20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

50

Click here to load reader

Transcript of 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

Page 1: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

Peraturan Menteri Negara LH Nomor 308 Tahun 2005

KERANGKA ACUAN

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

Pembangunan Jalan Lingkar Pulau SimeulueKabupaten SimeulueProvinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Tim Teknis AMDAL KhususRehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh Pasca Gempa dan Tsunami

Januari 2007

Page 2: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

Peraturan Menteri Negara LH Nomor 308 Tahun 2005

KERANGKA ACUAN

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

Pembangunan Jalan Lingkar Pulau SimeulueKabupaten SimeulueProvinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Tim Teknis AMDAL KhususRehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh Pasca Gempa dan Tsunami

Januari 2007

Page 3: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue
Page 4: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue
Page 5: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue
Page 6: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

Tim teknis AMDAL khusus

Dadang Purnama, Ph.D (Ketua)Ir. Bukhari R.A., M.Eng (Sekretaris)Drs. Rusydi, M.Si (Anggota)Ir. Ira Pria Utama (Anggota)Drs. Syahrizan Idris, P.G. Dipl.Sc (Anggota)Muslim, SE (Anggota)

Page 7: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

i

KATA PENGANTAR

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun 2005 memuatpembentukan Tim Teknis AMDAL Khusus untuk melaksanakan proses pelingkupanatau penyusunan dokumen Kerangka Acuan ANDAL bagi setiap rencana kegiatanwajib AMDAL yang terkait dengan pembangunan rehabilitasi dan rekonstruksi diAceh pasca bencana gempa bumi dan tsunami. Berkaitan dengan hal tersebutpemerintah melalui Bapedalda Provinsi NAD membantu pembuatan KerangkaAcuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL).

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun 2005,pelaksanaan kegiatan ini harus dilengkapi dengan Analisis Mengenai DampakLingkungan (AMDAL). Kegiatan tersebut diprakirakan berpotensi menimbulkandampak terhadap lingkungan, sehingga perlu dirumuskan lingkup dan kedalamanstudi Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) yang dilakukan melalui penyusunanKerangka Acuan (KA) ANDAL agar studi ANDAL dapat berjalan secara efektif danefisien. Dokumen KA-ANDAL ini disusun dengan mengacu pada PeraturanMenteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun 2005 dan panduanpelingkupan yang dikeluarkan Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

Semoga Dokumen KA-ANDAL ini menjadi acuan bagi pemrakarsa dalam menyusundokumen ANDAL, RKL-RPL dan juga bermanfaat baik instansi yangberkepentingan maupun pihak-pihak lain.

Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telahmemberikan dukungan atas selesainya penyusunan dokumen Kerangka Acuan ini.

Banda Aceh, Januari 2007

Tim Teknis AMDAL Khusus

Pembangunan Jalan Lingkar Pulau SimeulueKabupaten Simeulue

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Page 8: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

ii

DAFTAR ISI

SK Kesepakatan KA-ANDAL

Kata Pengantar

Daftar Isi

I. Pendahuluan .................................................................................1

II. Deskripsi Ringkas Rencana Kegiatan .....................................................3

III. Proses AMDAL khusus.................................................................... 11

IV. Dokumen ANDAL, RKL dan RPL Jalan Lingkar Pulau Simeulue .................... 13

V. Isu-isu utama.............................................................................. 15

Bagian 1. Perencanaan dan alternatif kegiatan ...................................... 15

Bagian 2. Isu lingkungan ................................................................. 16

Bagian 3. Penggunaan material konstruksi jalan ..................................... 17

Bagian 4. Dampak lingkungan lanjutan/turunan ..................................... 18

Bagian 5. Tata ruang, fungsi lahan, dan pengembangan wilayah ................. 19

Bagian 6. Sosial Ekonomi Budaya ....................................................... 20

Bagian 7. Lain-lain ........................................................................ 20

Bagian 8. Konsultasi masyarakat........................................................ 21

Bagian 9. Wilayah studi .................................................................. 21

Bagian 10. Kepakaran yang diperlukan ................................................ 23

VI. Daftar Lampiran ......................................................................... 23

Foto hasil observasi lapangan .............................................................5

Page 9: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

1

I. Pendahuluan

Dalam rangka penerapan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang telah

ditetapkan melalui Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 308 tahun 2005,

Tim Teknis AMDAL khusus telah dibentuk untuk melaksanakan proses pelingkupan

(penyusunan dokumen Kerangka Acuan, KA) bagi setiap rencana kegiatan wajib AMDAL

yang terkait dengan pembangunan rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh pasca bencana

gempa dan tusnami. Salah satu kegiatan yang diajukan oleh Badan Pelaksana

Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD – Nias adalah rencana pembangunan Jalan Lingkar

Pulau Simeulue di Kabupaten Simeulue.

Kegiatan pembangunan jalan ini dilaksanakan di bawah koordinasi Satuan Kerja (Satker)

Sementara BRR – Pembinaan dan Perencanaan Jalan NAD di Direktorat Jalan dan

Jembatan dengan penanggung jawab PPK Pengawasan Jalan dan Jembatan (sumber:

deskripsi proyek, Agustus 2006). Satker inilah bersama dengan pemerintah daerah yang

akan berperan sebagai pemrakarsa kegiatan pembangunan jalan ini. Jalan lingkar ini

secara keseluruhan terutama mencakup ruas jalan Maudil – Nasreuhe sepanjang 48,56

km dan ruas jalan Nasreuhe – Sibigo sepanjang sekitar 100 km (sumber: deskripsi proyek,

Agustus 2006) dimana angka tersebut masih harus ditetapkan berdasarkan pemilihan

jalur jalan (trase) yang masih terus dikaji di masa perencanaan ini. Ruas jalan lainnya

dari Sibigo ke arah Timur dan menyambung kembali ke Maudil merupakan jalur jalan

yang sudah ada dan hanya memerlukan peningkatan dan pemeliharaan. Untuk itu, kajian

lingkungan yang akan dilakukan harus sejalan dengan arahan dari dokumen KA ANDAL

Rencana Peningkatan dan Pelebaran Jalan Suakbuluh – Lasikin – Maudil yang telah

disusun oleh Tim Teknis AMDAL khusus pada Bulan Juli 2006 sebagai bagian keseluruhan

dari Jalan Lingkar Pulau Simeulue.

Sesuai dengan peraturan yang berlaku, kegiatan konstruksi fisik di lapangan tidak

diperkenankan untuk mulai dikerjakan sebelum kajian kelayakan lingkungan di dalam

studi AMDAL selesai dilakukan. Untuk itu, Satker BRR yang bertanggung jawab harus

mengikuti pola perencanaan yang baik dan benar tanpa harus terburu-buru

melaksanakan pekerjaan fisik karena alasan percepatan. Hal ini akan terlihat pada hasil

kunjungan lapangan yang akan menunjukkan seberapa mendesak kebutuhan pengadaan

jalan tersebut dan seberapa besar kebutuhan masyarakat akan pembangunan ruas jalan

yang direncanakan. Hal ini akan diuraikan lebih jelas pada deskripsi kegiatan dan latar

belakang justifikasi pentingnya studi ini. Memperhatikan luasan kegiatan, maka kegiatan

ini jatuh pada kategori kegiatan wajib AMDAL dimana pembangunan dalam rangka

Page 10: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

2

rehabilitasi dan rekonstruksi dilaksanakan sesuai Peraturan Menteri Negara Lingkungan

Hidup nomor 308/2005.

Dengan selesainya laporan pelingkupan ini, maka tugas dari Tim Teknis AMDAL khusus

dalam melakukan pelingkupan bagi kegiatan pembangunan jalan Lingkar Pulau Simeulue

telah dapat diselesaikan. Tahap selanjutnya merupakan tahap pembahasan dokumen

pelikupan ini bersama dengan pihak-pihak terkait lainnya. Komisi Penilai AMDAL Propinsi

NAD akan memprakarsai proses pembahasan untuk selanjutnya meneruskan proses

AMDAL hingga penilaian dokumen ANDAL, RKL dan RPL.

Proses AMDAL bagi jalan Lingkar Pulau Simeulue mulai dilakukan pada tanggal 29 Agustus

2006 saat dilakukan diskusi tentang rencana kegiatan yang disampaikan oleh Ketua

Satker dan PPK di Kantor Bapedalda Propinsi NAD. Selanjutnya dilakukan kunjungan

lapangan mulai tanggal 30 Agustus 2006 untuk kebutuhan pelingkupan. Publikasi

pengumuman pelaksanaan AMDAL untuk kegiatan ini belum dilakukan dan karenanya

harus segera dilaksanakan dengan koordinasi sekretariat Komisi Penilai AMDAL Propinsi

NAD. Tim Teknis AMDAL khusus yang melaksanakan pelingkupan terdiri ahli yang berasal

dari praktisi, akademisi, ahli dari Kementerian Lingkungan Hidup, dan ahli dari Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan Propinsi NAD, serta unsur pemerintah Kabupaten

Simeulue.

