Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan...

123
ANALISIS JUMLAH KEBUTUHAN DAN JANGKAUAN PELAYANAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DI KOTA MAJENE SKRIPSI Tugas Akhir-465D5206 Periode III Tahun 2017/2018 Sebagai Persyaratan Untuk Ujian Sarjana Teknik Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota OLEH: R.NURFATIN DH D52113511 PROGRAM STUDI TEKNIK PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2018

Transcript of Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan...

Page 1: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

ANALISIS JUMLAH KEBUTUHAN DAN JANGKAUANPELAYANAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

(SMP) DI KOTA MAJENE

SKRIPSITugas Akhir-465D5206

Periode IIITahun 2017/2018

Sebagai Persyaratan Untuk UjianSarjana Teknik

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

OLEH:

R.NURFATIN DHD52113511

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018

Page 2: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak
Page 3: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

iii

ANALISIS JUMLAH KEBUTUHAN DAN JANGKAUANPELAYANAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

(SMP) DI KOTA MAJENE

R. Nurfatin DH1), Arifuddin Akil2), Yasinta Kumala Dewi2)

1) Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.2)Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.

E-mail: [email protected]

ABSTRAKFasilitas pendidikan SMP merupakan salah satu kebutuhan masyarakat di kota Majene yang terusmengalami peningkatan kebutuhan akan ruang/lahan seiring dengan semakin tingginyapermintaan. SMP yang lokasinya tidak sesuai radius secara spasial dapat mengakibatkan kerugianseperti jarak dan waktu tempuh yang lebih lama yang berakibat tidak efektifnya pelayanan SMP.Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah fasilitas pendidikan SMP di kotaMajene dan apakah pelayanannya telah menjangkau seluruh penduduk yang membutuhkan sertamengetahui jumlah SMP ideal seharusnya dibangun di kota Majene dan lokasi pembangunannyasampai 20 tahun kedepan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptifyang didukung metode analisis evaluasi kecukupan fasilitas dan analisis spasial. Untukmenentukan radius pelayanan SMP digunakan analisis analisis network dengan aplikasi GIS danuntuk mengetahui pesebaran lokasi pembangunan SMP digunakan analisis deskriptif kuantitatifdan analisis spasial overlay terhadap lokasi potensial berdasarkan RDTR kawasan kota Majene.Hasil penelitian menunjukkan, tingkat evaluasi kecukupan (eksisting 2016) Kecamatan Banggaememerluhkan 6 unit SMP dan Kecamatan Banggae Timur telah sesuai dengan tingkat kebutuhandan jumlah penduduk.Wilayah jangkauan pelayanan SMP di Kecamatan Banggae sebanyak 19,57% dan Kecamatan Banggae Timur sebanyak 31,95 % dari luas wilayahnya. Berdasarkan proyeksi20 tahun kedepan, Kecamatan Banggae memerlukan 10 unit dan Kecamatan Banggae Timursebanyak 2 unit SMP dengan arahan penempatan fasilitas SMP mengacu pada lokasi potensialberdasarkan RDTR kawasan kota Majene.Kata kunci : Kebutuhan, Radius Pelayanan, SMP, Kota Majene

Page 4: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

iv

ANALYSIS OF THE NUMBER OF NEEDS AND COVERAGEOF JUNIOR HIGH SCHOOL SERVICES

IN MAJENE CITY

R. Nurfatin DH1), Arifuddin Akil2), Yasinta Kumala Dewi2)

1) Regional and City Planning Student, Faculty of Engineering, Hasanuddin University.2) Regional and City Planning Lecturer, Faculty of Engineering, Hasanuddin University.

E-mail: [email protected]

ABSTRACTJunior high school education facility is one of the needs of the people in Majene city whichcontinues to experience the increasing demand for space / land along with the increasing demand.SMPs that are not spatially appropriate radius can result in losses such as distance and longertravel time which result in ineffective SMP services. This research was conducted with the aim toknow the number of junior high school education facilities in Majene city and whether the servicehas reached all the population in need and know the ideal number of junior schools should be builtin Majene city and its development location until 20 years. The research method used isdescriptive research method supported by the analysis method of facility adequacy and spatialanalysis. To determine the SMP service radius, network analyst analysis with GIS application wasused, and to find out the spreading of SMP development location, it was used quantitativedescriptive analysis and spatial overlay analysis on potential location based on RDTR of Majenecity area. The results showed that the level of evaluation of adequacy (existing 2016) DistrictBanggae mempluhkan 6 units of SMP and District of Banggae East has been in accordance withthe level of needs and population. Area of SMP service in Banggae District as much as 19.57%and District Banggae East 31.95 % of its territory. Based on the projection for the next 20 years,Banggae District requires 10 units and East Banggae Sub-district as much as 2 units of Junior HighSchool with the direction of SMP facility placement referring to potential locations based onRDTR of Majene city area.Keywords: Needs, Service, SMP, Majene city

Page 5: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Jumlah Kebutuhan dan

Jangkauan Pelayanan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota Majene” ini dapat

tersusun tepat waktu. Salawat dan salam juga semoga tetap tercurahkan kepada junjungan

dan panutan kita bersama sebagai umat muslim, “Baginda Rasulullah SAW”.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemukan hambatan dan rintangan,

namun berbekal pengetahuan yang ada serta ketekunan yang baik sehingga tugas akhir ini

dapat diselesaikan dengan semaksimal mungkin.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai

kekurangan dan kekeliruan di dalamnya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati,

penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga

akhirnya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan

dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut. Amiin.

Gowa, 24 Januari 2018

Penulis

Page 6: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirobbil Alamin. Segenap puji dan syukur kehadirat Allah, SWT atas

segala rahmat dan limpahan karunia dan petunjuk-Nya yang tiada terhitung dari alam

rahim hingga saat ini. Salawat dan salam senantiasa tercurahkan keapada junjungan

kita baginda Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasalam. Dalam

penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis menyadari bahwa begitu banyak pihak yang

telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung serta dukungan yang

tiada henti-hentinya kepada penulis sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan tepat

pada waktu yang telah ditentukan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah Subhana Wa Taala, yang senantiasa memberikan kesehatan, kekuatan,

kemampuan dan kesabaran kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan banggakan, papa tercinta alm.

H. R. Yudi Hardadi, S.Sos., MM yang walaupun hingga selesainnya tugas

akhir ini papa tidak bisa melihat dan berada disamping penulis namun, penulis

yakin papa akan tersenyum di sisi Allah SWT dengan bangga karena penulis bisa

menyelelesaikan permintaan terakhir papa dengan baik. Ummi tersayang Hj. Ida

Nursanti, SE., MH terima kasih atas curahan cinta dan kasih sayangnya,

perhatian, pengorbanan, dan limpahan materi serta doa yang mengiringi langkah

demi langkah penulis hingga menyelesaikan tugas akhir ini. Jazakillah Khairan

Khatsiran Papa dan Ummi.

3. Terima kasih kepada kakak tersayang penulis, Imam Akhmad Zulkarnain M,

S.Pi., SE atas segala nasihat dan dukungannya, kakak ipar penulis Amelia

Fajriani, S.farm., Apt terima kasih untuk setiap doa, dukungan dan semangat

yang diberikan kepada penulis serta ponaka-ponakan tersayang penulis Radika

Adytia Pratama yang selalu menjadi penyemangat dan teman bermain dan alm.

Riffat Aris Pranaja yang selalu menghadirkan tawa dan kebahagian meskipun

begitu cepat adik Aris pergi meninggalkan kita, penulis yakin adik Aris kini

Page 7: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

vii

menjadi malaikan kecil di surga yang selalu menemani papa (kakek tersayang

adik Aris) di sisi Allah SWT.

4. Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Bapak Dr. Ir. Arifuddin Akil, MT, selaku

pembimbing pertama dan Ibu Dr. Techn. Yashinta Kumala Dewi, ST. MIP

selaku pembimbing kedua. Terima kasih untuk setiap waktu yang telah

disisihkan dan kesabaran dalam memberikan arahan, bimbingan, saran dan ilmu

yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun tugas akhir ini.

5. Dosen Penguji Tugas Akhir, Bapak Prof. Dr. Ir. Slamet Trisutomo, MS, Bapak

Ir. H. Baharuddin Koddeng, MSA, dan Ibu Wiwik Wahidah Osman, ST,

MT, terima kasih untuk ilmu, arahan dan masukan yang sangat berharga yang

diberikan kepada penulis sebagai penyempurnaan penulisan tugas akhir ini.

6. Bapak Dr. Eng. Abdul Rachman Rasyid, ST. M.SI, selaku Kepala Studio

Akhir Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) “Kepala Studio Kece” terima kasih

untuk setiap bantuan, bimbingan dan motivasi yang diberikan selama penulis

berada di studio akhir.

7. Ibu Dr. Ir. Hj. Mimi Arifin, M.Si selaku Ketua Program Studi Perencanaan

Wilayah dan Kota terima kasih atas bantuan yang diberikan selama penulis

menjalani studi.

8. Ibu Venny Veronica Natalia, ST., MT, selaku penasehat akademik penulis dari

semester 1 hingga semester 8 dan Dr. Eng. Abdul Rachman Rasyid, ST. M.SI

selaku penasehat akademik dari semester 9 hingga semester 10 yang selalu

memberikan nasehat, bimbingan, dan bantuan yang diberikan kepada penulis

selama menjalani perkuliahan di Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota,

Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.

9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota

(PWK) Fakultas Teknik Unhas yang tidak dapat penulis uraikan satu persatu,

terima kasih atas segala bimbingan, ilmu pengetahuan dan pengalaman-

pengalaman yang baru dan sangat berharga yang penulis dapatkan selama masa

perkuliahan.

Page 8: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

viii

10. Dosen Pembimbing di LBE Urban Design, Bapak Prof. Dr. Ir. Ananto

Yudono, M. Eng, dan Bapak Dr. Ir. Arifuddin Akil, MT, terima kasih atas

segala bimbingan dan ilmu yang sangat berharga yang diberikan kepada penulis

selama masa LBE dan penyusunan proposal tugas akhir.

11. Seluruh Staf Kepegawaian dan tata usaha Departemen Perencanaan Wilayah dan

Kota Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Pak John, Pak Haerul, Pak

Syawalli, Pak Hafid dan Ibu Bongko Tiknok yang telah membantu penulis

dalam pengurusan kelengkapan berkas-berkas dan administratif selama

perkuliahan hingga dalam penyelesaian kuliah.

12. Teman-teman seperjuangan Studio Akhir Departemen Perencanaan Wilayah dan

Kota Periode II dan III Tahun 2017/2018 : Andin ST, Ita ST, Arlyn ST, Kak

Anshar ST, Jihan ST, Mita ST, Putri ST, Novi ST, Intan cST, Githa cST,

Aldi cST, Ghaly cST, Armand cST, Fakhrizal cST, Hendra cST, Yoga cST,

Imam cST, Kak Teten cST, Kak Ibon cST, Kak Ai cST, Kak Yudi cST, Kak

Angga cST, Kak Hidayatullah cST, Kak Fikri cST, Kak Aang cST, Kak

Baso cST, Kak Masykur cST, Kak Asrul cST, Kak Edy ST, Kak Gita cST,

Kak Jeane cST, Kak Milka cST, Kak Isti cST, Kak Idil cST, dan Kak

Fakhrul cST. Terima kasih atas kebersamaan, canda tawa dan teman berjuang

selama berada di studio akhir.

13. Teman-teman Labo Urban Design Nosa, Jihan, Novi, Mita, Arlyn, Dimas,

Gandi, Amik, Aldi, Fakhrizal, Hendara, Gali dan Buyung terima kasih atas

kerjasama dan kepedulian yang diberikan kepada penulis.

14. Teman-teman PWK 2013 yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu, terima

kasih canda tawa serta suka duka selama masa perkuliahan, semoga di masa

depan kita semua sukses di pencapaian masing-masing.

15. Teman-teman KKP tersayang Widi ST, dan Evi ST yang selalu memberikan

kebahagiaan disetiap momen yang telah dilalui bersama.

16. Sahabat Abal-abal yang tercinta Lasmita Latif, Novi Pratiwi Adyaksa, Jihan

Jamaluddin dan Githa Stacy Tobigo, terima kasih telah menjadi sahabat yang

setia menemani dari awal perkuliahan sampai dengan mendapatkan gelar ST.

Page 9: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

ix

Terima kasih telah menjadi tmpat untuk berkeluh kesah serta selalu memberikan

motivasi kepada penulis selama ini ♥

17. Belahan jiwa Ari Darmawan Yahya, SE, yang selalu setia menemani dan

memberikan dukungan yang tak henti-hentinya dalam kedaan apapun.

18. Keluarga Palm Kak Fitri dan Idam yang selalu menjadi orang-orang yang ter-

asyik yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

19. Teman-teman SMA Wanti, Citra, Ainul, Afiah, dan Sofyan yang selalu

menjadi tim penyemangat buat penulis.

20. Teman-teman KKN Gel. 93 Posko Desa Sehat Pattidi, Kecamatan Simboro,

Kabupaten Mamuju, Aqib, Rahmat, Syah, Wawan, Bryan, Ega, Tenri,

Dinda, Sulfi, Suci, Uly, Mawadda, Grace dan Nadila. Terima kasih atas

kebersamaan, canda tawa dan pegalaman berharga selama kurang lebih satu

bulan.

21. Semua pihak yang namanya belum sempat disebutkan satu-persatu yang telah

membantu selama penulisan dan penyelesaian tugas akhir ini, terima kasih yang

sebesar-besarnya atas segala bantuan, dukungan, dan doa yang telah diberikan

kepada penulis.

Demikian ucapan terima kasih yang penulis dapat sampaikan, semoga Tugas

Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan khususnya pengembangan

ilmu dalam bidang perencanaan wiliyah dan kota serta dapat memperluas wawasan

kita semua. Amin Yaa Rabbal Alamin.

Page 10: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................ii

ABSTRAK ................................................................................................................iii

KATA PENGANTAR ...............................................................................................v

UCAPAN TERIMA KASIH .....................................................................................vi

DAFTAR ISI..............................................................................................................x

DAFTAR TABEL .....................................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................5

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................5

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................5

1.5 Lingkup Pembahasan ............................................................................6

1.6 Sistematikan Penulisan .........................................................................6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Peraturan Daerah Kabupaten Majene No. 12 Tahun 2012 ...................9

2.2 Peraturan Menteri Pendidikan No. 24 Tahun 2007 ...............................10

2.3 Karakteristik Wilayah ...........................................................................10

2.4 Pendidikan .............................................................................................12

2.4.1 Pengertian Pendidikan ................................................................12

2.4.2 Tujuan Pendidikan ......................................................................14

2.4.3 Jenjang Pendidikan .....................................................................15

2.5 Sarana Pendidikan dan Pembelajaran ....................................................17

2.5.1 Deskripsi Umum .........................................................................17

2.5.2 Jenis Sarana .................................................................................17

2.5.3 Kebutuhan Ruang dan Lahan ......................................................18

2.6 Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar .....................................22

Page 11: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

xi

2.7 Teori Lokasi Dalam Penetuan Fasilitas .................................................26

2.8 Analisis SIG ..........................................................................................27

2.9 Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni ..........................27

2.10 Pertumbuhan dan Proyeksi Penduduk ...................................................28

2.11 Evaluasi Tingkat Kecukupan dan Proyeksi Kebutuhan Fasilitas

Pelayanan .............................................................................................29

2.12 Network Analyst Dalam SIG .................................................................33

2.13 Kerangka Konsep ..................................................................................38

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................39

3.1.1 Lokasi Penelitian .........................................................................39

3.1.2 Waktu Penelitian .........................................................................39

3.2 Jenis Penelitian ......................................................................................39

3.3 Populasi dan Sampel .............................................................................39

3.3.1 Populasi .......................................................................................39

3.3.2 Sampel dan Teknik Sampling .....................................................40

3.4 Variabel Penelitian ................................................................................42

3.5 Metode Pengumpulan Data ...................................................................42

3.5.1 Metode Dokumentasi ..................................................................42

3.5.2 Metode Studi Literatur ................................................................42

3.5.3 Metode Observasi .......................................................................43

3.5.4 Metode Angket atau Kuesioner ..................................................43

3.6 Metode Analisis Data ............................................................................43

BAB IV GAMBARAN UMUM

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Majene ...................................................47

4.1.1 Keadaan Geografis dan Administrasi .........................................47

4.1.2 Kependudukan ............................................................................49

4.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .....................................................50

4.2.1 Keadaan Geografis dan Administrasi .........................................50

4.2.2 Kependudukan ............................................................................50

Page 12: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

xii

4.2.3 Penggunaan Lahan ......................................................................52

4.3 Karakteristik Kawasan Pendidikan .......................................................56

4.3.1 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Majene .....................56

4.3.2 Persentase Penduduk Usia Sekolah Terhadap Jumlah

Penduduk Seluruhnya .................................................................57

4.3.3 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Lanjut Tingkat

Pertama .......................................................................................58

4.3.4 Tingkat Partisipasi Sekolah ........................................................59

4.3.5 Status dan Akreditas Sekolah Lanjut Tingkat Pertama ..............59

4.3.6 Ruang Kelas Menurut Kondisi dan Fasilitas Sekolah ................60

4.3.7 Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi

Kasar (APK) ...............................................................................61

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Fasilitas SMP Saat Ini ...........................................................................65

5.1.1 Jumlah SMP Eksisting dan Efaluasi Tingka Kecukupan ............65

5.1.2 Jangkauan Radius Pelayanan Eksisting ......................................67

5.1.3 Waktu Tempuh Fasilitas SMP Eksisting ....................................71

5.1.4 Angket Kuesioner Pelayanan Fasilitas Sekolah Menengah

Pertama (SMP) .....................................................................................74

5.2 Proyeksi Kebutuhan SMP ...................................................................80

5.2.1 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pelayanan SMP ..........................80

5.2.2 Kebutuhan Lahan ......................................................................86

5.2.3 Jangkauan Pelayanan SMP Berdasarkan Proyeksi SMP

20 Tahun Kedepan ...................................................................87

5.2.4 Waktu Tempuh Fasilitas SMP 2017-2036 ................................90

5.2.5 Arahan Penempatan Fasilitas SMP Berdasarkan Proyeksi .......93

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 105

6.2 Saran ............................................................................................... 106

DAFTAR PUSATAKA

Page 13: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kebutuhan Program Ruang Minimum ................................................19

Tabel 2.2 Kebutuhan Sarana Pendidikan dan Pembelajaran................................20

Tabel 2.3 Pembekuan Tipe SD/MI, SLTP/MTs dan SMU ..................................21

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu ............................................................................34

Tabel 3.1 Populasi Siswa .....................................................................................40

Tabel 3.2 Jumlah Sampel .....................................................................................41

Tabel 3.3 Metodologi Penelitian ..........................................................................45

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin di Kab. Majene...............49

Tabel 4.2 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Kab. Majene....................50

Tabel 4.3 Banyaknya Penduduk Menurut Desa/Kelurahan Jenis Kelamin

dan Rasio Jenis Kelamin di Kec. Banggae Timur ..............................51

Tabel 4.4 Kepadatan Penduduk dan Anggota Rumah Tangga

Menurut Desa/Kelurahan di Kec. Banggae Timur .............................51

Tabel 4.5 Banyaknya Penduduk Menurut Desa/Kelurahan Jenis Kelamin

dan Rasio Jenis Kelamin di Kec. Banggae .........................................52

Tabel 4.6 Kepadatan Penduduk dan Anggota Rumah Tangga

Menurut Desa/Kelurahan di Kec. Banggae ........................................52

Tabel 4.7 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kec. Banggae ....................................56

Tabel 4.8 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kec. Banggae Timur .........................57

Tabel 4.9 Persentase Penduduk Usia Sekolah Terhadap Jumlah Penduduk

Seluruhnya ..........................................................................................58

Tabel 4.10 Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Lanjut Tingkat

Pertama Menurut Desa/Kelurahan di Kec. Banggae ..........................58

Tabel 4.11 Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Lanjut Tingkat

Pertama Menurut Desa/Kelurahan di Kec. Banggae Timur ...............59

Tabel 4.12 Persentase Penduduk Usia 13-15 Tahun Menurut Jenis

Kelamin dan Partisipasi Sekolah di Kab. Majene ..............................59

Tabel 4.13 Jumlah Sekolah Menengah Pertama Menurut Status

Page 14: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

xiv

Sekolah dan Kecamatan di Kab. Majene ...........................................60

Tabel 4.14 Jumlah Sekolah Berdasarkan Akreditas dan Kecamatan di

Kab. Majene .......................................................................................60

Tabel 4.15 Jumlah Penduduk Siswa SMP Jumalah Penduduk Usia

Sekolah dan Jumlaha Lulusan Sd di Kec. Banggae dan Banggae

Timur ..................................................................................................61

Tabel 4.16 Jumlah Ruang Kelas Menurut Kondisi dan Fasilitas Sekolah

di Kab. Majene ...................................................................................63

Tabel 5.1 Jumlah Fasilitas SMP di kota Majene 2017 ........................................65

Tabel 5.2 Radius Pelayanan SMP 2017 di kota Majene .....................................68

Tabel 5.3 Persentase Waktu Tempuh ke SMP 2017 ...........................................71

Tabel 5.4 Minat Siswa Terhadap Kendaraan Umum ..........................................74

Tabel 5.5 Tarif Kendaraan Umum ke Sekolah (PP) ...........................................75

Tabel 5.6 Jenis Kendaraan yang digunakan Ke Sekolah ....................................76

Tabel 5.7 Jarak yang ditempuh Menuju Sekolah ................................................76

Tabel 5.8 Lama Waktu Tempuh ke Sekolah .......................................................77

