2. Perpe Tugas II - Proyeksi Peta

9
PROYEKSI PETA 1. Proyeksi Polyeder Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini,setiap bagian derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang masing- masing berjarak 20′.Diantara kedua paralel tersebutterdapatgaris paralel rata-ratayang disebut sebagai paralel standardan garis meridian rata-rata yangdisebut meridian standar. Titik potong antara garis paralel standar dan garis meridian standar disebut sebagi ‘titik nol’ (ϕ0, λ0) bagian derajat tersebut. Setiapbagianderajat proyeksi Polyeder diberi nomor dengan dua digit angka. Digit pertama yangmenggunakan angka romawi menunjukan letak garis paralelstandar (ϕ0) sedangkan digit kedua yang menggunakanangka arabmenunjukan garis meridian standarnya (λ0). Untuk wilayah Indonesia penomoran bagian derajatnya adalah : Paralel standar : dimulai dari I (ϕ0=6°50′LU) sampai LI (ϕ0=10°50′LU) Meridianstandar : dimulai dari 1(λ0=11°50′BT) sampai 96 (λ0=19°50′BT) Proyeksi Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol Jakarta

description

tugas perpetaan. proyeksi peta

Transcript of 2. Perpe Tugas II - Proyeksi Peta

Page 1: 2. Perpe Tugas II - Proyeksi Peta

PROYEKSI PETA

1. Proyeksi Polyeder Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi

ini,setiap bagian derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang

masing-masing berjarak 20′.Diantara kedua paralel tersebutterdapatgaris paralel rata-

ratayang disebut sebagai paralel standardan garis meridian rata-rata yangdisebut

meridian standar. Titik potong antara garis paralel standar dan garis meridian standar

disebut sebagi ‘titik nol’ (ϕ0, λ0) bagian derajat tersebut. Setiapbagianderajat proyeksi

Polyeder diberi nomor dengan dua digit angka. Digit pertama yangmenggunakan angka

romawi menunjukan letak garis paralelstandar (ϕ0) sedangkan digit kedua yang

menggunakanangka arabmenunjukan garis meridian standarnya (λ0).

Untuk wilayah Indonesia penomoran bagian derajatnya adalah :

Paralel standar : dimulai dari I (ϕ0=6°50′LU) sampai LI (ϕ0=10°50′LU) � Meridianstandar : dimulai dari 1(λ0=11°50′BT) sampai 96 (λ0=19°50′BT) �

Proyeksi Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol Jakarta

(λjakarta=106°48′27′′,79 BT)

Page 2: 2. Perpe Tugas II - Proyeksi Peta

2. Proyeksi Tranverse Mercator Proyeksi Tranverse Mercatoradalah proyeksi yang memiliki ciri-ciri silinder,

tranversal, conformdan menyinggung. Pada proyeksi inisecara geografis silindernya

menyinggung bumi padasebuah meridian yang disebut meridian sentral. Pada meridian

sentral,faktor skala (k)adalah 1 (tidak terjadidistorsi). Perbesaran sepanjang meridian

akan semakin meningkat pada meridian yangsemakin jauhdari meridian sentral kearah

timur maupun kearah barat.Perbesaran sepanjang paralelsemakin akan meningkat pada

lingkaran paralel yang semakin mendekati equator. Denganadanyadistorsi yangsemakin

membesar, maka perlu diusahakan untuk memperkecil distorsi dengan membagi daerah

dalam zone-zone yang sempit (daerah pada muka bumiyangdibatasi oleh dua meridian).

Lebar zone proyeksi Tmbiasanya sebesar 3º. Setiap zone mempunyai meridian

sentral sendiri. Jadi seluruh permukaan bumi tidak dipetakan dalam satu silinder

3. Proyeksi Universal Tranverse Mercator (UTM) Proyeksi UTM adalah proyeksi yang memiliki mercator yang memiliki sifat-sifat

khusus. Sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh proyeksi UTM adalah :

a. Proyeksi : Transvere Mercator dengan lebarzone 6°.

b. Sumbu pertama (ordinat/ Y) : Meridiansentraldari tiap zone

c. Sumbu kedua (absis / X) : Ekuator

d. Satuan : Meter

Page 3: 2. Perpe Tugas II - Proyeksi Peta

e. Absis Semu (T) : 500.000 meter pada Meridian sentral

f. Ordinat Semu(U) : 0 meter di Ekuator untuk belahan bumi bagian

Utara dan 10.000.000 meter di Ekuator untuk

belahan bumi bagian Selatan

g. Faktor skala : 0,9996 (pada Meridian sentral)

h. Penomoran zone : Dimulai denganzone1 dari 180°BB s/d 174°

BB,Tzone 2 dari 174°BBs/d168° BB, dan

Seterusnya sampai zone 60 yaitu dari 174°B s/d

180°BT.

i. Batas Lintang : 84°LUdan80°LS dengan lebar lintang untuk

masing-masing zoneadalah 8°, kecuali untuk

bagian lintang X yaitu 12°.

j. Penomoran bagianderajat lintang : Dimulai dari notasi C , D, E, F sampai X (notasi

huruf I danO tidak digunakan).

Page 4: 2. Perpe Tugas II - Proyeksi Peta

Wilayah Indonesia terbagi dalam 9 zoneUTM, dimulai darimeridian 90° BT

sampai meridian 144°BT dengan batas lintang 11°LSsampai6°LU. Dengan demikian,

wilayah Indonesia terdapat padazone 46sampai denganzone 54.

4. Proyeksi Tranverse Mercator 3°(TM-3°)

Proyeksi TM-3°adalahproyeksi yang memiliki mercatoryang memiliki sifat-

sifat khusus. Sifat-sifat khususyang dimiliki oleh proyeksi TM-3°adalah :

a. Proyeksi : Transverse Mercatordengan lebar zone 3°

b. Sumbu pertama (ordinat/ Y) : Meridiansentraldari tiap zone

c. Sumbu kedua (absis / X) : Ekuator

d. Satuan : Meter

e. Absis Semu (T) : 200.000 meter + X

f. Ordinat Semu(U) : 1.500.000 meter + Y

g. Faktor skala : 0,9999 (pada Meridian sentral)

h. Penomoran zone : Dimulai dengan zone 46.2dari 93°BT s/d

96°BT, zone 47.1dari 96°BTs/d 99°BT, zone

47.2dari 99°BT s/d 102°BT, zone 48.1dari

102°BT s/d 105° BT dan seterusnya sampai

zone 54.1dari 138°BT s/d 141°BT

i. Batas Lintang : 6°LUdan 11°LS

Page 5: 2. Perpe Tugas II - Proyeksi Peta

Proyeksi TM-3°digunakan oleh Badan Pertanahan Nasional. Proyeksi ini

beracuan pada Ellipsoid World GeodeticSystem1984 ( WGS ‘84) yang kemudia disebut

sebagai Datum Geodesi Nasional 1995(DGN ‘95)

Page 6: 2. Perpe Tugas II - Proyeksi Peta

Referensi :

Bakosurtanal. 1979. Transformasi Koordinat Geografi keKoordinaUTM-GridSpheroid

Nasional Indonesia. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional

Prihandito, Aryono. 1988. Proyeksi Peta. Penerbit Kanisius Yogyakarta

Purwoharjo, Umaryono. 1986. Hitung dan Proyeksi Geodesi II. Jurusan Teknik Geodesi FTSP-

ITB, Bandung