albayyinatulilmiyyah.files.wordpress.com · 2021. 1. 11. · ‘ilm maknanya adalah fahmu wal idrak...

82

Transcript of albayyinatulilmiyyah.files.wordpress.com · 2021. 1. 11. · ‘ilm maknanya adalah fahmu wal idrak...

  • Judul Asli :

    � א������

    Edisi Indonesia :

    STUDI AL-QUR’AN

    Penyusun : Dr. Abu Hafizhah Irfan, MSI

    Desain Sampul : Hafizhah

    Setting Isi : Irfan

    Penerbit : Pustaka Al-Bayyinah

    Jl. Medayu Utara No. 4

    Surabaya

    Telp. 0856-55865618

    Cetakan Pertama :

    20 Jumadal Ula 1442 H / 04 Januari 2021 M

    albayyinatulilmiyyah.wordpress.com

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    BASMALAH ….................................................... i

    SAMPUL DEPAN …............................................ iii

    DATA BUKU …................................................... v

    DAFTAR ISI ….................................................... vii

    MUQADDIMAH .................................................. 1

    MAKKI DAN MADANI ...................................... 3

    MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT ................. 4

    ASBABUN NUZUL ............................................... 6

    NASAKH ............................................................... 19

    KAIDAH PENAFSIRAN AL-QUR’AN ............. 29

    METODE PENAFSIRAN AL-QUR’AN ............ 53

    MARAJI’ .............................................................. 70

  • 1

    MUQADDIMAH

    Al-Qur’an adalah Kalamullah q (firman Allah q).

    Allah q berfirman;

    �� �� �� � � � ��� �� כ� �� �� ��� �� א���� �� �� �� ���� ��כ� א�� �!�� �� א"� �# %� כ�$� �� �&�' �( # �)�* �+ �,�-�� ��כ� .� �0 �1�2 ��� � �1 �3�4 �.� �+�5

    � א�6 �) ���4 �7�' ��.

    “Jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu

    meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia

    supaya ia sempat mendengar Kalamullah (firman Allah

    q), kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman

    baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang

    tidak mengetahui.”1

    Al-Qur’an diturunkan dari Baitul ‘Izzah ke langit

    dunia pada bulan Ramadhan. Lalu diturunkan oleh

    Malaikat Jibril j ke dalam hati Rasulullah a secara

    berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun. Allah q

    berfirman;

    �� �, �9 �1 �� �� �: �; �-� �< א�� א��=� �> � �� � �� ? @� �A ��B �� �C �24א�D א�� � � EF�2א ����. *�א�� �� �� �G א�� �� ? �� �� א��,�

    1 QS. At-Taubah : 6.

  • 2

    “Bulan Ramadhan (adalah bulan) yang di dalamnya

    diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi

    manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk

    tersebut dan pembeda (antara yang haq dan yang

    batil).”2

    Al-Qur’an berisi petunjuk, kebenaran dan tidak ada

    kebatilan di dalamnya ditinjau dari segala sisi. Allah q

    berfirman;

    �( �1 �G �4 �H �� � �( �� �1 �' ���' �� ���. �� � �I �Jא �K ���1��L א���' �' �; �2�L � � I �� �� כ� �� �� �� �� E+ E�.

    “Tidak datang kepada (Al-Qur’an) kebatilan baik dari

    depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari

    Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.”3

    ‘Ulum adalah bentuk jamak dari ‘ilm. Sedangkan

    ‘ilm maknanya adalah fahmu wal idrak (pemahaman dan

    pengetahuan). Adapun yang dimaksud dengan ‘ulumul

    Qur’an adalah suatu ilmu yang mencakup berbagai

    kajian yang berkaitan dengan kajian-kajian Al-Qur’an,

    seperti; makki dan madani, muhkamat mutasyabihat,

    asbabun nuzul, nasakh (nasikh mansukh) dan lain

    sebagainya.

    2 QS. Al-Baqarah : 185.

    3 QS. Fushshilat : 42.

  • 3

    MAKKI DAN MADANI

    Surat Makkiyah adalah surat yang diturunkan

    sebelum hijrahnya Nabi a ke Madinah. Adapun surat

    Madaniyah adalah surat yang turunkan sesudah hijrahnya

    Nabi a ke Madinah. Terkadang di dalam surat Makkiyah

    terdapat beberapa ayat Madaniyah, demikian sebaliknya.

    Surat Makkiyah berjumlah 81 surat, sedangkan surat

    Madaniyah berjumlah 20 surat. Terdapat 13 surat yang

    diperselisihkan; apakah tergolong Makkiyah atau

    Madaniyah. Meskipun jika surat-surat yang

    diperselisihkan tersebut diteliti kembali, maka surat

    Makkiyahnya sebanyak 7 surat dan surat Madaniyahnya

    sebanyak 6 surat. Sehingga jumlah Surat Makkiyah di

    dalam Al-Qur’an adalah sebanyak 88 surat, sedangkan

    jumlah surat Madaniyah adalah sebanyak 26 surat.

    Adapun total surat di dalam Al-Qur’an adalah 114 surat.

    Di antara ciri-ciri Surat Makkiyah adalah:

    a. Dibuka dengan huruf muqatha’ah. b. Mengandung kisah para Nabi dan umat terdahulu. c. Mengandung ayat-ayat sajdah.

    Adapun di antara ciri-ciri Surat Madaniyah adalah:

    a. Di dalamnya terdapat dialog dengan ahli kitab. b. Di dalamnya disebutkan tentang orang-orang munafik. c. Berisi kewajiban dan sanksi hukum.

    *****

  • 4

    MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT

    Ayat yang muhkamat ialah ayat-ayat yang terang

    dan tegas maksudnya, serta dapat dipahami dengan

    mudah. Sedangkan ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat-

    ayat yang tersamar sehingga orang menjadi ragu dalam

    memahami sesuatu yang tidak sesuai bagi Allah q,

    Kitab-Nya atau Rasul-Nya, sedangkan orang yang

    mendalam ilmunya tidaklah demikian. Allah q

    berfirman;

    �< (� א��=� �A Fא כ��� �N � Fא�'B �1 �2 � �Oא�� כ� א��כ� ���4 �P �: �;�-� �' א א��=� ��� �� Fא א.�,� ���� � �� �H� �� �Oא�� �#Q א��כ� �� �A �R

    �� �� �)�4�* �) �7 �K�� �� �� S�' �T �+ �,�. �U�2 �� �G ���3א�V א�� �1 א.� �2 א.��1 � ���L א � ��

    �' �����L �V�3א �� א.� א '��7 �� � �� �1 �4 �' �����L �+�4 �) �W א"� א��� �� � )� א�6 �� �1 �4 �� �) �C�' �+ �4 ��R א���7 �)�� � � XI�2א .��1 כ� �B �� כ��� א '�=� � .���2א �� �� ���2 �P ��

    �Oא�K ��� �Yא )���� �( ��.

    “Dia-lah yang menurunkan Al-Qur’an kepadamu. Di

    antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah

    pokok-pokok isi Al-Quran dan yang lain (ayat-ayat)

    mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya

    condong pada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-

    ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan

  • 5

    untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang

    mengetahui takwilnya melainkan Allah (q). Adapun

    orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, “Kami

    beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya

    itu dari sisi Rabb kami.” Tidak dapat mengambil

    pelajaran (darinya), melainkan orang-orang yang

    berakal.”4

    Kaidah yang digunakan untuk memahami ayat-ayat

    mutasyabihat adalah ayat-ayat yang mutasyabihat

    dikembalikan menjadi ayat-ayat muhkamat, sehingga

    keseluruhan ayat Al-Qur’an menjadi muhkam.

    *****

    4 QS. Ali ‘Imran : 7.

  • 6

    ASBABUN NUZUL

    Asbabun nuzul adalah peristiwa yang menyebabkan

    turunnya suatu ayat Al-Qur’an. Asbabun nuzul suatu ayat

    dapat diketahui dari riwayat-riwayat hadits yang shahih

    yang menjelaskan tentang sebab turunnya ayat tersebut.

    Sehingga jika riwayat yang menerangkan tentang sebab

    turunnya suatu ayat adalah riwayat yang lemah, maka

    riwayat tersebut tidak dapat digunakan. Terkadang

    redaksi hadits secara tegas menyebutkan bahwa suatu

    kejadian tertentu yang menjadi sebab turunnya suatu

    ayat, namun terkadang pula redaksinya tidak terlalu

    tegas. Ada beberapa kaidah penting dalam memahami

    asbabun nuzul, antara lain:

    1. Asbabun Nuzul Dilakukan Untuk Mengetahui Maksud

    Syari’at

    Hal ini untuk menghindari kesalahfahaman dalam

    memahami ayat Al-Qur’an. Misalnya firman Allah q;

    �) �C �G �-� �R א���� �� �K �" �) �C �4�L �( �� � '� �I א�6 ���'�� �U א .� �4כ� ��� א���,� כ�+� ��

    “Infakkanlah (harta) kalian di jalan Allah q dan

    janganlah kalian menjatuhkan diri kalian ke dalam

    kebinasaan.”5

    5 QS. Al-Baqarah : 195.

  • 7

    Sekilas ayat tersebut terkesan melarang seorang

    untuk berjihad di jalan Allah q. Akan tetapi justru yang

    diinginkan dari ayat tersebut adalah sebaliknya. Arti

    kebinasaan dalam ayat tersebut adalah bangkit mencari

    harta, mengembangkannya, dan meninggalkan berperang.

    Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abu

    Ayyub Al-Anshari y, ia berkata;

    “Wahai sekalian manusia kalian telah keliru dalam

    memahami ayat ini. Ayat ini turun kepada kami, kaum

    Anshar. Ketika Allah q memuliakan Islam dan banyak

    (memberikan) pertolongan-Nya, maka berkatalah

    sebagian dari kami kepada sebagian dari yang lainnya

    secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui oleh

    Rasulullah a. Mereka berkata, “Sesungguhnya harta kita

    telah habis dan Allah q telah memuliakan Islam dan

    banyak (memberikan) pertolongan-Nya. Maka

    bagaimana jika kita bangkit untuk (mencari) harta-harta

    kita dan kita (kembalikan harta kita) yang hilang?” Maka

    Allah q menurunkan ayat ini untuk menolak ucapan

    kami. Allah q berfirman, “Infakkanlah (harta) kalian di

    jalan Allah q dan janganlah kalian menjatuhkan diri

    kalian ke dalam kebinasaan.”

