2012-2-14201-841408015-bab2-24012013110740
description
Transcript of 2012-2-14201-841408015-bab2-24012013110740
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tentang Lansia
Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha
Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan
masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran
fisik, mental dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011;1).
1. Definisi lanjut usia
Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia pada bab I pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang
yang mencapai usia 60 tahun keatas. Dra. Ny. Jos Masdani dalam Nugroho 2000,
mengemukakan bahwa lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.
Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian pertama fase iufentus, antara 25-40
tahun, kedua fase vertilisasi, antara 40 dan 50 tahun ketiga, fase prasenium antara
55 dan 65 tahun dan keempat fase senium, antara 65 hingga tutup usia.
Menurut Reimer et al (1999); Stanley and Beare (2007), mendefinisikan
lansia berdasarkan karakteristik social masyarakat yang menganggap bahwa orang
telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit, dan
hilangnya gigi (Azizah, 2011;1).
2. Batasan-Batasan Lanjut Usia
Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara
memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan
umur.
-
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
Lanjut usia meliputi: Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia
45-59 tahun, lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun. Lanjut usia tua (old)
antara 76-90 tahun, usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
b. Menurut Prof Dr. Ny Sumiati Ahmad Mohamad
Menurut Prof Dr. Ny Sumiati Ahmad Mohamad, Guru besar Universitas
Gajah Mada membagi periodisasi biologis perkembangan manusia antara
lain: 0-1 tahun adalah masa bayi, 1-6 tahun adalah masa prasekolah, 6-10
tahun adalah masa sekolah, 10-20 tahun adalah masa pubertas, 40-65 tahun
adalah setengah umur atau pranesium, 65 tahun ke atas adalah masa lanjut
usia atau senium (dalam Bandiyah, 2009: 19-20).
3. Perubahan-perubahan Yang terjadi pada Lansia
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-perubahan
yang menuntut dirinya untuk menyesuaikan diri secara terus- menerus.
Berikut ini Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia(Mubarak, 2006:
190).
a. Perubahan kondisi fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh,
diantaranya system pernapasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,
system pengaturan tubuh, musculoskeletal, gastro intestinal, genitor
urinaria, endokrin dan integumen. Dan masalah-masalah fisik sehari-hari
yang sering ditemukan pada lansia.
-
b. Perubahan kondisi mental
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Perubahan-perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan
perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan,
serta situasi lingkungan. Intelegensi diduga secara umum makin mundur
terutama faktor penolakan abstrak mulai lupa terhadap kejadian baru,
masih terekam baik kejadian masa lalu.
c. Perubahan psikososial
Masalah-masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat
beragam, tergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. Pada
saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja
mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun.
Bila ia cukup beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri untuk masa
pensiun dengan menciptakan bagi dirinya sendiri berbagai bidang minat
untuk memanfaatkan waktunya, masa pensiunnya akan memberikan
kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya.
2.2 Tinjauan Umum tentang Gizi
Konsep gizi yang menyatakan bahwa manusia memerlukan zat-zat tertentu
dari makanan dalam jumlah tertentu pula, pada dasarnya adalah konsep abad
modern (Yuniastuti, 2008: 2).
-
Adapun hal-hal yang perlu diketahui tentang gizi secara garis besar adalah:
1. Pengertian Gizi
Ilmu Gizi (Nutrion Science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu
tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Kata gizi
berasal dari bahasa arab ghidza yang berarti makanan. Di satu sisi ilmu gizi
berkaitan dengan makanan dan sisi lain dengan tubuh manusia (Almatsier, 2004:
3).
2. Ruang lingkup Gizi
WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan
kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Dengan pengertian itu WHO membagi
ruang lingkup Ilmu gizi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:
1. Kelompok gizi biologi dan metabolik
2. Kelompok gizi perorangan sepanjang siklus hidup
3. Gizi masyarakat baik bersifat lokal, nasional, regional, dan global
(Yuniastuti, 2008:3)
2.3 Tinjauan Umum tentang Gizi Pada Lansia
Pada usia lanjut menunjukkan bahwa asupan energi sangat mempengaruhi
ketahanan tubuh (Azizah, 2004: 54).
