242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

download 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

of 29

Transcript of 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    1/29

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    2/29

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    3/29

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    1. IDENTITAS PASIEN

    1. Nama : Ny. S

    2. Jenis Kelamin : Perempuan

    3. Umur : 65 tahun

    4. Alamat : Glagah, Warungboto, Umbulharjo

    5. Agama : Islam

    6. Pekerjaan : PNS

    7. ANAMNESIS

    1. Keluhan Utama

    Nyeri perut

    2. Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien datang dengan keluhan nyeri perut melilit di bagian ulu hati dan hilang

    timbul. Nyeri dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Gejala lain yang

    timbul adalah diare 3-4x dalam sehari. Pusing (-) , Mual (+) , Muntah (+) , BAKdalam batas normal. Pasien belum memeriksakan keluhannya.

    3. Riwayat Penyakit Dahulu

    a. Riwayat Hipertensi : (+)

    b. Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal

    c. Riwayat Asma : disangkal

    d. Riwayat Alergi Obat : disangkal

    e. Riwayat operasi sebelumnya : disangkal

    4. Riwayat Penyakit Keluarga

    a. Riwayat Hipertensi : disangkal

    b. Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal

    c. Riwayat Asma : disangkal

    d. Riwayat Alergi Obat : disangkal

    5. PEMERIKSAAN FISIK

    1. Status Generalis

    Keadaan Umum : Baik

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    4/29

    Gizi : Cukup

    Kesadaran : Compos mentis

    2. Vital Sign

    Tekanan darah : 190/100 mmHg

    Nadi : 56 kali/menit

    Respirasi : 24 kali/menit

    Suhu : 36,8 derajat celcius

    3. Status Lokalis

    1. Kepala dan leher

    Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/+)

    Hidung : sekret (-)

    Mulut : sianosis (-), gigi goyah / palsu (-)

    Telinga : sekret (-), pendengaran baik

    Leher : glandula thyroid di tengah, pembesaran limfonodi (-),

    JVP tidak meningkat, deviasi trakea (-)

    2. Thorax

    Pulmo I : Pengembangan paru kanan = kiri

    P : Fremitus raba kanan = kiriP : Sonor - Sonor

    A: Suara dasar vesikuler (+/+)

    Suara tambahan : wheezing (-)

    Jantung I : Ictus cordis tidak tampak

    P : Ictus cordis teraba

    P : Cardiomegali

    A : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising

    (-)

    Abdomen I : dinding perut lebih tinggi dari

    dinding dada, tidak ada tanda

    peradangan, scar (-)

    A : Peristaltik usus menurun

    P :NT E(+)

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    5/29

    P : hipertympani, hepatomegali + 3

    jari dibawah procesus xipoideus ,

    acites tidak dapat dinilai

    Pemeriksaan ekstremitas

    Superior : pucat (-/-), hiperpigmentasi (-/-), palmar eritem (-/-),

    edem (-/-), akral hangat (+/+), CRT < 2 detik

    Inferior : pucat (-/-), hiperpigmentasi (-/-), palmar eritem (-/-),

    edem (-/-), akral hangat (+/+), CRT < 2 detik

    3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    a. Pemeriksaan Darah

    Pemeriksaan fisik USG abdomen

    Kesan :

    Suspek cholelitias

    Pemeriksaan Hasil

    Lekosit 5,9

    Hemoglobin 13,8

    Hematokrit 41

    Trombosit 156

    PPT 15,1

    APTT 29,3

    Gol. Darah O

    HbSAg Negative

    GDS 99

    Na 136

    K 3,6

    CL 100

    Albumin 3,2

    Globulin 3,3

    Bilirubin direk 0,10

    Bilirubin indirek 0,15

    SGPT 25

    SGOT 9

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    6/29

    Tak tampak kelainan pada organ lain

    4. DIAGNOSIS

    Cholelitiasis

    HT grade II

    KESIMPULAN

    Cholelitiasis, berdasarkan status fisik, diklasifikasikan dalam ASA III. ACC

    operasi denganGeneral Anastesi

    5. PENATALAKSANAAN

    Rencana laparotomy

    Diovan 2x160 mg

    Clonidin 2x1

    Cardace 1x1

    Ceftriaxon 2x1

    Ranitidin 2x1

    Ketorolac 2x1

    6. LAPORAN ANASTESI

    PREOPERATIF Evaluasi pre-operasi: hipertensi (+),hepatomegali.

    Klasifikasi ASA III

    General Anestesiendotrakeal tube non kinking pada posisi terlentang

    KU sebelum op: CM. Tanda vital awal nadi 56x/menit, suhu afebris, tensi

    206/101mmHg, saturasi oksigen 100%. BB: 30 kg

    Pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan kelainan yang berarti

    Lama operasi: 09.4510.45 (60 menit)

    Alat monitoring: Tensimeter, elektroda EKG, oksimetri. Dilakukan pemasangan

    IV line.

    PREMEDIKASI

    Jam 09.35Midazolam (sedasi untuk menenangkan pasien)

    Clonidin 150mcg,diovan 160 mg, cartace 5 mg, amlodipine 10 mg, nifedipine 10

    mgturunkan tekanan darah

    Jam 09.40 Fentanyl 75 mcg (opioid kuat untuk analgesik dan induksi pada

    dosis tinggi)

    Ondansentron 4mgmengurangi keluhan mual dan muntah

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    7/29

    INTRAOPERATIF

    Jam 09.42Tramus 15 mg (pelemas otot pernapasan apneu),Recofol 80 mg

    (anestesi IV)

    Disungkupkan isoflurane 3 vol + oksigen & N200 (1:1)

    Bagging selama 3 menit (menekan pengembangan paru & menunggu kerja dari

    pelemas otot untuk mempermudah intubasi)

    Intubasi dengan ETT non kinking no 7 dengan cuff

    Dialirkan isofluran 3 vol% + oksigen + N20 sebagai anestesi rumatan

    Ventilasi dilakukan dengan bagging dengan laju napas 12 x/menit dengan volume

    tidal sebesar 650.

