trn xantin

download trn xantin

If you can't read please download the document

Transcript of trn xantin

4. Penetapan kadar suatu sediaan yang BAB mengandung I luminal dengan metode aside-alkalimetri. PENDAHULUAN Titrasi dalam air dihindari karena sifat keasaman barbiturat yang lemah kelarutannya dalam air yang kecil. I.1 Maksud dan Tujuan Percobaan Oleh karena itu titrasi dilakukan denganpelarut campuran air-alkohol I.1.1 Maksud Percobaan atau alcohol. Mengatahui dan memahami cara mengidentifikasi serta 5. Penetapan kadar suatu sediaan yang mengandung luminal dengan penentuan kadar senyawa xanthin dan barbiturat dengan metode metode Argentometri yang dalam suasana basa membentuk garam tertentu yang tidak larut. Reaksi yang terjadi tergantung pada larutannya. I.1.2 Tujuan Percobaan 6. Penetapan kadar golongan barbiturat dengan menggunakan metode Mengidentifikasi dan menentukan kadar teofilin, teobromin, Bromometri yang mempunyai substituent pada larutan yang kofein, dan luminal dalam sediaan farmasi dengan metode yang merupakan gigis yang tidak jenih, seperti dial. Gugus ini dititrasi ditetapkan. kuantitatif dengan metode Bromometri. I.3 Prinsip Percobaan 1. Penetapan kadar pada sediaan farmasi yang mengandung Teobrorim dan Teofilin dengan AgNO3

pada argentometri yang membentuk

endapan dalam suasan basa. Sementara itu kafein tidak bereaksi dengan Ag karena tidak mempunyai atom hydrogen yang dapat dilepas. 2. Penetapan kadar suatu sediaan farmasi yang mengandung Kafein jika direaksikan denga iod. Pada metode iodometri akan membentuk endapan periodida. Teobromin bereaksi serupa. Jumlah iod yang II iod selama titrasi. bereaksi bervariasi tergantung dariBAB kelebihan 3. Penetapan kadar fgolongan Xantin pada metode TBA yang dapat dititrasi sebagai basa pada pelarut bebas air.

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum Derifat xantin yang mengandung gugus metal. Xantin sendiri adalah dioksi purin yang mempunnyai struktur mirip dengan asam urat. Kafein ialah 1,3,7-trimetilxntin; teofilin ialah 1,3-dimetilxantin; dan teobromin ialah 3,7-dimetilxantin. Teofilin, kafein dan teobromin mempunyai efek farmakologi yang sama yang bermanfaat secara klinin. Obat-obat ini menyebabkan relaksasi otot polos. Terutama otot polos bronkus, merangsang SSP, otot jantung, dan meningkatkan diuresis. Teobromin tidak bermanfaat secara klinin karenaefek farmakologinya rendah (1:226-227) Kofein berkhasiat menstimulasi SSP, dengan efek menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk, juga daya konsentrasi dan kecepatan reaksi dipertinggi, prestasi otak dan suasana jiwa diperbaiki. Kerjanya terhadap kulit otak lebih ringan dan singkat daripada amfetamin. Kofein juga berefefk inotrop positif terhadap jantung (memperkuat daya kontraksi), vasodilatasi perifer, dan diuretik. Kofein bersifat menghambat enzim fosfodiesterase. Zat ini sering dikombinasi dengan parasetamol atau asetosal guna memperkuat efek analgetisnya, juga untuk ergotamin guna memperlancar absorbsinya (2:351). Teofilin dan teobromin merupakan asam lemah dengan pka 8,6 dan 9,9. Kofein tidak bersifat asam karena tidak mempunyai atom hydrogen yang dapat dilepas, sehingga kofein merupakan basa yang sangat lemahh

