2012-2-14201-841408015-bab2-24012013110740

18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Lansia Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011;1). 1. Definisi lanjut usia Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada bab I pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Dra. Ny. Jos Masdani dalam Nugroho 2000, mengemukakan bahwa lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian pertama fase iufentus, antara 25-40 tahun, kedua fase vertilisasi, antara 40 dan 50 tahun ketiga, fase prasenium antara 55 dan 65 tahun dan keempat fase senium, antara 65 hingga tutup usia. Menurut Reimer et al (1999); Stanley and Beare (2007), mendefinisikan lansia berdasarkan karakteristik social masyarakat yang menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi (Azizah, 2011;1). 2. Batasan-Batasan Lanjut Usia Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.

description

lansia

Transcript of 2012-2-14201-841408015-bab2-24012013110740

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tinjauan Umum Tentang Lansia

    Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha

    Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan

    masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran

    fisik, mental dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011;1).

    1. Definisi lanjut usia

    Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan

    lanjut usia pada bab I pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang

    yang mencapai usia 60 tahun keatas. Dra. Ny. Jos Masdani dalam Nugroho 2000,

    mengemukakan bahwa lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.

    Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian pertama fase iufentus, antara 25-40

    tahun, kedua fase vertilisasi, antara 40 dan 50 tahun ketiga, fase prasenium antara

    55 dan 65 tahun dan keempat fase senium, antara 65 hingga tutup usia.

    Menurut Reimer et al (1999); Stanley and Beare (2007), mendefinisikan

    lansia berdasarkan karakteristik social masyarakat yang menganggap bahwa orang

    telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit, dan

    hilangnya gigi (Azizah, 2011;1).

    2. Batasan-Batasan Lanjut Usia

    Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara

    memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan

    umur.

  • a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia

    Lanjut usia meliputi: Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia

    45-59 tahun, lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun. Lanjut usia tua (old)

    antara 76-90 tahun, usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

    b. Menurut Prof Dr. Ny Sumiati Ahmad Mohamad

    Menurut Prof Dr. Ny Sumiati Ahmad Mohamad, Guru besar Universitas

    Gajah Mada membagi periodisasi biologis perkembangan manusia antara

    lain: 0-1 tahun adalah masa bayi, 1-6 tahun adalah masa prasekolah, 6-10

    tahun adalah masa sekolah, 10-20 tahun adalah masa pubertas, 40-65 tahun

    adalah setengah umur atau pranesium, 65 tahun ke atas adalah masa lanjut

    usia atau senium (dalam Bandiyah, 2009: 19-20).

    3. Perubahan-perubahan Yang terjadi pada Lansia

    Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-perubahan

    yang menuntut dirinya untuk menyesuaikan diri secara terus- menerus.

    Berikut ini Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia(Mubarak, 2006:

    190).

    a. Perubahan kondisi fisik

    Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh,

    diantaranya system pernapasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,

    system pengaturan tubuh, musculoskeletal, gastro intestinal, genitor

    urinaria, endokrin dan integumen. Dan masalah-masalah fisik sehari-hari

    yang sering ditemukan pada lansia.

  • b. Perubahan kondisi mental

    Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan

    psikomotor. Perubahan-perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan

    perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan,

    serta situasi lingkungan. Intelegensi diduga secara umum makin mundur

    terutama faktor penolakan abstrak mulai lupa terhadap kejadian baru,

    masih terekam baik kejadian masa lalu.

    c. Perubahan psikososial

    Masalah-masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat

    beragam, tergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. Pada

    saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja

    mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun.

    Bila ia cukup beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri untuk masa

    pensiun dengan menciptakan bagi dirinya sendiri berbagai bidang minat

    untuk memanfaatkan waktunya, masa pensiunnya akan memberikan

    kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya.

    2.2 Tinjauan Umum tentang Gizi

    Konsep gizi yang menyatakan bahwa manusia memerlukan zat-zat tertentu

    dari makanan dalam jumlah tertentu pula, pada dasarnya adalah konsep abad

    modern (Yuniastuti, 2008: 2).

  • Adapun hal-hal yang perlu diketahui tentang gizi secara garis besar adalah:

    1. Pengertian Gizi

    Ilmu Gizi (Nutrion Science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu

    tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Kata gizi

    berasal dari bahasa arab ghidza yang berarti makanan. Di satu sisi ilmu gizi

    berkaitan dengan makanan dan sisi lain dengan tubuh manusia (Almatsier, 2004:

    3).

