1ManajemenLaba(2)
-
Upload
oji-daroji -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of 1ManajemenLaba(2)
-
8/7/2019 1ManajemenLaba(2)
1/15
Vol. 5, No. 2, Desember 2006
1
PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP RETURNSAHAM
Ayudia Sokarina
ABSTRACT
This research aims to examine effect of earning management on return.
The earning management as proxy for discretionary accruals and return as proxyfor cumulative abnormal return.
The samples of this research are: 20 manufacture firms in Jakarta StockExchange (JSX). The result indicated that there is negative effect discretionary
accruals of cumulative abnormal return. Leverage, log size and unexpectedearnings as control variables are not effect of cumulative abnormal return.
1. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang
Penelitian ini secara empirikal menguji prilaku manajemen laba yangdiukur dengan akrual diskresioner. Terdapat beberapa alasan mengapa penelitiantentang manajemen laba difokuskan pada proses akrual. Pertama, akrual adalah
hasil dari GAAP dan jika laba diatur menurut GAAP maka manajemen laba terjadi
melalui akrual. Kedua, dengan memfokuskan arah penelitian pada penggunaanbasis akrual akan mengurangi permasalahan di dalam meneliti manajemen labayang disebabkan oleh keterbatasan untuk melakukan pengukuran terhadap
pengaruh pilihan akuntansi. Ketiga, apabila manajemen laba berasal dari
komponen bukan akrual maka investor akan dapat mengetahui indikasimanajemen laba pada laba yang dilaporkan. (Watt dan Zimmerman, 1990)
Di samping itu, manajer mempunyai dorongan untuk melakukan
penyesuaian terhadap laba dengan tujuan untuk memaksimalkankesejahteraannya. Dorongan ini tercipta oleh kontrak yang secara eksplisit
didasarkan pada laba yang dilaporkan (seperti penetapan kompensasi
manajemen dan kesepakatan utang) maupun kontrak yang secara implisit
didasarkan pada laba yang dilaporkan ataupun pada berbagai situasi dimana labayang dilaporkan memiliki peran penting.
Penelitian ini memfokuskan pada isu pengaruh dari bentuk manajemen laba
terhadap return saham perusahaan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftardi Bursa Efek Jakarta pada saat pengumuman laporan keuangan 31 Desember.
Penelitian sebelumnya telah menginvestigasi pengaruh positif manajemen labaterhadap return saham (Widiastuty, 2004) yang terbatas pada penggunaanvariabel-variabel tertentu dalam mengontrol hubungan kausal manajemen laba
terhadap return saham.Hubungan antara harga dan laba merupakan subyek riset yang banyak
diminati dalam riset akuntansi dan keuangan bidang pasar modal. Harga pasar
ditentukan berdasarkan pada ekspektasi investor terhadap return di masa
mendatang. Oleh karenanya laba sebagai informasi yang dihasilkan laporankeuangan menjadi sumber informasi penting yang digunakan investor dalam
menilai kinerja perusahaan yang mempublik. Apabila laporan keuangan mampu
menyajikan informasi yang relevan dengan model keputusan yang dipergunakan
-
8/7/2019 1ManajemenLaba(2)
2/15
Ayudia Sokarina : Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham
2
oleh investor maka investor dapat menggunakan informasi akuntansi tersebutuntuk membuat keputusan buy, holdatau sellsaham.
Terdapat dua metode yang dikenal dalam pengakuan pendapatan yaitu basisakrual dan basis kas. Sebagian besar perusahaan menggunakan basis akrual
dalam pengakuan pendapatannya. Sehingga laba yang terkandung didalamnyamerupakan laba akrual. Akuntansi yang berbasis akrual dinyatakan sebagai
metode akuntansi yang lebih baik dibandingkan dengan akuntansi yang berbasis
kas. Argumen yang mendasarinya adalah akuntansi yang berbasis akrual lebih
mampu mengurangi timing dan mismatching yang terkandung dalam akuntansiberbasis kas. Karenanya informasi laba yang dihasilkan oleh akuntansi berbasis
akrual lebih mencerminkan kinerja ekonomi sebuah perusahaan (Dechow danDichev, 2001).
Motivasi yang mendasari penelitian ini adalah : penelitian ini menggunakanukuran perusahaan sebagai variabel yang mengontrol hubungan kausal
manajemen laba terhadap return saham. Dengan demikian diharapkan penelitianreplikasi ini dapat memperkokoh penelitian mengenai pengaruh manajemen labaterhadap return saham .
1.2. Perumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan yang
akan dikemukakan dalam penelitian berikut ini adalah: Apakah manajemen laba
berpengaruh terhadap return saham?
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1. Definisi dan Motivasi Manajemen LabaMenurut Scott (1997:351), perusahaan memberikan kebebasan bagi
manajer untuk memilih suatu kebijakan akuntansi yaitu kebebasan untuk
memilih metode akuntansi yang dipergunakannya. Namun kebebasan tersebutternyata mendorong manajer untuk membuat pilihan kebijakan akuntansi yang
secara alamiah bertujuan untuk memaksimalkan kepentingan mereka dan/atau
nilai perusahaan. Tindakan ini disebut manajemen laba (earnings management).
