Pegawai Belanja Barang & JasaBelanja Modal Belanja HibahBelanja Transfer Belanja BungaBelanja Bantuan Sosial Belanja Tidak Terduga

Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, diolah

Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, diolah

Page 95: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

74

penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu. Kapasitas Fiskal Sumut dan

perkembangannya disajikan pada Tabel IV.7 sebelumnya.

Dari perhitungan tersebut, kapasitas fiskal Sumut sempat naik pada tahun 2019

namun kembali turun pada tahun 2020 dengan kapasitas fiskal Rp19,52 triliun.

Kondisi ini sejalan dengan jumlah penduduk miskin yang sempat turun 31,49 ribu jiwa

pada tahun 2019 dan kembali naik 96,22 ribu jiwa pada tahun 2020.

Sesuai dengan PMK Nomor 120/PMK.07/2020 tentang Peta Kapasitas Fiskal

Daerah, Pemprov Sumut termasuk dalam kapasitas fiskal dengan kategori Tinggi

dengan indeks KFD sebesar 1,115. Sedangkan kategori KFD untuk 33 Pemda

Kabupaten/Kota di Sumut sebagai berikut:

Tabel IV.8 Sebaran Indeks Kapasitas Fiskal Kabupaten/Kota di Sumut

Kuadran I (Sangat Rendah)

IKFD < 0,517

Kuadran III (Sedang)

0,747 ≤ IKFD < 1,168

1. Kab. Dairi

2. Kab. Karo

3. Kab. Nias

4. Kab. Toba Samosir

5. Kota Binjai

6. Kota Pematang Siantar

7. Kota Tanjung Balai

8. Kota Padang Sidempuan

9. Kab. Pakpak Bharat

10. Kab. Humbang

Hasundutan

11. Kab. Samosir

12. Kab. Padang Lawas Utara

13. Kab. Nias Utara

14. Kab. Nias Barat

15. Kota Gunung Sitoli

1. Kab. Asahan

2. Kab. Labuhanbatu

3. Kab. Langkat

4. Kab. Tapanuli

Selatan

5. Kab. Padang Lawas

Kuadran II (Rendah)

0,517 ≤ IKFD < 0,747

Kuadran IV (Tinggi)

1,168 ≤ IKFD < 2,145

1. Kab. Mandailing Natal 2. Kab. Tapanuli Tengah 3. Kab. Tapanuli Utara 4. Kota Sibolga 5. Kota Tebing Tinggi

6. Kab. Nias Selatan 7. Kab. Serdang Bedagai 8. Kab. Batubara 9. Kab. Labuhanbatu Selatan 10. Kab. Labuhanbatu Utara

1. Kab. Deli Serdang

2. Kab. Simalungun

Kuadran V (Sangat Tinggi)

IKFD ≥ 2,145

1. Kota Medan

Kota Medan menjadi satu-satunya pemda yang berada pada kuadran V

(kategori Sangat Tinggi) dengan IKFD 3,384, sedangkan Kab. Deli Serdang dan Kab.

Simalungun berada pada kuadran IV dengan kategori Tinggi. Pada kuadaran III

dengan kategori Sedang diduduki oleh 5 kabupaten, kuadran II dengan kategori

Rendah dimiliki oleh 10 kabupaten/kota, dan 15 kabupaten/kota lainnya berada pada

kuadran I dengan kategori Sangat Rendah.

Sumber : PMK Nomor 120/PMK.07/2020

Page 96: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

75

4. 8. PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH

4.8.1 Belanja Daerah Sektor Pendidikan

Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor prioritas pemerintah yang

mencerminkan upaya pemerintah untuk

memberikan pelayanan kepada

masyarakat dalam bidang pendidikan.

Sesuai amanat konstitusi, alokasi

Sektor Pendidikan sekurang-kurangnya

20 persen dari belanja. Sumut menaruh

concern yang tinggi terhadap amanat

konstitusi seperti terlihat pada alokasi

pagu Sektor Pendidikan tahun 2018-2020

yang memiliki alokasi lebih dari 20 persen dari total belanja daerah. Peningkatan rasio

sektor Pendidikan ternyata

berbanding lurus dengan

Harapan Lama sekolah (HLS)

dan IPM di Sumut. Hal ini

menunjukkan pentingnya

pemda tetap menjaga proporsi

Sektor Pendidikan untuk

menopang IPM yang lebih baik.

4.8.2 Belanja Daerah Sektor Kesehatan

Sebagaimana Undang-

undang Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan, penyediaan

anggaran untuk Sektor

Kesehatan sebesar 10 persen

(tidak termasuk belanja

pegawai). Berdasarkan Grafik

IV.13 sebelumnya bahwa Sumut

memenuhi amanat undang-undang tersebut dalam alokasi belanja Kesehatan dengan

alokasi > 10 persen. Kenaikan belanja Sektor Kesehatan ternyata berbanding lurus

dengan Harapan Hidup dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumut.

13.14 13.15 13.23

71.18 71.74 71.77

0

10

20

30

40

50

60

70

80

24.00%

24.20%

24.40%

24.60%

24.80%

25.00%

25.20%

25.40%

Grafik IV.14Perbandingan Rasio belanja Sektor Pendidikan

terhadap Harapan Lama Sekolah dan IPM

Harapan Lama Sekolah (HLS) IPM

Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, diolah

Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, diolah

25,50% 25,19% 24,73%

11,43% 11,24% 12,90%

2018 2019 2020

Grafik IV.13Alokasi Pagu Sektor Pendidikan dan Kesehatan

di Sumut tahun 2018-2020

Pendidikan Kesehatan

Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, diolah

68

.61

68

.95

69

.10

71.1

8

71.7

4

71.7

7

11.43%

11.24%

12.90%

10.00 %

10.50 %

11.00 %

11.50 %

12.00 %

12.50 %

13.00 %

13.50 %

67.00

67.50

68.00

68.50

69.00

69.50

70.00

70.50

71.00

71.50

72.00

72.50

2018 2019 2020

Harapan Hidup IPM Belanja Sektor kesehatan

Grafik IV.15 Perbandingan rasio belanja Sektor Kesehatan terhadap Harapan Hidup dan IPM

Page 97: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

76

4.8.3 Belanja Infrastruktur Daerah

Untuk menggalakkan pembangunan infrastruktur di daerah, pemerintah

membuat kebijakan dengan

mengalokasikan Anggaran Infrastruktur

sebesar 25 persen dari Dana Transfer

Umum yang mencakup DAU dan DBH.

Kebijakan ini bertujuan agar belanja

pemerintah daerah tidak hanya untuk

belanja aparatur saja namun lebih

kepada belanja yang ditujukan untuk

pelayanan publik. Berdasarkan Grafik

IV.16 dapat dilihat bahwa sampai tahun

2019, Sumut telah memenuhi mandatory spending untuk pemenuhan anggaran

infrastruktur.

Turunnya porsi Belanja Infrastruktur Daerah dari 36,01 persen pada tahun

2019 menjadi 24,45 persen pada tahun 2020 menyebabkan Sumut belum mampu

memenuhi kewajiban terkait pemeuhan belanja infrastruktur yang disebabkan oleh

salah satunya yaitu kapasitas fiskal daerah yang terbatas. Sebagian besar daerah

masih menggantungkan pada transfer dari pemerintah pusat sehingga sedikit sekali

daerah yang mengandalkan penerimaan dari PAD. Selain itu, begitu pandemi Covid-

19 muncul di kuartal I tahun 2020, pemerintah pusat telah menginstruksikan daerah

untuk merealokasi dan merefocussing APBD-nya untuk penanganan Covid-19. Hal ini

juga berkontribusi mengurangi ruang fiskal untuk anggaran infrastruktur. Hal ini

menjadi tantangan tersendiri bagi daerah bagaimana pemda mampu mencari peluang

untuk meningkatkan ruang fiskal, baik dari sisi pendapatan maupun belanja.

Pemerintah Daerah dapat melakukan berbagai hal untuk meningkatkan pendapatan

seperti menggali potensi pajak dan retribusi daerah, mendorong masuknya investasi

di daerah, mengoptimalkan penerimaan dari pemanfaatan kekayaan daerah atau

optimalisasi penerimaan dividen dari BUMD.

36.53% 36.01%24.45%

2018 2019 2020

Belanja Infrastruktur Daerah

Grafik IV.16 Belanja Infrastruktur terhadap Dana

Transfer Umum Daerah Sumut 2018-2020

Sumber: LKPD Prov/Kab/Kota 2018-2020, diolah

Page 98: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

77

Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Perilaku Fiskal

Pemerintah Daerah di Provinsi Sumut

Selama sepuluh tahun

terakhir, jumlah transfer ke

daerah di Sumut

meningkat signifikan.

Kenaikan DAU diikuti oleh

kenaikan belanja daerah

serta peningkatan PAD

yang tidak signifikan.

Kenaikan tersebut diharapkan dapat mengurangi beban masyarakat tanpa

mengorbankan kualitas pelayanan. Maka dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah

transfer pemerintah pusat yang bersifat block grant seperti DAU memberikan dampak

terhadap perilaku belanja pemerintah daerah. Penelitian menggunakan data realisasi

belanja, DAU, dan PAD agregat Sumut tahun 2011-2020 dengan metode Pooled Least

Square.

Berikut hasil olah data menggunakan Eviews 10:

Dependent Variable: BELANJA

Method: Least Squares Date: 02/11/21 Time: 16:55 Sample: 2011 2020

Included observations: 10 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. F-Statistic C -1.29E+10 6.22E+09 -2.079733 0.0761 47.69

PAD -0.117984 0.626153 -0.188427 0.8559 34.85 DAU 2.498331 0.423230 5.903014 0.0006 0.04

R-squared 0.931630 Mean dependent var 3.50E+10

Adjusted R-squared 0.912095 S.D. dependent var 8.30E+09 S.E. of regression 2.46E+09 Akaike info criterion 46.32978 Sum squared resid 4.24E+19 Schwarz criterion 46.42055

Log likelihood -228.6489 Hannan-Quinn criter. 46.23020 F-statistic 47.69169 Durbin-Watson stat 1.037754 Prob(F-statistic) 0.000084

Berdasarkan hasil output diatas dapat diketahui bahwa:

1. DAU dan PAD berpengaruh signifikan secara simultan terhadap belanja pemda.

DAU berpengaruh siginifikan terhadap belanja daerah, dengan arah hubungan yang

positif sehingga semakin meningkat DAU, maka akan meningkatkan belanja daerah.

Sedangkan PAD tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah, hubungan

lnBELANJA lnDAU lnPAD lnBELANJA 1 0.965 0.768

lnDAU 0.965 1 0.808 lnPAD 0.768 0.808 1

-

20,000,000,000

40,000,000,000

60,000,000,000

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Perkembangan Realisasi DAU, PAD, dan Belanja Daerah tahun 2011-2020

Realisasi Belanja APBD DAU PAD

Sumber : LKPD Prov/Kab/Kota, BPS Prov. Sumut (diolah)

Page 99: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

78

antar variabel ini adalah negatif, peningkatkan PAD akan menurunkan belanja

daerah.

2. Di Sumut, Koefisien DAU lebih besar dibanding PAD, menunjukkan bahwa setiap

peningkatan DAU menyebabkan peningkatan belanja yang lebih besar bila

dibandingkan peningkatan daerah yang disebabkan oleh PAD.

3. Dengan membandingkan t-statistic dengan f-statistic menunjukkan bahwa t DAU

mengalami peningkatan sedangkan PAD mengalami penurunan. Dengan demikian,

hal ini menandakan terdapat adanya pengaruh flypaper effect atas transfer

pemerintah pusat yaitu DAU kepada pemerintah daerah di Provinsi Sumut.

Kontribusi DAU di Sumut relatif tinggi yaitu 54,87% terhadap belanja daerah.

4. Tidak berpengaruhnya PAD terhadap belanja dikarenakan kemungkinan PAD lebih

bersifat independen dalam penggunaannya dibandingkan DAU. Maksudnya, pemda

bebas membelanjakan PAD untuk berbagai kepentingan/kebutuhan daerah.

Sedangkan penggunaan DAU terbatas dan lebih diutamakan untuk belanja pegawai

sehingga hanya sebagian kecil DAU yang dibelanjakan untuk belanja daerah

lainnya.

5. Rekomendasi yang dapat diberikan sebagai berikut:

▪ Untuk pemda:

Agar kemandirian pendanaan pemerintah daerah sebagai tujuan dari

desentralisasi fiskal tercapai, sebaiknya pemda meminimalkan pengaruh

flypapaper effect ketika melakukan prediksi belanja daerah. Salah satunya

terkait kelembagaan politik, desain kelembagaan sistem politik yang good

governance perlu dilakukan untuk meminimalkan dampak tersebut.

▪ Untuk pemerintah pusat:

Guna mengurangi in-efisiensi belanja daerah, perlu dilakukan formulasi ulang

dana transfer. Seperti mengubah dana transfer dari input sources menjadi output

based transfer atau berdasarkan kinerja yang terukur. Kemudian sebaiknya

pemerintah pusat dapat menyusun mekanisme untuk meningkatkan

akuntabilitas pemda dengan melibatkan masyarakat secara langsung dalam

melakukan penganggaran.

Page 100: 26 - Beranda - DJPb
Page 101: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

79

5. 1. PEMBIAYAAN

Total pendapatan konsolidasian Provinsi Sumatera Utara (Sumut) Triwulan IV

Tahun 2020 mencapai Rp66,5 triliun. Sedangkan total belanja konsolidasian mencapai

Rp107,032 triliun. Kenaikan pendapatan yang lebih kecil dibandingkan belanja negara

mengakibatkan defisit anggaran sebesar 60,73% atau minus Rp40,442 triliun. Dibanding

periode yang sama tahun sebelumnya, surplus/defisit mengalami penurunan sebesar

6%. Hal ini disebabkan karena pendapatan mengalami kontraksi 13% yang disebabkan

oleh dampak pandemi Covid-19. Dalam rangka menalangi dan mendorong pemulihan

ekonomi ditengah pandemi, pemerintah mengeluarkan tambahan anggaran sehingga

membuat belanja membengkak.

Uraian

2020 % Kenaikan/ Penurunan

2019 % Kenaikan/ Penurunan

2018

Pusat Daerah Konsolidasi Konsolidasi Konsolidasi

Pendapatan Negara 19,062 47,528 66,590 -13% 76,773 3% 74,824

Pendapatan Perpajakan 17,224.79 7,211.68 24,436 -12.550% 27,943 -0.580% 28,106

Pendapatan Bukan Pajak

1,837.31 4,160.67* 5,998 -15.64% 7,110 6.20% 6,695

Hibah 0 881 881 0% 1,784 0% 1,315

Transfer 0 35,274** 35,274 -12% 39,936 3% 38,708

Belanja Negara 60,982 46,050 107,032 -11% 119,597 4% 114,800

Belanja Pemerintah 21,339 41,387.99 62,727 -12% 71,172 2% 69,978

Transfer 39,644 4,662 44,306 -9% 48,425 8% 44,823

Surplus/

(Defisit) -41,920 1,478 -40,442 -6% -42,823 7% -39,976

Pembiayaan 0 2,433 2,433 -17% 2,938 -10% 3,278

Penerimaan Pembiayaan Daerah

0 2,662 2,662 -24% 3,495 1% 3,448

Pengeluaran Pembiayaan Daerah

0 229 229 -59% 557 228% 170

Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran

-41,920 3,911 -38,009 -5% -39,886 9% -36,698

BAB V : PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)

Tabel V.1 Tabel Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV Tahun 2020 (dalam Miliar Rupiah)

Catatan: *) Seluruh pendapatan hibah provinsi dieliminasi dengan penerimaan hibah daerah. **) Seluruh pengeluaran transfer pemerintah pusat dieliminasi dengan penerimaan transfer

pemerintah daerah

Sumber: LKPP Kanwil DJPb Prov. Sumut dan LKPD-K Pemda Sumatera Utara Tahun 2020 (diolah)

Page 102: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

80

5. 2. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN

Pendapatan Pemerintah Konsolidasian terdiri dari Penerimaan Perpajakan,

Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP), Transfer ke Daerah dan Hibah.

