243083499 Giant Cell Tumor

33
BAB I PENDAHULUAN Giant Cell Tumor atau oesteoclastoma adalah tumor yang relatif jarang, ditandai dengan adanya sel giant multinuklear. Jenis tumor ini biasanya dianggap sebagai tumor jinak. GCT, yang paling sering terjadi pada epiphysis tulang panjang, merupakan tumor jinak yang meluas kaya akan sel raksasa osteoklastik. Sering terjadi pada usia 20 sampai 40 tahun. Dalam klasifikasi tumor jaringan lunak dan tulang yang diajukan oleh World Health Organization tahun 2002, GCT jaringan lunak saat ini diklasifikasikan dalam kelompok tersendiri. Sebagian besar tumor sel raksasa terjadi pada tulang panjang, tibia proksimal, distal femur, radius distal, dan humerus bagian proksimal, meskipun Giant Cell Tumor ini juga telah dilaporkan dapat terjadi pada sakrum, kalkaneus, serta tulang kaki. Tumor ini biasanya muncul di metafisis dari lempeng epifisis. Pada umumnya tumor ini menyebabkan destruksi dari tulang, lokal metastasis, metastasis ke paru-paru, serta kelenjar getah bening (jarang), atau bertransformasi kearah keganasan (jarang). Sifat khas dari tumor sel raksasa ini adalah adanya stroma vaskular dan selular yang terdiri dari sel-sel berbentuk oval yang mengandung sejumlah nukleus

description

tumor

Transcript of 243083499 Giant Cell Tumor

Page 1: 243083499 Giant Cell Tumor

BAB I

PENDAHULUAN

Giant Cell Tumor atau oesteoclastoma adalah tumor yang relatif jarang,

ditandai dengan adanya sel giant multinuklear. Jenis tumor ini biasanya dianggap

sebagai tumor jinak. GCT, yang paling sering terjadi pada epiphysis tulang

panjang, merupakan tumor jinak yang meluas kaya akan sel raksasa osteoklastik.

Sering terjadi pada usia 20 sampai 40 tahun. Dalam klasifikasi tumor jaringan

lunak dan tulang yang diajukan oleh World Health Organization tahun 2002, GCT

jaringan lunak saat ini diklasifikasikan dalam kelompok tersendiri.

Sebagian besar tumor sel raksasa terjadi pada tulang panjang, tibia

proksimal, distal femur, radius distal, dan humerus bagian proksimal, meskipun

Giant Cell Tumor ini juga telah dilaporkan dapat terjadi pada sakrum, kalkaneus,

serta tulang kaki. Tumor ini biasanya muncul di metafisis dari lempeng epifisis.

Pada umumnya tumor ini menyebabkan destruksi dari tulang, lokal metastasis,

metastasis ke paru-paru, serta kelenjar getah bening (jarang), atau bertransformasi

kearah keganasan (jarang).

Sifat khas dari tumor sel raksasa ini adalah adanya stroma vaskular dan

selular yang terdiri dari sel-sel berbentuk oval yang mengandung sejumlah

nukleus lonjong, kecil dan berwarna gelap. Sel raksasa ini merupakan sel besar

dengan sitoplasma yang berwarna merah muda; sel ini mengandung sejumlah

nukleus yang vesikular dan menyerupai sel-sel stroma. Walaupun tumor ini

biasanya dianggap jinak, tetapi tetap memiliki berbagai derajat keganasan,

tergantung pada sifat sarkomatosa dari stromanya. Pada jenis yang ganas, tumor

ini menjadi anaplastik dengan daerah-daerah nekrosis dan perdarahan.

Page 2: 243083499 Giant Cell Tumor

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Giant cell tumor (tumor sel raksasa) juga dikenal sebagai osteoklastoma

adalah suatu neoplasma yang mengandung sejumlah besar sel raksasa mirip

osteoklas bercampur dengan sel mononukleus. Tumor ini juga sering terjadi,

membentuk sekitar 20% dari semua tumor jinak tulang.

Tumor giant cell (TGC) tulang merupakan sebuah lesi yang bersifat jinak

tetapi secara lokal dapat bersifat agresif dan destruktif yang ditandai dengan

adanya vaskularisasi yang banyak pada jaringan penyambung termasuk

proliferasi sel-sel mononuklear pada stroma dan banyaknya sel datia yang

tersebar serupa osteoklas.