    2. Ruang lingkup Gizi

    WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan

    kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Dengan pengertian itu WHO membagi

    ruang lingkup Ilmu gizi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:

    1. Kelompok gizi biologi dan metabolik

    2. Kelompok gizi perorangan sepanjang siklus hidup

    3. Gizi masyarakat baik bersifat lokal, nasional, regional, dan global

    (Yuniastuti, 2008:3)

    2.3 Tinjauan Umum tentang Gizi Pada Lansia

    Pada usia lanjut menunjukkan bahwa asupan energi sangat mempengaruhi

    ketahanan tubuh (Azizah, 2004: 54).

    1. Pengertian Gizi Pada Lansia

    Gizi lansia merupakan bagian dari ilmu gizi yang mempelajari tentang

    pencegahan dan pengobatan diet pada lansia. Kecukupan makanan sehat sangat

    penting bagi para usia lanjut. Orang yang berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya

    sama dengan saat berumuran 50-an. Sayangnya, nafsu makan mereka cenderung

  • terus menurun. Karena itu, harus terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi

    (Azizah, 2004: 54).

    2. Gizi Lansia

    Keadaan gizi yang prima dicapai dengan makanan yang beraneka ragam

    jenisnya, dalam kualitas dan kuantitas yang tepat bagi tubuh. Bentuk masalah gizi

    yang banyak ditemui pada lanjut usia adalah sebagai berikut:

    a. Gizi Lebih

    Gizi berlebih pada lanjut usia erat kaitannya dengan kebiasaan makan pada

    waktu muda. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat

    badan yang berlebihan, apalagi pada lansia penggunaan kalori berkurang karena

    aktivitas fisik juga berkurang.

    b. Gizi Kurang

    Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan juga

    karena gangguan penyakit, bila dikonsumsi kalori terlalu rendah dari yang

    dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal (Mubarak 2005: 199-

    200).

    3. Tujuan Pemberian Gizi Lansia

    a. Mempertahankan gizi yang seimbang dalam kaitannya untuk menunda

    atau mencegah kemunduran fungsi organ.

    b. Gizi diharapkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tubuh pada lansia.

    c. Membiasakan makan yang cukup dan teratur.

    d. Menghindari kebiasan makan yang buruk, seperti mengkonsumsi makaan

    yang berkolesterol, minum minuman keras, dan lain-lain.

  • e. Mempertahankan kesehatan dan menunda lahirnya penyakit degeneratif

    f. Menjelaskan faktor resiko penyakit karena konsumsi bahan makanan

    tertentu (Mubarak, dkk, 2006: 199).

    4. Manfaat Gizi Lansia

    Gizi sangat bermanfaat pada lansia, manfaat dari gizi adalah sebagai

    penghasil energi, sebagai zat pembangun dan memperbaiki jaringan serta

    pengatur proses kehidupan (Mubarak, dkk, 2006: 199).

    5. Bahan Gizi yang dibutuhkan Lansia

    Menurut Astawan M, Wahyuni M, (1988) Adanya perubahan pada tubuh

    lansia, menghendaki pola konsumsi pangan yang berbeda dibandingkan pada

    usia-usia yang lebih muda. Pada prinsipnya kebutuhan akan macam zat gizi

    bagi lansia tetap sama seperti yang dibutuhkan oleh orang-orang dengan usia

    lebih muda, yang berubah hanyalah jumlah dan komposisinya. Konsumsi

    energi sebaiknya dikurangi, disesuaikan dengan menurunnya aktivitas tubuh.

    Sebaliknya konsumsi makanan makanan sumber protein, vitamin, dan mineral

    perlu ditingkatkan baik dari segi jumlah maupun mutunya (dalam Budiyanto,

    2009: 171).

    6. Kebutuhan Gizi Lansia

    Kebutuhan energi oleh lansia yang sama umurnya dan sama berat

    badannya mungkin akan berbeda satu sama lain, banyak hal yang mempengaruhi

    kebutuhan gizi seseorang. Yang perlu dijaga adalah keseimbangan konsumsi dan

    kebutuhan, sehingga dapat mencapai bobot badan yang ideal. Dengan bobot

  • badan yang ideal, resiko terjadinya penyakit dan kematian akan lebih kecil

    (Budiyanto, 2009: 183-184).

    Tabel I. Gizi Pada Lansia dalam Sehari-hari

    Jenis bahan makanan Laki-laki Perempuan

    1. Nasi

    2.