Analisis Proporsi dan Perbandingan

Pada Triwulan IV tahun 2020, seluruh komponen pendapatan negara mengalami

penurunan. Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Sumut yang berasal

dari Perpajakan mengalami

penurunan sebesar 12,55% dengan

nilai total pendapatan yaitu Rp24,43

triliun. Penerimaan pajak mengalami

tren turun pada tiga tahun terakhir.

Begitupun penerimaan dari

Pendapatan Negara Bukan Pajak,

mengalami penurunan yang cukup

tinggi dibanding penerimaan pajak

dengan total pendapatan Rp5,99

triliun atau turun sebesar 15,64%

dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya. Pendapatan Hibah pun mengalami

penurunan yang sangat signifikan dibanding tahun sebelumnya, mengalami kontraksi

sampai 50,61%. Sedangkan pendapatan transfer mengalami kenaikan sebesar 5%

dengan total pendapatan Rp42,34 triliun.

Total pendapatan pajak konsolidasian Triwulan IV tahun 2020 adalah sebesar

Rp24,436 triliun. Pendapatan Pajak tersebut terdiri atas Pendapatan Pemerintah Pusat

sebesar Rp17,22 triliun dan

Pendapatan Pemerintah Daerah

Rp7,211 triliun. PNBP terdiri atas

Pendapatan Pemerintah Pusat

sebesar Rp1,8 triliun dan

Pendapatan Pemerintah Daerah

Rp4,1 triliun. Sedangkan

pendapatan yang berasal dari

Hibah kepada pemerintah daerah

sebesar Rp881 miliar, dan

pendapatan dari transfer daerah sebesar Rp35,3 triliun.

Pajak PNBP Hibah Transfer

2020 24,436 5,998 881 35,274

2019 27,943 7,110 1,784 39,936

2018 28,106 6,695 1,315 38,708

-5,0 00

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

Gambar V.1Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian s.d. Triwulan IV Tahun

2020,2019 dan 2018 (Miliar Rupiah)

Sumber: LKPP Kanwil DJPb Prov. Sumut dan

LKPD-K Pemda Sumatera Utara 2020 (diolah)

17,224.79

1,837.31

0

0

7,211.68

4,160.67

881

35,274

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Pajak

PNBP

`Hibah

Transfer

Grafik V.2Perbandingan Komposisi Pendapatan

Konsolidasian di Provinsi Sumatera Utara s.d.triwulan IV Daerah dan Pusat (Miliar Rupiah)

Daerah Pusat

Sumber: LKPP Kanwil DJPb Prov. Sumut dan LKPD-K

Pemda Sumatera Utara 2020 (diolah)

Page 103: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

81

Diantara empat jenis pendapatan negara konsolidasian, realisasi hibah pada

tahun 2020 memiliki proporsi yang lebih kecil dibanding pendapatan lainnya, yaitu

sebesar 1,32% dari total pendapatan negara konsolidasian Tahun 2020. Angka tersebut

cukup jauh dibandingkan pendapatan perpajakan dengan proporsi sebesar 36,7%.

Pendapatan transfer memiliki proporsi terbesar diantara pendapatan lainnya yaitu

52,97% yang seluruhnya merupakan transfer ke daerah. Hal ini menunjukkan bahwa

sumber pendapatan di Provinsi Sumut belum cukup mampu untuk menutup kebutuhan

pendanaan pemerintah di Sumut, sehingga ketergantungan terhadap dana transfer di

Triwulan IV dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah masih sangat tinggi. Hal ini

terkait dengan anggaran tambahan untuk pemerintah daerah dalam rangka pemulihan

ekonomi akibat pandemi. Dengan jumlah sebesar itu artinya pemerintah pusat telah

menaruh kepercayaan tinggi bagi daerah untuk secara mandiri menjalankan

kewenangan yang dilimpahkan disemua bidang. Namun melihat persentase

ketergantungan terhadap transfer pemerintah pusat, diharapkan kedepannya pemerintah

daerah bisa lebih mandiri dalam pengelolaan fiskalnya dan memaksimalkan pendapatan

daerahnya.

Analisis Perubahan

Berdasarkan pendapatan perpajakan konsolidasian, pemerintah pusat

memberikan kontribusi sebesar 70,49% terhadap penerimaan perpajakan konsolidasian,

sedangkan pendapatan perpajakan daerah memberikan kontribusi sebesar 29,51%.

Pendapatan perpajakan

pemerintah pusat mengalami

tren yang menurun pada tiga

tahun terakhir dengan besar

penurunan rata-rata Rp1,5 triliun

setiap tahunnya. Sedangkan

pendapatan perpajakan

pemerintah daerah mengalami

tren yang fluktuatif di tiga tahun

terakhir, dengan rata-rata

penurunan Rp331,3 miliar setiap tahunnya. Dibanding periode Triwulan IV Tahun 2020,

pendapatan negara konsolidasian mengalami penurunan 13%. Penurunan ini

merupakan akibat dari pelambatan aktivitas ekonomi akibat pandemi Covid-19 disegala

sektor ekonomi. Hal ini pun tidak terlepas dari peran perpajakan, dimana dalam rangka

y = -1503.6x + 22079R² = 0.8646

y = -331.39x + 8419.7R² = 0.4446

-

5,000.0 0

10,000 .00

15,000 .00

20,000 .00

25,000 .00

Tw IV 2018 Tw IV 2019 Tw IV 2020

Pusat Daerah

Sumber: LKPP Kanwil DJPb Prov.Sumut dan LKPD-K

Pemda Sumut 2020 (diolah)

Grafik V.3 Perbandingan Pendapatan Perpajakan Pempus

dan Pemda s.d Trw IV Tahun 2020

Page 104: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

82

pemulihan ekonomi nasional, pemerintah menganggarkan insentif pajak sebesar

Rp120,61 triliun.

Rasio Pajak (Tax Ratio)

Rasio pajak merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan pajak suatu

daerah terhadap pendapatan suatu output perekonomian atau Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB). Terkait dengan rasio pajak, PDRB menggambarkan jumlah

pendapatan potensial yang dapat dikenai pajak. PDRB juga menggambarkan kegiatan

ekonomi masyarakat yang jika berkembang dengan baik merupakan potensi yang baik

bagi pengenaan pajak di wilayah tersebut.

Perkembangan rasio pajak terhadap PDRB di wilayah Sumut pada Tahun 2020

mencapai 3,01% jauh lebih rendah dibanding rasio pajak nasional sebesar 10,58%. Tax

Ratio mengalami tren menurun dari tahun ke tahun karena kinerja penerimaan pajak

yang mencatat banyaknya shortfall. Selain itu, pencapaian pajak Tahun 2020 masih

dibayang-bayangi oleh tantangan global serta pandemic Covid-19 yang berdampak ke

setiap sektor ekonomi.

Tabel V.2

Rasio Pajak Terhadap PDRB Provinsi Sumut Tahun 2018 dan Tahun 2019

Uraian 2018 2019 2020

Penerimaan Perpajakan Konsolidasian

30,799.43 30,788.90 24,436.47

PDRB 741,192.69 801,733.34 811,282.84

Rasio Pajak 4.16% 3.84% 3.01%

Sumber: OMSPAN, LKPP Kanwil DJPb Prov. Sumut, dan LKPD-K Pemda Sumut Tahun 2020 (diolah)

Perbedaan ini karena rasio pajak nasional hanya memperhitungkan penerimaan

pajak yang diterima pemerintah pusat. Rasio pajak di wilayah Sumut sedikit turun apabila

dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 3,84%. Penurunan rasio ini

menunjukkan bahwa penerimaan pajak di wilayah Sumut lebih rendah dari potensi

perpajakan yang dapat diterima pemerintah. Dengan kondisi tersebut, Pemerintah

hendaknya dapat lebih mengoptimalkan usaha intensifikasi penerimaan perpajakan

sehingga dapat meningkatkan penerimaan perpajakan. Pertumbuhan ekonomi yang

terjadi di Sumut berpengaruh positif terhadap kenaikan pendapatan konsolidasian.

5. 3. BELANJA KONSOLIDASIAN

Analisis Proporsi dan Perbandingan

Berdasarkan klasifikasi ekonomi (jenis belanja), komposisi pengeluaran

pemerintah Triwulan IV tahun 2020 secara umum hampir sama, yaitu realisasi belanja

pegawai yang lebih besar jika dibandingkan dengan belanja yang lainnya. Secara

Page 105: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

83

proporsi, belanja pegawai pemerintah daerah lebih besar dibandingkan belanja pegawai

pemerintah pusat, masing-masing sebesar 89,88% dan 34,99% dari total konsolidasian

belanja pemerintah. Selain belanja pegawai, terdapat perbedaan yang mencolok antara

Pengeluaran pemerintah pusat dan pengeluaran pemerintah daerah yaitu pada belanja

barang. Hal ini menunjukkan bahwa untuk pengeluaran operasional kantor pemerintah

daerah yang merupakan belanja rutin, masih belum optimal. Maka, perlu adanya

pengendalian belanja pemerintah daerah baik itu belanja pegawai maupun barang.

Porsi terbesar masih didominasi belanja konsumtif yaitu belanja pegawai dan

barang. Yang cukup mendapat perhatian ialah porsi belanja modal berada di bawah

belanja barang melihat banyak pekerjaan fisik jalan yang diperbaiki di wilayah Sumut.

Dapat diasumsikan terdapat efisiensi penerapan anggaran belanja modal. Dengan pagu

yang tidak terlalu jauh dibandingkan belanja barang, realisasi telah dilakukan secara

maksimal.

Dari sisi capaian belanja pemerintah di tahun 2020, yang terendah adalah

belanja barang dengan capaian sebesar 89,79%. Sejak tahun 2017 akhir sampai saat

ini, pemerintah melalui Peraturan Presiden mengharuskan anggaran belanja barang

dilakukan dengan

efisiensi khususnya

belanja barang

operasional sehari-

hari dan perjalanan

dinas. Dapat

diasumsikan dengan

adanya efisiensi

mengakibatkan

maksimalnya

capaian realisasi.

Belanja dengan capaian tertinggi masih disumbang oleh Belanja Pegawai, ini masih

menjadi isu dalam APBN. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan jumlah ASN.

Belanja Pemerintah dan Indeks Williamson

Indeks Williamson digunakan untuk mengetahui ketimpangan pendapatan antar

wilayah di Provinsi Sumut. Dasar perhitungannya adalah menggunakan PDRB per

kapita dalam kaitannya dengan jumlah penduduk per daerah. Data yang digunakan

adalah data sekunder berupa data PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Tahun

9,061

7,486

4,761

30

39,644

19,330.96

9,842.23

5,983.80

207.72

4,662.18

0% 50% 100%

Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Modal

Bantuan Sosial

Transfer

dala

m m

iliar ru

pia

h

Grafik V.4Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan

Daerah terhadap Konsolidasian di Provinsi SumateraUtara s.d.triwulan IV Tahun 2020

Pusat Daerah

Sumber: LKPP Kanwil DJPb Prov. Sumut dan LKPD-K Pemda

Sumatera Utara 2020 (diolah)

Page 106: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

84

2015-2019. Hanya sampai tahun 2019 karena belum rilisnya data untuk PDRB per

Kabupaten/Kota pada Tahun 2020 oleh BPS Provinsi Sumut.

Suatu daerah dapat dikatakan memiliki ketimpangan yang rendah jika indeks

Williamson kurang dari

0,35. Ketimpangan

daerah dengan taraf

sedang ditunjukkan

dengan Indeks

Williamson antara 0,35

hingga 0,5. Sedangkan,

daerah dengan Indeks

Williamson lebih dari 0,5

menunjukkan adanya

ketimpangan

pendapatan yang tinggi.

BelanjaPegawai

BelanjaBarang

BelanjaModal

BelanjaBansos

Transfer

Pagu 9,279 8,337 5,210 30 10,473

Realisasi 9,061 7,486 4,761 30 39,644

% Realisasi 98% 89.79% 91.38% 100% 96%

98%

89.79% 91.38%

100%96%

84%

88%

92%

96%

100%

104%

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

dal

am p

erse

n

dal

am m

iliar

ru

pia

hGrafik V.5

Perbandingan Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Sumatera Utara

Sumber: LKPP Kanwil DJPb Prov. Sumut dan LKPD-K Pemda Sumatera Utara Tahun

2020 (diolah)

41.0 44.6 48.0 51.4 55.2

0.43

0.45 0.45

0.460.46

0.41

0.42

0.43

0.44

0.45

0.46

0.47

-

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

2015 2016 2017 2018 2019

Grafik V.6 Perkembangan PDRB per kapita Provinsi Sumatera

Utara dan Indeks Williamson Tahun 2015-2019

Sumber: LKPP Kanwil DJPb Prov. Sumut dan

LKPD-K Pemda Sumatera Utara Tahun 2020

(diolah)

Page 107: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

85

Perkembangan ketimpangan antar daerah di Sumut dapat dilihat pada Grafik

V.6. Pada lima tahun

terakhir, ketimpangan

antar daerah di Sumut

berada dalam kategori

sedang (0,3-0,5) dan

terlihat mengalami tren

kenaikan. Sedangkan

disisi lain PDRB per kapita

Sumut mengalami

kenaikan yang cukup

stabil. Hal ini menandakan bahwa pemerataan pembangunan di Provinsi Sumut belum

cukup baik sehingga diharapkan terjadi penurunan Indeks Williamson di tahun

berikutnya agar pembangunan di Provinsi Sumut tidak hanya terfokus pada daerah yang

menjadi pusat perekonomian saja, seperti Kota Medan, Kabupaten Batubara, atau

Kabupaten Labuhanbatu Selatan, namun juga daerah-daerah lainnya.

Scatter Plot pada Grafik V.7 menunjukkan bahwa setiap peningkatan belanja

konsolidasian cenderung diikuti dengan penurunan Indeks Ketimpangan di Sumut.

Besarnya pengaruh tingkat ketimpangan terhadap belanja konsolidasian cukup kuat

yaitu sebesar 78%. Hal ini mengindikasikan bahwa belanja pemerintah yang

dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah cenderung

berbanding lurus dengan penurunan ketimpangan antar daerah di Provinsi Sumut.

Pada akhirnya dapat diambil hipotesis bahwa pemerintah sudah cukup baik mampu

memanfaatkan belanja pemerintah yang mengalami kenaikan di empat tahun terakhir,

dengan pelaksanaan pembangunan daerah yang cukup merata di seluruh provinsi

Sumut. Namun, kenaikan tingkat ketimpangan harus menjadi perhatian pemerintah

dengan memanfaatkan belanja pemerintah dengan sangat baik.

