25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN -...

13
25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Kawasan Perairan Pantai Desa Ponelo secara administratif termasuk wilayah di Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Letak geografis berada pada titik koordinat 005135LU dan 1225347BT, dengan batas-batas sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Moloahu, sebelah selatan berbatasan dengan Pelabuhan Anggrek, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Malambe. Desa Ponelo terbagi atas beberapa dusun yaitu Dusun Ponelo 1, Dusun Ponelo 2, dan Dusun Bihe. Panjang garis perairan pantai Desa Ponelo mencapai 13,5 km. Perairan Pantai Desa Ponelo terdapat tiga ekosistem laut yaitu ekosistem terumbu karang, mangrove dan lamun. Terdapat juga beberapa biota diantaranya bulu babi, bintang laut, mentimun laut (teripang) dan khususnya ikan. Perairan Pantai Desa Ponelo terdiri atas pasir putih dan bebatuan, untuk jenis substrat yang terdapat di Perairan Pantai Desa Ponelo yaitu pasir kasar bercampur pecahan karang mati, pecahan cangkang Mollusca dan terdapat sebagian karang hidup. Ada beberapa usaha/kegiatan masyarakat yang dilakukan di perairan Pantai Desa Ponelo diantaranya pemeliharaan ikan kerapu menggunakan keramba jaring apung (KJA) dan penangkapan ikan menggunakan sero.

Transcript of 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN -...

Page 1: 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/957/10/2012-2-54242-633408053-bab4... · 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Kawasan

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kawasan Perairan Pantai Desa Ponelo secara administratif termasuk

wilayah di Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi

Gorontalo. Letak geografis berada pada titik koordinat 00⁰51’35” LU dan

122⁰53’47” BT, dengan batas-batas sebelah Utara berbatasan dengan Pulau

Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu, sebelah Timur berbatasan dengan Desa

Moloahu, sebelah selatan berbatasan dengan Pelabuhan Anggrek, dan sebelah

Barat berbatasan dengan Desa Malambe. Desa Ponelo terbagi atas beberapa dusun

yaitu Dusun Ponelo 1, Dusun Ponelo 2, dan Dusun Bihe. Panjang garis perairan

pantai Desa Ponelo mencapai 13,5 km. Perairan Pantai Desa Ponelo terdapat tiga

ekosistem laut yaitu ekosistem terumbu karang, mangrove dan lamun. Terdapat

juga beberapa biota diantaranya bulu babi, bintang laut, mentimun laut (teripang)

dan khususnya ikan.

Perairan Pantai Desa Ponelo terdiri atas pasir putih dan bebatuan, untuk

jenis substrat yang terdapat di Perairan Pantai Desa Ponelo yaitu pasir kasar

bercampur pecahan karang mati, pecahan cangkang Mollusca dan terdapat

sebagian karang hidup. Ada beberapa usaha/kegiatan masyarakat yang dilakukan

di perairan Pantai Desa Ponelo diantaranya pemeliharaan ikan kerapu

menggunakan keramba jaring apung (KJA) dan penangkapan ikan menggunakan

sero.

Page 2: 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/957/10/2012-2-54242-633408053-bab4... · 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Kawasan

Sumber : Daud, 2012

B. Komunitas Ikan di Ekosistem

Hasil penelitian pada

Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulaun, Kabupaten Gorontalo Utara secara

keseluruhan jumlah ikan yang

dari 12 famili yaitu 3 spesies dari famili Mullidae, 3 spesies d

Pomacentridae, 3 spesies dari famili Siganidae, 3 spesies dari famili Scaridae, 2

Daud, 2012

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian

B. Komunitas Ikan di Ekosistem Padang Lamun

Hasil penelitian pada ekosistem padang lamun di Perairan Pantai Desa

Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulaun, Kabupaten Gorontalo Utara secara

jumlah ikan yang ditemukan sebanyak 21 spesies ikan yang

dari 12 famili yaitu 3 spesies dari famili Mullidae, 3 spesies d

Pomacentridae, 3 spesies dari famili Siganidae, 3 spesies dari famili Scaridae, 2

ST II

ST I

26

Perairan Pantai Desa

Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulaun, Kabupaten Gorontalo Utara secara