Tabel 5.9 Biaya Transportasi/hari .......................................................................78

Tanel 5.10 Alasan Siswa Mwmilih Sekolah .........................................................79

Tabel 5.11 Proyeksi Penduduk Kec. Banggae dan Banggae Timur .....................81

Tabel 5.12 Perhitungan Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pelayanan SMP

di Kec. Banggae Tahun 2017-2036 ....................................................83

Tabel 5.13 Perhitungan Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pelayanan SMP

di Kec. Banggae Timur Tahun 2017-2036 .........................................86

Tabel 5.14 Radius Pelayanan SMP 2016-2036 .....................................................88

Tabel 5.15 Persentase Waktu Tempuh SMP 2016-2036 ......................................90

Tabel 5.16 Jumlah Fasilitas Berdasarkan Tahapan Pembangunan .......................99

Page 15: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Jangkauan Fasilitas SMP Berdasrkan Radius Pelayanan

di kota Majene ..................................................................................8

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kec. Banggae dan Banggae Timur ....................46

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kab. Majene .......................................................48

Gambar 4.2 Peta Wilayah Kec. Banggae Timur .................................................53

Gambar 4.3 Peta Wlayah Kec. Banggae .............................................................54

Gambar 4.4 Peta Pola Guna Lahan kota Majene ................................................55

Gambar 4.5 Peta Mapping Titik Pesebaran SMP ................................................64

Gambar 5.1 Peta Struktur Ruang ........................................................................69

Gambar 5.2 Analisis Persentase Pelayanan dengan Network Analys .................68

Gambar 5.3 Grafik persentase Radius SMP 2016 ...............................................68

Gambar 5.4 Peta Jangkauan Fasilitas SMP Berdasarkan Radius Pelayanan

di kota Majene .................................................................................70

Gambar 5.5 Analisis Persentase Waktu Tempuh dengan Network Analys .........71

Gambar 5.6 Grafik Persentase Waktu Tempuh SMP 2016 .................................72

Gambar 5.7 Peta Jangkauan Fasilitas SMP Berdasrkan Waktu Tempuh di

kota Majene .....................................................................................73

Gambar 5.8 Grafik Minat Terhadap Kendaraan Umum .....................................74

Gambar 5.9 Grafik Tarif Kendaraan ke Sekolah (PP) ........................................75

Gambar 5.10 Grafik Kendaraan yang digunakan ke Sekolah ...............................76

Gambar 5.11 Grafik Jarak ke Sekolah ..................................................................77

Gambar 5.12 Grafik Lama Waktu Tempuh ..........................................................78

Gambar 5.13 Grafik Biaya Transportasi/hari ........................................................79

Gambar 5.14 Grafik Alasan Memilih Sekolah ......................................................80

Gambar 5.15 Analisis Persentase Pelayanan Proyeksi SMP dengan

Network Analys ...............................................................................87

Gambar 5.16 Grafik Persentase Radius SMP 2016-2036 .....................................88

Page 16: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

xvi

Gambar 5.17 Peta Proyeksi Fasilitas SMP Berdasrkan Radius Pelayanan

di kota Majene ................................................................................89

Gambar 5.18 Analisis persentase Waktu Tempuh Proyeksi SMP

dengan Network Analys .................................................................90

Gambar 5.19 Grafik Persentase Waktu Tempuh SMP 2016-2017 .......................91

Gambar 5.20 Peta Proyeksi Fasilitas SMP Berdasarkan Waktu Tempuh

di kota Majene ................................................................................92

Gambar 5.21 Peta Proyeksi Pelayanan Fasilitas Pendidikan Berdasarkan

RDTR (2012-2032) .........................................................................94

Gambar 5.22 Peta Proyeksi Pusat-pusat Permukiman Berdasarkan

RDTR (2012-2032)..........................................................................95

Gambar 5.23 Peta Proyeksi RTH Kawasan Berdasrakan RDTR

(2012-2032) ....................................................................................96

Gambar 5.24 Peta Proyeksi Transportasi dan Prasarana Berdasarkan

RDTR (2012-2032) ........................................................................97

Gambar 5.25 Peta Analisis Overlay Lokasi Potensial Berdasarkan

RDTR (2012-2032)........................................................................100

Gambar 5.26 Peta Analisis Overlay Lokasi Bukan Peruntukan Sarana

Pendidikan Berdasarkan RDTR (2012-2032)................................101

Gambar 5.27 Peta Proyeksi Lokasi Potensial Fasilitas SMP Berdasarkan

Hasil Analisis .................................................................................102

Gambar 5.28 Peta Tahapan Pembangunan Lokasi Potensial

Berdasarkan RDTR (2012-2032)...................................................103

Page 17: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Laju pertumbuhan penduduk dapat mempengaruhi perkembangan

lingkungan suatu kota. Pada umumnya perkembangan dan pertumbuhan suatu

kota terjadi karena adanya proses urbanisasi, yaitu masuknya penduduk dari luar

kota ke dalam lingkungan kota serta jumlah kelahiran yang begitu pesat.

Terjadinya pertambahan jumlah penduduk mempengaruhi proses pembangunan

dan perkembangan aktivitas suatu wilayah serta meningkatnya kebutuhan akan

ruang/lahan. Dengan meningkatnya jumlah penduduk kota maka menuntut pula

penyediaan kebutuhan hidup baik kebutuhan yang bersifat fisik seperti

perumahan, sarana dan prasarana, maupun bersifat non fisik seperti pendidikan,

ekonomi, dan rekreasi.

Menurut Soejani dalam Widianantari (2008), kepadatan penduduk

seringkali menimbulkan permasalahan dalam penataan keruangan akibat besarnya

tekanan penduduk terhadap lahan. Pada daerah-daerah yang penduduknya padat

dan persebarannya tidak merata akan menghadapi masalah-masalah seperti

masalah perumahan, masalah pekerjaan, masalah pendidikan, masalah pangan,

masalah keamanan dan dapat berdampak pada kerusakan lingkungan.

Kneller dalam Widianantari (2008), Pembangunan pendidikan masih

menjadi salah satu fokus dalam pembangunan Indonesia sebagai upaya

peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Pendidikan merupakan salah satu

aspek penting dalam perkembangan kehidupan masyarakat. Peran pendidikan

merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan kehidupan masyarakat

serta berperan untuk meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan sangat penting

karena merupakan dasar untuk pengembangan pola berpikir konstruktif dan

kreatif. Melalui pendidikan yang cukup memadai, maka seseorang akan bisa

berkembang secara optimal baik secara ekonomi maupun sosial. Pendidikan itu

sendiri dapat dipandang dari arti luas dan arti teknis, atau dalam arti hasil dan

Page 18: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

2

dalam arti proses. Menurut Kneller dalam Widianantari (2008), dalam arti yang

luas pendidikan menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai

pengaruh yang berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan jiwa,

watak, atau kemampuan fisik individu.

Dalam Undang-undang 1945 mengamanatkan pemerintah untuk

mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang dapat

meningkatkan, keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

berakhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan itu setiap

Warga Negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan, Dalam Undang-undang

nomor 20 tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional. Secara jelas

menyatakan bahwa pemerintah harus mampu menjamin pemerataan kesempatan

pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan

untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan. Baik dalam

kehidupan lokal, nasional dan global, Sehingga perlu adanya strategi yang bersifat

inovatif yang terencana, terarah dan berkesinambungan.

Fasilitas pendidikan merupakan sarana dasar yang diperlukan dalam

program pendidikan dan merupakan salah satu fasilitas sosial yang penting bagi

penduduk. Ketercukupan fasilitas pendidikan yang menyangkut sarana dan

prasarana akan sangat menunjang keberhasilan program pendidikan.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bab tujuh tentang standar sarana dan

prasarana dalam pasal 44 ayat 4 dijelaskan tentang standar letak lahan satuan

pendidikan secara lebih luas, yaitu : “standar letak lahan satuan pendidikan

mempertimbangkan jarak tempuh maksimal yang harus dilalui oleh peserta didik

untuk menjangkau satuan pendidikan tersebut”. Dalam Standar Nasional

Indonesia Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan,

pada bagian sarana pendidikan dan pembelajaran dijelaskan tentang kebutuhan

sarana pendidikan dan pembelajaran untuk jenis sarana Sekolah Lanjut Tingkat

Pertama (SLTP), untuk satu jenis sarana SLTP didukung oleh jumlah penduduk

sebanyak 4.800 jiwa , dengan radius pencapaian 1.000 berdasarkan SNI 03-

1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota.

Page 19: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

3

Sekolah menengah pertama merupakan tempat sentral pelayanan jenjang

pendidikan lanjutan dari sekolah dasar yang ditempatkan pada suatu wilayah.

Sebagai tempat sentral pelayanan pendidikan tingkat menengah pertama pada

suatu wilayah. SMP Negeri memiliki dayatarik bagi para siswa dalam memilih

sekolah untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat menengah pertama. Hal ini

disebabkan karena SMP Negeri diselenggarakan oleh pemerintah dengan program

wajib belajar sehingga biaya pendidikan SMP Negeri mendapatkan subsidi dari

pemerintah dengan membebaskan siswa dari biaya pendidikan.

Kabupaten Majene memiliki luas wilayah sekitar 947,84 km2 atau 5,6%

dari luas Propinsi Sulawesi Barat 16.990,77 Km2, terdiri atas 8 kecamatan dan 20

Kelurahan serta 62 desa, dengan jumlah penduduk sebesar 161.13 jiwa (BPS Kab.

Majene 2016). Berdasarkan RTRW No.12 Tahun 2012, Kabupaten Majene

merupakan Kawasan Strategis Pusat Ibu Kota Pendidikan Sulawesi Barat yang

dipusatkan di Kabupaten Majene yang merupakan kawasan strategis dari sudut

kepentingan sosial dan budaya yang terletak di Banggae Timur. Namun, pada

kenyataannya fasilitas pendidikan khususnya SMP tidak tersebar secara merata.

Dengan terbatasnya fasilitas sekolah, menunjukkan indikator tidak strategisnya

kota Majene sebagai kawasan pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.1.

Ditinjauh dari jumlah sekolah pada Kecamatan Banggae Timur terdapat 7

unit SMP dan pada Kecamatan Banggae terdapat 2 unit SMP, dengan jumlah

penduduk usia sekolah 13-15 tahun sebanyak 4.500 sedangkan jumlah siswa SMP

pada Kecamatan Banggae dan Banggae Timur sebanyak 2.842 (Profil Pendidikan

Kabupaten Majene Tahun 2016) dan minat masyarakat terhadap pendidikan

belum terlalu dianggap penting hal ini dibuktikan dengan angka buta huruf yang

masih terdapat 3,47 % dari total jumlah penduduk Kabupaten Majene. Hal ini

menunjukkan ketidaksesuaian antara jumlah siswa saat ini dengan yang

seharusnya. Menurut Standard Nasional Indonesia/SNI, dasar penyediaan fasilitas

pendidikan adalah untuk melayani setiap unit administrasi pemerintahan baik

yang formal (kelurahan dan kecamatan) maupun yang informal (RT dan RW) dan

bukan didasarkan semata-mata pada jumlah penduduk yang akan dilayani oleh

fasilitas tersebut. Dasar penyediaan suatu faslitas pendidikan juga

Page 20: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

4

mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok

lingkungan yang ada serta jangkauan radius area layanan terkait dengan

kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani area tertentu.

Pada beberapa titik fasilitas Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada Kota

Majene, tidak tersebar secara merata. Hal tersebut sangat mempengaruhi tingkat

pelayanan sekolah oleh peserta didik. Aksesibilitas sekolah merupakan salah satu

faktor penting yang harus diperhatikan oleh pemangku kepentingan pendidikan.

Keterjangkauan lokasi sekolah dari tempat tinggal usia wajib belajar perlu

menjadi perhatian dan pertimbangan jarak tempuh maksimal yang harus dilalui

oleh peserta didik untuk menjangkau satuan pendidikan.

Menurut Christaller dalam Umasangadji (2015), lokasi sekolah dapat

dikaitkan dengan teori tempat sentral yakni adanya range dan threshold bahwa

jarak yang ditempuh oleh konsumen menuju tempat sebagai sebuah unit

pelayanan di perkotaan sebaiknya memperhatikan jumlah penduduk maksimal

namun, fakta menunjukkan tidak meratanya penyebaran fasilitas pendidikan SMP

di kota Majene. Sekolah di suatu wilayah yang sesuai standar yang ditentukan

merupakan aspek penting dalam mewujudkan layanan pendidikan untuk

masyarakat yang terjangkau dan bermutu. Untuk mengetahui hal tersebut

diperlukannya suatu kajian lokasi yang akan didirikan sekolah dan apabila sekolah

telah terbangun diperlukannya suatu evaluasi lokasi terhadap sebaran sekolah

untuk mengetahui apakah telah sesuai berdasarkan pesebaran permukiman dan

kepadata penduduk serta daya tampung atau kapasitas pendidikan menengah

pertama yang ada telah mencapai batas minimal penduduk usia sekolah sebagai

penggunanya atau belum, baik secara keseluruhan satu kecamatan maupun untuk

tiap kelurahan. Sehingga percepatan program wajib belajar pendidikan dasar 9

tahun sebagai gerakan nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat,

pemerintah daerah dan masyarakat dapat terselenggara dengan cepat. Selain itu,

hak tiap-tiap warga negara mendapatkan pendidikan juga dapat terpenuhi dan

pendidikan terselenggara dengan optimal.

Page 21: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

5

Oleh karena itu, ketersedia kebutuhan pelayanan sekolah dasar-menegah

pada kawasan pendidikan Majene harus dapat diselaraskan dengan pedoman

radius kebutuhan sarana pendidikan dan pesebaran permukiman.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimana tingkat kecukupan jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP)

dan radius pelayanannya saat ini pada lokasi penelitian?

2. Bagaimana pengembangan SMP berdasarkan radius pelayanan di kota

Majene sampai dengan 20 tahun kedepan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian maka dirumuskan tujuan penelitian

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat kecukupan jumlah fasilitas pendidikan Sekolah

Menengah Pertama (SMP) di Kota Majene dan apakah pelayanannya telah

menjangkau seluruh penduduk yang membutuhkan.

2. Untuk mengetahui jumlah SMP yang ideal seharusnya dibangun di Kota

Majene untuk seluruh masyarakat penggunanya dan lokasi pembangunan

SMP dari tahun 2017 sampai dengan 20 tahun kedepan

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang kebutuhan

fasilitas pendidikan jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Majene,

sehingga pihak-pihak yang terkait dapat mengambil keputusan yang sesuai

dengan kebutuhan masyarakat.

Selain itu, melalui penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan

dalam penentuan maupun evaluasi terhadap kesesuaian lokasi fasilitas pendidikan

Sekolah Menegah Pertama (SMP) di Kota Majene, agar diperoleh hasil yang

optimal yaitu sekolah menengah tersebut bisa mencukupi kebutuhan masyarakat

Page 22: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

6

akan pendidikan menengah, nyaman untuk proses pembelajaran serta mudah dan

terjangkau.

1.5. Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup materi

Studi radius pelayanan kawasan pendidikan kota Majene menggunakan

SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan di Perkotaan

Studi pelayanan fasilitas pendidikan Majene meliputi proyeksi 20 tahun

kedepan

Studi kawasan dikaikan dengan RTRW Kabupaten Majene dan RDTR

Kawasan kota Majene

Ruang lingkup wilayah

Wilayah kawasan penelitian berada di Kecamatan Banggae Timur dan

Banggae, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat.

1.6. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

adalah pendahuluan. Bab ini akan membahas tentang latar belakang rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lingkup pembahasan, dan

sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka

adalah kajian pustaka. Dalam bab ini akan dibahas tentang kajian pustaka yang

berisi tentang Peraturan Daerah Kabupaten Majene No. 12 Tahun 2012,

karakteristik wilayah, pendidikan, sarana pendidikan dan pembelajaran, teori

lokasi dalam penentuan fasilitas, analisis SIG, analisis APK, dan APM, Network

Analisis., ketercukupan fasilitas pelayanan. Selain itu dalam bab II juga disajikan

kerangka berfikir penelitian.

BAB III Metode Penelitian

Page 23: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

7

adalah metode penelitian. Pada bab ini dijelaskan tentang tempat dan waktu

penelitian, jenis penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, metode

pengumpulan data, tahapan penelitian, dan metode analisis data.

BAB IV Gambaran Umum

Bagian ini menggambarkan kondisi umum Kabupaten Majene, keadaan geografis

dan administrasi, kependudukan Kabuapten Majene, gambaran umum lokasi

penelitian, keadaan geografis dan administrasi, kependudukan serta jumlah siswa

dan jumlah fasilitas penunjang SMP di lokasi penelitian.

BAB V Pembahasan

Bagian ini berisi pembahasan hasil penelitian meliputi eveluasi tingkat kecukupan

fasilitas pendidikan, jangkauan radius pelayanan sekolah, proyeksi kebutuhan

fasilitas, pelayanan SMP dan lokasi potensial SMP.

Bab VI Penutup

Berisi tentang kesimpulan dan saran dari kegiatan penilitian yang dilakukan.

Page 24: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

18

Gambar 1.1

Page 25: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Peraturan Daerah Kabupaten Majene No. 12 Tahun 2012

Berdasrkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majene, pada Bab V

tentang penetapan kawasan strategis pasal 37, kawasan strategis Provinsi yang ada

di Kabupaten Majene sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf a,

terdiri atas:

a. Kawasan yang potensial untuk komoditas kakao yang terdapat di Sendana,

Tubo Sendana, Tammero’do Sendana, Malunda, dan Ulumanda yang

mrupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi;

b. Kawasan Pengelolaan sumber daya alam minyak Blok Mandar dengan uas

4196,25 Km2 yang berwawasan lingkungan dan terpadu dengan

pembangunan kompetensi dan kapasitas SDM Nasional maupun lokal yan

meliputi perairan Selat Makassar, Kecamatan Banggae Timur, Kecamatan

Banggae, Kecamatan Pamboang, Kecamatan Sendana, Kecamatan Tubo

Sendana dan Kecamatan Tammero’do;

c. Kawasan Strategis Pusat Ibu Kota Pendidikan Sulawesi Barat yang

dipusatkan di Kabupaten Majene yang merupakan kawasan strategis dari

sudut kepentingan sosial dan budaya yang terletak di Banggae Timur; dan

d. Kawasan wisata Budaya Mandar yang merupakan kawasan strategis dari

sudut kepentingan sosial dan budaya yang terdapat di seluruh Kecamatan.

Berdasarkan hal tersebut, Kabupaten Majene menjadi pusat pendidikan

untuk Provinsi Sulawesi Barat. Kawasan pusat Pendidikan tersebut terletak di

Kecamatan Banggae Timur, yang telah dilengkapi dengan beberapa fasilitas

pendidikan baik dari jenjang pendidikan dasar hingga jenjang pendidikan tinggi,

seperti adanya Universitas Sulawesi Barat, yang merupakan salah satu universitas

negeri yang terdapt di Sulawesi Barat.

Page 26: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

10

2.2 Peraturan Menteri Pendidikan No. 24 Tahun 2007

1. Satu SMP/MTs memiliki minimum 3 rombongan belajar dan maksimum

24 rombongan belajar.

2. Satu SMP/MTs dengan tiga rombongan belajar melayani maksimum 2000

jiwa. Untuk pelayanan penduduk lebih dari 2000 jiwa dilakukan

penambahan rombongan belajar di sekolah yang telah ada, dan bila

rombongan belajar lebih dari 24 dilakukan pembangunan SMP/MTs baru.

3. Satu kecamatan dilayani oleh minimum satu SMP/MTs yang dapat

menampung semua lulusan SD/MI di kecamatan tersebut.

4. Satu kelompok permukiman permanen dan terpencil dengan banyak

penduduk lebih dari 1000 jiwa dilayani oleh satu SMP/MTs

Berdasarkan peraturan tersebut, dapat diketahui sutu unit SMP melayani

1000 jiwa penduduk pendukung, untuk satu kelompok permukiman dan terpencil.

Selaian itu, berdasarkan peraturan menteri pendidikan No. 24 Tahun 2007, untuk

tiap SMP memiliki minimal 3 rombongan belajar dengan maksimum 24

rombongan belajar. Hal ini dapat digunakan dalam mengetahui dan mengevaluasi

kawasan penelitian terhadap fasilitas pendidikan yang tersedia di kawasan

penelitian.

2.3 Karakteristik Wilayah

Wilayah adalah suatu batasan ruang geografis tanpa tapal batas spasial

yang akurat baik secara administratif maupun fungsional. Sedangkan menurut

Dahuri dalam Hamdi Asep (2014), wilayah adalah suatu area geografis yang

memiliki ciri tertentu dan merupakan media bagi segala sesuatu untuk berlokasi

dan berinteraksi. Hartson dalam Hamdi Asep (2014), mengatakan bahwa wilayah

adalah suatu area dengan lokasi spesifik dan dalam aspek tertentu berbeda dengan

erea lain. Menurut Glasson dalam Hamdi Asep (2014), ada dua cara pandang yang

berbeda tentang wilayah yaitu subjektif dan objektif. Cara pandang subjektif

adalah cara untuk mengidentifikasi suatu lokasi yang didasarkan atas kriteria

tertentu atau tujuan tertentu. Pandangan objektif menyatakan wilayah itu benar-

benar ada dan dapat dibedakan dari ciri- ciri/gejala alam disetiap wilayah

Page 27: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

11

(berdasarkan iklim atau konfigurasi lahan, jenis tumbuh-tumbuhan, atau

kepadatan penduduk) .