1. Pengertian Gizi Pada Lansia
Gizi lansia merupakan bagian dari ilmu gizi yang mempelajari tentang
pencegahan dan pengobatan diet pada lansia. Kecukupan makanan sehat sangat
penting bagi para usia lanjut. Orang yang berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya
sama dengan saat berumuran 50-an. Sayangnya, nafsu makan mereka cenderung
-
terus menurun. Karena itu, harus terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi
(Azizah, 2004: 54).
2. Gizi Lansia
Keadaan gizi yang prima dicapai dengan makanan yang beraneka ragam
jenisnya, dalam kualitas dan kuantitas yang tepat bagi tubuh. Bentuk masalah gizi
yang banyak ditemui pada lanjut usia adalah sebagai berikut:
a. Gizi Lebih
Gizi berlebih pada lanjut usia erat kaitannya dengan kebiasaan makan pada
waktu muda. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat
badan yang berlebihan, apalagi pada lansia penggunaan kalori berkurang karena
aktivitas fisik juga berkurang.
b. Gizi Kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan juga
karena gangguan penyakit, bila dikonsumsi kalori terlalu rendah dari yang
dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal (Mubarak 2005: 199-
200).
3. Tujuan Pemberian Gizi Lansia
a. Mempertahankan gizi yang seimbang dalam kaitannya untuk menunda
atau mencegah kemunduran fungsi organ.
b. Gizi diharapkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tubuh pada lansia.
c. Membiasakan makan yang cukup dan teratur.
d. Menghindari kebiasan makan yang buruk, seperti mengkonsumsi makaan
yang berkolesterol, minum minuman keras, dan lain-lain.
-
e. Mempertahankan kesehatan dan menunda lahirnya penyakit degeneratif
f. Menjelaskan faktor resiko penyakit karena konsumsi bahan makanan
tertentu (Mubarak, dkk, 2006: 199).
4. Manfaat Gizi Lansia
Gizi sangat bermanfaat pada lansia, manfaat dari gizi adalah sebagai
penghasil energi, sebagai zat pembangun dan memperbaiki jaringan serta
pengatur proses kehidupan (Mubarak, dkk, 2006: 199).
5. Bahan Gizi yang dibutuhkan Lansia
Menurut Astawan M, Wahyuni M, (1988) Adanya perubahan pada tubuh
lansia, menghendaki pola konsumsi pangan yang berbeda dibandingkan pada
usia-usia yang lebih muda. Pada prinsipnya kebutuhan akan macam zat gizi
bagi lansia tetap sama seperti yang dibutuhkan oleh orang-orang dengan usia
lebih muda, yang berubah hanyalah jumlah dan komposisinya. Konsumsi
energi sebaiknya dikurangi, disesuaikan dengan menurunnya aktivitas tubuh.
Sebaliknya konsumsi makanan makanan sumber protein, vitamin, dan mineral
perlu ditingkatkan baik dari segi jumlah maupun mutunya (dalam Budiyanto,
2009: 171).
6. Kebutuhan Gizi Lansia
Kebutuhan energi oleh lansia yang sama umurnya dan sama berat
badannya mungkin akan berbeda satu sama lain, banyak hal yang mempengaruhi
kebutuhan gizi seseorang. Yang perlu dijaga adalah keseimbangan konsumsi dan
kebutuhan, sehingga dapat mencapai bobot badan yang ideal. Dengan bobot
-
badan yang ideal, resiko terjadinya penyakit dan kematian akan lebih kecil
(Budiyanto, 2009: 183-184).
Tabel I. Gizi Pada Lansia dalam Sehari-hari
Jenis bahan makanan Laki-laki Perempuan
1. Nasi
2.
3. Lauk daging/ikan, tempe,
tahu
4. Sayur
5. Buah
6. Gula
7. Minyak/santan encer
3 X 200 gram
(3 X 1,5 gls blimbing)
1,5 X 50 gram
5 X 25 gram (1 pt
kecil)
5 X 50 gram
1,5 X 100 gram
(1,5 X 1 gls penuh
sayur)
2 X 100 gram
(1 pt sedang)
2 sendok makan
(sdm)
2 sdm/1,5 gls
2 X 200 gram
(2 X 1,5 gls
belimbing)
2 X 50 gram
4 X 25 gram (1 pt
kecil)
4 X 50 gram
1,5 X 100 gram
2 X 100 gram
(1 pt sedang)
2 sdm
2 sdm/1,5 gls
(Azizah, 2004:58).
