259-466-1-SM.pdf

20
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESSIF UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN Dwi Heppy Rochmawati Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Departemen Keperawatan Jiwa Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang ABSTRAK Stres dan kecemasan seringkali terjadi pada kehidupan seseorang dan disebabkan oleh semua peristiwa yang dialami sehari-hari. Salah satu terapi spesialis keperawatan jiwa sebagai penatalaksanaan cemas adalah dengan progressive muscle relaxation (relaksasi otot progresif) yang merupakan bagian dari terapi relaksasi. Teknik relaksasi otot progresif yaitu teknik yang dilakukan dengan cara peregangan otot kemudian dilakukan relaksasi otot. Beberapa manfaat teknik ini di antaranya untuk menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, membangun emosi positif dari emosi negatif. Indikasi dilakukannya teknik relaksasi otot progresif adalah pada seseorang yang mengalami insomnia, sering stres, mengalami kecemasan dan mengalami depresi. Tujuan penyusunan makalah ini untuk memahami konsep yang mendasari pelaksanaan progressive muscle relaxation dan mengaplikasikan progressive muscle relaxation sebagai upaya menurunkan kecemasan pada berbagai keadaan. Pelaksanaan relaksasi otot progresif ini meliputi 15 gerakan pada seluruh tubuh, yaitu gerakan pada otot tangan, bahu, wajah, leher, punggung, dada, perut dan kaki. Kata kunci : Kecemasan, Relaksasi Otot Progresif. ABSTRACT Stress and anxiety often occur in one's life and all the events that are caused by everyday experience. One of the psychiatric nursing specialist therapy as a treatment of anxiety is the progressive muscle relaxation which is part of the relaxation therapy. Progressive muscle relaxation technique is a technique that is done by stretching the muscles and then do muscle relaxation. Some of the benefits of this technique among others to reduce muscle tension, anxiety, neck and back pain, build positive emotions than negative emotions. Indications doing progressive muscle relaxation technique is to someone who has insomnia, stress, anxiety and depression. The objective of this paper is to understand the concepts underlying the implementation of progressive muscle relaxation and applying progressive muscle relaxation as an effort to reduce anxiety in a variety of circumstances. Implementation of progressive muscle relaxation include 15 motion on the whole body, ie the movement of the hand muscles, shoulders, face, neck, back, chest, abdomen and legs. Keywords: Anxiety, Progressive Muscle Relaxation.

Transcript of 259-466-1-SM.pdf

  • TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESSIF

    UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN

    Dwi Heppy Rochmawati

    Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Departemen Keperawatan Jiwa

    Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan

    Universitas Islam Sultan Agung Semarang

    ABSTRAK

    Stres dan kecemasan seringkali terjadi pada kehidupan seseorang dan disebabkan

    oleh semua peristiwa yang dialami sehari-hari. Salah satu terapi spesialis

    keperawatan jiwa sebagai penatalaksanaan cemas adalah dengan progressive muscle

    relaxation (relaksasi otot progresif) yang merupakan bagian dari terapi relaksasi.

    Teknik relaksasi otot progresif yaitu teknik yang dilakukan dengan cara peregangan

    otot kemudian dilakukan relaksasi otot. Beberapa manfaat teknik ini di antaranya

    untuk menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung,

    membangun emosi positif dari emosi negatif. Indikasi dilakukannya teknik relaksasi

    otot progresif adalah pada seseorang yang mengalami insomnia, sering stres,

    mengalami kecemasan dan mengalami depresi. Tujuan penyusunan makalah ini

    untuk memahami konsep yang mendasari pelaksanaan progressive muscle relaxation

    dan mengaplikasikan progressive muscle relaxation sebagai upaya menurunkan

    kecemasan pada berbagai keadaan. Pelaksanaan relaksasi otot progresif ini meliputi

    15 gerakan pada seluruh tubuh, yaitu gerakan pada otot tangan, bahu, wajah, leher,

    punggung, dada, perut dan kaki.

    Kata kunci : Kecemasan, Relaksasi Otot Progresif.