Glasson dalam Hamdi Asep (2014), mengatakan wilayah dapat dibedakan

berdasarkan kondisi dan fungsinya. Kondisi wilayah berdasarkan kelompok atas

isinya (homogenety) misalnya wilayah perkebunan, wilayah perternakan, wilayah

industri dan lain sebagainya. Fungsi wilayah dibedakan dengan kota dan wilayah

belakangnya, lokasi produksi dengan wilayah pemasarannya, susunan perkotaan

hierarki jalur transportasi dan lain-lain.

Blair dalam dalam Hamdi Asep (2014), yang membagi wilayah atas tiga tipe

yaitu:

1. Wilayah Homogen dicirikan oleh adanya kemiripan relatif dalam

wilayah, Kriteria tersebut dapat dilihat dari aspek sumber daya alam

(iklim, tanah dan vegetasi), sosial, dan ekonomi. Sebagai contoh Kawasan

Puncak adalah wilayah homogen berdasarkan iklim yang sejuk, wilayah

kumuh dan perkotaan homogen dengan penduduk miskin, wilayah miskin

adalah homogen sebagai wilayah yang tertinggal dan terbelakang karena

tidak tersentuh oleh manfaat pembangunan, wilayah jasa adalah homogen

wilayah perdagangan dan jasa-jasa lainnya dan wilayah Pantura homogen

yang berkonotasi sebagai sebagai produksi padi.

2. Wilayah Fungsional, dicirikan oleh adanya derajat integrasi antara

komponen-komponen di dalamnya yang berinteraksi ke wilayah luar.

Terbentuknya wilayah fungsional dikarenakan adanya pelaku ekonomi

yang saling berinteraksi antara mereka dengan luar wilayah. Wujud dari

wilayah fungsional adalah wilayah nodal.

3. Wilayah Admistratif, dibentuk untuk kepentingan pengelolaan atau

organisasi oleh pemerintah maupun pihak-pihak lain. Batas geografis

dilandasi oleh keputusan politik dan hukum. Wilayah admistratif lebih

dianggap penting karena sering digunakan sebagai dasar perumusan

kebijakan pembagian wilayah berdasarkan propinsi, kota, kabupaten,

kecamatan dan pedesaan. Wilayah administratif sering menjadi penentu

perkembangan wilayah homogen dan atau wilayah fungsional.

Page 28: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

12

Berdasrakan karakteristik wilayah, kota Majene, merupakan salah satu

bentuk administratif, yang perkembangan wilayahnya di dasarkan pada batas

geografisnya. Berdasrkan RTRW Kabupaten Majene, kawasan strategis

pendidikan Provinsi di batasi hanya terdapat di satu Kecamatan yakni Kecamatan

Banggae Timur.

2.4 Pendidikan

2.4.1 Pengertian Pendidikan

Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak bisa terlepaskan

dari dunia pendidikan. Menurut M. Ngalim Purwanto dalam Herlita Sisca dkk

(2013), pendidikan mengandung suatu pengertian “segala usaha orang dewasa

dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan

rohaninya ke arah kedewasaan”. Uyoh Sadulloh Purwanto dalam Herlita Sisca

dkk (2013), mengartikan pendidikan secara khusus dan luas, “pendidikan dalam

arti khusus sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum

dewas untuk mencapai kedewasaan dan pendidikan dalam arti luas merupakan

usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung

sepanjang hayat”.

Istilah pendidikan dalam bahasa Inggris, menurut I Markus Willy dan M.

Dikkie Darsyah Purwanto dalam Herlita Sisca dkk (2013), menyebut pendidikan

sebagai “education”. Porwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,

mengutarakan kata pendidikan berasal dari kata “didik, mendidik, yang berarti

memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

Kemudian kata didik tersebut mendapat awalan pen- dan akhiran kan- membentuk

kata benda abstrak, yaitu pendidikan yang berarti perbuatan (hal, cara) mendidik”.

Jadi, terdapat proses pemberian perlakuan kepada anak untuk bertindak dengan

budi pekerti yang baik dan berpikir dengan cerdas.

Para tokoh pendidikan dunia dan Indonesia memberikan sumbangsi dalam

mengkonsepsikan pengertian pendidikan. Abu Ahmad dan Nur Uhbiyati

Purwanto dalam Herlita Sisca dkk (2013), mengemukakan beberapa pengertian

pendidikan sebagai berikut:

Page 29: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

13

a. John Dewey

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fondamental secara

intelektuan dan emosional ke arah alam sesama manusia.

b. Rousseau

Pendidikan adalah memberi kita pembekalan yang tidak ada pada masa anak-

anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

c. Ki Hajar Dewantara

Mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar

mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai

keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.44

Pendidikan sebagai amanat dari pembukaan UUD Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 maka pemerintah memiliki peranan dalam

mengkonsepsikan pengertian pendidikan yang dituangkan dalam Undang-Undang

Negara Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003. Pengertian pendidikan yang

tertuang dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan pada Bab I tentang ketentuan

umum secara lebih luas pada pasal satu ayat satu, yaitu:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mangembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperluan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan Negara”.

Hadi Supeno Purwanto dalam Herlita Sisca dkk (2013), mengemukakan

bahwa pendidikan adalah “proses panjang dari sebuah interaksi dan komunikasi

antara anak didik dengan pendidik dan lingkungan sekitar, eksplorasi alam, serta

daya juang penyerapan, pengetahuan dan pengalaman untuk memperoleh

perubahan perilaku”.

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk terangkatnya harkat dan

martabat hidup terhadap diri seseorang dalam perkembangan dan kemajuan

menjalani kehidupan dengan akhlak yang baik dan pola pikir yang benar sehingga

akan terwujud sumber daya manusia yang berkualitas.

Page 30: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

14

2.4.2 Tujuan Pendidikan

Penyelenggaraan pendidikan memiliki tujuan yang disesuaikan dengan

kehendak yang dicapai. Menurut Uyoh Sadulloh Purwanto dalam Herlita Sisca

dkk (2013), tujuan pendidikan merupakan “gambaran dari falsafah atau

pandangan hidup manusia, baik secara perseorangan maupun kelompok”. Ngalim

Purwanto Purwanto dalam Herlita Sisca dkk (2013), menggambarkan suatu

perubahan tujuan pendidikan yang didasarkan pada periode pemerintahan. Perihal

ini sangat erat kaitannya dengan cara memandang suatu falsafah untuk mencapai

suatu tujuan pendidikan.

Dalam tataran internasional, dalam buku Jayadi Damanik merujuk pada

pasal 26 ayat dua DUHAM 1948 dan pasal 13 ayat satu Konvenan tentang hak-

hak ekonomi, sosial, dan budaya Purwanto dalam Herlita Sisca dkk (2013), bahwa

tujuan pendidikan yang paling fundamental adalah “educational shall be directed

to the full development of the human personality”. Tujuan pendidikan dalam hal

ini memiliki makna bahwa pendidikan untuk mengembangkan kepribadian

manusia.

Pendidikan di Indonesia sebagai usaha untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa, yang berlandaskan kepada Pancasila dan UUD 1945 maka tujuan

pendidikan nasional dirumuskan dalam undang-undang sistem pendidikan

nasional. Tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang Negara

Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

dijelaskan pada bab dua tentang dasar, fungsi, dan tujuan secara lebih luas pada

pasal tiga, yaitu:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Tujuan pendidikan merupakan suatu kehendak yang dicapai dalam

penyelenggaraan pendidikan dengan orientasi kepada falsafah suatu bangsa yang

dianut. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia memiliki tujuan yang telah

Page 31: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

15

tercantum dalam undang-undang. Tujuan pendidikan di Indonesia bukan hanya

sekedar mengembangkan diri manusia dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor

melainkan juga beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai

landasan etika dan moral.

2.4.3 Jenjang Pendidikan

Usaha manusia secara sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi

dirinya melalui pendidikan harus terus berlanjut hingga akhir hayat. Ngalim

Purwanto dalam Herlita Sisca dkk (2013), mengemukakan bahwa “sesuai dengan

asas pendidikan yang dianut pemerintah dan bangsa Indonesia, yakni pendidikan

seumur hidup (life long education), maka pendidikan merupakan tanggung jawab

bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah”.

Jenjang pendidikan dalam undang-undang Negara Republik Indonesia

nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Bab I tentang

ketentuan umum, kemudian pada pasal 1 ayat 8 diuraikan pengertian jenjang

pendidikan secara lebih luas, yaitu: Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan

yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang

akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

Berikut jenjang pendidikan dalam undang-undang Negara Republik

Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bab

enam, bagian satu, pasal 14 tentang jenjang pendidikan, yaitu jenjang pendidikan

formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi.

Berikut uraian jenjang pendidikan

1. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang

pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan

Madrasah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah

pertama dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat, hal

ini tertuang pada pasal 17 ayat satu dan dua dalam undang-undang Negara

Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pada bab enam, bagian kedua.

Page 32: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

16

Pada jenjang pendidikan dasar merupakan jenjang yang harus diikuti oleh

anak bangsa Indonesia. Rentang usia peserta didik diatur dalam undang-

undang Negara Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pada bab tiga, bagian kesatu pasal enam, ayat satu

secara lebih luas yaitu “setiap warga negara yang berusia tujuh tahun samapai

dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar”. Kemudian pada

bagian kedua, pasal 7 ayat satu bahwa “orang tua berhak berperan serta dalam

memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang pendidikan

anaknya”.

2. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan

menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA) dan Madrasah Aliyah

(MA), sekolah menengah kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan

(MAK) atau bentuk lain yang sederajat, hal ini tertuang pada pasal 18 ayata 1

dan tiga dalam undang-undang Negara Republik Indonesia nomor 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bab enam, bagian ketiga.

3. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan “jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup progaram pendidikan diploma, sarjana, magister,

spesialis, dan doktor oleh perguruan tinggi”.

Perkembangan peserta didik dalam pendidikan disesuaikan dengan tingkat

perkembangannya. Jenjang pendidikan merupakan tahapan proses yang dilalui

dalam usaha manusia mengembangkan potensi dirinya.

Berdasarkan dari pengertian pendidikan, tujuan pendidikan dan jenjang

pendidikan, semua masyarakat berhak mendapatkan pendidikan yang layak

untuk mempunyai suatu tujuan yang lebih baik, kualitas pendidikan pada

setiap jenjangnya perluh diperhatikan agar mutu pendidikan yang diterima

olah masyarakat sesuai. Hal inilah yang mendasari penelitian ini, pada

kawasan pendidikan khususnya sebagai kawasan strategis pengembangan

pendidikan di Sulawesi Barat, Kota Majene harus mampu memberikan

pelayanan pendidikan sesuai jenjangnya.

Page 33: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

17

2.5 Sarana pendidikan dan pembelajaran

2.5.1 Deskripsi umum

Dasar penyediaan sarana pendidikan adalah untuk melayani setiap unit

administrasi pemerintahan baik yang informal (RT, RW) maupun yang formal

(Kelurahan, Kecamatan), dan bukan didasarkan semata-mata pada jumlah

penduduk yang akan dilayani oleh sarana tersebut.

Dasar penyediaan sarana pendidikan ini juga mempertimbangkan

pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada.

Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan/blok yang nantinya

terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan

fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait

dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area

tertentu.

Perencanaan sarana pendidikan harus didasarkan pada tujuan pendidikan

yang akan dicapai, dimana sarana pendidikan dan pembelajaran ini akan

menyediakan ruang belajar harus memungkinkan siswa untuk dapat

mengembangkan pengetahuan, keterampilan, serta sikap secara optimal. Oleh

karena itu dalam merencanakan sarana pendidikan harus memperhatikan:

a. berapa jumlah anak yang memerlukan fasilitas ini pada area perencanaan;

b. optimasi daya tampung dengan satu shift;

c. effisiensi dan efektifitas kemungkinan pemakaian ruang belajar secara

terpadu;

d. pemakaian sarana dan prasarana pendukung;

e. keserasian dan keselarasan dengan konteks setempat terutama dengan

berbagai jenis sarana lingkungan lainnya.

2.5.2 Jenis sarana

Sarana pendidikan yang diuraikan dalam standar ini hanya menyangkut

bidang pendidikan yang bersifat formal / umum, yaitu meliputi tingkat prabelajar

(Taman Kanak-kanak); tingkat dasar (SD/MI); tingkat menengah (SLTP/MTs dan

SMU).

Page 34: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

18

Adapun penggolongan jenis sarana pendidikan dan pembelajaran ini meliputi:

a. taman kanak-kanak (TK), yang merupakan penyelenggaraan kegiatan

belajar dan mengajar pada tingkatan pra belajar dengan lebih menekankan

pada kegiatan bermain, yaitu 75%, selebihnya bersifat pengenalan;

b. sekolah dasar (SD), yang merupakan bentuk satuan pendidikan dasar yang

menyelenggarakan program enam tahun;

c. sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), yang merupakan bentuk satuan

pendidikan dasar yang menyelenggarakan proram tiga tahun sesudah

sekolah dasar (SD);

d. sekolah menengah umum (SMU), yang merupakan satuan pendidikan

yang menyelenggarakan program pendidikan menengah mengutamakan

perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan siswa untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi;

e. sarana pembelajaran lain yang dapat berupa taman bacaan ataupun

perpustakaan umum lingkungan, yang dibutuhkan di suatu lingkungan

perumahan sebagai sarana untuk meningkatkan minat membaca,

menambah ilmu pengetahuan, rekreasi serta sarana penunjang pendidikan.

2.5.3 Kebutuhan ruang dan lahan

Berbagai pertimbangan yang harus diperhatikan pada penentuan

kebutuhan ruang dan lahan adalah:

a. Penyediaan jumlah sarana pendidikan dan pembelajaran yang harus

disediakan didasarkan pada tipe sarana pendidikan.

b. Kebutuhan sarana pendidikan prabelajar serta pendidikan tingkat dasar dan

c. menengah, harus direncanakan berdasarkan perhitungan proyeksi jumlah

siswa dengan cara sebagaimana Rumus 2, Rumus 3, Rumus 4 dan Rumus

5, yang akan menentukan tipe sekolah serta kebutuhan jumlah ruang, luas

ruang dan luas lahan. Rumus 2, Rumus 3, Rumus 4 dan Rumus 5,

dipergunakan juga untuk menghitung penambahan ruang-ruang belajar

pada sekolah-sekolah yang sudah ada.

Page 35: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

19

d. Perencanaan kebutuhan ruang dan lahan untuk sarana pendidikan

didasarkan tipe masing-masing sekolah yang dibedakan menurut:

1. jumla rombongan belajar;

2. jumlah peserta didik;

3. jumlah tenaga kependidikan; kepala sekolah; wakil kepala

sekolah; tenaga tata usaha;

4. kebutuhan ruang belajar, ruang kantor, dan ruang penunjang;

5. luas tanah, dan lingkungan / lokasi sekolah

e. Kebutuhan luas lantai dan lahan untuk masing-masing sarana pendidikan

tergantung pada tipe sekolah untuk masing-masing tingkatan pendidikan.

Tabel 2.1 Kebutuhan Program Ruang Minimum

No Jenis Sarana Program Ruang

1 Taman Kanak-kanak

Memiliki minimum 2 ruang kelas @ 25-30

murid. Dilengkapi dengan ruang-ruang lain dan

ruang terbuka / bermain ± 700 𝑚2

2 Sekolah Dasar Memiliki minimum 6 ruang kelas @ 40 murid

dilengkapi dengan ruang-ruang lain dan ruang

terbuka / bermain ± 3000 − 7000 𝑚2

3 SLTP

4 SMU

5 Taman Bacaan Memiliki minmum 1 ruang baca @ 15 murid

Sumber: SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota

Page 36: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

20

Tabel 2.2 Kebutuhan Sarana Pendidikan dan Pembelajaran

No Jenis Sarana

Jumlah

Penduduk

Pendudkung

(jiwa)

Kebutuhan Per Satuan

Sarana Standar (𝒎𝟐

/ jiwa)

Kriteria

Keterangan Luas Lantai

Min. (𝒎𝟐)

Luas Lahan

Min. (𝒎𝟐)

Radius

Pencapaian

Lokasi dan

Penyelesaian

1 Taman Kanak-kanak 1.250 216 termasuk

rumah

penjaga 36

𝑚2

500 0,28 𝑚2 / j 500 𝑚 Ditengah

kelompok warga.

Tidak

menyeberang jalan

raya. bergabung

dengan taman

sehingga terjadi

pengelompokan

kegiatan.

2 rombongan

prabelajar @

60 murid dapat

bersatu dengan

sarana lain

2 Sekolah Dasar 1.600 633 2.000 1,25 1.000 𝑚 Kebutuhan

harus

berdasarkan

perhitungan

dengan rumus

2, 3 dan 4.

Dapat

digabung

dengan sarana

pendidikan

lain, mis. SD,

SMP, SMA

dalam satu

komplek

3 SLTP 4.800 2.282 9.000 1,88 1.000 𝑚 Dapat dijangkau

dengan kendaraan

umum. Disatukan

dengan lapangan

olahraga. Tidak

selalu harus di

pusat lingkungan.

4 SMU 4.800 3.835 12.500 2,6 3.000 𝑚

5 Taman Bacaan 2.500 72 150 0,09 1.000 𝑚 Di tengah

kelompok warga

tidak menyebrang

jalan lingkungan.

Sumber: SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota

Page 37: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

21

Tabel 2.3 Pembekuan Tipe SD/MI, SLTP/MTS dan SMU

Tingkat Pendidikan Tipe Sekolah Rombongan Belajar Peserta Didik (Siswa) Lokasi

SD/MI Tipe A

Tipe B

Tipe c

12

9

6

480

360

240

Dekat dengan lokasi ruang

terbuka lingkungan SLTP/MTs Tipe A

Tipe B

Tipe c

27

18

9

1.080

720

360

SMU Tipe A

Tipe B

Tipe C

27

18

9

1.080

720

360

Sumber: SNI SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota

Page 38: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

22

Berdaskan SNI SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan

perumahan kota, fasilitas pendidikan memiliki standar-standar terhadap masing-

masing jenjang pendidikan, sehingga hal ini dapat diteliti untuk mengetahui

kesesuaian dan kebutuhan Kota Majene, sebagai kawasan pendidikan di Sulawesi

Barat dalam penyediaan fasilitas pendidikan yang lebih baik dan merata.

2.6 Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota

Penerapan Standar Pelayanan Minimal perlu menetapkan standar

pelayanan minimal pendidikan dasar di kabupaten/kota, bahwa untuk menjamin

tercapainya mutu pendidikan yang diselenggarakan daerah perlu menetapkan

standar pelayanan minimal pendidikan dasar. SPM Pendidikan dalah tolok ukur

kinerja pelayanan pendidikan dasar melalui jalur pendidi- kan formal yang

diselenggarakan daerah kabupaten/kota.

Standar Pelayanan Miniman Pendidikan Dasar (Pasal 2), yakni:

1. Penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar sesuai SPM pendidikan

merupak- an kewenangan kabupaten/kota.

2. Penyelenggaraan pelayanan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) meliputi :

a. Pelayanan pendidikan dasar oleh kabupaten/kota :

1) Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau

dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6

km untuk SMP/MTs dari kelompok permukiman permanen di

daerah terpencil;

2) Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk

SD/MI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMP/MTs tidak

melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1

(satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang

cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis;

3) Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang

dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta

Page 39: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

23

didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk

demonstrasi dan eksperimen peserta didik;

4) Di setiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang

dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru,

kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap

SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari

ruang guru.

5) Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32

peserta di- dik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan

pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru

setiap satuan pendidikan;

6) Di setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap

mata pela- jaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang

guru untuk setiap rumpun mata pelajaran;

7) Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi

kuali kasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang

telah memiliki serti- kat pendidik;

8) Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kuali kasi akademik

S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35%

dari keseluruhan guru) telah memiliki serti kat pendidik, untuk

daerah khusus masing- masing sebanyak 40% dan 20%;

9) Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kuali kasi akademik

S-1 atau D-IV dan telah memiliki serti kat pendidik masing-

masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA,

Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris;

10) Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SD/MI berkuali kasi

akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki serti kat pendidik;

11) Di setiap kabupaten/kota semua kepala SMP/MTs berkuali kasi

aka- demik S-1 atau D-IV dan telah memiliki serti kat

pendidik;

12) Di setiap kabupaten/kota semua pengawas sekolah dan

Page 40: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

24

madrasah memiliki kualikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah

memiliki serti kat pendidik;

13) Pemerintah kabupaten/kota memiliki rencana dan

melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan

dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran

yang efektif; dan

14) Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali

setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam

untuk melakukan supervisi dan pembinaan.

b. Pelayanan pendidikan dasar oleh satuan pendidikan :

1) Setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan

kelayakannya oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran

Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS dengan

perbandingan satu set untuk setiap peserta didik;

2) Setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yang sudah

ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua

mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap

perserta didik;

3) Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan

yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh

manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA

untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA;

4) Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku

referensi, dan setiap SMP/MTs memiliki 200 judul buku

pengayaan dan 20 buku ref- erensi;

5) Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan

pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran,

melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

membimbing atau melatih peserta didik, dan melaksanakan

tugas tambahan;

Page 41: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

25

6) Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran

selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka

sebagai berikut :

a. a) Kelas I – II : 18 jam per minggu;

b. b) Kelas III : 24 jam per minggu;

c. c) Kelas IV - VI : 27 jam per minggu; atau

d. d) Kelas VII - IX : 27 jam per minggu;

7) Satuan pendidikan menerapkan kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku;

8) Setiap guru menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata

pelajaran ;

9) Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program

penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar

peserta didik;

10) Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan

umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester;

11) Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata

pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada

kepala sekolah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil

prestasi belajar peserta didik;

12) Kepala sekolah atau madrasah menyampaikan laporan hasil

ulangan akhir semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas

(UKK) serta ujian akhir (US/ UN) kepada orang tua peserta

didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kantor Kementerian Agama

di kabupaten/kota pada setiap akhir semester; dan

13) Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip

manajemen berbasis sekolah (MBS).

