2

52
1. Latar Belakang Ekosistem perairan laut di Indonesia merupakan kawasan yang akhir-akhir ini mendapat perhatian yang cukup besar dalam berbagai kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan di Indonesia. Wilayah ini kaya dan memiliki beragam sumber daya alam yang telah dimanfaatkan sebagai sumber bahan makanan utama, khususnya protein hewani. Secara empiris wilayah laut merupakan tempat aktivitas ekonomi yang mencakup perikanan laut dan pesisir, transportasi dan pelabuhan, kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata serta tempat pembuangan limbah. Selain memiliki potensi yang besar, beragamnya aktivitas manusia diwilayah laut menyebabkan daerah ini merupakan wilayah yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia. Akibat lebih jauh adalah terjadinya penurunan kualitas perairan laut, karena adanya masukan limbah yang terus bertambah. Pengkajian kualitas perairan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti dengan analisis fisika dan kimia air serta analisis biologi. Untuk perairan yang dinamis, analisa fisika dan kimia air kurang memberikan gambaran sesungguhnya dari kualitas

description

ok

Transcript of 2

Latar Belakang

Latar Belakang Ekosistem perairan laut di Indonesia merupakan kawasan yang akhir-akhir ini mendapat perhatian yang cukup besar dalam berbagai kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan di Indonesia. Wilayah ini kaya dan memiliki beragam sumber daya alam yang telah dimanfaatkan sebagai sumber bahan makanan utama, khususnya protein hewani. Secara empiris wilayah laut merupakan tempat aktivitas ekonomi yang mencakupperikanan laut dan pesisir, transportasi dan pelabuhan, kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata serta tempat pembuangan limbah. Selain memiliki potensi yang besar, beragamnya aktivitas manusia diwilayah laut menyebabkan daerah ini merupakan wilayah yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia. Akibat lebih jauh adalah terjadinya penurunan kualitas perairan laut, karena adanya masukan limbah yang terus bertambah. Pengkajian kualitas perairan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti dengan analisis fisika dan kimia air serta analisis biologi. Untuk perairan yang dinamis, analisa fisika dan kimia air kurang memberikan gambaran sesungguhnya dari kualitas perairan, dan dapat memberikan penyimpangan-penyimpangan yang kurang menguntungkan karena kisaran nilai-nilai peubahnya sangat dipengaruhi keadaaan sesaat. Bourdeau and Tresshow (dalam Butler, 1978) menyatakanbahwa dalam lingkungan yang dinamis, analisis biologi khususnya analisis struktur komunitas hewan bentos, dapat memberikan gambaran yang jelas tentang kualitas perairan.Tinjauan pustaka

Benthos adalah organisme yang hidup di bahagian dasar perairan dan menetap di sana. Berdasarkan ukurannya, benthos diklasifikasikan menjadi tiga, yakni Microfauna, Meiofauna, dan Macrofauna. Menjelaskan bahwa bentos dapat dipergunakan untuk menguji kestabilan suatu perairan, disebabkan bentos memiliki sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki organisme lainnya seperti siklus hidup yang panjang, pergerakannya terbatas, menempati beberapa posisi dalam rantai makanan, serta memiliki kemampuan beradaptasi yang ekstrim terhadap perubahan suatu lingkungan.

Benthos selalu terdapat dalam suatu group yang mempunyai sifat-sifat yang khas yang lebih dikenal sebagai komunitas yang berhubungan dengan kondisi lingkungan hidup yang spesifik. Komunitas ini biasanya didominasi oleh satu atau dua jenis hewan yang disertai oleh organisme yang bersifat sub dominan.

Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagaipetunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanyaperubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu. karena hewan bentos terus menerus terdedah oleh air yang kualitasnya berubah-ubah (Oey, et al1.,1978). Diantara hewan bentos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invetebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobentos (Rosenberg dan Resh, 1993).Makrozoobentos memiliki peranan yang sangat penting dalam siklus nutrien di dasar perairan. Montagna et all. (1989) menyatakan bahwa dalam ekosistem perairan, Makrozoobentos berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi.

Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :

Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi keberadaan Makrozoobentos?

Bagaimana pemanfaatan Makrozoobentos sebagai bioindikator kualitasperairan laut?Bentos dapat dibedakan dengan beberapa cara, salah satunya yaitu dengan cara mengidentifikasi ukuran dari bentos tersebut, pengklasifikasian menurut ukuran mereka dibagi menjadi 3 yaitu:

Microfauna: hewan yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0,1 mm, seluruh protozoa masuk dalam golongan ini

Meiofauna: golongan hewan-hewan yang mempunyai ukuran antara 0,1 mm sampai 1,0 mm. Ini termasuk protozoa yang bergolongan besar, cnidaria, cacing-cacing yang berukuran sangat kecil, dan beberapa crustacea yang berukuran sangat kecil.

Macrofauna: Hewan-hewan yang mempunyai ukuran lebih besar dari 1,0 mm. Ini termasuk golongan echinodermata, crustacea, annelida, mollusca dan beberapa anggota phylum yang lain.

Selain itu juga bentos dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat hidupnya, dalam hal ini bentos dibagi menjasi 2 macam yaitu:

Epifauna : hewan yang hidupnya di atas permukaan dasar lautan. Contoh hewan epifauna diantara nya yaitu kepiting berduri Spiny stonecrab, siput laut (Sea slug), bintang laut (Brittlle star),

Infauna : hewan yang hidupnya dengan cara menggali lubang pada dasar lautan. Contoh hewan infauna yaitu cacing (Lugworm), tiram (Cockle), macoma, Remis (clam)

Hewan-hewan bentos yang sering ada dalam grup dan mempunyai sifat yang khas dikenal sebagai communities (Masyarakat). Dimana hali ini berhubungan dengan kondisi lingkungan hidup yang spesifik. Communities biasanya didominasi oleh satu atau dua jenis hewan (species) dari mana mereka dikena, yang disertai oleh organisme yang bersifat sub dominan. Sebagai contoh masyarakat venus yang banyak dijumpai di lingkungan pasir, di lepas panatai di dominasi oleh bivalse moluska Venus striatula. Biasanya mereka dapat dijumpai bersama-sama dengan polychaeta dan ampphipod crustacean. Masyarakat Brissopsis/Amphiura dijumpai di lingkungan lumpurlepas pantai, mempunyai dua dominasi spesies yaitu Brissopsis lyrifera dan Amphiura chiaje. Hewan subdomina yang hidup bersama-sama mereka adalah beberapa golongan bivalve moluska dan polychaeta (Sahala,1985).

Diantara benthos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobenthos (Rosenberg, 1993).

Makrozoobenthos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan. Makrozoobenthos dapat bersifat toleran maupun bersifat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Organisme yang memiliki kisaran toleransi yang luas akan memiliki penyebaran yang luas juga. Sebaliknya organisme yang kisaran toleransinya sempit (sensitif) maka penyebarannya juga sempit (Odum, 1993).

Bentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan (substrat) baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Bentos hidup di pasir, lumpur, batuan, patahan karang atau karang yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman mempengaruhi pola penyebaran dan morfologi fungsional serta tingkah laku hewan bentik. Hal tersebut berkaitan dengan karakteristik serta jenis makanan bentos. Organisme yang termasuk makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida. Klasifikasi benthos menurut ukurannya : Makrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih besar dari 1 mm (0.04 inch), contohnya cacing, pelecypod, anthozoa, echinodermata, sponge, ascidian, and crustacea. Meiobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran antara 0.1 - 1 mm, contohnya polychaete, pelecypoda, copepoda, ostracoda, cumaceans, nematoda, turbellaria, dan foraminifera. Mikrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0.1 mm, contohnya bacteri, diatom, ciliata, amoeba, dan flagellata.Makrozoobentos mempunyai peranan yang sangat penting dalam siklus nutrien di dasar perairan. Montagna et all. (1989) menyatakan bahwa dalam ekosistem perairan, makrozoobentos berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi.Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos. Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air yang diantaranya: suhu, arus, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan substrat dasar (Allard and Moreau, 1987); APHA, 1992). Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan (Lind, 1985).Zoobentos membantu mempercepat proses dekomposisi materi organik. Hewan bentos, terutama yang bersifat herbivor dan detritivor, dapat menghancurkan makrofit akuatik yang hidup maupun yang mati dan serasah yang masuk ke dalam perairan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, sehingga mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen perairan.http://id.wikipedia.org/wiki/Bentos --- 12:46--12/12/11

Bentos merupakan sebuah organisme yang tinggal di dalam, atau di dasar laut, dikenal sebagai zona bentik. Mereka tinggal di dekat laut atau endapan lingkungan, dari pasang surut di sepanjang tepi kolam, dan kemudian ke bawah abisal pada kedalaman.

Karena cahaya tidak menembus ke dalam laut, sumber energi yang mendalam untuk ekosistem bentik memiliki organik yang lebih tinggi dari pada air bawah kolom yang masuk ke kedalaman.

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20913/5/Chapter%20I.pdf 12:5412/12/11 Bentos adalah biota yang dapat hidup di atas atau di dalam laut, baik itu tumbuh-tumbuhan maupun hewan.(Romimoharto, 2001)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lautan telah lama dikenal sebagai salah satu ekosistem yang paling besar, paling kompleks dan paling dinamis di dunia. Interaksi antara faktor fisik, kimia dan biologi yang terjadi di lautan berlangsung sangat cepat dan terus menerus sehingga amat menentukan kondisi ekosistem yang ada di lingkungan perairan tersebut. Organisme yang ada harus mampu beradaptasi, baik secara morfologis maupun fisiologis untuk dapat bertahan hidup. Selain menjadi habitat bagi organisme, laut juga menjadi sumber bahan pangan, media transportasi, sumber bahan tambang, sumber energi, sumber mineral dan obat-obatan yang sangat penting. Adanya gangguan terhadap lautan dan ekosistemnya baik secara langsung ataupun tidak langsung akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Beragamnya aktifitas manusia menyebabkan sungai merupakan wilayah yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia. Akibat lebih jauh adalah terjadinya penurunan kualitas perairan di daerah tersebut, karena adanya masukan limbah yang terus bertambah.Makrozoobentos mempunyai peranan yang sangat penting dalam siklus nutrien di dasar perairan. Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu. karena hewan bentos terus menerus terdedah oleh air yang kualitasnya berubah-ubah (Oey, et al1., 1978)

Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos.Tujuan

Makalah ini ditulis untuk memberikan gambaran tentang pemanfaatan dan potensi makrozoobentos sebagai indikator kualitas perairan. Adapun hal-hal yang dikemukakan meliputi pengertian makrozoobentos, faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan makrozoobentos, pemanfaatan makrozoobentos sebagai indikator kualitas perairan pesisir, dan spesies indikator.

Manfaat

Memberikan rekomendasi dan wacana kepada mahasiswa tentang pentingnya makrozoobentos sebagai indikator pencemaran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu kelompok organisme penyusun ekosistem laut adalah bentos. Bentos istilah berasal dari Yunani untuk "kedalaman laut". Bentos adalah organisme yang hidup di dasar laut dengan melekatkan diri pada substrat atau membenamkan diri di dalam sedimen. Mereka tinggal di atau dekat sedimen laut lingkungan, dari kolam pasang surut di sepanjang tepi pantai, ke benua rak, dan kemudian turun ke kedalaman abyssal. Daerah terkaya akan jumlah dan macam organisme pada sistem muara-laut ialah daerah bentik, yang terbentang dari pasang naik sampai suatu kedalaman di tempat tanaman sudah jarang tumbuh.

Tubuh bentos banyak mengandung mineral kapur. Batu-batu karang yang biasa kita lihat di pantai merupakan sisa-sisa rumah atau kerangka bentos. Jika timbunannya sangat banyak rumah-rumah binatang karang ini akan membentuk Gosong Karang, yaitu dataran di pantai yang terdiri dari batu karang. Selain Gosong Karang ada juga Atol, yaitu pulau karang yang berbentuk cincin atau bulan sabit.

Batu-batu karang yang dihasilkan oleh bentos dapat dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, rekreasi, sebagai bahan bangunan dan lain-lain. Sedangkan zat kimia yang terkandung dalam tubuh bentos bisa dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan obat dan kosmetika.

Organisme bentik, seperti bintang laut, kerang, teripang, bintang rapuh, dan anemon laut, memainkan peran penting sebagai sumber makanan bagi ikan dan manusia.

Klasifikasi benthos menurut ukurannya : Makrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih besar dari 1 mm (0.04 inch), contohnya cacing, pelecypod, anthozoa, echinodermata, sponge, ascidian, dan crustacea. Meiobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran antara 0.1 - 1 mm, contohnya polychaete, pelecypoda, copepoda, ostracoda, cumaceans, nematoda, turbellaria, dan foraminifera. Mikrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0.1 mm, contohnya bacteri, diatom, ciliata, amoeba, dan flagellata.

Berdasarkan morfologi dan cara makannya, benthos dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu (1) benthos pemakan deposit yang selektif (selective deposit feeders) dengan bentuk morfologi mulut yang sempit; (2) benthos pemakan deposit yang tidak selektif (non-selective deposit feeders) dengan bentuk morfologi mulut yang lebar; (3) benthos pemakan alga (herbivorous feeders); dan (4) benthos omnivora/predator (Heip et al. 1985; Gwyther & Fairweather 2002).

Beberapa jenis BentosSumber makanan utama bagi bentos adalah plankton dan organik air hujan dari daratan (sungai). Aktivitas manusia di Daerah Aliran Sungai sangat erat kaitannya dengan pemanfaatan air sungai di daerah pemukiman, industri, dan irigasi pertanian. Bahan pencemar yang berasal baik dari aktifitas perkotaan (domestik), industri, pertanian dan sebagainya yang terbawa bersama aliran permukaan (run off), langsung ataupun tidak langsung akan menyebabkan terjadinya gangguan dan perubahan kualitas fisik, kimia dan biologi pada perairan sungai tersebut yang pada akhirnya menimbulkan pencemaran. Dimana pencemaran pada badan air selalu berarti turunnya kualitas dan air sampai ke tingkat tertentu akan menyebabkan air dan tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Wilayah perairan merupakan media yang rentan terhadap pencemaran.

Gaufin dalam Wilhm (1975) mengelompokkan spesies makrozoobentos berdasarkan kepekaannya terhadap pencemaran karena bahan organik, yaitu kelompok intoleran, fakultatif dan toleran. Organisme intoleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang sempit dan jarang dijumpai di perairan yang kaya organik. Organisme ini tidak dapat beradaptasi bila kondisi perairan mengalami penurunan kualitas. Organisme fakultatif yaitu organisme yang dapat bertahan hidup pada kisaran kondisi ling-kungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan organisme intoleran. Walaupun organisme ini dapat bertahan hidup di perairan yang banyak bahan organik, namun tidak dapat mentolerir tekanan lingkungan. Organisme toleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang luas, yaitu organisme yang sering dijumpai di perairan yang berkualitas jelek. Pada umumnya organisme tersebut tidak peka terhadap berbagai tekanan lingkungan dan kelimpahannya dapat bertambah di perairan yang tercemar oleh bahan organik. Jumlah organisme intoleran, fakultatif dan toleran dapat menunjukkan derajat pencemaran.Sumber pencemar yang terdapat di sepanjang aliran antara lain : (1) Limbah Organik, dapat bersumber dari limbah pasar, rumah tangga, restoran/rumah makan, industri perkayuan dan sebagainya. (2) Limbah Anorganik (logam berat), dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap penurunan kualitas sumberdaya air seperti Cu, Zn, Hg, Cd, Cr, Pb dan lain sebagainya. Polutan yang masuk ke perairan sungai juga mengalami proses pengendapan pada sedimen dasar yang dapat bersifat toksik. Sehingga berpotensi untuk mencemari sumber-sumber air yang ada bila tidak dikelola secara bijaksana.

