160110130077_fitria Rahmah_makalah Abrasive Material

51
ABRASIVE MATERIALS Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Teknologi dan Material Kedokteran Gigi Dosen Pembina Staff pengajar ITMKG Disusun Oleh Fitria Rahmah 160110130077 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJAJARAN BANDUNG 2014 1

description

itmkg

Transcript of 160110130077_fitria Rahmah_makalah Abrasive Material

ABRASIVE MATERIALSMakalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Teknologi dan Material Kedokteran Gigi

Dosen PembinaStaff pengajar ITMKG

Disusun Oleh Fitria Rahmah160110130077

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJAJARAN BANDUNG 2014

KATA PENGANTARPuji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya karena atas kehendak-Nya artikel ini dapat diselesaikan. Makalah ini berjudul Abrasive materials diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ITMKG. Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah membantu. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :1. Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Dr. Nina Djustina, drg., M.Kes.2. Dosen Pembina, sebagai Staff pengajar ITMKG Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran,3. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materi,4. Teman-teman yang selalu mendukung dalam menyelesaikan makalah ini.Penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan tentunya bagi pembaca pada umumnya. Penulis berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun apabila terdapat kesalahan,penulis bersedia menerima kritik dan saran yang membangun bagi makalah ini.

Bandung, 3 Oktober 2014 Penulis,

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................1KATA PENGANTAR...............................................................................................2DAFTAR ISI..............................................................................................................3BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................41.1 Latar Belakang.........................................................................................41.2 Rumusan Masalah....................................................................................41.3 Tujuan.......................................................................................................5BAB II ISI..................................................................................................................62.1Finishing dan Polishing..................................................................................62.1.1 Definisi.................................................................................................62.1.2 Manfaat.................................................................................................62.2 Principle of Cutting, Grinding, Finisihing and Polishing...............................72.2.1Bulk-Reduction Process....................................................................92.2.2Contouring........................................................................................102.2.3Finishing...........................................................................................102.2.4Polishing............................................................................................112.2.5Biological Hazard of Grinding, Finishing, and Polishing process.....122.3 Abrasion........................................................................................................132.4 Erosion...........................................................................................................152.5 Types of Abrasives.......................................................................................162.6 Abrasive Instrument Design..........................................................................222.7 Finishing and Polishing Procedure................................................................26DAFTAR PUSTAKA................................................................................................34

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang MasalahBahan abrasive/polishing merupakan suatu bahan untuk meratakan, menghaluskan dan mengkilapkan. Berbagai macam bahan abrasive dipergunakan di kedokteran gigi, diantaranya adalah emery yang merupakan suatu aluminium oxide alam yang sering disebut corundum, aluminium oxide adalah bahan abrasive murni dari berbentuk emery, garnet dibentuk dari sejumlah mineral digunakan pada polishing gigi, pumice berupa bubuk abrasive kedokteran gigi atau bahan polish untuk conservative, zirconium silicate merupakan bahan yang digunakan sebagai bahan polish konservatif, diatomaceous earth merupakan bahan abrasive dan polishing tetapi juga sebagai filer pada beberapa bahan kedokteran gigi, tripolis merupakan bahan yang dipaki untuk polish ringan, rouge yang merupakan bahan berbentukpadatan yang mempunyai komposisi iron oxide,iron oxide ini dipergunakan sebagai bahanpolish untuk gigi dan restorasi metal dalam mulut, sand adalah pasir dan bentuk lain dari quartz, carbides terdiri dari silicon carbides dan boron carbides, serta diamond yang paling keras dan sangat efektif untuk enamel gigi.1.2. Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan finishing dan polishing?2. Apa prinsip dari bahan abrasif?3. Bagaimana prosedur finishing dan polishing bahan abrasif?1.3. TujuanAdapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :1. Untuk mengetahui finishing dan polishing bahan abrasif2. Untuk mengetahui prinsip dari bahan abrasif3. Untuk mengetahui prosedur finishing dan polishing bahan abrasif

