182491548 Sindrom Cushing Doc
Transcript of 182491548 Sindrom Cushing Doc
Sindrom Cushing
Andreas Ricky
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
I. Pendahuluan
Sindroma cushing merupakan keadaan dimana terdapat kortisol plasma
yang berlebihan (hiperkortisolisme). Sindrom ini tidak selalu dijumpai
dalam bentuk “murni” tetapi bisa mempunyai gambaran tumpang tindih,
dengan sindrom lain seperti aldosteronisme (aldosteron berlebihan), dan
virilisme adrenal (androgen adrenal berlebihan).1
Sindroma cushing paling sering terjadi secara iatrogenik, yang dicetuskan
oleh terapi glukokortikoid kronis. Sindroma cushing “spontan” disebabkan
oleh kelainan hipofisis, adrenal, atau sindroma ACTH ektopik. Sedangkan
penyakit cushing didefinisikan sebagai bentuk spesifik tumor hipofisis
yang berhubungan dengan sekresi ACTH oleh hipofisis secara berlebihan. 2
II. Pembahasan
Seorang ibu berobat ke puskesmas dengan keluhan bertambah gemuk.
Berdasarkan anamnesa diketahui bahwa pasien sering merasa nyeri pada
sendi lutut sejak 2 tahun yang lalu. Selama ini pasien selalu minum jamu
rematik untuk menghilangkan rasa nyeri.
Pemeriksaan fisik: keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis, TB
158 cm, BB 72 kg. TD 150/90, Nadi 90 kali/menit. Muka tampak bulat,
abdomen membesar, tampak striae pada perut, hepar dan lien tidak
membesar.
Pemeriksaan Laboratorium: Hb 16 g/dl, leukosit 4800/uL, GDP 140 mg/dL
A. Anamnesis
Andreas Ricky, 10.2008.049, B7 | Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat. [email protected]
16[Type text]
Anamnesis merupakan kumpulan informasi subjektif yang diperoleh dari
apa yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan keluhan utama yang
menyebabkan pasien mengadakan kunjungan ke dokter. 1
Riwayat kesehatan:
• Keluhan utama: bertambah gemuk, dengan muka yang bulat dan
abdomen yang membesar.
• Riwayat penyakit terdahulu: nyeri sendi menahun dengan konsumsi
jamu rematik (2 tahun)
Sindrom cushing melukiskan suatu sindrom yang ditandai dengan
obesitas badan (truncal obesity), hipertensi, mudah lelah, kelemahan,
amenorea, hirsutisme, striae abdomen bewarna ungu, edema, glukosuria,
osteoporosis, dan tumor basofilik hipofisis. 1-3
B. Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada sindrom cushing hanya dapat melihat manifestasi
klinis yang ditimbulkan oleh kadar berlebih cortisol dalam darah, dan pada
palpasi mungkin dapat ditemukan benjolan baik sekitar klenjar adrenal
maupun tidak. Anamnesis lebih berperan dalam mengarahkan dugaan
pada sindrom cushing, pemeriksaan hanya meliputi inspeksi postur tubuh
dan kulit. 3,4
Pemeriksaan Penunjang
Tes diagnostik spesifik sindrom cshing meliputi:
• Kadar ACTH plasma
16[Type text]
• Kortsol bebas dalam urin :
Normal: 20-100 µg/hari
Sindrom cushing: > 120 µg/hari, dan meningkat juga
pada penderita obesitas, depresi, policystiv ovarii
False positif dapat terjadi dengan kehamilan, anoreksia, olahraga,
psikosis, alkohol, latihan berat dan penyakit yang meningkatkan
sekresi kortisol.
• Kortisol serum / variasi diurnal
Normal: cortisol pagi hari berkisar antara 5-25 µg/ml
dan berkurang hingga 1,8 µg/ml pada malam hari.
Sindrom Cushing: cortisol pagi hari normal, tetapi
meningkat pada malam hari. Sehingga pengukuran
kortisol total 24 jam juga meningkat.
• Tes supresi dengan deksametason
o Semalaman
Normal: < 1,8 µg/ml
Sindrom cushing: > 5 µg/dl
o 2 hari dosis rendah
o Dosis tinggi: digunakan untuk membedakan etiologi dari
sindrom cushing, pada penyakit cushing cortisol plasma akan
tersupresi, sedangkan sindrom cushing akibat ACTH ektopik
tidak tersupresi.