dan garamnya mudah terurai oleh air, karenanya kofein dapat disari dari larutan asam atau basa dengan kloroform. Tetapi kofein mudah terurai oleh basa kuat, maka larutan dalam basa harus segera disari. Penentuan kadar untuk senyawa xanthin dapat dilakukan dengan metode argentometri (untuk teofilin dan teobromin), iodometri (untuk kofein), titrasi bebas air dan spektrofotometri (3:20). Reaksi volumetri didasarkan pada pengukuran vlume sejumlah larutan pereaksi yang diperlukan untuk bereaksi dengan senyawa yang hendak ditentukan. Larutan pereaksi yang digunakan untuk memenuhi suatu penentuan volumetric ada empat persyaratan yang harus dipenuhi (4:145) 1. Reaksi antara larutan baku dan zat yang hendak ditentukan harus berjalan secara kuantitatif dan stoikiometrik. 2. Reaksi harus berjalan cepat yaitu secara praktis hanya sekejap. 3. Konsentrasi senyawa dalam larutan baku harus betul-betul diketahui atau harus dapat ditentukan dengan percobaan blangko. 4. Titik akhir penentuan volumetric harus dapat ditentukan dengan indicator visual atau secara elektrometrik. Titrasi pengendapan termasuk golongan prosedur kombinasi ion. Titrasi ini didasarkan atas terjadinya pengendapan kuantitatif, yang dilakukan dengan penambahan larutan pengukur yang diketahui kadarnya pada laruta senyawa yang hendak ditentukan. Titik akhir titrasi tercapai bila semua bagian titran sudah membentuk endapan. Seperti pada titrasi

protolisis dalam hal ini juga diperlukan agar titik ekuivalen jatuh bersamasama titik akhir titrasi (4:248). Titrasi argentometri ialah titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut ( 5:81) Banyak metode dipergunakan dalam penetapan titik akhir titrasi dalam reaksi pengendapan, yang paling penting adalah (5:83): a. Pembentukan suatu endapan berwarna b. Pembentukan suatu senyawa berwarna yang dapat larut c. Pengguanaan indikator adsorbs.

II.2 Uraian Bahan 1. Asam asetat Glasial (6) Nama resmi : Acidum Aceticum Glaciale

Nama lain : Asam Asetat Glasial RM/BM : CH3

COOH/60.5

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas Kelarutan : Dapt bercampur dengan air Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Kegunaan : Sebagai pelarut 2. Asam perklorat (6) Nama resmi : Acidum Perchlorat Nama lain : Asam Perklorat RM/BM : HClO4

/60.5

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna Kelarutan : Bercampur dengan air Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Kegunaan : Sebagai titran 3. Asam sulfat (H2

SO 4 ) (6: 58)

Nama resmi : Acidum sulfuricum Nama lain : Asam sulfat RM / BM : H2

SO 4 / 98,07

Pemerian : Cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna, bau sangat tajam dan korosif Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Kegunaan : Penetral kelebihan basa 4. Aquades (6) Nama resmi : Aqua destillata

Nama lain : Air suling RM / BM : H2

O/18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Kegunaan : Sebagai pelarut 5. Kofein (6) Nama resmi : Coffenium Nama lain : Kofeina RM/BM : C RB :8

H10 N O /194,19 4 2

Pemerian : Serbuk hablur bentuk jarum, mengkilat, biasanya menggumpal, putih, tidak berbau, rasa pahit Kelarutan : Agak sukar larut, larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam kloroform P, sukar larut dalam eter P Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Kandungan : Mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C 8 H10 N4 O2 , dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Khasiat : Stimulan saraf pusat, kardiotonikum Kegunaan : Sebagai sampel

6. Kristal V iolet (6) Nama resmi : Kristal violet Sinonim : Gertian violet RM/BM : C25

H30 ClN3 / 408

Pemerian : Hablur berwarna hijau tua. Kelarutan : Sukar larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P. Larutannya berwarna lembayung tua. Khasiat : Zat tambahan Kegunaan : Sebagai indikator Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik 7. Luminal (6) Nama resmi : Phenobarbitalum Nama lain : Luminal RM/BM : C12 H12 N O3 /232,2 2

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih tidak berbau, rasa agak pahit Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P dalam eter P dalam larutan alkali hidroksida dan dalam larutan alakali karbonat. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Kegunaan : Sebagai sampel 8. Perak nitrat (6) Nama resmi : Argenti nitras Nama lain : Perak nitrat