21 spesies ikan yang terdiri

dari 12 famili yaitu 3 spesies dari famili Mullidae, 3 spesies dari famili

Pomacentridae, 3 spesies dari famili Siganidae, 3 spesies dari famili Scaridae, 2

ST III

Page 3: 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/957/10/2012-2-54242-633408053-bab4... · 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Kawasan

27

spesies dari famili Labridae dan masing-masing 1 spesies dari famili

Acanthuridae, famili Lethrinidae, famili Gobiidae, famili Lutjanidae, famili

Gerreidae, famili Zanclidae, dan famili Haemulidae. Secara lengkap disajikan

pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Jenis Ikan yang ditemukan Pada Lokasi Penelitian

No

Famili Spesies Lokasi

Total individu Stasiun

1 Stasiun

2 Stasiun

3

1

Mullidae

Parupeneus indicus 0 0 5 5 Scarus dimidiatus 0 0 4 4 Parupeneus multifasciatus 0 0 5 5

2

Pomacentridae

Chrysiptera rollandi 2 3 3 8 Abudefduf bengalensis 4 3 4 11 Amblyglyphidodon curacao 6 8 9 23

3

Siganidae

Siganus canaliculatus 14 7 0 21 Siganus punctatissimus 15 13 15 43 Siganus virgatus 4 12 4 20

4

Scaridae

Calotomus spinidens 2 6 13 21 Scarus dimidiatus 0 1 3 4 Scarus ghobban 1 2 5 8

5 Acanthuridae Acanthurus xanthopterus 1 0 3 4

6 Lethrinidae Lethrinus lentjan 0 2 1 3

7 Gobiidae Amblygobius phalaena 3 5 2 10

8 Lutjanidae Lutjanus decussatus 0 0 2 2

9 Gerreidae Gerres oyena 4 2 0 6

10 Zanclidae Zanclus cornutus 0 0 3 3

11 Haemulidae Plectorhinchus polytaenia 1 3 3 7

12 Labridae

Halichoeres hortulanus

11 3 3 17

Halichoeres zeylonicus 6 1 5 12

Total spesies 74 71 92 237 Ket: Stasiun 1. Dekat pemukiman Stasiun 2. Tidak ada pemukiman Stasiun 3. Dekat mangrove

Jumlah famili dan spesies yang diperoleh relatif lebih sedikit dibandingkan

dengan beberapa wilayah lain di Indonesia, antara lain penelitian yang dilakukan

Page 4: 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/957/10/2012-2-54242-633408053-bab4... · 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Kawasan

28

di Pulau Barrang Lompo pada tahun 2010 pada ekosistem padang lamun

ditemukan jenis ikan lamun secara keseluruhan yaitu 28 spesies ikan yang berasal

dari 14 famili (Rappe, 2010).

Selanjutnya di Pantai Tanjung Merah Perairan Bitung diperoleh jenis ikan

pada tahun 2003 terdiri dari 35 famili dengan jumlah 108 jenis ikan lamun, tahun

2004 terdapat 24 famili dengan 50 jenis ikan lamun, sementara pada tahun 2005

terdapat 26 famili dengan 60 jenis ikan lamun (Heriman, 2006)

Berdasarkan Tabel 5 maka diperoleh bahwa stasiun 3 yang memiliki

jumlah spesies maupun jumlah individu tertinggi yaitu sebanyak 92 spesies.

Setelah itu disusul stasiun 1 dengan jumlah jenis ikan lamun sebanyak 74 dan

terakhir disusul stasiun 2 sebanyak 71 spesies. Berdasarkan pengamatan kondisi

lamun dari ketiga stasiun menunjukkan bahwa stasiun 3 kondisi lamunnya lebih

rapat dibandingkan 2 stasiun lainnya. Hal ini mungkin yang menyebabkan

tingginya jumlah spesies dan jumlah individu yang ditemukan di stasiun 3.

Menurut Takaendangan, dkk, (2004), kerapatan padang lamun dan

banyaknya jenis lamun penyusun berpengaruh terhadap keberadaan ikan disuatu

daerah/lokasi. Keanekaragaman ikan ditemukan lebih tinggi pada padang lamun

dengan kerapatan yang tinggi baik itu tersusun oleh satu spesies lamun

(monospesifik) maupun oleh lebih dari satu spesies lamun (multispesific),

dibandingkan pada padang lamun dengan kerapatan rendah dan pada daerah tidak

bervegetasi.