    ABSTRACT

    Stress and anxiety often occur in one's life and all the events that are caused by

    everyday experience. One of the psychiatric nursing specialist therapy as a treatment

    of anxiety is the progressive muscle relaxation which is part of the relaxation

    therapy. Progressive muscle relaxation technique is a technique that is done by

    stretching the muscles and then do muscle relaxation. Some of the benefits of this

    technique among others to reduce muscle tension, anxiety, neck and back pain, build

    positive emotions than negative emotions. Indications doing progressive muscle

    relaxation technique is to someone who has insomnia, stress, anxiety and depression.

    The objective of this paper is to understand the concepts underlying the

    implementation of progressive muscle relaxation and applying progressive muscle

    relaxation as an effort to reduce anxiety in a variety of circumstances.

    Implementation of progressive muscle relaxation include 15 motion on the whole

    body, ie the movement of the hand muscles, shoulders, face, neck, back, chest,

    abdomen and legs.

    Keywords: Anxiety, Progressive Muscle Relaxation.

  • I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Menurut Stuart & Laraia (2005) Gangguan fisik dapat mengancam integritas

    diri seseorang, ancaman tersebut berupa ancaman eksternal dan internal.

    Sedangkan Taylor (2007) mengatakan bahwa ancaman gangguan fisik yang

    terjadi dalam kehidupan individu dapat menjadi stressor yang bisa

    menyebabkan terjadinya stress dan kecemasan. Stres dan kecemasan

    serinhkali terjadi pada kehidupan seseorang dan disebabkan oleh semua

    peristiwa yang dialami sehari-hari.

    Menurut Stuart dan Laraia (2005) ansietas adalah kekhawatiran yang tidak

    jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

    Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik, dialami secara

    subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Respon individu bersifat

    unik dan membutuhkan pendekatan yang unik pula. Salah satu terapi spesialis

    keperawatan jiwa sebagai manajemen ansietas adalah dengan progressive

    muscle relaxation yang merupakan bagian dari terapi relaksasi.

    Penggunaan relaksasi dalam bidang klinis telah dimulai semenjak awal abad

    20 ketika Edmund Jacobson melakukan penelitian dan dilaporkan dalam

    sebuah buku Progressive Relaxation yang diterbitkan oleh Chicago

    University Press pada tahun 1938. Jacobson menjelaskan mengenai hal-hal

    yang dilakukan seseorang pada saat tegang dan rileks. Pada saat tubuh dan

    pikiran rileks, secara otomatis ketegangan yang seringkali membuat otot-otot

    mengencang akan diabaikan (Zalaquet & mcCraw, 2000 dalam ramdhani &

    Putra, 2009).

    Progressive muscle relaxation adalah terapi relaksasi dengan gerakan

    mengencangkan dan melemaskan otototot pada satu bagian tubuh pada satu

    waktu untuk memberikan perasaan relaksasi secara fisik. Gerakan

    mengencangkan dan melemaskan secara progresif kelompok otot ini

    dilakukan secara berturut-turut (Synder & Lindquist, 2002). Pada latihan

    relaksasi ini perhatian individu diarahkan untuk membedakan perasaan yang

    dialami saat kelompok otot dilemaskan dan dibandingkan ketika otot-otot

  • dalam kondisi tegang. Dengan mengetahui lokasi dan merasakan otot yang

    tegang, maka kita dapat merasakan hilangnya ketegangan sebagai salah satu

    respon kecemasan dengan lebih jelas (Chalesworth & Nathan, 1996).

    B. Tujuan Penulisan

    1. Memahami konsep yang mendasari pelaksanaan progressive muscle

    relaxation untuk penatalaksanaan gangguan fisik dengan ansietas.

    2. Mengaplikasikan progressive muscle relaxation sebagai upaya

    menurunkan kecemasan pada gangguan fisik dengan ansietas.

    II. TINJAUAN TEORI

    A. KECEMASAN

    1. Pengertian Kecemasan

    Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek spesifik yang secara subjektif

    dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati, et al., 2005).

    Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan (affective)

    yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam

    dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas

    (Reality Testing Ability/RTA, masih baik), kepribadian masih tetap utuh

    (tidak mengalami keretakan kepribadian/splitting of personality), perilaku

    dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2008).

    Ansietas adalah suatu keadaan emosioanal yang tidak menyenangkan yang

    ditandai oleh rasa ketakutan serta gejala fisik yang menegangkan serta tidak

    diinginkan (Davies, 2009).

