20110620 Rpp Ebt Malam

36
Revisi 13 Juni 2011 DRAFT - 1 - RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR _____ TAHUN ____ TENTANG ENERGI BARU DAN ENERGI TERBARUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 22 dan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang energi baru dan energi terbarukan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3676); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4199); 4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152); 5. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Transcript of 20110620 Rpp Ebt Malam

Page 1: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 1 -

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR _____ TAHUN ____

TENTANG

ENERGI BARU DAN ENERGI TERBARUKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 22 dan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang energi baru dan energi terbarukan;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3676);

3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4199);

4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152);

5. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

Page 2: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 2 -

8. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4776);

9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 69);

10.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

11.Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052);

12.Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);

13.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4736);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG ENERGI BARU DAN ENERGI TERBARUKAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas, cahaya, mekanika, kimia, dan elektromagnetika.

2. Sumber energi adalah sesuatu yang dapat menghasilkan energi, baik secara langsung maupun melalui proses konversi atau transformasi.

3. Sumber daya energi adalah sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan, baik sebagai sumber energi maupun sebagai energi.

4. Energi baru adalah energi yang berasal dari sumber energi diluar energi fosil dan gas alam.

Page 3: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 3 -

5. Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari sumber energi terbarukan.

6. Energi tak terbarukan adalah energi yang berasal dari sumber energi tak terbarukan.

7. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

8. Badan usaha adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang menjalankan jenis usaha bersifat tetap, terus menerus, dan didirikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, serta bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

9. Penyediaan energi adalah kegiatan atau proses menyediakan energi, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

10.Pemanfaatan energi adalah kegiatan menggunakan energi, baik langsung maupun tidak langsung, dari sumber energi.

11.Pengusahaan energi adalah kegiatan menyelenggarakan usaha penyediaan dan/atau pemanfaatan energi.

12.Rencana umum energi adalah rencana pengelolaan energi untuk memenuhi kebutuhan energi di suatu wilayah, antar wilayah, atau nasional.

13.Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

14.Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau wali kota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

15.Menteri adalah menteri yang bidang tugasnya bertanggung jawab di bidang energi baru dan energi terbarukan.

16.Rencana Umum Energi Daerah adalah ……

BAB II

RUANG LINGKUP

Pasal 2

(1) Ruang lingkup Peraturan Pemerintah ini meliputi energi baru dan energi terbarukan.

(2) Energi baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi meliputi:

a. energi nuklir;

b. hidrogen;

c. gas metana batu bara (coal bed methane);

d. batu bara tercairkan (liquified coal);

Page 4: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 4 -

e. batu bara tergaskan (gasified coal).

(3) Energi terbarukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. energi terbarukan hayati, yang selanjutnya disebut bioenergi, terdiri dari;:

1. Biodiesel

2. Bioethanol yang khusus untuk Bahan Bakar

3. Biooil

4. Biogas

5. Biomass

b. energi terbarukan non hayati, terdiri dari:

1) panas bumi;

2) aliran dan terjunan air yang disebut tenaga air;

3) energi matahari yang disebut energi surya;

4) gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut;

5) Angin.

(4) Pengaturan mengenai panas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b angka 1 diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang panas bumi.

BAB III

PENGUASAAN SUMBER DAYA

Pasal 3

(1) Sumber daya energi panas bumi, hidro skala besar, dan sumber energi nuklir dikuasai oleh negara dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Masukan dari Dit. Pabum

(2) Sumber daya energi baru dan sumber daya energi terbarukan diatur oleh negara dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

(3) Penguasaan sumber daya energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

(4) Atas dasar penguasaan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau pengaturan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditentukan hak guna energi baru dan energi terbarukan.

Pasal 4

(1) Hak guna energi baru dan energi terbarukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4) berupa hak guna pakai energi baru dan energi terbarukan serta hak guna usaha energi baru dan energi terbarukan.

(2) Hak guna energi baru dan energi terbarukan sebagaimana

Page 5: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 5 -

dimaksud pada ayat (1) tidak dapat disewakan atau dipin-dahtangankan sebagian atau seluruhnya.

Pasal 5

(1) Hak guna pakai energi baru dan energi terbarukan diper-oleh tanpa izin untuk memenuhi keperluan pokok sehari hari bagi perseorangan.

(2) Hak guna pakai energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi ketentuan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan lingkungan.

(3) Hak guna pakai energi baru dan energi terbarukan seba-gaimana dimaksud pada ayat (1) memerlukan izin apabila:a. cara menggunakannya dilakukan dengan mengubah

kondisi alami sumber daya energi baru dan energi ter-barukan;

b. ditujukan untuk keperluan kelompok yang memerlukan energi baru dan energi terbarukan dalam jumlah besar.

(4) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai kewenangan-nya.

(5) Ketentuan lebih lanjut tentang izin sebagaimana dise-butkan pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 6

(1) Hak guna usaha energi baru dan energi terbarukan diberikan kepada perseorangan atau badan usaha dengan izin dari Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai kewe-nangannya

(2) Izin sebagaimana disebutkan pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk setiap jenis energi baru dan energi ter-barukan.

