2. Aplikasi Analisis Kosmetik

85
Analisis Kosmetik

description

ANAKOM

Transcript of 2. Aplikasi Analisis Kosmetik

  • Analisis

    Kosmetik

  • Metode Analisis antara lain:

    Pengujian cemaran mikroba;

    Pengujian logam berat;

    Pengujian beberapa bahan yang

    dilarang digunakan dalam Kosmetika;

    Pengujian beberapa bahan pengawet

    yang digunakan dalam Kosmetika.

  • 1. Cemaran Mikroba

    1. Penetapan Angka Kapang Khamir dan

    Uji Angka Lempeng Total

    2. Uji Efektivitas Pengawet

  • 2. Uji Logam Berat

    Arsen

    Kadmium

    Timbal

    Merkuri

  • 3. Pengujian bahan yang

    dilarang

    a. Identifikasi Asam Retinoat

    b. Identifikasi Bahan Pewarna yang

    Dilarang

    c. Identifikasi dan Penetapan Kadar

    Hidrokinon

  • 1. UJI LOGAM

    BERAT

  • Prinsip

    Digesti dengan cara digesti basah atau

    digesti kering atau digesti gelombang

    mikro bertekanan tinggi (High Pressure

    Microwave Digestion)

    Metode: Graphite Furnace Atomic

    Absorption, Spectrophotometer (GF-AAS)

    dan Flow Injection Analysis System Atomic Absorption Spectrophotometer

    (FIAS-AAS)

  • Pereaksi Asam nitrat pekat Asam klorida pekat Larutan hidrogen peroksida 30 % v/v Pereduksi untuk merkuri: Larutan timah (II) klorida 1,1%

    dalam larutan asam klorida 3% v/v, Larutan natrium borohidrida 0,2% dalam larutan natrium hidroksida 0,05 %, Larutan magnesium nitrat 50%, Air deionisasi, Larutan Modifier untuk GF-AAS

    As: modifier Pd 1000 g/mL Pb dan Cd: buat campuran larutan Mg(NO3)2 6H2O 0,2%

    dalam larutan asam nitrat 0,5% v/v dan larutan NH4H2PO4 0,2% dalam larutan asam nitrat 0.5 % v/v (1:1) Pereaksi untuk perlakuan awal pengujian As: buat campuran larutan kalium iodida 10% dan larutan asam askorbat 10% (1:1)

  • Larutan Baku

    Larutan baku persediaan As, Cd, Pb dan

    Hg dengan konsentrasi masing-masing

    1000 g/mL

    Satu seri larutan untuk kurva kalibrasi

  • As: 5, 10, 20, 30 dan 50 g/L dalam larutan

    asam nitrat 0,5% v/v.

    Cd: 0,5; 1; 2; 3 dan 5 g/L dalam larutan

    asam nitrat 0,5% v/v.

    Pb: 5; 10; 20; 30 dan 50 g/L dalam

    larutan asam nitrat 0,5% v/v.

    Hg: 0,5; 1; 2; 3 dan 5 g/L dalam larutan

    asam klorida 3% v/v

  • Larutan Uji : Digesti Basah Alat digesti gelombang mikro (untuk As, Cd, Pb, Hg):

    a. Timbang saksama 0,15 - 0,20 g contoh, masukkan ke dalam tabung kuarsa atau tetrafluorometan (TFM) 50 mL. Hindari kontak dengan dinding tabung, tambahkan 3,0 mL asam nitrat pekat dan 1,0 mL larutan hidrogen peroksida 30% v/v.

    b. Jika contoh mengandung talk atau pigmen, tambahkan 1 mL asam klorida pekat.

    c. Tutup tabung dan diamkan selama 15 menit untuk menjamin reaksi berjalan sempurna. Digesti dalam microwave digestion system

    d. Setelah didinginkan sampai suhu ruang, tambahkan 20 mL air deionisasi pada larutan digesti, bilas bagian dalam dan bagian tutup, saring dengan kertas Whatman no.1. Tampung filtrat dalam labu tentukur 50-mL dan encerkan dengan air deionisasi sampai tanda.

