20111205 firdaus cahyadi-perang-informasi-lapindo

11
1 Perang Informasi dan Implikasi Kebijakan Pemulihan Bencana Kasus Lapindo Oleh: Firdaus Cahyadi 1 Abstrak Informasi adalah sesuatu yang penting dalam upaya pemulihan bencana, terlebih bila itu terkait dengan bencana ekologi. Dalam bencana ekologi seringkali terdapat pihak-pihak berkepentingan yang tidak menginginkan munculnya sebuah informasi yang benar dan akurat. Tujuannya beragam. Dari perbaikan citra korporasi hingga upaya pembebasan dari sanksi, baik hukum maupun sosial. Tulisan ini merupakan hasil dari sebuah riset yang coba menyoroti pertarungan informasi dalam kasus Lapindo. Metodologi yang digunakan dalam riset ini adalah studi literatur dan wawancara mendalam dengan berbagai pihak yang terkait bidang informasi. Perang informasi dalam kasus Lapindo adalah pelajaran penting bagi penggiat bencana di negeri ini. Dalam kasus Lapindo, perang informasi melibatkan NGOs, komunitas dan media mainstream milik korporasi yang terkait dengan semburan lumpur itu. Perang informasi dalam kasus Lapindo menentukan arah dari pemulihan hak-hak korban lumpur. Pihak yang mendominasi informasi berhasil mengarahkan kemana penyelesaian kasus ini dan bagaimana memulihkan hak-hak warga korban. Informasi dari media mainstream milik Group Bakrie ternyata mampu mengarahkan upaya penyelesaian kasus ini. Kebijakan penamaan BPLS (Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo) adalah salah satu bentuk ‘kemenangan’ media Group Bakrie. Tak heran, kemudian pola penyelesaian kasus ini pun hanya terfokus pada persoalan tanah dan rumah warga yang tenggelam. Sementara pemulihan hak-hak warga atas lingkungan hidup yang sehat, sosial, pendidikan, ekonomi dan kesehatan tidak dimasukan dalam skema penyelesaian kasus. Perlu sebuah perencanaan dan pengelolaan informasi yang matang dalam penanganan kasus bencana, utamanya bencana ekologi. Tanpa sebuah perencanaan yang matang, maka ketidakakuratan informasi akan terjadi. Dan dari ketidakakuratan informasi itulah akan berujung pada kesalahan pengambilan keputusan atau kebijakan. *** 1 Knowledge Manager, Yayasan SatuDunia

description

 

Transcript of 20111205 firdaus cahyadi-perang-informasi-lapindo

Page 1: 20111205 firdaus cahyadi-perang-informasi-lapindo

1

Perang Informasi dan Implikasi Kebijakan Pemulihan Bencana Kasus Lapindo

Oleh: Firdaus Cahyadi1

Abstrak

Informasi adalah sesuatu yang penting dalam upaya pemulihan bencana, terlebih bila itu terkait

dengan bencana ekologi. Dalam bencana ekologi seringkali terdapat pihak-pihak berkepentingan yang

tidak menginginkan munculnya sebuah informasi yang benar dan akurat. Tujuannya beragam. Dari

perbaikan citra korporasi hingga upaya pembebasan dari sanksi, baik hukum maupun sosial.

Tulisan ini merupakan hasil dari sebuah riset yang coba menyoroti pertarungan informasi dalam

kasus Lapindo. Metodologi yang digunakan dalam riset ini adalah studi literatur dan wawancara

mendalam dengan berbagai pihak yang terkait bidang informasi.

Perang informasi dalam kasus Lapindo adalah pelajaran penting bagi penggiat bencana di

negeri ini. Dalam kasus Lapindo, perang informasi melibatkan NGOs, komunitas dan media mainstream

milik korporasi yang terkait dengan semburan lumpur itu.

Perang informasi dalam kasus Lapindo menentukan arah dari pemulihan hak-hak korban

lumpur. Pihak yang mendominasi informasi berhasil mengarahkan kemana penyelesaian kasus ini dan

bagaimana memulihkan hak-hak warga korban.