RM / BM : AgNO

3

/ 169,87

Pemerian : Hablur transparan atau serbuk hablur berwarna putih; tidak berbau, menjadi gelap jika kena cahaya. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya. Kegunaan : Sebagai titran 9. Teobromin (6) Nama resmi : Theobromine Nama lain : Teobromiini RM/BM : C7 H8 N4 O2 /180,2

Pemerian : Serbuk putih atau bentuk jarum, mengkilat putih Kelarutan : Agak sukar larut dalam air Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Kegunaan :Sebagai sampel

10. Theofilin ( 6) Nama resmi : Theophillinum RM/BM : C7

H8 N4 .H2 O/198,18

Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, pahit, mantap di udara. Kelarutan : Larut dalam + 180 bagian air, lebih mudah larut dalam air panas, larut dalam + 120 bagian etanol (95%) P, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan ammonia encer.

Kegunaan : Sebagai sampel.

II.3 Prosedur Kerja II.3.1 Analisis Kualitatif 1. Kofein a. Reksi Murexid (zat + HCl pekat (H2

O2 ) uapkan diatas penangas:

kuning-jingga + NH 4 OH (uap NH 3 ) : reaksi (+) (ungu) Zat + 1 tetes H2

O2 (KClO 4 padat) + 1 tetes HCl 25%, panaskan3

diatas waterbath: kuning + NH b. Test asam amalik: orange violet

: Ungu

c. Zwikker (5 tetes larutan zat +3 tetes pereaksi): hijau-ungu d. Aq.Brom: Jingga tdk stabil

e. Larutan dalam air + I

2

: Tdk ada endapan.

+ HCl : endapan coklat. + NaOH : endapan larut f. Larutan zat + larutan Tannin: endapan putih + berlebih : endapan larut g. Reaksi Kristal HgCl2 Reaksi Zwikker (pyridine + larutan CuSO h. Dragendorff: kuning oranye 1. Teofilin a. Rx Murexid b. 2 mg zat + 1 ml air, dipanaskan, + 3-4 tetes AgNO endapan putih. +NH4 OH encer, endapan tetap c. Test asam amalik : kuning violet d. Folin-Ciocalteu reagent : Biru e. Roux : hijau f. Parri (zat+ cobalt nitrat + uap NH g. Zwikker : biru h. Aq.Brom : endapan putih stabil i. Larutan zat + NH4 4 3 4

)

5% terbentuk

OH) : ungu

OH + AgNO 3 : Endapan seperti selai.

+ HNO3 : endapan larut. j. Reaksi Burian : Zat + Diazo A + Diazo B + NaOH : Merah

k. Larutan jenuh zat + larutan Tannin : endapan putih

+ berlebih : endapan larut. l. Cu. Asetat: terbentuk endapan, berbeda dengan kofein & teobromin m.Reaksi Kristal Meyer Bouchardat Dragendorff Fe kompleks 1. Teobromin a. Rx Murexid : + b. 2 mg zat + 1 ml air, dipanaskan, + 3-4 tetes AgNO endapan kental tembus cahaya. +NH4OH encer, endapan larut. c. Test asam amalik : kuning violet d. Roux : hijau e. Zwikker : biru-ungu f. Aq.Brom : Kuning tidak stabil g. Dragendorff : merah terang. h. Reaksi. Kristal Dragendorff Fe Kompleks Cu Kompleks i. Zat + HCl + Aq.Iod : endapan coklat sampai hijau tua j. Larutan zat + larutan tannin :endapan putih k. Zat + HNO3 encer + AgNO3 : endapan putih/Kristal 2. Luminal a. Parri : + b. Zwikker : (+) viole3

5% terbentuk

c. Zat + air + larutan AgNO

3

: putih

d. Liebermen test : merah oranye e. Merkurium nitrat : hitam f. H 2 SO4 pekat + a-naftol : ungu g. Ekert : ( - ) h. Formalin + H i. Rx Kristal Sublimasi Fe kompleks Cu kompleks Bi kompleks Wagenaar Amonium fosfat2

SO4 pekat : merah

II.3.2 Analisis Kuantitatif 1. Teofilin a. FI III:598 Ditimbang seksama 250 mg, larutkan dalam 100 ml air. Tambahkan AgNO 3 0.1 N menggunakan indicator 1 ml larutan merah fenol 1 ml NaOH 0.1 N setara dengan 18.02 mg Teofilin b. Analisis Kuantitatif Obat:190 i.Titrasi larutan zat dalam dimetilformaldehid dengan NaOH 0,1 N (1/10 mol) indicator timolftalein ii.Titrasi 300 mg zat dilarutkan dalam 3,5 ml asam formiat lalu ditambahkan 50 ml anhidrida asetat sesudah ditetsi 2-3 tetes

larutan, dititrai dengan 0,1 N HClO kelabu c. Brirtish Pharmacopee:975

4

mmol sampai warna ungu

Larutkan 0,15 g dalam 100 ml air tambahkan 20 ml 0,1 M AgNO dan kocok tambahkan larutan BTB. Titrasi dengan 0,1 m NaOH 1. Kofein a. FI III:175 Lakukan penetapan kadar menurut cara yang tertera pada TBA menggunakan 100 mg yang ditimbang. Larutka dalam 40 ml Anhidrida asetat P, panaskan dinginkan, tambahkan 80 ml Benzene P (1 ml HClO 4 0,1 N setara dengan 19,42 mg kofein) b. Identifikasi Obat:175 i.Kofein dititrasi larutan zat dalam anhidrida asetat. Dititrasi dengan HClO4

3

timbul warna (1/10 mol) , indicator ungu Kristal

ii.Titrasi: 300 mg zat dilarutkan dalam 3,5 ml asam formiat lalu ditambahkan 50 ml anhidrida asetat, setelah diberi 2-3 tetes larutan. Larutan dititrasi dengan 0,1 N HClO warna kembali menjadi ungu kelabu. 2. Teobromin a. FI III:189 Basa: titrasi larut zat dalam anhidrat asetat atau benzal (5:1). Dititrasi dengan 0,05 N HClO sampai timbul warna ungu kelabu.4 4

(1/10 mmol) sampai

(1/20 mmol), indicator Sudan III

b. Analisis Kuantitaif Obat:157 Sejumlah sampel setara dengan 500 mg Teobromin ditimbang secara sekasama lalu ditambah 125 ml air. Larutan ditambaha 1 ml larutan merah fenol 0,1% dalam alcohol dan 4 ml asam sulfat 1 N. Jika perlu larutan ditambah asam lagi sampai larutan sedikit asam yang dapat dilihat larutannya berwarna kuning. Larutan didihkan selama 10-15 menit lalu didinginkan 40o

C. Larutan

ditambah NaOH 1 N sampai berwarna merah kebiruan kemudian ditambah tetes demi tetes H2

SO 4 0,1 N hingga berwarna kuning.3

Larutan ditambah 40 ml AgNO

0,1 N dan ditetesi dngan NaOH

0,1 N samapai berwarna merah kebiruan. c. British Pahrmacopee:5967 d. Larutkan 0,15 g dalam 125 ml air mendidih, dingnkan hingga sushu 5060o C dan tambahkan 25 ml 0.1 M AgNO3

. Gunakan larutan pp sebagai

indicator titrasi dengan 0,1 M NaOH hingga warna perak muncul. 3. Luminal a. FI III 500 mg yang ditimbang seksama.Larutkan dalam 40 ml etanol (95%) P dan 25 ml larutan. Titrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indicator timolftalein. Lakukan titrasi blanko. b. Analisis Kuantitatif Obat:157 Sejumlah sampel setara dengan 500 mg ditimbang sekasama dilarutkan dalam 20 ml etil formaldehid. Larutan didtitrasi dengan

litium metoksida 0,1 N menggunakan indicator tomilftalen secara potensiometri. Dilakukan juga titrasi blanko. c. British Pharmacopee Larutkan 0,1 g dalam 5 ml pyridine. Tambahkan 0,5 ml timolgtalein dan 10 ml AgNO3 . Titrasi dengan NaoH 0,1 N menggunakan indicator timolftalein. Lakukan titrasi blanko.

BAB III METODE KERJA

III.1 Alat dan bahan III.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan adalah Buret 50 ml, corong, gelas ukur 50 ml, labu Erlenmeyer, neraca analitik, penangas air , pipet tetes, pipet volume, plat tetes, rak tabung, sikat tabung, sendok tanduk, statif dan klem, tabung reaksi. III.1.2 Bahan Bahan yang dugunakan adalah aluminium foil, amonium tiosulfat baku, AgNO3

baku, aquades, HClO

4

baku, indicator PP, indicator

Kristal violet, kertas perkamen, kertas saring, NaoH baku, perak nitrat, Kofein, Luminal, Teobromin, teofilin. III.2 Cara kerja

1. Luminal (Argentometri) a. Disiapkan alat dan bahan b. Dimasukkan sampel dalam Erlemnmeyer c. Dilarutkan Na2

CO3 15 ml3

d. Dititrasi dengan AgNO menit 1. Teofilin (argentometri)

baku hingga warna tidak hilang selama 2

a. Dimasukkan sampel dalam Erlenmeyer b. Dilarutkan dengan AgNO c. Ditambahkan merah fenol d. Dititrasi dengan NaOH baku3

baku 0,1 N

BAB IV HASIL PENGAMATAN

IV.1 Data Pengamatan 1. Kualitatif Pereaksi A6 A4 F G4 F1 B1 Roux Hijau Hijau Parri AgNO3 Zwikker Ungu Putih Hijauungu Diazo A+B HNO3 H SO4 2 Formalin I+HCl 2. Kuantitatif Coklat Coklat Putih Putih Putih Putih Coklat Merah Ungu Putih Hijauungu Merah Merah Hijau Ungu Putih Biru Biruungu Merah Hijau Hijau Ungu Putih Biru Hijau Ungu Putih Biru

Klp Sampel Metode Bs (mg) Vt (ml) N %K Kofein TBA 200 1 Luminal Bromo 100 Luminal Argento 100 2 Teofilin Argento 100 Teofilin 3 4 Kofein Teofilin 5 Luminal Kofein 6 Teofilin IV.2 Perhitungan 1. Luminal (Argentometri) BE= 1/10 BM, BM = 232,23 jadi BE= 22,233 %K = Vtsa mp elxN titran xBE x10 0% b.sampel = 36 x0,1030 x 23,233 x100% 100 = 6,21% 2. Teofilin (Argentometri) %K = (V 1xN 1) - (V 2xN 2) xBE b.sampel x1 00 % TBA 100 Bromo TBA 100 100 Iodo TBA 200 100 Kofein Luminal TBA Iodo Argento 100 100 100

14,5 0,1035 2,6 4,7 2,2 2,9 2,7 2,4 0,09 0.1030 0.110

5,7 39,2 6.21 191,6

0.110 43,60 0,1030 0,152 0,110 6,936 96,725 13,32

11,5 0,09 1,5 0,0788 11,48

=(10 x 0,1030 ) - ( 4,7 x 0,110 ) x198 ,18 100 x100%

= 101,6%

IV.3 Reaksi6 N F 5 g H e 2 + N g n 5 N O H 6 3o O 5 a 3 b 2 C 5 a

H r C H b O i N t H a N l H O C H C H A 1. Luminal A + H

2. TeofilinH3 C N O N H3 C O H3 C NH N N3

O Ag N N H3 C N

+ AgNO

+ HNO

3

O

Teofilin

AgNO3 + NaOH NaNO

3

+ AgOH

Reakso indikator merah fenol

BAB V PEMBAHASAN

Xantin merupakan turunan alamiah Purina. Senyawa xantin yang banyak digunakan adalah Kafein, Teobromin, dan Teofilin. Sedangkan