    3. Lauk daging/ikan, tempe,

    tahu

    4. Sayur

    5. Buah

    6. Gula

    7. Minyak/santan encer

    3 X 200 gram

    (3 X 1,5 gls blimbing)

    1,5 X 50 gram

    5 X 25 gram (1 pt

    kecil)

    5 X 50 gram

    1,5 X 100 gram

    (1,5 X 1 gls penuh

    sayur)

    2 X 100 gram

    (1 pt sedang)

    2 sendok makan

    (sdm)

    2 sdm/1,5 gls

    2 X 200 gram

    (2 X 1,5 gls

    belimbing)

    2 X 50 gram

    4 X 25 gram (1 pt

    kecil)

    4 X 50 gram

    1,5 X 100 gram

    2 X 100 gram

    (1 pt sedang)

    2 sdm

    2 sdm/1,5 gls

    (Azizah, 2004:58).

  • 7. Penilaian status gizi

    Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

    penggunaan zat-zat gizi. status gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang

    dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan absorbsi yang diukur dari berat dan

    tinggi badan dengan perhitungan Indeks Massa Tubuh (Ratih Musti, 2011).

    Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi

    pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif. Cara lain sering

    digunakan untuk mengetahui status gizi yaitu dengan cara sebagai berikut:

    1. Klinis

    Digunakan untuk memeriksa tanda-tanda fisik dan gejala-gejala kesehatan

    dalam kaitannya dengan kurang gizi

    2. Biokimia

    Digunakan untuk mengetaui kejadian status gizi kurang secara dini,

    pemeriksaan cara biokimia ini dilakukan pada pemeriksaan jaringan tubuh

    seperti darah dan urin.

    3. Biofisik

    Dilakukan misalnya terhadap tulang untuk menilai derajat osteoporosis,

    jantung untuk kecurigaan beri-beri dan smear terhadap mukosa organ

    tertentu

    4. Antropometri

    Adalah pengukuran variasi berbagai dimensi fisik dan komposisi tubuh

    secara umum pada berbagai tahapan umur dan derajat kesehatan.

    Pengukuran dilakukan meliputi berat badan, lingkar lengan atas dan tebal

  • lemak di bawah kulit dan khusus pada lansia adalah pola distribusi lemak.

    Pengolahan data status gizi menggunakan data hasil pengukuran berat badan

    dan tinggi badan. Tinggi lutut digunakan sebagai prediksi tinggi badan.

    (Gibson 2005) merekomendasikan model prediksi tinggi badan lansia,

    dengan rumus:

    Laki-laki : (2,08 X TL) + 59, 01

    Perempuan : (1,91 X TL) (0,17 X U) + 75

    Status gizi lansia ditentukan berdasarkan berdasarkan perhitungan Indeks

    Massa Tubuh dengan mengggunakan rumus:

    Berat Badan (kg)

    BMI Lansia:

    Tinggi badan kuadrat (m)

    Tabel II. Indeks Massa Tubuh Lansia

    STATUS GIZI

    Body Mass Indeks

    Laki-laki Perempuan

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    Kurang

    Kurus

    Normal

    Overweight

    Obesitas

    19,0

    19,1 20,0

    20,1 -25,0

    25,1 30,0

    > 30,0

    18,0

    18,1 18,6

    18,7 23,8

    23,8 25,0

    > 25,0

  • 8. Menu Seimbang bagi Lansia

    Menu adalah susunan hidangan yang dipersiapkan atau disajikan pada waktu

    akan makan. Menu seimbang untuk lansia adalah susunan makanan yang

    mengandung cukup semua unsur gizi yang dibutuhkan lansia.

    1. Syarat menu seimbang untuk lansia

    a. Mengandung zat gizi dari beraneka ragam bahan makanan yang

    terdiri dari: Zat tenaga, Zat pembangun, Zat pengatur.

    b. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh lansia adalah 50%

    dari hidrat arang yang merupakan hidrat arang komplek (sayuran,

    kacang-kacangan, dan biji-bijian)

    c. Jumlah lemak dalam lemak dibatasi, yaitu 25 30 % dari total

    kalori

    d. Jumlah protein yang baik dikonsumsi disesuaikan dengan lansia,

    yaitu 8 10% dari seluruh total kalori

    e. Dianjurkan mengandung tinggi serat (selulosa) yang bersumber

    pada buah, sayur, dan bermacam-macam pati, yang dikonsumsi

    dalam jumlah secara bertahap

    f. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti: susu

    non fat, yoghurt, dan ikan

    g. Mekanan mengandung gizi zat besi (Fe), seperti: kacang-kacangan,

    hati, daging, bayam atau sayuran hijau

  • h. Membatasi penggunaan garam, perhatikan table makanan yang

    mengandung garam, seperti: monosodium glutamate, sodium

    bikarbonat, dan sodium sitrat

    i. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan

    makanan yang segar dan mudah dicerna

    j. Hindari makanan yang mengandung tinggi alkohol

    k. Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah seperti makanan lembek

    2. Syarat menu untuk lansia dengan berat badan kurang.

    a. Jika lansia mengalami kekurangan berat badan, makanan yang

    diberikan adalah makanan yang mengandung tinggi kalori dan

    tinggi protein (TKTP).

