2012-02-02 Materi Rakernas Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk Final

download 2012-02-02 Materi Rakernas Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk Final

of 30

Transcript of 2012-02-02 Materi Rakernas Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk Final

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kondisi kependudukan masih menjadi tantangan bagi pembangunan Indonesia dewasa ini. Berbagai temuan empirik menunjukan bahwa tingkat kemajuan suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) dan bukan oleh melimpahnya sumber daya alam (SDA). Jumlah penduduk yang besar akan bermanfaat jika kualitasnya tinggi. Sebaliknya, jika kualitasnya rendah, maka jumlah penduduk yang besar hanya akan menjadi beban pembangunan.

    Situasi kependudukan Indonesia saat ini dinilai masih kurang menguntungkan, baik yang berkaitan dengan kuantitas, kualitas, administrasi kependudukan, maupun mobilitas/persebarannya. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukan jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat mencapai 237.641.326 jiwa pada tahun 2010 dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) yang cukup tinggi yaitu 1,49 persen. Pada tahun 2011 jumlah penduduk Indonesia dapat dipastikan telah menjadi sekitar 241 juta jiwa. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia menduduki posisi ke-4 sebagai negara dengan penduduk terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat.

    Sementara itu, pembangunan di daerah belum memberikan dampak positif bagi persebaran penduduk yang lebih merata. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, Pulau Jawa masih menjadi wilayah terpadat di Indonesia, yaitu lebih dari separuh (57,5%) jumlah penduduk Indonesia menetap di pulau tersebut. Pulau terpadat kedua adalah Pulau Sumatera (21,3%), diikuti dengan Pulau Sulawesi (7,3%), Kalimantan (5,8%), dan sisanya sekitar 8% tersebar di pulau lainnya. Selama kurun 10 tahun sejak diberlakukan otonomi daerah tahun 2000, proporsi penduduk terpadat di Pulau Jawa tidak menunjukkan perubahan yang berarti.

    Kualitas penduduk yang ditunjukkan oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) belum menunjukan hasil yang memuaskan. Data IPM pada tahun 2011 yang diterbitkan oleh United Nations Development Program (UNDP) menunjukkan bahwa peringkat Indonesia masih berada di tataran bawah. Dari 187 negara di dunia, Indonesia berada pada peringkat 124. Bahkan di kawasan Asia Tenggara, posisi Indonesia menempati urutan ke 6 dari 10 negara ASEAN. Hal ini ditunjang dari data Sensus Penduduk 2010 yang menunjukan tingkat pendidikan penduduk masih sangat rendah, dimana 59,07% penduduk tercatat tidak tamat pendidikan dasar.

    Berkaitan dengan status kesehatan, berdasarkan data Population Reference Bureau (PRB) tahun 2011, angka kematian kasar dan angka kematian bayi telah menurun cukup signifikan. Angka kematian kasar (CDR) diperkirakan sebesar 6

  • 2

    per 1.000 penduduk dan angka kematian bayi (IMR) sekitar 30 per 1.000 kelahiran hidup. Selain itu, angka harapan hidup (life expectancy at birth) juga telah mengalami peningkatan, menjadi 71 tahun. Peningkatan kualitas kesehatan ini telah berdampak pada berubahnya struktur umur penduduk, termasuk bertambahnya penduduk usia tua. Tingginya jumlah penduduk pada kategori usia balita, remaja dan lansia dapat menjadi triple burden pembangunan nasional apabila tidak adanya kebijakan yang terarah dibidang kependudukan. Dari segi data basis dan administrasi penduduk perlu mendapatkan perhatian khusus. Mengingat, perencanaan pembangunan di segala bidang perlu menggunakan data dan informasi kependudukan sebagai dasar penetapan kebijakan dan penyelenggaraan pembangunan. Kurangnya tenaga pendataan dan kesadaran masyarakat dalam melaporkan kejadian vital seperti kelahiran, kematian, dan perpindahan, menyebabkan kualitas data yang tersedia kurang akurat.

    Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga telah mengamanatkan pengelolaan kependudukan sebagai satu kesatuan dengan keluarga berencana dalam satu organisasi. Hal tersebut, diperkuat dengan diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) RI Nomor 62 Tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan KB Nasional. Dengan adanya Undang-Undang dan Perpres ini diharapkan dapat lebih memperkokoh pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana dalam mendukung terwujudnya rencana pembangunan jangka panjang nasional mewujudkan penduduk tumbuh seimbang 2015 serta pembangunan berwawasan kependudukan.

    Sejalan dengan perubahan struktur organisasi BKKBN, visi dan misi organisasi juga direformulasi. Dengan adanya perubahan visi dan misi, maka struktur organisasi BKKBN dilengkapi dengan unit kerja yang menangani masalah kependudukan. Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN terdiri dari empat direktorat yang terkait pemaduan kebijakan, perencanaan pengendalian penduduk, kerjasama pendidikan kependudukan, serta analisis dampak kependudukan. Sekaitan dengan hal tersebut, BKKBN telah menyusun Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk dan penjabaran konsep pembangunan berwawasan kependudukan untuk mewujudkan keserasian dan keseimbangan penduduk guna mendorong terlaksananya pembangunan nasional dan daerah yang berwawasan kependudukan.

    Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk merupakan bagian dari Rancang Besar Pembangunan Kependudukan hingga tahun 2035. Rancangan tersebut merupakan hasil kerjasama lintas sektoral guna mewujudkan penduduk yang berkualitas dan seimbang. Oleh karena itu, perumusan kependudukan hendaknya dilaksanakan secara sinergis antara aspek kuantitas, kualitas, mobilitas maupun database kepedudukan.

  • 3

    Selain itu, upaya penyerasian dan pemaduan kebijakan kependudukan antara lain dilakukan melalui identifikasi peraturan perundangan-perundangan terkait pengendalian penduduk serta melakukan koordinasi, sinkronisasi maupun sinergi perumusan kebijakan kependudukan. Kesemua upaya yang dilakukan melibatkan berbagai kementerian/instansi terkait, Pusat Studi Kependudukan di perguruan tinggi, stakeholders dan mitra kerja pemerhati isu kependudukan baik di tingkat pusat maupun daerah.

    B. Dasar Hukum Berbagai landasan hukum yang mendasari pelaksanaan rencana tindak Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk dapat dijabarkan antara lain sebagai berikut:

    1. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga;

    2. Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014;

    3. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional;

    4. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 72/PER/B5/2011 tanggal 1 Februari 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional;

    5. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 82/PER/B5/2011 tanggal 9 Mei 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi; dan

    6. Rencana Strategis Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana tahun 2010-2014.

    C. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

    Untuk melakukan suatu sistem perencanaan yang strategis, suatu organisasi perlu melakukan analisis kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancamannya (threaths). Metode perencanaan strategis tersebut kemudian dikenal dengan istilah SWOT analysis.

    Dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuannya, Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk melakukan analisis tentang kekuatan, kelemahan, peluang maupun tantangan.