2.2. Epidemiologi dan Insidensi

a. Epidemiologi

Tumor ini mewakili sekitar 20% dari tumor jinak tulang primer.

Kebanyakan dijumpai pada usia 20-40 tahun jarang ditemukan pada anak-

anak. Insiden di Amerika Serikat dan Eropa, GCT mewakili sekitar 5%

dari seluruh tumor primer tulang dan 21% dari semua tumor jinak tulang.

Di cina, GCT ditemukan 20% merupakan tumor tulang primer. Wanita

lebih sering menderita GCT dibandingkan dengan laki-laki.

b. Insidensi

Gambar 1. Distribuasi GCT sesuai dengan umur. Gambar 2. Distribusi GCT sesuai dengan jenis kelamin

Page 3: 243083499 Giant Cell Tumor

Jenis tumor tulang primer memiliki bentuk jinak dan ganas. Bentuk (non-

kanker) jinak yang paling umum. Tumor sel raksasa tulang biasanya

mempengaruhi kaki (biasanya dekat lutut) atau tulang lengan orang

dewasa muda dan setengah baya. Mereka tidak sering menyebar ke tempat

yang jauh, tetapi cenderung untuk kembali di mana mereka mulai setelah

operasi (ini disebut kekambuhan lokal). Hal ini dapat terjadi beberapa kali.

Dengan kekambuhan masing-masing, tumor menjadi lebih mungkin untuk

menyebar ke bagian lain dari tubuh. Jarang, Giant Cell Tumor menyebar

ke bagian lain dari tubuh tanpa terlebih dahulu berulang secara lokal. Hal

ini terjadi dalam bentuk (kanker) ganas dari tumor.

2.3.

Anatomi

Sistem rangka dapat dibagi menjadi dua bagian menurut fungsinya, yaitu

pertama kerangka aksial yang terdiri dari tulang kepala (cranium atau tulang

tengkorak), leher (tulang hyoid dan vertebra), dan tulang rusuk, tulang dada,

tulang belakang dan sakrum. Kedua kerangka appendikular yang terdiri dari

tulang limbs, termasuk tulang bahu dan tulang pubis.12

Kerangka terdiri dari tulang rawan dan tulang. Tulang rawan adalah

bentuk dari jaringan ikat yang membentuk bagian dari kerangka dimana lebih

Gambar 3. Lokasi GCT pada epiphysis.

Page 4: 243083499 Giant Cell Tumor

fleksibel. Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk alat gerak pasif,

proteksi alat dalam tubuh, permukaan tubuh, metabolisme kalsium dan

mineral dan organ hemopoetik. Tulang juga merupakan jaringan ikat yang

dinamis yang selalu diperbarui melalui proses remodeling yang terdiri dari

proses resorpsi formasi. Dengan proses resorpsi, bagian tulang yang tua dan

rusak akan dibersihkan dan diganti oleh tulang yang baru melalui proses

formasi. Proses resorpsi dan formasi selalu berpasangan. Dalam keadaan

normal, massa tulang yang diresoprsi akan sama dengan massa tulang yang

diformasi, sehingga terjadi keseimbangan. Pada pasien osteoporosis, proses

lebih aktif dibandingkan formasi, sehingga terjadi defisit massa tulang dan

tulang menjadi semakin tipis dan perforasi.

Kebanyakan tulang mulai keluar sebagai tulang rawan. Tubuh kemudian

meletakkan kalsium turun ke tulang rawan untuk membentuk tulang. Setelah

tulang terbentuk, tulang rawan beberapa mungkin tetap berada di ujungnya

untuk bertindak sebagai bantalan antara tulang. Tulang rawan ini, bersama

dengan ligamen dan beberapa jaringan lain terhubung untuk membentuk

tulang sendi. Pada orang dewasa, tulang rawan terutama ditemukan pada akhir

beberapa tulang sebagai bagian dari sendi. Hal ini juga terlihat di tempat di

dada di mana tulang rusuk memenuhi sternum (tulang dada) dan di bagian

wajah. Trakea (tenggorokan), laring (kotak suara), dan bagian luar telinga

adalah struktur lain yang mengandung tulang rawan.

