2 Fasdarsyah - Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Kawasan Lancang Garam Lhokseumawe

download 2 Fasdarsyah - Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Kawasan Lancang Garam Lhokseumawe

of 10

description

lalalal

Transcript of 2 Fasdarsyah - Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Kawasan Lancang Garam Lhokseumawe

  • Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561

    Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Pada Kawasan Lancang Garam Lhokseumawe Fasdarsyah

    95

    KAJIAN SUMUR RESAPAN DALAM MEREDUKSI DEBIT LIMPASAN PADA KAWASAN LANCANG GARAM

    LHOKSEUMAWE

    Fasdarsyah Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh

    Abstrak

    Pertumbuhan dan perkembangan aktifitas masyarakat serta penutupan lahan permukaan tanah oleh perumahan, jalan dan lahan kedap air di desa Lancang Garam mengakibatkan limpasan air hujan meningkat dan pengisian air tanah berkurang. Salah satu usaha untuk mengurangi air limpasan dan mengembalikan fungsi resapan adalah penerapan sumur resapan air hujan. Tujuan penelitian ini untuk meminimalkan kelebihan air yang tidak tertampung dengan baik sehingga menyebabkan banjir. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu Debit yang keluar pada wilayah Lancang Garam jika tanpa sumur resapan untuk tipe I (60-100 m2) sebesar 0,415 m3/det, tipe II (100-200 m2) sebesar 0,934 m3/det dan tipe III (200-300 m2) sebesar 0,207 m3/det. Besarnya debit setelah ada sumur resapan untuk tipe I (60-100 m2) didapat 0,183 m3/det, tipe II (100-200 m2) didapat 0,364 m3/det dan tipe III (200-300 m2) didapat 0,081 m3/det. Kawasan Lancang Garam dapat mereduksi debit limpasan yang terjadi setiap unit rumah berdasarkan pengelompokkan tipe rumah yaitu tipe I (60-100 m2) didapat 0,232 m3/det, tipe II (100-200 m2) didapat 0,570 m3/det dan tipe III (200-300 m2) didapat 0,126 m3/det.

    Kata kunci: debit limpasan, curah hujan, sumur resapan

    1. Pendahuluan Pembangunan perumahan di kota yang padat penduduknya menyebabkan

    semakin banyak permukaan tanah yang tertutupi. Hal ini mengakibatkan limpasan air hujan meningkat dan pengisian air tanah berkurang. Sumur resapan adalah sumur yang dibuat sebagai tempat penampungan air hujan berlebih agar memiliki waktu dan ruang untuk meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi. Pembangunan sumur resapan merupakan cara untuk mereduksi limpasan yang keluar dari suatu perumahan tersebut. Dengan membangun sumur resapan, maka sebagian air hujan yang jatuh pada perumahan akan diserap ke dalam tanah dan disalurkan ke sumur resapan tersebut. Desa Lancang Garam merupakan daerah yang sering tergenang air setelah hujan dan terkena banjir apabila terjadi intensitas hujan yang tinggi. Lokasi penelitian pada daerah Lancang Garam tersebut secara keseluruhan diamati dari luas daerah Lancang Garam yaitu 15 hektar (ha) pada daerah dengan kawasan yang lebih besar terkena banjir. Untuk melakukan penelitian pada daerah yang akan ditinjau dilakukan perbandingan yaitu dengan cara membandingkan debit aliran sebelum adanya sumur resapan dan setelah adanya sumur resapan. Tujuan penelitian ini untuk meminimalkan debit banjir pada kawasan tersebut. Penggunaan sumur resapan, normalisasi saluran dan perbaikan penampang saluran adalah salah satu peluang untuk hal tersebut. Penggunaan sumur resapan nantinya akan lebih diutamakan dari normalisasi saluran dan perbaikan penampang mengingat kawasan tersebut hampir keseluruhannya telah tertutupi oleh bangunan. Untuk penggunaan selain sumur

  • Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561

    Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Pada Kawasan Lancang Garam Lhokseumawe Fasdarsyah

    96

    resapan tidak memungkinkan pula karena dibutuhkan lahan yang cukup seperti perbaikan penampang saluran yang memerlukan penambahan ukuran kedalaman dan lebar pada saluran tersebut.

