134338828-trn-xantin

26
I.1 Maksud dan Tujuan Percobaan I.1.1 Maksud Percobaan Mengatahui dan memahami cara mengidentifikasi serta penentuan kadar senyawa xanthin dan barbiturat dengan metode tertentu I.1.2 Tujuan Percobaan Mengidentifikasi dan menentukan kadar teofilin, teobromin, kofein, dan luminal dalam sediaan farmasi dengan metode yang ditetapkan. I.3 Prinsip Percobaan 1. Penetapan kadar pada sediaan farmasi yang mengandung Teobrorim dan Teofilin dengan AgNO pada argentometri yang membentuk 3 endapan dalam suasan basa. Sementara itu kafein tidak bereaksi dengan Ag karena tidak mempunyai atom hydrogen yang dapat dilepas. 2. Penetapan kadar suatu sediaan farmasi yang mengandung Kafein jika direaksikan denga iod. Pada metode iodometri akan membentuk endapan periodida. Teobromin bereaksi serupa. Jumlah iod yang bereaksi bervariasi tergantung dari kelebihan iod selama titrasi. 3. Penetapan kadar fgolongan Xantin pada metode TBA yang dapat dititrasi sebagai basa pada pelarut bebas air. 4. Penetapan kadar suatu sediaan yang mengandung luminal dengan metode aside-alkalimetri. Titrasi dalam air dihindari karena sifat keasaman barbiturat yang lemah kelarutannya dalam air yang kecil. Oleh karena itu titrasi dilakukan denganpelarut campuran air-alkohol atau alcohol. 5. Penetapan kadar suatu sediaan yang mengandung luminal dengan metode Argentometri yang dalam suasana basa membentuk garam yang tidak larut. Reaksi yang terjadi tergantung pada larutannya. 6. Penetapan kadar golongan barbiturat dengan menggunakan metode Bromometri yang mempunyai substituent pada larutan yang merupakan gigis yang tidak jenih, seperti dial. Gugus ini dititrasi kuantitatif dengan metode Bromometri. BAB II

description

xantin

Transcript of 134338828-trn-xantin

Page 1: 134338828-trn-xantin

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.1.1 Maksud Percobaan

Mengatahui dan memahami cara mengidentifikasi serta

penentuan kadar senyawa xanthin dan barbiturat dengan metode

tertentu

I.1.2 Tujuan Percobaan

Mengidentifikasi dan menentukan kadar teofilin, teobromin,

kofein, dan luminal dalam sediaan farmasi dengan metode yang

ditetapkan.

I.3 Prinsip Percobaan

1. Penetapan kadar pada sediaan farmasi yang mengandung Teobrorim

dan Teofilin dengan AgNO pada argentometri yang membentuk3

endapan dalam suasan basa. Sementara itu kafein tidak bereaksi

dengan Ag karena tidak mempunyai atom hydrogen yang dapat

dilepas.

2. Penetapan kadar suatu sediaan farmasi yang mengandung Kafein jika

direaksikan denga iod. Pada metode iodometri akan membentuk

endapan periodida. Teobromin bereaksi serupa. Jumlah iod yang

bereaksi bervariasi tergantung dari kelebihan iod selama titrasi.

3. Penetapan kadar fgolongan Xantin pada metode TBA yang dapat

dititrasi sebagai basa pada pelarut bebas air.

4. Penetapan kadar suatu sediaan yang mengandung luminal dengan

metode aside-alkalimetri. Titrasi dalam air dihindari karena sifat

keasaman barbiturat yang lemah kelarutannya dalam air yang kecil.

Oleh karena itu titrasi dilakukan denganpelarut campuran air-alkohol

atau alcohol.

5. Penetapan kadar suatu sediaan yang mengandung luminal dengan

metode Argentometri yang dalam suasana basa membentuk garam

yang tidak larut. Reaksi yang terjadi tergantung pada larutannya.