• Tes supresi dengan CRH1-3, 5,6
16[Type text]
Untuk mengetahui penyebab sindrom cushing dilakukan uji deksametason
2 hari dosis tinggi dan uji ACTH plasma. 1
Pemeriksaan laboratorium:
• Pemeriksaan darah: dijumpai kada hemoglobin, hematokrit dan
jumlah sel darah merah yang normal tinggi. Jumlah leukosit total
biasanya normal, jumlah eosinofil yang berkurang (<100/ul) 2
• Alkalosis terjadi bila hipersekresi steroid yang nyata pada sindroma
ACTH ektopik atau karsinoma adrenokortikal. Alkalosis terjadi akibat
efek mineralokortikoid. 2
• Hiperglikemia. Hiperglikemia biasa ditemukan pada pemeriksaan
gula darah post prandial, dan jarang ditemukan pada keadaan
puasa. Glukosuria juga dapat ditemukan pada pasien yang
mengalami hiperglikemia. Sebagian besar pasien mengalami
hiperinsulinemia sekunder dan hasil uji toleransi glukosa yang
abnormal.2
• Kadar kalsium serum normal tetapi terdapat hiperkalsiuri pada 40%
kasus. Kadar fosfat dalam serum dibawah normal atau sedikit
mengalami penurunan. 2
Pemeriksaan radiologik:
• Foto polos:
o Kardiomegali akibat penyakit jantung hipertensif atau
arterosklerosis
o Fraktur pada tulang atau penurunan densitas tulang
o Batu ginjal2
• pencitraan tomografi komputer {CT Scan) abdomen. CT scan
bernilai untuk menentukan lokalisasi tumor adrenal dan untuk
16[Type text]
mendiagnosis hiperplasia bilateral. CT scan juga dapat menjadi
pilihan utama pada pasien dengan produksi ACTH ektopik. 1,3
• MRI scan hipofisis dengan bahan kontras gadolinium: pemeriksaan
ini ditujukan untuk semua pasien yang mengalami hipersekresi
ACTH hipofisis. Dengan tehnik ini, mikroadenoma kecil dapat
ditemukan. 1,3
C. Differential Diagnosis
Kegemukan atau Obesitas
Kegemukan amat sangat jarang dijumpai pada sindrom Cushing, lagi pula,
dengan kegemukan eksogen, sering dijumpai adipositas, bukan adipositas
trunkal. Pada pemeriksaan adrenokortikal, kelainan pada pasien-pasien
dengan kegemukan eksogen biasanya menunjukkan kelainan Kadar
steroid urin basal pada pasien obes juga sedikit meninggi atau normal.
Beberapa pasien mengalami peningkatan konversi kortisol yang disekresi
menjadi metabolit yang dikeluarkan. Kadar kortisol urin dan darah
biasanya normal, dan gambaran diurnal pada kadar steroid urin dan darah
normal. 1,3,6
• 17-hidroksikortikosteroid di urin sering meningkat dan kortisol
bebas di urin normal.
• Kadar kortisol tidak tersupresi secara adekuat dengan pemebrian
deksametason 1 mg semalaman
• Kadar kortisol juga tidak tersupresi dengan uji supresi dosis rendah
selama 2 hari2
Alkoholisme Kronik
Pasien dengan alkoholisme kronik dan depresi mempunyai kelainan yang
sama pada keluaran steroid: peningkatan sedang kortisol urin, tidak ada
irama sirkadian kadar kortisol dan resisten terhadap supresi dengan
16[Type text]
deksametason (terutama pada tengah malam dan tes dosis rendah).
Sebaliknya pada alkoholik, pasien depresi tidak mempunyai tanda-tanda
dan gejala sindrom Cushing. Setelah penghentian alkohol dan/atau
perbaikan status emosional, tes steroid biasanya kembali ke normal.
