2. Surat Edaran Pedoman Penyusunan Rka Skpd Ta 2015
-
Upload
menjaga-hati -
Category
Documents
-
view
212 -
download
1
description
Transcript of 2. Surat Edaran Pedoman Penyusunan Rka Skpd Ta 2015
Lumajang, 19 Agustus 2014
K e p a d aYth. 1. Sekretaris DPRD;
2. Inspektur Kabupaten Lumajang;3. Direktur RSUD dr. Haryoto;4. Kepala Badan/Dinas/Kantor;5. Kepala Satuan Polisi PP;6. Kepala Bagian di lingkungan
Sekretariat Daerah Kab Lumajang;7. Camat se-Kabupaten Lumajang;8. Lurah se-Kecamatan Lumajang;9. Kepala Unit Kerja di Lingkungan
Dinas Kesehatan dan DinasPendidikan.
di -L U M A J A N G
SURAT EDARAN
NOMOR SE-900/1016/427.36/2014
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN (RKA) SKPDTAHUN ANGGARAN 2015
I. PendahuluanSesuai dengan Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan APBD 2015
yang tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah diubah terakhir
kalinya dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 serta
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan APBD TA 2015 maka dalam rangka mempercepat proses
penyusunan RKA SKPD diterbitkan Surat Edaran Bupati tentang Pedoman
Penyusunan RKA SKPD TA 2015 kepada Seluruh SKPD dan RKA PPKD TA
2015 kepada SKPKD berdasarkan Nota Kesepakatan KUA dan PPAS Tahun
2015 yang telah disetujui antara DPRD dengan Bupati.
BUPATI LUMAJANG
2
Surat Edaran dimaksud dibuat dalam rangka memadukan, sinkronisasi
dan menjamin keselarasan pelaksanaan program dan kegiatan yang pro poor,
pro job dan pro growth secara adil dan merata dengan memperhatikan
sinergisitas antara pemerintah pusat, propinsi dan pemerintah kabupaten
maupun antar SKPD lingkup Pemerintah Kabupaten Lumajang.
Oleh sebab itulah pedoman penyusunan RKA sangat diperlukan, sebagai
acuan Kepala SKPD beserta jajarannya dalam menyusun RKA SKPD TA 2015.
II. Prioritas Pembangunan Daerah Tahun 2015Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)
merupakan bagian penting dari mekanisme tahunan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan di daerah sebagaimana telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional serta Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Proses penyusunan PPAS yang berlandaskan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lumajang Tahun 2015-2019,
dimulai dari penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) melalui
forum musyawarah perencanaan pembangunan pada semua tingkatan mulai dari
desa, kecamatan, satuan kerja perangkat daerah (SKPD) serta kabupaten, yang
merupakan penjabaran agar dapat dicapai hasil yang optimal. Selanjutnya dari
RKPD disusun Kebijakan Umum APBD (KUA) yang memuat kerangka ekonomi
makro daerah yang meliputi perkembangan indikator ekonomi makro daerah
pada tahun sebelumnya dan rencana target ekonomi makro pada tahun
perencanaan, asumsi dasar yang digunakan dalam APBD, laju inflasi,
pertumbuhan PDRB, gaji PNS, kebijakan pendapatan daerah, belanja daerah
serta pembiayaan daerah dan didetailkan pada program dan kegiatan yang
dituangkan dalam PPAS-APBD.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah diubah terakhir kalinya
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 mengamanatkan
pula bahwa prinsip dasar pelaksanaan otonomi yang mengarah pada terciptanya
kepemerintahan yang baik (GOOD GOVERNANCE). Maka penyusunan PPAS-
APBD makin diupayakan untuk memenuhi azas Tertib, Taat pada perundang-
undangan, Efektif, Efisien, Ekonomis, Transparan dan Bertanggung jawab
dengan memperhatikan azas Keadilan, Kepatutan, dan Manfaat.
3
Tujuan penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)
APBD TA 2015 adalah :
a. Sinkronisasi dan keterpaduan program kegiatan Kabupaten Lumajang dengan
Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Pusat yang didasarkan atas prioritas
pembangunan yang telah ditetapkan.
b. Sebagai penjabaran dari Kebijakan Umum Anggaran dan Belanja Daerah
Tahun 2015.
c. Sebagai dasar acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran oleh
Satuan Kerja Perangkat Daerah dengan pagu maksimal pada setiap
rancangan program dan kegiatan Tahun Anggaran 2015 yang disepakati.
Adapun program prioritas pembangunan daerah Tahun 2015 adalah
sebagai berikut :
1. Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas
a. Meningkatkan angka APM SMA dan Angka melanjutkan siswa SMP ke
SMA
b. Menuntaskan penanganan buta huruf khususnya untuk usia yang masih
produktif
c. Melanjutkan BOS Madrasah Diniyah (Madin)
d. Meningkatkan kesejahteraan Guru Non NIP dan Pesuruh Sekolah
e. Menaikkan bantuan operasional SMA/SMK
f. Mendirikan Perguruan Tinggi Negeri di Lumajang
g. Menciptakan 1 (satu) Kecamatan 1 (satu) Sekolah Dasar Unggulan
2. Peningkatan akses masyarakat terhadap kesehatan yang berkualitas
a. Melanjutkan Program 1 (satu) Desa 1 (satu) Ambulance
b. Membangun Rumah Sakit Umum Daerah di Kecamatan Pasirian
c. Memberikan pelayanan kesehatan gratis Rawat Inap untuk Lansia di
Puskesmas
d. Memantapkan GERBANGMAS SIAGA
e. Memberikan fasilitas Ambulance Ponkestren
f. Meningkatkan semua Puskesmas menjadi Rawat Inap
g. Penggratisan biaya kesehatan melalui SKTM bagi Keluarga Miskin yang
tidak memiliki Jamkesmas dan Jamkesda.
3. Revitalisasi pertanian dan peningkatan ketahanan pangan berbasis
pemberdayaan masyarakat
a. Meningkatkan penggunaan Pupuk Organik
b. Menciptakan pengamanan Harga Gabah yang menguntungkan petani
melalui penyediaan 1 (satu) Desa 1 (satu) Lumbung Pangan
c. Melakukan pemberdayaan semua Kelompok Tani (Poktan)
d. Meningkatkan nilai tambah produk pertanian
4
e. Meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya hutan dalam rangka
mengembangkan perekonomian masyarakat dengan berbasis
pengelolaan hutan secara lestari dan berkelanjutan.
4. Pembentukan daerah tujuan wisata yang kompetitif melalui pengembangan
budaya daerah
a. Mengembangkan tujuan/tempat pariwisata dan seni budaya lokal
b. Mengembangkan 1 (satu) kecamatan 1 (satu) desa wisata.