Tim Teknis AMDAL khusus yang telah dibentuk kemudian mulai melakukan proses

pelingkupan mulai tanggal 29 Agustus hingga tanggal 4 September 2006 yang mengikuti

tahap-tahap sebagai berikut:

1. Pengkajian terhadap rencana kegiatan yang disampaikan oleh Satker,

2. Penggalian informasi tambahan dari Satker Jalan Lingkar Kabupaten Simeuluemelalui diskusi pembahasan di Kantor Bapedalda dan selama kunjungan lapangan,

3. Pelaksanaan tinjauan lapangan,

4. Identifikasi dampak potensial (desk study) oleh masing-masing anggota Tim Teknis,

5. Diskusi evaluasi dampak hipotetik oleh seluruh anggota Tim Teknis,

6. Verifikasi hasil tinjauan lapangan yang dipadankan dengan hasil evaluasi dampakhipotetik,

7. Penyusunan laporan pelingkupan menjadi dokumen Kerangka Acuan studi ANDAL

Untuk memberikan gambaran, bagian berikut ini menguraikan ringkasan kegiatan

pembangunan jalan Lingkar Pulau Simeulue. Peta orientasi lokasi kegiatan pembangunan

jalan dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini. Kabupaten Simeulue terletak pada posisi

Page 11: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

3

2°15’ - 2°55’ Lintang Utara dan 95°40’ - 96°30’ Bujur Timur dengan panjang pulau

sekitar 100,2 km dan lebar terpanjang 28 km (sumber: deskripsi kegiatan, Agustus 2006).

Adapun luas pulau tersebut adalah sekitar 198.000 ha dengan jumlah penduduk sekitar

71.517 jiwa menurut Badan Pusat Statistik (sumber: Aceh dalam angka 2004 dalam

deskripsi kegiatan, Agustus 2006). Sebagai gambaran kondisi sosial ekonomi, PDRB per

kapita di Kabupaten Simeulue pada tahun 2002 adalah Rp. 2.972.027 dengan sektor

pertanian yang memberikan kontribusi terbesar (68,16%). Melihat perkembangan

ekonomi di pulau yang relatif stabil, angka-angka tersebut diperkirakan tidak jauh

berubah pada tahun-tahun terakhir ini.

Gambar 1. Peta orientasi lokasi kegiatan pembangunan jalan Lingkar Pulau Simeulue

II. Deskripsi Ringkas Rencana Kegiatan

Sebagaimana telah disebutkan di atas, cakupan dari rencana kegiatan Jalan Lingkar

Pulau Simeulue adalah terutama ruas jalan dari Maudil – Nasreuhe dan ruas jalan dari

Nasreuhe – Sibigo. Ruas jalan lainnya sudah dalam kondisi eksisting dan ditangani

melalui administrasi proyek yang berbeda. Beberapa ruas jalan eksisting hanya

memerlukan peningkatan, pemeliharaan dan atau pelebaran. Ruas jalan ini misalnya

ruas jalan Sibigo – Sinabang dan ruas jalan Suakbuluh – Lasikin – Maudil. Dalam halnya

ruas jalan yang menjadi cakupan dalam laporan ini, ruas jalan Maudil – Nasreuhe

Page 12: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

4

merupakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan. Sementara ruas jalan dari Nasreuhe

– Sibigo sebagian merupakan pembukaan baru yang melewati kawasan hutan dan

umumnya berada di garis pantai serta belum ditetapkan statusnya. Ilustrasi dari rencana

kegiatan ini dapat dilihat pada gambar 2 di halaman berikut.

Page 13: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

5

Gambar 2. Trase jalan Lingkar Pulau Simeulue (SIM Centre, BRR, 2006 dan Perencanaan Teknis Jalan Nasreuhe – Lewak – Sibigo, 2003)

Page 14: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

6

Mengingat rencana pembangunan jalan ini akan melalui kawasan hutan, Satker sebagai

pemrakarsa harus melakukan koordinasi dengan dinas terkait yang menangani kehutanan

untuk memastikan bahwa trase jalan di ruas Nasreuhe – Sibigo telah mendapat izin dari

kehutanan. Hal ini mengingat adanya informasi tata ruang dan fungsi hutan yang

menunjukkan daerah di sekitar ruas Nasreuhe – Sibigo memiliki fungsi sebagai kawasan

lindung (sumber: deskripsi kegiatan, Agustus 2006) walaupun peta tersebut memberikan

definisi yang meragukan: “hutan lindung yang ditetapkan sementara sebagai hutan

produksi terbatas.” Sumber data sekunder lainnya menunjukkan bahwa area tersebut

sebagian besar masih hutan alam (virgin forest) seperti terlihat sbb.:

Gambar 3. Data sekunder citra satelit pada lokasi ruas Nasreuhe – Sibigo yangdidominasi oleh kawasan hutan (sumber: Googlenet).

hutan

hutan

Page 15: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

7

Berdasarkan hasil pemantauan lapangan, kegiatan pembukaan trase jalan di ruas

Nasreuhe – Sibigo sudah dilakukan. Hal ini harusnya tidak terjadi karena kegiatan

tersebut belum dilengkapi dengan studi AMDAL, apalagi pembukaan tersebut telah

mendapat konfirmasi yaitu dilakukan untuk trase sepanjang 30 km. Observasi lapangan

menunjukkan bahwa pada saat ini sedang dilakukan pembukaan jalan di area hutan

seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Hal ini merupakan isu penting yang harus

diberikan konfirmasi, dibahas, dan dianalisis pada tahap studi ANDAL.

Gambar 4. Pembukaan trase jalan di area hutan pada lokasi ruas Nasreuhe – Sibigo

Secara umum, rencana kegiatan jalan Lingkar Pulau Simeulue ini memanfaatkan

momentum penyaluran dana dari BRR untuk sekaligus memperbaiki infrastruktur

jaringan jalan sehingga arus barang dan jasa melalui jalan darat antar kecamatan dapat

terselenggara dengan lebih baik. Selain itu, jalan lingkar ini dimaksudkan pula untuk

mengantisipasi aksesibilitas pemasaran hasil perkebunan sawit yang telah dan akan

dikembangkan seluas 5.000 ha di Teluk Dalam 3.500 ha dan di Tepah Selatan 1.500 ha

(sumber: KA ANDAL Suakbuluh – Lasikin – Maudil, Juli 2006). Beberapa hasil

perkebunanan seperti cengkeh, kopra, hasil pertanian, dan perikanan lainnya juga

memerlukan akses yang baik untuk pemasaran. Akses jalan yang baik dapat pula

dimanfaatkan untuk mengantisipasi perkembangan wisata pantai di Pulau Simeulue yang

berpotensi untuk wisata bahari.

Secara fisik, kegiatan pembangunan jalan lingkar Pulau Simeulue di ruas Nasreuhe

menuju Sibigo sudah dimulai kegiatan fisiknya dengan pembukaan trase jalan melalui

Page 16: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

8

Lafakha hingga STA 24 (km 24) dari keseluruhan 46 km ruas Nasreuhe – Lewak – Sibigo

(bagian dari total Nasreuhe – Sibigo yang memiliki panjang total 46 km ditambah sekitar

60 km yang belum direncanakan). Jalan eksisting dan jalan yang sedang dibangun ini (24

km) terdiri dari 10,4 km jalan eksisting dari Nasreuhe dan sekitar 14 km jalan yang baru

dibuka sebagai bagian dari proyek yang lebih kecil sepanjang 30 km. Berdasarkan

informasi di atas, jelas bahwa secara garis besar terdapat dua jenis kegiatan utama

pada ruas jalan Maudil – Nasreuhe dan Nasreuhe – Sibigo, yaitu komponen pembukaan

jalan baru dan pemeliharaan serta peningkatan jalan. Hal ini perlu diidentifikasi untuk

memberikan prioritas pengelolaan lingkungan dimana pada ruas pembukaan jalan baru,

masalah lingkungan harus dianalisis dengan teliti dan intensif sementara pada ruas

pemeliharaan lebih cenderung pada aspek pengelolaan lingkungan.

Dari realisasi kegiatan proyek 30 km ini, berarti paling tidak kegiatan ini sudah membuka

sekitar 50% (14 km) sementara menurut pengakuan konsultan pengawas, secara total

pekerjaan ini sudah berjalan hingga 76%. Karenanya, kajian lingkungan secara cepat

harus memfokuskan pada arahan RKL dan RPL walaupun beberapa isu lingkungan masih

bisa dikaji dan diprediksi dampaknya mengingat bahwa perkerasan jalan dan finalisasi

pengaspalan jalan masih belum memiliki rencana yang definitif dan masih akan

berlangsung cukup lama. Menurut informasi konsultan, secara umum kegiatan proyek 30

km ini sudah melebihi kontrak selama 240 hari (hingga awal September 2006) sejak

kesepakatan kontrak bulan Nopember 2005 sehingga memerlukan addendum. Hingga

saat ini rencana kerja tindak lanjut pentahapan proyek serta hubungan antara total ruas

jalan sekitar 106 km, ruas 46 km yang telah memiliki perencanaan teknis, dan 30 km

yang sedang dikerjakan di lapangan, serta kondisi eksisting 10,4 km dari Nasreuhe tidak

terinformasikan secara jelas. Demikian pula besaran-besaran kegiatan untuk ruas

sepanjang sekitar 60 km (dari keseluruhan 106 km) masih belum dapat dikonfirmasi. Hal

ini termasuk jadwal kegiatan yang masih belum fix. Untuk mengakomodasi

pembangunan yang baik maka perencanaan yang matang harus dilakukan tersebih

dahulu sebelum melakukan kegiatan konstruksi fisik di lapangan. Adapun beberapa

cakupan dan komponen kegiatan pembangunan jalan pada ruas 30 km yang sedang

dikerjakan umumnya adalah sebagai berikut (sumber: informasi konsultan pengawas,

harus diperinci kembali):

Kegiatan utama pembukaan jalan baru dengan total lebar 11,5 meter yang melalui

daerah hutan (klasifikasi hutan harus direkonfirmasi) dan persawahan di daerah

Langi. Perkerasan yang direncanakan merupakan tipe selected embankment,

Galian drainase,

Galian biasa,

Page 17: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

9

Timbunan biasa,

Timbunan pilihan,

Penyiapan badan jalan,

Penebangan pohon, dll.

