222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

126

Transcript of 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

Page 1: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 2: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011

KATA PENGANTAR Pengelolaan keuangan merupakan salah satu kegiatan administrasi yang sangat penting dalam kepemerintahan. Untuk menjamin akuntabilitas pengelolaan keuangan perlu diterapkan prinsip data kelola yang baik. Selain itu, setiap organisasi seharusnya melakukan pelaksanaan anggaran dengan baik dan benar agar setiap kegiatan dapat dipertanggungjawabkan secara transparan. Sejalan dengan itu, telah dilakukan reformasi hukum di bidang keuangan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara. Harapan dari reformasi tersebut adalah terciptanya sistem pengelolaan keuangan negara yang lebih efisien dan efektif serta tercapainya transparansi dalam pengelolaan keuangan. Salah satu bagian dari pengelolaan keuangan negara yang berperan penting dalam menjamin efektifitas dan akuntabilitas pelaksanaan pengelolaan keuangan negara adalah pelaksanaan pembayaran. Pelaksanaan pembayaran yang baik dan akuntabel akan mampu mendukung pelaksanaan kegiatan dan pencapaian sasaran organisasi setiap satuan kerja secara cepat, tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Berkaitan dengan hal tersebut dan memperhatikan saran/masukan dari pengelola keuangan kantor/satuan kerja di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional serta untuk mewujudkan visi Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014 yaitu “Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional untuk membentuk Insan Indonesia Cerdas Komprehensif”, Sekretariat

Page 3: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011

Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional telah menyusun Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembayaran Atas beban DIPA di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional. Petunjuk Teknis ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi para pejabat perbendaharaan pada kantor/satuan kerja di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional termasuk Dinas Provinsi/Kab/Kota yang mengelola Dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan dari Kementerian Pendidikan Nasional sehingga dalam melaksanakan pembayaran atas beban DIPA dapat memahami tugas dan tanggungjawabnya serta prosedur yang harus dilaksanakan. Setiap pejabat perbendaharaan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya di samping mengacu pada petunjuk teknis ini, agar tetap memperhatikan peraturan perundang-undangan khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara. Kepada semua yang telah berpartisipasi dalam penyusunan petunjuk teknis ini, kami ucapkan terima kasih. Jakarta, 20 Juni 2011 A.n. Menteri Pendidikan Nasional Sekretaris Jenderal, Dodi Nandika NIP. 195112071982031001

Page 4: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang ………………………….… 1

B. Dasar Hukum ……………………………… 2

C. Tujuan ……………………………...…….… 7

D. Ruang Lingkup ………………………….… 8

BAB II PENGERTIAN DAN KETENTUAN UMUM 9

A. Pengertian ………………………………… 9

B. Ketentuan Umum.…………………….… 18

BAB III TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

PEJABAT PERBENDAHARAAN 33

A. Tugas Pejabat Perbendaharaan …… 33

1. Pengguna Anggaran ……………….. 33

2. Kuasa Pengguna Anggaran ……… 35

3. Pejabat Pembuat Komitmen……… 35

4. Pejabat Penerbit SPM .……………… 37

Page 5: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011

5. Bendahara Pengeluaran…………..… 38

6. Bendahara Pengeluaran Pembantu… 41

7. PUM ............……………………………… 42

B. Petugas Pembantu PPK, Bendahara,

dan Pejabat Penerbit SPM ………………… 43

1. Petugas Pembantu PPK………………… 43

2. Petugas Pembantu Pejabat Penerbit

SPM ………………….......................... 44

3. Petugas Pembantu BP..............…… 45

4. Petugas Pembantu BPP .……………… 46

BAB IV MEKANISME PELAKSANAAN PEMBAYARAN 47

A. Aspek Pengendalian Internal ………….… 47

B. Dokumen Bukti Pengeluaran/

Pembayaran ...................…..…………… 48

C. Pengajuan SPP ..……………..……………… 53

1. Syarat Pengajuan SPP ………………… 53

2. Prosedur Pengajuan SPP……………… 66

D. Penerbitan SPM .……………………………… 68

1. Ketentuan Penerbitan.………………… 36

2. Prosedur Penerbitan SPM .…………… 40

BAB V PENUTUP 44

DAFTAR SINGKATAN

Page 6: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011

LAMPIRAN-LAMPIRAN :

Lampiran 1 Contoh Format Berita Acara Pemeriksaan Kas

Lampiran 2 Contoh Format Surat Pendelegasian

Lampiran 3 Contoh Format Surat Pernyataan Tanggung

Jawab Belanja (LS)

Lampiran 4 Contoh Format Surat Pernyataan Tanggung

Jawab Belanja (GU)

Lampiran 5 Contoh Format Kuitansi Untuk Honor

Lampiran 6 Contoh Format Kuitansi Untuk Pengadaan

Barang/Jasa

Lampiran 7 Contoh Format Daftar Penerima Honor

Lampiran 8 Contoh Format Faktur

Lampiran 9 Contoh Format SPPD (Halaman Depan)

Lampiran 10 Contoh Format SPPD (Halaman Belakang)

Lampiran 11 Contoh Format Rincian Biaya Perjalanan Dinas

Lampiran 12 Contoh Format Rincian Biaya Pengeluaran Riil

Lampiran 13 Contoh Format Ringkasan Kontrak Untuk Rupiah

Murni (RM)

Lampiran 14 Contoh Format Ringkasan Kontrak PHLN

Lampiran 15 Contoh Format Daftar Nominatif Penerima

Bantuan

Lampiran 16 Contoh Format Daftar Nominatif Pegawai Yang

Akan Melaksanakan Perjalanan Dinas

Page 7: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011

Lampiran 17 Contoh Format Surat Pernyataan UP

Lampiran 18 Contoh Format Surat Pernyataan TUP

Lampiran 19 Contoh Format SPP

Lampiran 20 Contoh Format SPTJ

Lampiran 21 Contoh Format SSPB

Lampiran 22 Contoh Format SSBP

Lampiran 23 Contoh Format Check List Kelengkapan Berkas

Lampiran 24 Contoh Format Check List Untuk Gaji

Page 8: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011

DAFTAR SINGKATAN A ADK = Arsip Data Komputer APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APP = Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan Atdikbud = Atase Pendidikan dan Kebudayaan B BA = Berita Acara Balitbang = Badan Penelitian dan Pengembangan Bapepam = Badan Pengawas Pasar Modal BAPP = Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan BP = Bendahara Pengeluaran BPn = Bendahara Penerimaan BPP = Bendahara Pengeluaran Pembantu BAR = Berita Acara Rekonsiliasi BAS = Bagan Akun Standar BAST = Berita Acara Serah Terima BLU = Badan Layanan Umum BMN = Barang Milik Negara BPK = Badan Pemeriksa Keuangan BUN = Bendahara Umum Negara D Dikti = Pendidikan Tinggi DIPA = Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Dirjen = Direktur Jenderal Ditjen = Direktorat Jenderal DJA = Direktorat Jenderal Anggaran DJPb = Direktorat Jendral Perbendaharaan DJPU = Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang DK = Dekonsentrasi G

Page 9: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011

GUP = Ganti Uang Persediaan GPP = Gaji Pokok Pegawai I Itjen = Inspektorat Jenderal K KD = Kantor Daerah Kemdiknas = Kementerian Pendidikan Nasional Kemenkeu = Kementerian Keuangan Keppres = Keputusan Presiden KP = Kantor Pusat KPA = Kuasa Pengguna Anggaran KPB = Kuasa Pengguna Barang KPPN = Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara KUN = Kas Umum Negara L LRA = Laporan Realisasi Anggaran M Mendiknas = Menteri Pendidikan Nasional Menkeu = Menteri Keuangan N NPWP = Nomor Pokok Wajib Pajak P PA = Pengguna Anggaran Perdirjen = Peraturan Direktur Jenderal Permendiknas = Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Perpres = Peraturan Presiden PHLN = Pinjaman/Hibah Luar Negeri PMK = Peraturan Menteri Keuangan PNBP = Penerimaan Negara Bukan Pajak

Page 10: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011

PNS = Pegawai Negeri Sipil POK = Petunjuk Operasional Kegiatan POS = Prosedur Operasi Standar PP = Peraturan Pemerintah PPAT = Pejabat Pembuat Akta Tanah PPh = Pajak Penghasilan PPHLN = Pemberi Pinjaman Hibah Luar Negeri PPK = Pejabat Pembuat Komitmen PPN = Pajak Pertambahan Nilai PPT = Panitia Pengadaan Tanah R Reksus/RK = Rekening Khusus RKA-KL = Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

/ Lembaga RMP = Rupiah Murni Pendamping S SAI = Sistem Akuntansi Instansi Satker = Satuan Kerja SBK = Standar Biaya Khusus SBU = Standar Biaya Umum SKPA = Surat Kuasa Pengguna Anggaran SKPP = Surat Keterangan Penghentian

Pembayaran SKTB = Surat Keterangan Telah Dibukukan SP2D = Surat Perintah Pencairan Dana SPK = Surat Perintah Kerja SPM = Surat Perintah Membayar SPM-GUP = Surat Perintah Membayar Ganti Uang

Persediaan SPMK = Surat Perintah Mulai Kerja SPM-LS = Surat Perintah Membayar Langsung SPM-TUP = Surat Perintah Membayar Tambahan Uang

Persediaan

Page 11: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011

SPM-UP = Surat Perintah Membayar Uang Persediaan

SPP = Surat Permintaan Pembayaran SPPD = Surat Perintah Perjalanan Dinas SPP-GUP = Surat Permintaan Pembayaran Ganti Uang

Persediaan SPP-LS = Surat Permintaan Pembayaran Langsung SPP-TUP = Surat Permintaan Pembayaran Tambahan

Uang Persediaan SPP-UP = Surat Permintaan Pembayaran Uang

Persediaan SPTB = Surat Pernyataan Tanggung Jawab

Belanja SPTJ = Surat Pernyataan Tanggung Jawab SPTJM = Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak SPWA = Surat Pengganti Withdrawal Application SSBP = Surat Setoran Bukan Pajak SSP = Surat Setoran Pajak SSPB = Surat Setoran Pengembalian Belanja T TP = Tugas Pembantuan TUP = Tambahan Uang Persediaan Tusi = Tugas dan Fungsi U UP = Uang Persediaan UU = Undang-Undang ULP = Unit Layanan Pengadaan W WA = Withdrawal Application

Page 12: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 1

1

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Reformasi di bidang keuangan ditandai dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, dengan harapan sistem pengelolaan keuangan Negara dapat lebih efisien dan efektif serta tercapainya transparansi dalam pengelolaan keuangan. Pengelolaan keuangan merupakan salah satu kegiatan administrasi utama dalam kepemerintahan yang menuntut prinsip tata kelola yang baik dan mengharuskan setiap organisasi melakukan pelaksanaan anggaran dengan baik dan benar, sehingga setiap kegiatan dapat dipertanggungjawabkan secara transparan. Selain itu, optimalnya suatu pengelolaan anggaran juga ditentukan oleh bagaimana pengguna anggaran mentaati ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan pembayaran adalah salah satu bagian dari pengelolaan keuangan negara yang memegang peranan penting dalam menjamin efektifitas dan akuntabel pelaksanaan pengelolaan keuangan negara yang diharapkan mampu mendukung pelaksanaan kegiatan dan pencapaian sasaran organisasi setiap Satker secara cepat, tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Page 13: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 2

Berkaitan dengan latar belakang di atas, Sekretaris Jenderal telah menetapkan Pedoman Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban DIPA di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) sebagai pedoman bagi para pengelola anggaran sehingga dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya dapat memahami prosedur yang harus dilaksanakan.

B. Dasar Hukum 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687);

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287);

4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Otonomi Daerah;

Page 14: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 3

3

6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah;

9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 73 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4212) yang telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 92 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4418);

10. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 2003 tentang Organisasi Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri;

11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 Tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

12. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah;

13. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

Page 15: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 4

14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143/PMK.05/2006 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembetulan Surat Penetapan Tagihan;

15. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 45/PMK.05/2007 tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap;

16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.02/2007 tentang Bagan Akun Standar;

17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 07/PMK.05/2008 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/PMK.05/2007 tentang Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap;

18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2008 tentang Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satker;

19. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 40/PMK.05/2009 tentang Sistem Akuntansi Hibah;

20. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 44/PMK.05/2009 tentang Rencana Bisnis dan Anggaran dan Pelaksanaan Anggaran BLU;

21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 05/PMK.05/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satker;

Page 16: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 5

5

22. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97/PMK.05/2010 tentang Perjalanan Dinas Luar Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap;

23. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 001/P/2005 tentang Pemberian Kuasa untuk Atas Nama Menteri Pendidikan Nasional Untuk Menandatangani Keputusan Penunjukan Pejabat Yang Diberi Kewenangan Menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM) Di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional;

24. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 05/P/2011 tentang perubahan atas Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 014/P/2006 tentang Pemberian Kuasa Kepada Pejabat Tertentu Untuk Menguji Tagihan Kepada Negara dan Menandatangani Surat Perintah Membayar di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional;

25. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2009 tentang Pejabat Perbendaharaan di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional;

26. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2010 tentang Organisasi dan tata Kerja Kementerian Pendidikan Nasional;

27. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-07 /PB/2005 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pembayaran Melalui Mekanisme Pemberian Kuasa Antar Kuasa Pengguna Anggaran;

28. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan

Page 17: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 6

Pembayaran atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

29. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-50/PB/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) oleh Satker Instansi Pemerintah Yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU);

30. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-21/PB/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap;

31. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-54/PB/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perekaman dan Pengiriman Data Elektronik Surat Perintah Membayar (SPM) dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D);

32. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-47/PB/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/ Satker;

33. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per- 57/PB/2010 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Membayar dan Surat Perintah Pencairan Dana;

34. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-62/PB/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. PER-06/PB/2010 tentang Pengelolaan Rekening Pengembalian (retur) Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D);

Page 18: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 7

7

35. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-11/PB/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

36. Surat Edaran Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor S-1477/BL/2008 tentang Perusahaan Asuransi Umum Yang Memiliki Program Surety Bond;

37. Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan Nomor: SE-08/WPB.12/KP.01/2009 tentang Pencairan Dana Kelompok Akun 5242 (Belanja Perjalanan Luar Negeri) dan Belanja Modal melalui Mekanisme Uang Persediaan (UP);

38. Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan Nomor S-5119/PB/2009 tentang Penegasan Penerbitan SPM/SP2D dengan Lampiran Daftar Rekening Pemerintah beserta Arsip Data Komputer (ADK).