5. Pengembangan ekonomi berbasis kelompok dalam rangka mewujudkan
kemandirian dan daya saing daerah
a. Melanjutkan pemberian pinjaman dana bergulir tanpa bunga bagi
kelompok usaha masyarakat dan menyediakan tempat bagi PKL sesuai
dengan kawasan perdagangan dan jasa pada Perda Tata Ruang
b. Mengembangkan 1 (satu) kecamatan 1 (satu) sentra batik Lumajang dan
produk unggulan lainnya
c. Meningkatkan pembinaan kepemudaan dan keolahragaan.
6. Intensifikasi, eksplorasi dan pendayagunaan potensi-potensi Sumber Daya
Alam dan pemanfaatan sumber energi dengan memperhatikan keberlanjutan
serta kelestarian lingkungan hidup
a. Memaksimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang
berwawasan lingkungan
b. Melanjutkan program semua desa sudah dialiri listrik.
7. Peningkatan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan
a. Meningkatkan konstruksi seluruh ruas jalan kabupaten dari aspal menjadi
hotmix
b. Pemeliharaan dan peningkatan jalan-jalan desa/lingkungan, jembatan,
dan lain-lain
c. Mengentaskan pemenuhan kebutuhan dasar kawasan padat, kumuh dan
miskin
d. Perluasan Penerangan Jalan Umum (PJU).
8. Peningkatan tata kelola Pemerintahan Daerah dan pelayanan publik
a. Memantapkan dan Mengimplementasi 3 Dimensi
Dimensi Ketuhanan
Dimensi Kepemimpinan
Dimensi Kedisiplinan
b. Meningkatkan kualitas SDM aparatur pemerintah dan perangkat desa
c. Menaikkan honorarium RT/RW dan meningkatkan kualitas SDM-nya
d. Merpercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan pada unit-unit
pelayanan, salah satunya dengan menetapkan Zona Pakta Integritas
(Wilayah Pelayanan Bebas Pungli).
5
9. Penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan sosial
masyarakat
a. Memberikan bantuan sosial santunan uang duka bagi warga miskin yang
meninggal
b. Merehabilitasi rumah tidak layak huni bagi masyarakat
c. Meningkatkan kesejahteraan Guru Ngaji
d. Meningkatkan pengelolaan distribusi raskin dari titik distribusi ke lokasi
masyarakat penerima (RT/RW/Dusun).
III. Pokok Pokok Penyusunan RKA SKPD Tahun 2015Pokok-pokok kebijakan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RKA
SKPD tahun 2015 terkait dengan Pendapatan dan Belanja SKPD adalah sebagai
berikut :
A. Pengelolaan Pendapatan Asli DaerahPendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan
yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum
penerimaannya. Terhadap penetapan target pendapatan asli daerah,
berdasarkan perhitungan yang akurat atas potensi penerimaan yang menjadi
kewenangan SKPD, sehingga penentuan dan penetapan yang dianggarkan
dalam APBD secara rasional dapat tercapai dalam satu tahun anggaran.
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari PAD
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Kondisi perekonomian yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya,
perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015 dan realisasi
penerimaan PAD tahun sebelumnya, serta ketentuan perundang-
undangan terkait.
2. Tidak memberatkan masyarakat dan dunia usaha.
3. Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu
Perda Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
sehingga dilarang menganggarkan penerimaan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah yang bertentangan dengan Perda Nomor 4 Tahun 2011
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
4. Penerimaan atas jasa layanan kesehatan masyarakat yang dananya
bersumber dari hasil klaim kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) pada Puskesmas di bawah Dinas Kesehatan, dianggarkan pada
akun pendapatan, kelompok pendapatan PAD, jenis pendapatan
Retribusi Daerah, obyek pendapatan Retribusi Jasa Umum, rincian objek
pendapatan Retribusi Pelayanan Kesehatan.
5. Rasionalitas hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan atas
penyertaan modal atau investasi daerah lainnya, dengan
6
memperhitungkan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan, baik dalam
bentuk uang maupun barang sebagai penyertaan modal (investasi
daerah) sesuai dengan tujuan penyertaan modal dimaksud.
6. Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(PPK BLUD). Penerimaan BLUD RSUD dr. Haryoto dianggarkan dalam
jenis Pendapatan Lain-lain PAD Yang Sah, Objek Pendapatan dari
BLUD, rincian objek pendapatan BLUD RSUD dr. Haryoto. Penerimaan
BLUD Akademi Keperawatan dianggarkan dalam jenis Pendapatan Lain-
lain PAD Yang Sah, Objek Pendapatan dari BLUD, rincian objek
pendapatan BLUD Akademi Keperawatan.
7. Pendapatan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada
puskesmas dianggarkan dalam jenis Pendapatan Lain-Lain PAD Yang
Sah, Obyek Dana Kapitasi JKN pada FKTP, rincian obyek Dana Kapitasi
JKN pada masing-masing puskesmas sesuai kode rekening berkenaan.
B. Pengelolaan Dana PerimbanganPenganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Penganggaran Dana Bagi Hasil Pajak (DBH-Pajak) yang terdiri atas DBH
Pajak Bumi dan Bangunan (DBH-PBB) selain PBB Perkotaan dan
Perdesaan, DBH Pajak Penghasilan (DBH-PPh) dan DBH-Cukai Hasil
Tembakau (DBH-CHT) dianggarkan sesuai Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Perkiraan Alokasi DBH-Pajak Tahun Anggaran 2015.
Penggunaan DBH-CHT diarahkan untuk meningkatkan kualitas bahan
baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi
ketentuan di bidang cukai dan/atau pemberantasan barang kena cukai
palsu (cukai ilegal) sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan yang
dijabarkan dengan keputusan gubernur. Sehubungan dengan hal
tersebut agar Bagian Ekonomi sebagai sekretariat/koordinator DBH-CHT
di Kabupaten Lumajang, segera mengkoordinasikan dengan SKPD
terkait tentang jenis kegiatan dan besaran anggaran masing-masing
kegiatan untuk disesuaikan dalam RKA SKPD yang menangani DBH-
CHT.
2. Pendapatan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA), yang
terdiri atas DBH-Kehutanan, DBH-Pertambangan Umum, DBH-
Perikanan, DBH-Minyak Bumi, DBH-Gas Bumi, dan DBH-Panas Bumi
dianggarkan sesuai Peraturan Menteri Keuangan mengenai Perkiraan
Alokasi DBH-SDA Tahun Anggaran 2015.
7
3. Penganggaran Dana Alokasi Umum (DAU) dialokasikan sesuai Peraturan
Presiden tentang Dana Alokasi Umum Daerah Propinsi, Kabupaten, dan
Kota Tahun Anggaran 2015.
4. Penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) dianggarkan sesuai
Peraturan Menteri Keuangan tentang Alokasi DAK Tahun Anggaran
2015.
SKPD penerima DAK Tahun Anggaran 2015 dapat melakukan
optimalisasi penggunaan DAK dengan merencanakan dan
menganggarkan kembali kegiatan DAK Tahun Anggaran sebelumnya.
Sisa DAK yaitu dana DAK yang telah disalurkan pemerintah kepada
pemerintah daerah dan tidak seluruhnya habis digunakan, sedangkan
target kinerja kegiatan DAK sudah tercapai dan/atau target kinerja
kegiatan DAK belum tercapai, dianggarkan dalam APBD TA 2015
dengan ketentuan :
a. Apabila target kinerja kegiatan DAK sudah tercapai, sisa DAK
dimaksud dianggarkan dalam APBD TA 2015 untuk menambah
volume/target capaian program dan kegiatan pada bidang DAK yang
sama dan/atau untuk mendanai kegiatan pada bidang DAK tertentu
sesuai prioritas nasional dengan menggunakan petunjuk teknis tahun
anggaran sebelumnya atau petunjuk teknis TA 2015;
b. Dalam hal target kinerja kegiatan DAK belum tercapai, sisa DAK
dimaksud dianggarkan dalam APBD TA 2015 untuk mendanai
kegiatan yang sesuai pada bidang DAK yang sama sesuai prioritas
nasional dengan menggunakan petunjuk teknis tahun anggaran
sebelumnya.
Kegiatan yang dibiayai dari sisa DAK harus selesai dan dapat
dimanfaatkan pada akhir tahun anggaran berkenaan.
C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang SahPenganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-lain
Pendapatan Daerah Yang Sah memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Penganggaran Tunjangan Profesi Guru (TPG) dialokasikan sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum dan
Alokasi Tunjangan Profesi Guru PNSD Tahun Anggaran 2015. Dalam hal
Peraturan Menteri Keuangan dimaksud belum ditetapkan, penganggaran
TPG tersebut didasarkan pada alokasi TPG Tahun 2014 dengan
memperhatikan realisasi Tahun Anggaran 2013. Apabila Peraturan
Menteri Keuangan tersebut diterbitkan setelah Perda tentang APBD
Tahun Anggaran 2015 ditetapkan, maka akan disesuaikan pada Perda
tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015.
8
2. Pendapatan yang diperuntukkan bagi desa yang bersumber dari APBN
dalam rangka membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan, serta pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan,
dianggarkan dalam APBD TA 2015 dengan mempedomani Peraturan
Perundang-undangan yang mengatur mengenai alokasi APBN yang
diperuntukkan bagi desa.
3. Penganggaran pendapatan yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak
Daerah yang diterima dari pemerintah propinsi didasarkan pada alokasi
belanja bagi hasil pajak daerah dari pemerintah propinsi Tahun Anggaran
2015. Dalam hal penetapan APBD TA 2015 mendahului penetapan
APBD propinsi TA 2015, penganggarannya didasarkan pada alokasi Bagi
Hasil Pajak Daerah Tahun Anggaran 2014 dengan memperhatikan
realisasi Bagi Hasil Pajak Daerah Tahun Anggaran 2013. Sedangkan
bagian pemerintah kabupaten yang belum direalisasikan oleh Pemerintah
Propinsi akibat pelampauan target Tahun Anggaran 2014, ditampung
dalam Perda tentang Perubahan APBD TA 2015 atau dicantumkan
dalam LRA bila tidak melakukan Perubahan APBD TA 2015.
4. Pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan, baik yang
bersifat umum maupun yang bersifat khusus yang diterima dari
pemerintah propinsi dianggarkan dalam jenis Bantuan Keuangan dari
Propinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya, obyek Bantuan Keuangan dari
Propinsi Jawa Timur, rincian obyek Bantuan Keuangan bidang
berkenaan.
5. Penganggaran pendapatan hibah yang bersumber dari pemerintah,
pemerintah daerah lainnya atau pihak ketiga, baik dari badan, lembaga,
organisasi swasta dalam negeri/luar negeri, kelompok masyarakat
maupun perorangan yang tidak mengikat dan tidak mempunyai
konsekuensi pengeluaran atau pengurangan kewajiban pihak ketiga atau
pemberi hibah, dianggarkan dalam APBD setelah adanya kepastian
pendapatan dimaksud. Untuk kepastian pendapatan hibah yang
bersumber dari pemerintah daerah lainnya tersebut didasarkan pada
perjanjian hibah antara Bupati/pejabat yang diberi kuasa selaku pemberi
dengan Bupati/pejabat yang diberi kuasa selaku penerima. Sedangkan
untuk penerimaan hibah yang bersumber dari pihak ketiga juga
didasarkan pada perjanjian hibah antara pihak ketiga selaku pemberi
dengan Bupati/pejabat yang diberi kuasa selaku penerima. Dari aspek
teknis penganggaran, pendapatan tersebut di atas dianggarkan pada
akun pendapatan, kelompok pendapatan Lain-lain Pendapatan Daerah
Yang Sah, dan diuraikan ke dalam jenis, objek, dan rincian objek
pendapatan sesuai kode rekening berkenaan.
9
6. Dalam hal pemerintah daerah memperoleh dana darurat dari pemerintah
dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok Lain-lain Pendapatan
Daerah Yang Sah, dan diuraikan ke dalam jenis, objek, dan rincian
pendapatan Dana Darurat.
D. Belanja DaerahBelanja daerah harus digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten yang terdiri atas urusan
wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan
untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam
upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk
peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan
fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.
Pelaksanaan urusan wajib dimaksud berdasarkan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) yang telah ditetapkan.
Pemerintah daerah menetapkan target capaian kinerja setiap belanja, baik
dalam konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupun program dan
kegiatan, yang bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan
anggaran dan memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran.