Respon kortisol normal terhadap hipoglikemia diinduksi-insulin, yang bisa
membedakan pasien-pasien ini dari pasien sindrom Cushing. 1,7
Alkoholisme:
• Peningkatan kadar basal kortisol dalam plasma
• Variasi diurnal yang abnormal
• Peningkatan jumlah produksi kortisol
• Peningkatan ekskresi kortikosteroid urin
• Tersupresi dengan deksametason2,7
Stress atau depresi:
• Peningkatan sekresi kortisol disertai dengan peningkatan kadarnya
dalam plasma.
• Tidak adanya variasi diurnal
• Peningkatan kada kortisol bebas dalam urin
• Peningkatan 17-hidoksikortikosteroid urin dan gagalnya
supresibilitas dengan deksametason2,7
Pasien-pasien sakit akut sering mempunyai hasil tes laboratorium
abnormal dan tidak menunjukkan supresi hipofisis adrenal sebagai respon
terhadap deksamateson, sedangkan stres berat (seperti rasa sakit atau
demam) mengganggu regulasi sekresi ACTH normal. Penyebab
hiperkortisolisme tanpa stigma cusingoid (jarang) adalah resisten kortisol
primer oleh karena mutasi pada reseptor glukokortikoid tipe 1. resisten
16[Type text]
tidak sempurna oleh karena pasien tidak menunjukkan tanda-tanda
insufisiensi adrenal. 1
D. Diagnosis
Diagnosis Sindrom Cushing iatrogenik, diindus oleh pemberian
glukokortikoid atau steroid lain seperti megestrol yang berikatan pada
reseptor glukokortikoid, tidak dapat dibedakan pada pemeriksaan fisik
dari hiperfungsi adrenokortikal endogen. Perbedaan dapat dibuat dengan
mengukur kadar kortisol urin atau darah dalam keadaan basal, pada
sindrom iatrogenik kadar ini merendah sekunder terhadap akses pituitari-
adrenal. Keparahan sindrom Cushing iatrogenik berkaitan dengan dosis
steroid total, waktu paruh biologik steroid, dan lama terapi. Juga individu
yang minum glukokortikoid pada siang dan malam hari lebih sering
menimbulkan sindrom Cushing dan dosis harian total lebih kecil dari pada
pasien yang hanya meminum pagi hari. Disposisi enzimatik dan ikatan
steroid yang diberikan berbeda diantara pasien. 1-3
Dilema diagnostikutamapada sindrom Cushingadalah untuk membedakan
disfungsi hipofisis dan/atau aksis hipotalamik-pituitari dari tumor (mis.
karsinoid atau feokromositoma) yang menghasilkan CRH dan/atau ACTH
ektopik. Manifestasi klinik adalah sama kecuali tumor ektopik
menghasilkan gejala lain seperti diare dan flushing dari tumor karsinoid
atau hipertensi episodik darifeokromositoma. Kadang-kadang seseorang
dapat membedakan antara produksi ACTH ektopik dari ACTH hipofisis
dengan menggunakan tes metirapon atau CRH, seperti diutarakan di atas.
Pada keadaan ini, computed tomography (CT) kelenjar hipofisis biasanya
normal. Magnetic resonance imaging (MRI) dengan meningkatkanobat
gadolinium bisajadi lebih baik dari CT untuk maksud ini tetapi
mikroadenoma hipofisis menunjukkan hanya setengah pasien dengan
sindrom Cushing. Pada orang dengan imaging negatif, pada beberapa
sentra dilakukan pengambilan sampel darah vena untuk pemeriksaan
16[Type text]
ACTH. Tidak ada tes yang tersedia dapat dipercaya untuk membedakan
jika tidak dijumpai tumor ektopik ataujika tidak menghasilkan hormon
lain. 1-3
Problem diagnostik utama adalah membedakan pasien dengan sindrom
Cushing ringan dari hiperkortisolisme fisiologik ringan yang disebut
sebagai sindrom pseudo- Cushing. Termasuk didalamnya fase depresi
gangguan afektif, alkoholisme, penghentian dari instoksikasi alkohol, atau
gangguan makan seperti anoreksia dan bulimia nervosa. Keadaan ini bisa
mempunyai gambaran sindrom Cushing, termasuk peninggian kortisol
bebas urin, termasuk gangguan gambaran sekresi kortisol diurnal, dan
gangguan supresi kortisol setelah tes supresi deksametason tengah
malam. Meskipun pemeriksaan fisik bisa memberikan tanda spesifik
untuk diagnosa yang tepat, konfirmasi biokimia bisa jadi mengalami
kesulitan dan bisa membutuhkan pemeriksaan ulang. 1-3
Studi paling definitif yang ada untuk membedakan sindrom Cushing
ringan dari sindrom pseudo-Cushing adalah penggunaan tes supresi
deksametason diikuti oleh stimulasi corticotropin-releasing hormone CRH. 1
Diagnosis sindrom Cushing bergantung pada kadar produksi kortisol dan
kegagalan menekan sekresi kortisol secara normal bila diberikan
deksametason. 1
Untuk skrining awal dilakukan tes supresi deksametason tengah malam.