Peralatan yang umumnya digunakan adalah excavator, buldozer, motor grader, vibrator

roller, water tank, dan dump truck. Rencana mobilisasi peralatan berat ini harus segera

diperhitungkan dengan baik (jumlah dan jadwalnya) guna mengantisipasi dampak negatif

yang mungkin timbul akibat kegiatan konstruksi. Penggunaan sejumlah tenaga kerja

merupakan aspek lain yang harus direncanakan untuk mengantisipasi dampak sosial

ekonomi dan budaya.

Adapun komponen kegiatan yang umum dilakukan bagi pemeliharaan dan peningkatan

jalan adalah sebagai berikut:

Mobilisasi tenaga kerja dan peralatan,

Pembangunan sarana drainase jalan,

Galian dan timbunan (cut and fill),

Pelebaran, perkerasan, dan penataan bahu jalan,

Perkerasan berbutir,

Perkerasan aspal,

Pekerjaan struktur,

Pengembalian kondisi,

Pemeliharaan harian.

Cadangan dan penyediaan material konstruksi jalan dipengaruhi oleh struktur geologis

Pulau Simeulue. Material konstruksi jalan saat ini sebagian menggunakan batu karang

laut dan hasil tinjauan lapangan menunjukkan kondisi ruas jalan eksisting rentan longsor

dan penurunan badan jalan. Untuk itu diperlukan material konstruksi yang lebih kokoh

seperti batu kali atau batu gunung. Berdasarkan hasil pelingkupan ruas jalan Suakbuluh –

Maudil (KA ANDAL Suakbuluh – Lasikin – Maudil, Juli 2006), pemanfaatan batu karang

pantai/pesisir untuk konstruksi jalan yang selama ini dilakukan selain menyebabkan

terjadi longsor/penurunan badan jalan, apabila terus dilakukan akan mengakibatkan

dampak negatif terhadap ekosistem pantai/pesisir. Di sisi lain, struktur lansekap pantai

Pulau Simeulue secara umum memiliki kedalaman pantai yang dangkal sehingga rentan

terhadap pengambilan material, terutama batu karang pantai. Kerentanan tersebut juga

ditunjukkan oleh besarnya potensi longsoran pantai.

Page 18: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

10

Oleh karenanya, Pemda Simeulue telah mengeluarkan larangan penambangan batu

karang untuk tujuan pembangunan jalan atau untuk pemanfaatan lainnya. Adapun lokasi

yang disarankan untuk pengambilan pasir dan batu (sirtu) adalah menjauh dari wilayah

pantai/pesisir. Lubang-lubang bekas galian material konstruksi harus direhabilitasi

secara tepat guna. Beberapa alternatif lokasi pengambilan sirtu yang ada adalah Kuala

Umo (km 15), Kuala Baro (km 20), dan Kuala Bakti (km 46) dari Sinabang. Di ketiga

lokasi ini pengambilan sirtu dilakukan di hulu dan sepanjang badan sungai. Untuk itu,

perlu kajian mendalam dampak lingkungan akibat kegiatan pengambilan sirtu tersebut.

Kebutuhan material konstruksi harus diestimasi dan diuraikan dengan baik pada deskripsi

kegiatan di dalam laporan ANDAL. Sebagai informasi awal, bagi ruas jalan yang sudah

memiliki perencanaan yang lebih baik yaitu ruas Nasreuhe – Lewak – Sibigo, komponen

kegiatan dan kebutuhan material adalah sebagai berikut (sumber: Daftar Kuantitas

Perencanaan Teknis Jalan Nasreuhe – Lewak – Sibigo, 2003, terlampir):

Mobilisasi,

Pemeliharaan dan perlindungan lalu lintas,

Galian selokan drainase dan saluran air sebesar 53.600 m3,

Pasangan batu dengan mortar sebesar 19.832 m3,

Gorong-gorong pipa beton bertulang dengan diameter dalam 95-120 cm sepanjang

120 m,

Galian biasa sebesar 388.480,1 m3,

Galian batu sebesar 37.948 m3,

Timbunan biasa sebesar 82.091,4 m3,

Timbunan pilihan sebesar 9.000 m3,

Pemotongan pohon diameter < 10 cm sebanyak 500 buah,

Pemotongan pohon diameter 10 hingga < 30 cm sebanyak 500 buah,

Pemotongan pohon diameter 30 hingga < 50 cm sebanyak 750 buah,

Pemotongan pohon diameter 50 hingga < 75 cm sebanyak 500 buah,

Pemotongan pohon diameter > 75 cm sebanyak 100 buah,

Pelebaran perkerasan dan bahu jalan dengan lapis pondasi agregat kelas B sebesar

27.600 m3,

Perkerasan berbutir dengan lapis pondasi agregat kelas A sebesar 41.400 m3,

Perkerasan berbutir dengan lapis pondasi agregat kelas B sebesar 55.200 m3,

Perkerasan aspal dengan lapis resap pengikat sebesar 262.200 liter,

Perkerasan aspal dengan lapis pengikat sebesar 96.600 liter,

Perkerasan aspal dengan lapis aus aspal beton (AC-WC) 276.000 m2,

Page 19: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

11

Perkerasan aspal dengan lapis pengikat aspal beton (AC-BC) 13.800 m2,

Struktur beton K250 sebesar 2.500 m3,

Baja tulangan U24 polos sebanyak 325.000 kg,

Pasangan batu sebesar 9.831,5 m3,

Pasangan batu kosong sebesar 1.987,5 m3,

Marka jalan thermoplastic seluas 19.320 m2,

Patok DMJ 920 buah,

Pipa untuk pembuangan air dari jalan sepanjang 3.333,3 m,

Papan nama sebanyak 2 buah.

Seluruh kegiatan utama, baik untuk pembukaan trase baru ataupun pemeliharaan dan

peningkatan harus diuraikan lebih lanjut pada studi ANDAL. Secara lebih lebih terinci,

kegiatan pembangunan jalan tersebut dijelaskan oleh pemrakarsa kegiatan pada

lampiran 1.

III. Proses AMDAL khusus

Sebagaimana telah disebutkan di atas, proses AMDAL untuk kegiatan pembangunan jalan

Lingkar Pulau Simeulue menggunakan mekanisme khusus yang hanya berlaku di Propinsi

NAD dan Pulau Nias sesuai dengan Peraturan Menteri LH 308/2005. Secara singkat,

proses AMDAL secara keseluruhan dapat mengacu pada gambar di halaman berikut:

Pembangunan jalan Lingkar Pulau Simeulue diharuskan menyelesaikan terlebih dahulu

kajian AMDAL (tanda panah terputus-putus), namun kenyataannya kegiatan

pembangunan ini sudah melakukan kegiatan konstruksi fisik (tanda panah solid).

Karenanya, di samping melakukan kajian dampak, kegiatan ini harus segera dilengkapi

pengelolaan lingkungan.

Untuk mendapat pemahaman yang lebih lengkap, semua pihak terkait agar dapat

membaca isi dari Peraturan Menteri LH 308/2005 secara lengkap agar memperoleh

kejelasan tentang kerangka kerja proses AMDAL khusus. Sebagai bahan perbandingan

dengan proses AMDAL konvensional yang berlaku di tempat lain di Indonesia, pengguna

dokumen ini dapat melihat Peraturan Pemerintah RI nomor 27 tahun 1999 tentang

AMDAL.

Tanda panah menunjukkan tahap-tahap proses AMDAL yang telah dilakukan dan yang

harus segera dilakukan karena telah terlambat dan tidak mengikuti sekuensial yang

seharusnya dilakukan. Seharusnya pekerjaan pembangunan fisik tidak dilakukan sebelum

proses kajian AMDAL selesai dilakukan. Tahap pengumuman, yang diberi tanda panah

Page 20: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

12

terputus, belum dilakukan. Karenanya, seiring dengan proses pelingkupan ini,

pemrakarsa harus segera melaksanakan pengumuman dan mengakomodasi masukan

masyarakat di dalam proses konsultasi masyarakat pada saat melakukan pelibatan

masyarakat dan studi ANDALnya.

