19112014 Paparan Pedoman RKA Kemenhub

34
Kepala Biro Perencanaan Kementerian Perhubungan SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN (RKA) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM 3 TAHUN 2014 Jakarta, November 2014 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Transcript of 19112014 Paparan Pedoman RKA Kemenhub

Kepala Biro Perencanaan

Kementerian Perhubungan

SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN

ANGGARAN (RKA) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

NOMOR : PM 3 TAHUN 2014

Jakarta, November 2014

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Penguatan perencanaan

melalui peningkatan :

1. Regulasi Perencanaan;

2. Konsistensi Proses

Perencanaan;

3. Evaluasi Perencanaan.

PROSES

KONSEP

PERENCANAAN

Transparan;

Partisipatif;

Akuntabel;

Inovatif.

PENGUATAN PERENCANAAN

2

OUTPUT /OUTCOMES

PEMBANGUNAN

OPTIMAL

DAN BERKUALITAS

TINDAK LANJUT

1. Revisi KM no 31 tahun 2006

tentang Pedoman, Penyusunan

dan Proses Perencanaan

Perhubungan;

2. PM no 3 tahun 2014 tentang

pedoman penyusunan RKA di

lingkungan Kemenhub;

3. Standar Biaya Khusus

Kemenhub;

4. E-planning;

5. E-performance;

6. Terbentuk Tim Percepatan

penyelesaian Rencana Induk.

MAKSUD DAN TUJUAN

3

MAKSUD (Pasal 2)

Maksud ditetapkannya Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran

di lingkungan Kementerian Perhubungan ini adalah sebagai panduan bagi

seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Perhubungan dalam penyusunan

rencana kerja dan anggaran dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan

dan pembangunan.

TUJUAN (Pasal 3)

Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran yang :

1. Tertib, Efisien, Efektif, Ekonomis, Transparan, Partisipatif, Inovatif dan

Akuntabel, memperhatikan Rasa Keadilan dan Kepatutan.

2. AMAN Untuk Semua Pihak yang Terkait.

ACUAN DAN PENDEKATAN(Pasal 4)

4

ACUAN PENYUSUNAN RKA (Ayat 1)

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN);.

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

3. Rencana Strategis Kementerian.

4. Rencana Induk.

5. Sistem Transportasi Nasional yang dijabarkan dalam Tataran Transportasi Nasional,

Tataran Transportasi Wilayah dan Tataran Transportasi Lokal.

6. Kebijakan Nasional yang ditetapkan oleh Presiden yang tertuang dalam Rencana

Kerja Pemerintah (RKP).

7. Aspirasi DPR-RI yang diusulkan pada saat Rapat Kerja dan/atau Rapat Dengar

Pendapat yang telah memenuhi kriteria perencanaan.

PENDEKATAN PENYUSUNAN RKA (Ayat 2)

1. Penganggaran Terpadu;.

2. Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK).

3. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM).

4. Pendekatan Bottom Up Planning dan Top Down Planning.

PRIORITAS PENGALOKASIAN ANGGARAN (Pasal 6)

5

1. Mendukung pencapaian sasaran prioritas Pembangunan Nasional;

2. Pemenuhan kebutuhan anggaran operasional dasar : gaji, honorarium dan

tunjangan, operasional dan pemeliharaan perkantoran.

3. Penyediaan dana pendamping/local cost.

4. Kegiatan lanjutan/penyelesaian pembangunan.

5. Kegiatan kontrak tahun jamak/multiyears.

6. Pelayanan keperintisan.

7. Pembangunan fasilitas keselamatan transportasi.

8. Pertimbangan politis : pembangunan KTI, Daerah Rawan Bencana, Kawasan

Tertinggal, Terdepan dan Terluar.

9. Pelaksanaan Inpres-Inpres dalam rangka percepatan pembangunan wilayah.

10. Pembangunan Sumber Daya Manusia.

11. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Inovasi Bidang Perhubungan

melalui Penelitian dan Pengembangan.