  • 4

    Kekuatan:

    1. Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk mempunyai landasan legal yang kuat, yaitu Peraturan Kepala BKKBN Nomor 72/PER/B5/2011 tanggal 1 Februari 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan KB Nasional. Berdasarkan pasal 99 dalam Peraturan ini telah dijabarkan tugas Deputi Bidang Pengendalian Penduduk yaitu merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang pengendalian penduduk, mencakup pemaduan dan sinkronisasi kebijakan, perencanaan kebijakan, analisis dampak kependudukan serta kerja sama pendidikan kependudukan;

    2. Dukungan anggaran yang relatif memadai untuk melakukan berbagai kegiatan strategis di lingkungan Kedeputian Bidang Pengendalian Kuantitas Penduduk;

    3. Sumber daya manusia pada Kedeputian ini cukup memadai dan didukung dengan kualifikasi latar belakang pendidikan S3 (doctoral degree) dan S2 (master degree) kependudukan baik dari dalam maupun luar negeri (UI, UGM, ANU, Flinders, Mahidol, dll).

    Kelemahan:

    1. Struktur organisasi khususnya pada Direktorat Pemaduan Kebijakan Pengendalian Penduduk kurang memadai karena hanya terdiri dari 2(dua) sub direktorat;

    2. Jumlah staf masih relatif terbatas;

    3. Kompetensi staf bervariasi.

    Peluang:

    1. Dukungan stakeholders terkait penanganan isu kependudukan sangat besar; 2. Dukungan dari mitra kerja yang peduli (concern) kependudukan cukup besar

    dan profesional; 3. Dukungan sumber daya lainnya (tenaga, anggaran maupun regulasi)

    diharapkan tetap besar.

  • 5

    Ancaman:

    1. Beberapa regulasi dan/atau kebijakan sektor ada yang belum serasi dengan upaya pengendalian kuantitas penduduk;

    2. Kelembagaan yang menangani kependudukan di daerah masih sangat bervariasi dan tumpang tindih, seperti Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Badan KB dan Pemberdayaan Perempuan, dll;

    3. Komitmen daerah tentang pelaksanaan pembangunan kependudukan dan keluarga berencana masih belum seperti diharapkan.

    D. Data Basis Mitra Kerja Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk

    Saat ini, terdapat empat mitra kerja utama Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk. Mitra kerja tersebut adalah Pusat Studi Kependudukan (PSK), Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan, Forum Umat Beragama Peduli Keluarga Sejahtera dan Kependudukan (FAPSEDU), serta Ikatan Peminat dan Ahli Demografi (IPADI).

    1. Pusat Studi Kependudukan Pusat Studi Kependudukan adalah unsur pelaksana akademik yang bertanggung jawab langsung kepada Rektor. Pusat Studi Kependudukan bertanggung jawab melaksanakan tugas pokok dan fungsi pada perguruan tinggi di bidang penelitian maupun pengembangan ilmu tentang kependudukan. Nomenklatur Pusat Studi Kependudukan di daerah sangat bervariasi, antara lain: a. Pusat Studi Kependudukan (PSK) di 15 provinsi, yaitu: Provinsi

    Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku Utara dan Papua;

    b. Pusat Studi Kependudukan dan Lingkungan (PSK dan Lingkungan) di 2 provinsi, yaitu: Provinsi Sumatera Utara dan Jawa Tengah;

    c. Pusat Studi Kependudukan dan Sumber Daya Manusia (PSK dan SDM) di 5 provinsi, yaitu: Provinsi Aceh, Bali, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Papua Barat;

    d. Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY);

    e. Pusat Studi Kependudukan dan Gender (PSK dan Gender) di 2 provinsi, yaitu: Provinsi Jawa Timur dan Banten;

  • 6

    f. Pusat Studi Kependudukan dan Pembangunan (PSK dan Pembangunan) di Provinsi Nusa Tenggara Barat;

    g. Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat di Provinsi Sulawesi Selatan;

    h. Pusat Studi Kependudukan dan Kesejahteraan Sosial di Provinsi Maluku;

    i. Lembaga Penelitian (LP) di 4 provinsi, yakni: Provinsi Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Tengah dan Gorontalo;

    j. Lembaga Demografi (LD) yang berada Provinsi DKI Jakarta.

    2. Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan

    Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan atau lebih dikenal dengan Koalisi Kependudukan adalah suatu lembaga advokasi dan pengembangan jejaring untuk pembangunan kependudukan. Keanggotaan Koalisi Kependudukan terdiri atas berbagai unsur pemerintahan, legislatif, LSM, organisasi profesi, organisasi swasta, kalangan media, tokoh masyarakat, tokoh agama dan unsur lainnya baik secara organisasi maupun perorangan yang mempunyai visi, misi dan komitmen yang sama untuk membantu dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan di bidang kependudukan. Koalisi ini telah terbentuk (dilantik) di 31 provinsi, kecuali di 2 provinsi yaitu DKI Jakarta dan Papua Barat.

    3. Forum Umat Beragama Peduli Keluarga Sejahtera dan Kependudukan (FAPSEDU) dan Simpul Jaringan Forum Antar Umat Beragama Peduli Keluarga Sejahtera dan Kependudukan (SIJAR FAPSEDU) FAPSEDU merupakan forum para tokoh agama (misalnya Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Khonghucu) yang peduli pembangunan kependudukan serta keluarga sejahtera. FAPSEDU ini telah terbentuk di 17 provinsi, yakni Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Gorontalo.

    Sedangkan, SIJAR FAPSEDU merupakan wadah berhimpunnya generasi muda lintas agama yang memiliki perhatian dan kepedulian terhadap isu-isu kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera. Sampai saat ini, SIJAR FAPSEDU terdapat di 4 provinsi, yakni Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.

  • 7

    4. Ikatan Peminat dan Ahli Demografi (IPADI) IPADI merupakan wadah para peminat serta ahli kependudukan di Indonesia. Pada saat ini, status kelembagaan IPADI masih non-aktif, sehingga kerjasama IPADI dengan BKKBN pada masa mendatang perlu diaktifkan kembali.

    E. Kapasitas Mitra Kerja Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk Peningkatan kapasitas sumber daya manusia para mitra kerja merupakan salah satu upaya terpadu dalam rangka membantu mengatasi berbagai isu kependudukan. Selain itu, peningkatan kapasitas para mitra kerja ini sangat penting untuk mengembangkan berbagai upaya maupun strategi demi terwujudnya pembangunan berwawawasan kependudukan serta penduduk tumbuh seimbang di tahun 2015. Berikut ini adalah beberapa hasil pemantauan terkait kapasitas sumber daya manusia pada mitra kerja terkait, yaitu:

    1. Pusat Studi Kependudukan (PSK) Lembaga Demografi pada Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia (LD-FEUI) dan Pusat Studi Kebijakan dan Kependudukan pada Universitas Gadjah Mada (PSKK-UGM) mempunyai kapasitas SDM yang sangat baik. Oleh karena itu, kedua PSK ini dapat menjadi fasilitator dalam rangka peningkatan kapasitas Pusat Studi Kependudukan lainnya. Sedangkan, kapasitas SDM pada Pusat Studi Kependudukan di provinsi lainnya masih memerlukan peningkatan, terutama bagi para peneliti muda.

    2. Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan Secara umum, kapasitas sumber daya manusia pada Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan mempunyai kapasitas yang sangat baik. Hal ini mengingat, para anggota Koalisi ini terdiri dari akademisi maupun praktisi senior di bidang kependudukan.