BAB IIISI

2.1 Finishing dan Polishing2.1.1DefinisiFinishing adalah proses menghilangkan defek permukaan dengan tujuan menghasilkan suatu tekstur permukaan tanpa goresan kasar sesuai kontur anatomi. Polishing adalah suatu proses kelanjutan dari finishing untuk mendapatkan permukaan yang halus dan mengkilap.2.1.2Manfaat Kesehatan MulutRestorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan meningkatkan kesehatan mulut dengan cara mencegah akumulasi sisa makanan dan bakteri patogen. FungsiFungsi rongga mulut akan meningkat jika restorasi dipoles dengan baik karena makanan akan meluncur lebih bebas pada permukaan oklusal dan embrasur selama mastikasi. EstetikaPermukaan restorasi tampak jelas sehingga pasien akan percaya diri dengan hasil restorasi seperti gigi asli. 2.2Principle of Cutting, Grinding, Finisihing and PolishingTujuan dari prosedur finishing dan polishing adalah mendapatkan anatomi yang diinginkan, oklusi yang sesuai, serta pengurangan tingkat kekasaran, tingkat kedalaman gouge, dan goresan yang terjadi akibat penggunaan peralatan finishing & contouring. Polished surface harus cukup halus untuk ditoleransi oleh jaringan lunak mulut dan untuk menahan adhesi bakteri & akumulasi plak. Ketika terdapat plak pada permukaan bahan restorasi, plak tersebut harus dapat dibersihkan dengan mudah dengan cara penyikatan atau flossing.Proses cutting melibatkan instrumen berpisau atau instrumen lain yang berbentuk seperti pisau. Ketika 30-fluted finishing bur digunakan pada suatu permukaan, pola yang terbentuk akibat pisau pemotong hanya dapat diketahui jika dilakukan perbesaran pada permukaan tersebut.Proses grinding menghilangkan partikel kecil pada substrat dengan menggunakan coated abrasive instrumen atau bonded abrasive instrumen. Instrumen grinding mengandung partikel abrasif yang tersusun secara acak. Contohnya diamond-coated rotary instrumen mungkin mengandung banyak partikel diamond yang tajam. Karena tersusun secara acak, terbentuk banyak goresan yang arahnya tak beraturan pada permukaan material.

Cutting & grinding menghasilkan permukaan dengan goresan yang berorientasi pada satu arah dominan. Tipe bur yang digunakan dan berbeda akan menghasilkan efek yang berbeda. Carbide bur dengan banyak mata pisau akan menghasilkan permukaan yang lebih halus daripada carbide bur dengan sedikit mata pisau. Diamond bur yang kasar akan menghilangkan material dengan cepat namun menyebabkan permukaan menjadi kasar. 2.2.1Bulk-Reduction Process Bulk-reduction process dilakukan menggunakan instrument, seperti diamond burs, abrasive wheels, tungsten carbide burs, steel burs, dan separating disc.1. Diamond burs & abrasive wheels dgn cara grinding2. Steel burs & carbide burs dgn cara cutting menggunakan hard blade3. Abrasive coated discs digunakan untuk resin-based comosite restoration Bulk-reduction of composite 8-fluted sampai 12-fluted carbide burs atau abrasive dengan ukuran partikel 100 m atau lebih besar dan dengan tingkat kekerasan 9 sampai 10 Mohs. Bulk-reduction pada keramik & logam ikuti petunjuk penggunaan dari produsen

2.2.2Contouring Contouring dapat diperoleh saat proses bulk-reduction, tetapi dlm beberapa kasus, diperlukan finer cutting instrument atau finer cutting abrasive untuk menghasilkan kontrol yang lebih baik pada contouring & detail permukaan. Di akhir contouring, harus didapatkan anatomi dan margin yang sesuai Tingkat kehalusan pada tahap ini bergantung pada instrumen yang digunakan dan mungkin memerlukan tahap lanjutan untuk menghasilkan permukaan yang lebih halus lagi. Umumnya digunakan 12-fluted sampai 16-fluted carbide burs atau bahan abrasif dengan kisaran ukuran 30 sampai 100m.2.2.3Finishing Secara umum, finishing & polishing memerlukan pendekatan bertahap, meciptakan goresan halus pada permukaan substrat untuk menghapus goresan yang lebih dalam. Proses ini mungkin membutuhkan beberapa tahap untuk mencapai tingkat kehalusan yang diinginkan. Hasil dari finishing berupa permukaan yang relatif bebas dari cacat. Dilakukan menggunakan 18-fluted sampai 30-fluted carbide burs, fine & superfine diamond burs, atau bahan abrasif lainnya yang berukuran 8 sampai 20m.

2.2.4Polishing Tujuan polishing menghasilkan restorasi yang sangat mirip dengan enamel serta mengkilau. Partikel yang lebih kecil menghasilkan permukaan yang lebih halus & mengkilap. Idealnya digunakan partikel bahan abrasif dengan ukuran max 20m. Permukaan yang dipolish harus dibersihkan setiap kali selesai melakukan 1 tahap, jika tidak maka dapat menyebabkan goresan yang lebih dalam. Kualitas permukaan yang dilakukan polishing & finishing dapat diketahui dengan profilometer (potical microscope) atau SEM. Permukaan yang sangat halus tidak selalu sangat mengkilau. Contoh polishing instrument rubber abrasive point, fine-particle discs & strips, dan fine-particle polishing paste. Polishing paste diaplikasikan menggunakan soft felt point, muslin (woven cotton fabric) wheel, prophylaxis rubber cups, or buffing wheel. Aplikator ini harus bersifat nonabrasive. Aplikator yang sering digunakan untuk buffing felt, leather, rubber, dan synthetic foam. Polishing bersifat multidirectional hasil permukaan yang dipolish akan memiliki goresan-goresan ke segala arah. Panas yg dihasilkan ketika cutting, contouring, finishing, dan polishing perlu diperhatikan. Untuk menghindari efek buruk pada pulpa, permukaan restorasi harus didinginkan dengan pelumas, contohnya air-water spray, dan menghindari kontak yang kontinyu antara high-speed rotary instrumen dengan substrat sehingga debris yang terbentuk dapat dihilangkan. Keefektifan & kecepatan contouring, finishing, dan polishing kan lebih meningkat dengan dihilangkannya debris2.2.5Biological Hazard of Grinding, Finishing, and Polishing process Dokter gigi, perawat gigi, serta pasien berisiko terkena infeksi & penyakit kronis pada mata dan saluran pernapasan karena partikel padat terlepas & tersebar ke ruangan ketika proses finishing dan dapat terhirup. Partikel padat ini mungkin mengandung struktur gigi, dental material, dan mikroorganisme. Silikosis (grinders disease) adalah penyakit yg umum terjadi akibat inhalasi dari partikel-partikel aerosol yang dilepaskan oleh material berbahan dasar silika yang digunkan dalam finishing restorasi. Aerosol yang terbentuk selama finishing dapat dikontrol dengan cara: Dapat dikontrol pada sumbernya dengan melakukan prosedur pengendalian infeksi yang memadai, semprotan air, dan high-volume suction. Personal protective equipment (PPE) seperti kacatama pelindung dan masker sekali pakai. Seluruh fasilitas harus memiliki sistem ventilasi yang memadai yang dapat menghilangkan partikel residu dari udara.

2.3AbrasionWear adalah proses removal material yang dapat terjadi setiap kali permukaan bergesekan terhadap satu sama lain. Proses finishing restorasi melibatkan abrasive wear melalui penggunaan partikel keras. Dalam kedokteran gigi, partikel terluar atau permukaan material instrumen disebut sebagai abrasif. Bahan yang dilakukan finishing disebut substrat. Arah rotasi :1. Ketika handpiece dan bur ditranslasikan dalam arah yang berlawanan dengan arah rotasi bur di permukaan yang terabrasi, hasil grinding menjadi lebih halus.2. Ketika handpiece dan bur ditranslasikan dalam arah yang sama dengan arah rotasi bur di permukaan, bur cenderung "lari" dari substrat, sehingga grinding menjadi tidak terkendali dan permukaan menjadi lebih kasar.Abrasi dibagi menjadi beberapa proses, yaitu : Two-body abrasiona. Terjadi ketika partikel abrasif terikat rapat pada permukaan instrumen abrasif dan tidak ada partikel abrasif lainnya digunakan.b. Contohnya bur berlian yang mengabrasi gigi Three-body abrasiona. Terjadi ketika partikel abrasif bebas bertranslasi dan berotasi diantara 2 permukaan.b. Contohnya penggunaan non bonded abrasive seperti dental prophylaxis pastes. Non bonded abrasive ini diletakan dalam rubber cup lalu dirotasikan terhadap gigi atau permukaan material. Efisiensi cutting dan grinding akan meningkat dengan penggunaan pelumas, contohnya glycerin, air, atau silicone. Untuk intraoral, seringkali digunakan pelumas yang dapat larut dalam air. Kelebihan pelumas dapat mengurangi efisiensi cutting karena akan mengurangi kontak antara substrat dan bahan abrasif. Kekurangan pelumas dapat mengurangi efisiensi cutting karena akan menimbulkan panas.