12. Kegiatan pengawasan dan akuntabilitas bidang perhubungan.

6

PROSES/TAHAPAN PENYUSUNAN RKA

TIMELINE PENYUSUNAN RKA

7

Maret

PAGU KEBUTUHAN

PAGU INDIKATIF

April

Trilateral Meeting

Mei

Musren-bangnas (Bappenas,

Kemenkeu, K/L dan Bappeda)

Juli

PAGU ANGGARAN

Penelitian /Reviu

Agustus’

Nota Keuangan

Oktober

Batas Akhir Persetujuan DPR

November

ALOKASI ANGGARAN

Penelaahan Alokasi Anggaran di DJA

Terbit DIPA

Koordinasi di Pemerintah Propinsi

Nov-Des

Waktu Konsultasi dg DPR (Raker/RDP)

Penyempurnaan & Penyampaian Kelengkapan Data Dukung Kegiatan ( ± 6 Bulan Kerja)

Sept Desember

JuniFebruari

Januari

Pembahasan Terpadu

Gubernur/Kadishub(Rakornis)

2

Unit Eselon I

Rapat PlenoKementerian

Pagu Kebutuhan

MENHUB

UPT/Satker/BUMN

1 3 4

67

Usulan Kegiatan

dari Kab/Kota

MENKEU + KA-BAPPENAS

8

Usulan Kegiatan

Koordinasi awal

1. Tujuan : Menetapkan Pagu Kebutuhan Kemenhub.

2. Dipimpin MenteriPerhubungan, Dihadiri Eselon I dan Eselon II.

3. Dimungkinkan Penyesuian Thd Volume, Biaya & Lingkup Kegiatan.

4. Dituangkan dalam Berita Acara yang ditandatangan Eselon I, Rincian Diparaf Eselon II dan Karo Ren.

Pagu Kebutuhan

PEMBAHASAN TERPADU PENYUSUNAN PAGU KEBUTUHAN(Pasal 7-12)

Rapat PlenoEselon I

5

1. Tujuan : Menetapkan Pagu Kebutuhan Unit Eselon I.

2. Dipimpin Pejabat Eselon I, Dihadiri Eselon II dan Eselon III.

3. Dituangkan dalam Berita Acara .

Yang Terlibat :

1. Biro Ren,

(Koordinator);

2. Biro Keuangan;

3. Itjen;

4. Unit Kerja

Eselon I,

5. UPT/Satker,

6. BUMN.

7. Dituangkan

dalam Berita

Acara.

Persyaratan Minimal :

1. Memenuhi Syarat Dibiayai

APBN;

2. TOR (berisi Outcomes,

Output, Aktifitas dan Input),

sudah ditandatangani oleh

Eselon II;

3. RAB;

4. Usulan Kegiatan Baru di-

perlukan Penlok dari

Menhub;

Catatan : Kelengkapan data

dukung lainnya paling lambat

pada bulan April.

1. PEMRAKARSA (Pasal 7 Ayat 1-8)

a. Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT);

b. Kepala Satuan Kerja/Direktur;

c. Bupati/Walikota (dikoordinasikan oleh Gubernur);

d. Gubernur;

e. Direktur Utama Badan Usaha Milik Negara;

f. Menteri dan Kepala Lembaga Non Kementerian lainnya;

g. Masyarakat.

PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN BERDASARKAN PAGU KEBUTUHAN (Pasal 7-12)

9

2. HASIL PEMBAHASAN TERPADU (Pasal 10-12)

a. Dituangkan dalam Berita Acara pembahasan dan ditandatangani oleh

Tim Pembahas.

b. Penyusunan Pagu Kebutuhan dilakukan berdasarkan urutan skala

prioritas.

c. Dibahas dalam Rapat Pleno dipimpin oleh Eselon I dan dihadiri oleh

Eselon II dan Eselon III dan dibuatkan Berita Acara.

d. Seluruh hasil Pagu Kebutuhan Eselon I dibahas melalui Rapat Pleno

dipimpin oleh Menteri Perhubungan dan/atau Sekretaris Jenderal,

dihadiri oleh seluruh Pejabat Eselon I dan Pejabat Eselon II.

e. Dalam Rapat Pleno dimungkinkan terjadi penyesuaian/perubahan antara

lain pada volume, biaya dan lingkup kegiatan.