5. 4. SURPLUS/DEFISIT

Keseimbangan umum atau surplus/defisit adalah selisih lebih/kurang antara

pendapatan daerah dan belanja daerah dalam tahun anggaran yang sama.

Surplus/defisit dalam LKPK-Tingkat Wilayah merupakan gabungan surplus/defisit APBD

ditambah dengan surplus/defisit LKPP Tingkat Wilayah.

y = 2E+06x - 771813R² = 0.7803

-

20,0 00

40,0 00

60,0 00

80,0 00

100 ,000

120 ,000

140 ,000

0.42 0.43 0.44 0.45 0.46 0.47

Grafik V.7 Scatter Plot Hubungan Belanja Konsolidasian dengan Indeks Williamson Tahun 2015-2018

BelanjaKonsolidasian

Linear (BelanjaKonsolidasian)

Sumber: OMSPAN, LKPP Kanwil DJPb Prov. Sumut dan LKPD-K Pemda Sumatera Utara Tahun 2020 (diolah)

Page 108: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

86

Komposisi Surplus/Defisit Konsolidasian dan Rasio

Pada tahun 2020, surplus/defisit Pemerintah Konsolidasian di Provinsi Sumut

mencapai minus Rp40,44 triliun. Sebagian besar defisit tersebut berasal dari Pemerintah

Pusat sebesar 103,65 persen dan sisanya minus 3,65 persen dari Pemerintah Daerah.

Pemerintah Pusat menyumbang defisit sebesar Rp41,9 triliun dan Pemerintah Daerah

menyumbang surplus sebesar Rp1,4 triliun. Sedangkan rasio surplus/defisit

konsolidasian Provinsi Sumut terhadap PDRB mencapai defisit 4,98% yang terdiri dari

pemerintah daerah sebesar 0,18% dan pemerintah pusat sebesar minus 5,17%.

Perbandingan Rasio Surplus/Defisit antar Kabupaten/Kota

Secara keseluruhan apabila dirinci pada masing-masing Kabupaten/Kota,

keseimbangan umum atau surplus/defisit berada pada posisi surplus.

Surplus tertinggi terjadi pada Pemerintah Provinsi Sumut sebesar Rp1,6 triliun dan defisit

terendah terjadi pada Kabupaten Tapanuli Utara sebesar minus Rp198,2 miliar. Secara

keseluruhan, pemerintah daerah provinsi Sumut mengalami surplus, hal ini dikarenakan

adanya kebijakan refocusing kegiatan serta realokasi anggaran sebagai langkah

penanganan dampak pandemi Covid-19, menyebabkan belanja pemerintah daerah

untuk beberapa kegiatan tidak optimal dan tidak terbelanjakan sebagaimana mestinya.

1.4%-1.3%

2.8%-3.5%

0.3%-21.1%

-0.1%-16.5%

-6.4%8.2%

-2.1%1.7%1.6%

12.3%-4.1%

0.4%4.8%

2.8%0.8%

21.6%-0.4%

-1.3%1.9%

-0.9%0.8%1.2%

-3.6%-8.0%

-4.2%-3.7%

-0.3%5.2%

4.0%14.5%

Grafik V.8 Perbandingan Surplus/defisit pada Kab/Kota

Pemprov.Sumut Medan

Langkat Nias Barat

Gunung Sitoli Nias

Nias Selatan Tapanuli Selatan

Binjai Tebing Tinggi

Serdang Bedagai Deli Serdang

Pakphak Barat Dairi

Karo P.Siantar

Simalungun Padang Lawas Utara

Padang Lawas Madina

P.Sidempuan Tanjung Balai

Asahan Batubara

Sibolga Tapanuli Tengah

Tapanuli Utara Humbang Hasundutan

Tobasa Samosir

Nias Utara Labusel

Labuhan Batu Labura

Sumber: LRA Kab/Kota Provinsi Sumut Tahun 2020 (diolah)

Page 109: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

87

Dibandingkan Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat memberikan kontribusi defisit

terbesar karena karena APBN berperan sebagai fungsi distribusi, selain itu karena

adanya tambahan anggaran dalam rangka pemulihan ekonomi nasional.

5. 5. ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT

Nilai output suatu daerah diwujudkan dalam bentuk PDRB. Kontribusi pemerintah

terhadap PDRB dilihat dari sisi belanja, dihitung dengan cara membandingkan nilai

pengeluaran pemerintah terhadap PDRB. Sedangkan jika dilihat dari sisi investasi,

kontribusi pemerintah terhadap PDRB dihitung dengan cara membandingkan nilai PMTB

terhadap PDRB. Analisis untuk melihat kontribusi pemerintah dari PDRB merupakan

salah satu analisis data GFS. Data yang digunakan adalah data pada Laporan

Operasional (Statement of Government Operations) Statistik Keuangan Pemerintah.

Berdasarkan Tabel V.3, pada Laporan Operasional Statistik Keuangan

Pemerintah Umum Tingkat Wilayah pada Tahun 2020, pendapatan mengalami

penurunan sebesar 12,49% atau sebesar Rp13,3 triliun dibanding Tahun 2019. Sama

Sumber: LO GFS Kanwil DJPb Provinsi Sumut, 2020 (diolah)

Tabel V.3 Laporan Operasional Statistik Keuangan Pemerintah (GFS) Tahun 2018, 2019, dan 2020

2018 (Audited) 2019 (Preliminary) 2020 (Preliminary)

TRANSACTIONS AFFECTING NET WORTH:

1 Revenue 98,939,587,300,135 106,321,203,140,240 93,031,809,897,514

11 Taxes 26,005,788,808,452 27,925,484,057,284 24,434,622,402,012

12 Social contributions ... ... ...

13 Grants 2,509,524,673,409 4,504,009,817,673 1,615,128,747,211

14 Other revenue 70,424,273,818,275 73,891,709,265,283 66,982,058,748,291

2 Expense 67,222,562,778,878 69,030,013,218,974 61,746,966,809,340

21 Compensation of employees 21,492,184,372,599 29,685,542,877,139 28,690,700,608,922

22 Use of goods and services 15,320,364,813,204 21,204,355,763,279 15,966,021,876,173

23 Consumption of fixed capital ... ...

24 Interest 5,423,053,628 11,335,902,458 7,809,667,392

25 Subsidies - 863,734,200 1,258,534,200

26 Grants 28,894,786,413,678 15,636,097,300,197 12,788,038,913,778

27 Social benefits 361,206,076,951 1,059,659,079,789 238,094,921,175

28 Other expense 1,148,598,048,818 1,432,158,561,912 4,055,042,287,700

GOB Gross operating balance (1-2+23+NOBz) 31,717,024,521,258 37,291,189,921,266 31,284,843,088,174

NOB Net operating balance (1-2+NOBz) c/ 31,717,024,521,258 37,291,189,921,266 31,284,843,088,174

TRANSACTIONS IN NONFINANCIAL ASSETS:

31 Net Acquisition of Nonfinancial Assets 11,029,058,227,744 14,986,359,934,281 10,745,013,182,280

311 Fixed assets 10,743,090,301,081 14,451,724,826,785 10,289,903,727,515

312 Change in inventories - - -

313 Valuables ... ... ...

314 Nonproduced assets 285,967,926,663 534,635,107,496 455,109,454,764

NLB Net lending / borrowing (1-2+NOBz-31) 20,687,966,293,514 22,304,829,986,985 20,539,829,905,895

TRANSACTIONS IN FINANCIAL ASSETS AND LIABILITIES (FINANCING):

32 Net acquisition of financial assets 20,651,627,796,872 22,285,160,854,849 20,804,551,085,123

321 Domestic 20,651,627,796,872 22,285,160,854,849 20,804,551,085,123

322 Foreign - - -

33 Net incurrence of liabilities (36,338,496,642) (19,669,132,136) 264,721,179,228

331 Domestic (36,338,496,642) (19,669,132,136) 264,721,179,228

332 Foreign - - -

STATEMENT OF GOVERNMENT OPERATIONSJumlah

Page 110: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

88

halnya dengan pendapatan, beban mengalami penurunan sebesar 10,55% atau sebesar

Rp7,3 triliun.

Kontribusi Pemerintah terhadap PDRB dari Belanja dan Investasi adalah Nilai

belanja Pemerintah dicerminkan/diproxi dari nilai Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

yang berasal dari kompensasi pegawai sebesar Rp28,7 triliun ditambah penggunaan

barang dan jasa sebesar Rp15,96 triliun, konsumsi aset tetap sebesar Rp0, dan

pembelian barang/jasa untuk transfer langsung ke rumah tangga (umumnya manfaat

sosial dalam bentuk barang/jasa) sebesar 238 miliar, dikurangi penjualan barang dan

jasa sebesar Rp9,07 miliar menghasilkan angka sebesar Rp44,9 triliun.

a. Nilai Investasi Pemerintah dicerminkan/ diproxi dari nilai Pembentukan Modal

tetap Bruto (PMTB) yang merupakan nilai akuisisi aset tetap dikurangi

penghentian aset tetap, dalam Laporan Operasional sama dengan nilai Aset

tetap pada Transaksi Aset Non Keuangan Neto sebesar Rp10,3 triliun.

b. Kontribusi Pemerintah terhadap PDRB dari Belanja Pemerintah adalah sebesar

5,64% dan Investasi sebesar 1,27%.

Untuk melihat dampak penambahan investasi terhadap penambahan PDRB

digunakan analisis ICOR (Incremental Capital Output Ratio). Sehingga besar ICOR yang

didapat dari nilai investasi Tahun 2020 sebesar Rp10,3 triliun dan PDRB Tahun 2020

sebesar Rp811,3 triliun yang meningkat dibanding PDRB Tahun 2019 sebesar

Rp801,733 triliun adalah sebesar 1,08 persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk

setiap peningkatan PDRB Sumut sebesar 1 Miliar Rupiah diperlukan penambahan

investasi sebesar Rp1,08 triliun. Sedangkan jika target Laju Pertumbuhan Ekonomi

Provinsi Sumut Tahun 2021 sebesar 5,2%, dengan nilai ICOR tetap, maka penambahan

investasi diperlukan adalah sebesar Rp45,5 triliun. Oleh karena itu, sebaiknya investasi

diprioritaskan untuk memantapkan sandi-sandi pembangunan ekonomi kerakyatan yang

bertumpu pada perekonomian, agriondustri, kepariwisataan,serta sektor unggulan

lainnya melalui pengembangan Kawasan agropolitan maupun agromarinpolitan untuk

merangsang investasi dalam dan luar negeri yang memanfaatkan sumberdaya alam

lokal secara berwawasan lingkungan, hal ini sesuai dengan misi pembangunan jangka

panjang pemerintah provinsi Sumut.

Page 111: 26 - Beranda - DJPb
Page 112: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

89

Tahun 2020 merupakan tahun yang berat untuk hampir seluruh negara di dunia

termasuk Indonesia. Pandemi Covid-19 menyebabkan pertumbuhan ekonomi negatif

terjadi hampir di seluruh provinsi. Ekonomi Provinsi Sumatera Utara (Sumut) terkontraksi

2,94 persen pada triwulan IV Tahun 2020 (y-to-y), dengan besaran Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku 2020 mencapai Rp811.282,84 miliar

dan PDRB per kapita mencapai Rp55,18 juta. Namun mengalami kenaikan sebesar 0,05

persen dibanding triwulan III tahun 2020. Meski demikian, Provinsi Sumut termasuk lebih

stabil dibanding provinsi lain di pulau sumatera. Pada tahun ini, sektor Pertanian,

Kehutanan, dan Perikanan memberikan kontribusi terbesar terhadap laju pertumbuhan

ekonomi sebesar 21,33 persen. Sektor Informasi dan Komunikasi mengalami

pertumbuhan tertinggi dibanding sektor lainnya.

Analisis Location Quotient (LQ), Shift-Share, dan Tipologi Klassen

Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB)

Atas Dasar Harga

Berlaku terjadi

peningkatan 6 periode

terakhir. Selain itu, data

dari tahun ke tahun

terhitung dari Tahun

2015 secara

berkelanjutan sampai Tahun 2020 terus mengalami peningkatan dilihat dari nilai

pertumbuhan PDRB Provinsi Sumut tanpa adanya penurunan nilai PDRB tersebut.

Hal ini mengindikasikan bahwa di Provinsi Sumut telah terjadi proses pembangunan

dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumut.

PDRB digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk suatu daerah,

dimana jika semakin besar PDRB Per kapita nya maka bisa diartikan semakin baik

tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Begitu juga sebaliknya apabila PDRB semakin

kecil maka bisa diartikan semakin buruk tingkat kesejahteraan masyarakatnya. PDRB

Per kapita di tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut dapat dilihat pada lampiran 6.1.

Dikarenakan data PDRB Perkapita Kabupaten/Kota tahun 2020 belum rilis oleh BPS,

571,722.01

628,394.16

684,069.49

741,192.69

801,733.34

811,282.84

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Grafik VI.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015-2020

Sumber: BPS, 2020 (Diolah)

BAB VI : KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL

Page 113: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

90

maka digunakan data tahun 2019. Data menunjukkan bahwa Kota Medan dan Kabupaten

Batubara masih menjadi primadona dalam hal tingkat kesejahteraan di Provinsi Sumut.

Kota medan sebagai pusat kota merupakan salah satu kota terbesar setelah Jakarta dan

Surabaya yang menjadi tempat untuk berkembangnya sektor perdagangan besar dan

eceran, transportasi dan pergudangan, real estat, serta sektor lainnya yang menjadi

penyumbang besar untuk perekonomian Sumut. Kondisi ini menjadikan Kota Medan

secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang

sejajar.

Jika dilihat dari letak geografisnya, daerah-daerah yang memiliki tingkat PDRB

Per Kapita yang tinggi dikelilingi oleh daerah-daerah yang memiliki PDRB Per Kapita

yang rendah walaupun sumber daya alam di daerah-daerah tersebut tidak banyak

berbeda. Seperti halnya Kota Medan yang secara geografis dikelilingi oleh Kabupaten

Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Langkat, serta Kota Tebing

Tinggi yang memiliki tingkat PDRB menengah. Secara tidak langsung, Kota Medan

memberikan efek menetes kebawah (trickle down effect) terhadap daerah sekitarnya.

PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut pada Lampiran 6.1

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup jauh antara PDRB Per Kapita

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut. Hal ini terlihat dari nilai PDRB Per Kapita Tahun 2019

tertinggi diduduki oleh Kota Medan sebesar Rp105,9 juta, sedangkan yang terendah oleh

Nias Barat sebesar Rp21,44 juta. Perbedaan akan sumber daya dan juga infrastruktur

memang sangat mempengaruhi daerah Provinsi Sumut tetapi dilihat dari ketimpangan

PDRB Per Kapita dari yang tertinggi hingga terendah, sangat jauh perbedaannya dan

jauh dari rata-rata Provinsi sebesar Rp55,05 juta. Hal ini menunjukkan masih belum

meratanya distribusi pendapatan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut.

Untuk melihat klasifikasi wilayah berdasarkan laju pertumbuhan ekonomi dan

PDRB Per kapita Provinsi Sumut, dilakukan analisis Tipologi Klassen dengan pendekatan

regional. Analisis tersebut nantinya dapat digunakan oleh Pemerintah Daerah untuk

melakukan pengembangan terhadap wilayahnya. Selain itu, untuk melihat ketimpangan

pendapatan di Provinsi Sumut menggunakan analisis Indeks Williamson dan Indeks

Entropi Theil.