    ��� �U כ� �4 ,� א��� �Z א-� כ� � �U �P �4 א� *� א]� �Yא � �א ,� �� $� \� �� �� א:� (� �� �L �� �3 א א�� �2 כ� �; ��

  • 8

    Arti kebinasaan (dalam ayat ini adalah) bangkit mencari

    harta, mengembangkannya dan meninggalkan perang.”6

    2. Pelajaran diambil dari keumuman lafazh bukan dari

    khususnya sebab

    �] �G�4א� �# �) �� �7�. �̂ �K _� א�&� �) �̀ �W�. �(( ) �a �� �K �7 א��� Maksudnya adalah jika satu nash menggunakan

    redaksi yang bersifat umum, maka tidak ada pilihan lain

    selain menerapkan nash tersebut. Meskipun nash tersebut

    turun untuk menanggapi suatu peristiwa tertentu. Kaidah

    ini dibangun dari hadits yang diriwayatkan dari Ibnu

    ‘Abbas p;

    “Bahwa ada seorang laki-laki yang mencium seorang

    wanita. Lalu ia mendatangi Nabi a, maka turunlah ayat;

    �+�*� �� �R�� ���J �a �$ �̀ � א��2 א� א � @G�� �T א�� �� �, �� �� �I �� א����4 �F�2א �& �Nא�� �' �� אכ� �=4�� ? �� כ� ��כ� �0 �0 �Fא�b ��� �� א�&� �K �A �=�' ��.

    “Dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (pagi dan

    petang) dan pada sebagian permulaan dari malam.

    Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik akan

    menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.

    Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.”7

    6 HR. Tirmidzi : 2972. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani

    5 dalam Shahihut Targhib wat Tarhib : 1388. 7 QS. Hud : 114.

  • 9

    Maka orang tersebut mengatakan,

    � :� (� "� א �� '� � U@ א\� �R �H �� א�6 �# �� �24 �Dא �P �א @U c �:א�* �P �� ��:

    �. �I �� �24 �Dא �P �א @U �� �C �:א �� �" �) �: � � �4 \� א�6 �P �4 �� �1 � א�6 �� �" �4 �+ : �\ �� �e �P �� ��.

    “Wahai Rasulullah, (apakah ayat ini) hanya khusus

    untukku atau untuk semua manusia?” ‘Umar y

    mengatakan, “Bahkan untuk semua manusia.” Maka

    Rasulullah a bersabda, “’Umar benar.”8

    Misalnya firman Allah q;

    �J �� �� ��f �� �2 � �g �� א���� ��א�� � �G�h �)�4���� (� �� א*� �N�4 �\�� ��אא �� �,�2 א .���

    “Jika ada dua golongan dari orang-orang yang beriman

    berperang, maka damaikanlah keduanya.”9

    Ayat ini turun berkenaan dengan kisah pertikaian

    antara kaum Anshar dengan pengikut ‘Abdullah bin

    Ubay. Sebagaimana diriwayatkan dari Anas bin Malik

    y, ia berkata;

    8 HR. Ahmad.

    9 QS. Al-Hujurat : 9.

  • 10

    �* �� �I �� �24 �K ��R �\ �4 � �� �P �4 � א�6�1 �� �" �4 �+: �� �) � �L �� �Z �P �K �� � א�6

    �. �� � �. E�Rc �* �:א: �� �� �� �� �i �4 �j א-� �i �4 �j א-� א �� א�@ �� �� ̂� כ� �� �� �1

    � �A �R �� �� (� �� �4 &� �� א�� �� k �" �K �W U �� �4 �� �� �K QR �\ �4 א��2 א�� �L א � �� �P ��2 �R כ� �� �� �� :א:� *� +� �P �4 �� �1 �� �" �4 א�6 �)

    � �� �� -� �R א-� �0B�� �C �� א�6�� :א:� *� .כ� א�� �� �� �C �:א �� �� I � �� � �Ỳ� -� א ��א: �� � א�� �� �N �� א�6 �� �" �) �: � � �4 \� א�6 � +� �P �4 �� �1 �� �" �4 � א�6 �J �� �̂ �� �' @N � כ� �2 א l�� l:א:� *� �3 �> �̂ �� �7 �K �� � �� �� א�6I � �� �* �) � �1 l �* �:א:l ��� כ� �� ̂� � �� �K �4 �3 �2 א ��� �Z �� ;� -� א,� -� �� �, �+: } �� �� �� �Jf �h �G �� א�� �א�� �� �� �g � �2 �� �� �*א (� �4 �� �� א �� �� �\ �4 �N �) �. א�� ,� �2 �� א{.

    “Dikatakan kepada Nabi a, “Seandainya engkau (wahai

    Rasulullah a) mendatangi ‘Abdullah bin Ubay?” Maka

    Nabi a berangkat menemuinya dengan mengendarai

    keledai. Kaum muslimin juga berangkat (menemani

    beliau dengan berjalan kaki) melalui tanah yang

    bersemak. Ketika Nabi a telah sampai (di tempat),

    ‘Abdullah bin Ubay mengatakan, “Menjauhlah engkau

  • 11

    dariku. Demi Allah, sungguh aku telah terganggu

    (dengan) bau tidak sedap (dari) keledaimu.” Lalu seorang

    laki-laki Anshar berkata, “Demi Allah, sungguh keledai

    Rasulullah a lebih harum baunya daripada engkau.”

    Maka seorang laki-laki pengikut ‘Abdullah (bin Ubay

    akhirnya) marah. Kemudian setiap orang dari kedua

    belah pihak marah, hingga terjadi pemukulan dengan

    pelepah kurma, dengan tangan dan dengan sandal. Telah

    sampai kepada kami berita bahwa telah turun (ayat)

    berkenaan (dengan) mereka, ”Jika ada dua golongan

    dari orang-orang yang beriman berperang, maka

    damaikanlah keduanya.10

    ”11

    Meskipun ayat tersebut turun berkenaan dengan

    pertikaian antara kaum Anshar dengan pengikut

    ‘Abdullah bin Ubay, namun redaksi ayat tersebut berlaku

    umum. Jika di kalangan orang-orang yang beriman ada

    yang bertikai, maka diperintahkan untuk

    mendamaikannya. Bahkan seorang yang berdusta untuk

    mendamaikan dua orang yang sedang bertikai tidak

    dianggap sebagai dusta yang berdosa. Diriwayatkan dari

    Humaid bin ‘Abdurrahman, dari ibunya (Ummu Kultsum

    binti ‘Uqbah) i, bahwa Nabi a bersabda;

    �p �4 ̀� �� �� �� �� �2 א �� �- �� �. � �� �� �5� �O =� כ� '� +� ��

    10

    QS. Al-Hujurat : 9. 11

    HR. Bukhari : 2691 dan Muslim : 1799, lafazh ini miliknya.

  • 12

    “Bukan (dianggap sebagai) dusta seorang yang

    membujuk di antara dua orang (yang bertikai) untuk

    mendamaikan (keduanya).”12

    Misal yang lain, firman Allah q;

    �� �� �G ��G�i �� �4� �� I�' ��א��(� .�� א אכ� �0 �� ���' ��4 א��2א�D א��=� �P א �� �)�� �)�� �&�'. �� �� �� �& �W�' �+ �A �)�- �T �� ��� �+ �A א��(� א כ� �0 �� ��.

    ”Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang

    (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran

    dari orang lain mereka meminta dipenuhi. Apabila

    mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain),

    mereka mengurangi.”13

    Sebab turunnya Surat Al-Muthaffifin adalah ketika

    Rasulullah a melihat kecurangan dalam masalah takaran

    yang dilakukan oleh penduduk Madinah saat itu.

    Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas p, ia

    berkata;

    � �K QR �\ �4 א��2 #� �� א *� �� �� �� א � (� א-� כ� �U �2 '� �� �� א�� +� �P �4 �� �1 �� �" �4 � א�6 � �H �K �q �2א� �Dכ� א �� @$ �� �� �- �; �: � '� �� { �P �; �� �� �I א�6I ��� �4 �� �i ��G �G �� �� { �� �� .כ� �� �0�� �I �. �7 �� כ� (א א�� �2 &� ��

    12

    HR. Abu Dawud : 4920. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-

    Albani 5 dalam Shahihul Jami’ : 5203. 13

    QS. Al-Muthaffifin : 1 - 3.

  • 13

    ”Ketika Nabi a tiba di Madinah, penduduk Madinah

    waktu itu merupakan orang yang paling buruk dalam

    masalah takaran. Maka Allah r menurunkan (ayat),

    ”Wailul lil muthaffifin.”14

    Setelah itu mereka

    memperbaiki takaran (mereka).”15

    Meskipun ayat tersebut turun berkenaan dengan

    kecurangan dalam masalah takaran yang dilakukan oleh

    penduduk Madinah, namun redaksi ayat tersebut berlaku

    umum. Kecurangan dalam masalah takaran yang

    dilakukan oleh siapa pun masuk dalam ancaman ayat ini.

    3. Terkadang ada beberapa sebab, namun ayat yang turun

    hanya satu

    Misalnya adalah firman Allah q;

    �'f � �# ��� �N�L �+�� QR �K�2א א� �,Q'�f �R�3�� �K�L כ��� � �I א�6 ���

    �) �G �r � א�6 כ� �� א�� �� �T� �Fא �m �� � �� � �� �� +.

    “Wahai Nabi, mengapa engkau mengharamkan apa yang

    Allah (q) halalkan bagimu, karena engkau ingin

    menyenangkan isteri-isterimu. Dan Allah (q) Maha

    Pengampun lagi Maha Penyayang.”16

    14

    QS. Al-Muthaffifin. 15

    HR. Ibnu Majah : 2223 dan Baihaqi : 10948, lafazh ini miliknya.

    Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Shahihut

    Targhib wat Tarhib : 1760. 16

    QS. At-Tahrim : 1.

  • 14

    Ayat ini turun karena dua sebab, yang pertama

    karena Rasulullah a mengharamkan Mariyah (Al-

    Qibtiyah) i baginya dan yang kedua karena Rasulullah

    a mengharamkan meminum madu di rumah Zainab binti

    Jahsy i. Diriwayatkan dari ’Aisyah i;

    �� �K �R �\ �4 א��2 �� �� �P �4 � א�6 �� �q �P �2 כ� �� '� א�� כ� +� �4 "� �� �1

    �T �' �2 �̂ �. �2 �Z �� �N Es �� �' �� �� �O �P �2 �� �A �P א �& @$ �� �Z �� א\� (� �� �

    � �G �̀ �U �� א �� -� �� � �' �� �2 �t א �H �I �P �4 �� �, �2א א� �K QR �\ �4 � �P �4 �� �1 � א�6 �� �" �4 �+ �� �4 �� �C �I: �� ��- �R � �� ��

    �Z �4 כ� � ��u �� א�� �3� �p '� �� כ� �2 � � �3 ���� �� �� א �� �H �I �P �4 �� � �� �� �Aא �� ���� �1 �� כ� �� �Z �0 א�� �C א �C �:א: �( �. �I �9 �� �. �Z �P �& @$ �P �2 �� �T �' �2 �̂ �. �2 �Z �� �N Es �� �� �� � �P �) �t �� �1 �� �2 �; �� �Z: } �'f �� �I �� א � � #� ��� �K QR �� �+ �L �N א א��2 ,� '� א�6� �� �� �L �� �) �.f �� �� } {כ� �� �� "� א � �U �� �� �G �̀ �U } �� �� �0 �� א�h �7 �� } � א�6

    � QRK �� �� �. � �7 �v א��2 �T �� �1 א�� �� �� �' �wא { �� �C �) �� �1: �. �I �9 �� �. �Z �P �& @$u �� �� �� � �P �) �t �� �1 �� �* �� �� �4 �G �Z �� �$ �L �W �K �� �< �. �= �� כ� � .א�@ ��

  • 15

    “Bahwa Nabi a pernah menginap di rumah Zainab binti

    Jahsy i dan meminum madu di sana.17

    Aku dan

    Hafshah p bersepakat bahwa siapa pun di antara kami

    yang didatangi oleh Nabi a, maka akan mengatakan,

    “Sungguh aku mencium darimu bau maghafir,18

    apakah

    engkau telah memakan buah maghafir?” Lalu Nabi a

    mendatangi salah seorang dari keduanya (yaitu; Hafshah

    i), kemudian (Hafshah i) mengatakan yang demikian

    itu. Nabi a lalu bersabda, “Tidak, bahkan aku telah

    meminum madu di rumah Zainab binti Jahsy i dan aku

    sekali-kali tidak akan mengulanginya lagi.” Maka

    turunlah (ayat), “Wahai Nabi, mengapa engkau

    mengharamkan apa yang Allah (q) halalkan bagimu.”