Penurunan kualitas biologi pada perairan sungai akan mengakibatkan timbulnya berbagai permasalahan seperti sanitasi dan kesehatan masyarakat di sekitar aliran sungai semakin rendah. Buruknya sanitasi dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit infeksius seperti diare, dysentri, colera dan lain-lain. Penurunan kualitas perairan sungai juga dapat menyebabkan kematian biota air seperti ikan dan selanjutnya akan membawa dampak terhadap perekonomian masyarakat di sekitar sungai yang mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan.

Penggunaan makrozoobentos sebagai indikator kualitas perairan dinyatakan dalam bentuk indeks biologi. Cara ini telah dikenal sejak abad ke 19 dengan pemikiran bahwa terdapat kelompok organisme tertentu yang hidup di perairan tercemar. Jenis-jenis organisme ini berbeda dengan jenis-jenis organisme yang hidup di perairan tidak tercemar. Kemudian oleh para ahli biologi perairan, pengetahuan ini dikembangkan, sehingga perubahan struktur dan komposisi organisme perairan karena berubahnya kondisi habitat dapat dijadikan indikator kualitas per-airan (Abel, 1989; Rosenberg and Resh, 1993).

Spesies indikator merupakan organisme yang dapat menunjukkan kondisi lingkungan secara akurat, yang juga dikenal dengan bioindikator Tesky (2002). EPA (2002) menyatakan bahwa sebagaimana di sistem perairan tawar, biota yang hidup di perairan estuaria dan laut dapat menunjukkan kualitas perairan. Makrozoobentos (seperti polychaeta) merupakan indikator yang baik untuk kualitas air lingkungan laut karena respon mereka terhadap polutan dapat dibandingkan terhadap sistem air tawar. Polychaeta dikenal sebagai organisme yang sangat toleran terhadap tekanan lingkungan (seperti rendahnya kandungan oksigen, kontaminasi organik di sedimen dan polusi sampah) sehingga mereka digunakan sebagai indikator lingkungan yang tertekan.

Adapun untuk perairan pesisir, belum begitu banyak terungkap spesies-spesies yang dapat dijadikan indikator kualitas perairan, kecuali beberapa informasi tentang keberadaan polychaeta dan beberapa kelompok dari moluska yang menunjukkan kondisi perairan yang berada dalam keadaan kandungan oksigen yang rendah, kontaminasi organik di sedimen, dan polusi sampah.

Bentos adalah organisme yang hidup di dasar laut atau sungai baik yang menempel pada pasir maupun lumpur. Beberapa contoh bentos antara lain kerang, bulu babi, bintang laut, cambuk laut, terumbu karang dan lain-lain. Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu. karena hewan bentos terus menerus terbawa oleh air yang kualitasnya berubah-ubahDiantara hewan bentos yang relatif mudah di identifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobentos. Makrozoobentos berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi. Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos. Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air yang diantaranya: suhu sebagai stabilisator sehingga perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat dibandingkan di udara, arus dapat mempengaruhi distribusi gas terlarut; garam dan makanan serta organisme dalam air, oksigen terlarut (DO) berpengaruh terhadap fotosintesis organisme, kebutuhan oksigen biologi (BOD) mempengaruhi respirasi organisme dalam air dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan substrat dasar. Zoobentos membantu mempercepat proses dekomposisi materi organik. Hewan bentos, terutama yang bersifat herbivor dan detritivor, dapat menghancurkan makrofit akuatik yang hidup maupun yang mati dan serasah yang masuk ke dalam perairan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, sehingga mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen perairan.Berbagai jenis zoobentos ada yang berperan sebagai konsumen primer dan ada pula yang berperan sebagai konsumen sekunder atau konsumen yang menempati tempat yang lebih tinggi. Pada umumnya, zoobentos merupakan makanan alami bagi ikan-ikan pemakan di dasar ("bottom feeder")

Montagna (1989) menyatakan bahwa dalam ekosistem perairan, makrozoobenthos berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga plantonik sampai konsumen tingkat tinggi.

Komponen biotik dapat memberikan gambaran mengenai kondisi fisika, kimia dan biologi dari suatu perairan. Salah satu biota yang digunakan sebagai parameter biologi dalam menentukan kondisi suatu perairan adalah hewan makrozoobenthos. (Odum, 1993)

(Darvelle and harrel) dalam (Bako, 1988) menjelaskan bahwa bentos dapat dipergunakan untuk menguji kestabilan suatu perairan, disebabkan bentos memiliki sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki organisme lainnya seperti siklus hidup yang panjang, pergerakannya terbatas, menempati beberapa posisi dalam rantai makanan, serta memiliki kemampuan beradaptasi yang ekstrim terhadap perubahan suatu lingkungan.

Benthos merupakan jasad-jasad nabati maupun hewani yang hidup mencari makan dipermukaandasar perairan. Benthos dapaty dibagi menjadi jasad penyaring (filter feeder) seperti siput( Koesoebiono, 1979).

Disamping sebagai tempat hidup, substrat dasar juga digunakan sebagai sumber makanan bagi sebagian besar zoobenthos (Chusing dan Walsh, 1986).

Menurut Hynes (1970), organisme benthos adalah komunitas perairan yang berasosiasi dengan dasar atau organisme invertebrata yang hidup diatas, di dalam atau di dekat substrat yang mengalir.

Menurut Rawi (1993), menyatakan bahwa benthos mencakup semua organisme yang hidup di dasar atau di dalam perairan.

4.2. Pembahasan

Pembahasan Teori

Istilah bentos berasal dari bahasa Yunani yang artinya "kedalaman laut". Bentos merupakan sebuah organisme yang tinggal di dalam, atau di dasar laut, dikenal sebagai zona bentik. Bentos juga digunakan dalam biologi air tawar untuk merujuk pada organisme di dasar air tawar, badan air, seperti danau dan sungai.

MenurutLind(1979)dalamFachrul(2007)memberikandefinisi,bentossemua organisme yang hidup pada lumpur, pasir, batu, kerikil, maupun sampah organik baik di dasar perairan laut, danau, kolam, ataupun sungai, merupakan hewan melata, menempel, memendam, dan meliang di dasar perairan tersebut.

Menurut Odum (1993) bentos adalah organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar atau hidup di dasar endapan. Bentos adalah organisme-organisme yang hidup pada dasar perairan (Ramli, 1989).

Berdasarkan tempat hidupnya, bentos dapat dibedakan menjadi epifauna yaitu bentos yang hidupnya di atas substrat dasar perairan dan infauna,yaitu bentos yang hidupnya tertanam di dalam substrat dasar perairan. Berdasarkan siklus hidupnya bentos dapat dibagi menjadi holobentos, yaitu kelompok bentos yang seluruh hidupnya bersifat bentos dan merobentos, yaitu kelompok bentos yang hanya bersifat bentos pada fase-fase tertentu dari siklus hidupnya (Barus, 2004).