Tipologi Klassen pendekatan regional dilakukan untuk menentukan kebijakan

yang akan diambil dalam pengembangan wilayah serta perekonomian suatu wilayah.

Metode ini digunakan juga untuk mengetahui pola dan struktur pertumbuhan sektoral

daerah dengan membandingkan laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB Per Kapita

Kabupaten/Kota terhadap laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB Per Kapita rata-rata

Page 114: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

91

Provinsi Sumut Tahun 2017-2019. Hasil analisis Tipologi Klassen dengan pendekatan

regional menghasilkan empat klasifikasi dengan karakteristik yang berbeda yaitu:

1. Daerah yang

maju dan tumbuh

dengan pesat

(Kuadran I). Daerah ini

memiliki laju

pertumbuhan ekonomi

dan pendapatan Per

Kapita yang lebih

tinggi dari rata-rata

Provinsi Sumut.

Daerah yang termasuk

dalam kuadran I

adalah Kabupaten

Labuhanbatu Selatan

dan Kota Medan.

2. Daerah maju tapi

tertekan (Kuadran II). Daerah yang berada pada kuadran ini memiliki daerah yang

memiliki pendapatan Per Kapita yang lebih tinggi dari Provinsi Sumut, tetapi tingkat

pertumbuhan ekonominya lebih rendah dari rata-rata. Daerah yang termasuk dalam

kuadran II adalah Kabupaten Labuhan batu, Batubara, Labuhanbatu Utara, dan

Sibolga.

3. Daerah potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III). Daerah

ini merupakan daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan cepat, tetapi tingkat

pendapatan Per Kapita lebih rendah dari rata-rata. Kabupaten Mandailing Natal,

Tapanuli Selatan, Asahan, Pakpak Bharat, Samosir, Serdang Bedagai, Padang

Lawas Utara, Padang Lawas, Tanjung Balai, Binjai, Kota Padang Sidimpuan, dan

Kota Gunung Sitoli termasuk kedalam daerah potensial atau masih dapat

berkembang dengan pesat dimasa yang akan datang namun sedang menurun.

4. Daerah relatif tertinggal (Kuadran IV). Kuadran ini ditempati oleh daerah yang

memiliki nilai pertumbuhan PDRB yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

PDRB Sumut dan sekaligus memiliki distribusi atau kontribusi tersebut terhadap

PDRB yang lebih kecil dibandingkan nilai distribusi atau kontribusi daerah tersebut

Grafik VI.2 Analisis Kuadran Kab/Kota di Provinsi

Sumatera Utara

Sumber: BPS, 2020 (Diolah)

Page 115: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

92

secara regional. Daerah ini memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan

Per Kapita yang rendah. Daerah yang termasuk dalam kuadran IV adalah Kabupaten

Nias, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba

Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Deli

Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Humbang

Hasundutan, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Pematang

Siantar, Kota Tebing Tinggi. Daerah pada kuadran IV ini perlu mendapat perhatian

khusus agar dimasa yang akan datang menjadi lebih berkembang. Terutama daerah

seperti Tapanuli Tengah, Simalungun, Karo, Pematang Siantar, dan Tebing Tinggi

yang tahun sebelumnya sudah menempati daerah potensial namun pada Tahun

2019 mundur menjadi daerah tertinggal.

Analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa 44% daerah di Provinsi Sumut

berada pada daerah relatif tertinggal, 35% Daerah potensial atau masih dapat

berkembang dengan pesat, 12% lainnya merupakan daerah maju tapi tertekan, dan

hanya 6% yang berada pada daerah maju dan berkembang pesat. Oleh karena itu, Sumut

memiliki isu ketimpangan pendapatan pada setiap daerah.

Untuk melihat seberapa besar ketimpangan atau tingkat disparitas pendapatan

antar daerah di Provinsi Sumut, dilakukan analisis Indeks Williamson dan Indeks Entropi

Theil.

Sumber: BPS Sumut, 2020 (diolah untuk analisa)

Tabel diatas menunjukkan angka ketimpangan PDRB Per Kapita antar

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut selama periode Tahun 2015-2019 yaitu Indeks

Williamson sebesar 0,46071 dan Indeks Entropi Theil sebesar 0,13118. Angka ini

menunjukkan bahwa distribusi pendapatan di Provinsi Sumut relatif kurang merata,

dengan kata lain mengalami ketimpangan/disparitas pendapatan yang sedang.

Ketimpangan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut dari Tahun 2015-2019 ada

2015 2016 2017 2018 2019

Indeks Entropi Theil 0.13105 0.13032 0.13039 0.13045 0.13118

Indeks Williamson 0.43032 0.44679 0.44934 0.45702 0.46071

0.4

0.45

0.5

0.55

0.6

Ind

eks

Grafik VI.3 Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015-2019

Page 116: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

93

kecenderungan naik, pada Tahun 2015 nilai Indeks Williamson sebesar 0,43032 naik

menjadi 0,46071 pada Tahun 2019.

Selain memakai Indeks Williamson juga dapat memakai Indeks Entropi Theil

untuk mengetahui besarnya ketimpangan, namun dari hasil analisis Indeks Entropi Theil

terjadi kecenderungan turun pada Tahun 2015, namun mengalami trend naik sampai

Tahun 2019. Indeks Entropi Theil menunjukkan bahwa besarnya ketimpangan wilayah

masih tergolong sedang, namun memiliki kecenderungan naik mendekati 1, hal ini

sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu

wilayah, maka tingkat ketimpangan akan semakin besar.

Tingginya ketimpangan wilayah dan pendapatannya menjadi salah satu masalah

pokok karena belum meratanya pembangunan ekonomi di kawasan perkotaan dan

pedesaan terutama pada wilayah pantai timur dan pantai barat. Ketidakmerataan yang

menyebabkan ketimpangan ini merupakan masalah yang harus dicarikan

penyelesaiannya. Masalah yang timbul apabila ketimpangan semakin besar yaitu

menimbulkan terjadinya konflik dan meningkatkan angka kriminalitas, sehingga apabila

hal tersebut dibiarkan terus menerus bisa menyebabkan ketidakstabilan didalam suatu

perekonomian. Oleh karena itu, dilakukan analisis yang mendalam tentang analisis

potensi sektor-sektor perekonomian di Provinsi Sumut yaitu menggunakan Analisis

Location Quotient (LQ) dan Analisis Shift Share untuk mengetahui sektor apa yang bisa

dikembangkan.

Tabel VI.1 Hasil Analisis Location Quotient dan Shift Share terhadap PDRB

Provinsi Sumut Tahun 2017-2020

Sektor Analisis LQ Analisis Shift Share

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Basis Tidak Bersaing

B Pertambangan dan Penggalian Non Berdaya saing

C Industri Pengolahan Basis Berdaya saing

D Pengadaan Listrik dan Gas Non Berdaya saing

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Basis Tidak Bersaing

F Konstruksi Basis Berdaya saing

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Basis Berdaya saing

H Transportasi dan Pergudangan Non Berdaya saing

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Non Berdaya saing

J Informasi dan Komunikasi Non Tidak Bersaing

K Jasa Keuangan dan Asuransi Non Tidak Bersaing

L Real Estat Basis Berdaya saing

M,N Jasa Perusahaan Non Tidak Bersaing

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Non Berdaya saing

Page 117: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

94

P Jasa Pendidikan Non Berdaya saing

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Non Tidak Bersaing

R,S,T,U Jasa lainnya Non Tidak Bersaing

Sumber: BPS Sumut, 2020 (diolah untuk dianalisa)

Analisis Location Quotient digunakan untuk mengukur kinerja basis ekonomi suatu

daerah, artinya bahwa analisis ini digunakan untuk melakukan pengujian sektor-sektor

ekonomi yang termasuk dalam kategori sektor unggulan. Analisis LQ dilakukan dengan

membandingkan PDRB suatu daerah dengan PDRB yang menjadi acuan yaitu nasional.

Dengan acuan nilai LQ sebagai berikut:

a. Jika LQ > 1 artinya sektor tersebut merupakan sektor basis atau unggulan, yang

artinya sektor tersebut dapat memenuhi pangsa pasar wilayah tersebut dan pasar

wilayah diluarnya.

b. Jika LQ < 1 artinya sektor tersebut merupakan sektor non basis atau non

unggulan, yang artinya sektor tersebut hanya mampu memenuhi pasar di

wilayahnya sendiri.

c. Jika LQ = 1 artinya sektor tersebut tidak memiliki keunggulan dibanding sektor

lainnya, sektor ini hanya mampu cukup memenuhi kebutuhan di wilayah sendiri

dan tidak mampu untuk memenuhi pasar diwilayah lain.

Berdasarkan hasil analisis Location Quotient pada PDRB Atas dasar Harga Berlaku

Provinsi Sumut Tahun 2017-2020, teridentifikasi bahwa sektor yang menjadi basis dalam

perekenomian Provinsi Sumut yaitu Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Pengadaan

Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Kontruksi; Perdagangan Besar dan

Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; dan Sektor Real Estat. Sedangkan sektor

lainnya merupakan sektor non basis.

Sedangkan Analisis Shift Share menggambarkan kinerja dan produktivitas sektor-

sektor dalam perekonomian suatu wilayah dengan membandingkan dengan kinerja

sektor-sektor secara Nasional. Analisis Shift Share digunakan untuk melihat sektor

potensial di suatu wilayah. Sama halnya dengan Analisis LQ, Analisis Shift Share

menggunakan data PDRB Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Sumut Tahun 2017-2020.

Analisis Shift Share dilihat dari Nilai Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPPW), jika nilai

KPPW > 0 maka sektor tersebut merupakan sektor yang mampu berdaya saing,

sebaliknya jika KPPW < 0 maka sektor tersebut tidak memiliki daya saing dan

pertumbuhan lamban.

Untuk memperkuat hasil analisis Location Quotient dan Shift Share, untuk melihat

klasifikasi sektor-sektor ekonomi Sumut digunakan analisis tipologi klassen sebagai

berikut.

Page 118: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

95

Output analisis tipologi klassen mengklasifikasikan sektor-sektor perekonomian ke

dalam 4 kuadran, yaitu:

a) Kuadran I, merupakan sektor maju dan tumbuh pesat atau (high growth and

high income). Sektor dalam kuadran I memberikan kontribusi yang besar

terhadap perekononian Sumut, yaitu (1) Industri pengolahan, (2) Konstruksi, (3)

Perdagangan besar dan eceran, dan (4) Real estat.

b) Kuadran II, merupakan sektor ekonomi yang berpotensial dan yang masih

dapat dikembangkan atau (high growth but low income). Sektor ini memiliki

kontribusi yang kecil terhadap perekonomian tetapi memiliki perkembangan

yang pesat dibandingkan sektor lainnya. Sektor yang termasuk dalam kuadran

ini yaitu (1) Pertambangan dan penggalian, (2) Pengadaan listrik dan gas, (3)

Transportasi dan pergudangan, (4) Penyediaan akomodasi dan makan minum,

(5) administrasi pemerintah, dan (6) Jasa Pendidikan.

c) Kuadran III, merupakan sektor maju tapi tertekan. Sektor ini memiliki laju

pertumbuhan yang lambat tapi memiliki kontribusi yang besar terhadap

perekonomian atau (low growth but high income). Sektor yang termasuk dalam

kategori ini adalah (1) Pertanian, kehutanan, dan perikanan, dan (2)

Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang.

d) Kuadran IV, merupakan sektor ekonomi tertinggal karya daya saing rendah dan

kontribusi terhadap perekonomian pun rendah atau disebut (low growth and low

income). Sektor dalam kategori ini antara lain (1) Informasi dan komunikasi, (2)

jasa keuangan, (3) Jasa Perusahaan, (4) Jasa Kesehatan, dan (5) Jasa lainnya.

Grafik VI.4 Tipologi Klassen Sektor Perekonomian Sumatera Utara

Sumber: BPS Sumut, 2020 (diolah)

Page 119: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

96

6.1. SEKTOR UNGGULAN DAERAH

Berdasarkan hasil Analisis Location Quotient pada tabel IV.3, diketahui bahwa di

Provinsi Sumut terdapat 6 sektor ekonomi yang mempunyai nilai LQ lebih dari 1

dan 11 sektor ekonomi yang mempunyai nilai LQ kurang dari 1. Hal ini juga

diperkuat berdasarkan diagram analisis kuadran pada Grafik VI.4.

Sektor yang dapat di kategorikan menjadi keunggulan atau sektor basis di

Provinsi Sumut yaitu (1) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (2) Industri

Pengolahan, (3) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, (4)

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, (5) Konstruksi,

dan (6) Sektor Real Estat sedangkan 12 sektor lainnya merupakan sektor non basis

yang merupakan sektor yang belum mampu menopang perekonomian di daerah.

Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan masih menjadi penopang PDRB

Provinsi Sumut di Tahun 2020. Namun berdasarkan hasil tipologi klassen pada

Grafik VI.4 diketahui bahwa sektor ini memiliki pertumbuhan yang lambat sehingga

dikategorikan sebagai sektor jenuh (slowing down). Sejalan dengan itu, peningkatan

daya saing melalui sektor agraris menjadi salah satu prioritas pembangunan provinsi

Sumut. Terdapat 24 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut yang menjadikan sektor

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebagai basis dalam menunjang pertumbuhan

ekonomi di daerahnya. Nilai LQ tertinggi disektor Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan adalah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Padang Lawas Utara. Secara

geografis kedua wilayah ini berdekatan, Padang Lawas Utara merupakan

perbatasan pada bagian timur dengan Tapanuli Selatan. Mata pencaharian

masyarakat di wilayah ini memang petani dan berkebun. Hasil pertanian yang

Tabel VI.2 Pengelompokan Basis Sektor Ekonomi

Sektor Basis Sektor Non Basis

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Industri Pengolahan

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Real Estat

Pertambangan dan Penggalian/Mining and Quarrying

Pengadaan Listrik dan Gas

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

Sumber: BPS Sumut, 2020 (diolah)

Page 120: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

97

terkenal adalah kopi, padi, salak, karet, kakao, kelapa, kayu manis, kemiri, cabe,

bawang merah, bawang daun, dan sayur-sayuran. Sehingga daerah ini telah mampu

memenuhi kebutuhan akan output dari sektor pertanian dan memiliki surplus

sehingga mampu melakukan ekspor ke daerah lain. Meski ditengah pandemi, pada

panen bulan April tahun 2020, petani di Tapanuli Selatan memanen varietas padi

Inpari 9 sekitar 6,5 ton per hektare atau total sebanyak 13 ton.

Untuk mengetahui besar sumbangan sektor pertanian terhadap tingkat

kesejahteraan pelaku usaha pada sektor ini digunakan pendekatan perbandingan

Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usahan Pertanian (NTUP). Menurut

perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS), petani suatu daerah dianggap sejahtera

jika nilai NTP diatas 100 (>100) yang artinya hasil panen lebih besar dari kebutuhan

konsumsi yng dibelinya. Sedangkan NTUP lebih mencerminkan kemampuan

produksi petani, karena membandingkan produksi dengan biaya produksinya.