Gambar 5. Skema proses AMDAL yang akan dilakukan untuk Pembangunan Jalan LingkarPulau Simeulue di Kabupaten Simeulue

Proses penapisan melalui daftarkegiatan wajib AMDAL

Proposal kegiatan dari pemrakarsadan pengumuman

AMDAL disyaratkan AMDAL tidak diperlukan

Penyusunan UpayaPengelolaan dan Pemantauan

lingkungan (UKL-UPL)

Penyusunan Kerangka Acuan (KAANDAL) oleh Tim Teknis danPembahasan KA ANDAL oleh

Komisi & Pemrakarsa

Penyusunan dokumen ANDAL, RKLdan RPL oleh Pemrakarsa

Penilaian ANDAL, RKL danRPL oleh Komisi

Persetujuan olehGubernur

Perijinan

Pembangunan fisik

Belum dilakukan

Selesai dilakukan

Sudah dimulai

Page 21: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

13

IV. Dokumen ANDAL, RKL dan RPL Jalan Lingkar Pulau Simeulue

Dokumen ANDAL, RKL dan RPL yang dihasilkan dari studi ANDAL harus didasarkan pada

dokumen Kerangka Acuan ini dan harus mencakup beberapa hal utama. Prinsip

konservasi lingkungan harus diakomodasi dengan baik dalam kajian AMDAL ini dan dapat

menghidari dampak lanjutan yang lebih besar seperti halnya penebangan liar. Dokumen-

dokumen ini harus dilengkapi dengan suatu ringkasan yang disusun dengan bahasa yang

sederhana, non teknis, dan mudah dipahami oleh semua kalangan pembaca dan

pengguna dokumen ini. Ringkasan ini tidak saja ditujukan untuk dibaca oleh para

eksekutif tetapi sedapat mungkin dapat dipahami oleh masyarakat luas.

Dokumen ANDAL secara mendasar harus mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Pendahuluan yang berisi maksud dan tujuan khusus dilaksanakannya kegiatan

pembangunan jalan Lingkar Pulau Simeulue;

2. Uraian tentang kesesuaian kegiatan pembangunan jalan Lingkar Pulau Simeulue

dengan tata ruang, kebijakan pembangunan dan peraturan perundang-undangan

yang berlaku;

3. Deskripsi kegiatan pembangunan jalan Lingkar Pulau Simeulue yang memungkinkan

untuk mencapai maksud dan tujuan yang telah ditetapkan, termasuk rencana usaha

dan/atau kegiatan yang diusulkan;

4. Kondisi rona lingkungan awal di wilayah studi;

5. Kajian dampak lingkungan akibat kegiatan pembangunan jalan Lingkar Pulau

Simeulue yang mencakup seluruh isu penting dan dampak hipotetik yang tercantum

di dalam Bab V dari dokumen KA ini;

6. Arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

Dokumen RKL secara mendasar harus mencakup upaya-upaya dan rencana-rencana untuk

menghindarkan dampak, mengurangi dampak (mitigasi), mengelola, serta

mengendalikan dampak yang mungkin terjadi. Khusus untuk kegiatan pembangunan

jalan Lingkar Pulau Simeulue, dokumen RKL dan RPL harus lebih fokus pada berbagai

tindakan pengelolaan dan pemantauan karena kegiatan ini sudah dilaksanakan

pembangunannya. Dokumen RKL ini secara umum harus memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Komponen atau parameter lingkungan hidup yang diprakirakan mengalami

perubahan mendasar menurut hasil analisis dampak lingkungan hidup;

2. Sumber dampak yang telah dikaji pada dokumen ANDAL;

Page 22: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

14

3. Tolok ukur dampak untuk mengukur perubahan komponen lingkungan hidup;

4. Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan tolok ukur kinerja pengelolaan

lingkungan dampak lingkungan hidup;

5. Upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup;

6. Lokasi pengelolaan lingkungan hidup;

7. Institusi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Dokumen RPL secara medasar harus mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Komponen atau parameter lingkungan hidup yang dipantau;

2. Sumber dampak;

3. Parameter lingkungan hidup yang dipantau;

4. Tujuan pemantauan lingkungan hidup;

5. Metode pemantauan lingkungan hidup;

6. Jangka waktu dan frekwensi pemantauan;

7. Lokasi pemantauan lingkungan hidup;

8. Institusi yang bertanggung jawab dalam pemantauan lingkungan hidup.

Penggunaan sumber-sumber data dan informasi yang sahih di dalam dokumen ANDAL,

RKL dan RPL, baik dari penelitian langsung (data primer) ataupun data sekunder,

literatur, penelitian lain, atau hasil konsultasi dengan instansi terkait dan dengan

masyarakat harus dilakukan sesuai dengan kaidah penulisan referensi yang benar.

Ketika penilaian (judgment) atau pendapat para ahli digunakan, hal tersebut harus

disebutkan secara jelas sebagai suatu hasil penilaian ahli. Dasar penilaian atau pendapat

para ahli tersebut harus dikemukakan alasan atau dasar pembenarannya. Keahlian yang

membuat penilaian atau pendapat tersebut, termasuk kualifikasi dan pengalamannya,

harus disampaikan pula. Jika ulasan terhadap suatu isu dampak memerlukan penelitian

dan perhitungan yang bersifat teknis (misalnya untuk emisi debu dan gas buang,

kepadatan lalu lintas, erosi, pengelolaan limbah cair atau drainase), hal ini diharapkan

didampingi dengan pertimbangan profesional untuk memverifikasi kesimpulan dan

rekomendasi yang diberikan.

Sebagai tambahan, penyusunan dokumen ANDAL, RKL-RPL dapat juga mengacu pada

Keputusan Kepala BAPEDAL nonor 09 tahun 2000.

Page 23: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

15

V. Isu-isu utama

Berikut adalah isu-isu utama yang terkait dengan potensi dampak akibat pembangunan

jalan Lingkar Pulau Simeulue dimana pelaksana studi harus sedapat mungkin memenuhi

permintaan dari dokumen Kerangka Acuan serta menjawab isu-isu utama ini.

Bagian 1. Perencanaan dan alternatif kegiatan

1. Uraikan rencana kegiatan pembangunan jalan lingkar Pulau Simeulue secara lengkap

dan jelas. Deskripsikan berbagai alternatif konstruksi jalan yang akan digunakan

(tipe yang digunakan) dan metode pembangunannya.

2. Deskripsikan dan berikan justifikasi tujuan dan manfaat dari pengembangan jalan

lingkar tersebut. Selanjutnya, terkait dengan analisis jaringan jalan, kaji pula pusat-

pusat pengembangan wilayah eksisting dan prediksikan pusat-pusat pengembangan

wilayah setelah pembangunan jalan tersebut.

3. Uraikan dan berikan alasan penggunaan alternatif-alternatif trase jalan berdasarkan

situasi nyata di lapangan, disain awal, dan disain akhir yang disepakati, sehingga

pilihan yang dilakukan menunjukkan alternatif yang terbaik (jalan lingkar atau jalan

tembus). Kaji alternatif jaringan jalan yang ada di Pulau Simeulue dan pengaruh

jalan Lauke – Bulu Hadek sebagai penghubung ruas timur dan barat terhadap

pengembangan wilayah.

4. Kaji dan tetapkan perencanaan, penganggaran, serta jadwal pembangunan jalan,

guna mengoptimalkan jalan yang baru dibangun (rencana penutupan sesegera

mungkin, perkerasan, pengaspalan), pemeliharaan, dan kerusakan jalan tersebut

khususnya jalan yang menggunakan bahan karang jari sebagai perbaikan tanah dasar

agar tidak menimbulkan dampak lingkungan lanjutan.

5. Kaji penyebab ketidakselarasan pembangunan jembatan dan keseluruhan jaringan

jalan serta sarankan pengelolaannya (sperti diantaranya penyediaan rambu-rambu

lalu lintas, percepatan pembangunan jembatan, dll) guna mencegah kecelakaan lalu

lintas bagi pengguna jalan.

6. Jelaskan alternatif penyediaan air bersih untuk para pekerja dan pemeliharaan jalan

selama pekerjaan pembangunan dilakukan.

7. Kaji secara singkat pilihan “do nothing” atau skenario jika kegiatan pembangunan

jalan Lingkar Pulau Simeulue tersebut tidak dilakukan.

Page 24: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

16

Bagian 2. Isu lingkungan

1. Kaji potensi dampak kebisingan yang ditimbulkan selama masa konstruksi dan masa

ketika operasional jalan.

2. Emisi debu adalah dampak potensial dari kegiatan pembangunan jalan baru. Karena

pembangunan jalan dilakukan di daerah yang minim jumlah penduduknya maka

dampak emisi debu terhadap manusia diperkirakan rendah. Prediksikan potensi emisi

debu baik dari kegiatan konstruksi, pengangkutan, dan operasional penggunaan jalan

pengaruhnya terhadap kesehatan masyarakat. Prediksi potensi pencemaran udara

dari sumber lainnya karena kemungkinan polusi ini akan meningkat sejalan dengan

pertambahan volume lalu lintas. Rencanakan pengelolaan emisi debu yang terkait

dengan gangguan terhadap manusia dan flora di sekitar lokasi kegiatan pembangunan

jalan.

3. Kaji ulang pelaksanaan konstruksi jalan di lapangan disesuaikan dengan spesifikasi

dan disain yang telah dibuat sehingga kestabilan lereng dapat dijamin serta tidak

terjadi retak jalan, erosi, dan longsoran jalan.

4. Prediksikan dampak pemotongan bukit pada pelaksanaan konstruksi jalan terhadap

kemungkinan gangguan pada aliran air tanah yang ada di bukit tersebut. Kaji pula

sumber-sumber mata air pada jalur tersebut untuk mendapat perlindungan.