Program dan kegiatan harus memberikan informasi yang jelas dan terukur
serta memiliki korelasi langsung dengan keluaran yang diharapkan dari
program dan kegiatan dimaksud ditinjau dari aspek indikator, tolok ukur, dan
target kinerjanya
1. Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung adalah jenis belanja yang tidak terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, diantaranya
Belanja Pegawai, Belanja Bunga, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja
Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Belanja Bantuan Keuangan dan
Belanja Tidak Terduga yang diatur dengan ketentuan perundang-
undangan, termasuk didalamnya belanja pegawai yang telah diatur
dengan ketentuan seperti sistem penggajian, tunjangan, serta
penghasilan lainnya termasuk tunjangan kinerja yang diberikan oleh
daerah.
a. Belanja Pegawai, meliputi penganggaran untuk gaji pokok dan
tunjangan PNSD sesuai ketentuan perundang-undangan, dengan
memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD
serta pemberian gaji ketiga belas, acress gaji ditetapkan 0,5% (nol
koma lima persen), termasuk di dalamnya tambahan penghasilan
berupa uang makan Rp 15.000 (lima belas ribu rupiah) per orang per
10
hari bagi yang melaksanakan 5 (lima) hari kerja dalam seminggu, dan
Rp 12.750 (dua belas ribu tujuh ratus lima puluh rupiah) per orang
per hari bagi yang melaksanakan 6 (enam) hari kerja dalam
seminggu.
Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi
Bupati/Wakil Bupati, Pimpinan dan Anggota DPRD, serta PNSD
dibebankan pada APBD TA 2015 dengan mempedomani UU Nomor
24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS). Terkait dengan hal tersebut, penyediaan anggaran untuk
pengembangan cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi
Bupati/Wakil Bupati, Pimpinan dan Anggota DPRD, serta PNSD di
luar cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan
oleh BPJS, tidak diperkenankan dianggarkan dalam APBD.
Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dan
kematian bagi Bupati/Wakil Bupati, Pimpinan dan Anggota DPRD,
serta PNSD dibebankan pada APBD dengan mempedomani UU
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS). Penganggaran Insentif Pemungutan Pajak dan Retribusi
Daerah berpedoman pada PP Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata
Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Tunjangan profesi guru PNSD dan
dana tambahan penghasilan guru PNSD yang bersumber dari APBN
dianggarkan dalam APBD pada jenis belanja pegawai, dan diuraikan
ke dalam obyek dan rincian obyek belanja sesuai dengan kode
rekening berkenaan.
b. Penganggaran belanja hibah dan bantuan sosial yang bersumber
dari APBD mempedomani Peraturan Bupati Nomor 18 Tahun 2014
tentang Tata Cara Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan,
Pelaporan dan Pertanggungjawaban, serta Monitoring dan Evaluasi
Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD Kabupaten
Lumajang.
c. Penganggaran Bagi Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dari
pemerintah kabupaten untuk pemerintah desa dalam APBD harus
diuraikan ke dalam daftar nama pemerintah desa selaku penerima
sebagai rincian obyek penerima bagi hasil pajak daerah dan retribusi
daerah sesuai kode rekening berkenaan.
d. Bantuan keuangan kepada partai politik dianggarkan pada jenis
belanja bantuan keuangan, obyek belanja bantuan keuangan kepada
partai politik, dan rincian obyek belanja nama partai politik penerima
bantuan keuangan. Besaran penganggaran bantuan keuangan
11
kepada partai politik berpedoman pada Permendagri Nomor 26
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Permendagri Nomor 24 Tahun
2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran
dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan
Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik.
e. Pemerintah kabupaten menganggarkan alokasi dana untuk desa
yang diterima dari APBN dalam jenis belanja bantuan keuangan
kepada pemerintah desa dalam APBD TA 2015 untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan serta pemberdayaan
masyarakat, dan kemasyarakatan. Selain itu, pemerintah kabupaten
menganggarkan Alokasi Dana Desa (ADD) untuk pemerintah desa
dalam obyek belanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa
paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan yang
diterima oleh kabupaten dalam APBD TA 2015 setelah dikurangi
DAK sebagaimana diatur dalam Pasal 72 ayat (4) dan (6) UU Nomor
6 Tahun 2014. Selanjutnya, pemerintah kabupaten memberikan
bantuan keuangan lainnya kepada pemerintah desa, sebagaimana
diatur dalam Pasal 72 ayat (1) huruf e UU Nomor 6 Tahun 2014. Dari
aspek teknis penganggaran, dalam APBD belanja bantuan keuangan
tersebut harus diuraikan daftar nama pemerintah desa selaku
penerima bantuan keuangan sebagai rincian obyek penerima
bantuan keuangan sesuai kode rekening berkenaan.
f. Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional
dengan mempertimbangkan realisasi TA 2014 dan kemungkinan
adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi
sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah. Belanja
tidak terduga merupakan belanja untuk mendanai kegiatan yang
sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan terjadi berulang, seperti
kebutuhan tanggap darurat bencana, penanggulangan bencana alam
dan bencana sosial, yang tidak tertampung dalam bentuk program
dan kegiatan pada TA 2015, termasuk pengembalian atas kelebihan
penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya.
2. Belanja Langsung
Belanja langsung adalah jenis belanja yang terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang terdiri atas belanja
pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal.
Penganggaran belanja langsung dalam rangka melaksanakan program
dan kegiatan pemerintah daerah memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
12
a. Penganggaran belanja langsung dalam APBD digunakan untuk
pelaksanaan urusan pemerintahan daerah, yang terdiri atas urusan
wajib dan urusan pilihan. Penganggaran belanja langsung dituangkan
dalam bentuk program dan kegiatan, yang manfaat capaian
kinerjanya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka
peningkatan kualitas pelayanan publik dan keberpihakan pemerintah
daerah kepada kepentingan publik. Penyusunan anggaran belanja
untuk setiap program dan kegiatan mempedomani SPM yang telah
ditetapkan, Analisis Standar Belanja (ASB), dan standar satuan
harga. ASB dan standar satuan harga ditetapkan dengan Keputusan
Bupati dan digunakan sebagai dasar penyusunan RKA SKPD dan
RKA PPKD. Selain itu, penganggaran belanja barang dan jasa agar
mengutamakan produksi dalam negeri dan melibatkan usaha mikro
dan usaha kecil serta koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip
efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem, dan kualitas
kemampuan teknis.
b. Belanja Pegawai
Belanja pegawai dalam kegiatan, terutama untuk penganggaran
honorarium bagi pegawai harus dibatasi, dan keberadaan PNSD/
Non PNSD hanya didasarkan pada pertimbangan bahwa yang
bersangkutan benar-benar memiliki peranan dan kontribusi nyata
terhadap efektifitas pelaksanaan kegiatan dimaksud dengan
memperhatikan pemberian tambahan penghasilan bagi PNSD dan
pemberian insentif pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah
sesuai ketentuan. Besaran Honorarium PNSD dan Non PNSD
dalam kegiatan ditetapkan dengan Peraturan Bupati tentang Standar
Biaya Tahun Anggaran 2015.
c. Belanja Barang dan Jasa
1) Pemberian jasa instruktur/narasumber/tenaga ahli dalam kegiatan
dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa sesuai kode
rekening berkenaan dan besarannya ditetapkan dengan
Peraturan Bupati tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2015.
2) Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/
masyarakat hanya diperkenankan dalam rangka pemberian
hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaan atau
penghargaan atas suatu prestasi. Alokasi belanja tersebut
dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa sesuai kode
rekening berkenaan.
3) Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikan dengan
kebutuhan nyata yang didasarkan atas pelaksanaan tugas dan
13
fungsi SKPD, jumlah pegawai dan volume pekerjaan serta
memperhitungkan estimasi sisa persediaan barang TA 2014.
4) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi fakir
miskin dan orang tidak mampu yang tidak menjadi cakupan
penyelenggaraan jaminan kesehatan melalui BPJS yang
bersumber dari APBD, masih tetap dianggarkan sebagai
Jamkesda dalam belanja bantuan sosial.
5) Penganggaran belanja yang bersumber dari dana kapitasi JKN
pada puskesmas mempedomani Peraturan Bupati Nomor 36
Tahun 2014 tentang Penggunaan Biaya yang bersumber dari
Program Jaminan Kesehatan Nasional pada Puskesmas dan
jaringannya.
6) Penganggaran Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor milik pemerintah daerah dialokasikan pada
masing-masing SKPD sesuai amanat Pasal 6 ayat (3) UU Nomor
28 Tahun 2009 dan besarannya sesuai dengan Perda.
7) Pengadaan barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihak
ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan, dianggarkan
pada jenis belanja barang dan jasa dan dianggarkan sebesar
harga beli/bangun barang/jasa yang akan diserahkan kepada
pihak ketiga/masyarakat ditambah seluruh belanja yang terkait
dengan pengadaan/pembangunan barang/jasa sampai siap
diserahkan.
8) Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka kunjungan
kerja dan studi banding dilakukan secara selektif, frekuensi, dan
jumlah harinya dibatasi serta memperhatikan target kinerja dari
perjalanan dinas dimaksud sehingga relevan dengan substansi
kebijakan pemerintah daerah. Hasil kunjungan kerja dan studi
banding dilaporkan sesuai peraturan perundang-undangan.
9) Dalam rangka memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan keuangan
daerah, penganggaran belanja perjalanan dinas harus
memperhatikan aspek pertanggungjawaban sesuai biaya riil atau
lumpsum, khususnya untuk hal-hal sebagai berikut :
a) Sewa kendaraan dalam kota dibayarkan sesuai dengan biaya
riil. Komponen sewa kendaraan hanya diberikan untuk
Bupati/Wakil Bupati;
b) Biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan biaya riil;
c) Biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan biaya riil;
Dalam hal pelaksana perjalanan dinas tidak menggunakan
fasilitas hotel atau tempat penginapan lainnya, kepada yang
14
bersangkutan diberikan biaya penginapan sebesar 30% (tiga
puluh persen) dari tarif hotel di kota tempat tujuan sesuai
dengan tingkatan pelaksana perjalanan dinas dan dibayarkan
secara lumpsum;
d) Uang harian dan uang representasi dibayarkan secara
lumpsum
Standar satuan harga perjalanan dinas ditetapkan dengan
Peraturan Bupati tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2015.
10)Penyediaan anggaran untuk perjalanan dinas yang
mengikutsertakan non PNSD diperhitungkan dalam belanja
perjalanan dinas. Tata cara penganggarannya mengacu pada
ketentuan perjalanan dinas yang ditetapkan dengan Peraturan
Bupati tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2015.
11)Penganggaran untuk menghadiri pendidikan dan pelatihan,
bimbingan teknis atau sejenisnya yang terkait dengan
pengembangan SDM pimpinan dan anggota DPRD serta
pejabat/staf pemerintah daerah, yang tempat
penyelenggaraannya di luar daerah harus dilakukan sangat
selektif dengan mempertimbangkan aspek-aspek urgensi dan
kompetensi serta manfaat yang akan diperoleh dari kehadiran
dalam pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis atau
sejenisnya guna pencapaian efektifitas penggunaan anggaran
daerah. Dalam rangka orientasi dan pendalaman tugas Pimpinan
dan Anggota DPRD Kabupaten agar berpedoman pada
Permendagri Nomor 34 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Permendagri Nomor 57 Tahun 2011 tentang Pedoman Orientasi
dan Pendalaman Tugas Anggota DPRD Propinsi dan DPRD
Kabupaten/Kota.
d. Belanja Modal
1) Pengalokasian belanja modal pada APBD Tahun Anggaran 2015
diprioritaskan untuk pembangunan dan pengembangan sarana
dan prasarana yang terkait dengan peningkatan pelayanan
kepada masyarakat.
2) Penganggaran untuk pengadaan kebutuhan barang milik daerah
dan pemeliharaan barang milik daerah menggunakan dasar
perencanaan kebutuhan dan pemeliharaan barang milik daerah
dalam bentuk dokumen RKBMD dan RKPBMD sebagaimana
diatur dalam Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah dan
15
memperhatikan Permendagri Nomor 7 Tahun 2006 tentang
Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Daerah,
sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 11 Tahun
2007. Khusus pengganggaran untuk pembangunan gedung dan
bangunan milik daerah mempedomani Perpres Nomor 73 Tahun
2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
3) Penganggaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum
mempedomani Perpres Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum, sebagaimana telah diubah dengan Perpres
Nomor 40 Tahun 2014 dan Permendagri Nomor 72 Tahun 2012
tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum yang bersumber dari APBD.
4) Penganggaran belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang
dilakukan dalam rangka pengadaan aset tetap berwujud yang
mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk
digunakan dalam kegiatan pemerintahan. Nilai aset tetap
berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga
beli/bangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan
pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap
digunakan.
E. Pembiayaan Daerah.1. Penerimaan Pembiayaan
a. Penganggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya
(SiLPA) harus didasarkan pada penghitungan yang cermat dan
rasional dengan mempertimbangkan perkiraan realisasi anggaran
Tahun Anggaran 2014 dalam rangka menghindari kemungkinan
adanya pengeluaran pada Tahun Anggaran 2015 yang tidak dapat
didanai akibat tidak tercapainya SiLPA yang direncanakan.
Selanjutnya SiLPA dimaksud harus diuraikan pada obyek dan rincian
obyek sumber SiLPA Tahun Anggaran 2014.
b. Penerimaan kembali dana bergulir dianggarkan dalam APBD pada
akun pembiayaan, kelompok penerimaan pembiayaan daerah, jenis
penerimaan kembali investasi pemerintah daerah, obyek dana
bergulir dan rincian obyek dana bergulir dari kelompok masyarakat
penerima.