6. Penetapan kadar golongan barbiturat dengan menggunakan metode

Bromometri yang mempunyai substituent pada larutan yang

merupakan gigis yang tidak jenih, seperti dial. Gugus ini dititrasi

kuantitatif dengan metode Bromometri.

BAB II

Page 2: 134338828-trn-xantin

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Derifat xantin yang mengandung gugus metal. Xantin sendiri adalah

dioksi purin yang mempunnyai struktur mirip dengan asam urat. Kafein

ialah 1,3,7-trimetilxntin; teofilin ialah 1,3-dimetilxantin; dan teobromin ialah

3,7-dimetilxantin.

Teofilin, kafein dan teobromin mempunyai efek farmakologi yang

sama yang bermanfaat secara klinin. Obat-obat ini menyebabkan

relaksasi otot polos. Terutama otot polos bronkus, merangsang SSP, otot

jantung, dan meningkatkan diuresis. Teobromin tidak bermanfaat secara

klinin karenaefek farmakologinya rendah (1:226-227)

Kofein berkhasiat menstimulasi SSP, dengan efek menghilangkan

rasa letih, lapar dan mengantuk, juga daya konsentrasi dan kecepatan

reaksi dipertinggi, prestasi otak dan suasana jiwa diperbaiki. Kerjanya

terhadap kulit otak lebih ringan dan singkat daripada amfetamin. Kofein

juga berefefk inotrop positif terhadap jantung (memperkuat daya

kontraksi), vasodilatasi perifer, dan diuretik. Kofein bersifat menghambat

enzim fosfodiesterase. Zat ini sering dikombinasi dengan parasetamol

atau asetosal guna memperkuat efek analgetisnya, juga untuk ergotamin

guna memperlancar absorbsinya (2:351).

Teofilin dan teobromin merupakan asam lemah dengan pka 8,6 dan

9,9. Kofein tidak bersifat asam karena tidak mempunyai atom hydrogen

yang dapat dilepas, sehingga kofein merupakan basa yang sangat lemahh

Page 3: 134338828-trn-xantin

dan garamnya mudah terurai oleh air, karenanya kofein dapat disari dari

larutan asam atau basa dengan kloroform. Tetapi kofein mudah terurai

oleh basa kuat, maka larutan dalam basa harus segera disari.

Penentuan kadar untuk senyawa xanthin dapat dilakukan dengan

metode argentometri (untuk teofilin dan teobromin), iodometri (untuk

kofein), titrasi bebas air dan spektrofotometri (3:20).

Reaksi volumetri didasarkan pada pengukuran vlume sejumlah

larutan pereaksi yang diperlukan untuk bereaksi dengan senyawa yang

hendak ditentukan. Larutan pereaksi yang digunakan untuk memenuhi

suatu penentuan volumetric ada empat persyaratan yang harus dipenuhi

(4:145)

1. Reaksi antara larutan baku dan zat yang hendak ditentukan

harus berjalan secara kuantitatif dan stoikiometrik.

2. Reaksi harus berjalan cepat yaitu secara praktis hanya

sekejap.

3. Konsentrasi senyawa dalam larutan baku harus betul-betul

diketahui atau harus dapat ditentukan dengan percobaan blangko.

4. Titik akhir penentuan volumetric harus dapat ditentukan

dengan indicator visual atau secara elektrometrik.

Titrasi pengendapan termasuk golongan prosedur kombinasi ion.

Titrasi ini didasarkan atas terjadinya pengendapan kuantitatif, yang

dilakukan dengan penambahan larutan pengukur yang diketahui kadarnya

pada laruta senyawa yang hendak ditentukan. Titik akhir titrasi tercapai

bila semua bagian titran sudah membentuk endapan. Seperti pada titrasi

Page 4: 134338828-trn-xantin

protolisis dalam hal ini juga diperlukan agar titik ekuivalen jatuh bersama-

sama titik akhir titrasi (4:248).

Titrasi argentometri ialah titrasi dengan menggunakan perak nitrat

sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut ( 5:81)

Banyak metode dipergunakan dalam penetapan titik akhir titrasi

dalam reaksi pengendapan, yang paling penting adalah (5:83):

a. Pembentukan suatu endapan berwarna

b. Pembentukan suatu senyawa berwarna yang dapat larut

c. Pengguanaan indikator adsorbs.

