15313002_33_DIY_Tugas 6

22
TUGAS 06 POTENSI SUMBER DAYA LAUT INDONESIA (Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Oseanografi Lingkungan (OS 3106) Oleh : Larasati Citra 12913012 I Wayan Gede Adi A 15313002 Dwi Rizki Setyarti 15313092 PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2016

Transcript of 15313002_33_DIY_Tugas 6

Page 1: 15313002_33_DIY_Tugas 6

TUGAS 06

POTENSI SUMBER DAYA LAUT INDONESIA

(Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Oseanografi Lingkungan (OS 3106)

Oleh :

Larasati Citra 12913012

I Wayan Gede Adi A 15313002

Dwi Rizki Setyarti 15313092

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2016

Page 2: 15313002_33_DIY_Tugas 6

TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 1

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan pencetus konsep

Negara Kepulauan (archipelagic state) atau wawasan Nusantara. Menurut Lubis (2006),

Kepulauan Indonesia merupakan gabungan dari 5 pulau utama dan sekitar 30 kelompok kepulauan,

Lokasi strategis dari kepulauan yang sangat luas ini yaitu diantara lautan pasifik di timur, lautan

Hindia di barat, daratan Asia di Utara dan daratan Australia di selatan, mempengaruhu sirkulasi

global baik atmosfir maupun laut.

Satu dari lima pulau utama Indonesia adalah Pulau Jawa, sebagai Pulau dengan jumlah

penduduk terbesar pulau ini mempunyai karakteristik laut yang berbeda dibanding dengan pulau

yang lain, selain berbatasan langsung dengan samudera Hindia Kondisi Pulau yang memanjang

dari Provinsi Banten sampai dengan Jawa Timur dan membentang di 22 kabupaten, mulai

Pandeglang, Lebak, Sukabumi, Canjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Cilacap, Kebumen,

Purworejo, Kulon Progo, Bantul, Gunung Kidul, Wonogiri, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung,

Blitar, Malang, Lumajang, Jember, hingga Banyuwangi. menambah keunikan dari karakteristik

Oseanografi di pulau Jawa, Pulau Jawa mempunyai sejuta potensi, baik potensi ekologi maupun

Fisika yang dapat menghasilkan Sumber Daya Alam yang tak tergantikan.

Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai potensi sumber daya laut dan

pesisir di provinsi DIY.

1. Karakteristik Fisik

1.1 Kondisi Gelombang dan Arus

Karakter ombak laut (wave) di pesisir selatan Pulau Jawa, contohnya di Provinsi DIY,

umumnya berenergi tinggi dengan ombak besar. Ini karena pantai berbatasan langsung dengan laut

lepas. Berdasarkan teori, ada tiga faktor pemicu terjadinya ombak, yaitu arus pasang-surut (swell),

angin pantai (local wind), dan pergeseran (turun-naik) massa batuan di dasar samudera.

Di pantai selatan Provinsi DIY, kombinasi antara gelombang pasang surut dan angin lokal

yang bertiup kencang, khususnya saat musim Barat, akan menimbulkan ombak besar. Jenis ombak

lain yang sangat berbahaya di Pantai Selatan Provinsi DIY adalah gelombang tsunami. Gelombang

ini dipicu oleh pergeseran naik-turunnya massa batuan di dasar samudera. Interaksi antara ketiga

jenis gelombang (swell, gelombang angin lokal, dan tsunami) itu diyakini dapat menghasilkan

gelombang dahsyat yang tiba-tiba datang menyapu pantai.

Page 3: 15313002_33_DIY_Tugas 6

TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 2

Bentuk morfologi dasar laut di sejumlah lokasi Pantai Selatan juga sangat memungkinkan

terjadinya hempasan gelombang dahsyat ke pantai yang sekaligus memicu terjadinya arus seretan.

1.2 Kondisi Pasang Surut

Gaya-gaya pembangkit pasut (pasang surut) gravitasi berasal dari bulan dan matahari yang

terjadi sekitar dua kali perhari. Tanggapan laut terhadap gaya-gaya ini adalah dalam bentuk

gelombang gravitasi permukaan barotropik dengan topografi kemudian dapat membangkitkan

gelombang gravitasi internal baroklinik (bariklinik internal gravity waves), Karena periodenya

relatif lama dibandingkan perioda rotasi, maka gaya coriolis juga berperan, dan pasut merambat

sebagai gelombang Poincare (inertia gravity) dan gelombnag Kelvin (Lubis, 2006).

Menurut Lubis (2006) mengambarkan kondisi Pasang surut di pantai selatan jawa adalah

bertipe Mixed Semidiurnal, yaitu kondisi pasang surut yang cenderung condong ke arah pasut

ganda, Harian, dua air yang tinggi dan dua air yang rendah, tetapi dengan waktu yang berbeda.

1.3. Kondisi Kestabilan Pantai

Wilayah pantai, seperti juga wilayah-wilayah lain di bumi, terbentuk oleh berbagai proses

geologi yaitu proses endogen yang diprakarsai oleh proses yang terjadi dari dalam bumi, dan

proses eksogen yang dimotori oleh kegiatan dari luar bumi. Proses endogen bermula dari gerak-

gerak dari dalam bumi seperti gempa bumi, letusan gunungapi; proses tersebut membentuk benua,

lautan, deretan pegunungan, dsb. Proses exogen diprakarsai oleh pancaran sinar matahari, kegiatan

atmosfir tanah, erosi oleh air/angin/es, transport sedimen, dan sedimentasi di berbagai tempat.

Gerak relatif kerak Samudra Hindia dan benua Australia ke utara menghasilkan

penunjaman di bawah Sumatra, Jawa dan sebagian Sunda Kecil (NTB). Penunjamann dicirikan

oleh palung dalam samudra, lereng depan curam, jalur busur luar dan jalur volkanik. Pesisir dan

pantai jalur ini umumnya dibentuk oleh perbukitan terjal dengan tebing lereng depan curam tanpa

tutupan tumbuhan. Pantai umumnya menerima langsung hempasan gelombang dan erosi,

sementara teluk terbentuk dikontrol oleh struktur geologi yang rumit dan batas antar litologi. Pasir

pantai terbentuk di dataran sempit hasil akumulasi sedimen sungai. Terumbu karang tumbuh di

perairan yang terlindung di pantai pulau utama dan pulau-pulau kecil. Ciri morfologi pantai

dan pesisir lainnya sebagai berikut.

