2. Perpe Tugas II - Proyeksi Peta
-
Upload
firdaus-s-r -
Category
Documents
-
view
238 -
download
0
description
Transcript of 2. Perpe Tugas II - Proyeksi Peta
PROYEKSI PETA
1. Proyeksi Polyeder Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi
ini,setiap bagian derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang
masing-masing berjarak 20′.Diantara kedua paralel tersebutterdapatgaris paralel rata-
ratayang disebut sebagai paralel standardan garis meridian rata-rata yangdisebut
meridian standar. Titik potong antara garis paralel standar dan garis meridian standar
disebut sebagi ‘titik nol’ (ϕ0, λ0) bagian derajat tersebut. Setiapbagianderajat proyeksi
Polyeder diberi nomor dengan dua digit angka. Digit pertama yangmenggunakan angka
romawi menunjukan letak garis paralelstandar (ϕ0) sedangkan digit kedua yang
menggunakanangka arabmenunjukan garis meridian standarnya (λ0).
Untuk wilayah Indonesia penomoran bagian derajatnya adalah :
Paralel standar : dimulai dari I (ϕ0=6°50′LU) sampai LI (ϕ0=10°50′LU) � Meridianstandar : dimulai dari 1(λ0=11°50′BT) sampai 96 (λ0=19°50′BT) �
Proyeksi Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol Jakarta
(λjakarta=106°48′27′′,79 BT)
2. Proyeksi Tranverse Mercator Proyeksi Tranverse Mercatoradalah proyeksi yang memiliki ciri-ciri silinder,
tranversal, conformdan menyinggung. Pada proyeksi inisecara geografis silindernya
menyinggung bumi padasebuah meridian yang disebut meridian sentral. Pada meridian
sentral,faktor skala (k)adalah 1 (tidak terjadidistorsi). Perbesaran sepanjang meridian
akan semakin meningkat pada meridian yangsemakin jauhdari meridian sentral kearah
timur maupun kearah barat.Perbesaran sepanjang paralelsemakin akan meningkat pada
lingkaran paralel yang semakin mendekati equator. Denganadanyadistorsi yangsemakin
membesar, maka perlu diusahakan untuk memperkecil distorsi dengan membagi daerah
dalam zone-zone yang sempit (daerah pada muka bumiyangdibatasi oleh dua meridian).
Lebar zone proyeksi Tmbiasanya sebesar 3º. Setiap zone mempunyai meridian
sentral sendiri. Jadi seluruh permukaan bumi tidak dipetakan dalam satu silinder
3. Proyeksi Universal Tranverse Mercator (UTM) Proyeksi UTM adalah proyeksi yang memiliki mercator yang memiliki sifat-sifat
khusus. Sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh proyeksi UTM adalah :
a. Proyeksi : Transvere Mercator dengan lebarzone 6°.
b. Sumbu pertama (ordinat/ Y) : Meridiansentraldari tiap zone
c. Sumbu kedua (absis / X) : Ekuator
d. Satuan : Meter
e. Absis Semu (T) : 500.000 meter pada Meridian sentral
f. Ordinat Semu(U) : 0 meter di Ekuator untuk belahan bumi bagian
Utara dan 10.000.000 meter di Ekuator untuk
belahan bumi bagian Selatan
g. Faktor skala : 0,9996 (pada Meridian sentral)
h. Penomoran zone : Dimulai denganzone1 dari 180°BB s/d 174°
BB,Tzone 2 dari 174°BBs/d168° BB, dan
Seterusnya sampai zone 60 yaitu dari 174°B s/d
180°BT.
i. Batas Lintang : 84°LUdan80°LS dengan lebar lintang untuk
masing-masing zoneadalah 8°, kecuali untuk
bagian lintang X yaitu 12°.
j. Penomoran bagianderajat lintang : Dimulai dari notasi C , D, E, F sampai X (notasi
huruf I danO tidak digunakan).
Wilayah Indonesia terbagi dalam 9 zoneUTM, dimulai darimeridian 90° BT
sampai meridian 144°BT dengan batas lintang 11°LSsampai6°LU. Dengan demikian,
wilayah Indonesia terdapat padazone 46sampai denganzone 54.
4. Proyeksi Tranverse Mercator 3°(TM-3°)
Proyeksi TM-3°adalahproyeksi yang memiliki mercatoryang memiliki sifat-
sifat khusus. Sifat-sifat khususyang dimiliki oleh proyeksi TM-3°adalah :
a. Proyeksi : Transverse Mercatordengan lebar zone 3°
b. Sumbu pertama (ordinat/ Y) : Meridiansentraldari tiap zone
c. Sumbu kedua (absis / X) : Ekuator
d. Satuan : Meter
e. Absis Semu (T) : 200.000 meter + X
f. Ordinat Semu(U) : 1.500.000 meter + Y
g. Faktor skala : 0,9999 (pada Meridian sentral)
h. Penomoran zone : Dimulai dengan zone 46.2dari 93°BT s/d
96°BT, zone 47.1dari 96°BTs/d 99°BT, zone
47.2dari 99°BT s/d 102°BT, zone 48.1dari
102°BT s/d 105° BT dan seterusnya sampai
zone 54.1dari 138°BT s/d 141°BT
i. Batas Lintang : 6°LUdan 11°LS
Proyeksi TM-3°digunakan oleh Badan Pertanahan Nasional. Proyeksi ini
beracuan pada Ellipsoid World GeodeticSystem1984 ( WGS ‘84) yang kemudia disebut
sebagai Datum Geodesi Nasional 1995(DGN ‘95)
Referensi :
Bakosurtanal. 1979. Transformasi Koordinat Geografi keKoordinaUTM-GridSpheroid
Nasional Indonesia. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional
Prihandito, Aryono. 1988. Proyeksi Peta. Penerbit Kanisius Yogyakarta
Purwoharjo, Umaryono. 1986. Hitung dan Proyeksi Geodesi II. Jurusan Teknik Geodesi FTSP-
ITB, Bandung