II.2 Uraian Bahan

1. Asam asetat Glasial (6)

Nama resmi : Acidum Aceticum Glaciale

Page 5: 134338828-trn-xantin

Nama lain : Asam Asetat Glasial

RM/BM : CH COOH/60.53

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas

Kelarutan : Dapt bercampur dengan air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Asam perklorat (6)

Nama resmi : Acidum Perchlorat

Nama lain : Asam Perklorat

RM/BM : HClO /60.54

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna

Kelarutan : Bercampur dengan air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai titran

3. Asam sulfat (H SO ) (6: 58)2 4

Nama resmi : Acidum sulfuricum

Nama lain : Asam sulfat

RM / BM : H SO / 98,072 4

Pemerian : Cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna, bau

sangat tajam dan korosif

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Penetral kelebihan basa

4. Aquades (6)

Nama resmi : Aqua destillata

Page 6: 134338828-trn-xantin

Nama lain : Air suling

RM / BM : H O/18,022

Pemerian : Cairan jernih, tidak berasa, tidak berbau, tidak

berwarna

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut

5. Kofein (6)

Nama resmi : Coffenium

Nama lain : Kofeina

RM/BM : C H1 N O /194,198 0 4 2

RB :

Pemerian : Serbuk hablur bentuk jarum, mengkilat, biasanya

menggumpal, putih, tidak berbau, rasa pahit

Kelarutan : Agak sukar larut, larut dalam air dan dalam etanol

(95%) P, mudah larut dalam kloroform P, sukar larut

dalam eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kandungan : Mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih

dari 101,0% C H1 N O , dihitung terhadap zat yang8 0 4 2

telah dikeringkan.

Khasiat : Stimulan saraf pusat, kardiotonikum

Kegunaan : Sebagai sampel

Page 7: 134338828-trn-xantin

6. Kristal V iolet (6)

Nama resmi : Kristal violet

Sinonim : Gertian violet

RM/BM : C H ClN / 40825 30 3

Pemerian : Hablur berwarna hijau tua.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol

(95%) P. Larutannya berwarna lembayung tua.

Khasiat : Zat tambahan

Kegunaan : Sebagai indikator

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

7. Luminal (6)

Nama resmi : Phenobarbitalum

Nama lain : Luminal

RM/BM : C H N O /232,212 12 2 3

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih tidak berbau, rasa

agak pahit

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%)

P dalam eter P dalam larutan alkali hidroksida dan

dalam larutan alakali karbonat.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai sampel

8. Perak nitrat (6)

Nama resmi : Argenti nitras

Nama lain : Perak nitrat

Page 8: 134338828-trn-xantin

RM / BM : AgNO / 169,873

Pemerian : Hablur transparan atau serbuk hablur berwarna putih;

tidak berbau, menjadi gelap jika kena cahaya.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

Kegunaan : Sebagai titran

9. Teobromin (6)

Nama resmi : Theobromine

Nama lain : Teobromiini

RM/BM : C H N O /180,27 8 4 2

Pemerian : Serbuk putih atau bentuk jarum, mengkilat putih

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan :Sebagai sampel

10. Theofilin ( 6)

Nama resmi : Theophillinum

RM/BM : C H N .H O/198,187 8 4 2

Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, pahit, mantap di

udara.

Kelarutan : Larut dalam + 180 bagian air, lebih mudah larut dalam

air panas, larut dalam + 120 bagian etanol (95%) P,

mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan

ammonia encer.

Page 9: 134338828-trn-xantin

Kegunaan : Sebagai sampel.