Menurut Lalli dan Pearsons (1993), hewan bentos dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuh yang bisa melewati lubang saring yang dipakai untuk memisahkan hewan dari sedimennya. Berdasarkan kategori tersebut bentos dibagi atas :

Makrozoobentos, kelompok hewan yang lebih besar dari 1,0 mm. Kelompok ini adalah hewan bentos yang terbesar, jenis hewan yang termasuk kelompok ini adalah molusca, annelida, crustaceae, beberapa insekta air dan larva dari diptera, odonata dan lain sebagainya.

b. Mesobentos, kelompok bentos yang berukuran antara 0,1 mm -1,0 mm. Kelompok ini adalah hewan kecil yang dapat ditemukan di pasir atau lumpur. Hewan yang termasuk kelompok ini adalah molusca kecil, cacing kecil, dan crustacea kecil.

c. Mikrobentos, kelompok bentos yang berukuran lebih kecil dari 0,1 mm. Kelompok ini merupakan hewan yang terkecil. Hewan yang termasuk ke dalamnya adalah protozooa khususnya cilliata.

Rosenberg dan Resh (1993) menyatakan bahwa hewan bentos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis yang tergolong ke dalam kelompok makroinvertebrata air. Makroinvertebrata air dikenal juga dengan istilah makrozoobentos

Gaufin dalam Wilhm (1975) mengelompokkan spesies makrozoobentos berdasarkan kepekaannya terhadap pencemaran karenabahan organik, ke dalam kelompok

Organisme intoleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang sempit dan jarang dijumpai di perairan yang kaya organik.

Organisme fakultatif yaitu organisme yang dapat bertahan hidup pada kisaran kondisi lingkungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan organisme intoleran.

Organisme toleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang luas, yaitu organisme yang sering dijumpai di perairan yang berkualitas jelek.

Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Di antara hewan bentos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk makrozoobentos (Pradinda, 2008).

Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang keberadaannya dan perilakunya di alam berhubungan dengan kondisi lingkungan, apabila terjadi perubahan kualitas air maka akan berpengaruh terhadap keberadaan dan perilaku organisme tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai penunjuk kualitas lingkungan (Triadmodjo, 2008).

Via-Norton, A. Maher and D. Hoffman. (2002) berdasarkan kualitas perairan, khususnya perairan tawar, dapat ditemukan spesies indikator sebagai berikut:

Beberapa jenis BentosSumber makanan utama bagi bentos adalah plankton dan organik air hujan dari daratan (sungai). Aktivitas manusia di Daerah Aliran Sungai sangat erat kaitannya dengan pemanfaatan air sungai di daerah pemukiman, industri, dan irigasi pertanian. Bahan pencemar yang berasal baik dari aktifitas perkotaan (domestik), industri, pertanian dan sebagainya yang terbawa bersama aliran permukaan (run off), langsung ataupun tidak langsung akan menyebabkan terjadinya gangguan dan perubahan kualitas fisik, kimia dan biologi pada perairan sungai tersebut yang pada akhirnya menimbulkan pencemaran. Dimana pencemaran pada badan air selalu berarti turunnya kualitas dan air sampai ke tingkat tertentu akan menyebabkan air dan tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Wilayah perairan merupakan media yang rentan terhadap pencemaran.

Gaufin dalam Wilhm (1975) mengelompokkan spesies makrozoobentos berdasarkan kepekaannya terhadap pencemaran karena bahan organik, yaitu kelompok intoleran, fakultatif dan toleran. Organisme intoleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang sempit dan jarang dijumpai di perairan yang kaya organik. Organisme ini tidak dapat beradaptasi bila kondisi perairan mengalami penurunan kualitas. Organisme fakultatif yaitu organisme yang dapat bertahan hidup pada kisaran kondisi ling-kungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan organisme intoleran. Walaupun organisme ini dapat bertahan hidup di perairan yang banyak bahan organik, namun tidak dapat mentolerir tekanan lingkungan. Organisme toleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang luas, yaitu organisme yang sering dijumpai di perairan yang berkualitas jelek. Pada umumnya organisme tersebut tidak peka terhadap berbagai tekanan lingkungan dan kelimpahannya dapat bertambah di perairan yang tercemar oleh bahan organik. Jumlah organisme intoleran, fakultatif dan toleran dapat menunjukkan derajat pencemaran.

Sumber pencemar yang terdapat di sepanjang aliran antara lain : (1) Limbah Organik, dapat bersumber dari limbah pasar, rumah tangga, restoran/rumah makan, industri perkayuan dan sebagainya. (2) Limbah Anorganik (logam berat), dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap penurunan kualitas sumberdaya air seperti Cu, Zn, Hg, Cd, Cr, Pb dan lain sebagainya. Polutan yang masuk ke perairan sungai juga mengalami proses pengendapan pada sedimen dasar yang dapat bersifat toksik. Sehingga berpotensi untuk mencemari sumber-sumber air yang ada bila tidak dikelola secara bijaksana.

Penurunan kualitas biologi pada perairan sungai akan mengakibatkan timbulnya berbagai permasalahan seperti sanitasi dan kesehatan masyarakat di sekitar aliran sungai semakin rendah. Buruknya sanitasi dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit infeksius seperti diare, dysentri, colera dan lain-lain. Penurunan kualitas perairan sungai juga dapat menyebabkan kematian biota air seperti ikan dan selanjutnya akan membawa dampak terhadap perekonomian masyarakat disekitar sungai yang mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan.

Penggunaan makrozoobentos sebagai indikator kualitas perairan dinyatakan dalam bentuk indeks biologi. Cara ini telah dikenal sejak abad ke 19 dengan pemikiran bahwa terdapat kelompok organisme tertentu yang hidup di perairan tercemar. Jenis-jenis organisme ini berbeda dengan jenis-jenis organisme yang hidup di perairan tidak tercemar. Kemudian oleh para ahli biologi perairan, penge-tahuan ini dikembangkan, sehingga perubahan struktur dan komposisi organisme perairan karena berubahnya kondisi habitat dapat dijadikan indikator kualitas per-airan (Abel, 1989; Rosenberg and Resh, 1993).

Spesies indikator merupakan organisme yang dapat menunjukkan kondisi lingkungan secara akurat, yang juga dikenal dengan bioindikator Tesky (2002). EPA (2002) menyatakan bahwa sebagaimana di sistem perairan tawar, biota yang hidup di perairan estuaria dan laut dapat menunjukkan kualitas perairan. Makrozoobentos (seperti polychaeta) merupakan indikator yang baik untuk kualitas air lingkungan laut karena respon mereka terhadap polutan dapat dibandingkan terhadap sistem air tawar. Polychaeta dikenal sebagai organisme yang sangat toleran terhadap tekanan lingkungan (seperti rendahnya kandungan oksigen, kontaminasi organik di sedimen dan polusi sampah) sehingga mereka digunakan sebagai indikator lingkungan yang tertekan.