Page 4: 15313002_33_DIY_Tugas 6

TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 3

• Tebing curam perbukitan pantai

• Erosi dan abrasi kuat pada tebing curam

• Pantai datar berpasir relatif lurus dengan asupan sedimen dari sungai kadang membentuk

bukit pasir (sand dune) dengan selingan rawa.

• Pola aliran sungai hampir tegak lurus pantai dengan gradient tebing curam lambah sungai

Kegempaan kuat dan sering kejadiannya, adakalanya diikuti tsunami

• Penenggelaman bergantian dengan pengangkatan pantai atau terumbu karang mengiringi

proses penunjaman

Curah hujan tinggi dan gejala geologi di kawasan ini memberikan bentang alam dengan

tebing dan lereng curam.

2. Karakteristik Biologi

2.1 Ekosistem Pesisir

Pesisir di Provinsi DIY dapat dibagi menjadi 3 area, yaitu kulonprogo, bantul, dan

gunung kidul.

Potensi Ekosistem Pesisir Kabupaten Kulonprogo Berdasarkan Karakteristik Spasial

Wilayah pesisir Kabupaten Kulonprogo dari Barat ke Timur terdiri dari Pantai Congot, Glagah,

Bugel, dan Trisik. Potensi ekosistem pesisir Kabupaten Kulonprogo berdasarkan karakteristik

spasial dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

No Nama Pantai Karakteristik Spasial Ekosistem

1 Congot - Muara Sungai Bogowonto

- Sandy beach (pantai

berpasir hitam)

- Lereng pantai landai

- Mempunyai garis

pantai yang panjang

- Pesisir luas

- Pesisir

- Estuari

- Gumuk pasir

2 Glagah - Muara Sungai Serang

- Sandy beach (pantai

- Pesisir

- Estuari

Page 5: 15313002_33_DIY_Tugas 6

TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 4

berpasir hitam)

- Lereng pantai landai

- Mempunyai garis pantai

yang panjang

- Pesisir luas

- Gumuk pasir

3 Bugel - Muara Kali Sen/Bugel

- Sandy beach (pantai

berpasir hitam)

- Lereng pantai landai

- Mempunyai garis pantai

yang panjang

- Pesisir luas

- Pesisir

- Estuari

4 Trisik - Muara Sungai Progo

- Sandy beach (pantai

berpasir hitam)

- Lereng pantai landai

- Mempunyai garis pantai

yang panjang

- Pesisir luas

- Pesisir

- Estuari

- Gumuk pasir

Kabupaten Bantul terletak di sisi paling selatan dari DIY, berbatasan langsung dengan

Samudera Indonesia. Pantai-pantai yang terkenal di wilayah Kabupaten Bantul antara lain

Pantai Parangtritis, Parangkusuma, Depok, Samas, Kuwaru, Baru, Goa Cemara, dan

Pandansimo. Potensi ekosistem pesisir Kabupaten Bantul berdasarkan karakteristik spasial

sebagai berikut:

No Nama Pantai Karakteristik Spasial Ekosistem

1 Parangtritis - Sandy beach (pantai

berpasir hitam)

- Lereng pantai landai

- Mempunyai garis pantai

yang panjang

- Pesisir

- Perbukitan

struktural

- Gumuk pasir

Page 6: 15313002_33_DIY_Tugas 6

TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 5

- Pesisir luas

- Bentuk garis pantai cup and

bay

- Sering terjadi RIP Current

- Bagian timur terdapat

cliff

2 Parangkusuma - Sandy beach (pantai

berpasir hitam)

- Lereng pantai landai

- Mempunyai garis pantai

yang panjang

- Pesisir luas

- Pesisir

- Perbukitan

struktural

- Gumuk pasir

3 Depok - Muara Sungai Opak-

Oyo

- Sandy beach (pantai

berpasir hitam)

- Lereng pantai landai

- Mempunyai garis pantai

yang panjang

- Pesisir luas

- Pesisir

- Estuari

- Gumuk Pasir

4 Samas - Muara Sungai Opak-

Oyo

- Sandy beach (pantai

berpasir hitam)

- Lereng pantai landai

- Mempunyai garis pantai

yang panjang

- Pesisir luas

- Pesisir

- Estuari

- Gumuk pasir

5 Kuwaru, Baru, Goa

Cemara

- Sandy beach (pantai

berpasir hitam)

- Lereng pantai landai

- pesisir

Page 7: 15313002_33_DIY_Tugas 6

TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 6

- Mempunyai garis pantai

yang panjang

- Pesisir luas

6 Pandansimo - Muara Sungai Progo

- Sandy beach (pantai

berpasir hitam)

- Lereng pantai landai

- Mempunyai garis pantai

yang panjang

- Pesisir luas

- Pesisir

- Estuari

Pantai karst di wilayah Kabupaten Gunungkidul dari barat ke timur memiliki karakteristik

lingkungan pantai yang berbeda-beda. Potensi ekosistem pesisir Kabupaten Gunungkidul

berdasarkan karakteristik spasial sebagai berikut:

No Nama Pantai Karakteristik Spasial Ekosistem

1 Baron, Krakal,

Kukup

- Coral beach (pantai

berkarang)

- Pantai cliff

- Lereng pantai terjal

- Mempunyai garis pantai

yang pendek

- Pantai berbentuk teluk

- Pesisir

- Karst

2 Ngobaran,

Ngrenehan

- Coral beach (pantai

berkarang)

- Pantai cliff

- Lereng pantai terjal

- Mempunyai garis pantai

yang pendek

- Pantai berbentuk teluk

- Pesisir

- Karst

3 Sundak, Siung,

Wediombo

- Coral beach (pantai

berkarang)

- Pesisir

- Karst

Page 8: 15313002_33_DIY_Tugas 6

TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 7

- Pantai cliff

- Lereng pantai terjal

- Mempunyai garis pantai

yang pendek

- Pantai berbentuk teluk

4 Indrayanti,

Sepanjang,

Watu Kodok

- Coral beach (pantai

berkarang)

- Pantai cliff

- Lereng pantai terjal

- Mempunyai garis pantai

yang pendek

- Pantai berbentuk teluk

- Pesisir

- Karst

(Sumber : Karakteristik Spasial Pengembangan Wilayah Pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta

Dalam Konteks Uuk Diy, Suhadi Purwantara)

Karakteristik biologi lainnya yang dimiliki oleh Laut Selatan Jawa khususnya Daerah

Istimewa Yogyakarta adalah beragamnya jenis ikan dan terumbu karang. Selain itu, di sekitar

pesisir juga dapat tumbuh Familia tumbuhan seperti Convolvulaceae, Gramineae, Mimosaceae

dan Papilionaceae.