Pada kasus sulit (mis. pada pasien obes), pengukuran kortisol bebas urin
24 jam juga bisa digunakan sebagai tes skrining. Bila kadar kortisol bebas
urin lebih tinggi dari 275 nmol/dl (100 |ig/dl) adalah sugestif sindrom
Cushing. Diagnosis definitif ditetapkan bila gagal menurunkan kortisol
urin menuju ke < 80 nmol/ dl (30 fxg/dl) atau kortisol plasma turun ke
<140 nmol/L (5 jig/dl) setelah tes supresi deksametason dosis-rendah
standar (0,5 mg setiap 6 jam selama 48 jam). 1
16[Type text]
Tabel 1. Tes Diagnostik Untuk Menentukan Tipe Sindrom Cushing
Tes Makroadeno
ma Primer
Disfungsi
hipotalamik
pituitari dan
Mikroadeno
ma
ACTH
ektopik dan
Produksi
CRH
Tumor
Adrena
l
Kadar ACTH
plasma
↑ sampai
↑↑
N sampai ↑ ↑ sampai
↑↑↑
↓
Respon
terhadap
deksametaso
n
High Dose
< 10 % 95 % < 10 % < 10 %
Respon
terhadap CRH
> 90 % > 90 % < 10 % < 10 %
CT ScanAdenoma
hipofisis,
hiperplasia
adrenal bilateral
Hiperplasia
adrenal bilateral,
hipofisis normal,
beberapa
neoplasma ganas
lain
Neoplasma
adrenal
Langkah yang digunakan untuk membedakan pasien dengan ACTH-
secreting pituitary microadenoma atau hypothalamic- pituitary
dysfunction dengan bentuk sindrom Cushing yang lain adalah dengan
menentukan respon pengeluaran kortisol terhadap pemberian
deksametason dosis tinggi (2 mg setiap 6 jam selama 2 hari). 1
Tes supresi dosis tinggi mendekati spesifitas 100 % jika kriteria yang
digunakan adalah supresi kortisol bebas urin lebih besar dari 90 %. 1
Kadar ACTH plasma dapat digunakan untuk membedakan berbagai
penyebab sindrom Cushing, terutama untuk memisahkan penyebab
tergantung-ACTH dari tak tergantung-ACTH. Pada umumnya,
16[Type text]
pemeriksaan ACTH plasma digunakan pada diagnosis etiologi sindrom
Cushing tak-tergantung-ACTH, sedangkan kebanyakan tumor adrenal
menyebabkan kadar ACTH rendah atau tidak terdeteksi. 1
Diagnosis adenoma adrenal yang menghasilkan-kortisol disangkakan
dengan peningkatan tidak proporsional kadar kortisol bebas basal urin
dengan hanya perubahan sedang pada 17-ketosteroid urin atau DHEA
sulfat plasma. Sekresi estrogen adrenal biasanya menurun pada
pasien ini sehubungan dengan supresi ACTH yang diinduksi-kortisol dan
involusi zona retikularis yang menghasilkan androgen. 1
Diagnosis karsinoma adrenal disangkakan dengan massa abdomen yang
teraba dan peningkatan nilai basal 17-ketosteroid urin dan DHEA sulfat
plasma. Kadar kortisol urin dan plasma meningkat bervariasi. Karsinona
adrenal biasanya resisten terhadap perangsangan ACTH dansupresi
deksametason. Peningkatan sekresi androgen adrenal sering
menyebabkan virilisasi pada perempuan. Karsinoma adrenokortikal
penghasil esterogen biasanya disertai dengan ginekomastia pada laki-laki
dan disfungsi perdarahan uterus pada perempuan. Tumor adrenal ini
mensekresi jumlah androstenedion yang meningkat, di perifer diubah
menjadi esterogen : estron dan estradiol. Karsinoma adrenal yang
menyebabkan sindrom Cushing paling sering dikaitkan dengan
peningkatan kadar hasil antara biosintesis steroid (terutama 11-
deoksikortisol), memberi kesan bahwa konversi hasil-antara tidak efisien
menjadi produk akhir. Kira-kira 20 % karsinoma adrenal tidak ada
kaitan dengan sindrom endokrin dan dikira menjadi tak berfungsi atau
menghasilkan prekursor biologik steroid inaktif. Kelebihan produksi steroid