    2. Rentang Respon

    Respon adaptif Respon maladaptif

    Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

    Skema 2.1 Rentang Respon Cemas (Stuart, 2006)

  • Keterangan:

    Menurut Stuart dan Sunden (1995, dalam Novitasari, 2012) bahwa tingkat

    kecemasan dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu:

    a. Kecemasan Ringan

    Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa

    kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan

    individu akan berhati-hati dan waspada.

    1) Respon fisiologis

    Respon alamiah di dalam tubuh yang menandakan berjalannya

    fungsi anggota tubuh dengan baik, meliputi:

    a) Sesekali nafas pendek 27 kali/menit.

    b) Nadi melebihi 60-80 kali/menit dan tekanan darah naik melebihi

    80-120 mmHg.

    c) Gejala ringan pada lambung menyerupai gastritis.

    d) Muka berkerut dan bibir bergetar.

    2) Respon kognitif

    Respon yang meliputi cara manusia menerima, mempersepsi,

    mempelajari, menalar, mengingat dan berpikir tentang suatu

    informasi.

    a) Lapang persegi meluas.

    b) Mampu menerima rangsangan yang kompleks.

    c) Konsentrasi pada masalah.

    d) Menyelesaikan masalah secara efektif.

    3) Respon perilaku dan emosi

    a) Tidak dapat dudu tenang.

    b) Tremor halus pada tangan.

    c) Suara kadang-kadang meninggi.

    b. Kecemasan Sedang

    Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun atau

    individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan

    mengesampingkan hal lain.

    1) Respon fisiologis

    a) Sering nafas pendek.

    b) Nadi ekstra systole dan tekanan darah naik.

  • c) Mulut kering.

    d) Anorexia.

    e) Diare atau konstipasi.

    2) Respon kognitif

    a) Lapang persepsi menyempit.

    b) Rangsang luar tidak mampu diterima.

    c) Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.

    3) Respon prilaku dan emosi

    a) Gerakan tersentak-sentak.

    b) Bicara banyak dan cepat.

    c) Perasaan tidak nyaman.

    c. Kecemasan Berat

    Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit, individu cenderung

    memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain.

    Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak

    pengarahan atau tuntutan.

    1) Respon fisiologis.

    Respon alamiah di dalam tubuh yang menandakan berjalannya

    fungsi anggota tubuh dengan baik, meliputi:

    a) Sering nafas pendek.

    b) Nadi dan tekanan darah naik.

    c) Berkeringat dan sakit kepala.

    d) Penglihatan kabur.

    2) Respon kognitif.

    a) Lapang persepsi sangat menyempit.

    b) Tidak mampu menyelesaikan masalah.

    3) Respon prilaku dan emosi.

    a) Perasaan ancaman meningkat.

    b) Verbalisasi cepat.

    d. Panik

    Menurut Direja (2011) kehilangan kontrol, klien yang mengalami panik

    tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Menurut

    Asmadi (2009) bahwa tingkat ansietas panik memiliki karakteristik

    sebagai berikut:

  • 1) Respon fisiologis

    a) Napas pendek.

    b) Rasa tercekik dan palpitasi.

    c) Sakit dada.

    d) Pucat.

    e) Hipotensi.

    f) Serta rendahnya koordinasi motorik.

    2) Respon kognitif

    a) Gangguan realitas.

    b) Tidak dapat berpikir logis.

    c) Persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi.

    d) Ketidakmampuan memahami situasi.

    3) Respon perilaku dan emosi

    a) Agitasi

    b) Mengamuk

    c) Marah

    d) Ketakutan

    e) Berteriak-teriak

    f) Kehilangan kendali atau kontrol diri (aktivitas motorik tidak

    menentu).

    g) Serta dapat berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan

    atau orang lain.

    3. Reaksi Kecemasan

    Menurut Suliswati, et al., (2005) kecemasan dapat menimbulkan reaksi

    konstruktif maupun destruktif bagi klien, antara lain:

    a. Konstruktif

    Klien termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terutama

    perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan terfokus pada

    kelangsungan hidup.

    b. Destruktif

    Klien bertingkah laku maladaptif dan disfungsional.