  • Digesti Kering Digesti kering/pengabuan (untuk As, Cd, dan Pb)

    Timbang saksama lebih kurang 2,5 g contoh, masukkan ke dalam cawan porselen dan tambahkan 3 mL larutan magnesium nitrat 50%.

    Keringkan di atas tangas air, abukan residu terlebih dahulu dalam mantel pemanas sampai tidak terdapat asap, kemudian panaskan dalam tanur pada suhu 500oC selama 3 jam.

    Dinginkan, tambahkan 25 mL larutan asam klorida 6 M, saring ke dalam labu tentukur 50-mL dan encerkan dengan air sampai tanda.

  • Batas kuantitasi

    As 2,5 g/g

    Cd 1 g/g

    Pb 10 g/g

    Hg 0,5 g/g

  • 2. UJI BAHAN

    YANG

    DILARANG

  • Pilihan Metode

    Metode

    kromatografi

  • Prinsip Kromatografi

    Melibatkan sampel yang dibawa oleh

    fase gerak

    Melewati fase diam

    PEMILIHAN FASE DIAM DAN FASE GERAK:

    Sampel memiliki kelarutan yang

    berbeda

    di fase diam dan fase gerak

  • Sehingga..... Sampel yang memiliki ketertarikan

    dengan fase diam, membutuhkan waktu

    yang lebih lama untuk melewati fase

    diam dibandingkan sampel yang lebih

    larut di fase gerak

    Perbedaan mobilitas menyebabkan

    pemisahan satu sama lain

    LIKE DISSOLVE LIKE

  • Jenis Kromatografi

  • 19

  • Instrumen

  • Tipe Kolom

    Fase Normal: Fase diam lebih polar

    dibanding fase gerak Contoh: Kolom

    Silika

    Fase Balik: Fase diam lebih non polar

    dibanding Fase Gerak

    Contoh: Kolom silika yang digabung

    dengan rantai hidrokarbon

  • Polarity of silica gel (normal phase)

  • (Reversed Phase)

  • Asam retinoat-KLT Baku Pembanding (BP) Asam retinoat BP. Simpan

    dibawah nitrogen dan terlindung dari cahaya,

    pada suhu ruang.

    Pereaksi: asam asetat glasial, asam fosfomolibdat, aseton, etanol mutlak, Dietil eter, n-heksan, Metanol, Gas nitrogen, Sikloheksan

    Larutan pengembang : Sistem A: campuran n-heksan - asam asetat glasial 0,33% dalam etanol mutlak (9:1) v/v; Sistem B: campuran n-heksan - aseton (6:4) v/v; Sistem C: campuran sikloheksan - eter - aseton - asam asetat glasial (54:40:4:2) v/v/v/v

    Larutan penampak bercak: asam fosfomolibdat 5% dalam etanol mutlak

  • Preparasi sampel

    Produk krim: Timbang lebih kurang 3 g

    contoh, masukkan ke dalam tabung

    sentrifus 30 mL, bungkus dengan

    aluminium foil, tambahkan 10 mL metanol

    dan campur menggunakan vortex mixer

    selama 5 menit. Dinginkan dalam es

    selama 15 menit dan saring melalui kertas

    saring Whatman no. 41 atau yang setara.

  • Produk berbasis air (larutan dan gel): Timbang

    lebih kurang 10 g contoh, masukkan ke

    dalam corong pisah. Untuk contoh gel,

    tambahkan dalam 5 mL air. Ekstraksi larutan

    dengan 50 mL n-heksan dan cuci ekstrak n-

    heksan dengan 10 mL air. Uapkan ekstrak

    dengan hembusan gas nitrogen sampai

    kering. Larutkan residu dalam 1 mL metanol

    dan saring melalui penyaring membran PTFE

    dengan porositas 0,45 m.

  • Perhitungan

    Nilai Rf = Jarak tempuh bercak/Jarak

    tempuh larutan pengembang

  • Perkiraan Rf

    Sistem A 0,1 0,3

    Sistem B 0,5

    Sistem C 0,4

  • Asam retinoat-KCKT Prinsip: Asam retinoat diidentifikasi secara

    kromatografi cair fase balik dengan deteksi ultra violet.

    Baku Pembanding (BP): Asam retinoat BP. Simpan dibawah gas nitrogen dan terlindung dari cahaya.