Famili mullidae tidak ditemukan pada stasiun 1 dan 2 dimana hanya

terdapat pada stasiun 3. Hal ini disebabkan stasiun 1 dan 2 tidak terdapat karang

Page 5: 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/957/10/2012-2-54242-633408053-bab4... · 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Kawasan

29

hidup yang berasosiasi dengan ekosistem padang lamun. Siklus hidup dari famili

mullidae lebih dominan pada ekosistem terumbu karang dibandingkan pada

ekosistem padang lamun dan merupakan ikan nokturnal (aktif ketika malam hari)

dan diurnal (aktif ketika siang hari),

Terangi (2004), menyatakan pengelompokan ikan karang berdasarkan

periode aktif mencari makan ada 3 yaitu:

1. Ikan nokturnal (aktif ketika malam hari), contohnya pada ikan-ikan dari

suku Holocentridae, suku Apogoninade, suku Hamulidae, suku

Priacanthidae, Muraenidae, Seranidae, dan suku Mullidae.

2. Ikan diurnal (aktif ketika siang hari), contohnya pada ikan-ikan dari suku

Labridae, suku Chaetodontidae, suku Pomacentridae, suku Scaridae, suku

Acanthuridae, suku Bleniidae, suku Balistidae, suku Pomaccanthidae,

suku Monacanthidae, suku Ostracionthidae, suku Etraodontidae, suku

Canthigasteridae dan suku Mullidae.

3. Ikan crepuscular (aktif diantara) contohnya pada ikan-ikan dari suku

Sphyraenidae, suku Serranidae, suku Carangidae, suku Scorpaenidae, suku

Synodontidae, suku Carcharhinidae, suku lamnidae dan suku Spyrnidae.

C. Komposisi Jenis Ikan di Ekosistem Padang Lamun

Menurut Fachrul (2007) dalam Latuconsina, dkk, (2012), komposisi

spesies adalah perbandingan antara jumlah individu setiap spesies dengan jumlah

individu seluruh spesies yang tertangkap dikalikan dengan nilai 100%. Hasil nilai

rata-rata analisa data untuk komposisi jenis ikan dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 6: 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/957/10/2012-2-54242-633408053-bab4... · 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Kawasan

30

Tabel 6. Komposisi Jenis Ikan yang ditemukan Pada Lokasi Penelitian

No Famili Spesies Lokasi Rata-

rata (%)

Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

1

Mullidae

Parupeneus indicus 0,00 0,00 5,43 1,81 Scarus dimidiatus 0,00 0,00 4,35 1,45 Parupeneus multifasciatus 0,00 0,00 5,43 1,81

2

Pomacentridae

Chrysiptera rollandi 2,70 4,23 3,26 3,40 Abudefduf bengalensis 5,41 4,23 4,35 4,66 Amblyglyphidodon curacao 8,11 11,27 9,78 9,72

3

Siganidae

Siganus canaliculatus 18,92 9,86 0,00 9,59 Siganus punctatissimus 20,27 18,31 16,30 18,29 Siganus virgatus 5,41 16,90 4,35 8,88

4

Scaridae

Calotomus spinidens 2,70 8,45 14,13 8,43 Scarus dimidiatus 0,00 1,41 3,26 1,56 Scarus ghobban 1,35 2,82 5,43 3,20

5 Acanthuridae Acanthurus xanthopterus 1,35 0,00 3,26 1,54

6 Lethrinidae Lethrinus lentjan 0,00 2,82 1,09 1,30

7 Gobiidae Amblygobius phalaena 4,05 7,04 2,17 4,42

8 Lutjanidae Lutjanus decussatus 0,00 0,00 2,17 0,72

9 Gerreidae Gerres oyena 5,41 2,82 0,00 2,74

10 Zanclidae Zanclus cornutus 0,00 0,00 3,26 1,09

11 Haemulidae Plectorhinchus polytaenia 1,35 4,23 3,26 2,95

12 Labridae

Halichoeres hortulanus

14,86 4,23 3,26 7,45

Halichoeres zeylonicus 8,11 1,41 5,43 4,98 Berdasarkan Tabel 6 diperoleh nilai rata-rata komposisi jenis ikan