3. Segi Pemerintahan

3.1 Lembaga Pemerintahan tentang Kelautan D.I. Yogyakarta

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah

Nomor 5 Tahun 2001 tanggal 23 Juli 2001, Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2004 tentang

Pembentukan dan Organisasi Dinas daerah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Dinas Kelautan dan Perikanan berada di Jalan Sagan III/4, Terban, Yogyakarta.

Berdasarkan pada Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 66 Tahun 2015,

Tentang Rincian Tugas Dan Fungsi Dinas Kelautan Dan Perikanan, bahwa Dinas Kelautan dan

Perikanan mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintah Daerah di bidang kelautan dan

perikanan, kewenangan dekonsentrasi serta tugas pembantuan yang diberikan oleh Pemerintah.

penyusunan program dan pengendalian di bidang kelautan dan perikanan;

perumusan kebijaksanaan teknis di bidang kelautan dan perikanan;

Page 9: 15313002_33_DIY_Tugas 6

TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 8

pelaksanaan, pengembangan, pengolahan dan pemasaran kelautan dan perikanan, wilayah

pesisir;

pelaksanaan koordinasi perijinan di bidang kelautan dan perikanan;

pengujian dan pengawasan mutu perikanan;

pemberian fasilitasi penyelenggaraan bidang kelautan dan perikanan kabupaten/kota;

pelaksanaan pelayanan umum sesuai kewenangannya;

penyelenggaraan kegiatan kelautan dan perikanan lintas kabupaten/ kota;

pemberdayaan sumberdaya dan mitra kerja di bidang kelautan dan perikanan;

pelaksanaan kegiatan ketatausahaan;

pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

Dalam rangka efektivitas dan efisiensi peran Dinas, struktur organisasi yang ada pada

eselon tiga terdiri dari: Sekretariat, Bidang Perikanan, Bidang Kelautan dan Pesisir, Bidang Bina

Usaha, UPT Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB) dan Pelabuhan

Perikanan Pantai (PPP) Sadeng serta Kelompok Jabatan Fungsional. Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki 2 kantor unit yaitu UPTD BPTKP dan

PPP. UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) adalah unit organisasi di lingkungan Dinas Kelautan

dan Perikanan yang melaksanakan tugas teknis penunjang dan atau tugas teknis operasional.

UPTD BPTKP (Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan) berkedudukan di

Cangkringan, Sleman, sedangkan UPTD PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai) berkedudukan di

Sadeng, Girisubo, Gunungkidul.

Berdasarkan visi, misi serta tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka upaya

pencapaiannya kemudian dijabarkan secara lebih sistematis melalui perumusan strategi dan

kebijakan. Adapun strategi dan kebijakan berdasarkan masing-masing misi adalah sebagai berikut:

1. Strategi dan Kebijakan Misi Pertama (Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya kelautan

dan perikanan)

a. Strategi

Pengembangan infrastruktur dan pemberdayaan kawasan kelautan dan perikanan;

Penguatan Kelembagaan, Sumber Daya Manusia, Iptek dan Pemberdayaan Masyarakat;

b. Kebijakan

Page 10: 15313002_33_DIY_Tugas 6

TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 9

Pengembangan perikanan budidaya secara terintegrasi berbasis kawasan;

Optimalisasi produksi dan produktivitas nelayan, sarana dan prasarana perikanan tangkap

secara terpadu dan berkelanjutan;

Percepatan pengembangan infrastruktur untuk mendukung pemberdayaan potensi ekonomi

kawasan pantai selatan:

Pengembangan budaya maritim dan penyiapan Sumber Daya Manusia kelautan yang

berkualitas:

2. Strategi, Arah Kebijakan, Misi Kedua (Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk

kelautan dan perikanan)

a. Strategi

Pengembangan ketersediaan ikan, distribusi, akses, mutu keamanan pangan dan

peningkatan usaha serta investasi;

b. Kebijakan

Fasilitasi pengembangan usaha pemasaran dan sarana pemasaran produk perikanan dan

pengembangan budaya makan ikan;

3. Strategi, Arah Kebijakan, Program Prioritas dan Indikator Misi Ketiga (Meningkatkan dan

memelihara daya dukung dan kualitas lingkungan sumberdaya kelautan perikanan)

a. Strategi

Percepatan rehabilitasi eksositem dan cadangan SDA;

Menciptakan kerjasama yang sinergis dengan instansi terkait;

b. Kebijakan

Perlindungan dan pelestarian sumberdaya kelautan perikanan;

Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dan aparat;

Pangkalan TNI AL Yogyakarta atau Lanal Yogyakarta adalah Pangkalan TNI AL Kelas

"Khussus" di bawah Komando Pembinaan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut V, Surabaya.

Pangkalan TNI Angkatan Laut Yogyakarta yang sebelumnya bernama Detasemen Angkatan Laut

(Denal) sejak 15 Desember 2007 telah dinaikkan statusnya menjadi Pangkalan TNI Angkatan Laut

(Lanal). Hal ini menjadi momentum dan cermin tentang kejayaan Majapahit dan Sriwijaya yang

mampu menguasai armada laut yang besar dan kuat sampai ke Madagaskar. Pertahanan yang

tangguh dan handal, pada hakikatnya merupakan totalitas dan struktur kekuatan, tingkat

Page 11: 15313002_33_DIY_Tugas 6

TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 10

kemampuan dan konsep gelar pertahanan laut nasional, yang mampu menjamin penegakan dan

hukum di wilayah laut nasional. Kondisi tersebut hanya bisa diwujudkan melalui upaya

pembangunan dan pembinaan kesiapan serta operasional satuan secara terpadu, antara kesiapan

personel dan materiil.