Dalam beberapa tulang sumsum hanya jaringan lemak. Sumsum di tulang

lainnya adalah campuran dari sel-sel lemak dan darah pembentuk sel. Darah

pembentuk sel menghasilkan sel darah merah, sel darah putih, dan platelet

darah. Sel-sel lain dalam sumsum termasuk sel-sel plasma, fibroblas, dan sel-

sel retikuloendotelial.Sel dari salah satu jaringan dapat berkembang menjadi

kanker.15

Page 5: 243083499 Giant Cell Tumor

Pada Giant Cell Tumor sebagian besar terjadi ditulang panjang, misalnya

tibia proksimal, distal femur, radius distal, dan humerus bagian proksimal.

Femur adalah tulang terpanjang dan terberat dalam tubuh. Itu mengirimkan

berat badan dari tulang pinggul untuk tibia ketika seseorang berdiri.

Panjangnya sekitar seperempat dari tinggi orang tersubur. Femur terdiri dari

poros (tubuh) dengan dua ujung. Bagian proksimal dari femur terdiri dari

kepala, leher dan dua trochanters.

2.4. Patofisiologi

Giant cell tumor pada tulang terjadi secara spontan. Mereka tidak

diketahui apakah terkait dengan trauma, faktor lingkungan, atau diet. Pada

kasus-kasus yang jarang, mereka mungkin berhubungan dengan

hiperparatiroidisme.

Dalam Beberapa penelitian pembentukan GCT ada beberapa faktor yang

menetukan, pertama yaitu adanya perubahan siklin, dimana siklin memainkan

peran penting dalam mengatur perjalanan membagi sel melalui pos

pemeriksaan penting dalam siklus sel. Karena perubahan dari beberapa siklin,

terutama siklin D1, telah terlibat dalam perkembangan neoplasma, para

Gambar 4 . Anatomi Tulang Panjang . (dikutip dari kepustakaan 28)

Page 6: 243083499 Giant Cell Tumor

peneliti memeriksa 32 kasus GCT pada tulang panjang untuk amplifikasi gen

siklin D1 dan overekspresi protein menggunakan diferensial polymerase chain

reaction dan imunohistokimia, masing-masing.

Kedua, adanya evaluasi Immunohistokimia yang terkait dengan ekspresi

microphtalmia yang merupakan faktor transkripsi dalam lesi giant cell.

Microphtalmia terkait dengan faktor transkripsi (Mitf), anggota subfamili

heliks-loop-helix faktor transkripsi, biasanya dinyatakan dalam oesteoklas

mononuklear dan multinuklear, terlibat dalam differensiasi terminal

oesteoklas. Disfungsi aktivitas oesteoklas yang menghasilkan ekspresi Mitf

yang abnormal serta telah terlibat oesteoporosis. Sejumlah sel giant lainnya

dari berbagai jenis termasuk oesteoklas seperti sel-sel giant terlihat dalam

berbagai tumor, secara tradisional dianggap berasal monosit, terlihat dalam

berbagai tulang dan lesi extraosseus.

Ketiga adalah sel stroma. Sel stroma Fibroblastlike, yang selalu hadir

sebagai komponen dari tumor sel raksasa pada tulang (GCT), dapat diamati

dikedua sampel in vivo dan kultur. Meskipun mereka diasumsikan untuk

memicu proses kanker di GCT, histogenesis sel stroma GCT adalah kurang

diketahui. Hal ini diketahui bahwa sel batang mesenchymal (MSC) dapat

berkembang ke oesteoblas. Bukti telah disajikan bahwa sel-sel stroma GCT

juga dapat mengembangkan untuk oesteoblas. Sebuah koneksi antara MSC

dan sel stroma GCT dicari dengan menggunakan 2 pendekatan laboratorium

yang berbeda.

2.5. Klasifikasi

Enneking mengemukakan suatu sistem klasifikasi stadium TGC

berdasarkan klinisradiologis-histopatologis sebagai berikut:

a. Stage 1: Stage inaktif/laten: (i) klinis, tidak memberikan keluhan, jadi

ditemukan secara kebetulan, bersifat menetap/tidak ada proses

pertumbuhan; (ii) radiologis, lesi berbatas tegas tanpa kelainan korteks

tulang: dan (iii) histopatologi, didapat gambaran sitologi yang jinak, rasio

sel terhadap matriks rendah.