    3. Forum Umat Beragama Peduli Keluarga Sejahtera dan Kependudukan (FAPSEDU) Secara umum, para tokoh agama peduli kependudukan ini masih memerlukan orientasi di bidang kependudukan dalam rangka membantu pelaksanaan advokasi kepada stakeholders serta mensosialisasikan upaya pengendalian penduduk kepada masyarakat umum.

  • 8

    4. Simpul Jaringan Forum Antar Umat Beragama Peduli Keluarga Sejahtera dan Kependudukan (SIJAR FAPSEDU) Saat ini, SIJAR FAPSEDU masih berada pada fase pembentukan yang terfokus pada upaya pembentukan kelembagaan di berbagai daerah di Indonesia. Oleh karena itu, para pengelola SIJAR FAPSEDU ini masih memerlukan orientasi tentang permasalahan di bidang kependudukan, keluarga berencana dan kesejahteraan keluarga.

    5. Pengelola Program Kependudukan di Tingkat Pusat Para pengelola program Kependudukan di BKKBN Pusat pada umumnya mempunyai kapasitas yang memadai di bidang tersebut. Di tingkat pusat, para pengelola program ini terdiri dari tenaga muda dengan kualifikasi S3 (doctoral degree) maupun S2 (master degree) demografi dari UI, UGM, ANU, Flinders, Mahidol dan lainnya. Para tenaga muda ini dapat menjadi fasilitator dalam rangka peningkatan kapasitas para mitra kerja guna mendukung pengembangan program Kependudukan.

    6. Pengelola Program Kependudukan di Tingkat Provinsi Kapasitas para pengelola program Kependudukan di tingkat provinsi sangat bervariasi baik dari sisi latar belakang maupun kualifikasi pendidikan. Oleh karena itu, para Kepala Bidang maupun Kepala Seksi Pengendalian Penduduk di Perwakilan BKKBN Provinsi masih memerlukan capacity building di bidang kependudukan dan perumusan kebijakan (policy formulation).

  • 9

    BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN

    A. Visi

    Dalam rangka mewujudkan visi BKKBN Penduduk Tumbuh Seimbang Tahun 2015 dengan misi Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Kependudukan dan Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Sesuai kedudukan, tugas dan fungsi Deputi Pengendalian Penduduk, maka visi Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk adalah : Terwujudnya Kebijakan Pembangunan yang Berwawasan Kependudukan.

    B. Misi

    Untuk mewujudkan visi tersebut, maka Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk menetapkan misi sebagai berikut:

    1. Menyediakan Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk dan Kebijakan Sektor Pembangunan yang Berwawasan Kependudukan;

    2. Menyediakan parameter kependudukan dan keluarga berencana sebagai acuan penyusunan rencana dan pelaksanaan program;

    3. Meningkatnya komitmen lintas sektor serta pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) masyarakat tentang Pembangunan Berwawasan Kependudukan;

    4. Menyediakan analisis dampak kependudukan yang dapat dimanfaatkan dalam rangka penyerasian kebijakan Pembangunan Berwawasan Kependudukan.

    C. Tujuan Dalam rangka mendukung terwujudnya visi dan misi tersebut, maka tujuan dari Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk adalah:

    1. Merumuskan Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk; 2. Merumuskan konsep pembangunan berwawasan kependudukan; 3. Menyusun parameter kependudukan dan proyeksi penduduk tahun 2010-

    2035; 4. Melakukan pengelolaan data dan informasi kependudukan; 5. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) keluarga dan

    masyarakat dalam pembangunan kependudukan; 6. Meningkatkan komitmen stakeholders dan peran mitra kerja tentang

    pendidikan kependudukan;

  • 10

    7. Menyediakan berbagai kajian tentang dampak masalah kependudukan terhadap pembangunan secara komprehensif;

    8. Mengembangkan dan menguji solusi strategis dampak kependudukan terhadap pembangunan.

    D. Sasaran Dalam rangka mendukung operasionalisasi program pada Kedeputian Bidang Pengendalian Kependudukan tersebut, maka disusun berbagai sasaran strategis pada setiap Direktorat sebagai berikut:

    1. Direktorat Pemaduan Kebijakan Pengendalian Penduduk (DITJAKDUK)

    Tabel 1 memperlihatkan sasaran strategis yang akan dilaksanakan Direktorat Pemaduan Kebijakan Pengendalian Penduduk pada periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.

    Tabel 1 Sasaran strategis Direktorat Pemaduan Kebijakan Pengendalian Penduduk

    Tahun 2012 sd 2014

    No Sasaran strategis Tahun

    2012 2013 2014

    1. Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk 1 - -

    2. Pembangunan Berwawasan Kependudukan 1 - -

    3. Policy brief 6 10 10

    4. Sosialisasi/advokasi di tingkat pusat 2 3 5

    5. Sosialisasi/advokasi secara regional 3 6 6

    6. Capacity building pengelola 2 3 3

    7. Pengembangan mitra kerja*)

    8. Capacity building mitra kerja 1 2 2

    9. Monitoring 33 33 33

    10. Evaluasi 33 33 33

    *) Pengembangan mitra kerja dimaksudkan untuk memperluas jejaring kerja bidang kependudukan. Mitra kerja dimaksud mencakup Pusat Studi Kependudukan, Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan, FAPSEDU, SIJAR FAPSEDU dan IPADI.

    2. Direktorat Perencanaan Pengendalian Penduduk (DITRENDUK)

    Tabel 2 memperlihatkan sasaran strategis yang akan dilaksanakan Direktorat Perencanaan Pengendalian Penduduk pada periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.

  • 11

    Tabel 2 Sasaran strategis Direktorat Perencanaan Pengendalian Penduduk

    Tahun 2012 sd 2014**

    No Sasaran strategis Tahun

    2012 2013 2014

    1. Tersusunnya proyeksi penduduk 34 34 34

    2. Tersedianya profil penduduk 1 34 34

    3. Tersedianya parameter kependudukan 34 34 34

    4. Pengembangan dan pemantapan bank data dan informasi kependudukan

    1 1 1

    5. Jumlah stakeholders/mitra kerja yang berperan dalam perencanaan pengendalian penduduk

    37 37 37

    6. Meningkatnya kompetensi Renduk bagi tenaga pengelola 74 74 74

    7. Monitoring dan evaluasi 33 33 33

    **) Keterangan: 34 = 1 di tingkat pusat dan 33 provinsi; 37 = 4 di tingkat pusat dan 33 provinsi; 74 = 4 di tingkat pusat dan 2 orang dari 33 provinsi.

    3. Direktorat Kerja Sama Pendidikan Kependudukan (DITPENDUK)

    Tabel 3 memperlihatkan sasaran strategis yang akan dilaksanakan Direktorat Kerja Sama Pendidikan Kependudukan pada periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.