f. Rekapitulasi Pagu Kebutuhan dituangkan dalam berita acara yang

ditandatangani seluruh Pejabat Eselon I. Rincian kegiatan diparaf oleh

Kepala Biro Perencanaan dan Sesitjen/Sesditjen/Sesbadan terkait dan

Kepala Biro/Kepala Pusat/Ketua Mahpel/Sekretaris KNKT untuk Unit

Kerja Sekretariat Jenderal. 10

HASIL PEMBAHASAN TERPADU (Pasal 10-12)

Unit Eselon I

1. Sesditjen/Sesbadan/Karoren Menyiapkan Rancangan Rincian Kegiatan Berdasar Pagu Indikatif.

2. Dibahas dlm Forum Dipimpin Eselon I dihadiri Eselon II.

3. Hasil pembahasan dituangkan dalam Berita Acara yang ditandatangan Eselon I dan II.

4. Kegiatan sesuai Pagu Kebutuhan.5. Diinformasikan kepada

UPT/Satker.

Trilateral Meeting

MENHUB (c.q SESJEN)

Rincian Kegiatan Sesuai Pagu Indikatif

MUSRENBANGNAS

MENKEU + KA-BAPPENAS

1 2 3

4

5

SB Ttg Pagu Indikatif

1. Unit Eselon I Menyiapkan Dokumen RENJA dan dikoordinasikan oleh Biro Perencanaan.

2. Hasil Trilateralmeeting Sebagai Masukan Untuk Penyusunan RKP.

3. Dimungkinkan Adanya Kegiatan New Initiative.

Catatan : 1. Waktu : April-Mei.2. Rincian Kegiatan Pagu Indikatif Harus Berdasar Skala Prioritas Kegiatan Pada Pagu Kebutuhan.3. Bila Usulan Tidak Terdapat Pada Pagu Kebutuhan Harus Mendapat Persetujuan MENTERI.

RKP6

PENYUSUNAN PAGU INDIKATIF(Pasal 13-15)

PENYUSUNAN PAGU INDIKATIF (Pasal 13)

a. Berpedoman pada surat Pagu Indikatif yang ditetapkan MenteriKeuangan dan Menteri PPN/Kepala Bappenas.

b. Sesditjen/Sesbadan/Karoren Menyiapkan Rancangan RincianKegiatan Berdasar Pagu Indikatif.

c. Dibahas dalam Forum Dipimpin Eselon I dihadiri Eselon II.

d. Dituangkan dalam Berita Acara yg ditandatangani Eselon I dan II.

e. Diinformasikan kepada UPT/Satker.

f. Kegiatan Harus Terdapat Dalam Pagu Kebutuhan dan berdasarkanskala prioritas. Apabila tidak sesuai dengan Pagu Kebutuhan harusmendapat persetujuan Menteri melalui Sekretaris Jenderal.

g. Dilaporkan Kepada Menteri Perhubungan Melalui SekretariatJenderal (c.q Biro Perencanaan).

PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN BERDASARKAN PAGU INDIKATIF (Pasal 13-15)

12

1. Konsistensi pencantuman sasaran kinerja dalam RKA-K/L dengan Renja K/L dan RKP;

2. Kesesuaian total pagu dan rincian sumber dana dalam RKA-K/L dengan Pagu Anggaran K/L

3. Kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidah penganggaran al :penerapan SBM dan SBK, kesesuaian akun/jenis belanja, hal-hal yang dibatasi atau dilarang, pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang didanai dari PNBP, PHLN, PHDN, SBSN BLU, dan kontrak tahun jamak;

4. Kelengkapan dokumen pendukung RKA-K/L al : RKA Satker, TOR/RAB, dan dokumen pendukung terkait lainnya;

5. Kepatuhan dalam pencantuman tematik APBN.

Pagu AnggaranK/L

UPT/Satker dapat memberikan tanggapan atas penetapan Pagu

Anggaran kepada Pejabat Eselon I terkait, Setjen

(c.q Biro Ren), Itjen

RKA-K/L Eselon I & dokumen

pendukung

1. Meneliti.2. Mengecek target kinerja (volume

Ouput untuk masing2 Kegiatan).3. Menyusun Daftar rincian alokasi

pagu per satker.4. Menyiapkan dokumen

pendukung untuk Inisiative Baru /perubahan baseline : TOR/RAB dan dok. pendukung terkaitlainnya..