    ”Jika engkau berdua bertaubat kepada Allah (q),” (ini

    berkenaan) dengan ‘Aisyah dan Hafshah p. “Ingatlah

    ketika Nabi (a) membicarakan secara rahasia kepada

    salah seorang isterinya (tentang) suatu peristiwa,”19

    (ini

    berkenaan) dengan ucapan (Nabi a), ”Bahkan aku telah

    memakan madu, dan sekali-kali aku tidak akan

    mengulanginya lagi. Sungguh aku telah bersumpah,

    17

    Zainab binti Jahsy i adalah Ummul Mukminin yang dinikahi oleh

    Nabi a setelah diceraikan oleh anak angkat beliau, yaitu Zaid bin

    Haritsah y pada tahun 5 H. Di antara keutamaannya adalah bahwa

    ia dinikahkan langsung oleh Allah q dari atas tujuh lapis langit dan

    ia juga merupakan wanita yang suka bersedekah. Zainab binti Jahsy

    i wafat pada tahun 20 H. 18

    Maghafir adalah bentuk jamak dari maghfur, yaitu getah pohon

    yang mengeluarkan aroma yang tidak sedap. 19

    QS. At-Tahrim.

  • 16

    maka janganlah engkau ceritakan peristiwa ini kepada

    siapa pun.”20

    4. Terkadang turun beberapa ayat, namun sebabnya

    hanya satu

    Misalnya firman Allah q;

    א � �' א��=� �� ��R �K�24�2(� כ�א�� �� �B �� �' ����� א �� �G �3�� �& �� כ� �� �� �� �� א ���4

    �)�� א-�(� �� B �Rכ����� �� �K�L א � �� �7�. �� � ��. ���* �+ �,�-� �+ �,�� ��

    �Oא �N �\� �� �N .+� א��!�

    “Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang

    beriman untuk memintakan ampun (kepada Allah q)

    bagi orang-orang musyrik, walaupun (orang-orang

    musyrik) itu adalah kerabat(nya), sesudah jelas bagi

    mereka bahwa orang-orang musyrik adalah penghuni

    Neraka Jahanam.”21

    Juga firman Allah q;

    -�כ� �� �< �� �,�L �( �< �� �,�' � ��כ��� א�6 �� �Z �K �K ��� �� � �' �� � ��f �V �) �A �� �' ���� �, �4+� .�א���� �P� ��.

    20

    HR. Bukhari : 6691, lafazh ini miliknya, Muslim : 1474, Nasa’i :

    3421 dan Abu Dawud : 3714. 21

    QS. At-Taubah : 113.

  • 17

    “Sesungguhnya engkau tidak dapat memberi petunjuk

    kepada orang yang engkau cintai, tetapi Allah q

    memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya,

    dan Allah q lebih mengetahui orang-orang yang

    (bersedia) menerima petunjuk.”22

    Kedua ayat ini turun ketika Nabi a berkeinginan

    untuk memohonkan ampunan kepada pamannya, yaitu

    Abu Thalib.23

    5. Tidak semua ayat memiliki asbabun nuzul

    Baik disebabkan karena tidak adanya riwayat yang

    menerangkan sebab turunnya ayat tersebut atau karena

    tidak ada riwayat yang shahih yang menerangkan tentang

    sebab turunnya ayat tersebut. Misalnya firman Allah q;

    ���4 ��f � � �+ �Aא�LB �)�4 �W�. �1 �4 �>��א �� �� �)�� �)�L +� א .��1 �� �A �) �m �� �7 � ��.

    “Maka setelah Allah q memberikan kepada mereka

    sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia

    itu, berpaling dan mereka adalah orang-orang yang

    selalu membelakangi (kebenaran).”24

    22

    QS. Al-Qashash : 56. 23

    HR. Muslim : 24. 24

    QS. At-Taubah : 76.

  • 18

    Sebagian kaum muslimin mengatakan bahwa ayat

    tersebut turun berkenaan tentang kisah Tsa’labah y yang

    menolak untuk mengeluarkan zakat. Akan tetapi hadits

    ini sangat lemah ditinjau dari sisi sanad maupun

    matannya. Sehingga yang benar bahwa ayat tersebut

    tidak memiliki asbabun nuzul.

    *****

  • 19

    NASAKH

    Di dalam syari’at Islam ada beberapa dalil yang

    menghapus dalil yang datang sebelumnya. Inilah yang

    dikenal dengan istilah nasakh. Allah q berfirman;

    א � � � E� �� �W�. �F��א -� �, �&�2�- ��� EU�'B �� � �x �&�2�- �, �2f א �,�4 �w � ��� �+��� �' ���*

    EV �R �9 � �I��4 כ� �P � ��� א�6 �+�4 �7�L �.

    “Ayat mana saja yang Kami nasakh atau Kami jadikan

    (manusia) lupa kepadanya, Kami akan datangkan yang

    lebih baik darinya atau yang sebanding dengannya.

    Tidakkah engkau mengetahui bahwa sesungguhnya Allah

    q Maha Kuasa atas segala sesuatu.”25

    Di antara hikmah adanya nasakh dalam syari’at

    Islam adalah:

    1) Memperhatikan maslahat hamba dengan cara menetapkan syari’at yang lebih bermanfaat bagi

    mereka dalam urusan agama dan dunia mereka.

    2) Adanya tahapan dalam menetapkan syari’at hingga menjadi sempurna.

    3) Menguji orang-orang mukallaf dengan cara mempersiapkan mereka untuk menerima perubahan

    dari satu hukum kepada hukum yang lain dan agar

    mereka ridha terhadap hal tersebut.

    25

    QS. Al-Baqarah : 106.

  • 20

    4) Menguji orang-orang mukallaf agar bersyukur jika nasakh tersebut menjadi lebih ringan dan bersabar

    jika nasakh tersebut menjadi lebih berat.26

    Jenis-jenis nasakh dibagi menjadi empat, antara

    lain:

    1. Al-Qur’an dinasakh dengan Al-Qur’an

    Misalnya; ayat tentang bisikan di dalam hati akan

    diperhitungkan oleh Allah q. Allah q berfirman;

    �� �� �K�L �� �� �� �R��א (� א � �G �W�L ���כ�+� �& �G �-� � כ�+� .��1 א�6 �K א"� �N�' ��

    “Jika kalian menampakkan apa yang ada di dalam hati

    kalian atau kalian menyembunyikannya, niscaya Allah q

    akan membuat perhitungan dengan kalian tentang

    perbuatan tersebut.”27

    Ayat tersebut dinasakh dengan firman Allah q;

    א �, �� �4 �P �� �Z�K א כ�&� א � א ��,� �, �7 �" �� �( א �� @& �G�- � �y��4 א�6 )� '�כ� �� �&�- �� -�א �� �= �Hא �g�L �( �2א�. �� �Z�K �&�� א אכ� � �2f �2א�. ��-�א ���i �H� ��� �4 �� א �� א כ��� @� �2א ��\� �� �4 �P �I �� �N�L �( �� �' ��4 א��=� �P �1�� �� � ��

    26

    Al-Ushul min ‘Ilmil Ushul, 43. 27

    QS. Al-Baqarah : 284.

  • 21

    �2א �P �y �Pא �U ���2א .��1 �� א )� �Jא*� �2א � �4 ��� �N�L �( .��2א �� �2א �� �4 �K �* �# �) �C ��4 א�� �P א�- �� �̀ א-� ��-�א �( �) � �Z�-��2א �� �� א�� �� ���2א �� �G �rא ��

    �' �� �� .�� א��כ�א

    “Allah q tidak membebani seseorang melainkan sesuai

    dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari

    kebaikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa

    (dari kejahatan) yang dilakukannya. (Mereka berdoa),

    “Wahai Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika

    kami lupa atau salah. Wahai Rabb kami, janganlah

    Engkau bebankan kepada kami beban yang berat

    sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang

    sebelum kami. Wahai Rabb kami, janganlah Engkau

    pikulkan kepada kami (sesuatu) yang kami tidak sanggup

    memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami dan

    rahmatilah kami. Engkau adalah Penolong kami, maka

    tolonglah kami atas kaum yang kafir.”28

    Misal yang lainnya; ayat tentang hukuman bagi

    wanita yang berzina adalah dikurung di rumahnya sampai

    meninggal dunia. Allah q berfirman;

    �R�L א�$� �� ���L���' � �- �� � �U �� א�� �G �� f&� �� א�� �� �, ���� א �hכ�+� ��א"�

    � � @U �7�. ��� �� �, �� �4 �P �� �� �, �9 �� �z ��כ�(� �2כ�+� �& ��� ����R א �� �A 28

    QS. Al-Baqarah : 286.

  • 22

    �)�� �K �� א�� �,�� � �I א�6 �7 �!�' ��� �F �) �� א���� �Aא�� �)���' ��� �� �F �� �K �" @$.

    “(Terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan

    keji (zina), hendaklah ada empat orang saksi di antara

    kalian (yang menyaksikannya). Jika mereka telah

    memberi persaksian, maka kurunglah para wanita

    tersebut di dalam rumah sampai mereka menemui

    ajalnya atau sampai Allah q memberi jalan lain kepada

    mereka.”29

    Ayat tersebut dinasakh dengan firman Allah q;

    �R א� א-� א�;� �� �U���-א �;� �� ���4 ��א�� � � E� א�� �� �Iא כ� Ea �� �4 �� �U�hא א � �� �,�2

    �� �R�� U ��� א �� �� כ�+� .�,� �= �H���L �( �' �t �)�2 � �g�L �+�� �� כ��2 �� � �� �� א�6

    �� U �G�hא�J א �� א.�,� �= �P �� �, ���� �� �� �� �H #� א}� �)�� א�� �� � �� .�א�6 �� �2 � �g .�� א����

    “Wanita yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka

    pukullah tiap orang dari keduanya seratus kali pukulan.

    Janganlah belas kasihan kalian kepada keduanya

    mencegah kalian untuk (menjalankan) agama Allah q,

    jika kalian beriman kepada Allah q dan Hari Akhir.