16
2. Pengeluaran Pembiayaan
a. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, pemerintah daerah dapat
menganggarkan investasi jangka panjang non permanen dalam
bentuk dana bergulir sesuai pasal 118 ayat (3) PP Nomor 58 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Dana bergulir dalam
APBD dianggarkan pada akun pembiayaan, kelompok pengeluaran
pembiayaan daerah, jenis penyertaan modal/investasi pemerintah
daerah, obyek dana bergulir dan rincian obyek dana bergulir kepada
kelompok masyarakat penerima.
b. Penyertaan modal pemerintah daerah pada BUMN/BUMD dan/atau
badan usaha lainnya ditetapkan dengan peraturan daerah tentang
penyertaan modal. Penyertaan modal dalam rangka pemenuhan
kewajiban yang telah tercantum dalam peraturan daerah tentang
penyertaan modal pada tahun sebelumnya, tidak perlu diterbitkan
peraturan daerah tersendiri sepanjang jumlah anggaran penyertaan
modal tersebut belum memenuhi jumlah penyertaan modal yang
telah ditetapkan pada peraturan daerah tentang penyertaan modal.
Dalam hal pemerintah daerah akan menambah jumlah penyertaan
modal melebihi jumlah penyertaan modal yang telah ditetapkan
dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal dimaksud,
pemerintah daerah melakukan perubahan peraturan daerah tentang
penyertaan modal tersebut.
c. Untuk menganggarkan dana cadangan, pemerintah daerah harus
menetapkan terlebih dahulu peraturan daerah tentang pembentukan
dana cadangan yang mengatur tujuan pembentukan dana cadangan,
program dan kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan,
besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus
dianggarkan.
d. Jumlah pembiayaan netto harus dapat menutup defisit anggaran
sebagaimana diamanatkan Pasal 28 ayat (5) PP Nomor 58 Tahun
2005 dan Pasal 61 ayat (2) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Permendagri Nomor 21 Tahun 2011.
3. Sisa Lebih Pembiayaan (SiLPA) Tahun Berjalan
a. Pemerintah daerah menetapkan Sisa Lebih Pembiayaan (SiLPA)
Tahun Anggaran 2015 bersaldo nol.
b. Dalam hal perhitungan penyusunan Rancangan APBD menghasilkan
SiLPA Tahun Berjalan positif, pemerintah daerah harus
memanfaatkannya untuk penambahan program dan kegiatan
17
prioritas yang dibutuhkan, volume program dan kegiatan yang telah
dianggarkan, dan/atau pengeluaran pembiayaan.
c. Dalam hal perhitungan SiLPA Tahun Berjalan negatif, pemerintah
daerah melakukan pengurangan bahkan penghapusan pengeluaran
pembiayaan yang bukan merupakan kewajiban daerah, pengurangan
program dan kegiatan yang kurang prioritas dan/atau pengurangan
volume program dan kegiatannya.
IV. Teknis Penyusunan RKA SKPDDalam menyusun RKA SKPD sebagai bagian dari penyusunan APBD
secara khusus perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Prioritas Pembangunan Daerah sebagaimana telah ditetapkan dalam RKPD
Tahun 2015 menjadi acuan utama SKPD dalam menyusun RKA SKPD
Tahun Anggaran 2015.
2. Secara materi wajib memperhatikan sinkronisasi antara RKPD, KUA dan
PPAS, serta RKA SKPD. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan APBD yang
menggambarkan keterpaduan dari seluruh program dan kegiatan dalam
upaya peningkatan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat.
3. Input data RKA SKPD dilakukan dengan menggunakan program aplikasi
RKA SKPD Tahun 2015.
4. Tim Peneliti RKA SKPD melakukan evaluasi dan konseling RKA SKPD
sesuai jadwal.
5. Untuk memudahkan evaluasi dan penilaian oleh TAPD apakah sebuah
kegiatan searah dengan RPJMD Kabupaten atau tidak, maka indikator
kinerja, tolok ukur kinerja, dan target kinerja kegiatan pada format RKA SKPD
harus diisi dengan lengkap dan terukur.
6. RKA SKPD yang telah disusun dan disampaikan kepada PPKD akan dibahas
lebih lanjut oleh TAPD untuk dievaluasi dan ditelaah kesesuaiannya dengan
semua dokumen perencanaan yang telah ditetapkan.
V. Teknis Penyusunan APBD.Dalam menyusun APBD Tahun Anggaran 2015, pemerintah daerah dan
DPRD harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan APBD
NO URAIAN WAKTU LAMA
1 Penyusunan RKPD Akhir bulan Mei
2 Penyampaian Rancangan KUA dan
PPAS oleh Ketua TAPD kepada bupati
Minggu 1 bulan Juni 1 Minggu
18
3 Penyampaian Rancangan KUA dan
PPAS oleh bupati kepada DPRD
Pertengahan bulan Juni 6 Minggu
4 Kesepakatan antara bupati dan DPRD
atas Rancangan KUA dan PPAS
Akhir bulan Juli
5 Penerbitan Surat Edaran Bupati perihal
Pedoman Penyusunan RKA SKPD dan
RKA PPKD
Awal bulan Agustus 1 Minggu
6 Penyusunan dan pembahasan RKA
SKPD dan RKA PPKD serta
Penyusunan Rancangan Perda tentang
APBD, dengan rincian :
a. Penyusunan RKA SKPD
b. Pengiriman hardcopy RKA SKPD
(rangkap 5)
c. Penelitian dan pemaparan akhir
RKA SKPD
d. Penyusunan RAPBD
Awal bulan Agustus s/d
akhir bulan September
22 Agustus s/d
5 September
8 September
15 s.d 20 September
22 s.d 26 September
7 Minggu
7 Penyampaian Rancangan Perda tentang
APBD kepada DPRD
Minggu Pertama Bulan
Oktober
2 bulan
8 Pengambilan persetujuan bersama
DPRD dan bupati
Paling lama 1 (satu)
bulan sebelum tahun
anggaran berkenaan
9 Menyampaikan Raperda tentang APBD
dan Raperbup tentang Penjabaran
APBD kepada Gubernur untuk dievaluasi
3 hari kerja setelah
persetujuan bersama
10 Hasil evaluasi Rancangan Perda tentang
APBD dan Rancangan Perbup tentang
Penjabaran APBD
Paling lama 15 hari
kerja setelah diterima
gubernur
11 Penyempurnaan Rancangan Perda
tentang APBD sesuai hasil evaluasi yang
ditetapkan dengan keputusan pimpinan
DPRD tentang penyempurnaan
Rancangan Perda tentang APBD
Paling lambat 7 hari
kerja (sejak diterima
keputusan hasil
evaluasi)
12 Penyampaian keputusan DPRD tentang
penyempurnaan Rancangan Perda
tentang APBD kepada gubernur
3 hari kerja setelah
keputusan pimpinan
DPRD ditetapkan
13 Penetapan Perda tentang APBD dan
Perbup tentang Penjabaran APBD
sesuai dengan hasil evaluasi
Paling lambat akhir
Desember
(31 Desember)
14 Penyampaian Perda tentang APBD dan
Perbup tentang Penjabaran APBD
kepada gubernur dan mendagri
Paling lambat 7 hari
kerja setelah Perda dan
Perbup ditetapkan
19
VI. Hal-Hal KhususPenyusunan RKA SKPD Tahun Anggaran 2015, selain memperhatikan
kebijakan dan teknis penyusunan RKA SKPD, juga memperhatikan hal-hal
khusus, antara lain sebagai berikut :
1. Penyelesaian permasalahan mengenai pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan mempedomani Peraturan Bersama
Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 15/PMK.07/2014 dan
Nomor 10 Tahun 2014 tentang Tahapan Persiapan dan Pelaksanaan
Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai
Pajak Daerah.