Via-Norton, A. Maher and D. Hoffman. (2002) berdasarkan kualitas perairan, khususnya perairan tawar, dapat ditemukan spesies indikator sebagai berikut:

A. Indikator untuk perairan yang berkualitas baik

1. Kelas Serangga

Stonefly Nymphs (Order Plecoptera)

Common Stonefly Nymph (Family Perlidae)

Roach-like Stonefly Nymph (Family Peltoperlidae)

Slender Winter Stonefly Nymph (Family Capniidae)

Mayfly Nymphs (Order Ephemeroptera)

Brush-Legged Mayfly Nymph (Family Oligoneuridae)

Flatheaded Mayfly Nymph (Family Heptageniidae)

Burrowing Mayfly Nymph (Family Ephemeridae)

Caddisfly Larvae (Order Trichoptera)

Net-Spinning Caddis Larva (Family Hydropsychidae)

Fingernet Caddis Larva (Family Philopotamidae)

Case-Making Caddis Larva (various families)

Free-living Caddis Larva (Family Ryacophilidae)

Dobsonfly (Order Megaloptera, Family Corydalidae)

Water Penny (Order Coleoptera, Family Psephenidae)

Riffle Beetle (Order Coleoptera, Family Elmidae)

2. Kelas lain

Gilled Snail (Order Gastropoda, Family Viviparidae)

B. Indikator untuk perairan berkualitas sedang (moderat)

1. Kelas Seranga

Dragonfly Nymph (Order Odonata, Suborder Anisoptera)

Damselfly Nymph (Order Odonata, Suborder Zygoptera)

Watersnipe Fly Larva (Order Diptera, Family Athericidae)

Alderfly Larvae (Order Megaloptera, Family Sialidae)

Cranefly Larvae (Order Diptera, Family Tipulidae)

Beetle Larvae (Order Coleoptera)

Whirligig Beetle Larva (Family Gyrinidae)

Predaceous Diving Beetle Larva (Family Dytiscidae)

Crawling Water Beetle Larva (Family Haliplidae)

2. Kelas lain

Scuds (Order Amphipoda, Family Gammaridae)

Sowbugs (Order Isopoda, Family Asellidae)

Crayfish (Order Decapoda, Family Cambaridae)

C. Indikator untuk perairan berkualitas buruk

1. Kelas Serangga

Midge Larva (Order Diptera, Family Chironomidae)

Blackfly Larva (Order Diptera, Family Simulidae)

2. Kelas lain

Pouch Snail (Order Gastropoda, Family Physidae)

Planorbid Snail (Order Gastropoda, Family Planorbidae)

Leech (Class Hirudinea)

Aquatic Worm (Class Oligochaeta)

Adapun untuk perairan pesisir, belum begitu banyak terungkap spesies-spesies yang dapat dijadikan indikator kualitas perairan, kecuali beberapa informasi tentang keberadaan polychaeta dan beberapa kelompok dari molluska yang menunjukkan kondisi perairan yang berada dalam keadaan kandungan oksigen yang rendah, kontaminasi organik di sedimen dan polusi sampah.

Klasifikasi benthos menurut ukurannya : Makrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih besar dari 1 mm (0.04 inch), contohnya cacing, pelecypod, anthozoa, echinodermata, sponge, ascidian, and crustacea. Meiobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran antara 0.1 1 mm, contohnya polychaete, pelecypoda, copepoda, ostracoda, cumaceans, nematoda, turbellaria, dan foraminifera. Mikrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0.1 mm, contohnya bacteri, diatom, ciliata, amoeba, dan flagellata.Berdasarkan morfologi dan cara makannya, bnethos dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu (1) benthos pemakan deposit yang selektif (selective deposit feeders) dengan bentuk morfologi mulut yang sempit; (2) benthos pemakan deposit yang tidak selektif (non-selective deposit feeders) dengan bentuk morfologi mulut yang lebar; (3) benthos pemakan alga (herbivorous feeders); dan (4) benthos omnivora/predator (Heip et al. 1985; Gwyther & Fairweather 2002).1. Pengertian BentosBentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan (substrat) baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Bentos hidup di pasir, lumpur, batuan, patahan karang atau karang yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman mempengaruhi pola penyebaran dan morfologi fungsional serta tingkah laku hewan bentik. Hal tersebut berkaitan dengan karakteristik serta jenis makanan bentos.Bentos adalah organisme yang hidup di dasar laut atau sungai baik yang menempel pada pasir maupun lumpur. Beberapa contoh bentos antara lain kerang, bulu babi, bintang laut, cambuk laut, terumbu karang dan lain-lain. Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu. karena hewan bentos terus menerus terbawa oleh air yang kualitasnya berubah-ubah Diantara hewan bentos yang relatif mudah di identifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobentos. Makrozoobentos berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi.Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos. Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air yang diantaranya: suhu sebagai stabilisator sehingga perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat dibandingkan di udara, arus dapat mempengaruhi distribusi gas terlarut; garam dan makanan serta organisme dalam air, oksigen terlarut (DO) berpengaruh terhadap fotosintesis organisme, kebutuhan oksigen biologi (BOD) mempengaruhi respirasi organisme dalam air dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan substrat dasar. Hewan bentos, terutama yang bersifat herbivor dan detritivor, dapat menghancurkan makrofit akuatik yang hidup maupun yang mati dan serasah yang masuk ke dalam perairan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, sehingga mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen perairan.2. Klasifikasi benthos.Klasifikasi Bentos Menurut Ukurana. Microfauna Hewan yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0,1 mm. Contohnya bacteri, diatom, ciliata, amoeba, dan flagellata.b. Meiofauna Merupakan benthos yang mempunyai ukuran antara o.1 mm sampai 1,0 mm. Contohnya nematoda, cepepoda, dan foraminifera.c. Makrofauna Merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih dari 1 mm(0.04 inch). Contohnya cacing, annelida, molusca, sponge, dan crustacea.Berdasarkan Tempat Hidupnya Bentos Diklasifikasikana. Epifauna Adalah hewan yang hidupnya diatas permukaan dasar lautan Contohnya, kepiting, siput laut, dan bintang laut.b. Infauna Adalah hewan yang hidupnya dengan cara menggali lubang pada dasar lautan. Contohnya cacing, tiram, macoma, dan remis.3. Berdasarkan jenis1. Zoobentos. Zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang (Odum, 1993). Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan (Lind disitasi Ardi, 2002), serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan (Odum, 1993). Zoobentos membantu mempercepat proses dekomposisi materi organik. Hewan bentos, terutama yang bersifat herbivor dan detritivor, dapat menghancurkan makrofit akuatik yang hidup maupun yang mati dan serasah yang masuk ke dalam perairan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, sehingga mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen perairan. Berbagai jenis zoobentos ada yang berperan sebagai konsumen primer dan ada pula yang berperan sebagai konsumen sekunder atau konsumen yang menempati tempat yang lebih tinggi. Pada umumnya, zoobentos merupakan makanan alami bagi ikan-ikan pemakan di dasar ("bottom feeder") (Pennak, 1978). Romimohtarto dan Sri (2001) mengatakan bahwa fauna bentik terdiri dari lima kelompok, yaitu Mollusca, Polychaeta, Crustacea, Echinodermata dan kelompok lain yang terdiri dari beberapa takson kecil seperti Sipunculidae (owak-owak), Pogonophora dan lan-lain.Berbagai jenis zoobentos ada yang berperan sebagai konsumen primer dan ada pula yang berperan sebagai konsumen sekunder atau konsumen yang menempati tempat yang lebih tinggi. Pada umumnya, zoobentos merupakan makanan alami bagi ikan-ikan pemakan di dasar ("bottom feeder") Perubahan salinitas dan DO mempengaruhi kehidupan biota perairan, termasuk komunitas makroinvertebrata bentos (biota perairan yang tidak bertulang belakang yang hidup di dasar sungai, berukuran > 1 mm). Nilai pH menunjukkan derajat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Toleransi organisme air terhadap pH bervariasi. Hal ini tergantung, pada suhu air, oksigen terlarut dan adanya berbagai anion dan kation serta jenis dan stadium organisme.Suhu air yang tinggi dapat menambah daya racun senyawa-senyawa beracun seperti NO3, NH3, dan NH3N terhadap hewan akuatik, serta dapat mempercepat kegiatan metabolisme hewan akuatik. Sumber utama senyawa ini berasal dari sampah dan limbah yang mengandung bahan organik protein. Oksigen terlarut sangat penting bagi pernafasan zoobentos dan organisme-organisme akuatik lainnya. Kelarutan oksigen dipengaruhi oleh faktor suhu, pada suhu tinggi kelarutan oksigen rendah dan pada suhu rendah kelarutan oksigen tinggi. Tiap-tiap spesies biota akuatik mempunyai kisaran toleransi yang buerbeda-beda terhadap konsentrasi oksigen terlarut di suatu perairan. Spesies yang mempunyai kisaran toleransi lebar terhadap oksigen penyebarannya luas dan spesies yang mempunyai kisaran toleransi sempit hanya terdapat di tempat-tempat tertentu saja. Berdasarkan kandungan oksigen terlarut (DO), Kualitas perairan atas empat yaitu; tidak tercemar (> 6,5 mg/l), tercemar ringan (4,5 6,5 mg/l), tercemar sedang (2,0 4,4 mg/l) dan tercemar berat (< 2,0 mg/l). Cahaya matahari merupakan sumber panas yang utama di perairan, karena cahaya matahari yang diserap oleh badan air akan menghasilkan panas di perairan. Di perairan yang dalam, penetrasi cahaya matahari tidak sampai ke dasar, karena itu suhu air di dasar perairan yang dalam lebih rendah dibandingkan dengan suhu air di dasar perairan dangkal. Suhu air merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas serta memacu atau menghambat perkembangbiakan organisme perairan. Pada umumnya peningkatan suhu air sampai skala tertentu akan mempercepat perkembang biakan organisme perairan.Zoobentos membantu mempercepat proses dekomposisi materi organik. Hewan bentos, terutama yang bersifat herbivor dan detritivor, dapat menghancurkan makrofit akuatik yang hidup maupun yang mati dan serasah yang masuk ke dalam perairan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, sehingga mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen perairan.2. Phytobentos merupakan tanaman milik bentos tersebut.4. Cara Bentos Memperoleh MakananSumber makanan utama untuk bentos adalah alga dan organik limpasan dari tanah. Di perairan pantai dan tempat-tempat lain di mana cahaya mencapai bagian bawah, hewan bentik seperti diatom yang mampu berfotosintesis dapat berkembang biak.Adapun cara dari setiap bentos untuk memperoleh makanannya adalah sebagai berikut :1. Filter feeder atau sering disebut suspension feeder, adalah hewan yang makan dengan menyaring padatan tersuspensi dan partikel makanan dari air, biasanya dengan melewatkan air melalui struktur penyaringan khusus. Contohya seperti spons dan bivalvia yang memiliki tubuh yang keras. Proses ini dapat terjadi pada daerah yang berpasir.2. Deposit feeders, adalah binatang atau hewan yang mengkonsumsi sisa-sisa makanan pada substratum di bagian bawah air. Seperti polychaetes yang memiliki permukaan tubuh yang lunak. Ikan, bintang laut, siput, cumi, dan krustasea yang merupakan predator.organisme bentik, seperti bintang laut , tiram , kima , teripang , bintang rapuh dananemon laut , memainkan peran penting sebagai sumber makanan bagi ikan danmanusia .