ekosistem padang lamun tertinggi adalah famili Siganidae, spesies Siganus

punctatissimus sebanyak 18,29%. Setelah itu disusul famili Pomacentridae,

spesies Amblyglyphidodon curacao sebanyak 9,72%, famili Scaridae, spesies

Calotomus spinidens sebanyak 8,43%, Famili Labridae, spesies Halichoeres

hortulanus sebanyak 7,45%, Halichoeres zeylonicus sebanyak

4,98%, famili Gobiidae, spesies Amblygobius phalaena sebanyak 4,42%, famili

Haemulidae, spesies Plectorhinchus polytaenia sebanyak 2,95%, famili

Page 7: 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/957/10/2012-2-54242-633408053-bab4... · 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Kawasan

31

Gerreidae, spesies Gerres oyena sebanyak 2,74%, famili Mullidae, spesies

Parupeneus indicus sebanyak 1,81%, famili Acanthuridae, spesies Acanthurus

xanthopterus sebanyak 1,54%, Famili Lethrinidae, spesies Lethrinus lentjan

sebanyak 1,30%, famili, Zanclidae, spesies Zanclus cornutus sebanyak 1,09%,

famili Lutjanidae, spesies Lutjanus decussatus sebanyak 0,72%.

Perbedaan jumlah nilai setiap jenis tidak terlalu menyolok dapat dilihat

dari beberapa jenis yang nilai hanya berbeda 1% diantaranya spesies

Amblyglyphidodon curacao sebanayak 9,72%, spesies Calotomus spinidens

sebanyak 8,43% dan spesies Halichoeres hortulanus sebanyak 7,45%,. Perbedaan

ini diduga ataupun diakibatkan oleh lokasi pengambilan sampel yang berbeda, di

samping faktor ekologi yang lain. Jenis yang dominan pada penelitian ini

menunjukkan kemiripan dengan beberapa penelitian lain di perairan Indonesia

bagian Timur, yaitu famili Siganidae lebih dominan dibandingkan jenis-jenis

lainnya.

Makatipu (2007), melaporkan di Perairan Padang Lamun Tanjung Merah,

Bitung, Sulawesi Utara komposisi/kelimpahan jenis ikan yang dominan adalah

famili Labridae. Terdapat dua jenis diantaranya Halichoeres papilionaceus

(16,08%) dan H. melanurus (15,65%) selanjutnya diikuti famili Siganus, spesies

Siganus canaliculatus dengan komposis/kelimpahan 11,13%.

Data hasil penelitian dibandingkan dengan beberapa hasil penelitian di

perairan tropik yang lain, dengan menyusun daftar familli berdasarkan sepuluh

famili ikan terpenting pada berbagai ekosistem padang lamun di Perairan Tropik

di Indonesia (Tabel 1). Dimana famili Siganidae dalam skala dunia tidak masuk

Page 8: 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/957/10/2012-2-54242-633408053-bab4... · 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Kawasan

32

dalam sepuluh besar namun menduduki peringkat tiga di Pulau Seribu

(Peristiwady, 1988 dalam Heriman, 2006). Hasil penelitian menujukkan bahwa

famili Siganidae menduduki peringkat pertama. Ini kemugkinan disebabkan

tempat hidupnya lebih dominan pada ekosistem padang lamun dari pada di

ekosistem terumbu karang dan diduga karena famili ini menjadikan ekosistem

padang lamun pada perairan Pantai Ponelo sebagai habitat ideal untuk tempat

asuhan dan pembesaran. Famili Siganidae merupakan penghuni berkala atau

transit yang mengunjungi padang lamun untuk berlindung atau mencari makan

(Tomascik, et al., 1997 dalam Heriman 2006).

D. Indeks Keanekaragaman, Kemerataan, dan Dominansi

Menurut Odum, (1983) dalam Rappe, (2010), indeks keanekaragaman,

keseragaman/kemertaan, dan dominansi menunjukkan keseimbangan dalam

pembagian jumlah individu setiap jenis dan juga menunjukkan kekayaan jenis.