Informasi dari media mainstream milik Group Bakrie ternyata mampu mengarahkan upaya

penyelesaian kasus ini. Kebijakan penamaan BPLS (Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo) adalah

salah satu bentuk ‘kemenangan’ media Group Bakrie. Tak heran, kemudian pola penyelesaian kasus ini

pun hanya terfokus pada persoalan tanah dan rumah warga yang tenggelam. Sementara pemulihan

hak-hak warga atas lingkungan hidup yang sehat, sosial, pendidikan, ekonomi dan kesehatan tidak

dimasukan dalam skema penyelesaian kasus.

Perlu sebuah perencanaan dan pengelolaan informasi yang matang dalam penanganan kasus

bencana, utamanya bencana ekologi. Tanpa sebuah perencanaan yang matang, maka ketidakakuratan

informasi akan terjadi. Dan dari ketidakakuratan informasi itulah akan berujung pada kesalahan

pengambilan keputusan atau kebijakan.

***

1 Knowledge Manager, Yayasan SatuDunia

Page 2: 20111205 firdaus cahyadi-perang-informasi-lapindo

2

I. Pendahuluan

Informasi adalah sesuatu yang penting bagi sebuah pembuatan keputusan. Ketika ada informasi

terjadi banjir di Jakarta misalnya, kita bisa memutuskan untuk jadi pergi atau tidak ke kota itu. Hal yang

sama juga terjadi dalam pemulihan sebuah bencana. Informasi mengenai lokasi, karakter sosial dan

sebaginya sangat penting dalam hal ini.

Dalam kasus semburan lumpur Lapindo, informasi juga menjadi penting dalam upaya pemulihan

bencana. Bukan saja informasi terkait dengan geografis, jumlah korban dan karakter masyarkaat korban,

namun juga informasi mengenai duduk persoalan sebenarnya terkait dengan kasus itu.

Informasi mengenai duduk persoalan yang sebenarnya mengenai kasus itu sangat menentukan

dalam penyusunan mekanisme ganti rugi yang adil bagi korban lumpur.Siapa dan Hal-hal apa saja yang

dimasukan dalam point-point yang akan diganti rugi sangat terkait dengan informasi menganai duduk

persoalan kasus ini.

Dalam kasus semburan lumpur Lapindo, informasi mengenai hal itu sangatlah beragam. Pihak

Lapindo dalam iklan-iklannya2 dan juga pernyataan di berbagai media massa, sebelum3 dan terlebih

sesudah4 ada keputusan pengadilan mengenai kasus ini, selalu mengatakan bahwa semburan lumpur

tidak terkait dengan pengeboran. Semburan lumpur di Sidoarjo adalah akibat bencana alam, gempa

Yogyakarta tahun 2006.

Sebaliknya, kelompok masyarakat sipil dan mayoritas pakar geologi justru mengemukakan bahwa

semburan lumpur di Sidoarjo bukan bencana alam namun terkait dengan pengeboran. Informasi mana

yang akan mengarahkan kebijakan pemulihan bencana lumpur Lapindo tergantung dari siapa yang

memenangkan perang informasi dalam kasus ini.

II. Konglomerasi Media dan Dominasi Informasi dalam Kasus Lapindo.

Salah satu ruang publik yang menjadi ajang dari perang informasi dalam kasus semburan lumpur

Lapindo ini adalah media massa. Di era konvergensi (menyatunya) telematika (telekomunikasi dan

informatika) ini perang informasi itu tidak lagi terbatas pada media konvensional, namun juga media

elektronik dan internet.

2 Dalam salah satu iklannya yang berjudul “Dua Tahun Komitmen Sosial Lapindo di Sidoarjo” (Tempo 2-8 Juni 2008, hal.116-117) , dengan jelas memberikan informasi bahwa seakan-akan semburan lumpur di Sidoarjo adalah bencana alam bukan terkait dengan pengeboran. Lihat analisis iklan di http://grafisosial.wordpress.com/2008/06/11/advertorial-lumpur-lapindo-menyesatkan/ 3 Keputusan pengedilan, berupa penolakan kasasi YLBHI dalam kasus Lapindo baru diputuskan tahun 2009, sementara kemunculan iklan-iklan Lapindo sudah muncul sebelum putusan kasasi itu. 4 Dalam laporan investigasi Al Jazerra, pihak Lapindo menyatakan bahwa semburan lumpur adalah bencana alam, People & Power - Muddy Justice - 17 June 09, http://www.youtube.com/watch?v=H0USZ0nX3Pk

Page 3: 20111205 firdaus cahyadi-perang-informasi-lapindo

3

Namun, menurut aktivis Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Margioyono, konvergensi telematika

adalah bahasa teknologi, namun bahasa bisnisnya adalah konglomerasi media5. Artinya para pemilik

modal memanfaatkan era konvergensi telematika ini untuk memperkuat konglomerasi media yang

dimilikinya.