    b. Diet TKTP terdiri dari TKTP I dan TKTP II.

    c. Bahan makanan yang baik diberikan adalah: sumber protein

    hewani seperti ayam, telur, hati, susu, dan lain-lain. Kacang-

    kacangan seperti tahu dan tempe.

    d. Cara pemberian makanan lansia dengan berat badan yang rendah

    adalah makan biasa dengan diberi makanan tambahan.

    3. Syarat menu untuk lansia dengan berat badan lebih (kegemukan)

    a. Jika berat badan berlebih (kegemukan) maka harus mengurangi

    konsumsi eergi sampai mencapai berat badan normal.

    b. Diet rendah kalori untuk lansia harus memenuhi syarat.

  • 9. Perencanaan makan untuk lansia

    Perencanaan makan secara umum:

    a. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka

    ragam, yang terdiri dari: zat tenaga, zat pembangun dan zat

    pengatur.

    b. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang.

    c. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat

    memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menhindari makanan

    yang terlalu asin.

    d. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan

    yang berlemak.

    e. Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu

    diperhatikan beberapa hal: Batasi minum kopi atau teh, Makanan

    mengandung zat besi, Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan

    dengan cara dikukus, direbus, atau dipangang (Azizah, 2004:58-

    62).

    2.4 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Lansia

    Secara prinsip kebutuhan gizi setiap individu berbeda-beda. Hal ini

    tergantung pada kondisi kesehatan, berat badan aktual, dan tinggi rendahnya

    tingkat aktivitas fisik seseorang. disamping itu, angka kecukupan gizi untuk pria

    dan wanita sedikit berbeda karena adanya perbedaan dalam ukuran dan

    komposisi tubuh (Admin, 2010).

  • Dibawah ini beberapa faktor yang berhubungan dengan status gizi lansia

    yaitu:

    1. Aktifitas Hidup Sehari-hari

    Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi

    yang masih aktif. Seseorang lansia yang menolak untuk melakakukan fungsi

    dianggap sebagai tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu

    (Maryam .R.Siti, 2008).

    Lansia yang mandiri adalah lansia yang kondisinya sehat dalam arti luas

    masih mampu unutk menjalankan kehidupan pribadinya (Partini, 2005).

    Kemadirian pada lansia meliputi kemampuan lansia dalam melakukan

    aktifitas sehari hari , seperti : mandi, berpakaian rapi, pergi ke toilet,

    berpindah tempat, dapat mengontrol BAK, atau BAB, serta dapat makan

    sendiri (Ranah,2006).

    Aktifitas Kehidupan sehari - hari pada Lansia adalah suatu bentuk

    pengukuran kemampuan seseorang untuk melakukan aktifitas kehidupan

    sehari-hari secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat

    mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan

    pemilihan intervensi yang tepat (Maryam.R,Siti, 2008). Berikut tabel tingkat

    kemandirian dalam kehidupan sehari-hari.

  • Pengkajian fungsional berdasar Barthel Indeks; Mahoney & Barthel, 1965

    NO

    AKTIVITAS

    NILAI

    BANTUAN MANDIRI

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    Makan

    Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan

    sebalinya, termasuk duduk di tempat tidur

    Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir,

    mencukur dan menggosok gigi

    Aktifitas toilet

    Mandi

    Berjalan di jalan yang datar ( jika tdk mampu

    berjalan lakukan dengan kursi roda)

    Naik turun tangga

    Berpakaian termasuk mengenakan sepatu

    Mengontrol defekasi

    5

    5 10

    0

    5

    0

    10

    5

    5

    5

    5

    10

    15

    5

    10

    5

    15

    10

    10

    10

    10

  • 10.

    Mengontrol berkemih

    JUMLAH 100

    Sumber: Burns. 1999. Assessment Scales in Old Age Psychiatry. Martin Dunitz

    Ltd. London, P. 133(Azizah, 2004).