Page 42: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

26

2.7 Teori Lokasi dalam Penentuan Fasilitas

Dalam menentukan suatu lokasi pendidikan, diperlukan variable atau

faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi tersebut. Penentuan lokasi

pendidikan berdasarkan pada teori yang telah ada dan di compare dengan standar

pelayanan fasilitas pendidikan.

Menurut Tarigan dalam Sukri Tri (2016), teori lokasi adalah ilmu yang

menyelidiki tata ruang (spasial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang

menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta

hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam

usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Menurut Tarigan dalam Sukri

Tri (2016), salah satu hal yang harus diperhatikan dalam penentuan suatu faktor

lokasi adalah aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas merupakan tingkat kemudahan di

dalam mencapai dan menuju arah suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di

sekitarnya. Menurut Tarigan dalam Sukri Tri (2016), tingkat aksesibilitas

dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai

sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta

kenyamanan untuk melalui jalur tersebut.

Suatu kawasan atau wilayah dan faktor yang ada di sekitarnya berkaitan

dengan lokasi sekolah yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial

masyarakat. Lokasi pendidikan dapat dikaitkan dengan konsep teori tempat sentral

(central place theory) menurut Christaller dalam Sukri Tri (2016). Teori ini

muncul pada pertengahan tahun 1933. Konsep dalam teori ini adalah adanya

threshold dan range yang merupakan konsep dasar teori central place. Range

jarak yang ditempuh konsumen meuju suatu tempat untuk mendapatkan

pelayanan, sedangkan threshold merupakan jumlah penduduk minimal yang

dibutuhkan suatu unit pelayanan sebelum dapat beroperasi secara

menguntungkan. Apabila dikaitkan dengan fasilitas pendidikan maka luas

jangkauan pelayanan pendidikan minimal sangat tergantung pada tingkat

kepadatan penduduk pada wilayah. Makin tinggi kepadatan penduduk makin kecil

wilayah jangkauan pelayanan pendidikan begitu juga sebaliknya. Menurut central

place theory jenis pelayanan jasa dapat dikelompokkan kepada :

Page 43: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

27

a. Pelayanan perbaikan (repair work) dan pekerjaan lain dari yang sejenis

b. Distribusi dan pengankutan barang-barang

c. Pelayanan akan administrasi, pendidikan dan informasi

b. Pelayanan keamanan dan kesehatan

2.8 Analisis SIG

SIG dengan kemampuan komputasinya, memberikan ilustrasi

keterhubungan antara satu data dengan data yang lain (koneksi), dan kemampuan

analisis spasialnya dapat mempresentasikan persebaran sekolah dasar dengan

menggunakan peta dan grafik secara terintegrasi, sehingga diharapkan informasi

hasil persebaran menjadi lebih komunikatif dan mudah dipahami. Pada tahap

penggambaran dan analisis peta dengan SIG, dibutuhkan peta tentatif atau peta

sementara sebagai hasil dari observasi atau survey di lapangan secara langsung,

kemudian di proses dengan menggunakan software ArcGis 10 (Safira Laras,

2016).

Penelitian ini dalam analisisnya menggunakan teknik analisis yang

dimiliki pada software ArcGis 10 yaitu analisis buffer dan overlay untuk

mengetahui radius keruangan pencapaian maksimal 1km (SNI Perencanaan

Perumahan dan Perkotaan 2004) fasilitas sekolah tingkat menengah pertama

(SMP) di Kota Majene, sedangkan radius keruangan pencapaian maksimal

fasilitas sekolah dasar didasarkan dari ketentuan dari pengukuran variabel

pelayanan dalam teknik perencanaan pengembangan wilayah menurut Muta’ali

dalam Safira Laras (2016).

2.9 Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah perbandingan antara jumlah siswa

seluruhnya (di jenjang pendidikan tertentu) dengan jumlah penduduk usia

sekolah, (Husaini Safira Laras, 2016).

Cara Analisis :

Jumlah siswa seluruhnya

APK = ---------------------------------- X 100

Page 44: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

28

Jumlah penduduk 13 – 15 tahun

Dengan menghitung APK SMP untuk melihat besarnya prosentase APK yang ada

di kecamatan

tersebut.

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah perbandingan antara jumlah siswa

usia sekolah (di jenjang pendidikan tertentu) dengan jumlah penduduk usia

sekolah, (Husaini Safira Laras, 2016).

Cara Analisis :

Jumlah siswa tingkat SMP usia 13-15 th

APM = ---------------------------------- X 100

Jumlah penduduk 13 – 15 tahun

Dengan menghitung APM SMP untuk melihat besarnya prosentase APM yang

ada di kecamatan tersebut.

Dengan menggunakan rumus penghitungan di atas untuk mengukur

tingkat pelayanan sekolah akan membantu untuk menganalisa presentase tingkat

pelayanan sekolah.

APK dan APM yang dimaksud disini adalah untuk jenjang pendidikan

Sekolah Menengah Pertama dan jumlah penduduk usia sekolah yang dimaksud

adalah usia 13 – 15 tahun. APK, dan APM merupakan indikator untuk melakukan

diagnosa dalam penentuan jangkauan pelayanan pendidikan. Dan juga untuk

mengkaji jumlah kebutuhan sekolah yang didasarkan atas keperluan masyarakat

pada saat ini, dengan menitikberatkan pada tujuan pendidikan yang mengandung

misi pemerataan kesempatan dalam mendapatkan pendidikan.

2.10 Pertumbuhan dan Proyeksi Penduduk

Proyeksi penduduk merupakan ramalan jumlah penduduk dimasa

mendatang, tetapi merupakan suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada

asumsi tertentu dari variable pertumbuhan penduduk yakni kelahiran, kematian

dan migrasi. Ketiga komponen variable inilah yang menentukan besarnya

Page 45: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

29

penduduk dan karakteristiknya dimasa mendatarang (Mantra dalam Muta’ali

Lutfi, 2015).

Pertumbuhan proyeksi penduduk yang digunakan untuk mengitung

pertumbuhan penduduk di Kecamatan Banggae dan Banggae Timur yakni,

pertumbuhan Geometrik.

Metode pertumbuhan geometri ini digunakan dengan asumsi bahwa

pertumbuhan penduduk adalah konstan atau sama setiap tahun atau menggunakan

dasar bunga majemuk. Dengan mengetahui jumlah penduduk pada tahun dasar

(Po), maka untuk mengetahui jumlah penduduk setelah tahun “t” dapat digunakan

formula berikut:

Pt = Po (1+𝑟)𝑡

Keterangan :

Pt = Penduduk pada tahun n

Po = Penduduk pada tahun awal

r = Angka pertumbuhan penduduk (%)

n = Waktu dalam tahun (periode proyeksi)

2.11 Evaluasi Tingkat Kecukupan dan Proyeksi Kebutuhan Fasilitas

Pelayanan

Ketersediaan fasilitas pelayanan merupakan fungsi dari penduduk sebagai

objek pelayanan. Perkembangan fasilitas berbanding lurus dengan pertumbuhan

penduduk dan dinamika perkembangan sosial ekonominya. Pertumbuhan

penduduk yang tinggi dan terus meningkat, membawa implikasi pada

meningkatnya tuntutan akan kebutuhan fasilitas yang dapat mendukung

kehidupannya. Asumsi dasarnya adalah semakin meningkat jumlah penduduk,

maka kebutuhan fasilitas juga meningkat.

Dalam perencanaan penyediaan fasilitas pelayanan, secara umum terdapat

dua macam analisis yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan yaitu

analisis yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan yaitu analisi tingkat

ketercukupan dan proyeksi kebutuhan fasilitas. Dalam perhitungan dibutuhkan

data-data standar normative atau SPM kebutuhan fasilitas sebagai pembanding

Page 46: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

30

baik yang sifatnya ambang batas pelayanan (threshold), jangkauan (range)

maupun luasan ruang minimal fasilitas. Hasilnya dapat digunakan untuk:

1) Menghitung jumlah dan kebutuhan fasilitas pelayanan (sosial ekonomi)

2) Memprediksi kebutuhan fasilitas dan lahan yang diperlukan untuk

mencukupi kebutuhan fasilitas pelayanan

3) Menghitung kebutuhan luas lahan yang diperlukan untuk mencukupi

kebutuhan fasilitas pelayanan

4) Menganalisa implikasi-implikasi yang akan ditimbulkan dari hasil

perhitungan terhadap pembangunan wilayah, khususnya alokasi fasilitas

beserta distribusi keruangannya.

a. Formula Tingkat Kecukupan Fasilitas Pelayanan

Evaluasi tingkat ketercukupan fasilitas pelayanan ditentukan dengan

membandingkan ketersediaan fasilitas yang ada dengan kebutuhan fasilitas yang

dihitung dengan menggunakan threshold standar normative tertentu. Tingkat

ketercukupan fasilitas pelayanan juga seringkali disebut dengan daya dukung

fasilitas dalam memberikan pelayanan kepada penduduk yang ada. Berikut

rumusnya:

DDfi = Si / Di

Dimana

Di = JP / Thi

Keterangan:

DDfi = Daya dukung fasilitas i

Di = Demand atau kebutuhan fasilitas i

Si = Supply atau ketersediaan fasilitas i

JP = Jumlah penduduk

Thi = Threshold atau ambang batas fasilitas i

Berdasarkan formulasi tersebut maka dapat diinterpretasikan sebagai

berikut:

Page 47: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

31

1. DDfi = 1, artinya Di = Si, yaitu terjadi keseimbangan fungsi pelayanan

antara kebutuhan penduduk dengan keberadaan fasilitas yang ada. Nilai

DDFi = 1, dapat ditafsirkan tingkat pelayanan efisien.

2. DDfi > 1, artinya Si > Di, maka keberadaan fasilitas yang ada telah

mampu mendukung kebutuhan penduduk. Nilai DDFi > 1, dapat

ditafsirkan tingkat pelayanan mencukupi, namun jika nilai kelebihan

terlalu besar akan terjadi kondisi yang tidak efisien karena banyak fasilitas

yang tersedia tidak dimanfaatkan oleh penduduk atau pemanfaatannya

masih dibawah standar pelayanan minimum.

3. DDfi < 1, artinya Di > Si, maka keberadaan fasilitas yang ada tidak

mampu mendukung kebutuhan penduduk, atau telah terjadi kondisi

kekurangan fasilitas sehingga diperluhkan penambahan fasilitas. Nilai

DDfi < 1, yang dapat ditafsirkan tingkat pelayanan tidak efektif. Oleh

karena itu diperluhkan jumlah tambahan fasilitas yang dapat dihitung

dengan mengurangi ketersediaan dengan kebutuhan fasilitas yakni,

menggunakan rumus sebagai berikut:

Tambahan Kebutuhan Fasilitas-I = (Di – Si)

Keterangan :

Di = Demand atau kebutuhan fasilitas i

Si = Supply atau ketersediaan fasilitas i

b. Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan

Kebutuhan fasilitas pelayanan merupakan fungsi dari jumlah penduduk,

sehingga dalam proyeksi kebutuhan fasilitas diperluhkan perhitungan proyeksi

pertambahan jumlah penduduk. Berikut formula proyeksi kebutuhan fasilitas:

Di-t(n) = JPt(n) / Thi

Dimana,

JPt(n) = PO (1+𝑟)𝑡 / Thi

Keterangan :

Di-t(n) = Demand atau kebutuhan fasilitas i pada tahun ke-n (proyeksi)

JPt(n) = Jumlah penduduk hasil proyeksi pada tahun ke-n

Page 48: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

32

PO (1+𝑟)𝑡 = Proyeksi Penduduk dengan metode pertumbuhan geometri

Thi = Threshold atau ambang batas fasilitas i

Berdasarkan formula tersebut, maka dapat dihitung jumlah tambahan

fasilitas (JTF) pelayanan yang harus dipenuhi pada tahun ke-n, yaitu:

JTF = Di-t(n) – Si

Keterangan:

Di-t(n) = Demand atau kebutuhan fasilitas i pada tahun ke-n (proyeksi)

Si = Supply atau ketersediaan fasilitas i

c. Implikasi Kebutuhan Lahan

Implikasi dari hasil evaluasi tingkat kecukupan dan proyeksi kebutuhan

fasilitas pelayanan adalah tambahan atau peningkatan kebutuhan ruang untuk

pembangunan fasilitas. Dengan menggunakan standar pelayanan minimum

tentang kebutuhan minimum ruang untuk masing-masing fasilitas (SNI 03-1733-

2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan) maka

dapat dihitung kebutuhan ruang, baik pada saat ini ataupun masa yang akan dating

(berdasarkan proyeksi kebutuhan fasilitas). Prediksi kebutuhan ruang sangat

berguna bagi penyususnan rencana tata ruang wialayah. Berikut formulasinya:

Dri = STDr X Dti

Keterangan :

Dri = Demand atau kebutuhan ruang untuk fasilitas i

Dti = Tambahan Kebutuhan ruang fasilitas i = (Di – Si)

STDr = Standar kebutuhan ruang minimal untuk fasilitas i

Evaluasi tingkat ketercukupan dan proyeksi kebutuhan fasilitas pelayanan

ini digunakan untuk mengetahui berapa banyak kebutuhan fasilitas pelayanan

SMP untuk memenuhi kebutuhan penduduk serta untuk mengetahui berapa

banyak kebutuhan ruang yang harus tersedia untuk menunjang fasilitas pelayanan

SMP yang terdapat di Kecamatan Banggae dan Banggae Timur.

Page 49: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

33

2.12 Network Analyst Dalam SIG

Network analyst secara umum adalah pemodelan transportasi makroskopis

untuk melihat hubungan antara obyek yang dihubungkan oleh jaringan

transportasi. Terdapat beberapa analisis yang dapat dilakukan, yaitu:

1) Route analysis

Merupakan metode untuk menentukan rute optimal antra dua obyek atau

lebih yang dihubungkan oleh jaringan transportasi. Rute optimal ini bisa

didasarkan jarak tempuh ataupun waktu tempuh terkecil

2) Closest Facility Analysis

Dapat digunakan sebagai metode untuk menentukan fasilitas mana yang

lebih dekat dari suatu titik. Penentuan fasilitas ini dapat didasarkan oleh

jarak atau waktu tempuh

3) Service Area Analysis

Metode ini digunakan untuk memperhitungkan area cakupan dari suatu

obyek. Cakupan ini didasarkan pada waktu tempuh yang diperluhkan

untuk mencapai suatu obyek melalui jaringan transportasi

4) Origin Destination Matrix Analysis

Analysis ini untuk menghitung cost (bisa dalam bentuk jarak tempuh atau

waktu tempuh) antara tiap pasangan origin dan destination.

Dalam ilmu perencanaan wilayah dan kota, metode ini dapat digunakan

untuk merencanakan rute alternative transportasi, menentukan jangkauan

pelayanan suatu fasilitas, serta menyelesaikan masalah keruanagan lainnya.

Analysis ini digunakan untuk mengetahui sebaran jangkauan fasilitas

pendidikan di Kecamatan Banggae dan Banggae timur yang didasarkan pada

standar jangkauan dan kecepatan rata-rata.

Page 50: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

34

2.4 Penelitian Terdahulu

Judul Permasalahan Tujuan Penelitian Variabel Teknik Analisis Output/Hasil Sumber

Studi Penentuan

Lokasi Potensial

Pengembangan

Pusat Perbelanjaan

di Kota Tanggerang

Kota Tanggerang dengan

strategi pengembangan kawasan

perdagangan dengan salah satu

arahan pengembangan yakni

pusat perbelanjaan sebagai

penyediaan fasilitas

perdagangan dan jasa serta

mengantisipasi kebutuhan

penduduk Kota Tanggerang

yang memiliki jenis dan skala

pelayanan kegiatan dapat

mengimbangi perkembangan

kegiatan sektor perdagangan di

DKI Jakarta, sehingga

penduduk tidak lagi menuju

DKI Jakarta.

Untuk mengidentifikasi

lokasi yang potensial untuk

mengembangan pusat

perbelanjaan

• Arah kebijakan

pengembangan

fungsional wilayah

• Kepadatan

penduduk

• Penduduk bekerja

untuk pusat

perbelanjaan

Deskriptif dan

kualitatif, alokasi

lahan sektor

perdangangan

Kecamatan

Larangan

merupakan

kecamatan

potensial sebbagai

pusat perbelanjaan

sesuai dengan

RTRW Kota

Tanggerang

Gesti

Mutiara

Dewi

(2016)

Tingkat Pelayanan

Fasilitas

Pendidikan

Sekolah Menengah

Tingkat Atas

di Kabupaten

Sidoarjo

Penyediaan fasilitas pendidikan

menengah tingkat atas di

Kabupaten Sidoarjo, terdiri atas

Sekolah Menengah Atas/SMA

dan Sekolah Menengah

Kejuruan/SMK di Kabupaten

Sidoarjo telah diupayakan oleh

Pemerintah Sidoarjo, namun

pada kenyataanya masih terjadi

ketidakseimbangan antara

penyediaan pelayanan dengan

kebutuhan pelayanan fasilitas

pendidikan.

Untuk meningkatkan

pelayanan fasilitas

pendidikan Sekolah

Menengah Tingkat Atas di

Kabupaten Sidoarjo, dengan

tujuan untuk memenuhi

kebutuhan penduduknya

yang bisa dipastikan akan

terus menerus meningkat.

• Jumlah penduduk

usia sekolah

• Jumlah fasilitas

pendidikan

• Jumlah penduduk

yang terlayani

fasilitas pendidikan

Statistik deskriptif,

analisis daya

tampung, dan

distribusi frekuensi

relatif

a. Peta Tingkat

Ketersediaan

Fasilitas Sekolah

Menengah Atas

(SMA/SMK)

Berdasarkan

Daya Tampung

Fasilitas di

Kabupaten

Sidoarjo

b. Peta Tingkat

kebutuhan

fasilitas sekolah

menengah tingkat

Sisca

Henlita &

Ketut

Dewi

Martha

Erli

Handayeni

(2013)

Page 51: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

35

Judul Permasalahan Tujuan Penelitian Variabel Teknik Analisis Output/Hasil Sumber

atas (SMA/SMK)

di Kabupaten

Sidoarjo

c. Peta Kesesuaian

tingkat

Ketersediaan

Fasilitas Sekolah

Menengah

Tingkat Atas

(SMA/SMK)

Terdahap Tingkat

Kebutuhan

Fasilitas di

Kabupaten

Sidoarjo

Analisis pesebaran

dan radius

keruangan

pencapaian

maksimal fasilitas

sekolah dasar

Kecamatan

Bukateja

Kecamatan Bukateja ini

memiliki jarak 24 kilometer dari

timur pusat kota Purbalingga,

sehingga untuk mendapatkan

aksesibilitas pendidikan dasar

menjadi tidak efektif jika

melakukan perjalanan jauh ke

pusat kota.

untuk memetakan dan

mendiskripsikan persebaran

secara keruangan (spasial)

fasilitas sekolah dasar

Kecamatan Bukateja. Serta

mengidentifikasi dan

mendiskripsikan radius

keruangan pencapaian

maksimal fasilitas sekolah

dasar Kecamatan Bukateja.

• Jumlah Fasilitas

pendidikan

• Jumlah penduduk

pendukung

Analisis Buffer

ArcGis

a. Peta pesebaran

fasilitas sekolah

dasar

b. Peta radius

keruangan

maksimal fasilitas

sekolah dasar

Sakinah

Fathrunnad

i Shalihati

& Anang

Widhi

Nirwansya

h (2015)

Analisis Kebutuhan

dan Penempatan

Prasarana-sarana

Fasilitas Pendidikan

di Kecamatan Wori

Ketersediaan fasilitas

pendidikan memberikan

kesempatan bagi individu untuk

memperoleh layanan dari

fasilitas dari pemenuhan

kebutuhan akan pendidikan.

Namun apakah dalam penataan

Untuk mengkaji penempatan

fasilitas pendidikan dasar,

menengah pertama dan

menengah atas secara

optimal baik secara kuantitas

maupun kualitas

• Jangkauan

pelayanan

• Kebutuhan

Analisis

kependudukan,

ArcGis, kebutuhan

fasilitas

a. Kebutuhan

fasilitas

pendidikan SD,

SMP dan SMA

b. Peta jangkauan

pelayanan

pendidikan SD.

M. Sukri

Umasanga

dji (2015)

Page 52: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

36

Judul Permasalahan Tujuan Penelitian Variabel Teknik Analisis Output/Hasil Sumber

infrastruktur pendidikan dapat

memberikan pengaruh yang

baik terhadap pengembangan

wilayah Baik dari segi kualitas

maupun kuantitas

SMP dan SMA

Analisis sebaran

lokasi SMP Negeri

kaitannya dengan

aksesibilitas

mendapatkan

pendidikan di

Kecamatan Ciputat

Timur, Kota

Tangerang Selatan,

Provinsi Banten.

Mobilitas siswa dan orang tua

yang mengantar untuk

menempuh sekolah diluar

wilayah kecamatan bahkan kota

maupun provinsi menambah

ruang gerak siswa dan orang tua

menjadi lebih panjang. Hal ini

terjadi dikarenakan pada

Kecamatan Ciputat Timur

jumlah sekolah menengah

pertama negeri masih terbatas

dibandingkan dengan jumlah

sekolah menengah pertama

swasta dan banyaknya sekolah

dasar.

1. Untuk menganalisis

sebaran lokasi SMP

Negeri di wilayah

Kecamatan Ciputat

Timur, Tangerang

Selatan, Provinsi Banten

berdasarkan teori lokasi.