    Operasi mulai 09.45

    Jam 09.50isoflurane diturunkan menjadi 1 vol%

    Operasi berakhir 10.45 dengan tanda vital tensi 134/85 mmHg,nadi 44

    kali,saturasi 100 %

    Total cairan500 ml NaCl

    Perdarahan saat operasi sangat minimal

    POSTOPERATIF

    Operasi berakhir pukul 10.45 WIB. Selesai operasi pasien dipindahkan ke Ruang Pemulihan (Recovery Room),

    pasien segera diberi bantuan oksigenasi melalui Canul O2 3 lt/menit, melanjutkan

    pemberian cairan, dan diobservasi terus dipantau setiap 15 menit dinilai

    pernafasan, tekanan darah, dan nadi.

    Instruksi Post Operasi :

    Pasien dirawat dengan infus RL 20 tpm, fentanyl 200/50 : 1 cc/ jam , jika mual

    muntah beri ondansentron.

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    8/29

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Sebelum dilakukan anastesi dan tindakan operasi sebelumnya pasien sudah

    dilakukan kunjungan pra anastesi. Dari kunjungan tersebut diketahui bahwa pasien

    memiliki riwayat hipertensi, hipertensi yang diderita oleh pasien ini adalah hipertensi

    esensial derajat II menurut JNC 7

    Menurut JNC (Joint National Committee On Prevention, Detection,

    Evaluation, And The Treatment Of High Blood Pressure), klasifikasi tekanan

    darah pada orang dewasa dibagi menjadi normal, prahipertensi, hipertensi derajat

    1, hipertensi derajat 2.

    Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

    Klasifikasi Tekanan

    Darah

    TDS

    (mmHg)

    TDD(mmHg)

    Normal < 120

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    9/29

    ASA III : Pasien dengan gangguan sistemik berat sehingga aktivitas harian

    terbatas. Angka mortalitas 38%.

    ASA IV: Pasien dengan gangguan sistemik berat yang mengancam jiwa, tidak

    selalu sembuh dengan operasi. Misal : insufisiensi fungsi organ, angina menetap.

    Angka mortalitas 68%.

    ASA V : Pasien dengan kemungkinan hidup kecil. Tindakan operasi hampir tak

    ada harapan. Tidak diharapkan hidup dalam 24 jam tanpa operasi / dengan

    operasi. Angka mortalitas 98%.

    ASA VI:Pasien mati otak yang organ tubuhnya akan diambil (didonorkan)6

    Untuk operasi cito, ASA ditambah huruf E (Emergency) terdiri dari kegawatanotak, jantung, paru, ibu dan anak.

    Penilaian preoperatif penderita-penderita hipertensi esensial yang akan

    menjalani prosedur pembedahan, harus mencakup 4 hal dasar yang harus dicari,

    yaitu:

    Jenis pendekatan medikal yang diterapkan dalam terapi hipertensi

    Penilaian ada tidaknya kerusakan atau komplikasi target organ yang telah

    terjadi

    Penilaian yang akurat tentang status volume cairan tubuh penderita

    Penentuan kelayakan penderita untuk dilakukan tindakan teknik hipotensi,

    untuk prosedur pembedahan yang memerlukan teknik hipotensi.

    Pada pasien ini sebelum diakukan tindakan operasi sudah mendapatkan

    terapi anti hipertensi namun sewaktu masuk ke ruang operasi tanda tanda vital awal

    adalah sebagai berikut nadi 56x/menit, suhu afebris, tensi 206/101mmHg, saturasi

    oksigen 100%.

    Pada saat premedikasi pasien mendapatkan obat obatan sebagai berikut :

    Jam 09.35Midazolam (sedasi untuk menenangkan pasien)

    Clonidin 150mcg,diovan 160 mg, cartace 5 mg, amlodipine 10 mg, nifedipine 10

    mgturunkan tekanan darah

    Jam 09.40 Fentanyl 75 mcg (opioid kuat untuk analgesik dan induksi pada

    dosis tinggi)

    Ondansentron 4mgmengurangi keluhan mual dan muntah

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    10/29

    Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anesthesia dengan

    tujuan untuk:

    Meredakan kecemasan dan ketakutan

    Memperlancar induksi anesthesia

    Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus

    Meminimalkan jumlah obat anestesi

    Mengurangi mual-muntah pasca bedah

    Menciptakan amnesia

    Mengurangi isi cairan lambung

    Mengurangi reflek yang membahayakan

    Pada saat intraoperatif sampai post operatif tidak ada kelainan atau penyulit yang

    bermakna, pada saat post operatif kondisi pasien cukup dalam keadaan baik.Operasi

    berakhir pada pukul10.45 dengan tanda vitaltensi 134/85 mmHg,nadi 44 kali,saturasi

    100 %. Selesai operasi pasien dipindahkan ke Ruang Pemulihan (Recovery Room), pasien

    segera diberi bantuan oksigenasi melalui Canul O2 3 lt/menit, melanjutkan pemberian

    cairan, dan diobservasi terus dipantau setiap 15 menit dinilai pernafasan, tekanan darah,

    dan nadi.

    Instruksi Post Operasi :

    Pasien dirawat dengan infus RL 20 tpm, fentanyl 200/50 : 1 cc/ jam , jika mual muntah

    beri ondansentron.