    Tabel 3

    Sasaran strategis Direktorat Kerja Sama Pendidikan Kependudukan Tahun 2012 sd 2014

    No Sasaran strategis Tahun

    2012 2013 2014

    1. Sosialisasi Gerakan PHBK 8 16 33

    2. Pemantapan koordinasi lintas sektor 33 33 33

    3. Pengembangan Gerakan PHBK melalui jalur formal, nonformal dan informal

    8 16 33

    4. Pengembangan databasis pendidikan kependudukan 1 3 3

    5. Orientasi pendidikan kependudukan bagi pengelola dan pelaksana program

    33 33 33

    6. Pengembangan materi dan media KIE 8 16 33

    7. Pengembangan sekolah percontohan berwawasan kependudukan

    8 16 33

    8. Workshop pendidikan kependudukan 33 33 33

    9. Pengembangan modul pendidikan kependudukan bagi perguruan tinggi

    3 - 7

    10. Monitoring evaluasi 33 33 33

  • 12

    4. Direktorat Analisis Dampak Kependudukan (DITDAMDUK)

    Tabel 4 memperlihatkan sasaran strategis yang akan dilaksanakan Direktorat Analisis Dampak Kependudukan pada periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.

    Tabel 4 Sasaran strategis Direktorat Analisis Dampak Kependudukan

    Tahun 2012 sd 2014

    No Sasaran strategis Tahun

    2012 2013 2014

    1. Kebijakan strategi dan materi (NSPK, pedoman, juklak dan juknis)

    1 1 1

    2. Kajian analisis dampak kuantitas penduduk thd sosek, polhankam, lingkungan

    1 1 1

    3. Kajian analisis dampak kualitaspenduduk thd sosek, polhankam, lingkungan

    1 1 1

    4. Kajian analisis dampak mobilitas penduduk thd sosek, polhankam, lingkungan

    1 1 1

    5. Kajian dan analisis dampak pertumbuhan penduduk thp daya dukung dan daya tamping lingkungan (perubahan iklim)

    1 1 1

    6. Mitra kerja pendukung ADKI**) 37 37 37

    7. Tenaga pengelola yang kompeten 74 74 74

    8. Monitoring, evaluasi, pembinaan 34 34 34

    **) ADK= Analisis dampak kependudukan

    6. Rencana Kegiatan Strategis Perwakilan BKKBN Provinsi

    Tabel 5 memperlihatkan rencana kegiatan strategis yang akan dilaksanakan Perwakilan BKKBN Provinsi pada periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2014.

    Tabel 5 Rencana kegiatan strategis Perwakilan BKKBN Provinsi

    Tahun 2013 sd 2014

    NO Kegiatan Pokok 2013 2014

    I. Pemaduan kebijakan kependudukan

    1a Penyerasian kebijakan kependudukan dan KB di daerah (inventarisasi dan analisis kebijakan pemerintah di daerah).

    2 2

    1b Sosialisasi dan advokasi hasil analisis kebijakan kepada stakeholders dan mitra kerja terkait penyerasian kebijakan kependudukan dan KB.

    2 2

    1c Telaah dan pengembangan program KKB di prov, kab dan kota. 2 2

    1d Pengembangan rencana program kebijakan Pembangunan Kependudukan dan KB di Provinsi (Telaah dan penembangan program KKB di prov/kab/kota).

    2 2

    1e Sosialisasi Pembangunan Berwawasan Kependudukan. 2 2

    II. Penyusunan parameter kependudukan dan sosialisasi

    2a Penyusunan proyeksi dan profil penduduk tingkat provinsi, kabupaten, dan kota. 1 1

    2b Kompilasi data kependudukan (parameter kependudukan) (data untuk di-entry dalam penyusunan proyeksi penduduk dan profil penduduk provinsi/kab/kota).

    2 2

  • 13

    No Kegiatan Pokok 2013 2014

    III. Peningkatan kapasitas

    3a Forum pengenalan aplikasi program Spectrum (semacam pelatihan dan exercise untuk hasil penghitungan proyeksi penduduk dan KB).

    4 4

    3b Lokakarya/seminar Dalduk (forum advokasi masalah kependudukan dan sosialisasi hasil kajian kepada mitra dan masyarakat).

    4 4

    3c Pembinaan jejaring program dengan pokja/PSK/Koalisi/Fapsedu/PKBI dll (dukungan bagi kelompok pemerhati masalah kependudukan untuk kegiatan advokasi).

    16 16

    IV. Pemanfaatan materi advokasi dan KIE

    4a Pengembangan isi pesan. 4 4

    4b Pengembangan materi pendidikan kependudukan serta advokasi dan KIE:

    Leaflet 6 6

    Booklet 6 6

    Policy brief 6 6

    Fact-sheet 6 6

    Banner 20 20

    Poster 5 5

    Billboard 0 0

    Balliho 0 0

    Dll 0 0

    Operasional advokasi dan KIE 12 12

    4c Pameran pembangunan kependudukan (pameran terkait dengan dua event kependudukan yang utama).

    8 8

    V. Penyusunan kajian kependudukan

    5a Penyusunan policy brief terkait dengan JAKDUK; DAMDUK dan PENDUK di provinsi (diagendakan tiap bulan dilakukan dan terintegrasi dengan bidang lain).

    3 3

    5b Analisis untuk pengembangan asumsi perencanaan pengendalian penduduk (Penetapan asumsi terkait dengan perencanaan pengendalian penduduk dan keluarga berencana).

    4 4

    VI. Analisis dampak kependudukan

    6a Analisis untuk pengembangan kebijakan kependudukan (Penyusunan rekomendasi terkait dengan kebijakan pembangunan yang berkelanjutan pada sektor pembangunan di provinsi).

    4 4

    6b Analisis dampak kependudukan terkait dengan pembangunan sektoral (Kajian dampak kependudukan terhadap pembangunan ttg sosial, budaya, keamanan, dll di provinsi).

    1 1

    6c Kompilasi data informasi terkait isu dampak kependudukan. 1 1

    VII. Diseminasi kajian kebijakan

    7 Referat dan forum diskusi pembahasan hasil kajian program (forum untuk desiminasi hasil telaah dan kajian bagi SDM Perwakilan BKKBN provinsi).

    6 6

    Keterangan : *) Angka pada kolom tahun merepresentasikan frekuensi kegiatan, bukan pendekatan kewilayahan (jumlah provinsi)

  • 14

    BAB III KERANGKA PIKIR,

    STRATEGI DAN KEBIJAKAN

    A. Kerangka Pikir Sebagai dasar dalam pelaksanaan rencana tindak ini, maka perlu adanya suatu kerangka pikir sebagai dasar dalam merancang strategi maupun kebijakan yang tepat pada Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk sehingga selaras dengan visi dan misi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Ada tiga tahapan dalam kerangka pikir ini yaitu:

    1. Kondisi saat ini

    Peraturan Presiden (Perpres) RI Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014 sebagai penjabaran dari Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 telah mengamanatkan strategisnya upaya pengendalian penduduk dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, salah satu sasaran RPJMN tersebut, secara eksplisit, telah menekankan pentingnya peningkatan keserasian kebijakan pengendalian penduduk. Hal ini mengingat beberapa kebijakan pembangunan masih ada yang belum selaras dengan upaya pengendalian penduduk di Indonesia;

    Kemudian, dalam perumusan berbagai kebijakan pengendalian penduduk tersebut tentunya harus berlandaskan kepada data kondisi penduduk yang akurat. Namun, saat ini belum tersedianya parameter kependudukan serta proyeksi penduduk yang lengkap, akurat, dan terkini (up-to-date) sesuai kebutuhan para stakeholders dan mitra kerja terkait.