2. Untuk menganalisis

aksesibilitas penduduk

mendapatkan pendidikan

yang ada di Kecamatan

Ciputat Timur terkait

dengan lokasinya.

3. Untuk menganalisis

kaitan sebaran lokasi

SMP Negeri dengan

aksesibilitas

mendapatkan pendidikan

di Kecamatan Ciputat

Timur.

• Sebaran lokasi

SMP Negeri

• Aksesibilitas

mendapatkan

pendidikan

Deskriptif kualitatif a. Sebaran dan

kepadatan

penduduk per

kelurahan

b. Jumlah sebaran

lokasi tempat

tinggal siswa di

SMP Negeri

Kecamatan

Ciputat Timur

Asep

Hamdi

c. (2014)

Analisis fungsi

pelayanan

pendidikan dasar

dan menengah

dengan metode

centrality index

Sebagai kota yang menjadi

ibukota Provinsi, pembanguan

di kota Serang masih terkesan

berjalan lambat, hal ini terlihat

dari kurang meratanya

pembangunan, sehingga terjadi

Untuk mengatahui

bagaimana fungsi pelayanan

pendidikan dasar dan

menengah

• Fungsi wilayah Deskriptif kuantitatif Ketersedian

fasilitas pelayanan

dan daya tampung

pelayanan fasilitas

pendidikan

Rizka

Gracia P

(2012)

Page 53: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

37

Judul Permasalahan Tujuan Penelitian Variabel Teknik Analisis Output/Hasil Sumber

analysis Kota

Serang

pemusatan pada pelayanan di

pusat kota.

Kebutuhan dan

jangkauan

pelayanan

pendidikan di

Kecamatan

Bandongan

Kabupaten

Magelang

Di wilayah Kabupaten

Magelang fasilitas pendidikan

yang berkaitan dengan tingkat

pelayanan sekolah belum

merata, sehingga menimbulkan

banyaknya anak lulusan SMP

Kabupaten yang tidak

tertampung atau melanjutkan ke

jenjang selanjutnya, anak putus

sekolah terutama di daerah–

daerah tertinggal. Untuk

meningkatkan akses dan

pemerataan pelayanan

pendidikan menengah yang

terjangkau bagi semua

penduduk perlu ditempuh

melalui pendidikan formal.

untuk mengkaji jangkauan

pelayanan SMA Negeri

Bandongan sebagai fasilitas

pendidikan menengah di

pedesaan

• Kondisi fisik

kawasan

• Kondisi pendidikan

• Jarak tempuh ke

sekolah

analisis Jangkauan

pelayanan

pendidikan, analisis

Angka Partisipasi

Kasar (APK), analisis

Angka Partisipasi

Murni (APM),

analisis Tingkat

Pelayanan Sekolah,

dan analisis rasio

siswa per kelas.

a. Daya tampung

sekolah

berdasarkan

APK, APM dan

angka

melanjutkan

dari tahun

2002-2006

b. Peta jangkauan

pelayanan SMA

Negeri

Bandongan

c. Kebutuhan

sekolah

berdasarkan

daya tampung

Widianant

ari (2008)

Page 54: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

38

Analisis

Output

2.13 Kerangka Konsep

Deskriptif Kualitatif

• Jumlah fasilitas SMP (Profil Pendidikan Kab. Majene, 2016)

• Proyeksi pertumbuhan penduduk (Muta’ali Lutfi, 2015)

• Pengisian angket kuesioner (Data primer)

1. Bagaimana tingkat kecukupan jumlah

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan

radius pelayanannya saat ini pada lokasi

penelitian?

2. Bagaimana pengembangan SMP

berdasarkan radius pelayanan di kota

Majene sampai dengan 20 tahun kedepan ?

Landasan Hukum dan Teori: • Peraturan Daerah Kabupaten Majene No. 12 Tahun 2012

• SNI SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan

perumahan kota

• UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional

• Peraturan Menteri Pendidikan No. 24 Tahun 2007

• Karakteristik Wilayah

• Proyeksi kebutuhan Sekolah menengah

• ketercukupan serta proyeksi kebutuhan fasilitas SMP

Evaluasi Kecukupan Fasilitas

• Kecukupan fasilitas (Muta’ali, 2015)

• Proyeksi kebutuhan fasilitas (Muta’ali, 2015)

Latar belakang: • Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan kehidupan masyarakat (Kneller 1967)

• Penduduk pendukung usia sekolah 13-15 tahun 4.500 jiwa dan jumlah siswa SMP 2.842 siswa serta angka

buta huruf 3,47 % ( Profil Pendidikan Kabupaten Majene Tahun 2016 )

• Fasilitas pendidikan di Kecamatan Banggae dan Banggae Timur yakni sebanyak 9 unit ( Profil Pendidikan

Kabupaten Majene Tahun 2016 ) dan diperluhkan penambahan 6 unit SMP di Kecamatan Banggae

• Kota Majene merupakan kawasan strategis pendidikan di Sulawesi Barat (Peraturan Daerah Kabupaten Majene

No. 12 Tahun 2012)

• konsep teori tempat sentral (Christaller 1933)

Network Analyst SIG

• Peta radius pelayanan SMP (SNI 03-1733-1989)

• Peta jangkauan SMP (Nudyawati,2015)

Jumlah kebutuhan dan jangkauan pelayanan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai 20 tahun kedepan

Overlay SIG

• Peta Analisis Overlay Lokasi Potensial (RDTR Kota Majene, 2012-2032)

• Peta analisis lokasi bukan peruntukan SMP (RDTR Kota Majene, 2012-2032)

• Peta tahapan pembangunan lokasi potensial (RDTR kota Majene, 2012-2032)

Page 55: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang

berada di Kecamatan Banggae dan Banggae Timur , Kabupaten Majene, Sulawesi

Barat.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian Studi Kebutuhan, dan jangkauan Fasilitas Pendidikan Jenjang

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Terhadap Pola Persebaran Permukiman pada

Kecamatan Kecamatan Banggae dan Banggae Timur, Kota Majene ini dilakukan

Mulai bulan Januari 2017 sampai dengan Bulan Maret 2017.

3.2 Jenis Penelitian

jenis penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian

deskriptif kualitatif dan kuantitatif yakni penelitian yang bertujuan untuk

mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat terhadap suatu populasi

atau daerah tertentu mengenai berbagai sifat dan faktor tertentu (Santoso dalam

Jonathan Sarwono, 2016).

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,2002:108).

Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah

Pertama (SMP) di Kecamatan Banggae dan Banggae Timur, Kota Majene.

Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kota Majene jumlah siswa kelas VII

Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Banggae dan Banggae Timur

jumlahnya mencapai 1.023 siswa, yang tersebar di Sembilan SMP. Populasi

penelitian inilah yang nantinya akan diteliti dalam penelitian ini.

Page 56: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

40

Tabel 3.1 Populasi Siswa

No Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas VII

Jumlah L P

1 SMP 1 Majene 130 161 291

2 SMP 6 Majene 35 72 107

3 SMP 2 Majene 80 114 194

4 SMP 3 Majene 106 130 236

5 SMP 4 Majene 42 49 91

6 SMP 5 Majene 13 17 30

7 SMP 7 Satu Atap Majene 19 21 40

8 SMP 8 Satu Atap Majene 7 5 12

9 SMP Islam Tande 12 10 22

jumlah 444 579 1.023

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majene 2015/2016

3.3.2 Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono dalam Dewi Mutiara, 2016). Sampel diberlakukan dalam

penelitian ini untuk mengatasi keterbatasan waktu dan biaya penelitian. Sampel

yang diambil dalam penelitian ini sudah diusahakan benar-benar representatif

(mewakili populasi) agar dapat dilakukan generalisasi terhadap populasi.

Bedasarkan tabel penentuan sampel dari populasi tertentu dengan taraf

kesalahan 10% atau 0,1 maka jumlah sampel dapat ditentukan berdasarkan rumus

Slovin (1990), yaitu:

𝑆 =𝑁

(1 + 𝑁 (𝑒)2)

Dimana :

𝑆 : jumlah sampel

𝑁 : jumlah populasi

e : presisi, dengan taraf kesalahan yakni 10 % atau 0,1

Dari persamaan tersebut, maka dapat didapat jumlah sampel pada wilayah

penelitian sebagai berikut :

𝑆 =1.023

(1 + 1.023 (10 %)2)

Page 57: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

41

𝑆 =1.023

(1 + 1.023 𝑋 0,01

𝑆 =1.023

11,23

𝑆 = 91,09

𝑆 = 91 (dibulatkan)

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampling (Sugiyono dalam

Dewi Mutiara, 2016). Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini

dilakukan dengan probably sampling. Probably sampling adalah teknik

pengambilan sampling dengan memberi peluang yang sama bagi setiap anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono dalam Dewi Mutiara, 2016).

Dimana teknik yang digunakan adalah simple random sampling yaitu

pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata dalam populasi tersebut (Sugiyono dalam Dewi Mutiara,

2016).

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut total sampel dati penelitian ini

adalah 91, yang kemudian akan didistribusikan berdasarkan prosentase jumlah

siswa di masing-masing sekolah. Dimana perhitunganya dilakukan sebagai

berikut :

𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑆𝑀𝑃 𝑋 =∑ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑉𝐼𝐼

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖𝑋 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 Rencana

Tabel 3.2 Jumlah Sampel

No Nama Sekolah Jumlah Jumlah Sampel

1 SMP 1 Majene 291 26

2 SMP 6 Majene 107 9

3 SMP 2 Majene 194 17

4 SMP 3 Majene 236 21

5 SMP 4 Majene 91 8

6 SMP 5 Majene 30 3

7 SMP 7 Satu Atap Majene 40 4

8 SMP 8 Satu Atap Majene 12 1

9 SMP Islam Tande 22 2

Jumlah 1023 91

Sumber: Analisis Data Oleh Peneliti

Page 58: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

42

3.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah Kebutuhan, dan jangkauan Fasilitas

Pendidikan Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Terhadap Pola Persebaran

Permukiman. Variabel tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Karakteristik umum Kota Majene

2. Jumlah fasilitas pendidikan Sekolah Menegah Pertama (SMP) di Kota

Majene dan proyeksi

3. Jumlah penduduk dan prediksi pertumbuhan penduduka hingga tahun

2036

4. Radius pelayanan fasilitas pendidikan Sekolah Menegah Pertama (SMP)

di Kota Majene berdasarkan SNI SNI 03-1733-1989, tentang Tata cara

perencanaan kawasan perumahan kota

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode sebagai berikut:

3.5.1 Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan

dokumen yang telah berlalu. Dokumen bisa dalam bentuk tulisan, gambar, atau

karya monumental dari seseorang.(Sugiyono dalam Dewi Mutiara, 2016). Melalui

metode dokumentasi kondisi sekolah, keadaan dan situasi jalan dapat diambil

melalui gambar yang diambil secara langsung.

3.5.2. Metode Studi Literatur

Merupakan teknik pengumpulan informasi dan data dengan mempelajari

berbagai buku referensi serta hasil penelitian sebelumnya yang sejenis yang

berguna untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti

(Sarwono dalam Dewi Mutiara, 2016).

Page 59: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

43

Dalam penelitian ini studi literature yang digunakan adalah data

kependudukan dan data profil pendidikan Kota Majene dan per satuan pendidikan

SMP di Kecamatan Banggae dan Banggae Timur. Serta beberapa referensi terkait

jurnal maupun skripsi tentang jangkuan dan kebutuhan fasilitas pendidikan

3.5.3 Metode Observasi

Metode ini merupakan teknik mencari data yang valid yang hendak diteliti

di lokasi penelitian yaitu mengamati karakteristik fisik serta sosial Kecamatan

Banggae dan Banggae Timur, Kota Majene, Provinsi Sulawesi Barat. Letak

sekolah. jarak jangkauan,waktu tempuh menuju SMP yaitu dengan mengamati

aksesibilitas fisik.

a. Mengamati fasilitas sekolah yang tersedia.

b. Indentifikasi kemudahan pelayanan terhadap siswa.

3.5.4 Metode Angket atau Kuesioner

Metode angket (Kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono dalam Dewi Mutiara, 2016).

Dalam penelitian ini metode angket atau kuesioner digunakan untuk memperoleh

data dan informasi tentang kebutuhan masyarakat (siswa) terhadap fasilitas

pendidikan jenjang sekolah menengah, alasan siswa memilih sekolah, alat

transportasi yang digunakan siswa untuk menuju sekolah, jarak dan waktu tempuh

siswa menuju siswa dan biaya transportasi siswa. Alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah angket, karena angket yang akan digunakan dalam penelitian

ini adalah angket yang bersifat non tes, maka tidak diperlukan adanya tes validitas

dan reabilitas (Sugiyono dalam Dewi Mutiara, 2016).

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah mengurai dan mengolah data mentah menjadi

data yang dapat ditafsirkan dan dipahami secara lebih spesifik dan diakui dalam

suatu perspektif ilmiah yang sama sehingga tidak bias atau menimbulkan

Page 60: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

44

pespektif yang berbeda-beda (Haris Herdiansyah dalam Dewi Mutiara, 2016)

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa metode analisis yang digunakan,

yakni

1. Analisis deskriptif kualitatif yang digunakan untuk memaparkan data-

data yang diperoleh dari karakteristik kawasan, dan data-data dari hasil

olahan tabel jumlah fasitas pendidikan SMP, proyeksi pertumbuhan

penduduk dan kebutuhan fasilitas SMP dan hasil pengisian angket

kuesioner terhadap pelayanan sekolah.

2. Network analyst dengan ArcGis, yakni aplikasi yang digunakan dalam

membuat pemetaan. Output dari aplikasi ini adalah berupa peta radius

jangkauan pelayanan, radius pelayanan fasilitas SMP berdasarkan jarak

tempuh atau waktu tempuh

3. Evaluasi kecukupan proyeksi, analisis ini digunakan untuk mengetahui

kecukupan atau proyeksi kebutuhan fasilitas SMP.

Page 61: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

45

Tabel 3.3 Metodologi Penelitian

No Tujuan Jenis Data Teknik Pengumpulan

Data Analisis Output

1

Untuk mengetahui

tingkat kecukupan

jumlah fasilitas

pendidikan Sekolah

Menengah Pertama

(SMP) di Kota Majene

dan apakah

pelayanannya telah

menjangkau seluruh

penduduk yang

membutuhkan.

Data sekunder dan

primer

Fasilitas pendidikan

SMP

Observasi dan studi

literatur

Deskriptif Kualitatif

Tabel

jumlah fasilitas

pendidikan SMP

Jangkauan pelayanan

dan waktu tempuh

Studi literatur dan

kuesioner

Buffer dengan

ArcGis

Network Analisis

Peta janglauan pelayanan

dan waktu tempuh

pelayanan

2

Untuk mengetahui

jumlah SMP yang ideal

dan lokasi

pembangunanya untuk

20 tahun kedepan

Datas sekunder

Proyeksi penduduk,

proyeksi kebutuhan

fasilitas SMP dan ruang

Studi literature Deskriptif kualitatif

Tabel proyeksi

penduduk, dan

kebutuhan fasilitas SMP

Titik pesebaran

proyeksi SMP,

jangkauan pelayanan

dan waktu tempuh

Studi literatur

Buffer dengan

ArcGis

Network Analisis

Peta proyeksi jangkauan

fasilitas SMP dan waktu

tempuh

Arahan penempatan

fasilitas SMP Studi literatur Overlay dengan ArcGis

Peta analisis

overlaylokasi potensial

berdasarkan RDTR

2012-2032

Page 62: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

46

Page 63: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

47

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Majene

4.1.1 Keadaan Geografis dan Administrasi

Secara geografis Kabupaten Majene terletak antara 20 38’ 45” – 30

38’ 15” Lintang Selatan dan antara 1180 45’ 00” - 1190 4’ 45” Bujur

Timur. Kabupaten Majene merupakan salah satu dari 5 kabupaten yang

berada dalam wilayah Provinsi Sulawesi Barat yang terletak di pesisir

pantai barat Propinsi Sulawesi Barat memanjang dari Selatan ke Utara.

Jarak Kabupaten Majene ke ibukota Propinsi Sulawesi Barat (Kota

Mamuju) kurang lebih 146 km.

Luas wilayah Kabupaten Majene adalah 947,84 km² atau 5,6% dari

luas Propinsi Sulawesi Barat 16.990,77 km², terdiri atas 8 kecamatan dan

20 Kelurahan serta 62 desa. Adapun kecamatan di Kabupaten Majene

adalah Kecamatan Banggae, Kecamatan Banggae Timur, Kecamatan

Pamboang, Kecamatan Sendana, Kecamatan Tammerodo Sendana,

Kecamatan Tubo Sendana, Kecamatan Malunda dan Kecamatan

Ulumanda. Pada dasarnya wilayah Kabupaten Majene sangat berpengaruh

terhadap daerah sekitarnya

Secara administratif Kabupaten Majene berbatasan dengan

wilayah-wilayah berikut:

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Mamuju

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Polewali Mandar

dan Mamasa

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Teluk Mandar

Sebelah Barat : berbatasan dengan Selat Makassar

Kecamatan Ulumanda merupakan wilayah kecamatan terluas

dibanding dengan luas wilayah kecamatan lainnya yakni; 456,06 km² atau

48,10%, sedangkan wilayah kecamatan dengan luas wilayah terkecil

adalah Kecamatan Banggae dengan luas wilayah masing-masing adalah

Kecamatan Banggae 25,15 km² atau 2,65%

Page 64: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

48

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kabupaten Majene

Sumber : Dokumen RTRW Kab. Majene Tahun 2010-2030

Page 65: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

49

4.1.2 Kependudukan

a. Perkembangan Jumlah Penduduk

Berdasarkan data BPS, penduduk Kabupaten Majene pada tahun

2014 jumlah penduduk sebesar 161.132 jiwa dan pada tahun 2015

sebesar 163.896 jiwa. Jumlah penduduk terbesar terdapat pada dua

kecamatan yaitu Kecamatan Banggae dengan jumlah penduduk sebesar

40.646 jiwa dan Kecamatn Banggae Timur dengan jumlah penduduk

sebesar 30.886 jiwa. Menurut jenis kelamin, tercatat penduduk laki-laki

sebesar 80.068 jiwa sedangkan penduduk perempuan sebesar 83.828

jiwa.

Hal tersebut menunjukkan bahwa rasio jenis kelamin/sex ratio

(SR) penduduk adalah sekitar 95,51 artinya untuk setiap 100 penduduk

perempuan terdapat 95 atau 96 penduduk laki-laki.

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin di Kabupaten Majene

Tahun 2015

KecamatanPenduuduk Rasio Jenis

KelaminLaki-laki Perempuan JumlahBanggae 20042 20604 40646 97,27

Banggae Timur 14879 16007 30886 92,95Pamboang 10709 11425 22134 93,73Sendana 10818 11759 22577 92,00

Tammerodo 5579 5804 11383 96,12Tubo Sendana 4381 4497 8878 97,42

Malunda 9144 9320 18464 98,11Ulumanda 4516 4412 8928 102,36

Jumlah 80068 83828 163896 95,51Sumber : Kabupaten Majene dalam Angka, 2016

b. Distribusi dan Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk ditentukan oleh luas wilayah dan jumlah

penduduk yang menempati wilayah tersebut. Pada akhir tahun 2014

jumlah penduduk 161.132 jiwa, yang terdiri dari 78.607 jiwa penduduk

kaki-lalki dan 82.525 jiwa penduduk perempuan dengan tingkat

kepadatan penduduk mencapai 170 Jiwa/Km². Sedangkan untuk jumlah

penduduk pada tahun 2015 16.3896 jiwa Jumlah penduduk tertinggi

berada di Kecamatan Banggae dengan jumlah penduduk sebanyak

Page 66: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

50

40.646jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 1.616 Jiwa/Km²,

sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan Tubo

Sendana dengan jumlah penduduk 8.878jiwa dengan tingkat kepadatan

penduduk sebanyak 216 Jiwa/Km². Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel 4.2 mengenai luas wilayah dan kepadatan penduduk di

Kabupaten Majene tahun 2015 di bawah ini.