    Perawatan pasien pasca operasi sudah tepat pasien dibeikan manajemen terapi cairan

    dengan RL sebagai cairan resusitasi dan fentanil sebagai obat analgetik golongan opiod

    yang berfungsi untuk meredakan rasa nyeri pasca operasi.

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    11/29

    BAB IV

    TINJUAN PUSTAKA

    A. HIPERTENSI

    1. DEFINISI

    Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih atau sama

    dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 90

    mmHg atau mengkonsumsi obat anti hipertensi

    Hipertensi yang diderita seseorang erat kaitanya dengan

    tekanan sistolik dan diastolik atau keduanya secara terus menerus.

    Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila

    jantung berkontraksi, sedangkan tekanan darah diastolik berkaitan

    dengan tekanan arteri pada saat jantung relaksasi diantara dua denyut

    jantung. Dari hasil pengukuran tekanan sistolik memiliki nilai yang

    lebih besar dari tekanan diastolik.

    Dari difinisi-difinisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa

    hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik dan tekanan

    darah diastolik lebih dari 140/90 mmHg, dimana sudah dilakukan

    pengukuran tekanan darah minimal dua kali untuk memastikan

    keadaan tersebut dan hipertensi dapat menimbulkan resiko terhadappenyakit stroke, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal.

    2.

    ETIOLOGI

    Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi

    esensial dan hipertensi sekunder

    1) Hipertensi esensial, juga disebut hipertensi primer atau idiopatik,

    adalah hipertensi yang tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90%

    kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Kelainan

    hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah peningkatanresistensi perifer. Penyebab hipertensi esensial adalah mulitifaktor,

    terdiri dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor keturunan bersifat

    poligenik dan terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler

    dari keluarga. Faktor predisposisi genetik ini dapat berupa

    sensitivitas pada natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan

    reaktivitas vascular (terhadap vasokonstriktor), dan resistensi

    insulin. Paling sedikit ada 3 faktor lingkungan yang dapat

    menyebabkan hipertensi yakni, makan garam (natrium) berlebihan,

    stress psikis, dan obesitas.

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    12/29

    2) Hipertensi sekunder. Prevalensinya hanya sekitar 5-8 % dari seluruh

    penderita hipertensi. Hipertensi ini dapat disebabkan oleh penyakit

    ginjal (hipertensi renal), penyakit endokrin (hipertensi endokrin),

    obat, dan lain-lain. Hipertensi renal dapat berupa:

    a. Hipertensi renovaskular, adalah hipertensi akibat lesi pada arteri

    ginjal sehingga menyebabkan hipoperfusi ginjal.

    b. Hipertensi akibat lesi pada parenkim ginjal menimbulkan

    gangguan fungsi ginjal.

    3. KLASIFIKASI

    Menurut JNC (Joint National Committee On Prevention,

    Detection, Evaluation, And The Treatment Of High Blood Pressure),klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa dibagi menjadi normal,

    prahipertensi, hipertensi derajat 1, hipertensi derajat 2.

    Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

    Klasifikasi Tekanan

    Darah

    TDS

    (mmHg)

    TDD(mmHg)

    Normal < 120

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    13/29

    Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

    pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal

    juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.

    Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan

    vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid

    lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh

    darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,

    menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan

    angiotensin I yang kemudian

    diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada

    gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

    menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini

    cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

    Untuk pertimbangan juga Perubahan struktural dan fungsional

    pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan

    tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi

    aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam

    relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya

    menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

    Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya

    dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung

    Renin (ginjal) sekresi

    Penurunan aliran ke ginjal

    angiotensinogen

    An iotensin I

    Converting

    enzyme (paru)

    Retensi Na dan air Vasokonstriksi

    Peningkatan tekanan arteri

    Angiotensin II

    Tekanan darah = curah jantung x tahanan perifer

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    14/29

    (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan

    peningkatan tahanan perifer.

    5.

    FAKTOR-FAKTOR RESIKO HIPERTENSI

    Resiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan

    dari faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat

    dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain

    faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang

    dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi.

    a. Faktor genetik

    Hipertensi esensial biasanya terkait dengan gen dan faktor

    genetik, dimana banyak gen turut berperan pada perkembangangangguan hipertensi. Seseorang yang mempunyai riwayat keluarga

    sebagai pembawa hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar

    untuk terkena hipertensi.

    b. Umur

    Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan

    umur. Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50 60 % mempunyaitekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini

    merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang

    bertambah usianya.Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang

    munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan

    bertambahnya umur, maka

    tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding

    arteri akan mengalami penebalan oleh arena adanya penumpukan zat

    kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-

    angsur menyempit dan menjadi kaku.Peningkatan umur akan

    menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi

    peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan

    tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya

    sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimanaaliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.

    c. Jenis kelamin

    Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.

    Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum

    menopause.Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh

    hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High

    Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi

    merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses

    aterosklerosis.

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    15/29

    f. Pola asupan garam dalam diet

    Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization

    (WHO)merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi

    risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan

    adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram

    garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan

    konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat.

    g. Merokok

    Kadar Nikotin dan CO pada rokok selain meningkatkan kebutuhan

    oksigen, juga mengganggu suplai oksigen ke otot jantung (miokard)

    sehingga merugikan kerja miokard. Nikotin mengganggu sistem saraf

    simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard.Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang

    pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan

    darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama

    jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian

    tubuh lainnya. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat

    timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh

    darah. Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin,

    menurunkan langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh

    termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin,

    mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis

    (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah).