-
7. Penilaian status gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. status gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang
dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan absorbsi yang diukur dari berat dan
tinggi badan dengan perhitungan Indeks Massa Tubuh (Ratih Musti, 2011).
Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi
pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif. Cara lain sering
digunakan untuk mengetahui status gizi yaitu dengan cara sebagai berikut:
1. Klinis
Digunakan untuk memeriksa tanda-tanda fisik dan gejala-gejala kesehatan
dalam kaitannya dengan kurang gizi
2. Biokimia
Digunakan untuk mengetaui kejadian status gizi kurang secara dini,
pemeriksaan cara biokimia ini dilakukan pada pemeriksaan jaringan tubuh
seperti darah dan urin.
3. Biofisik
Dilakukan misalnya terhadap tulang untuk menilai derajat osteoporosis,
jantung untuk kecurigaan beri-beri dan smear terhadap mukosa organ
tertentu
4. Antropometri
Adalah pengukuran variasi berbagai dimensi fisik dan komposisi tubuh
secara umum pada berbagai tahapan umur dan derajat kesehatan.
Pengukuran dilakukan meliputi berat badan, lingkar lengan atas dan tebal
-
lemak di bawah kulit dan khusus pada lansia adalah pola distribusi lemak.
Pengolahan data status gizi menggunakan data hasil pengukuran berat badan
dan tinggi badan. Tinggi lutut digunakan sebagai prediksi tinggi badan.
(Gibson 2005) merekomendasikan model prediksi tinggi badan lansia,
dengan rumus:
Laki-laki : (2,08 X TL) + 59, 01
Perempuan : (1,91 X TL) (0,17 X U) + 75
Status gizi lansia ditentukan berdasarkan berdasarkan perhitungan Indeks
Massa Tubuh dengan mengggunakan rumus:
Berat Badan (kg)
BMI Lansia:
Tinggi badan kuadrat (m)
Tabel II. Indeks Massa Tubuh Lansia
STATUS GIZI
Body Mass Indeks
Laki-laki Perempuan
1.
2.
3.
4.
5.
Kurang
Kurus
Normal
Overweight
Obesitas
19,0
19,1 20,0
20,1 -25,0
25,1 30,0
> 30,0
18,0
18,1 18,6
18,7 23,8
23,8 25,0
> 25,0
-
8. Menu Seimbang bagi Lansia
Menu adalah susunan hidangan yang dipersiapkan atau disajikan pada waktu
akan makan. Menu seimbang untuk lansia adalah susunan makanan yang
mengandung cukup semua unsur gizi yang dibutuhkan lansia.
1. Syarat menu seimbang untuk lansia
a. Mengandung zat gizi dari beraneka ragam bahan makanan yang
terdiri dari: Zat tenaga, Zat pembangun, Zat pengatur.
b. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh lansia adalah 50%
dari hidrat arang yang merupakan hidrat arang komplek (sayuran,
kacang-kacangan, dan biji-bijian)
c. Jumlah lemak dalam lemak dibatasi, yaitu 25 30 % dari total
kalori
d. Jumlah protein yang baik dikonsumsi disesuaikan dengan lansia,
yaitu 8 10% dari seluruh total kalori
e. Dianjurkan mengandung tinggi serat (selulosa) yang bersumber
pada buah, sayur, dan bermacam-macam pati, yang dikonsumsi
dalam jumlah secara bertahap
f. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti: susu
non fat, yoghurt, dan ikan
g. Mekanan mengandung gizi zat besi (Fe), seperti: kacang-kacangan,
hati, daging, bayam atau sayuran hijau
-
h. Membatasi penggunaan garam, perhatikan table makanan yang
mengandung garam, seperti: monosodium glutamate, sodium
bikarbonat, dan sodium sitrat
i. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan
makanan yang segar dan mudah dicerna
j. Hindari makanan yang mengandung tinggi alkohol
k. Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah seperti makanan lembek
2. Syarat menu untuk lansia dengan berat badan kurang.
a. Jika lansia mengalami kekurangan berat badan, makanan yang
diberikan adalah makanan yang mengandung tinggi kalori dan
tinggi protein (TKTP).
b. Diet TKTP terdiri dari TKTP I dan TKTP II.
c. Bahan makanan yang baik diberikan adalah: sumber protein
hewani seperti ayam, telur, hati, susu, dan lain-lain. Kacang-
kacangan seperti tahu dan tempe.
d. Cara pemberian makanan lansia dengan berat badan yang rendah
adalah makan biasa dengan diberi makanan tambahan.