Dari definisi yang dikemukan Scott (1997) dapat disimpulkan bahwa manajemenlaba merupakan suatu proses yang disengaja, menurut batasan standar
akuntansi keuangan, untuk mengarahkan pelaporan laba pada tingkat tertentu.
Rekayasa kebijakan akuntansi akrual, praktek perataan laba, manipulasi alokasipendapatan/biaya, perubahan metode akuntansi dan perubahan struktur modal
merupakan kategori tindakan manajemen laba.Terdapat beberapa motivasi yang mendorong manajer melakukanmanajemen laba seperti yang diungkapkan oleh scott (1997) :
1. Motivasi bonusPenelitian yang dilakukan oleh Healy (1985) dalam Scot (1997) memberikan
bukti empiris bahwa manajer mempunyai informasi inside atas laba bersih
perusahaan sebelum melakukan manajemen laba. Ia juga memprediksikan
bahwa manajemen secara oportunistik akan mengelola laba bersih untukmemaksimalkan bonus mereka.
Informasi laporan keuangan merupakan salah satu sumber potensial yang
dipergunakan oleh pasar modal untuk melakukan revisi harga saham dan atau
-
8/7/2019 1ManajemenLaba(2)
3/15
Vol. 5, No. 2, Desember 2006
3
obligasi yang diperdagangkan (Foster,1986). Kesempatan ini dipergunakan olehmanajer untuk memanipulasi laba dalam usaha untuk mempengaruhi kinerja
perusahaan. Penelitian mengenai manajemen laba memfokuskan pada prilakuunexpectected accruals terkait dengan periode serta kesempatan bagi
manajemen untuk mengelola laba sehingga cenderung menjadi tinggi (Healy danwahlen, 1998).
2. Motivasi perjanjian utang
Menurut Healy dan Wahlen (1998), motivasi perjanjian utang menimbulkan
adanya indikasi manajemen laba karena data akuntansi dipergunakan untuktujuan pemonitoran dan mengatur kontrak antara perusahaan dengan
stakeholders. Dugaan mengenai hal ini diperkuat dengan adanya indikasimanajemen laba berdasarkan pada karakteristik bonus shemes, atau pun dapat
timbul berdasarkan kontrak pinjaman jangka panjang (Scott, 1997).3. Motivasi Politik
Menurut Scott (1997) motivasi politik terkait dengan ukuran perusahaan.Perusahaan dengan industri strategis seperti perusahaan minyak dan gas, atauperusahaan yang bersifat monopoli atau semi monopoli seperti perusahaan
penerbangan diduga berkaitan dengan kemungkinan melakukan manajemen labauntuk mengurangi biaya politik.4. Motivasi Pajak
Motivasi lain manajemen laba adalah pajak. Hal ini muncul karena kebijakan
pajak cenderung untuk membebankan kebijakan akuntansi untuk keperluanperhitungan pajak pendapatan, yang pada akhirnya mengurangi ruang gerakperusahaan (Scott,1997). Penelitian Dopuch dan Pincus (1988) melihat pada
keinginan perusahaan untuk tetap melaporkan laba yang tinggi dan pemilihan
metode akuntansi persediaan FIFO yang dianggap memberikan nilai tunaipembayaran pajak yang terkecil.
Deteksi manajemen laba adalah suatu cara untuk memprediksi kualitas suatu
laba berkaitan dengan kemampuannya menghasilkan arus kas di masamendatang. Kualitas laba didefinisikan sebagai tingkat hubungan antara
pendapatan akuntansi perusahaan dengan pendapatan ekonomi. Munculnya
perilaku manajemen laba didorong oleh perubahan penguasaan perusahaan.
Manajemen laba oleh sebagian peneliti dianggap memiliki cakupan yang lebihluas jika dibandingkan dengan perataan laba. Mengingat, manajemen percaya
bahwa reaksi pasar didasarkan pada pengungkapan informasi akuntansi (laporan
keuangan).
2.2. Telaah Penelitian Manajemen Laba2.2.1. Manajemen Laba dan Akrual DiskresionerPenelitian mengenai manajemen laba menggunakan akrual diskresioner
sebagai proksi bagi manajemen laba. Dengan demikian dapat dikatakan bahwausaha yang dilakukan oleh para peneliti sebagian besar ditujukan pada berbagai
pendekatan yang bertujuan mengarah pada usaha yang dilakukan untuk
mengevaluasi keberadaan manajemen laba.
Salah satu kelebihan dari pendekatan akrual diskresioner adalahpendekatan tersebut berpotensi untuk dapat mengungkap cara-cara untuk
menurunkan atau menaikkan keuntungan, karena cara-cara tersebut kurang
mendapat perhatian untuk diketahui oleh pihak luar (outsider). DeAngelo (1986)
-
8/7/2019 1ManajemenLaba(2)
4/15
Ayudia Sokarina : Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham
4
menjelaskan bahwa accounting accruals mencerminkan keputusan manajemen,antara lain, untuk menghapuskan assets, pengakuan atau penundaan
pendapatan atau menganggap biaya atau modal suatu pengeluaran. Ayres(1994) menambahkan cara-cara lain untuk mempengaruhi tingkat keuantungan,
yaitu dengan penerapan suatu kebijaksanaan akuntansi yang wajib baik lebihawal dari tanggal berlakunya atau tepat waktu dan perubahan-perubahan
akuntansi secara sukarela.