2.4ErosionErosive wear disebabkan oleh partikel keras yang berdampak pada permukaan substrat, dibawa oleh aliran cairan atau aliran udara, seperti yang terjadi pada sandblasting permukaan. Umumnya laboratorium gigi memiliki air-driven grit-blasting unit yang menggunakan hard-particle erosion untuk menghilangkan permukaan material. Harus dibuat perbedaan antara jenis erosi ini dan erosi kimia, yang melibatkan bahan kimia seperti asam dan alkali, bukan hard particle, untuk menghapus bahan substrat. Erosi kimia, lebih umum disebut etsa asam dalam kedokteran gigi, tidak digunakan sebagai metode bahan finishing gigi. Etsa asam digunakan terutama untuk menyiapkan permukaan gigi untuk meningkatkan ikatan atau lapisan.

2.5Types of Abrasives1. Arkansas Batu arkansas adalah batu endapan silika yang berwarna abu-abu muda dan semi translusen yang ditambang di Arkansas. Mengandung quartz mikrokristal dan mempunyai corak yang padat, keras, serta seragam. Potongan kecil dari mineral ini dicekatkan pada batang logam dan ditruing ke berbagai bentuk untuk mengasah email gigi dan logam campur.2. Chalk Salah satu bentuk mineral dari calcite disebut kapur. Kapur adalah abrasif putih yang terdiri atas kalsium karbonat. Digunakan sebagai pasta abrasif ringan untuk memoles email gigi, lembaran emas, amalgam, dan bahan plastis.3. Corundum Bentuk mineral dari oksida alumunium yang biasanya berwarna putih. Sifatnya lebih rendah daripada oksida alfa-alumunium. Digunakan untuk mengasah logam campur dan paling umum digunakan pada instrumen yang disebut white stone.4. Diamond Intan adalah mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri atas karbon dan merupakan senyawa paling keras. Disebut superabrasif karena kemampuannya untuk mengasah substansi apapun. Digunakan pada bahan keramik dan resin komposit.5. Emery Mengandung bahan utama aluminium oksida Bahan lain yang terkandung adalah magnetite, hematite, magnesia, titania, silika Digunakan dalam cakram abrasif dalam berbagai ukuran untuk menyelesaikan restorasi logam atau protesa akrilik.6. Garnet Merupakan bahan abrasif keras sehingga digunakan untuk menggerinda bahan logam maupun plastik (akrilik) Termasuk kelompok mineral silikat Tersedia dalam bentuk ampelas maupun cakram.7. Pumice Berasal dari batu vulkanik mengandung silika 60-70% Bubuk pumice merupakan bahan abrasif untuk memoles material halus Aksi abrasi meningkat sesuai dengan ukuran partikelnya, tapi mudah rusak jika digunakan untuk memoles material keras Merupakan bahan abrasif pilihan untuk memoles akrilik dan logam emas Bubuk pumice biasanya dicampur air atau glycerin pada penggunaannya untuk mencegah timbulnya panas.8. Quartz Bentuk quartz yang paling sering digunakan adalah yang sangat keras, tidak berwarna, dan transparan. Digunakan terutama untuk merapikan logam campur dan dapat digunakan untuk mengasah email gigi.9. Sand Sand atau quartz merupakan bahan abrasif dari silika murni, tersedia dalam bentuk ampelas dengan berbagai macam tingkat kekerasan. Sand juga biasa digunakan dalam proses sand blasting.10. Tripoli Berasal dari endapan batu silika yang rigan dan rapuh. Berwarna putih, abu-abu, pink, merah atau kuning. Digunakan untuk memoles logam campur dan beberapa bahan plastik.11. Zirconium Zirkonium dipasok sebagai mineral berwarna putih kekuningan. Bahan ini digiling menjadi partikel dengan berbagai ukuran dan digunakan untuk melapisi disk abrasif serta ampelas. Digunakan sebagai komponen pasta profilaksis gigi.12. Cuttle