3. Syarat menu untuk lansia dengan berat badan lebih (kegemukan)
a. Jika berat badan berlebih (kegemukan) maka harus mengurangi
konsumsi eergi sampai mencapai berat badan normal.
b. Diet rendah kalori untuk lansia harus memenuhi syarat.
-
9. Perencanaan makan untuk lansia
Perencanaan makan secara umum:
a. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka
ragam, yang terdiri dari: zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur.
b. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang.
c. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat
memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menhindari makanan
yang terlalu asin.
d. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan
yang berlemak.
e. Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu
diperhatikan beberapa hal: Batasi minum kopi atau teh, Makanan
mengandung zat besi, Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan
dengan cara dikukus, direbus, atau dipangang (Azizah, 2004:58-
62).
2.4 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Lansia
Secara prinsip kebutuhan gizi setiap individu berbeda-beda. Hal ini
tergantung pada kondisi kesehatan, berat badan aktual, dan tinggi rendahnya
tingkat aktivitas fisik seseorang. disamping itu, angka kecukupan gizi untuk pria
dan wanita sedikit berbeda karena adanya perbedaan dalam ukuran dan
komposisi tubuh (Admin, 2010).
-
Dibawah ini beberapa faktor yang berhubungan dengan status gizi lansia
yaitu:
1. Aktifitas Hidup Sehari-hari
Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi
yang masih aktif. Seseorang lansia yang menolak untuk melakakukan fungsi
dianggap sebagai tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu
(Maryam .R.Siti, 2008).
Lansia yang mandiri adalah lansia yang kondisinya sehat dalam arti luas
masih mampu unutk menjalankan kehidupan pribadinya (Partini, 2005).
Kemadirian pada lansia meliputi kemampuan lansia dalam melakukan
aktifitas sehari hari , seperti : mandi, berpakaian rapi, pergi ke toilet,
berpindah tempat, dapat mengontrol BAK, atau BAB, serta dapat makan
sendiri (Ranah,2006).
Aktifitas Kehidupan sehari - hari pada Lansia adalah suatu bentuk
pengukuran kemampuan seseorang untuk melakukan aktifitas kehidupan
sehari-hari secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat
mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan
pemilihan intervensi yang tepat (Maryam.R,Siti, 2008). Berikut tabel tingkat
kemandirian dalam kehidupan sehari-hari.
-
Pengkajian fungsional berdasar Barthel Indeks; Mahoney & Barthel, 1965
NO
AKTIVITAS
NILAI
BANTUAN MANDIRI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Makan
Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan
sebalinya, termasuk duduk di tempat tidur
Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir,
mencukur dan menggosok gigi
Aktifitas toilet
Mandi
Berjalan di jalan yang datar ( jika tdk mampu
berjalan lakukan dengan kursi roda)
Naik turun tangga
Berpakaian termasuk mengenakan sepatu
Mengontrol defekasi
5
5 10
0
5
0
10
5
5
5
5
10
15
5
10
5
15
10
10
10
10
-
10.
Mengontrol berkemih
JUMLAH 100
Sumber: Burns. 1999. Assessment Scales in Old Age Psychiatry. Martin Dunitz
Ltd. London, P. 133(Azizah, 2004).
Penilaian
0 - 20 : ketergantungan
21 61 : ketergantunggan berat/sangat tergantung
62 90 : ketergantungan berat
91 99 : ketergantungan ringan
100 : mandiri
2. Kemunduran Biologis
Masuk usia senja, seseorang akan mengalami beberapa perubahan baik
secara fisik maupun biologis. Misalnya gigi, kulit keriput, penglihatan
-
berkurang, keroposnya tulang, rambut beruban, pikun, depresi, sensitifitas indra
berkurang, metabolisme basal berkurang, dan kurang lancarnya proses
pencernaan. Perubahan-perubahan ini akan berpengaruh terhadap proses
pencernaan, penyerapan, dan penggunaan zat gizi di dalam tubuh.