2.2.2. Manajemen Laba dan LeverageRasio leverage menunjukkan seberapa besar aktiva dibiayai dengan
utang. Ini berkaitan dengan resiko yang ditimbulkan karena pemberian
pinjaman. Leverage penting untuk dianalisis karena berhubungan dengan kinerja
perusahaan. Gul et al. (2000) dalam Sugiri dan Abdullah (2003) menyatakanbahwa tingkat utang berpengaruh negative terhadap laba-returns.
Penggunaan akuntansi akrual menyatakan bahwa perusahaan denganrasio utang yang tinggi cenderung menggunakan akrual yang bersifat income-increasing. Penelitian Dhaliwal (1980) merupakan salah satu penelitian yang
membuktikan hal tersebut. Ia meneliti pengaruh struktur modal perusahaan
terhadap pemilihan metode akuntansi. Diekspektasi bahwa perusahaan yang
memiliki leverage yang tinggi akan menghindari metode akuntansi yang
menyebabkan pengurangan laba atau ekuitas dan atau peningkatan volatilitas
laba. Metode akuntansi tersebut dihindari karena bisa meningkatkankemungkinan perusahaan mengalami technical defaultatas perjanjian utangnya.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel 113 perusahaandari industri minyak dan gas untuk periode tahun 1976. Dari 113 perusahaan
minyak dan gas tersebut sebanyak 72 menggunakan metode full-costing untukmencatat biaya eksplorasinya, dan sebanyak 41 menggunakan metode
successful-effort costing. Dari sampel tersebut, Dhaliwal memperoleh 33macthed-pairs, untuk selanjutnya diuji dengan menggunakan uji t. Hasil
penelitian menunjukkan bukti yang sesuai dengan ekspektasi, yaitu perusahaan
dengan leverage yang tinggi lebih memilih metode akuntansi full-costing (yang
bersifat income-increasing)untuk menghindari technical default.
Dari uraian tersebut di atas bisa dinyatakan bahwa perusahaan denganleverage yang tinggi, cenderung menggunakan metode akuntansi akrual yang
bersifat income-increasing. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindarikemungkinan pelanggaran debt-covenantyang terbukti costly. Karena laba yang
dilaporkan lebih mengandung akrual, maka bisa dinyatakan laba yang dilaporkan
adalah berkualitas rendah karena memiliki persistensi yang rendah. Dengan katalain, secara ringkas bisa dinyatakan bahwa kualitas laba yang dilaporkan
perusahaan dipengaruhi oleh struktur modal perusahaan; yaitu semakin besar
leverage perusahaan, semakin banyak akrual yang terkandung dalam laba, dansemakin rendah kualitas laba yang dilaporkan.
2.3. Manajemen Laba dan Return saham
Penelitian Chan et al.(2001) bertujuan meneliti kualitas laba dan returnsaham. Kualitas laba diproksikan dengan akrual. Mereka melihat bahwa terdapatkecenderungan manajer untuk memelihara tingkat pertumbuhan laba karena
terkait dengan jumlah kompensasi yang mereka terima berdasarkan pada tingkat
-
8/7/2019 1ManajemenLaba(2)
5/15
Vol. 5, No. 2, Desember 2006
5
laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Jika dikaitkan dengan harga saham,karakteritik perusahaan didasarkan pada data akuntansi ternyata mampu
dipergunakan di dalam memprediksi harga saham masa mendatang.Penelitian mengenai manajemen laba dan return saham di Indonesia
antara lain dilakukan oleh Syaiful (2002). Ia meneliti hubungan manajemen labadengan kinerja operasi dan return saham di sekitar IPO di tahun 1991-1994.
Pengujian atas hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan model
regresi. hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tejadi manajemen laba disekitar
IPO, yaitu pada periode dua tahun sebelum IPO, ketika IPO dan dua tahunsetelah IPO. Di samping itu hasil penelitian Syaiful (2002) menemukan bahwa
kinerja perusahaan setelah IPO rendah. Begitu pula dengan return saham yangrendah setelah IPO. Namun penelitian tersebut tidak berhasil melihat adanya
hubungan antara rendahnya return saham setahun setelah IPO denganmanajemen laba disekitar IPO.
Penelitian Widiastuty (2004) meneliti pengaruh manajemen laba yangdiukur dengan akrual diskresioner terhadap return saham perusahaan padaperusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ pada saat pengumuman laporan
keuangan 31 Desember. Menggunakan data sampel sebanyak 72 perusahaanmanufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada periode 1998-2001 denganmenggunakan alat analisis regresi. Dari model regresi diketahui bahwa akrual
diskresioner berpengaruh positif terhadap return saham. Hasil ini ditunjukkan
dengan nilai koefisien variabel akrual diskresioner sebesar 0.05468 dengan thitung 3.159 dengan p value 0.002.
Analisis hasil untuk variabel kontrol yaitu leverage, dari model regresi
diketahui bahwa leverage ternyata tidak berpengaruh terhadap return saham.