5. Rincian kegiatan dalam pagu anggaran wajib diinformasikan oleh Unit Eselon I kepada seluruh UPT/Satker di lingkungannya.

Unit Eselon I Satker Eselon I

Reviu RKA-K/L Eselon I

ITJEN

RKA-K/L Eselon I

Biro Perencanaan

Kemkeu

1 2 3 4

5

CHP (CatatanHasil Penelitian)

6

Proses Penelitian

RKA-K/L Eselon I yg

sdh diteliti & dok

pendukung lengkap

Menteri c.q Sesjen

7

8

Catatan : 1. Pada Akhir Juli Aplikasi Data Komputer (ADK) RKA-K/L Harus di Upload di DJA Sebagai Lampiran Nota Keuangan;2. Rincian Kegiatan Pagu Anggaran Harus Berdasar Skala Prioritas Kegiatan Pada Pagu Kebutuhan;3. Bila Usulan Tidak Terdapat Pada Pagu Kebutuhan Harus Mendapat Persetujuan MENTERI.

PENYUSUNAN DAN PENELITIAN PAGU ANGGARAN(Pasal 16-18)

DPR

9

Sebagai bahan

konsultasi

PENYUSUNAN PAGU ANGGARAN (Pasal 16)

1. Sekretaris Inspektorat Jenderal, Sekretaris Direktorat Jenderal, Sekretaris Badan dan

Kepala Biro Perencanaan menyiapkan rancangan rincian kegiatan Pagu Anggaranbersama Eselon II dan UPT/Satker di lingkungan unit organisasi Eselon I.

2. Rancangan rincian kegiatan dalam Pagu Anggaran dibahas dalam forum yang dipimpin

oleh Pejabat Eselon I sebagai penanggung jawab program dengan mengundang UnitKerja Eselon II di lingkungannya.

3. Hasil pembahasan Pagu Anggaran dituangkan dalam berita acara dan ditandatangani

oleh Pejabat Eselon I dan Pejabat Eselon II.

4. Pejabat Eselon I menyusun RKA Kementerian per program berdasarkan Pagu Anggaran

yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan dan Renja-K/L (Pagu Indikatif), RKP,

standar biaya dan Kebijakan Pemerintah lainnya serta skala prioritas dari PaguKebutuhan.

5. Diinformasikan kepada UPT/Satker .

6. Kegiatan Harus Terdapat Dalam Pagu Kebutuhan, Apabila TIDAK harus mendapatpersetujuan Menteri.

7. RKA beserta dokumen pendukungnya yang disusun menggunakan format aplikasi RKA-

K/L dan telah ditandatangani pejabat terkait, disampaikan oleh Pejabat Eselon I kepada :ITJEN untuk direviu dan Sekretaris Jenderal c.q. Biro Perencanaan untuk diteliti.

PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN, PELAKSANAAN PENELITIAN SERTA REVIU BERDASARKAN

PAGU ANGGARAN (Pasal 16-18)

14

PENELITIAN SERTA REVIU (Pasal 17 - 18)

1. Reviu dan penelitian RKA dilakukan melalui verifikasi atas kelengkapan dankebenaran dokumen yang dipersyaratkan serta kepatuhan dalam penerapankaidah-kaidah perencanaan penganggaran antara lain :

a. Konsistensi pencantuman sasaran kinerja dalam RKA dengan Renja K/L danRKP;

b. Kesesuaian total pagu dan rincian sumber dana dalam RKA dengan Pagu Anggaran;

c. Kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidah penganggaran al : penerapan SBMdan SBK, kesesuaian akun/jenis belanja, hal-hal yang dibatasi atau dilarang, pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang didanai dari PNBP, PHLN, PHDN, SBSN BLU, dan kontrak tahun jamak;

d. Kelengkapan dokumen pendukung : RKA Satker, TOR/RAB, dan dokumen pendukung terkait lainnya;

e. Kepatuhan dalam pencantuman tematik APBN.