    29

    QS. An-Nisa’ : 15.

  • 23

    Hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan

    oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.”30

    2. Al-Qur’an dinasakh dengan As-Sunnah

    Misalnya ayat tentang wasiat harta kepada kerabat.

    Allah q berfirman;

    א @� �� �H כ� ���L �� �� �F �) כ�+� א���� �� ��� �� �> א �� �0 כ�+� �� �� �4 �P �̂ כ��� �� ���. �� �*� �Yא �� ���' א���� �) �4�� �U�� �\ ��4 א��(� �P א |C �� �}� �� �7 �� .�א����

    �� �C�� �� .�� א��

    “Diwajibkan atas kalian ketika seorang di antara kalian

    kedatangan (tanda-tanda) kematian jika ia meninggalkan

    harta yang banyak, berwasiat untuk kedua orang tua dan

    kerabatnya secara ma’ruf. (Ini adalah) kewajiban atas

    orang-orang yang bertaqwa.”31

    Ayat ini dinasakh dengan hadits bahwa tidak ada

    wasiat harta untuk ahli waris. Diriwayatkan dari Abu

    Umamah Al-Bahili y ia berkata, aku mendengar

    Rasulullah a bersabda pada khutbah di tahun haji wada’;

    �� א �� �< �0 �Iכ� ��i �P� ���* � �6 E~ א�� �)�� �U�� �\ �� �$�� �1 �C �� E�j ��

    30

    QS. An-Nur : 2. 31

    QS. Al-Baqarah : 180.

  • 24

    “Sesungguhnya Allah q telah memberi hak kepada tiap-

    tiap yang berhak, maka tidak ada wasiat (harta) untuk

    ahli waris.”32

    3. As-Sunnah dinasakh dengan Al-Qur’an

    Misalnya; hadits yang menerangkan bahwa

    pelaksanaan shalat adalah dengan menghadap Baitul

    Maqdis. Hadits tersebut dinasakh dengan ayat yang

    memerintahkan shalat dengan menghadap ke Ka’bah.

    Allah q berfirman;

    �� כ� ��R א�&� �, �� �� �̂ Q4 �C�L ? ���- ���*f �2כ������ �)�2 �4 �� �V @U�4 �K �*

    א �Aא �m ���L �q�� �� א#� �� �� �Nא�� �� �! �& �� א���� �i כ� �9 �, �� �� � �: �)�� �)Q� �)�� �+�� א כ��2 (� א� �� �� �� �� �i כ�+� �9 �A

    ”Sungguh Kami (sering) melihat wajahmu menengadah

    ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkanmu ke

    kiblat yang engkau inginkan. Palingkanlah wajahmu ke

    arah Masjidil Haram. Dimana saja kalian berada,

    palingkanlah wajah kalian ke arahnya.”33

    4. As-Sunnah dinasakh dengan As-Sunnah

    Misalnya; dinasakhnya larangan ziarah kubur.

    Diriwayatkan dari Buraidah y ia berkata, Rasulullah a

    bersabda;

    32

    HR. Ahmad, Tirmidzi : 2120, Abu Dawud : 3565, dan Ibnu Majah

    : 2713. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam

    Shahihul Jami’ : 1720. 33

    QS. Al-Baqarah : 144.

  • 25

    �� ��- �R �2 כ� �Z �- �, �� �� כ� �+ �P �� �T �' ��א �a א�� �C �K �) �� �� �; �� �� �� �Aא

    ”Sesunggugnya (dahulu) aku melarang kalian untuk

    ziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah.”34

    Macam-macam nasakh dalam Al-Qur’an terbagi

    menjadi tiga, antara lain:35

    1. Dinasakh hukumnya tetapi lafazhnya tetap ada

    א -� ( � �& �1� �G�� �R�C�. �� �1 �� כ� �� �x(

    Misalnya dua ayat tentang mushabarah, Allah q

    berfirman;

    �'f �� �2 � �g �k א���� ��� �� QR �K�2א א� �,Q'� �' �� ��א:� �� �C ��4 א�� �P �� כ����� �2כ�+� �� �� �� �P �� א.��� �\ �� �)�K �4 �3�' �� �hא �� א � ����

    “Wahai Nabi, kobarkanlah semangat orang-orang yang

    beriman untuk berperang. Jika ada dua puluh orang

    yang bersabar di antara kalian, niscaya mereka akan

    dapat mengalahkan dua ratus orang (musuh).”36

    34

    HR. Muslim : 977, Abu Dawud : 3235 dan Nasa’i : 5652, lafazh

    ini miliknya. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani 5

    dalam Shahihul Jami’ : 2475. 35

    Al-Ushul min ‘Ilmil Ushul, 41. 36

    QS. Al-Anfal : 65.

  • 26

    Ayat tersebut lafazhnya tetap ada di dalam Al-

    Qur’an, namun hukumnya telah dihapus dengan firman

    Allah q;

    �� א� �{ �� �� ��� �+�4 �P �2כ�+� �� �P � �y א�6 �G �H �' �� �z��א @G �7 �m �+כ��� כ�� �2כ�+� �� � �' a א.��� �\ U�hא �)�K �4 �3 �' �� �� �� �� �����hא � א � כ��� �y��� �2כ�+� �' �)�K �4 �3B �� �0 �z �. �� �� �G ��� �' א.��� �̀ %� א� � � א�6 �� � .�� א�6

    ”Sekarang Allah q telah meringankan kalian dan Dia

    mengetahui bahwa pada (diri) kalian (terdapat)

    kelemahan. Maka jika di antara kalian ada seratus orang

    yang bersabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan

    dua ratus orang (musuh). Jika di antara kalian ada

    seribu orang (yang bersabar), niscaya mereka akan

    dapat mengalahkan dua ribu orang (musuh), dengan izin

    Allah q. Allah q bersama orang-orang yang sabar.”37

    2. Dinasakh lafazhnya tetapi hukumnya tetap berlaku

    א( � �- �& �1 �� כ� �� �R�C�. �� �1� �G�� �x(

    Misalnya seperti ayat tentang rajam. Lafazhnya

    telah dihapus, namun hukumnya masih tetap berlaku.

    Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas p ia

    berkata, ‘Umar y berkata;

    37

    QS. Al-Anfal : 66.

  • 27

    ��� :� ;� -� א � �� � א�� כ� � �� *� +� �� א��� B �U'� א�6 �- �Aא �� א �� �P �� �2 �Aא א �� �P �C �4 �2 �Aא �� :� (� "� �� +� �� �� א

    � � �4 \� א�6 +� �P �4 �� �1 �� �" �4 � א�6�� �� �� �7 א .� �2 �� �� �� �� �� �H �� �� � �� �J �:א��2 .� א �Dא �T �

    � א� �� �' �C �) �: �* �hא I: � �- !� א ��א��� �� �+ �� �R

    � א�O �� כ� �� א�6 �� �> Q4 �) �. כ� �� �� א �� �� �' �> EU � �- �; �� �, � �� +� �� א��� �� �� �� א א�6 �R

    � א�O �� כ� � Xj �P �4 �� א�6 � �� �T �- �� � �0 � &� א���2 �� א:� �� א���� �� � �� ̀� �� א

    �Vא *� �0 �� א �א �Z

    � �N �K �I א�� א�� כ� �� � �K ��� �2 �U א�� �� � .א{� �� �� �P א)�

    “Dahulu di antara ayat yang diturunkan oleh Allah q

    (adalah) ayat (tentang) rajam. Kami membacanya, kami

    menghafalnya, dan kami memahaminya. Rasullullah a

    pernah melakukan (hukum) rajam dan kami pun

    melakukan hukum rajam setelah beliau (wafat). Aku

    khawatir ketika manusia telah melewati masa yang

    panjang, seseorang akan berkata, “Aku tidak menemukan

    ayat rajam di dalam Kitabullah, maka mereka menjadi

    sesat karena meninggalkan kewajiban yang telah

    diturunkan oleh Allah q. Sesungguhnya (hukum) rajam

    dalam Kitabullah adalah haq terhadap orang yang

    berzina jika telah menikah (baik itu) laki-laki maupun

    wanita, jika ada bukti, hamil atau (adanya) pengakuan.”38

    38

    HR. Muslim : 1691.

  • 28

    3. Dinasakh hukum dan lafazhnya

    א -� ( � �& �1� �G�� �� �1 �� כ� �� �x( Misalnya ayat tentang susuan yang menjadikan

    mahram. Lafazh ayat tentang sepuluh kali susuan telah

    dihapus demikian pula hukumnya, diganti dengan lima

    kali susuan. Sebagaimana diriwayatkan dari ‘Aisyah i,

    ia berkata;

    �� א�� כ� �� �� � אEF � (� �4 �7 � א �m �7 EF�� �� �� �C �� ��B �P א�� �� � :� ;� -� א �' �N ��� � ��. �5 �+ �- �& �W �� �. �W �� E � �7 �4 �) � EFא �� �� �) ��� �R �� �" �) �:

    � � �4 \� א�6 �P �4 �� �1 �� �" �4 �+ �� �A �R � א�6�� .�C �� ��B א�� �� � � �� �C א '� �� ��

    “Pada awalnya (persusuan) yang menjadikan mahram

    dalam Al-Qur’an adalah sepuluh kali susuan yang

    dikenal. Kemudian dihapus dengan lima kali susuan yang

    dikenal. Lalu Rasulullah a wafat, dan lima kali susuan

    (itulah yang tetap) sebagaimana ayat Al-Qur’an

    dibaca.”39

    *****

    39

    HR. Muslim : 1452, lafazh ini miliknya, Nasa’i : 3307, Tirmidzi :

    1150 dan Abu Dawud : 2062.

  • 29

    KAIDAH PENAFSIRAN AL-QUR’AN

    Allah q memerintahkan kepada kita untuk

    memahami dan mentadabburi Al-Qur’an. Allah q

    berfirman;

    �-� Oא�� כ ��� כ� א�� �K ����כ� � �2א�� �� �� �; �� ���. ����B )����כ��� �=�� ���� �� �1�Lא�'B �Oא�K ��� �Yא.

    “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu

    yang penuh dengan keberkahan supaya mereka

    memperhatikan ayat-ayat-Nya dan agar mendapat

    pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.”40

    Di antara keilmuan pokok untuk memahami Al-

    Qur’an adalah tafsir Al-Qur’an. Dalam menafsirkan Al-

    Qur’an ada kaidah-kaidah yang perlu diperhatikan agar

    tafsiran tersebut tidak menyimpang. Syaikh

    ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di 5 telah membuat

    karya tulis tentang kaidah-kaidah dalam menafsirkan Al-

    Qur’an yang diberi judul Al-Qawa’idul Hisan Al-

    Muta’allaqah bi Tafsiril Qur’an. Di dalam kitab tersebut

    terdapat 71 kaidah dalam menafsirkan Al-Qur’an.

    Berikut ini adalah 6 kaidah besar beserta penjelasannya.

    40

    QS. Shad : 29.