    6.

    TANDA DAN GEJALA KLINIS

    Gejala hipertensi adalah dengan meningkatnya tekanan darah dan

    terkadang merupakan gejala satu-satunya pada hipertensi esensial namun

    biasanya didapatkan gejala-gejala lain seperti :

    a.

    Pusing

    b.

    Sakit kepala

    c. Mimisan

    d. Palpitasi

    e. Mual & muntah

    f. lelah

    7. KOMPLIKASI HIPERTENSI

    a. Stroke

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    16/29

    Stroke dapat terjadi perdarahan di otak, atau akibat embolus

    yang terlepas dari pembuluh darah non-otak yang terpajan tekanan

    tinggi. Stroke depat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri

    yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan,

    sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang dipendarahinya

    berkurang. Ateri-ateri otak yang mengalami arterosklerosis dapat

    melemah dan kehilangan elastisitas sehingga meningkatkan

    kemungkinan terbentuknya anuerisma.

    b. Infak Miokardium

    Infak miokardium dapat terjadi apabila arteri koroner yang

    aterosklerotik tidak dapat menyuplai darah yang cukup oksigen ke

    miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat alirandarah melalui ateri koroner. Karena hipertensi kronik dan hipertrofi

    ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

    dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

    Hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu

    hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia

    jantung dan peningkatan pembentukan pembekuan darah.

    c. Gagal Ginjal

    Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

    tekanan yang tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, yaitu glomerulus.

    Dengan rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit

    fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi

    hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus,

    protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid

    plasma berkurang menyebabkan edema yang sering dijumpai pada

    hipertensi kronik.

    8. PENATALAKSANAAN

    Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi dapat diberikanpengobatan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Langkah awal

    biasanya adalah merubah gaya hidup penderita

    a. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan

    dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas ideal.

    b. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar

    kolesterol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang

    dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap

    harinya.

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    17/29

    c. Olah raga teratur yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial

    tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya

    terkendali. Selain meningkatkanya perasaan sehat dan kemampuan

    untuk mengatasi stress, keuntungan latihan aerobik yang teratur

    adalah meningkatnya kadar HDL-C, menurunnya kadar LDL_C,

    menurunnya tekanan darah, berkurangnya obesitas, berkurangnya

    frekuensi denyut jantung saat istirahat dan konsumsi oksigen

    miokardium (MVO2), dan menurunnya resistensi insulin.

    d. Berhenti merokok karena merokok dapat merusak jantung dan

    sirkulasi darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke

    Jenis obat obatan anti-hipertensi yang dianjurkan oleh JNC7,

    berdasarkan indikasi gagal jantung, pasca infark miokard, resiko penyakit

    pembuluh darah koroner, diabetes, penyakit ginjal kronis, pencegahan

    stroke berulang, dan orang tua

    Diuretik BB ACEI ARB CCB AA

    Heart Failure X x x x x

    Post MI x x x

    CAD X x x x

    Diabetes

    Melitus

    X x x x x

    Renal disease x x

    Recurrent

    stroke

    prevention

    X x

    Elderly X x

    Keterangan:

    ARB : Angiotensin receptor bloker

    BB : Beta bloker

    AA : Aldosteron antagonis

    CCB : calcium chanel bloker

    Untuk sebagian besar pasien hipertensi mungkin diperlukan beberapa

    kombinasi obat, dan kombinasi obat yang telah terbukti efektif adalah

    sebagai berikut.

    Diuretika dan ACEI atau ARB

    CCB dan ACEI atau ARB

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    18/29

    CCB dan diuretika

    AB dan BB

    Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat

    Tatalaksana hipertensi menurut JNC 7

    Klasifikasi

    tekanan darah

    Perbaikan pola

    hidup

    Tanpa indikasi

    yang memaksa

    Dengan

    indikasi

    memaksa

    Normal Dianjurkan

    Prehipertensi Ya Tidak indikasi obat Obat-obatan

    untuk indikasi

    yang memaksaHipertensi

    derajat 1

    Ya Diuretika jenis

    thiazide untuk

    sebagian kasus,

    dapat

    dipertimbangkan

    ACEI, BB,CBB

    atau kombinasi

    Hipertensi

    derajat 2

    Ya Kombinasi 2 obat

    untuk sebagian

    besar kasusumumnya

    diuretika jenis

    thiazide dan ACEI

    atau ARB atau BB

    atau CCB

    Mekanisme kerja obat hipertensi

    1) Diuretik

    Diuretik bekerja dengan mengurangi reabsorsi NaCl di tempat

    yang berada di nefron, sehingga meningkatkan ekresi natrium,

    klorida, dan air

    2) Beta bloker

    Mekanismenya adalah dikaitkan dengan hambatan receptor B1

    antara lain

    Penurunan frekuensi denyut jantung kontraktilitas miokard

    sehingga menurunkan curah jantung

    Hambatan sekresi rennin di sel juxtaglomeruler dengan

    akibat penurunan produksi angiotensin II

    Efek sentral yang mempengaruhi aktifitas saraf simpatis,

    perubahan pada sensitifitas baroreceptor, perubahan

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    19/29

    aktifitas neuron adrenergic perifer dan meningkatkan

    biosintesis protasiklin

    3)

    ACE-inhibiotor

    Angiotensin Converting Enzyme (ACE) adalah suatu enzim yang

    bekerja mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Diketahui

    bahwa angiotensin II memiliki efek vasokontriksi yang sangat kuat

    dan merangsang sekresi aldosteron pada korteks adrenal. Dengan

    demikian ACE-inhibitor bekerja dengan cara menghambat enzim

    ACE sehingga angiotensin II tidak terbentuk dan akan menurunkan

    tekanan darah.