Tabel 4.2. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten

Majene Tahun 2015

No KecamatanPersentasePenduduk

KepadatanPenduduk Per Km²

1 Banggae 28,80 1.6162 Banggae Timur 18,84 1.0283 Pamboang 13,50 3154 Sendana 13,78 2755 Tammerodo 6,95 2056 Tubo Sendana 5,42 2167 Malunda 11,27 988 Ulumanda 5,45 20

jumlah 100,00 173

Sumber : Kabupaten Majene dalam Angka, 2016

4.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.2.1 Keadaan Geografis dan Administrasi

Kecamatan Banggae Timur dan Banggae merupakan Ibukota Kabupaten

Majene terletak dengan luas perkotaan 5.515 km, yang berada di posisi selatan

Kabupaten Majene, dengan jam tempuh sekitar 3 jam sampai 4 jam dari

ibukota Sulawesi Barat (Mamuju) yaitu ± 142 km. Kecamatan Banggae Timur

terdiri dari 9 Kelurahan/Desa dengan luas wilayah 30,04 km² dan Kecamatan

Banggae terdiri dari 8 Kelurahan/Desa dengan luas wilayah 25,25 km²

4.2.2 Kependudukan

a. Kecamatan Banggae Timur

Berdasarkan badan pusat stasistik jumlah penduduk Kecamatan

Banggae Timur pada tahun 2015 sebesar 30.886 jiwa. jumlah penduduk

terbesar terdapat di Kelurahan Labuang Utara dengan jumlah penduduk

sebesar 6.631 jiwa dengan sex ratio 93,78%. Hal ini dapat dilihat pada

tabel berikut :

Page 67: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

51

Tabel 4.3 Banyaknya Penduduk Menurut Desa/Kelurahan, Jenis Kelamin

dan Rasio Jenis Kelamin di Kecamatan Banggae Timur 2015

Sumber : Kabupaten Majene dalam Angka, 2016

Tabel 4.4. Kepadatan Penduduk dan Anggota Rumah Tangga Menurut

Desa/Kelurahan di Kecamatan Banggae Timur Tahun 2015

Sumber : Kecamatan Banggae Timur dalam Angka, 2016

a. Kecamatan Banggae

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, penduduk Kecamatan

Banggae pada tahun 2014 sebesar 39.865 jiwa. jumlah penduduk terbesar

terdapat di Kelurahan Pangali-ali dengan jumlah penduduk sebesar

10.418 jiwa. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

No Desa/KelurahanJenis Kelamin

Jumlah Sex RatioLaki-laki Perempuan

1 Labuang 2.814 3.121 5.935 90,162 Labuang Utara 3.209 3.422 6.631 93,783 Baurung 2.390 2.391 4.781 99,964 Lembang 2.670 2.775 5.445 92,225 Tande 747 896 1.643 83,376 Tande Timur 901 1.101 2.002 81,837 Baruga 1.017 1.104 2.121 92,128 Baruga Dhua 830 858 1.688 96,749 Buttu Baruga 301 339 640 88,79

Jumlah 14.879 16.007 30.886 92,95

No Desa/Kelurahan Luas/Km²JumlahRumahTangga

PendudukRata-rata

KepadatanPenduduk

AnggotaRT

1 Labuang 0,26 1.316 5.935 22.827 4,512 Labuang Utara 1,15 1.468 6.631 5.766 4,523 Baurung 2,14 956 4.781 2.234 5,004 Lembang 2,71 1.088 5.445 2.009 5,005 Tande 4,82 412 1.643 341 3,996 Tande Timur 3,65 502 2.002 548 3,997 Baruga 6,28 462 2.121 338 4,598 Baruga Dhua 7,69 397 1.688 220 4,259 Buttu Baruga 1,34 150 640 478 4,27

Jumlah 30,04 6.751 30.341 1.028 4,58

Page 68: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

52

Tabel 4.5. Banyaknya Penduduk Menurut Desa/Kelurahan, Jenis Kelamin dan

Rasio Jenis Kelamin di Kecamatan Banggae Tahun 2015

Sumber : Kecamatan Banggae Timur dalam Angka, 2016

Tabel 4.6. Kepadatan Penduduk dan Anggota Rumah Tangga Menurut

Desa/Kelurahan di Kecamatan Banggae Tahun 2015

Sumber : Kecamatan Banggae Timur dalam Angka, 2016

4.2.3 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kecamatan Banggae Timur dan Kecamatan Banggae

meliputi penggunaan lahan permukiman, pendidikan, perkantoran, pertanian,

kebun campuran, hutan , tambak, lading, sawa , dan rawa.

No Desa/KelurahanJenis Kelamin

Jumlah Sex RatioLaki-laki Perempuan

1 Totoli 2.083 2.078 4.161 100,242 Palipi Soreang 998 1000 1.998 99,803 Rangas 3.667 3.780 7.447 97,014 Baru 2.571 2.740 5.311 93,835 Pamboborang 1.056 1.097 2.153 96,266 Pangali-ali 5.249 5.373 10.622 97,697 Banggae 2.572 2.689 5.261 95,658 Galung 1.846 1.847 3.693 99,95

Jumlah 20.042 20.604 20.646 97,27

No Desa/Kelurahan Luas/Km²JumlahRumahTangga

PendudukRata-rata

KepadatanPenduduk

AnggotaRT

1 Totoli 4,33 760 4.161 961 5,482 Palipi Soreang 4,12 366 1.998 485 5,463 Rangas 2,23 1.360 7.447 3.339 5,484 Baru 2,46 1.187 5.311 2.159 4,475 Pamboborang 3,11 480 2.153 692 4,496 Pangali-ali 4,49 2.015 10.622 2.366 5,277 Banggae 2,27 1.081 5.261 2.318 4,488 Galung 2,14 759 3.693 1.726 4,48

Jumlah 25,15 8.008 39.865 1.616 5,08

Page 69: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

53Gambar 4.2. Peta Wilayah Kecamatan Banggae Timur

Sumber : portalgeospasial.blogsot.co.id

Page 70: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

54Gambar 4.3. Peta Wilayah Kecamatan Banggae

Sumber : portalgeospasial.blogsot.co.id

Page 71: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

55Gambar 4.4. Peta Pola Guna Lahan Kota Majene

Sumber : RDTR Kabupaten Majene

Page 72: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

56

4.3 Karakteristik Kawasan Pendidikan

4.3.1 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Majene

Berdasrakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majene, Kota

Majene sebagai kawasan strategis pendidikan memiliki beberapa fasilitas

pendidikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik dari jenjang pendidikan

dasar hingga jenjang pendidikan tinggi.

Data profil pendidikan Kabupaten Majene pada tahun 2016 , untuk

Kecamatan Banggae terdapat fasilitas pendidikan Tk (Taman Kanak-kanak)

sebayak 12 unit, SD (Sekolah Dasar) sebayak 33 unit, MI (Madrasah Ibtidayah)

sebanyak 4 unit, MTS (Madrasah Tsanawiyah) sebayk 2 unit, MA (Madrasah

Aliyah) sebanyak 1 unit, SMK (Sekolah Menengah Atas) sebayak 1 unit

sedangkan untuk fasilitas pendidikan PLB (Pendidikan Luar Biasa) dan SMA

(Sekolah Menegah Atas) tidak terdapat fasilitas tersebut di Kecamatan Banggae

Pada Kecamatan Banggae Timur berdasrkan profil pendidikan Kabupaten

Majene pada tahun 2016, fasilitas pendidikan Tk (Taman Kanak-kanak) sebayak

18 unit, SD (Sekolah Dasar) sebayak 24 unit, MI (Madrasah Ibtidayah) sebanyak

7 unit, MTS (Madrasah Tsanawiyah) sebayk 5 unit, MA (Madrasah Aliyah)

sebanyak 5 unit, SMK (Sekolah Menengah Atas) sebayak 3 unit sedangkan untuk

fasilitas pendidikan PLB (Pendidikan Luar Biasa) terdapat 3 unit dan SMA

(Sekolah Menegah Atas) sebanyak 3 unit. Sedangkan, untuk jenjang pendidikan

tinggi terdapat 6 unit yang tersebar di Kecamatan Banggae dan Banggae Timur.

Tabel 4.7 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Banggae

Jenis Fasilitas Pendidikan JumlahTK 12

PLB 0SD 33MI

SMP42

MTS 2SMA 0MA 1

SMK 1

Sumber: Profil Pendidikan Kabupaten Majene 2016

Page 73: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

57

Tabel 4.8 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Banggae Timur

Jenis Fasilitas Pendidikan JumlahTK 18

PLB 3SD 24MI

SMP77

MTS 5SMA 3MA 5

SMK 3

Sumber: Profil Pendidikan Kabupaten Majene 2016

4.3.2 Persentase Penduduk Usia Sekolah Terhadap Jumlah Penduduk Seluruhnya

Penduduk merupakan salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk

mengukur kebutuhan fasilitas pelayanan, seperti fasilitas pelayanan pendidikan.

Semakin tinggi tingkat partisipasi penduduk usia sekolah maka pelayanan fasilitas

pendidikan telah berhasil dijalankan. Berdasrakan Profil Pendidikan Kabupaten

Majene 2016, Kecamatan Banggae memiliki tingkat persentase penduduk usia

sekolah terhadap jumlah penduduk seluruhnya terendah yakni pada usia 7 tahun

yakni sebanyak 8,59 % dan untuk persentase penduduk usia sekolah terhadap

jumlah penduduk seluruhnya terbesar yakni pada usia 15-24 tahun sebanyak 37,98

% atau dari total jumlah penduduk Kecamatan Banggae 40.646 terdapat 37,98 %

penduduk usia 15-24 tahun lebih banyak mengikuti program pendidikan SMA

hingga perguruan tinggi.

Kecamatan Banggae Timur memiliki tingkat persentase penduduk usia

sekolah terhadap jumlah penduduk seluruhnya terendah yakni pada usia 7 tahun

yakni sebanyak 9,66 % dan untuk persentase penduduk usia sekolah terhadap

jumlah penduduk seluruhnya terbesar yakni pada usia 15-24 tahun sebanyak 42,7

% atau dari total jumlah penduduk Kecamatan Banggae 30.886 terdapat 42,7 %

penduduk usia 15-24 tahun lebih banyak mengikuti program pendidikan SMA

hingga perguruan tinggi.

Page 74: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

58

Tabel 4.9 Persentase (%) Penduduk Usia Sekolah Terhadap Jumlah Penduduk

Seluruhnya

KecamatanJumlah Penduduk

(Jiwa)Usia Sekolah ( Tahun) Persentase (%)

Banggae 40.646

0-6 30,694-5 8,694-6 12,997 8,59

7-12 25,4213-15 12,416-18 11,9915-24 37,98

Banggae Timur 30.886

0-6 34,484-5 9,764-6 14,67 9,66

7-12 28,613-15 13,8916-18 13,4915-24 42,7

Sumber: Profil Pendidikan Kabupaten Majene 2016

4.3.3 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Lanjut Tingkat Pertama

Berdasrkan data Badan Pusat Statistik, untuk Kecamatan Banggae pada

tahun 2015, terdapat 2 sekolah dengan 45 kelas dan murid sebanyak 1.084 siswa

dengan jumlah guru sebayak 64 orang. Sedangkan untuk Kecamatan Banggae

Timur, terdapat 7 sekolah dengan 67 kelas dan murid sebanyak 1.758 siswa

dengan jumlah guru sebayak 138 orang. Penyebaran fasilitas sekolah lanjut

tingkat pertama dirinci menurut Kecamatan, menunjukan bahwa penduduku usia

sekolah masih terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Banggae Timur, yaitu pada

Desa/Kelurahan Labuang Utara sebayak 1.183 siswa, dan yang terendah adalah

Desa/Kelurahan Baruga Dhua sebayak 43 siswa. Adapun peta maaping titik

fasilitas pendidikan SMP yang terdapat di Kota Majene pada gambar 5.1.

Tabel 4.10 Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Lanjut Tingkat Pertama

Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Banggae 2015

Desa/Kelurahan Sekolah KelasMurid Guru

L P L+P L P L+PTotoli - - - - - - - -Palipi Soreang - - - - - - - -Rangas 1 21 130 219 349 6 18 24Baru - - - - - - - -Pamboborang - - - - - - - -

Page 75: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

59

Pangali-ali 1 24 347 388 735 11 29 40Banggae - - - - - - - -Galung - - - - - - - -Jumlah 2 45 477 607 1084 17 47 64

Sumber: BPS Kabupaten Majene, 2016

Tabel 4.11 Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Lanjut Tingkat Pertama

Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Banggae Timur 2015

Desa/Kelurahan Sekolah KelasMurid Guru

L P L+P L P L+PLabuang - - - - - - - -Labuang Utara 2 42 536 647 1183 24 53 77Baurung 1 6 59 80 139 4 8 12Lembang 1 10 121 117 238 6 15 21Tande 2 6 78 77 155 6 8 14Tande Timur - - - - - - - -Baruga - - - - - - - -Baruga Dhua 1 3 22 21 43 3 11 14Buttu Baruga - - - - - - - -Jumlah 7 67 816 942 1758 43 95 138

Sumber: BPS Kabupaten Majene, 2016

4.3.4 Tingkat Partisipasi Sekolah

Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Majene pada tahun 2015,

untuk sekolah lanjut tingkat pertama masih terdapat 8,07 % (laki-laki) dan 6,51 %

(perempuan) yang tidak sekolah lagi. Hal ini berdampak pada Angka Partisipasi

Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) yang pada tahun 2015 APM

untuk SMP adalah 68.12 % dan APK 77,54%.

Tabel 4.12 Persentase Penduduk Usia 13-15 Tahun Menurut Jenis Kelamin dan

Partisipasi Sekolah di Kabupaten Majene 2015

JenisKelamin

Tidak/belum Pernah Sekolah Masih Sekolah Tidak Sekolah Lagi

L 0,15 91,78 8,07P 0,00 93,49 6,51

Jumlah 0,07 92,70 7,23

Sumber: BPS Kabupaten Majene, 2016

4.3.5 Status dan Akreditas Sekolah Lanjut Tingkat Pertama

Berdasarkan data Badan Pusat Satatistik dan Dinas Pendidikan Kabupaten

Majene, sekolah lanjut tingkat pertama lebih banyak berstatus negeri yakni 32

Page 76: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

60

sekolah dan untuk swasta hanya terdapat 1 sekolah. Untuk akreditas, terdapat 3

sekolah dengan akreditas A, 15 dengan akreditas B, 4 dengan akreditas C dan

terdapat 11 sekolah yang belum memiliki akreditas. Banyaknya sekolah yang

belum memiliki akreditas mempengaruhi kualitas layanan sekolah terhadap sistem

pembelajaran dan mengakibatkan kurangnya pemerataan siswa untuk tiap sekolah

Tabel 4.13 Jumlah Sekolah Menegah Pertama Menurut Status Sekolah dan

Kecamatan di Kabupaten Majene 2015

Kecamatan Negeri Swasta JumlahBanggae 2 - 2Banggae Timur 6 1 7Pamboang 7 - 7Sendana 5 - 5Tammerodo 2 - 2Tubo Sendana 2 - 2Malunda 4 - 4Ulumanda 4 - 4Jumlah 32 - 33

Sumber: BPS Kabupaten Majene, 2016

Tabel 4.14 Jumlah Sekolah Berdasarkan Akreditas dan Kecamatan di Kabupaten

Majene 2015

KecamatanAkreditas

Belum JumlahA B C

Banggae - 2 - - 2Banggae Timur 2 2 1 2 7Pamboang - 4 1 2 7Sendana - 3 - 2 5Tammerodo - 1 0 1 2Tubo Sendana - 2 - - 2Malunda 1 - 1 2 4Ulumanda - 1 1 2 4

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Majene, 2016

4.3.6 Ruang Kelas Menurut Kondisi dan Fasilitas Sekolah

Berdasarkan data Profil Pendidikan Kabupaten Majene, sekolah dengan

ruang kelas dengan kondisi baik (tabel 5.6) untuk kawasan penelitian hanya

terdapat 2 ruang kelas dengan kondisi baik yang terdapat di Kecamatan Banggae

dari 2 sekolah lanjut tingkat pertama dan ruang kelas dengan kondisi rusak berat

sebanyak 9 kelas, sedangkan pada Kecamatan Banggae Timur, ruang kelas

dengan kondisi baik sebanyak 58 kelas dari 7 sekolah dan untuk ruang kelas

Page 77: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

61

dengan kondisi rusak berat sebanyak 13 kelas. Untuk fasilitas sekolah,

berdasarkan Profil Pendidikan Kabupaten Majene, pada sekolah di Kecamatan

Banggae Timur terdapat 3 UKS dari 7 sekolah sedangkan untuk sekolah di

Kecamatan Banggae tidak terdapat ruang UKS, hal ini tidak sesuai dengan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.24 Tahun 2007 Tentang Standar

Sarana dan Prasarana Sekolah.

4.3.7 Angka Partisipasi Murni (APM) 53dan Angka Partisipasi Kasar (APK)

Berdasarkan Profil Pendidikan Kabupaten Majene, pada Kecamatan

Banggae Timur, untuk jumlah penduduk usian sekolah SMP yakni 13-15 tahun

sebanyak 1.939 jiwa sedangkan, pada Kecamatan Banggae, jumlah penduduk usia

sekolah 13-15 tahun sebanyak 2.561 jiwa.

APM dan APK merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan

dalam penentuan jangkauan pelayanan pendidikan yang didasarkan pada

keperluan masyarakat pada saat ini. Agar terwujudnya tujuan pendidikan yang

memberikan pemerataan dalam mendaptkan pendidikan.

Tabel 4.15 Jumlah Penduduk, Siswa SMP, Jumlah Penduduk Usia Sekolah, dan

Jumlah Lulusan SD di Kecamatan Banggae dan Banggae Timur 2015

No Uraian

Kecamatan

JumlahBangga Banggae Timur

1 Jumlah Penduduk 40.646 30.886 71.5322 Jumlah Siswa SMP 1.084 1.758 2.8403 Jumlah Siswa SMP usia 13-15 691 1.359 2.0503 Jumlah Penduduk Usia 13-15 2.561 1.939 4.5004 Jumlah Lulusan SD 860 586 1.446

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Majene, 2016

Untuk menghitung APK, APM dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Jumlah siswa seluruhnya

APK = ---------------------------------- X 100

Jumlah penduduk 13 – 15 tahun

2.840

Page 78: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

62

APK = ---------------------------------- X 100

4.500

APK = 63,11

Berdasrkan hasil analisis tersebut Angka Partisipasi Kasar (APK) di

Kecamatan Banggae dan Banggae Timur pada tahun 2016 sebesar 63,11 %. Nilai

APK yang diharapkan adalah 100% hal ini berarti bahwa masih terdapat 36,89 %

penduduk usia 13-15 tahun di wilayah tersebut yang belum melanjtkan

pendidikan.

Jumlah siswa tingkat SMP usia 13-15 tahun

APM = ---------------------------------- X 100

Jumlah penduduk 13 – 15 tahun

2.050

APM = ---------------------------------- X 100

4.500

APM = 45,55

Hasil analisis Angka Partisipasi Murni (APM) di Kecamatan Banggae dan

Banggae Timur sebesar 45,55 %. Hal ini tergolong rendah, sebab terdapat 54,45

% penduduk usia 13-15 tahun yang belum terlayani oleh fasilitas pendidikan

SMP.

Page 79: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

63

Tabel 4.16 Jumlah Ruang Kelas Menurut Kondisi dan Fasilitas Sekolah di Kabupaten Majene 2015

KecamatanRuang Kelas Milik Menurut Kondisi Jenis Fasilitas Sekolah

BaikRusakRingan

RusakBerat

Jumlah PerpustakaanLap.

OlahragaUKS

Lab.IPA

Lab.Multimedia

TempatIbadah

AirBersih

Toilet Listrik

Banggae 2 19 9 30 2 - - 2 2 1 2 7 2BanggaeTimur

58 3 13 74 5 - 3 4 4 3 7 34 7

Pamboang 39 8 10 57 5 - - 5 - 3 7 23 5Sendana 29 9 3 41 4 - 1 2 2 2 5 23 3

Tammerodo 9 6 - 15 1 - - 1 1 1 2 6 1Tubo Sendana 12 - - 12 1 - - 2 - 1 2 13 2

Malunda 26 6 2 34 3 - - 2 - 2 4 12 2Ulumanda 17 3 3 23 3 - 2 4 - 3 4 28 2

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Majene, 2016

Page 80: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

64

Page 81: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

65

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam pembahasan bab ini menguraikan karakteristik kawasan pendidikan

Kabuapten Majene yakni jumlah SMP saat ini jangkauan pelayanan dan proyeksi

kebutuhan SMP serta radius pelayanan hingga 20 tahun kedepan.

5.1 Fasilitas SMP Saat ini

5.1.1 Jumlah SMP Eksisting dan Efaluasi Tingkat Kecukupan

Kota Majene berdasrkan perda No. 12 tahun 2012 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten Majene merupakan pusat kegiatan wilayah atau PKW

yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten

atau kota. Berdasrkan hal tersebut Kota Majene harus mampu melayani kebutuhan

masyarakat khususnya kebutuhan pelayanan pendidikan bagi masyarkat Kota

Majenene dan masyarakat disekitar wilayah. Peta pusat-pusat kegiatan tersebut

dapat dilihat pada gambar 5.1. Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Majene,

jumlah fasilitas di Kota Majene, untuk SMP terdapat 9 unit sekolah. 2 sekolah

berada di Kecamatan Banggae dan 7 sekolah berada di Kecamatan Banggae. Data

tersebut dapat dilihat pada tabel beriku,

Tabel 5.1 Jumlah Fasilitas SMP di kota Majene 2017

No Kecamatan Sekolah1 Banggae SMPN 1 Majene2 Banggae SMPN 6 Majene3 Banggae Timur SMPN2 Majene4 Banggae Timur SMPN 3 Majene5 Banggae Timur SMPN 4 Majene6 Banggae Timur SMPN 5 Majene7 Banggae Timur SMPN7 Satu Atap Majene8 Banggae Timur SMPN 8 Satu Atap Majene9 Banggae Timur SMPN Islam Majene

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016

Berdasrkan tabel tersebut, ketersediaan fasilitas pelayanan merupakan

fungsi dari objek pelayanan. Perkembangan fasilitas berbanding lurus dengan

jumlah penduduk dan dinamika perkembangan sosial ekonominya. Evaluasi

tingkat ketercukupan fasilitas pelayanan ditentukan dengan membandikan

ketersediaan fasilitas yang ada dengan kebutuhan fasilitas yang dihitung dengan

Page 82: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

66

menggunakan standar normatif tertentu. Tingkat kecukupan fasilitas pelayanan

dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

DDFi = Si/Di

Dimana :

Di = JP/Thi

Ketersediaan fasilitas pelayanan SMP untuk kecamatan Banggae yakni:

Di = JP/Thi

= 40.646/4.800

= 8,46

= 8 unit

DDFi = Si/Di

= 2/8

= 0,25

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kecukupan fasilitas pelayanan SMP

di Kecamatan Banggae yakni 0,25 atau DDFi < 1 atau Di > Si yang artinya

keberadaan fasilitas yang ada tidak mampu mendukung kebutuhan penduduk atau

telah terjadi kekurangan, sehingga diperluhkan penambahan fasilitas. Untuk

mengetahui jumlah tambahan kebutuhan fasilitas dapat dihitung dengan

mengurangi ketersediaan dengan kebutuhan fasilita = (Di-Si).