  • 30

    Kaidah Pertama;

    �Oא�K �"� �Yא �_ �) �̀ �W�. �( א� �G ��� �Yא �# �) �� �7�. �a �� �K �7 א���Pelajaran (diambil) dengan umumnya lafazh-lafazh

    bukan dengan khususnya sebab-sebab41

    Jika satu ayat menggunakan redaksi yang bersifat

    umum, maka diterapkan sesuai dengan keumuman

    redaksi tersebut, meskipun ayat itu turun berkenaan

    dengan peristiwa tertentu. Misalnya firman Allah q;

    �' �� א��=� �P � אכ�+� א�6 �,�2�' �( �)�4�Lא �C�' �+�� �� �' ��+� כ�+� ��R א���� �� �� �) �� �� �W�' � כ�+� ��� כ�+� � '�א�� �t �� �� Q� �K�L �)�i �& �C�L �� �+ �AB �+ �, ���� ��

    �� �i �& �C Q̂ א���� �N�' � �� א�6 �� ��.

    “Allah (q) tidak melarang kalian untuk berbuat baik dan

    berlaku adil terhadap orang-orang (kafir) yang tidak

    memerangi kalian karena agama dan tidak (pula)

    mengusir kalian dari negeri kalian. Sesungguhnya Allah

    (q) mencintai orang-orang yang berlaku adil.”

    Ayat ini turun berkenaan dengan keinginan Asma’

    binti Abu Bakar yang ingin menyambung silaturrahim

    dengan ibunya yang kafir. Berkata Asma’ binti Abu

    Bakar p, ia berkata;

    41

    Al-Qawa’idul Hisan, 16.

  • 31

    � �L �� �2 �R � �� �R ��

    �rא �K @U �� �R �P �, � �K ��R �\ �4 א��2 �� �� �P �4 � א�6

    �1 �� �" �4 �+ �� �& �� �� �Z �2א� �K �R �\ �4 � �� �P �4 � א�6

    �1 �� �" �4 �+ �\B �4 �,אc �* �:א: �� :�P �� �� �2 �U �� .� א:� *� +� �7 -� �� �- �; �: � +� אכ� ,� �2 '� )� { :א,� �� � �� א�� �L �7 א�6

    � .}�� '� R א���� �� +� כ� (� �4 א�C �L '� +� �� �� '� =� א�� �� �P א�6

    “Pada masa Nabi a ibuku mendatangiku (karena)

    kerinduan(nya kepadaku). Maka aku bertanya kepada

    Nabi a, “Bolehkah aku menyambung silaturrahim

    dengan ibuku?” Nabi a bersabda, “Ya.” Berkata Ibnu

    Uyainah 5,42

    “Maka Allah q menurunkan (ayat),

    ”Allah (q) tidak melarang kalian untuk berbuat baik dan

    berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak

    memerangi kalian karena agama.43

    ”44

    Meskipun ayat tersebut turun berkenaan dengan

    kejadian Asma’ binti Abu Bakar p, namun redaksi ayat

    tersebut berlaku umum. Diperbolehkan berbuat baik dan

    berlaku adil kepada orang kafir yang tidak memerangi

    dan tidak mengusir kaum muslimin.

    42

    Beliau adalah seorang Tabi’ut Tabi’in di Makkah yang wafat

    tahun 198 H. 43

    QS. Al-Mumtahanah : 8. 44

    HR. Bukhari : 5978.

  • 32

    Kaidah Kedua;

    u �R ��� א��2,� u �R �G�2א� �eא�� �" �R�� �a �� �Z א��2כ� �7�* א �� �0 �� ���

    u א#� �, �G �� �" � ��� א)� u � �� #� א��� �) �� ��4 א���7 �P �Z�� �t

    Apabila (lafazh) Nakirah terdapat pada konteks kalimat

    penafian, larangan, syarat atau pertanyaan, (maka)

    menunjukkan pada keumuman45

    Contoh dari kaidah ini dalam Al-Qur’an sangat

    banyak. Misalnya firman Allah q;

    כ�(� �� ���L �( �� � �א א�6 ���K �Pא b@א�� �� א .��1 �9

    “Sembahlah Allah (q) dan janganlah kalian

    mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.”46

    Juga firman Allah q;

    �$�� �)�4 �7 �!�L �� א @tא ���-� � � (� א �6 ���4 �7�L �+�� �-� ��.

    “Maka janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi

    Allah (q), sedangkan kalian mengetahui.”47

    45

    Al-Qawa’idul Hisan, 20. 46

    QS. An-Nisa’ : 36. 47

    QS. Al-Baqarah : 22.

  • 33

    Ayat-ayat ini melarang kita mempersekutukan Allah q

    dengan apapun, baik dalam hati, perkataan maupun

    perbuatan, baik syirik yang besar, yang kecil, yang

    tersembunyi maupun yang terang-terangan.48

    Misal yang lain, firman Allah q;

    � א ��כ�+� � � �� �� �� �r E1�� �� ��

    “Sekali-kali tidak ada sesembahan bagi kalian selain

    Dia.”49

    Ayat ini menafikan semua sesembahan selain Allah q.

    Misal yang lain, firman Allah q;

    א �A�2א�' �T �� �� ���� �� א � א ��,� � �� E.

    “Kami menghiasinya, serta pada (langit tersebut) tidak

    terdapat retak sedikit pun?”50

    Ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada sedikit pun

    bagian dari langit yang retak, apalagi lubang.

    48

    Al-Qawa’idul Hisan, 20. 49

    QS. Al-A’raf : 59. 50

    QS. Qaf : 6.

  • 34

    Misal yang lain, firman Allah q;

    � א .�כ�+� � � �� � �- �� � �� א�6 ���� EU �� �7

    “Apa saja nikmat yang ada pada kalian, maka (itu

    datangnya) dari Allah (q).”51

    Ayat ini menunjukkan bahwa semua kenikmatan yang

    kita didapatkan, baik berupa kesehatan, keselamatan,

    kesenangan dan yang lainnya, semuanya merupakan

    karunia dari Allah q.

    Misal yang lain, firman Allah q;

    �� Ea �)�* �� א ���1 � ���� E� .)� -�א\�

    “Maka sekali-kali tidak ada bagi manusia suatu

    kekuatan pun dan tidak (pula) penolong.”52

    Juga firman Allah q;

    � �� �G�- �4כ� ���L �( �# b@א'�(� �� �9 E �G�2

    ”(Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak mampu menolong

    orang lain sedikit pun.”53

    51

    QS. An-Nahl : 53. 52

    QS. Ath-Thariq : 10. 53

    QS. Al-Infithar : 19.

  • 35

    Ayat ini mencakup semua nafs (orang), baik itu kekasih,

    kerabat dekat atau orang lain. Pada Hari Kiamat mereka

    semua tidak mampu menolong dan memberikan manfaat

    kepada orang lain sedikit pun.54

    Misal yang lain, firman Allah q;

    �� �� �% �� �&�L �( @U�� �r א )� �,.

    ”Tidak engkau dengar di dalamnya perkataan yang tidak

    berguna.”55

    Ayat ini menafikan semua perkataan yang tidak berguna

    di Surga. Sehingga perkataan para penghuni Surga adalah

    perkataan yang baik dan bermanfaat yang mengandung

    dzikir kepada Allah q disertai adab yang baik dalam

    bergaul, yang menjadikan hati senang dan menjadikan

    dada lapang.56

    Kaidah Ketiga;

    � �Iכ� �I �� �� �̂ �!�' �tא א א���

  • 36

    Ayat-ayat Al-Qur’an yang zhahirnya tampak

    bertentangan, (maka) ayat-ayat tersebut wajib dipahami

    pada konteks yang sesuai dengan kedudukan(nya)57

    Semua ayat-ayat di dalam Al-Qur’an tidak ada

    yang bertentangan antara satu dengan yang lainnya.

    Sebagaimana firman Allah q;

    �� ���. �����' �$��� � �� א�6 �� �r ���2 �P �� ��(� כ�א�� � �� ��B �� �C �� א��

    �� �� �� �)�� ���� �� א �w �@א כ� �$�� �Hא�1 א @�.

    “Apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an?

    Seandainya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah (q),

    niscaya mereka akan mendapatkan di dalamnya

    pertentangan yang banyak.”58

    Jika ada ayat yang terkesan bertentangan dengan

    ayat yang lainnya, maka ayat tersebut harus dipahami

    sesuai dengan kedudukannya. Misalnya firman Allah q;

    �( E=�b � �)�� �� �� �- �� �1 �K �- �0 �� �P �:�� �&�' �� �(f X�.

    “Pada hari itu manusia dan jin tidak ditanya tentang

    dosanya.”59

    57

    Al-Qawa’idul Hisan, 35. 58

    QS. An-Nisa’ : 82. 59

    QS. Ar-Rahman : 39.

  • 37

    Sedangkan disebutkan dalam ayat yang lain;

    �� �* �� �� ���K �7�L �+�� א כ��2 � ���'� �+ �,�� �I ��.

    “Ditanyakan kepada mereka, “Dimanakah (berhala-

    berhala) yang dahulu selalu kalian sembah.”60

    Disebutkan pula dalam ayat yang lain;

    �' �t�2א�' �# �)�' �� �) �C�� �� �+ א�0 ,� � �:B �� ��+� א���� �K ��� �� �4 �" ��.

    “(Ingatlah) hari (ketika) Allah (q) menyeru mereka,

    seraya bertanya, “Apakah jawaban kalian (terhadap

    seruan dakwah) para Rasul?”61

    Pada ayat yang pertama menyebutkan bahwa dosa

    manusia dan jin tidak ditanyakan. Namun pada dua ayat

    berikutnya mereka ditanya tentang dosa kesyirikan yang

    pernah mereka lakukan dan ditanya pula tentang

    tanggapan mereka terhadap seruan dakwah para Rasul.

    Pertanyaan yang dinafikan adalah pertanyaan untuk

    mengetahui dosa-dosa yang telah dilakukan oleh manusia

    dan jin. Allah q tidak memerlukan hal itu, karena

    pengetahuan Allah q sangat sempurna meliputi seluruh

    urusan mereka, baik yang lahir maupun yang batin, baik

    yang terang maupun yang samar.62

    Pada Hari Kiamat

    60

    QS. Asy-Syu’ara : 92. 61

    QS. Al-Qashash : 65. 62

    Al-Qawa’idul Hisan, 36.

  • 38

    telah dijadikan tanda-tanda yang dengan tanda-tanda

    tersebut mereka dapat dikenali; apakah sebagai pelaku

    kebaikan ataukah sebagai pelaku keburukan.63

    Sedangkan

    pertanyaan yang ditetapkan adalah berkenaan dengan

    perbuatan yang telah mereka lakukan. Hal juga

    menunjukkan bahwa Allah q menghukum sesuai dengan

    keadilan dan kebijaksanaan-Nya.64

    Misal yang lain, firman Allah q;

    �� �7 ��א �U א��� �Pא �G �9 �+ �, �7 �G �2�L א ���� ��.