BAB IV

RENCANA INDUK ENERGI BARU DAN ENERGI TERBARUKAN

Pasal 7

(1) Rencana induk energi baru dan energi terbarukan meliputi penyediaan, pemanfaatan, dan tata niaga energi baru dan energi terbarukan.

(2) Rencana induk energi baru dan energi terbarukan disusun dan ditetapkan oleh Menteri.

(3) Menteri mengatur penyediaan, pemanfaatan, dan tata niaga energi baru dan energi terbarukan.

(4) Rencana induk penyediaan, pemanfaatan, dan tata niaga energi baru dan energi terbarukan nasional paling sedikit memuat sasaran, pokok-pokok kebijakan, program, dan langkah-langkah pengembangan energi baru dan energi terbarukan.

Page 6: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 6 -

(5) Penyusunan rencana induk penyediaan, pemanfaatan, dan tata niaga energi baru dan energi terbarukan nasional dilakukan dengan:

a. mengacu pada rencana umum energi nasional;

b. memperhatikan pendapat dari otoritas yang berwenang terkait dengan ketenaganukliran untuk pengaturan energi nuklir sebagaimana yang dimaksud pada ayat 2 huruf a;

c. memperhatikan pendapat dari Menteri yang berwenang dalam bidang pertanian,kehutanan dan sumber bioenergi lainnya untuk pengaturan bioenergi sebagaimana yang dimaksud pada ayat 3 huruf a;

d. memperhatikan pendapat dari Menteri yang berwenang terkait dengan sumber daya air untuk pengaturan aliran dan terjunan air sebagaimana yang dimaksud pada ayat 3 huruf b;

e. memperhatikan pendapat dari Menteri yang berwenang dalam bidang kelautan untuk pengaturan energi gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut sebagaimana yang dimaksud pada ayat 3 huruf b.

f. Memperhatikan pendapat dari Menteri yang berwenang dalam bidang Transportasi, Industri dan Pertahanan.

(6) Rencana induk penyediaan, pemanfaatan, dan tata niaga energi baru dan energi terbarukan nasional dibuat untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat ditinjau setiap tahun sesuai keperluan.

BAB V

TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH, PENGUSAHA DAN MASYARAKAT

Bagian Kesatu

Tanggung Jawab Pemerintah

Pasal 8

Pemerintah bertanggungjawab untuk:

a. merumuskan dan menetapkan kebijakan, strategi, dan program pengembangan serta pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan nasional;

b. membuat peraturan perundang-undangan di bidang energi baru dan energi terbarukan;

c. melakukan pembinaan dan pengawasan penyusunan peraturan daerah di bidang energi baru dan energi terbarukan;

d. melakukan penetapan norma, standar pedoman, dan kriteria;

e. mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan program pengembangan energi baru dan energi terbarukan;

f. memberikan kemudahan dan/atau insentif dalam rangka pelaksanaan program pengembangan energi baru dan energi terbarukan;

Page 7: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 7 -

g. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang energi baru dan energi terbarukan nasional;

h. melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi di bidang energi baru dan energi terbarukan;

i. melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan komprehensif untuk penggunaan teknologi energi baru dan energi terbarukan;

j. mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan program pengembangan energi baru dan energi terbarukan;

k. memberikan kemudahan dan/atau insentif dalam rangka pelaksanaan program pengembangan energi baru dan energi terbarukan;

l. melakukan bimbingan teknis di bidang energi baru dan energi terbarukan kepada pengusaha, pengguna sumber energi, dan pengguna energi;

m. melaksanakan program dan kegiatan pengembangan energi baru dan energi terbarukan yang telah ditetapkan;

n. melakukan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan pengembangan energi baru dan energi terbarukan yang dilakukan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota;

o. menyusun neraca sumber daya energi baru dan energi terbarukan nasional;

p. mendorong dan memfasilitasi investasi usaha energi baru dan energi terbarukan.

Bagian Kedua

Tanggung Jawab Pemerintah Daerah

a.

Pasal 9

Pemerintah daerah provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 bertanggungjawab sesuai dengan kewenangannya di wilayah provinsi yang bersangkutan untuk:

b. membuat peraturan perundang-undangan di bidang energi baru dan energi terbarukan;

c. mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan program pengembangan energi baru dan energi terbarukan;

d. memberikan kemudahan dan/atau insentif dalam rangka pelaksanaan program pengembangan energi baru dan energi terbarukan;

e. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang energi baru dan energi terbarukan;

f. melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi di bidang energi baru dan energi terbarukan;

g. melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan komprehensif untuk penggunaan teknologi energi baru dan energi

Page 8: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 8 -

terbarukan;

h. mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan program pengembangan energi baru dan energi terbarukan;

i. memberikan kemudahan dan/atau insentif dalam rangka pelaksanaan program pengembangan energi baru dan energi terbarukan;

j. melakukan bimbingan teknis di bidang energi baru dan energi terbarukan kepada pengusaha, pengguna sumber energi, dan pengguna energi;

k. melaksanakan program dan kegiatan pengembangan energi baru dan energi terbarukan;

l. menyampaikan pelaksanaan program dan kegiatan pengembangan energi baru dan energi terbarukan sesuai dengan kewenangannya kepada Pemerintah;

m. menyusun neraca sumber daya energi baru dan terbarukan pada wilayah provinsi;

n. mendorong dan memfasilitasi investasi usaha Energi Baru dan Energi Terbarukan.