barbiturat adalah berifat barbiturat. Asam barbiturat merupakan hasil kondensasi antara urea dngan asam malonat. Pada uji kualitatif dengan kode B1 memiliki fisik yang tidak berwarna, berbau, dan sukar larut dalam air. Pada saat ditambahkan larutan; Zwikker berwarna hijau birul; HCl dan NaOH terbentuk endapan coklat yang kemudian larut; Larutan roux berwarna hijau; parri berwarna ungu; NH4 OH dan A gNO 3 terbentuk endapan putih seperti selai yang kemudian larut; Diazo A + Diazo B + NaOH berwarna merah; Cu.Asetat berwarna biru sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel tersebut mengandung kofein dan teofilin. Untuk sampel dengan kode A6, jika dilihat dari hasil uji pereaksi dimana pada pereaksi roux berwarna hijau, parri warna ungu, AgNO diperoleh endapan putih, zwikker berwarna hijau ungu. I2 3

+ HCl berwarna

coklat endapannya. Jika dibandingakan dengan tabulasi hasilnya semua (+). Begitupun dampel Au menunjukkan hasil yang sama pada dampel A6 sehingga disimpulkan bahwa sampel keduanya mengandung teofilin, teobromin, dan kofein. Pada sampel F dan F1 jika dilihat adri hasil uji pereaksi yang dilakukan diperoleh hasil bahwa pereaksi Roux berwarna hijau, parri berwarna ungu, AgNO3

diperoleh endapan purtih. Zwikker berwarna biru,

burian berwarna merah dan sisanya tidak diketahui. Jikadibandingakn dengan tabulasi diperoleh hasil uji pereaksi yang dulakukan (+) sehingga dapat dikatakan bahwa keduanya mengandung Teofilin.

Pada danpek Gu, jika dilihat dari hasil uji pereaksi yang dilakukan bahwa Pereasi roux berwarna ungu. Pada percobaan kali ini digunakan sampel Luminal dan Teofilin. Sampel tersebut menggunakan penetapan kadar dengan cara Argentometri. Untuk sampel luminal dilarutkan dengan Na2

CO3 sebagai3

katalisator untuk mempercepat reaksi. Kemudian dititrasi dengan AgNO baku hingga warna yang terbentuk tidak hilang selama 2 menit. Persentase kadarnya adalah 6,21 % Untuk sampel teofilin dilarutkan dengan AgNO3

baku sebagai

katalisator pada metode argentometri yang kemudian ditambahkan merah fenol dan dititrasi dengan NaOH baku. Persentase kadarnya adalah 101,6%. Pada saat penetapan kadar tidak didapatkan hasil yang sempurna karena seharusnya sebelum ditambahkan indicator merah fenol sampel didiankam erlebih dahulu lalu endapanyang terbentuk disaring kemudian filtratnya dititrasi dengan NaOH baku.

BAB VI

PENUTUP V.1 Kesimpulan Berdasarkan percobaan didapatkan konsentrasi teofilin 6,21 % dan luminal 101,6 % V.2 Saran 1. Alat dan bahan dilengkapi 2. Digunakan pula analisis kuantitatif dengan menggunakan instrument 3. Jumlah asisten dapat ditambah

DAFTAR PUSTAKA

1. Gunawan, Sulistia Gan. Ed. (2009). Lima. Jakarta: Balai Penerbit FK UI 2. Tjay, Tan Hoan. (2009).

Farmakologi dan Terapi . Edisi

Obat-Obat Penting , Edisi ke enam. Jakarta:

PT. Elex Media Komputindo. 3. Roth, Herman J. (1988). University Press. 4. Susanti. dan Yeanny, Wunas. 2010. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar: Universitas Hasanuddin 5. Dirjen POM. (1979). RI 6. Sudjadi. Dan Rohman, Abdul. (2008). Aanalisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta: UGM Press 7. Auterhoff. Dan Kovar. 1987. Identifikasi Obat. Terbitan IV. Bandung: ITB Farmakope Indonesia . Edisi III. Jakarta: Depkes Analisis Farmasi . Yogyakarta: Gadjah Mada

Laboratorium Kimia Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

LAPORAN PRAKTIKUM KELOMPOK ANALISIS KUALITATIF KUANTITATIF XANTIN dan BARBITURAT

Disusun Oleh: Kelompok III Golongan Sabtu Siang: Asisten: Nur Cholis S, Si Apt

MAKASSAR 2011