Page 7: 243083499 Giant Cell Tumor

b. Stage 2: stage aktif: (i) klinis: didapat keluhan, ada proses pertumbuhan;

(ii) radiologis: lesi berbatas tegas dengan tepi tidak teratur, ada gambaran

septa di dalam tumor. Didapati adanya bulging korteks tulang; dan (iii)

histopatologis: gambaran sitologi jinak, rasio sel tehadap matriks

berimbang.

c. Stage 3: stage agresif: (i) klinis: ada keluhan, dengan tumor yang tumbuh

cepat; (ii) radiologis: didapatkan destruksi korteks tulang, sehingga tumor

keluar dari tulang dan tumbuh ke arah jaringan lunak secara cepat; didapati

reaksi periosteal segitiga Codman, kemungkinan ada fraktur patologis; dan

(iii) histopatologis: gambaran sitologi jinak dengan rasio sel terhadap

matriks yang tinggi, bisa didapat nukleus yang hiperkromatik, kadang

didapat proses mitosis.

2.6. Manifestasi Klinis

Osteoklastoma (giant cell tumor = tumor sel raksasa) merupakan tumor

tulang yang mempunyai sifat dan kecenderungan untuk berubah menjadi

ganas dan agresif sehingga tumor ini dikategorikan sebagai suatu tumor ganas.

Tumor sel raksasa menempati urutan ke dua (1,75%) dari seluruh tumor ganas

tulang, terutama ditemukan pada umur 20-40 tahun dan jarang sekali di bawah

umur 20 tahun dan lebih sering pada wanita daripada pria.

Gejala utama yang ditemukan berupa nyeri serta pembengkakan terutama

pada lutut dan mungkin ditemukan efusi sendi serta gangguan gerakan pada

sendi. Mungkin juga penderita datang berobat dengan gejala-gejala fraktur

(10%).6 Dapat juga terjadi pembesaran massa secara lambat. Lebih dari tiga

per empat pasien tercatat mengalami pembengkakan pada lokasi tumor.

Keluhan lain yang jarang terjadi adalah kelemahan, keterbatasan gerak sendi

dan fraktur patologis.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan massa yang keras dan nyeri

ditemukan pada lebih dari 80% pasien. Disuse Atrophy, efusi pada persendian

atau hangat pada lokasi tumor.

Page 8: 243083499 Giant Cell Tumor

Bila lesi tumor terletak di tulang-tulang vertebra dapat timbul gejala

nerologis. Nyeri tekan pada pemeriksaan palpasi juga didapatkan pada pasien.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan atrofi otot dan menurunnya

pergerakan sendi. TGC pada sakrum sering menimbulkan gejala low back

pain yang meluas di kedua ekstremitas bagian bawah dan dapat disertai gejala

neurologis, gangguan berkemih atau buang air besar.

2.7. Pemeriksaan Penunjang

2.7.1 Gambaran Radiologi

a. X-RAY

Gambaran radiologi GCT pada tulang panjang melibatkan

metafisis dan epifisis yang meluas ke permukaan sendi. Lesi

tampak radiolusen, sering disertai trabekulasi dan berbatas jelas.

Korteks tulang menipis dan kadang-kadang menggembung

(ballooning). Gambaran khas GCT pada X-ray adalah soap bubble

appearnce dan kadng-kadang membentuk gambaran egg shell.

Sebagian besar lesi bersifat eksentrik dan dekat dengan permukaan

persendian.

b. CT-scan

Pemeriksaan CT-scan membantu menentukan luas dekstruksi

korteks secara tepat dan lokasi optimal untuk cortical window.

c. MRI

Pemeriksaan MRI diindikasikan ketika tumor telah

mengikis korteks dan dicurigai adanya keterlibatan neurovaskular.

Pemeriksaan MRI dapat membantu mengevaluasi penetrasi

subkondral.

d. Bone Scan

Bone scan akan menunjukkan penurunan ambilan radioisotop

di tengah lesi (doughnut sign).