5. Longsoran akibat kegiatan galian dan timbunan (cut and fill) merupakan salah satu

isu penting akibat kegiatan pembangunan jalan. Untuk itu kajian ANDAL harus

memprediksi dan mengevaluasi masalah longsoran yang ditimbulkan dari kegiatan

pembangunan jalan. Hal ini akan berkaitan dengan keselamatan pekerja, pemakai

jalan, dan dampak lanjutan terhadap erosi lereng dan sedimentasi di badan-badan

air yang ada. Kaji potensi sedimentasi akibat longsoran dan erosi yang mungkin

timbul dari kegiatan tersebut. Rencanakan upaya untuk menjaga kualitas air

permukaan dari pengaruh dampak kegiatan pembangunan jalan.

6. Kaji dan lakukan rencana pemanfaatan kembali top soil yang dikupas dari kegiatan

galian/pemotongan lahan (cut) untuk penggunaan yang lebih bermanfaat di masa

mendatang atau dikembalikan kepada lahan alternatif.

7. Kestabilan lereng merupakan isu teknis yang berkaitan langsung dengan keselamatan

pekerja dan keselamatan pemakai jalan. Dari sisi lingkungan, dampak potensialnya

adalah erosi lereng dan sedimentasi. Untuk itu, hal ini perlu dikaji untuk

mendapatkan pengelolaan yang tepat sehingga tidak menimbulkan dampak terhadap

lingkungan. Erosi adalah dampak lingkungan yang sangat tipikal dihasilkan dari

Page 25: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

17

kegiatan pembangunan jalan. Untuk itu, ANDAL harus dapat mengkaji, memprediksi,

dan mengevaluasi dapak erosi tersebut.

8. Kaji dan lakukan inventarisasi flora dan fauna di hutan yang dibuka untuk jalur jalan

dan rencanakan pengelolaan terhadap flora atau fauna yang dilindungi.

9. Sarankan dan laksanakan cara-cara pengelolaan untuk penempatan dan penumpukan

material konstruksi jalan yang sesuai dengan kaidah pembangunan jalan yang benar

sesuai dengan dokumen spesifikasi teknis yang terkait serta undang-undang jalan

raya. Sarankan cara-cara pengawasan dan penindakan yang efektif untuk mencegah

dampak dari penempatan/penumpukan material tersebut serta rencanakan

pengelolaan tumpukan material sehingga tidak menimbulkan ceceran, aliran

material yang dapat menyebabkan sedimentasi pada badan-badan air atau

mengganggu keselamatan pengguna jalan.

10. Kaji penggunaan alat angkut material konstruksi terkait dengan kekuatan jalan agar

diperoleh angkutan yang efesien dan optimal serta tidak merusak jalan.

Bagian 3. Penggunaan material konstruksi jalan

1. Kaji sumber-sumber material (berdasarkan rencana dari pemrakarsa) untuk bahan

bangunan jalan yang ada dan menentukan lokasi bahan yang layak dipakai untuk

membangunan jalan Simeulue. Kaji lokasi-lokasi pengambilan material yang baru dan

kemungkinan pengambilan material dari luar pulau. Selanjutnya pelaksana studi

mengkaji dampak lingkungan yang mungkin terjadi akibat penggunaan material yang

ditunjuk oleh Pemrakarsa.

2. Estimasikan volume material bahan galian untuk kebutuhan pembangunan jalan yang

diambil untuk seluruh rencana kegiatan. Kaji kendala ketersediaan jenis material di

Pulau Simeulue.

3. Kaji alternatif sumber penyediaan bahan baku untuk pembangunan jalan, lokasi

quarry dan bahan material lainnya yang akan digunakan selama pelaksanaan

pembangunan jalan hingga perkerasan dan pelapisan jalan.

4. Kaji dampak penggunaan lahan penambangan material jalan (quarry) terutama

kaitannya terhadap kualitas air, gangguan terhadap muka air tanah, dan rencanakan

pengelolaan pasca pemanfaatan quarry tersebut.

5. Kaji alternatif penggunaan jalan Lauke – Bulu Hadek untuk memudahkan dan

mengurangi dampak pengangkutan bahan material terhadap jalan yang ada.

Page 26: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

18

6. Deskripsikan hasil uji kelayakan penggunaan karang jari sebagai bahan timbunan

jalan yang dibiarkan terbuka karena sifatnya yang mudah hancur dan menjadi debu

dan lepas sehingga mudah terbawa air, erosi, dan menimbulkan gerusan terhadap

badan jalan tersebut sehingga diperlukan saran penanganan khusus dari penggunaan

bahan tersebut. Akibat penggunaan bahan di atas kaji potensi timbulan debu

terhadap kesehatan masyarakat dan sedimentasi pada saluran/parit drainase.

7. Kaji dampak dari pengambilan karang laut di pantai sebagai bahan konstruksi jalan

terhadap perubahan garis pantai serta kerusakan pantai yang dapat berlanjut pada

kerusakan jalan di dekat garis pantai. Prediksikan pula potensi intrusi air laut akibat

pengambilan material di quarry di tepi pantai. Pastikan lokasi pengambilan bahan

tambang agar tidak dilakukan di sempadan pantai (200m) sesuai dengan peraturan

yang berlaku (Undang-Undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang dan

Undang-Undang Sumber Daya Alam).

8. Sarankan berbagai alternatif pengelolaan lahan bekas Bahan Galian C (lubang-lubang

bekas galian) yang tepat guna dan dapat memberikan nilai tambah dalam rangka

rehabilitasi dan perbaikan bentang lahan. Sejalan dengan hal ini, pemrakarsa

diarahkan dalam pengelolaannya untuk menggunakan suplier Bahan Galian C yang

telah memenuhi syarat izin dan memiliki UKL dan UPL.

Bagian 4. Dampak lingkungan lanjutan/turunan

1. Kaji dampak lanjutan yang skalanya lebih besar dari dampak primer kegiatan

pembangunan jalan. Illegal logging adalah salah satu dampak nyata yang sudah

terjadi di areal sekitar lokasi pembukaan jalur jalan. Rencanakan pengelolaan dan

koordinasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi kegiatan penebangan hutan

secara illegal.

2. Kaji dan koordinasikan potensi konflik penggunaan/pembukaan jalan dengan

penataan hutan (kebijakan, upaya konservasi, atau tukar pakai yang telah atau akan

dilakukan). Uraikan prosedur alih fungsi hutan yang telah atau akan ditempuh

kegiatan ini.

3. Kaji potensi perubahan land use di sepanjang jalan baru. Rencanakan pengawasan

dan pengaturan yang tepat bagi pemukiman yang biasanya tidak terkontrol

menyerbu DMJ. Koordinasikan dengan instansi yang melakukan pengawasan terhadap

peraturan mengenai tata ruang.

4. Rencanakan pengelolaan lalu lintas (tanda-tanda dan sosialisasi) untuk menjamin

keamanan para pemakai jalan.

Page 27: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

19

5. Kaji potensi peningkatan volume lalu lintas terhadap jalan di luar proyek dan

dampak dari beban kendaraan terhadap kekuatan jalan (misalnya akibat

pengangkutan material dari quarry).

Bagian 5. Tata ruang, fungsi lahan, dan pengembangan wilayah

1. Kaji dan konfirmasikan (dengan instansi terkait) status kepemilikan lahan di

sepanjang trase jalan yang direncanakan dari sisi kepemilikan masyarakat ataupun

dari sisi pembatasan hutan lindung terkait dengan tata guna lahan yang berlaku.

2. Kaji dampak pembangunan jalan terhadap potensi terjadinya pembukaan lahan dan

potensi illegal logging yang akan menyebabkan kerusakan hutan yang selanjutnya

dapat menyebabkan kerusakan tata air. Sarankan penetapan tataguna lahan

terutama untuk fungsi hutan lindung serta upaya pengawasan. Konfirmasikan dengan

instansi terkait definisi “Hutan lindung yang difungsikan sebagai hutan produksi

sementara”. Hindari trase jalan yang melewati hutan lindung jika telah diperoleh

kejelasan penetapannya.

3. Kaji pengaturan pemukiman sepanjang jalan yang ada dengan menerapkan

pentaatan DMJ dan sempadan bangunan agar tidak ada masalah klaim di masa

mendatang dan potensi kecelakaan.

4. Kaji pencadangan/penyediaan lahan untuk rencana pembangunan jalan lingkar Pulau

Simeulue tersebut dan dampaknya kepada kepemilikan lahan di sepanjang rencana

trase jalan tersebut. Sesuaikan lebar DMJ tersebut dengan peraturan yang berlaku

untuk penggunaan jalan. Sarankan untuk melakukan penandaan batas jalan dengan

menggunakan patok tetap agar diketahui secara luas oleh masyarakat dan pengguna

jalan dan disosialisasikan batas patok tersebut dalam rangka pelibatan masyarakat.

5. Prediksikan dampak pembangunan jalan terhadap aglomerasi pemukiman dan

pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan potensi ekonomi yang ada. Hal ini

dijadikan bahan bagi pemerintah daerah untuk menyediakan prasarana bagi

masyarakat.