C. Tujuan

Petunjuk Teknis bertujuan untuk:

1. Memberikan pedoman pelaksanaan pencairan anggaran bagi pejabat perbendaharaan pada Kantor/Satker di lingkungan Kemdiknas;

2. Memberikan pemahaman yang sama bagi pejabat perbendaharaan pada Kantor/Satker di lingkungan Kemdiknas termasuk Dinas Provinsi/Kab/Kota yang mengelola dana Dekonsentrasi dan dana Tugas Pembantuan dari Kemdiknas;

Page 19: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 8

3. Menciptakan pengelolaan anggaran yang transparan, akuntabel, efektif dan efisien;

4. Mendukung terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih.

D. Ruang Lingkup Ruang lingkup Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban DIPA di lingkungan Kemdiknas yaitu Pejabat Perbendaharaan pada Kantor/Satker di lingkungan Kemdiknas termasuk Dinas Pendidikan Provinsi/Kab/Kota yang mengelola dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan dari Kemdiknas.

Page 20: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 9

9

BAB II PENGERTIAN DAN KETENTUAN UMUM

A. Pengertian

Dalam Petunjuk Teknis ini yang dimaksud dengan : 1. Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan

pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD;

2. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara;

3. Utang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar Pemerintah Pusat dan/atau kewajiban Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah;

4. Dana Dekonsentrasi adalah dana APBN Kemdiknas yang dialokasikan untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan di tingkat provinsi;

5. Dana Tugas Pembantuan adalah dana APBN Kemdiknas yang dialokasikan untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan di tingkat kabupaten/kota;

6. Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disebut BUN adalah pejabat yang mempunyai kewenangan untuk melaksanakan fungsi pengelolaan Rekening Kas Umum Negara;

7. Kuasa Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disebut Kuasa BUN adalah pejabat yang memperoleh

Page 21: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 10

kewenangan untuk dan atas nama BUN melaksanakan fungsi pengelolaan Rekening Kas Umum Negara;

8. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disingkat KPPN adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;

9. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah Menteri Pendidikan Nasional;

10. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah Kepala Kantor/ Satker yang ditetapkan oleh PA;

11. Pejabat Perbendaharaan adalah pejabat yang diangkat oleh PA atau yang dikuasakan setiap tahun anggaran untuk mengelola anggaran pada Kantor/Satker termasuk Dinas Pendidikan Prov/Kab/Kota yang mengelola dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan dari Kemdiknas yang terdiri dari : 11.1. Kepala Kantor/Satker sebagai KPA; 11.2. Pejabat Penguji/Penerbit SPM yang selanjutnya

disebut PP-SPM adalah Pejabat yang diberikan kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian dan perintah pembayaran atas belanja negara;

11.3. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan untuk membantu PA/KPA dalam menerbitkan keputusan yang berkaitan dengan kepegawaian, mengadakan ikatan/ perjanjian/ kontrak kepada pihak ketiga dan surat perintah lainnya yang berhubungan dengan tugas pelaksanaan kegiatan;

Page 22: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 11

11

11.4. Bendahara Pengeluaran yang selanjutnya disebut BP adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan pengeluaran negara pada Kantor/Satker kementerian/lembaga;

11.5. Bendahara Pengeluaran Pembantu yang selanjutnya disebut BPP adalah orang yang diberi tugas untuk membantu Bendahara Pengeluaran dalam pelaksanaan tugas bendahara.

11.6. Pemegang Uang Muka yang selanjutnya disebut PUM adalah pejabat pembantu bendahara pengeluaran;

12. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebut DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dan disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara;

13. Dokumen pelaksanaan anggaran lainnya adalah suatu dokumen pelaksanaan anggaran yang dipersamakan dengan DIPA dan disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan sebagai BUN;

14. Satuan Kerja yang selanjutnya disingkat Satker adalah bagian dari suatu unit organisasi pada Kementerian negara/lembaga yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu organisasi yang membebani dana APBN;

Page 23: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 12

15. Dinas Pendidikan Provinsi/Kab/Kota yang selanjutnya disebut Dinas adalah Dinas Pendidikan di Provinsi/Kab/Kota yang mengelola dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan dari APBN Kemdiknas;

16. Badan Layanan Umum yang selanjutnya disebut BLU adalah instansi di lingkungan pemerintah pusat yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas;

17. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disebut SPP adalah suatu dokumen yang dibuat atau diterbitkan oleh PPK untuk mencairkan DIPA yang diajukan ke PP-SPM berkenaan;

18. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disebut SPM, adalah surat perintah yang diterbitkan oleh PP-SPM untuk dan atas nama PA/Kuasa PA kepada BUN atau Kuasanya berdasarkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk melakukan pembayaran sejumlah uang kepada pihak yang ditunjuk dan atas beban bagian anggaran yang ditunjuk dalam SPP berkenaan;

19. Uang Persediaan yang selanjutnya disebut UP adalah uang muka kerja dengan jumlah tertentu yang bersifat daur ulang (revolving), diberikan kepada bendahara pengeluaran hanya untuk membiayai kegiatan operasional kantor sehari-hari yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung;

20. Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut TUP adalah uang yang diberikan kepada satker untuk

Page 24: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 13

13

kebutuhan yang sangat mendesak dalam satu bulan melebihi pagu UP yang ditetapkan;

21. Surat Permintaan Pembayaran Langsung yang selanjutnya disebut SPP-LS adalah SPP yang diajukan oleh PPK kepada PP-SPM untuk pembayaran kepada: 21.1. Pihak Ketiga (rekanan) atas dasar

perikatan/perjanjian/kontrak/Surat Perintah Kerja atau surat keputusan atau sejenisnya;

21.2. BP untuk Belanja Pegawai/Barang (Honorarium/Perjalanan) / belanja modal dalam rangka perolehan aset atau belanja lainnya setelah mendapat dispensasi dari Ditjen Perbendaharaan;

22. Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPP-UP adalah SPP yang diajukan oleh PPK kepada PP-SPM untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan dan membebani Akun Transito (8251) yang dananya dipergunakan sebagai uang persediaan untuk membiayai kegiatan operasional kantor sehari-hari;

23. Surat Permintaan Pembayaran Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPP-GUP adalah SPP yang diajukan oleh PPK kepada PP-SPM dengan membebani DIPA yang dananya digunakan untuk mengganti UP yang telah dipakai;

24. Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPP-TUP adalah SPP yang diajukan oleh PPK kepada PP-SPM karena kebutuhan dananya melebihi dari pagu uang persediaan yang ditetapkan dan membebani Akun Transito (8251) yang digunakan untuk membiayai kegiatan yang sangat mendesak;

Page 25: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 14

25. Surat Permintaan Pembayaran NIHIL yang selanjutnya disebut SPP-Nihil adalah SPP yang diajukan oleh PPK kepada PP-SPM untuk diterbitkan SPM-GUP-NIHIL untuk selanjutnya disahkan oleh KPPN dengan membebani DIPA yang dananya digunakan untuk mengganti TUP;

26. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disebut SPM-LS, adalah SPM yang dikeluarkan/diterbitkan oleh PP-SPM kepada : 26.1. Pihak Ketiga (rekanan) atas dasar

perikatan/perjanjian/ kontrak/Surat Perintah Kerja atau Surat Keputusan atau sejenisnya;

26.2. BP untuk Belanja Pegawai/ Honorarium/Perjalanan/ belanja modal dalam rangka perolehan aset atau Belanja lainnya setelah mendapat Dispensasi dari Ditjen Perbendaharaan.

27. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-UP, adalah SPM yang dikeluarkan/diterbitkan oleh PP-SPM untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan dan membebani Akun Transito (8251) yang dananya dipergunakan sebagai uang persediaan untuk membiayai kegiatan operasional kantor sehari-hari;

28. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-TUP, adalah SPM yang dikeluarkan/diterbitkan oleh PP-SPM karena kebutuhan dananya melebihi dari pagu uang persediaan yang ditetapkan dan membebani Akun Transito (8251) yang digunakan untuk membiayai kegiatan yang sangat mendesak;

Page 26: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 15

15

29. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-GUP adalah SPM yang diterbitkan oleh PP-SPM untuk selanjutnya disahkan oleh KPPN dengan membebani DIPA yang dananya digunakan untuk mengganti UP yang telah dipakai (revolving);

30. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan Nihil yang selanjutnya disebut SPM-GUP Nihil adalah SPM yang diterbitkan oleh PP-SPM untuk selanjutnya disahkan oleh KPPN dengan membebani DIPA yang dananya digunakan untuk mengganti TUP;

31. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut SP2D, adalah Surat Perintah Pencairan Dana yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) selaku Kuasa Bendahara Umum Negara untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM;

32. Pengembalian (Retur) SP2D adalah penolakan / pengembalian (retur) pemindahbukuan dan / atau transfer pencairan APBN dari BANK/ Kantor Pos Penerima kepada Bank Operasional / Kantor Bank Indonesia (KBI) / Kantor Pos karena nama, alamat, nomor rekening dan/atau nama bank/kantor pos yang dibuku tidak sesuai dengan data rekening Bank/Kantor Pos Penerima;

33. Surat Perintah Perjalanan Dinas yang selanjutnya disebut SPPD adalah surat tugas kepada Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap untuk melaksanakan perjalanan dinas;

34. Surat Keterangan Penghentian Pembayaran yang selanjutnya disebut SKPP adalah surat keterangan tentang terhitung mulai bulan dihentikan pembayaran

Page 27: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 16

yang dibuat/ dikeluarkan oleh PA/KPA berdasarkan surat keputusan yang diterbitkan oleh Kementerian Negara/Lembaga atau satker dan disahkan oleh KPPN setempat;

35. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak, yang selanjutnya disingkat SPTJM, adalah surat pernyataan yang diterbitkan/dibuat oleh KPA/PPK yang memuat jaminan atau pernyataan bahwa seluruh pengeluaran telah dihitung dengan benar dan disertai kesanggupan untuk mengembalikan kepada negara apabila terdapat kelebihan pembayaran;

36. Surat Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut SKPA, adalah surat kuasa yang diterbitkan oleh KPA unit eselon yang lebih tinggi (selaku KPA asal) kepada KPA unit eselon yang lebih rendah (KPA penerima) dalam unit Eselon I yang sama untuk menggunakan bagian tertentu dari pagu anggaran yang dimiliki dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang telah ditentukan;

37. Standar Biaya Umum yang selanjutnya disebut SBU adalah satuan biaya berupa harga satuan, tarif, dan indeks yang digunakan untuk menyusun biaya komponen masukan kegiatan ,yang ditetapkan sebagai biaya masukan;

38. Standar Biaya Khusus yang selanjutnya disebut SBK adalah besaran biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah keluaran kegiatan yang merupakan akumulasi biaya komponen masukan kegiatan, yang ditetapkan sebagai biaya keluaran;

39. Kartu Identitas Petugas Satker yang selanjutnya disingkat KIPS adalah kartu yang menunjukkan

Page 28: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 17

17

identitas petugas yang ditunjuk oleh Kuasa PA untuk menyampaikan SPM dan mengambil SP2D;

40. Arsip Data Komputer yang selanjutnya disebut ADK adalah sarana penyimpanan data yang dapat digunakan untuk memindahkan data dari suatu komputer ke komputer lainnya secara elektronik antara lain:diskette, flash disc, atau compact disc (cd);

41. Surat Setoran Pengembalian Belanja yang selanjutnya disingkat SSPB adalah surat setoran yang digunakan oleh Bank Operasional I untuk menyetorkan dana akibat pengembalian SP2D ke bank;

42. Surat Setoran Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat SSBP adalah surat setoran yang digunakan oleh Bank Operasional I untuk menyetorkan imbalan jasa berupa bunga/jasa giro rekening RR ke bank dan/atau penyetoran dana pengembalian (retur SP2D);

43. Petunjuk Operasional Kegiatan yang selanjutnya disebut POK adalah dokumen yang memuat uraian rencana kegiatan dan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, disusun oleh KPA sebagai penjabaran lebih lanjut dari DIPA, setelah DIPA disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan, PA/ KPA menerbitkan POK;

44. Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disingkat ULP adalah unit organisani pemerintah yang berfungsi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa di K/L/D/I yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada.

Page 29: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 18

B. Ketentuan Umum 1. Pelaksanaan kegiatan harus dilakukan secara tertib dan

memenuhi ketentuan yang diperjanjikan baik spesifikasi teknis maupun jadwal/waktu penyelesaian;

2. Pengadaan barang dan jasa agar berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan pengadaan barang/jasa pemerintah;

3. Pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan dengan swakelola berpedoman pada SBU, SBK, dan POK yang berlaku;

4. PP-SPM pada Kantor/Satker di wilayah DKI Jakarta dan Tangerang adalah Pejabat pada Biro Keuangan Sekretariat Jenderal Kemdiknas;

5. Penerbitan SPM didasarkan pada alokasi dana yang tersedia dalam DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan dengan DIPA;

6. Pejabat yang menandatangani dan atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBN bertanggungjawab sepenuhnya atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti pengeluaran;

7. Pada hakekatnya semua pembayaran dilakukan secara langsung melalui penerbitan SPM-LS;

8. Setiap pengajuan penerbitan SPM harus menyertakan SPP (SPP-LS/UP/TUP/GUP/ SKPA) dan syarat-syarat kelengkapannya dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku setelah melalui proses verifikasi dan memperoleh validasi dari pejabat yang ditunjuk/berwenang;

9. Pengajuan SPP dan penerbitan SPM harus memperhatikan ketersediaan pagu anggaran dalam

Page 30: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 19

19

DIPA/DIPA Revisi atau Dokumen Pelaksanaan Anggaran lain yang dipersamakan;

10. Untuk keperluan tertentu yang tidak dapat dan/atau tidak memungkinkan dilakukannya pembayaran secara langsung sesuai ketentuan/batasan yang diatur secara khusus, pembayaran dapat dilakukan dengan menggunakan uang persediaan melalui mekanisme penerbitan SPM-UP/TUP;

11. SPP dan SPM UP/TUP di terbitkan dengan menggunakan kode kegiatan untuk Rupiah Murni : 0000.0000.825111, Pinjaman Luar Negeri: 9999.9999.825112 dan PNBP : 0000.0000.825113;

12. Penggunaan dan penggantian UP dapat dilakukan sepanjang pagu anggaran dalam DIPA atau dokumen pelaksanaan anggaran lainnya yang dipersamakan dengan DIPA masih tersedia;

13. Penerbitan SPM dan SP2D harus memerhatikan batas-batas anggaran yang tersedia dan rencana penarikan yang telah ditetapkan untuk masing-masing anggaran belanja dalam DIPA;

14. Dalam hal pembayaran Langganan Daya dan Jasa belum dapat dilakukan secara langsung, Satker yang bersangkutan dapat melakukan pembayaran dengan UP;

15. Tunggakan langganan daya dan jasa tahun anggaran sebelumnya dapat dibayarkan oleh satker sepanjang dananya tersedia dalam DIPA berkenaan;

16. Pembayaran Langsung dilakukan untuk : 16.1 Keperluan pembayaran kepada Pihak

Ketiga/rekanan; 16.2 Pembayaran melalui Bendahara.