II.3 Prosedur Kerja

II.3.1 Analisis Kualitatif

1. Kofein

a. Reksi Murexid (zat + HCl pekat (H O ) uapkan diatas penangas:2 2

kuning-jingga + NH OH (uap NH ) : reaksi (+) (ungu)4 3

Zat + 1 tetes H O (KClO padat) + 1 tetes HCl 25%, panaskan2 2 4

diatas waterbath: kuning + NH : Ungu3

b. Test asam amalik: orange violet

c. Zwikker (5 tetes larutan zat +3 tetes pereaksi): hijau-ungu

d. Aq.Brom: Jingga tdk stabil

Page 10: 134338828-trn-xantin

e. Larutan dalam air + I : Tdk ada endapan.2

+ HCl : endapan coklat.

+ NaOH : endapan larut

f. Larutan zat + larutan Tannin: endapan putih

+ berlebih : endapan larut

g. Reaksi Kristal

HgCl2

Reaksi Zwikker (pyridine + larutan CuSO )4

h. Dragendorff: kuning oranye

1. Teofilin

a. Rx Murexid

b. 2 mg zat + 1 ml air, dipanaskan, + 3-4 tetes AgNO 5% terbentuk3

endapan putih.

+NH OH encer, endapan tetap4

c. Test asam amalik : kuning violet

d. Folin-Ciocalteu reagent : Biru

e. Roux : hijau

f. Parri (zat+ cobalt nitrat + uap NH OH) : ungu4

g. Zwikker : biru

h. Aq.Brom : endapan putih stabil

i. Larutan zat + NH OH + AgNO : Endapan seperti selai.4 3

+ HNO3 : endapan larut.

j. Reaksi Burian : Zat + Diazo A + Diazo B + NaOH : Merah

k. Larutan jenuh zat + larutan Tannin : endapan putih

Page 11: 134338828-trn-xantin

+ berlebih : endapan larut.

l. Cu. Asetat: terbentuk endapan, berbeda dengan kofein &

teobromin

m.Reaksi Kristal

Meyer Bouchardat

Dragendorff Fe kompleks

1. Teobromin

a. Rx Murexid : +

b. 2 mg zat + 1 ml air, dipanaskan, + 3-4 tetes AgNO 5% terbentuk3

endapan kental tembus cahaya.

+NH4OH encer, endapan larut.

c. Test asam amalik : kuning violet

d. Roux : hijau

e. Zwikker : biru-ungu

f. Aq.Brom : Kuning tidak stabil

g. Dragendorff : merah terang.

h. Reaksi. Kristal

Dragendorff Fe Kompleks Cu Kompleks

i. Zat + HCl + Aq.Iod : endapan coklat sampai hijau tua

j. Larutan zat + larutan tannin :endapan putih

k. Zat + HNO3 encer + AgNO3 : endapan putih/Kristal

2. Luminal

a. Parri : +

b. Zwikker : (+) viole

Page 12: 134338828-trn-xantin

c. Zat + air + larutan AgNO : putih3

d. Liebermen test : merah oranye

e. Merkurium nitrat : hitam

f. H SO pekat + a-naftol : ungu2 4

g. Ekert : ( - )

h. Formalin + H SO pekat : merah2 4

i. Rx Kristal

Sublimasi Fe kompleks Cu kompleks

Bi kompleks Wagenaar Amonium fosfat

II.3.2 Analisis Kuantitatif

1. Teofilin

a. FI III:598

Ditimbang seksama 250 mg, larutkan dalam 100 ml air.