tidak selalu secara klinik terbukti (mis. Androgen pada laki-laki dewasa).1
Manifestasi Klinis Sindrom Cushing:
16[Type text]
• Obesitas: merupakana manifestasi klinis yang paling sering
dijumpai, merupakan gejala awal. Keadaan ini secara klasik bersifat
sentral terutama mengenai wajah, leher, badan, dan abdomen. 1,2
• Kelemahan otot dan kelelahan akibat mobilisasi jaringan ikat
suportif perifer dan efek katabolisme dari protein. 1
• Osteoporosis, yang terjadi akbiat penurunan matriks tulang.
Timbulnya osteoporosis bisa menyebabkan kolaps korpus vertebra
dan tulang – tulang lain. 1
• striae kulit, dan mudah berdarah bawah kulit. 1
• Hiperglikemia dan gangguan toleransi glukosa, terjadi akibat
peningkatan glukoneogenesis hati dan resistensi insulin. Yang
disebabkan efek antagonis cortisol terhadap aktivitas insulin.
Hiperglikemia yang terjadi juga menyebabkan poliuri dan rasa haus
pada pasien. 1,2
• penumpukan jaringan adiposa pada tempat-tempat tertentu:
o khususnya di wajah bagian atas (menyebabkan moon face)
o daerah antara kedua tulang belikat (buffalo hump)
o mesenterik (obesitas badan)
penumpukan ini disebabkan oleh redistribusi lemak tubuh dari
ekstermitas ke badan
• Hipertensi sering terjadi dan bisa dijumpai perubahan emosional,
mudah tersinggung dan emosi labil sampai depresi berat, bingung,
atau psikosis. Hipertensi terjadi akibat efek mineralokortikoid pada
16[Type text]
cortisol, yang menyebabkan retensi natrium dan ekskresi kalium
dan ion H, sehingga juga mungkin menyebabkan alkalosis
hipokalemik. 1
• Pada wanita, peningkatan kadar androgen adrenal dapat
menyebabkan jerawat, hirsutis, dan oligomenorea atau amenorea. 1
Beberapa tanda-tanda dan simtom pada pasien dengan
hiperkortisolisme, misalnya obesitas, hipertensi, osteoporosis, dan
diabetes, adalah nonspesifik dan karena itu kurang membantu dalam
mendiagnosis hiperkortisolisme. Sebaliknya, tanda-tanda mudah
berdarah, striae yang khas, miopati dan virilisasi (meskipun kurang
sering) adalah lebih sugestif sindrom Cushing. Kecuali pada sindrom
Cushing iatrogenik, kadar kortisol plasma dan urin meningkat. Kadang-
kadang hipokalemia, hipokloremia, dan alkalosis metabolik dijumpai,
terutama dengan produksi ACTH ektopik. 1-3
Pada adrenal tumor dapat dijumpai peningkatan produksi of androgen
yang mengarah pada hipertrikosis, kebotakan, dan tanda-tanda virilisme. 3
Gambar 1. Manifestasi Klinis Sindrom Cushing4
E. Etiologi
16[Type text]
Pada umumnya sindrom cushing endogen disebabkan oleh peningkatan
produksi cortisol oleh adrenal. Penyebab tersering dari sindrom cushing
antara lain hiperplasia adrenal bilateral yang terjadi oleh karena
hipersekresi ACTH hipofisis atau produksi ACTH oleh tumor non-endokrin. 1
Sindrom cushing mungkin juga disebabkan oleh hipersekresi ACTH akibat
adanya adenoma pada hipofisis, pada beberapa laporan dijumpai tumor-
tumor pada lebih 90% pasien dengan hiperplasia adrenal tergantung
hipofisis {pituitary-dependent adrenal hyperplasia). Di samping itu, defek
bisa berada pada hipotalamus atau pada pusat-pusat saraf lebih tinggi,
menyebabkan pelepasan corticotropin relaesing hormone (CRH) yang
tidak sesuai dengan kadar kortisol yang beredar.Konsekuensinya akan
membutuhkan kadar kortisol lebih tinggi untuk menekan sekresi ACTH ke
rentang normal. Defek primer ini menyebabkan hiperstimulasi hipofisis.