Grafik VI.3 menunjukkan bahwa NTP dan NTUP Provinsi Sumut lebih tinggi

dibanding Nasional. Sepanjang Tahun 2020 terlihat bahwa rata-rata NTP Sumut

berada di kisaran 104,5 – 115,21, dengan titik tertinggi yaitu pada bulan Desember

yaitu sebesar 115,21 dan titik terendah yaitu bulan Mei yaitu sebesar 104,5. Hal ini

dikarenakan bulan Mei merupakan awal pandemic Covid-19 tersebar diseluruh

wilayah, kemudian mulai membaik sampai bulan Desember karena terjadi

peningkatkan pada subsektor Hortikultural, Perkebunan Rakyat, dan Peternakan.

Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan petani pada sektor pertanian

relative cukup baik. Hal ini menjelaskan bahwa Sektor Pertanian merupakan leading

sector dalam perekonomian Sumut, terlihat dari penyerapan tenaga kerja terbesar

70

90

110

130

150

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

Grafik VI. 5 Perbandingan NTP dan NTUP Sumut dan Nasional 2020

NTP Sumut NTP Nasional NTP Tanaman Pangan

NTP Hortikultura NTP Perkebunan Rakyat NTP Peternakan

NTP Perikanan NTUP Sumut NTUP Nasional

Sumber: BPS, diolah Februari 2020

Page 121: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

98

berasal dari dari sektor ini yaitu mencapai 35,43% dari total penduduk bekerja

sebesar 6842 ribu orang. Sektor ini masih menjadi sektor yang mendominasi pada

Agustus Tahun 2020, sehingga Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan masih

menjadi tumpuan ekonomi mayoritas masyarakat Provinsi Sumut.

Jika dilihat perkembangan NTP per sub sektor, secara rata-rata terlihat bahwa

subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perikanan memiliki NTP tertinggi

dibanding subsektor lainnya disepanjang Tahun 2020. Sedangkan Tanaman Pangan

merupakan subsektor dengan NTP terendah. Kondisi ini tidak terlepas dari fakta

bahwa Sumut tersohor karena luas perkebunannya, hingga kini perkebunan tetap

menjadi primadona perekonomian provinsi.

Berdasarkan data BPS per tanggal 10 Juni 2020, luas areal tanaman

perkebunan Provinsi Sumut seluas 1070,01 ribu hektar. Komoditi yang dihasilkan

melalui perkebunan di Sumut antara lain kelapa sawit, kelapa, karet, kopi, tebu, teh,

dan tembakau. Perkebunan ini dikelola oleh PTPN II, III, dan IV seluas 670.179,74

hektar pada tahun 2019 yang menghasilkan 6.965.184,48 ton.

Berdasarkan data BPS pada Grafik VI.5, jumlah produksi perkebunan yang

dikelola oleh PTPN II, III, dan IV mengalami peningkatan dari Tahun 2015 - 2019.

Jenis tanaman berupa

karet, kelapa sawit, coklat,

teh, tembakau, kopi, gula,

tebu, dan tetes. Jenis

tanaman dengan produksi

terbesar yaitu kelapa sawit

jenis sawit tandan,

sedangkan produksi

terendah adalah

tembakau.

5,949,435.02

6,117,182.14

6,408,483.52 6,555,253.60

5,600, 000

5,700, 000

5,800, 000

5,900, 000

6,000, 000

6,100, 000

6,200, 000

6,300, 000

6,400, 000

6,500, 000

6,600, 000

6,700, 000

0

50,000

100,00 0

150,00 0

200,00 0

250,00 0

300,00 0

350,00 0

2016 2017 2018 2019

Grafik VI.6 Produksi Tanaman Perkebunan PTPN II, III, dan IV menurut Jenis

Tanaman (ton) Tahun 2015 - 2019

Karet Kelapa Sawit Teh

Tembakau Kopi Tebu

Gula TetesSumber: BPS Sumut, 2020 (diolah)

Page 122: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

99

Pada tahun 2019, tanaman dengan produksi tanaman perkebunan

terbanyak adalah kelapa sawit yaitu sebanyak 48,48% dari total produksi atau

6.555.253,6 ton. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang diekspor

karena pangsa pasar yang tinggi. Komoditi ini dan turunannya yaitu minyak sayur

merupakan ekspor utama Indonesia ke Uni Eropa. Secara kumulatif, nilai ekspor

kelapa sawit dan turunannya (minyak kelapa sawit, sabun, margarin, dan minyak

biji kelapa sawit) di Sumut tumbuh meningkat 5,15 persen pada y-o-y yang juga

sejalan dengan kenaikan harga crude palm oil (CPO) sejak awal tahun 2020.

Berikut perkembangan harga CPO sepanjang tahun 2020.

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa terjadi tren naik dari harga CPO

sepanjang tahun 2020. Pada tanggal 29 Desember 2020 mencapai harga

Rp14.428,23 dari sebelumnya sebesar Rp13.570,26. Permintaan kepala sawit

terbanyak dari Tiongkok, India, Mesir, Banglades, dan Amerika Serikat.

Data menunjukkan bahwa pada periode Januari-Desember 2020 dibanding

Januari-Desember 2019, golongan barang yang diekspor yang mengalami

kenaikan terbesar adalah lemak dan minyak nabati sebesar 9,63% atau

US$273,82 juta.

Permintaan terhadap produk olahan kelapa sawit yang masih tinggi,

maupun kebutuhan produksi kelapa sawit dan turunannya selama pandemic

serta meningkatnya harga CPO, menyebabkan luas tanam areal perkebunan

kelapa sawit terus meningkat. Hal ini juga diikuti dengan upaya peningkatan

produksi per satuan lahan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Sumut melalui

program/kegiatan intensifikasi. Selain itu dukungan Program Peremajaan Sawit

Rakyat (PSR) di Sumut adalah upaya yang signifikan dalam rangka peningkatan

produksi melalui kegiatan replanting terhadap tanaman tua yang memerlukan

peremajaan. Oleh karena itu sektor perkebunan kelapa sawit masih menjadi

5,0006,0007,0008,0009,000

10,00011,00012,00013,00014,00015,000

Grafik VI.7 Perkembangan Harga CPO Tahun 2020 (Rupiah)

Sumber: Bank Indonesia, 2020 (diolah)

Page 123: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

100

sektor yang menjanjikan untuk kedepannya. Namun demikian, faktor iklim yang

mempengaruhi produktivitas kelapa sawit dan nilai jual Tandan Sawit (TBS) yang

masih fluktuatif menjadi tantangan tersendiri bagi para stakeholder yang bergerak

di sektor ini. Diharapkan peran pemerintah daerah maupun pelaku usaha di

bidang perkelapasawitan dapat lebih ditingkatkan lagi melalui koordinasi serta

kerjasama yang efektif agar kesejahteraan petani kelapa sawit dapat meningkat.

6.2. SEKTOR POTENSIAL DAERAH

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Berdasarkan hasil pengujian Shift Share pada Tabel IV.3, terdapat beberapa

sektor yang mempunyai daya saing secara nasional (berpotensi) diantaranya (1)

pertambangan dan penggalian, (2) Industri pengolahan, (3) pengadaan listrik, (4)

konstruksi, (5) perdagangan besar dan eceran, (6) transaportasi dan pergudangan,

(7) penyediaan akomodasi dan makan minum, (8) real estat, (9) administrasi

pemerintah, dan (10) jasa pendidikan.

Era pandemic Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi seluruh sektor

ekonomi di Provinsi Sumut. Namun berbeda dengan sektor Perdagangan besar

dan Industri retail atau perdagangan eceran. Berdasarkan data BPS, pada Agustus

2020, jika dibandingkan dengan Agustus 2019, sektor ini mengalami kenaikan

jumlah penduduk bekerja sebanyak 0,86% atau penambahan 29 ribu orang. Pada

triwulan IV tahun 2020, sektor ini memberi kontribusi sebesar 21,33% terhadap

perekonomian provinsi Sumut.

Meski mengalami kontraksi sebesar 0,18% dibanding triwulan IV 2019 karena

pandemi Covid-19, namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya di tahun

2020, sektor ini mengalami kenaikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi

Sumut saat ini, yang menandakan sektor ini semakin membaik dan menjadi

penopang perekonomian Sumut pada tahun 2020.

Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) tentunya berperan besar

terhadap keberlangsungan sektor perdagangan besar dan eceran yang terdampak

Covid-19 di Sumut. Subsidi bunga, penempatan dana pada BPD untuk

restrukturisasi, belanja IJP, penjaminan modal kerja, PPh Final UMKM DTP,

pembiayaan investasi kepada koperasi melalui LPDB KUMKM, dan bantuan bagi

pelaku usaha mikro merupakan program-program yang diberikan pemerintah untuk

membantu UMKM terdampak Covid-19.

Tentunya sektor perdagangan besar dan eceran di Provinsi Sumut bisa

bertahan harus mampu memanfaatkan dua hal yaitu pertama digitalisasi, dan

Page 124: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

101

kedua yang berhubungan dengan kesehatan sesuai dengan kondisi dunia yang

tengah dilanda pandemi. Sektor yang memanfaatkan digitalisasi adalah sektor

yang bertahan dan berpeluang cerah kedepannya. Digitalisasi menjadi penting

lantaran telah terjadi perubahan pada pola konsumsi layanan digital masyarakat.

Perubahan ini terjadi tentunya karena adanya kebijakan social distancing serta

kebijakan PSBB oleh pemerintah setempat.

Berdasarkan data Google, Temasek, Bain & Company per 10 November

2020, semakin banyak pengguna baru yang mencoba layanan digital untuk

pertama kalinya karena pandemi Covid-19. Para pengguna layanan tentunya

menggunakan layanan internet untuk memesan berbagai kebutuhan primer,

sekunder, maupun tersier sehari-hari. Secara rinci, peningkatan terbesar terjadi

pada pemesanan makanan secara online sebesar 35%, bahan makanan sebesar

33%, serta pendidikan 22%. Adanya Work From Home (WFH) membuat

masyarakat lebih banyak menggunakan internet begitupun dengan adaya belajar

online yang diberlakukan untuk seluruh sekolah di Indonesia. Seperti diketahui

bahwa pemerintah memberikan bantuan berupa paket internet untuk siswa maupun

mahasiswa untuk digunakan dalam belajar secara online melalui platform edukasi

seperti Skill Academy by Ruangguru, Zenius, Quipper School, Sekolahmu, serta

Kelas Pintar.

Oleh karena itu, pemerintah daerah dapat melakukan sosialisasi maupun

pembinaan kepada pelaku sektor perdagangan dan eceran untuk dapat

-13

-13

-1

5

5

12

15

12

22

33

34

-20 -10 0 10 20 30 40

Pariwisata

Transportasi

Elektronik

Pinjaman Pribadi

Pakaian

Kecantikan

Mendengarkan Musik

Menonton Video

Edukasi

Bahan Makanan

Pengiriman Makanan

Grafik VI.8 Perubahan Perilaku Pembelian Daring Selama Pandemi Covid-19 (persen)

persen

Sumber: Google, Temasek, Bain & Company per 10 November 2020

Page 125: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

102

memanfaatkan layanan digital agar tetap bisa bertahan pada masa krisis

sekarang, dengan pemanfaatan e-commerce (shopee, tokopedia, bukalapak,

lazada, dll), maupun layanan online seperti Grab-mart, dan Go-Shop. Selain itu,

juga turut serta dalam menyebarluaskan informasi terkait program PEN agar para

pelaku usaha terbantu dalam melewati masa krisis. Sehingga dengan bangkitnya

sektor ini, maka daya beli masyarakat pun bisa membaik dan pertumbuhan

ekonomi di Provinsi Sumut dapat stabil kembali.

6.3 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI

DAERAH

Sektor pertanian merupakan sektor yang masih dominan pada porsi PDRB di

Sumut. Rata-rata porsi sektor pertanian dalam PDRB dalam tujuh tahun terakhir

adalah sebesar 21,56 persen. Porsi terbesar pada tahun 2014 sebesar 23,26

persen dan terkecil pada tahun 2019 sebesar 20,53 persen. Namun porsi dominan

tersebut mulai didekati oleh Lapangan Usaha (LU) Industri pengolahan dan

Perdagangan, dengan porsi berturut-turut sebesar 19,29 persen dan 18,88 persen

pada tahu 2020.

Potensi pertanian di Sumut bukan merupakan hal yang dapat dianggap kecil.

Dengan luasan wilayah sebesar 72.981 Km2 ditunjang dengan 40,45 persen

penduduk yang berusia diatas 15 tahun keatas yang bekerja di LU pertanian,

kehutanan dan perikanan, sangat prospektif untuk komoditas pertanian.

Grafik VI.9 Kontribusi LU Pertanian, Kehutanan dan Perikanan terhadap PDRB

Sumut ADHB 2014-2020 (persen)

Sumber: BPS Prov Sumut, 2020

Salah satu komoditas unggulan yaitu dari perkebunan. Sektor perkebunan di

Sumut telah dibuka semenjak zaman penjajahan Belanda. Komoditas perkebunan

yang paling penting antara lain karet, kelapa sawit, kelapa, kopi dan coklat.

23.26

21.9521.55 21.38

20.9120.53

21.33

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Page 126: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

103

Grafik VI.10 Luas Areal Perkebunan Di Sumut Tahun 2018-2019 (Hektar)

Sumber: BPS Prov Sumut, 2020

Berdasarkan luas areal, sawit merupakan komoditas perkebunan yang paling

luas di Sumut, diikuti oleh karet, kopi dan kakao. Areal penanaman sawit pada 2019

mengalami peningkatan sebesar 6,8 persen dan kopi juga mengalami peningkatan

luas areal sebesar 4,1 persen. Namun pada komoditas karet dan kakao malah

mengalami penurunan luas areal sebesar 1,5 persen dan 4,6 persen.

Sebagai konsekuensi dari mempunyai areal yang paling luas, komoditas

sawit adalah yang dominan. Perkebunan sawit merupakan penyumbang ekspor

yang signifikan, berupa hasil Crude Palm Oil (CPO) dan turunannya. Terkait

dengan CPO, menjaga stabilitas harga merupakan isu yang utama. Harga CPO

berfluktuasi dengan lebar, pada 2020, rentang harga CPO mulai dari 6.421 USD/ton

hingga 14.428 USD/ton. Produktivitas tanaman sawit merupakan isu yang

mengemuka. Dengan makin tuanya umur tanaman sawit, maka produktivitasnya

makin menurun.

Sumut juga dikenal sebagai penghasil karet nomor dua setelah Sumatera

Selatan. Produksi karet di Sumut sebesar 461 ribu ton atau sekitar 12,7 persen dari

total produksi karet nasional. Kendala yang dihadapi oleh komoditas karet Sumut

hampir sama dengan kendala di komoditas sawit yaitu rendahnya produktivitas

karet dan keterbatasan bibit unggul. Kendala lain adalah ketersediaan sarana

produksi pertanian yang masih terbatas.

Hasil komoditas kakao di Sumut merupakan peringkat ke-empat di Indonesia.

Dengan produksi sebesar 51 ribu ton, menjadi porsi sebesar 7,85 persen dari total

produksi kakao di Indonesia. Komoditas kakao di Sumut masih berupa perkebunan

rakyat sehingga kendala yang dihadapi adalah akses permodalan, teknik

pengolahan yang masih sederhana dan kurangnya industri hilir di lingkungan

Sumut yang menampung hasil kakao dari petani.