Tambahkan AgNO 0.1 N menggunakan indicator 1 ml larutan3

merah fenol

1 ml NaOH 0.1 N setara dengan 18.02 mg Teofilin

b. Analisis Kuantitatif Obat:190

i.Titrasi larutan zat dalam dimetilformaldehid dengan NaOH 0,1 N

(1/10 mol) indicator timolftalein

ii.Titrasi 300 mg zat dilarutkan dalam 3,5 ml asam formiat lalu

ditambahkan 50 ml anhidrida asetat sesudah ditetsi 2-3 tetes

Page 13: 134338828-trn-xantin

larutan, dititrai dengan 0,1 N HClO mmol sampai warna ungu4

kelabu

c. Brirtish Pharmacopee:975

Larutkan 0,15 g dalam 100 ml air tambahkan 20 ml 0,1 M AgNO3

dan kocok tambahkan larutan BTB. Titrasi dengan 0,1 m NaOH

1. Kofein

a. FI III:175

Lakukan penetapan kadar menurut cara yang tertera pada TBA

menggunakan 100 mg yang ditimbang. Larutka dalam 40 ml

Anhidrida asetat P, panaskan dinginkan, tambahkan 80 ml

Benzene P

(1 ml HClO 0,1 N setara dengan 19,42 mg kofein)4

b. Identifikasi Obat:175

i.Kofein dititrasi larutan zat dalam anhidrida asetat. Dititrasi

dengan HClO timbul warna (1/10 mol) , indicator ungu Kristal4

ii.Titrasi: 300 mg zat dilarutkan dalam 3,5 ml asam formiat lalu

ditambahkan 50 ml anhidrida asetat, setelah diberi 2-3 tetes

larutan. Larutan dititrasi dengan 0,1 N HClO (1/10 mmol) sampai4

warna kembali menjadi ungu kelabu.

2. Teobromin

a. FI III:189

Basa: titrasi larut zat dalam anhidrat asetat atau benzal (5:1).

Dititrasi dengan 0,05 N HClO (1/20 mmol), indicator Sudan III4

sampai timbul warna ungu kelabu.

Page 14: 134338828-trn-xantin

b. Analisis Kuantitaif Obat:157

Sejumlah sampel setara dengan ± 500 mg Teobromin ditimbang

secara sekasama lalu ditambah 125 ml air. Larutan ditambaha 1

ml larutan merah fenol 0,1% dalam alcohol dan 4 ml asam sulfat 1

N. Jika perlu larutan ditambah asam lagi sampai larutan sedikit

asam yang dapat dilihat larutannya berwarna kuning. Larutan

didihkan selama 10-15 menit lalu didinginkan ± 40 C. Larutano

ditambah NaOH 1 N sampai berwarna merah kebiruan kemudian

ditambah tetes demi tetes H SO 0,1 N hingga berwarna kuning.2 4

Larutan ditambah 40 ml AgNO 0,1 N dan ditetesi dngan NaOH3

0,1 N samapai berwarna merah kebiruan.

c. British Pahrmacopee:5967

d. Larutkan 0,15 g dalam 125 ml air mendidih, dingnkan hingga sushu 50-

60 C dan tambahkan 25 ml 0.1 M AgNO . Gunakan larutan pp sebagaio3

indicator titrasi dengan 0,1 M NaOH hingga warna perak muncul.

3. Luminal

a. FI III

± 500 mg yang ditimbang seksama.Larutkan dalam 40 ml etanol

(95%) P dan 25 ml larutan. Titrasi dengan NaOH 0,1 N

menggunakan indicator timolftalein. Lakukan titrasi blanko.

b. Analisis Kuantitatif Obat:157

Sejumlah sampel setara dengan ± 500 mg ditimbang sekasama

dilarutkan dalam 20 ml etil formaldehid. Larutan didtitrasi dengan

Page 15: 134338828-trn-xantin

litium metoksida 0,1 N menggunakan indicator tomilftalen secara

potensiometri. Dilakukan juga titrasi blanko.

c. British Pharmacopee

Larutkan 0,1 g dalam 5 ml pyridine. Tambahkan 0,5 ml timolgtalein

dan 10 ml AgNO . Titrasi dengan NaoH 0,1 N menggunakan3

indicator timolftalein. Lakukan titrasi blanko.

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan bahan

III.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah Buret 50 ml, corong, gelas ukur 50

ml, labu Erlenmeyer, neraca analitik, penangas air , pipet tetes,

pipet volume, plat tetes, rak tabung, sikat tabung, sendok tanduk,

statif dan klem, tabung reaksi.