    Pereaksi: Semua pereaksi yang digunakan harus pro analisis dan sesuai untuk KCKT (Air bidestilasi, , asam asetat glasial dan Metanol)

    Fase gerak: campuran metanol-air-asam asetat glasial (85:15:0,5) v/v/v

  • Larutan Baku

    Timbang saksama lebih kurang 10 mg

    Asam retinoat BP, masukkan ke dalam

    labu tentukur 10-mL, larutkan dalam 5 mL

    metanol, jika perlu sonikasi selama 1

    hingga 2 menit dan encerkan dengan

    metanol sampai tanda (A).

  • Buat pengenceran 1000 kali dengan cara: pipet 1 mL (A) ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan metanol sampai tanda (B); pipet 1 mL (B) ke dalam labu tentukur 10mL, encerkan dengan metanol sampai tanda (C); pipet 1mL (C) ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan metanol sampai tanda (D). Larutan (D) yang digunakan sebagai larutan baku.

  • Preparasi Sampel Produk Krim: Timbang lebih kurang 1 g

    contoh, masukkan ke dalam tabung sentrifus 30 mL yang dibungkus dengan alumunium foil, tambahkan 10 mL metanol dan campur menggunakan vortex mixer selama 5 menit. Dinginkan dalam es selama 15 menit dan saring melalui penyaring membran berdiameter kecil dengan porositas 0,45 m. Kumpulkan filtrat dalam vial berwarna coklat, buang beberapa mL filtrat pertama. Gunakan filtrat sebagai larutan uji.

  • Larutan jernih: Saring larutan melalui

    penyaring membran berdiameter kecil

    dengan porositas 0,45 m. Kumpulkan

    filtrat dalam vial berwarna coklat, buang

    beberapa mL filtrat pertama. Gunakan

    filtrat sebagai larutan uji.

  • Kondisi HPLC

    Suhu kolom : 30C

    Laju alir : 1,4 mL/menit

    Detektor : UV 353 nm

    Volume injeksi : 20 L

  • Identifikasi

    Pewarna yang

    Dilarang Dalam

    Produk

    Kosmetik

  • Prinsip

    Bahan pewarna yang dilarang dalam

    kosmetika diekstraksi dan diidentifikasi

    secara KLT.

    Jingga K1 BP, Kuning metanil BP dan

    Merah K10 BP

  • Larutan Baku

    A. Larutan baku bahan pewarna larut

    minyak:

    Timbang saksama sejumlah Jingga K1 BP,

    larutkan dalam diklorometan atau pelarut

    campur hingga kadar 0,1 mg/mL dan

    sonikasi sampai homogen.

  • B. Larutan baku bahan pewarna larut air

    Timbang saksama sejumlah Kuning

    Metanil BP, dan Merah K10 BP, masing-

    masing dilarutkan dan diencerkan

    dengan metanol atau DMF atau pelarut

    campur hingga kadar 0,2 mg/mL.

  • Preparasi sampel

    Produk kosmetika berwarna:

    Timbang saksama lebih kurang 0,1 g 0,3 g contoh dan larutkan dalam 2 mL

    pelarut campur. Untuk sampel yang

    diduga mengandung Jingga K1: Lakukan

    ekstraksi dengan diklorometan. Jika perlu,

    panaskan pada suhu 90oC selama 1 jam

    atau sampai larut.

  • Kosmetika yang mengandung

    minyak

    Lakukan ekstraksi lemak 2 kali, setiap kali

    dengan 5 mL n-heksan. Kumpulkan

    ekstrak n-heksan. Jika ekstrak berwarna,

    ekstraksi kembali dengan 2 mL pelarut

    campur dan buang lapisan n-heksan.

    Saring lapisan pelarut campur melalui

    penyaring membran dengan porositas

    0,45 mikrom. Gunakan filtrat sebagai

    larutan uji.

  • Sediaan mandi dan produk

    kosmetika berbasis air lainnya

    Timbang saksama lebih kurang 1 sampai

    5 g contoh (tergantung konsentrasi warna pada contoh), tambahkan 20 mL DMF dan panaskan di atas tangas air selama 10 menit.