Tambahan kebutuhan fasilitas untuk Kecamatan Banggae, yakni:

Kebutuhan Fasilitas = (Di – Si)

= (8 – 2)

= 6 unit

Berdasarkan hasil perhitungan tambahan kebutuhan fasilitas pelayanan

SMP untuk Kecamatan Banggae yakni dibutuhkan tambahan 6 unit sekolah untuk

memenuhi kebutuhan penduduk pada saat ini atau pada tahun 2016.

Ketersediaan fasilitas pelayanan SMP untuk Kecamatan Banggae Timur:

Di = JP/Thi

= 30.886/4.800

= 6,43

Page 83: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

67

= 6 unit

DDFi = Si/Di

= 7/6

= 1,16

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kecukupan fasilitas pelayanan SMP

di Kecamatan Banggae Timur yakni 1,16 atau DDFi=1 atau Di=Si yang artinya

keberadaan fasilitas SMP di Kecamatan Banggae Timur, mengalami

keseimbangan fungsi pelayanan antara kebutuhan penduduk dengan keberadaan

fasilitas yang ada, sehingga dapat dikatakan fasilitas pelayanan SMP pada

Kecamatan Banggae Timur telah efisien.

5.1.2 Jangkauan Radius Pelayanan Eksisting

Radius pelayanan SMP di Kota Majene dapat kita ketahui berdasarkan

network analysis yakni dengan melihat berapa jumlah rumah yang sudah terlayani

fasilitas SMP berdasarkan radius pelayanan terdapat 5.726 rumah (gambar 5.4)

dengan jumlah penduduk yang dihitung 1 KK terdapat 5 orang, sehingga jumlah

penduduk yang terlayani sebanyak 28.630 jiwa dari total jumlah penduduk Kota

Majene tahun 2016 sebanyak 71.532 jiwa.

Analisis ini juga digunakan untuk mengetahui seluas apa jangkauan

pelayanan saat ini yang terdapat di Kota Majene, yang didasarkan pada standar

SNI 03-1733-1989 tentang tata cara perencanaan kawasan perumahan kota. Untuk

radius pelayanan SMP berjarak 1000 m atau 1 km yang dapat ditempuh dalam

waktu 5-10 menit berjalan kaki maupun berkendara.

Hasil perhitungan ini dapat dilakukan pada attribute table dengan

membuat field luas area dan persen. Untuk memunculkan nilai pada luas area

dapat dilakukan dengan menggunakan calculate geometry sedangkan untuk

memperoleh persen luas area yakni dengan field calculator dengan menghitung

luas wilayah x 100 / luas kecamatan sehingga akan diperoleh hasil seperti pada

gambar 5.2.

Page 84: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

68

Gambar 5.2 Analisis persentase pelayanan dengan network analys

Sumber: Hasil olahan peneliti

Fasilitas SMP di Kota Majene terdapat 9 unit yang tersebar di dua

Kecamatan. Kecamatan Bangga terdapat 2 unit SMP dan 7 unit di Kecamatan

Banggae Timur. Berikut adalah tabel radius pelayanan 9 unit SMP di Kota

Majene.

Tabel 5.2 Radius Pelayanan SMP 2017 di Kota MajeneKecamatan Persentase Radius Pelayanan ( % )1 km > 1 km Total1 Banggae 19,57 80,43 100 %2 Banggae Timur 31,95 68,05 100 %Sumber: Hasil olahan data

Berdasarkan tabel diatas radius pelayanan SMP di Kota Majene,

Kecamatan Banggae masih terdapat 80,43 % luas wilayah yang berada lebih dari

1 km radius pelayanan SMP sedangkan untuk Kecamatan Banggae Timur 68,05

% luas wilayah yang berada lebih dari 1 km. berikut adalah grafik dan peta radius

pelayanan SMP serta peta hasil jangkauan pelayanan SMP.

Gambar 5.3 Grafik Persentase Radius SMP 2016

19,57% 31,95%80,43% 68,05%

B A N G G A E B A N G G A E T I M U R

PERSENTASE RADIUSPELAYANAN 2016

1 km > 1 km

Page 85: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

69Gambar 5.1 Peta Struktur Ruang

Sumber: RDTR Kabupaten Majene 2014-2034

Page 86: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

70

Page 87: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

71

5.1.3 Waktu Tempuh Fasilitas SMP Eksisting

Waktu tempuh merupakan salah satu tingkat aksesibilitas pelayanan SMP.

Pelayanan pendidikan merupakan salah satu fasilitas umum yang merupakan

kebutuhan dasar masyarakat sehingga SMP harus dapat dijangkau dalam waktu

singkat. Untuk menghitung waktu tempuh ke fasilitas SMP maka dilakukan

dilakukan perhitungan mengunakan tools service area yang terdapat di network

analysis pada arcgis. Perhitungan pada tools Tersebut mengunakan data standar

kecepatan lalu lintas berdasrkan jenis jalan. Untuk mendapatkan luas area dan

persentase berdasrkan waktu tempuh dilakukan dengan cara yang sama pada

jangkauan pelayanan. Namun, untuk persentase waktu tempuh yakni pada field

calculator diperoleh dengan menghitung luas area waktu tempuh x 100 / luas

Kecamatan seperti pada gambar 5.5 dan berikut merupakah tabel persentase

waktu tempuh ke fasilitas SMP di Kota Majene serta hasil peta waktu tempu

pelayanan SMP.

Gambar 5.5 Analisis persentase waktu tempuh dengan network analys

Sumber: Hasil olahan peneliti

Tabel 5.3 Persentase Waktu Tempuh ke SMP 2017

No Kecamatan Persentase Waktu Tempuh ( % )0-5 ( Menit ) 5-10( Menit ) >10( Menit ) Total( % )1 Banggae 16,29 15,65 68,06 100 %2 Banggae Timur 15,02 12,51 72,47 100 %Sumber: Hasil olahan data

Page 88: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

72

Berdasrkan tabel diatas Kecamatan Banggae memiliki rata-rata waktu

tempuh ke SMP dalam 0-5 menit sebanyak 15,29 %, 5-10 menit sebanyak 16,65

% sedangkan waktu tempuh lebih dari 10 menit sebanyak 68,06 %. Pada

Kecamatan Banggae Timur waktu tempuh 0-5 menit sebanyak 15,02 %, 5-10

menit sebanyak 12,51 % sedangkan waktu tempuh lebih dari 10 menit sebanyak

72,47 %. Berikut merupakan grafik presentase waktu tempuh berdasrkan luas

kecamatan dan peta waktu tempuh ke SMP di Kota Majene 2017.

Gambar 5.6 Grafik Persentase Waktu Tempuh SMP 2016

16,29% 15,02%16,65% 12,51%

68,06% 72,47%

B A N G G A E B A N G G A E T I M U R

PERSENTASE WAKTUTEMPUH 2016

0 - 5 5 sampai 10 > 10

Page 89: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

73

Page 90: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

74

5.1.4 Angket Kuesioner Pelayanan Fasilitas Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Pelayanan fasilitas sekolah Menengah Pertama (SMP) diperoleh melalui

angket kuesioner yang ditunjukan kepada siswa SMP yang terdapat pada 9

sekolah. Jumlah sampel yang digunakan yakni sebayak 91 sampel siswa dari

1.023 siswa kelas VII dari seluruh sekolah. Adapun hasil angket kuesioner

tersebut dapat dilihat dari tabel-tabel berikut.

Tabel 5.4 Minat Siswa Terhadap Kendaraan Umum

KendaraanUmum

Besar( Siswa )

Persentase( % )

Kecil( Siswa )

Persentase( % )

Jumlah( Siswa )

Jumlah( % )

Pete-pete 70 77 21 23 91 100Ojek 20 22 71 78 91 100Becak 12 13 79 87 91 100

Sumber: Data hasil penelitian

Gambar 5.8 Grafik Minat Terhadap Kendaraan Umum

Sumber: Data hasil penelitian

Berdasarkan tabel 5.4 minat siswa terhadap kendaraan umum lebih besar

terhadap kendaraan umum pete-pete yakni sebayak 70 siswa atau 77 % memiliki

minat yang besar terhadap kendaraan umum pete-pete dan untuk jumlah minat

siswa terhadap kendaraan umum terkecil yakni kendaraan becak sebayak 79 siswa

atau 87 %.

pete-pete ojek becakbesar 70 20 12kecil 21 71 79

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Axis

Title

Minat terhadap kendaraan umum

77 %

23 % 22 %

78 %

13 %

87 %

Page 91: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

75

Tabel 5.5 Tarif Kendaraan Umum ke Sekolah (PP)

TariffKendaraan

Mahal(Siswa )

Persentase( % )

Sedang( Siswa )

Persentase( % )

Murahh( Siswa )

Persentase( % )

Jumlah( Siswa )

Persentase(%)

Pete-peteRp. 4.000

6 7 29 32 56 61 91 100

Ojek Rp.6.000

78 86 13 14 0 0 91 100

Becak Rp.6.000

82 90 9 10 0 0 91 100

Sumber: Data hasil penelitian

Gambar 5.9 Grafik Tarif Kendaraan ke Sekolah (PP)

Sumber: Data hasil penelitian

Berdasarkan tabel. 5.5 tarif kendaraan umum ke sekolah (pp) untuk tarif

kendaraan termahal yakni 82 siswa atau 90 % siswa memilih becak sebagai

kendaraan umum termahal. Hal ini dikarenakan becak memiliki tarif tertentu

berdasarkan jauh dekat tempat tujuan dan jumlah penumpang. Sedangkan untuk

tarif kendaraan termurah sebanyak 56 siswa atau 61 % memilih pete-pete,

dikarenakan pete-pete tidak menentukan tariff berdasarkan jarak atau tempat

tujuan, terkhusus bagi anak sekolah pete-pete memberlakukan tarif RP. 2.000 /

siswa. Sehingga, pengembangan jalur moda pete-pete perluh dilakukan agak

mudah menjangkau pusat-pusat permukiman yang dapat memberikan kemudahan

bagi siswa menuju sekolah.

mahal sedang murahPete-pete Rp. 4.000 6 29 56Ojek Rp. 6.000 78 13 0Becak Rp. 6.000 82 9 0

0102030405060708090

Axis

Titl

e

Tarif kendaraan ke sekolah (PP)

14 %

90 %

10 %7 %

86 %

32 %

61 %

Page 92: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

76

Tabel 5.6 Jenis Kendaraa yang digunakan Ke Sekolah

Jenis Kendaraan Jumlah ( Siswa ) Persentase ( % )Pete-pete 28 31

Ojek 24 26Becak 25 28

Jalan Kaki 14 15Total 91 100

Sumber: Data hasil penelitian

Gambar 5.10 Grafik Kendaraan yang Digunakan ke Sekolah

Sumber: Data hasil penelitian

Berdasrakan tabel 5.6 jenis kendaraan yang digunakan ke sekolah yakni,

28 siswa atau 31 % siswa lebih banyak menggunakan pete-pete sebagai kendaraan

untuk menuju sekolah bagi siswa yang rumahnya relatif jauh, hal ini tentunya

dipilih karena harga yang lebih murah dibandikan kendaraan jenis lainnya.

Sedangkan untuk siswa yang bertempat tinggal relatif dekat memilih berjalan kaki

ke sekolah sebanyak 14 siswa atau 15 % siswa dari total 91 sampel siswa.

Tabel 5.7 Jarak yang ditempuh Menuju Sekolah

Jarak Tempuh Jumlah ( Siswa ) Persentase ( % )≤ 200 m 14 15

200-500 m 18 20≥ 500 m 16 18

≥ 1.000 m 43 47Total 91 100

Sumber: Data hasil penelitian

pete-pete ojek becak jalan kakijenis 28 24 25 14

0

5

10

15

20

25

30

Kendaraan yang digunakan ke sekolah

31 %

26 % 28 %

15 %

Page 93: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

77

Gambar 5.11 Grafik Jarak ke Sekolah

Sumber: Data hasil penelitian

Berdasrkan tabel 5.7 untuk jarak yang ditempuh siswa ke sekolah 43 siswa

atau 47 % siswa menempuh jarak lebih dari 1.000 m atau 1 km dari batas

pelayanan yang sesuai dengan standar SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara

Perencanaan Kawasan Perumahan Kota, hal ini di disebabkan oleh dua

kemungkinan yakni 1). Tempat tinggal belum terlayani sekolah dan 2). Siswa

cenderung memilih sekolah unggulan. Untuk jarak 200-500 m sebanyak 18 siswa

atau 20 % siswa dan untuk jarak tempuh lebih dari 500 m yakni sebanyak 16

siswa atau 18 %, sedangkan untuk jarak yang kurang dari 200 m hanya terdapat

14 siswa atau 15 % yang menempuh jarak tersebut.

Tabel 5.8 Lama Waktu Tempuh Ke Sekolah

Lama Waktu Jumlah ( Siswa ) Persentase ( % )≤ 5 menit 14 16≥ 5 menit 34 37

≥ 10 menit 43 47Total 91 100

Sumber: Data hasil penelitian

≤ 200 m 200-500 m ≥ 500 m ≥ 1.000 mSeries1 14 18 16 43

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Axis

Title

Jarak ke sekolah

15 %20 % 18 %

47 %

Page 94: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

78

Gambar 5.12 Grafik Lama Waktu Tempuh

Sumber: Data hasil penelitian

Berdasrkan tabel 5.8 lama waktu tempuh siswa ke sekolah yakni 43 siswa

atau 47 % siswa menempuh waktu lebih dari 10 menit ke sekolah, hal ini

disebabkan oleh jarak tempat tinggal dan sekolah yang relatif jauh dan sebagian

siswa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menungguh moda kendaraan

menuju sekolah. 34 siswa atau 37 % siswa dengan waktu tempuh lebih dari 5

menit dan sedangkan 14 siswa atau 16 % siswa dapat menempuh waktu ke

sekolah kurang dari 5 menit. Menurut Srour (2003) dalam jurnalnya menyebutkan

bahwa tingkat aksesibilitas adalah meminimumkan waktu tempuh. Dalam kondisi

yang ideal bahwa suatu aksesibilitas yang baik disuatu lokasi diukur berdasarkan

seberapa baik jaringan transportasi pada lokasi tersebut terhubung dengan pusat-

pusat kegiatan lainnya.

Tabel 5.9 Biaya Transportasi/ hari

Biaya Jumlah ( Siswa ) Persentase ( % )≤ Rp. 4.000 14 16

Rp. 4.000 - Rp. 6.000 34 37≥ Rp. 6.000 43 47

Total 91 100

Sumber: Data hasil penelitian

≤ 5 menit ≥ 5 menit ≥ 10 menitSeries1 14 34 43

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Axis

Title

Lama waktu tempuh

16 %

37 %

47 %

Page 95: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

79

Gambar 5.13 Grafik Biaya Transportasi/hari

Sumber: Data hasil penelitian

Berdasrkan tabel 5.9 biaya transportasi / hari yang dihabiskan oleh siswa

ke sekolah yakni sebanyak 43 siswa atau 47 % siswa menghabiskan lebih dari Rp.

6.000 untuk ke sekolah, Banyaknya jumlah biaya yang dihabiskan oleh

siswa/harinya disebabkan oleh terdapat beberapa siswa yang harus menggunakan

lebih dari satu jenis kendaraan umum, dikarenakan tidak semua kendaraan umum

dapat menjangkau tempat tinggal siswa untuk menuju sekolah. Rp. 4.000-

Rp.6.000 sebanyak 34 siswa atau 37 % dan untuk biaya transportasi kurang dari

Rp. 4.000 sebanyak 14 siswa atau 16 %.

Tabel 5.10 Alasan Siswa Memilih Sekolah

Alasan Jumlah ( Siswa ) Persentase ( % )Sekolah Unggulan 41 45Dekat Dengan Rumah 20 22Tidak Tersedia Sekolah 30 33

Total 91 100

Sumber: Data hasil penelitian

≤ Rp. 4.000 Rp. 4.000 - Rp. 6.000 ≥ Rp. 6.000Series1 14 34 43

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Axis

Title

Biaya transportasi / hari

16 %

37 %

47 %

Page 96: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

80

Gambar 5.14 Grafik Alasan Memilih Sekolah

Sumber: Data hasil penelitian

Berdasrkan tabel 5.10 alasan siswa memilih sekolah yakni 41 atau 45 %

siswa memilih karena sekolah unggulan, 20 atau 22 % siswa memilih karena

dekat dengan rumah, dan 30 atau 33 % siswa memberi jawaban tidak tersedia

sekolah. Hal ini diperkuat oleh pada Kecamatan Banggae hanya terdapat 2 unit

SMP sedangkan untuk Kecamatan Banggae Timur terdapat 7 unit SMP.

Banyaknya siswa yang memili alasan sekolah unggulan karena di Majene hanya

terdapat satu SMP yang menjadi sekolah percontohan yakni SMPN 3 Majene

Hal ini sesuai dengan konsep teori tempat sentral menurut Christaller yang

menyatakan range merupakan jarak yang ditempuh konsumen menuju suatu

tempat untuk mendapatkan pelayanan. Sehingga, beberapa siswa lebih memilih

menempuh jarak yang jauh untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang lebih

baik. Berdasraka Profil Pendidikan Kabupaten Majene 2016 hanya terdapat 2

SMP dengan akreditas A di Kecamatan Banggae Timur.

5.2 Proyeksi Kebutuhan SMP

5.2.1 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pelayanan SMP

Fasilitas pendidikan merupakan fasilitas sosial yang diartikan sebagai

aktivitas atau materi yang dapat melayani kebutuhan masyarakat serta sifatnya

memberi kepuasan sosial. Oleh karena itu Fasilitas pendidikan harus diusahakan

Sekolah Unggulan Dekat Dengan Rumah Tidak Tersedia SekolahSeries1 41 20 30

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Axis

Title

Alasan memilih sekolah

45 %

22 %

33 %

Page 97: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

81

keberadaannya untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan penduduk di

lingkungan permukiman agar tercapai kesejahteraan bagi masyarakat. Penentuan

lokasi pendidikan harus berdasarkan jumlah penduduk berdasarkan usia sekolah

agar dalam penentuan lokasi dapat tepat sasaran.

Proyeksi kebutuhan fasilitas pelayanan merupakan proyeksi yang dapat

digunakan dalam penentuan kebutuan fasilitas pelayanan SMP yang terdapat di

Kecamatan Banggae dan Banggae Timur. Dalam memproyeksikan kebutuhan

fasilitas pelayanan SMP diperluhkan proyeksi pertambahan jumlah penduduk

pada Kecamatan Banggae dan Banggae Timur. Berikut formula proyeksi

kebutuhan fasilitas:

Di-t(n) = JPt(n) / Thi

Dimana:

JPt(n) = PO (1+ ) / Thi

Berdasrkan formula tersebut, maka dapat dihitung jumlah tambahan fasilitas

(JTF) pelayanan yang harus dipenuhi pada tahun ke-n, yaitu:

JTF = Di-t(n) – Si

Berikut jumlah perhitungan proyeksi penduduk dengan menggunakan

metode pertumbuhan geometri di Kecamatan Banggae dan Banggae Timur dari

tahun 2016 sampai tahun 2036

Tabel 5.11 Proyeksi Penduduk Kecamatan Banggae dan Banggae Timur

TahunKecamatan BanggaePenduduk ( Jiwa )

Kecamatan Banggae TimurPenduduk ( Jiwa )

2016 40.646 30.8862021 44.198 33.3692026 48.059 36.0532031 52.258 38.9532036 56.823 42.089

Sumber: Data hasil olahan, 2018

Page 98: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

82

a. Kecamatan Banggae

- Proyeksi kebutuhan fasilitas SMP di Kecamatan Banggae pada tahun 2021:

Di-t(n) = JPt(n) / Thi

= 44.198 / 4.800

= 9,20

= 9 unit

Jumlah tambahan fasilitas (JTF) yang harus dipenuhi pada tahun 2021, yaitu:

JTF = Di-t(n) – Si

= 9 – 2

= 7 unit

jadi, jumlah tambahan fasilitas SMP di Kecamatan Banggae pada tahun 2021

yakni sebanyak 7 unit fasilitas SMP.

-.Proyeksi kebutuhan fasilitas SMP di Kecamatan Banggae pada tahun 2026:

Di-t(n) = JPt(n) / Thi

= 48.059 / 4.800

= 10 unit

Jumlah tambahan fasilitas (JTF) yang harus dipenuhi pada tahun 2026, yaitu:

JTF = Di-t(n) – Si

= 10 – 2

= 8 unit

jadi, jumlah tambahan fasilitas SMP di Kecamatan Banggae pada tahun 2026

yakni sebanyak 8 unit fasilitas SMP.

-.Proyeksi kebutuhan fasilitas SMP di Kecamatan Banggae pada tahun 2031:

Di-t(n) = JPt(n) / Thi

= 52.258 / 4.800

= 10,88

= 11 unit

Page 99: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

83

Jumlah tambahan fasilitas (JTF) yang harus dipenuhi pada tahun 2031, yaitu:

JTF = Di-t(n) – Si

= 11 – 2

= 9 unit

jadi, jumlah tambahan fasilitas SMP di Kecamatan Banggae pada tahun 2031

yakni sebanyak 9 unit fasilitas SMP.