Pasal 10

Pemerintah daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 bertanggungjawab sesuai dengan kewenangannya di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan untuk:

a. membuat peraturan perundang-undangan di bidang energi baru dan energi terbarukan;

b. mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan program pengembangan energi baru dan energi terbarukan;

c. memberikan kemudahan dan/atau insentif dalam rangka pelaksanaan program pengembangan energi baru dan energi terbarukan;

d. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang energi baru dan energi terbarukan;

e. melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi di bidang energi baru dan energi terbarukan;

f. melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan komprehensif untuk penggunaan teknologi energi baru dan energi terbarukan;

g. mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan program pengembangan energi baru dan energi terbarukan;

h. memberikan kemudahan dan/atau insentif dalam rangka pelaksanaan program pengembangan energi baru dan energi terbarukan;

i. melakukan bimbingan teknis di bidang energi baru dan energi terbarukan kepada pengusaha, pengguna sumber energi, dan pengguna energi;

j. melaksanakan program dan kegiatan pengembangan energi baru dan energi terbarukan;

Page 9: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 9 -

k. menyampaikan pelaksanaan program dan kegiatan pengembangan energi baru dan energi terbarukan sesuai dengan kewenangannya kepada Pemerintah;

l. menyusun neraca sumber daya energi baru dan energi terbarukan wilayah kabupaten/kota;

m. mendorong dan memfasilitasi investasi usaha energi baru dan energi terbarukan.

Bagian Ketiga

Tanggung Jawab Pengusaha

Pasal 11

Pengusaha bertanggungjawab:

a. melaksanakan pengembangan dan/atau pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan dalam setiap tahap pelaksanaan usaha; dan

b. menggunakan teknologi energi baru dan energi terbarukan yang efisien sesuai standar yang ditentukan dengan menguta-makan produk dalam negeri.

Bagian Keempat

Tanggung Jawab Masyarakat

Pasal 12

Masyarakat bertanggung jawab untuk berperan aktif dalam mendukung dan melaksanakan program pengembangan dan/atau pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan.

BAB VI

PENYEDIAAN

Pasal 13

(1) Penyediaan energi baru dan energi terbarukan dilakukan berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional.

(2) Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya menetapkan target penyediaan energi baru dan energi terbarukandalam Rencana Umum Energi Daerah yang disusun berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional.

(3) Target penyediaan energi baru dan energi terbarukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi acuan bagi pemangku kepentingan dalam pengembangan dan/atau pemanfaatan sumber energi baru dan sumber energi .

Pasal 14

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah memprioritaskan

Page 10: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 10 -

penyediaan energi baru dan energi terbarukan untuk kebutuhan energi dalam negeri.

(2) Pemerintah dan pemerintah daerah memprioritaskan penyediaan bahan baku energi baru dan energi terbarukan untuk kebutuhan energi dalam negeri.

penjelasan:

Yang dimaksud dengan bahan baku energi baru dan energi terbarukan adalah bahan dasar atau mentah yang digunakan dalam proses produksi sehingga menjadi energi baru dan energi terbarukan.

Contoh bahan baku energi baru antara lain batubara untuk batubara tercairkan dan batubara tergaskan, uranium untuk nuklir.

Contoh bahan baku energi terbarukan antara lain bahan baku untuk bioenergi meliputi:

1) bahan baku nabati seperti minyak sawit, tetes tebu/molasses, sorgum, jarak pagar, singkong, nyamplung, nipah;

2) bahan baku biomassa seperti limbah/sampah kota, limbah hasil pertanian dan kehutanan; atau

3) bahan baku biogas seperti limbah ternak/manusia/pertanian.

(3) pada bioenergiPemerintah dan pemerintah daerah wajib meningkatkan penyediaan energi baru dan energi terbarukan dengan meningkatkan penyediaan bahan baku energi baru dan energi terbarukan.

Penjelasan:

Meningkatkan penyediaan bahan baku energi baru dan energi terbarukan antara lain untuk bioenergi melalui kebun energi sesuai potensinya.

(4) Penyediaan energi baru dan energi terbarukan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah diutamakan di daerah yang belum berkembang, daerah terpencil, dan daerah perdesaan dengan membangun desa mandiri energi.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan bahan baku energi baru dan energi terbarukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 15

(1) Badan usaha pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik dan pemegang izin operasi wajib menyediakan tenaga listrik dari pembangkit yang bersumber dari energi baru dan energi terbarukan.

(2) Badan usaha pemegang izin usaha niaga umum (whole sale) bahan bakar minyak wajib menyediakan dan mendistribusikan energi baru dan/atau energi terbarukan.

Page 11: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 11 -

Pasal 16

(1) Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) dilakukan dengan cara memproduksi sendiri dan/atau membeli dari perusahaan lain.

(2) Jumlah energi baru dan/atau energi terbarukan yang diproduksi dan/atau dibeli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan kepada Menteri.

(3) Ketentuan dan tata cara jual beli serta harga jual energi terbarukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 16

(1) Tenaga listrik dari pembangkit energi baru dan/atau energi terbarukan wajib dibeli oleh Pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik di wilayah yang telah terjangkau jaringannya.

(2) Ketentuan dan tata cara jual beli serta harga jual tenaga listrik (feed-in tariff) dari pembangkit energi baru dan/atau energi terbarukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 17A

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan masing-masing jenis sumber energi baru dan sumber energi terbarukan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

BAB VII

PEMANFAATAN

Pasal 18

(1) Pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan dilakukan dengan:

a. mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya energi baru dan energi terbarukan;

b. mempertimbangkan aspek teknologi, sosial, ekonomi, konservasi, dan lingkungan; dan

c. memprioritaskan pemenuhan kebutuhan masyarakat dan peningkatan kegiatan ekonomi di daerah penghasil sumber energi baru dan energi terbarukan.

(2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib meningkatkan pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan untuk kebutuhan energi dalam negeri.

(3) Pemanfaatan potensi energi baru dan energi terbarukan digunakan semaksimal mungkin dengan memperhatikan kesinambungannya.

(4) Pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diutamakan berasal dari sumber energi setempat.

Page 12: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 12 -

Pasal 19

Ketentuan lebih lanjut mengenai pemanfaatan masing-masing jenis sumber energi baru dan sumber energi terbarukan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

BAB VIII

PENGUSAHAAN

Pasal 20

Pemberian izin usaha energi baru dan energi terbarukan dilakukan dengan mempertimbangkan efisiensi pemanfaatan potensinya.

Pasal 21

(1) Pengusahaan Energi Baru dan Energi Terbarukan terdiri:

a. usaha inti energi baru dan energi terbarukan; dan

b. usaha penunjang energi baru dan energi terbarukan.

(2) Usaha inti energi baru dan energi terbarukan adalah kegiatan menyelenggarakan usaha penyediaan dan/atau pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan.

(3) Usaha penunjang energi baru dan energi terbarukan adalah kegiatan menyelenggarakan usaha penunjang yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan penyediaan dan/atau pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan.

Pasal 22

Usaha inti energi baru dan energi terbarukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a terdiri atas:

a. Usaha inti energi baru dan energi terbarukan untuk kepentingan umum;

b. Usaha inti energi baru dan energi terbarukan untuk kepentingan lokal/terbatas/kepentingan sendiri;

c. Usaha inti energi baru dan energi terbarukan untuk percontohan.

Pasal 23

(1) Usaha inti energi baru dan energi terbarukan untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a meliputi jenis usaha:

a. Pengolahan/pembangkitan energi baru dan energi terbarukan;

b. Pengangkutan/distribusi energi baru dan energi terbarukan;

c. Penyimpanan/penimbunan energi baru dan energi terbarukan; dan/atau

Page 13: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 13 -

d. penjualan energi baru dan energi terbarukan.

(2) Usaha inti energi baru dan energi terbarukan untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara terintegrasi.

(3) Pengusahaan energi baru dan energi terbarukan dilaksanakan dalam suatu wilayah usaha/kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 24

(1) Usaha inti energi baru dan energi terbarukan untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat yang berusaha di bidang energi baru dan energi terbarukan.

(2) Badan usaha milik negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberi prioritas pertama melakukan usaha energi baru dan energi terbarukan untuk kepentingan umum.

(3) Usaha inti energi baru dan energi terbarukan untuk kepentingan locallokal/terbatas/kepentingan sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat yang berusaha di bidang energi baru dan energi terbarukan dalam wilayah usaha tertentu.

(4) Usaha inti energi baru dan energi terbarukan untuk kepentingan percontohan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c dilaksanakan oleh pemerintah, pemda, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat dan menyerahkan asetnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Menteri, Gubernur dan Bupati/Walikota memberikan izin usaha Energi Baru dan Energi terbarukan sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 25

Usaha penunjang energi baru dan energi terbarukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b terdiri atas :

a. Usaha jasa penunjang energi baru dan energi terbarukan; dan

b. Usaha industry energi penunjang energi baru dan energi terbarukan. Masukan dari Dit.Pabum

Masukan dari Pahlawan Sagala, Asosiasi Pabrikan Modul Surya/APAMSI

Apakah pada usaha energy penunjang juga harus memenuhi ketentuan yang diberlakukan pada usaha inti

Pasal 26

Page 14: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 14 -

(1) Usaha jasa penunjang energi baru dan energi terbarukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a meliputi:

a. konsultansi dalam bidang energi baru dan energi terbarukan;

b. pembangunan dan pemasangan instalasi energi baru dan energi terbarukan;

c. pemeriksaan dan pengujian instalasi energi baru dan energi terbarukan;

d. pengoperasian dan pemeliharaan instalasi energi baru dan energi terbarukan;

e. penelitian dan pengembangan;

f. pendidikan dan pelatihan;

g. laboratorium pengujian peralatan dan pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan;

h. sertifikasi peralatan energi baru dan energi terbarukan;

i. sertifikasi kompetensi tenaga teknik energi baru dan energi terbarukan; atau

j. usaha jasa lain yang secara langsung berkaitan dengan penyediaan energi baru dan energi terbarukan.

(2) Usaha jasa penunjang energi baru dan energi terbarukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh badan usaha milik energinegara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, dan koperasi yang memiliki sertifikasi, klasifikasi, dan kualifikasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Badan usaha milik energi,negara badan usaha millik daerah, badan usaha swasta, dan koperasi dalam melakukan usaha jasa penunjang energi baru dan energi terbarukan wajib mengutamakan produk dan potensi dalam negeri.

(4) Badan usaha dalam melaksanakan kegiatan usaha penunjang energi baru dan energi terbarukan wajib memiliki izin usaha dari Menteri.

Pasal 27

(1) Usaha penunjang energi baru dan energi terbarukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b meliputi :

a. Usaha energi peralatan energi baru dan energi terbarukan; dan/atau

b. Usaha energi pemanfaat energi baru dan energi terbarukan

(2) Usaha energi penunjang energi baru dan energi terbarukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, dan koperasi.

(3) Badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, dan koperasi dalam melakukan usaha energy penunjang energi baru dan energi terbarukan wajib mengutamakan produk dan potensi dalam negeri.

(4) Kegiatan usaha energi penunjang 14energi baru dan energi

Page 15: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 15 -

terbarukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 28

Ketentuan lebih lanjut mengenai usaha penunjang energi baru dan energi terbarukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal 30 diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 29

(1) Pemerintah sesuai dengan kewenangannya menetapkan harga jual energi baru dan energi terbarukan dari produsen kepada off taker.

(2) Penetapan harga jual energi terbarukan hayati dilakukan dengan mempertimbangkan harga komoditas/bahan baku-nya

Masukan dari Paulus Tjakrawan

(3) Pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya menetapkan harga jual energi baru dan energi terbarukan untuk konsumen berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

(4) Masyarakat dengan difasilitasi oleh Pemda setempat berhak menentukan mekanisme penetapan harga/iuran energy mikro hidro energi baru dan energi terbarukan untuk percontohan dan kepentingan sosial. Masukan dari Paulus Tjakrawan Pemerintahlah yang seharusnya mewakili masyarakat. Sebaiknya ayat 3 ini dipertimbangkan untuk di hapus.

Pasal 30

Harga Jual eceran energi baru dan energi terbarukan ditetapkan oleh badan usaha berdasarkan:

a. kemampuan daya beli konsumen dalam negeri;

b. kesinambungan penyediaan dan pendistribusian; dan

c. tingkat keekonomian dengan marjin yang wajar.

Masukan dari Paulus TjakrawanApakah tidak bertentangan dengan Pasal 23 ayat 1? Yang menetapkan bahwa Pemerintah yang menetapkan harga jual.??

Bagian Keempat

Perlindungan Konsumen

Pasal 31

(1) Perlindungan konsumen bertujuan:

a. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;

b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;

Page 16: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 16 -

c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hakhaknya sebagai konsumen;

d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;

e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha; dan

f. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produk barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

(2) Setiap kegiatan usaha di sektor energi baru dan energi terbarukan wajib memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen.

Pasal 32

(1) Dalam hal terjadi perselisihan antar badan usaha, Pemerintah memfasilitasi upaya penyelesaian dengan asas kekeluargaan dan mufakat.

(2) Jika perselisihan antar badan usaha tidak tercapai sebagaimana disebutkan pada ayat (1), maka perselisihan akan diselesaikan melalui lembaga arbitrase.

Pasal 33

Ketentuan mengenai usaha inti energi baru dan energi terbarukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dan Pasal 20 diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Kelima

Usaha Penunjang Energi Baru dan Energi Terbarukan

BAB IX

HAK DAN KEWAJIBAN

PEMEGANG IZIN USAHA ENERGI TERBARUKAN (IUET)

Bagian Kesatu

Hak Pemegang IUET

Pasal 34

(1) Pemegang IUET berhak:

a. melakukan kegiatan usaha energi terbarukan di wilayah

Page 17: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 17 -

usahanya setelah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

b. dapat memperoleh fasilitas perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Dalam melakukan kegiatan usaha energi terbarukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Pemegang IUET berhak :

a. melakukan kegiatan di wilayah usaha yang bersangkutan; (Masukan dari Paulus Tjakrawan)

b. menggunakan sarana dan prasarana umum;

c. memanfaatkan sumber daya energi terbarukan untuk pemanfaatan langsung; dan

d. mendapatkan perpanjangan jangka waktu IUET.

Pasal 35

Pemegang IUET berhak melakukan seluruh kegiatan usaha energi terbarukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 secara berkesinambungan setelah memenuhi persyaratan :

a. keselamatan dan kesehatan kerja;

b. perlindungan lingkungan; dan

c. teknis pengusahaan energi terbarukan.