17. Pengajuan SPP-LS untuk:

Page 31: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 20

17.1. Gaji Induk SPP-nya harus sudah diterima oleh PP-SPM paling lambat tanggal 10 sebelum bulan pembayaran, sedangkan SPM-nya harus sudah diterima KPPN paling lambat tanggal 15 sebelum bulan pembayaran;

17.2. Pembayaran Perjalanan Dinas : 17.2.1. Untuk kegiatan yang telah dilaksanakan; 17.2.2. Untuk kegiatan yang akan dilaksanakan,

SPP-nya harus sudah diterima oleh PP-SPM sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum pelaksanaan kegiatan dimulai.

18. Pembayaran kepada pihak ketiga yang SPP-nya menggunakan rekening terlampir harus menyampaikan softcopy format rekening;

19. Penggunaan UP/TUP harus dilakukan menurut ketentuan yang berlaku antara lain : 19.1. Setiap pengeluaran tidak boleh melampaui kredit

anggaran yang tersedia dalam DIPA untuk mata anggaran pengeluaran (Akun) bersangkutan;

19.2. Setiap pengeluaran harus dikuatkan dengan surat-surat bukti atau dokumen belanja yang sah/memenuhi syarat keabsahan dan ketentuan perundang-undangan;

19.3. Setiap pembayaran dalam rangka pengadaan/pekerjaan/pemborong tidak boleh lebih besar dari Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah);

19.4. Pembayaran di atas Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) menggunakan kuitansi yang dilengkapi dengan Faktur Pembelian apabila jenis dan volume barangnya tidak bisa dijelaskan dalam kuitansi;

Page 32: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 21

21

20. Ketentuan penggunaan materai diatur sebagai berikut: 20.1. Pembayaran sampai dengan Rp. 250.000,- (dua

ratus lima puluh ribu rupiah) tidak menggunakan materai;

20.2. Pembayaran di atas Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) menggunakan materai Rp 3000,- (tiga ribu rupiah);

20.3. Pembayaran di atas Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) menggunakan materai Rp 6000,- (enam ribu rupiah);

21. Setiap pembayaran dalam rangka pengadaan barang/jasa memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 21.1. Pembayaran yang nilai nya sampai dengan

Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah), menggunakan Bukti Pembelian;

21.2. Kuitansi digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang nilainya Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp10.000.000,- (sepuluh juta rupiah);

21.3. Surat Perintah Kerja digunakan untuk Pengadaan Barang atau pekerjaan kostruksi atau jasa lainnya dengan nilai di atas Rp. 10.000.000,-. (sepuluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 100.000.000,-. (seratus juta rupiah) dan untuk jasa konsultasi sampai dengan Rp. 50.000.000,-. (lima puluh juta rupiah);

21.4. Surat Perjanjian digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai di atas Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan untuk Jasa Konsultansi dengan nilai di atas Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Page 33: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 22

22. Dalam setiap pembayaran harus dilaksanakan ketentuan mengenai perpajakan, antara lain memotong dan menyetorkan PPh dan PPN sesuai dengan ketentuan yang berlaku kecuali ditetapkan lain;

23. SPM yang telah diterbitkan SP2D-nya oleh KPPN dan telah dicairkan (telah dilakukan pendebetan rekening kas negara) tidak dapat dibatalkan. Perbaikan SPM hanya dapat dilakukan oleh KPA/PPK terhadap kesalahan administrasi sebagai berikut: 23.1. Kesalahan pembebanan pada Akun; 23.2. Kesalahan pencantuman kode fungsi, sub fungsi,

kegiatan, dan output; 23.3. Uraian pengeluaran yang tidak berakibat pada

perubahan jumlah uang pada SPM; 23.4. Kesalahan penulisan nama, nomor rekening

penerima, dan NPWP. 24. Perbaikan SPM sebagaimana dimaksud angka 23 di

atas, diajukan rangkap dua ke KPPN dengan lampiran SPTJM dan fotokopi SP2D, fotokopi rekening, NPWP dan ADK ralat untuk dilakukan revisi SPM. Selanjutnya surat revisi/perbaikan SPM dimaksud disampaikan kepada: 24.1. KPPN; 24.2. Bagian/unit yang menyusun laporan keuangan

(Petugas SAI); 24.3. Khusus untuk kesalahan sebagaimana disebutkan

pada butir 23.1 sampai 23.3 harus dilampirkan ADK SPM;

25. Retur SP2D adalah pengembalian SP2D oleh bank operasional kepada KPPN yang disebabkan karena kesalahan nama dan nomor rekening penerima;

26. Sisa pengeluaran anggaran harus disetor kembali ke Rekening Kas Negara yang dilakukan dengan SPM

Page 34: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 23

23

Pengembalian Belanja yang diterbitkan oleh satker bersangkutan dengan ketentuan: 26.1. Surat keterangan pembukuan dari KPPN dilampiri

SSPB berikut dokumen pendukung lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku apabila pengembaliannya dilakukan dalam tahun anggaran berjalan;

26.2. Surat keterangan pembukuan dari KPPN dilampiri SSBP berikut dokumen pendukung lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku apabila pengembaliannya dilakukan setelah tahun anggaran berjalan;

27. Penyampaian SPP kepada PP- SPM dilakukan dengan ketentuan waktu sebagai berikut: 27.1. SPP-UP/TUP paling lambat 2 (dua) hari kerja; 27.2. SPP-GUP paling lambat 5 (lima) hari kerja; 27.3. SPP-GUP Nihil atas TUP paling lambat 5 (lima)

hari kerja; 27.4. SPP–LS Belanja Pegawai paling lambat 4 (empat)

hari kerja; 27.5. SPP–LS Non Belanja Pegawai paling lambat 5

(lima) hari kerja; 27.6. Dalam hal PPK menolak/mengembalikan tagihan

karena dokumen pendukung tagihan tidak lengkap dan benar, maka PPK harus menyatakan secara tertulis alasan penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya surat tagihan.

28. Penerbitan SPM dilakukan dengan ketentuan waktu sebagai berikut: 28.1. Penerbitan SPM-UP/TUP oleh PP-SPM diselesaikan

paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPP-

Page 35: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 24

UP/TUP beserta dokumen pendukung diterima secara lengkap dan benar dari PPK;

28.2. Penerbitan SPM-GUP oleh PP-SPM diselesaikan paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah SPP-GUP beserta dokumen pendukung diterima secara lengkap dan benar dari PPK;

28.3. Penerbitan SPM-GUP Nihil atas TUP oleh PP-SPM diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah SPP-GUP Nihil atas TUP beserta dokumen pendukung diterima secara lengkap dan benar dari PPK;

28.4. Penerbitan SPM–LS oleh PP-SPM diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah SPP-LS beserta dokumen pendukung diterima secara lengkap dan benar dari PPK;

28.5. Dalam hal PP-SPM menolak/mengembalikan SPP karena dokumen pendukung SPP tidak lengkap dan benar, maka PP-SPM harus menyatakan secara tertulis alasan penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya SPP.

29. Penyampaian SPM beserta dokumen pendukung yang dilengkapi dengan ADK SPM kepada KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan;

30. SPM yang diterbitkan dinyatakan sah apabila ditandatangani oleh pejabat yang telah ditunjuk sebagai PP-SPM yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional sebagai Pengguna Anggaran;

31. Dalam hal terjadi Revisi DIPA/POK, tembusan disampaikan kepada: 31.1. PP-SPM untuk penyesuaian pagu DIPA pada

aplikasi SPM;

Page 36: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 25

25

31.2. Bagian yang menyusun Laporan Keuangan/SAK untuk penyesuaian pagu DIPA pada Aplikasi SAK;

31.3. KPPN untuk penyesuaian pagu DIPA. 32. Pengajuan Honorarium dan Perjalanan Dinas yang

pembayarannya melalui LS dilengkapi dengan Daftar Nominatif yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan BP/BPP;

33. Jaminan Uang Muka, Penawaran, Pelaksanaan, Pemeliharaan adalah jaminan yang diberikan oleh pihak Bank/Asuransi yang memiliki program asuransi surety bond terhadap Perusahaan/Pihak Ketiga dalam melakukan kegiatan yang terdapat dalam kontrak;

34. Pembayaran biaya perjalanan dinas dapat diberikan dalam batas pagu anggaran yang tersedia dalam DIPA;

35. Pembayaran Biaya perjalanan dinas dapat dilakukan dengan mekanisme UP/TUP dan/atau mekanisme LS;

36. Mekanisme UP/TUP dilakukan dengan memberikan uang muka kepada Pejabat Negara/Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Tidak Tetap yang melaksanakan perjalanan dinas oleh Bendahara Pengeluaran dari UP/TUP yang dikelolanya;

37. Pemberian uang muka didasarkan pada permintaan dari KPA/PPK kepada BP dengan melampirkan: 37.1. Surat Tugas untuk melakukan perjalanan dinas

yang ditandatangani oleh KPA/PPK; 37.2. SPPD; 37.3. Kuitansi Perjalanan Dinas; 37.4. Rincian biaya perjalanan dinas.

38. Pembayaran biaya perjalanan dinas melalui mekanisme pembayaran LS kepada Pihak Ketiga ditetapkan sebagai berikut :

Page 37: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 26

38.1. Untuk pembelian/pengadaan tiket dan/atau biaya penginapan dapat dilakukan melalui Pihak Ketiga;

38.2. Pihak ketiga dapat berupa event organizer, biro jasa perjalanan, maskapai penerbangan, dan perusahaan jasa perhotelan/penginapan;

38.3. Penetapan pihak ketiga sebagaimana dimaksud angka 38.2. di atas, dilakukan melalui mekanisme pengadaan barang/jasa sesuai peraturan perundang-undangan;

38.4. Kontrak dengan pihak ketiga dapat dilakukan untuk satu paket kegiatan atau untuk kebutuhan periode tertentu;

38.5. Nilai kontrak tidak diperkenankan melebihi ketentuan tarif tiket dan penginapan yang telah ditetapkan;

38.6. Pembayaran kepada pihak ketiga didasarkan atas prestasi kerja yang telah diselesaikan sebagaimana diatur dalam kontrak;

38.7. Atas dasar prestasi kerja yang telah diselesaikan, Pihak Ketiga mengajukan tagihan kepada PPK.

39. Biaya Perjalanan Dinas dipertanggungjawabkan oleh Pejabat Negara/Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Tidak Tetap yang melakukan perjalanan dinas paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah perjalanan dinas dilaksanakan;

40. Uang Harian dipertanggungjawabkan sesuai banyak hari yang digunakan untuk melaksanakan perjalanan dinas;

41. Biaya Transportasi pegawai dan biaya penginapan perjalanan dinas dipertanggungjawabkan sesuai biaya riil yang dikeluarkan berdasarkan bukti pengeluaran yang sah;

Page 38: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 27

27

42. PPK/BP menyampaikan Rencana Pencairan Anggaran per minggu kepada PP-SPM;

43. Hasil rekonsiliasi satker dengan KPPN tiap bulan agar disampaikan ke PP-SPM paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah rekonsiliasi;

44. Setiap awal bulan SP2D yang diterbitkan oleh KPPN disampaikan ke PP-SPM;

45. Pengajuan SPP/SPM-LS dengan lampiran lebih dari 100 rekening penerima, wajib menyampaikan jadwal/rencana penyampaian SPM kepada KPPN;

46. Ketentuan Pengajuan SPP-UP dan Penerbitan SPM-UP 46.1. UP dapat diberikan untuk Klasifikasi Belanja

sebagai berikut: 46.1.1. Belanja Barang (52); 46.1.2. Belanja Modal, untuk pengeluaran honor

tim, Alat Tulis Kantor (ATK), Perjalanan Dinas, Biaya Pengumuman Lelang, Pengurusan Surat Perijinan, dan pengeluaran lainnya yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran LS dalam rangka Perolehan Asset (53);

46.1.3. Belanja Lain-Lain (5811). 46.2. Di luar ketentuan angka 46.1 dapat diberikan

pengecualian untuk DIPA Pusat oleh Direktur jenderal Perbendaharaan dan untuk DIPA yang ditetapkan oleh Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan oleh Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan setempat;

46.3. UP dapat diberikan setinggi-tingginya: 46.3.1. 1/12 dari pagu DIPA menurut klasifikasi

belanja barang dan belanja lain-lain yang diijinkan untuk diberikan UP, maksimal

Page 39: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 28

Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pagu sampai dengan Rp. 900.000.000,- (sembilan ratus juta rupiah);

46.3.2. 1/18 dari pagu DIPA menurut klasifikasi belanja barang dan belanja lain-lain yang diijinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk pagu diatas Rp. 900.000.000,- (sembilan ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 2.400.000.000,- (dua miliar empat ratus juta rupiah);

46.3.3. 1/24 dari pagu DIPA menurut klasifikasi belanja barang dan belanja lain-lain yang diijinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) untuk pagu diatas Rp. 2.400.000.000,- (dua miliar empat ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 6.000.000.000,- (enam miliar rupiah);

46.3.4. 1/30 dari pagu DIPA menurut klasifikasi belanja barang dan belanja lain-lain yang diijinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp. 500.0000.000,- (lima ratus juta rupiah) untuk pagu diatas Rp. 6.000.000.000,- (enam miliar rupiah).