    Selain itu, saat ini perkembangan jumlah maupun laju pertumbuhan penduduk masih sangat pesat. Pada kurun waktu sekitar 30 tahun sejak tahun 1961 hingga 1990, terjadi kenaikan sekitar dua kali lipat yaitu 97,1 menjadi 179,4 juta jiwa. Hasil sensus penduduk tahun 2010 yang lalu menunjukkan angka 237,6 juta jiwa, meleset sekitar 4 juta jiwa dari angka proyeksi sebelumnya. Laju pertumbuhan penduduk pun kembali meningkat menjadi rata-rata sebesar 1,49% pada sensus tahun 2010 yang lalu padahal laju pertumbuhan ditargetkan terus menurun menjadi 1,27%. Pengetahuan tentang kondisi penduduk tersebut belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat Indonesia secara umum. Masih kurangnya pengetahuan, sikap, perilaku (PSP) penduduk dan masyarakat tentang kependudukan.

  • 15

    Jumlah penduduk yang besar tersebut menimbulkan berbagai tantangan kependudukan. Indonesia sebagai negara terbesar keempat penduduknya setelah China, India dan Amerika Serikat, tentu akan menimbulkan berbagai macam dampak baik sosial, ekonomi, pertahanan, keamanan termasuk lingkungan hidup mereka sendiri. Namun, masih kurangnya analisis dampak kependudukan terhadap pembangunan.

    2. Intervensi

    Berdasarkan situasi kependudukan tersebut, maka disusun beberapa langkah intervensi yang akan dilakukan oleh Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk, antara lain:

    a) Penyerasian kebijakan di bidang kependudukan dan pembangunan; b) Perumusan Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk dan konsep

    pembangunan berwawasan kependudukan; c) Perumusan parameter kependudukan dan proyeksi penduduk; d) Peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku penduduk dan masyarakat

    tentang kependudukan; dan e) Meningkatnya komitmen stakeholders dan peran mitra kerja tentang

    kependudukan melalui berbagai kajian analisis dampak.

    3. Kondisi yang diinginkan

    Dalam jangka panjang, kondisi yang diharapkan dari pelaksanaan kebijakan maupun kegiatan pada Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk, BKKBN, adalah terwujudnya kebijakan pembangunan yang berwawasan kependudukan. Harapannya adalah pemahaman tentang pembangunan berwawasan kependudukan ini tidak hanya berhenti di tingkat wacana tetapi lebih jauh dari itu, yaitu dapat diimplementasikan dalam penentapan kebijakan pembangunan yang sesungguhnya dari tingkat pusat sampai ke tataran yang paling bawah. Apabila ini dapat terlaksana, cita-cita luhur untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, bermatabat, dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju diharapkan dapat terwujud.

  • 16

    Gambar 1

    Kerangka pikir rencana tindak Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk

    tahun 2011-2014

    B. Kebijakan Berbagai upaya maupun kebijakan pengendalian penduduk harus berdasarkan pada konsep pembangunan berwawasan kependudukan. Ada beberapa aspek penting dari pembangunan berwawasan kependudukan, yaitu (1) penempatan penduduk sebagai titik sentral pembangunan; (2) senantiasa responsif terhadap data, informasi, dan dinamika kependudukan; (3) melakukan rekayasa ke depan tentang apa yang diinginkan dari berbagai matra kependudukan; (4) mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dengan memperhatikan lingkungan hidup; (5) memrioritaskan pemberdayaan penduduk dan pembangunan sumber daya manusia (SDM); (6) memperhatikan kondisi dan potensi penduduk lokal dan daerah; dan (7) senantiasa mengharapkan masukan dari bawah dan partisipasi dari masyarakat.

    Dalam rangka mewujudkan konsep pembangunan berwawasan kependudukan tersebut perlu dilakukan upaya-upaya penyelarasan berbagai kebijakan kependudukan, menjamin ketersediaan serta pemanfaatan parameter kependudukan, mensosialisasikan kebijakan dan program kependudukan serta melakukan analisis dampak kependudukan. Selain itu, arah kebijakan Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk adalah sebagai berikut:

    1. Pengembangan mitra kerja utama, yaitu: a) Pusat Studi Kependudukan diharapkan lebih dari satu per provinsi, b) Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan diharapkan

    dapat berkembang sampai tingkat kabupaten dan kota, c) FAPSEDU diharapkan terbentuk di setiap provinsi,

  • 17

    d) SIJAR FAPSEDU dapat terbentuk di setiap provinsi, e) IPADI dapat aktif kembali.

    2. Pengembangan kemitraan dalam rangka penyusunan parameter kependudukan dan proyeksi penduduk serta analisis dampak kependudukan terhadap pembangunan;

    3. Peningkatan advokasi untuk penyelarasan regulasi dan/atau kebijakan agar sesuai dengan upaya pengendalian penduduk;

    4. Kerjasama dengan sektor terkait tentang pendidikan kependudukan.

    C. Strategi

    Strategi yang ditetapkan untuk melaksanakan kebijakan tersebut di atas adalah sebagai berikut:

    1. Membangun kemitraan yang kuat dengan Pusat Studi Kependudukan, Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan, FAPSEDU, SIJAR FAPSEDU, IPADI, dan lain-lain;

    2. Meningkatkan kapasitas pengelola di pusat, provinsi, kabupaten dan kota; 3. Meningkatkan kapasitas mitra kerja yaitu dengan PSK, FAPSEDU, dan lain-

    lain; 4. Meningkatkan kapasitas pengelola di pusat, provinsi, kabupaten dan kota;

    - Meningkatkan kapasitas mitra kerja yaitu dengan PSK, FAPSEDU, dll, - Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan mitra kerja,

    5. Memanfaatkan berbagai media dan sarana untuk melakukan advokasi penyerasian kebijakan pembangunan yang selaras dengan upaya pengendalian penduduk, penguatan sistem pengelolaan data dan info kependudukan dan keluarga berencana, peningkatan PSP masyarakat tentang kependudukan serta peningkatan komitmen stakeholders tentang kependudukan melalui analisis dampak.