6. Kaji basis-basis ekonomi di sepanjang ruas rencana jalan untuk mengetahui potensi

masing-masing wilayah dalam mendukung pusat-pusat pengembangan yang ada. Hal

ini penting terkait dengan strategi pengembangan suatu pulau yang rentan terhadap

kerusakan, misalnya ketersediaan air yang terbatas atau menurun akibat hilangnya

Page 28: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

20

hutan. Hal ini diperlukan untuk rencana pengembangan wilayah dan penetapan tata

ruang.

7. Kaji potensi pengembangan wilayah dari sisi komoditas yang dihasilkan dan kaji

dampak dari pengembangan jalan terhadap mobilitas penduduk dan kegiatan

ekonomi Pulau Simeulue.

8. Terkait antara kegiatan perkebunan dan kehutanan, kaji pemanfaatan lahan dan

fungsi hutan produksi serta kemungkinannya untuk diarahkan kepada perkebunan

rakyat yang dapat menjamin ketersediaan sumber daya air.

Bagian 6. Sosial Ekonomi Budaya

1. Kaji dan uraikan peluang dan penggunaan tenaga kerja lokal yang mungkin timbul

sesuai dengan keahlian yang diperlukan selama pekerjaan pembangunan jalan untuk

mengurangi gejolak/kecemburuan sosial.dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial

ekonomi setempat. Kaji pula potensi dampak positif dari kegiatan pembangunan

jalan ini terhadap kegiatan ekonomi mikro setempat.

2. Kaji potensi kesenjangan sosial ekonomi dan budaya dari para pekerja pendatang

dan pekerja setempat serta penduduk lokal. Rencanakan upaya penanganan

dampaknya.

3. Kaji potensi klaim lahan di kiri dan kanan jalan setelah pekerjaan konstruksi jalan

selesai dilaksanakan. Lakukan koordinasi dengan instansi yang mengatur dan

mengendalikan kepemilikan lahan. Kejelasan atas kepemilikan lahan di sekitar trase

jalan akan mempermudah pengelolaan potensi konflik tersebut.

Bagian 7. Lain-lain

1. Rencanakan penanganan lalu lintas untuk keselamatan pengguna jalan dan pekerja.

2. Siapkan SOP untuk penggunaan base camp pembangunan jalan dan pengendalian

potensi terhadap pencemaran air tanah akibat kegiatan base camp tersebut.

3. Uraikan rencana pengelolaan bagi penumpukan material konstruksi dan sampah yang

dihasilkan dari aktifitas pekerja konstruksi jalan.

4. Uraikan upaya-upaya untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja.

Page 29: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

21

Bagian 8. Konsultasi masyarakat

1. Lakukan konsultasi dengan pihak terkait dari pemda/dinas-dinas di lingkungan

Kabupaten Simeulue terutama instansi yang menangani kehutanan (untuk klarifikasi

fungsi hutan lindung dan kegiatan penebangan pohon bagi kebutuhan jalur jalan

ataupun pengawasan penebangan liar), Bappeda (untuk perencanaan pengembangan

wilayah), BPN (untuk pengaturan alokasi lahan dan potensi klaim lahan dari

masyarajat), PU (untuk rencana jaringan jalan dan penataan pemukiman), Dinas

Perikanan dan Kelautan (untuk potensi pengembangan perikanan tangkap), Dinas

Ketertiban dan Kebersihan (yang menangani masalah lingkungan), Dinas Perhubungan

Darat (untuk pengendalian lalu lintas).

2. Lakukan konsultasi dengan masyarakat lokal, terutama penduduk di sekitar Kampung

Aie, Nasreuhe, Langi, dan Sibigo sehingga masyarakat mendapat informasi yang

memadai tentang rencana pembangunan di sekitar tempat tinggal mereka dan dapat

berpartisipasi menuju pembangunan masyarakat yang ideal. Tampung berbagai

usulan dari masyarakat dan kaji implikasinya terhadap kegiatan pembangunan jalan

Lingkar Pulau Simeulue sehingga semua pihak mendapatkan manfaat.

Bagian 9. Wilayah studi

Pemrakarsa kegiatan pembangunan jalan Lingkar Pulau Simeulue harus menetapkan

batas-batas wilayah studi sebagaimana lazimnya dilakukan di dalam suatu studi ANDAL

untuk memastikan pelaksanaan studi yang fokus dan tepat serta efektif. Batas-batas

studi kemudian digunakan untuk memilih titik-titik sampel untuk keperluan pengambilan

data primer dan sekunder guna kebutuhan penelitian dan pengkajian serta prediksi

dampak. Selain mengacu kepada definisi batas-batas wilayah studi yang berlaku, setiap

penarikan garis batas pada peta dengan skala yang memadai harus dilengkapi dengan

alasan yang tepat dan rasional. Alasan serta justifikasi tersebut harus juga dilakukan

pada saat menentukan titik-titik sampel yang berada di dalam resultante batas wilayah

studi yang dimaksud.

Dalam menentukan batas-batas wilayah tersebut, pemrakarsa agar mempertimbangkan

hal-hal sebagai berikut:

1. Batas proyek

Batas proyek agar berkonsentrasi pada DMJ yang dikaji terhadap tata ruang dan klaim

masyarakat yang mungkin timbul di masa mendatang. Batas proyek juga harus

mempertimbangkan area quarry untuk penyediaan material jalan dengan jarak yang

Page 30: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

22

memadai dari kegiatan/aktifitas fisik pada masing-masing komponen kegiatan

(terkecuali jika pengelolaan quarry dilakukan oleh pemrakarsa lain atau pihak ketiga).

2. Batas ekologis

Penentuan batas ekologis agar mempertimbangkan keberadaan berbagai badan air (DAS)

di sekitar lokasi trase jalan. Batas ekologis juga agar mempertimbangkan arah angin

dominan (yang dianalisis melalui kajian wind rose) di sekitar lokasi kegiatan guna

memperkirakan dampak penyebaran emisi debu. Selain itu, batas ekologis harus

mempertimbangan keberadaan/lokasi hutan lindung yang terdekat atau berbatasan

dengan batas proyek. Bentuk batas ekologis harus dapat dijelaskan secara ilmiah

mengapa garis batas tersebut dipilih.

3. Batas administrasi

Batas administrasi agar difokuskan pada wilayah administrasi seluruh kecamatan yang

dilalui proyek ini yaitu Kecamatan Teupah Barat, Simeulue Tengah, Salang, Alapan dan

Simeulue Barat walaupun terbuka kesempatan untuk menarik batas yang lebih luas

selama penentuan tersebut dapat dijelaskan secara rasional. Penentuan batas

administrasi ini sedapat mungkin harus mengacu pada rencana tata ruang Kabupaten

Simeulue serta memperhitungkan kewenangan pengawasan dari wilayah administrasi

terhadap dampak yang mungkin timbul seperti halnya kegiatan penebangan hutan secara

liar (illegal logging)..

4. Batas sosial

Batas sosial agar difokuskan pada pemukiman di daerah-daerah Kampung Aie, Nasreuha,

Langi, dan Sibigo. Batas-batas atau tempat-tempat konsentrasi interaksi sosial tersebut

dapat saja dikembangkan jika terdapat informasi lain yang lebih menentukan. Jelaskan

pula mengapa batas-batas tersebut dipilih. Pertimbangkan pula rencana-rencana

pemukiman yang ada pada rencana tata ruang Kabupaten Simeulue.

Sebagai hasil akhir, penentuan keseluruhan batas studi merupakan delineasi wilayah

studi sebagai resultante dari batas-batas di atas. Penentuan resultante ini agar

dilakukan dengan alasan dan justifikasi yang rasional bukan sekedar menarik garis

terluar dari keseluruhan batas-batas yang ada.

Penggambaran batas wilayah studi diharapkan menggunakan peta-peta yang

representatif, jelas, dan sesuai tema pembahasannya. Sebagai hasil akhir penentuan

batas wilayah studi, resultante tersebut kemudian digunakan untuk menetapkan lokasi-

lokasi atau titik-titik sampling berdasarkan alasan-alasan yang kuat.

Page 31: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

23

Bagian 10. Kepakaran yang diperlukan

Dalam studi ANDAL ini agar pemrakarsa dapat menunjuk pelaksana studi yang memiliki

kompetensi dan keahlian yang sesuai dengan bidang yang ditelitinya. Secara minimal

(dapat dikembangkan sesuai kebutuhan), tim studi ANDAL untuk kegiatan pembangunan

jalan Lingkar Pulau Simeulue harus memiliki tenaga-tenaga ahli sebagai berikut:

1. Ahli Jalan dan transportasi,

2. Ahli Ekonomi pembangunan,

3. Ahli Pembangunan wilayah,

4. Ahli Sosial Budaya ,

5. Ahli Kesehatan Masyarakat,

6. Ahli Biologi/Kehutanan,

7. Ahli Hidrologi,

8. Ahli Manajemen Lingkungan,

9. Ahli Geologi.

Ketua dipilih dari tenaga-tenaga ahli tersebut di atas dan harus bersertifikat AMDAL

penyusun

VI. Daftar Lampiran

Lampiran 1: Deskripsi kegiatan pembangunan jalan Lingkar Pulau SimeulueLampiran 2: Foto hasil observasi lapanganLampiran 3: Hasil pembahasan oleh Komisi Penilai AMDAL Propinsi NAD tanggal 23

Nopember 2006Lampiran 4: Surat Perintah Tugas (SPT) Tim Teknis AMDAL Khusus

Page 32: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

LAMPIRAN

Page 33: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

LAMPIRAN 1

Page 34: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

LAMPIRAN 1

Deskripsi kegiatan pembangunan jalan Lingkar Pulau Simeulue(Berdasarkan dokumen yang disampaikan oleh Satker BRR)

Page 35: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

LAMPIRAN 2

Page 36: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

LAMPIRAN 2Foto hasil observasi lapangan

Foto 1. Jalur jalan eksisting dari arahNasreuhe menuju Lafakha. Nampakkondisi jalan sangat buruk dan halini terjadi di banyak ruas jalan yangmemerlukan perawatan.