3.2 Keamanan Laut D.I. Yogyakarta

Untuk keamanan laut di D.I. Yogyakarta sendiri cukup berjalan dengan lancar. TNI AL

sebagai penjaga keamanan laut telah melakukan tugasnya dengan baik dalam melakukan beberapa

patroli. Selain itu TNI AL bersama beberapa petugas keamanan daerah laut di D.I. Yogyakarta

juga melakukan patroli laut demi menghindari illegal fishing yang sering terjadi di perairan

Indonesia. Dengan adanya patroli laut ini diharapkan agar Indonesia tidak kecolongan lagi dalam

hal illegal fishing yang dapat merugikan negara. Potensi wilayah laut Indonesia khususnya D.I.

Yogyakarta yang sangat beragam haruslah dijaga agar tetap dapat termanfaatkan dengan efektif

dan efisien.

4. Karakeristik Sosial Ekonomi

Potensi sumber daya kelautan D.I. Yogyakarta sangatlah banyak. Potensi dan pemanfaatan

bidang kelautan dan perikanan terdiri dari perairan umum sebesar 3.133,5 ha (tingkat pemanfaatan

5,20 ha), rambak 650 ha tingkat pemanfaatan 58 ha), sawah tambak 240 ha belum dimanfaatkan),

kolam 4.630,2 ha (tingkat pemanfaatan 915 ha), dan Mina Padi 10.265,6 ha (tingkat pemanfaatan

1,233 ha). Di samping itu, potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya alam khususnya

perikanan di Selatan Jawa, terdiri dari puluhan ton/tahun tingkat pemanfaatan 45%, mencapai

25.000 ton/tahun tingkat pemanfaatan 18.000 ton/tahun tingkat pemanfaatan 44%, tenggiri 10.000

ton/tahun tingkat pemanfaatannya 11%, dan pelagis kecil 431.000 ton/tahun.

Pemanfaatan potensi perikanan di DIY memang belum optimal. Padahal, sumber daya ini

bisa menjadi salah satu pusat pertumbuhan perekonomian daerah. Baik perikanan budidaya

maupun perikanan tangkap, tingkat pemanfaatan masih sangat rendah. Menurut data, tingkat

pemanfaatan lahan untuk budidaya ikan di kolam, perairan umum dan sawah, yang masih dapat

ditingkatkan. Tingkat pemanfaatan kolam 75.35 persen dari potensi yang ada, sedangkan untuk

sawah (baik sebagai penyelang, mina padi, maupun palawija) baru 2.58 persen. Untuk sawah

tambak dari potensi 240 hektar baru dimanfaatkan 1.6 persen.

Page 12: 15313002_33_DIY_Tugas 6

TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 11

Disisi lain, permintaan produk ikan oleh masyarakat DIY sendiri terus meningkat sejalan

dengan bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat perekonomiannya. Berdasarkan data

penduduk DIY, konsumsi ikan per kapita per tahun meningkat rata-rata 5.45 persen. Tahun 2006

diperkirakan konsumsi ikan penduduk 11.43 kg/kapita/tahun, sementara targetnya adalah 18

kg/kapita/tahun. Untuk memenuhi kebutuhan ikan tahun 2006, diperlukan 39.63 ton setara ikan

segar. Padahal, produksi ikan hanya 7840.5 ton. Jadi, tingkat pemenuhannya kurang dari

seperempatnya. Secara makro bisa dikatakan bahwa masyarakat Yogyakarta memang jauh dari

tradisi menangkap ikan. Mereka belum pengalaman. Laut bagi mereka adalah dunia yang asing

untuk diarungi. Apalagi perikanan tangkap di laut yang bisa dikatakan masih baru bagi nelayan

Yogyakarta. Total produksi tahun 2000 hanya 1427 ton atau setara dengan Rp 8.1 miliar. Produksi

tersebut turun menjadi 1339.2 ton tahun 2001. Artinya, baru 33.26 persen dimanfaatkan. Potensi

lestari perikanan di Samudera Hindia diperkirakan 4290 ton.

Secara alamiah memang ada yang disebut musim ikan. Ini sangat penting guna menentukan

daerah penangkapan ikan (fishing ground) dan jenis alat tangkapnya. Jaring insang, misalnya,

umumnya dioperasikan pada radius 5-8 kilometer dari pantai dengan kedalaman lebih kurang 60

meter. Sasaran utama jaring insang adalah ikan-ikan pelagis kecil (layur, tenggiri, tongkol, dan

lemuru). Jaring insang dasar (bottom gillnet) digunakan di daerah penangkapan ikan dasar laut

yang berbatu karang dengan kedalaman lebih kurang 25-60 meter dengan sasaran ikan-ikan

demersal (kakap dan kerapu). Daerah penangkapan jaring krendet adalah pada cekungan batu

karang yang terkena pasang surut laut. Sasaran utama jaring krendet adalah udang karang atau

udang barong. Daerah penangkapan ikan pelagis seperti tuna, tongkol, tenggiri, dan jenis ikan

cucut (hiu, pari) ada di laut lepas atau Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Meskipun potensinya besar,

tidak semua nelayan mampu memanfaatkan sumber daya ikan di laut lepas ini karena keterbatasan

peralatan, apalagi nelayan DIY. Hanya nelayan yang menggunakan kapal dengan kekuatan mesin

besar atau lebih dari 25 PK mampu beroperasi hingga laut lepas.

Untuk perikanan budidaya, hambatannya lain lagi. Pertama, usaha perikanan budidaya di

Yogyakarta 80 persen merupakan usaha sampingan. Skala usaha mereka umumnya di bawah 500

meter persegi. Padahal, menurut penelitian, agar bisa untung, minimal perlu 4000 meter persegi.

Kecenderungan yang terjadi justru inefisiensi karena usaha kecil yang hanya sampingan cenderung

dikelola tidak serius. Misalnya memberi makan ikan seadanya dan adopsi teknologinya rendah.