  • 18

    BAB IV KEGIATAN STRATEGIS

    TAHUN 2011-2014

    A. ROAD MAP

    Rencana tindak Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk ini mencakup kebijakan-kebijakan strategis yang harus diperhatikan dalam rangka pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk. Oleh karena itu, secara operasional, perlu disusun semacam peta jalan (road map) periode tahun 2011 sampai tahun 2014. Penyusunan road map tersebut harus mengarah kepada pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran serta kebijakan bidang pengendalian penduduk yang mengacu pada target kependudukan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014. Road map ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi setiap Direktorat maupun Perwakilan BKKBN Provinsi yang menangani isu kependudukan dalam penyusunan langkah-langkah kegiatan sesuai sasaran yang ditetapkan. Secara garis besar, road map Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk pada periode tahun 2011 sampai 2014 dapat dilihat dalam Gambar 1 berikut:

    Gambar 2 Tahapan pencapaian sasaran road map

    Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk Tahun 2011-2014

  • 19

    B. Kegiatan Strategis Setiap Tahapan Road map ini merupakan bentuk operasionalisasi rencana tindak Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk pada periode tahun 2011 sampai 2014 yang terbagi menjadi 4 (empat) fase. Fase pertama pada tahun 2011 adalah masa persiapan dimana Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk pada Kantor Pusat BKKBN baru terbentuk sejak awal tahun 2011, sementara bidang kependudukan pada Perwakilan BKKBN Provinsi baru terbentuk sekitar pertengahan tahun 2011. Tahun 2012 ditetapkan menjadi fase konsolidasi atau masa dimana seluruh komponen Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk maupun bidang kependudukan Perwakilan BKKBN Provinsi berada pada suatu proses penguatan baik secara internal maupun eksternal. Pada tahun 2012 ini merupakan masa penetapan kebijakan bidang kependudukan secara makro, termasuk penyusunan rencana tindak ini. Setelah fase konsolidasi berakhir, dilanjutkan kepada fase implementasi di tahun 2013. Fase implementasi merupakan tahapan pelaksanaan berbagai kebijakan makro yang telah ditetapkan sebelumnya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi maupun sasaran RPJMN 2010-2014 yaitu pembangunan berwawasan kependudukan serta penduduk tumbuh seimbang. Pada tahapan ini, seluruh aktivitas operasionalisasi kebijakan kependudukan baik di pusat maupun provinsi harus berjalan sesuai arah yang telah ditetapkan bersama. Fase terakhir pada tahun 2014 adalah fase akselerasi atau percepatan. Pada tahun ini merupakan akhir tahun dari pelaksanaan RPJMN 2010-2014. Pada tahun ini, secara umum, seluruh kegiatan disetiap kementerian/lembaga akan dievaluasi. Oleh karena itu, perlu percepatan dalam pelaksanaan berbagai kegiatan strategis yang mengarah pada pencapaian sasaran RPJMN 2010-2014. Adapun kegiatan-kegiatan strategis dalam setiap tahapan akan dijelaskan sebagai berikut:

    1. Fase Persiapan (2011) Fase ini merupakan tahapan persiapan dalam upaya meningkatkan kompetensi internal Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk sekaligus membuka jejaring kemitraan. Kegiatan strategis pada fase persiapan di tahun 2011 adalah sebagai berikut: a. Membangun jejaring kemitraan dengan Pusat Studi Kependudukan,

    Koalisi Kependudukan, Fapsedu, dll; b. Meningkatkan kapasitas dengan para pengelola baik di tingkat pusat

    maupun provinsi dan mitra kerja (PSK) tentang kependudukan termasuk dalam penyusunan proyeksi penduduk;

    c. Merumuskan Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk;

  • 20

    d. Merumuskan konsep Pembangunan Berwawasan Kependudukan, termasuk merintis Gerakan Perilaku Hidup Berwawasan Kependudukan (PHBK);

    e. Melakukan identifikasi berbagai regulasi/kebijakan pembangunan yang kurang serasi dengan upaya pengendalian penduduk;

    f. Memulai kerjasama dalam pelaksanaan berbagai kajian kebijakan serta penyusunan policy brief;

    g. Merumuskan parameter kependudukan; h. Mengembangkan kerjasama dengan sektor terkait tentang pendidikan

    kependudukan; i. Merintis kerjasama dengan para pakar untuk melakukan kajian analisis

    dampak kependudukan terhadap pembangunan; j. Merintis pemetaan (Geografic Information Systems) dampak

    kependudukan terhadap pembangunan.

    2. Fase Konsolidasi (2012) Fase konsolidasi di Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk dilaksanakan di tahun 2012. Pada dasarnya fase konsolidasi ini merupakan tahap lanjutan dari tahapan sebelumnya. Kegiatan strategis fase konsolidasi sebagai berikut: a. Pengembangan jejaring kemitraan yaitu dengan PSK, Koalisi

    Kependudukan, FAPSEDU, IPADI, dll; b. Pengembangan kapasitas yaitu dengan para pengelola baik di tingkat

    pusat maupun provinsi dan mitra kerja; c. Penyempurnaan Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk berupa

    sasaran road map sesuai hasil proyeksi terbaru; d. Pengembangan indikator komposit Pembangunan Berwawasan

    Kependudukan; e. Pengembangan kerjasama melakukan kajian kebijakan dan policy brief

    dengan PSK; f. Diseminasi dan sosialisasi Grand Design Pengendalian Kuantitas

    Penduduk di pusat dan daerah; g. Diseminasi dan sosialisasi Pembangunan Berwawasan Kependudukan di

    pusat dan daerah; h. Fasilitasi perumusan Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk di

    daerah dengan sasaran semua provinsi diharapkan memiliki Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk;

    i. Penyelesaian penyusunan proyeksi penduduk dan parameternya baik di tingkat pusat maupun provinsi;

    j. Pembinaan kapasitas sumber daya manusia pengelola program;

  • 21

    k. Pembentukan bank data dan info kependudukan; l. Pengembangan daerah uji coba gerakan PHBK ke 8 (delapan) provinsi

    lain; m. Pemantapan integrasi pendidikan kependudukan ke dalam kurikulum jalur

    formal; n. Pemanfaatan analisis dampak kependudukan dalam formulasi berbagai

    kebijakan pembangunan; o. Pengembangan pemetaan dengan menggunakan pemetaan (Geographic

    Information Systems-GIS) dampak kependudukan terhadap pembangunan di 10 (sepuluh) provinsi.

    3. Fase Implementasi (2013) Kegiatan strategis pada fase implementasi ini mencerminkan pengembangan pada fase sebelumnya. Kegiatan lebih berorientasi pada proses diseminasi dan sosialiasi bidang pengendalian kuantitas penduduk serta penguatan komitmen jejaring kemitraan. Adapun bentuk kegiatannya antara lain: a. Diseminasi dan sosialisasi Grand Design Pengendalian Kuantitas

    Penduduk di pusat dan daerah (termasuk kabupaten dan kota); b. Diseminasi dan sosialisasi Pembangunan Berwawasan Kependudukan di

    pusat dan daerah (termasuk kabupaten dan kota); c. Meningkatkan kerjasama dengan mitra kerja (PSK, Koalisi

    Kependudukan, FAPSEDU, IPADI, dll) dalam melakukan kajian kebijakan/policy formulation dalam rangka penyerasian kebijakan kependudukan;

    d. Pengembangan jejaring kemitraan: - PSK dengan sasaran pendirian lebih dari 1 per provinsi; - Koalisi Kependudukan terbentuk di Kab/Kota ditargetkan 10 persen; - Pengembangan FAPSEDU di Kabupaten dan Kota; - Pengembangan SIJAR FAPSEDU yang diharapkan ada di seluruh

    provinsi di Indonesia; e. Telaah parameter kependudukan dalam pencapaian kinerja program; f. Integrasi pemanfaatan perencanaan pengendalian penduduk oleh

    stakehorlders dan mitra kerja di tingkat pusat dan daerah; g. Pengembangan Gerakan PHBK menjadi 16 provinsi; h. Pemantapan integrasi pendidikan kependudukan ke dalam kurikulum jalur

    formal; i. Pemanfaatan analisis dampak kependudukan dalam formulasi berbagai

    kebijakan pembangunan sampai ke tingkat provinsi;