3. Pengobatan
Kadang-kadang bertambahnya usia identik dengan ketergantungan obat
pada dasarnya pengobatan dapat memperbaiki kondisi kesehatan dan
meningkatkan kualitas hidup, tetapi dilain pihak pengobatanpun dapat
mempengaruhi asupan kebutuhan gizi lansia. Tidak jarang lansia harus
mengkonsumsi obat-obatan dalam waktu yang cukup lama.
4. Depresi dan Kondisi mental
Depresi hampir dialami oleh 12-14% populasi lansia. Perubahan
lingkungan sosial, kondisi yang terisolasi, kesepian atau berkurangya aktivitas
menjadikan para lansia mengalami rasa frustasi dan kurang bersemangat.
5. Penyakit
Meningkatnya usia menyebabkan seseorang menjadi rentan terserang
penyakit. Penyakit tertentu sering menyebabkan keadaan gizi menjadi buruk.
Misalnya menderita kencing manis umumnya mempunyai berat badan dibawah
batas normal. Diduga penurunan badan ini terjadi karena defisiensi insulin yang
dialami oleh penderita kencing manis. Kondisi ini akan menyebabkan sedikitnya
glukosa yang dapat diserap tubuh untuk di unah menjadi energi. Dengan
demikian untuk memenuhi kebutuhan energi, tubuh akan merombak lemak dan
protein untuk dijadikan sumber energi jika kondisi ini terjadi secara terus-
-
menerus akan menyebabkan cadangan lemak dan protein didalam tubuh
berkurang. Akibatnya berat badanpun akan menurun. (Mubarak, dkk, 2006).
6. Pola Makan
Pola makan yang tepat dapat memengaruhi kualitas hidup lanjut usia
(lansia), mulai dari kesehatan, produktivitas dan semangatnya. Namun mengingat
kondisi fisik dan biologis yang mengalami penurunan, membuat lansia harus
mengatur pola makannya secara khusus. Penurunan kondisi ini misalnya, lansia
sering mengeluh sulit mengonsumsi daging dan makanan keras akibat gangguan
gigi dan gusinya. Selain itu mereka juga sering merasa tak nyaman saat
mengonsumsi susu, karena laktose intoleran ditambah kehilangan selera makan
akibat menurunnya indra perasa. Begitu pula dengan sensivitas penciuman yang
juga menurun. Exton-Smith dalam Encyclopaedia of Food Science, Food
Technology and Nutrition mengatakan, lansia umumnya mengalami kerawanan
gizi. Ini terjadi karena beberapa faktor penyebab seperti fisiknya melemah,
kebingungan mental dan depresi, konsumsi obat, gangguan kesehatan gigi, sulit
menyerap makanan, kesepian, depresi dan masih banyak lagi. Beranjak dari
kondisi itulah lansia memerlukan perencanaan menu khusus. Diet khusus ini amat
penting untuk mengurangi risiko kekurangan gizi atau sebaliknya kelebihan gizi.
Tanda fisik lansia yang kekurangan gizi bisa dilihat dari tubuhnya yang kurus atau
lebih rendah dari berat badan baku. Sebaliknya kelebihan gizi pada lansia
menyebabkan kegemukan (obesitas) yang memicu berbagai penyakit degeneratif.
Kondisi ini banyak terjadi di perkotaan dimana mereka menerapkan pola diet
tinggi lemak, tapi rendah serat (Ririn Indriani, 2011).
-
2.5 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel Dependent
2.6 Hipotesis
1. Ada hubungan antara aktivitas hidup sehari-hari dengan status gizi pada lansia.
2. Ada hubungan antara penyakit dengan status gizi pada lansia.
3. Ada hubungan antara pola makan dengan status gizi pada lansia.
Aktivitas Hidup
Sehari-hari
Penyakit
Pola makan
STATUS GIZI
LANSIA