5. Peranan Penting BentosBentos sebenarnya memiliki peranan yang penting dalam suatu ekosistem. Berikut ini akan diuraikan pentingnya keberadaan bentos dalam suatu ekosistem.`1. Bentos berfungsi dalam proses rantai makananBentos merupakan bagian penting dari rantai makanan, terutama untuk ikan. Banyak invertebrata memakan alga dan bakteri, yang berada di ujung bawah rantai makanan. Beberapa rusak dan makan daun dan bahan organik lainnya yang masuk air. Karena kelimpahan mereka dan posisi sebagai "perantara" dalam rantai makanan air, bentos memainkan peran penting dalam aliran alami energi dan nutrisi. Invertebrata bentos yang sudah mati akan membusuk dan kemudian meninggalkan nutrisi yang digunakan kembali oleh tanaman air dan hewan lainnya dalam rantai makanan.2. Bentos dapat digunakan untuk melihat kualitas air pada suatu perairanTidak seperti ikan, bentos tidak bisa bergerak banyak sehingga mereka kurang mampu menghindar dari efek sedimen dan polutan lain yang mengurangi kualitas air. Oleh karena itu, bentos dapat memberikan informasi mengenai kualitas air sungai dan kualitas air danau. siklus hidup lama mereka memungkinkan penelitian yang dilakukan oleh ahli ekologi akuatik untuk menentukan setiap penurunan kualitas lingkungan. Bentos merupakan grup yang sangat beragam hewan air, dan sejumlah besar spesies memiliki berbagai tanggapan terhadap stres seperti polutan organik, sedimen, dan toxicants. bentik makroinvertebrata Banyak berumur panjang, yang memungkinkan deteksi peristiwa masa lalu seperti pencemaran tumpahan pestisida dan ilegal dumping.

6. Faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi bentosSebagaimana kehidupan biota lainnya, penyebaran jenis dan populasi komunitas bentos ditentukan oleh sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Sifat fisik perairan seperti pasang surut, kedalaman, kecepatan arus, kekeruhan atau kecerahan, substrat dasar dan suhu air. Sifat kimia antara lain kandungan oksigen dan karbondioksida terlarut, pH, bahan organik, dan kandungan hara berpengaruh terhadap hewan bentos. Sifat-sifat fisika-kimia air berpengaruh langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan bentos. Perubahan kondisi fisika-kimia suatu perairan dapat menimbulkan akibat yang merugikan terhadap populasi bentos yang hidup di ekosistem perairan (Setyobudiandi, 1997).Oksigen adalah gas yang amat penting bagi hewan. Perubahan kandungan oksigen terlarut di lingkungan sangat berpengaruh terhadap hewan air. Kebutuhan oksigen bervariasi, tergantung oleh jenis, stadia, dan aktivitas. Kandungan oksigen terlarut mempengaruhi jumlah dan jenis makrobentos di perairan. Semakin tinggi kadar O2 terlarut maka jumlah bentos semakin besar.Nilai pH menunjukkan derajad keasaman atau kebasaan suatu perairan yang dapat mempengaruhi kehidupan tumbuhan dan hewan air. pH tanah atau substrat akan mempengaruhi perkembangan dan aktivitas organisme lain. Bagi hewan bentos pH berpengaruh terhadap menurunnya daya stress.Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesis dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman. Kekeruhan, terutama disebabkan oleh lumpur dan partikel yang mengendap, seringkali penting sebagai faktor pembatas. Kekeruhan dan kedalaman air pempunyai pengaruh terhadap jumlah dan jenis hewan bentos.Tipe substrat dasar ikut menentukan jumlah dan jenis hewan bentos disuatu perairan (Susanto, 2000). Tipe substrat seperti rawa tanah dasar berupa lumpur. Macam dari substrat sangat penting dalam perkembangan komunitas hewan bentos. Pasir cenderung memudahkan untuk bergeser dan bergerak ke tempat lain. Substrat berupa lumpur biasanya mengandung sedikit oksigen dan karena itu organisme yang hidup didalamnya harus dapat beradaptasi pada keadaan ini (Ramli, 1989).Perubahan tekanan air ditempat-tempat yang berbeda kedalamannya sangat berpengaruh bagi kehidupan hewan yang hidup di dalam air. Perubahan tekanan di dalam air sehubungan dengan perubahan kedalaman adalah sangat besar. Faktor kedalaman berpengaruh terhadap hewan bentos pada jumlah jenis, jumlah individu, dan biomass. Sedangkan faktor fisika yang lain adalah pasang surut perairan, hal ini berpengaruh pada pola penyebaran hewan bentos (Susanto, 2000).Faktor biologi perairan juga merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup masyarakat hewan bentos sehubungan dengan peranannya sebagai organisme kunci dalam jaring makanan, sehingga komposisi jenis hewan yang ada dalam suatu perairan seperti kepiting, udang, ikan melalui predasi akan mempengaruhi kelimpahan bentos.A. Indikator untuk perairan yang berkualitas baik :