    Penilaian

    0 - 20 : ketergantungan

    21 61 : ketergantunggan berat/sangat tergantung

    62 90 : ketergantungan berat

    91 99 : ketergantungan ringan

    100 : mandiri

    2. Kemunduran Biologis

    Masuk usia senja, seseorang akan mengalami beberapa perubahan baik

    secara fisik maupun biologis. Misalnya gigi, kulit keriput, penglihatan

  • berkurang, keroposnya tulang, rambut beruban, pikun, depresi, sensitifitas indra

    berkurang, metabolisme basal berkurang, dan kurang lancarnya proses

    pencernaan. Perubahan-perubahan ini akan berpengaruh terhadap proses

    pencernaan, penyerapan, dan penggunaan zat gizi di dalam tubuh.

    3. Pengobatan

    Kadang-kadang bertambahnya usia identik dengan ketergantungan obat

    pada dasarnya pengobatan dapat memperbaiki kondisi kesehatan dan

    meningkatkan kualitas hidup, tetapi dilain pihak pengobatanpun dapat

    mempengaruhi asupan kebutuhan gizi lansia. Tidak jarang lansia harus

    mengkonsumsi obat-obatan dalam waktu yang cukup lama.

    4. Depresi dan Kondisi mental

    Depresi hampir dialami oleh 12-14% populasi lansia. Perubahan

    lingkungan sosial, kondisi yang terisolasi, kesepian atau berkurangya aktivitas

    menjadikan para lansia mengalami rasa frustasi dan kurang bersemangat.

    5. Penyakit

    Meningkatnya usia menyebabkan seseorang menjadi rentan terserang

    penyakit. Penyakit tertentu sering menyebabkan keadaan gizi menjadi buruk.

    Misalnya menderita kencing manis umumnya mempunyai berat badan dibawah

    batas normal. Diduga penurunan badan ini terjadi karena defisiensi insulin yang

    dialami oleh penderita kencing manis. Kondisi ini akan menyebabkan sedikitnya

    glukosa yang dapat diserap tubuh untuk di unah menjadi energi. Dengan

    demikian untuk memenuhi kebutuhan energi, tubuh akan merombak lemak dan

    protein untuk dijadikan sumber energi jika kondisi ini terjadi secara terus-

  • menerus akan menyebabkan cadangan lemak dan protein didalam tubuh

    berkurang. Akibatnya berat badanpun akan menurun. (Mubarak, dkk, 2006).

    6. Pola Makan

    Pola makan yang tepat dapat memengaruhi kualitas hidup lanjut usia

    (lansia), mulai dari kesehatan, produktivitas dan semangatnya. Namun mengingat

    kondisi fisik dan biologis yang mengalami penurunan, membuat lansia harus

    mengatur pola makannya secara khusus. Penurunan kondisi ini misalnya, lansia

    sering mengeluh sulit mengonsumsi daging dan makanan keras akibat gangguan

    gigi dan gusinya. Selain itu mereka juga sering merasa tak nyaman saat

    mengonsumsi susu, karena laktose intoleran ditambah kehilangan selera makan

    akibat menurunnya indra perasa. Begitu pula dengan sensivitas penciuman yang

    juga menurun. Exton-Smith dalam Encyclopaedia of Food Science, Food

    Technology and Nutrition mengatakan, lansia umumnya mengalami kerawanan

    gizi. Ini terjadi karena beberapa faktor penyebab seperti fisiknya melemah,

    kebingungan mental dan depresi, konsumsi obat, gangguan kesehatan gigi, sulit

    menyerap makanan, kesepian, depresi dan masih banyak lagi. Beranjak dari

    kondisi itulah lansia memerlukan perencanaan menu khusus. Diet khusus ini amat

    penting untuk mengurangi risiko kekurangan gizi atau sebaliknya kelebihan gizi.

    Tanda fisik lansia yang kekurangan gizi bisa dilihat dari tubuhnya yang kurus atau

    lebih rendah dari berat badan baku. Sebaliknya kelebihan gizi pada lansia

    menyebabkan kegemukan (obesitas) yang memicu berbagai penyakit degeneratif.

    Kondisi ini banyak terjadi di perkotaan dimana mereka menerapkan pola diet

    tinggi lemak, tapi rendah serat (Ririn Indriani, 2011).

  • 2.5 Kerangka Konsep

    Variabel Independent Variabel Dependent

    2.6 Hipotesis

    1. Ada hubungan antara aktivitas hidup sehari-hari dengan status gizi pada lansia.

    2. Ada hubungan antara penyakit dengan status gizi pada lansia.

    3. Ada hubungan antara pola makan dengan status gizi pada lansia.

    Aktivitas Hidup

    Sehari-hari

    Penyakit

    Pola makan

    STATUS GIZI

    LANSIA