Variabel leverage nilai koefisiennya sebesar 0.00210 dan t hitung -0.120 sertanilai p value 0.904. Sedangkan variabel kontrol lainnya yaitu unexpected
earnings menunjukkan nilai koefisiennya sebesar 0.002000 dan t hitung 2.508
serta p value 0.013 sehingga unexpected earnings berpengaruh positif terhadapreturn saham. Berdasarkan hal ini maka hipotesis alternative.
Ha: Manajemen laba berpengaruh positif terhadap return saham.
3. METODOLOGI PENELITIAN3.1 Pemilihan Sampel dan Data
Sampel perusahaan dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan
metode purposive sampling terhadap perusahaan go public yang terdaftar padaBursa Efek Jakarta (BEJ) sejak tahun 2003 atau sebelumnya kecuali perusahaan
jenis industri perbankan dan keuangan. Perusahaan juga harus menerbitkanlaporan keuangan tahunan yang berakhir tanggal 31 Desember selama 3 tahunmulai tahun 2003 sampai dengan 2005. Kriteria sampel lainnya adalah laporan
keuangan perusahaan sampel tidak menunjukkan adanya laba yang negativeatau mengalami kerugian selama tahun 2003 sampai dengan 2005. Karena laba
yang negative sebagai penyebut tidak bermakna.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
meliputi : (1) data akuntansi yang berupa laporan keuangan diperoleh melaluiwww.jsx.co.id, (2)Jumlah saham yang beredar 31 Desember yang diperoleh
dari Indonesian Capital Market Directory, (3)Tanggal publikasi laporan keuangan
perusahaan sampel yaitu tanggal opini laporan keuangan, (3) Data harga saham
-
8/7/2019 1ManajemenLaba(2)
6/15
Ayudia Sokarina : Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham
6
gabungan (IHSG), harga saham harian masing-masing perusahaan sampel tahun2004-2006. Data harian digunakan karena mempunyai tingkat kepekaan yang
lebih tinggi dalam merespon reaksi pasar dibandingkan dengan data hargasaham mingguan ataupun bulanan.
3.2. Model Penelitian
Atas dasar hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini maka hubungan
antar variable dapat dilihat dalam gambar berikut :
Dari gambar tersebut diturunkan model persamaan sebagai berikut :CAR = 0 + 1da + 2LEV+ 3UE+ 4LS + (1)
Keterangan :
CAR = Cumulative Abnormal Return UE = Unexpected Earnings
DA = Akrual Diskresioner LS = Log SizeLEV = Leverage Bank/non-bank = error
3.3. Pengukuran Variabel dan Pengujian Hipotesis1. Variabel Manajemen Laba
Manajemen laba sebagai variabel independent diukur dengan proksi
akrual diskresioner. Penelitian ini memfokuskan pada akrual diskresioner sebagai
ukuran manajemen laba. Maka total akrual sebuah perusahaan I dipisahkanmenjadi non discretionary accrual dan discretionary accrual. Tingkat akrual
diskresioner adalah tingkat akrual hasil rekayasa laba oleh manajemen.
Sebagai langkah awal, untuk menentukan tingkat akrual diskresionerdilakukan perhitungan total akrual. Menghitung besarnya total akrual diperoleh
dengan : TAit = CAit CLit DEPit (2)Keterangan :
TAit = Total akrual perusahaan i pada tahun tCAit = Perubahan aktiva lancar selain kas t dan t-1
CLit = Perubahan utang lancar selain utang bank jangka pendek dan jatuh
tempo t dan t-1
DEPit = Depresiasi dan amortisasi periode tNilai akrual yang diperoleh dari persamaan di atas dideflasi dengan total aktiva
(Chan et al,2001 Collins & Hribar,2000).
Akrual diskresioner
Variabel Kontrol
Leverage
UE
Log size
CAR
-
8/7/2019 1ManajemenLaba(2)
7/15
Vol. 5, No. 2, Desember 2006
7
Penelitian ini menfokuskan akrual diskresioner sebagai ukuran untukmanajemen laba. Total akrual perusahaan akan dibagi ke dalam komponen non
discretionary accrualdan discretionary accrual.
TAit = NDAit DAit (3)Keterangan :
TAit = Total akrual perusahaan i pada tahun t
NDAit = nondiscretionary accrualperusahaan i pada tahun t
DAit = discretionary accrualperusahaan i pada tahun tPenulis menggunakan proksi akrual diskresioner yang dikembangkan oleh
Jones (1991). Model estimasi akrual Jones akan dipergunakan untukmemisahkan antara akrual diskresioner dan non akrual diskresioner adalah :
TAit /At-1 = (1/Ait-1) + 1 (REVit/Ait-1) + 2 (PPEit-1) (4)
NDA= (1/Ait-1) + 1 (REVit/Ait-1) + 2 (PPEit-1) (5)Keterangan :
NDAt = nondiscretionary accrualperusahaan i pada tahun t
At-1 = aktiva perusahaan i pada tahun t-1
REVit = pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi pendapatan t-1
PPEit = aktiva tetap perusahaan i pada tahun tPada penelitian diprediksikan arah akrual adalah positif. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji apakah akrual diskresioner berpengaruh positif
terhadap return saham dengan mengambil sampel penelitian yaitu padaperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
2. Variabel Return SahamVariabel return saham sebagai variabel dependen, diproksikan dengan CAR
(cumulative abnormal return). Abnormal return diperoleh dengan menggunakanmodel pasar (market models). Model ini dianggap penduga terbaik untuk
mengestimasi return suatu sekuritas. CAR diperoleh melalui abnormal return
saham yang merupakan selisih antara return yang sesungguhnya terjadi denganreturn ekspektasian
Abnormal return pengukurannya :
ARi,t = Ri,t E(Ri,t) (6)Notasi :ARi,t = Abnormal return saham i periode t
Ri,t = Return sesungguhnya saham i periode tE(Ri,t) = Return ekspektasian saham i periode t
- Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada periode tyang merupakan selisih harga relative sekarang terhadap hargasebelumnya. Data menggunakan return saham individual dengan
menggunakan harga saham harian.