  • 22

    j. Pengembangan pemetaan Geographic Information System (GIS) dampak kependudukan terhadap pembangunan di 20 provinsi;

    4. Fase Akselerasi (2014) Fase akselerasi ini merupakan percepatan seluruh komponen di lingkungan Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk dengan melakukan berbagai upaya strategis yakni: a. Perluasan diseminasi dan sosialisasi Grand Design Pengendalian

    Kuantitas Penduduk di pusat maupun daerah (provinsi, kabupaten dan kota);

    b. Perluasan diseminasi dan sosialisasi Pembangunan Berwawasan Kependudukan di pusat dan daerah (provinsi, kabupaten dan kota);

    c. Perluasan fasilitasi dalam rangka perumusan Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk di daerah. Diharapkan 25% dari kabupaten dan kota di setiap provinsi sudah memiliki Grand Design ini;

    d. Pengembangan jejaring kemitraan utama, mencakup: - Pusat Studi Kependudukan (PSK) diharapkan terbentuk lebih dari 1

    (satu) per provinsi dengan jumlah kumulatif 50 PSK di seluruh Indonesia,

    - Koalisi Kependudukan terbentuk di sekitar 25 persen dari seluruh kabupaten dan kota di Indonesia,

    - FAPSEDU dikembangkan di sekitar 15 persen dari seluruh kabupaten dan kota,

    - SIJAR FAPSEDU mulai dikembangkan di sekitar 5 persen dari seluruh kabupaten dan kota,

    e. Pemantapan pemanfaatan data dan info kependudukan oleh mitra kerja dan stakeholders;

    f. Pemantapan model analisis program perencanaan kependudukan; g. Pengembangan Gerakan PHBK ke seluruh provinsi; h. Pengembangan kerjasama pendidikan kependudukan dengan

    stakeholders dan mitra kerja lainnya; i. Pemanfaatan analisis dampak kependudukan dalam formulasi berbagai

    kebijakan pembangunan sampai ke tingkat kabupaten dan kota; j. Pengembangan pemetaan (Geografic Information Systems-GIS) dampak

    kependudukan terhadap pembangunan di seluruh provinsi; k. Evaluasi pemanfaatan analisis dampak kependudukan terhadap program

    pembangunan di provinsi dan kabupaten dan kota; l. Pemanfaatan analisis dampak kependudukan dalam formulasi berbagai

    kebijakan pembangunan sampai ke tingkat kabupaten dan kota;

  • 23

    m. Pengembangan pemetaan (Geografic Information Systems-GIS) dampak kependudukan terhadap pembangunan di seluruh provinsi;

    n. Evaluasi pemanfaatan analisis dampak kependudukan terhadap program pembangunan di provinsi dan kabupaten dan kota.

    C. Dukungan Service Center Operasionalisasi berbagai kegiatan di Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk membutuhkan dukungan optimal dari jajaran service center BKKBN. Dukungan yang dibutuhkan antara lain:

    1. Dukungan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB (PULAP) Untuk meningkatkan kompetensi Kepala Bidang dan Kepala Seksi Bidang Pengendalian Penduduk pada Perwakilan BKKBN Provinsi seluruh Indonesia, pada tahun 2013 diperlukan pelatihan tentang Demografi dan Kebijakan Kependudukan. Pelatihan ini diharapkan diikuti oleh 33 Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Perwakilan BKKBN Provinsi dan 2 pengelola pusat. Selain itu, akan dilakukan pula pelatihan terhadap 3 (tiga) Kepala Subbidang Kependudukan dari 33 Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi dan 4 pengelola pusat. Kemudian pada tahun 2013 dan 2014, diharapkan dukungan dari PULAP untuk penyelenggaraan orientasi/pentaloka bidang penyelarasan kependudukan yang terbagi menjadi dua tahap. Setiap tahap akan dilaksanakan setiap tahunnya dan diikuti oleh 150 orang pengelola SKPD-KB Kabupaten dan Kota. Selain itu, kapasitas para peneliti muda pada Pusat Studi Kependudukan (PSK) perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, pada tahun 2013 dan 2014, diperlukan capacity building para peneliti muda dari PSK untuk meningkatkan kualitas kajian dari perumusan kebijakan. Pelatihan tersebut tentang Kependudukan dan Perumusan Kebijakan Kebijakan (Policy Formulation), dengan estimasi peserta untuk setiap angkatan yaitu sejumlah 50 orang.

    2. Dukungan Direktorat Advokasi, Komunikasi, Informasi dan Edukasi (DITVOKKOM) Pelaksanaan rencana tindak pada Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk perlu dukungan dari Direktorat Advokasi, Komunikasi, Informasi dan Edukasi (DITVOKKOM) untuk membantu penyebarluasan informasi terkait isu-isu kependudukan. Penyebaran informasi kebijakan, program maupun kegiatan yang ada di Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk dapat dilakukan melalui:

  • 24

    1) Advokasi tentang penyelarasan kebijakan kependudukan terdiri dari: a. Talk show radio dan televisi terkait:

    - Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk; - Pembangunan Berwawasan Kependudukan;

    b. Billboard, leaflet dan booklet pada tahun 2012-2014, bertemakan kependudukan;

    2) Advokasi tentang pendidikan kependudukan terdiri dari: a. Talk show radio dan televisi terkait:

    - Pendidikan kependudukan jalur formal; - Pendidikan kependudukan jalur non-formal; - Pendidikan kependudukan jalur informal;

    b. Billboard, leaflet dan booklet pada tahun 2012-2014 bertemakan kependidikan kependudukan.

    3) Advokasi tentang dampak kependudukan a. Talk show radio dan televisi terkait:

    - Dampak penduduk terhadap perubahan iklim; - Dampak penduduk terhadap sektor pembangunan lainnya;

    b. Billboard, leaflet dan booklet pada tahun 2012-2014 bertemakan dampak kependudukan.

    4) Advokasi tentang penyelarasan kebijakan kependudukan a. Media cetak terkait:

    - Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk; - Pembangunan Berwawasan Kependudukan; - Penyerasian Kebijakan Pengendalian Penduduk.

    b. Produksi media terkait: - Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk; - Pembangunan Berwawasan Kependudukan.

    5) Advokasi tentang pendidikan kependudukan a. Media cetak terkait:

    - Pendidikan kependudukan jalur formal; - Pendidikan kependudukan jalur non-formal; - Pendidikan kependudukan jalur informal;

    b. Produksi media terkait: - Pendidikan kependudukan jalur formal; - Pendidikan kependudukan jalur non-formal; - Pendidikan kependudukan jalur informal;

  • 25

    6) Advokasi tentang dampak kependudukan a. Media cetak terkait:

    - Dampak penduduk terhadap perubahan iklim; - Dampak penduduk terhadap sektor pembangunan lainnya;

    b. Produksi media/PSA - Dampak penduduk terhadap perubahan iklim; - Dampak penduduk terhadap sektor pembangunan lainnya;

    7) Advokasi tentang parameter kependudukan Dukungan advokasi untuk sosialisasi hasil parameter kependudukan dengan menggunakan media billboard, leaflet dan booklet pada tahun 2012-2014.

