16_Bab 4 Bagus Pranata.docx

12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Analisis Univariat Dalam hasil penelitian ini akan disajikan tabel distribusi frekuensi lansia yang mengalami dimensia dan tingkat mobilisasi di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Lampung Tahun 2014. Hasil variabel ini di tampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. a. Frekuensi Lansia yang Mengalami Dimensia di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha LampungTahun 2014. Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Dimensia pada Lansia di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Lampung Tahun 2014 No Variabel Frekuensi Persentase 1 Dimensia 32 62.7 2 Tidak Dimensia 19 37.3 Total 51 100.0 Sumber Data: Hasil Pengolahan 41

Transcript of 16_Bab 4 Bagus Pranata.docx

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian4.1.1 Hasil Analisis Univariat Dalam hasil penelitian ini akan disajikan tabel distribusi frekuensi lansia yang mengalami dimensia dan tingkat mobilisasi di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Lampung Tahun 2014. Hasil variabel ini di tampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.a. Frekuensi Lansia yang Mengalami Dimensia di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha LampungTahun 2014.Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Dimensia pada Lansia di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Lampung Tahun 2014NoVariabelFrekuensiPersentase

1Dimensia3262.7

2Tidak Dimensia1937.3

Total51100.0

Sumber Data: Hasil Pengolahan

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan data 32 orang lansia (62,7%) mengalami dimensia, 19 orang lansia (37,3%) tidak mengalami dimensia.

41b. Frekuensi Mobilisasi pada Lansia di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Lampung Tahun 2014.Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Mobilisasi Lansia di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Lampung.

NoMobilisasi LansiaFrekuensi Persentase

1Mandiri utuh2141.2

2Mandiri terbatas 3058,8

Total51100

Data: Hasil Pengolahan

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan data 21 orang (41,2%) dapat melakukan mobilisasi dengan mandiri utuh dan 30 orang (58,8 %) dapat melakukan mobilisasi dengan mandiri terbatas.

4.2.2. Hasil Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel untuk membuktikan hipotesa penelitian. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen yaitu dimensia pada lansia dengan variabel dependen yaitu mobilisasi pada lansia. Untuk itu dilakukan analisis bivariat dengan uji statistik chi square dengan tingkat error 5% (=0,05). Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara dimensia lansia dengan mobilisasi lansia.Tabel 4.3 Hubungan Dimensia dengan Mobilisasi Lansia di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Lampung Tahun 2014

DimensiaMobilisasiTotalp- valueOR(CI 95 %)

Mandiri utuhMandiri terbatas

N%N%N%

Dimensia928,12371,93262,70,0300,228(0.068 0.765)