Untuk mengembangkan perikanan budidaya, Koesnan belakangan memberlakukan kawasan

Page 13: 15313002_33_DIY_Tugas 6

TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 12

sentra pengembangan produksi yang betul-betul mempunyai modal potensial dari segi kesediaan

lahan dan masyarakatnya. Terdapat sekitar 16 KSPP (Kawasan Sentra Pengembangan Perikanan)

di DIY yang ditetapkan. Harapannya adalah dengan adanya kawasan itu ada konsentrasi usaha,

pengaturan produksi, pasar, pembinaan teknis, penyediaan sarana produksi, dan pengembangan

kemitraan. Minggir, misalnya, ada KSPP dengan unggulan udang galah, Ngemplak unggulannya

nila. Total ada 5 unggulan yang ditetapkan termasuk lele, gurami, dan ikan hias. Harapan perikanan

DIY berkembang cukup besar. Walau sejarah kebahariannya pendek, kenyataan menunjukkan

mereka yang terjun menjadi nelayan di DIY hampir 70 persen berusia 20-40 tahun dengan tingkat

pendidikan minimal sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA). Inilah yang akan menjadi kekuatan

ekonomi baru.

5. Ancaman

Ancaman yang mungkin di hadapi pemerintahan DIY dalam mengembangkan potensi

sumber daya laut antara lain :

5.1 Ancaman Dari Segi Hasil Produksi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan

Secara Keseluruhan beberapa sumber daya alam di wilayah pesisir dan lautan telah

mengalami over exploitasi. Sumberdaya perikanan laut baru dimanfaatkan sekitar 63,49% dari

total potensi lestarinya (MSY, Maximum Suistainable Yield), namun di beberapa kawasan

perairan beberapa stok sumberdaya ikan telah mengalami kondisi tangkap lebih (over fishing).

Jenis stok sumberdaya ikan yang telah mengalami over fishing adalah jenis udang dan ikan karang

konsumsi. Kondisi over fishing ini tidak hanya disebabkan karena tingkat penangkapan yang

melampaui potensi lestari sumberdaya perikanan, tetapi juga disebabkan karena kualitas

lingkungan laut sebagai habitat hidup ikan mengalami penurunan atau kerusakan akibat

pencemaran dan terjadinya degradasi fisik ekosistem perairan sebagai tempat pemijahan, asuhan,

dan mencari makan bagi sebagian besar biota laut tropis.

Selain itu, beberapa nelayan di sekitar laut di Daerah Istimewa Yogyakarta juga terkadang

tidak dapat menangkap laut per harinya. Hal ini dikarenakan kondisi cuaca yang membuat

gelombang besar di Laut Jawa. Dengan demikian maka nelayan di sekitar tempat tersebut tidak

memliki penghasilan dalam hari tersebut.

5.2 Ancaman Dari Segi Kondisi Alam

Page 14: 15313002_33_DIY_Tugas 6

TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 13

Berdasarkan karakteristik fisik poin gelombang dan arus, Laut Selatan Jawa terutama di

Daerah Istimewa Yogyakarta memliki jenis gelombang dan ombak yang besar dan umumnya

berenergi tinggi. Hal ini dikarenakan pantai berbatasan langsung dengan laut lepas.

Di pantai selatan Provinsi DIY, kombinasi antara gelombang pasang surut dan angin lokal

yang bertiup kencang, khususnya saat musim Barat, akan menimbulkan ombak besar. Jenis ombak

lain yang sangat berbahaya di Pantai Selatan Provinsi DIY adalah gelombang tsunami.

Menghadapi ancaman tersebut, perlu dilakukan sosialisasi mitigasi bencana terhadap masyarakat

sekitar.

5.3 Ancaman Terhadap Keanekaragaman Hayati Ekosistem Pantai

5.3.1 Terumbu Karang

Ada lima macam gangguan utama yang menyebabkan rusaknya terumbu karang di

50 Indonesia, yaitu:

a. Penangkapan ikan dengan bahan beracun, misalnya sianida disemprotkan ke terumbu

karang membuat ikan-ikan pingsan dan terapung; dapat mematikan terumbu karang.

b. Penangkapan ikan dengan bahan peledak, contohnya peledak rakitan sendiri dilemparkan

ke daerah terumbu karang yang tidak terlalu dalam untuk membunuh ikan; ini juga

mematikan larva, ikan kecil, dan terumbu karang.

c. Penambangan terumbu karang untuk bahan bangunan serta produksi kapur.

d. Sedimentasi dan polusi sebagai hasil penebangan hutan, erosi, limbah yang tidak ditangani

dengan baik dan buangan industri, juga mematikan terumbu karang.

e. Penangkapan ikan lebih dari potensi lestari yang ada, hal ini tidak secara langsung

mematikan terumbu karang tetapi juga mengurangi keanekaragaman dari ikan karang serta

biota laut lainnya di sekitar karang.

Berdasarkan informasi dari instansi pemerintah seperti Dinas Perikanan, Bagian

Lingkungan Hidup Pemerintah Daerah Kabupaten Gunung Kidul, Bagian Perekonomian

dan Pembangunan, masyarakat yang tinggal di sekitar pantai cukup baik dalam melakukan

aktivitasnya, dalam arti tidak sampai merusak atau mengancam kelestarian ekosistem

terumbu karang. Dalam kenyataannya, tidak selalu demikian, ada aktivitas yang dilakukan

oleh masyarakat yang mengancam kelestarian ekosistem terumbu karang. Walaupun

sekarang dampaknya belum terasa, tetapi dalam jangka panjang akan membahayakan

Page 15: 15313002_33_DIY_Tugas 6

TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 14

kelestarian ekosistem terumbu karang. Bahkan ada yang dampaknya mulai terasa yakni

pada kondisi Pantai Baron yang di bibir pantainya sudah tidak dijumpai terumbu karang

lagi, padahal berdasarkan informasi di lapangan dulu di Pantai Baron banyak dijumpai

terumbu karang seperti Pantai Kukup. Apabila hal seperti itu dibiarkan maka di masa-masa

yang akan datang di pantai-pantai lain tidak akan dijumpai keindahan hamparan terumbu

karang seperti sekarang.

Adanya informasi dari beberapa instansi pemerintah yang berbeda dengan

kenyataan di lapangan mernunjukkan bahwa pemerintah kurang jeli menanggapi

permasalahan di lapangan dan kurang melakukan pengawasan di lapangan. Informasi dari

Dinas Pariwisata, Kepala Desa, dan Pengurus POKDARWIS oleh yang mendekati

kenyataan di lapangan. Aktivitas masyarakat yang mempengaruhi kelestarian ekosistem

terumbu karang masing-masing pantai tidak sama tergantung pada kondisi dan potensi

masing-masing pantai.