Kopi merupakan salah satu identitas khas dari Sumut. Beberapa lokasi telah

menjadi telah diakui sebagai single origin dari produk kopi, seperti kopi Sidikalang,

Kelapa Sawit Karet Kakao Kopi

2018 1,551,603 408,257 57,193 93,695

2019 1,657,757 402,077 54,546 97,546

Page 127: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

104

kopi Sipirok dan kopi Mandailing. Walaupun telah dikenal luas, terdapat tantangan

yang perlu dihadapi oleh perkebunan kopi di Sumut. Sebagaimana pada

komoditas-komoditas diatas, persoalan klasik adalah tanaman yang sudah tua dan

perlu diremajakan, hal ini terkait dengan produktivitas tanaman. Selain itu adalah

kemampuan SDM yang terkait dengan perkebunan kopi, mulai dari petani hingga

pengolah kopi. Sering ditemui kopi yang diolah dari biji kopi yang dibawah standar

mutu. Hal tersebut dikarenakan rendahnya pengetahuan petani kopi dalam hal

proses pemeliharaan, panen dan pasca panen. Hal lain adalah akses pembiayaan

yang kurang dan kurangnya akses pemasaran kopi yang baik oleh petani.

6.3.1. Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat

Sektor pertanian merupakan sektor yang masih banyak diandalkan oleh

banyak provinsi di Indonesia. Karakteristik dari sektor pertanian di Indoensia masih

diusahakan oleh pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Pemerintah pusat

melakukan berbagai upaya untuk membina UKM agar menjadi pondasi yang kuat

dalam mendukung ekonomi Indonesia. Dukungan yang diberikan antara lain dalam

akses permodalan, akses infrastruktur dan transformasi manajemen pertanian.

Keberpihakan pemerintah dalam mendukung pelaku UKM mengakses

pembiayaan dinyatakan dalam program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dengan

program KUR, UKM pertanian mempunyai akses pembiayaan yang lebih murah

dibandingkan dengan kredit komersil. Dalam penyusunan target penyaluran KUR,

sektor pertanian umumnya dan perkebunan khususnya, merupakan sektor prioritas

dalam penyaluran KUR. Kemudahan terbaru dalam penyaluran KUR di sektor

pertanian adalah penggunaan sistem klaster. Pembiayaan KUR lebih diarahkan ke

kelompok-kelompok tani daripada ke masing-masing individu. Dengan sistem

klaster, penyalur KUR tidak perlu berhadapan dengan masing-masing nasabah,

tapi dengan kelompok. Proses penilaian dan administrasi diselesaikan dalam

kelompok. Demikian juga pengawsan usaha dan ketertiban pembayaran cicilan

dilserahkan kepada kelompok. Tantangan yang dihadapi oleh penyaluran KUR

pada sektor pertanian adalah besarnya faktor eksternal yang mempengaruhi

seperti cuaca dan dinamika permintaan pasar. Tantangan tersebut yang dapat

mengakibatkan kesulitan pembayaran cicilan KUR. Tantangan lain adalah

kompetisi dengan para rentenir yang mempunyai jangkauan yang lebih dalam ke

pedesaan dibandingkan dengan penyalur KUR.

Page 128: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

105

Dalam memasarkan hasil perkebunan dan memperoleh alat-alat pertanian,

dibutuhkan infrastruktur perhubungan dan logistik yang menghubungkan daerah

pemasaran atau penghasil alat pertanian dengan areal perkebunan. Pemerintah

pusat telah meningkatkan infrastruktur strategis berupa sistem jaringan jalan. Yaitu

pada jalan Tol Binjai-Langsa untuk menghubungkan Binjai dengan Langsa, Jalan

Tol Kisaran - Tebing Tinggi menghubungkan Asahan dan Tebing Tinggi, dan Jalan

Tol Dumai-Simpang Sigambal Rantau Prapat menghubungkan Tebing Tinggi-

Serdang Bedagai-Simalungun - Pematang Siantar - Toba Samosir - Tapanuli Utara

- Tapanuli Tengah - Sibolga. Infrastruktur jaringan jalan ini mendukung

pengembangan kawasan perkebunan dalam memasarkan hasilnya. Tantangan

dari pembangunan infrastruktur jalan dalah pelaksanaanya yang tidak dapat serta

merta, harus dalam multi years menyesuaikan kondisi fiskal pemerintah.

Pengolahan perkebunan tidak lagi memgandalkan pola pengelolaan

konvensional. Cara-cara baru harus digunakan untuk menyiasati tantangan berupa

kepemilikan tanah per petani yuang makin mengecil, efisiensi sumber daya

pertanian dan keuangan. Pada kalangan petani sudah dikenalkan konsep

mengenai korporasi petani, yang merupakan kelembagaan

ekonomi petani berbadan hukum berbentuk koperasi, maupun Badan Usaha

Milik Petani (BUMP) berupa PT atau Usaha Dagang (UD) dengan sebagian besar

kepemilikan modal dimiliki oleh petani sehingga mereka mempunyai posisi tawar

atas produk yang dihasilkan. Korporasi petani merupakan upaya untuk menyelesaikan

permasalahan pertanian di Indonesia terutama untuk usaha tani padi dimana petani

rata-rata hanya memiliki lahan yang sempit sekitar 0,25 hektar. Dari segi ekonomi, hal

tersebut tentunya tidak visible untuk diusahakan secara individual. Lahan-lahan sempit

yang dimiliki petani disatukan menjadi satu hamparan lahan pertanian yang lebih luas

didukung dengan penggunaan mesin-mesin pertanian modern: mulai dari pengolahan

tanah, tanam, panen, pengolahan hasil dan pemasaran

6.3.2. Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah sangat berperan dalam pembentukan iklim berusaha

yang kondusif. Berdasarkan data dari doingbusiness.org , kota Medan sebagai

barometer berusaha di Sumut, masih harus berusaha keras bersaing dengan kota-

kota lain di Indonesia. Parameter berusaha di kota Medan, diwakili dengan

parameter starting a business pada peringkat 19, parameter dealing with

construction permits pada peringkat 6 dan parameter registering property pada

peringkat 7. Kendala yang sering terjadi pada iklim investasi di daerah adalah

Page 129: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

106

bikrokrasi perijinan yang panjang, ketiadaan standar waktu baku dalam

pengurusan perijinan dan banyaknya instansi yang terlibat dalam perijinan.

Kendala tersebut sudah mulai ditangani dengan adanya satuan kerja daerah yang

menangani pelayanan perizinan terpadu pintu. Dengan adanya satuan kerja

tersebut, proses perijinan tidak harus ke berbagai instansi, namun cukup di satu

tempat. Bahkan di beberapa daerah telah diadakan mal pelayanan publik, yang

menampung berbagai instansi baik pusat maupun daerah, terkait dengan perijinan,

dalam satu tempat.

6.3.3. Sinkronisasi Kebijakan Fiskal Pusat-Daerah

Dalam rangka mendukung pembangunan dan pengembangan Sektor

Perkebunan Sumut, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus bekerjasama

dalam membangun infrastruktur yang mendukung. Terutama dalam rangka

pemasaran hasil perkebunan dan untuk layanan logistik perkebunan. Pemerintah

pusat bersama pemerintah daerah mengembangkan jaringan jalan strategis

provinsi dari Jalan Rawasaring (Tanjungmorawa – Saribu Dolok – Tongging),

Jalan Susur Pantai Timur, Jalan Akses Batu Bara – Serdang Bedagai, Jalan

Lingkar Luar Danau Toba, Jalan Bebas Hambatan Medan – Berastagi, Jalan

Lingkar Pada Wilayah Perkotaan, Jalan Alternatif Akses Medan – Kualanamu,

Jalan Panyabungan – Pagur – Sibuhuan, Salak – Hutatinggi – Batas Tapteng,

Sidikalang – Parongil (Batas Aceh) Dan Tanjung Beringin Kec. Sumbul –

Pangiringan Kec. Parbuluan. Pengembangan ini mendukung Kabupaten Asahan

sebagai sentra produksi kelapa sawit dan kelapa, Kabupaten Serdang Bedagai

sebagai sentra industri pengolahan perkebunan.

Sinergi lainnya adalah terkait penyediaan food estate di Sumut. Program

food estate adalah sebuah program jangka panjang pemerintahan , yang berguna

untuk menjaga ketahanan pangan dalam negeri. Program Food Estate ini memiliki

konsep pengembangan pangan yang dilakukan secara terintegrasi

mencakup pertanian, perkebunan, bahkan peternakan dalam suatu kawasan tertentu.

Kabupaten yang akan menjadi lokasi food estate adalah kabupaten Humbang

Hasudutan, kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Kabupaten

Pakpak Bharat, dengan total luas areal sebesar 30 ribu hektar. Pemerintah pusat akan

berfokus pada penyiapan lahan dan pembangunan infrastruktur, sementara pemda

akan berfokus pada penyiapan sumber daya manusia petani.

Page 130: 26 - Beranda - DJPb
Page 131: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

107

Kasus Covid-19 di Sumatera Utara (Sumut) terkonfirmasi pertama kali pada tanggal

21 Maret 2020, dari msyarakat yang baru berpergian dari luar negeri. Sampai dengan 31

Desember 2020, terdapat total korban jiwa sebanyak 679 orang, total yang sembuh sebanyak

15.402 orang dan total yang dirawat sebanyak 2.068 orang. Mayoritas kasus positif Covid-19

di Sumut bukan lagi kasus impor, melainkan telah menjadi local transmission antar

lingkungan, hubungan keluarga dan hubungan kerja. Banyak hal yang diduga menjadi

penyebab meningkatnya penularan virus. Terutama pada ketidakdisplinan masyarakat dalam

menerapkan tindakan pencegahan penularan. Seperti pemakaian masker, rutin mencuci

tangan dengan sabun, dan menjaga jarak. Dengan keadaan tersebut Covid-19 ditetapkan

sebagai pandemi dan memerlukan penanganan khusus. Tujuannya adalah agar penularan

yang terjadi tidak semakin meluas dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia.

Memperhatikan arahan dari pemerintah pusat dan mempedomani aturan perundang-

undangan yang berlaku, sejak Maret 2020 Pemerintah Provinsi Sumut telah menetapkan

berbagai rangkaian kebijakan penanganan. Arah kebijakan pembangunan daerah harus

dirubah melalui mekanisme refocusing program, untuk merealokasi anggaran dalam upaya

memenuhi kebutuhan yang ada. Dengan berbagai ketidakpastian yang terjadi, setiap

kebijakan harus diputuskan dan dilaksanakan. Sembari melakukan koreksi untuk perbaikan

di setiap tahapannya.

Sehubungan dengan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2020 dan menindaklanjuti

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2020 dan Keputusan Menteri Keuangan

Nomor 117/KMK.07/2020 tentang Percepatan Penyesuaian Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Tahun 2020 Dalam Rangka Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-

19), Serta Pengamanan Daya Beli Masyarakat dan Perekonomian Nasional, Pemerintah

Grafik VII.1 Tren Akumulasi Covid 19 di Sumut (21 Maret 2020-31 Desember 2020)

Sumber : covid19.go.id

BAB VII : ANALISIS TEMATIK PEMANFAATAN REFOCUSING APBD UNTUK PROGRAM PC-PEN DI DAERAH

Page 132: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

108

Sumut melakukan perubahan alokasia nggaran kegiatan tertentu (refocusing) APBD 2020

untuk percepatan penanganan Covid-19 dengan jumlah lebih kurang sebesar Rp1,5 triliun.

Pada tahap pertama melalui Pergub No. 7 tahun 2020 tentang Perubahan Pergub

47/2019 tentang penjabaran APBD Provinsi Sumut tahun 2020, yang ditetapkan Gububernur

Sumut pada tanggal 3 April 2020, realokasi anggaran dilakukan dengan efisiensi belanja yang

bersifat rutin, seperti kegiatan rapat, pertemuan-pertemuan, sosialisasi termasuk juga

kegiatan perjalanan dinas. Dalam hal ini terkumpul anggaran yang bisa diposisikan sebesar

Rp502,1 miliar.

Di tahap kedua melalui Pergub No. 16 tahun 2020 tentang perubahan kedua Pergub

47/2019 tentang penjabaran APBD Sumatera Utara tahun 2020, yang ditetapkan Gubernur

Sumut tanggal 14 Mei 2020, Sumut mengalokasikan anggaran percepatan penanganan

Covid-19 sebesar kurang lebih Rp500 miliar. Untuk tahap ketiga juga dialokasi anggaran

sebesar kurang lebih Rp500 miliar.

Pemerintah Sumut mendapat pendampingan hukum yang ditandai dengan Untuk

memastikan anggaran Covid-19 di APBD Sumut dikelola dengan benar, Penandatanganan

Nota Kesepahaman Pendampingan Hukum, Pengawalan dan Pengawasan Keuangan

Percepatan Penanganan Covid-19 Sumut. Nota kesepahaman ditandatangani oleh Gubernur

Sumatera Utara Edy Rahmayadi, Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Martuani Sormin, Kepala

Kejaksaan Tinggi Sumut Amir Yanto, dan Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sumut Yono Andi

Atmoko, pada tanggal 5 Juni 2020.

7.1. BIDANG KESEHATAN/MEDIS

Dalam rangka penanganan Covid-19, yang cepat, penambahan jumlah kasus

infeksi yang terjadi harus direspon dengan ketersediaan fasilitas kesehatan yang

memadai. Langkah yang diambil adalah dengan penyiapan dan penguatan kapasitas

sumber daya kesehatan baik di rumah sakit, laboratorium dan fasilitas kesehatan

Tabel VII.1 Alokasi Anggaran Untuk Pencegahan dan/atau Penanganan Covid-19 Per Tahap di Sumut

Bidang Tahap I Tahap II Tahap III Jumlah

Kesehatan/Medis 140.289.084.409 168.195.365.850 111.000.000.000 419.484.450.259

Pendukung Kesehatan/Non

Medis

51.508.715.591 112.180.307.800 66.490.700.000 230.179.723.391

Bantuan Ekonomi kepada

Masyarakat Terdampak

10.000.000.000 163.299.326.350 61.884.300.000 235.183.626.350

Bansos kepada Masyarakat

Terdampak

300.302.200.000 56.325.000.000 625.000.000 357.252.200.000

Total 502.100.000.000 502.000.000.000 240.000.000.000 1.244.100.000.000

Sumber : Pemprov Sumatera Utara

Page 133: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

109

lainnya. Juga disiapkan berbagai fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit Rujukan

Covid-19 yaitu :

a. RSUP H Adam Malik

b. RSUD Kabanjahe

c. RSUD Djasemen Saragih

d. RSUD Tarutung

e. RSUD Padangsidimpuan

f. RSUD Gunung Sitoli

g. RS Abdul Manan Simatupang

h. RS Perdagangan.

Disiapkan juga Rumah Sakit Cadangan untuk penanganan Covid-19 dengan jumlah

kamar rawat sebanyak 1.244 kamar.