Foto 2. Jalur jalan eksisting dari arahNasreuhe menuju Lafakha. Nampakkondisi jalan yang terendam yangmemerlukan perawatan.

Foto 3. Selain kondisi jalan yang rusakberat, banyak jembatan yang putusdan memerlukan perbaikan yangsangat besar.

Page 37: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

Foto 4. Titik awal pembangunan proyekdengan besaran 30 km yang dimulaipada STA 10,4 dari Nasreuhe.

Foto 5. Pekerjaan pembukaan trase jalan(cut and fill) di STA 24 Lafakhayang telah dimulai kegiatankonstruksinya sebelum studi ANDALselesai dilaksanakan.

Foto 6. Titik akhir bukaan trase jalan yangdapat dipantau pada kira-kira STA24 dari Nasreuhe menuju Sibigo.Nampak potensi dampak akibatpembukaan trase jalan seperti erosidan sedimentasi.

Foto 7. Pemadatan yang kurang baik sertapengaturan kemiringan lereng padabahu jalan dapat menimbulkanerosi kepada badan jalan (STA 24)

Page 38: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

Foto 8. Penumpukan material konstruksijalan yang tidak dilindungi padabadan jalan dapat menghanyutkanmaterial akibat kegiatan lalu lintasdan akibat aliran air permukaanserta dapat menimbulkan potensikecelakaan bagi pengguna jalan.

Foto 9. Flora yang terkena dampak, potensilongsoran dan erosi akibatkestabilan lereng serta potensisedimentasi di badan airpermukaan.

Foto 10. Kestabilan dan potensi longsoran ditebing di pinggir trase jalan yangbaru dibuka sebelum dikelolamenggunakan teknik yang tepat.

Foto 11. Proses pemadatan dan penggunaanmaterial yang kurang tepat dapatmenimbulkan potensi longsoran,retakan badan jalan dan erosi sertasedimentasi pada badan air.

Page 39: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

Foto 12. Terdapat banyak badan airpermukaan (terutama sungai) yangmemerlukan perhatian agar tidakterkena pencemaran selamadilakukan pemeliharaan danpeningkatan jalan.

Foto 13. Penggunaan batu karang sebagaibahan konstruksi yang telahdilarang oleh pemerintah daerahsetempat.

Foto 14. Kegiatan penambangan bahangalian C untuk material konstruksijalan yang dilakukan di muara olehpihak ke tiga ataupun olehkontraktor jalan dapatmenimbulkan dampak jika tidakdikelola.

Foto 15. Lokasi pengambilan bahankonstruksi dari pantai yangmeninggalkan lubang-lubang yangtidak dikelola dengan baik.

Page 40: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

Foto 16. Lokasi pengambilan material galianC di daerah perbukitan yang jugaharus dikelola dengan baik.

Foto 17. Potensi lokal kebun cengkeh yangmemerlukan pengembangankembali sejalan denganpengembangan wilayah di PulauSimeulue.

Foto 18. Potensi lokal kebun kelapa yangmemerlukan pengembangan danperemajaan kembali sejalandengan pengembangan wilayah diPulau Simeulue.

Foto 19. Potensi lokal ternak kerbau dansapi yang memerlukanpengembangan sejalan denganpengembangan wilayah di PulauSimeulue.

Page 41: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

Foto 20. Potensi lokal jasa perdagangan disalah satu simpul perkembanganKampung Aie yang memerlukanpengembangan sejalan denganpengembangan wilayah di PulauSimeulue.

Foto 21. Potensi witasa bahari yangmemerlukan perencanaan yang baikterkait dengan penyediaan saranaakses jalan menuju lokasi tersebut.

Foto 22. Potensi terumbu karang di sekitarPulau Simelue dilihat dari udarayang perlu dijaga kelestariannya.

Page 42: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

Foto 23. Potensi lokal perkebunan kelapasawit yang memerlukan aksestransportasi, namun jika tidakdirencanakan dan dikelola denganbaik dapat menimbulkan potensihama dan merusak hutan.

Foto 24. Potensi hutan yang masih sangatbesar di Pulau Simeulue yangmemerlukan perencanaan yang baikdari sisi eksploitasinya ataupunperlindungannya.

Page 43: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

LAMPIRAN 3

Page 44: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

LAMPIRAN 3

Hasil rapat pembahasan oleh Komisi Penilai AMDAL Propinsi NAD pada tanggal 23Nopember 2006

Rapat pembahasan draft dokumen Kerangka Acuan ANDAL untuk Rehabilitasi dan

Rekonstruksi Jalan Lingkar Pulau Simelue telah selesai dilakukan pada tanggal 23

Nopember 2006. Berbagai tambahan dan perbaikan dari Komisi Penilai AMDAL sedapat

mungkin diakomodasi di dalam perbaikan dokumen KA ANDAL Final. Selain berbagai

masukan untuk perbaikan dokumen KA ANDAL, terdapat pula berbagai masukan kepada

pemrakarsa yang menyangkut uraian rencana kegiatan yang harus lebih lengkap, dan

klarifikasi atau koordinasi penggunaan hutan kepada dinas kehutanan karena

kemungkinan melalui taman nasional, dsb.

Untuk keperluan tersebut, lampiran ini memberikan penjelasan dan penegasan terhadap

berbagai hal yang diperhatikan oleh para anggota Komisi Penilai. Di bawah ini diberikan

berbagai penjelasan sesuai dengan kelompok bahasan yang menjadi perhatian.

Klarifikasi proses AMDAL yang ditempuh, mekanisme penyusunan KA ANDAL

Anggota Komisi Penilai menyoroti hal-hal sebagai berikut:

Isu utama dipandang tidak jelas demikian pula terdapat pengulangan penyebutan isu

utama. Pencantuman isu utama agar lebih jelas dan ditambahi dengan matriks

misalnya.

KA ANDAL ini tidak jelas metode yang digunakannya.

Terdapat anggota Komisi yang memandang bahwa penyusunan KA ANDAL ini kurang

tepat dengan menggunakan model instruksi.

Tim Teknis diharapkan melengkapi dengan diagram alir karena dipandang lebih

sederhana. Demikian pula batas wilayah studi agar didelineasi dengan lebih pasti.

Tim teknis mengakui kemungkinan adanya perbedaan pandangan tentang kejelasan isu-

isu penting di dalam KA ANDAL. Tim teknis telah membahas isu-isu ini dan

mengelompokannya melalui diskusi kelompok. Berbagai asumsi dan pandangan dari

pihak lain sangat mungkin terjadi dalam menterjemahkan isu-isu yang disampaikan. Hal

ini harus dapat dielaborasi dengan baik oleh pelaksana studi ANDAL pada saat pelaporan

atau penyusunan dokumen AMDAL. Hal yang paling penting adalah bahwa penyusun

AMDAL dapat memahami isu penting yang disampaikan dan memberikan

jawaban/justifikasi ilmiah terhadap isu yang hasil dari pelingkupan tim teknis.

Page 45: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

Penggunaan kalimat perintah sudah dibahas berulang-ulang dan tidak seharusnya

dipermasalahkan, hal ini memang diarahkan sesuai dengan cara baru penyusunan KA

ANDAL sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri 308/2005. Demikian halnya

dengan usulan penggunaan diagram alir, hal ini hanyalah sebagai alat yang tidak harus

ditayangkan karena yang terpenting adalah bahwa isu-isu penting sudah tercantum di

dalam proses pelingkupan oleh Tim Teknis. Di dalam penyusunan KA ANDAL sesuai

dengan peraturan tersebut memang tidak disebutkan (dan tidak diharapkan) tim teknis

untuk menetapkan secara kaku metode studi yang harus dilakukan. Hal ini akan

sepenuhnya diserahkan kepada pelaksana studi dan penyusun ANDAL dengan

menerapkan kaidah ilmiah yang berlaku untuk setiap hal yang dianalisis. Peraturan

Menteri LH 308/2005 memberi keleluasaan cara penulisan selama hal tersebut dapat

dipahami dengan baik oleh semua pihak yang terlibat.

Deskripsi kegiatan

Rencana kegiatan dianggap tidak jelas. Demikian pula bahwa AMDAL belum dilakukan

tapi proyek sudah ada.

Kepentingan proyek belum dijelaskan.

Koordinat lokasi kegiatan tidak jelas dan tidak disebutkan.

Dalam deskripsi proyek koordinat yang dicantumkan berbeda.