2. RKA yang telah disempurnakan sesuai rekomendasi penelitian dan reviu sertaditandatangani oleh Pejabat Eselon I disampaikan kepada Menteri (dikoordinasikanSesjen) selanjutnya digunakan Sebagai Bahan Konsultasi dengan DPR-RI sertadisampaikan Kepada Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan PembangunanNasional/ Kepala BAPPENAS Sebagai Bahan Penelaahan.

Lanjutan …

15

Proses penelitian RKA untukAlokasi Anggaran berlaku

SAMA dengan penelitian RKA berdasarkan Pagu Anggaran

Surat Menkeu Alokasi

Anggaran

PenyesuaianRKA-Satker

PenyesuaianRKA-K/L Eselon I

1. Meneliti : Penyesuaian total pagu dan rincian

sumber dana. alokasi angka dasar dan inisiatif baru. Biaya Operasional dan Non Opr.

2. Mengecek penyesuaian target kinerja(volume Ouput untuk masing2 Kegiatan).

3. Menyusun daftar rincian penyesuaianalokasi pagu per satker : Penyesuaian pagu dan sumber dana. Penyesuaian target kinerja per Satker.

4. Menyiapkan dokumen pendukung : TOR/RAB dan dok. pendukung terkaitlainnya.

Unit Eselon I Satker

Eselon I

PenyesuaianRKA-K/L Eselon I

ITJEN

PenyesuaianRKA-K/L Eselon I

Biro Perencanaan

Kemkeu

1 23

4

5

CHP (CatatanHasil

Penelitian)

7 Proses Penelitian

RKA-K/L berubah?

PenyesuaianRKA-K/L

Eselon I ygsdh diteliti & dok pndkng

Setjen K/L

3

6

Y

T

PenyesuaianRKA-K/L ygtelah diteliti

Komisi DPR terkait

8

PENYUSUNAN DAN PENELITIAN ALOKASI ANGGARAN(Pasal 20-21)

16

PENYUSUNAN ALOKASI ANGGARAN (Pasal 20 - 21)

1. Pejabat Eselon I menyusun rincian kegiatan berdasarkan Alokasi Anggaran yang

ditetapkan oleh Kementerian Keuangan mengacu kepada Pagu Anggaran, melalui

forum yang dipimpin oleh Pejabat Eselon I dengan mengundang Unit Kerja Eselon

II di lingkungannya.

2. Rincian kegiatan dalam Alokasi Anggaran disampaikan kepada Menteri sebagai

bahan pembahasan dengan DPR RI dalam Rapat Kerja dan Rapat Dengar

Pendapat yang hasilnya dipergunakan dalam penyesuaian RKA.

3. Hasil Pembahasan Dengan DPR RI adalah Rekapitulasi RKA Kementerian

Per Program dan Per Fungsi ditandatangani Pimpinan DPR RI dan Menteri.

4. Perubahan-Perubahan Program RKA Hasil Pembahasan Dengan DPR-RI yang

Telah Disesuaikan Oeh Unit Kerja Eselon I diteliti kembali oleh Sekretariat

Jenderal c.q. Biro Perencanaan dan direviu kembali oleh Inspektorat Jenderal.

PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN BERDASARKAN ALOKASI ANGGARAN (Pasal 20-21)

17

1. Jadwal pelaksanaan penelitian dan Reviu disesuaikan dengan penerbitan

Peraturan Menteri Keuangan tentang Alokasi Anggaran;

2. Kegiatan yang tidak lengkap data dukungnya tetapi tetap diusulkan dalam RKA :

a. akan diberikan catatan dalam DIPA bahwa anggaran dapat dicairkan apabila

sudah lengkap data dukungnya; atau

b. dimasukkan ke dalam output cadangan;

c. kegiatan yang diberikan catatan dalam DIPA dan/atau masuk Output

cadangan dapat direalokasi/direvisi untuk kegiatan lain sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

3. Rekapitulasi RKA Kementerian Per Program dan Per Fungsi yang

ditandatangani Pimpinan DPR RI dan Menteri disampaikan kepada Menteri

Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran dan Menteri PPN/Kepala Bappenas

c.q. Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Nasional dan dipergunakan

sebagai acuan penelaahan dalam proses penyusunan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran (DIPA) oleh DJA.

PENELITIAN DAN REVIU ALOKASI ANGGARAN (Pasal 21 )

18

PERSIAPAN PENYUSUNANRKA TAHUN 2016

1. Peraturan Menteri Keuangan No. 136/PMK.02/2014 tentang Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

Negara/Lembaga, Pasal 2 ayat 3 : Menteri/Pimpinan Lembaga bertanggung

jawab atas kebenaran dan kelengkapan RKA-K/L beserta dokumen

pendukungnya.

2. Pengalaman RKA Tahun 2014 :

a. Alokasi Anggaran Rp. 40,370 Trilliun, catatan/blokir dari DJA sebesar Rp.

6,769 Trilliun (17%), Dengan Rincian : Output Cadangan Sebesar Rp. 3,5

Trilliun (9%) dan catatan halaman IV DIPA sebesar Rp. 3,248 Trilliun (8%).

b. DAMPAKNYA : Daya Serap Rendah. Tgl 28 Oktober 2014, terealisasi

sebesar 39.79% dari target penyerapan sebesar 58,95%

3. Kementerian Perhubungan Telah Berhasil Mendapat Opini Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP) dari hasil Audit BPK Utk Laporan Keuangan Tahun 2013

Sehingga Harus DIPERTAHANKAN.

20

LATAR BELAKANG

1. Unit Kerja Eselon I Tidak Menyusun Skala Prioritas Kegiatan Pada PaguKebutuhan.

2. Tidak Memberikan Informasi Kepada UPT/Satker Setiap Perubahan PrioritasKegiatan Dari Pagu Kebutuhan ke Pagu Indikatif, Pagu Anggaran dan AlokasiAnggaran .

3. Keterlambatan Pemenuhan Kelengkapan Data Dukung (Seharusnya Bulan April)Sehingga s.d Penelaahan di DJA Masih Terdapat Alokasi Anggaran Yang MasukCatatan DIPA dan Output Cadangan Sebesar Rp. 7,793 Triliun (atau 17,34%) dari TotalAlokasi Anggaran Sebesar Rp. 44,933 Triliun.

4. Penyampaian Secara Resmi Hasil Exercise Kegiatan Pada Pagu Indikatif, PaguAnggaran dan Alokasi Anggaran Selalu Terlambat.

21

EVALUASI PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN No.3 TAHUN 2014

PADA PENYUSUNAN RKA 2015

34.73 T

44.95 T

48.24 T

55.64 T

59.26 T

17.90 T

23.32 T

33.90 T35.93 T 36.06 T

15.56 T

20.02 T

29.59 T31.73 T

14.35 T

0

10

20

30

40

50

60

70

2010 2011 2012 2013 2014 *)

PAGU KEBUTUHAN

ALOKASI ANGGARAN

REALISASI

*TAHUN 2014 REALISASI POSISI 28 OKTOBER 2014

TR

ILL

IUN

39,79%

88,33%

87,28%

85,86%

86,96%

22

PERKEMBANGAN ANGGARAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 2010 - 2014

Posisi : 8 Oktober 2014

Catatan :

Ditjen Perhubungan Laut terdapat dana tambahan sebesar Rp. 50 Miliar yang dimasukkan ke dalam Catatan Halaman IV DIPA oleh DJA

dikarenakan harus dilakukan reviu dahulu oleh BPKP.

(Anggaran dalam Rp. Juta)

23

HASIL PENELAAHAN RKA 2015 OLEH DJA

No. Unit Kerja

Jumlah

UPT/

Alokasi

Anggaran

Anggaran Terblokir

(Catatan Hal. IV DIPA + Output Cadangan)

% thd

Total

Alokasi

AnggaranSatker

Catatan Hal.