1. Kelas serangga

Stonefly Nymphs (Order Plecoptera)

Common Stonefly Nymph (Family Perlidae)

Roach-like Stonefly Nymph (Family Peltoperlidae)

Slinder winter Stonefly Nymph (Family Capniidae)

2. Kelas lain

Gilled Snail (Order Gastropoda, Family Viviparidae)

B. Indikator untuk perairan berkualitas sedang (moderat) :

1. Kelas Serangga

Dragonfly Nymph (Order Odonata, Suborder Anisoptera)

Damsefly Nymph (Order Odonata, Suborder Zygoptera)

Watersnipe Fly Larvae (Order Diptera, Family Athericidae)

Alderfly Larvae (Order Megaloptera, Family Sialidae)

2. Kelas lain

Scuds (Order Amphipoda, Family Gammaridae)

Sowbugs (Order Isopoda, Family Asellidae)

Crayfish (Order Decapoda, Family Cambaridae)

C. Indikator untuk perairan berkualitas buruk

1. Kelas Serangga

Midge Larva (Order Diptera, Family Chironomidae)

Blackfly Larva (Order Diptera, Family Simulidae)

2. Kelas lain

Pouch Snail (Order Gastropoda, Family Physidae)

Planorbid Snail (Order Gastropoda, Family Planorbidae)

Leech (Class Hirudinea)

Aquatic Worm (Class Oligochaeta)

Menurut Nybakken (1992), sifat fisika-kimia perairan sangat penting dalam ekologi. Oleh karena itu selain melakukan pengamatan terhadap faktor biotik, seperti makrozoobentos, perlu juga dilakukan pengamatan faktor-faktor abiotik (fisika-kimia) perairan, karena antara faktor abiotik dan biotik saling berinteraksi.

Faktor abiotik (fisika-kimia) perairan yang mempengaruhi komunitas makrozoobentos antara lain:

Kecepatan arus

Kecepatan arus akan mempengaruhi komposisi substrat dasar (sedimen) dan juga akan mempengaruhi aktifitas makrozoobentos yang ada.

Pada perairan yang relatif tenang dan banyak ditumbuhi tumbuhan air biasanya banyak ditemukan kelompok Molusca sedangkan perairan dengan arus kuat atau jeram banyak ditemukan makrozoobentos dari kelompok Insekta dan Hirudinae (Koesbiono, 1979).

Temperatur Air

Temperatur air pada suatu perairan merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan dan distribusi makroinvertebrata air. Pada umumnya temperatur di atas 300C dapat menekan populasi makroinvertebrata air (Odum, 1994). Welch (1980) menyatakan bahwa hewan makroinvertebrata air pada masa perkembangan awal sangat rentan terhadap temperatur tinggi dan pada tingkatan tertentu dapat mempercepat siklus hidup sehingga lebih cepat dewasa

Penetrasi Cahaya

Kemampuan penetrasi cahaya sampai dengan kedalaman tertentu juga akan mempengaruhi distribusi dan intensitas fotosintesis tumbuhan air dibadan perairan (Brower et al., 1990). Menurut Koesbiono (1979), pengaruh utama dari kekeruhan adalah penurunan penetrasi cahaya secara mencolok. Sehingga menurunkan aktifitas fotosintesis fitoplankton dan alga, akibatnya menurunkan produktivitas perairan.

Intesitas Cahaya

Bagi organisme air, intensitas cahaya berfungsi sebagai alat orientasi yang akan mendukung kehidupan organisme tersebut dalam habitatnya. Larva dari Baeti rhodani akan bereaksi terhadap perubahan intensitas cahaya, dimana jika intensitas cahaya matahari berkurang, hewan ini akan ke luar dari tempat perlindungannya yang terdapat pada bagian bawah dari bebatuan didasar perairan, bergerak menuju ke bagian atas bebatuan untuk mencari makanan (Barus, 2004).

DO (Disolved Oxygen)

Menurut Sanusi (2004), nilai DO yang berkisar di antara 5,45 7,00 mg/l cukup bagi proses kehidupan biota perairan. Barus (2004), menegaskan bahwa nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara 6 8 mg/l, makin rendah nilai DO maka makin tinggi tingkat pencemaran ekosistem tersebut.

BOD (Biochemichal Oxygen Demand)

BOD (Biochemichal Oxgen Demand) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikro organisme aerobi dalam proses penguraian senyawa organik, yang diukur pada temperatur 200 C.

COD (Chemichal Oxygen Demand)

COD (Chemical Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigen untuk menguraikan bahan organik secara kimia. Dengan mengukur nilai COD maka akan diperoleh nilai yang menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses oksidasi terhadap total senyawa organik baik yang mudah diuraikan secara biologis maupun terhadap yang sukar/tidak bisa diuraikan secara biologis (Barus, 2004).

pH (Derajat Keasaman)

Organisme akuatik dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5.

Kandungan Organik Subtrat

Kadar organik adalah satu hal yang sangat berpengaruh pada kehidupan makrozoobentos, dimana kadar organic ini adalah sebagai nutrisi bagi makrozoobentos tersebut. Tingginya kadar organik ada suatu perairan umumnya akan mengakibatkan meningkatnya jumlah populasi hewan bentos dan sebagai organisme dasar,bentos menyukai subtrat yang kaya akan bahan organik. Maka pada periran yang kaya akan bahan organik, umumnya terjadi peningkatan populasi hewan bentos (Koesbiono, 1979).

Penggunaan makrozoobentos sebagai indikator kualitas perairan dinyatakan dalam bentuk indeks biologi. Cara ini telah dikenal sejak abad ke 19 dengan pemikiran bahwa terdapat kelompok organisme tertentu yang hidup di perairan tercemar. Jenis-jenis organisme ini berbeda dengan jenis-jenis organisme yang hidup di perairan tidak tercemar. Kemudian oleh para ahli biologi perairan, penge-tahuan ini dikembangkan, sehingga perubahan struktur dan komposisi organisme perairan karena berubahnya kondisi habitat dapat dijadikan indikator kualitas per-airan (Abel, 1989; Rosenberg and Resh, 1993).

Metode kualitatif tertua untuk mendeteksi pencemaran secara biologis adalah sistem saprobik (Warent, 1971) yaitu sistem zonasi pengkayaan bahan organik berdasarkan spesies hewan dan tanaman spesifik. Hynes (1978) ber-pendapat bahwa sistem saprobik mempunyai beberapa kelemahan, antara lain kurang peka terhadap pengaruh buangan yang bersifat toksik.

Adanya kelemahan sistem saprobik, maka untuk menilai kualitas perairan, secara kuantitatif dilakukan metode pendekatan memakai model-model matematik. Model yang umum digunakan adalah dengan me-ngetahui indeks keragaman jenis, keseragaman populasi dan dominansi jenis (Magurran, 1988).

Keragaman jenis disebut juga keheterogenan jenis, merupakan ciri yang unik untuk menggambarkan struktur komunitas di dalam organisasi kehidupan. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keragaman jenis tinggi, jika kelimpahan masing-masing jenis tinggi dan sebaliknya keragaman jenis rendah jika hanya terdapat beberapa jenis yang melimpah. Perbandingan antara keragaman dan keragaman maksimum dinyatakan se-bagai keseragaman populasi, yang disimbulkan dengan huruf E. Nilai E ini berki-sar antara 0 - 1. Semakin kecil nilai E, semakin kecil pula keseragaman populasi, artinya penyebaran jumlah individu setiap jenis tidak sama dan ada kecenderungan satu spesies mendominasi, begitu pula sebaliknya. Untuk melihat dominasi suatu spesies digunakan indeks dominansi (C). Berdasarkan nilai indeks keragaman jenis zoobentos, yang dihitung berdasarkan formulasi Shannon-Wiener, dapat ditentukan beberapa kualitas air.