-.Proyeksi kebutuhan fasilitas SMP di Kecamatan Banggae pada tahun 2036:

Di-t(n) = JPt(n) / Thi

= 56.823 / 4.800

= 11,83

= 12 unit

Jumlah tambahan fasilitas (JTF) yang harus dipenuhi pada tahun 2036, yaitu:

JTF = Di-t(n) – Si

= 12 – 2

= 10 unit

jadi, jumlah tambahan fasilitas SMP di Kecamatan Banggae pada tahun 2036

yakni sebanyak 10 unit fasilitas SMP.

Tabel 5.12 Perhitungan Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pelayanan SMP di

Kecamatan Banggae Tahun 2016-2036

TahunPenduduk( Jiwa )

Threshold(Ambang

Batas)

ProyeksiKebutuhan

( Unit )

Ketersediaan( Unit )

JTF( Unit )

2016 40.646 4.800 2 2 02021 44.198 4.800 9 2 72026 48.059 4.800 10 2 82031 52.258 4.800 11 2 92036 56.823 4.800 12 2 10

Sumber: Data hasil olahan, 2018

Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi kebutuhan pelayanan SMP di

Kecamatan Banggae dari tahun 2021 sampai dengan tahun 2036, jumlah

Page 100: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

84

tambahan fasilitas SMP sebanyak 10 unit SMP yakni dengan penambahan 1 unit

SMP untuk tiap 5 tahun proyeksi perkembangan penduduk.

b. Kecamatan Banggae Timur

- Proyeksi kebutuhan fasilitas SMP di Kecamatan Banggae Timur pada tahun

2021:

Di-t(n) = JPt(n) / Thi

= 33.369 / 4.800

= 6,95

= 7 unit

Jumlah tambahan fasilitas (JTF) yang harus dipenuhi pada tahun 2021, yaitu:

JTF = Di-t(n) – Si

= 7 – 7

= 0 unit

jadi, jumlah tambahan fasilitas SMP di Kecamatan Banggae Timur pada tahun

2021 tidak mengalami penambahan fasilitas SMP.

- Proyeksi kebutuhan fasilitas SMP di Kecamatan Banggae Timur pada tahun

2026:

Di-t(n) = JPt(n) / Thi

= 36.053 / 4.800

= 7,51

= 7 unit

Jumlah tambahan fasilitas (JTF) yang harus dipenuhi pada tahun 2026, yaitu:

JTF = Di-t(n) – Si

= 7 – 7

= 0 unit

jadi, jumlah tambahan fasilitas SMP di Kecamatan Banggae Timur pada tahun

2026 tidak mengalami penambahan fasilitas SMP.

Page 101: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

85

- Proyeksi kebutuhan fasilitas SMP di Kecamatan Banggae Timur pada tahun

2031:

Di-t(n) = JPt(n) / Thi

= 38.953 / 4.800

= 8,11

= 8 unit

Jumlah tambahan fasilitas (JTF) yang harus dipenuhi pada tahun 2031, yaitu:

JTF = Di-t(n) – Si

= 8 – 7

= 1 unit

jadi, jumlah tambahan fasilitas SMP di Kecamatan Banggae Timur pada tahun

2031 yakni sebanyak 1 fasilitas SMP.

- Proyeksi kebutuhan fasilitas SMP di Kecamatan Banggae Timur pada tahun

2036:

Di-t(n) = JPt(n) / Thi

= 42.089 / 4.800

= 8,76

= 9 unit

Jumlah tambahan fasilitas (JTF) yang harus dipenuhi pada tahun 2036, yaitu:

JTF = Di-t(n) – Si

= 9– 7

= 2 unit

jadi, jumlah tambahan fasilitas SMP di Kecamatan Banggae Timur pada tahun

2036 yakni sebanyak 2 fasilitas SMP.

Page 102: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

86

Tabel 5.13 Perhitungan Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pelayanan SMP di

Kecamatan Banggae Timur Tahun 2016-2036

TahunPenduduk( Jiwa )

Threshold(Ambang

Batas)

ProyeksiKebutuhan

( Unit )

Ketersediaan( Unit )

JTF( Unit )

2016 30.886 4.800 7 7 02021 33.369 4.800 7 7 02026 36.053 4.800 7 7 02031 38.953 4.800 8 7 12036 42.089 4.800 9 7 2

Sumber: Data hasil olahan, 2018

Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi kebutuhan pelayanan SMP di

Kecamatan Banggae Timur dari tahun 2021 sampai dengan tahun 2036, jumlah

tambahan fasilitas SMP sebanyak 3 unit SMP yakni dengan penambahan 1 unit

SMP pada tahun 2031 dan 2 unit SMP pada tahun 2036.

5.2.2 Kebutuhan Lahan

Dampak dari hasil evaluasi tingkat kecukupan dan proyeksi kebutuhan

fasilitas pelayanan adalah tambahan atau peningkatan kebutuhan ruang untuk

pembangunan fasilitas SMP yang terdapat di Kecamatan Banggae dan Banggae

Timur.

Proyeksi kebutuhan lahan untuk Kecamatan Banggae pada tahun 2016 sampai

tahun 2036, yakni:

Dri = STDr X Dti

= 9.000 X 10

= 90.000

Proyeksi kebutuhan lahan untuk Kecamatan Banggae Timur pada tahun 2016

sampai tahun 2036, yakni:

Dri = STDr X Dti

= 9.000 X 2

= 18.000

Berdasarkan perhitungan tersebut, untuk proyeksi kebutuhan lahan

fasilitas SMP di Kecamatan Banggae dari tahun 2016 sampai 2036 yakni

sebanyak 90.000 dari total luas wilayah Kecamatan Banggae 25,15 ,

Page 103: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

87

dengan jumlah penambahan fasilitas sebanyak 10 unit SMP. Sedangkan, untuk

Kecamatan Banggae Timur proyeksi kebutuhan lahan fasilitas SMP yang

diperluhkan yakni sebanyak 18.000 dari total luas wilayah 30,04 dengan

jumlah penambahan fasilitas sebanyak 2 unit SMP.

5.2.3 Jangkauan Pelayanan SMP Berdasrkan Proyeksi SMP 20 Tahun kedepan

Banyaknya fasilitas sangat berpengaruh terhadap pelayanan yang dapat

diberikan kepada masyarakat. Berdasrkan hasil proyeksi kebutuhan fasilitas

majene hingga 20 tahun kedepan yakni sebanyak 12 unit SMP. Untuk Kecamatan

Banggae dibutuhkan 10 unit SMP sedangkan untuk Kecamatan Banggae Timur

dibutuhkan 2 unit SMP.

Berdasrakan hal tersebut telah dibuatkan beberapa kawasan yang sesuai

untuk penambahan fasilitas pendidikan SMP sesuai dengan proyeksi kebutuhan

penduduk hingga 20 tahun kedepan dan radius pelayanan yang diperoleh dengan

cara yang telah dilakukan pada radius pelayanan SMP 2016 yakni dengan

menghitung luas area x 100 / luas Kecamatan seperti pada gambar 5.17.

Gambar 5.15 Analisis persentase pelayanan proyeksi SMP dengan network analys

Sumber: Hasil olahan peneliti

Berikut adalah tabel dan grafik persentase jangkauan pelayanan SMP

proyeksi di Kota Majene hingga tahun 2036

Page 104: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

88

Tabel. 5.14 Radius Pelayanan SMP 2016-2036 di Kota Majene

No Kecamatan Persentase Radius Pelayanan1 km > 1 km Total1 Banggae 56,58 43,42 100 %2 Banggae Timur 87,24 12,76 100 %Sumber: Data hasil olahan, 2018

Berdasrkan tabel ditas pada kecamatan Banggae luas wilayah yang berada

dalam jangkauan radius pelayanan SMP yakni 1 km sebanyak 56,58 % dan luas

wilayah yang berada lebih dari 1 km jangkauan yakni sebanyak 43,42 %.

Sedangkan untuk Kecamatan Banggae Timur luas wilyah yang berada dalam

radius pelayanan yakni 87,24 % dan luas wilayah yang berada diluar jangkauan

sebanyak 12,76 %. Berikut adalah grafik dan peta radius pelayanan SMP proyeksi

pada gambar 5.18.

Gambar 5.16 Grafik Persentase Radius SMP 2016-2036

56,58%87,24%

43,21%12,76%

B A N G G A E B A N G G A E T I M U R

PERSENTASE RADIUSPELAYANAN 2036

1 km > 1 km

Page 105: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

89

Page 106: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

90

5.2.4 Waktu Tempuh Fasilitas SMP 2017-2036

Beradasarkan proyeksi kebuthan SMP di Kota Majene diperoleh

persentase waktu tempuh menuju fasilitas SMP sebagai berikut, yang diperoleh

dengan cara yang telah dilakukan pada radius pelaynan waktu tempu SMP 2016

yakni dengan menghitung luas area waktu tempu x 100 / luas Kecamatan seperti

pada gambar 5.18.

Gambar 5.18 Analisis persentase waktu tempu proyeksi SMP dengan network

analys

Sumber: Hasil olahan peneliti

Berikut adalah tabel dan grafik persentase waktu tempuh pelayanan SMP

proyeksi di Kota Majene hingga tahun 2036 serta peta hasil jangkauan waktu

tempuh proyeksi SMP pada gambar 5.21.

Tabel 5.15 Persentase Waktu Tempuh SMP 2016-2036

No Kecamatan Persentase Waktu Tempuh ( % )0-5 ( Menit ) 5-10( Menit ) >10( Menit ) Total( % )1 Banggae 20,03 18,18 61,8 100 %2 Banggae Timur 17,28 11,9 70,81 100 %Sumber: Data hasil olahan, 2018

Berdasrkan tabel diatas 20,03 % area di Kecamatan Banggae memiliki

rata-rata waktu tempuh 0-5 menit, 5-10 menit sebanyak 18,18 % sedangkan,

Page 107: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

91

waktu terlama lebih dari 10 menit sebanyak 61,8 %. Pada Kecamatan Banggae

Timur waktu 17,28 % area dapat ditempuh dalam waktu 0-5 menit, 5-10 menit

sebanyak 11,9 sedangkan, waktu terlama lebih dari 10 menit sebanyak 70,81 %.

Gambar 5.19 Grafik Persentase Waktu Tempuh SMP 2016-2036

20,03% 17,28%18,18% 11,90%

61,80% 70,81%

B A N G G A E B A N G G A E T I M U R

PERSENTASE WAKTUTEMPUH 2036

0 - 5 5 sampai 10 > 10

Page 108: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

92

Page 109: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

93

5.2.5 Arahan Penempatan Fasilitas SMP Berdasarkan Proyeksi

Berdasarkan RDTR Kabuapten Majene, pola ruang khususnya kawasan

kota Majene dalam suatu wilayah meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung

dan peruntukan fungsi budidaya telah berkembang kawasan perumahan dengan

kepadatan tinggi, sedang dan rendah yang didukung dengan struktur ruang

diamana pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang

berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat.

Kawasan kota Majene dalam struktur ruang terdiri dari PKW (Pusat

Kegiatan Wilayah) yang meliputi Kecamatan Banggae dan Banggae Timur dan

terdapat PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) yang terdapat di Kelurahan Baruga,

Kecamatan Banggae Timur. Berdasarkan hal tersebut diperluhkan pemanfaatan

ruang yang baik, salah satunya yakni pembangunan fasilitas pendidikan sebagai

salah satu kebutuhan sosial ekonomi masyarakat kota Majene.

Berdasarkan Keputusan Menteri PU No. 378/KPTS/1987 fasilitas

pendidikan untuk TK (Taman Kanak-kanak) dengan minimum 1.000 penduduk

pendukung dengan penempatan lokasi di tengah-tengah kelompok keluarga dan

taman serta tidak menyeberang jalan raya, fasilitas SD (Sekolah Dasar) dengan

minimum 1.600 penduduk pendudkung dengan penempatan lokasi di tengah-

tengah kelompok keluarga dan taman serta tidak menyeberang jalan raya, fasilitas

SMP (Sekolah Menengah Pertama) dengan minimum 4.500 penduduk pendukung

dengan penempatan lokasi berkelompok dengan taman dan lapangan olahraga

serta dapat dijangkau dengan kendaraan umum dan untuk fasilitas SMA (Sekolah

Menengah Atas) dengan minimum 4.800 penduduk pendukung dengan

penempatan lokasi berkelompok dengan taman dan lapangan olahraga serta dapat

dijangkau dengan kendaraan umum. Berdasarkan hal tersebut telah dibuat

beberapa titik-titik lokasi sebaran lokasi SMP yang disesuaikan dengan pola ruang

dan struktur ruang yang diharapkan mampu menjadikan kawasan kota Majene

sebagai pusat kegiatan wilayah dan mampu mewujudkan Majene sebagai pusat

pendidikan di Sulawesi Barat melalui penyediaan fasilitas pendidikan yang

memadai. Sebaran titik-titik proyeksi fasilitas SMP terdapat pada gambar berikut.

Page 110: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

94

Page 111: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

95

Page 112: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

96

Page 113: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

97

Page 114: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

98

Berdasarkan peta-peta tersebut, strategi untuk menentukan lokasi

pembangunan fasilitas SMP di kota Majene dihitung berdasarkan jumlah

kebutuhan dan jangkauan pelayanan yang dianalisis dengan menggunakan teknik

overlay berbasis GIS berdasarkan prosedur berikut:

1. Berdasarkan jangkayan pelayanan SMP dimana setiap SMP dalam

penentuan lokasi didukung oleh 4.800 jiwa dengan radius pelayanan 1.000

m (SNI 03-1733-2004, Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan Kota)

pada (gambar 5.17)

2. Pembuatan peta-peta tematik yang mewakili lokasi potensial SMP

berdasarkan RDTR 2012-2032:

A. a). Peta proyeksi pelayanan fasilitas pendidikan

b). Peta proyeksi pusat-pusat permukiman

c). Peta proyeksi RTH

d). Peta proyeksi transportasi dan prasarana

disamping itu, analisis penentuan lokasi SMP juga dilakukan dengan

membuat peta tematik yang tergolong lokasi-lokasi yang tidak

diperuntuhkan sebagai lokasi SMP yaitu, seperti:

B. a). Lokasi persampahan (TPA)

b). Jarigan sutet

c). Jalan arteri

d). Rel kereta api

3. Penentuan lokasi pembangunan lokasi SMP di kota Majene berdasarkan

analisis overlay antara No. 1 dan 2 bagian A dan bagian B secara

bersamaan pada (gambar 5.25 dan 5.26)

4. Lokasi-lokasi potensial pembangunan SMP selanjutnya akan ditentukan

tahapan pembangunannya berdasarkan proyeksi kebutuhan fasilitas SMP

(sesuai jumlah penduduk pendukung) dan kriteria tahapan pembangunan

fasilitas SMP sebagai berikut:

A. Tingkat kepadatan permukiman

B. Kurang terlayaninya fasilitas pendidikan

C. Mengutamakan jalur transportasi umum

Page 115: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

99

Adapun tahapan pembangunan SMP dilakukan setiap 5 tahun yaitu tahap

pertama 2021, tahap kedua 2026, tahap ketiga 2031 dan tahap keempat

2036. Adapun tabel pembangunan SMP sebagai berikut:

Tabel 5.16 Jumlah Fasilitas Berdasarkan Tahapan Pembangunana

Kecamatan Tahun

Proyeksikebutuhan

berdasarkanjumlah

penduduk

Rencana dan strategipembangunan

Banggae 2021 7 32026 8 32031 9 22036 10 2

Banggae Timur 2021 0 02026 0 02031 1 12036 2 1

Sumber : Data hasil olahan, 2018

Berdasarkan tabel tersebut, telah dibuat peta perencanaan tahap

pembanguanan yang dapat dilihat pada (gambar 5.27).

Page 116: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

100

Page 117: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

101

Page 118: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

102

Page 119: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

103

Page 120: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

104

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

bab sebelumnya, maka dalam bab penutup, penulis akan memberikan simpulan-

simpulan dan saran.

6.1 Kesimpulan

1. Jumlah fasilitas SMP pada saat ini (eksisting 2016) di kota Majene, untuk

Kecamatan Banggae dan Banggae Timur sebanyak 9 unit untuk melayani

jumlah penduduk 71.532 jiwa. Berdasarkan (SNI 03-1733-2004, Tata Cara

Perencanaan Kawasan Perumahan Kota) dan evaluasi tingkat kecukupan

(Muta’ali Lutfi, 2015), Kecamatan Banggae memerlukan penambahan 6

unit SMP karena keberadaan fasilitas yang ada tidak mampu mendukung

kebutuhan penduduk atau telah terjadi kekurangan, sehingga diperlukan

penambahan fasilitas. Sedangkan, Kecamatan Banggae Timur telah

mengalami keseimbangan fungsi pelayanan antara kebutuhan penduduk

dengan keberadaan fasilitas yang ada. Berdasarkan radius pelayanan 1 km

(SNI 03-1733-2004, Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan Kota)

dalam hal ini wilayah jangkauan pelayanan SMP di Kecamatan Banggae

sebanyak 19,57 % dan Kecamatan Banggae Timur sebanyak 31,95 % dari

luas wilayahnya.

2. Hasil analisis proyeksi kebutuhan fasilitas SMP berdasarkan jumlah

penduduk pendukung (SNI 03-1733-2004, Tata Cara Perencanaan

Kawasan Perumahan Kota) diperoleh bahwa untuk Kecamatan Banggae

dibutuhkan tambahan fasilitas sebanyak 10 unit hingga tahun 2036. Setiap

unit SMP ditentukan 9.000 (SNI 03-1733-2004, Tata Cara Perencanaan

Kawasan Perumahan Kota) maka dibutuhkan luas lahan sebanyak 9

hektar, demikian pula proyeksi fasilitas SMP berdasarkan jumlah

penduduk pendukung untuk Kecamatan Banggae Timur hingga 2036

dibutuhkan tambahan sebanyak 2 unit dengan luas lahan sebanyak 1,8

hektar. Berdasrkan analisis penentuan lokasi berbasis GIS dapat ditetapkan

Page 121: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

105

arahan lokasi fasilitas SMP terletak secara menyebar mengikuti radius

pelayanan serta mengacu pada arahan rencana tata ruang (RDTR Kab.

Majene 2012-2032) yang meliputi dua Kecamatan tersebut diatas yang

diarahkan pada kawasan perkembangan perkumiman yakni pada

Kecamatan Banggae dengan mempertimbangkan lokasi-lokasi yang

dianggap potensial dimana pembangunannya dilakukan berdasarkan

prioritas pembangunan yaitu tahun 2021, 2026, 2031,dan 2036 masing-

masing sebanyak 3 unit.

6.2 Saran

1. Pemerintah

Diperlukan pembangunan atau penyebaran fasilitas SMP secara merata

Perlu pemerataan kualitas setiap sekolah yang ada agar tidak ada

perbedaan antar sekolah baik fasilitas maupun pelayanan

2. Peneliti Selanjutnya

Diperlukan pengkajian yang lebih lanjut dalam hal peletakan lokasi

sekolah

Untuk penelitian lebih lanjut dapat mengembangan variabel penelitian

yang lebih banyak

3. Keluaran PWK

Teknik analisis ini bisa memberikan kontribusi jumlah fasilitas dan

menghitung kebutuhan untuk kota-kota kecil

Page 122: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

DAFTAR PUSTAKA

Skripsi/Jurnal

Djoyodipuro, 1992. Teori Lokasi. Lembaga Penerbit Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia

Dewi Mutiara, 2016. Studi Penentuan Lokasi Potensial Pengembangan PusatPerbelanjaan di Kota Tangerang. Fakultas Teknik Sipil dan PerencanaanInstitut Teknologi Sepuluh November. Surabaya

Gracia Rizka, 2012. Analisis Fungsi Pelayanan Pendidikan Dasar dan Menegahdengan Metode Centrality Index Analysis Kota Serang

Hamdi Asep, 2014. Analisis Sebaran Lokasi SMP Negeri Kaitannya DenganAksesibilitas Mendapatkan Pendidikan Di Kecamatan Ciputat Timur, KotaTangerang Selatan, Provinsi Banten. Jakarta

Henlita Sisca et.al, 2013. Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan SekolahMenengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo. Surabaya

Jonathan Sarwono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.Yogyakarta Graha Ilmu

Muta’ali Lutfi, 2015. Teknik Analisis Regional Untuk Perencanaan Wilayah danTata Ruang, dan Lingkungan. Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG)Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Nurdyawati, 2015. Network Analyst Dalam Sistem Informasi Geografis. JurusanPerencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.Semarang

Rangga Bhian, 2013. Analisis Pelayanan. Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Sebelas Maret. Surakarta

Shalihati, Nirwansyah, 2015. Analisis Pesebaran dan Radius KeruanganPencapaian Maksimal Fasilitas Sekolah Dasar Kecamatan Bukateja

Safira Laras, 2016. Sistem Informasi Geografis. Departemen Sipil danPerencanaan Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro

Sukeri Tri et.al, 2016. Evaluasi Faktor-faktor Penentu Lokasi FasilitasPendidikan. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut TeknologiSepuluh November. Surabaya

Umasangadji, 2015. Analisis Kebutuhan dan Penempatan Prasarana-saranaFasilitas Pendidikan di Kecamatan Wori

Page 123: Unhasdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 3. 15. · 2.4 Pendidikan 2.4.1 Pengertian Pendidikan Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak

Widianantari, 2008. Kebutuhan dan Jangkauan Pelayanan Pendidikan DiKecamatan Bandongan Kabupaten Magelang. Semarang

Undang-undang/Pedoman

Badan Pusat Statistik Kabupaten Majene 2014

Badan Pusat Statistik Kabupaten Majene 2015

Badan Pusat Statistik Kabupaten Majene 2016

Peraturan Daerah Kabupaten Majene No. 12 Tahun 2012

Peraturan Menteri Pendidikan No. 24 Tahun 2007

Profil Pendidikan Kabupaten Majene Tahun 2016

SNI SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota

UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional