1ManajemenLaba(2)

download 1ManajemenLaba(2)

of 15

Transcript of 1ManajemenLaba(2)

  • 8/7/2019 1ManajemenLaba(2)

    1/15

    Vol. 5, No. 2, Desember 2006

    1

    PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP RETURNSAHAM

    Ayudia Sokarina

    ABSTRACT

    This research aims to examine effect of earning management on return.

    The earning management as proxy for discretionary accruals and return as proxyfor cumulative abnormal return.

    The samples of this research are: 20 manufacture firms in Jakarta StockExchange (JSX). The result indicated that there is negative effect discretionary

    accruals of cumulative abnormal return. Leverage, log size and unexpectedearnings as control variables are not effect of cumulative abnormal return.

    1. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

    Penelitian ini secara empirikal menguji prilaku manajemen laba yangdiukur dengan akrual diskresioner. Terdapat beberapa alasan mengapa penelitiantentang manajemen laba difokuskan pada proses akrual. Pertama, akrual adalah

    hasil dari GAAP dan jika laba diatur menurut GAAP maka manajemen laba terjadi

    melalui akrual. Kedua, dengan memfokuskan arah penelitian pada penggunaanbasis akrual akan mengurangi permasalahan di dalam meneliti manajemen labayang disebabkan oleh keterbatasan untuk melakukan pengukuran terhadap

    pengaruh pilihan akuntansi. Ketiga, apabila manajemen laba berasal dari

    komponen bukan akrual maka investor akan dapat mengetahui indikasimanajemen laba pada laba yang dilaporkan. (Watt dan Zimmerman, 1990)

    Di samping itu, manajer mempunyai dorongan untuk melakukan

    penyesuaian terhadap laba dengan tujuan untuk memaksimalkankesejahteraannya. Dorongan ini tercipta oleh kontrak yang secara eksplisit

    didasarkan pada laba yang dilaporkan (seperti penetapan kompensasi

    manajemen dan kesepakatan utang) maupun kontrak yang secara implisit

    didasarkan pada laba yang dilaporkan ataupun pada berbagai situasi dimana labayang dilaporkan memiliki peran penting.

    Penelitian ini memfokuskan pada isu pengaruh dari bentuk manajemen laba

    terhadap return saham perusahaan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftardi Bursa Efek Jakarta pada saat pengumuman laporan keuangan 31 Desember.

    Penelitian sebelumnya telah menginvestigasi pengaruh positif manajemen labaterhadap return saham (Widiastuty, 2004) yang terbatas pada penggunaanvariabel-variabel tertentu dalam mengontrol hubungan kausal manajemen laba

    terhadap return saham.Hubungan antara harga dan laba merupakan subyek riset yang banyak

    diminati dalam riset akuntansi dan keuangan bidang pasar modal. Harga pasar

    ditentukan berdasarkan pada ekspektasi investor terhadap return di masa

    mendatang. Oleh karenanya laba sebagai informasi yang dihasilkan laporankeuangan menjadi sumber informasi penting yang digunakan investor dalam

    menilai kinerja perusahaan yang mempublik. Apabila laporan keuangan mampu

    menyajikan informasi yang relevan dengan model keputusan yang dipergunakan

  • 8/7/2019 1ManajemenLaba(2)

    2/15

    Ayudia Sokarina : Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham

    2

    oleh investor maka investor dapat menggunakan informasi akuntansi tersebutuntuk membuat keputusan buy, holdatau sellsaham.

    Terdapat dua metode yang dikenal dalam pengakuan pendapatan yaitu basisakrual dan basis kas. Sebagian besar perusahaan menggunakan basis akrual

    dalam pengakuan pendapatannya. Sehingga laba yang terkandung didalamnyamerupakan laba akrual. Akuntansi yang berbasis akrual dinyatakan sebagai

    metode akuntansi yang lebih baik dibandingkan dengan akuntansi yang berbasis

    kas. Argumen yang mendasarinya adalah akuntansi yang berbasis akrual lebih

    mampu mengurangi timing dan mismatching yang terkandung dalam akuntansiberbasis kas. Karenanya informasi laba yang dihasilkan oleh akuntansi berbasis

    akrual lebih mencerminkan kinerja ekonomi sebuah perusahaan (Dechow danDichev, 2001).

    Motivasi yang mendasari penelitian ini adalah : penelitian ini menggunakanukuran perusahaan sebagai variabel yang mengontrol hubungan kausal

    manajemen laba terhadap return saham. Dengan demikian diharapkan penelitianreplikasi ini dapat memperkokoh penelitian mengenai pengaruh manajemen labaterhadap return saham .

    1.2. Perumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan yang

    akan dikemukakan dalam penelitian berikut ini adalah: Apakah manajemen laba

    berpengaruh terhadap return saham?

    2. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

    2.1. Definisi dan Motivasi Manajemen LabaMenurut Scott (1997:351), perusahaan memberikan kebebasan bagi

    manajer untuk memilih suatu kebijakan akuntansi yaitu kebebasan untuk

    memilih metode akuntansi yang dipergunakannya. Namun kebebasan tersebutternyata mendorong manajer untuk membuat pilihan kebijakan akuntansi yang

    secara alamiah bertujuan untuk memaksimalkan kepentingan mereka dan/atau

    nilai perusahaan. Tindakan ini disebut manajemen laba (earnings management).

    Dari definisi yang dikemukan Scott (1997) dapat disimpulkan bahwa manajemenlaba merupakan suatu proses yang disengaja, menurut batasan standar

    akuntansi keuangan, untuk mengarahkan pelaporan laba pada tingkat tertentu.

    Rekayasa kebijakan akuntansi akrual, praktek perataan laba, manipulasi alokasipendapatan/biaya, perubahan metode akuntansi dan perubahan struktur modal

    merupakan kategori tindakan manajemen laba.Terdapat beberapa motivasi yang mendorong manajer melakukanmanajemen laba seperti yang diungkapkan oleh scott (1997) :

    1. Motivasi bonusPenelitian yang dilakukan oleh Healy (1985) dalam Scot (1997) memberikan

    bukti empiris bahwa manajer mempunyai informasi inside atas laba bersih

    perusahaan sebelum melakukan manajemen laba. Ia juga memprediksikan

    bahwa manajemen secara oportunistik akan mengelola laba bersih untukmemaksimalkan bonus mereka.

    Informasi laporan keuangan merupakan salah satu sumber potensial yang

    dipergunakan oleh pasar modal untuk melakukan revisi harga saham dan atau

  • 8/7/2019 1ManajemenLaba(2)

    3/15

    Vol. 5, No. 2, Desember 2006

    3

    obligasi yang diperdagangkan (Foster,1986). Kesempatan ini dipergunakan olehmanajer untuk memanipulasi laba dalam usaha untuk mempengaruhi kinerja

    perusahaan. Penelitian mengenai manajemen laba memfokuskan pada prilakuunexpectected accruals terkait dengan periode serta kesempatan bagi

    manajemen untuk mengelola laba sehingga cenderung menjadi tinggi (Healy danwahlen, 1998).

    2. Motivasi perjanjian utang

    Menurut Healy dan Wahlen (1998), motivasi perjanjian utang menimbulkan

    adanya indikasi manajemen laba karena data akuntansi dipergunakan untuktujuan pemonitoran dan mengatur kontrak antara perusahaan dengan

    stakeholders. Dugaan mengenai hal ini diperkuat dengan adanya indikasimanajemen laba berdasarkan pada karakteristik bonus shemes, atau pun dapat

    timbul berdasarkan kontrak pinjaman jangka panjang (Scott, 1997).3. Motivasi Politik

    Menurut Scott (1997) motivasi politik terkait dengan ukuran perusahaan.Perusahaan dengan industri strategis seperti perusahaan minyak dan gas, atauperusahaan yang bersifat monopoli atau semi monopoli seperti perusahaan

    penerbangan diduga berkaitan dengan kemungkinan melakukan manajemen labauntuk mengurangi biaya politik.4. Motivasi Pajak

    Motivasi lain manajemen laba adalah pajak. Hal ini muncul karena kebijakan

    pajak cenderung untuk membebankan kebijakan akuntansi untuk keperluanperhitungan pajak pendapatan, yang pada akhirnya mengurangi ruang gerakperusahaan (Scott,1997). Penelitian Dopuch dan Pincus (1988) melihat pada

    keinginan perusahaan untuk tetap melaporkan laba yang tinggi dan pemilihan

    metode akuntansi persediaan FIFO yang dianggap memberikan nilai tunaipembayaran pajak yang terkecil.

    Deteksi manajemen laba adalah suatu cara untuk memprediksi kualitas suatu

    laba berkaitan dengan kemampuannya menghasilkan arus kas di masamendatang. Kualitas laba didefinisikan sebagai tingkat hubungan antara

    pendapatan akuntansi perusahaan dengan pendapatan ekonomi. Munculnya

    perilaku manajemen laba didorong oleh perubahan penguasaan perusahaan.

    Manajemen laba oleh sebagian peneliti dianggap memiliki cakupan yang lebihluas jika dibandingkan dengan perataan laba. Mengingat, manajemen percaya

    bahwa reaksi pasar didasarkan pada pengungkapan informasi akuntansi (laporan

    keuangan).

    2.2. Telaah Penelitian Manajemen Laba2.2.1. Manajemen Laba dan Akrual DiskresionerPenelitian mengenai manajemen laba menggunakan akrual diskresioner

    sebagai proksi bagi manajemen laba. Dengan demikian dapat dikatakan bahwausaha yang dilakukan oleh para peneliti sebagian besar ditujukan pada berbagai

    pendekatan yang bertujuan mengarah pada usaha yang dilakukan untuk

    mengevaluasi keberadaan manajemen laba.

    Salah satu kelebihan dari pendekatan akrual diskresioner adalahpendekatan tersebut berpotensi untuk dapat mengungkap cara-cara untuk

    menurunkan atau menaikkan keuntungan, karena cara-cara tersebut kurang

    mendapat perhatian untuk diketahui oleh pihak luar (outsider). DeAngelo (1986)

  • 8/7/2019 1ManajemenLaba(2)

    4/15

    Ayudia Sokarina : Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham

    4

    menjelaskan bahwa accounting accruals mencerminkan keputusan manajemen,antara lain, untuk menghapuskan assets, pengakuan atau penundaan

    pendapatan atau menganggap biaya atau modal suatu pengeluaran. Ayres(1994) menambahkan cara-cara lain untuk mempengaruhi tingkat keuantungan,

    yaitu dengan penerapan suatu kebijaksanaan akuntansi yang wajib baik lebihawal dari tanggal berlakunya atau tepat waktu dan perubahan-perubahan

    akuntansi secara sukarela.

    2.2.2. Manajemen Laba dan LeverageRasio leverage menunjukkan seberapa besar aktiva dibiayai dengan

    utang. Ini berkaitan dengan resiko yang ditimbulkan karena pemberian

    pinjaman. Leverage penting untuk dianalisis karena berhubungan dengan kinerja

    perusahaan. Gul et al. (2000) dalam Sugiri dan Abdullah (2003) menyatakanbahwa tingkat utang berpengaruh negative terhadap laba-returns.

    Penggunaan akuntansi akrual menyatakan bahwa perusahaan denganrasio utang yang tinggi cenderung menggunakan akrual yang bersifat income-increasing. Penelitian Dhaliwal (1980) merupakan salah satu penelitian yang

    membuktikan hal tersebut. Ia meneliti pengaruh struktur modal perusahaan

    terhadap pemilihan metode akuntansi. Diekspektasi bahwa perusahaan yang

    memiliki leverage yang tinggi akan menghindari metode akuntansi yang

    menyebabkan pengurangan laba atau ekuitas dan atau peningkatan volatilitas

    laba. Metode akuntansi tersebut dihindari karena bisa meningkatkankemungkinan perusahaan mengalami technical defaultatas perjanjian utangnya.

    Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel 113 perusahaandari industri minyak dan gas untuk periode tahun 1976. Dari 113 perusahaan

    minyak dan gas tersebut sebanyak 72 menggunakan metode full-costing untukmencatat biaya eksplorasinya, dan sebanyak 41 menggunakan metode

    successful-effort costing. Dari sampel tersebut, Dhaliwal memperoleh 33macthed-pairs, untuk selanjutnya diuji dengan menggunakan uji t. Hasil

    penelitian menunjukkan bukti yang sesuai dengan ekspektasi, yaitu perusahaan

    dengan leverage yang tinggi lebih memilih metode akuntansi full-costing (yang

    bersifat income-increasing)untuk menghindari technical default.

    Dari uraian tersebut di atas bisa dinyatakan bahwa perusahaan denganleverage yang tinggi, cenderung menggunakan metode akuntansi akrual yang

    bersifat income-increasing. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindarikemungkinan pelanggaran debt-covenantyang terbukti costly. Karena laba yang

    dilaporkan lebih mengandung akrual, maka bisa dinyatakan laba yang dilaporkan

    adalah berkualitas rendah karena memiliki persistensi yang rendah. Dengan katalain, secara ringkas bisa dinyatakan bahwa kualitas laba yang dilaporkan

    perusahaan dipengaruhi oleh struktur modal perusahaan; yaitu semakin besar

    leverage perusahaan, semakin banyak akrual yang terkandung dalam laba, dansemakin rendah kualitas laba yang dilaporkan.

    2.3. Manajemen Laba dan Return saham

    Penelitian Chan et al.(2001) bertujuan meneliti kualitas laba dan returnsaham. Kualitas laba diproksikan dengan akrual. Mereka melihat bahwa terdapatkecenderungan manajer untuk memelihara tingkat pertumbuhan laba karena

    terkait dengan jumlah kompensasi yang mereka terima berdasarkan pada tingkat

  • 8/7/2019 1ManajemenLaba(2)

    5/15

    Vol. 5, No. 2, Desember 2006

    5

    laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Jika dikaitkan dengan harga saham,karakteritik perusahaan didasarkan pada data akuntansi ternyata mampu

    dipergunakan di dalam memprediksi harga saham masa mendatang.Penelitian mengenai manajemen laba dan return saham di Indonesia

    antara lain dilakukan oleh Syaiful (2002). Ia meneliti hubungan manajemen labadengan kinerja operasi dan return saham di sekitar IPO di tahun 1991-1994.

    Pengujian atas hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan model

    regresi. hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tejadi manajemen laba disekitar

    IPO, yaitu pada periode dua tahun sebelum IPO, ketika IPO dan dua tahunsetelah IPO. Di samping itu hasil penelitian Syaiful (2002) menemukan bahwa

    kinerja perusahaan setelah IPO rendah. Begitu pula dengan return saham yangrendah setelah IPO. Namun penelitian tersebut tidak berhasil melihat adanya

    hubungan antara rendahnya return saham setahun setelah IPO denganmanajemen laba disekitar IPO.

    Penelitian Widiastuty (2004) meneliti pengaruh manajemen laba yangdiukur dengan akrual diskresioner terhadap return saham perusahaan padaperusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ pada saat pengumuman laporan

    keuangan 31 Desember. Menggunakan data sampel sebanyak 72 perusahaanmanufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada periode 1998-2001 denganmenggunakan alat analisis regresi. Dari model regresi diketahui bahwa akrual

    diskresioner berpengaruh positif terhadap return saham. Hasil ini ditunjukkan

    dengan nilai koefisien variabel akrual diskresioner sebesar 0.05468 dengan thitung 3.159 dengan p value 0.002.

    Analisis hasil untuk variabel kontrol yaitu leverage, dari model regresi

    diketahui bahwa leverage ternyata tidak berpengaruh terhadap return saham.

    Variabel leverage nilai koefisiennya sebesar 0.00210 dan t hitung -0.120 sertanilai p value 0.904. Sedangkan variabel kontrol lainnya yaitu unexpected

    earnings menunjukkan nilai koefisiennya sebesar 0.002000 dan t hitung 2.508

    serta p value 0.013 sehingga unexpected earnings berpengaruh positif terhadapreturn saham. Berdasarkan hal ini maka hipotesis alternative.

    Ha: Manajemen laba berpengaruh positif terhadap return saham.

    3. METODOLOGI PENELITIAN3.1 Pemilihan Sampel dan Data

    Sampel perusahaan dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan

    metode purposive sampling terhadap perusahaan go public yang terdaftar padaBursa Efek Jakarta (BEJ) sejak tahun 2003 atau sebelumnya kecuali perusahaan

    jenis industri perbankan dan keuangan. Perusahaan juga harus menerbitkanlaporan keuangan tahunan yang berakhir tanggal 31 Desember selama 3 tahunmulai tahun 2003 sampai dengan 2005. Kriteria sampel lainnya adalah laporan

    keuangan perusahaan sampel tidak menunjukkan adanya laba yang negativeatau mengalami kerugian selama tahun 2003 sampai dengan 2005. Karena laba

    yang negative sebagai penyebut tidak bermakna.

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

    meliputi : (1) data akuntansi yang berupa laporan keuangan diperoleh melaluiwww.jsx.co.id, (2)Jumlah saham yang beredar 31 Desember yang diperoleh

    dari Indonesian Capital Market Directory, (3)Tanggal publikasi laporan keuangan

    perusahaan sampel yaitu tanggal opini laporan keuangan, (3) Data harga saham

  • 8/7/2019 1ManajemenLaba(2)

    6/15

    Ayudia Sokarina : Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham

    6

    gabungan (IHSG), harga saham harian masing-masing perusahaan sampel tahun2004-2006. Data harian digunakan karena mempunyai tingkat kepekaan yang

    lebih tinggi dalam merespon reaksi pasar dibandingkan dengan data hargasaham mingguan ataupun bulanan.

    3.2. Model Penelitian

    Atas dasar hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini maka hubungan

    antar variable dapat dilihat dalam gambar berikut :

    Dari gambar tersebut diturunkan model persamaan sebagai berikut :CAR = 0 + 1da + 2LEV+ 3UE+ 4LS + (1)

    Keterangan :

    CAR = Cumulative Abnormal Return UE = Unexpected Earnings

    DA = Akrual Diskresioner LS = Log SizeLEV = Leverage Bank/non-bank = error

    3.3. Pengukuran Variabel dan Pengujian Hipotesis1. Variabel Manajemen Laba

    Manajemen laba sebagai variabel independent diukur dengan proksi

    akrual diskresioner. Penelitian ini memfokuskan pada akrual diskresioner sebagai

    ukuran manajemen laba. Maka total akrual sebuah perusahaan I dipisahkanmenjadi non discretionary accrual dan discretionary accrual. Tingkat akrual

    diskresioner adalah tingkat akrual hasil rekayasa laba oleh manajemen.

    Sebagai langkah awal, untuk menentukan tingkat akrual diskresionerdilakukan perhitungan total akrual. Menghitung besarnya total akrual diperoleh

    dengan : TAit = CAit CLit DEPit (2)Keterangan :

    TAit = Total akrual perusahaan i pada tahun tCAit = Perubahan aktiva lancar selain kas t dan t-1

    CLit = Perubahan utang lancar selain utang bank jangka pendek dan jatuh

    tempo t dan t-1

    DEPit = Depresiasi dan amortisasi periode tNilai akrual yang diperoleh dari persamaan di atas dideflasi dengan total aktiva

    (Chan et al,2001 Collins & Hribar,2000).

    Akrual diskresioner

    Variabel Kontrol

    Leverage

    UE

    Log size

    CAR

  • 8/7/2019 1ManajemenLaba(2)

    7/15

    Vol. 5, No. 2, Desember 2006

    7

    Penelitian ini menfokuskan akrual diskresioner sebagai ukuran untukmanajemen laba. Total akrual perusahaan akan dibagi ke dalam komponen non

    discretionary accrualdan discretionary accrual.

    TAit = NDAit DAit (3)Keterangan :

    TAit = Total akrual perusahaan i pada tahun t

    NDAit = nondiscretionary accrualperusahaan i pada tahun t

    DAit = discretionary accrualperusahaan i pada tahun tPenulis menggunakan proksi akrual diskresioner yang dikembangkan oleh

    Jones (1991). Model estimasi akrual Jones akan dipergunakan untukmemisahkan antara akrual diskresioner dan non akrual diskresioner adalah :

    TAit /At-1 = (1/Ait-1) + 1 (REVit/Ait-1) + 2 (PPEit-1) (4)

    NDA= (1/Ait-1) + 1 (REVit/Ait-1) + 2 (PPEit-1) (5)Keterangan :

    NDAt = nondiscretionary accrualperusahaan i pada tahun t

    At-1 = aktiva perusahaan i pada tahun t-1

    REVit = pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi pendapatan t-1

    PPEit = aktiva tetap perusahaan i pada tahun tPada penelitian diprediksikan arah akrual adalah positif. Penelitian ini

    bertujuan untuk menguji apakah akrual diskresioner berpengaruh positif

    terhadap return saham dengan mengambil sampel penelitian yaitu padaperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

    2. Variabel Return SahamVariabel return saham sebagai variabel dependen, diproksikan dengan CAR

    (cumulative abnormal return). Abnormal return diperoleh dengan menggunakanmodel pasar (market models). Model ini dianggap penduga terbaik untuk

    mengestimasi return suatu sekuritas. CAR diperoleh melalui abnormal return

    saham yang merupakan selisih antara return yang sesungguhnya terjadi denganreturn ekspektasian

    Abnormal return pengukurannya :

    ARi,t = Ri,t E(Ri,t) (6)Notasi :ARi,t = Abnormal return saham i periode t

    Ri,t = Return sesungguhnya saham i periode tE(Ri,t) = Return ekspektasian saham i periode t

    - Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada periode tyang merupakan selisih harga relative sekarang terhadap hargasebelumnya. Data menggunakan return saham individual dengan

    menggunakan harga saham harian.

    Pi,t Pi,t-1Rit = (7)

    Pi,t-1

  • 8/7/2019 1ManajemenLaba(2)

    8/15

    Ayudia Sokarina : Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham

    8

    Notasi :Rit = Return saham i pada hari t

    Pi,t = Harga saham i pada hari tPi,t-1 = Harga saham i pada hari t-1

    - Untuk menghitung return pasar dihitung dengan rumus :IHSGt IHSGt-1

    Rm,t = (8)

    IHSGt-1Notasi :

    Rm,t = Return pasarIHSGt = Indeks harga saham gabungan pada hari t

    IHSGt-1= Indeks harga saham gabungan pada hari t-1- Untuk menghitung return ekspektasi

    Ri,t = i + i.Rm t + it (9)Notasi :Ri,t = Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-t

    i = Intercept untuk sekuritas ke-ii = Koefisien slope yang meupakan beta dari sekuritas ke-iRm t = Return indeks pasar pada periode estimasi ke-t

    it = Kesalahan residu sekuritas ke-I pada periode estimasi ke-t

    - Cumulative abnormal return pada tanggal pengumuman laporankeuangan yaitu :

    t2

    CARi,(t1,t2) = ARi,t (10)t1

    ARi,t adalah abnormal return untuk perusahaan i pada hari ke t dan , (t1,t2)

    adalah panjang interval return (periode akuntansi) dan hari t1 hingga (termasuk)

    hari t2 periode akumulasi return adalah 3 hari meliputi tanggal pengumumanlaporan keuangan, 1 hari sebelum dan 1 hari setelah pengumuman laporan

    keuangan. Penelitian ini menggunakan window return pendek (3hari). Menurut

    Easton dan Zmijewski (1989) metode asosiasi menggunakan window panjang

    tidak menyediakan estimat respon harga terhadap pengumuman laporankeuangan karena tidak mengontrol pengumuman informasi lain selain periode

    estimat.

    3. Variabel KontrolLeverage bisa diukur dengan rasio keuangan. Foster (1986) memberikanbeberapa rasio keuangan yang biasa digunakan untuk mengukur leverage :

    - Long term liabilities .

    Stockholders equity- Liabilities .

    Stockholders equity

    - Long term liabilities

    Asset- Liabilities .

    Asset

  • 8/7/2019 1ManajemenLaba(2)

    9/15

    Vol. 5, No. 2, Desember 2006

    9

    Pada penelitian ini rasio keuangan yang dipergunakan adalah rasio liabilitiesto assets. Rasio ini digunakan oleh Dhaliwal (1988) dalam penelitiannya.

    Selain ini dipergunakan juga Unexpected Earnings (UE) sebagai variabelkontrol. Unexpected Earnings (UE) di peroleh melalui :

    UEit = Labait Labait-1/(labait-1 (11)

    Notasi

    UEit = unexpected earnings untuk perusahaan i pada periode ke t

    Labait = laba akuntansi untuk perusahaan i pada periode ke tLabait-1= laba akuntansi untuk perusahaan i pada periode sebelum t-1

    Variabel kontrol lainnya adalah ukuran perusahaan, diukur dengan kapitalisasipasar, yaitu log size, yang didapat dengan mengalikan harga saham per 31

    Desember dan jumlah saham yang beredar.

    Pengujian Asumsi Klasik1. Pengujian Normalitas

    Pengujian parametrik yang tidak memenuhi asumsi-asumsi berikut : (1)

    observasi-observasi harus independent, (2) observasi-observasi harus diambildari populasi yang berdistribusi normal dan mempunyai varian-varian yangsama, maka perlu dilakukan pengujian normalitas. Penulis menggunakan uji P-P

    Plot

    2. Pengujian AutokorelasiAutokorelasi merupakan pola kolerasi sistematis antar anggota sampel yang

    diurutkan berdasarkan dalam model maka varian sampel tidak menggambarkan

    varian populasi dan model regresi tidak dapat digunakan untuk menaksir nilaivariable dependent pada variabel independent tertentu (Gujarati,1995). Penulis

    menggunakan uji Durbin Watson untuk mendeteksi keberadaaan autokorelasi.

    3. Pengujian HeteroskedastisitasHederoskedastisitas terjadi apabila varian residual dari suatu amatan

    lainnya tidak konstan. Asumsi varians dikatakan konstan apabila distribusiresidual tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya variable independent. Menurut

    Gujarati (1995), terdapat beberapa alternative pengujian untuk mendeteksiheteroskedastisitas antara lain uji grafis, glejser, parkatau uji korelasi. Penulismenggunakan uji grafis.

    4.

    Pengujian MultikolinieritasMultikolinieritas terjadi apabila terdapat hubungan yang kuat antara

    variabel independent dalam model regresi. Gejala adanya multikolinieritas dapat

    dideteksi dengan menggunakan Pearson Correlation dan nilai tolerance (TOL)

    serta variance Inflation Factor. Menurut Gujarati (1995), sebagai rule of thumbapabila nilai TOL sama dengan 0 dan VIF mencapai 10, maka model regresi

    mengandung multikolinieritas.

  • 8/7/2019 1ManajemenLaba(2)

    10/15

    Ayudia Sokarina : Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham

    10

    Pengujian HipotesisUntuk menguji hipotesis alternative, penulis menggunakan model regresi

    linier. Pengujian hipotesis akan didasarkan atas p-value dari masing-masingparameter atau dengan membandingkan t-hitung dan t-tabel.

    Perumusan hipotesis penelitian dalam bentuk hipotesis statistic adalah sebagaiberikut :

    - Ho: 10, jika manajemen laba tidak berpengaruh positif terhadap returnsaham- H1: 1>0, jika manajemen laba berpengaruh positif terhadap return saham

    Dari perumusan hipotesis penelitian tersebut, peneliti menetapkan kriteria

    penerimaan dengan uji satu sisi tingkat signifikansi 5%. Jika t hitung adalah lebihbesar dibandingkan dengan t tabel (;n-1) maka hipotesis penelitian diterima,

    sedangkan jika t hitung lebih kecil atau sama dengan t tabel (;n-1) makahipotesis nol diterima.

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Sampel Penelitian

    Pada penelitian ini, jumlah perusahaan yang dipergunakan sebagai sampel

    sebanyak 20 perusahaan. Metode pengambilan sampel yang dipergunakan

    adalah purposive sampling. Periode sampel yang dipergunakan adalah 2003-2005. Berikut ini disajikan sampel yang dipergunakan dalam penelitianberdasarkan tanggal publikasi Laporan keuangan :

    Tabel 1

    Jumlah Sampel Penelitian

    NO. EMITEN

    Tanggal Publikasi

    2003 2004 2005

    1 Alakasa Industrindo Tbk 09-03-2004 23-03-2005 15-03-2006

    2 Aqua Golden Mississippi Tbk 27-02-2004 10-03-2005 10-03-2006

    3 Argha Karya Prima Industry Tbk. 25-03-2004 08-04-2005 16-03-2006

    4 Astra Graphia Tbk 05-02-2004 18-02-2005 09-02-2006

    5 Astra Otoparts Tbk. 11-03-2004 10/03/2005 13-03-2006

    6 Berlina Tbk. 24-03-2004 17-03-2005 24-02-2006

    7 Branta Mulia Tbk 21-01-2004 23-02-2005 22-02-2006

    8 Citra Tubindo Tbk. 27-02-2004 28-02-2005 09-03-2006

    9 Delta Djakarta Tbk. 20-02-2004 02/02/2005 28-02-200610 Duta Pertiwi Tbk. 01-03-2004 01-03-2005 01-03-2006

    11 Ekadharma Tape Industries Tbk. 27-02-2004 07-03-2005 15-03-2006

    12 Gajah Tunggal Tbk. 27-04-2004 31-03-2005 20-03-2006

    13 GT Petrochem Industries Tbk. 23-04-2004 29-03-2005 17-03-2006

    14 Indofood Sukses Makmur Tbk. 20-02-2004 01-03-2005 03-03-2006

    15 Jaya Pari Steel Corporation Ltd. Tbk. 23-03-2004 28-02-2005 28-02-2006

    16 Semen Gresik Tbk. 22-06-2004 04-04-2005 11-04-2006

    17 Sorini Corporation Tbk. 30-01-2004 25-01-2005 30-01-2006

  • 8/7/2019 1ManajemenLaba(2)

    11/15

    Vol. 5, No. 2, Desember 2006

    11

    4.2. Pengujian Asumsi KlasikModel regresi akan memberikan hasil nilai parameter yang valid atau

    menjadi predictor yang baik apabila asumsi klasik dapat terpenuhi. Berikut iniadalah hasil pengujian asumsi klasik yang dilakukan.

    4.2.1. Analisis Pengujian NormalitasPengujian normalitas dengan P-P Plot menunjukkan masing-masing

    variabel : Diskresioner Accruals (DA), Leverage (LEV), Unexpected earnings (UE)

    dan Log Size (LS) berada pada garis normalitas.

    4.2.2. Analisis Pengujian Autokorelasi

    Autokorelasi menunjukkan adanya kondisi gangguan yang berurutandiantara yang masuk ke dalam fungsi regresi. Pengujian terhadap autokorelasi

    menggunakan uji Durbin-Watson harus berada di sekitar +2 sampai -2. Nilai ujiDurbin-Watson yang dihasilkan menunjukkan angka 2.067 atau berada disekitar

    angka +2 (lihat tabel 2). Apabila D_W hitung jatuh pada daerah yang diterimaberarti tidak terjadi autokorelasi. Hasil ini menunjukkan tidak terjadi autokorelasiantar anggota sampel.

    Tabel 2Uji Durbin-Watson

    Model R

    R

    Square

    Adjusted

    R Square

    Std. Error of the

    Estimate

    Durbin-

    Watson

    1.451(a) .204 .146

    .121623534702

    62.067

    a Predictors: (Constant), UE, LS, DA, LEVb Dependent Variable: CAR

    4.2.3. Pengujian Multikolinieritas

    Gejala Multikolinieritas dapat dideteksi dengan nilai tolerance (TOL) sertaVariance Inflation Factor(VIF). Pada tabel 3 hasil pengujian atas nilai TOL dan

    VIF yang dihasilkan oleh keempat variable independent. Nilai TOL tertinggi

    sebesar 0.928 dan VIF bernilai 1.228. Hasil ini menunjukkan tidak terjadimultikolinieritas karena TOL tidak sama dengan nol dan nilai VIF kurang dari 10.

    Tabel 3Collinearity Statistics

    Model Collinearity Statistics

    Tolerance VIF

    1 (Constant)

    DA .895 1.117

    LEV .814 1.228

    LS .928 1.078

    UE .820 1.219

    a Dependent Variable: CAR

  • 8/7/2019 1ManajemenLaba(2)

    12/15

    Ayudia Sokarina : Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham

    12

    4.2.4. Analisis Pengujian Heteroskedastisitas

    Heteroskedastisitas adalah salah satu penyimpangan dari asumsi modelregresi linier klasik yang menyatakan bahwa gangguan (error) memiliki varian

    yang sama. Pada penelitian ini digunakan uji grafis. Hasil uji grafis tidakmenunjukkan adanya gejala heteroskedastisitas..

    4.3. Analisis Hasil Pengujian Hipotesis

    Model regresi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :CAR = 0 + 1da + 2LEV+ 3UE+ 4LS +

    Variabel CAR adalah proksi dari return saham, yang diperoleh dengan melaluiabnormal return saham yang merupakan selisih antara return saham yang

    sesungguhnya terjadi dengan retur ekspektasian. Variabel akrual diskresionermerupakan proksi dari manajemen laba.

    Variabel leverage, unexpected earnings dan log size pada penelitian inimerupakan variabel kontrol. Variabel leverage diukur dengan menggunakan rasioliabilities to assets. Sedangkan variabel unexpected earnings diukur dengan

    membagi laba periode t dikurangi laba periode t-1 dibagi dengan laba periode t-1yang diabsolutkan. Untuk variabel log size diukur dengan mengalikan hargasaham per 31 Desember dan jumlah saham yang beredar. Tabel 4 menunjukkan

    hasil pengujian statistik untuk masing-masing variabel.

    Tabel 4

    Model

    R R Square

    AdjustedR Square

    Std. Error ofthe Estimate

    Change Statistics

    R SquareChange F Change df1 df2

    Sig. FChange

    1 .451(a) .204 .146 .1216235347 .204 3.514 4 55 .013

    a Predictors: (Constant), UE, LS, DA, LEV

    b Dependent Variable: CAR

    Analisis model regresi yang menghasilkan koefisien regresi sebagai

    berikut :

    CAR = 0.021 + -0.079DA + 0.024LEV + 0.007LS + -0.004UEt=0.038 t=-30283 t=0.915 t=0.202 t= -1.533

    sig=0.970 sig=0.002 sig=-0.364 sig=0.841 sig=0.131

    Model regresi yang dihasilkan menunjukkan bahwa F hitung modeltersebut adalah 3.514 dengan tingkat signifikansi 0.013.

    4.4. Deskripsi HasilDari model regresi diketahui bahwa akrual diskresioner berpengaruh

    negative terhadap return saham. Hasil ini ditunjukkan dengan nilai koefisien

    variabel akrual diskresioner -0..079 dengan t hitung -3.283 dengan p value0.002. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Chan et al.(2001) dan Balsam et al. (2002) Namun berbeda dengan penelitian Widiastuty

    (2004) dimana menemukan hubungan yang positif antara akrual diskresioner

  • 8/7/2019 1ManajemenLaba(2)

    13/15

    Vol. 5, No. 2, Desember 2006

    13

    dengan return saham. Namun hasil penelitian secara keseluruhan tidak sesuaidengan ekspektasi penulis bahwa manajemen laba berpengaruh positif terhadap

    return saham.Analisis hasil untuk variabel kontrol yang dipergunakan dalam penelitian

    ini yaitu leverage. Dari model regresi diketahui bahwa leverage ternyata tidakberpengaruh terhadap return saham. Variabel leverage nilai koefisiennya sebesar

    0.024 dan t hitung 0.915 serta p value 0.364. Hasil pengujian ini berbeda dengan

    yang diekspektasi penulis. Hasil yang berbeda dengan yang diprediksi mungkin

    disebabkan karena sampel yang digunakan kurang representative. Variabelkontrol lainnya yaitu log size dari model regresi juga tidak berpengaruh terhadap

    return saham. Variabel log size nilai koefisiennya sebesar 0.007 dan t hitung0.202 serta p value 0.841. Sedangkan variabel unexpected earning juga tidak

    berpengaruh terhadap return saham, dengan hasil regresi nilai koefisiennyasebesar -0.004 dan t hitung -1.533 serta p value 0.131. Ini berarti pasar tidak

    bereaksi terhadap informasi laba atas publikasi laporan keuangan

    5. SIMPULAN DAN SARAN5.1. Simpulan

    Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan model

    regresi linier, maka dapat dibuat simpulan dibawah ini :

    1. Manajemen laba yang diproksikan dengan akrual diskresionerberpengaruh negative terhadap return saham. Hal ini menunjukkansebagian besar investor yang terambil dalam penelitian mulai dapat

    secara cepat melakukan penyesuaian terhadap indikasi manajemen laba.

    Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Chan et.al (2001) danBalsam et.al (2002).