  • 4. Mekanisme Koping

    Menurut Stuart (2006) bahwa pola yang sering digunakan klien untuk

    mengatasi ansietas ringan cenderung tetap dominan, ketika ansietas menjadi

    lebih intens. Ansietas ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang

    sadar. Ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping,

    yaitu:

    a. Reaksi yang berorientasi pada tugas

    Reaksi yang berorientasi pada tugas adalah upaya yang disadari dan

    berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi stres secara

    realistis.

    b. Perilaku menyerang

    Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi

    hambatan pemenuhan kebutuhan.

    c. Perilaku menarik diri

    Perilaku menarik diri digunakan untuk menjauhkan diri dari sumber

    ancaman, baik secara fisik maupun psikologis.

    d. Perilaku kompromi

    Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasa dilakukan

    klien, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal.

    5. Mekanisme pertahanan ego

    Menurut Stuart (2006) bahwa mekanisme pertahanan ego dapat membantu

    mengatasi ansietas ringan dan sedang. Tetapi karena mekanisme tersebut

    beerlangsung secara relatif pada tingkat tidak sadar dan mencakup penipuan

    diri dan distorsi realitas, mekanisme ini dapat menjadi respon maladaptif

    terhadap stres. Pertahanan ego yang paling sering digunakan, antara lain :

    Tabel 2.2

    Mekanisme pertahanan Definisi

    Kompensasi Proses klien dengan citra diri yang kurang berupaya

    menggantinya dengan menonjolkan kelebihan lain yang

    dianggapnya sebagai aset.

    Penyangkalan Menghindari realitas yang tidak menyenangkan dengan

    mengabaikan atau menolak untuk mengakuinya;

    kemungkinan merupakan mekanisme pertahanan yang

    paling sederhana dan paling primitif.

  • Pengalihan (Displacement) Mengalihkan emosi yang seharusnya diarahkan pada

    orang atau benda tertentu ke benda atau orang yang

    biasanya netral atau tidak membahayakan.

    Disosiasi Pemisahan setiap kelompok proses perilaku atau mental

    dari sisa kesadaran atau identitas.

    Identifikasi Proses klien mencoba untuk menjadi seseorang yang

    dikaguminya dengan menirukan pikiran, perilaku, atau

    kesukaannya.

    Intelektualisasi Penggunaan alasan atau logika yang berlebihan untuk

    menghindari perasaan-perasaan mengganggu yang

    dialami.

    Introyeksi

    Tipe identifikasi yang intens yang di dalamnya individu

    menyatukan kualitas atau nilai-nilai orang lain atau

    kelompok ke dalam struktur egonya sendiri; salah satu

    mekanisme terdini pada anak-anak; penting dalam

    pembentukan hati nurani.

    Isolasi Memisahkan komponen emosional dari pikiran, yang

    dapat bersifat sementara atau jangka panjang.

    Proyeksi Mengaitkan pikiran atau impuls diri, terutama

    keinginan, perasaan emosional, atau motivasi yang tidak

    dapat ditoleransi kepada orang lain.

    Rasionalisasi Memberikan penjelasan yang diterima secara sosial atau

    tampak masuk akal untuk membenarkan impuls,

    perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat diterima.

    Formasi reaksi Pembentukan sikap dan pola perilaku yang disadari,

    yang berlawanan dengan apa yang sebenarnya dirasakan

    atau ingin dilakukan klien.

    Regresi Kemunduran karakteristik perilaku dari tahapan

    perkembangan yang lebih awal akibat stres.

    Represi Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran,

    impuls, atau memori yang menyakitkan atau

    bertentangan dari kesadaran; pertahanan ego primer,

    yang cenderung memperkuat mekanisme pertahanan

    lainnya.

    Splitting Memandang orang atau situasi sebagai semuanya baik

    atau semuanya buruk; gagal untuk mengintegrasikan

    kualitas positif dan negatif diri.

    Sublimasi Penerimaan tujuan pengganti yang diterima secara sosial

    karena dorongan yang merupakan saluran normal

    ekspresi terhambat.

    Supresi Proses yang sering disebut sebagai mekanisme

    pertahanan, tetapi sebenarnya merupakan analogi represi

    yang didasari; pengesampingan yang disengaja tentang

    suatu topik dari kesadaran; suatu ketika dapat mengarah

    pada represi yang berikutnya.