Seperti ditulis di salah satu portal6, Presiden Direktur PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) Anindya Novyan

Bakrie saat memaparkan Bakrie Telecom, Media and Technology (BakrieTMT2015) yang akan

menyinergikan lini bisnis telekomunikasi (BTEL), media (VIVA Group) dan teknologi (BConn dan BNET)

sampai dengan tahun 2015.

No Media

Group

Newspaper Magazine Radio

Station

Television

Station

Cyber Media Other Bussines

1 Kompas-

Gramedia

Group

Kompas,

The Jakarta

Post, Warta

Kota dan 11

surat kabar

lokal

37 Majalah dan

Tabloid, 5 book

publisher

Sonora

Radio dan

Otomotion

Radio

Kompas TV7 Kompas.com,

Kompasiana.com8

Hotel,Printing,

House,

Promotion,

Agencies,

University

2 MNC

(Media

Nusantara

Citra)

Seputar

Indonesia

Genie,

Mom&Kiddy,

Realita,

Majalah Trust

Trijaya

FM,Radio

Dangdut

TPI, ARH

Global,

Women

Radio

RCTI, Global

TV, TPI

(MNC TV),

Indovision

(Televisi

Cable)

Okezone.com IT Bussines

3 Jawa Pos Jawa Pos,

Fajar, Riau

Pos, Rakyat

Merdeka,

dan 90

surat kabar

lokal di

berbagai

daerah

23 majalah

mingguan

Fajar FM di

Makassar

JTV di

Surabaya

dan 3

stasiun TV

lokal9

Travel Bureau,

Power House

5http://www.satudunia.net/system/files/Final%20Report_Kebijakan%20Telematika%20dan%20Pertarungan%20Wacana%20di%20Era%20Konv

ergensi%20Media_SD_Tifa.pdf 6 http://www.investor.co.id/bedahemiten/era-konvergensi-di-mata-bakrie-telecom/8867 7 Saat tulisan ini dibuat Group Kompas sedang mempersiapkan kompasTV 8 Kompasiana adalah sebuah Media Warga (Citizen Media) 9 Batam, Pekanbaru, Makassar

Page 4: 20111205 firdaus cahyadi-perang-informasi-lapindo

4

4 Mugi Reka

Aditama

(MRA)

Cosmopolitan,

Harper’s

Bazaar,Esquire,

FHM, Good

House Keeping

dan 10 majalah

lainnya

(kebanyakan

franchise)

Hard Rock

FM10

, MTV

Sky11

O’Channel12

Holder of Saveral

International

Boutique

5 Bali Post Bali post,

Suluh

Indonesia

dan 2 koran

lainnya

Tabloid Tokoh Bali TV dan

8 TV lokal

lainnya

Balipost, bisnis bali

6 Mahaka

Media

Harian

Republika

Golf Digest,

Arena, Parents

Indonesia, A+

Radio Jak

FM

JakTV, TV

One13

Entertaiment.

Outdoor

Advertisment

7 Femina

Group

Femina, Gadis,

Ayah Bunda,

Dewi dan 10

majalah lainnya

Radio U

FM

Production House

8 Bakrie

Group

AnTV, TV

One

Vivanews.com Property,

minning, palm oil

dan

telekomunikasi

9 Lippo

Group14

Jakarta

Globe,

Investor

Daily, Suara

Pembaruan

Majalah

Investor, Globe

Asia, Campus

Asia

Beritasatu.com Property,hospital,

Education,

insurance,

internet service

provider

10 Trans Corp TransTV,

Trans7

Detik.com15

11 Media

Group16

Media

Indonesia,

MetroTv mediaindonesia.com

10 Bandung, Jakarta, Bali dan Surabaya 11 Jakarta dan Bandung 12 Has been taken over SCTV 13 Bekerjasama dengan Group Bakrie 14 Berita Satu Media Holdings 15 Saat tulisan ini dibuat, masih dalam proses akusisi

Page 5: 20111205 firdaus cahyadi-perang-informasi-lapindo

5

Lampung

Post,

Borneo

News

Sumber: diolah dari tabel konglomerasi media Ignatius Haryanto17

Konglomerasi media tentu saja bukan hanya fenomena ekonomi semata. Konglomerasi media

adalah salah satu peluang yang sangat besar bagi munculnya dominasi informasi di masyarkaat tentang

kasus tertentu. Kasus Lapindo menjadi salah satu hal yang dapat dijadikan contoh bagaimana peran

konglomerasi media dalam mendominasi informasi dalam kasus ini.