Pi,t Pi,t-1Rit = (7)
Pi,t-1
-
8/7/2019 1ManajemenLaba(2)
8/15
Ayudia Sokarina : Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham
8
Notasi :Rit = Return saham i pada hari t
Pi,t = Harga saham i pada hari tPi,t-1 = Harga saham i pada hari t-1
- Untuk menghitung return pasar dihitung dengan rumus :IHSGt IHSGt-1
Rm,t = (8)
IHSGt-1Notasi :
Rm,t = Return pasarIHSGt = Indeks harga saham gabungan pada hari t
IHSGt-1= Indeks harga saham gabungan pada hari t-1- Untuk menghitung return ekspektasi
Ri,t = i + i.Rm t + it (9)Notasi :Ri,t = Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-t
i = Intercept untuk sekuritas ke-ii = Koefisien slope yang meupakan beta dari sekuritas ke-iRm t = Return indeks pasar pada periode estimasi ke-t
it = Kesalahan residu sekuritas ke-I pada periode estimasi ke-t
- Cumulative abnormal return pada tanggal pengumuman laporankeuangan yaitu :
t2
CARi,(t1,t2) = ARi,t (10)t1
ARi,t adalah abnormal return untuk perusahaan i pada hari ke t dan , (t1,t2)
adalah panjang interval return (periode akuntansi) dan hari t1 hingga (termasuk)
hari t2 periode akumulasi return adalah 3 hari meliputi tanggal pengumumanlaporan keuangan, 1 hari sebelum dan 1 hari setelah pengumuman laporan
keuangan. Penelitian ini menggunakan window return pendek (3hari). Menurut
Easton dan Zmijewski (1989) metode asosiasi menggunakan window panjang
tidak menyediakan estimat respon harga terhadap pengumuman laporankeuangan karena tidak mengontrol pengumuman informasi lain selain periode
estimat.
3. Variabel KontrolLeverage bisa diukur dengan rasio keuangan. Foster (1986) memberikanbeberapa rasio keuangan yang biasa digunakan untuk mengukur leverage :
- Long term liabilities .
Stockholders equity- Liabilities .
Stockholders equity
- Long term liabilities
Asset- Liabilities .
Asset
-
8/7/2019 1ManajemenLaba(2)
9/15
Vol. 5, No. 2, Desember 2006
9
Pada penelitian ini rasio keuangan yang dipergunakan adalah rasio liabilitiesto assets. Rasio ini digunakan oleh Dhaliwal (1988) dalam penelitiannya.
Selain ini dipergunakan juga Unexpected Earnings (UE) sebagai variabelkontrol. Unexpected Earnings (UE) di peroleh melalui :
UEit = Labait Labait-1/(labait-1 (11)
Notasi
UEit = unexpected earnings untuk perusahaan i pada periode ke t
Labait = laba akuntansi untuk perusahaan i pada periode ke tLabait-1= laba akuntansi untuk perusahaan i pada periode sebelum t-1
Variabel kontrol lainnya adalah ukuran perusahaan, diukur dengan kapitalisasipasar, yaitu log size, yang didapat dengan mengalikan harga saham per 31
Desember dan jumlah saham yang beredar.
Pengujian Asumsi Klasik1. Pengujian Normalitas
Pengujian parametrik yang tidak memenuhi asumsi-asumsi berikut : (1)
observasi-observasi harus independent, (2) observasi-observasi harus diambildari populasi yang berdistribusi normal dan mempunyai varian-varian yangsama, maka perlu dilakukan pengujian normalitas. Penulis menggunakan uji P-P
Plot
2. Pengujian AutokorelasiAutokorelasi merupakan pola kolerasi sistematis antar anggota sampel yang
diurutkan berdasarkan dalam model maka varian sampel tidak menggambarkan
varian populasi dan model regresi tidak dapat digunakan untuk menaksir nilaivariable dependent pada variabel independent tertentu (Gujarati,1995). Penulis
menggunakan uji Durbin Watson untuk mendeteksi keberadaaan autokorelasi.
3. Pengujian HeteroskedastisitasHederoskedastisitas terjadi apabila varian residual dari suatu amatan
lainnya tidak konstan. Asumsi varians dikatakan konstan apabila distribusiresidual tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya variable independent. Menurut
Gujarati (1995), terdapat beberapa alternative pengujian untuk mendeteksiheteroskedastisitas antara lain uji grafis, glejser, parkatau uji korelasi. Penulismenggunakan uji grafis.