    Biarkan pada suhu ruang hingga dingin dan saring melalui kertas saring Whatman (kecepatan sedang sampai tinggi).

    Pewarna organik akan larut dalam DMF.

  • Lakukan ekstraksi terhadap lapisan DMF

    dengan 40 mL petroleum eter untuk

    menghilangkan kelebihan minyak.

    Uapkan lapisan DMF di atas tangas air

    sampai kering.

    Jika lapisan petroleum eter berwarna,

    menunjukkan adanya pewarna larut

    minyak. Uapkan lapisan petroleum eter

    sampai kering.

  • Batas Deteksi KLT

    Jingga K1 133 - 400 g/g

    Kuning Metanil 33 - 100 g/g

    Merah K10 266 - 800 g/g

  • KCKT

    Prinsip: Bahan pewarna yang dilarang

    dalam kosmetika diidentifikasi secara

    kromatografi cair fase balik dengan

    deteksi cahaya tampak.

  • Kondisi Suhu oven kolom : 30 C Kolom : kolom baja tahan karat berisi oktadesil-

    silana C18, ukuran partikel 5 m, 200 x 4,6 mm atau yang setara

    Laju alir : 1 mL/menit

    Detektor : 435 nm dan 535 nm

    Rentang spektra detektor : 275 sampai 760 nm PDA

    Volume injeksi : 20 mikroLiter

    Waktu analisis : 35 menit Fase gerak: Buat campuran larutan

    tetrabutilamonium 0,005 M - air (75:25) v/v

  • IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN

    KADAR HIDROKINON DALAM

    KOSMETIKA

    SECARA KROMATOGRAFI LAPIS

    TIPIS (KLT) DAN

    KROMATOGRAFI CAIR

    KINERJA TINGGI (KCKT)

  • KLT

    Larutan pengembang

    Sistem A: n-heksan - aseton (3:2)

    Sistem B: toluen - asam asetat glasial (8:2)

  • Larutan penampak bercak: Ke dalam

    larutan perak nitrat 5% dalam air,

    tambahkan amonia 25% hingga

    endapan yang terbentuk larut.

    Larutan asam fosfomolibdat 5% dalam

    etanol mutlak.

  • KCKT

    Kondisi:

    Fase gerak: metanol - air (55:45) v/v.

    Laju alir : 1,0 mL / menit

    Detektor : UV 295 nm

    Volume injeksi : 20 L

  • Spektrometri

    Massa

  • Instrumentasi

  • Proses

    Sampel diionisasi, umumnya menjadi

    kation dengan hilangnya sebuah elektron

    yang dilakukan oleh sumber ion

    Ion kemudian dipilih dan dipisahkan

    berdasarkan massa dan muatan:

    dilakukan oleh Penganalisis Massa.

    Pemisahan ion kemudian dideteksi dan

    ditampilkan pada spektrum massa.

  • Tipe Ionisasi

    Berdasarkan pembentukan ion:

    Electrospray (ESI)

    Atmospheric Pressure Chemical Ionization (APCI)

    Atmospheric Pressure Photo-Ionization (APPI)

    New dual sources (ESI/APCI) or (APCI/APPI)

  • Dasar Pemilihan

    Tergantung dari pemakaian

    Peningkatan polaritas dan bobot molekul

    serta ketidakstabilan termal:

    menggunakan electrospray.

    Contohnya: obat dan protein

    Kurang polar, stabil termal dan BM

    rendah dapat menggunakan: APCI atau

    APPI

  • ESI: Droplet size reduction & fission

    Pengurangan ukuran partikel terjadi

    karena proses terus menerus sebagai

    berikut:

    1. Desolvasi (penguapan pelarut dan

    dapar)

    2. Tetesan bermuatan . +++

    +

    +

    +

    +++

    +

    +

    +

    +

    ++

    +++

    +

    +

    ++++++++++

    ++++

    +

    ++++++++++

    +++

    +

    +

    ++++++++++

    ++++

    +

    ++++++++++

    +

    +

    +

    +

    +

  • APCI

    APCI umumnya digunakan untuk senyawa kurang polar dan BM sekitar 1500 Da,

    Umumnya menghasilkan satu muatan ion dengan laju alir 12ml/min.