    4) ARB

    Antagonis Reseptor Angiotensin II (ARB) bekerja dengan

    memblok resseptor AT1 yang berfungsi untuk memperantai semua

    efek fisiologis Angiotensin II terutama yang berperan dalam

    homeostasis kardiovaskular. Sehingga akibat dari penghambatan

    angiotensin maka tekanan darah akan menurun

    5)

    Antagonis kalsiumAntagonis Kalsium menghambat influks (pemasukan) kalsium

    pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard. Pada pembuluh

    darah, antagonis kalsium terutama menimbulkan relaksasi arteriol

    sedangkan vena kurang dipengaruhi

    B. ANASTESI PADA HIPERTENSI

    1. Penilaian Preopertaif dan Persiapan Preoperative Pasien Hipertensi

    Sebuah pertanyaan sering muncul dalam praktek anestesi adalah derajat

    hipertensi pra operasi yang dapat diterima pada pasien yang dijadwalkan untuk

    operasi elektif.Kecuali untuk pasien secara optimal dikontrol, kebanyakan pasien

    hipertensi masuk ke ruang operasi dengan beberapa derajat hipertensi.Meskipun

    padasaat preoperative pasien memiliki hipertensi sedang (tekanan

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    20/29

    diobati atau tidak terkontrol lebih cenderung untuk mengalami episode iskemia

    intraoperatif infark, aritmia, atau hipertensi, dan hipotensi. Penyesuaian

    intrabedah selama anestesi serta penggunaan obat vasoaktif diharapkan dapat

    mengurangi insiden komplikasi postoperasi yang disebabkan preoperatif tidak

    memadai untuk mengontrol hipertensi.

    Penilaian preoperatif penderita-penderita hipertensi esensial yang akan

    menjalani prosedur pembedahan, harus mencakup 4 hal dasar yang harus dicari,

    yaitu:

    Jenis pendekatan medikal yang diterapkan dalam terapi hipertensi

    Penilaian ada tidaknya kerusakan atau komplikasi target organ yang telah

    terjadi

    Penilaian yang akurat tentang status volume cairan tubuh penderita

    Penentuan kelayakan penderita untuk dilakukan tindakan teknik hipotensi,

    untuk prosedur pembedahan yang memerlukan teknik hipotensi.

    Semua data-data di atas bisa didapat dengan melakukan anamnesis riwayat

    perjalanan penyakitnya, pemeriksaan fisik, tes laboratorium rutin dan prosedur

    diagnostik lainnya.Penilaian status volume cairan tubuh adalah menyangkut

    apakah status hidrasi yang dinilai merupakan yang sebenarnya ataukah suatu

    relative hipovolemia (berkaitan dengan penggunaan diuretika dan

    vasodilator).Disamping itu penggunaan diuretika yang rutin, sering menyebabkan

    hipokalemia dan hipomagnesemia yang dapat menyebabkan peningkatan risikoterjadinya aritmia. Untuk evaluasi jantung, EKG dan x-ray toraks akan sangat

    membantu. Adanya LVH dapat menyebabkan meningkatnya risiko iskemia

    miokardial akibat ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.Untuk

    evaluasi ginjal, urinalisis, serum kreatinin dan BUN sebaiknya diperiksa untuk

    memperkirakan seberapa tingkat kerusakan parenkim ginjal.Jika ditemukan

    ternyata gagal ginjal kronis, maka adanya hiperkalemia dan peningkatan volume

    plasma perlu diperhatikan.Untuk evaluasi serebrovaskuler, riwayat adanya stroke

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    21/29

    atau TIA dan adanya retinopati hipertensi perlu dicatat.Tujuan pengobatan

    hipertensi adalah mencegah komplikasi kardiovaskuler akibat tingginya TD,

    termasuk penyakit arteri koroner, stroke, CHF, aneurisme arteri dan penyakit

    ginjal.

    Sementara itu pasien yang harus menjalani operasi elektif idealnya hanya

    bisa dilakukan ketika tekanan darah dalam batas normal, pendekatan ini tidak

    selalu layak atau selalu diinginkan karena gangguan autoregulasi

    serebral.Penurunan tekanan darah yang berlebihan dapat mengganggu perfusi

    serebral. Selain itu, keputusan apakah akan menunda atau melanjutkan dengan

    intervensi bedah harus bersifat individual, tergantung pada beratnya elevasi

    tekanan darah sebelum operasi, kemungkinan iskemi miokard, disfungsiventrikel

    atau komplikasi vaskularisasi serebral atau ginjal, dan pembedahan (jika

    perubahan besar yang disebabkan operasi di awal jantung atau afterload yang

    diperbolehkan). Dalam banyak kasus, hipertensi saat preoperative terjadi karena

    ketidakpatuhan pasien dengan pola obat yang diberikan.Dengan sedikit

    pengecualian, antihipertensi harus dilanjutkan sampai operasi. Beberapa dokter

    mempertahankan pemberian ACE inhibitor di pagi hari sebelum operasi karena

    hubungannya dengan peningkatan insiden hipotensi intraoperatif.ACE inhibitor

    diketahui dapat mencegah terjadinya risiko hipertensi perioperatif dan mampu

    mencukupi kebutuhan antihipertensi parenteral. Operasi pada pasien dengan

    tekanan diastolik preoperatif lebih besar dari110 mmHg, terutama pada pasien

    yang telah diketahui pasti mengalami kerusakan organ akhir maka operasi harus

    ditunda sampai tekanan darah lebih terkontrol selama beberapa hari.1

    2. Premedikasi

    Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anesthesia

    dengan tujuan untuk:

    Meredakan kecemasan dan ketakutan

    Memperlancar induksi anesthesia

    Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus

    Meminimalkan jumlah obat anestesi

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    22/29

    Mengurangi mual-muntah pasca bedah

    Menciptakan amnesia Mengurangi isi cairan lambung

    Mengurangi reflek yang membahayakan

    Premedikasi bertujuan mengurangi kecemasan pra operasi dan sangat

    dibutuhkan pada pasien hipertensi.Preoperatif hipertensi ringan hingga menengah

    sering sembuh setelah pemberian agen anxiolytic, seperti midazolam.pemberian

    antihipertensi preoperatif harus dilanjutkan sesuai jadwal dan dapat diberikan

    dengan sedikit tegukan air. Seperti disebutkan sebelumnya, beberapa dokter

    melanjutkan pemberian ACE inhibitor karena diketahui dapatmencegah

    menurunkan tekanan darah intraoperatif.Pemberian 2adrenergik agonis sentral

    dapat dijadikan sebagai tambahan yang berguna untuk premedikasi penderita

    hipertensi, pemberian sedasi tambahan klonidine dosis 0,2 mgdapat mengurangi

    penggunaan obat anestesi intraoperatif dan mengurangi terjadinya hipertensi

    perioperative. Sayangnya, pemberian klonidine selama selain dapat

    menimbulkanhipotensi tapi juga menyebabkan terjadinya bradikardi selama

    operatisi.

    3. Manajemen Intraoperatif

    Objektif

    Secara keseluruhan tujuan anestesi untuk pasien dengan hipertensi adalah

    menjaga kestabilan tekanan darah pasien.Pasien batas akhir hipertensi dapat

    diobati seperti pasien dengan tekanan darah normal. Pada pasien usia lanjut atau

    pasien denganhipertensi yang tidak terkontrol telah terjadi perubahan autoregulasi

    aliran darah serebral dimana tekanan darah yang tinggi mempertahankankan aliran

    darah otak yang memadai. Pada sebagian besar pasien dengan hipertensi yang

    lama harus dipikirkan kemungkinan terjadinya penyakit arteri koroner dan

    hipertrofi jantung,sehingga peningkatan tekanan darah yang berlebihan dapat

    dihindari.Hipertensi, terutama dalam kaitannya dengan takikardia, dapat memicu

    terjadinya iskemia miokard, disfungsi ventrikel bahkan keduanya.Tekanan darah

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    23/29

    arteri umumnya harus dijaga dalam 10-20% dari tingkat pra operasi. Jika

    hipertensi terjadi sebelum operasi dimana tekanan darah lebih dari 180/120

    mmHg, maka tekanan darah arteri harus dipertahankan dalam batas normal, yaitu

    150-140/90-80 mm Hg.

    Pemantauan

    Sebagian besar pasien hipertensi tidak memerlukan pemantauan

    intraoperatif khusus.Pemantauan tekanan darah harus terus menerus dilakukan

    pada pasien dengan tekanan darah yang tidak stabil dan pasien dengan prosedur

    pembedahan utama yang terkait dengan perubahan yang cepat atau ditandai

    dengan preload jantung atau afterload.Pemantauan elektrokardiografi bertujuan

    untuk mengetahui dengan cepat tanda-tanda iskemia.Produksi urin harus dipantau

    melalui kateter urin terutama pada pasien gangguan ginjal yang sedang menjalani

    tindakan dan diharapkan dapat bertahan lebih dari 2 jam.Selama pemantauan

    hemodinamik invasive dilakukan, pemenuhan kebutuhan ventrikel sering

    berkurang terutama pada pasien dengan hipertrofi ventrikel.

    Tujuan pencapaian hemodinamik yang diinginkan selama pemeliharaan

    anestesia adalah meminimalkan terjadinya fluktuasi tekanan darah yang terlalu

    tinggi. Mempertahankan kestabilan hemodinamik selama periode intraoperatif

    adalah sama pentingnya dengan pengontrolan hipertensi pada periode

    preoperative. Pada hipertensi kronis akan menyebabkan pergeseran tekanan

    autoregulasi dari serebral dan ginjal. Sehingga pada penderita hipertensi ini akan

    mudah terjadi penurunan aliran darah serebral dan iskemia serebral jika tekanan

    darah diturunkan secara tiba-tiba. Terapi jangka panjang dengan obat

    antihipertensi akan mengubah kembali kurva autregulasi kekiri kembali ke

    normal. Dalam mengukur autoregulasi serebral dapat digunakan beberapa acuan

    yang sebaiknya diperhatikan, yaitu:

    Penurunan MAP sampai dengan 25% adalah batas bawah yang maksimal

    yang dianjurkan untuk penderita hipertensi.

    Penurunan MAP sebesar 55% akan menyebabkan timbulnya gejala

    hipoperfusi otak.

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    24/29

    Terapi dengan antihipertensi secara signifikan menurunkan angka kejadian

    stroke.

    Pengaruh hipertensi kronis terhadap autoregulasi ginjal kurang lebih sama

    dengan yang terjadi pada serebral.

    Anestesiaakan aman jika dipertahankan dengan berbagai teknik tapi

    dengan memperhatikan kestabilan hemodinamik yang kita inginkan. Anestesia

    dengan volatile (tunggal atau dikombinasikan dengan N2O), anestesia imbang

    (balance anesthesia) dengan opioid + N2O + pelumpuh otot, atau anestesia total

    intravena bisa digunakan untuk pemeliharaan anestesia. Anestesia regional dapat

    dipilih sebagai teknik anestesia, namun perlu diingat bahwa anestesia regional

    sering menyebabkan hipotensi akibat blok simpatis dan ini sering dikaitkan pada

    pasien dengan keadaan hipovolemia. Jika hipertensi tidak berespon terhadap obat-

    obatan yang diberikan, maka penyebab yang lain harus dipertimbangkan seperti

    phaeochromacytoma,carcinoid syndrome dan tyroid storm.