4.
Pengujian MultikolinieritasMultikolinieritas terjadi apabila terdapat hubungan yang kuat antara
variabel independent dalam model regresi. Gejala adanya multikolinieritas dapat
dideteksi dengan menggunakan Pearson Correlation dan nilai tolerance (TOL)
serta variance Inflation Factor. Menurut Gujarati (1995), sebagai rule of thumbapabila nilai TOL sama dengan 0 dan VIF mencapai 10, maka model regresi
mengandung multikolinieritas.
-
8/7/2019 1ManajemenLaba(2)
10/15
Ayudia Sokarina : Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham
10
Pengujian HipotesisUntuk menguji hipotesis alternative, penulis menggunakan model regresi
linier. Pengujian hipotesis akan didasarkan atas p-value dari masing-masingparameter atau dengan membandingkan t-hitung dan t-tabel.
Perumusan hipotesis penelitian dalam bentuk hipotesis statistic adalah sebagaiberikut :
- Ho: 10, jika manajemen laba tidak berpengaruh positif terhadap returnsaham- H1: 1>0, jika manajemen laba berpengaruh positif terhadap return saham
Dari perumusan hipotesis penelitian tersebut, peneliti menetapkan kriteria
penerimaan dengan uji satu sisi tingkat signifikansi 5%. Jika t hitung adalah lebihbesar dibandingkan dengan t tabel (;n-1) maka hipotesis penelitian diterima,
sedangkan jika t hitung lebih kecil atau sama dengan t tabel (;n-1) makahipotesis nol diterima.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Sampel Penelitian
Pada penelitian ini, jumlah perusahaan yang dipergunakan sebagai sampel
sebanyak 20 perusahaan. Metode pengambilan sampel yang dipergunakan
adalah purposive sampling. Periode sampel yang dipergunakan adalah 2003-2005. Berikut ini disajikan sampel yang dipergunakan dalam penelitianberdasarkan tanggal publikasi Laporan keuangan :
Tabel 1
Jumlah Sampel Penelitian
NO. EMITEN
Tanggal Publikasi
2003 2004 2005
1 Alakasa Industrindo Tbk 09-03-2004 23-03-2005 15-03-2006
2 Aqua Golden Mississippi Tbk 27-02-2004 10-03-2005 10-03-2006
3 Argha Karya Prima Industry Tbk. 25-03-2004 08-04-2005 16-03-2006
4 Astra Graphia Tbk 05-02-2004 18-02-2005 09-02-2006
5 Astra Otoparts Tbk. 11-03-2004 10/03/2005 13-03-2006
6 Berlina Tbk. 24-03-2004 17-03-2005 24-02-2006
7 Branta Mulia Tbk 21-01-2004 23-02-2005 22-02-2006
8 Citra Tubindo Tbk. 27-02-2004 28-02-2005 09-03-2006
9 Delta Djakarta Tbk. 20-02-2004 02/02/2005 28-02-200610 Duta Pertiwi Tbk. 01-03-2004 01-03-2005 01-03-2006
11 Ekadharma Tape Industries Tbk. 27-02-2004 07-03-2005 15-03-2006
12 Gajah Tunggal Tbk. 27-04-2004 31-03-2005 20-03-2006
13 GT Petrochem Industries Tbk. 23-04-2004 29-03-2005 17-03-2006
14 Indofood Sukses Makmur Tbk. 20-02-2004 01-03-2005 03-03-2006
15 Jaya Pari Steel Corporation Ltd. Tbk. 23-03-2004 28-02-2005 28-02-2006
16 Semen Gresik Tbk. 22-06-2004 04-04-2005 11-04-2006
17 Sorini Corporation Tbk. 30-01-2004 25-01-2005 30-01-2006
-
8/7/2019 1ManajemenLaba(2)
11/15
Vol. 5, No. 2, Desember 2006
11
4.2. Pengujian Asumsi KlasikModel regresi akan memberikan hasil nilai parameter yang valid atau
menjadi predictor yang baik apabila asumsi klasik dapat terpenuhi. Berikut iniadalah hasil pengujian asumsi klasik yang dilakukan.
4.2.1. Analisis Pengujian NormalitasPengujian normalitas dengan P-P Plot menunjukkan masing-masing
variabel : Diskresioner Accruals (DA), Leverage (LEV), Unexpected earnings (UE)
dan Log Size (LS) berada pada garis normalitas.
4.2.2. Analisis Pengujian Autokorelasi
Autokorelasi menunjukkan adanya kondisi gangguan yang berurutandiantara yang masuk ke dalam fungsi regresi. Pengujian terhadap autokorelasi
menggunakan uji Durbin-Watson harus berada di sekitar +2 sampai -2. Nilai ujiDurbin-Watson yang dihasilkan menunjukkan angka 2.067 atau berada disekitar
angka +2 (lihat tabel 2). Apabila D_W hitung jatuh pada daerah yang diterimaberarti tidak terjadi autokorelasi. Hasil ini menunjukkan tidak terjadi autokorelasiantar anggota sampel.