Page 9: 243083499 Giant Cell Tumor

2.7.2 Biopsi

Pemeriksaan biopsi dapat dilakukan dengan metode frozen section

bersamaan dengan tindakan operasi maupun secara terpisah. Sediaan

diambil dari area yang nekrosis dan hemoragis. Pada pemeriksaan

histologi didapatkan gambaran giant cell berinti banyak dengan sel

stroma yang homogen, berinti satu yang bulat atau oval. Nukleus sel

stroma yang identik dengan nukleus giant cell merupakan gambaran

histologi yang khas pada GCT yang membedakan dengan kondisi lain

yang mengandung giant cell.

Gambar 8. Gambaran

mikoroskopis giant cell

tumour

2.8 Penatalaksanaan

Penanganan giant cell tumour adalah operasi, baik dengan kuratase

intralesi, maupun eksisi luas.

1. Stage 1 atau 2

Untuk lesi stage 1 atau 2, tujuan terapi adalah mengangkat lesi dengan

tetap menyelamatkan sendi yang terlibat. Terapi yang dipilih adalah

kuretase. Namun karena tingginya angka rekurensi post kuretase, yaitu

sekitar 22 hingga 52 %, maka dilakukan ajuvan terapi dengan

menggunakan nitrogen cair, phenol, atau methylmethacrylate. Dengan

penambahan ajuvan terapi, kesuksesan kontrol lokal meningkat menjadi 85

Page 10: 243083499 Giant Cell Tumor

sampai 90 %. Eksisi dilakukan dengan membuat cortical window yang

cukup luas untuk mengakses setiap sudut dari lesi intraoseus.

Kryoterapi dengan nitrogen cair dapat menyebabkan kematian sel

tumor 2 cm dari batas kavitas dan formasi krristal es intralsel

dipertimbangkan menjadi mekanisme utama nekrosis sel. Komplikasi

penggunaan nitrogen cair dapat berupa ekstensif nekrosis dri tulang dan

jaringan lunak sekitar dan dapat mempresipitasi fraktur patologis atau

nekrosis kulit. Penggunaan phenol secara lokal membantu mengeliminasi

sel tumor melalui mekanisme nekrosis koagulasi non spesifik dan lebih

aman dibanding nitrogen cair karena phenol hanya menyebabkan nekrosis

1,5 mm pada tulang. Kavitas yang terbentuk dari kuretase ditutup dengan

menggunakan methacrylate atau bone grafts setelah pemberian terapi

adjuvan.

2. Stage 3 atau lesi rekuran

Kategori ini termasuk fraktur patologis atau destruksi sendi. Eksisi

luas diindikasikan pada :

a. Tumor stage 3 ekstensif tanpa support mekanik dari tulang yang

tersisa

b. Lesi rekuren

c. GCT yang disertai fraktur patologis dengan intraartikular dispacement

d. GCT yang terletak di proximal fibula atau distal ulna

e. Tumor di distal radius dengan ekstensi extraoseous

Untuk keadaan rekureni lokal yang masif, transformasi maligna, atau

infeksi, amputasi merupakan pilihan terapi. Adapun penggunaan

radioterapi pada tumor yang tidak dapat direseksi masih dipertimbangkan

karena dapat menyebabkan transformasi maligna.

2.9 Prognosis

1. Rekurensi

Faktor yang mempengaruhi terjadinya rekurensi adalah :

Page 11: 243083499 Giant Cell Tumor

a. staging tumor

b. batas reseksi

c. agresifitas kuretase yang dilakukan

d. bahan terapi ajuvan yang digunakan

e. sifat biologis tumor

2. Metastasis Paru

Sekitar 5% pasien akan mengalami metastasis ke paru. Sebagian besar

lesi dideteksi setelah satu tahun post operasi. Hipotesis yang digunakan

untuk menjelaskan alasan tumor jinak ini dapat bermetastasis adalah

invasi pembuluh darah dan iatrogenic induced emboli seeding pada saat

operasi. Penanganan yang dapat dilakukan adalah reseksi.

3. Transformasi maligna

Pada 5 -10 % kasus mengalami transformasi maligna.