TV One, salah satu televisi milik Group Bakrie, menyebut semburan lumpur sebagai lumpur

Sidoarjo bukan lumpur Lapindo18. Bahkan TV itu secara khusus mewawancarai pakar geologi Rusia Dr.

Sergey Kadurin yang menyatakan semburan lumpur adalah akibat gempa bumi bukan akibat kesalahan

pengeboran19. Sementara pendapat pakar yang menyatakan bahwa semburan lumpur akibat

pengeboran tidak diwawancarai.

Hal yang sama juga terjadi di ANTV. Televisi milik Group Bakrie itu juga menyebut semburan lumpur

sebagai lumpur Sidoarjo bukan lumpur Lapindo. ANTV juga menayangkan pendapat Dr. Sergey Kadurin

yang menyatakan semburan lumpur adalah akibat gempa bumi bukan akibat kesalahan pengeboran20.

Seperti halnya TV One, pakar yang menyatakan bahwa semburan lumpur akibat pengeboran tidak

dimintai pendapat.

Hal yang sama juga terjadi pada vivanews.com. Portal berita milik Group Bakrie itu juga menyebut

semburan lumpur sebagai lumpur Sidoarjo, bukan lumpur Lapindo. Di saat yang hampir bersamaan pula

portal berita itu menampilkan pendapat pakar geologi Rusia yang menyatakan semburan lumpur bukan

akibat pengeboran21. Liputan khusus terhadap pakar Rusia juga ditampilkan secara audio-visual di portal

vivanews.com22.

Tapi publik tidak tinggal diam. Terkait wawancara khusus kelompok media Bakrie terhadap Dr.

Sergey Kadurin yang menyatakan semburan lumpur adalah akibat gempa bumi bukan akibat kesalahan

16 http://id.wikipedia.org/wiki/Media_Group 17 10 tahun Yayasan Tifa,”Semangat Masyarakat Terbuka” 18 Penyebutan semburan lumpur dengan lumpur Sidoarjo mengarahkan opini publik bahwa semburan itu adalah bencana alam bukan akibat pengeboran. 19 http://www.youtube.com/watch?v=F9H1X8cMaoE 20 http://www.youtube.com/watch?v=vLlvU9pcVZU 21 http://nasional.vivanews.com/news/read/180457-lumpur-sidoarjo-bukan-karena-pengeboran 22 http://video.vivanews.com/read/11227-wawancara-dengan-pakar-geologi-rusia-tentang-penyebab-lumpur-sidoarjo

Page 6: 20111205 firdaus cahyadi-perang-informasi-lapindo

6

pemboran, diimbangi oleh www.korbanlumpur.info23 dengan menuliskan pendapat pakar perminyakan

Mark Tingay dari Australian School of Petroleum, Universitas Adelaide, Australia24. Menurut Mark

Tingay, semburan lumpur di Sidoarjo, 90% akibat aktivitas pemboran bukan bencana alam25.

Web korban korban lumpur sendiri adalah sebuah inisiatif masyarakat sipil untuk melawan

wacana dari media mainstream dalam kasus Lapindo. Web korban lumpur juga mendistribusikan

kontennya melalui media sosial, facebook dan twitter. Kampanye untuk melawan wacana media

mainstream dalam kasus Lapindo juga dilakukan melalui jejaring sosial facebook.

Gerakan kampanye kasus Lapindo di media sosial

Channel Jumlah anggota/follower Keterangan

Fanpage facebook26 878 (per 19 Juli 2011)

Friend of Lapindo Victim,

Group in Facebook27

3404 (per 19 Juli 2011)

Twitter @korbanlapindo28 452 (27 Juli 2011)

Cause;Dukung Korban

Lapindo Mendapatkan

Keadilan 29

17,238 ( Per Juni 2011)

Tingkat keterbacaan atau paparan media yang dijadikan tempat untuk melawan dominasi

wacana dalam kasus Lapindo sangat sedikit dibandingkan dengan keterbacaan atau paparan dari media

konglomerasi Group Bakrie.