Pantai Baron dibanding pantai lainnya merupakan daerah pariwisata paling

berkembang dan paling banyak pengunjungnya sehingga kerusakan lingkungan yang

diakibatkan aktivitas-aktivitas masyarakat lebih besar dibanding pantai lainnya. Hal ini

dapat dilihat pada kondisi Pantai Baron yang sekarang tidak dijumpai lagi keindahan

hamparan terumbu karang. Pantai Kukup dan Pantai Drini apabila dibiarkan seperti Pantai

Baron di masa yang akan datang dikhawatirkan keindahan hamparan terumbu karang akan

lenyap.

Rendahrnya kesadaran masyarakat menyebabkan timbulnya permasalahan, yaitu

kurangnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan khususnya, ekosistem

terumbu karang seperti diuraikan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan

oleh Hardjasoemantri (1993), yaitu bahwa guna mendayagunakan dan menghasilgunakan

peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup, perlu dipenuhi beberapa

syarat salah satu di antaranya adalah sadar lingkungan. Lebih lanjut dikatakan, bahwa

kunci berhasilnya program pembangunan di bidang lingkungan hidup ada di tangan

masyarakat. Karena itu, sangat penting unfuk menumbuhkan pengertian, motivasi, dan

penghayatan di kalangan masyarakat untuk berperan serta dalam mengembangkan

lingkungan hidup (Hardjasoemantri, I 993).

Page 16: 15313002_33_DIY_Tugas 6

TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 15

5.3.2 Rusaknya ekosistem Gumuk Pasir

Beberapa pantai sudah memiliki penahan alami dari bahaya abrasi dengan adanya

sand dunes atau sering disebut gumuk pasir, misalnya di sepanjang Pantai Depok hingga

ke Pantai Parang Kusumo. Gumuk pasir merupakan fenomena alam yang langka dan satu-

satunya di Asia Tenggara, berupa gundukan-gundukan pasir yang membentuk bukit-bukit

akibat terbawa oleh hembusan angin. Gumuk pasir ini terjadi karena material vulkanik

Gunung Merapi yang terbawa arus aliran Sungai Progo dan Sungai Opak yang diendapkan

di pantai. Endapan pasir ini terpukul gelombang ke darat dan pada saat air laut surut

endapan pasir tertiup angin kencang dari laut sehingga lama kelamaan terbentuklah bukit

pasir. Proses terbetuknya sand dunes memakan waktu ribuan tahu sampai akhirnya

terbentuk gumuk pasir yang sekarang ini. Bentuk dari gumuk pasir ini bermacam-macam,

ada yang berbentuk melintang (tranverse), sabit (barchans), parabola (parabolic), dan

memanjang (longitudinal dune).

Dulunya masyarakat tidak terlalu memperhatikan gumuk pasir tersebut, namun

lambat laun masyarakat menjadi sadar bahwa gumuk pasir yang ada di sekitar

pemukimannya adalah warisan dunia yang harus dijaga kelestariannya, setidaknya untuk

penahan abrasi pantai. Terlepas dari itu, fenomena gumuk pasir juga sering dijadikan

tempat memotret pre wedding, syuting video klip, tempat penelitian bagi para akademis.

Dibangun pula Museum Geospasial dan laboratorium untuk kegiatan dan rekreasi yang

dilengkapi dengan beberapa instrumen dan pustaka tentang geospasial dan ilmu kebumian.

Para pecinta alam seringkali melakukan petualangannya di area sand dunes tersebut. Selain

beberapa manfaat tersebut, gumuk pasir sering dijadikan tempat latihan manasik haji bagi

calon jamaah haji.

Ancaman Kerusakan Pantai Parangtritis Pasona Pantai Parangtritis dengan gumuk

pasirnya bukan tidak mungkin mengalami kerusakan-kerusakan yang tak disadari oleh

manusia dan bahkan oleh pemerintahpun jika tidak mendapatkan perhatian yang serius.

Ancaman kerusakan itu antara lain :

1) dilihat dari proses terjadinya material pasir itu berasal dari Gunung Merapi yang

dibawa aliran sungai Opak dan sungai Progo, sementara sekarang ini pasir tersebut sudah

dihadang oleh penambang pasir di sepanjang kedua sungai tersebut, sehingga pasokan

pasirnya berkurang atau bahkan “habis” sehingga pembentukan gumuk pasir akan terhenti.

Page 17: 15313002_33_DIY_Tugas 6

TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 16

2) Pengambilan atau penambangan pasir pantai untuk keperluan “uruk” pondasi

bangunan yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

3) pemukiman atau tempat usaha oleh masyarakat atau pendatang dengan dalih

ekonomi.

4) dimungkinkan adanya rayuan pengusaha yang akan membangun hotel, fasilitas

lain yang menggunakan dalih pengembangan obyek wisata yang muara akhirnya ke

kemakmuran masyarakat.

5) polusi sampah plastik bekas botol minuman, bungkus makanan dan sampah lain

dari para pengunjung obyek wisata. Usaha

Kelestarian ekosistem pantai harus tetap dijaga. Pantai Parangtritis sebagai satu-

satunya pantai dengan keelokan sand dunes haruslah diberi perhatian lebih sebagai salah

satu aset daerah bahkan negara, yang juga sangat berguna untuk penahan abrasi secara

alami. Perlu adanya kerjasama dari masyarakat sekitar, serta pemerintah daerah maupun

pemerintah pusat untuk bersama-sama melakukan perlindungan terhadap Pantai

Parangtritis ini. Kesimpulan Konservasi lahan pantai sangatlah dibutuhkan, guna

menyeimbangkan populasi manusia yang semakin bertambah, dengan keadaan pantai yang

semakin tidak terawat. disinilah esensi yang mendorong wajibnya dilakukan konservasi

lahan pantai, khususnya di parangteritis melihat keadaan sekarang, dengan semakin

padatnya pengunjung, apa lagi ditambah dibangunya penginapan-penginapan warga,

gubuk-gubuk yang dijadikan obyek mata pencaharian dan sumber penghidupan warga

disekitar areal bibir pantai.