BAB III

LAPORAN KASUS

Page 12: 243083499 Giant Cell Tumor

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.PL

Umur : 47 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jln.Sn.Gn. jati RT 02/RW 06, Tanjungrejo kr.sono

Wuluhan

No. Telepon : 0852559141662

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status Pembiayaan : SPM

No. RM : 91284

Tanggal pemeriksaan : 04 September 2015

B. ANAMNESIS

Autoanamnesis serta heteroanamnesis pasien dan keluarga pasien

dilakukan pada tanggal 04 September 2015

C. RIWAYAT PENYAKIT

SUBJEKTIF

Keluhan Utama:

Nyeri dan terdapat benjolan pada pergelangan tangan kanan

RPS:

Pasien mengeluh nyeri dan timbul benjolan di pergelangan tangan kanan

sejak 1 tahun yang lalu, awalnya benjolan teraba kecil dan semakin lama semakin

membesar dan nyeri dirasakan terus menerus, semakin nyeri jika di gunakan

untuk bekerja dan mengangkat barang, pergelangan tangan juga kadang terasa

panas. Pasien berobat ke sangkal putung namun keluhan tidak membaik namun

dirasakan semakin memberat.

BAK (+), BAB (+), Mual (-), Muntah (-), Demam (-), Pusing (-).

Page 13: 243083499 Giant Cell Tumor

RPD : Riwayat trauma (-) DM (-). HT (-)

RPO : Sangkal putung

RPK : Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti

penderita

OBJEKTIF

Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 84 x/menit

RR : 20 x/menit

Tax : 36,2 oC

Kulit : Dalam batas normal

Kepala :

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung : tidak ada secret/perdarahan

Telinga : tidak ada secret/perdarahan

Mulut : bibir tidak sianosis

Leher : tidak didapatkan adanya pembesaran KGB

Thoraks :

Cor: I: Ictus cordis tidak tampak

P: Ictus cordis teraba di ICS V MCL Sinistra

P: Batas jantung ICS IV Parasternal dekstra sampai ICS V MCL sinistra

A: S1S2 tunggal, extrasistol -, gallop -, murmur –

Pulmo:

I : Simetris, Ketertinggalan gerak (-), Jejas (-)

P : Krepitasi (-), Fremitus Raba +/+ simetris normal

P : Sonor

A : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen :

Page 14: 243083499 Giant Cell Tumor

I: Flat

A: Bising usus (+) normal

P: Tympani, pekak hepar +

P: Soepel, nyeri tekan -, defans muskular -

Ekstremitas :

AH : ekstrimitas superior +/+, ekstrimitas inferior +/+ (status lokalis)

Oedema : ekstrimitas superior +/-, ekstrimitas inferior -/-

Status Lokalis

Regio Antebrachii 1/3 distal Dextra :

L : Deformitas (+), Edema (+), Massa (+) hiperemi (-) Darah (-), Pus (-)

F: Nyeri (+), Krepitasi (-) massa (+) ukuran diameter 10cm, konsistensi padat

keras, immobile, batas tegas

M : ROM Terbatas, false movement (-)

Foto Polos sebelum operasi

Page 15: 243083499 Giant Cell Tumor

keterangan : Lesi tampak radiolusen , tampak tumor mendestruksi tulang.

terdapat gambaran soap bubble.

FOTO CT Scan dan MRI dari berbagai potongan

Page 16: 243083499 Giant Cell Tumor
Page 17: 243083499 Giant Cell Tumor

ASSESMENT

Giant Cell Tumor Distal Radius Dextra

PLANNING

Pro Eksisi Fibular Bone Graft

Hasil Pemeriksaan Penunjang Darah Lengkap (09/09/2015) :

Jenis Pemeriksaan 09/09 2015 Nilai Normal

Hematologi

Hemoglobin 15,1 13,5-17,5 gr/dL

Lekosit 6.5 4,5-11,0 x109/L

Page 18: 243083499 Giant Cell Tumor

Hematokrit 44.9 41-53%

Trombosit 279 150-450 x109/L

Faal Hati

SGOT 36 10-35 U/L

SGPT 22 9-43 U/L

PPT / APTT

PTT Penderita 10.0

PTT Kontrol 10.0 Beda dengan kontrol <2 detik

APTT Penderita 27.3

APTT Kontrol 26.2 Beda dengan kontrol <1 detik

Gula Darah

Glukosa Sewaktu 109 <200

Faal Ginjal

Kreatinin Serum 1.0 0,5-1,1 mg/dL

BUN 7 6-20 mg/dL

Urea 14 26-43 gr/24h

Laporan Operasi (6 Oktober 2015)