    2. Tinjauan Kepustakaan 2.1 Analisa Hidrologi

    Analisa hidrologi bertujuan untuk mengetahui debit maksimum air atau debit pengaliran. Analisa hidrologi yang dilakukan meliputi perhitungan curah hujan rencana, intensitas hujan dan debit banjir rencana. Untuk perhitungan debit banjir rencana dilakukan uji kecocokan distribusi Chi-kuadrat atau Uji Smirnov-Kolmogorov

    2.1.1 Curah hujan rencana Menurut Suripin (2004), tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah

    berkaitan dengan besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan distribusi kemungkinan. Analisis frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh probabilitas besaran hujan di masa yang akan datang. Dengan anggapan bahwa sifat statistik kejadian hujan yang akan datang masih sama dengan sifat statistik kejadian hujan masa lalu. Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi (jenis sebaran atau analisis frekuensi) yang banyak digunakan untuk menentukan tinggi curah hujan rencana dalam analisa hidrologi ada empat jenis yaitu : 1. Distribusi Normal 2. Distribusi Log Normal 3. Distribusi Log-Person III 4. Distribusi Gumbel Sifat-sifat khas dari setiap macam distribusi frekuensi (Jayadi 2000) adalah sebagai berikut. a. Distribusi Normal Ciri khas distribusi Normal adalah:

    1) Skewness (Cs) 0,00 2) Kurtosis (Ck) = 3,00 3) Prob X (X S ) = 15,87 % 4) Prob X X = 50,00 % 5) Prob X (X + S ) = 84,14 %

    b. Distribusi Log Normal Sifat statistik distribusi Log Normal adalah:

    1) Cs 3 Cv 2) Cs > 0

    c. Distribusi Gumbel Ciri khas statistik distribusi Gumbel adalah:

    1) Cs 1,396 2) Ck 5,4002

    d. Distribusi Pearson III Sifat statistik distribusi ini adalah:

    1) jika tidak menunjukkan sifat-sifat seperti pada ketiga distribusi di atas, 2) garis teoritik probabilitasnya berupa garis lengkung.

  • Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561

    Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Pada Kawasan Lancang Garam Lhokseumawe Fasdarsyah

    97

    2.1.2 Uji kecocokan distribusi Smirnov-Kolmogorov Untuk menentukan kecocokan distribusi frekuensi dari sampel data terhadap

    fungsi distribusi peluang yang diperkirakan dapat menggambarkan atau mewakili distribusi frekuensi tersebut diperlukan pengujian parameter. Untuk pengujian parameter dilakukan dengan uji kecocokan distribusi Uji Smirnov-Kolmogorov. Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov sering juga disebut uji kecocokan non parametrik (non parametric test), karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Prosedur untuk Uji Smirnov-Kolmogorov ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

    - Urutkan data dari besar ke kecil dan tentukan peluang dari masing-masing data tersebut dengan rumus :

    %1001

    xn

    m

    += ................. (2.1)

    Keterangan : P = peluang (%) m = nomor urut data n = jumlah data

    - Tentukan peluang teoritis untuk masing-masing data tersebut berdasarkan persamaan distribusinya dan

    T1

    '= ................................. (2.2)

    - Dari kedua nilai peluang tersebut, tentukan selisih terbesar antara peluang pengamatan dengan peluang teoritis :

    ( )[ ]maksmaks QPQPmaksimumD ')( = ............... (2.3) - Berdasarkan Tabel 2.1, nilai kritis Smirnov-Kolmogorov ditentukan harga