46.4. Perubahan besaran UP di luar ketentuan pada angka 46.3 ditetapkan oleh : 46.4.1. Kepala Kantor Wilayah Ditjen

Perbendaharaan untuk perubahan besaran UP menjadi setinggi-tingginya

Page 40: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 29

29

Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah);

46.4.2. Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk perubahan besaran UP di atas Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah);

46.5. PA/Kuasa PA dapat mengajukan perubahan besaran UP sebagaimana dimaksud di atas setelah diperhitungkan dengan UP yang telah diterima;

46.6. Perubahan besaran UP dan klasifikasi belanja lain di luar ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 46.1. dan 46.3 di atas, harus mendapatkan persetujuan/dispensasi dari DJPb untuk DIPA Pusat dan Kepala Kanwil DJPb untuk DIPA daerah/DIPA yang ditetapkan oleh Kepala Kanwil DJPb;

46.7. Penggunaan UP menjadi tanggungjawab BP di bawah pengawasan dari KPA dengan melakukan pengecekan secara berkala atas saldo UP;

46.8. BP melakukan pengisian kembali UP setelah UP dimaksud digunakan/ dipertanggungjawabkan (revolving) sepanjang masih tersedia dana dalam DIPA atau dokumen pelaksanaan anggaran lain yang dipersamakan;

46.9. Pengisian kembali dapat dilakukan apabila dana UP telah dipergunakan sekurang-kurangnya 75% dari dana UP yang diterima;

46.10. Dalam hal Penggunaan UP belum mencapai 75%, sedangkan Satker yang bersangkutan memerlukan pendanaan melebihi sisa dana yang tersedia, Satker dapat mengajukan TUP;

Page 41: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 30

46.11. Pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan sesuai bukti-bukti yang sah dibebankan pada mata anggaran (Akun) defenitif sesuai pagu akun yang tersedia;

46.12. Pembebanan dimaksud pada angka 46.11 di atas mengurangi kredit/pagu anggaran dalam DIPA;

46.13. UP yang diterima oleh BP dapat dialokasikan kepada masing-masing BPP dengan melampirkan rincian pembagian dana UP;

46.14. Dalam rangka efektivitas dan kelancaran pelaksanaan kegiatan pada masing-masing BPP, pengajuan pengisian kembali UP sebagaimana dimaksud pada angka 46.10. dapat dimintakan kembali kepada BP berdasarkan rincian pembagian dana UP masing-masing BPP;

46.15. Pengajuan UP/TUP untuk PNBP diajukan secara terpisah dari UP/TUP lainnya;

46.16. Jumlah dana UP yang dapat diberikan sebesar 20% dari pagu dana PNBP dalam DIPA maksimal sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dengan melampirkan Daftar Realisasi Pendapatan dan Penggunaan DIPA PNBP tahun sebelumnya;

46.17. Maksimal dana yang dapat dicairkan dihitung dengan formula,

MP = (PPP - JS) – JPS, MP = Maksimum Pencairan dana, PPP = Proporsi Pagu Pengeluaran

terhadap pendapatan, JS = Jumlah Setoran dan JPS = Jumlah Pencairan dana

Sebelumnya sampai dengan SPM terakhir diterbitkan

Page 42: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 31

31

46.18. Sisa UP yang terdapat pada akhir tahun anggaran harus disetor kembali ke Rekening Kas Umum Negara selambat-lambatnya pada akhir tahun anggaran berkenaan. Setoran sisa UP dimaksud, dibukukan: 46.18.1. Sebagai pengembalian uang persediaan

sesuai mata anggaran yang ditetapkan apabila disetorkan pada Tahun Anggaran berjalan, dengan menggunakan SSPB sebagaimana Contoh Format SSPB pada Lampiran 21;

46.18.2. Sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak apabila disetorkan setelah tahun anggaran berjalan, dengan menggunakan SSBP, sebagaimana Contoh Format SSBP pada Lampiran 22;

47. Ketentuan Pengajuan SPP-TUP dan Penerbitan SPM-TUP 47.1. Tambahan Uang Persediaan dapat diberikan

dengan syarat: 47.1.1. Untuk memenuhi kebutuhan sangat

mendesak/tidak dapat ditunda; 47.1.2. Digunakan paling lama satu bulan sejak

SP2D diterbitkan; 47.1.3. Apabila tidak habis digunakan dalam satu

bulan, sisa dana yang ada pada BP harus disetor ke kas negara;

47.1.4. Tidak untuk membiayai pengeluaran yang seharusnya dibayarkan secara LS;

47.1.5. Apabila ketentuan di atas tidak dipenuhi, kepada Satker yang bersangkutan tidak dapat lagi mengajukan TUP sepanjang sisa tahun anggaran bersangkutan;

Page 43: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 32

47.1.6. Pengecualian terhadap angka 47.1.2 dan 47.1.3 untuk dispensasi perpanjangan waktu pertanggungjawaban Tambahan UP lebih dari satu bulan menjadi kewenangan Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan;

47.1.7. Permohonan dispensasi perpanjangan batas akhir pertanggungjawaban Tambahan UP sebagaimana dimaksud angka 47.1.6 diajukan PA/KPA dengan disertai alasan yang jelas.

47.2. Pemberian TUP diatur sebagai berikut : 47.2.1. Kepala KPPN dapat memberikan TUP

sampai dengan jumlah Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) untuk klasifikasi belanja yang diperbolehkan diberi UP bagi instansi dalam wilayah pembayaran KPPN bersangkutan;

47.2.2. Permintaan TUP di atas Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) untuk klasifikasi belanja yang diperbolehkan diberi UP harus mendapat dispensasi dari Kepala Kanwil DJPb.

47.3. Pengajuan pengesahan SPM Penggantian UP Nihil atas TUP dapat dilakukan secara bertahap sampai dengan batas akhir pengajuan SPM –GU Nihil atas TUP;

47.4. Sebelum mengajukan TUP, Kepala Satker terlebih dahulu mengajukan dispensasi TUP yang diajukan ke DJPb/Kanwil DJPb (tembusan Kepala PP-SPM).

Page 44: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 33

33

BAB III

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PEJABAT PERBENDAHARAAN

Pejabat Perbendaharaan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh Menteri Pendidikan Nasional setiap tahun anggaran untuk mengelola anggaran APBN Kantor/Satker di lingkungan Kemdiknas termasuk Kantor/Satker yang mengelola dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Pejabat Perbendaharaan terdiri dari Pengguna Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penerbit SPM, Bendahara Pengeluaran, dan Bendahara Pengeluaran Pembantu. A. Tugas Pejabat Perbendaharaan

1. Pengguna Anggaran Menteri Pendidikan Nasional sebagai pengguna anggaran /pengguna barang, berwenang: 1.1. Menyusun dan menetapkan dokumen pelaksanaan

anggaran; 1.2. Menetapkan KPA/Pengguna Barang; 1.3. Menetapkan pejabat perbendaharaan; 1.4. Menggunakan barang milik negara; 1.5. Mengawasi pelaksanaan anggaran; 1.6. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan

pemungutan penerimaan Negara; 1.7. Dalam hal Pengadaan Barang/Jasa, PA memiliki

tugas dan kewenangan sebagai berikut: 1.7.1. Menetapkan rencana umum pengadaan; 1.7.2. Mengumumkan secara luas Rencana

Umum Pengadaan sekurang-kurangnya di website K/L/D/l;

1.7.3. Menetapkan PPK;

Page 45: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 34

1.7.4. Menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan;

1.7.5. Menetapkan: 1.7.5.1. Pemenang pada Pelelangan atau

penyedia pada Penunjukkan Langsung untuk paket pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai diatas Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); dan/atau

1.7.5.2. Pemenang pada Seleksi atau penyedia pada penunjukkan Langsung untuk paket pengadaan Jasa Konsultasi dengan nilai diatas Rp.10.000.000.000.00 (sepuluh miliar rupiah).

1.7.6. Menyampaikan laporan Keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

1.7.7. Menyelesaikan perselisihan diantara PPK dengan ULP/Pejabat Pengadaan, dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat;

1.7.8. Mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh Dokumen Pengadaan Barang/Jasa;

1.7.9. Selain tugas pokok dan fungsi sebagaimana disebutkan diatas, dalam hal diperlukan, PA dapat: 1.7.9.1. Menetapkan Pejabat Pengadaan; 1.7.9.2. Menetapkan Tim teknis;

Page 46: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 35

35

1.7.9.3. Menetapkan Tim Juri/ Tim Ahli untuk pelaksanaan pengadaan melalui Sayembara/Kontes.

2. Kuasa Pengguna Anggaran

2.1. Mengusulkan Pejabat Perbendaharaan kepada Sekretaris Jenderal UP Kepala Biro Keuangan Kemdiknas;

2.2. Meneliti DIPA dan melakukan revisi jika ada perubahan sesuai dengan kewenangan;

2.3. Menyusun rencana pelaksanaan anggaran sesuai DIPA;

2.4. Menandatangani semua bukti pengeluaran atas dana yang dikelolanya dan dapat mendelegasikan tugas tersebut kepada pejabat yang ditunjuk;

2.5. Menandatangani cek dan dapat mendelegasikan kepada pejabat yang ditunjuk;

2.6. Menandatangani SPTB dan dapat mendelegasikan kepada PPK;

2.7. Mengawasi pelaksanaan anggaran Kantor/Satker; 2.8. Mempertanggungjawabkan anggaran

Kantor/Satker; 2.9. Membuat laporan Keuangan Kantor/Satker; 2.10. Mengangkat petugas pembantu pada PPK, Pejabat

Penerbit SPM, BP, dan BPP; 2.11. Dalam hal pengadaan barang/jasa KPA dapat

mengangkat Pejabat/Panitia Pengadaan sepanjang mendapat delegasi dari PA.

3. Pejabat Pembuat Komitmen

3.1. Menyusun rencana pelaksanaan anggaran; 3.2. Mengajukan SPP;

Page 47: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 36

3.3. Meneliti dokumen keuangan yang diajukan oleh BP dan BPP;

3.4. Mendistribusikan dan mengkoordinasikan pelaksanaan anggaran sesuai dengan DIPA;

3.5. Mengawasi pelaksanaan anggaran; 3.6. Menyusun LRA Kantor/Satker; 3.7. Mempertangungjawabkan semua dokumen

keuangan, kontrak dan keputusan yang ditandatangani sesuai dengan kewenangan yang ditetapkan;

3.8. Menandatangani SPTB apabila mendapatkan pendelegasian dari KPA sesuai Lampiran 3;

3.9. Menandatangani semua bukti pengeluaran; 3.10. Mengadakan pemeriksaan kas bendahara secara

periodik minimal 1 (satu) bulan sekali dengan menandatangani berita acara pemeriksaan kas sesuai contoh Format Berita Acara Pemeriksaan Kas pada Lampiran 1;

3.11. Membuat keputusan/tindakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan substansi tugas dan fungsi yaitu: 3.11.1. Surat Perintah Perjalanan Dinas; 3.11.2. Surat Perintah Kerja Lembur; 3.11.3. Surat Keputusan Pemberian Honor; 3.11.4. Surat Tugas.

3.12. Menyampaikan spesimen tanda tangan dan stempel kepada KPPN, dan tembusannya disampaikan kepada PP- SPM dan Bank Persepsi yang ditunjuk;

3.13. Dalam pelaksanaan tugas, PPK dapat mengusulkan petugas pembantu PPK kepada KPA;

Page 48: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 37

37

3.14. Menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi: 3.14.1. Spesifikasi teknis Barang/Jasa; 3.14.2. Rincian HPS; dan 3.14.3. Rancangan Kontrak.

3.15. Menunjuk Penyedia Barang/Jasa 3.16. Menandatangani Kontrak; 3.17. Melaksanakan kontrak dengan penyedia

Barang/Jasa; 3.18. Mengendalikan pelaksanaan kontrak; 3.19. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Pengadaan

Barang/Jasa kepada PA/KPA; 3.20. Menyerahkan hasil pekerjaan Pengadaan

Barang/Jasa kepada PA/KPA setiap triwulan; dan 3.21. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh

dokumen pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa; 3.22. Selain tugas pokok dan fungsi sebagaimana

dimaksud di atas, dalam hal diperlukan, PPK juga dapat: 3.22.1. Mengusulkan kepada PA/KPA:

a. Perubahan paket pekerjaan dan / atau; b. Perubahan jadwal kegiatan pengadaan;

3.22.2. Menetapkan tim pendukung; 3.22.3. Menetapkan tim atau tenaga ahli pemberi

penjelasan teknis (aanwijzer) untuk membantu pelaksanaan tugas ULP; dan

3.22.4. Menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada penyedia Barang/Jasa.

4. Pejabat Penerbit SPM

PP-SPM bertugas untuk:

Page 49: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 38

4.1. Menyampaikan nama, spesimen tanda tangan dan cap dinas instansi PP-SPM kepada KPPN dan Bank Persepsi yang ditunjuk;

4.2. Menguji kebenaran material sebagai faktor pendukung dari kebenaran formal dari SPP, sebatas surat-surat bukti yang dianggap sah menurut peraturan yang berlaku mengenai hak pihak penagih;

4.3. Meneliti kelengkapan dokumen yang menjadi persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa;

4.4. Menghitung dan memungut pajak-pajak yang berhubungan dengan pembayaran pengeluaran;

4.5. Meneliti pembebanan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran pengeluaran (akun) yang bersangkutan;

4.6. Meneliti ketersediaan dana kegiatan yang diajukan;

4.7. Membuat kartu pengawasan atas SPM yang diterbitkan per Akun;

4.8. Menandatangani SPM; 4.9. Menandatangani Faktur Pajak dan SSP; 4.10. Dalam hal melaksanakan tugas sebagaimana

tersebut di atas, PP-SPM dapat mengusulkan petugas pembantu kepada KPA.