    2. Leverage, log size dan unexpexted earnings sebagai variabel kontroltidak memberikan pengaruh terhadap return saham. Variabel leveragediekspektasi berpengaruh terhadap return saham karena perusahaan

    yang memiliki utang yang tinggi cenderung menggunakan akuntansi

    akrual (increasing income) untuk menghindari pelanggaran perjanjian

    utang, sehingga laba yang dilaporkan mengandung akrual yang tinggi. Halini kemungkinan karena sampel yang digunakan penulis kurang

    representative jika utang diklasifikasikan untuk utang bank dan non bank.

    Variabel log size diekspektasi berpengaruh terhadap return saham karenaukuran perusahaaan kemungkinan berpengaruh terhadap kemampuan

    perusahaan dalam memperoleh return. Hal kemungkinan karena sampelyang tidak representative untuk perusahaan besar dan kecil. Variabelunexpected earnings diekspektasi berpengaruh terhadap return saham

    juga tidak terbukti. Hal ini kemungkinan karena reaksi pasar tahun 2003 2005 tidak bereaksi terhadap pengumuman informasi laba perusahaan.

    5.2. Saran

    Penulis menyadari terdapat keterbatasan yang kemungkinan besarberpengaruh terhadap hasil penelitian:

    1. Seperti juga dinyatakan sebelumnya, periode amatan yang digunakandalam penelitian adalah 2003-2005. Dengan demikian, penelitian

  • 8/7/2019 1ManajemenLaba(2)

    14/15

    Ayudia Sokarina : Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham

    14

    selanjutnya bisa dilakukan dengan memperpanjang periode amatan danmemasukkan periode normal. Dan meningkatkan jumlah sampel yang

    digunakan dalam penelitian selanjutnya.2. Karena keterbatasan data, peneliti tidak melakukan identifikasi

    perusahaan yang melakukan perjanjian utang dengan bank dan yangtidak. Hal ini bisa mempengaruhi hasil penelitian yang berekspektasi

    perusahaan dengan leverage yang bersumber dari utang (bank) akan

    menggunakan akrual income increasing untuk menghindari pelanggaran

    perjanjian utang (technical default) sehingga melaporkan laba yangmengandung akrual tinggi.

    3. Analisi model regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini hanyamenghasilkan R square sebesar 14 %. Hal ini menunjukkan variabel-

    variabel independent dalam penelitian ini hanya mampu menjelaskanprilaku kualitas laba sebesar 14 % saja. Oleh karena itu, masih terbuka

    penelitian untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhimanajemen laba terhadap return saham.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ayres, F.L..1994. Perception of Earnings Quality: What Managers Need To

    Knows, Making the Bottom Line Look Better May Have A NegativeResult. Management Accounting.

    Chan, K., Chan, L.K., Jegadeesh, N., and Lakonishok, J. 2001. Earnings Quality

    and Stock Returns. NBER Working Paper Series.

    Dechow. M.P. 1994. Accounting Earnings and Cash Flows as Measures of FirmsPerformance: The Role of Accounting Accruals. Journal of Accounting

    and Economics18 July. 3-42.

    Dhaliwal, D. S. 1980. The Effect of the Firms Capital Structure on the Choice ofAccounting Methods. The Accounting Review(Vol. LV No.1) : 78-84.

    Dopuch. N dan Morton Pincus. 1988. Evidence on the Choice of Inventory

    Accounting Methods: LIFO versus FIFO. Journal of Accounting and

    Economics. Vol 26. No. 1. Spring.Easton. P dan Trevor. S. 1991. Earnings as an Explanatory Variable for Return.

    Journal of Accounting Research, Volume 29, nomor 1, Spring, pp. 19-36.

    Foster, G. 1986. Financial Statement Analysis. Prentice Hall International, Inc.Gujarati, D. 1995. Basic Econometrics. Mcgraw Hill Higher Education.

    Gumanti. Tatang Ari. 2001. Earning Management dalam Penawaran SahamPerdana di Bursa efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume4, nomor 2, halaman 1-31.

    Gunawan. Yuniati. 2001. Analisis Pengungkapan Informasi Laporan Tahunanpada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Makalah

    Simposium Nasional Akuntansi.

    Healy, P.M. 1998. A Review of the Earnings management Literature and Its

    Implications for Standard setting. Working Paper.Saiful. 2002. Hubungan Manajemen Laba (Earnings Management) Dengan

    Kinerja Operasi dan Return Saham di Sekitar IPO. Makalah Simposium

    Nasional Akuntansi V, September, Semarang.

  • 8/7/2019 1ManajemenLaba(2)

    15/15

    Vol. 5, No. 2, Desember 2006

    15

    Sugiri. S dan Syukri Abdullah. 2003. Pengaruh Free Cash Flow, Set KesempatanInvestasi dan Leverage Finansial Terhadap Manajemen Laba. Kajian

    Bisnis STIE Widya Wiwaha No 28 Januari-April.Scott. W.R. 1997. Financial Accounting Theory. Canada Prentice hall, Second

    Edition.Watt, R.L, dan Zimmerman, J.L. 1986. The Positive Accounting Theory. Prentice

    hall International, Inc.

    . 1990. Positive Accounting Thoery : a Ten Year Perspective.

    Accounting Review, volume 65, nomor 1, January, pp. 131-156.

    Widiastuty. Erna. 2004. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham. Tesis

    S2.UGM.