IV

Output

Cadangan

JUMLAH

1 Ditjen Phb. Darat 83 4.036.625 293.938 0 293.938 7,28%

2 Ditjen Phb. Laut 328 11.321.560 1.355.994 189.831 1.545.825 13,65%

3 Ditjen Phb. Udara 163 10.027.276 756.515 45.158 801.673 7,99%

4 Ditjen Perkeretaapian 21 14.358.968 5.087.300 o 5.087.300 35,43%

5 BPSDM Perhubungan 27 3.973.685 3.119 0 3.119 0,08%

6 Badan Litbang 5 228.259 10.739 0 10.739 4,70%

7 Setjen 10 887.222 50.561 0 50.561 5,70%

8 Itjen 1 100.312 0 0 0 0,00%

JUMLAH 638 44.933.906 7.558.166 234.989 7.793.155 17,34%

1. Kerangka Acuan Kegiatan (TOR) belum ditandatangan Pejabat Eselon II terkait.

2. Rencana Anggaran Biaya (RAB) belum ditandatangan Pejabat Eselon III terkait.

3. Sebagian Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari KPA belum ada.

4. Sebagian Layout Plan/Desain Belum ditandatangani Direktur Terkait.

5. Untuk usulan pembangunan prasarana baru, belum ada izin penetapan lokasi dariMenteri Perhubungan.

6. Rekomendasi dari Instansi Terkait Belum Ada (rekomendasi dari Dinas PekerjaanUmum untuk Rehabilitasi Gedung, rekomendasi kepastian lahan dan jalan aksesdari PEMDA).

7. Terdapat kegiatan dalam Pagu Anggaran yang tidak termasuk dalam PaguKebutuhan, sehingga diperlukan usulan dari Pejabat Eselon I.

8. Ada temuan ITJEN dan Permasalahan Hukum

24

PENYEBAB KEKURANGAN DATA DUKUNG

A. Waktu Pelaksanaan : Februari - Maret 2015

B. Dilaksanakan di 5 kota, yaitu :

1. Medan : Provinsi Se-Sumatera;

2. Makassar : Provinsi Se-Sulawesi, Maluku dan Maluku Utara;

3. Denpasar : Provinsi Bali dan Nusa Tenggara, Papuadan Papua Barat;

4. Surabaya : Provinsi Se-Jawa, Kalimantan;

5. Tugu - Puncak : Kantor Pusat.

C. Tim Pembahas : Itjen, Biro Keuangan dan Perlengkapan,Unit Organisasi Eselon I, UPT/Satker, PemerintahProvinsi dan BUMN.

25

PERSIAPAN PENYUSUNAN RKA TAHUN 2016

Persyaratan minimal pengusulan kegiatan anggaran tahun 2016 :

1. Memenuhi Syarat Untuk Dibiayai Dengan APBN.

2. Kerangka Acuan/Term Of Reference (TOR), ditandatangani oleh Eselon II;

3. TOR harus berisi informasi kinerja, meliputi :

a. Manfaat/Hasil (Outcomes);

b. Keluaran (Output) yang terukur;

c. Rencana kegiatan (Aktifitas);

d. dan Input Kegiatan.

4. Rencana Anggaran Belanja (RAB) ditandatangani sementara oleh Pemrakarsa/Pengusul;

5. Usulan Kegiatan Baru (Prasarana) disertai Izin Penetapan Lokasi dari Menhub danuntuk (Sarana) disertai spesifikasi teknis yang telah disetujui Direktur Teknis Terkait;

6. Kelengkapan data dukung secara keseluruhan (PM 3 Tahun 2014 pasal 10 ayat 1)disampaikan paling lambat pada Bulan April;

7. Data dukung yang belum lengkap sampai Bulan April tidak dapat diakomodir.

26

Lanjutan …

TERIMA KASIH

KONTRAK TAHUN JAMAK(MULTIYEARS CONTRACT)

Catatan : Kegiatan Yang Diusulkan Membutuhkan Waktu Pelaksanaan Lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran.