    ”Tidak bermanfaat lagi bagi mereka syafa’at dari orang-

    orang yang memberikan syafa’at.”65

    Sedangkan disebutkan dalam ayat yang lain;

    �1�- �0 �z �. �( �� �� ���2 �P �% �G ���' �< א א��=� �0 �� �

    “Tidak ada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah

    (q) tanpa izin-Nya.”66

    Ayat yang pertama menafikan adanya syafa’at,

    sedangkan ayat yang kedua menetapkan adanya syafa’at.

    Syafa’at yang dinafikan adalah syafa’at yang tidak

    63

    Taisirul Karimir Rahman, 831. 64

    Al-Qawa’idul Hisan, 36. 65

    QS. Al-Muddatstsir : 48. 66

    QS. Al-Baqarah : 255.

  • 39

    mendapat izin dari Allah q dan diberikan kepada orang

    yang tidak diridhai oleh Allah q. Sedangkan syafa’at

    yang ditetapkan adalah syafa’at yang diizinkan oleh

    Allah q dan diberikan kepada orang-orang yang

    diridhai-Nya, setelah mendapatkan izin dari Allah q.67

    Kaidah Keempat;

    �+�' ��B א��כ��� �� �C ��R א�� �a �t א�� �) א���Vא �� �"� �Yא �v �7�. �t �� ���א �0 ��

    u �1�� �̂ �2א"� �� א#� א�� ��2 א���7 �7 ��4 א���� �P �: �t �% � �� א *��� �0 �� ��u��2 �7 �v א���� �7�. ��4 �P �: �t �� �� �� �r ��4 �P �1 �7 � �� א *��� � �: �t ��

    �1 �� .�א*�

    Sebagian kata-kata yang terdapat di dalam Al-Qur’anul

    Karim jika disebutkan secara menyendiri, (maka)

    menunjukkan makna umum yang sesuai dengannya.

    Namun jika disebutkan beserta selainnya, (maka)

    menunjukkan sebagian makna dan kata lain yang

    disebutkan bersama kata tersebut menunjukkan (makna)

    yang lainnya68

    Misalnya kata “iman” dan “amal shalih.” Jika kata

    “iman” disebutkan sendirian, maka “iman” mencakup

    semua keyakinan dan syari’at dalam agama, baik secara

    67

    Al-Qawa’idul Hisan, 37. 68

    Al-Qawa’idul Hisan, 45.

  • 40

    lahir maupun batin. Namun jika kata “iman”

    digabungkan dengan kata “amal shalih,” seperti dalam

    firman Allah q;

    �' �� א��=� �� �)�2 �B �� �Fא �Nא�� �̀ �4(א א� �� �P א ��

    “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal

    shalih.”69

    Maka ”iman” bermakna pembenaran dan keyakinan

    dalam hati. Sedangkan ”amal shalih” bermakna syari’at

    yang bersifat ucapan maupun perbuatan.70

    Demikian juga dengan kata “al-birr” dan “taqwa.”

    Jika kata “birr” disebutkan sendirian, maka “al-birr”

    berarti melakukan perintah Allah q dan menjauhi

    larangan Allah q, sebagaimana arti kata “taqwa.”

    Namun jika kata “al-birr” digabungkan dengan kata

    “taqwa,” seperti dalam firman Allah q;

    �)�- א�� �7�L ��? �) �Cא��� �� ��� �K ��4 א�� �P א �)�- א�� �7�L �( �� �+�5 � ��4 א]� �P אא�� �� �� א���7 ��

    ”Saling tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan

    ketaqwaan dan janganlah kalian saling tolong-menolong

    dalam dosa dan permusuhan.”71

    69

    QS. Al-Baqarah : 277. 70

    Al-Qawa’idul Hisan, 45.

  • 41

    Maka ”al-birr” bermakna sesuatu yang dicintai dan

    diridhai oleh Allah q, baik berupa ucapan maupun

    perbuatan. Sedangkan ”taqwa” bermakna meninggalkan

    seluruh hal-hal yang diharamkan oleh Allah q.72

    Demikan pula kata ”itsm” dan ”’udwan” pada ayat

    di atas. Jika kata “itsm” disebutkan sendirian, maka

    “itsm” mencakup semua dosa, baik yang terjadi antara

    hamba dengan Allah q maupun dosa yang terjadi antar

    sesama hamba. Namun jika kedua kata tersebut

    digabungkan, maka ”itsm” bermakna kemaksiatan yang

    terjadi antara hamba dengan Allah q sedangkan

    ”’udwan” bermakna kemaksiatan antar sesama hamba

    yang menyangkut masalah darah, harta dan kehormatan

    mereka.73

    Misal yang lain, adalah kata “ibadah” dengan

    “tawakkal.” Jika kata “ibadah” disebutkan sendirian,

    maka “ibadah” mencakup semua yang dicintai dan

    diridhai oleh Allah q, baik lahir maupun batin termasuk

    di dalamnya adalah tawakkal. Namun jika kata “ibadah”

    digabungkan dengan kata “tawakkal,” seperti dalam

    firman Allah q;

    �1 �� �4 �P �Iכ� �)�L �� �� ���K �Pא��

    ”Sembahlah Dia dan bertawakkallah kepada-Nya.”74

    71

    QS. Al-Ma’idah : 2. 72

    Al-Qawa’idul Hisan, 46. 73

    Al-Qawa’idul Hisan, 46. 74

    QS. Hud : 123.

  • 42

    Maka ”ibadah” bermakna semua bentuk perintah, baik

    lahir maupun batin. Sedangkan ”tawakkal” bermakna

    ketergantungan hati kepada Allah q dalam meraih

    manfaat dan menghindarkan diri dari mudharat, dengan

    keyakinan yang sempurna bahwa Allah q yang akan

    membantu untuk mewujudkannya.75

    Demikian pula kata “fakir” dan “miskin.” Jika

    salah satu dari keduanya disebutkan sendirian, maka

    mengandung arti kedua-duanya. Namun jika kedua kata

    tersebut digabungkan, seperti dalam firman Allah q;

    �� אכ� �& א���� �� �Vא �� �C �G �4�� �Fא�* �� �̀ א א� ���- �� ��

    “Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-

    orang fakir, dan orang-orang miskin.”76

    Maka ”fakir” adalah orang yang sangat membutuhkan

    yang tidak mendapatkan sesuatu apapun untuk

    mencukupi kebutuhannya. Sedangkan ”miskin” adalah

    orang yang kebutuhannya di bawah tingkatan fakir.77

    75

    Al-Qawa’idul Hisan, 46. 76

    QS. At-Taubah : 60. 77

    Al-Qawa’idul Hisan, 46.

  • 43

    Kaidah Kelima;

    �Vא �� �"���. �Fא�' +� א}� �� �H �4 �P Q: ���' ��2 �& �Nא�� � ��� �א�6 �1�� �� כ�(� �= +� א���� כ� �Nא�� �+�' +� א��כ��� �" � ��כ� א)� �=�. �j�4 �7�L

    Menutup ayat-ayat dengan Asmaul Husna menunjukkan

    bahwa hukum yang disebutkan pada ayat itu terkait

    dengan Nama yang Mulia tersebut78

    Semua syari’at, perintah dan akhlak bersumber dari

    Asmaul Husna dan berkaitan dengan Asmaul Husna

    tersebut. Kita akan mendapatkan ayat-ayat yang

    berbicara tentang rahmat akan diakhiri dengan sifat

    rahmat. Sedangkan ayat-ayat yang berbicara tentang

    hukuman dan adzab akan diakhiri dengan nama yang

    mengandung pengertian ’izzah (Maha Perkasa), Maha

    Kuasa, Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui.

    Misalnya firman Allah q;

    �� EFא א�� �� �" �% �K �" �� �Aא �) �&�� �� �4 �P EV �R �9 � �Iכ��. �) �A +.

    “Lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha

    Mengetahui segala sesuatu.”79

    78

    Al-Qawa’idul Hisan, 49. 79

    QS. Al-Baqarah : 29.

  • 44

    Allah q menyebutkan cakupan pengetahuan-Nya yang

    sangat luas setelah menyebutkan bahwa Dia telah

    menciptakan langit dan bumi. Hal ini menunjukkan

    bahwa pengetahuan Allah q tentang alam semesta

    adalah pengetahuan yang sempurna.80

    Misal yang lain, firman Allah q;

    �� �i�4א� �) �A �� �j�4 �H �� � �+�4 �7�' �(� �� �K �Wא�� �y ��.

    ”Apakah Allah (q) tidak mengetahui apa yang telah

    diciptakan-Nya, sedangkan Dia Maha Halus lagi Maha

    Mengetahui?”81

    Penciptaan Allah q dan pengaturan semua makhluk-Nya

    merupakan bukti ilmu dan pengetahuan Allah q. Apakah

    mungkin Dia menciptakan jika Dia tidak mengetahui

    ilmunya?82

    Tentu hal tersebut tidak mungkin.

    Misal yang lain, setelah Allah q menjelaskan

    ketentuan pembagian warisan, Allah berfirman q;

    �' ���� � � @U �> �� �4 �P כ�א�� � �� א�6 �� � �� �� א�6 כ� א �� א�@ @�. “Ini adalah ketetapan dari Allah (q). Sesungguhnya

    Allah (q) Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”83

    80

    Al-Qawa’idul Hisan, 50. 81

    QS. Al-Mulk : 14. 82

    Al-Qawa’idul Hisan, 50. 83

    QS. An-Nisa’ : 11.

  • 45

    Maka hal ini menunjukkan bahwa Allah q mengetahui

    apa yang tidak diketahui oleh para makhluk dan Allah q

    telah meletakkan sesuatu sesuai dengan proporsinya.

    Oleh karena itu, maka berikanlah harta warisan kepada

    orang-orang yang berhak untuk menerimanya sesuai

    dengan ketentuan Allah q tersebut.84

    Misal yang lain, firman Allah q;

    �# �tB � �C�4�� �� �Oא (� א���(� �A �1�- �� �1 �� �4 �P �Oא�� �� EFא ���4 .���1 כ� �� �� � �� �� .+� א���

    “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari

    Rabb-nya, maka (Allah q) menerima taubatnya.

    Sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat lagi Maha

    Penyayang.”85

    Juga firman Allah q;

    �� �' �U�5 א��=� �$�w��4 א� �P �) �G ��4 �H �� �+ �, �� �4 �P �Z�*א �m א �0 �� ��� א �� �)Q2� �� �+ �, �& �G �-� �+ �, �� �4 �P �Z�*א �m �� �Z�K �� א �� ���. �k ��� �YאB

    �( ��� �{ �� � �� א�6 � �� �! �4 � �)�� ���� �+ �, �� �4 �P �Oא�L �+�5 �1 ���� א ���� .�(� ��(� א���(� �A � �� א�6 �� .+� א�O א���

    84

    Al-Qawa’idul Hisan, 53. 85

    QS. Al-Baqarah : 37.

  • 46

    “Terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan

    taubat) mereka,86

    hingga apabila bumi telah menjadi

    sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas (sedangkan)

    jiwa mereka telah (terasa) sempit dan mereka telah

    mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa)

    Allah (q) melainkan (hanya) kepada-Nya saja.