5. Bendahara Pengeluaran

5.1. Menerima, menyimpan, menyetor/membayar uang atau surat berharga, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang negara yang ada dalam penguasaannya;

Page 50: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 39

39

5.2. Menyampaikan spesimen tanda tangan Bendahara, dan stempel ke KPPN, Bank Persepsi setempat, dan PP-SPM;

5.3. Mengajukan SPP yaitu SPP-Gaji (Gaji Susulan, Uang Duka) SPP-LS, SPP-UP, SPP-TU, SPP-GU, SPP-GU Nihil kepada PPK;

5.4. Meneliti dokumen pengeluaran dari BPP dan mengembalikan dokumen pengeluaran yang tidak memenuhi syarat;

5.5. Membentuk tim penguji tagihan/SPJ yang akan diajukan pembayarannya melalui SPP;

5.6. Memungut dan menyetorkan Pajak : 5.6.1. Pajak Penghasilan (PPh Ps 21) atas uang

lembur/uang lelah dll; 5.6.2. Pajak Penghasilan (PPh Ps.22) atas

pembayaran pembelian tunai barang; 5.6.3. Pajak Penghasilan (PPh Ps 23) atas

pembayaran sewa dan jasa; 5.6.4. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas

pembayaran pembelian barang/jasa. 5.7. Menandatangani dan mempertanggungjawabkan

semua dokumen Penerimaan/pengeluaran yang dikelolanya, jika tidak didelegasikan ke BPP;

5.8. Menandatangani cek; 5.9. Membukukan semua transaksi penerimaan dan

pengeluaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan menutup buku pada akhir bulan;

5.10. Menyimpan uang tunai sesuai ketentuan yang berlaku;

5.11. Menyusun LRA dan melaporkan kepada petugas SAI;

Page 51: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 40

5.12. Apabila BP pada Kantor/Satker, volume pekerjaannya terlalu besar dan tidak dimungkinkan untuk menangani semua surat pertanggungjawaban, maka BP dapat mendelegasikan kepada BPP untuk : 5.12.1. Menandatangani bukti pengeluaran di

lingkungan kerjanya; 5.12.2. Mempertanggungjawabkan pengeluaran

anggaran yang menjadi tugasnya kepada BP;

5.13. Pendelegasian sebagaimana dimaksud pada angka 5.12 dibuatkan surat pendelegasian, sebagaimana Contoh Format Surat Pendelegasian Pada Lampiran 2;

5.14. Membuat SPTB sebagaimana contoh Format SPTB pada Lampiran 4;

5.15. Membuka rekening bendahara kantor/Satker setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan atau KPPN;

5.16. Menyampaikan SP2D dan hasil rekonsiliasi dengan KPPN ke PP-SPM setiap bulan;

5.17. Menyampaikan dokumen sumber berupa SPM, SP2D, SSBP, SSPB, DIPA/DIPA Revisi dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan ke bagian/unit yang menangani penyusunan laporan keuangan setiap waktu;

5.18. Melakukan rekonsiliasi dengan petugas SAK; 5.19. Dalam hal melaksanakan tugas sebagaimana

tersebut di atas, BP dapat mengusulkan petugas pembantu kepada KPA;

Page 52: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 41

41

5.20. Menyusun LPJ BP, dan menyampaikan ke KPPN paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah bulan berkenaan.

6. Bendahara Pengeluaran Pembantu

6.1. Membantu BP untuk mengelola UP; 6.2. Mengajukan Permohonan permintaan uang

kepada Bendahara Pengeluaran setelah mendapat persetujuan dari PPK yang ditunjuk;

6.3. Memungut dan melaporkan kepada Bendahara: 6.3.1. Pajak Penghasilan (PPh Ps. 21) atas uang

lembur/uang lelah ,dll; 6.3.2. Pajak Penghasilan (PPh Ps. 22) atas

pembayaran pembelian tunai barang; 6.3.3. Pajak Penghasilan (PPh Ps. 23) atas

pembayaran sewa dan jasa; 6.3.4. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas

pembayaran pembelian barang/jasa. 6.4. Membukukan anggaran yang diterimanya ke

dalam buku kas umum dan buku pembantu sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

6.5. Bertanggungjawab atas uang yang diambil dari bendahara pengeluaran;

6.6. Melaporkan semua pengelolaan keuangan yang telah dilaksanakan kepada PPK/BP;

6.7. BPP menandatangani semua bukti pengeluaran di lingkungan kerjanya dan diketahui/disetujui oleh PPK, apabila mendapatkan penedelegasian dari BP;

6.8. Melaporkan / menyetorkan dokumen pengeluaran /pertanggungjawaban kepada BP selambat-

Page 53: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 42

lambatnya 15 (lima belas) hari kerja setelah menerima uang muka kerja;

6.9. Dalam hal BPP diberikan kewenangan untuk menandatangani semua bukti pengeluaran atas dana yang dikelolanya, maka BPP menyampaikan spesimen tanda tangan dan stempel ke KPPN dan PP-SPM;

6.10. Menyusun laporan realisasi kegiatan yang telah dilaksanakan;

6.11. Menyusun LPJ BPP dan menyampaikan ke BP; 6.12. Dalam hal melaksanakan tugas sebagaimana

tersebut di atas, BPP dapat mengusulkan petugas pembantu kepada KPA.

7. Pemegang Uang Muka

7.1. Membantu BPP untuk mengelola UP; 7.2. Mengajukan Permohonan permintaan uang

kepada BPP setelah mendapat persetujuan dari PPK yang ditunjuk;

7.3. Memungut dan melaporkan kepada Bendahara: 7.3.1. Pajak Penghasilan (PPh Ps. 21) atas uang

lembur/uang lelah dll; 7.3.2. Pajak Penghasilan (PPh Ps. 22) atas

pembayaran pembelian tunai barang; 7.3.3. Pajak Penghasilan (PPh Ps. 23) atas

pembayaran sewa dan jasa; 7.3.4. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas

pembayaran pembelian barang/jasa. 7.4. Bertanggungjawab atas uang yang diambil dari

BPP; 7.5. Melaporkan semua pengelolaan keuangan yang

telah dilaksanakan kepada PPK/BP;

Page 54: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 43

43

7.6. Melaporkan / menyetorkan dokumen pengeluaran /pertanggungjawaban kepada BPP selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja setelah menerima uang muka kerja;

7.7. Menyusun laporan realisasi kegiatan yang telah dilaksanakan.

B. Petugas Pembantu PPK, Bendahara, dan Pejabat

Penerbit SPM 1. Petugas Pembantu PPK

Petugas Pembantu PPK yang terdiri dari Petugas Administrasi dan Verifikator diangkat dan ditetapkan oleh KPA dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing sebagai berikut: 1.1. Petugas Administrasi

1.1.1. Menerima dan mencatat dokumen anggaran/ tagihan;

1.1.2. Memeriksa kelengkapan dokumen; 1.1.3. Membuat konsep dokumen SPP dan

lampirannya; 1.1.4. Mengirimkan dokumen; 1.1.5. Mengarsipkan dokumen termasuk

pencatatannya.

1.2. Verifikator 1.2.1. Melakukan verifikasi atas keabsahan dan

kelengkapan dokumen SPP yang diterima dari Petugas Administrasi;

1.2.2. Melakukan verifikasi atas kelengkapan data dokumen SPP;

1.2.3. Menjamin bahwa pembebanan anggaran telah sesuai dengan dokumen anggaran (DIPA/POK, dll) baik dana maupun BAS.

Page 55: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 44

2. Petugas Pembantu PP-SPM Petugas Pembantu PP-SPM yang terdiri dari Petugas Administrasi, Verifikator, dan Operator diangkat dan ditetapkan oleh KPA dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing sebagai berikut: 2.1. Petugas Administrasi

2.1.1. Menerima dan mencatat dokumen anggaran/tagihan;

2.1.2. Memeriksa kelengkapan dokumen; 2.1.3. Mengirimkan dokumen; 2.1.4. Mengarsipkan dokumen termasuk

pencatatannya. 2.2. Verifikator

2.2.1. Melakukan verifikasi atas kelengkapan dokumen sumber yang diterima dari Petugas Administrasi;

2.2.2. Melakukan verifikasi atas kelengkapan data dokumen sumber sebelum dan sesudah direkam oleh Operator ke dalam Aplikasi SPM;

2.2.3. Memberi paraf pada dokumen yang telah diverifikasi;

2.2.4. Menjamin pemutakhiran data pada aplikasi SPM;

2.3. Operator 2.3.1. Melakukan input data melalui Aplikasi

SPM; 2.3.2. Mencetak dokumen dan register melalui

Aplikasi SPM; 2.3.3. Membuat ADK (file kirim) yang dihasilkan

Aplikasi SPM; 2.3.4. Melakukan back up data elektronik

melalui Aplikasi SPM;

Page 56: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 45

45

2.3.5. Memelihara sarana penunjang yaitu komputer PC dan printer;

2.3.6. Melakukan back up database pada aplikasi setiap hari.

3. Petugas Pembantu BP Petugas Pembantu BP yang terdiri dari Petugas Administrasi, Verifikator, dan Operator diangkat dan ditetapkan oleh KPA dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing sebagai berikut: 3.1. Petugas Administrasi

3.1.1. Menerima dan mencatat dokumen pertanggungjawaban dari BPP;

3.1.2. Memeriksa kelengkapan dokumen pertanggungjawaban dari BPP;

3.1.3. Mengarsipkan dokumen pertanggungjawaban termasuk pencatatannya.

3.2. Verifikator 3.2.1. Melakukan verifikasi atas keabsahan

dan kelengkapan dokumen pertangungjawaban baik yang dilaksanakan sendiri maupun yang diterima dari BPP;

3.2.2. Melakukan verifikasi atas kelengkapan data dokumen sumber sebelum dan sesudah direkam oleh Operator;

3.2.3. Memberi paraf pada dokumen yang telah diverifikasi;

3.2.4. Menjamin pemutakhiran data; 3.3. Operator

3.3.1. Melakukan input data SPP; 3.3.2. Mencetak dokumen SPP;

Page 57: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 46

3.3.3. Membuat ADK (file kirim); 3.3.4. Memelihara sarana penunjang yaitu

komputer PC dan printer.

4. Petugas Pembantu BPP Petugas Pembantu BPP yang terdiri dari Petugas Administrasi dan Verifikator diangkat dan ditetapkan oleh KPA dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing sebagai berikut: 4.1. Petugas Administrasi

4.1.1. Menerima dan mencatat dokumen pertanggungjawaban dari PUM;

4.1.2. Memeriksa kelengkapan dokumen pertanggungjawaban dari PUM;

4.1.3. Mengarsipkan dokumen pertanggungjawaban termasuk pencatatannya.

4.2. Verifikator 4.2.1. Melakukan verifikasi atas keabsahan

dan kelengkapan dokumen pertangungjawaban baik yang dilaksanakan sendiri maupun yang diterima dari PUM;

4.2.2. Melakukan verifikasi atas kelengkapan data dokumen sumber;

4.2.3. Membuat konsep dokumen pertanggungjawaban keuangan.

Page 58: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 47

47

BAB IV MEKANISME PELAKSANAAN PEMBAYARAN

Dalam pelaksanaan anggaran, setiap tahunnya KPA/PPK/BP secara bersama-sama menyusun rencana pelaksanaan program dan kegiatan pada awal tahun anggaran, sebagaimana yang ditetapkan dalam DIPA atau dokumen lainnya yang dipersamakan dengan DIPA. PPK/BP pada setiap Satker untuk membiayai kegiatannya, mengajukan SPP kepada Pejabat Penandatangan SPM untuk diterbitkan SPM, dengan memerhatikan mekanisme pelaksanaan pembayaran antara lain aspek pengendalian internal, dokumen bukti pengeluaran, syarat-syarat pengajuan SPP, Prosedur pengajuan SPP, ketentuan penerbitan SPM, dan prosedur Penerbitan SPM. A. ASPEK PENGENDALIAN INTERNAL

Pengendalian internal memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembayaran dan pengeluaran lainnya, dengan tujuan agar Kekayaan Negara dapat diselamatkan dari penggunaan yang tidak semestinya dan informasi tentang jumlah dan penggunaan uang tersebut tersaji dengan akurat. Aspek pengendalian yang harus diperhatikan adalah:

1. Setiap pengeluaran/pembayaran harus mendapatkan persetujuan/validasi dari pejabat perbendaharaan yang diberi kewenangan;

2. Pembuat/pelaksana kegiatan dan pengelola keuangan tidak boleh merangkap sebagai Penerbit SPM;

3. Setiap dokumen dan persyaratan pengajuan SPM harus dikelola dengan baik;

4. Sebelum SPP diterbitkan harus dilakukan pengujian atas kelengkapan dan keabsahan syarat-syarat penerbitan SPP;

Page 59: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 48

5. Sebelum SPM diterbitkan harus dilakukan pengujian atas kelengkapan syarat-syarat penerbitan SPM;

6. Dilakukan pengawasan secara reguler atas kegiatan pengelolaan keuangan;

7. Pengamanan yang baik atas uang negara dan pencatatannya;

8. Setiap penerbitan SPM harus dipastikan Nama dan Nomor Rekening Bank, NPWP Pihak Ketiga serta jumlah pajak yang harus dipotong sesuai ketentuan yang berlaku;

9. Dokumen SPP dan SPM dibuat nomor urut dan diarsipkan dengan baik berdasarkan urutan nomor.

B. DOKUMEN BUKTI PENGELUARAN/ PEMBAYARAN

Untuk mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran diperlukan tanda bukti pengeluaran yang terdiri dari : 1. Kuitansi

Kuitansi atau tanda bukti pengeluaran uang Negara adalah tanda bukti pembayaran terhadap perorangan/pihak ketiga, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1.1. Kuitansi untuk Honor

1.1.1. Mencantumkan nama jabatan yang lengkap (Sudah Terima dari .......);

1.1.2. Jumlah yang ditulis antara angka dengan huruf harus sama;

1.1.3. Uraian untuk pembayaran yang jelas dan singkat;

1.1.4. Ditandatangani oleh yang berhak menerima;

1.1.5. Setuju dibayar oleh PPK dan lunas di bayar oleh BP/BPP;

1.1.6. Ditulis uraian angka dan kalimat menggunakan mesin tulis/komputer

Page 60: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 49

49

atau ditulis dengan huruf latin dengan menggunakan bahasa resmi, dan jelas;