Bagian Kedua

Kewajiban Pemegang IUET

Pasal 36

(1) Pemegang IUET wajib memahami dan mematuhi peraturan perundang-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan lingkungan, serta memenuhi standar yang berlaku yang mencakup:

a. menjalankan usaha sesuai dengan izin yang dimiliki;

b. mengembangkan energi terbarukan dan memanfaatkan hasil pengembangannya secara efisien/sangkil; (masukan dari Paulus Tjakrawan).

c. memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan lingkungan dan teknis pengusahaan energi terbarukan;

d. mengelola lingkungan hidup mencakup kegiatan pencegahan dan penanggulangan pencemaran serta pemulihan fungsi lingkungan hidup;

e. membayar penerimaan negara berupa pajak dan penerimaan negara bukan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. mengutamakan pemanfaatan barang, jasa, teknologi serta kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam negeri secara transparan dan bersaing;

Page 18: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 18 -

g. memberikan dukungan terhadap kegiatan-kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi energi terbarukan;

h. memberikan dukungan terhadap kegiatan penciptaan, pengembangan kompetensi, dan pembinaan sumber daya manusia di bidang energi terbarukan;

i. melaksanakan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat; dan

j. memberikan laporan tertulis secara berkala atas rencana kerja dan pelaksanaan kegiatan usaha energi terbarukan kepada Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Bagian Ketiga

Asosiasi Bidang Energi Baru dan Energi Terbarukan

Pasal 37

(1) Guna meningkatkan pengusahaan energi baru dan energi terbarukan, badan usaha di bidang energi baru dan energi terbarukan dapat membentuk asosiasi.

(2) Asosiasi yang dimaksud pada ayat (1) yaitu:

a. Asosiasi usaha inti energi baru dan energi terbarukan;

b. Asosiasi usaha penunjang energi baru dan energi terbarukan;

c. Asosiasi profesi energi baru dan energi terbarukan; atau

d. Komunitas energi baru dan energi terbarukan.

BAB X

KEMUDAHAN DAN INSENTIF

Pasal 38

Dalam usaha penyediaan dan pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan sebagaimana disebut dalam Pasal 12 dan Pasal 17, Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah memberikan kemudahan dan insentif.

Pasal 39

(1) Kemudahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 meliputi:

a. penyediaan informasi dan data potensi sumber energi baru dan sumber energi terbarukan, teknologi, sumber daya manusia dan rencana pengembangan energi; dan

b. penyederhanaan proses perizinan dari hulu sampai ke hilir.

Page 19: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 19 -

(Masukan dari Paulus Tjakrawan)

(2) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 meliputi:

a. pemberian bantuan permodalan dalam bentuk kredit lunak;

b. penetapan harga jual tenaga listrik dari pembangkit energi baru dan atau energi terbarukan;

c. pemberian kompensasi untuk selisih harga energi baru dan atau energi terbarukan dengan bahan bakar minyak;

d. pembebasan atau penangguhan pajak pertambahan nilai untuk impor dan atau penyerahan barang atau peralatan energi baru dan terbarukan;

e. keringanan bea masuk barang atau peralatan energi baru dan terbarukan;

f. pengurangan pajak pertambahan nilai untuk pembelian dan penjualan listrik yang berasal dari sumber energi baru dan atau sumber energi terbarukan; dan/atau;

g. pengurangan pajak penghasilan bagi badan usaha yang melakukan penelitian dan pengembangan teknologi komponen energi baru dan energi terbarukan (masukan dari Ibu Susanty, P3TKEBTKE).

h. Insentif bagi pemakai energi baru dan energi terbarukan

(Masukan dari Paulus Tjakrawan).

Pasal 40

(1) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2) diberikan kepada badan usaha dan bentuk usaha tetap di bidang energi baru dan energi terbarukan.

(2) Peralatan energi baru dan energi terbarukan yang diberikan insentif ditetapkan oleh Menteri.

(3) Ketentuan dan tata cara pemberian insentif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal 41

(1) Dalam rangka penyediaan permodalan kredit lunak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2) huruf a, Menteri membentuk badan layanan umum untuk mengelola sumber pendanaan.

(2) Sumber pendanaan badan layanan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD);

b. dana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang berasal dari berbagai badan usaha sektor energi;

c. biaya kompensasi dari eksploitasi sumber energi fosil;

d. dana hibah yang tidak mengikat baik dari masyarakat maupun lembaga institusi di dalam maupun luar negeri; dan/atau

Page 20: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 20 -

e. sumber lain yang sah.

BAB XI

KETEKNIKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP

Bagian Kesatu

Keteknikan

Pasal 42

(1) Setiap kegiatan pada usaha di sektor energi baru dan energi terbarukan wajib memenuhi ketentuan keselamatan energi baru dan energi terubarukan.

(2) Keselamatan energi baru dan energi terubarukan mencakup keselamatan pekerja, keselamatan instalasi, keselamatan umum dan keselamatan lingkungan.