    3. Dukungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan (PUSDU) Dukungan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan yang diharapkan oleh bidang pengendalian penduduk di tahun 2012 yaitu:

    1) Mengembangkan konsep indikator komposit pembangunan berwawasan kependudukan;

    2) Secara komprehensif merumuskan rencana pengembangan Pusat Studi Kependudukan di seluruh Indonesia.

    4. Dukungan Biro Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat (BIHOM) Di tahun 2012, dukungan yang diperlukan dari Biro Hukum, Organisasi dan Humas, yaitu: 1) Mengembangkan norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) bidang

    pengendalian penduduk; 2) Mempercepat revisi Peraturan Pemerintah Nomor 38 dan 41, dengan

    target terbentuknya Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah (BKKBD) di provinsi, kabupaten dan kota;

    3) Merumuskan peraturan pemerintah turunan Undang-Undang No. 52 tahun 2009.

  • 26

    5. Dukungan Direktorat Teknologi Informasi dan Dokumentasi (DITTIFDOK) Untuk meningkatkan kualitas analisis dampak kependudukan maka diperlukan dukungan dari Direktorat Teknologi Informasi dan Dokumentasi untuk pengembangan sistem pengelolaan data, info kependudukan dan sistem informasi geografi (Geografic Information Systems-GIS).

  • 27

    BAB V MONITORING DAN EVALUASI

    Monitoring dan evaluasi rencana tindak Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk bertujuan agar setiap pelaksana kegiatan maupun pengambil kebijakan dapat mengetahui berbagai permasalahan yang dihadapi maupun keberhasilan dari setiap tingkatan road map rencana tindak Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk. Pada pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi harus tetap mengacu pada berbagai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam rangka memperoleh gambaran tentang pelaksanaan berbagai kegiatan pada Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk, perlu dilakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi, sebagai berikut:

    A. MONITORING 1. Memastikan terbentuknya jejaring mitra kerja di daerah, misalnya melalui

    intensifikasi kerjasama dengan berbagai Pusat Studi Kependudukan (PSK), Koalisi Indonesia untuk Pembangunan dan Kependudukan (Koalisi Kependudukan), Forum Umat Beragama Peduli Keluarga Sejahtera dan Kependudukan (FAPSEDU), dll;

    2. Memastikan peningkatan kualitas kerjasama dengan mitra kerja terkait, misalnya dengan melakukan berbagai kajian kependudukan dan KB sehingga dapat membantu menanggulangi berbagai dampak kependudukan di Indonesia;

    3. Memastikan penyusunan Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk di daerah dapat dirumuskan dengan baik, sesuai dengan tujuan serta sasaran dari Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk di tingkat pusat;

    4. Memastikan penyusunan parameter maupun profil kependudukan di daerah dapat terlaksana dengan baik, sesuai dengan kondisi di daerah tersebut;

    5. Memastikan Gerakan Perilaku Hidup Berwawasan Kependudukan (PHBK) dapat terlaksana dengan baik sehingga dapat membantu terwujudnya peningkatan pengetahuan sikap dan perilaku anak, remaja, keluarga dan masyarakat menjadi berperilaku hidup berwawasan kependudukan;

    6. Memastikan tindak lanjut Kesepakatan Bersama (MoU) antara Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 184/KSM/D3/2011 tentang Upaya Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera melalui Pendidikan Berwawasan Kependudukan dan Keluarga Berencana bagi Pendidik, Peserta Didik, dan Tenaga Kependidikan dapat terlaksana dengan baik;

  • 28

    7. Memastikan tindak lanjut Kesepakatan Bersama (MoU) antara Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan Kementerian Agama RI Nomor 185/KSM/D3/2011 dan Nomor 9 Tahun 2011 tentang Penguatan Program Pendidikan Kependudukan dan Keluarga Berencana melalui Peran Lembaga Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan serta Lembaga Agama dan Keagamaan dapat terlaksana dengan baik;

    8. Memastikan pelaksanaan hasil kajian dampak kependudukan sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimanfaatkan dalam perencanaan program pembangunan.

    B. EVALUASI 1. Secara berkala melakukan evaluasi sejauh mana sasaran-sasaran road map

    Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk dapat tercapai sehingga jumlah maupun laju pertumbuhan penduduk dapat terkendali;

    2. Melakukan upaya evaluasi tentang operasionalisasi program pembangunan berwawasan kependudukan baik di pusat maupun di daerah sehingga dapat dilakukan secara berkelanjutan;

    3. Melakukan evaluasi tentang keserasian berbagai kebijakan pembangunan yang sistematis dengan upaya pengendalian penduduk yang sehingga inventarisasi pembangunan yang sistematis dengan upaya pengendalian penduduk dapat dilakukan dengan optimal;

    4. Melakukan evaluasi terhadap pemanfaatan kajian dampak, policy brief, serta produk lain oleh stakeholders sehingga pemantapan dari pemanfaatannya lebih banyak;

    5. Melakukan evaluasi keberhasilan gerakan Perilaku Hidup Berwawasan Kependudukan sesuai dengan road map kerjasama pendidikan kependudukan;

    6. Melakukan evaluasi program tentang efektifitas kerjasama pendidikan kependudukan dengan stakeholders dan mitra kerja sehingga dapat memantapkan peran dan komitmen;

    7. Melakukan evaluasi pemanfaatan analisis dampak kependudukan dalam perencanaan program pembangunan di pusat dan daerah;

  • 29

    C. Tindak Lanjut 1. Perlu membuat instrumen untuk kegiatan monitoring melalui penyusunan

    angket/kuesioner;

    2. Perlu membuat instrumen untuk melakukan evaluasi melalui angket/kuesioner;

    3. Perlu upaya-upaya yang sistematis untuk menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi;

  • 30

    BAB VI PENUTUP

    Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk mempunyai empat program pokok. Keempat pokok tersebut yaitu terkait upaya pemaduan kebijakan di bidang kependudukan, perencanaan parameter kependudukan, kerjasama pendidikan kependudukan, serta analisis dampak kependudukan pembangunan sektor lainnya.

    Rencana tindak Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk ini merupakan acuan dalam rangka mencapai visi misi Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk pada khususnya dan BKKBN pada umumnya. Melalui rencana tindak ini dipetakan berbagai faktor yang masih dijumpai baik kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman dari Kedeputian ini dalam rangka meningkatkan kinerjanya mencapai sasaran program KKB.

    Rencana tindak ini mencakup rumusan tentang visi dan misi Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk disertai dengan rincian tentang tujuan dan sasaran program yang harus dicapai. Selanjutnya, untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dijabarkan berbagai program dan kegiatan strategis yang akan dilaksanakan mulai tahun 2012 sampai dengan 2014. Disamping itu, pada rencana tindak ini juga dirumuskan tentang rencana kegiatan strategis yang akan dilaksanakan oleh bidang kependudukan Perwakilan BKKBN Provinsi untuk tahun 2013 dan 2014.

    Diharapkan rencana tindak Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk dapat menjadi pedoman tentang arah kebijakan dan penyusunan kegiatan strategis bidang pengendalian penduduk sampai tahun 2014 baik di tingkat pusat maupun provinsi.