1.1.7. Tidak ada coretan/tindasan/bekas hapusan;

1.1.8. Contoh Format Kuitansi Untuk Honor sebagaimana Lampiran 5.

1.2. Kuitansi untuk Pengadaan Barang/Jasa

1.2.1. Mencantumkan nama jabatan yang lengkap (Sudah Terima dari ............................);

1.2.2. Jumlah yang ditulis antara angka dengan huruf harus sama;

1.2.3. Uraian untuk pembayaran yang jelas dan singkat;

1.2.4. Ditandatangani oleh yang berhak menerima uang dan di bawah tanda tangan harus ditulis nama jelas dan alamat lengkap serta dibubuhi stempel resmi dari badan usaha yang bersangkutan;

1.2.5. Setuju dibayar oleh PPK dan lunas di bayar oleh BP/BPP;

1.2.6. Uraian angka dan kalimat ditulis menggunakan mesin tulis/komputer atau ditulis dengan huruf latin dengan menggunakan bahasa resmi, jelas, mencantumkan tempat dan tanggal penagihan;

1.2.7. Tidak ada coretan/tindasan/bekas hapusan;

1.2.8. Bukti pembayaran berupa bon tunai dari Toko/Pihak Ketiga yang nilai pembayarannya kecil dan tidak disertai kuitansi, maka nilai total kumpulan bon-bon dapat dibuatkan

Page 61: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 50

kuitansi induk yang di tanda tangani oleh PPK/BP/BPP, dengan melampirkan bon-bon tersebut;

1.2.9. Mencamtumkan NPWP badan usaha/rekanan yang bersangkutan;

1.2.10. Apabila halaman muka kuitansi tidak diuraikan agar dilampiri dengan faktur, nota dan rincian transaksi;

1.2.11. Contoh Format Kuitansi untuk Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana Lampiran 6.

1.3. Daftar Penerima Honor, dengan ketentuan:

Bukti pembayaran kolektif, dapat dilakukan dengan membuat daftar penerima honor dengan ketentuan: 1.3.1. Surat Keputusan Pemberian Honor dari

PPK; 1.3.2. Daftar ditandatangani oleh PPK dan

BP/BPP; 1.3.3. Daftar memuat sekurang-kurangnya

tanggal pelaksanaan, nama, NPWP, jumlah hari, unit cost/hari, potongan PPh 21, dan jumlah yang diterima;

1.3.4. Contoh Format Daftar Penerima Honor sebagaimana Lampiran 7.

2. Faktur

Faktur sekurang kurangnya memuat: 2.1. Tanggal pengiriman barang; 2.2. Alamat pemesan barang; 2.3. Banyaknya barang yang dikirim; 2.4. Jenis barang, uraian yang mencantumkan

rincian barang, merk, type/spesifikasi; 2.5. Harga satuan dan jumlah total dari barang

yang dikirim;

Page 62: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 51

51

2.6. Nama Perusahaan dan pengirim barang; 2.7. Tanda terima barang, yang berisikan nama

jelas, tanda tangan dari yang menerima barang dan dibubuhi stempel dari satker yang bersangkutan;

2.8. Contoh Format Faktur sebagaimana Lampiran 8.

3. Bukti Pengeluaran untuk Perjalanan Dinas

3.1. Surat Tugas dari PPK; 3.2. Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD); 3.3. Contoh Format SPPD dan tata cara

pengisiannya sebagaimana pada Lampiran 9 dan 10;

3.4. Rincian Biaya Perjalanan Dinas, sebagaimana Contoh Format Rincian Biaya Perjalanan Dinas pada Lampiran 11;

3.5. Bukti pengeluaran yang sah untuk biaya transportasi pegawai terdiri dari : 3.5.1. Tiket transportasi dari tempat

kedudukan ke terminal bis/stasiun/bandara/pelabuhan pergi pulang;

3.5.2. Tiket transportasi dari terminal bis/stasiun/bandara/pelabuhan ke tempat tujuan pergi pulang;

3.5.3. Tiket pesawat dilampiri boarding pass dan airport tax, tiket kereta api, tiket kapal laut, dan tiket bis dari tempat kedudukan ke terminal bis/stasiun/ bandara/pelabuhan pergi pulang;

3.5.4. Bukti pembayaran model angkutan transportasi lainnya.

3.6. Bukti pengeluaran yang sah untuk biaya penginapan adalah kuitansi atau bukti pembayaran lainnya yang dikeluarkan oleh hotel tempat menginap;

Page 63: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 52

3.7. Dalam hal di tempat menginap lainnya tidak dapat mengeluarkan kwitansi, pejabat/pegawai yang melakukan perjalanan dinas membuat daftar pengeluaran riil disertai pernyataan tanggungjawab sepenuhnya atas pengeluaran sebagai pengganti bukti pengeluaran dimaksud yg disetujui PPK, sebagaimana Contoh Format Daftar Pengeluaran Riil sebagaimana Lampiran 12;

3.8. PPK menilai kesesuaian dan kewajaran atas biaya-biaya yang tercantum dalam daftar pengeluaran riil.

Bukti-bukti pengeluaran yang sah untuk dana yang telah digunakan harus memerhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Jumlah untuk setiap bukti pengeluaran/kuitansi untuk

pembelian barang/jasa secara tunai tidak boleh lebih dari Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah);

2. Semua bukti pengeluaran harus ditandatangani oleh PPK dan BP atau BPP atau sesuai ketentuan yang berlaku;

3. Kuitansi bernilai sampai dengan Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah);yang disetujui (setuju dibayar) oleh PPK dan ditandatangani lunas (lunas bayar pada tanggal …...........) oleh BP/BPP dengan dibubuhi materai menurut ketentuan yang berlaku;

4. SSP yang telah dilegalisir oleh PPK BP sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

5. SPTB untuk bukti-bukti pembayaran berjumlah sampai dengan Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah); setiap kuitansi, atau untuk daftar pembayaran honor/lembur/gaji upah dengan jumlah tidak terbatas dengan menggunakan contoh Format SPTB pada lampiran 3. Bukti-bukti pembayaran

Page 64: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 53

53

sampai dengan Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah); yang dimuat dalam SPTB dan sesuai dengan ketentuan harus dipungut PPN dan PPh, SSP berkenaan yang telah dilegalisir oleh PPK dan BP harus dilampirkan pada SPTB.

6. SPPD Rampung, apabila bernilai diatas Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) yang disertai kuitansi asli dan daftar rincian perhitungan biaya perjalanan dinas.

C. PENGAJUAN SPP

1. Syarat Pengajuan SPP Pengajuan SPP memerhatikan syarat-syarat sebagai berikut. 1.1. Syarat Pengajuan SPP-LS

1.1.1. SPP-LS untuk Belanja Pegawai dilengkapi dengan: 1.1.1.1. Daftar Perhitungan Gaji / Gaji

Susulan/ Kekurangan Gaji/Lembur/Honor dan Vakasi dengan ketentuan sebagai berikut: a. Daftar Mutasi disertai

dengan: • Surat Pernyataan

melaksanakan tugas; • Surat Pernyataan

menduduki jabatan, apabila yang bersangkutan menduduki jabatan;

• Surat Pernyataan Pelantikan, apabila

Page 65: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 54

yang bersangkutan menduduki jabatan;

• Surat Keputusan Kenaikan Pangkat, Kenaikan Gaji Berkala;

• Akta Nikah dan Akta Kelahiran;

b. Susulan Gaji disertai dengan: • SK Pindah; • Surat Keterangan

Penghentian Pembayaran (SKPP) asli dan lembar kedua;

• SK CPNS. c. Uang Makan:

• Daftar perhitungan uang makan;

• Surat Pernyatan Tanggungjawab Mutlak;

• Daftar Hadir; • SSP PPh Pasal 21.

d. Kekurangan Gaji/Kekurangan Tunjangan Jabatan disertai dengan: • SK Kenaikan Pangkat; • Kenaikan Gaji Berkala; • SK Jabatan.

e. Uang Duka Wafat (UDW) disertai dengan:

Page 66: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 55

55

• Daftar Perhitungan UDW;

• Surat Kematian dari yang berwenang;

• Surat Keterangan Ahli Waris dari yang berwenang.

f. Honorarium/Lembur/Vakasi/Tunjangan Ikatan Dinas disertai dengan:

• Daftar Perhitungan honorarium/lembur;

• SK Pengangkatan; • Surat Pernyataan

Melaksanakan Tugas; • Surat Perintah Kerja

Lembur; • Daftar Hadir Kerja; • Daftar Hadir Kerja

Lembur; • SSP Pph Pasal 21.

1.1.1.2. Rekapitulasi Daftar Perhitungan Gaji;

1.1.1.3. SSP untuk PPh Pasal 21.

1.1.2. SPP-LS untuk Pengadaan Barang/Jasa dilengkapi dengan: 1.1.2.1. SPTB sesuai Lampiran 3; 1.1.2.2. Surat Pernyataan LS kepala

kantor/Satker/PPK atau pejabat lain yang ditunjuk

Page 67: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 56

mengenai penetapan rekanan pemenang;

1.1.2.3. Surat Perjanjian/Kontrak/SPK, yang mencantumkan, Identitas Penerima Kontrak, Nomor Rekening Rekanan, nama bank penerima, NPWP, Nilai Kontrak, Lingkup pekerjaan, dan Jadwal Penyelesaian Pekerjaan, serta hak dan kewajiban para pihak;

1.1.2.4. Ringkasan Kontrak untuk Rupiah Murni dan PHLN, sebagaimana Contoh Format Ringkasan Kontrak untuk Rupiah Murni pada Lampiran 13 dan Ringkasan Kontrak PHLN pada Lampiran 14;

1.1.2.5. Melampirkan fotokopi Kartu NPWP dan Rekening Bank Rekanan;

1.1.2.6. Kuitansi yang disetujui oleh KPA/PPK atau pejabat lain yang ditunjuk;

1.1.2.7. Faktur Pajak beserta SSP-nya yang telah ditandatangani oleh Wajib Pajak;

1.1.2.8. Jaminan Bank yang dikeluarkan oleh bank untuk pengadaan barang/jasa di atas Rp.100.000.000,-

Page 68: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 57

57

(seratus juta rupiah), dilengkapi dengan SPTJM yang menyatakan bahwa jaminan Bank atau asuransi tersebut sah dan masih berlaku yang ditandatangani oleh KPA/PPK serta pihak ketiga yang bersangkutan untuk pembayaran uang muka, pembayaran termin dan pemeliharaan pekerjaan;

1.1.2.9. Berita Acara Penyelesaian/Prestasi Pekerjaan untuk pekerjaan yang dibayarkan secara bertahap;

1.1.2.10. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan untuk pekerjaan yang dibayarkan 100%;

1.1.2.11. Berita Acara Pembayaran untuk Kontrak yang dibayarkan per termin dan NPPHLN;

1.1.2.12. Berita Acara sebagaimana angka 1.1.2.9 dan 1.1.2.10 di atas dibuat sekurang-kurangnya dalam rangkap lima dan disampaikan kepada: a. Asli dan satu tembusan

untuk PP-SPM, dan asli dikembalikan ke

Page 69: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 58

Satker/PPK setelah SPM diterbitkan;

b. Masing-masing 1 tembusan untuk pihak yang membuat kontrak;

c. Satu Tembusan untuk pejabat pelaksana Pemeriksa Pekerjaan.

1.1.2.13. Dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari Pinjaman/Hibah Luar Negeri antara lain: a. Naskah Perjanjian

Pinjaman/Hibah Luar Negeri (NPPHLN);

b. Nomor Register Hibah; c. No Objection Letter

(NOL); d. Kontrak/Surat Perintah

Kerja (SPK); e. Invoice (Surat Tagihan

dari Rekanan). 1.1.3. SPP-LS untuk Bantuan Sosial dengan

ketentuan sebagai berikut: 1.1.3.1. SPTB sesuai Lampiran 3; 1.1.3.2. Langsung ke penerima

dilengkapi dengan:

Page 70: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 59

59

a. Surat Keputusan Penetapan Penerima Bantuan;

b. Surat Perjanjian Pemberian Bantuan;

c. Surat Pernyataan Sanggup Menyelesaikan Pekerjaan/ Kegiatan;

d. Kuitansi Penerima Bantuan;

e. Fotokopi NPWP dan Nomor Rekening;

f. Berita Acara Pembayaran; g. Daftar Nominatif bagi

Penerima Bantuan (rekening terlampir), sebagaimana Contoh Format Daftar Nominatif Penerima Bantuan pada Lampiran 15.

1.1.3.3. Penyaluran melalui bank pemerintah/ kantor pos penyalur dengan syarat: a. SK Penetapan Penerima

Bantuan; b. Persetujuan dari DJPb

mengenai mekanisme penyaluran melalui Bank/Kantor Pos;

c. Surat Perjanjian kerja sama penyaluran dana antara KPA/PPK dengan

Page 71: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 60

Bank Pemerintah/Kantor Pos Pembayaran/penyaluran;

d. Kuitansi penerimaan dana dari bank pemerintah/kantor Pos;

e. Berita Acara Pembayaran; f. Daftar Nominatif;

1.1.3.4. Penyaluran Bantuan Sosial berupa Beasiswa dengan syarat: a. SK Penetapan Bantuan; b. SPTJM KPA/PPK; c. Daftar Nominatif;

1.1.4. Syarat Pengajuan SPP untuk pembayaran Biaya Langganan Daya dan Jasa (Listrik, Telepon dan Air), dilengkapi dengan: 1.1.4.1. SPTB sesuai Lampiran 3; 1.1.4.2. Bukti tagihan daya dan jasa

yang telah dilegalisir oleh pejabat yang berwenang;

1.1.4.3. Nomor Rekening dan NPWP Pihak Ketiga (P.T. PLN, P.T. Telkom, PDAM, dll);

1.1.4.4. Dalam hal pembayaran Langganan Daya dan Jasa belum dapat dilakukan secara langsung, Satker/SKS yang bersangkutan dapat melakukan pembayaran dengan UP;

Page 72: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 61

61

1.1.4.5. Tunggakan langganan daya dan jasa tahun anggaran sebelumnya dapat dibayarkan oleh Satker/SKS sepanjang dananya tersedia dalam DIPA berkenaan;

1.1.5. SPP-LS untuk Perjalanan Dinas dilengkapi dengan: 1.1.5.1. Surat Tugas dari PPK; 1.1.5.2. Khusus Perjalanan Luar Negeri

dilengkapi dengan Surat Persetujuan dari Sekretariat Negara, kecuali ditetapkan lain;

1.1.5.3. Daftar Nominatif yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang memerintahkan perjalanan dinas (PPK) dan disyahkan oleh Pejabat yang berwenang di KPPN. Daftar Nominatif sekurang-kurangnya berisi: a. Nama; b. Pangkat/Golongan; c. Tujuan; d. Tanggal Keberangkatan; e. Lama Perjalanan Dinas; dan f. Rincian Biaya.