    Do

    Tabel 2.1 Nilai Kritis Do untuk Uji Smirnov-Kolmogorov N 0,2 0,10 0,05 0,01 5

    10 15 20 25 30 35 40 45 50

    0,45 0,32 0,27 0,23 0,21 0,19 0,18 0,17 0,16 0,15

    0,51 0,37 0,30 0,26 0,24 0,22 0,20 ,19

    0,18 0,17

    0,56 0,41 0,34 0,29 0,27 0,24 0,23 0,21 0,20 0,19

    0,67 0,49 0,40 0,36 0,32 0,29 0,27 0,25 0,24 0,23

    n>50 1,07/n0,5 1,22/n0,5 1,36/n0,5 1,63/n0,5

    - Apabila D lebih kecil dari Do maka distribusi yang digunakan untuk menentukan debit rencana dapat diterima, sebaliknya jika harga D lebih besar dari Do, maka distribusi yang digunakan untuk menentukan debit rencana tidak diterima.

  • Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561

    Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Pada Kawasan Lancang Garam Lhokseumawe Fasdarsyah

    98

    2.1.3 Metode rasional Metode untuk memperkirakan laju aliran permukaan puncak yang umum

    dipakai adalah metode Rasional. Metode ini sangat sederhana dan mudah penggunaannya, namun penggunaannya terbatas untuk daerah aliran sungai (DAS) dengan ukuran kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al., 1986). Persamaan matematik metode Rasional dalam bentuk sebagai berikut (Suripin,2004) : Qp = 0,002778.C.I.A ....... (2.4) Keterangan : Qp = laju aliran permukaan (debit) puncak (m3/detik) C = koefisien aliran permukaan (0 C 1) I = intensitas hujan (mm/jam) A = luas DAS (ha)

    2.1.4 Karakteristik hujan Karakteristik Hujan dapat diketahui berdasarkan durasi hujan, waktu

    konsentrasi dan intensitas hujannya. a. Durasi hujan

    Durasi hujan adalah lama kejadian hujan (menitan, jam-jaman, harian) diperoleh terutama dari hasil pencatatan alat pengukur hujan otomatis. Dalam perencanaan drainase, durasi hujan ini sering dihubungkan dengan waktu konsentrasi, khususnya pada drainase perkotaan diperlukan durasi yang relatif pendek, mengingat akan toleransi terhadap lamanya genangan.

    b. Waktu konsentrasi (Tc) Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dar titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir suatu saluran. Dalam ilmu hidrologi ada beberapa rumus yang sering digunakan untuk menghitung waktu konsentrasi aliran. Untuk penghitungan waktu konsentrasi lokasi kajian ini menggunakan rumus Kerby sebagai berikut:

    467,0

    21

    =

    S

    LnxCTc ..... (2.5)

    Keterangan : C = Koefisien Aliran Permukaan Ln = Panjang Maksimum Lintasan air (meter) A = Luas Catchmenth Area (km2) S = Kemiringan Slope DAS (

    AliranPanjangH

    ). c. Intensitas hujan

    Intensitas hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu atau bisa dikatakan dengan ketinggian hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu air hujan terkonsentrasi. Intensitas hujan diperoleh dengan cara melakukan analisis data hujan baik secara statistik maupun secara empiris. Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian, maka intensitas hujan dapat dihitung dengan menggunakan rumus Mononobe berikut ini :

  • Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561

    Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Pada Kawasan Lancang Garam Lhokseumawe Fasdarsyah

    99

    3/224 24

    24

    =

    t

    RI .......... (2.7)

    Keterangan : I = Intensitas hujan (mm/jam) t = lamanya hujan (menit) atau (jam)

    R24 = Curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm)

    Pada intensitas hujan terdapat lengkung intensitas hujan yaitu grafik yang menyatakan hubungan antara intensitas hujan dengan durasi hujan, hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk lengkung intensitas hujan dengan Periode Ulang hujan tertentu

    2.2 Sumur Resapan Menurut Kusnaedi (2007), sumur resapan merupakan sumur atau lubang

    pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Menurut Sunjoto (1988), secara teoritis volume dan efisiensi sumur resapan dapat dihitung berdasarkan keseimbangan air yang masuk ke dalam sumur dan air yang meresap ke dalam tanah dan dapat ditulis sebagai berikut:

    ( ){ }2/1 RFKTeFKQH pi=

    .. (2.8)

    Keterangan : H = tinggi muka air dalam sumur (m) F = faktor geometrik (m) Q = debit air masuk (m3/dt) T = waktu pengaliran (dt) K = koefisien permeabilitas tanah (m/dt) R = jari-jari sumur (m)

    Pusat penelitian dan Pengembangan Permukiman PU (1990) telah menyusun standar tata cara perencanaan teknis sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan yang dituangkan dalam SK SNI T-06-1990 F. Tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Sunjoto, metode PU menyatakan bahwa dimensi atau jumlah sumur resapan air hujan yang diperlukan pada suatu lahan pekarangan ditentukan oleh curah hujan maksimum, permeabilitas tanah dan luas bidang tanah, dirumuskan sebagai berikut :

    PkDAAkDAID

    Hs

    st

    ..

    ....

    +

    =

    . (2.9)

    Keterangan : D = durasi hujan (jam) I = intensitas hujan (m/jam) At = luas tadah hujan (m2), berupa luas atap rumah atau permukaan tanah

    yang diperkeras k = koefisien permeabilitas tanah (m/jam) P = keliling penampang sumur (m)

  • Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561

    Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Pada Kawasan Lancang Garam Lhokseumawe Fasdarsyah

    100

    As = luas tampungan sumur (m2) H = kedalaman/tinggi air dalam sumur (m)

    Faktor geometrik sumur resapan (F) dapat ditentukan berdasarkan tabel berikut ini :

    Tabel 2.2 Faktor Geometrik Sumur

    Sumber : Sunjoto, 2011

    Drainase sumuran ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

    ( )

    ( )rRhHkQ

    /ln

    22

    =

    pi

    ...... (2.10)

    Keterangan : Q = debit aliran K = koefisien permeabilitas H = tinggi muka air maksimum rencana h = tinggi muka air minimum rencana R = jari - jari sumuran r = jari - jari pengaruh rembesan sumur

    Berdasarkan rumus di atas dapat dilihat gambar penampang tegak sumur drainase sumuran berikut ini.

    Gambar 2.1 Tampang tegak sumur drainase sumuran Sumber : A. Halim Hasmar, 2002

  • Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561

    Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Pada Kawasan Lancang Garam Lhokseumawe Fasdarsyah

    101

    3. Evaluasi dan Hasil 3.1 Curah Hujan Rencana

    Curah hujan yang dihitung dengan menggunakan data curah hujan dari Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Malikussaleh tahun 2002 sampai dengan tahun 2011 dengan menggunakan metode distribusi Log-Person Tipe III pada periode ulang 2, 5, dan 10 tahun yaitu dengan nilai R2

    =

    97,275 mm, R5 = 111,686 mm dan R10 = 116,413, kemudian hasil perhitungan selanjutnya diperlihatkan pada Tabel 3.1.

    Tabel 3.1 Hasil perhitungan curah hujan rencana Periode Ulang

    Curah hujan rata-rata

    Faktor Frekuensi (K)

    Curah hujan periode ulang ( mm)

    2 90,740

    0,267 97,275 5 90,740

    0,808 111,686 10 90,740

    0,971 116,413

    3.2 Uji Kecocokan Distibusi Smirnov-Kolmogorov Dari hasil perhitungan penulis nilai Dmaks < Do yaitu 0,114 < 0,41, maka

    distribusi dengan menggunakan Metode Log-Person Tipe III dapat diterima dan bisa digunakan serta dapat melanjutkan ke perhitungan selanjutnya. Hasil perhitungan diperlihatkan pada Tabel 3.2.