mengakibatkan hiperplasia atau pembentukan tumor, pada waktu ini
tumor hipofisis bisa menjadi independen dari pengaruh pengaturan
sistem saraf pusat dan/atau kadar kortisol yang beredar. 1
Hiperplasia adrenal
• Sekunder terhadap kelebihan produksi ACTH hipofisa
o Disfungsi hipotalamik-hipofisa
o Mikro dan makroadenoma yang menghasilkan ACTH hipofisa
• Sekunder terhadap tumor nonendokrin yang menghasilkan ACTH
atau CRH. (karsinoma bronkhogenik, karsinoid thimus, karsinoma
pankreas, adenoma bronkhus) 1
kasus ini berkaitan dengan primitive small cell (oat cell) tipe dari
karsinoma bronkogenik atau tumor timus, pankreas, atau ovarium,
karsinoma medula tiroid; atau adenoma bronkus. Timbulnya sindrom
16[Type text]
Cushing bisa mendadak, terutama pada pasien-pasien dengan karsinoma
paru, pasien tidak memperlihatkan manifestasi klinik. Sebaliknya pasien
dengan tumor karsinoid atau feokromositoma mempunyai perjalanan
klinis yang lebih lama dan biasanya menunjukkan gambaran cushingoid
tipikal. Sekresi ACTH oleh tumor-tumor nonendokrin juga disertai oleh
penumpukan fragmen ACTH dalam plasma dan peningkatan kadar
molekul prekursor ACTH plasma. Tumor-tumor ini bisa memproduksi
jumlah besar ACTH, steroid biasanya jelas meningkat, dan bisa dijumpai
pigmentasi kulit. Hiperpigmentasi pada pasien dengan sindrom Cushing
hampir selalu menunjukkan tumor ekstra adrenal, di luar kranium atau
dalam kranium. 1
Hiperplasia noduler adrenal1
Neoplasma adrenal
• Adenoma
• Karsinoma
Kira-kira 20-25 % pasien dengan sindrom Cushing menderita neoplasma
adrenal. Tumor ini biasanya unilateral dan kira-kira setengahnya adalah
ganas (maligna).
Individu ini biasanya mempunyai mikro atau makronodular kedua kelenjar
adrenal mengakibatkan hiperplasia nodular. 1
Penyebab eksogen, iatrogenik
• Penggunaan glukokartikoid jangka lama
• Penggunaan ACTH jangka lama
Penyebab terbanyak sindrom Cushing adalah iatrogenik pemberian
steroid eksogen dengan berbagai alasan. Sementara gambaran klinik
mirip dengan yang dijumpai pada tumor adrenal, pasien-pasien ini
16[Type text]
biasanya dapat dibedakan didasarkan pada riwayat dan pemeriksaan
laboratium. 1
F. Epidemiologi
Insidens pada wanita 3 kali lebih besar dibanding pada pria, dan
kebanyakan muncul pada usia dekade ketiga atau keempat. 1,5,6
G. Patofisiologi
Efek metabolik kelebihan glukokortikoid mendorong timbulnya diabetes
melitus, yaitu diabetes steroid, yakni pelepasan insulin ditingkatkan.