(3) Ketentuan keselamatan energi baru dan energi terubarukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk mewujudkan kondisi:

a. andal dan aman bagi instalasi;

b. aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya; dan

c. ramah lingkungan.

(4) Ketentuan keselamatan energi baru dan energi terbarukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. pemenuhan standardisasi peralatan;

b. pengamanan instalasi energi; dan

c. keamanan bagi masyarakat umum dan lingkungan.

(5) Setiap instalasi energi baru dan energi terbarukan yang beroperasi wajib memiliki sertifikat laik operasi.

(6) Setiap peralatan energi baru dan energi terbarukan wajib memenuhi ketentuan standar nasional Indonesia.

(7) Setiap tenaga teknik dalam usaha energi baru dan energi terbarukan wajib memiliki sertifikat kompetensi.

(8) Ketentuan mengenai keselamatan energi baru dan energi terbarukan, sertifikat laik operasi, standar nasional Indonesia dan standar kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (7) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 43

(1) Kegiatan standardisasi di bidang energi baru dan energi terbarukan wajib dilakukan.

(2) Kegiatan standardisasi di bidang energi baru dan energi terbarukan dimaksudkan untuk:

a. Menunjang usaha di bidang energi baru dan energi terbarukan dalam mewujudkan penyediaan energi yang efisien, andal, aman, dan ramah lingkungan; dan

Page 21: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 21 -

b. Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan pada usaha di bidang energi baru dan energi terbarukan.

Pasal 44

(1) Guna menjamin keselamatan di bidang energi baru dan energi terbarukan dilaksanakan akreditasi dan sertifikasi.

(2) Komite Akreditasi Nasional melakukan akreditasi terhadap Lembaga Sertifikasi Produk, Laboratorium Uji dan Lembaga Sertifikasi Laik Operasi.

(3) Komite Akreditasi Kompetensi melakukan akreditasi terhadap Lembaga Sertifikasi Kompetensi.

(4) Lembaga Sertifikasi Produk yang telah diakreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan sertifikasi terhadap peralatan instalasi di bidang energi baru dan energi terbarukan.

(5) Laboratorium Uji yang telah diakreditasi melakukan pengujian terhadap peralatan instalasi di bidang energi baru dan energi terbarukan.

(6) Lembaga Sertifikasi Laik Operasi yang telah diakreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan sertifikasi terhadap kelaikan operasi instalasi di bidang energi baru dan energi terbarukan.

(7) Lembaga Sertifikasi Kompetensi yang telah diakreditasi sebagaimana dimaksud ayat (2) melakukan sertifikasi kepada tenaga teknik di bidang energi baru dan energi terbarukan.

Bagian Kedua

Peneraan

Pasal 45

(1) Setiap peralatan meteran pada usaha di bidang energi baru dan energi terbarukan wajib dilakukan peneraan secara berkala.

(2) Peneraan meteran pada usaha di bidang energi baru dan energi terbarukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suatu Badan atau Lembaga yang terakreditasi yang berwenang dalam pelaksanaan peneraan.

(3) Ketentuan mengenai peneraan peralatan pada usaha di bidang energi baru dan energi terbarukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Ketiga

Lingkungan Hidup

Pasal 46

Setiap kegiatan usaha energi baru dan energi terbarukan wajib memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.

Page 22: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 22 -

BAB XII

PENINGKATAN KEMAMPUAN DALAM NEGERI

Pasal 47

Pemegang izin usaha energi baru dan energi terbarukan harus mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat, barang, dan jasa dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XIII

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (masukan dari badiklat)

Pasal 48

(1) Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi penyediaan dan pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan wajib difasilitasi oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.

(2) Pendanaan kegiatan penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan dana dari swasta.

(3) Penelitian dan pengembangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diarahkan untuk menunjang pengembangan industri energi nasional yang mandiri.

Pasal 49

(1) Pemerintah mengalokasikan pendanaan untuk pengembangan dan pemanfaatan hasil penelitian tentang energi baru dan energi terbarukan.

(2) Jumlah alokasi pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap tahun sekurang-kurangnya 3% (tiga per seratus) dari pendapatan negara yang berasal dari energi tak terbarukan dan dari Bea Keluar bahan baku Bioenergi. (Masukan dari Paulus Tjakrawan)

(3) Pendanaan ini merupakan investasi Pemerintah dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(masukan dari badiklat)

Pasal 50

Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mendorong, melaksanakan, dan/atau memfasilitasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang energy baru, terbarukan dan konservasi energy

Pasal 51

Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dapat dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat.

Page 23: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 23 -

BAB XIV

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 52

(1) Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap usaha penyediaan energi baru dan terbarukan.

(2) Pedoman pembinaan dan pengawasan terhadap usaha penyediaan energi baru dan terbarukan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

BAB XV BARU (masukan dari Dit. Pabum)

PENYIDIKAN

Pasal 53

Selain penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia

(1) , Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas dan tanggungjawabnya meliputi kegiatan usaha Energi Baru dan Energi Terbarukan diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai hukum acara pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana dalam kegiatan usaha Energi Baru dan Energi Terbarukan.