    Menggunakan nebulisasi pemanasan untuk menguapkan pelarut

    Rentang konsentrasi cukup besar

    Fragmentasi tidak diharapkan bisa terjadi.

  • Penggabungan LC dan MS

  • Skema Sistem

    Liquid

    Chromatography Ionisasi Mass Analyzer Detektor

    ESI APCI APPI

    Triple Quadrapoles Ion-Traps Hybrids

    Pilihan kolom dan

    fase gerak

  • Tandem MS-MS

    Triple Quadrupole (QqQ)

    Ion Trap (IT)

    Hybrids

  • Jingga K1 (C.I. Pigment Orange 5,D&C

    Orange No. 17)

    (CI 12075)

    Chemical Formula: C16H10N4O5 Exact Mass: 338.07 Molecular Weight: 338.27 m/z: 338.07 (100.0%), 339.07 (17.6%), 340.07 (2.7%),

    339.06 (1.5%)

    Elemental Analysis: C, 56.81; H, 2.98; N, 16.56; O, 23.65

  • Merah K10 (Rhodamine B, D&C Red No. 9,C.I.

    Food Red 15)

    (CI 45170)

    Exact Mass: 480.22 Molecular Weight: 481.03 m/z: 480.22 (100.0%), 482.22 (37.2%),

    481.22 (31.5%), 483.22 (9.9%), 484.22

    (1.7%)

    Elemental Analysis: C, 69.91; H, 6.91; Cl, 7.37; N, 5.82; O, 9.98

  • Auramin

    (CI 41000)

    Chemical Formula: C17H22ClN3 Exact Mass: 303.15 Molecular Weight: 303.83 m/z: 303.15 (100.0%), 305.15 (32.2%), 304.15 (19.5%), 306.15 (6.0%),

    305.16 (1.6%)

    Elemental Analysis: C, 67.20; H, 7.30; Cl, 11.67; N, 13.83

  • Butter Yellow (C.I. Solvent Yellow 2) (methyl

    yellow)

    (CI 11020)

    Chemical Formula: C14H15N3 Exact Mass: 225.13 Molecular Weight: 225.29 m/z: 225.13 (100.0%), 226.13

    (15.3%), 227.13 (1.2%), 226.12

    (1.1%)

    Elemental Analysis: C, 74.64; H, 6.71; N, 18.65

  • Black 7984 (Food Black 2)

    (CI 27755)

    Chemical Formula: C26H15N5Na4O13S4 Exact Mass: 824.91 Molecular Weight: 825.64 m/z: 824.91 (100.0%), 825.92 (28.8%), 826.91 (18.7%), 826.92 (7.6%),

    827.91 (6.0%), 825.91 (5.0%), 828.91 (2.0%), 827.92 (1.5%)

    Elemental Analysis: C, 37.82; H, 1.83; N, 8.48; Na, 11.14; O, 25.19; S, 15.53

  • Aplikasi

    Ekstraksi fase padat cair-kromatografi-tandem

    spektrometri massa untuk penentuan dari 2-

    hidroksi-4-methoxybenzophenone dan

    metabolitnya dalam urin dan semen manusia

    Zacaras Len&Alberto Chisvert&Isuha

    Tarazona& Amparo Salvador

    Anal Bioanal Chem (2010) 398:831843

    65

  • 66

  • 2-Hydroxy-4-

    methoxybenzophenone (HMB)

    (Benzophenone-3)

    Pelindung radiasi sinar matahari

    Dalam produk kosmetik tabir surya sendiri

    atau dalam kombinasi

    Diatur dalam produk kosmetik oleh

    peraturan perundang-undangan yang

    berbeda

    di seluruh dunia.

  • HMB dapat digunakan

    sampai maksimum 10%,

    6%, dan 5% (b / b) di Uni

    Eropa, Amerika Serikat,

    dan Jepang.

  • WARNING !!!!

    Peringatan pada label

    HMB dianggap aman untuk

    topikal aplikasi pada kulit manusia dalam

    praktek tertentu penggunaan dan

    konsentrasi dalam kosmetik.

    TAPI....