Cuttlefish, cuttle bone, atau cuttle adalah nama yang umum untuk abrasif ini. Merupakan bubuk putih calcareus yang terbuat dari bagian dalam rumah kerang laut. Tersedia sebagai abrasif lapisan dan digunakan untuk prosedur abrasi yang halus seperti memoles tepi logam dan restorasi amalgam gigi.13. Kieselgurh Dikenal sebagai tanah diamote Merupakan bahan abrasif medium / ringan dipergunakan pada pasta gigi.14. Silicon carbide Berbagai tipe carbide merupakan material pilihan pada proses abrasi, seperti sillicone carbide (SIC), baron carbide (B4C). Kedua produk tersebut diproses dengan cara pemanasan sillicone dan baron pada temperatur tinggi sehingga dapat bersatu dengan carbon Tersedia dalam bentuk batu gurinda/cakram Digunakan untuk memotong gigi (bor baja)15. Alumunium oxide Berasal dari bauksit Diproduksi dalam berbagai macam ukuran, berupa kertas ampelas maupun cakram, berwarna merah coklat dengan tingkat kekasaran yang berbeda Digunakan untuk memoles spesimen dari logam, resin komposit dan keramik16. Rouge Berasal dari iron oxide (Fe2O3) berupa bubuk halus berwarna merah Bahan abrasif halus dan dipergunakaan untuk memoles emas dan alloy logam.17. Tin oxide Tin oxide ( SnO2) merupakan mineral yang digunakan sebagai bahan pemoles untuk gigi metal yang berada didalam mulut Penggunaannya dengan cara dicampur air, alkohol, atau glycerin sehingga membentuk adonan seperti pasta.18. Abrasive paste Pasta abrasif yang sering digunakan, umumnya mengandung almunium oxide (alumina) atau partikel diamond. Pasta alumina harus digunakan dengan alat rotary dan jumlah air harus meningkat karena proses polishing terus dilakukan mulai dari penggunaan partikel abrasif yang kasar sampai yang halus. Pasta abrasif diamond digunakan pada kondisi kering. Instrumen yang digunakan untuk mengaplikasikan pasta pada permukaan material diantaranya prophy cups (baik jenis ribbed maupun flexible nonribbed), sikat, dan felt wheels. Kekurangan pasta abrasif : Umumnya kental & sulit masuk kedalam lubang-lubang kecil Cenderung bercipratan ketika berkontak dengan instrumen yang berputar atau ketika basah Terbentuk panas ketika pendingin yang tidak tepat digunakan atau ketika polishing pressure terus diaplikasikan tanpa membiarkan pendinginan mencapai permukaan

2.6Abrasive Instrument Design1. Abrasive Grits Abrasive grits atau pasir abrasif berasal dari bahan yang dihaluskan dan disaring melalu serangkaian penyaring kasa untuk mendapat partikel dengan ukuran yang bermacam-macam. Pasir abrasif gigi diklasifikasikan sebagai kasar, cukup kasar, sedang, halus dan super halus menurut ukuran partikelnya. Jika bentuk partikel abrasif tidak tepat, atau tidak mengasah dengan cara yang dapat membuat partikel berujung tajam yang baru, akan cenderung mencungkil substrat.2. Bonded abrasives Abrasif bonding terdiri atas partikel abrasif yang diikatkan melalui pengikat untuk membentuk alat pengasah seperti poin, roda, disk pemotong dll. Partikel-partikelnya diikat melalui 4 metode umum :a. SinteringAbrasif yang disintering adalah jenis yang paling kuat karena partikel-partikel abrasifnya digabung bersama.b. Bonding viteous (kaca atau keramik)Abrasif vitreous dicampur dengan bahan matriks kaca atau keramik, ditekan pada keadaan dingin ke bentuk instrumen dan dibakar untuk menggabungkan pengikatnya.c. Bonding resinoid (biasanya resin fenolik)Abrasif resin adalah abrasif yang ditekan dingin atau panas dan kemudian dipanaskan untuk mengeraskan resin.d. Bonding karet (biasanya karet silikon)

3. Coated abrasive disks and atrips Abrasif yang dilapis dibuat dengan menanamkan partikel abrasif pada bahan latar belakang yang lentur (kertas tebal atau Mylar) dengan bahan adhesif yang sesuai. Dipasok dalam bentuk disk atau ampelas. Disk tersedia dengan berbagai diameter dan dengan ketebalan tipis sampai super tipis. Lebih menguntungkan bila digunakan disk abrasif atau ampelas yang tahan cairan karena kekakuannya tidak akan berkurang akibat degradasi air. Cairan berfungsi sebagai pelumas untuk meningkatkan efisiensi pemotongan.

4. Nonbonded abrasives Polishing paste termasuk dalam nonbonded abrasives and utamanya digunakan untuk final polishing. Polishing paste harus diaplikasikan pada substrat dengan alat nonabrasive, seperti synthetic foam, rubber, felt, or chamois cloth. Partikel abrasif terdispersi dalam media water-soluble, contohnya glycerin. Contoh nonbonded abrasives yang sering digunakan adalah alumunium oxide dan diamond.5. Abrasive motion

2.7Finishing and Polishing Procedure1. Acrylic Resin relatif lembek. Untuk mencegah overheating, bubur pumice dalam jumlah banyak harus diaplikasikan pada permukaan dan kontak dengan substrat tidak boleh terus menerus (sebaiknya berselang-seling). Kontur dengan tungsten carbide burs dan amplas Gunakan rubber point untuk menghilangkan goresan Aplikasikan pumice dengan rag wheel, felt wheel, bristle brush, atay prophy cup tergantung ukuran area yang perlu polishing Aplikasikan tripoli atau campuran kapur & alkohol dengan rag wheel2. Amalgam Burnishing harus dilakukan 2 kali untuk mendapatkan permukaan yang bebas dari goresan & retensi. Burnishing sebelum carving menghilangkan kelebihan mercury & meningkatkan adaptasi marginal Burnishing setelah carving meningkatkan kehalusan Untuk finishing & polishing restorasi amalgam, sebaiknya digunakan handpiece berkecepatan rendah. Jika permukaan restorasi telah selesai dilakukan finishing, pasta prophylaxis diaplikasikan dengan cotton pellet atau nonribbed rubber prophy cup yang diputar dengan kecepatan rendah dan sedikit tekanan sehingga diperoleh hasil yang halus, seperti beludru, dan mengkilau. Jika amalgam telah mengeras sampai tingkat advanced, maka abrasi menggunakan pasta prophylaxis yang halus tidak akan efektif. Untuk mengatasinya : Kontur dengan green stone atau diamond bur berkecepatan rendah. Dapat juga menggunakan rubber point coklat atau hijau. Aplikasikan campuran pumice halus & air atau alkohol menggunakan rotary brush atau felt wheel untuk polishing permukaannya.3. Metal inlay Untuk inlay atau onlay digunakan alloy emas Kekerasan sebesar 3-4 Moh. Beberapa metal yang sangat keras, digunakan untuk partial dentures & fusi porcelain (5-6 Moh) Finisihing alloy kebanyakan menggunakan kombinasi dari : Stones Diks WheelsProsedur Cetakan dibersihkan dari sisa pencetakan (oleh air, sikat gigi) Cetakan direndam/diawetkan dalam hidrochloric acid (HCl) u/ menghilangkan lapisan oxida. Kelebihan hasil cetakan dihilangkan dgn batu carburundum Cetakan dipisahkan dari sprue dengan menggunakan separating disk