  • Undoing Tindakan atau komunikasi yang sebagian meniadakan

    yang sudah ada sebelumnya; merupakan mekanisme

    pertahanan primitif.

    6. Respon Fisiologis terhadap Ansietas

    Menurut Stuart (2006) bahwa respon fisiologis terhadap ansietas, antara

    lain:

    a. Sistem Kardiovaskuler

    Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin

    pingsang, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.

    1) Sistem Pernapasan

    Napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada, napas dangkal,

    pembangkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik, terengah-engah.

    2) Sistem Neuromuskular

    Refleks meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia,

    tremor, regiditasi, gelisah, mondar-mandir, wajah tegang, kelemahan

    umum, tungkai lemah, gerakan yang janggal.

    3) Sistem Gastrointestinal

    Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada

    abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati, diare.

    4) Saluran Perkemihan

    Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.

    5) Sistem Kulit

    Wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal, rasa

    panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.

    b. Respon Perilaku, Kognitif, dan Afektif terhadap Ansietas

    Menurut Stuart (2006) bahwa respon perilaku, kognitif dan afektif

    terhadap ansietas, antara lain:

    1) Sistem Perilaku

    Gelisah, ketegangan fisik, reaksi terkejut, tremor, bicara cepat, kurang

    koordinasi, cenderung mengalami cedera, menarik diri dari hubungan

    interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar,

    hiperventilasi, sangat waspada.

  • 2) Sistem Kognitif

    Perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam

    memberikan penilaiaan, preokupasi, hambatan berpikir, lapang

    persepsi menurun, kreativitas menurun, produktifitas menurun,

    binggung, sangat waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas,

    takut kehilangan kendali, takut gambaran visual, takut cidera atau

    kematian, kilas balik, mimpi buruk.

    3) Sistem Afektif

    Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan,

    kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah, malu.

    B. TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESSIF

    1. Pengertian Terapi Relaksasi Otot Progresif

    Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak

    memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti (Herodes, 2010) dalam

    (Setyoadi & Kushariyadi, 2011). Terapi relaksasi otot progresif yaitu terapi

    dengan cara peregangan otot kemudian dilakukan relaksasi otot (Gemilang,

    2013). Relaksasi progresif adalah cara yang efektif untuk relaksasi dan

    mengurangi kecemasan (Sustrani, Alam, & Hadibroto, 2004).

    2. Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif

    Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan Potter (2005) dalam Setyoadi

    dan Kushariyadi (2011) bahwa tujuan dari teknik ini adalah:

    a. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung,

    tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik.

    b. Mengurangi distritmia jantung, kebutuhan oksigen.

    c. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan

    tidak memfokus perhatian seperti relaks.

    d. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.

    e. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres.

    f. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia

    ringan, gagap ringan, dan

    g. Membangun emosi positif dari emosi negatif.

  • 3. Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif

    Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011, hlm.108) bahwa indikasi dari

    terapi relaksasi otot progresif, yaitu:

    a. Klien yang mengalami insomnia.

    b. Klien sering stres.

    c. Klien yang mengalami kecemasan.

    d. Klien yang mengalami depresi.

    4. Teknik Terapi Relaksasi Otot Progresif

    Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) persiapan untuk melakukan

    teknik ini yaitu:

    a. Persiapan

    Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang

    tenang dan sunyi.

    1) Pahami tujuan, manfaat, prosedur.

    2) Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup

    menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk di kursi

    dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri.

    3) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan

    sepatu.

    4) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya

    mengikat.

    b. Prosedur

    1). Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan.

    a) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.

    b) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi

    ketegangan yang terjadi.

    c) Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10 detik.

    d) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat

    membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan

    relaks yang dialami.

    e) Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.

  • 2). Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.

    a) Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan tangan

    sehingga otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah

    menegang.

    b) Jari-jari menghadap ke langit-langit.

    Gambar gerakan 1 dan 2

    3). Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar

    padabagian atas pangkal lengan).

    a) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.

    b) Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga otot

    biseps akan menjadi tegang.

  • Gambar gerakan 3

    4). Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.

    a) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga

    menyentuh kedua telinga.

    b) Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan yang terjadi

    di bahu punggung atas, dan leher.