  • Hasil penelitian... Dianggap sebagai alergen potensial

    In vitro dan in vivo studi menunjukkan HMB yang dapat diserap melalui kulit sampai batas tertentu

    Studi tentang aktivitas hormonal, ditemukan bahwa paparan terus menerus formulasi tabir surya, mengganggu hormon endokrin termasuk HMB mungkin memiliki efek estrogenik pada manusia.

    Jenis gangguan endokrin.

  • GC-MS

    LC-MS

    SPE-LC-MS-MS

    METODE

    LD tinggi,

    matriks sederhana

    LD rendah

    matriks komplek

  • Tujuan

    Pengembangan dan validasi

    menggunakan SPE tandem mass

    spectrometry (LC-MS/MS)

    Penentuan senyawa induknya (HMB) dan

    tiga metabolit (misalnya, DHB, DHMB, dan

    THB) dalam urin dan semen manusia.

  • Bahan HMB 98%, DHB 99%, DHMB 98%, and THB 99%

    Absolute ethanol (EtOH) LC grade, methanol (MeOH) LC grade, acetone extrapure, hydrochloric acid (HCl) ca. 37% reagent grade and sodium hydroxide (NaOH), Formic acid, -glucuronidase

    Typical cosmetic-grade ingredients such as emollients, surfactants, smoothing agents, hydrating agents, preservatives, perfumes, used to prepare laboratory-made sunscreen creams,

  • Sistem LC-10AD liquid chromatography system Shimadzu a Quattro triple quadrupole mass spectrometer Micromass

    SEA 18 column 50.21 cm, 3m with an Ultraguard SEA 18 precolumn 103.2 mm

    Solvent A (water with 0.1% of formic acid) and solvent B (MeOH) with 0.1% of formic acid

    0.2 mL min1 and room temperature:

    Gradient system

    C18 SPE cartridges (100 mg, 5 mm i.d.)

  • Gradient system Minute Mobile Phase 01

    40% solvent B

    19.5

    95% solvent A

    Hold 5 95 % solvent A

    20 L

  • Positive electrospray ionization mode

    (ESI+)

    Multiple reaction monitoring (MRM).

    3.5 kV of capillary voltage.

    Nitrogen (99.9%), used as nebulizing and

    desolvation gas in the ESI source

  • Prosedur

    5 mL of the incubated samples at a flow rate of about

    0.5 mL./min, washed with 81 mL of water

    and dried under full vacuum for 10 min by using a SPE vacuum

    The analytes were eluted with 30.35 mL of acetone

    SPE Extraction Procedure,

    conditioned with 2 mL of EtOH

    followed by 2 mL of water.

    ENZIMATIC HYDROLYSIS: Beta-glukoronidase

  • HMB

  • Hasil

    Waktu retensi THB 12.4 min, DHB 14.2 min,

    DHMB 14.6 min, DHDMB 15.7 min, and

    HMB 16.1 min.

    0,027 0,103 ng/mL pada urin dan 1 - 3ng/mL pada semen

    Recoveries 98% to 115%

  • Kesimpulan Metode analisis sensitif berdasarkan SPE gabungan dengan

    LC-MS/MS untuk penentuan HMB, DHB, DHMB, dan THB di kedua urin dan semen manusia.

    Metode penambahan standar kalibrasi digunakan sebagai pendekatan kuantitatif untuk memperbaiki interferensi matriks.

    Metode analisis dapat diterapkan untuk farmakokinetik HMB, dan terutama dari metabolitnya, yang mungkin memiliki lebih efek jangka panjang yang merugikan daripada senyawa induknya.

    Merupakan penentuan simultan senyawa induk (HMB) dan semua tiga metabolit (DHB, DHMB, dan THB) dalam urin manusia dan semen dalam skala ng/ml

  • Pustaka Chang-Kee LIM and Gwyn LORD, Current

    Developments in LC-MS for Pharmaceutical Analysis, 2002, Biol. Pharm. Bull. 25(5) 547557 (2002)

    Satinder Ahuja and Michael W Dong, Handbook of Pharmaceutical Analysis by HPLC, Elsevier, 2005,

    National Institut of Justice, Technology Transfer Workshop, Why LC/MS-MS

    Agilent Techonology: The Role of LC-MS