5.3.3 Alih Fungsi Lahan Mangrove

Jenis-Jenis Pengalihfungsian Lahan Hutan Mangrove antara lain :

a. Lahan Pemukiman Konversi hutan mangrove menjadi lahan pemukiman di kawasan Desa

Dongko lebih dikarenakan oleh faktor penambahan jumlah penduduk sehingga

meningkatkan kebutuhan penduduk akan lahan semakin meningkat.. Sehingga

menyebabkan pembukaan lahan baru untuk membangun rumah di sekitar kawasan

mangrove. serta memanfaatkan kayu hutan mangrove untuk peralatan rumah dan bahan

bakar kayu arang untuk memasak.

b. Lahan Tambak/Empang Konversi hutan mangrove menjadi tambak/empang di kawasan

Page 18: 15313002_33_DIY_Tugas 6

TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 17

c. Lahan Fasilitas Umum Sama halnya dengan konversi hutan mangrove menjadi lahan

pemukiman, konversi hutan mangrove menjadi fasilitas umum juga dikarenakan oleh

faktor jumlah

5.3.4 Acaman Spesies Penyu

Penyu termasuk ke dalam kelas Reptilia, merupakan binatang yang ada sejak jutaan

tahun yang lalu, seusia dengan Dinosaurus. Kemampuan adaptasi penyu yang tinggi

menyebabkan binatang ini masih bisa kita jumpai sampai saat ini walaupun dalam jumlah

sangat terbatas. Penyu termasuk binatang pengelana, berenang dengan jarak cukup jauh,

untuk jarak 3.000 kilometer ditempuh selama 58 – 73 hari. Kekuatan dan ketangkasan

berenang pada penyu didukung oleh sepasang tungkai depan yang berupa kaki pendayung.

Walaupun hidupnya berada di dalam air, penyu sesekali naik ke permukaan air untuk

mengambil nafas, karena alat pernafasannya menggunakan paru-paru. Demikian pula

untuk bertelur, penyu turun ke darat biasanya di daerah pantai, dan menempatkan telurnya

dalam lubang-lubang yang dirasa aman dari ancaman pemangsa.

Semua jenis penyu yang ada di dunia ini termasuk binatang langka yang hampir

punah, sehingga statusnya dilindungi. Banyaknya ancaman pada fase telur, tukik sampai

penyu dewasa menyebabkan keberadaan penyu semakin menyusut. Oleh karenanya, perlu

upaya pelestarian penyu yang lebih intensif agar binatang purba tersebut tidak punah.

6. Indonesian CTI National Plan Of Actions

Di dunia ini terdapat 3 kawasan di katulistiwa yang merupakan pusat kenekaragaman

hayati dunia, yaitu Amazone di Benua Amerika, Congo Basin di Afrika dan Coral Triangle di

Asia Pacific. Amazone dikenal sebagai kawasan pusat keanekaragaman hayati flora, Congo Basin

sebagai pusat kenakaragaman hayati fauna dan Coral Triangle sebagai kawasan pusat

keanekaragaman hayati laut. Coral Triangle merupakan kawasan yang membentang dari ujung

utara Philiphina, pantai Timur Kalimantan sampai pulau Bali dan membentang ke arah paling

timur Solomon Islands sebagai kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati laut paling tinggi

di dunia. Keanekaragaman hayatinya bahkan disinyalir lebih tinggi dari kawasan terumbu karang

paling terkenal didunia yaitu Great Barrier Reef di Australia.

Page 19: 15313002_33_DIY_Tugas 6

TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 18

Kawasan tersebut kemudian dikenal sebagai kawasan Coral Triangle (CT), karena

bentuknya yang hampir menyerupai bentuk segitiga. Penentuan kawasan ini ditetapkan

berdasarkan kriteria penemuan lebih dari 500 jenis karang di dalam wilayah perairannya. CT,

sering juga disebut sebagai “Amazonnya Lautan” merupakan pusat keanekaragaman dan

kelimpahan kehidupan laut di planet bumi. Di beberapa lokasi, CT memiliki lebih dari 600 jenis

karang (lebih dari 75 persen jenis karang yang telah diketahui), 53 persen terumbu karang dunia,

3,000 jenis ikan, dan sebaran hutan bakau terbesar di dunia. Selain itu, CT menyediakan tempat

pemijahan dan perkembangbiakan ikan tuna yang merupakan supplier bahan baku salah satu

industri ikan tuna terbesar di dunia. Sumberdaya hayati CT secara langsung menopang kehidupan

lebih dari 120 juta orang yang tinggal di kawasan ini serta memberikan manfaat bagi jutaan umat

manusia di seluruh penjuru dunia.

Manfaat sumberdaya hayati tersebut bagi umat manusia meliputi: (a) Menopang mata

pencaharian, pendapatan, dan ketahanan pangan – khususnya bagi masyarakat yang tinggal di

sepanjang garis pantai negara-negara Coral Triangle, (b) Nilai ekonomis terumbu karang, bakau

dan eksosistem pesisir lain yang berasosiasi dengannya diperkirakan sebesar US$ 2.3 miliar per

tahun, (c) Lokasi pemijahan dan pengembangbiakan tuna yang menopang multi-milyar industri

perikanan tuna dan menyediakan ikan tuna bagi jutaan konsumer di segala penjuru dunia, (d)

Sumberdaya laut yang sehat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan industri pariwisata

alam di kawasan CT, (e) Ekosistem terumbu karang dan bakau yang sehat dapat melindungi

masyarakat pesisir dari badai dan tsunami, sehingga mengurangi biaya rekonstruksi di masa yang

akan datang dan kebutuhan bantuan internasional. Sayangnya sumberdaya hayati laut tersebut

berada dalam ancaman dari berbagai faktor seperti penangkapan ikan berlebih (overfishing),

penangkapan ikan secara destruktif, perubahan iklim, dan polusi.