Tabel VII.2 Alokasi Anggaran dan Realisasi Untuk Kegiatan Medis Pencegahan

dan/atau Penanganan Covid-19 di Sumut

Tahap Kegiatan Pagu Realisasi Persentase Penyerapan

I

Peningkatan Kapasitas SDM 124.440.000,00 124.440.000,00 100%

Penyediaan Bahan dan Peralatan Penanganan Pasien 123.058.261.913,00 123.058.261.913,00 100%

Penggalangan Kerja Sama 217.600.000,00 217.600.000,00 100%

Survailans, Pemeriksaan dan Rujukan Pasien 1.678.782.496,00 1.678.782.496,00 100%

Insentif dan Santunan Kematian Nakes 15.210.000.000,00 15.210.000.000,00 100%

Jumlahl tahap I 140.289.084.409 140.289.084.409 100%

II

Peningkatan Pemeriksaan Spesimen 86.179.033.992 86.179.033.992 100%

Peningkatan Penyelidikan Epidomologi 1.807.469.800 1.807.469.800 100%

Peningkatan Pelayanan Kesehatan Pasien/Suspek 78.566.280.658 78.566.280.658 100%

Dukungan Manajemen Adaptasi Kebiasaan Baru

1.642.581.400 1.642.581.400 100%

Jumlah tahap II 168.195.365.850 168.195.365.850 100%

III

Peningkatan Pemeriksaan Spesimen 37.436.389.866 35.936.389.866 96%

Peningkatan Penyelidikan Epidomologi

1.203.950.000 1.203.950.000 100%

Peningkatan Pelayanan Kesehatan Pasien/Suspek 70.543.568.734 63.884.436.181 91%

Cadangan Manajemen Adaptasi Kebiasaan Baru

1.816.091.400 1.816.091.400 100%

Jumlah tahap III 111.000.000.000 102.840.867.447 93%

Jumlah Tahap I,II dan III 419.484.450.259 411.325.317.706 98%

Sumber : Pemprov Sumatera Utara

7.2. BIDANG PENUNJANG KESEHATAN/NON MEDIS

Kegiatan bidang medis harus didukung dengan tata kelola yang memadai. Tata

kelola tersebut dalam bentuk gugus tugas Covid-19 yang menkoordinasikan tugas dan

kegiatan yang tersebar di berbagai pemangku kepentingan, penanganan logistik,

Page 134: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

110

kegiatan sosialisasi, edukasi dan mitigasi, keamanan, pendampingan hukum dan

transportasi.

Tabel VII.3 Alokasi Anggaran dan Realisasi Untuk Kegiatan Penunjang Kesehatan/Non

Medis Pencegahan dan/atau Penanganan Covid-19 di Sumut

Tahap Kegiatan Pagu Realisasi Persentase Penyerapan

I

Operasional Gugus Tugas 10.000.000.000 10.000.000.000 100%

Perlengkapan Pasca Wafat 160.450.000 160.450.000 100%

Distribusi Logistik 396.000.000 396.000.000 100%

Manajemen Logistik 13.835.965.000 13.835.965.000 100%

Operasional Gugus Tugas 28.042.670.591 28.042.670.591 100%

Sosialisasi, Edukasi dan Mitigasi 2.715.000.000 2.715.000.000 100%

Komunikasi dan Informasi 1.129.550.000 1.129.550.000 100%

Advokasi dan Pendampingan hukum 500.000.000 500.000.000 100%

Keamanan 2.555.390.000 2.555.390.000 100%

Transportasi 2.173.690.000 2.173.690.000 100%

Jumlah Tahap I 61.508.715.591 61.508.715.591 100%

II

Perlengkapan Pasca Wafat 1.047.829.000 1.047.829.000 100%

Manajemen Logistik 4.790.000.000 4.790.000.000 100%

Operasional Gugus Tugas 14.326.188.800 14.326.188.800 100%

Penanganan Kepulangan TKI 1.000.000.000 1.000.000.000 100%

Sosialisasi, similasi dan edukasi 28.253.000.000 28.253.000.000 100%

Implementasi Adaptasi Kebiasaan baru 11.980.000.000 11.980.000.000 100%

Komunikasi, media dan informasi 4.645.000.000 4.645.000.000 100%

Pembinaan dan Pengawasan 2.994.683.000 2.994.683.000 100%

Advokasi dan Pendampingan hukum 10.130.057.000 10.130.057.000 100%

Transportasi 2.538.550.000 2.538.550.000 100%

Display Data Informasi dan Komunikasi 4.800.000.000 4.800.000.000 100%

Karantina/Isolasi di Nias dan Madina 25.675.000.000 25.675.000.000 100%

Jumlah Tahap II 112.180.307.800 112.180.307.800 100%

III

Sekretariat Satker 3.344.700.000 3.343.553.300 100%

Data dan Informasi 835.000.000 831.159.304 100%

Komunikasi Publik 1.620.000.000 1.618.618.500 100%

Perubahan Perilaku 59.151.000.000 58.347.896.694 99%

Penegakan Hukum dan disiplin 300.000.000 400.000.000 133%

Pembinaan dan Pengawasan 1.240.000.000 1.234.019.000 100%

Jumlah Tahap III 66.490.700.000 65.775.246.798 99%

Jumlah Tahap I,II dan III 240.179.723.391 239.464.270.189 99,7%

Sumber : Pemprov Sumatera Utara

7.3. BANTUAN SOSIAL KEPADA MASYARAKAT TERDAMPAK

Masyarakat yang terdampak akan Covid-19 diberikan bantuan sosial untuk

mempertahankan taraf kehidupannya. Bentuk–bentuk bantuan sosial yang diberikan

oleh Pemerintah Sumut adalah :

a. Bantuan Langsung Tunai/Sembako

b. Pelayanan pendaftaran kartu Pra-kerja

Page 135: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

111

c. Biaya transportasi distribusi bantuan.

Tabel VII.4 Alokasi Anggaran dan Realiasasi

Untuk Kegiatan Bantuan Ekonomi di Sumut

Tahap Kegiatan Pagu Realisasi Persentase Penyerapan

I Jaring Pengaman Sosial 300.302.200.000 300.302.200.000 100%

II Jaring Pengaman Sosial 56.325.000.000 2.500.000.000 4%

III Jaring Pengaman Sosial 625.000.000 625.000.000 100%

Jumlah 357.252.200.000 303.427.200.000 85%

Sumber : Pemprov Sumatera Utara

7.4. BANTUAN EKONOMI KEPADA MASYARAKAT TERDAMPAK

Tidak hanya dalam bentuk bantuan secara langsung kepada masyarakat,

Pemprov Sumut juga mengadakan program pemberdayaan masyarakat. Program

pemberdayaan masyarakat ditujukan kepada sektor-sektor unggulan dan potensial

dalam menjaga keberlangsungan dunia usaha (supply side). Bantuan tersebut berupa :

a. Pengembangan tanaman hortikultura

b. Pengembangan tanaman pangan

c. Pengembangan tanaman hias

d. Bantuan alat pertanian dan pestisida

e. Bantuan bibit ternak

f. Bantuan bibit ikan

g. Pendataan dan bantuan kepada UMKM

h. Pembuatan aplikasi dan digitalisasi UMKM

i. Pelatihan wirausaha secara online

j. Pengadan sarana/prasarana protokol kesehatan di pasar tradisional

k. Sertifikasi pemandu wisata

l. Sertifikasi SDM perhotelan

m. Bantuan stimulus UMKM

n. Program padat karya

Tabel VII.5 Alokasi Anggaran dan Realisasi

Untuk Kegiatan Bantuan Sosial di Sumut

Tahap Kegiatan Pagu Realisasi Persentase Penyerapan

I Dampak Ekonomi 10.000.000.000 10.000.000.000 100%

Jumlah Tahap I 10.000.000.000 10.000.000.000 100%

II

Penguatan sektor Pertanian 91.040.880.000 63.061.245.850 69%

Penguatan Sektor UMKM 55.750.000.000 55.750.000.000 100%

Penguatan Padat Karya 16.508.446.350 16.508.446.350 100%

Pemberdayaan Pariwisata 661.500.000 661.500.000 100%

Jumlah Tahap II 163.960.826.350 135.981.192.200 83%

III Penguatan sektor Pertanian 24.134.300.000 24.058.246.635 100%

Page 136: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

112

Penguatan Sektor UMKM 25.400.000.000 25.169.750.750 99%

Penguatan Padat Karya 12.350.000.000 12.329.969.900 100%

Jumlah Tahap III 61.884.300.000 61.557.967.285 99%

Jumlah Tahap I,II dan III 235.845.126.350 207.539.159.485 88%

Sumber : Pemprov Sumatera Utara

Dari realokasi dan refocusing APBD Sumut, telah dapat dialokasikan dana

sebesar Rp1.244.100.000.000,- dan telah direalisasikan sebesar

Rp1.161.094.447.380,- atau telah direalisasikan sebesar 92,7 persen. Dengan detail

sebagai berikut :

Tabel VII.6 Alokasi dan Realisasi Anggaran Untuk Pencegahan dan/atau Penanganan Covid-19 di Sumut

Bidang Pagu Realisasi Persentase Penyerapan

Kesehatan/Medis 419.484.450.259 411.325.317.706 98%

Pendukung Kesehatan/Non Medis

240.179.723.391 239.464.270.189 99,7%

Bantuan Ekonomi kepada Masyarakat Terdampak

357.252.200.000 303.427.200.000 85%

Bansos kepada Masyarakat

Terdampak 235.183.626.350 206.877.659.485 88%

Jumlah 1.252.100.000.000 1.161.094.447.380 93%

Sumber : Pemprov Sumatera Utara

Output dari realokasi dan refocusing APBD Sumut bila dibaurkan dengan alokasi

PC-PEN dari APBN tercermin dari pencapaian indikator perekonomian dan indikator

kesejahteraan yang menunjukkan ke arah-arah perbaikan, walaupun belum maksimal.

Perekonomian Sumut walau sempat terkontraksi dalam di triwulan II, namun menuju

perbaikan di sisa tahun 2020. Demikian juga pada indikator kesejahteraan, walaupun

terdapat kenaikan yang pada jumlah penduduk miskin dan jumlah pengangguran,

namun indikator-indikator yang lain masih dalam posisi yang stabil. Seperti pada Indeks

Pembangunan Manusia dan Nilai Tukar Petani mengalami perbaikan menjadi 71,77 dan

109,83.

Menjadi tugas yang berat bagi Pemerintah Sumut kedepannya, dalam menjaga

tingkat pandemi Covid-19 untuk tidak menjadi guncangan (shocks) dalam

perekonomian Sumut. Guncangan tersebut dapat berupa tingkat penularan Covid-19

yang meningkat tajam sehingga diperlukan tindakan yang ekstrem berupa pembatasan

kegiatan sosial dan kegiatan masyarakat. Bila hal tersebut terjadi akan membawa

dampak yang tidak diinginkan dalam perekonomian Sumut dikarenakan akan terjadi

demand shocks dimana konsumen akan membatasi konsumsi. Dengan penurunan

tingkat konsumsi akan berakibat pada perekonomian Sumut, yang banyak ditopang dari

sisi pengeluaran konsumsi rumah tangga.

Page 137: 26 - Beranda - DJPb
Page 138: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

113

8.1. KESIMPULAN

Dari penjabaran dan pembahasan bab yang ada, dapat disimpulkan Kajian Fiskal

Regional Tahunan Provinsi Sumut Tahun 2020 sebagai berikut :

1. Visi pembangunan Provinsi Sumut adalah “Sumatera Utara yang Maju dan

Bermartabat” yang menjadi dasar tema RKPD Provinsi Sumut yaitu “Peningkatan

Produktivitas dan Daya Saing Pembangunan Sumatera Utara yang

Bermartabat”. Untuk mencapai visi tersebut, terdapat beberapa tantangan yang

dihadapi yaitu pengelolaan sumber daya alam, iklim dan potensi investasi yang

kondusif, birokrasi dan pelayanan perizinan, dukungan permodalan dan kondisi

ketenagakerjaan. Di sisi sosial kependudukan, tantangan yang ada adalah

pengelolaan bonus demografi. Pada sisi geografis, tantangan yang perlu dikelola

adalah pengelolaan sumber daya alam untuk meminimalisasi bencana alam.

Sebagai akibat dari pandemi Covid-19, mempengaruhi perekonomian Sumut

terutama pada sektor pariwisata,menurunkan kualitas tingkat pengangguran dan Gini

Ratio serta tingkat kemiskinan.

2. Perekonomian Sumut di 2020 terkontraksi 1,07 persen dibandingkan dari 2019.

Namun pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan

secara nasional yang juga terkontraksi sebesar 2,07 persen. Tingkat perekonomian

Sumut selalu berkorelasi dengan tingkat perekonomian nasional. Pada empat tahun

terakhir, selisih antara keduanya hanya terkait 0,01 persen hingga 1 persen,

menandakan bahwa terdapat korelasi yang erat. Begitu pula di pertumbuhan per

triwulan, juga terdapat korelasi yang erat pula. Tingkat inflasi Sumut adalah sebesar

1,96 persen lebih rendah dari tahun 2019 yang sebesar 2,33 persen dan lebih tinggi

dari tingkat inflasi nasional yang sebesar 1,68 persen. Tingkat Sumut pada tahun

2020 lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebagai akibat dari

supply shock dan demand shock.

3. Pada tahun 2020, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumut mengalami

pertumbuhan tidak sebesar tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan oleh dampak

dari pandemi Covid-19 yang mempengaruh kesejahteraan masyarakat. Secara

umum, indikator-indikator agregasi IPM mengalami peningkatan, kecuali pada

pengeluaran perkapita yang penurunan yang disebabkan oleh landainya tingkat

inflasi pada tahun 2020. Dari dimensi umur panjang dan hidup sehat, mengalami

BAB VIII : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Page 139: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

114

peningkatan yang konsisten dan signifikan, yaitu pada Umur Harapan Hidup (UHH),

yang rata-rata pertumbuhannya 0,35 persen. Pada dimensi pengetahuan, Harapan

Lama Sekolah (HLS) meningkat rata-rata 0,33 persen dan Rata-rata Lama Sekolah

(RLS) meningkat rata-rata 1,03 persen. Peningkatan pada RLS menunjukkan bahwa

di Sumut, tingkat pendidikan yang diselesaikan makin tinggi.

4. Tingkat kemiskinan di Provinsi Sumut berdasarkan hasil terakhir pada September

2020 adalah sebesar 10,19 persen. Tingkat tersebut meningkat dari September 2020

yaitu sebesar 9,22 persen. Garis kemiskinan pada September 2020 Sumut sebesar

Rp458.947 per kapita per bulan, naik dari September 2019 yaitu sebesar Rp440.538

per kapita per bulan. Faktor yang mempengaruhi kenaikan tingkat kemiskinan adalah

terganggunya aktivitas masyarakat dan perekonomian akibat dari pandemi Covid-19.

Tingkat ketimpangan di Provinsi Sumut sebagaimana pada September 2020

mengalami peningkatan menjadi 0,314, lebih baik dibandingkan pada September

2019 sebesar 0,315. Tingkat ketimpangan pada daerah perkotaan dan pedesaan

makin membaik. Bila dibandingkan secara nasional tingkat ketimpangan pada Sumut

lebih baik dibandingkan tingkat nasional yang sebesar 0,385

5. Dari enam indikator ekonomi fundamental dan indikator kesejahteraan, hanya dua

indikator yang melebihi target yaitu IPM dan Gini Ratio, sisanya tidak mencapai

target. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi perekonomian internasional dan nasional.

6. Hasil proyeksi inflasi di Sumut menunjukkan antara 3,3 persen hingga 3,6 persen.

Hal ini perlu dijaga dengan baik untuk menjadi insentif disisi supply dan sumber-

sumber volatile food perlu dijaga ketersediaannya untuk menjadi shock bagi inflasi.

7. Pendapatan APBN tercatat sebesar Rp19 triliun, turun 12,03 persen dari 2019 dan

belanja APBN terealisasi sebesar Rp60,9 triliun, turun 6,06 persen dari 2019.