Beberapa organisme makrozoobentos sering dipakai sebagai spesies indikator kandungan bahan organik, dan dapat memberikan gambaran yang lebih tepat dibandingkan pengujian secara fisika-kimia (Hynes, 1978). Kelebihan penggunaan makrozoobentos sebagai indikator pencemaran organik adalah karena jumlahnya relatif banyak, mudah ditemukan, mudah dikoleksi dan diidentifikasikan, bersifat immobile, dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap kandungan bahan organik (Abel, 1989; Hellawel, 1986 dalam Rosenberg dan Resh, 1993). Kelemahannya adalah karena sebarannya mengelompok dan dipengaruhi oleh faktor hidrologi seperti arus, dan kondisi substrat dasar (Hawkes, 1978).

Sumbangsih yang dapat di terapkan untuk Kota Pekanbaru adalah sosialisasi keada masyarakat tentang manfaat makrozoobentos sebagai bioindikator perairan. Dimana Kota Pekanbaru menjadi salah satu pelabuhan dari beberapa pelayaran kapal dan juga terdapat industri Karet yang mana limbah dari industri tersebut telah mencemari perariran yang ada di Kota Pekanbaru.

Untuk itulah diperlukannya sosialisasi kepada masyarakat agar pengetahuan tentang makrozoobentos dapat diterapkan kepada masyarakat sehingga pencemaran yang telah terjadi pada perairan Kota Pekanbaru dapat segera diatasi agar kesejahteraan masyarakat di sekitar perairan dapat dimaksimalkan.

Simpulan dan Saran

Berdasarkan pembahasan teori diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

Bentos merupakan sebuah organisme yang tinggal di dasar laut yang dikenal sebagai zona bentik.

Bentos adalah semua organisme yang hidup pada lumur, pasir, batu yang ada di dasar perairan laut maupun sungai yang hidup menempel pada dasr perairan. Bentos adalah organisme yang melekat pada dasar endapan. Bentos adalah organisme-organisme yang hidup pada dasar perairan.

Pengelompokkan hewan bentos dapat dikelompokkan berdasarkan siklus hidup dan ukuran tubuhnya.

Jenis makrozoobentos yang dapat dimanfaatkan sebagai bioindikator perairan adalah jenis makrozoobentos dari kelas serangga.

Kecepatan arus, Temperatur Air, Penetrasi Cahaya, Intesitas Cahaya, DO (Disolved Oxygen), BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), pH (Derajat Keasaman) dan Kandungan Organik Subtrat merupakan faktor-faktor abiotik (fisika-kimia) perairan yang mempengaruhi komunitas makrozoobentos.Pemanfaatan makrozoobentos sebagai bioindikator perairan dinyatakan dalam bentuk Indeks Biologi. Berdasarkan simpulan diatas, maka dapat disarankan kepada pembaca sebaiknya pengetahuan akan bentos dapat disosialisasikan kepada masyarakat agar pemanfaatan bentos sebagai bioindikator periran dapat direalisasikan sehingga kualitas perairan dapat dimaksimalkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat.V. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V

KESIMPULAN

Sebagai organisme yang hidupnya cenderung menetap di dasar perairan, maka pemanfaatan makrozoobentos untuk mengetahui kualitas perairan, akan dapat memberikan gambaran kondisi perairan yang lebih tepat. Namun dalam hal ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya proses pengambilan makrozoobentos dan pengidentifikasian. Penentuan kualitas perairan dengan menggunakan makrozoobentos dapat dilakukan dengan menghitung tingkat keanekaragaman, keseragaman dan dominansi serta dengan menggunakan model-model kelimpahan. Adapun untuk melihat keterkaitannya dengan faktor fisika-kimia perairan dapat dilakukan dengan pengujian secara regresi atau melalui analisa komponen utama. Sehingga makrozoobentos dapat digunakan sebagai indikator pencemaran.

5.1. Kesimpulan

Dari praktikum parameter biologi dapat disimpulkan bahwa Benthos adalah organisme yang hidup di bahagian dasar perairan dan menetap di sana. Berdasarkan ukurannya, benthos diklasifikasikan menjadi tiga, yakni Microfauna, Meiofauna, dan Macrofauna.5.2. Saran

Sebaiknya semua praktikan dapat turun kelapangan tanpa hanya melihat praktikan yang lain bekerja, hal ini diperlukan agar semua praktikan dapat mengerti teknis teknis pada praktikum ini dan dapat menerapkannya dalam penelitian yang akan dilakukan di masa yang akan datang terlebih lagi penelitian dalam pembuatan skripsi. DAFTAR PUSTAKA

Bako, R. R. M. 1988. Keadaan Makrozoobenthos di Situ Rawa Kalong Desa Curug Kecamatan Cimanggis Kabupaten Bogor. Karya Ilmiah. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 49 hal (tidak diterbitkan)

Barus, T.A, 2004. Faktor-Faktor Lingkungan Abiotik Dan Keanekaragaman Plankton Sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Toba. Jurnal Manusia Dan Lingkungan, Vol. XI, No.2.

Chusing, D.H. and Walsh, R. 1976. Field Biology and Ecology. Mc Grew Hill Publishing Company Ltd. New Delhi.

Hehanussa, P dan Hariyani S. 2001. Kamus Limnologi Perairan Darat. IHP UNESCOHynes. H. B. N. 1970. Ekologi Of Running Waters. University Of Toronto Press, USA. 555p.

Irianto, Agus. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gajah Mada University Press. Yogjakarta. 256 Hal.

Koesoebiono. 1979. Dasar-dasar Ekologi Umum. Bagian IV : Ekologi Perairan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 145 hal

Mahida, U.N. 1984. Pencemaran Air Dan Pemanfaatan Limbah Industri. Rajawali : Jakarta. 543 hal.

Montagna., P. J. E. Bauer, D. Hardin and R. B., Spies.1989. Vertical Distribution of Microbial and Meiofaunal Populations in Sediments of Natural Coostal Hydrocarbon Seep. Journal of Marine Science

Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Ahli Bahasa : Samingan, T. Gadjahmada University Press. Yogyakarta.

Rawi, S. 1993. Survey dan Pemetaan wilayah Pantai. Dinas Hidro Oseanografi, MABES TNI AL. Jakarta, disampaikan dalam seminar Teknik Pantai LPTP-BPP Teknologi bekerjasama dengan JICA. Yogyakarta. 10 hal.

Zonneveld, Husiman, dan Boon. 1991. Biologycal Field And Laboratory Methods For Measuring The Quality Of Surface Water And Effluents.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28700/4/chapter%2011.pdf.Didownload pada tanggal 17 November 2012.Pukul 20.32 WIB.

Anonymous.http://pettuah.blogspot.com.Makrozoobentos sebagai Indikator.Didownload pada tanggal 17 November 2012.Pukul 21.45 WIB.

Anonymous. http://www.wwa-deg.bayern.de. Fachliche Erluterungen.Didownload pada tanggal 26 Desember 2012.Pukul 01.51 WIB.

Anonymous. http://www.furdoto-naturpool.hu. MAKROZOOBENTHOS IM SCHWIMMTEICH.Didownload pada tanggal 26 Desember 2012.Pukul 01.54 WIB.

Anonymous.http://jujubandung.com.Pengelolaan TPA Berwawasan Lingkungan.Didownload pada tanggal 26 Desember 2012.Pukul 01.57 WIB.

Anonymous.http://www.kis.ktn.gv.at.Makrozoobenthos.Didownload pada tanggal 26 Desember 2012.Pukul 01.59 WIB.

LAMPIRAN