Hasil analisa data untuk indeks keanekaragaman (D’), indeks

keseragaman/kemerataan (Es) dan indeks dominansi (D) ikan yang ditemukan

selama penelitian setiap staiun dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai Rata-Rata Indeks keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi di Setiap Stasiun Pengamatan

No Stasiun Indeks

Keanekaragaman (D')

Indeks Kemerataan (Es)

Indeks Dominansi (D)

1 Stasiun 1 0,88 0,94 0,12

2 Stasiun 2 0,89 0,95 0,11

3 Stasiun 3 0,92 0,96 0,08

Page 9: 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/957/10/2012-2-54242-633408053-bab4... · 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Kawasan

33

Berdasarkan Tabel 7 diperoleh indeks keanekaragaman (D’) ikan pada

ekosistem lamun pada seluruh stasiun berkisar antara, 0,88 – 0,92 kategori

keanekaragaman tinggi, sementara indeks keseragaman/kemerataan (Es) berkisar

antara, 0,94 – 0,92 dengan kategori tinggi dan untuk indeks dominansi (D) ikan

pada ekosistem lamun pada semua lokasi berkisar antara, 0,08 - 0,12 dengan

kategori dominasi rendah, sehingga kriteria komunitas berada pada kondisi stabil.

Umumnya apabila suatu komunitas memiliki nilai keanekaragaman (D’)

dan keseragaman/kemerataan (Es) tinggi, maka nilai dominansi (D) cenderung

rendah; menandakan kondisi komunitas yang stabil; sebaliknya apabila nilai

keanekaragaman (D’) dan keseragaman/kemerataan (Es) rendah, maka nilai

dominansi (D) tinggi, menunjukkan ada dominasi suatu spesies terhadap spesies

lain; dan dominasi yang cukup besar akan mengarah pada kondisi komunitas yang

labil atau tertekan (Masrizal & Azhar, 2001 dalam Manik, 2011).

Menurut Takaendangan, dkk, (2004), kerapatan padang lamun dan

banyaknya jenis lamun penyusun berpengaruh terhadap keberadaan ikan disuatu

daerah/lokasi. Keanekaragaman ikan ditemukan lebih tinggi pada padang lamun

dengan kerapatan yang tinggi baik itu tersusun oleh satu spesies lamun

(monospesifik) maupun oleh lebih dari satu spesies lamun (multispesific),

dibandingkan pada padang lamun dengan kerapatan rendah dan pada daerah tidak

bervegetasi.

Nilai yang diperoleh relatif lebih rendah dibandingkan dengan beberapa

wilayah lain di Indonesia, antara lain di hamparan ekositem padang lamun di

Pantai Tanjung Merah dilaporkan bahwa indeks keanekaragaman pada tahun 2003

Page 10: 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/957/10/2012-2-54242-633408053-bab4... · 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Kawasan

34

berkisar antara 3,14-3,97, pada tahun 2004 berkisar antara 2,64-2,23, dan pada

tahun 2005 berkisar antara 2,79-3,21. Sementara indeks keseragaman/kemerataan

pada tahun 2003 berkisar antara 0,68-0,82, pada tahun 2004 berkisar antara

0,49-0,51 dan pada tahun 2005 berkisar antara 0,64-0,73 (Heriman, 2006).

Adapun di Pulau Barrang Lompo pada tahun 2010. Dimana nilai indeks

keanekaragaman pada semua stasiun berkisar antara 1,10–2,44, sementara nilai

indeks keseragaman/kemerataan pada semua stasiun berkisar antara 0,60-0,85,

sedangkan nilai indeks dominasi dilaporkan pada semua stasiun berkisar antara

0,12–0,41 (Rappe, 2010).

Hasil perhitungan menggunakan analisis rancangan acak kelompok

(varians) dengan uji f menggunakan ANOVA dua arah (Two-way

Anova) menunjukkan tidak ada perbedaan antara nilai indeks keanekaragaman

(D’), kemerataan (Es) dan dominasi (D) dari tiap – tiap stasiun dimana Fhitung

lebih kecil dari Ftabel (Lampiran 5). Hasil ini menandakan bahwa ketiga

lokasi/stasiun penelitian tidak ada perbedaan atau memiliki kemiripan dan

mengalami tingkat gangguan yang sama. Dilihat dari kondisi lokasi penelitian

belum ada kegiatan/aktivitas masyarakat yang dapat merusak ekosistem padang

lamun.