Page 19: 243083499 Giant Cell Tumor

Keterangan : telah dilakukan operasi Excisi GCT Fibular Free Bone Graft, macam operasi tergolong operasi khusus pada tanggal 06 Oktober 2015 pukul 10.00 sampai 13.10 dengan diagnosa pasca operasi Giant Cell Tumor distal Fibular DextraUraian Pembedahan :1. Pasien tidur terlentang dengan General anasthesi2. Excisi distal fibular (Radikal)3. Fibular flap free bone graft

Page 20: 243083499 Giant Cell Tumor
Page 21: 243083499 Giant Cell Tumor

FOLLOW UP Post Operasi

Keluhan : nyeri luka post operasi

Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 84 x/menit

RR : 20 x/menit

Tax : 36,4 oC

Kulit : Dalam batas normal

Kepala :

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung : tidak ada secret/perdarahan

Telinga : tidak ada secret/perdarahan

Mulut : bibir tidak sianosis

Leher : tidak didapatkan adanya pembesaran KGB

Thoraks :

Cor: I: Ictus cordis tidak tampak

P: Ictus cordis teraba di ICS V MCL Sinistra

P: Batas jantung ICS IV Parasternal dekstra sampai ICS V MCL sinistra

A: S1S2 tunggal, extrasistol -, gallop -, murmur –

Pulmo:

I : Simetris, Ketertinggalan gerak (-), Jejas (-)

P : Krepitasi (-), Fremitus Raba +/+ simetris normal

P : Sonor

A : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen :

I: Flat

A: Bising usus (+) normal

P: Timpani

P: Soepel, nyeri tekan -, defans muskular -

Page 22: 243083499 Giant Cell Tumor

Ekstremitas :

AH : ekstrimitas superior +/+, ekstrimitas inferior +/+ (status lokalis)

Oedema : ekstrimitas superior -/-, ekstrimitas inferior -/-

Status Lokalis

Regio Antebrachii 1/3 distal Dextra :

L : Deformitas (-), Edema (-), Elastic bandage (+) rembesan darah (-), Pus (-)

F: Nyeri tekan (+), Massa (-)

M : ROM Terbatas, false movement (-)

Assesment :

Giant Cell Tumor Distal Radius Dextra post Eksisi Fibular Bone Graft H+1

Planning :

P.O : Fosmicin 3 x 1 g

Asam Mefenamat 3 x 500 mg

Multivitamin

pasien KRS

Page 23: 243083499 Giant Cell Tumor
Page 24: 243083499 Giant Cell Tumor

BAB IV

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Giant cell tumor (tumor sel raksasa) juga dikenal sebagai osteoklastoma

adalah suatu neoplasma yang mengandung sejumlah besar sel raksasa mirip

osteoklas bercampur dengan sel mononukleus. Tumor ini juga sering terjadi,

membentuk sekitar 20% dari semua tumor jinak tulang.

Tumor ini mewakili sekitar 20% dari tumor jinak tulang primer.

Kebanyakan dijumpai pada usia 20-40 tahun jarang ditemukan pada anak-

anak. Wanita lebih sering menderita GCT dibandingkan dengan laki-laki.

Sebagian besar tumor sel raksasa terjadi pada tulang panjang, tibia

proksimal, distal femur, radius distal, dan humerus bagian proksimal,

meskipun Giant Cell Tumor ini juga telah dilaporkan dapat terjadi pada

sakrum, kalkaneus, serta tulang kaki. Tumor ini biasanya muncul di metafisis

dari lempeng epifisis. Pada umumnya tumor ini menyebabkan destruksi dari

tulang, lokal metastasis, metastasis ke paru-paru, serta kelenjar getah bening

(jarang), atau bertransformasi kearah keganasan (jarang).

Penanganan giant cell tumour adalah operasi, baik dengan kuratase

intralesi, maupun eksisi luas. Tindakan pembedahan yang dilakukan

tergantung dari stadium (berdasarkan Eneking) serta lokasi lesi tumor.