    Tabel 3.2 Hasil Uji Kesesuaian Distribusi Metode Smirnov- kolmogorov M R P =m/(n+1) T P = 1/T D = [P P] 1 122,7 0,091 5,718 0,175 0,084 2 109,0 0,182 3,385 0,295 0,114 3 107,0 0,273 3,149 0,318 0,045 4 95,5 0,364 2,135 0,468 0,105 5 94,5 0,455 2,069 0,483 0,029 6 87,4 0,545 1,684 0,594 0,048 7 86,3 0,636 1,636 0,611 0,025 8 80,0 0,727 1,404 0,712 0,015 9 76,0 0,818 1,293 0,773 0,045

    10 49,0 0,909 1,008 0,992 0,083

    3.3 Debit Aliran Debit aliran yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan periode ulang 2,

    5 dan 10 tahun yaitu dengan nilai Q 2 = 1,462 det/3m , Q 5

    =

    1,688 det/3m dan Q 10

    = 1,931 det/3m , sedangkan debit yang dapat ditampung saluran yaitu sebesar 0,432 (m3/det). Hasil perhitungan diperlihatkan pada tabel 3.3.

    Tabel 3.3 Hasil perhitungan debit aliran periode ulang 2, 5 dan 10 tahun. Tr

    (tahun) R24 I (mm/jam) C Q det/3m

    2 97,275 46,733 0,750 1,462 5 112,369 53,985

    0,750 1,688 10 128,541 61,754

    0,750 1,931

  • Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561

    Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Pada Kawasan Lancang Garam Lhokseumawe Fasdarsyah

    102

    Daya tampung saluran kondisi sekarang hanya sebesar 0,432 m3/det sedangkan debit aliran maksimum pada periode ulang 2 tahun sebesar 1,462 m

    3/det sehingga terjadi kelebihan debit, maka debit rencananya sebesar 1,030 m

    3/det. Kondisi pada periode ulang T tahun lainnya diperlihatkan pada tabel 3.4. Hal ini menunjukkan bahwa saluran di kawasan Lancang Garam tidak mampu mengalirkan besarnya debit yang terjadi.

    Tabel 3.4 debit kemampuan tampungan saluran dengan debit periode ulang Periode Ulang

    (Tahun) Q Periode Ulang

    (m3/det) Q saluran (m3/det)

    Q rencana (m3/det)

    2 1,462 0,432 1,030 5 1,688 0,432 1,256

    10 1,931 0,432 1,499

    Kapasitas aliran pada saluran di Lancang Garam yang sangat kecil tidak mampu untuk mengalirkan jumlah debit yang cukup besar sehingga terjadi kelebihan debit yang dapat menyebabkan banjir. Perbandingan kapasitas alir saluran dengan debit maksimum yang terjadi pada setiap periode ulang dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini.

    Gambar 3.1 Grafik Debit Maksimum Berdasarkan Periode Ulang T Tahun

    3.4 Perhitungan Sumur Resapan Berdasarkan hasil perhitungan dari data yang telah didapat untuk kawasan

    Lancang Garam dengan luas wilayah 15 ha yang ditempati 415 KK maka untuk mendapatkan nilai intensitas hujan berdasarkan rumus intensitas hujan dengan menggunakan rumus Talbot yang dihitung terlebih dahulu harga-harga tiap suku untuk perhitungan tetapan-tetapan dalam rumus intensitas hujan, seperti dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut ini.

    Tabel 3.5 harga tiap suku untuk perhitungan tetapan-tetapan dalam rumus intensitas curah hujan

    No t I I.t I2 I2.t 1 2 46,733 93,466 2183,973 4367,947 2 5 53,985 269,925 2914,380 14571,901 3 10 61,754 617,540 3813,557 38135,565

    Jumlah 162,472 980,931 8911,910 57075,413

    Dari tabel di atas dapat dihitung tetapan-tetapan a dan b yang merupakan konstanta yang tergantung pada lamanya hujan, sehingga setelah didapat nilai a dan b maka rumus intensitas hujannya adalah -1568,873/(t-35,006). Untuk debit

  • Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561

    Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Pada Kawasan Lancang Garam Lhokseumawe Fasdarsyah