III.1.2 Bahan

Bahan yang dugunakan adalah aluminium foil, amonium tiosulfat

baku, AgNO baku, aquades, HClO baku, indicator PP, indicator3 4

Kristal violet, kertas perkamen, kertas saring, NaoH baku, perak

nitrat, Kofein, Luminal, Teobromin, teofilin.

III.2 Cara kerja

Page 16: 134338828-trn-xantin

1. Luminal (Argentometri)

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Dimasukkan sampel dalam Erlemnmeyer

c. Dilarutkan Na CO 15 ml2 3

d. Dititrasi dengan AgNO baku hingga warna tidak hilang selama 23

menit

1. Teofilin (argentometri)

a. Dimasukkan sampel dalam Erlenmeyer

b. Dilarutkan dengan AgNO baku 0,1 N3

c. Ditambahkan merah fenol

d. Dititrasi dengan NaOH baku

Page 17: 134338828-trn-xantin

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Data Pengamatan

1. Kualitatif

Pereaksi A6 A4 F G4 F1 B1Roux Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau

Parri Ungu Ungu Ungu Ungu Ungu

AgNO Putih Putih Putih Putih Putih3

Zwikker Hijau- Hijau- Biru Biru- Biru Biru

ungu ungu ungu

Diazo Merah Merah Merah Merah

A+B

HNO Putih Putih Putih3

H SO Putih2 4

Formalin Coklat Coklat Coklat

I+HCl2. Kuantitatif

Page 18: 134338828-trn-xantin

Klp Sampel Metode Bs (mg) Vt (ml) N %KKofein TBA 200 14,5 0,1035 5,7

1Luminal Bromo 100 0,09 39,2Luminal Argento 100 2,6 0.1030

2 6.21Teofilin Argento 100 4,7 0.110

191,6Teofilin TBA 100 2,2 0.110

3 43,60Kofein Iodo 100Luminal Argento 100 2,9 0,1030 6,936

4Kofein Iodo 200 2,7 0,152 96,725Teofilin TBA 100 2,4 0,110 13,32

5Luminal Bromo 100 11,5 0,09Kofein TBA 100 1,5 0,0788 11,48

6Teofilin TBA 100

IV.2 Perhitungan

1. Luminal (Argentometri)

BE= 1/10 BM, BM = 232,23 jadi BE= 22,233

%K =

Vtsa mp elxNtitran xBEx10 0%

b.sampel

=

36x0,1030 x23,233x100%

100

= 6,21%

2. Teofilin (Argentometri)

%K =

(V1xN1) - (V 2xN 2)xBEx1 00 %

b.sampel

Page 19: 134338828-trn-xantin

=

(10 x0,1030 ) - ( 4,7 x0,110 ) x198 ,18x100%

100

= 101,6%

IV.3 Reaksi

Fenobarbital

NHNHOCHCHONHNHOCHCHAA+H

65256525

ggNNO+

NO3a3

1. Luminal

2. Teofilin

OOH C

H C33N AgNNH

+ AgNO + HNON 33OON

N N NH C H C3 Teofilin 3

Page 20: 134338828-trn-xantin

AgNO + NaOH NaNO + AgOH3 3

Reakso indikator merah fenol

BAB V

PEMBAHASAN

Xantin merupakan turunan alamiah Purina. Senyawa xantin yang

banyak digunakan adalah Kafein, Teobromin, dan Teofilin. Sedangkan

Page 21: 134338828-trn-xantin

barbiturat adalah berifat barbiturat. Asam barbiturat merupakan hasil

kondensasi antara urea dngan asam malonat.

Pada uji kualitatif dengan kode B1 memiliki fisik yang tidak berwarna,

berbau, dan sukar larut dalam air. Pada saat ditambahkan larutan;

Zwikker berwarna hijau birul; HCl dan NaOH terbentuk endapan coklat

yang kemudian larut; Larutan roux berwarna hijau; parri berwarna ungu;

NH OH dan A gNO terbentuk endapan putih seperti selai yang kemudian4 3

larut; Diazo A + Diazo B + NaOH berwarna merah; Cu.Asetat berwarna

biru sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel tersebut mengandung

kofein dan teofilin.