2. Penganggaran Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan
Sipil tidak diperkenankan untuk dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran
2015 sesuai maksud Pasal 79A UU Nomor 24 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas UU Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan diatur bahwa pengurusan dan penerbitan dokumen
kependudukan tidak dipungut biaya.
3. Dana DAK yang berasal dari tahun-tahun anggaran sebelumnya digunakan
untuk mendanai kegiatan DAK pada bidang yang sama dengan mengacu
pada petunjuk teknis tahun anggaran sebelumnya atau Tahun Anggaran
2015. Dana sisa tender kegiatan yang bersumber dari DAK Tahun Anggaran
2014, digunakan untuk mendanai kegiatan baru atau untuk menambah
volume/target capaian program dan kegiatan yang sesuai dengan bidang
DAK yang sama.
4. Dalam rangka mendukung efektifitas implementasi program penanggulangan
kemiskinan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Perdesaan dan Perkotaan, pemerintah daerah harus menyediakan dana
pendamping yang bersumber dari APBD dan dianggarkan pada jenis belanja
bantuan sosial sesuai PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman
Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan
Kemiskinan.
5. Belanja Tidak Terduga yang akan digunakan untuk mendanai tanggap
darurat, penanggulangan bencana alam dan/atau bencana sosial serta
kebutuhan mendesak lainnya, seperti penanganan konflik sosial dilakukan
dengan cara :
a. Bupati menetapkan kegiatan yang akan didanai dari belanja tidak terduga
dengan keputusan bupati dan diberitahukan kepada DPRD paling lama 1
(satu) bulan terhitung sejak keputusan dimaksud ditetapkan;
20
b. Atas dasar keputusan bupati tersebut, pimpinan intansi/lembaga yang
akan bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kegiatan mengajukan
usulan kebutuhan;
c. Bupati dapat mengambil kebijakan percepatan pencairan dana Belanja
Tidak Terduga untuk mendanai penanganan tanggap darurat yang
mekanisme pemberian dan pertanggungjawabannya diatur dengan
peraturan bupati sebagaimana dimaksud Pasal 134 ayat (4) Permendagri
Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011; dan
d. Kegiatan lain diluar tanggap darurat yang didanai melalui belanja tidak
terduga dilakukan dengan pergeseran anggaran dari belanja tidak
terduga ke belanja SKPD berkenaan dan/atau belanja PPKD.
6. Penyediaan anggaran untuk penanggulangan bencana alam/bencana sosial
dan/atau pemberian bantuan kepada daerah lain dalam rangka
penanggulangan bencana alam/bencana sosial dapat memanfaatkan saldo
anggaran yang tersedia dalam Sisa Lebih Perhitungan APBD tahun
anggaran sebelumnya dan/atau dengan melakukan penggeseran Belanja
Tidak Terduga atau dengan melakukan penjadwalan ulang atas program dan
kegiatan yang kurang mendesak, dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Penyediaan anggaran untuk mobilisasi tenaga medis dan obat-obatan,
logistik/sandang dan pangan diformulasikan ke dalam RKA SKPD yang
secara fungsional terkait dengan pelaksanaan kegiatan dimaksud;
b. Penyediaan anggaran untuk bantuan keuangan yang akan disalurkan
kepada kabupaten/kota yang dilanda bencana alam/bencana sosial
dianggarkan pada Belanja Bantuan Keuangan. Sambil menunggu
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015, kegiatan atau pemberian
bantuan keuangan tersebut di atas dapat dilaksanakan dengan cara
melakukan perubahan peraturan bupati tentang penjabaran APBD, untuk
selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang Perubahan
APBD Tahun Anggaran 2015. Apabila penyediaan anggaran untuk
kegiatan atau bantuan keuangan dilakukan setelah Perubahan APBD
agar dicantumkan dalam LRA; dan
c. Pemanfaatan saldo anggaran yang tersedia dalam Sisa Lebih
Perhitungan APBD Tahun Anggaran sebelumnya dan/atau dengan
melakukan pergeseran Belanja Tidak Terduga untuk bantuan
penanggulangan bencana alam/bencana sosial diberitahukan kepada
DPRD paling lama 1 (satu) bulan.
7. Program dan kegiatan yang dibiayai dari DBH-CHT, DAK, Dana BOS, Dana
Darurat, dan dana transfer lainnya yang sudah jelas peruntukannya serta
21
pelaksanaan kegiatan dalam keadaan darurat dan/atau mendesak lainnya
yang belum cukup tersedia dan/atau belum dianggarkan dalam APBD, dapat
dilaksanakan mendahului penetapan peraturan daerah tentang perubahan
APBD dengan cara :
a. Menetapkan peraturan bupati tentang perubahan penjabaran APBD dan
memberitahukan kepada Pimpinan DPRD;
b. Menyusun RKA SKPD dan mengesahkan DPA SKPD sebagai dasar
pelaksanaan kegiatan;
c. Ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD, atau
dicantumkan dalam LRA, apabila pemerintah daerah telah menetapkan
perubahan APBD atau tidak melakukan perubahan APBD.
8. Untuk mendukung pelaksanaan tugas sekretariat fraksi DPRD disediakan
sarana dan anggaran sesuai dengan kebutuhan dan memperhatikan
kemampuan APBD, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) PP
Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib
DPRD. Penyediaan sarana meliputi ruang kantor pada sekretariat DPRD,
kelengkapan kantor, tidak termasuk sarana mobilitas, sedangkan penyediaan
anggaran untuk sekretariat fraksi meliputi kebutuhan belanja untuk alat tulis
kantor dan makan minum bagi rapat fraksi yang diselenggarakan di
lingkungan kantor sekretariat fraksi.