Tabel 2Uji Durbin-Watson
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1.451(a) .204 .146
.121623534702
62.067
a Predictors: (Constant), UE, LS, DA, LEVb Dependent Variable: CAR
4.2.3. Pengujian Multikolinieritas
Gejala Multikolinieritas dapat dideteksi dengan nilai tolerance (TOL) sertaVariance Inflation Factor(VIF). Pada tabel 3 hasil pengujian atas nilai TOL dan
VIF yang dihasilkan oleh keempat variable independent. Nilai TOL tertinggi
sebesar 0.928 dan VIF bernilai 1.228. Hasil ini menunjukkan tidak terjadimultikolinieritas karena TOL tidak sama dengan nol dan nilai VIF kurang dari 10.
Tabel 3Collinearity Statistics
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
DA .895 1.117
LEV .814 1.228
LS .928 1.078
UE .820 1.219
a Dependent Variable: CAR
-
8/7/2019 1ManajemenLaba(2)
12/15
Ayudia Sokarina : Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham
12
4.2.4. Analisis Pengujian Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah salah satu penyimpangan dari asumsi modelregresi linier klasik yang menyatakan bahwa gangguan (error) memiliki varian
yang sama. Pada penelitian ini digunakan uji grafis. Hasil uji grafis tidakmenunjukkan adanya gejala heteroskedastisitas..
4.3. Analisis Hasil Pengujian Hipotesis
Model regresi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :CAR = 0 + 1da + 2LEV+ 3UE+ 4LS +
Variabel CAR adalah proksi dari return saham, yang diperoleh dengan melaluiabnormal return saham yang merupakan selisih antara return saham yang
sesungguhnya terjadi dengan retur ekspektasian. Variabel akrual diskresionermerupakan proksi dari manajemen laba.
Variabel leverage, unexpected earnings dan log size pada penelitian inimerupakan variabel kontrol. Variabel leverage diukur dengan menggunakan rasioliabilities to assets. Sedangkan variabel unexpected earnings diukur dengan
membagi laba periode t dikurangi laba periode t-1 dibagi dengan laba periode t-1yang diabsolutkan. Untuk variabel log size diukur dengan mengalikan hargasaham per 31 Desember dan jumlah saham yang beredar. Tabel 4 menunjukkan
hasil pengujian statistik untuk masing-masing variabel.
Tabel 4
Model
R R Square
AdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Change Statistics
R SquareChange F Change df1 df2
Sig. FChange
1 .451(a) .204 .146 .1216235347 .204 3.514 4 55 .013
a Predictors: (Constant), UE, LS, DA, LEV
b Dependent Variable: CAR
Analisis model regresi yang menghasilkan koefisien regresi sebagai
berikut :
CAR = 0.021 + -0.079DA + 0.024LEV + 0.007LS + -0.004UEt=0.038 t=-30283 t=0.915 t=0.202 t= -1.533
sig=0.970 sig=0.002 sig=-0.364 sig=0.841 sig=0.131
Model regresi yang dihasilkan menunjukkan bahwa F hitung modeltersebut adalah 3.514 dengan tingkat signifikansi 0.013.
4.4. Deskripsi HasilDari model regresi diketahui bahwa akrual diskresioner berpengaruh
negative terhadap return saham. Hasil ini ditunjukkan dengan nilai koefisien
variabel akrual diskresioner -0..079 dengan t hitung -3.283 dengan p value0.002. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Chan et al.(2001) dan Balsam et al. (2002) Namun berbeda dengan penelitian Widiastuty
(2004) dimana menemukan hubungan yang positif antara akrual diskresioner
-
8/7/2019 1ManajemenLaba(2)
13/15
Vol. 5, No. 2, Desember 2006
13
dengan return saham. Namun hasil penelitian secara keseluruhan tidak sesuaidengan ekspektasi penulis bahwa manajemen laba berpengaruh positif terhadap
return saham.Analisis hasil untuk variabel kontrol yang dipergunakan dalam penelitian
ini yaitu leverage. Dari model regresi diketahui bahwa leverage ternyata tidakberpengaruh terhadap return saham. Variabel leverage nilai koefisiennya sebesar
0.024 dan t hitung 0.915 serta p value 0.364. Hasil pengujian ini berbeda dengan
yang diekspektasi penulis. Hasil yang berbeda dengan yang diprediksi mungkin
disebabkan karena sampel yang digunakan kurang representative. Variabelkontrol lainnya yaitu log size dari model regresi juga tidak berpengaruh terhadap
return saham. Variabel log size nilai koefisiennya sebesar 0.007 dan t hitung0.202 serta p value 0.841. Sedangkan variabel unexpected earning juga tidak
berpengaruh terhadap return saham, dengan hasil regresi nilai koefisiennyasebesar -0.004 dan t hitung -1.533 serta p value 0.131. Ini berarti pasar tidak
bereaksi terhadap informasi laba atas publikasi laporan keuangan
5. SIMPULAN DAN SARAN5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan model
regresi linier, maka dapat dibuat simpulan dibawah ini :
1. Manajemen laba yang diproksikan dengan akrual diskresionerberpengaruh negative terhadap return saham. Hal ini menunjukkansebagian besar investor yang terambil dalam penelitian mulai dapat
secara cepat melakukan penyesuaian terhadap indikasi manajemen laba.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Chan et.al (2001) danBalsam et.al (2002).