MENHUBTembusan : Sesjen dan

Karo Keuangan & Perlkp

Unit Eselon I

Biro Keuangan &Perlengkapan

Kelangkapan Data Dukung

MENHUB

UPT/Satker1 2 3

4

6

MENKEU

7

Usulan Kegiatan

Mengkoordinasikan kelengkapan data dukung :1. Justifikasi.2. TOR .3. RAB dengan Analisa Harga Satuan.4. Spesifikasi Teknis : Gambar

Desain, 5. Lingkup Kegiatan.6. Time Schedule.7. Alokasi Anggaran Per-Tahun.8. Rekapitulasi kontrak tahun Jamak

Unit Eselon I Terkait.9. Mengisi Format Multiyears

Contract

1. Melakukan Evaluasi Kelengkapan data Dukung.

2. Melibatkan : Biro-Ren, Biro Hukum & Unit Eselon I Terkait.

KelengkapanData Dukung

Proses PenelitianKelengkapan

Data Dukung

5

USULAN KONTRAK TAHUN JAMAK(Pasal 19 Ayat 1-5)

1. Justifikasi : alasan untuk dilakukan/dilaksanakan kontrak tahun yang

ditandatangani oleh Pejabat Eselon II terkait;

2. Kerangka Acuan Kerja/TOR yang telah ditandatangani Kepala Satker dan disetujui

oleh Direktur terkait dan berisi penjelasan logis mengenai kegiatan yang

menguraikan variabel 5 W+2 H (What, Why, Where, When, Who, How dan How

Much).

3. Rencana Anggaran Biaya/RAB yang ditandatangani oleh KPA dan disetujui

Pejabat Eselon III Terkait.

4. Analisa Harga Satuan dan Referensi Harga Satuan.

5. Gambar/design (spesifikasi teknis) secara menyeluruh.

6. Lingkup Kegiatan (Scope of work) secara keseluruhan pekerjaan.

7. Time schedule per tahun anggaran dan menyeluruh.

8. Alokasi dana dan RKA-KL pada masing-masing tahun yang diusulkan untuk

multiyears.

9. Rekapitulasi kontrak multiyears dari Unit Organisasi Eselon I terkait.

10. Konsep isian format multiyears contract.30

KELENGKAPAN DATA DUKUNG USULAN KONTRAK TAHUN JAMAK(Pasal 19 Ayat 3)

DIPA, PERTANGGUNG JAWABAN DAN E-PLANNING

1. Mekanisme Penyusunan DIPA mengacu pada ketentuan yang diatur oleh

Menteri Keuangan;

2. Dalam rangka penyusunan DIPA Induk, Menteri selaku Pengguna Anggaran

menunjuk Pejabat Eselon I terkait sebagai pejabat penandatangan DIPA Induk.

PERTANGGUNG JAWABAN (Pasal 23)

Pertanggungjawaban pelaksanaan penyusunan RKA dan DIPA Kementerian

dilaksanakan secara berjenjang kepada atasan langsung.

.

e – PLANNING (Pasal 24)

Dalam rangka mengoptimalkan transparansi dan dengan memanfaatkan

kemajuan teknologi maka proses penyusunan RKA Kementerian Perhubungan

secara bertahap diarahkan melalui proses e-planning.

.

MEKANSIME (Pasal 22)

32

DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)

APBN PERUBAHAN (APBN-P)

1. APBN-P Kementerian Perhubungan disusun setelah terbit Surat Menteri Keuangan

tentang APBN-P.

2. Program/kegiatan yang dapat diusulkan dalam APBN-P adalah Program/kegiatan

yang ada di dalam Pagu Kebutuhan dan sudah masuk pada catatan dalam Trilateral

Meeting serta memenuhi kriteria yang diatur dalam Surat Menteri Keuangan tentang

APBN-P.

3. Usulan program/kegiatan di luar yang ada di Pagu Kebutuhan dapat diusulkan

setelah mendapatkan persetujuan dari Menteri.

4. Usulan program/kegiatan dalam APBN-P diusulkan oleh Pejabat Eselon I kepada

Menteri dengan tembusan Sekretaris Jenderal.

5. Sekretaris Jenderal a.n Menteri Mengusulkan kepada Menteri Keuangan dan

Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas setelah

mendapatkan persetujuan dari DPR-RI.

34

KETENTUAN-KETENTUAN DALAM APBN-P(Pasal 25 Ayat 1-4)