Asam lemak bebas yang dibentuk melalui perangsangan lipolisis
digunakan di hati untuk menghasilkan lipoprotein berdensitas sangat
rendah (VLDL) yang akan dilepaskan ke dalam darah. Selain itu, hati
membentuk benda keton dari asam lemak. Penyebaran jaringan lemak
terjadi akibat perbedaan sensitivitas dari jaringan lemak perifer terhadap
glukokortikoid dan insulin. Hal ini menyebabkan penyimpanan lemak
yang bersifat sentripetal, wajah bulat atau moon face, dan terjadi
penimbunan lemak di leher ("buffalo" hump), sedangkan kaki tetap kurus. 8,9 Pemecahan protein perifer menyebabkan penurunan massa otot,
osteoporosis (kehilang- an matriks tulang), striae (pemecahan jaringan
ikat subkutan), dan purpura (peningkatan fragilitas vaskular). Karena
perbaikan terganggu, penyembuhan luka menjadi terlambat.
Pengaruhnya pada tulang diperburuk oleh defisiensi CaHP04 dan pada
anak-anak menyebabkan pertumbuhan yang terhambat. Pengaruhnya
pada darah menyebabkan polisitemia, trombositosis, dan peningkatan
koagulabilitas. Sistem imun yang lemah memudah- kan terjadinya infeksi. 8,9 Sensitisasi sirkulasi terhadap katekolamin di antaranya menyebabkan
peningkatan kontraktilitas jantung dan vasokonstriksi perifer sehingga
menyebabkan hipertensi, yang bersama dengan hiperlipidemia dan
peningkatan koagulabilitas darah akan memudahkan pembentukan
atero- sklerosis, trombosis, dan penytimbatan vaskular. Akibat
perangsangan asam hidroklori- da dan sekresi pepsin serta
16[Type text]
penghambatan sekresi mukus di lambung, akan terjadi ulkus lambung
dan/atau duodenum (peptikum). Pengaruhnya pada sistem saraf dapat
memicu sin- drom psikogenik endokrin. 8,9
Glukokortikoid (terutama kortisol) merangsang glukoneogenesis di hati
dan menghambat peng- ambilan glukosa di sel perifer. Hormon ini juga
merangsang lipolisis, pemecahan protein di perifer, dan pembentukan
protein plasma (misal, angiotensinogen) di hati. Hormon ini mening-
katkan pembentukan eritrosit, trombosit, dan granulosit neutrofil
(neutrofil). Sementara itu, hormon ini juga menurunkan jumlah granulosit
eosinofil (eosinofil), granulosit basofil (basofil), limfosit, dan monosit.
Hormon ini juga, melalui pembentukan protein lipokortin dan vasokortin,
menekan pelepasan histamin, in- terleukin, dan limfokin. Dengan
menghambat fosfolipase A2, glukokortikoid menekan pembentukan
prostaglandin dan leukotrien. Hormon ini menghambat pembentukan
antibodi, dan karena itu bekerja sebagai imunosupresif. Glukokortikoid
menekan inflamasi dengan menghambat proliferasi jaringan ikat, namun
pada saat yang bersamaan menghambat sintesis dan perbaikan kolagen.
Hormon ini merangsang sekresi asam dan pepsin di lambung dan
memperlambat pembentukan mukus. Selain itu, hormon ini menurunkan
kadar kalsium dan fosfat di dalam plasma, sebagian dengan menghambat
pembentukan kalsitriol. Hormon ini juga mensensitisasi pembuluh darah
dan jan- tung terhadap katekolamin, sebagian dengan menghambat
sintesis prostaglandin, merangsang pelepasan norepinefrin, dan
meningkatkan eksitabilitas sistem saraf. 8,9
H. Penatalaksanaan
Pada pasien sindrom cushing secepatnya perlu diberikan asupan tinggi
protein dan pemberian K. Dan perhatikan asupan garam untuk mencegah
hipertensi berlanjut. Penghambatan steroidogenesis juga bisa
diindikasikan pada subjek cushingoid berat sebelum intervensi
pembedahan. Adrenalektomi kimiawi mungkin lebih unggul dengan
16[Type text]
pemberian penghambat steroidogenesis ketokonazol (600-1200 mg/hari).
Mitotan (2-3 g/hari) dan/atau penghambatan sintesis steroid
aminoglutetimid (1 g/hari) dan metirapon (2-3 g/hari) mungkin efektif
secara Tunggal atau gabungan. Mitotan lambat mencapai efek
(berminggu-minggu). Mifepristone, suatu inhibitor kompetitif ikatan
glukokortikoid terhadap reseptornya, bisa menjadi pilihan pengobatan.