  • Gambar 4

    5). Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah

    (seperti dahi, mata, rahang dan mulut).

    a) Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis

    sampai otot terasa kulitnya keriput.

    b) Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di

    sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.

    6). Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami

    oleh otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi

    sehingga terjadi ketegangan di sekitar otot rahang.

    7). Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut.

    Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan

    ketegangan di sekitar mulut.

  • Gambar 5, 6, 7 dan 8

    8). Gerakan 9 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan

    maupun belakang.

    a) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru

    kemudian otot leher bagian depan.

    b) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.

    c) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa

    sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher

    dan punggung atas.

    9). Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.

    a) Gerakan membawa kepala ke muka.

    b) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di

    daerah leher bagian muka.

  • 10). Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung

    a) Angkat tubuh dari sandaran kursi.

    b) Punggung dilengkungkan

    c) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik,

    kemudian relaks.

    d) Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan

    otot menjadi lurus.

    11). Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.

    a) Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara

    sebanyak-banyaknya.

    b) Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di

    bagian dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas.

    c) Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.

    d) Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara

    kondisi tegang dan relaks.

  • Gambar 9, 10, 11, 12

  • 12). Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut

    a) Tarik dengan kuat perut ke dalam.

    b) Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu

    dilepaskan bebas.

    c) Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.

    13). Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha

    dan betis).

    a) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.

    b) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga

    ketegangan pindah ke otot betis.

    c) Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.

    d) Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

    Gambar 13,14

  • III. PENUTUP

    A. Simpulan

    1. Ada 15 macam gerakan relaksasi yang bisa dilakukan untuk menurunkan

    stres dan kecemasan. Gerakan itu bisa dilatih pada area tangan, bahu,

    wajah, punggung, perut, dada dan kaki.

    2. Gerakan relaksasi ini bisa dilakukan kapan saja, tanpa pembatasan waktu

    dan akan memberikan efek relaks apabila dilakukan dengan benar.

    B. Saran

    1. Lakukan gerakan relaksasi ini secara bertahap dan tidak dalam sekali

    waktu. Bisa membagi 15 gerakan ini dalam 2 atau 3 sesi sesuai dengan

    kondisi dan kemampuan.

    2. Setiap kali mengalami stres atau cemas, terapi ini bisa dilakukan, hati-

    hati bagi yang memiliki tekanan darah di atas normal ( > 120/80 mmHg).

    Terutama pada saat melakukan penegangan pada area leher, karena

    dikhawatirkan akan terjadi vaso konstriksi pembuluh darah leher.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Direja, A. H. S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha

    Medika

    Gemilang, J. (2013). Buku Pintar Manajemen stres dan Emosi. Yogyakarta Mantra

    Books

    Hawari, D. (2008). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI

    Herodes, R. (2010). Anxiety and Depression in Patient.

    Isaacs, A. (2005). Panduan belajar: keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik.

    Jakarta: EGC

    Kaplan & Sadock. (2007). Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis.

    (Jilid 1). Jakarta: Bina Rupa Aksara.

    Perry, Patricia A., & Potter, Anne Griffin. (2005). Fundamental Keperawatan buku I

    edisi 7. Jakarta : Salemba Medika

    Ramdani, H. (2012). Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif terhadap

    Penurunan Tekanan Darah Klien Hipertensi Primer di Kota Malang.

    Malang.

    Setyoadi, K. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa pada Klien Psikogeriatrik.

    Jakarta : Salemba Medika

    Stuart, G.W & Laraia, M.T (2005). Principles and practice of psychiatric nursing.

    (7th edition). St Louis: Mosby

    Stuart, G. W. (2006). Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta: EGC

    Suliswati., Payopo, Tijie, Anita., Maruhawa, Jeremia., Sianturi, Yenny., Sumijatun.

    (2005). Konsep dasar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC

    Sustrani, L., Alam, S., Hadibroto, I. (2004). Hipertensi. Jakarta : Gramedia Pustaka

    Utama Anggota IKAPI

    Townsend, C.M. (2005). Essentials of psychiatric mental health nursing. (3th Ed.).

    Philadelphia: F.A. Davis Company

    Videbeck, S.,L. (2006). Psychiatric mental health nursing. (3rd

    edition).

    Philadhelpia: Lippincott Williams & Wilkins.

    Videbeck, S.,L.(2008), Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.