23 Situs ini (www.korbanlumpur.info) dikelola oleh Kanal News Room, dapur berita dan data yang lahir atas inisiatif aliansi masyarakat sipil untuk korban Lapindo pada pertemuan Ciputat 12-13 Juli 2008. Kanal hingga kini melahirkan tiga bentuk media, yakni website www.korbanlumpur.info, buletin Kanal dan Kanal Radio. Kanal menyajikan fakta lapangan, data, dan analisis tentang kasus lumpur Lapindo dengan menitikberatkan pada komitmen memperjuangkan hak-hak korban. 24 http://korbanlumpur.info/berita/lingkungan/705-pakar-bantah-ilmuwan-rusia-90-persen-yakin-semburan-lapindo-akibat-pemboran-.html 25 “Menurut pendapat saya, berdasarkan kajian-kajian ilmiah yang sudah saya lakukan, gempa tidak bisa memicu semburan lumpur Lapindo. Dan kita 90 persen yakin, bahkan kolega-kolega saya 99 persen yakin, semburan ini terkait dengan kecerobohan pemboran,” ujar Tingay. 26 http://www.facebook.com/korbanlumpur.info?sk=wall 27 http://www.facebook.com/group.php?gid=26083340518 28 http://twitter.com/#!/korbanlapindo 29 http://www.causes.com/causes/333125?m=faf1a932

Page 7: 20111205 firdaus cahyadi-perang-informasi-lapindo

7

NO Channel Jumlah

pembaca/pemirsa

Ranking di Alexa Jumlah

anggota/follower

di media sosial

Gerakan kampanye publik untuk kasus Lapindo

1 Website korbanlumpur.info 6,167,065

(global), 140,328

(rank in id), 40

(site link in)

2 Fanpage facebook 878

3 Friend of Lapindo Victim,

Group in Facebook

3404

4 Twitter @korbanlapindo 452

5 Cause;Dukung Korban

Lapindo Mendapatkan

Keadilan

17,238

Media Group Bakrie

1 Vivanews.com Peringkat ke-13

topsite menurut

alexa.

857 (global), 13

(rank in Id), 276

(site link in)

Twitter (@VIVAnews) 185,597

Vivanews.com di facebook30 4,545

Vivanews.com di facebook

231

66,849

2 AnTV 87,4 juta

30 http://www.facebook.com/#!/pages/VIVAnews-dot-COM/72076019043?sk=wall 31 http://www.facebook.com/#!/VIVAnewscom

Page 8: 20111205 firdaus cahyadi-perang-informasi-lapindo

8

AnTV di twitter32 30,278

3 TV One 108,8

TV One di Twitter33 404,409

Dari tabel di atas terlihat bahwa secara kuantitas potensi publik yang terpapar kampanye terkait

kasus Lapindo dan media group Bakrie jauh dari berimbang.

III. Dampak dari Dominasi Informasi Terhadap Kebijakan Pemulihan ‘Bencana’ Lumpur

Seperti dikemukakan di awal makalah, bahwa informasi akan berujung pada sebuah pembuatan

keputusan. Dominasi informasi yang dikeluarkan dari media dalam Group Bakrie membuat proses

penyelesaian kasus Lapindo pun ‘sesuai’ yang diharapkan dari pihak yang mendominasi informasi dalam

kasus ini.

III.1 . Lumpur Sidoarjo Bukan Lumpur Lapindo

Dominasi informasi dalam kasus Lapindo ini akhirnya mempengaruhi pemerintah dalam pembuatan

keputusan terkait dengan pemulihan bencana dalam kasus ini. Menjelang setahun setelah terjadinya

semburan lumpur Lapindo, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 14 Tahun

2007 tentang pembentukan Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS).

Penggunaan kata lumpur Sidoarjo (Lusi) dan bukan lumpur Lapindo (Lula) ini bukanlah sesuatu yang

netral. Kata Lusi sering dilontarkan oleh pihak Lapindo dalam iklan maupun pernyataannya di media

massa. Sementara kata Lula sering digunakan oleh masyarakat dan juga media massa di luar Group

Bakrie.