Untuk sampel dengan kode A6, jika dilihat dari hasil uji pereaksi

dimana pada pereaksi roux berwarna hijau, parri warna ungu, AgNO3

diperoleh endapan putih, zwikker berwarna hijau ungu. I + HCl berwarna2

coklat endapannya. Jika dibandingakan dengan tabulasi hasilnya semua

(+). Begitupun dampel Au menunjukkan hasil yang sama pada dampel A6

sehingga disimpulkan bahwa sampel keduanya mengandung teofilin,

teobromin, dan kofein.

Pada sampel F dan F1 jika dilihat adri hasil uji pereaksi yang

dilakukan diperoleh hasil bahwa pereaksi Roux berwarna hijau, parri

berwarna ungu, AgNO diperoleh endapan purtih. Zwikker berwarna biru,3

burian berwarna merah dan sisanya tidak diketahui. Jikadibandingakn

dengan tabulasi diperoleh hasil uji pereaksi yang dulakukan (+) sehingga

dapat dikatakan bahwa keduanya mengandung Teofilin.

Page 22: 134338828-trn-xantin

Pada danpek Gu, jika dilihat dari hasil uji pereaksi yang dilakukan

bahwa Pereasi roux berwarna ungu.

Pada percobaan kali ini digunakan sampel Luminal dan Teofilin.

Sampel tersebut menggunakan penetapan kadar dengan cara

Argentometri. Untuk sampel luminal dilarutkan dengan Na CO sebagai2 3

katalisator untuk mempercepat reaksi. Kemudian dititrasi dengan AgNO3

baku hingga warna yang terbentuk tidak hilang selama 2 menit.

Persentase kadarnya adalah 6,21 %

Untuk sampel teofilin dilarutkan dengan AgNO baku sebagai3

katalisator pada metode argentometri yang kemudian ditambahkan merah

fenol dan dititrasi dengan NaOH baku. Persentase kadarnya adalah

101,6%. Pada saat penetapan kadar tidak didapatkan hasil yang

sempurna karena seharusnya sebelum ditambahkan indicator merah fenol

sampel didiankam erlebih dahulu lalu endapanyang terbentuk disaring

kemudian filtratnya dititrasi dengan NaOH baku.

BAB VI

Page 23: 134338828-trn-xantin

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan didapatkan konsentrasi teofilin 6,21 % dan

luminal 101,6 %

V.2 Saran

1. Alat dan bahan dilengkapi

2. Digunakan pula analisis kuantitatif dengan menggunakan instrument

3. Jumlah asisten dapat ditambah

DAFTAR PUSTAKA

Page 24: 134338828-trn-xantin

1. Gunawan, Sulistia Gan. Ed. (2009). Farmakologi dan Terapi . Edisi

Lima. Jakarta: Balai Penerbit FK UI

2. Tjay, Tan Hoan. (2009). Obat-Obat Penting , Edisi ke enam. Jakarta:

PT. Elex Media Komputindo.

3. Roth, Herman J. (1988). Analisis Farmasi . Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

4. Susanti. dan Yeanny, Wunas. 2010. Analisa Kimia Farmasi

Kuantitatif. Makassar: Universitas Hasanuddin

5. Dirjen POM. (1979). Farmakope Indonesia . Edisi III. Jakarta: Depkes

RI

6. Sudjadi. Dan Rohman, Abdul. (2008). Aanalisis Kuantitatif Obat.

Yogyakarta: UGM Press

7. Auterhoff. Dan Kovar. 1987. Identifikasi Obat. Terbitan IV. Bandung:

ITB

Laboratorium Kimia Farmasi

Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin

Page 25: 134338828-trn-xantin

LAPORAN PRAKTIKUM KELOMPOK

ANALISIS KUALITATIF KUANTITATIF

XANTIN dan BARBITURAT

Disusun Oleh:

Kelompok III

Golongan Sabtu Siang:

Asisten: Nur Cholis S, Si Apt

MAKASSAR

2011

Page 26: 134338828-trn-xantin