Informasi tentang ketersediaan material batuan dari quarry bisa ditempuh dari Sibigo

ke Teluk Dalam.

Perlu konfirmasi bahwa kebun sawit yang disebutkan adalah milik PDKS (di Tepah

Dalam).

Batu karang gunung dapat digunakan bukan karang (dari pantai) asal tidak

mengganggu ekosistem.

Harus ada kejelasan mengapa jalan ini dibangun, harap mengacu pada rencana tata

ruang.

Untuk status hutan agar berkoordinasi dengan dinas kehutanan.

Deskripsi kegiatan tidak jelas misalnya tentang panjang dan lebar jalan rencana

serta luasan lahan. Hal ini akan mempengaruhi komponen lainnya seperti

pembebasan.

Perlu penjelasan tentang rencana ruas jalan, alternatif pelapisan dan potensi

kerusakan lingkungan akibat operasi quarry.

Page 46: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

Terhadap masukan di atas, Tim Teknis setuju bahwa hal-hal tersebut harus dilengkapi

dan diperbaiki. Hal ini terutama harus dilengkapi oleh Pemrakarsa dan Konsultan ANDAL

pada saat penyusunan dokumen ANDAL karena Tim Teknis hanya bertugas mengarahkan

dan tidak mengumpulkan data secara intensif pada tahap awal penyusunan KA ini. Untuk

itu pemrakarsa diminta untuk memberikan gambaran rencana kegiatan yang sejelas-

jelasnya dan rinci di dalam dokumen ANDALnya. Hal ini termasuk klarifikasi besaran

rencana kegiatan yang akan dilakukan, kepentingan dan alasan perlunya pembangunnan

jalan ini, titik-titik koordinat komponen proyek, dsb.

Penulisan/penyajian dalam KA ANDAL

Gambar citra satelit di dalam laporan tidak terlihat dengan jelas (hitam)

Peta topografi seharusnya menggunakan skala 1:10 hingga 1:25 menggunakan peta

yang bagus sesuai kaidah penyusunan peta.

Jika ada kasus pencemaran udara atau longsor, harus jelas koordinatnya dimana,

sedimentasinya kemana dan dimana lokasi jembatan yang akan dibangun.

KA ANDAL dipandang tidak operasional.

Isu lingkungan yang ditampilkan cenderung mengulang dari KA ANDAL yang lalu.

Koreksi terhadap istilah struktur geologis, seharusnya geologis struktur.

Kesalahan penulisan pada deskripsi kegiatan dari pemrakarsa: ”perk”.

Sebelum melakukan pelingkupan agar dilakukan screening terlebih dahulu.

Batas wilayah studi agar dibuat secara rinci dan pasti di kabupaten mana saja.

Pengumuman agar segera dilakukan.

Dalam hal kejelasan gambar di dalam draft KA ANDAL yang dibagikan kepada anggota

komisi, tim teknis menyesal bahwa copy dari laporan tersebut tidak jelas. Tanpa

bermaksud melimpahkan kekurangan ini, tim teknis tidak memperbanyak dokumen

karena terdapat pembagian tugas dengan administrasi di Bapedalda. Namun tim teknis

setuju bahwa hasil akhir dari dokumen KA ANDAL ini harus dicetak dan diperbanyak

dengan sebaik-baiknya. Hal yang juga dapat ditempuh adalah penyediaan dokumen

dalam bentuk piranti lunak (softcopy, bentuk acrobat/pdf) sehingga mudah untuk dibaca

dan dapat disebarluaskan dengan baik kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Peta-peta harus dilengkapi dengan peta tematik relevan yang memiliki kualitas dan

skala yang memadai. Penggunaan peta pada dokumen KA ANDAL hanya ditujukan untuk

memberikan arahan dan orientasi. Demikian pula peristilahan teknis yang digunakan

Page 47: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

agar mengacu pada kaidah ilmu yang terkait dengan pembangunan jalan karena Tim

Teknis menyampaikan uraian rencana kegiatan hanya berdasarkan pada istilah-istilah

yang terdapat di dalam deskripsi kegiatan yang sangat terbatas yang bersumber dari

Pemrakarsa.

Tim teknis berpendapat bahwa kesan pengulangan isu yang ditampilkan sangat mungkin

terjadi, terutama untuk kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di Provinsi NAD. Hal ini

terjadi karena jumlah kegiatan pembangunan jalan cukup banyak dan berulang-ulang

dalam waktu yang relatif singkat dan berurutan. Lebih buruk lagi jika pembahasan

komisi dilakukan secara berurutan pula dengan pihak-pihak yang relatif sama. Hal ini

akan menimbulkan sikap mekanistis dan kurang tajamnya evaluasi karena berulangnya

pembahasan kegiatan yang serupa. Upaya untuk memisahkan dan memvariasikan

pembahasan telah dilakukan namun terkendala oleh jangka waktu bantuan program dan

pendanaan untuk AMDAL khusus ini. Namun demikian, para ahli yang bergabung di dalam

tim teknis telah berusaha sekuat mungkin untuk memunculkan isu spesifik dari masing-

masing rencana kegiatan walaupun kegiatan tersebut serupa. Hal ini seiring dengan

prinsip AMDAL “site specific”. Walaupun ada beberapa kesamaa isu (karena sektor yang

dibahas sama), namun ada juga isu-isu lain yang berbeda antara rencana pembangunan

suatu jalan dengan jalan yang lainnya. Namun demikian, tidak dapat dihindari pula jika

isu serupa muncul dalam beberapa KA ANDAL, terutama jika tim teknis tidak hati-hati

dan mencontoh dokumen KA ANDAL lainnya. Merupakan peran komisi penilai untuk

memastikan bahwa hal ini tidak terjadi di Provinsi NAD.

Berbagai koreksi semantik dan kesalahan penulisan telah dicoba untuk diperbaiki.

Namun demikian, kesalahan pengetikan diharapkan tidak mengganggun pesan

keseluruhan jika dibaca dengan cermat dalam paragraf yang bersangkutan. Pembaca dan

pengguna KA ANDAL ini diharapkan menggunakan dokumen ini secara kritis,

menambahkan informasi yang kurang, serta menganalisisnya dengan baik.

Tim teknis tidak akan memberikan batasan definitif terhadap batas wilayah studi karena

tidak dimungkinkan dengan waktu yang terbatas dan tanpa dilengkapi dengan alasan

ilmiah seperti perhitungan arah angin dominan dan lainnya seperti karakteristik sungai.

Dalam hal ini, setiap keahlian memerlukan argumentasi ilmiah. Tim Teknis untuk KA

ANDAL ini berpendapat bahwa tugas tim hanya memberikan arahan minimal untuk

penentuan batas wilayah studi bagi konsultan penyusun sehingga proses penentuan batas

akan lebih fokus.

Page 48: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

Tim teknis setuju agar pengumuman rencana kegiatan merupakan prioritas yang harus

segera dilakukan oleh pemrakarsa sebelum studi ANDAL dilakukan dan konsultasi

masyarakat dilaksanakan seiring dengan studi ANDAL tersebut.

Dokumen AMDAL

RKL RPL akan digunakan untuk memperkirakan biaya untuk anggaran pengelolaan

dan untuk persetujuan rencana kegiatan secara keseluruhan. Untuk itu KA harus

memberikan arahan yang jelas.

Perlu penambahan tenaga ahli geologi dan ahli kesehatan masyarakat. Tenaga ahli

planologi dipandang tidak diperlukan dan dihilangkan. Disamping itu diperlukan

kajian kegempaan.

Harus dilakukan uji holistis dalam evaluasi AMDAL.

Adanya harapan agar pada saat pembahasan, penyusun ANDAL tidak dikritik secara

mendalam (”habis-habisan”).

Seluruh masukan untuk tahap penyusunan dokumen AMDAL sangat didukung oleh tim

teknis. RKL RPL harus disusun dengan kaidah yang sudah dipahami dan sesuai dengan

pedoman yang berlaku. Demikian pula kajian dan evaluasi holistik dalam analisis

dampak, harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Demikian pula tambahan tenaga ahli

telah dipertimbangkan untuk diadopsi dalam KA ANDAL ini.

Tim teknis berpendapat bahwa pertemuan pembahasan dokumen AMDAL dalam sidang

Komisi Penilai bukan merupakan arena untuk menyalahkan suatu pihak secara

berlebihan namun merupakan forum komunikasi dan perbaikan materi di dalam

dokumen AMDAL. Seluruh pihak diharapkan dapat memberikan masukan yang tepat guna

penyempurnaan dokumen AMDAL. Dari pengamatan pertemuan komisi di Provinsi NAD,

suasana diskusi sudah nampak berjalan baik dan melibatkan secara aktif seluruh peserta

diskusi. Karena pada prinsipnya pembahasan dilakukan untuk menyempurnakan

dokumen, maka diskusi harus berjalan secara ilmiah dan didukung data serta

pengalaman para peserta yang hadir untuk dituangkan ke dalam dokumen AMDAL.

Mudah-mudahan kecenderungan diskusi yang baik ini dapat terus berkembang dan

menjadi lebih baik di masa mendatang.

Page 49: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue

Lampiran 4

Surat Perintah Tugas (SPT) Tim Teknis AMDAL Khusus

Page 50: 20070100 KA ANDAL Jalan Lingkar Simeulue