9. Tunjangan Perumahan Pimpinan dan Anggota DPRD disediakan dalam
rangka menjamin kesejahteraan untuk pemenuhan rumah jabatan/rumah
dinas bagi Pimpinan dan Anggota DPRD sebagaimana maksud Pasal 20 PP
Nomor 37 Tahun 2005 tentang Perubahan atas PP Nomor 24 Tahun 2004
tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD.
Suami dan/atau istri yang menduduki jabatan sebagai pimpinan dan/atau
anggota DPRD Kabupaten Lumajang hanya diberikan salah satu tunjangan
perumahan. Bagi Pimpinan dan Anggota DPRD yang suami/istrinya menjabat
sebagai Bupati/Wakil Bupati Lumajang tidak diberikan tunjangan perumahan.
10. Bagi BLUD RSUD dr. Haryoto dan BLUD Akademi Keperawatan
memperhatikan antara lain sebagai berikut :
a. penyusunan RKA dalam APBD menggunakan format Rencana Bisnis
dan Anggaran (RBA);
b. tahapan dan jadwal proses penyusunan RKA/RBA, mengikuti tahapan
dan jadwal proses penyusunan APBD;
Dengan ditetapkannya PP Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU, khususnya
dalam Pasal 11 ayat (3a), SKPD atau Unit Kerja pada SKPD yang telah
menerapkan PPK-BLUD, pagu anggaran BLUD dalam Rancangan Peraturan
Daerah tentang APBD yang sumber dananya berasal dari pendapatan dan
22
surplus BLUD, dirinci dalam 1 (satu) program, 1 (satu) kegiatan, 1 (satu)
output dan jenis belanja
11. Dalam rangka efektifitas pemberlakuan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan dan Permendagri Nomor 64 Tahun 2013
tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada
Pemerintah Daerah, pemerintah daerah mengalokasikan anggaran dalam
APBD Tahun Anggaran 2015 untuk mendanai kegiatan peningkatan dan
pengembangan sumber daya manusia, dan peningkatan serta
pengembangan infrastruktur lainnya.
12. Pendanaan untuk organisasi cabang olahraga profesional tidak dianggarkan
dalam APBD karena menjadi tanggung jawab induk organisasi cabang
olahraga dan/atau organisasi olahraga profesional yang bersangkutan. Hal ini
sejalan dengan amanat Pasal 29 ayat (2) UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Sistem Keolahragaan Nasional, bahwa pembinaan dan pengembangan
olahraga profesional dilakukan oleh induk organisasi cabang olahraga
dan/atau organisasi olahraga profesional. Selanjutnya dalam Pasal 1 angka
15 UU Nomor 3 Tahun 2005, didefinisikan bahwa cabang olahraga
profesional adalah olahraga yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan
dalam bentuk uang atau bentuk lain yang didasarkan atas kemahiran
berolahraga.
13. Dalam rangka pengawasan penyerapan anggaran daerah oleh Tim Evaluasi
dan Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPPA), pemerintah daerah dapat
menganggarkan kegiatan yang mendukung efektifitas kerja TEPPA.
14. Pemerintah daerah menganggarkan biaya pemilihan kepala desa dalam
APBD Tahun Anggaran 2015 untuk pengadaan surat suara, kotak suara,
kelengkapan peralatan lainnya, honorarium panitia, dan biaya pelantikan
sesuai amanat Pasal 34 ayat (6) UU Nomor 6 Tahun 2014.
15. Pemerintah daerah menganggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2015
dalam rangka pembinaan dan pengawasan pemerintahan desa sebagaimana
diatur dalam Pasal 112, Pasal 114, dan Pasal 115 UU Nomor 6 Tahun 2014.
16. Pemerintah daerah mensinergikan penganggaran program dan kegiatan
dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2015 dengan kebijakan nasional,
antara lain :
a. pencapaian MDG’s seperti: kesetaraan gender, penanggulangan
HIV/AIDS dan malaria sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi
Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang
Berkeadilan; terkait dengan upaya percepatan pengarusutamaan gender
melalui perencanaan dan penganggaran responsif gender, pemerintah
daerah agar mempedomani Surat Edaran Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS, Menteri Keuangan, Menteri
23
Dalam Negeri dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor: 270/M.PPN/11/2012, Nomor: SE-
33/MK.02/2012, Nomor: 050/4379A/SJ, Nomor: SE-46/MPP-PA/11/2011
tentang Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG)
melalui Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender
(PPRG);
b. Rehabilitasi dan perlindungan sosial bagi para lanjut usia sebagaimana
diamanatkan dalam UU Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia, serta program rehabilitasi dan perlindungan sosial
penyandang cacat;
c. Dukungan pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Penggerak Pemberdayaan
dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten dengan
mempedomani Permendagri Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga;
d. Pengembangan kearsipan di daerah dalam rangka peningkatan kualitas
pelayanan publik mempedomani amanat UU Nomor 43 Tahun 2009
tentang Kearsipan dan Permendagri Nomor 78 Tahun 2012 tentang Tata
Kearsipan di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemda;
e. Revitalisasi dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila dan pendidikan wawasan
kebangsaan dengan mempedomani Permendagri Nomor 29 Tahun 2011
dan Permendagri Nomor 71 Tahun 2012;
f. Penanganan gangguan keamanan dalam negeri sebagaimana
diamanatkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Penanganan Gangguan Dalam Negeri di Daerah;
g. Penerapan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) berbasis NIK
secara nasional dengan mempedomani UU Nomor 23 Tahun 2006,
sebagaimana diubah dengan UU Nomor 24 Tahun 2013, yang
ditindaklanjuti dengan PP Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan
UU Nomor 23 Tahun 2006, Perpres Nomor 25 Tahun 2008 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil
dan peraturan perundang-undangan lainnya; dan
h. Fasilitasi pengaduan masyarakat dan pengembangan akses informasi
secara transparan, cepat, tepat, dan sederhana dengan mempedomani
UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
17. Sebagai kelengkapan Surat Edaran ini, dilampirkan dokumen KUA, PPAS
Per SKPD, Kode Rekening APBD , Format RKA SKPD dan RKA PPKD,
Analisis Standar Belanja (ASB) Tahun Anggaran 2015, Standar Biaya Tahun
Anggaran 2015, dan Standar Satuan Harga Tahun Anggaran 2015.
24
Demikian untuk dilaksanakan dan menjadi pedoman penyusunan RKA
SKPD Tahun Anggaran 2015.
WAKIL BUPATI LUMAJANG,
ttd
Drs. H. AS’AT, M.Ag.
Tembusan :1. Gubernur Jawa Timur di Surabaya
2. Ketua DPRD Kabupaten Lumajang di Lumajang
3. Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Kab. Lumajang