Insufisiensi adrenal merupakan resiko semua obat-obat ini, dan
dibutuhkan penggantian steroid1
I. Preventif
Upaya preventif untuk mencegah komplikasi, berhubungan dengna penggunaan glukokortikoid yang sesuai dengan kebutuhan dan seminimal mungkin baik dosis maupun waktu pengobatan.Jika terapi glukokortikoid tidak bisa dihentikan, pastikan beri pasien asupan vitamin D dan Calsium yang adekuat dan didukung dengan olah raga yang teratur.
Pemeberian vaksin live attenuated, pada anak disekitar penderita sindrom cushing, karena penderita mudah terkena infeksi.
Preventif dari sindrom cushing tidak begitu spesifik, hanya jika pasien
suka meminum obat – obatan yang menimbulkan penyakit, maka obat
tersebut harus di stop atau di tapering off . 3,4
J. Komplikasi
Komplikasi yang dapat disebabkan oleh sindrom cushing antara lain:
• Hipertensi
• Diabetes
• Osteoporosis tulang belakang, dan necrosis aseptic pada kepala
femur
• Nelson syndrome: hiperpigmentasi, adenoma hipofisis yang
menyebabkan destruksi daerah sekitarnya sehingga menimbulkan
penurunan lapang pandang.
• Penyakti kardiovaskular
16[Type text]
• Stroke
• Tromboembolisme
• Batu ginjal yang berhubungan dengan hiperkalsiuria.
• Kerentanan terhadap infeksi oleh karena kortisol memiliki efek
penghambat fungsi limfosit, makrofag, dan netrofil.
• Tukak peptik1,5,6
K. Prognosis
Adenoma adrenal yang berhasil diobati dengan pembedahan mempunyai
prognosis baik dan tidak mungkin kekambuhan terjadi. Prognosis
bergantung pada efek jangka lama dari kelebihan kortisol sebelum
pengobatan, terutama arteroskelrosis.
Prognosis karsinoma adrenal amat jelek, disamping pembedahan. Laporan
menunjukkan survival 5 tahun sebesar 22% dan waktu tengah survival
adalah 14 bulan. Usia kurang 40 tahun dan jauhnya metastasis
berhubungan dengan prognosis yang jelek. 1
III. Penutup
Kesimpulan: Sindrom cushing bisa diakibatkan oleh konsumsi kronik obat
corticosteroid, adenoma adrenal, karsinoma adrenal, penyakit cushing,
dan ACTH ektopik. Dan memperlihatkan perubahan berupa hipertensi,
obes, kelemahan, dan osteoporosis.
16[Type text]
Daftar Pustaka
1. Piliang S, Bahri C. Hiperkortisolisme. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Sudoyo AW editor. Edisi V. Jakarta,
InternaPublishing;2009.h.2062-8
2. Shanahan J, Linskey P. Greenspan’s Basic and Clinical
Endocrinology. USA, The McGraw-Hill Companies;2007
3. Beers MH. Cushing’s syndrome. In: The Merck Manual. 18th edition.
India, Gary Zelko;2006.h.1212-14
4. Adler GK. Cushing syndrome. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/ , 2009, tanggal 28 November
2010.
5. Ontjes DA. Disorder of the adrenal cortex. In: Netter’s Internal
Medicine; Runge MS, Greganti MA editor. Ed 2. Saunder
elsevier;2009.p.324-7
6. Fitzgald PA.Cushing syndrome. In: Current Medical Diagnosis and
Treatment; McPhee SJ, Papadakis MA editor.ed49th.USA, The
McGraw-Hill Companies;2010.p.1050-3
7. Klachko DM. Pseudocushing. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com, 2009, tanggal 28 November 2010.
8. Piliang S, Bahri C. Hormon steroid. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Sudoyo AW editor. Edisi V. Jakarta,
InternaPublishing;2009.h.2053-61
9. Silbernagl S, Lang F. Kelebihan hormon adrenokortikoid. Dalam:
Teks dan Atlas Bewarna Patofisiologi. Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2006.h.268-9