(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:

a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang diterima berkenaan dengan tindak pidana dalam kegiatan usaha Energi Baru dan Energi Terbarukan;

b. melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan yang diduga melakukan tindak pidana dalam kegiatan usaha Energi Baru dan Energi Terbarukan;

c. memanggil orang untuk diperiksa sebagai saksi atau tersangka dalam perkara tindak pidana kegiatan usaha Energi Baru dan Energi Terbarukan;

d. menggeledah tempat dan/atau sarana yang diduga digunakan untuk melakukan tindak pidana dalam kegiatan usaha Energi Baru dan Energi Terbarukan;

e. melakukan pemeriksaan sarana dan prasarana kegiatan Usaha Energi Baru dan Energi Terbarukan dan menghentikan penggunaan peralatan yang diduga digunakann untuk melakukan tindak pidana;

f. menyegel dan/atau menyita alat kegiatan usaha Energi Baru dan Energi Terbarukan yang digunakan untuk melakukan tindak pidana sebagai alat bukti;

g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara tindak pidana dalam kegiatan usaha Energi Baru dan Energi Terbarukan; atau

h. menghentikan penyidikan perkara tindak pidana dalam

Page 24: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 24 -

kegiatan usaha Energi Baru dan Energi Terbarukan.

(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan perkara pidana kepada Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menghentikan penyidikannya dalam hal peristiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a tidak terdapat cukup bukti dan/atau peristiwanya bukan merupakan tindak pidana.

(5) Pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XV

SANKSI ADMNISTRATIF

Pertanyaan dari Paulus Tjakrawan

Apakah sudah termasuk sanksi untuk Badan usaha pemegang Izin usaha niaga umum (whole sale) bahan bakar minyak Pasal 14 ayat 3 dan 4 dan PEMAKAI yang wajib memakai

Pasal 54

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengenakan sanksi administratif kepada badan usaha atas pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, Pasal 43, Pasal 44 dan Pasal 46.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara seluruh kegiatan; atau

c. pencabutan izin.

Pasal 55

(1) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dikenakan kepada badan usaha apabila melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, Pasal 43, Pasal 44 dan Pasal 46.

(2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu peringatan masing-masing 1 (satu) bulan.

Pasal 56

(1) Dalam hal badan usaha yang mendapat sanksi peringatan tertulis setelah berakhirnya jangka waktu peringatan tertulis ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 belum melaksanakan kewajibannya, Menteri, gubernur, atau

Page 25: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 25 -

bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengenakan sanksi administratif berupa penghentian sementara seluruh kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2).

(2) Sanksi administratif berupa penghentian sementara seluruh kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan.

(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sewaktu-waktu dapat dicabut apabila badan usaha dalam masa pengenaan sanksi memenuhi kewajibannya.

Pasal 57

Sanksi administratif berupa pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2) dikenakan kepada badan usaha yang terkena sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 tidak melaksanakan kewajibannya sampai dengan berakhirnya jangka waktu pengenaan sanksi penghentian sementara seluruh kegiatan.

BAB XVI (masukan dari Dit. Pabum)

KETENTUAN PIDANA

Pasal 58

Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha Energi Baru Dan Energi Terbarukan tanpa IUET sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (5) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp. 2.000.000.000, 00 (dua miliar rupiah) dan paling banyak Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

Pasal 59

Pemegang IUET yang dengan sengaja meninggalkan wilayah kerjanya tanpa menyelesaikan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan.

Pasal 60

Setiap orang yang mengganggu atau merintangi kegiatan usaha Energi Baru dan Energi Terbarukan dari penegang IUET sehingga pemegang IUET terhambat dalam melaksanakan kegiatan usaha Energi Baru dan Energi Terbarukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Pasal 61

(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 adalah kejahatan.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 dan Pasal 52 adalah pelanggaran.

Page 26: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 26 -

Pasal 62

Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50, Pasal 51, dan Pasal 52 dilakukan oleh Badan Usaha, ancaman pidana denda yang dijatuhkan kepada Badan Usaha tersebut ditambah dengan 1/3 (sepertiga) dari pidana denda.

Pasal 63

Selain dapat dijatuhi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, pelaku tindak pidana dapat dijatuhi pidana tambahan berupa:

a. perampasan barang yang digunakan dalam melakukan tindak pidana;

b. perampasan keuntungan;

c. kewajiban membayar biaya yang timbul akibat tindak pidana.

Komentar Bagian Hukum:

Dalam RPP tidak memuat materi tentang Penyidikan dan pidana, merupakan materi muatan undang-undang.

BAB XVI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 64

(1) Ketentuan Pasal 49 ayat (2) tidak berlaku terhadap penyediaan energi baru terbarukan yang izinnya diterbitkan sebelum Peraturan Pemerintah ini diberlakukan.

(2) Semua peraturan pelaksanaan dari peraturan pemerintah di bidang penyediaan dan pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan yang telah berlaku sebelum berlakunya peraturan pemerintah ini, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini.

BAB XVII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 65

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Page 27: 20110620 Rpp Ebt Malam

Revisi 13 Juni 2011DRAFT - 27 -

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,