2. Leverage, log size dan unexpexted earnings sebagai variabel kontroltidak memberikan pengaruh terhadap return saham. Variabel leveragediekspektasi berpengaruh terhadap return saham karena perusahaan
yang memiliki utang yang tinggi cenderung menggunakan akuntansi
akrual (increasing income) untuk menghindari pelanggaran perjanjian
utang, sehingga laba yang dilaporkan mengandung akrual yang tinggi. Halini kemungkinan karena sampel yang digunakan penulis kurang
representative jika utang diklasifikasikan untuk utang bank dan non bank.
Variabel log size diekspektasi berpengaruh terhadap return saham karenaukuran perusahaaan kemungkinan berpengaruh terhadap kemampuan
perusahaan dalam memperoleh return. Hal kemungkinan karena sampelyang tidak representative untuk perusahaan besar dan kecil. Variabelunexpected earnings diekspektasi berpengaruh terhadap return saham
juga tidak terbukti. Hal ini kemungkinan karena reaksi pasar tahun 2003 2005 tidak bereaksi terhadap pengumuman informasi laba perusahaan.
5.2. Saran
Penulis menyadari terdapat keterbatasan yang kemungkinan besarberpengaruh terhadap hasil penelitian:
1. Seperti juga dinyatakan sebelumnya, periode amatan yang digunakandalam penelitian adalah 2003-2005. Dengan demikian, penelitian
-
8/7/2019 1ManajemenLaba(2)
14/15
Ayudia Sokarina : Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham
14
selanjutnya bisa dilakukan dengan memperpanjang periode amatan danmemasukkan periode normal. Dan meningkatkan jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian selanjutnya.2. Karena keterbatasan data, peneliti tidak melakukan identifikasi
perusahaan yang melakukan perjanjian utang dengan bank dan yangtidak. Hal ini bisa mempengaruhi hasil penelitian yang berekspektasi
perusahaan dengan leverage yang bersumber dari utang (bank) akan
menggunakan akrual income increasing untuk menghindari pelanggaran
perjanjian utang (technical default) sehingga melaporkan laba yangmengandung akrual tinggi.
3. Analisi model regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini hanyamenghasilkan R square sebesar 14 %. Hal ini menunjukkan variabel-
variabel independent dalam penelitian ini hanya mampu menjelaskanprilaku kualitas laba sebesar 14 % saja. Oleh karena itu, masih terbuka
penelitian untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhimanajemen laba terhadap return saham.
DAFTAR PUSTAKA
Ayres, F.L..1994. Perception of Earnings Quality: What Managers Need To
Knows, Making the Bottom Line Look Better May Have A NegativeResult. Management Accounting.
Chan, K., Chan, L.K., Jegadeesh, N., and Lakonishok, J. 2001. Earnings Quality
and Stock Returns. NBER Working Paper Series.
Dechow. M.P. 1994. Accounting Earnings and Cash Flows as Measures of FirmsPerformance: The Role of Accounting Accruals. Journal of Accounting
and Economics18 July. 3-42.
Dhaliwal, D. S. 1980. The Effect of the Firms Capital Structure on the Choice ofAccounting Methods. The Accounting Review(Vol. LV No.1) : 78-84.
Dopuch. N dan Morton Pincus. 1988. Evidence on the Choice of Inventory
Accounting Methods: LIFO versus FIFO. Journal of Accounting and
Economics. Vol 26. No. 1. Spring.Easton. P dan Trevor. S. 1991. Earnings as an Explanatory Variable for Return.
Journal of Accounting Research, Volume 29, nomor 1, Spring, pp. 19-36.
Foster, G. 1986. Financial Statement Analysis. Prentice Hall International, Inc.Gujarati, D. 1995. Basic Econometrics. Mcgraw Hill Higher Education.
Gumanti. Tatang Ari. 2001. Earning Management dalam Penawaran SahamPerdana di Bursa efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume4, nomor 2, halaman 1-31.
Gunawan. Yuniati. 2001. Analisis Pengungkapan Informasi Laporan Tahunanpada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Makalah
Simposium Nasional Akuntansi.
Healy, P.M. 1998. A Review of the Earnings management Literature and Its
Implications for Standard setting. Working Paper.Saiful. 2002. Hubungan Manajemen Laba (Earnings Management) Dengan
Kinerja Operasi dan Return Saham di Sekitar IPO. Makalah Simposium
Nasional Akuntansi V, September, Semarang.
-
8/7/2019 1ManajemenLaba(2)
15/15
Vol. 5, No. 2, Desember 2006
15
Sugiri. S dan Syukri Abdullah. 2003. Pengaruh Free Cash Flow, Set KesempatanInvestasi dan Leverage Finansial Terhadap Manajemen Laba. Kajian
Bisnis STIE Widya Wiwaha No 28 Januari-April.Scott. W.R. 1997. Financial Accounting Theory. Canada Prentice hall, Second
Edition.Watt, R.L, dan Zimmerman, J.L. 1986. The Positive Accounting Theory. Prentice
hall International, Inc.
. 1990. Positive Accounting Thoery : a Ten Year Perspective.
Accounting Review, volume 65, nomor 1, January, pp. 131-156.
Widiastuty. Erna. 2004. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham. Tesis
S2.UGM.