Tidak dimensia1263,2736,81937,3

Total 2141,23058,851100,0

Sumber Data: Hasil Pengolahan

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui dari 32 responden yang mengalami dimensia terdapat 9 orang lansia (28,1%) yang termasuk dalam kategori mandiri utuh dan 23 orang lansia ( 71,9 %) yang termasuk dalam kategori mandiri terbatas . Dari 19 responden yang tidak mengalami dimensia terdapat 12 orang lansia (63,2%) yang termasuk dalam kategori mandiri utuh dan 7 orang lansia ( 36,8%) yang termasuk dalam kategori mandiri terbatas . Berdasarkan hasil uji statistic diperoleh p-value 0,030 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara dimensia dengan mobilisasi pada lansia di UPTD Pelayanan Sosial Tresna Werdha tahun 2014. 4.3 Pembahasan Setelah dilakukan analisa dan interpretasi data mengenai hubungan antara dimensia dengan mobilisasi pada lanjut usia di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Lampung Tahun 2014 maka diketahui sebagai berikut :4.3.1 Univariat4.3.1.a Dimensia Dari Hasil penelitian diperoleh sebagian besar lansia di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Lampung, banyak yang mengalami dimensia yaitu 32 orang lansia (62,7%) dan 19 orang lansia (37,3%) tidak mengalami dimensia. Brocklehurst dan Allen dalam Darmojo (2009) menyatakan bahwa Dimensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan ingatan atau memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari hari. Dimensia terjadi secara sangat perlahan selama bertahun - tahun ditandai dengan melemahnya kemampuan kognitif. Hal yang sama di kemukakan oleh Pudjonarko dalam Hernanta (2013) , dimensia sering dianggap proses normal pada orang tua, karena merupakan proses penuaan. Selain mengalami kemunduran fisik, seorang lansia juga sering mengalami kemunduran fungsi intelektual. Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Larasati (2012) tentang Pravalensi dimensia di Poliklinik Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi, Hasil dari penelitian ini didapatkan sebanyak 51,9 % dalam kondisi normal, 36,1 % kemungkinan dimensia,dan 12,0% mengalami dimensia. Menurut pendapat peneliti, semakin bertambah usia berat otak akan menurun sehingga kerja otak tidak maksimal lagi dan menyebabkan terjadinya perubahan fungsi intelektual dari lansia khususnya dalam kemampuan mengingat dan berpikir . Penurunan daya ingat ini merupakan salah satu perubahan yang akan mengakibatkan dimensia. Penurunan daya ingat ini berhubungan dengan penyusutan volume otak dan kerusakan kerusakan sel otak yang terjadi akibat proses penuaan. 4.3.1.b Mobilisasi Hasil penelitian diperoleh sebagian besar lansia dipanti werdha didapatkan data 21 orang (41,2%) dapat melakukan mobilisasi dengan mandiri utuh dan 30 orang (58,8 %) dapat melakukan mobilisasi dengan mandiri terbatas. Menurut Harry & Potter (2006) Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk berjalan, bangkit, berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset, duduk dan sebagainya, disamping menggunakan ekstremitas. Mubarak (2009) Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka sistem saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik. Sudoyo, et. al (2009) menjelaskan bahwa seiring dengan proses menua (menjadi tua = aging) yang terjadi pada lansia, penurunan mobilisasi akan terjadi dan berhubungan dengan kondisi fisik, psikis dan faktor lingkungan. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Wijayanti (2007) tentang Hubungan antara tingkat depresi dengan mobilisasi pada lansia di Panti Wreda Pucang Gading Semarang, hasil penelitian ini menunjukan mobilisasi sebagian besar (83,3 %) lansia belum memiliki keterbatasan fisik namun sebagian kecil (5,6%) lansia tergantung dengan orang lain. Menurut pendapat peneliti,semakin bertambahnya usia maka mobilisasi juga akan mengalami penurunan. Perubahan perubahan yang terjadi pada individu di usia lanjut akan mempengaruhi mobilisasinya dalam kehidupan sehari hari.4.3.2 Bivariat4.3.2.a Hubungan antara dimensia dengan mobilisasi Hasil penelitian ini diperoleh dari 32 responden yang mengalami dimensia terdapat 9 orang lansia (28,1%) yang termasuk dalam kategori mandiri utuh dan 23 orang lansia ( 71,9 %) yang termasuk dalam kategori mandiri terbatas . Dari 19 responden yang tidak mengalami dimensia terdapat 12 orang lansia (63,2%) yang termasuk dalam kategori mandiri utuh dan 7 orang lansia ( 36,8%) yang termasuk dalam kategori mandiri terbatas. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa proporsi lansia dengan penurunan mobilisasi dalam kategori mandiri terbatas lebih banyak terjadi pada lansia yang mengalami dimensia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Setiati dalam Sudoyo (2009), penurunan mobilisasi yang terjadi pada lansia berhubungan dengan kondisi fisik, psikis dan faktor lingkungan. Salah satu faktor psikis yang mempengaruhi mobilisasi adalah dimensia. Demensia yang dialami oleh lansia menimbulkan gangguan dalam mobilisasi.menurut Potter dan Pery (2009), Dimensia merupakan gangguan intelektual yang menghambat fungsi kerja dan sosial. Stadium awal dimensia akan menunjukan tanda seperti kesulitan dalam melakukan kegiatan atau aktivitas rutin, hal ini dapat berkembang menjadi stadium akhir. Stadium akhir dari dimensia akan mengakibatkan penurunan mobilisasi seperti sulit berjalan dan lebih sering berada dikursi atau tempat tidur Hasil penelitian ini sesuai dengan Penelitian yang pernah dilakukan oleh Ropiah (2010) tentang Hubungan antara dimensia dengan mobilisasi lansia Panti Wreda Margo Mukti Rembang . Hasil dari penelitian ini didapatkan Berdasarkan hasil uji Rank Spearmans nilai r sebesar 0,422 dan p value sebesar 0,000 artinya ada hubungan yang bermakna antara demensia dengan mobilisasi lansia di Panti Wreda Margo Mukti Rembang Tahun 2010 . Hasil penelitian ini menurut analisa peneliti menyimpulkan bahwa dimensia bukan merupakan satu - satunya penyebab penurunan mobilisasi pada lansia. Tetapi dimensia mempunyai hubungan positif seorang lansia dengan penurunan mobilisasi. Dalam hal ini terdapat perbedaan penelitian dengan sejumlah sampel diatas yaitu terdapat 7 orang lansia yang mandiri terbatas padahal termasuk dalam kategori tidak dimensia dan terdapat 9 orang lansia yang mandiri utuh padahal termasuk dalam kategori dimensia. Dari beberapa Lansia yang tidak dimensia ada yang memiliki kebiasaan gaya hidup kurang gerak. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilisasi. Seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari. Ada lansia yang memiliki kebiasaan untuk tidak berolahraga, sehingga masih ada beberapa sampel yang termasuk dalam kategori mandiri terbatas. Sedangkan Lansia dengan dimensia, mengalami tanda dan gejala dimensia dalam beberapa stadium yaitu stadium awal, stadium menengah dan stadium akhir. Dalam hal ini ada beberapa sampel yang belum mencapai stadium akhir dari dimensia sehingga masih mampu melakukan mobilisasi dalam kategori mandiri utuh. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa perlunya upaya konkrit yang dilakukan untuk mengatasi lansia dengan dimensia di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Lampung. Menurut peneliti, Brain gym, aroma terapi dan Terapi humor dapat digunakan sebagai alternatif cara untuk mengatasi dimensia karena dapat mengaktifkan berbagai jalur sinyal selular untuk mempertahankan kehidupan dan neurogenesis sel neuron di otak. Oleh sebab itu , perlu diadakan pelatihan khusus kepada staf pengasuh di panti agar dapat mengaplikasikan terapi - terapi tersebut untuk mengatasi dimensia. Selain itu, perlu diadakan penyuluhan- penyuluhann yang informatif kepada lansia untuk dapat memotivasi lansia melakukan kegiatan - kegiatan yang meningkatkan mobilisasi seperti senam, jalan santai, dan kegiatan keterampilan yang telah dilaksanakan di lingkungan panti. Upaya upaya tersebut dapat diaplikasikan di lingkungan di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Lampung secara terjadwal dalam kegiatan sehari hari lansia .

48