E. Parameter Kualitas Air Laut yang Mendukung Kehidupan Ikan di Ekosistem Padang Lamun

Hasil pengukuran nilai rata-rata parameter kualitas air laut yaitu suhu, pH,

dan salinitas pada seluruh stasiun pengamatan dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 11: 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/957/10/2012-2-54242-633408053-bab4... · 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Kawasan

35

Tabel 8. Nilai Parameter Kualitas Air Laut pada Lokasi Penelitian Parameter Kualitas air laut

Satuan Lokasi Nilai

rata-rata Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Temperatur air Laut (suhu)

(⁰C) 30,1 30,3 30,1 30,17

pH air Laut (-) 6,91 6,81 6,82 6,85 Salinitas air

Laut (‰) 33 35 30 32,67

1. Suhu

Hasil pengukuran suhu di seluruh stasiun pengamatan selama di lapangan

maka diperoleh kisaran suhu rata-rata 30,17 oC, sehingga dapat dikatakan

perairan ini masih dianggap layak bagi kehidupan ikan. Kisaran suhu yang

dianggap layak bagi kehidupan organisme akuatik bahari adalah 25- 32 ⁰C.

Kisaran suhu ini umumnya di daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Laju

metabolisme ikan dan hewan air lainnya secara langsung meningkat dengan

naiknya suhu. Peningkatan metabolisme juga berarti meningkatkan kebutuhan

akan oksigen (Perkins, 1974 dalam Efriyeldi, 1999).

2. pH

Nilai rata-rata pH yang diperoleh dari hasil pengukuran di seluruh stasiun

pengamatan yaitu berkisar 6,85, sehingga dapat dikatakan perairan ini dalam

keadaan baik dan masih optimal bagi kehidupan ikan. Seperti yang diketahui

bahwa nilai pH yang normal dalam suatu perairan berkisar antara 6-8.

Menurut Kordi dan Tancung (2007) dalam Latuconsina, dkk, (2012), nilai

pH 6,5 – 9,0 merupakan kisaran pH optimal bagi pertumbuhan ikan. pH air

mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad

renik. Perairan yang asam akan kurang produktif karena kandungan oksigen

Page 12: 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/957/10/2012-2-54242-633408053-bab4... · 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Kawasan

36

terlarutnya rendah, yang berakibat aktivitas pernafasan ikan meningkat dan nafsu

makan menurun. Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh yang besar

terhadap kehidupan tumbuhan dan hewan perairan sehingga dapat digunakan

sebagai petunjuk untuk menilai kondisi suatu perairan sebagai lingkungan tempat

hidup (Odum, 1996 dalam Herawati, 2008).

3. Salinitas

Berdasarkan pengukuran di lapangan nilai rata-rata salinitas diseluruh

stasiun pengamatan yaitu : 32,67‰, dan masih toleran terhadap kehidupan ikan.

Laevastu & Hayes (1982) dalam Latuconsina, dkk, (2012), kisaran optimal air laut

yaitu 30‰ - 40‰, dimana bahwa dengan kisaran ini ikan masih toleran hidup.

Setiap jenis ikan memiliki kemampuan yang berbeda untuk beradaptasi dengan

salinitas perairan laut, meskipun ada yang bersifat eurihaline namun sebagian

besar bersifat stenohalin. Sementara itu menurut Kordi dan Tancung (2007) dalam

Latuconsina, dkk, (2012), salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air,

dan semakin tinggi salinitas akan semakin besar tekanan osmotiknya yang

berpengaruh terhadap biota perairan.

4. Substrat

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan bahwa diseluruh stasiun

mempunyai jenis substrat yang sama yaitu pasir kasar, bercampur pecahan karang

mati, pecahan cangkang mollusca dan terdapat karang hidup. Menurut Lalli &

Parsons (1993) dalam Pandiangan (2006), substrat batu menyediakan tempat bagi

spesies yang melekat sepanjang hidupnya, juga digunakan oleh hewan yang

bergerak sebagai tempat perlindungan terhadap predator. Substrat dasar yang

Page 13: 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/957/10/2012-2-54242-633408053-bab4... · 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Kawasan

37

halus seperti lumpur, pasir, pecahan karang mati dan tanah liat menjadi tempat

makanan dan perlindungan bagi ikan maupun hewan dasar.