    103

    aliran yang keluar pada wilayah Lancang Garam jika tanpa sumur resapan terlebih dahulu menghitung komposisi luas atap, jalan aspal dan halaman berdasarkan tipe rumah yang telah dikelompokkan yaitu tipe I (60-100 m2), tipe II (100-200 m2) dan tipe III (200-300 m2). Dari luas atap per rumah didapat komposisi luas atap, jalan aspal dan halaman, sehingga diperoleh nilai koefisien aliran (Ckomposit) yang sama pada tiap-tiap tipe yaitu 0,818. Untuk perhitungan debit aliran selanjutnya dengan menggunakan rumus rasional, sedangkan nilai intensitas hujan untuk waktu konsentrasi (Tc) dengan lamanya waktu 0,613 jam pada hasil perhitungan waktu konsentrasi sebelumnya di saluran, maka intensitas hujan diperoleh 45,616 mm/jam, sehingga didapat debit aliran yang keluar pada wilayah Lancang Garam jika tanpa sumur resapan untuk tipe I (60-100 m2) diperoleh 0,415 m3/det, tipe II (100-200 m2) diperoleh 0,934 m3/det dan tipe III (200-300 m2) diperoleh 0,207 m

    3/det. Berdasarkan perhitungan waktu konsentrasi air dari atap masuk ke sumur resapan pada lokasi kajian ini menggunakan rumus Kerby diperoleh nilai waktu konsentrasi (Tc) untuk tipe I (60-100 m2) yaitu 1,661 jam (5979,6 detik), tipe II (100-200 m2) yaitu 1,837 jam (6613 detik) dan tipe III (200-300 m2) yaitu 1,995 jam (7182 detik), maka intensitas hujannya untuk tipe I (60-100 m2) adalah 47,049 mm/jam, tipe II (100-200 m2) adalah 47,299 mm/jam dan tipe III (200-300 m

    2) adalah 47,526 mm/jam. Sehingga debit maksimum dari atap (Q maks) tipe I (60-100 m2) sebesar 0,001 m3/det, tipe II (100-200 m2) sebesar 0,0014 m3/det dan tipe III (200-300 m2) sebesar 0,0021 m3/det, dari debit ini dengan menggunakan rumus menurut Sunjoto (1988) dapat diperoleh nilai kedalaman optimal sumur untuk ukuran sumur resapan dengan menggunakan salah satu faktor geometrik sumur resapan yaitu F = 4R, waktu pengaliran (T) tiap-tiap tipe dari hasil perhitungan menggunakan rumus Kerby, dan diameter sumur yang digunakan 1 meter sehingga jari-jari sumur (R) adalah 0,5 m. Maka diperoleh faktor geometrik sumur resapan (F) yaitu 2 m. Jadi, kedalaman optimal sumur untuk ukuran sumur resapan pada tipe I (60-100 m2) adalah 0,5 m, tipe II (100-200 m2) adalah 1 m dan tipe III (200-300 m2) adalah 1,5 m.

    Untuk debit aliran apabila telah adanya sumur resapan, aliran dari atap seluruhnya masuk sumur resapan, sehingga aliran air hujan yang masuk ke saluran drainase adalah air yang berasal dari jalan aspal (31 %) dan halaman (13 %). Untuk mendapatkan koefisien aliran dan debit aliran jika ada sumur resapan perhitungannya sama seperti sebelum ada sumur resapan sehingga diperoleh debit alirannya ) untuk tipe I (60-100 m2) sebesar 0,183 m3/det, tipe II (100-200 m2) sebesar 0,364 m3/det dan tipe III (200-300 m2) sebesar 0,081 m3/det. Berdasarkan hasil perhitungan sumur resapan, baik itu perhitungan debit yang keluar sebelum adanya sumur resapan maupun setelah adanya sumur resapan serta perhitungan kedalaman optimal sumur resapan untuk ukuran sumur resapan diperoleh Kawasan Lancang Garam dapat mereduksi debit limpasan yang terjadi setiap unit rumah berdasarkan pengelompokkan tipe rumah yaitu tipe I (60-100 m2) didapat 0,232 m3/det, tipe II (100-200 m2) didapat 0,570 m3/det dan tipe III (200-300 m2) didapat 0,126 m3/det. Dari debit sebesar itu dapat digunakan untuk mengurangi aliran permukaan (run off), memperbaiki permukaan tanah, pemenuhan kebutuhan air sekunder dan memperkecil beban drainase mikro maupun makro. Sehingga jika masyarakat dan pemerintah khususnya pada kawasan Lancang Garam sadar dan peduli terhadap lingkungan yang sering terjadi

  • Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561

    Kajian Sumur Resapan Dalam Mereduksi Debit Limpasan Pada Kawasan Lancang Garam Lhokseumawe Fasdarsyah

    104

    tiap tahunnya yaitu banjir agar turut serta minimal untuk lingkungan rumahnya sendiri dalam merencanakan penggunaan sumur resapan ini.

    4. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

    maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Debit aliran yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan periode ulang 2, 5

    dan 10 tahun yaitu sebesar Q 2 = 1,462 det/3m , Q 5

    =

    1,688 det/3m dan

    Q 10

    = 1,931 det/3m.

    2. Debit yang keluar pada wilayah Lancang Garam jika tanpa sumur resapan untuk tipe I (60-100 m2) sebesar 0,415 m3/det, tipe II (100-200 m2) sebesar 0,934 m3/det dan tipe III (200-300 m2) sebesar 0,207 m3/det.

    3. Dari hasil perhitungan didapat kedalaman optimal sumur untuk ukuran sumur resapan tipe I (60-100 m2) adalah 0,5 m, tipe II (100-200 m2) adalah 1 m dan tipe III (200-300 m2) adalah 1,5 m.

    4. Besarnya debit setelah ada sumur resapan untuk tipe I (60-100 m2) didapat 0,183 m3/det, tipe II (100-200 m2) didapat 0,364 m3/det dan tipe III (200-300 m2) didapat 0,081 m3/det.

    5. Kawasan Lancang Garam dapat mereduksi debit limpasan yang terjadi setiap unit rumah berdasarkan pengelompokkan tipe rumah yaitu tipe I (60-100 m2) didapat 0,232 m3/det, tipe II (100-200 m2) didapat 0,570 m3/det dan tipe III (200-300 m2) didapat 0,126 m3/det.

    Daftar Kepustakaan

    1. Hasmar, H. A., 2004, Drainasi Perkotaan, UII Press, Yogyakarta. 2. Indriatmoko, H. R., Wahjono, D. H, 1999, Teknologi Konservasi Air Tanah

    dengan Sumur Resapan, http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/Buku10Patek/ 09SUMUR.pdf, diunduh tanggal 25 Juni 2012

    3. Kusnaedi, 2007, Sumur Resapan untuk Pemukiman Perkotaan dan Pedesaan, Penebar Swadaya, Jakartas

    4. Novitasari, Drainase Perkotaan Sumur Resapan, http://n0vitasari. files. wordpress.com/2012/04/draiper-bab-v-sumur-resapan-novitasarist-mt2.pdf, diunduh tanggal 25 Juni 2012

    5. Sambo, D., Profil Kota Lhokseumawe, http://dimassambo.blogspot.com/ 2008/04/profil-kota-lhokseumawe.html, diunduh tanggal 29 Januari 2013

    6. Sunjoto, 2011, Teknik Drainase Pro-Air, http://hmtsunsoed.files.wordpress. com/2011/10/sunjoto-teknik-drainasi-pro-air.pdf, diunduh tanggal 4 Maret 2013

    7. Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Andi, Yogyakarta.

    8. Suroso, et al, 2006, Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Debit Banjir Daerah Aliran Sungai Banjaran, http://www.jurnal.com/ diunduh tanggal 24 Oktober 2012.