1.1.5.4. Contoh Format Daftar Nominatif Pegawai yang akan melaksanakan perjalanan dinas sebagaimana Lampiran 16.

Page 73: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 62

1.1.6. SPP-LS untuk Honorarium dilengkapi dengan: 1.1.6.1. SPTB sesuai Lampiran 3; 1.1.6.2. Surat Keputusan dengan

mencantumkan besaran honor yang diterima oleh masing-masing penerima dari PPK;

1.1.6.3. Daftar Nominatif Pegawai yang menerima honorarium yang ditandatangani oleh PPK dan BP/BPP;

1.1.6.4. SSP PPh Pasal 21; 1.1.6.5. Daftar Hadir (untuk lembur).

1.1.7. Syarat Pengajuan SPP-UP 1.1.7.1. Rincian Penggunaan Dana UP; 1.1.7.2. Melampirkan Daftar Rincian

yang menyatakan jumlah uang yang dikelola oleh masing-masing BPP;

1.1.7.3. Surat Pernyataan UP yang menyatakan bahwa UP tersebut tidak untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang menurut ketentuan harus dengan LS, sebagaimana Contoh Format Surat Pernyataan UP Pada Lampiran 17.

1.1.8. Syarat Pengajuan SPP-TUP Pengajuan TUP, wajib dilengkapi:

Page 74: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 63

63

1.1.8.1. Rincian Penggunaan Dana untuk kebutuhan mendesak dan riil yang dimintakan TUP;

1.1.8.2. Rekening Koran yang menunjukkan saldo terakhir;

1.1.8.3. Surat Pernyataan (lampiran 18) yang memuat pernyataan : a. Bahwa kegiatan yang

dibiayai tersebut tidak dapat dilaksanakan/ dibayar melalui penerbitan SPM-LS dan UP tidak mencukupi untuk membiayai kegiatan tersebut;

b. Penggunaan dana TUP maksimal 1 bulan sejak SP2D diterbitkan;

c. Apabila tidak habis dalam satu bulan Bendahara menyetorkan sisa dana TUP ke kas negara

1.1.9. Syarat Pengajuan SPP-GUP/NIHIL 1.1.9.1. SPTB sesuai Lampiran 4; 1.1.9.2. Faktur Pajak dan Surat

Setoran Pajak (SSP) berkenaan yang telah dilegalisir oleh KPA/PPK atau Pejabat yang ditunjuk.

1.1.10. Syarat Pengajuan SPP Pengadaan Tanah Pembayaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan melalui

Page 75: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 64

mekanisme pembayaran LS. Apabila tidak mungkin dilaksanakan melalui mekanisme LS, dapat dilakukan melalui UP/TUP. Syarat-syarat yang harus dilengkapi untuk pengajuan SPP sesuai jenisnya adalah sebagai berikut: 1.1.10.1. Pengajuan SPP-LS dilengkapi

dengan: a. Persetujuan Panitia

Pengadaan Tanah untuk tanah yang luasnya lebih dari 1 (satu) hektar di kabupaten/kota;

b. Foto copy bukti kepemilikan tanah;

c. Kuitansi; d. SPPT PBB tahun transaksi; e. Surat persetujuan harga; f. Pernyataan dari penjual

bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa dan tidak sedang dalam agunan;

g. Pelepasan/penyerahan hak atas tanah/Akta Jual Beli dihadapan PPAT;

h. SSP PPh final atas pelepasan hak;

i. Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan).

1.1.11. Pengajuan SPP-UP/TUP dilengkapi dengan: 1.1.11.1. Pengadaan tanah yang

luasnya kurang dari 1 (satu)

Page 76: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 65

65

hektar dilengkapi persyaratan daftar nominatif pemilik tanah yang ditandatangani oleh Kuasa PA;

1.1.11.2. Pengadaan tanah yang luasnya lebih dari 1 (satu) hektar dilakukan dengan bantuan panitia pengadaan tanah di kabupaten/kota setempat dan dilengkapi dengan daftar nominatif pemilik tanah dan besaran harga tanah yang ditandatangani oleh Kuasa PA dan diketahui oleh Panitia Pengadaan Tanah (PPT);

1.1.11.3. Pengadaan tanah yang pembayarannya dilaksanakan melalui UP/TUP harus terlebih dahulu mendapat ijin dispensasi dari Kantor Pusat DJPb/Kanwil DJPb sedangkan besaran uangnya harus mendapat dispensasi UP/TUP sesuai ketentuan yang berlaku.

1.1.12. Syarat Pengajuan SPP untuk Surat

Kuasa Pengguna Anggaran (SKPA) 1.1.12.1. Surat Pernyataan Tanggung

Jawab Belanja;

Page 77: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 66

1.1.12.2. Surat Pernyataan KPA atau PPK mengenai SKPA;

1.1.12.3. Rincian Rencana Anggaran Kegiatan;

1.1.12.4. Rekening Koran.

2. Prosedur Pengajuan SPP 2.1. Tata Cara Pengajuan SPP kepada PP-SPM pada

umumnya dilakukan sesuai dengan jenis SPP dengan ketentuan sebagai berikut. 2.1.1. PPK membuat SPP sebagai syarat utama

penerbitan SPM melalui prosedur sebagai berikut: 2.1.1.1. Petugas Administrasi

menyiapkan syarat-syarat Pengajuan SPP dan memeriksa kelengkapan datanya dan menyerahkan kepada Verifikator;

2.1.1.2. Verifikator melakukan verifikasi atas keabsahan syarat-syarat Pengajuan SPP dan melakukan pembebanan anggaran atas pembayaran;

2.1.1.3. Verifikator membuat konsep SPP untuk ditandatangani oleh PPK;

2.1.1.4. PPK menandatangani dan menyampaikan SPP berikut syarat-syarat Pengajuan SPP.

2.1.2. Penyampaian SPP dilampirkan bukti asli yang sah rangkap tiga (satu asli dan 2

Page 78: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 67

67

tindasan) sesuai dengan jenis pembayaran (SPP-LS, SPP-UP/TUP, SPP-GU/Nihil);

2.1.3. Pengajuan SPP disampaikan kepada PP-SPM dilengkapi dengan dokumen sesuai dengan jenis SPP dan syarat-syarat yang ditetapkan, dengan menggunakan Contoh Format SPP sebagaimana Lampiran 19;

2.1.4. Pengajuan SPP dilakukan dengan memerhatikan alokasi dana dalam DIPA atau dokumen pelaksanaan anggaran lainnya yang dipersamakan dengan DIPA yang dibebankan pada Akun.

2.2. Khusus untuk WRI UNESCO/Kantor Atdikbud Tata Cara Pengajuan SPP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 2.2.1. PPK Kantor Pusat Atdikbud mengajukan

SPP-UP kepada PP-SPM di Biro Keuangan Kemdiknas atas nama BP Kementerian Luar Negeri dengan melampirkan surat persetujuan besaran UP dari DJPb;

2.2.2. Berdasarkan dana yang ditransfer oleh BP Kementerian Luar Negeri, WRI UNESCO/Kantor Atdikbud melaksanakan kegiatannya dengan ketentuan apabila dana dipertanggungjawabkan telah mencapai minimal sekurang-kurangnya 75% KPA KBRI/Atdikbud mengajukan SPP-GUP Atdikbud kepada PP- SPM di Biro Keuangan Kemdiknas untuk diterbitkan SPM-GUP;

Page 79: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 68

2.3. Sedangkan untuk Satker BLU, Tata Cara Pengajuan SPP Pengesahan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 2.3.1. PPK/BP Satker BLU mengajukan SPP

Pengesahan setiap triwulan kepada PP- SPM;

2.3.2. Pengajuan SPP pengesahan dilakukan setiap triwulan selambat-lambatnya tanggal 10 setelah akhir triwulan yang bersangkutan;

2.3.3. SPP pengesahan dilampiri dengan SPTJ yang ditandatangani oleh KPA/PPK/Pimpinan BLU, sebagaimana contoh Format SPTJ pada Lampiran 20.

D. PENERBITAN SPM 1. Ketentuan Penerbitan

1.1. SPM-LS 1.1.1. Pembayaran dilakukan setelah

mendapat persetujuan dari pembuat komitmen dan pihak penguji tagihan untuk memastikan pembayaran tersebut telah memenuhi semua persyaratan yang telah ditetapkan dalam kontrak;

1.1.2. Penerbit SPM harus memastikan Nomor NPWP dan Nomor Rekening Pihak Ketiga, sehingga tidak terjadi kekeliruan penerima transfer dana;

1.1.3. Setiap proses penyelesaian pekerjaan pengadaan Barang dan Jasa harus dilakukan pemeriksaan yang hasilnya

Page 80: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 69

69

dituangkan dalam dokumen BAPP yang memuat: 1.1.3.1. Identitas pekerjaan; 1.1.3.2. Nomor dan tanggal kontrak; 1.1.3.3. Nilai kontrak; nomor dan

tanggal DIPA yang menjadi dasar pembuatan kontrak;

1.1.3.4. Tahap penyelesaian pekerjaan; 1.1.3.5. Pernyataan kesaksian atas

prestasi kerja yang telah diselesaikan;

1.1.3.6. Rekomendasi pembayaran hak/tagihan atas penyelesaian pekerjaan.

1.1.4. Penerbitan SPM-LS harus memerhatikan batas dana dan rencana penarikan dana yang ditetapkan, dan setiap pembayaran yang diajukan anggarannya harus masih tersedia di dalam DIPA;

1.1.5. SPM-LS dibuat atas beban Akun yang tersedia kreditnya pada DIPA atau dokumen pelaksanaan anggaran lainnya yang dipersamakan dengan DIPA;

1.1.6. Untuk penerbitan SPM-LS gaji: 1.1.6.1. SPP harus sudah diterima oleh

penerbit SPM paling lambat tanggal 10 sebelum bulan pembayaran, sedangkan SPM-nya harus sudah diterima KPPN paling lambat tanggal 15 sebelum bulan pembayaran;

Page 81: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 70

1.1.6.2. Pembayaran gaji dilakukan untuk pihak-pihak yang telah mendapatkan persetujuan untuk dibayarkan gajinya;

1.1.6.3. Surat keputusan mengenai penggajian harus diarsip dengan baik;

1.1.6.4. Setiap pembayaran harus memperhatikan jumlah pajak (khususnya PPh 21) yang harus dipotong oleh negara dan memastikan jumlah tersebut telah dicantumkan dalam SPM;

1.1.7. Semua bukti pengeluaran harus terlebih dahulu disetujui/ditandatangani oleh KPA/PPK /BP/BPP sesuai kewenangan yang diberikan;

1.1.8. Dalam menerbitkan SPM-LS, PP-SPM harus memperhitungkan pajak-pajak yang timbul dan/atau harus dibayar sebagai akibat pengeluaran yang dilakukan;

1.1.9. Ketentuan terhadap Penerbitan SPM-LS untuk pengadaan barang dan jasa harus memerhatikan hal-hal berikut : 1.1.9.1. Dokumen kontrak harus

memenuhi syarat-syarat dalam pembuatan dokumen kontrak;

1.1.9.2. Pembayaran uang muka harus dicantumkan dalam kontrak

Page 82: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 71

71

serta melampirkan jaminan bank yang masih berlaku;

1.1.9.3. Pembayaran kontrak harus sesuai prestasi penyelesaian pekerjaan dengan sistem sertifikasi atau sistem termin dengan memperhitungkan besarnya uang muka yang telah dibayar dan kewajiban perpajakan.

1.2. SPM-UP Pengajuan UP wajib dilengkapi: 1.2.1. Rincian Penggunaan Dana; 1.2.2. Surat Pernyataan bahwa kegiatan yang

dibiayai tersebut tidak dapat dilaksanakan/dibayar melalui penerbitan SPM-LS;

1.3. SPM-TUP Pengajuan TUP wajib dilengkapi:

1.3.1. Rincian Penggunaan Dana untuk kebutuhan mendesak dan riil yang dimintakan TUP;

1.3.2. Rekening Koran yang menunjukkan saldo terakhir;

1.3.3. Surat Pernyataan bahwa kegiatan yang dibiayai tersebut tidak dapat dilaksanakan/dibayar melalui penerbitan SPM-LS dan UP tidak mencukupi untuk membiayai kegiatan tersebut.