    Kemudian Allah (q) menerima taubat mereka agar

    mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah (q)

    Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”87

    Mengakhiri ayat dengan ”at-tawwab ar-rahim” (Maha

    Penerima Taubat lagi Maha Penyayang) setelah

    menyebutkan dosa yang dilakukan oleh seorang hamba

    merupakan korelasi yang sangat sesuai. Ketika Allah q

    menyebutkan bahwa Dia adalah Dzat yang Maha

    Penerima Taubat lagi Maha Penyayang, maka Allah q

    akan menyambut hamba yang bertaubat kepada-Nya.

    Allah q akan memberikan taufiq kepada hamba tersebut

    untuk melakukan sebab-sebab yang menjadikan Allah q

    akan memberikan taubat kepadanya, sehingga Allah q

    akan mengampuni dosanya dan merahmatinya.88

    86

    Yaitu Ka’ab bin Malik, Hilal bin Umayyah dan Mararah bin Rabi’

    o, yang mereka tidak ikut dalam perang Tabuk. 87

    QS. At-Taubah : 118. 88

    Al-Qawa’idul Hisan, 51.

  • 47

    Misal yang lain, firman Allah q;

    �; א �� ���- ��B �' .�(� �V א��=� א�� �N�' �� �) �" �� �� � ��R �� א�6 �� �) �7 �&�' �� �1�� �)�4�� �C�' ���א @tא �&�� �k ��� �YאB �)�K�4 �̀ �' ���B �' ���'� �%�i �C�L ��� �+ �,

    �+ ��כ� ��,� �0 �k ��� �Yא �� א � �) �G �2�' ��� E} �$ �H �� � �+ �,�4 �� ��� ����א �- Q�א� R�� < �; �H �� � �P Oא �= �P �a �� �H ��R א}� �+ �,�� �� + . �(��

    �' �� �� �Lא.�(� א��=� �� �� �C�L ��� �I �K �* �� (� א � ���4 �Pא�� �+ �, �� �4 �P אB ��� �) �G �r � �� א�6� �� �� +.

    “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang

    memerangi Allah (q) dan Rasul-Nya dan membuat

    kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh

    disalib, dipotong tangan dan kaki mereka dengan

    bertimbal balik atau dibuang dari negeri (tempat tinggal

    mereka). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan

    untuk mereka di dunia dan di akhirat mereka akan

    mendapatkan siksaan yang besar. Kecuali orang-orang

    yang taubat (di antara mereka) sebelum kalian dapat

    menangkap mereka, maka ketahuilah bahwa Allah (q)

    Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”89

    89

    QS. Al-Ma’idah : 33 - 34.

  • 48

    Ketika ayat di atas diakhiri dengan menyebutkan sifat

    Allah q “ghafurur rahim” (Maha Pengampun lagi Maha

    Penyayang), maka menunjukkan bahwa jika pelaku dosa

    tersebut bertaubat sebelum tertangkap, maka Allah q

    akan mengampuninya, merahmatinya dan

    menghindarkannya dari hukuman.90

    Kaidah Keenam;

    � �j�4 א�6 �P ��� א� �A �t �) �� �� �� �7�. �� �) �� �Y�1 .�א �� �4 �P �tא �� כ�א�� א���� �Vא �; �1 א��!� �� �4 �P �̂ �L �����' �< +� א��=� �4 ��כ� א���7 �=�.

    Jika Allah q mengaitkan ilmu-Nya dengan perkara-

    perkara setelah terwujudnya (perkara-perkara tersebut),

    (maka) yang ilmu yang dimaksud adalah yang

    menimbulkan balasan91

    Telah ditetapkan dalam Al-Qur’an, As-Sunnah dan

    ijma’ bahwa Allah q mengetahui segala sesuatu dan

    ilmu-Nya meliputi seluruh alam, baik yang tertinggi

    maupun yang terendah, yang lahir maupun yang batin,

    yang kongkrit maupun yang abstrak, yang lampau

    maupun yang akan datang. Allah q juga mengetahui

    sesuatu yang akan dikerjakan oleh hamba-Nya sebelum

    hamba tersebut mengerjakannya.

    90

    Al-Qawa’idul Hisan, 52. 91

    Al-Qawa’idul Hisan, 103.

  • 49

    Ayat yang menyebutkan bahwa Allah q

    mensyari’atkan dan mentakdirkan sesuatu untuk

    mengetahui sesuatu hal tertentu, maka ilmu Allah q

    yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah yang

    menimbulkan balasan terhadap hamba. Adapun ilmu

    Allah q tentang perbuatan hamba-Nya yang belum

    dilakukan oleh hamba tersebut, maka tidak

    berkonsekuensi adanya balasan. Karena perbuatan hamba

    yang akan diberikan balasan adalah perbuatan yang telah

    dilakukan oleh hamba tersebut (bukan yang belum

    dilakukan).92

    Misalnya firman Allah q;

    �' �� �Aא �! �4+� א���� �7�- ��� -�כ�+� �� �)�4 �K�2�� �� �' א.��� �̀ א� �2כ�+� �� � �� �� �H� �)�4 �K�- כ�+� �� א�� �K.

    ”Sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian

    hingga Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan

    bersabar di antara kalian, dan Kami juga akan menguji

    keadaan kalian.”93

    92

    Al-Qawa’idul Hisan, 103. 93

    QS. Muhammad : 31.

  • 50

    Berkata Imam Al-Qurthubi 5;

    �A �= �4 �7 א א�� �+ �A �) א�� +� �4 �7 א�� �= �< �' �C �% �. �1 א�� �! �; �Vא � �Y u �- �1 �� �- �� א �' �! �Tא �' �, �+ �. �� �P �� א�� �1 �� �4 �7 .� )� +� ,� א�� �C �� �' �+ �P �4 �� �, �+.

    “Pengetahuan ini adalah pengetahuan (tentang) kejadian

    yang (menjadikan seorang mendapatkan) balasan (pahala

    atau dosa). Karena sesungguhnya (manusia)

    mendapatkan balasan hanyalah dengan amalan-amalan

    mereka, bukan dengan ilmu-Nya yang dahulu atas

    mereka.”94

    Sehingga yang dimaksud oleh ayat di atas adalah;

    sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji keimanan

    dan kesabaran kalian95

    –wahai orang-orang yang

    beriman- dengan peperangan melawan musuh hingga

    terlihat apa yang telah Kami ketahui di alam azali tentang

    orang-orang yang berjihad dan bersabar dalam

    memerangi musuh di antara kalian, dan Kami juga akan

    menguji perkataan dan perbuatan kalian sehingga akan

    tampak siapa yang jujur dan siapa yang dusta di antara

    kalian.96

    94

    Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, 9/377. 95

    Taisirul Karimir Rahman, 789. 96

    At-Tafsirul Muyassar, 510.

  • 51

    Misal yang lain, firman Allah q;

    �' �� �N�2א א�� �� �; �-� �� �� �� �� �' �� �9 D���. �1 �� � �+�4 �7���� �� �D�24א�� �%���2א � �' �� � � �� א�6 �� �̂ ���3 �1 .�א�� �4 �" �� �� �� �� �̀ �2 �' �; �P X< �)�* � א�6;.

    “Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan

    yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, supaya

    Allah (q) mengetahui siapa yang menolong (agama)-

    Nya dan para Rasul-Nya padahal Allah (q) tidak

    dilihatnya. Sesungguhnya Allah (q) Maha Kuat lagi

    Maha Perkasa.”97

    Allah q telah mengetahui dan telah menentukan

    siapa di antara hamba-Nya yang akan menolong agama-

    Nya dan akan menolong para Rasul-Nya. Namun para

    hamba yang telah ditentukan oleh Allah q tersebut baru

    mendapatkan pahala setelah mereka benar-benar

    menolong agama Allah q dan menolong para Rasul-Nya

    dengan menggunakan besi yang telah Allah q ciptakan.

    Misal yang lain, firman Allah q;

    �R�U א���� �4 �K �C �2א א�� �4 �7 א �� � �� �' �� � �+�4 �7�2�� �( א �� �, �� �4 �P �Z�2כ� �% �K��

    �) �" �� '� א��� �� � �: �1 �� �K �C �P ��4 �P �̂ �4 �C �2 �� �K �� כ�א-��Z ��כ� �� �� @a ��

    97

    QS. Al-Hadid : 25.

  • 52

    �' ��4 א��=� �P �(�� �� �>���� � א כ�א�� א�6 � �� � ? א�6 �� �A �� �' א-�כ�+� %� �� �� �� }� �V ���� �Dא��2א�. � �� א�6 �� �� �� +.

    “Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu

    (sekarang), melainkan agar Kami mengetahui siapa yang

    mengikuti Rasul dan siapa yang menyimpang. Sungguh

    (pemindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah) terasa

    sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi

    petunjuk oleh Allah (q). Allah (q) tidak akan menyia-

    nyiakan iman (shalat) kalian. Sesungguhnya Allah (q)

    Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada

    manusia.”98

    Allah q telah mengetahui dan telah menentukan

    siapa di antara hamba-Nya yang akan mengikuti Rasul-

    Nya dan siapa pula yang akan menyimpang. Namun para

    hamba yang telah ditentukan oleh Allah q tersebut baru

    mendapatkan pahala setelah mereka mengikuti

    Rasulullah a dengan menghadap ke Ka’bah sebagai

    kiblat yang baru.

    *****

    98

    QS. Al-Baqarah : 143.

  • 53

    METODE PENAFSIRAN AL-QUR’AN

    Setiap muslim hendaknya berupaya memperhatikan

    dan menghayati kandungan Al-Qur’an. Sebagaimana

    firman Allah q;

    �� ���. �����' �$��� � �� א�6 �� �r ���2 �P �� ��(� כ�א�� � �� ��B �� �C �� א��

    �� �� �� �)�� �� ���� א �w �@א כ� �$�� �Hא�1 א @�.

    “Apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an?

    Seandainya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah q,

    niscaya mereka akan mendapatkan di dalamnya

    pertentangan yang banyak.”99

    Penghayatan terhadap Al-Qur’an tidak akan dapat

    dilakukan tanpa memahami maknanya dan tafsirannya.

    Tafsir secara bahasa mengikuti wazan taf’il yang artinya

    menjelaskan, menyingkap dan menerangkan makna yang

    rasional. Kata kerjanya mengikuti wazan dharaba -

    yadhribu dan nashara - yanshuru. Kata at-tafsir

    mempunyai arti menjelaskan dan menyingkap yang

    tertutup. Dalam Lisanul arab dinyatakan bahwa at-tafsir

    berarti menyingkap maksud suatu lafazh yang musykil.

    Tafsir dalam istilah para ulama’ adalah menerangkan

    makna Al-Qur’an yang lebih luas daripada sekedar

    99

    QS. An-Nisa’ : 82.