Pertanyaan berikutnya tentu saja adalah, mengapa pemerintah lebih memilih menggunakan kata

Lusi dari pada Lula untuk menyebut kasus semburan lumpur ini, seperti yang sering digunakan oleh

pihak Lapindo dan media dari Group Bakrie? Apakah kesamaan ini sebuah kebetulan?

Apa yang melatarbelakangi pemerintah lebih mimilih menggunakan kata Lusi, tentu hanya

pemerintah sendiri yang tahu. Namun, yang jelas penggunaan kata Lusi sendiri bukanlah pilihan yang

bebas nilai atau netral. Pilihan itu sejatinya telah ‘menghilangkan’ Lapindo dari pusaran kasus itu.

Sehingga sangat dimaklumi bila pihak Lapindo ataupun media milik Group Bakrie lebih nyaman

menggunakan kata Lusi daripada Lula.

III.2. Jual Beli Aset Bukan Ganti Rugi

32 @whatsonANTV 33 @tvOneNews

Page 9: 20111205 firdaus cahyadi-perang-informasi-lapindo

9

Dihilangkannya Lapindo dalam pusaran kasus itu melalui pelebelan lumpur Sidoarjo akhirnya

berdampak juga dalam kebijakan pemulihan bencana kasus Lapindo. Pemulihan bencana dalam Perpres

14/2007 menggunakan mekanisme jual beli aset korban lumpur bukan ganti rugi. Pemulihan bencana

kasus lumpur ini tidak mungkin menggunakan mekanisme ganti rugi, karena sudah sejak awal pihak

Lapindo secara perlahan dihilangkan dalam pusaran kasus ini.

Bagaimana dampaknya bila pemulihan bencana kasus lumpur ini menggunakan mekanisme jual beli

aset dan bukan ganti rugi? Akibatnya, tentu saja adalah dampak buruk semburan lumpur di luar

perosalan hilangnya rumah dan tanah tidak dimasukan dalam mekanisme jual beli ini. Artinya, yang

dipulihkan adalah kehilangan warga atas tanah dan rumah mereka. Lantas, hilangnya hak warga Porong

atas udara dan air bersih, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya tidak bisa dimasukan dalam mekansime

jual beli aset ini.

Saat makalah ini ditulis semburan lumpur Lapindo telah berusia lebih dari lima tahun. Dampak buruk

semburan lumpur telah meluas, tidak hanya sebatas hilangnya tanah dan rumah, namun juga

penurunan tanah, polusi udara dan air.

Berdasarkan penelitian Tim Kajian Kelayakan Pemukiman, tanah di sebelah barat tanggul penahan

lumpur Lapindo, Porong, ambles hingga 60 sentimeter34. Penurunan permukaan tanah terjadi mulai dari

bekas Jembatan Tol Porong-Gempol hingga Pasar Porong, Sidoarjo. Penurunan tanah itu akan

membahayakan konstruksi rumah di kawasan Porong.

Artinya, rumah warga yang tidak tenggelam oleh lumpur juga terancam roboh. Siapa yang harus

bertanggungjawab jika rumah warga roboh? Dan bagaimana mekanisme pemulihannya? Tidak jelas.

Karena rumah dan tanah mereka bukan termasuk objek jual beli aset.

Hal yang sama terjadi ketika dampak buruk semburan lumpur Lapindo telah menimbulkan polusi

udara. Surat rekomendasi Gubernur Jawa Timur, pada tahun 2008, mengungkapkan bahwa angka

hidrokarbon di udara kawasan Porong telah mencapai 55.000 ppm dari ambang batas normal 0,24 ppm.

Dan pada tahun 2011, polusi udara di kawasan Porong, Sidoarjo telah menelan korban jiwa. Aulia

Nadira Putri, bayi usia 3,5 bulan menghembuskan nafas terakhirnya di dunia ini. Bayi tak berdosa itu

meninggal dunia karena diduga terlalu sering menghirup gas beracun dari lumpur Lapindo35.