    Induksi Anestesi

    Induksi anestesia dan intubasi endotrakea sering menyebabkan gangguan

    hemodinamik pada pasien hipertensi.Saat induksi sering terjadi hipotensi namun

    saat intubasi sering menimbulkan hipertensi.Hipotensi terjadi akibat vasodilatasi

    perifer terutama pada keadaan kekurangan volume intravaskuler sehingga

    pemberian cairan sebelumnya penting dilakukan untuk tercapainya normovolemia

    sebelum induksi. Disamping itu hipotensi juga sering terjadi akibat depresi

    sirkulasi karena efek dari obat anestesi dan efek dari obat antihipertensi yang

    sedang dikonsumsi oleh penderita, seperti ACE inhibitor dan angiotensin receptor

    blocker. Hipertensi yang terjadi biasanya diakibatkan stimulus nyeri karena

    laringoskopi dan intubasi endotrakea yang bisa menyebabkan takikardia dan

    iskemia miokard.Angka kejadian hipertensi akibat tindakan laringoskopi-intubasi

    endotrakea bisa mencapai 25%. Durasi laringoskopi dibawah 15 detik dapat

    membantu meminimalisir terjadinya fluktuasi hemodinamik Beberapa teknik

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    25/29

    dibawah ini bisa dilakukan sebelum tindakan laringoskopi-intubasi untuk

    menghindari terjadinya hipertensi.1

    Dalamkan anestesia dengan menggunakan gas volatile yang poten selama

    5-10 menit.

    Pemberian opioid (fentanil 2,5-5 mikrogram/kgbb, alfentanil 15-25

    mikrogram/kgbb, sufentanil 0,25- 0,5 mikrogram/kgbb, atau ramifentanil

    0,5-1 mikrogram/ kgbb).

    Pemberian lidokain 1,5 mg/kgbb secara intravena atau intratrakea.

    Penggunakan beta-adrenergik blockade dengan esmolol 0,3-1,5 mg/kgbb,

    propanolol 1-3 mg, atau labetatol 5-20 mg).

    Penggunakan anestesia topikal pada jalan napas

    4. Pemilihan obat anestesi

    A. Obat induksi

    Keunggulan dari setiap obat induksi dan teknik yang dilakukan belum

    jelas bagi agen hipertensi.Meskipun dengan anestesi regional, penurunan

    tekanan darah yang tajam justru lebih sering terjadi pada pasien hipertensi

    dibandingkan dengan pasien normotensi.Barbiturat, benzodiazepin, propofol,

    dan etomidare adalah induksi anestesi yang paling aman diberikan pada pasien

    hipertensi.Pemberian ketamin merupakan kontraindikasi untuk tindakan

    operasi karena dapat memicu terjadinya hipertensi namun hal ini dapat

    dihilangkan dengan pemberian dosis kecil bersama dengan agen lainnya,

    terutama benzodiazepin atau propofol.1

    B. Rumatan

    Anestesi bisa aman dilanjutkan dengan agen volatile (tunggal atau

    dengan oksida nitrous), suatu teknik seimbang (oksida opioid + nitrous +

    relaksan otot), atau sama sekali teknik intravena. Terlepas dari teknik

    pengobatan primer, penambahan agen volatile atau vasodilator intravena

    umumnya memungkinkan kontrol lebih memuaskan tekanan darah

    intraoperatif.vasodilatasi Depresi dan miokard yang relatif cepat dan

    reversibel yang diberikan oleh agen volatile dapat berpengaruhterhadap

    tekanan darah arteri. Oleh sebab itu, beberapa dokter percaya bahwa

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    26/29

    pemberian opioid dan sufentanil dapat menekansaraf otonom serta mengontrol

    tekanan darah.1

    C. Pelumpuh otot

    Dengan beberapa pengecualian seperti pankuronium, setiap pelumpuh

    otot dapat digunakan secara rutin.Pankuronium memiliki efek memblokade

    syaraf vagal dan melepaskan katekolamin sehingga dapat memperburuk

    keadaan pasien hipertensi yang tidak terkontrol.Ketika pankuronium diberikan

    perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit akan terjadi peningkatan detak jantung

    serta naiknya tekanan darah. Tetapi pankuronium berguna utnuk mengimbangi

    kekuatan vagal berlebihan yang disebabkan oleh manipulasi opioid atau

    bedah. Pemberian obat hipotensi seperti tubocurarine, merocurine, acracurium,

    atau mungkin mivacurium dapat dijadikan pilihan untuk pasien hipertensi.1

    D. Vasopressors

    Penderita hipertensi dapat menampilkan respon berlebihan untuk

    kedua ranjau-catechola endogen (dari inkubasi atau stimulasi bedah) dan

    agonis simpatik eksogen diberikan.Jika seorang vasopresor diperlukan untuk

    mengobati hipotensi berlebihan, dosis kecil agen langsung penuaan seperti

    fenilefrin (25-50 g) mungkin lebih baik untuk agen langsung.Namun

    demikian, dosis kecil efedrin (5-10 mg) lebih tepat bila tinggi nada vagal.