  • 54

    menjelaskan lafazh yang musykil serta lebih luas daripada

    sekedar menjelaskan makna yang zhahir.100

    Ilmu tafsir Al-Qur’an merupakan ilmu yang paling

    mulia untuk dipelajari oleh manusia. Sebagaimana

    perkataam Al-Ashbahani 5;

    “Ilmu yang paling mulia yang dipelajari manusia adalah

    tafsir Al-Qur’an. Karena objeknya adalah Kalamullah

    yang merupakan sumber segala ilmu dan semua

    keutamaan. Kemudian dari segi tujuan, karena tujuannya

    adalah berpegang dengan aqidah yang kuat dan mencapai

    kebahagiaan hakiki yang abadi. Sedangkan dari segi

    tingginya tingkat kebutuhan kepadanya, karena setiap

    kesempurnaan baik ukhrawi maupun duniawi, baik

    sekarang atau yang akan datang butuh pada ilmu syari’at

    dan pengetahuan agama, dan semua itu tergantung pada

    pengetahuan terhadap Kitabullah.”101

    Seorang tabi’in Al-Qadhi Iyas bin Muawiyah 5 pernah

    mengatakan;

    “Perumpamaan orang yang membaca Al-Qur’an, namun

    tidak mengerti tafsir adalah seperti orang yang yang

    dibawakan sebuah surat dari raja mereka di malam hari

    namun mereka tidak memiliki lampu, maka mereka

    dirasuki rasa takut karena tidak mengerti isi surat

    tersebut. Sedangkan perumpamaan orang yang mengerti

    tafsir adalah seperti orang yang datang membawa lampu,

    lalu mereka pun membaca isi surat tersebut.”102

    100

    Tadabbur Al-Qur’an, Salman bin ‘Umar As-Sunaidi. 101

    Al-Itqan fi ‘Ulumil Qur’an, 2/223. 102

    Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, 1/26.

  • 55

    Model penafsiran Al-Qur’an terbagi dalam empat

    kategori, yaitu; tahlili (analitik), maudhu’i (tematik),

    ijmali (global) dan muqaran (komparasi). Tafsir tahlili

    menjelaskan makna ayat Al-Qur’an menurut tertib ayat

    dalam satu surat Al-Qur’an, sedangkan tafsir maudhu’i

    menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dengan

    menghimpun ayat-ayat yang berbicara mengenai suatu

    tema tertentu.

    Rasulullah a telah menjelaskan makna kandungan

    setiap ayat Al-Qur’an kepada para Sahabatnya o. Allah

    q berfirman;

    �+ �, ���� �� �: א -�;�� � �D�24א�� ����� �K���� �� כ� ����כ� א�=�� �2א �� �� �; �-� �� �� כ��� �G���' �+ �,�4 �7�� �� ��.

    “Kami turunkan Al-Qur’an kepadamu (wahai

    Muhammad a), agar engkau menerangkan kepada umat

    manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan

    supaya mereka memikirkan(nya).”103

    Seorang muslim dalam hidupnya hendaknya tuntas

    dalam mempelajari tafsir Al-Qur’an satu mushaf utuh.

    Karena orang yang telah menyelesaikan tafsir Al-Qur’an

    satu mushaf utuh akan menjadi seorang ahli tauhid, ahli

    fiqih dan ahli sejarah. Maka hendaknya seorang bersabar

    dalam mempelajari tafsir Al-Qur’an, karena

    103

    QS. An-Nahl : 44.

  • 56

    membutuhkan waktu yang sangat panjang. Berkata Imam

    Malik 5;

    � �� �P �K �� � �R א-� �� �K �C �� �a �5 א�� �a�� �q �P �4 �" � �) כ� � �� �� �P �� .� א�6 .א,� �� �4 �7 �� '� �� �� �2 "�

    “’Abdullah bin Umar p fokus mempelajari Surat Al-

    Baqarah (selama) delapan tahun.”104

    Metode penafsiran Al-Qur’an terbagi menjadi dua,

    yaitu:

    a. Tafsir bil Ma’tsur

    Tafsir bil ma’tsur adalah tafsir Al-Qur’an

    berdasarkan Al-Qur’an dan riwayat yang shahih, dengan

    urutan; Al-Qur’an ditafsirkan dengan Al-Qur’an, Al-

    Qur’an ditafsirkan dengan As-Sunnah, Al-Qur’an

    ditafsirkan dengan perkataan Sahabat, dan Al-Qur’an

    ditafsirkan dengan perkataan tabi’in.

    1. Al-Qur’an ditafsirkan dengan Al-Qur’an

    Metode penafsiran yang terbaik adalah menafsirkan

    Al-Qur’an dengan Al-Qur’an. Keterangan yang

    disebutkan secara umum pada satu ayat, dijelaskan secara

    detail pada ayat yang lain. Misalnya firman Allah q;

    104

    HR. Malik : 479.

  • 57

    �' ��4 א��=� �P �� �� �tא �A �� �I �K �* �� ���4כ� � �P �2א �̀ �̀ א *� �2א � � �� א ��

    “Terhadap orang-orang yahudi, Kami haramkan apa

    yang telah Kami ceritakan dahulu kepadamu.”105

    Ayat tersebut ditafsirkan oleh firman Allah q;

    �' ��4 א��=� �P �� �� �tא �A �� �< �0 �I�2א כ� � �� �E �� א �� �G� �� �C �K �� א�� � �) �N �9 �+ �, �� �4 �P �2א � �� �� �+�2�3 א�� �� �Z�4 �� א �� א ��)� � �� �, �

    �) ��כ� �,� �0 E+� �7�. ��4�� �Hא א � ���א'�א �) �Nא�� ���א �� �A �� �tא �̀ -�א �� �� �� �+ �, �� �3 �K �. �+ �A�2א �' �; �� �)�* ��.

    “Kepada orang-orang yahudi, Kami haramkan segala

    binatang yang berkuku dan dari sapi dan domba. Kami

    haramkan atas mereka lemak dari kedua binatang

    tersebut, selain lemak yang melekat di punggung

    keduanya atau yang di perut besar dan usus atau yang

    bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami hukum

    mereka disebabkan karena kedurhakaan mereka.

    Sesungguhnya Kami adalah Maha Benar.”106

    105

    QS. An-Nahl : 118. 106

    QS. Al-An’am : 146.

  • 58

    2. Al-Qur’an ditafsirkan dengan As-Sunnah

    Apabila tidak ditemukan tafsir Al-Qur’an dengan

    Al-Qur’an, maka Al-Qur’an ditafsirkan dengan As-

    Sunnah. Karena As-Sunnah merupakan penjelas Al-

    Qur’an. Misalnya firman Allah q;

    �I�. �$כ�D �� �)�K �& א '�כ� א-�(� א כ� � �+ �,�. �)�4�* ��4 �P א�� ��.

    ”Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang

    selalu mereka usahakan merupakan dosa yang menutupi

    hati mereka.”107

    ”Ran” dijelaskan oleh Rasulullah a adalah noktah

    hitam yang ada pada hati manusia, ketika melakukan

    dosa. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah y,

    bahwa Rasulullah a bersabda;

    �� כ� -� �Z א-� כ� ̂� -� �0 א � �� �� �0� �g �� א�� �� �� U �" �) �t �Vא �� �R �* �4 �K �1u �� �z ��

    �L �O�3 �� א"� �� � ;� -� �� א �G �� �\ �C �I �* �4 �K �1 �� �z �� �T �tא �T �tא �Fu ��� �� �� כ� �0 >� =� א�� א�� א��� כ� �� =� �� א�6 �R

    א�� �I�.D $� כ� ( �1 א.� �� כ� �� �P �4 �* � �4 �) �. �, �+ � כ� '� א (� א-� אכ� �& �K �) ��.(

    107

    QS. Al-Muththaffifin : 14.

  • 59

    “Sesungguhnya seorang mukmin apabila melakukan

    dosa, (maka) akan ada noktah hitam pada hatinya. Jika

    ia bertaubat, berhenti (dari berbuat dosa), dan memohon

    ampun (kepada Allah q), (maka) hatinya (kembali

    bersih) berkilau. Jika ia menambah (dosa), (maka akan)

    bertambah pula (noktah hitamnya). Demikianlah “ar-

    ran” yang disebutkan Allah q dalam Kitab-Nya,

    ”Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang

    selalu mereka usahakan merupakan dosa yang menutupi

    hati mereka.”108

    3. Al-Qur’an ditafsirkan dengan perkataan sahabat

    Apabila tidak ditemukan tafsir Al-Qur’an dalam

    Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka merujuk pada perkataan

    para Sahabat. Karena para Sahabat memiliki pemahaman

    Al-Qur’an yang tidak tertandingi oleh generasi yang

    lainnya. Adapun keunggulan tafsir para Sahabat adalah:

    a) Para sahabat merupakan generasi yang menjadi saksi sejarah turunnya Al-Qur’an.

    b) Para sahabat merupakan generasi yang paling memahami bahasa Al-Qur’an.

    c) Para sahabat merupakan generasi yan paling berhati-hati dalam mengungkapkan pesan Al-

    Qur’an.

    108

    HR. Hakim : 6, Tirmidzi : 3334 dan Ibnu Majah : 4244, lafazh ini

    miliknya. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam

    Shahih Ibni Majah : 3422.

  • 60

    Rasulullah a memerintahkan agar mengambil

    tafsir Al-Qur’an dari para sahabat, khususnya dari

    ‘Abdullah bin Mas’ud y. Sebagaimana diriwayatkan

    dari ‘Abdullah bin ‘Amr p, Rasulullah a bersabda;

    �H �= א א��� �C �� ��B � �� � �� �. �7 EU � �� ��#��� l��P �K E א.��� �K �� � �. �1l

    � �� �K EI �� �� .� א�0 �7 � �� �. �. R �� �7 כ� Ê �� �� � �� (� � +E א�� "� � � �. �R �� �= �' �G �U

    ”Ambilah Al-Qur’an dari empat orang; Ibnu Ummi ‘Abd

    (yaitu; ‘Abdullah bin Mas’ud) -Rasulullah a memulai

    penyebutan dengannya,- Muadz bin Jabal, Ubay bin

    Ka’ab dan Salim maula Abu Hudzaifah o.”109

    ‘Abdullah bin Mas’ud y telah belajar tujuh puluh

    surat langsung dari Nabi a tanpa perantara, dan surat-

    surat yang lainnya belajar melalui perantara. Ibnu Mas’ud

    y mengetahui latar belakang dan tempat turunnya

    seluruh ayat Al-Qur’an, yang jumlahnya lebih dari enam

    ribu ayat.110

    Berkata ‘Abdullah bin Mas’ud y;

    109

    HR. Ahmad, Bukhari : 3759, lafazh ini miliknya dan Muslim :

    2464. 110

    Syarhu Muqaddimah Tafsir, Ibnu Jibrin.

  • 61

    א�O �� כ� �� � �Z �'B �U �� ;� א -� � �� �� �� �r �1 �� א� )� >� =� א�� �� � )� �� א�6

    �� �

    � א -� �P �4 �+ �� �� �� �� �- �; �� �Z �� � �' �� �- �; �� �Z �� �� �) � �P �4 �+ � א�� כ� � �� E� � �P �4 �+ �. כ� �� �Oא � � א'� �i �� א�� �1 �� א