Daerah Istimewa Yogyakarta tidak termasuk dalam wilayah CTI, namun di bawah ini ada

beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mendukung CTI Natioal Plan Of Actions :

Mengurangi penangkapan ikan yang tidak lestari dengan mengatasi pemicu sosial dan

ekonomi yang menyebabkan penangkapan ikan berlebih; menyusun kebijakan dan cara

pengelolaan perikanan yang lestari; mengurangi kelebihan kapasitas penangkapan dan

menghilangkan subsidi yang tidak efisien yang mendorong penangkapan ikan berlebih;

menegakkan peraturan penangkapan ikan; menghentikan penangkapan ikan yang merusak;

Page 20: 15313002_33_DIY_Tugas 6

TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 19

memperbaiki dan memperluas KKP untuk memperbesar manfaat; dan melibatkan pemangku

kepentingan dalam perngelolaan sumberdaya.

Mengelola pembangunan pesisir dengan membuat perencanaan kawasan pesisir dan

melaksanakannya untuk mendorong pembangunan lahan yang baik; melindungi vegetasi

pesisir; melakukan tindakan pengendalian erosi selama pembangunan; memperbaiki

pengolahan limbah; menghubungkan kawasan laut dan darat yang dilindungi; dan

mengembangkan pariwisata secara berkelanjutan.

Mengurangi pencemaran yang berasal dari DAS dengan mengurangi terbawanya endapan dan

unsur hara ke dalam perairan pesisir melalui perbaikan cara pertanian, peternakan, dan

pertambangan; memperkecil limpasan dari industri dan kota; dan melindungi dan

memulihkan vegetasi tepi sungai (tumbuhan di sepanjang sungai dan anak sungai).

Mengurangi pencemaran dan kerusakan yang berasal dari laut dengan mengurangi buangan

limbah kapal di laut; memperketat peraturan terkait pembuangan air balas dari kapal;

menetapkan alur pelayaran dan kawasan berperahu yang aman; mengelola kegiatan

pertambangan minyak dan gas lepas pantai; dan menggunakan KKP untuk melindungi

terumbu karang dan perairan sekitarnya.

Meningkatkan keuletan terumbu karang setempat. Banyak bukti semakin menunjukkan

bahwa dengan mengurangi ancaman setempat (termasuk penangkapan ikan berlebih dan

pencemaran yang berasal dari daratan), terumbu karang memungkinkan dapat pulih lebih

cepat dari pemutihan karang. Perencanaan strategis untuk meningkatkan keuletan terumbu

karang setempat perlu diarahkan pada tempat yang genting, misalnya daerah pemijahan ikan

dan daerah terumbu karang yang lebih tahan secara alami terhadap pemutihan. Jaringan KKP

perlu memasukkan berbagai bagian dari sistem terumbu karang untuk membantu keterkaitan

reproduksi dan pertumbuhan kembali terumbu karang pada masa depan.209 Upaya tersebut

mungkin merupakan kesempatan untuk “memberi waktu” bagi terumbu karang sampai

buangan gas rumah kaca dunia dapat dikendalikan.

Membangun upaya pengelolaan terpadu di setiap ekosistem. Kesepakatan yang melibatkan

sektor dan masyarakat yang terkena dampak lebih mungkin untuk menghindari berulangnya

upaya dan kemungkinan benturan, serta memperbesar kemungkinan manfaat. Kesepakatan

ini juga perlu mempertimbangkan hubungan ekologis yang ada antar batas kewenangan.

Dalam hal terumbu karang, pendekatan yang cocok meliputi pengelolaan pesisir, pewilayahan

Page 21: 15313002_33_DIY_Tugas 6

TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 20

laut, dan pengelolaan DAS secara terpadu. Sebagai tambahan, pengembangan dan

pelaksanaan KKP dan jaringan KKP yang ulet terhadap perubahan iklim yang dirancang

untuk melindungi keanekaragaman hayati dan mendukung perikanan yang lestari sangat

penting bagi upaya tesebut.

7. Simpulan dan Saran

Berdasarkan karakteristik fisik dan biologi serta kondisi pemerintahan dan ancaman yang

mungkin dihadapi, Laut Selatan khusunya yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Potensi tersebut antara lain :

1. Potensi Pantai di Kabupaten Kulonprogo dimanfaatkan sebagai destinasi wisata lokal/regional

dan nasional serta perikanan tangkap bagi masyarakat sekitar.

2. Potensi Pantai di Kabupaten Bantul dimanfaatkan sebagai destinasi wisata

nasional dan internasional yang dikelola oleh dinas terkait.

3. Potensi Pantai karst di Kabupaten Gunungkidul dimanfaatkan untuk bidang

perikanan tangkap, budidaya rumput laut, destinasi wisata nasional, dan

dijadikan cagar.

Untuk memaksimalkan potensi tersebut perlu dilakukan minimalisasi terhadap ancaman-

ancaman yang memungkinkan ada dengan cara sosialisasi dan simulasi mitigasi bencana,

peraturan daerah dan penerapannya yang tegas tentang perairan dan keanekaragaman hayati yang

ada didalamnya, serta penerapan teknologi yang ramah lingkungan dalam memaksimalkan hasil

panen nelayan serta mengembangkan budidaya perikanan tambak.

Page 22: 15313002_33_DIY_Tugas 6

TUGAS 06 OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 21

DAFTAR PUSTAKA

Bruke, Lauretta, dkk. 2012. Menengok Kembali Terumbu Karang yang Terancam di Segitiga

Terumbu Karang. World Resources Institute

Damanaik, 2006. Potret Kerusakan Lingkungan Pesisir Jawa Damanik Riza dalam

http://Kampanye_Pesisisr_dan_laut/ac

Lubis, Saut Maruli, 2006. Oseanografi Indonesia. Program Studi Oseanografi. ITB : Bandung

Martono, 2006. Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut

dalam Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi

Purwantara, Suhadi. 2013. Karakteristik Spasial Pengembangan Wilayah Pesisir Daerah

Istimewa Yogyakarta Dalam Konteks UUK DIY. Universitas Negeri Yogyakarta

http://dislautkan.jogjaprov.go.id/web/strategiarahan

https://id.wikipedia.org/wiki/Pangkalan_TNI_AL_Yogyakarta

https://indra90.wordpress.com/2008/03/15/perikanan-di-daerah-istimewa-yogyakarta/

http://www.indonesia.go.id/in/pemerintah-daerah/provinsi-di-yogyakarta/sumber-daya-alam