Walaupun dalam keadaan yang diluar kenormalan, kinerja APBN di Provinsi Sumut

tetap terjaga. Persetase realisasi pendapatan dan belanja dibanding pagu adalah

sebesar 79,31 persen dan 93,35 persen. Capaian penerimaan pajak ini mengalami

pertumbuhan negatif sebesar 12,82 persen yang berarti mengalami penurunan jika

dibandingkan pada tahun 2019. Hal ini disebabkan dampak pandemi COVID-19 serta

pemberian insentif perpajakan memberikan tekanan yang cukup signifikan terhadap

penerimaan pajak tahun 2020.

8. Dalam 3 tahun terakhir alokasi belanja pemerintah pusat fluktuatif, meningkat pada

tahun 2019 tetapi turun di tahun 2020. Alokasi belanja pemerintah pusat tingkat

Sumut tahun 2020 sebesar Rp22,43 triliun dengan realisasi sebesar Rp21,33 triliun

atau 93,35 persen dari target yang ditetapkan.

Page 140: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

115

9. Belanja Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) mengalami penurunan sebesar

6,71 persen menjadi sebesar Rp62,9 triliun diakibatkan realokasi dan refocusing

APBN.

10. Salah satu indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi

disuatu wilayah adalah pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dan daerah akan meningkatkan penerimaan

pemerintah daerah dan keputusan pengeluaran yang benar akan mampu

meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. pemerintah perlu menjamin

kelangsungan transfer fiskal ke daerah yang terbukti telah mampu mendorong

pertumbuhan ekonomi daerah.

11. Arah kebijakan fiskal yang diterapkan di Sumut belum menuju kepada kemandirian

fiskal. Ditandai dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sempat sedikit naik

sebesar 4,74 persen di tahun 2019 namun kembali turun di tahun 2020 sebesar 14,43

persen. Hal ini menunjukkan ketergantungan Sumut terhadap pemerintah pusat

melalui Pendapatan Transfer masih sangat besar. Realisasi belanja APBD

mengalami penurunan pagu dan realisasi. Pagu belanja menurun sebesar Rp5,72

triliun.

12. Jumlah transfer ke daerah di Sumut meningkat signifikan. Namun Kenaikan DAU

diikuti oleh kenaikan belanja daerah serta peningkatan PAD yang tidak signifikan.

DAU dan PAD berpengaruh signifikan secara simultan terhadap belanja pemda. DAU

berpengaruh siginifikan terhadap belanja daerah, dengan arah hubungan yang positif

sehingga semakin meningkat DAU, maka akan meningkatkan belanja daerah.

13. Total pendapatan konsolidasian Provinsi Sumut tahun 2020 mencapai Rp66,5 triliun.

Sedangkan total belanja konsolidasian mencapai Rp107 triliun.

14. Berdasarkan analisis tipologi Klassen, 44 persen Kabupaten/Kota relatif tertinggal

dan hanya 6 persen Kabupaten/Kota yang maju dan berkembang pesat yaitu

Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kota Medan. Senada dengan Indeks

Williamson dan Indeks Entropi Theil, menegaskan terdapat kesenjangan antara

Kabupaten/Kota. Dengan analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share,

sektor basis adalah sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor real estat. Dan

sektor yang maju dan tumbuh pesat adalah industri pengolahan, konstruksi

perdagangan dan real estat. Tantangan fiskal pada 2020 adalah mengadakan suatu

kebijakan countercyclical untuk menahan efek pelemahan perekonomian yang

diakibatkan oleh pandemi Covid-19. Dengan adanya program PC-PEN akan

mengefektifkan upaya countercyclical tersebut.

15. Output dari realokasi dan refocusing APBD Pemprov Sumut bila dibaurkan dengan

alokasi PC-PEN dari APBN tercermin dari pencapaian indikator perekonomian dan

Page 141: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

116

indikator kesejahteraan yang menunjukkan ke arah-arah perbaikan, walaupun belum

maksimal. Perekonomian Sumut walau sempat terkontraksi dalam di triwulan II,

namun menuju perbaikan di sisa tahun 2020. Demikian juga pada indikator

kesejahteraan, walaupun terdapat kenaikan yang pada jumlah penduduk miskin dan

jumlah pengangguran, namun indikator-indikator yang lain masih dalam posisi yang

stabil.

8.2. REKOMENDASI

Berdasarkan analisis dan kesimpulan yang diambil, dapat diberikan beberapa

rekomendasi, yaitu :

1. Kebijakan Pemerintah Daerah

a. Volatile food merupakan sumber guncangan inflasi di Sumut. Dengan adanya

program food estate dari pemerintah pusat, hendaknya dapat dimanfaatkan

sebagai salah satu upaya dalam menjaga ketersediaan pasokan dari volatile

food. Peran yang dapat diambil oleh pemda adalah membangun kapasitas dan

kompetensi dari para petani setempat agar dapat mengoperasikan peralatan

pertanian modern dan mengapilikasikan manajamen lahan yang lebih maju.

Peran tersebut seyogyanya dapat dimulai lebih awal sehingga pada waktu food

estate mulai diimplementasikan secara penuh, para petani setempat sudah siap.

b. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu andalan dari sektor pertanian di

Sumut. Namun diperlukan peran dari pemerintah daerah untuk merevitalisasi

sub sektor tersebut, terutama pada perkebunan rakyat. Peran tersebut dalam

wujud pelatihan petani, bantuan pemasaran dan penyediaan bibit unggul.

c. Prioritasisasi belanja APBD perlu dipertajam. Belanja pegawai perlu dikurangi

dan dialoakasikan kepada belanja modal. Belanja pemerintah daerah perlu

dilaksanakan secara segera dan pruden. Hal ini diperlukan sebagai insentif

untuk mendorong perekonomian Sumut pulih dari pandemi Covid-19.

2. Kebijakan Pemerintah Pusat

a. Mendorong pembiayaan UMKM agar UMKM dapat bertahan di masa krisis.

Secara historis, UMKM merupakan penyelamat di masa krisis. Dukungan

tersebut dengan ekstensifikasi pembiayaan KUR dan UMi untuk menjangkau

area layanan yang lebih luas. Serta dengan menyiapkan insentif bagi debitur

KUR dan UMi.

b. Infrastruktur transportasi merupakan hal yang penting. Dengan program Tol

Sumatera dan penyiapan infrastruktur kereta api akan memudahkan arus logistik

Page 142: 26 - Beranda - DJPb

Kajian Fiskal Regional Tahun 2020

KANWIL DJPb PROV. SUMUT

117

antar kota dan antar provinsi di Sumatera. Dengan mudahnya arus logistik, akan

menyeimbangkan neraca penawaran dan permintaan di Sumatera.

c. Mendorong pencairan dana satker vertikal di Sumut secara segera dan pruden.

Perekonomian Sumut masih membutuhkan dorongan belanja pemerintah untuk

memulihkan perekonomian akibat pandemi Covid-19.

3. Kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

a. Mendorong para pemangku kepentingan pariwisata di Sumut, terutama di sekitar

Danau Toba sebagai kawasan pariwisata super prioritas. Momentun yang

mengarah pada penurunan tren pandemi Covid-19 harus dimanfaatkan sebaik-

baiknya dengan memperbaiki sarana infrastruktur dan penyiapan masyarakat

agar sadar pariwisata.

b. Penyiapan food estate agar dilaksanakan dengan matang, agar dapat

berkontribusi secara lokal dan nasional. Sumut membutuhkan food estate untuk

menjaga ketersediaan pasokan pertanian dan industri yang disokong oleh food

estate tersebut dapat menyumbang ekspor secara nasional. Sinergi yang

dibuthkan adalah penyiapan lahan, sarana pertanian, infrastruktur perhubungan

dan logistik yang bisa disiapkan bersama-sama antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah.

Page 143: 26 - Beranda - DJPb

LAMPIRAN

Page 144: 26 - Beranda - DJPb

LAMPIRAN 3.1

OUTPUT STRATEGIS BIDANG PENDIDIKAN TA. 2021

No. Nama Output Pagu Realisasi PPA

(%) Target

Output

Cap.

Output PCO (%)

1 KUA yang Memenuhi Standar Pelayanan Minimal

15,431,960,000 13,643,568,250 88.41% 293 267 88.14%

2 Keluarga Sakinah yang Terbina 373,618,000 343,886,307 92.04% 16 15 98.33%

3 Bimbingan Perkawinan Pra Nikah 1,215,814,000 1,180,734,000 97.11% 3.792 3.728 100.00%

4 Tunjangan Penyuluh Agama Islam Non-PNS

31,644,000,000 31,389,000,000 99.19% 2.637 2.606 98.82%

5 Guru PAI Non PNS penerima Tunjangan Profesi

22,249,217,000 20,948,070,104 94.15% 965 952 98.65%

6

Santri Pendidikan diniyah formal/ muadalah/PPS Tk. Ula penerima BOS

700,000,000

422,950,000

60.42%

875

717

99.42%

7

Santri Pendidikan diniyah formal/ muadalah/PPS Tk. Wustha penerima BOS

5,394,600,000

5,336,750,000

98.93%

5.185

5.182

99.94%

8

Santri Pendidikan diniyah formal/ muadalah/PPS Tk. Ulya penerima BOS

1,304,500,000

1,258,250,000

96.45%

1.081

1.081

99.76%

9

Madrasah Diniyah Takmiliyah, Pendidikan Al Quran, Pendidikan Pesantren Penerima (BOP)

800,000,000

800,000,000

100.00%

80

80

100.00%

10

Santri Pendidikan diniyah formal/ muadalah/PPS Tk. Ula Penerima bantuan PIP

157,500,000

144,900,000

92.00%

350

335

89.43%

11

Santri Pendidikan diniyah formal/ muadalah/PPS Tk. Wustha penerima bantuan PIP

2,385,000,000

2,337,750,000

98.02%

3.180

3.145

98.90%

12

Santri Pendidikan diniyah formal/ muadalah/PPS Tk. Ulya penerima bantuan PIP

110,000,000

106,000,000

96.36%

110

107

100%

13 Sarana dan Prasarana madrasah Madrasah yang Diadakan (SBSN)

25,207,188,000 25,063,930,097 99.43% 3 3 98.81

14 Siswa MI penerima BOS 142,833,600,000 142,507,768,135 99.77% 178.542 163.459 91.55%

15 Siswa MTs penerima BOS 217,293,000,000 216,423,132,398 99.60% 217.293 208.082 95.76%

16 Siswa MA penerima BOS 134,745,800,000 133,623,529,078 99.17% 96.247 90.282 93.80%

17 Dosen Non PNS Penerima Tunjangan Profesi

6,940,000,000 6,881,270,200 99.15% 248 248 59.68%

18 PIP Kuliah 4,818,000,000 4,818,000,000 100.00% 730 730 100.00%

19 Guru Non - PNS penerima Tunjangan Insentif

32,132,000,000 31,807,500,000 98.99% 10.959 10.363 100.00%

20 Guru Non-Pns penerima Tunjangan Profesi

272,575,369,000 264,961,747,433 97.21% 9.870 9.808 100.00%

21 Guru Non-PNS Penerima Tunjangan Khusus©

1,215,000,000 1,152,900,000 94.89% 80 80 100.00%

22 PIP SMTK/SMAK 736,000,000 706,500,000 95.99% 736 736 100.00%

23 PIP SMPTK 255,750,000 255,750,000 100.00% 341 341 100.00%

24 PIP SDTK 13,950,000 13,950,000 100.00% 31 31 100.00%

25 Siswa SMTK Penerima BOS 1,192,800,000 1,192,800,000 100.00% 852 852 100.00%

Page 145: 26 - Beranda - DJPb

26 Siswa SMPTK Penerima BOS 400,000,000 400,000,000 100.00% 400 411 100.00%

27 Siswa SDTK Penerima BOS 44,000,000 29,600,000 67.27% 55 55 100.00%

28 Guru Non PNS Penerima Tunjangan Profesi

5,701,400,000

5,569,639,000

97.69%

286

276

96.50%

29 Guru Non PNS Penerima Insentif 726,000,000 726,000,000 100.00% 242 242 100.00%

30 Penyuluh Agama Kristen Non PNS penerima Tunjangan

9,000,000,000 8,761,600,000 97.35% 1.503 1.503 65,53%

31 Siswa SMAK Penerima Bantuan PIP 15,000,000 15,000,000 100.00% 15 15 100.00%

32 Guru Non PNS Penerima Insentif 111,000,000 111,000,000 100.00% 37 37 100.00%

33 Guru Non PNS Penerima Tunjangan Profesi

1,082,514,000 1,046,510,400 96.67% 70 69 98.57%

34 Penyuluh Agama Katolik Non PNS Penerima Tunjangan

5,405,637,000 3,649,999,999 67.52% 508 451 88.78%

35 Guru Non PNS Penerima Insentif 30,000,000 30,000,000 100.00% 10 10 100.00%

36 Tunjangan Penyuluh/Tenaga Teknis Keagamaan Non PNS

180,000,000 180,000,000 100.00% 15 15 100.00%

37 Penyuluh Agama Buddha Non PNS yang mendapatkan tunjangan

648,000,000

648,000,000

100.00%

54

54

100.00%

38 Guru Agama Non PNS yang menerima Tunjangan Profesi

378,000,000 378,000,000 100.00% 21 21 100.00%

39 Lembaga Pendidikan Keagamaan Buddha yang memperoleh Bantuan Operasional

455,000,000

454,916,000

99.98%

32

32

100.00%

40 Dosen Non PNS yang menerima Tunjangan Profesi

120,000,000 110,575,000 92.15% 5 5 100.00%

41 PIP Kuliah 1,320,000,000 1,320,000,000 100.00% 200 200 100.00%

Page 146: 26 - Beranda - DJPb

LAMPIRAN 6.1

PDRB PER KAPITA (JUTA RUPIAH) KABUPATEN/KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA

TAHUN 2019

Kabupaten PDRB Perkapita

01 N i a s 26.68

02 Mandailing Natal 30.28

03 Tapanuli Selatan 49.41

04 Tapanuli Tengah 26.43

05 Tapanuli Utara 26.14

06 Toba Samosir 41.78

07 Labuhanbatu 68.02

08 A s a h a n 51.3

09 Simalungun 43.8

10 D a i r i 32.24

11 K a r o 49.49

12 Deli Serdang 49.79

13 L a n g k a t 40.81

14 Nias Selatan 21.44

15 Humbang Hasundutan 31.29

16 Pakpak Bharat 24.07

17 Samosir 35.14

18 Serdang Bedagai 45.39

19 Batu Bara 81.74

20 Padang Lawas Utara 42.607

21 Padang Lawas 40.43

22 Labuhanbatu Selatan 80.04

23 Labuhanbatu Utara 67

24 Nias Utara 25.48

25 Nias Barat 22.11

26 S i b o l g a 63.12

27 Tanjungbalai 51.08

28 Pematangsiantar 54.57

29 Tebing Tinggi 36.03

30 M e d a n 105.9

31 B i n j a i 42.3

32 Padangsidimpuan 28.73

33 Gunungsitoli 38.74

Sumatera Utara 55.05

Page 147: 26 - Beranda - DJPb

KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI SUMATERA UTARABIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II

GEDUNG KEUANGAN NEGARAJALAN DIPONEGORO NO.30 A MEDAN 20152

TELP.(061)4553253-4513044 FAX.(061)4538600-4148440

@kanwildjpbsumut @kanwildjpbsumut [email protected] djpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/sumut