Tak lama berselang setelah bayi Aulia Nadira Putri meninggal dunia, Mulyadi, pria usia 51 tahun,

warga Desa Siring Barat Porong meninggal dunia36. Seperti ditulis di web korban lumpur, sehari sebelum

34 http://entertainment.kompas.com/read/2010/04/23/14430795/duh.tanah.di.porong.ambles.60.sentimeter 35 http://www.mediaindonesia.com/read/2011/04/15/218091/289/101/Kasihan-Bayi-Korban-Lumpur-Lapindo-Meninggal-Hirup-Gas-Metan 36 http://korbanlumpur.info/berita/sosial/777-lagi-nyawa-melayang-akibat-lumpur-lapindo-.html

Page 10: 20111205 firdaus cahyadi-perang-informasi-lapindo

10

meniggal, Mulyadi mengeluh dadanya nyeri setelah menghirup bau gas yang menyengat. Kawasan Siring

Barat hanya berjarak kurang 500 meter dari pusat semburan lumpur Lapindo.

Siapa yang bertanggungjawab atas terjadi polusi udara di Porong, Sidoarjo? Bagaimana upaya

pemulihan atas terjadinya polusi udara di Porong, Sidoarjo itu dilakukan? Jawabannya tidak jelas. Karena

polusi udara tidak masuk bukan objek dari jual beli aset yang menjadi mekanisme tunggal untuk

pemulihan bencana lumpur.

III.3. Penawaran untuk Eksplorasi Migas Lapindo di Sidoarjo

Mantan petinggi Group Bakrie yang sekarang menjadi Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie,

mengatakan bahwa diperkirakan pada tahun 2012, pembayaran untuk kasus Lapindo oleh keluarga

Bakrie akan selesai. Pernyataan itu dikemukakan saat ia memberikan kuliah umum di Universitas

Airlangga pada April 2011 lalu37.

Hanya berselang beberapa bulan, Wakil Presiden Budiono juga berjanji pemerintah akan segera

melunasi ganti rugi kepada korban Lumpur Lapindo pada 201238. Apakah kesamaan pernyataan Aburizal

Bakrie dan Wapres Budiono itu sebuah kebetulan semata?

Entahlah, yang jelas setelah muncul pernyataan dari kedua elite politik itu, muncul penawaran

pemerintah melalui Wakil Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Widjajono Partowidagdo kepada

Lapindo untuk melakukan lagi eksplorasi minyak dan gas (migas) di Porong, Sidoarjo39. Sang wakil

menteri mensyaratkan eksplorasi itu bisa dilakukan setelah selesai proses pembayaran kepada warga

sekitar. Artinya jika mengaitkan pernyataan wakil menteri ini dengan pernyataan Aburizal Bakrie dan

Wapres Budiono maka, eksplorasi migas di kawasan Porong, akan dimulai setelah 2012.

Belum jelas siapa dan bagaimana memulihkan kehancuran ekologi akibat semburan lumpur Lapindo,

namun sudah mulai nampak upaya untuk kembali mengeksplorasi dan eksploitasi migas di kawasan

Porong, Sidoarjo.

IV. Penutup

Dari uraian di atas ada hal yang bisa kita ambil pelajaran. Pertama, informasi menjadi salah satu

kunci dari kejelasan kebijakan, program atau kegiatan pemulihan bencana. Dengan informasi yang benar

dan lengkap maka kebijakan pemulihan bencana pun akan lebih baik.

37 http://www.antaranews.com/berita/256049/ical-akan-tuntaskan-ganti-rugi-korban-lapindo 38 http://www.detiknews.com/read/2011/09/22/164928/1728465/10/wapres-ganti-rugi-korban-lapindo-tuntas-pada-2012 39 Koran TEMPO, 9 November 2011

Page 11: 20111205 firdaus cahyadi-perang-informasi-lapindo

11

Kedua, dalam kasus bencana ekologi, seperti dalam kasus Lapindo, sebuah perang informasi tidak

bisa terelakan. Hal itu disebabkan karena bencana ekologi selalu melibatkan beberapa pihak yang

memiliki kepentingan atas kasus itu.

Ketiga, di era konvergensi telematika ini, berbagai media dapat digunakan sebagai outlet dari

penyaluran, bahkan perang, informasi. Oleh karena itu perencanaan dan pengelolan informasi menjadi

penting dalam hal ini. Terkait dengan ‘perang informasi’ dalam bencana ekologi seperti dalam kasus

Lapindo, perencanaan dan pengelolaan informasi saja tidak cukup. Perlu sebuah upaya pengemasan

informasi sehingga informasi itu mudah dipahami publik, utamanya para pengambil keputusan.