1.4. SPM-GUP/NIHIL 1.4.1. Penggantian uang persediaan (GUP)

dilakukan jika UP telah digunakan

Page 83: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 72

minimal 75% dari jumah UP yang diterima;

1.4.2. SPM-GUP/NIHIL hanya dapat diterbitkan jika pengeluaran tersebut tersedia kredit anggaran untuk masing-masing akun dalam DIPA/SKPA bersangkutan;

1.4.3. Pengajuan SPP-GUP/NIHIL dilengkapi dengan bukti pengeluaran yang sah untuk dana yang telah digunakan, dengan ketentuan melampirkan : 1.4.3.1. SPTB untuk pengeluaran

sampai dengan Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah);

1.4.3.2. Kuitansi untuk pengeluaran di atas Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah);

1.4.3.3. Faktur Pajak dan Surat Setoran Pajak (SSP) berkenaan yang telah dilegalisir oleh KPA/PPK atau Pejabat yang ditunjuk;

1.4.4. SPM-GUP/NIHIL diterbitkan atas nama KPA atas beban masing-masing Akun sesuai dengan sifat pengeluaran.

1.5. SPM-SKPA SKPA diterbitkan per jenis belanja dan sesuai

program, kegiatan, output, serta Akun untuk jangka waktu satu tahun anggaran sesuai format yang ditentukan secara khusus;

Page 84: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 73

73

1.5.1. Setiap penerbitan SKPA harus sesuai dengan alokasi anggaran di dalam DIPA;

1.5.2. SKPA diterbitkan oleh KPA unit eselon yang lebih tinggi kepada KPA unit eselon yang lebih rendah, dalam unit eselon I yang sama dalam rangka efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pembayaran antar wilayah dengan mengurangi alokasi pagu anggaran KPA Asal dan menambah alokasi pagu anggaran KPA Penerima;

1.5.3. Penerbitan SPM atas dasar SKPA harus mencantumkan kode: 1.5.3.1. Fungsi, sub fungsi, kegiatan,

output; 1.5.3.2. KPA dan lokasi KPA Penerima

SKPA. 1.5.4. Sisa pagu SKPA pada KPA Penerima

tidak dapat digunakan oleh KPA Asal; 1.5.5. Sisa UP yang tidak digunakan lagi harus

disetor ke Rekening Kas Umum Negara. 1.6. SPM Rekening Khusus

1.6.1. Pengakuan pendapatan hibah diakui saat PPHLN telah mentransfer dana ke dalam Rekening Khusus yang pembukaannya diajukan oleh Dit. PKN DJPb ke BI atau Bank lain yang ditunjuk;

1.6.2. PA/KPA mengusulkan pengisian Initial Deposit setelah Rekening Khusus dibuka dengan jumlah sesuai dengan

Page 85: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 74

angka yang tercantum dalam NPPHLN kepada Dit. PKN DJPb yang selanjutnya menyampaikan usulan tersebut kepada PPHLN;

1.6.3. Penerbitan SPM-RK/Reksus harus memerhatikan Naskah Perjanjian Pinjaman/Hibah Luar Negeri (NPPHLN), Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah; Keppres No. 42/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN, Surat Edaran DJPb tentang Pinjaman/Hibah Luar Negeri, SE DJPb lain yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek-proyek berbantuan luar negeri dan yang berhubungan dengan mekanisme pembayaran dalam pelaksanaan APBN;

1.6.4. Surat Edaran DJPb mengenai Tata Cara Pembayaran Pinjaman/Hibah berisi: 1.6.4.1. Peruntukan Pinjaman/Hibah

berkenaan beserta Executing Agency-nya

1.6.4.2. Spesifikasi Pinjaman/Hibah, seperti: Nomor Perjanjian, Nomor Register, Nomor Rekening Khusus, Tanggal Penandatangan, Tanggal Efektif, dan Closing Pinjaman/Hibah, Jumlah Pinjaman/Hibah, dan Jumlah Initial Deposit;

Page 86: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 75

75

1.6.4.3. Kantor Bayar; 1.6.4.4. Aturan-aturan yang harus

diikuti dalam pembayaran; 1.6.4.5. Persyaratan Pembayaran; 1.6.4.6. Porsi Pembayaran; 1.6.4.7. Pelaporan dan Pengiriman

SPM; 1.6.4.8. Penyiapan Aplikasi

Replenishment/Reimbursement;

1.6.5. Untuk Prosedur Replenishment atau transfer dana kembali ke Reksus dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1.6.5.1. Setelah replenishment atau

transfer dana dilakukan, PPHLN menyampaikan Notice of Disbursement (NOD) diterbitkan oleh Bank kepada DJPU;

1.6.5.2. PA/KPA membuat Withdrawal Application berdasarkan copy SP2D dan disampaikan kepada Dit PKN untuk diajukan kepada Pemberi PHLN (PPHLN);

1.6.5.3. NOD dalam bentuk mata uang asing harus dikonversikan ke dalam mata uang rupiah dengan kurs transaksi mata uang bersangkutan ke Rupiah yang

Page 87: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 76

ditetapkan oleh Bank Indonesia per tanggal ditransfernya dana tersebut;

1.6.5.4. Reimbursement Rekening Talangan Khusus: Apabila saldo rekening khusus tidak cukup atau kosong, maka SP2D yang diterbitkan oleh KPPN akan dibebankan oleh KPBI ke Rekening Talangan Reksus. SP2D tersebut kemudian dipertanggungjawabkan ke PPHLN sekaligus dimintakan penggantian dana Rekening Talangan Reksus tersebut ke PPHLN dengan aplikasi Reimbursement ke PPHLN.

2. Prosedur Penerbitan SPM

PP-SPM setelah menerima SPP, segera melakukan proses penerbitan SPM melalui mekanisme sebagai berikut: 2.1. Penerimaan dan pengujian SPP

2.1.1. Petugas Administrasi menerima dan memeriksa kelengkapan berkas SPP;

2.1.2. Petugas Administrasi mengisi Check List kelengkapan berkas SPP, sesuai Contoh Format Check List Kelengkapan Berkas SPP pada Lampiran 23/ Lampiran 24;

2.1.3. Petugas Administrasi mencatat dalam buku pengawasan penerimaan SPP, dan menyerahkan tanda terima SPP berkenaan;

Page 88: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 77

77

2.1.4. Petugas Administrasi menyampaikan SPP beserta dokumen syarat-syarat penerbitan SPM kepada verifikator untuk diverifikasi;

2.1.5. Verifikator melakukan verifikasi atas SPP beserta dokumen syarat-syarat penerbitan SPM dengan ketentuan sebagai berikut: 2.1.5.1. Memeriksa ketersediaan pagu

anggaran dalam DIPA atau dokumen yang dipersamakan, untuk memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu anggaran;

2.1.5.2. Memeriksa pencapaian tujuan dan/atau sasaran kegiatan sesuai dengan indikator kinerja yang tercapai dalam DIPA berkenaan dan/atau spesifikasi teknis yang telah ditetapkan dalam kontrak;

2.1.5.3. Memeriksa kebenaran atas hak tagih yang menyangkut antara lain: a. Pihak yang ditunjuk untuk

menerima pembayaran (nama orang/perusahaan, alamat, nomor NPWP, nomor rekening dan nama bank);

b. Nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan/atau kelayakannya dengan prestasi kerja yang dicapai sesuai spesifikasi teknis yang

Page 89: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 78

tercantum dalam kontrak berkenaan), dan

c. Jadwal waktu pembayaran (kesesuaian dengan jadwal penarikan dana yang tercantum dalam DIPA dan/atau ketepatannya terhadap jadwal waktu pembayaran guna meyakinkan bahwa tagihan yang harus dibayar belum kadaluarsa).

2.1.5.4. Memeriksa tersedianya kredit atas beban Akun yang tersedia kreditnya pada DIPA atau dokumen pelaksanaan anggaran lainnya yang dipersamakan dengan DIPA;

2.1.5.5. Memeriksa kelengkapan dokumen pendukung SPP sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

2.1.5.6. Apabila masih terdapat ketidaksesuaian dokumen pendukung, Verifikator menyampaikan kembali berkas yang telah diverifikasi kepada Petugas Administrasi yang selanjutnya dikembalikan kepada PPK/BP untuk perbaikan/penyesuaian.

2.1.6. Verifikator selanjutnya menyerahkan dokumen sumber kepada Operator untuk

Page 90: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 79

79

dilakukan proses input data SPP dan syarat-syarat penerbitan SPM ke dalam Aplikasi SPM Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

2.2. Penerbitan SPM

2.2.1. Operator melakukan input data pada Aplikasi SPM berdasarkan jenis SPP dan data yang tertera pada dokumen SPP dan syarat-syarat penerbitan SPM;

2.2.2. Operator mencetak SPM dan menyerahkan kepada Verifikator untuk diverifikasi;

2.2.3. Verifikator melakukan verifikasi untuk memastikan keakuratan data hasil cetak SPM yang dibandingkan dengan dokumen sumber. 2.2.3.1. Apabila masih ada kekeliruan,

Verifikator menyerahkan kembali kepada Operator untuk dilakukan perbaikan pada Aplikasi SPM;

2.2.3.2. Apabila sudah benar, Verifikator membubuhi paraf pada SPM yang telah diverifikasi dan menyerahkan kepada Pejabat Penandatangan SPM.

2.2.4. Pejabat Penandatangan SPM melakukan verifikasi atas SPM dan memvalidasi dengan cara menandatangani SPM apabila sudah benar;

2.2.5. Pejabat Penandatangan SPM menyerahkan SPM yang telah ditandatangani kepada Petugas Administrasi;

Page 91: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 80

2.2.6. Operator menyimpan ADK kirim SPM pada media penyimpanan (CD, USB flash disk atau disket) untuk keperluan pengiriman ke KPPN, yang dilampirkan pada hasil cetak SPM;

2.2.7. Jumlah rangkap SPM sekurang-kurangnya dalam rangkap 4 (empat) dengan ketentuan: 2.2.7.1. Lembar kesatu dan lembar kedua

disampaikan kepada KPPN pembayar;

2.2.7.2. Lembar ketiga disampaikan kepada kantor/satker yang bersangkutan;

2.2.7.3. Lembar keempat sebagai pertinggal pada penerbit SPM, dilampiri dengan dokumen sumber SPP dan syarat-syarat penerbitan SPM.

2.2.8. Petugas Administrasi menerima SPM dan dokumen sumber terkait untuk dicatat dalam buku agenda sebelum diserahkan kembali kepada petugas yang ditunjuk oleh KPA/PPK/BP/BPP;

2.2.9. Petugas Administrasi menyerahkan SPM dan ADK kirim kepada petugas yang ditunjuk oleh KPA/PPK/BP/BPP untuk disampaikan ke KPPN guna pencairan dana;

2.2.10. Khusus untuk WRI UNESCO/Kantor Atdikbud, PP-SPM pada Biro Keuangan Kemdiknas menerbitkan SPM atas nama BP

Page 92: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 81

81

Kementeran Luar Negeri berdasarkan pengajuan SPP dari PPK/BP Kantor Pusat Atdik Kemdiknas;

2.2.11. Sedangkan untuk satker BLU, PP-SPM menerbitkan SPM Pengesahan berdasarkan SPP pengesahan yang diajukan oleh PPK/BP.

2.3. Penolakan Penerbitan SPM 2.3.1. PP-SPM wajib menolak pembayaran atas

SPP apabila: 2.3.1.1. DIPA/SKPA belum diterima; 2.3.1.2. SPP tidak lengkap/tidak memenuhi

persyaratan; 2.3.1.3. Surat bukti pengeluaran tidak

memenuhi syarat keabsahan menurut ketentuan yang berlaku;

2.3.1.4. Jumlah pembayaran yang dimintakan melebihi batas pembiayaan yang diperkenankan atau melebihi kredit anggaran yang tersedia;

2.3.1.5. Kontrak tidak dibuat menurut ketentuan yang berlaku;

2.3.1.6. Pembayaran yang dimintakan tidak sesuai dengan tujuan Akun yang akan dibebani.

2.3.2. Penolakan penerbitan SPM harus diselesaikan oleh PP-SPM dan disampaikan kepada PPK/BP selambat-lambatnya dalam waktu 2 (dua) hari kerja sejak diterimanya SPP dengan mencantumkan alasan penolakan secara jelas.

Page 93: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 82

2.4. Penyampaian SPM ke KPPN

Penyampaiaan SPM ke KPPN disertai ADK kirim SPM yang telah dibuat oleh Operator Penerbit SPM, dengan ketentuan sebagai berikut. 2.4.1. SPM disampaikan oleh PA/KPA

(PPK/Bendahara Pengeluaran/Penerbit SPM) disertai dengan bukti pengeluaran yang sah;

2.4.2. SPM disampaikan ke KPPN dengan melampirkan bukti asli yang sah dalam rangkap dua (asli dan tindasan) sesuai dengan peruntukan pembayaran, antara lain: 2.4.2.1. Untuk Belanja pegawai dilengkapi

dengan : a. Daftar gaji / gaji susulan /

kekurangan gaji / lembur / honor dan vakasi;

b. Surat Setoran Pajak (SSP) untuk Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang telah ditandatangani oleh Pejabat Pendatangan SPM;

c. ADK GPP. 2.4.2.2. Untuk Belanja Lainnya dilengkapi

dengan : a. SPTB untuk nilai sampai

dengan Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah);

b. Kuitansi/Faktur untuk honor dan perjalanan dinas yang nilainya di atas

Page 94: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 83

83

Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah);

c. Ringkasan Kontrak pengadaan barang/jasa;

d. Faktur Pajak beserta SSP-nya yang telah ditandatangani oleh Pejabat Penandatangan SPM dan Wajib Pajak; e. Jaminan Bank/Asuransi.

2.4.3. Khusus untuk Satker BLU, KPPN menerbitkan SP2D Pengesahan berdasarkan SPM Pengesahan sebagai dasar realisasi penggunaan dana yang bersumber dari pendapatan BLU.

Page 95: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 84

BAB V PENUTUP

1. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban DIPA

di lingkungan Kemdiknas berlaku terhitung mulai tanggal 1 Januari 2011;

2. Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam petunjuk teknis ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya;

3. Petunjuk Teknis ini akan disesuaikan apabila Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai pelaksanaan anggaran telah ditetapkan;

4. Kepala Biro Keuangan Kemdiknas, agar melakukan pembinaan dan koordinasi kepada semua kantor/satuan kerja di lingkungan Kemdiknas termasuk pengelola dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dari Kemdiknas dalam pelaksanaan Petunjuk Teknis ini;

5. Dengan ditetapkannya Pedoman Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban DIPA di lingkungan Kemdiknas, maka Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban DIPA di Lingkungan Kemdiknas tanggal 5 Juli 2010 dinyatakan tidak berlaku lagi.

Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : 20 Juni 2011 A.n. Menteri Pendidikan Nasional Sekretaris Jenderal,

Dodi Nandika NIP. 195112071982031001

Page 96: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN DIPA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BIRO KEUANGAN – KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL / 2011 85

85

Tembusan : 1. Menteri Pendidikan Nasional; 2. Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian

Keuangan; 3. Inspektur Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional; 4. Direktur Jenderal di lingkungan Kementerian Pendidikan

Nasional; 5. Kepala Balitbang Kemdiknas; 6. Kepala Badan PPSDM dan PMP; 7. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa; 8. Kepala Pusat di Lingkungan Kemdiknas.

Page 97: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 98: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 99: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 100: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 101: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 102: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 103: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 104: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 105: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 106: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 107: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 108: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 109: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 110: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 111: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 112: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 113: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 114: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 115: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 116: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 117: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 118: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 119: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 120: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 121: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 122: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 123: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 124: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 125: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf
Page 126: 222 Pedoman No.SPM Tahun 2011 .pdf