    Kesabaran sympatholytics diambil sebelum operasi mungkin menunjukkan

    respon jatuh ke vasopressors, terutama efedrin.1

    Hipertensi Intraoperatif

    Hipertensi intraoperatif tidak menanggapi peningkatan kedalaman anestesi

    (terutama dengan agen volatile) dapat diobati dengan berbagai agen parenteral

    (Tabel 20-5).menyebabkan Reversible siap seperti kedalaman anestesi yang tidak

    memadai, hipoksemia, atau hypercapnia harus selalu dikecualikan sebelum

    memulai terapi antihipertensi. Pemilihan agen hipotensi tergantung pada

    ketajaman, keparahan, dan menyebabkan hipertensi, fungsi dasar ventrikel,

    tingkat hem, dan adanya penyakit paru-paru bronchospastic.-adrenergik blokade

    sendiri atau sebagai dukungan-plement merupakan pilihan yang baik untuk pasien

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    27/29

    dengan fungsi ventrikel yang baik dan detak jantung tinggi tetapi kontraindikasi

    pada pasien dengan penyakit bronchospastic. Nicardipine mungkin lebih baik

    untuk pasien dengan penyakit bronchospastic. Reflex tachycardia berikut

    nifedipin sublingual telah associted dengan infark ischernia.Nitroprusside tetap

    menjadi agen yang paling cepat dan efektif untuk pengobatan intraoperarive

    hipertensi sedang sampai parah.Nitrogliserin mungkin kurang efektif tetapi juga

    berguna dalam mengobati atau mencegah iskemia miokard.Fenoldopam juga

    merupakan agen yang berguna dan dapat meningkatkan atau mempertahankan

    fungsi ginjal.hydralazine Berkelanjutan menyediakan kontrol tekanan darah

    namun memiliki onset tertunda dan sering dikaitkan dengan takikardi refleks.

    Yang terakhir ini tidak terlihat dengan labetalol karena kombinasi blockade dan

    adrenergik.

    5. Manajemen Postoperratif

    Hipertensi pascaoperasiharus diantisipasi terutama pada pasien dengan

    hipertensi kurang terkontrol.Pemantauan tekanan darah harus terus dilanjutkan

    baik di ruang pemulihan dan periode pasca operasi dini.Iskemia miokard dan

    gagal jantung kongestif dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah

    sehingga terjadi hematoma dan luka pada garis jahitan gangguan pembuluh darah.

    Hipertensi pada periode pemulihan sering multi-faktorial dan ditingkatkan

    dengan gangguan pernapasan, rasa sakit, volume overload, atau distensi kandung

    kemih.Masalah tambahan harus diatasi dan pemberian obat antihipertensi

    parenteral dapat dilakukan jika perlu.Pemberian nicardipine melalui intravena

    berguna dalam mengontrol tekanan darah terutama jika dicurigai iskemia miokard

    dan bronkospasme.Ketika pasien kembali mendapatkan asupan oral, maka

    pengobatan preoperatif harus ulang diulang kembali.

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    28/29

    BAB V

    KESIMPULAN

    Hipertensi adalah penyakit yang umum dijumpai, dengan angka penderita

    yang cukup tinggi.Hipertensi sendiri merupakan faktor risiko mayor yang bisa

    menyebabkan terjadinya komplikasi seperti penyakitpenyakit jantung, serebral,

    ginjal dan vaskuler. Mengingat tingginya angka kejadian dan komplikasi yang

    bisa ditimbulkan oleh penyakit hipertensi ini, maka perlu adanya pemahaman para

    ahli anestesia dalam manajemen selama periode perioperatif. Manajemen

    perioperatif dimulai sejak evaluasi prabedah, selama operasi dan dilanjutkan

    sampai periodepasca bedah.

    Evaluasi prabedah sekaligus optimalisasi keadaan penderita sangat penting

    dilakukan untuk meminimalkan terjadinya komplikasi, baik yang terjadi selama

    intraoperatif maupun yang terjadi pada pascapembedahan.Goncangan

    hemodinamik mudah terjadi, baik berupa hipertensi maupun berupa hipotensi,

    yangbisa menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi.Hal ini harus diantisipasi

    denganperlunya pemahaman tentang teknik anestesia yang benar, manajemen

    cairanperioperatif, pengetahuan farmakologi obat-obat yang digunakan, baik obat-

    obatanantihipertensi maupun obatobatan anestesia serta penanganan nyeri akut

    yangadekuat. Dengan manajemen perioperatif yang benar terhadap penderita-

    penderitahipertensi yang akan menjalani pembedahan, diharapkan bisa

    menurunkan ataumeminimalkan angka morbiditas maupun mortalitas.

  • 8/10/2019 242522741-anastesi-pada-pasienHipertensi.docx

    29/29

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Morgan GE, Michail MS, Murray MJ. Anesthesia for patients with

    cardiovascular disease. Clinical Anesthesiology. 3rd ed. New York: McGraw-

    Hill; 2002.p.388-395.

    2.

    Pescod D. Preoperative Management of Cardiovascular Disease. Developing

    Anaesthesia Text Book.v.1.6: 2007

    3.

    Podgoreanu MV, Mathew JP. Genomic Basis of Perioperative Medicine.

    Clinical Anesthesia. 5th ed. Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins;

    2006.p.480.

    4. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC,

    2001; 256-60

    5. Sylvia A.P, Lorraine M.W. Fisiologi Sistem Kardiovaskular. Dalam:

    Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC,

    2006 ; 530-6.

    6. Kusmana D, Hipertensi: Definisi, prevalensi, farmakoterapi dan latihan fisik,

    Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia - Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta,

    Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran mei-juni 2009 hal 161-167. Dikutip dari

    www.kalbe.co.id.