Hasil ditempatkan pada die batu carburundum digunakkan dengan kecepatan rendah, karena : untuk menciptakan daerah yang sesuai untuk permukaan occlusalnya . Kemudian, dengan batu hijau dapat digunakkan untuk menyelesaikan garis tepinya dengan memutarkannya dari permukaan inlay menuju garis tepi. Tujuan : untuk membentuk metal sedemikian rupa ,dengan membentuknya kearah garis tepi dan membentuk adaptasi yang menyerupai gigi. Untuk inlay kelas II , Finishing garis tepi proximalnya dilakukan dengan cuttle disk medium. Perawatan dilakukan untuk menghindari ganguan pada gusi dilakukan dengan pemolesan. Permukannya memiliki kekasaran 0.3-0.5 m setelah dilakukan pemolesan. Jadi guratan-guratan masih dapat terlihat pada hasil. Setelah inlay dipasangkan ke gigi, Finishing terakhir dilakukan dengan : prophylaxis cup atau bristle brush penggunaan XXX Silex , tepung , atau pumice.4. Glass ionomer Roughness restorasi glass ionomer yang dipoles lebih tinggi daripada composite dan hybrid ionomer, terutama karena ukuran filler yang lebih besar Teknik finishing restorasi glass ionomer seperti composite, kecuali beberapa produk harus ditunda selama 24 jam sebelum polishing untuk setting lebih lama.5. Composite Untuk mengurangi kekasaran digunakan : diamond, bor carbide, finishing disk, atau lembaran alumina. Untuk Finishing akhir, baik untuk microhybrid atau microfilled composite, digunakan : rubber rag yang berlapiskan bahan abrasive, atau rubber cup dengan pasta untuk polishing. Finishing akan diselesaikan pada area yang basah oleh air. Finishing akhir untuk light-cured composite dapat dimulai segera setelah light-curing. Polishing adalah proses terakhir dari finishing dan biasanya dilakukan dengan aluminium oxide abrasive dengan kenaikan tingkat ukuran bahan abrasivenya. Polishing untuk composite penting,karena permukaan yang halus dibutuhkan untuk mencegah retensi dari plak dan itu diperlukan untuk menjaga kebersihan mulut. Ukuran dari kualitas polishing adalah kekasaran permukaannya . Perbandingan kekasaran permukaan dari composite dicantumkan pada table dibawah ini. Tingkat kehalusan dipengaruhi oleh mylar matriksnya. Bor carbide menghasilkan permukaan yang lebih halus dari bor diamond,tetapi setelah polishing hasil kekasarannya serupa.6. Ceramic Permukaan ideal restorasi keramik adalah yang polished dan glazed. Pembuatan glazed ceramic dgn proses natural glaze atau overglaze tidak perlu menghasilkan permukaan yang halus jika permukaan keramik pada awalnya sangat kasar. Permukaan yang halus dapat diperoleh secara extraoral sebelum protesa disemen. Di dalam mulut, kekasaran dengan tingkat rendah dapat dilakukan polishing tanpa mengurangi kualitas permukaan keramik. Polishing dapat meningkatkan kekuatan permukaan protesa keramik karena polishing menghilangkan porus, retakan mikro, dan kerusakan berukuran kecil lainnya. Pendinginan yang memadai penting dalam finishing dan polishing restorasi keramik. Penggunaan air-water spray serta pengaturan waktu kontak antar restorasi dengan rotary instrumen juga penting. Heatless stone akan mengurangi panas dan dapat digunakan sebagai alternatif. Untuk polishing intaoral, aplikasikan intermiten pada rotating instrumen dengan tambahan air sebagai pendingin. Teknik finishing & polishing restorasi keramik : Kontur permukaan keramik dengan flexible diamond disc, diamond bur, heatless atau polymer stone, atau green stone (silicon carbide). Finishing dengan white stone atau abrasive-impregnated rubber disc, cups, dan points. Proses ini mungkin membutuhkan 2 atau 3 tahap, tergantung sistem yang digunakan. Polishing dengan fine abrasive-impregnated rubber disc, cups, dan points atau, jika perlu, gunakan pasta diamond yang diaplikasikan dgn sikat atau felt wheel. Aplikasikan lapisan overglaze atau natural glaze pada keramik, jika diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

Combe, E.C 1992. Notes on Dental Materials.6 th edition. Edinburgh: Churchill Livingstone. Phillips 2003. Scinece of Dental Materials. 11th edition. Philladelphia: W.B Saunders Company.

32